Penyuluhan Diare -

download Penyuluhan Diare -

of 24

description

dfghjkl

Transcript of Penyuluhan Diare -

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebanyak 6 juta anak di dunia meninggal setiap tahunnya karena diare. Sebagian kematian tersebut terjadi di negara berkembang. Berdasarkan laporan WHO, kematian karena diare di Indonesia sudah menurun tajam, namun walaupun angka kematian diare menurun, angka kesakitan karena diare tetap tinggi. Situasi diare di Indonesia berdasarkan survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit diare Departemen Kesehatan tahun 2000-2010 terlihat kecenderungan insiden meningkat. Data tahun 2010 menunjukkan bahwa angka morbiditas masih tinggi yaitu sebanyak 411/1000 penduduk.1,15

Kota Banjarmasin secara geografis terletak pada ketinggian 0,16 m di bawah permukaan laut dengan kondisi daerah relatif datar. Sesuai dengan kondisinya kota Banjarmasin mempunyai banyak anak sungai yang dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sarana transfortasi dan sumber air untuk keperluan MCK (mandi, cuci, kakus), perilaku memanfaatkan air sungai sebagai sumber MCK inilah yang menyebabkan rawannya terjadi water bone disease seperti penyakit saluran pencernaan dimana termasuk sepuluh penyakit terbanyak pada tahun 2004.1,2Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan yang utama, baik ditinjau dari segi kesakitan maupun dari kematian yang ditimbulkannya. Insidensinya masih cukup tinggi dengan angka tertinggi pada bayi dan balita. Diare merupakan salah salah satu penyebab kematian utama pada balita. Diare telah menyebabkan kematian pada lebih dari 1,5 juta balita pertahun dan menjadi urutan kelima penyebab kematian bayi di negara-negara berkembang (Survei tahun 2002). Walaupun saat ini angka kematian diare telah menurun, angka kesakitan diare tetap tinggi baik di negara maju maupun di negara berkembang.3,4Penyakit diare di Kalimantan Selatan masuk dalam golongan penyakit terbesar yang angka kejadiannya cukup tinggi.Keadaan ini didukung oleh faktor lingkungan yaitu banyaknya daerah pemukiman penduduk yang dilalui oleh sungai sehingga pemanfaatan air untuk memenuhi kebutuhan sehari hari cukup tinggi. Kondisi seperti ini masih menjadi salah satu penyebab tingginya kasus diare di Kalimantan Selatan. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kalimantan Selatan, Insidence Rate (per 1000 penduduk) dari tahun 1997 1999 mengalami penurunan yaitu dari 17,03 menjadi 11,38. Kemudian pada tahun 2000 meningkat lagi menjadi sebesar 15,47. 5,6Di kota Banjarmasin tahun 2003 terdapat 8.427 kasus diare sedangkan pada tahun 2004 terdapat 9.212 kasus. Jumlah kasus diare pada balita 6.107 kasus.Balita yang ditangani 6.107 orang.Terjadi peningkatan kasus diare tahun 2004 dibandingkan tahun 2003. Pada tahun 2005, penyakit diare menempati urutan ke 9 dari 10 penyakit terbanyak di kota Banjarmasin dengan 3.519 kasus. Hal tersebut disebabkan perubahan iklim yang sulit diprediksi untuk antisipasi kasus diare.7

Dalam menanggulangi penyakit diare diperlukan kerja sama antara pemerintah dan masyarakat. Selain mencegah diare melalui penerapan hidup sehat, masyarakat hendaknya juga mengetahui mengenai tindakan awal penanganan diare untuk anak saat masih di rumah. Dengan demikian, maka diharapkan dapat mencegah risiko komplikasi yang berat bagi anak. Kurangnya pengetahuan masyarakat dalam penanganan pertama diare pada anak terkadang berakibat dehidrasi, gagal ginjal, bahkan kematian pada anak. Untuk itu, diperlukan sosialisasi yang baik, salah satunya penyuluhan, mengenai penatalaksanaan penyakit diare pada masyarakat dalam upaya mencegah komplikasi dari diare. Penyuluhan kesehatan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari setiap program. Setiap petugas kesehatan yang berhubungan langsung dengan masyarakat, dalam hal ini petugas puskesmas, mempunyai tugas penyuluhan.Penyuluhan kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan kesehatan yang pada garis besarnya ada 2 jenis yaitu :

- Metode didaktik, contohnya adalah ceramah.

