penyuluhan
-
Upload
silvan-juwita-fenfen -
Category
Documents
-
view
17 -
download
7
Transcript of penyuluhan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Vitamin merupakan suatu zat senyawa kompleks yang sangat dibutuhkan
oleh tubuh yang berfungsi untuk membantu pengaturan atau proses kegiatan
tubuh. Salah satu jenis vitamin yang harus diperhatikan adalah vitamin A.
Vitamin A merupakan salah satu zat gizi penting yang larut dalam lemak dan
disimpan dalam hati, serta tidak dapat dibuat oleh tubuh, sehingga harus dipenuhi
dari luar (esensial). Vitamin ini berfungsi untuk penglihatan, pertumbuhan dan
meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit.1
Sumber vitamin A bisa didapat dari produk hewani seperti susu, kuning
telur, hati, dan ikan. Sedangkan karoten yang berfungsi sebagai prekursor vitamin
A terkandung di dalam buah-buahan dan sayur-sayuran seperti, daun singkong,
daun kacang, kangkung, bayam, kacang panjang, buncis, wortel, tomat, jagung
kuning, pepaya, mangga, nangka masak, dan jeruk. Aktivitas vitamin A
dinyatakan sebagai Retinol Equivalents (RE). Satu RE sebanding dengan 3.33
International Unit (IU).2
Menurut Tan KP (2008) dalam Eledrisi (2012) kadar vitamin A yang
direkomendasikan per harinya adalah 5000 International units (IU) untuk orang
dewasa dan 8000 IU untuk wanita hamil atau menyusui.3
Hasil kajian berbagai studi menyatakan bahwa vitamin A merupakan zat
gizi yang esensial bagi manusia. Karena zat gizi ini sangat penting dan konsumsi
1
2
makanan kita cenderung belum mencukupi dan masih rendah sehingga harus
dipenuhi dari luar. Pada anak balita, KVA (Kekurangan Vitamin A) akan
meningkatkan kesakitan dan kematian, serta mudah terkena penyakit infeksi
seperti diare, radang paru-paru, pneumonia, dan akhirnya kematian. Akibat lain
yang berdampak sangat serius dari KVA adalah buta senja dan manifestasi lain
dari xeropthalmia termasuk kerusakan kornea dan kebutaan.4
Adapun alasan mengapa kekurangan vitamin A masih dianggap sebagai
suatu masalah ialah karena penyakit ini masih menjadi salah satu dari empat
masalah gizi utama yang dihadapi Indonesia saat ini. Keempat masalah gizi utama
tersebut antara lain kurang kalori protein dan obesitas (masalah gizi ganda),
kurang vitamin A, gangguan akibat kurang iodium (GAKI), dan anemia zat besi.1
Di samping itu ada studi lain yang mengatakan bahwa pengetahuan
kebanyakan ibu rumah tangga masih kurang baik mengenai manfaat vitamin A.
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Helen Keller International Nutrition
Bulletin dikatakan bahwa lebih dari 90% ibu-ibu memang pernah mendengar
tentang vitamin A. Namun, masih banyak ibu-ibu yang masih kurang akan
kesadaran terhadap target dari suplementasi vitamin A. Ditambah lagi hanya 55%
dari ibu-ibu mengetahui bahwa vitamin A baik untuk kesehatan mata dan 39%
dari mereka mengetahui vitamin A mampu meningkatkan derajat kesehatan.5
Cakupan suplementasi vitamin A pada anak pra sekolah di Indonesia
sebesar 81,70% dengan jumlah anak pra sekolah yang memperoleh vitamin A
sebanyak 15.068.779 anak. Cakupan ini secara nasional sudah memenuhi standar
yaitu 80% sesuai dengan indikator Indonesia Sehat 2010. Namun pada beberapa
3
provinsi cakupan suplementasi vitamin A-nya masih tergolong rendah. Ditambah
lagi cakupan tahun 2010 merupakan yang paling rendah selama empat tahun
terakhir untuk pemberian vitamin A pada anak pra sekolah.6
B. Perumusan Masalah
Bagaimana pengaruh penyuluhan terhadap pengetahuan ibu yang
mempunyai balita tentang pemberian kapsul vitamin A
C. Tujuan Penelitian
Makalah ini bertujuan menjelaskan secara mendasar tentang manfaat
penting pemberian vitamin A.
