Penyuluhan modern slideshare (yuti)

of 68 /68
Maju Mundur MODERNISASI PENYULUHAN Pertanian Indonesia Oleh: SYAHYUTI Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian BOGOR - 16 Desember 2015 1

Embed Size (px)

Transcript of Penyuluhan modern slideshare (yuti)

  1. 1. Maju Mundur MODERNISASI PENYULUHAN Pertanian Indonesia Oleh: SYAHYUTI Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian BOGOR - 16 Desember 2015 1
  2. 2. Materi presentasi: 1. Penyuluhan modern 2. Modernisasi Penyuluhan dalam UU No 16 tahun 2006: penyuluh SWADAYA dan SWASTA 3. UU 23 tahun 2014: Ancaman Kemunduran Penyuluhan 4. Rancangan Modernisasi Penyuluhan Pertanian ke depan 2
  3. 3. Satu, Penyuluhan MODERN 3 The first modern agricultural advisory and instructional service was established in Ireland during the great potato famine (1847-1851)
  4. 4. Kritik terhadap penyuluhan klasik: Mahal, menghabiskan anggaran pemerintah Tidak efisien dalam penggunaan anggaran dibandingkan dengan bidang profesi lain di pemerintahan Organisasinya besar , lamban, dan kaku One way communication Qamar (2005): The fact remains, however, that modernization and reforms are needed in the existing national extension systems as a result of the many global forces that are changing socio- economic and political conditions in the world, creating new challenges and learning needs for farmers in developing countries. 4
  5. 5. Mengapa perlu moderniasi penyuluhan? 1. Agroekologi: materi penyuluhan harus mampu merespon kebutuhan teknologi yang sangat bergantung pada zona agroekologi yang berbeda (agroecological zones), tidak lagi seragam sebagaimana revolusi hijau. 2. Political-economic: pengaruh dari tahap perkembangan negara (stage of economic development), berapa besar investasi pemerintah dalam kegiatan penyuluhan pertanian: seberapa besar ketergantungan ekonomi nasional kepada sektor pertanian? Berapa warga negara yang masih bergantung pada pertanian? 3. Sociocultural: perbedaaan kultural antar petani, language differences and illiteracy, proporsi keterlibatan perempuan dan laki-laki, pola agraria, struktur penguasaan lahan. 4. Kebijakan nasional: berkenaan dengan ketahanan pangan, berapa surplus pangan mau diproduksi, market Intervention, infrastructure, institutional factors, Research, Education and Training, Input Supply, Credit, Farmer Organizations and NGO (Sumber: Swanson, Burton E.; Robert P. Bentz; and Andrew J. Sofranko (eds). 2004: Improving Agricultural Extension: A Reference Manual. www.fao.org) 5
  6. 6. Agricultural Extension: Needed Paradigm Shift (Baldeo Singh, 2009) 1. Information now has real, measurable value 2. Public extension services are no more solesource of information 3. Essential shift from provider mentality to user mentality 4. Required shift from broadcasting to narrow casting 5. Instance Performance 6. Demand driven and customized information 6
  7. 7. Kondisi yang melatarbelakangi: - Karena itu kita membutuhkan suatu perubahan mendasar (revolution in information technology). INTINYA: - Dunia penyuluhan menghadapi new people and new institutions (Rivera, 1997). Tantangan baru dunia penyuluhan : sustainable development rural improvement and agricultural advancement globalization market liberalization decentralization privatization and democratization new learning requirements for subsistence and commercial farmers in developing countries. revolution in information technology (M. Kalim Qamar. 2005. Modernizing National Agricultural Extension Systems: A Practical Guide For Policy-Makers Of Developing Countries. Senior Officer (Agricultural Training & Extension). Fao, Rome. Http://Www.Fao.Org/.....) 7
  8. 8. Tujuan modernisasi: To make the national extension system demand- driven, gender sensitive, participatory, bottom- up, and a relatively lean organization, which could efficiently respond to farmers extension and training needs emerging as a result of globalization, market liberalization, decentralization, and democratization, making use of information technology tools as far as possible. 8
  9. 9. Apa kunci new professionalism in extension? 1. Pendekaan partisipatif. These participatory methods and approaches represent an opportunity to build better linkages between the various actors and to increase the learning from each other. 2. New systems of participatory learning 3. New learning environments for professionals and local people 4. New institutional settings 5. Menciptakan organisasi penyuluhan yang bercirikan organissasi pembelajar (learning organizations). (sumber: Roche, 1992; Pretty & Chambers, 1993; Pretty, 1995) 9
  10. 10. Tantangan untuk penyuluhan pertanian ke depan adalah to integrate public and private sector extension. Kunci untuk keberhasilannya adalah: Education,training and professional development of public sector consultants. Efficiency and sustainability of institutional arrangements minimise transaction costs. Institutional structures to ensure effective public sector and private sector links cooperation and coordination in a commercial environment. Facilitating access to extension information in a privatised environment. Rethinking public investment into some private good extension. (Sally Marsh and David Pannell. 2005. Agricultural Extension in Australia:The Changing Roles of Public and Private Sector Providers. The Agricultural and Resource Economics Department, University of WA. http://www.rirdc.gov.au/.......) 10