- Metode sokratik, contohnya adalah diskusi kelompok dan demonstrasi.

Perubahan perilaku masyarakat agar selalu hidup sesuai dengan norma-norma kesehatan dapat dilakukan melalui strategi pemberian informasi/ceramah dan diskusi serta partisipasi. Untuk mewujudkan perilaku hidup sehat (healthy life style) harus tersedia faktor yang memungkinkan perilaku tersebut terwujud (enabling factors), misalnya tersedianya obat-obatan. Sebenarnya cara yang efektif untuk mengatasi diare adalah dengan menggunakan Oralit. Untuk lebih meningkatkan penggunaan Oralit perlu dilakukan penyuluhan kepada masyarakat.8 Penyuluhan ini bertujuan untuk membantu sasaran agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude), dari mau menjadi mampu (aspek practice). Hal ini merupakan strategi dalam promosi kesehatan. Pencegahan terjadinya dehidrasi pada anak diare dapat dilakukan mulai dari rumah tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah. Oralit diberikan untuk mengganti cairan dan elektrolit dalam tubuh yang terbuang saat diare. Promosi kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keluarga dalam tata laksana diare secara komprehensif dan rasional di tingkat rumah tangga15

Untuk meminimalisir dan mencegah angka kejadian diare di masyarakat, diperlukan pengetahuan bagi masyarakat serta petugas kesehatan, terutama di tingkat puskesmas yang memuat secara terinci tentang seluk beluk diare, penatalaksanaan serta pencegahannya. Oleh sebab itu, atas dasar inilah penulis merasa tertarik untuk membahasnya dalam bentuk makalah Antisipasi serta Penanganan Diare pada Anak dalam Lingkup Rumah Tangga.

2. Sasaran Penyuluhan

Orang tua terutama ibu-ibu yang membawa anaknya ke Posyandu Balita yang diadakan oleh Puskesmas S. Parman Banjarmasin.3. Tujuan Penyuluhan

Setelah dilakukan pendidikan kesehatan dengan penyuluhan diharapkan orang tua, terutama ibu, mampu memahami dan mengerti tentang cara pencegahan dan penanganan pertama diare di rumah serta mengetahui tanda-tanda bahaya diare sehingga anak bisa langsung dibawa ke puskesmas terdekat.

4. Tempat Pelaksanaan

Posyandu Balita Indah Sari RT.12 Pasar Lama5. Pelaksana

Dokter muda Fakultas Kedokteran UNLAM yang sedang menjalani stase Ilmu Kesehatan Masyarakat di Puskesmas S. Parman Banjarmasin6. Metode

Ceramah

7. Media

Leaflet

BAB II

ISI MATERI PENYULUHAN

A. Definisi Diare

Menurut WHO, diare adalah berak cair lebih dari 3 kali dalam 24 jam. Pada bagian Ilmu kesehatan Anak FKUI diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal dengan frekuensi lebih dari 4 kali perhari pada neonatus dan lebih dari 3 kali pada anak dan bayi umur lebih 1 tahun.9B. EtiologiDiare dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :91. Faktor Infeksi

a. Infeksi Enteral : infeksi saluran cerna yang merupakan penyebab utama diare pada anak. Infeksi enteral ini meliputi :

Infeksi bakteri Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, dll

Infeksi virus Enterovirus, rotavirus, adenovirus, dll

Infeksi parasit

Cacing (Ascaris, Trichuris,dll), Protozoa (E. Hystolotica, G. Lamblia, dll), Jamur (Candida albicans)b. Infeksi Parenteral : infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan, seperti Otitis Media Akut, tonsilofaringitis, bronkopneumonia, encefalitis, dll. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun

2.Faktor Malabsorbsi

a. Malabsorbsi karbohidrat :disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting ialah intoleransi laktosa.

b. Malabsorbsi Lemak terutama long chain triglyserida.c. Malabsorbsi Protein : asam amino dan beta-laktoglobulin.

3.Faktor makanan

Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan

4.Faktor psikologis Rasa takut atau cemas, walaupun jarang dapat menimbulkan diare terutama pada anak yang lebih besarC. PatogenesisMekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah: 71. Gangguan osmotik

Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbullah diare.

2. Gangguan sekresi

Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

3.Gangguan motilitas usus

Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.