D. Manfaat Penelitian
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis berupa
masukan kepada berbagai pihak :
1. Bagi Penulis
Dapat menambah informasi, dan wawasan bagi penulis.
2. Bagi Masyarakat (Ibu)
Sebagai informasi bagi ibu-ibu mengenai pentingnya pemberian vitamin A
yang tepat.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Vitamin A adalah salah satu zat gizi dari golongan vitamin yang sangat
diperlukan oleh tubuh yang berguna untuk kesehatan mata (agar dapat melihat
dengan baik), dan untuk kesehatan tubuh yaitu meningkatkan daya tahan tubuh,
jaringan epitel untuk melawan penyakit misalnya campak, diare dan penyakit
infeksi lain.7
Vitamin A merupakan zat gizi yang penting (essensial) bagi manusia,
karena zat gizi ini tidak dapat dibuat oleh tubuh, sehingga harus dipenuhi dari
luar. Vitamin A atau berdasarkan struktur kimianya disebut Retinol atau Retinal
atau juga Asam Retinoat, dikenal dan dipromosikan sebagai faktor pencegahan
xeropthalmia, berfungsi untuk pertumbuhan sel epitel dan pengatur kepekaan
rangsang sinar pada saraf retina mata, makanya disebut Retinol/Retinal. Jumlah
yang dianjurkan berdasarkan Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan per hari 400
ug retinol untuk anak-anak dan dewasa 500 ug retinol.8
B. Manfaat Vitamin A
Vitamin A memiliki beberapa manfaat diantaranya ialah:1
a. Penglihatan
Vitamin A berfungsi dalam penglihatan normal pada cahaya remang. Bila
kita dari cahaya terang diluar kemudian memasuki ruangan yang remang-
remang cahayanya, maka kecepatan mata beradaptasi setelah terkena
5
cahaya terang berhubungan langsung dengan vitamin A yang tersedia
didalam darah. Tanda pertama kekurangan vitamin A adalah rabun senja.
Suplementasi vitamin A dapat memperbaiki penglihatan yang kurang bila
itu disebabkan karena kekurangan vitamin A.
b. Pertumbuhan dan Perkembangan
Vitamin A dibutuhkan untuk perkembangan tulang dan sel epitel yang
membentuk email dalam pertumbuhan gigi. Pada kekurangan vitamin A,
pertumbuhan tulang terhambat dan bentuk tulang tidak normal. Pada anak-
anak yang kekurangan vitamin A, terjadi kegagalan dalam
pertumbuhannya. Dimana vitamin A dalam hal ini berperan sebagai asam
retinoat.
c. Reproduksi
Pembentukan sperma pada hewan jantan serta pembentukan sel telur dan
perkembangan janin dalam kandungan membutuhkan vitamin A dalam
bentuk retinol. Hewan betina dengan status vitamin A rendah mampu
hamil akan tetapi mengalami keguguran atau kesukaran dalam melahirkan.
Kemampuan retinoid mempengaruhi perkembangan sel epitel dan
kemampuan meningkatkan aktivitas sistem kekebalan diduga berpengaruh
dalam pencegahan kanker kulit, tenggorokan, paru-paru, payudara dan
kandung kemih.
d. Fungsi Kekebalan
Vitamin A berpengaruh terhadap fungsi kekebalan tubuh pada manusia.
Dimana kekurangan vitamin A dapat menurunkan respon antibody yang
6
bergantung pada limfosit yang berperan sebagai kekebalan pada tubuh
seseorang.
C. Sumber-Sumber Vitamin A
Vitamin A yaitu karoten terdapat dalam berbagai macam makanan.