  11. 11. Penyuluhan haruslah new ways of working and learning. New People and New Institutions, yakni: to develop a vision of multiculturalism improve their cross-cultural communication skills involve a broader spectrum of community stakeholders provide more inclusive information, and expand beyond the traditional boundaries of university research (Sandra Kerka. 1998. Extension Today and Tommorrow. Trends and Issues Alert no. n/a. http://www.cete.org/...) (Rivera, W. M. 1997. Agricultural Extension into the Next Decade. European Journal of Agricultural Education and Extension 4, no. 1 (June 1997): 29-38. (EJ 546 904) 11
  12. 12. Panduan untuk modernizing national extension system di antaranya adalah Qamar (2005) : 1. Nilai organisasi penyuluhan yang ada apakah cukup mampu menghadapai tantangan baru petani dan pertanian, apakah masih cukup kuat atau perlu dirstrukturisasi. 2. Lakukan desentraliasi penyuluhan hanya setelah kemampuan staf (capacity buildings) di daerah ditingkatkan. 3. Perluas mandat penyuluhan untuk mampu melayani berbagai kebutuhan pembangunan sumberdaya manusia di pedesaan. 4. Rumuskan kebijakan nasional untuk menjamin adanya komitmen politik dan penganggaran. 5. Berikan pendidikan dan pelatihan untuk tenaga penyuluh. 6. Dukung kebijakan pluraslime dengan melibatkan penyuluh dari kalangan petani dan swasta. 7. Libatkan penyuluh swasta (private extension) sesuai dengan pertimbangan ekonomi. 8. Kembangkan penyuluhan yang menghargai ide lokal, spesifik lokasi, partisipatif, sensitif gender, dan metode penyuluhan yang murah. 9. Organisasikan petani ke dalam bentuk organisasi formal (legal associations). 10. Bangun relasi yang efektif dengan institusi penelitian. 12
  13. 13. Buku Improving Agricultural Extension (FAO): Sistem penyuluhan mesti berkelanjutan dengan memenuhi 1. kelayakan teknis, 2. kelayakan ekonomi, 3. penerimaan sosial, dan 4. keamanan lingkungan. FAO memperkenalkan SARD (Sutainable Agricultural and Rural Development): Penyuluhan = bantuan untuk membantu meningkatkan pengetahuan, efisiensi, produktivitas, profitabilitas, dan kontribusi terhadap pribadi, komunitas keluarga mereka, dan masyarakat. Bukan sebagai instrumen kebijakan untuk meningkatkan produksi pertanian (Swanson et al, 1997). . 13
  14. 14. Modern Extension systems (Ashani H. Ranathunga. Global Trends in Agricultural Extension. http://www.slideshare.net/ASHANIHR/...) Decentralized extension services: 1. Fully or partially privatized extension 2. Pluralistic extension system 3. Client-orientation 4. Application of information technology 5. Participatory extension 6. Unified extension service 10 Decentralized extension services: 1. Small units at national level 2. Co-ordination and training and delegating the tasks of programmed planning 3. Implementation and even fiscal authority to the provincial or district or municipality government 4. Involvement of NGOs, community based groups, and farmer organizations Pluralistic extension system: -Model of using both public and non-public institutions (Bangladesh, Mali) 14
  15. 15. Decentralize extension = Promote pluralism in extension by involving public, private and civil society institutions 15
  16. 16. Key action untuk penyuluhan yang pluralism: List of the public and non-public institutions and organizations: - private companies - NGO - farmers associations - rural community organizations - agricultural academic institutions - agricultural research institutes and stations Data yang harus dikumpulkan: 1. The year of establishment 2. Location 3. Technical specializations 4. Men and women professional and general services staff, with academic qualifications and field experience, whether on temporary contracts or permanent, etc. 5. Motive behind doing extension work 6. Physical facilities such as transportation, office equipment, communication facilities, audio- visual aids 16
  17. 17. Key action: 17 1. Operational linkages with relevant institutions 2. Financial aspects, programme budget, expenditure in previous year, sources of funding and their sustainability (to be kept confidential) 3. Any major current programmes or those completed in recent years 4. Does the organization work on volunteer basis or some fee is charged? 5. Is the organization willing to provide extension services on contract basis? 6. Does the organization need any specialized training before it accepts contract for substantive extension work? 7. Any reports and brochures about the organization 8. Geographical area of programme coverage 9. Type and number of people served 10.Type of extension work the organization is interested in such as for small farmers, commercial farmers, women only, rural youth, etc. 11. Any other important information that could not be covered through above questions
  18. 18. Bentuk dan Manajemen Penyuluhan Modern: Pertama, dari sisi sosok DIRI penyuluh (Swanson, 1997) 1. Memiliki keahlian melakukan negosiasi, resolusi konflik, dan membina berbagai organisasi masyarakat yang muncul di wilayah kerjanya. 2. Respon terhadap permintaan (extension system demand-driven) 3. Sensitif gender 4. Partisipatif 5. bottom-up Chamala and Shingi (2007), ada empat peran penyuluh modern: 1. Sebagai peran pemberdayaan (empowerment role), 2. Peran mengorganisasikan komunitas (community-organizing role), 3. Peran dalam pengembangan sumberdaya manusia, dan 4. Peran dalam pemecahan masalah dan pendidikan (problem-solving and education role). 18