B. Klasifikasi Sesuai perjalanan penyakit diare, patogenesis penyakit diare dibagi atas : 3,7a. Diare akut

Patogenesis diare akut oleh infeksi, pada garis besarnya dapat digambarkan sebagai berikut :

Masuknya mikroorganisme (yang masih hidup) ke dalam saluran pencernaan (usus halus) setelah berhasil melewati rintangan asam lambung.

Mikroorganisme tersebut kemudian berkembang biak di dalam usus halus.

Dibentuknya toksin (endotoksin) oleh mikroorganisme.

Adanya rangsangan pada mukosa usus yang menyebabkan terjadinya hiperperistaltik dan sekresi cairan usus mengakibatkan terjadinya diare.b. Diare kronik

Patogenesis diare kronik lebih rumit karena terdapat beberapa faktor yang satu sama lain saling mempengaruhi.

Faktor-faktor tersebut antara lain :

Infeksi bakteri, misalnya ETEC (Entero Toxigenic E. Coli) yang sudah resisten terhadap obat. Juga diare kronik dapat terjadi kalau ada pertumbuhan bakteri berlipat ganda (over growth) dari bakteri non patogen, seperti : Pseudomonas, Klebsiella dsb.

Infeksi parasit : terutama E. Histolytica, Giardia lamblia, Trichuris trichiura, Candida, dsb

KKP (Kekurangan Kalori Protein)

Pada penderita KKP terdapat atrofi semua organ termasuk atrofi mukosa usus halus, mukosa lambung, hepar dan pankreas. Akibatnya terjadi defisiensi enzim yang dikeluarkan oleh organ-organ tersebut (laktase, maltase, sukrase, HCl, tripsin, pankreatin, lipase dsb) yang menyebabkan makanan tidak dapat dicerna dan diabsorpsi dengan sempurna. Makanan yang tidak diabsorpsi tersebut akan menyebabkan tekanan osmotik koloid di dalam lumen usus meningkat yang menyebabkan terjadinya diare osmotik. Selain itu juga akan menyebabkan over growth bakteri yang akan menambah beratnya malabsorpsi dan infeksi. Gangguan imunologik

Usus merupakan organ utama dari daya pertahanana tubuh. Defisiensi dari Secretory Immunoglobulin A (SIgA) dan Cell Mediated Immunity (CMI) akan menyebabkan tubuh tidak mampu mengatasi infeksi dan infestasi parasit dalam usus. Akibatnya bakteri, virus, parasit dan jamur akan masuk ke dalam usus dan berkembang biak dengan leluasa sehingga terjadi over growth dengan akibat lebih lanjut berupa diare kronik dan malabsorpsi makanan.

I. Berdasarkan lamanya keluhan diare :

Diare 14 hari atau lebih dengan dehidrasiDIARE PERSISTEN BERAT

Diare 14 hari atau lebih tanpa dehidrasiDIARE PERSISTEN

II. Berdasarkan kandungan darah dalam tinja :

Diare diserta darah dalam tinjaDISENTRI

C. Gejala & Penilaian Diare Berdasarkan MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit)

Gejala diare adalah tinja yang encer dengan frekuensi lebih dari 3 kali dalam sehari, yang kadang disertai: muntah, badan lesu atau lemah, tidak nafsu makan dan ada darah dan lendir dalam kotoran.

Gejala yang perlu dinilai pada anak diare adalah: 19

- sudah berapa lama anak menderita diare

- adanya darah dalam tinja untuk menentukan apakah anak menderita disentri, dan

- tanda-tanda dehidrasi

Tanyakan tentang diare sambil melihat bagan MTBS. Lihat dan Raba tanda-tanda berikut ini:

-Lihat keadaan umum anak. Apakah anak letargis atau tidak sadar?gelisah dan rewel?

-Lihat apakah matanya cekung

-Beri anak minum. Apakah anak tidak bisa minum atau malas minum?Minum dengan lahap atau kehausan?

Cubit kulit perut anak. Apakah cubitan kulit kembali : sangat lambat (lebih dari 2 detik)? lambat?

Gambar. Tanda-tanda dehidrasi pada anak.

Ada tiga kemungkinan klasifikasi dehidrasi pada anak dengan diare :14 Dehidrasi berat

Dehidrasi ringan / sedang

Tanpa dehidrasi

GEJALA

KLASIFIKASI

TINDAKAN

Terdapat dua atau lebih dari tanda-tanda berikut :

-letargis atau tidak sadar

-mata cekung

-tidak bisa minum atau malas minum

-cubitan kulit perut

kembalinya sangat lambat

DEHIDRASI

BERAT-Jika tidak ada klasifikasi berat lainnya

-Beri cairan untuk DEHIDRASI BERAT (Rencana Terapi C) atau-Jika anak mempunyai klasifikasi berat lainnya :

* Rujuk SEGERA dan selama dalam

perjalanan mintalah agar ibu terus

memberikan larutan Oralit sedikit

demi sedikit.