Daging merah hati, susu, full cream, keju, mentega merupakan makanan yang
tinggi retinol. Sayur dan buah-buahan berwarna hijau dan kuning seperti wortel,
sayur hijau seperti daun singkong, daun kacang, kangkung, bayam, kacang
panjang, buncis, tomat, jagung kuning, pepaya, mangga, nangka masak, jeruk,
buah peach, apricot dan minyak sayur, yaitu minyak kelapa sawit yang berwarna
merah merupakan makanan yang tinggi karoten.9
D. Kebutuhan Vitamin A
Pemenuhan kebutuhan vitamin A sangat penting untuk pemeliharaan
kelangsungan hidup secara normal. Kebutuhan tubuh akan vitamin A untuk orang
Indonesia telah dibahas dan ditetapkan dalam Widyakarya Nasional pangan dan
Gizi (2007) dengan mempertimbangkan faktor-faktor khas dari kesehatan tubuh
orang Indonesia.10
7
E. Masalah-Masalah yang Berhubungan dengan Vitamin A
Vitamin A merupakan vitamin yang larut dalam lemak atau minyak dan
mempunyai beberapa fungsi dalam tubuh manusia. Fungsi utama vitamin A
adalah untuk penglihatan. Hal ini karena vitamin A merupakan komponen penting
dalam retina mata. Disamping itu vitamin A juga membantu pertumbuhan dan
mempunyai peranan dalam jaringan epitel.2
Pada umumnya orang dewasa kecukupan vitamin A didapat dari
makanan yang dikonsumsi setiap hari. Demikian juga bagi anak-anak selain
didapat dari makanan juga dari suplemen vitamin A, sedangkan bagi bayi yang
berumur <6 bulan kebutuhan vitamin A diperoleh dari Air Susu Ibu (ASI).1
8
ASI umumnya mampu mencukupi vitamin A pada bayi, tetapi kadar
vitamin A dalam air susu sangat dipengaruhi oleh jumlah dan jenis makanan yang
dikonsumsi selama menyusui.7
1. Kelebihan Vitamin A
Hipervitaminosis vitamin A adalah suatu kondisi dimana kadar vitamin A
dalam darah atau jaringan tubuh sangat tinggi sehingga menyebabkan
timbulnya gejala-gejala yang tidak diinginkan. Hipervitaminosis ada 2
macam, yaitu:1,2
a. Hipervitaminosis akut yang disebabkan karena pemberian dosis tunggal
vitamin A yang sangat tinggi, atau pemberian berulang dosis tunggal yang
lebih kecil tetapi masih termasuk dosis besar karena dikonsumsi dalam
periode 1-2 hari. Pengobatannya adalah dengan menghentikan
suplementasi vitamin A dan pengobatan simptomatis.
b. Hipervitaminosis kronis yang disebabkan karena mengkonsumsi vitamin A
dosis tinggi yang berulang-ulang dalam jangka waktu beberapa bulan atau
beberapa tahun. Keadaan ini biasanya hanya terjadi pada orang dewasa
yang mengatur pengobatannya sendiri. Pengobatannya adalah dengan
menghentikan suplementasi vitamin A dan pengobatan simptomatis.
Jika seseorang mengkonsumsi vitamin A dosis tinggi yang melebihi
200.000 SI, maka sebagian besar vitamin A yang berlebihan tersebut dalam
bentuk yang tidak berubah akan dikeluarkan melalui air seni atau tinja dan
selebihnya disimpan didalam hati.
9
2. Kekurangan Vitamin A 1 ,2
Gejala dini akibat kekurangan vitamin A adalah buta senja (niktatopia).
Penderita buta senja tidak dapat melihat dalam keadaan gelap. Apabila gejala
buta senja ini tidak dapat ditanggulangi maka akan muncul gejala lebih lanjut
yaitu konjungtiva serosis (pengeringan selaput bening yang menutupi bagian
depan bola mata).