  19. 19. Tujuh peran penyuluh sebagai agen pembaruan (Rogers, 2003): 1. Mengembangkan kebutuhan untuk berubah, 2. Menetapkan suatu hubungan pertukaran informasi, 3. Mendiagnosis masalah, 4. Menciptakan suatu maksud pada klien untuk berubah, 5. Mewujudkan suatu maksud dalam tindakan, 6. Memantapkan adopsi dan mencegah penghentian, dan 7. Mencapai hubungan akhir. Tujuan akhir penyuluh adalah mengembangkan perilaku memperbarui diri sendiri pada klien). 19
  20. 20. Kedua, dari sisi MANAJEMEN : Organisasi memiliki ciri sebagai learning organization. Kerka (1998), penyuluhan modern dicirikan oleh penerapan manajemen baru (new ways of working and learning). Rivera (1997): -menerapkan metode baru (new delivery methods) karena berkembangnya teknologi informasi, manejemen baru, serta organisasi yang bercirikan partisipatif (participatory learning organization). Swanson et al. (1997): -sosok baru dunia penyuluhan (new professionalism in extension) adalah pada pendekaan partisipatif dan pola partisipasi yang baru (new systems of participatory learning) dan kelembagaan baru (new institutional settings). Marsh and Pannell (2005): -Penyuluhan modern dicirikan oleh adanya integrasi penyuluh swadaya dan swasta (to integrate public and private sector extension). -Dibutuhkan efisiensi dan kelembagaan yang berkelanjutan (sustainability of institutional arrangements), dengan ciri minimise transaction costs, serta institutional structures to ensure effective public sector and private sector links cooperation and coordination in a commercial environment. Qamar, 2005: -desentraliasi merupakan ciri penting penyuluhan modern, selain partisipatif, demokratis, dan memiliki semangat pluralism. 20
  21. 21. Earnest et al. (1995): -Penyuluhan mestilah mampu mengekplorasi kegiatan penyuluhan sebagai sebuah participatory learning organization dan mampu melahirkan pemimpin dari masyarakat bersangkutan White and Burnham (1995): -Pendekatan penyuluhan telah berubah dari model sosok guru ke pembelajar (teacher to learner centered) dan dari kelembagaan ke kebutuhan komunitas. Punjabi (2001): -penyuluh memiliki tugas khusus untuk meningkatkan efisiensi sistem secara keseluruhan melalui penguatan sinergi antara tiga segmen (penelitian, penyuluhan dan petani ) Patterson (1998): Penyuluhan baru harus memperhatikan sistem (managing systems), bukan sekedar orang per orang (people), dan membantu tercapainya visi komunitas. Dibutuhkan perubahan struktur kelembagaan = lingkungan yang mampu mendorong kerjasama dan koordinasi Agen-agen penyuluhan mesti aktif membangun relasi yang formal antara lembaga penelitian dan konsultasi dengan sektor swasta. Penyuluhan perlu memberi perhatian lebih khusus untuk kalangan buruh tani (landless agricultural labourers), wanita tani, serta kalangan petani muda (rural youth). Penyuluh harus mulai memberikan pemahaman tentang perihal komersialisasi (some degree of commercialization) kepada petani, juga tentang biaya usaha (cost of production), dan bagaimana membaca pasar (mismatch between demand and supply). 21
  22. 22. Ciri penyuluhan MODERN adalah: 1. Penanggung jawab penyuluhan tidak semata-mata pemerintah nasional, namun dapat dijalankan oleh beragam pihak dan pada berbagai level. 2. Organisasi penyuluhan berbentuk learning organization, dimana pelaksana penyuluhan tidak lagi terstruktur secara ketat, namun ada kesempatan terus menerus untuk melakukan penyesuaian misi, pelayanan, produk, kultur, dan prosedur organisasi. 3. Fungsi penyuluhan lebih luas dari sekedar mentranfer teknologi, namun juga mencakup upaya untuk memobilisasi, mengorganisasikan, dan sekaligus mendidik petani. 4. Penyuluhan sebagai sistem pengetahuan yang komprehensif, tidak terpisah antara penemuan teknologi dengan transfernya. 5. Model transfer teknologi lebih realistik, siklis, dan dinamis (antara petani, peneliti, penyuluh dan guru) 6. Desain penyuluhan memungkinkan untuk mengembangkan learning model dengan melibatkan para stakeholders utama. 7. Pendekatan penyuluhan lebih pada pemecahan masalah, melibatkan teknologi informasi eksperimental, mengaitkan penelitian, manajer penyuluhan, dan organisasi petani. 8. Jenis penyuluh tidak terbatas hanya pegawai pemerintah, namun juga penyuluh swadaya (dari petani) dan penyuluh swasta. 9. Posisi petani tidak hanya sebagai objek penyuluhan, namun sebagai objek sekaligus subjek penyuluhan. 22
  23. 23. Leeuwis (2006): -inovasi teknologi datang dari banyak sumber - adanya perubahan paradigma dari sustainable agriculture and progress menuju ecological knowledge system - berkembangnya interdependence model dan innovation system framework - yang terlibat tak hanya peneliti dan penyuluh tetapi juga pengguna teknologinya, perusahaan swasta, NGO, dan juga supportive structures berupa pasar dan kelembagaan penyedia kredit. - Pentingnya proses belajar (learning processes). Badan SDMP Kementan buku "Paradigma Penyuluhan Pertanian pada abad ke-21 (1999) perlunya penyuluhan pertanian sebagai sesuatu yang lebih berfokus pada pemberdayaan masyarakat desa dari pada sekadar penyampaian teknologi. Penyuluhan pertanian diharapkan tidak hanya membuat petani mampu berproduksi, tetapi harus berproduksi secara mandiri, dan sekaligus mampu mencapai kesejahteraan keluarganya. 23
  24. 24. Paradigma penyuluhan LAMA vs BARU (Leeuwis, 2006): 24 Penyuluhan lama Penyuluhan baru Penanggung jawab penyuluhan Pemerintah pusat Banyak pihak pada berbagai level (PT, petani, swasta, NGO, dll) Fungsi penyuluhan Tranfer teknologi untuk peningkatan produksi Lebih luas (memobilisasi, mengorganisasikan dan mendidik petani). Posisi penyuluhan Terpisah dengan instansi lain Koheren Model transfer teknologi Linear, sekuensial, dan satu arah Lebih realistik, siklis, dan dinamis (antara petani, peneliti, penyuluh) Desain proyek Menurut perspektif pengajar learning model, melibatkan stakeholders Pendekatan Lip sevice = menyampaikan teknologi Mengambil resiko dengan melibatkan teknologi eksperimental, serta mengaitkan penelitian, manajer penyuluhan, dan organisasi petani