* Anjurkan ibu agar tetap memberi

ASI

-Jika ada kolera di daerah tersebut, beri antibiotik untuk kolera.

Terdapat dua atau lebih dari tanda-tanda berikut :

- gelisah, rewel/ mudah

marah

- mata cekung

- haus, minum dengan lahap

- cubitan kulit perut kembali

nya lambatDEHIDRASI

RINGAN/

SEDANG-Beri cairan dan makanan sesuai Rencana Terapi B

-Jika anak mempunyai klasifikasi be rat lainnya :

*Rujuk SEGERA dan selama dalam

perjalanan mintalah agar ibu terus

memberikan Oralit sedikit demi

sedikit

*Anjurkan ibu agar tetap memberi

ASI

- Nasihati ibu kapan harus kembali

segera

- Kunjungan ulang setelah 5 hari bila tidak ada perbaikan

Tidak cukup tanda-tanda untuk diklasifikasikan sebagai

dehidrasi berat atau ringan/

sedang TANPA

DEHIDRASI

- Beri cairan dan makanan sesuai

Rencana Terapi A

- Nasihati ibu tentang kapan harus

kembali segera

- Kunjungan ulang setelah 5 hari bila tidak ada perbaikan

D. Prinsip Penatalaksanaan Diare

Peran obat-obatan tidak begitu penting dalam menangani anak dengan diare. Penanganan Balita diare harus dimulai di tingkat rumah tangga yang diantaranya adalah dengan pemberian Oralit atau LGG serta suplemen Zinc. WHO dan Departemen Kesehatan RI telah menggalakkan penggunaan oralit formula baru dan suplemen Zinc dalam tata laksana diare sejak tahun 2004. Namun demikian, penatalaksanaan Diare dengan Oralit dan Zinc ini belum menunjukkan perbaikan dan belum sesuai dengan harapan.15

Menurut laporan hasil survei morbiditas dan perilaku tatalaksana diare oleh Depkes tahun 2000-2006 hingga 2010 diketahui bahwa perilaku masyarakat dalam penatalaksanaan diare belum menunjukkan perbaikan dan belum sesuai dengan harapan. Walaupun lebih dari 90% ibu mengetahui tentang paket oralit, hanya 1 dari 3 (35%) anak yang menderita diare diberi oralit dan hanya 22% yang diberi LGG (SDKI, 2007). Data juga menunjukkan bahwa penatalaksanaan diare dengan cairan rumah tangga mengalami penurunan dari 50% pada tahun 2006 menjadi 27% pada tahun 2010 (Laporan hasil survei morbiditas dan perilaku tatalaksana diare oleh Departemen Kesehatan tahun 2000-2006 dan 2010).15

Perlu diketahui bahwa, pencegahan terjadinya dehidrasi pada anak diare dapat dilakukan mulai dari rumah tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah. Oralit diberikan untuk mengganti cairan dan elektrolit dalam tubuh yang terbuang saat diare. Walaupun air sangat penting untuk mencegah dehidrasi, air minum tidak mengandung garam dan elektrolit yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbngan elektrolit dalam tubuh sehingga lebih diutamakan Oralit. Campuran glukosa dan garam yang terkandung dalam Oralit dapat diserap dengan baik oleh usus penderita Diare.15

Namun demikian, walaupun lebih dari 90% ibu mengetahui tentang paket oralit, hanya 1 dari 3 (35%) anak yang menderita diare diberi oralit dan hanya 22% yang diberi LGG (SDKI, 2007). Penelitian yang dilakukan oleh Sodemann (1999) menunjukkan bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap penggunaan Oral Rehiration Salt (ORS) atau yang dikenal dengan sebutan Oralit adalah ketersediaan ORS di rumah tangga. Hal ini senada dengan Green (1986 dalam Harianto, 2004) yang mengatakan bahwa alasan terbesar responden tidak memakai oralit pada waktu diare adalah responden tidak punya persediaan oralit di rumah.15