Dapat pula terjadi kelainan dalam bentuk lain yaitu adanya bercak pada
bola mata (bercak bitot). Bercak bitot merupakan bintik-bintik warna kelabu
terang dan berbusa yang terdapat di konjungtiva mata.
Tanda klinis selanjutnya adalah pengeringan pada kornea mata (kornea
serosis). Gejala kekurangan vitamin A yang paling serius, kornea mata
menjadi keruh, kering dan melunak. Gangguan penglihatan yang terjadi
tergantung besarnya kerusakan pada kornea. Pengobatan yang segera dan
tuntas dapat mengembalikan fungsi kornea mata, akan tetapi pengobatan yang
terlambat dapat menyebabkan kebutaan total. Keseluruhan gejala yang terjadi
pada mata akibat kekurangan vitamin A secara umum disebut Xerophtalmia.
10
3. Dampak Kekurangan Vitamin A bagi Anak 1,2
Dampak kekurangan vitamin A bagi anak ialah:
a. Hemarolopia (rabun senja)
b. Frinoderma, pembentukan epitelium kulit tangan dan kaki
terganggu sehingga kulit tangan dan kaki bersisik.
c. Perdarahan pada selaput usus, ginjal dan paru-paru.
d. Kerusakan pada bagian putih mata yang akan mengering dan
kusam (xerosis konjungtiva), bercak seperti busa pada bagian
putih mata (bercak bitot), bagian kornea kering dan kusam
(xerosis kornea), sebagian hitam mata melunak (keratomalasia),
11
seluruh kornea mata melunak seperti bubur (ulserasi kornea) dan
bola mata mengecil/mengempis (xerophtalamia scars).
e. Terhentinya proses pertumbuhan.
f. Terganggunya pertumbuhan pada bayi.
Namun, perlu diperhatikan bahwa pemberian vitamin A dosis tinggi
dalam waktu lama dapat menimbulkan akibat yang kurang baik, antara lain:
a. Hipervitaminosis A pada anak-anak dapat menyebabkan anak
cengeng, tulang sekitar tulang panjang membengkak, kulit kering,
dan gatal-gatal.
b. Hipervitaminosis A pada orang dewasa menimbulkan sait kepala,
mual-mual dan diare.
4. Faktor-faktor yang Bemubungan dengan KVA ( Kekurangan Vitamin A)
pada Bayi7
a. Status lnfeksi
Seperti diungkapkan oleh berbagai penelitian, antara lain penelitian
Sulaiman (1989) di Purwakarta, Jawa Barat, terdapat hubungan yang
bermakna antara riwayat diare dengan kadar vitamin A dalam serum.
Anak yang mempunyai riwayat diare, kadar vitamin A serumnya
lebih rendah dibandingkan dengan anak yang tidak mernpunyai
riwayat diare (17). Penyakit infeksi juga memberikan risiko yang
lebih besar dibandingkan dengan anak yang sehat untuk mengalami
xerophtalmia. Hal ini diungkapkan oleh Sommer dkk (1987) di
perdesaan di Pulau Jawa. Temuannya adalah bahwa anak balita yang
12
menderita penyakit infeksi saluran pemapasan dan atau riwayat
diare, mempunyai risiko xerophtalmia 2,5 kali dibandingkan dengan
anak yang sehat setelah 18 bulan pengamatan. Pada bayi risiko
tersebut 5,5 kali (18). Dan gambaran penelitian-penelitian yang telah
dilakukan dan hasil penelitian ini menunjukkan adanya asosiasi yang
kuat antara status infeksi dengan status vitamin A dan sebaliknya,
meskipun cara pengukuran status infeksi tersebut berbeda.