  25. 25. Extension Performance Indicators: .....manajemen penyuluhan perlu lebih KUANTITATIF 25
  26. 26. (a) Single Indicators 1. Awareness Number of farmers aware of Village Extension Worker (percentage) 2. Visit Number of visits by Village Extension Worker to farmers a) twice a month, b) once a month, and c) no visit (average) 3. Field Meetings Number of meetings of Village Extension Worker with farmers in their fields (percentage) 4. Regularity Number of meetings of Village Extension Worker with farmers on the fixed day (percentage) 5. Field Day Number of field days organized by Village Extension Worker a) in preceding month, b) quarterly, and c) annually (average) 6. Demonstration Number of a) method demonstrations, b) result demonstrations, and c) method-cum-result demonstrations organized by Village Extension Worker(i) in preceding month,(ii) quarterly, and(iii) annually 7. Supervision Number of supervisory visits from Agricultural Extension Officers to Village Extension Worker in the field per month (average) 8. Research-Extension Linkage Number of research-extension linkage workshops organized per month (average) 9. Farmer Training Number of farmers trained in farmers' training centres (institutionalized training courses) per year (average) Extension Effectiveness Indicators: (b) Unitary or Composite Indicators 10. Extension Effectiveness Arithmetic average of selected extension effectiveness indicators, say, Awareness Indicator (know the Village Extension Worker), Visit Indicator (number of visits twice a month). Field Indicator (meeting place at farmers' fields), and Regularity Indicator (visit on the same day) (Misra, 1994) (ii) Extension Efficiency Indicators 11. Performance Index Actual number of farmers reached out of the target number which should be reached (Casley and Lury, 1982, p.7) (percentage) 12. Penetration Index Number of farmers adopting the recommended practice out of the actual number reached (ibid. p.37) (percentage) 13. Achievement Index Number adopting the recommended practice out of the target number of farmers (ibid. p.37) (percentage). Note that (13) =(12) x (11) Extension Productivity Indicators 1. Yield Yield per hectare for main crop(s) (average) 2. Productivity Index Increase in yield over base year compared with base year (percentage) 26
  27. 27. Extension Capability Indicators: 1. Coverage Area under cultivation per Extension Worker 2. Intensity Number of Farm Families per Extension Worker 3. Competence Number of Graduate Extension Workers out of total number of Extension Workers (percentage) 4. Subject-Matter Specialist Number of Subject-Matter Specialists per hundred Extension Workers 5. Research-Extension Ratio Number of Agricultural Scientists per hundred Extension Workers 6. Monitoring Number of Monitoring Unit Personnel per thousand Extension Workers 7. Gender Ratio Number of Female Extension Personnel out of total number of Extension Personnel (percentage) 8. Equity Number of Small and Marginal Farmers out of total number of Contact Farmers (percentage) 9. Mass Contact Number of group meetings held per month per Extension Worker in a year(average) 10. Computerization Number of personal computers in Extension Organization per thousand Extension Personnel 11. Print Media Number of leaflets/pamphlets distributed per month per Extension Worker in a year (average) 12. Audio-Visual Media Number of audio-visual (cinema/television) shows organized per month per Extension Worker in a year (average) 13. Training Number of Extension Personnel out of total number of Extension Personnel trained in specialized training courses in a year (percentage) 14. Finance Budgetary expenditure on Agricultural Extension out of total budgetary expenditure on agriculture per year (percentage) 15. Investment Expenditure on Agricultural Extension as percentage of Agricultural Gross Domestic Product per year 16. Transport Number of(i) bicycles, (h) motorcycles, and (iii) 4-wheel vehicles, per thousand Extension Workers 27
  28. 28. Dua, Modernisasi Penyuluhan Pertanian Indonesia dalam UU No 16 tahun 2006 tentang SP328
  29. 29. Paradigma penyuluhan modern pada UU NO 16 - 2006: 1. Demokrasi dan partisipasi. Pasal 2: Penyuluhan diselenggarakan berasaskan demokrasi, manfaat, kesetaraan, keterpaduan, keseimbangan, keterbukaan, kerja sama, partisipatif, kemitraan, berkelanjutan, berkeadilan, pemerataan, dan bertanggung gugat. 2. Penyuluhan tidak pada sekedar peningkatan produksi pertanian, namun pada manusianya. Pasal 3: tujuan penyuluhan meliputi pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan modal sosial. Modal sosial = penyuluh pertanian lebih luas dari sekedar individu petani (pengetahuan-sikap-ketrampilan), namun juga organisasi petani dan berbagai jaringan sosial yang terbentuk di masyarakat. 3. Menerapkan manajemen yang terintegratif, tidak lagi terpasung ego sektoral. Pasal 6: penyuluhan dilaksanakan secara terintegrasi dengan subsistem pembangunan pertanian, perikanan, dan kehutanan. Pasal 7: Dalam menyusun strategi penyuluhan, pemerintah dan pemerintah daerah memperhatikan kebijakan penyuluhan dengan melibatkan pemangku kepentingan di bidang pertanian, perikanan, dan kehutanan. 29