Disamping itu, keengganan ibu dalam memberikan oralit kepada anaknya ketika mengalami diare oleh karena oralit formula lama dapat menyebabkan mual dan muntah. Artini (1987 dalam Harianto 2004) menjelaskan pula bahwa meskipun masyarakat dapat membuat LGG/Oralit namun mereka tidak yakin akan khasiatnya. Hasil yang sama ditunjukkan oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Askrening (2007) di Kabupaten Purworejo yang menunjukkan bahwa pengetahuan ibu tidak berpengaruh terhadap perilaku pemberian rehidrasi oral pada anak diare. Dengan demikian, beberapa hasil penelitian tersebut dapat dipahami sebagai alasan yang menyebababkan mengapa penggunaan oralit oleh masyarakat masih belum optimal.15E. Penanganan Diare Akut (Tanpa Darah) Di Rumah Tangga Penatalaksanaan diare akut (tanpa darah) yang dapat dilakukan di rumah tangga bertujuan mencegah dehidrasi dan malnutrisi. Anak-anak tanpa tanda-tanda dehidrasi memerlukan tambahan cairan dan garam untuk mengganti kehilangan cairan dan elektrolit akibat diare. Jika ini tidak diberikan, tanda-tanda dehidrasi dapat terjadi. Ibu atau keluarga harus diajarkan cara-cara mencegah dehidrasi di rumah dengan memberikan anak lebih banyak cairan daripada biasanya, bagaimana mencegah kekurangan gizi dengan terus memberi makan anak dan mengapa tindakan-tindakan ini penting. Mereka juga harus tahu apa tanda-tanda yang menunjukkan bahwa anak harus dibawa ke petugas kesehatan. Langkah- langkah tersebut dirangkum dalam empat rencana terapi sebagai berikut:

Aturan 1

Memberikan anak lebih banyak cairan daripada biasanya untuk mencegah dehidrasi. Gunakan cairan rumah tangga yang dianjurkan seperti oralit, makanan yang cair dan atau air matang. Jika anak berusia kurang dari 6 bulan dan belum makan makanan padat lebih baik diberikan oralit dan air matang daripada makanan cair. Berikan larutan ini sebanyak anak mau dan teruskan hingga diare berhenti. cara membuat larutan oralit

Sumber: Jendela data dan informasi Kementerian Kesehatan RI Tahun 2011cara membuat larutan gula-garamBahan terdiri dari 1 sendok teh gula pasir, seperempat sendok teh garam dapur dan 1 gelas (200 cc) air matang. Setelah diaduk rata pada sebuah gelas diperoleh larutan gula-garam yang siap digunakan.

pemberian oralit / larutan gula garam (LGG)

Aturan 2

Ajarkan orang tua tentang pemberian suplementasi Zinc. Dosis zinc diberikan sesuai aturan: anak dibawah usia 6 bulan diberikan 10 mg, anak usia di atas 6 bulan diberikan 20 mg. Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut meskipun anak telah sembuh dari diare.

Sumber: Jendela data dan informasi Kementerian Kesehatan RI Tahun 2011Aturan 3

Anjurkan orang tua untuk tetap memberikan dukungan nutrisi untuk mencegah kurang gizi. ASI tetap diberikan selama terjadinya diare pada diare akut cair maupun berdarah dan frekuensi pemberian lebih sering dari biasanya. Bila anak sudah mendapat makanan tambahan sebaiknya makanan tetap diteruskan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada saat anak sehat.Aturan 4

Nasihat Orang tua atau pengasuh harus membawa anak ke petugas kesehatan (Puskesmas atau dokter) bila:

Muntah terus menerus sehingga diperkirakan pemberian oralit tidak bermanfaat

Mencret yang hebat dan terus menerus sehingga diperkirakan pemberian oralit kurang berhasil

Terdapat tanda-tanda dehidrasi (seperti mata tampak cekung, ubun-ubun cekung pada bayi, bibir dan lidah kering, tidak tampak air mata meskipun menangis turgor berkurang yaitu bila kulit perut dicubit tetap berkerut, nadi melemah sampai tidak teraba, tangan dan kaki teraba dingin, kencing berkurang, rasa haus yang nyata sampai kejang atau kesadaran menurun). F. Langkah Pencegahan DiareCara pencegahan yang benar dan efektif yang dapat dilakukan yaitu : 10,11,121. Pemberian Air Susus Ibu (ASI).

ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan adanya antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI turut memberikan perlindungan terhadap diare Pada bayi yang baru lahir pemberian ASI mempunyai daya lindung 4x lebih besar terhadap diare daripada pemberian ASI yang disertai dengan susu botol. Flora usus pada bayi-bayi yang disusui mencegah tumbuhnya bakteri penyebab diare. Pada bayi yang tidak diberi ASI secara penuh, pada 6 bulan pertama kehidupan, beresiko terkena diare sebesar 30x lebih besar. 2. Makanan Pendamping ASI (sapihan).

Pemberian makanan pendamping Asi adalah saat bayi secara bertahap mulai dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Pada masa tersebut merupakan masa yang berbahaya bagi bayi sebab perilaku pemberian makanan pendamping Asi dapat menyebabkan meningkatnya resiko terjadinya diare ataupun penyakit lain yang menyebabkan kematian. Perilaku pemberian makanan pendamping Asi yang baik meliputi perhatian kapan, apa dan bagaimana makanan pendaping Asi diberikan.Beberapa saran yang dapat meningkatkan cara pemberian makanan pendamping yang lebih baik yaitu :

Perkenalkan makanan lunak, ketika berumur 4 - 6 bulan, tetapi teruskan pemberian ASI. Tambahkan macam makanan sewaktu berumur 6 bulan atau lebih. Berikan makanan lebih sering (4x sehari) setelah berumur 1 tahun berikan semua makanan yang dimasak dengan baik 4 6 x sehari, teruskan pemberian ASI bila mungkin

Tambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam nasi/bubur dan biji-bijian untuk energi. Tambahkan hasil olahan susu, telur, ikan, daging, kacang-kacangan, buah-buahan dan sayuran hijau ke dalam makanannya. Cuci tangan sebelum menyiapkan makanan dan menyuapi anak, suapi dengan sendok bersih. Masak atau rebus makanan dengan benar, simpan sisanya pada tempat yang dingin dan panaskan dengan benar sebelum diberikan ke anak3. Menggunakan air bersih yang cukup.

Penyakit diare merupakan penyakit yang didasari oleh keadaan lingkungan, 2 hal yang mendasari yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare berakumulasi dengan prilaku manusia yang tidak sehat seperti minum air yang tidak matang, menggunakan air tidak bersih untuk mencuci sayur , maka dapat menimbulkan kejadian penyakit diare11Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur fekal-oral. Kuman-kuman tersebut dapat ditularkan dengan masuk kedalam mulut, cairan atau benda yang tercemar dengan tinja misalnya air minum, jari-jari tangan, makanan yang disiapkan dalam panci yang dicuci dengan air tercemar. Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar bersih mempunyai resiko menderita diare lebih kecil dibandingkan dengan masyarakat yang tidak mendapatkan air bersih. Masyarakat dapat mengurangi resiko terhadap serangan diare dengan menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanan dirumah.

4. Mencuci tangan.

Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makanan anak dan sebelum makan, mempunyai dampak terhadap kejadian diare.

5. Menggunakan jamban keluarga.

Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan resiko terhadap penyakit diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat, dan keluarga harus buang air besar di jamban.

6. Cara membuang tinja yang baik dan benar.

Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi itu tidak berbahaya , hal ini tidak benar karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anak-anak dan orang tuanya. Tinja bayi harus dibuang secara bersih dan benar.

7. Pemberian imunisasi campak.

Diare sering timbul menyertai campak sehingga pemberian iimunisasi campak juga dapat mencegah diare oleh karena itu beri anak imunisasi campak segera setelah berumur 9 bulan.BAB IIIPENUTUPUpaya peningkatan kesehatan ibu dan anak dalam rangka menekan angka kematian anak membutuhkan perhatian dari pemerintah dan tenaga kesehatan Sebagaimana diamanatkan oleh PBB dalam MDGs 2015 yaitu telah ditetapkan beberapa strategi untuk menekan angka kematian anak yang diantaranya adalah meningkatkan peran pemerintah dan tenaga kesehatan dalam memberdayakan keluarga dengan membantu keluarga belajar pengetahuan dan keterampilan dasar dalam meningkatkan status kesehatannya. Pencegahan dan pengobatan diare harus dimulai dari rumah tangga. Promosi kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keluarga dalam tata laksana diare secara komprehensif dan rasional di tingkat rumah tangga. Maka, kegiatan promosi kesehatan ini ditujukan agar meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai penanganan Diare di tingkat rumah tangga dan memberi pengetahuan menganai hal-hal apa saja tentang diare yang berbahaya sehingga memerlukan penanganan khusus di lingkup yang lebih tinggi, yakni puskesmas.24