b. Status Vitamin A Ibu
Faktor lain yang paling berhubungan dengan masalah KVA pada
bayi adalah keadaan kekurangan vitamin A yang tejadi pada ibu
menyusui. Besamya risiko bayi untuk mengalami KVA adalah 3 kali
bila ibu mengalami KVA dibandingkan dengan jika ibu yang tidak
KVA. Telah diketahui bahwa salah satu faktor yang menentukan
status gizi bayi menyusu adalah status gizi ibu. Demikian pula
dengan status vitamin A bayi. Melalui ASI, kualitas makanan yang
dikonsumsi oleh ibu terefleksikan ke dalam kandungan zat gizi yang
ada dalam ASI, yang selanjutnya dikonsumsi bayi. Sebelum
mencapai jaringan atau sel target, vitamin A berada dalam darah
dalam bentuk retinol (19). Oleh sebab itu kandungan retinol dalam
darah ibu secara tak langsung dapat menentukan status vitamin A
bayi menyusu. Beberapa penelitian mengungkapkan kuatnya
hubungan status vitamin A ibu dengan status vitamin A bayi. Saidin
S (16) di Kabupaten Bogor mendapatkan bahwa pemberian kapsul
13
vitamin A 400.000 IU kepada ibu masa nifas tidak saja
meningkatkan vitamin A dalam ASI ibu, melainkan juga status
vitamin A serum bayi secara bermakna hingga 4 bulan dibandingkan
dengan kelompok kontrol. Keterbatasan penelitian ini adalah tidak
adanya data kandungan vitamin A dalam ASI yang dapat
menjelaskan hubungan antara status vitamin A ibu dan status vitamin
A bayi melalui ASI.
c. Pemberian ASI
Hasil penelitian di India mengungkapkan bahwa efek pemberian ASI
>10kali sehari terhadap perlindungan terjadinya xerophtalmia
sebesar 68% dibandingkan anak yang tidak mendapatkan ASI.
F. Pencegahan dan Pengobatan
Kekurangan makan makanan bergizi yang berlarut-larut, selain membuat
orang menjadi kurus juga kekurangan vitamin-vitamin, termasuk kekurangan
vitamin A. penyakit usus yang menahun akan mengakibatkan penyerapan vitamin
A dari usus terganggu. Untuk melakukan pengobatan harus berobat pada dokter
dan biasanya dokter akan memberikan suntikan vitamin A setiap hari sampai
gejalanya hilang. Untuk mencegah kekurangan vitamin A makanlah pepaya,
wortel dan sayur-sayuran yang berwarna.1,10
Program nasional pemberian suplemen vitamin A adalah upaya penting
untuk mencegah kekurangan vitamin A di antara anak-anak Indonesia. Tujuan
Program ini adalah untuk mendistribusikan kapsul vitamin A pada semua anak di
seluruh wilayah Indonesia dua kali dalam satu tahun. Setiap Februari dan
14
Agustus, kapsul vitamin A didistribusikan secara gratis kepada semua anak yang
mengunjungi Posyandu dan Puskesmas. Vitamin A yang terdapat dalam kapsul
tersebut cukup untuk membantu melindungi anak-anak dari timbulnya beberapa
penyakit yang pada gilirannya akan membantu menyelamatkan penglihatan dan
kehidupan mereka.2
Pemberian vitamin A akan memberikan perbaikan nyata dalam satu
sampai dua minggu. Dianjurkan bila diagnosa defisiensi vitamin A ditegakkan
maka berikan vitamin A 200.000 IU peroral dan pada hari kesatu dan kedua.