  30. 30. UU 16-2006: 3. Pelibatan masyarakat petani, dan menjadikan petani sebagai subjek penyuluhan. Pasal 6 (b) : penyelenggaraan penyuluhan dapat dilaksanakan oleh pelaku utama dan/atau warga masyarakat lainnya sebagai mitra pemerintah dan pemerintah daerah, baik secara sendiri-sendiri maupun bekerja sama, yang dilaksanakan secara terintegrasi dengan programa pada tiap-tiap tingkat administrasi pemerintahan. Pasal 29: pemerintah dan pemerintah daerah memfasilitasi dan mendorong peran serta pelaku utama dan pelaku usaha dalam pelaksanaan penyuluhan. 4. Penyuluhan tidak lagi dimonopoli oleh pemerintah, diakui keberadaan penyuluh swadaya dan swasta, serta Komisi Penyuluhan sebagai organisasi independen di pusat, provinsi, dan kabupaten/kota. 30
  31. 31. 31 Penyuluh pertanian SWADAYA dan SWASTA Penyuluh swadaya = pelaku utama yang berhasil dalam usahanya dan warga masyarakat lainnya yang dengan kesadarannya sendiri mau dan mampu menjadi Penyuluh. Penyuluh swasta = penyuluh yang berasal dari dunia usaha dan/atau lembaga yang mempunyai kompetensi dalam bidang penyuluhan
  32. 32. Permasalahan yang dihadapi Penyuluh swadaya dan swasta (dalam Permentan No. 61 tahun 2008): 1. Pembinaan terhadap pelaksanaan kegiatan penyuluhan bagi penyuluh pertanian swadaya dan swasta belum memiliki arah yang jelas. 2. Belum didayagunakan secara optimal untuk memenuhi kebutuhan pelaku utama dan pelaku usaha. 3. Masih lemahnya fungsi dan peran penyuluh swadaya dalam penyelenggaraan penyuluhan, 4. Masih rendahnya motivasi kerja, 5. Belum terciptanya mekanisme kerja antara ketiga jenis penyuluh, dan 6. Belum terciptanya kinerja dan profesionalisme penyuluh swadaya. 32
  33. 33. Farmer to farmer extension di Indonesia: Era Bimas Insus = kontak tani P4S = farmer to farmer extension 2004= pengangkatan penyuluh swakarsa 2008 = pengangkatan penyuluh pertanian swadaya (jumlah tahun 2014 = + 8.000 orang) 33
  34. 34. Enam keunggulan penyuluh swadaya (hasil riset Indraningsih dkk., 2013): 1. Pengetahuan dan keterampilan teknologi lebih kuat, namun spesifik (Jarkoni = mengajar karena melakoni) 2. Lebih mampu menciptakan penyuluhan yang partisipatif 3. Lebih mampu mengorganisasikan masyarakat (Community-Organizing Role) 4. Mampu menjadi penghubung (change agent) yang lebih powerfull 5. Agen bisnis yang potensial (umumnya menjadi pelaku usaha) 6. Memiliki nilai lebih pada kepemilikan modal sosial 34
  35. 35. Siapa penyuluh swasta? Kategori pelaku: 1. Private bisnis (penyedia input, perusahaan pengolahan, dan pemasaran). Saat ini penyuluh swadaya sudah ada yang menajalankannya. 2. Non profit sector (perguruan tinggi, NGO, dll) 3. Pay for service (dibayar oleh organisasi petani, bisa Gapoktan, atau asosiasi komoditas) 35
  36. 36. Menurut Schwartz (1994: The Role Of The Private Sector In Agricultural Extension: Economic Analysis And Case Studies), Private extension adalah: 1. Perguruan tinggi 2. Public 3. Contract farming schemes 4. Input supply companies (private extension as part of commercial firm activities) 5. NGO 36 Menurut Qamar (2005: Modernizing National Agricultural Extension Systems A Practical Guide for Policy- Makers of Developing Countries. Private extension adalah: 1. perusahaan swasta (private companies) 2. NGO 3. asosiasi petani 4. organisasi komunitas petani (rural community organizations) 5. perguruan tinggi (agricultural academic institutions), dan 6. kantor penelitian pertanian.
  37. 37. Shahbaz, Babar and Salaman Ata (2014: Enabling Agricultural Policies for benefiting Smallholders in Dairy, Citrus and Mango Industries of Pakistan. Agricultural Extension Service in p[akistan: Chalenges, Caontraints and Ways-forward). Desentraliasai penyuluhan di Pakistan dimulai sejak 2001, saat pemerintah memberikan desetralisasi kepada pemerintah lokal Penyuluh swasta bergerak dalam bidang: proteksi tanaman oleh perusahaan pestisida, introduksi benih oleh perusahaan benih, pabrik gula, perusahaan rokok untuk tebakau, perusahaan pengolah untuk jagung, peternakan oleh perusahan peternakan nasional. 37
  38. 38. Khusus untuk commercial firms: Kebijakan yang dibutuhkan berupa: 1. Kebijakan pajak (tax breaks), 2. Kredit (special financing terms), 3. Kemudahan investasi (easier licensing procedures etc.), 4. Sikap umum terhadap keberadaan private sector dalam pembangunan. Kondisi yang dibutuhkan: 1. Liberalisation of input-supply markets 2. Positive environment for investment in processing and marketing of agricultural products 38
  39. 39. Keberhasilan tipe mixed system ext (public + private ext.) 1. Terpengaruh oleh perbedaan tujuan dan target antara pemerintah, swasta dan donor (misal: organic farming) 2. Karakteristik komoditas yang dikembangkan dan keterkaitan dengan industri pengolahan 3. Kebijakan, infrastruktur, dan relasi politik 4. Level seberapa banyak informasi-informasi yang dibutuhkan petani merupakan public good 39
  40. 40. Informasi yang perlu dijawab: 40
  41. 41. Pengalaman negera-negara lain (laporan FAO, 2005): Costa Rica. Pemerintah memberi extension voucher ke petani, utk mendapatkan layanan penyuluhan Inggris. Penyuluhan swasta sudah lama, mampu mengefisienkan staf Holland. 60 % biaya penyuluhan dari petani, 40% dari pemerintah Nicaragua. Desentralisasi dan semi private- extension Estonia: public extension advisory service utk petani lemah, dan penyuluh swasta utk yang kuat 41
  42. 42. Kendala penyuluhan pertanian era otonomi daerah (2001-2015): Adanya perbedaan pandangan antara pemerintah daerah dan anggota DPRD dalam memahami penyuluhan pertanian dan perannya dalam pembangunan pertanian, Kecilnya alokasi anggaran pemerintah daerah untuk kegiatan penyuluhan pertanian, Ketersediaan dan dukungan informasi pertanian sangat terbatas, Makin merosotnya kemampuan manajerial penyuluh 42