Belum ada perbaikan maka diberikan obat yang sama pada hari ketiga. Biasanya
diobati gangguan protein kalori mal nutrisi dengan menambah vitamin A,
sehingga perlu diberikan perbaikan gizi.8
Pencegahan dan pengobatan di kutip berdasarkan keterangan dari brosur
suplementasi vitamin A kapsul yang terdiri dari :8
a. Kapsul vitamin A berwarna biru (100.000 IU)
Tiap kapsul mengandung vitamin A palmitat 1,7 juta IU 64.7059 mg
(setara dengan vitamin A 100.000 IU) dengan dosis
1) Pencegahan bayi umur 6 bulan – 11 bulan : 1 kapsul
2) Bayi dengan tanda klinis xerofthalmia :
- Saat ditemukan segera beri 1 kapsul
- Hari berikutnya 1 kapsul
- 4 minggu berikutnya 1 kapsul (kelainan mata berupa bercak bitot,
mata keruh atau kering yang disertai luka perlu diberikan pengobatan
lokal seperti salep antibiotik)
15
3) Bayi dengan campak, pneumonia, diare, gizi buruk dan infeksi lainnya
diberi 1 kapsul. Catatan bila di suatu desa terdapat”kejadian Luar
Biasa (KLB)” campak, maka sebaiknya seluruh anak balita di desa
tersebut masing-masing diberi satu kapsul vitamin A
b. Kapsul vitamin A berwarna merah (200.000 IU) tiap kapsul vitamin A
mengandung palmitat 1,7 juta IU 129.5298 mg (setara dengan vitamin A
200.000 IU) dengan dosis :
1). Pencegahan balita umur 1 tahun – 5 tahun : 1 kapsul
2). Balita dengan tanda klinis xerofthalmia :
- Saat ditemukan segera beri 1 kapsul
- Hari berikutnya 1 kapsul
- 4 minggu berikutnya 1 kapsul (kelainan mata berupa bercak bitot,
mata keruh atau kering yang disertai luka perlu diberikan pengobatan
lokal seperti salep antibiotik)
3). Balita dengan campak, pneumonia, diare, gizi buruk dan infeksi dan
infeksi lainnya diberi 1 kapsul ( Puspitorini, 2006 ).
Anak-anak yang mengalami gizi kurang mempunyai resiko yang tinggi
untuk mengalami kebutaan sehubungan dengan defisiensi vitamin A, karena
alasan ini vitamin A dosis tinggi harus diberikan secara rutin untuk semua
anak yang mengalami gizi kurang pada hari pertama, kecuali bila dosis yang
sama telah diberikan pada bulan yang lalu. Dosis tersebut adalah sebagai
berikut: 50.000 IU untuk bayi berusia < 6 bulan, 100.000 IU untuk bayi
berumur 6 - 12 bulan , dan 200.000 IU untuk anak berusia > 12 bulan. Jika
16
terdapat tanda klinis dari defisiensi vitamin A (seperti rabun senja, xerosis
konjungtiva dengan bitot’s spot, xerosis kornea atau ulceration, atau
ketomalasia), maka dosis yang tinggi harus diberikan untuk dua hari
pertama, diikuti dosis ketiga sekurang-kurangnya 2 minggu kemudian.8
G. Metode Pemberian Vitamin A8
1. Bulan kapsul
Untuk tujuan pencegahan, pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi diberikan
kepada bayi dan anak balita secara periodik, yaitu untuk bayi diberikan
setahun sekali pada bulan Februari dan Agustus.
Pemberian secara serentak dalam bulan Februari dan Agustus mempunyai
beberapa keuntungan:
Memudahkan dalam memantau kegiatan pemberian kapsul, termasuk
pencatatan dan pelaporannya, karena semua anak mempunyai jadwal
pemberian yang sama.
Memudahkan dalam upaya pengerakkan masyarakat, karena kampanye
dapat dilakukan secara nasional disamping secara spesifik daerah.
17
Memudahkan dalam pembuatan materi-materi penyuluhan (spot TV, spot
radio, barang-barang cetak) terutama yang dikembangkan, diproduksi dan
disebarluaskan oleh tingkat Pusat/Propinsi/Kabupaten.
Dalam rangka Hari Proklamasi RI (Agustus) biasanya banyak kegiatan-
kegiatan yang dapat digunakan untuk promosi kesehatan, termasuk pemberian
kapsul vitamin A dosis tinggi. Bulan Februari dan Agustus merupakan bulan
pemantauan garam beryodium di tingkat masyarakat sehingga kegiatan
tersebut dapat diintegrasikan di tingkat Puskesmas.
2. “Sweeping”/Kunjungan Rumah
Kegiatan ini merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan pemberian
kapsul
vitamin A.
Bila masih ada bayi dan anak balita yang belum mendapat kapsul vitamin A
pada hari pemberian yang telah ditentukan, perlu dilakukan “Sweeping”
yaitu melacak/mencari bayi dan anak balita tersebut untuk diberi kapsul
vitamin A, dengan melakukan kunjungan rumah. Diharapkan dengan
kegiatan bulan kapsul dan sweeping semua bayi (6-11 bulan) dan anak
balita (1-5 tahun) dapat dicakup 100% dengan pemberian kapsul vitamin A.
“Sweeping”/kunjungan rumah sebaiknya dilakukan segera setelah hari
pemberian dan paling lambat sebulan setelahnya. Untuk memudahkan
pencatatan dan pelaporan, akhir minggu ketiga bulan Maret (untuk periode
Februari) dan akhir minggu ketiga bulan September (untuk periode Agustus)
seluruh kegiatan “Sweeping” hendaknya sudah selesai.
18
Bila setelah “Sweeping” masih ada anak yang belum mendapat kapsul,
maka agar diupayakan lagi meskipun sudah diluar periode pemberian.
19
3. Penggerakkan Masyarakat/Kampanye
Tujuan pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi dapat tercapai apabila
seluruh jajaran kesehatan dan sektor terkait, menjalankan peranannya dengan
baik, dan melibatkan semua pihak yang potensial seperti : kader, kepala desa,
tokoh masyarakat, tokoh agama, PKK dan organisasi lainnya.
Kegiatan kampanye bertujuan untuk meningkatkan kepedulian semua pihak
yang terkait pada program penanggulangan KVA, termasuk ibu-ibu balita,
khususnya pada kegiatan distribusi kapsul vitamin A.
Sebulan menjelang bulan kapsul vitamin A yaitu sekitar bulan Januari dan
Juli sampai dengan pelaksanaan distribusi, perlu diadakan gerakan
KIE/penyuluhan, berupa kampanye untuk menggerakkan masyarakat di
semua tingkat administrasi.
H. Faktor yang Mempengaruhi Tinggi Rendahnya Cakupan Kapsul
Vitamin A
Tinggi atau rendahnya cakupan kapsul vitamin A terkait dengan berbagai
faktor yang spesifik menurut karakteristik anak, karakterisasi rumah tangga, akses
pelayanan kesehatan yang tersedia, dan strategi distribusi suplementasi vitamin
A.7
Semba dan Grover melakukan analisis cakupan kapsul vitamin A dengan
karakteristik rumah tangga. Menurut Semba, 2007 di Ethiopia didapati perbedaan
nyata cakupan kapsul vitamin A dengan pendidikan ibu dan ayah setelah dikontrol
dengan variabel lain. Anak balita dari ibu atau ayah yang berpendidikan lebih
tinggi cakupannya dibandingkan dengan anak balita yang ibu atau ayahnya tidak
20
bersekolah. Tetapi di Kamboja dan Bangladesh menunjukkan hanya pendidikan
ibu yang berperan dalam cakupan kapsul vitamin A, pendidikan ayah tidak
berperan nyata.7
Cakupan kapsul vitamin A lebih terkait dengan pengetahuan KK
terhadap lokasi dan akses pelayanan kesehatan yaitu posyandu, puskesmas, bidan
Praktik dan dokter Praktik. Terlihat bahwa tidak tahu lokasi dan tidak pernah ke
posyandu mempunyai peran penting dalam tingkatan cakupan kapsul vitamin A.