  43. 43. Tugas sehari-hari penyuluh saat ini: Tugas penyuluhan: 1. Pertemuan kelompok membahas persoalan teknologi 2. Pertemuan individual dengan ketua kelompok dan petani maju 3. Melayani tanya jawab individual Tugas administratif: 1. Rapat di Bapeluh 2. Menghadiri sosialisasi 3. Menemani tamu (pejabat Dinas kabupaten sampai pusat), 4. Mendampingi peneliti 5. Menyusun laporan Tugas pengumpulan data statistik: 1. Rapat merencanakan pengambilan data ubinan 2. Pengambilan data ubinan di lapang, dengan petani dan Mantis 3. Mengisi form data 4. Mendiskusikan kelayakan data 5. Memfinalkan form 6. Menulis laporan hasil ubinan, dengan surat pengantar 7. Mengantarkan form isian ke Dinas 43
  44. 44. Tugas teknis dan administratif (misalnya program SLPTT): 1. Pelatihan petugas pendamping 2. Rapat perencanaan di kabupaten 3. Pemilihan dan penetapan calon lokasi (form CPCL) 4. Menghubungi ketua kelompok tani, mengajak terlibat, membujuk, menjelaskan, dst 5. Mengkoordinasikan pertemuan 6. Menjelaskan pencairan anggaran, melengkapi persyaratan (KTP, dokumen kelompok dll), membantu membuka rekening, mendamping sampai ke bank untuk pencarian, dst 7. Mendampingi pelaksanaan lapang (10 kali per musim tanam) 8. Melakukan ubinan 9. Membantu petani membuatkan laporan 10. Menyusun laporan dan menyampaikan ke kabupaten 44
  45. 45. PPL kurang mengembangkan organisasi petani (Syahyuti et al., 2014) Uraian Jabar Jatim Sumbar Jumlah petani yang sudah masuk kelompok tani (%) 48.4 54.6 55.5 Jumlah kelompok tani yang dibina (unit) 11 16 10-14 10 - 16 Jumlah berdasarkan kelas: Kelas pemula (%) 37.2 43.4 56.2 Kelas lanjut (%) 37.2 38.6 31.2 Kelas madya (%) 18.6 18.0 12.6 Kelas utama (%) 7.0 0.0 0.0 Total 100.0 100.0 100.0 Target semua petani masuk kelompok tani (%) 100.0 100.0 100.0 Target semua kelompok menjadi kelas utama (%) 0.0 0.0 0.0 Jumlah petani yang sudah masuk koperasi (%) Tidak tahu Tidak tahu Tidak tahu Target semua petani masuk koperasi (%) 0.0 0.0 0.0 Pembinaan organisasi petani (%): Kelompok tani 100.0 100.0 100.0 Gapoktan 100.0 100.0 100.0 Koperasi 12.5 27.2 18.7 Asosiasi petani 0.0 0.0 0.0 KTNA 0.0 0.0 0.0 45
  46. 46. Meningkatkan produksi komoditas VS kesejahteraan petani: Meningkatkan produksi komoditas Meningkatkan kesejahtaeraan petani 1. Menyarankan penggunaan pupuk dan obat-obatan kimia 2. Sosialisasi program pembangunan 3. Organisasi petani untuk penyaluran bantuan 4. Meningkatkan prasarana irigasi 5. Mendapatkan bantuan permodalan 6. Meningkatkan akses pasar hasil petani 1. Mengajarkan teknologi ramah lingkungan 2. Menjaga agar petani tidak menjual lahannya sendiri 3. Memperjuangkan agar bagi hasil lebih adil 4. Menyuluhkan pola konsumsi yang sehat 5. Teknik pengolahan pangan yang sehat 6. Advokasi 7. Mengembangkan organisasi petani untuk peningkatan partisipasi politik 46
  47. 47. Tiga, Update KEBIJAKAN terhadap penyuluhan pertanian di Indonesia UU No 16 tahun 2006 UU No 19 tahun 2013 UU No 6 tahun 2014 UU No 18 tahun 2012 UU no 12 tahun 1992 UU No 18 tahun 2002 47
  48. 48. UU 23 tahun 2014 tentang PEMDA Klasifikasi Urusan Pemerintahan: Urusan Pemerintahan Absolut Konkuren PilihanWajib Non Yandas Yandas Umum Urusan Pemerintahan Yang Sepenuhnya Menjadi Kewenangan Pemerintah Pusat Urusan Pemerintahan Yang Dibagi Antara Pemerintah Pusat, Daerah Prov, dan Daerah Kab/Kota Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Presiden Sebagai Kepala Pemerintahn. yg di daerah dilaks oleh Gub, Bup/Wal, dan dilimpahkan ke pelaks kpd Camat APBN Instansi Vertikal APBN Dibantu Instansi Vertikal Urusan Pemerintahan Yang Wajib Diselenggarakan oleh semua Daerah Urusan Pemerintahan Yang Wajib Diselenggarakan oleh Daerah sesuai potensi yg dimiliki Daerah 48
  49. 49. UU No 23 tahun 2014 tentang Pemda: Urusan Pemerintahan = Urusan Pemerintahan Konkuren (Wajib & Pilihan): Wajib yg berkaitan dgn Pelayanan Dasar (6 urusan) Wajib yg tidak berkaitan dgn Pelayanan Dasar (18 urusan) Urusan Pemerintahan Pilihan (8 urusan). Urusan Pemerintahan Wajib yg terkait Pelayanan Dasar berpedoman pd SPM yg ditetapkan Pemerintah Pusat. K/L wajib membuat NSPK sebagai pedoman bagi Daerah dalam menyelenggarakan Urusan Pemerintahan yg diserahkan ke Daerah dan menjadi pedoman bagi K/L utk melakukan pembinaan & pengawasan; K/L bersama Pemda melakukan Pemetaan Urusan Pemerintahan Wajib yg tidak berkaitan dgn Pelayanan Dasar & Urusan Pemerintahan Pilihan yg diprioritaskan oleh setiap Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota. 49
  50. 50. Prinsip Pembagian Urusan Pemerintahan Konkuren: Akuntabilitas : ditentukan berdasarkan kedekatannya dengan luas, besaran, dan jangkauan dampak yang ditimbulkan oleh penyelenggaraan suatu Urusan Pemerintahan. Efisiensi ditentukan berdasarkan perbandingan tingkat daya guna yang paling tinggi yang dapat diperoleh. Eksternalitas, ditentukan berdasarkan luas, besaran, & jangkauan dampak yg timbul akibat penyelenggaraan suatu Urusan Pemerintahan. Kepentingan Strategis Nasional, ditentukan berdasarkan pertimbangan dalam rangka menjaga keutuhan dan kesatuan bangsa, menjaga kedaulatan Negara, implementasi hubungan luar negeri, pencapaian program strategis nasional dan pertimbangan lain yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan. 50