KK yang tidak tahu lokasi posyandu dan anak balita yang tidak pernah dibawa ke
posyandu berisiko 1,3 dan 1,7 kali tidak mendapatkan kapsul vitamin A dibanding
KK yang tahu lokasi posyandu dan anak balita dibawa ke posyandu. Sedangkan
KK yang tidak tahu lokasi bidan Praktik anak balitanya berisiko 1,3 kali untuk
tidak mendapatkan kapsul vitamin A. Hasil penelitian di Kabupaten Tapin
mengungkapkan bahwa bidan desa yang berperan aktif dapat meningkatkan
cakupan kapsul vitamin A untuk ibu nifas. Namun, hasil penelitian lain
menunjukkan bahwa tidak ada suatu cara yang baku untuk meningkatkan
distribusi kapsul vitamin A.7,8
Cakupan kapsul vitamin A yang tinggi perlu disinergikan dengan
program kesehatan yang ada. Di Ethiopia, cakupan kapsul vitamin A naik menjadi
83,1 persen karena disinergikan dengan strategi peningkatan pelayanan kesehatan
yang sudah ada seperti imunisasi, kunjungan rumah, program pemantauan
pertumbuhan. Horton 2008, menunjukkan bahwa di Chatissgarh, India, cakupan
menjadi tinggi (83,7%) karena diintegrasikan dengan peringatan proteksi anak
yang diadakan dua kali setahun, program imunisasi, pemberantasan cacing perut,
21
pemantauan pertumbuhan, dan pemeriksaan garam yodium. Di Bangladesh,
distribusi kapsul vitamin A untuk anak 6–11 bulan diintegrasikan dengan program
imunisasi, sedangkan untuk anak 12–59 bulan disinergikan dengan hari kesehatan
anak dan kampanye nasional vitamin A. Di Kenya, cakupan vitamin A lebih dari
80% jika diintegrasikan dengan program imunisasi, tetapi menurun menjadi hanya
20% karena sejak 2007 dilakukan tanpa integrasi dengan imunisasi. Penurunan
cakupan terutama terjadi pada anak 12–59 bulan (14,0%), sedangkan anak 6–11
bulan masih tinggi (65,0%) karena ada program imunisasi. Di Ghana
diintegrasikan dengan program imunisasi, program obat cacing, pembagian
kelambu berinsektisida, dan pemantauan pertumbuhan seperti Kartu Menuju
Sehat (KMS). Sebagaimana penelitian lainnya bahwa di Indonesia cakupan
suplementasi vitamin A pada anak balita memerlukan integrasi yang baik dengan
program kesehatan yang sudah ada.7
Kenyataan menunjukkan bahwa peran posyandu sebagai ujung tombak
pelayanan kesehatan di tingkat masyarakat masih merupakan akses pelayanan
utama untuk menjangkau cakupan vitamin A anak balita dan perlu ditingkatkan
terus bersamaan dengan penguatan program kesehatan yang lain. Revitalisasi
posyandu berupa penyediaan sarana yang memadai, termasuk KMS untuk
pemantauan pertumbuhan balita, tenaga posyandu terlatih, keteraturan jadwal
pelayanan oleh puskesmas untuk program kesehatan ibu dan anak, termasuk
imunisasi, pelayanan kehamilan dan persalinan oleh bidan desa, dan cakupan
posyandu yang menjangkau seluruh rumah tangga di desa merupakan upaya yang
tepat.7
22
BAB III
PENUTUP
Suplementasi vitamin A pada anak balita memerlukan integrasi yang baik
dengan program kesehatan yang sudah ada, peran posyandu sebagai ujung tombak
pelayanan kesehatan di tingkat masyarakat masih diandalkan untuk pencapaian
cakupan kapsul vitamin A. Revitalisasi posyandu secara menyeluruh merupakan
upaya yang tepat untuk memaksimalkan cakupan posyandu yang menjangkau
seluruh rumah tangga di perdesaan.
Asupan vitamin A yang cukup sangat berperan dalam kesehatan mata
(agar dapat melihat dengan baik), dan untuk kesehatan tubuh yaitu meningkatkan
daya tahan tubuh, jaringan epitel untuk melawan penyakit misalnya campak, diare
dan penyakit infeksi lain.