  51. 51. Penentuan Pembagian Urusan Pembagian urusan pemerintahan konkuren antara Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi dan Daerah kab/kota tercantum dalam Lampiran UU 23-2014. Urusan pemerintahan konkuren yg tidak tercantum dalam Lampiran menjadi kewenangan tiap tingkatan atau susunan pemerintahan yang penentuannya menggunakan prinsip dan kriteria pembagian urusan pemerintahan konkuren, ditetapkan dengan Peraturan Presiden (termasuk = PENYULUHAN PERTANIAN) 51
  52. 52. Bagaimana keberadaan Kantor Penyuluhan Pertanian di Provinsi dan Kabupaten Pasca UU 23-2014 ? 52
  53. 53. 1. Frasa penyuluhan pertanian tidak ada dalam UU 23-2014. Bukan bagian dari Pertanian dan Ketahanan Pangan 2. Sesuai dengan Pasal 15 ayat 2 dan 3, maka dapat disusun PERPRES Pemetaan Urusan 3. Perpres baru: penyuluhan pertanian menjadi URUSAN pemerintah 3. Di setiap level Pemda akan ada 3 kantor : Propinsi: Dinas Pertanian + BKP + Bakorluh Kabupaten: Dinas Pertanian + BKP + Bapeluh LOGIKA kebijakan dalam UU 23-2014: 53
  54. 54. UU 23 tahun 2014 ttg PEMDA: Kementerian Pertanian memiliku dua URUSAN: Lampiran AA: Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang Pertanian terdiri atas 7 sub urusan : 1. sarana pertanian 2. prasarana pertanian 3. kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner 4. pengendalian dan penanggulangan bencana pertanian 5. perizinan usaha pertanian 6. karantina pertanian 7. varietas pertanian. Lampiran I : Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang Pangan terdiri atas 4 sub urusan: 1. penyelenggaraan pangan berdasarkan kedaulatan dan kemandirian, 2. penyelenggaraan ketahanan pangan, 3. penanganan kerawanan pangan, dan 4. keamanan pangan. 54
  55. 55. UU No 23 tahun 2014: Pasal 15: (1) Pembagian urusan pemerintahan konkuren antara Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi serta Daerah kabupaten/kota tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Undang-Undang ini, (2) Urusan pemerintahan konkuren yang tidak tercantum dalam Lampiran Undang-Undang ini menjadi kewenangan tiap tingkatan atau susunan pemerintahan yang penentuannya menggunakan prinsip dan kriteria pembagian urusan pemerintahan konkuren sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13. Pasal 231 : Dalam hal ketentuan peraturan perundang-undangan memerintahkan pembentukan lembaga tertentu di Daerah, lembaga tersebut dijadikan bagian dari Perangkat Daerah yang ada setelah dikonsultasikan kepada Menteri dan menteri yang menyelenggarakan Urusan Pemerintahan bidang pendayagunaan aparatur negara. Pasal 345: (1) Pemerintah Daerah wajib membangun manajemen pelayanan publik dengan mengacu pada asas-asas pelayanan publik (2) Manajemen pelayanan publik meliputi salah satunya adalah penyuluhan kepada masyarakat (ayat 2 point e). Minimal 2 tahun sampai terbitnya Perpres (Okt 2016), Bakorluh dan Bapeluh TETAP mengelola penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan. 55
  56. 56. Kebijakan-Kebijakan yang mendukung eksistensi kelembagaan penyuluhan: Penyuluhan pertanian telah memiliki UU sendiri yakni UU No 16 tahun 2006 yang merupakan lex specialist. Pasal 63 ayat 2 KUHP: Lex specialis derogat legi generali adalah asas penafsiran hukum yang menyatakan bahwa hukum yang bersifat khusus (lex specialis) mengesampingkan hukum yang bersifat umum (lex generalis). Peraturan Presiden No 154 tahun 2014 tentang Kelembagaan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Pasal 2: kelembagaan penyuluhan mencakup mulai dari pusat sampai kecamatan Pasal 12: di tingkat kabupaten/kota berbentuk badan pelaksana penyuluhan. 56
  57. 57. UU No 6 tahun 2014 tentang DESA: Pasal 1: Kawasan Perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Pasal 80, ayat 4, point c: Prioritas, program, kegiatan, dan kebutuhan Pembangunan Desa dirumuskan berdasarkan penilaian terhadap kebutuhan masyarakat Desa yang meliputi pengembangan ekonomi pertanian berskala produktif. Pasal 112 ayat 3: Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota memberdayakan masyarakat Desa dengan: (a) Menerapkan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, teknologi tepat guna, dan temuan baru untuk kemajuan ekonomi dan pertanian masyarakat Desa; (b) Meningkatkan kualitas pemerintahan dan masyarakat Desa melalui pendidikan, pelatihan, dan Penyuluhan. Pasal 26 Ayat 1: Kepala Desa bertugas menyelenggarakan Pemerintahan Desa, melaksanakan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa Ayat 2 point l: Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Desa berwenang: memanfaatkan teknologi tepat guna 57
  58. 58. UU No 18 tahun 2002 Tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, Dan Penerapan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi: Pasal 1: Penerapan adalah pemanfaatan hasil penelitian, pengembangan, dan/atau ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada ke dalam kegiatan perekayasaan, inovasi, serta difusi teknologi. Pasal 5 ayat 1: Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi berfungsi membentuk pola hubungan yang saling memperkuat antara unsur penguasaan, pemanfaatan, dan pemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam satu keseluruhan yang utuh untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4. Pasal 9 ayat 1: Badan usaha sebagai salah satu unsur kelembagaan dalam Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu. Pasal 15 ayat 1: Jaringan Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi berfungsi membentuk jalinan hubungan interaktif yang memadukan unsur-unsur kelembagaan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk menghasilkan kinerja dan manfaat yang lebih besar dari keseluruhan yang dapat dihasilkan oleh masing-masing unsur kelembagaan secara sendirisendiri Pasal 18 ayat 1: Pemerintah berfungsi menumbuhkembangkan motivasi, memberikan stimulasi dan fasilitas, serta menciptakan iklim yang kondusif bagi perkembangan Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di Indonesia. Pasal 21 Ayat 1: Pemerintah dan pemerintah daerah berperan mengembangkan instrumen kebijakan untuk melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) dan Pasal 20 ayat (1). Ayat 2: Instrumen kebijakan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diberikan sebagai bentuk kemudahan dan dukungan yang dapat mendorong pertumbuhan dan sinergi semua unsur Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. 58
  59. 59. UU No. 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman: Pasal 57: Ayat 1: Pemerintah menyelenggarakan penyuluhan budidaya tanaman serta mendorong dan membina peranserta masyarakat untuk melakukan kegiatan penyuluhan dimaksud. Ayat 2: Pemerintah berkewajiban memberikan pelayanan informasi yang mendukung pengembangan budidaya tanaman serta mendorong dan membina peranserta masyarakat dalam pemberian pelayanan tersebut. Bagian Penjelasan: Teknologi tepat yang telah ditemukan perlu disebarluaskan kepada masyarakat, khususnya para petani, agar mereka dapat memanfaatkannya. Penyebarluasan tersebut dilakukan baik melalui jalur pendidikan sekolah maupun jalur pendidikan luar sekolah seperti penyuluhan, pelatihan, dan lain-lain. 59
  60. 60. UU No 19 tahun 2013 ttg Perlindungan dan Pemberdayaan Petani: Pemberdayaan Petani = segala upaya untuk meningkatkan kemampuan Petani untuk melaksanakan Usaha Tani yang lebih baik melalui pendidikan dan pelatihan, penyuluhan dan pendampingan, pengembangan sistem dan sarana pemasaran hasil Pertanian, konsolidasi dan jaminan luasan lahan pertanian, kemudahan akses ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi, serta penguatan Kelembagaan Petani. Pasal 7 ayat 3 point b: strategi pemberdayaan petani dilakukan melalui penyuluhan dan pendampingan. Keberadaan kelembagaan penyuluhan di daerah dalam Pasal 46: (1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya memberi fasilitas penyuluhan dan pendampingan kepada Petani (2) Pemberian fasilitas penyuluhan berupa pembentukan lembaga penyuluhan dan penyediaan penyuluh, dan (3) Lembaga penyuluhan dibentuk oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Pasal 98: masyarakat dalam Pemberdayaan Petani dapat berperan serta dalam menyelenggarakan: pendidikan nonformal, pelatihan dan pemagangan, serta penyuluhan (= Penyuluh SWADAYA dan SWASTA). Bagian penjelasan : ....beberapa kegiatan yang diharapkan mampu menstimulasi petani agar lebih berdaya, antara lain, berupa pendidikan dan pelatihan, penyuluhan dan pendampingan, serta pengembangan sistem dan sarana pemasaran hasil Pertanian. 60
  61. 61. UU No 18 tahun 2012 tentang Pangan: Pasal 18 point b: Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam memenuhi kebutuhan Pangan berkewajiban: memberikan penyuluhan dan pendampingan 61
  62. 62. Empat, Rancangan Modernisasi PENYULUHAN PERTANIAN ke Depan 62
  63. 63. Apakah Perlu SATU PENYULUH = SATU DESA ? 1. Jumlah petani/desa dan luas lahan/desa tidak sama. 2. Luas desa dan sarana transportasi dan komunikasi tidak sama. 3. Sampai kapan? Pengetahuan, sikap dan keterampilan petani akan meningkat dari hari ke hari. 4. Akan lahir petani-petani pintar yang bisa menjadi penyuluh swadaya 5. Satu penyuluh tiap desa, untuk PPL yang mana? Apakah untuk PPL pemerintah, PPL swadaya, PPL swasta? Chapter 10 :Human resources development in agriculture: Developing country issues. http://www.fao.org/..... - Di AS, Canada dan Eropa, satu penyuluh = 400 petani - Di negara berkembang = 2500 petani. 63
  64. 64. Opsi pembagian peran ke depan: Penyuluh PNS Penyuluh swasta Penyuluh swadaya Pelaku PPL PNS dan PPL- THL Dosen, penelitia, staf perusahaan inti, staf asosiasi komoditas, pegawai perusahaan swasta, NGO Petani (Kontak Tani, petani maju, pengurus organisasi petani). Basis kerjanya Pelayanan dan administrasi Pelayanan dan mencari keuntungan. Pelayanan, pendampingan, dan bisnis Sosoknya Polivalent atau monovalent, administrasi Monovalent, cenderung spesifik komoditas/bidang Monovalent, spesifik komoditas/bidang Peran Motivator dan komunikator Komunikator, motivator, suplai input, buyer. Pembaharu, motivator, organisator komunitas, pemimpin lapang. Tanggung jawab wilayah Wilayah tertentu (1 penyuluh = 1-3 desa) Area tertentu (kawasan) Wilayah tidak dibatasi utamakan di desa/kec bersangkutan 64
  65. 65. Kemajuan wilayah penyuluhan (Mosher, 1978 dll) : 65 Ketersediaan prasarana fisik Tingkat penerapan teknologi (produktivitas) Kemajuan petani (tingkat pengetahuan dan kemandirian mencari informasi) Pilihan komposisi penyuluh Rendah Rendah Rendah PPL Pem Tinggi Sedang Tinggi PPL swasta Tinggi Tinggi Tinggi PPL swasta dan swadaya
  66. 66. 66 Pencapaian target penyuluhan RENDAH SEDANG TINGGI PPL SWASTA PPL Pemerin tah PPL SWADAYA
  67. 67. Agenda ke depan: 1. Penelitian (policy research) untuk pola yang lebih sesuai di Indonesia (level kebijakan, dan level lapang) 2. Rumusan pembagian peran antara penyuluh 3. Rumusan kebijakan/pedoman (Perpres, Permentan, buku pedoman, dll) 4. Membangun struktur keorganisasian yang efektif 5. Penyuluhan pertanian adalah PENDIDIKAN nonformal = maka berhak memperoleh dukungan pembiayaan dari 20% APBN (?) 6. Dan lain-lain 67
  68. 68. 68 Demikian, Terima kasih ...... tiada akhir dari sebuah fikir, maka, .....biar lah ia bergulir. Apakah akan menuju hilir, atau masih akan melintar-melintir ?