PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM...

106
PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Analisa terhadap Putusan Perkara Nomor. 607 / pdt. G / PA Depok Jawa Barat) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk memenuhi salah satu persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy) Oleh : JAJANG SUDIAR NIM. 106044101409 K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A PROGRAM STUDI AHWAL AL SYAKHSIYYAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1431 H / 2010 M

Transcript of PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM...

Page 1: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA

KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

(Analisa terhadap Putusan Perkara Nomor. 607 / pdt. G / PA

Depok Jawa Barat)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk memenuhi salah satu

persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh :

JAJANG SUDIAR NIM. 106044101409

K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A

PROGRAM STUDI AHWAL AL SYAKHSIYYAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A 1431 H / 2010 M

Page 2: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

PENYELESAIAN PERKARA PERCERAIAN YANG

DISEBABKAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

(Analisa Putusan Perkara Nomor. 607 / pdt. G / PA

Depok Jawa Barat)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh

Jajang Sudiar NIM: 106044101409

Pembimbing I

Drs. H. Asep Syarifuddin. H, SH, MH

NIP: 195505051982031012

Pembimbing II

Dra. Rosdiana, MA. NIP: 196906102003122001

K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A

PROGRAM STUDI AHWAL AL ASYAKHSIYYAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H / 2010 H

Page 3: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul ”Penyelesaian Perceraian Dalam Perkara Kekerasan Dalam Rumah Tangga (Analisa terhadap Putusan Perkara Nomor. 607 / pdt. G / PA Depok Jawa Barat)” telah diajukan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah Dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 6 September 2010 skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Syariah (S.Sy) pada Program Studi Ahwal Al Syakhsiyyah (Peradilan Agama).

Jakarta, 6 September 2010 Disahkan oleh Dekan,

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH.,MA.,MM NIP. 195505051982031012

Panitia Ujian Munaqasyah

Ketua : Drs. H. A Basiq Djalil, SH., MA (...........................) NIP. 195003061976031001 Sekretaris : Kamarusdiana, S.Ag., MH (...........................) NIP. 197202241998031 Pembimbing I : Drs. H. Asep Syarifudin Hidayat, SH., MH. (...........................) NIP. 195505051982031012 Pembimbing II : Rosdiana, MA. (...........................) NIP. 196906102003122001 Penguji I : Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH.,MA.,MM (...........................) NIP. 195505051982031012 Penguji II : Drs. H. A Basiq Djalil, SH., MA (...........................) NIP. 195003061976031001

Page 4: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

KATA PENGANTAR

بسم اهللا الرحمن الرحيم

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

berbagai kenikmatan yang diberikan kepada penulis sehingga bisa tercapainya tujuan

penulis untuk menyelesaikan salah satu kewajiban penulis untuk memuntut ilmu

dengan menyelsaikan studi S1, mudah-mudahan ilmu yang didapatkan bisa

diamalkan dan bermanfaat bagi penulis khususnya dan masyarakat umumnya.

Shalawat dan salam senantiasa penulis haturkan kepada panutan kita penutup

para nabi yakni Nabi Muhammad SAW kepada keluarganya, sahabatnya, dan mudah-

mudahan kepada kita selaku umatnya yang taat pada ajarannya. Dalam

menyelesaikan tugas akhir kuliah ini penulis mengangkat temana tentang

”Penyelesaian Perkara Perceraian Yang Disebabkan Kekerasan Dalam Rumah

Tangga (Analisa Putusan Perkara Nomor 607 / pdt.G / PA Depok Jawa Barat)”

Dengan penuh kerendahan hati bahwa dalam menyelesaikan skipsi ini

terdapat pihak-pihak yang telah membantu, untuk itu penulis mengucapkan

terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi

ini yaitu kepada bapak/ibu:

1. Prof. Dr. H. M. Amin Suma, SH. MA. MM. Dekan Fakultas Syariah Dan

Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Drs. H. A. Basik Djalil, SH. MA. Ketua Prodi Akhwal Al Syahsiyyah, dan

Kamarusdiana, S.Ag. MH. Selaku skretaris Prodi Akhwal Al Syahsiyyah.

i

Page 5: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

3. Drs. H. Asep Syarifuddin, H, SH. MH. Dan Dra. Rosdiana, MA. selaku dosen

pembimbing skripsi terimakasih atas perhatian dan bimbingannya

4. Segenap pengurus perpustakaan Fakultas Syariah Dan Hukum dan

Perpustakaan Utama yang telah memberiakn pelayanan dalam yang baik.

5. Kepada bapak Abas dan ibu Siti, selaku orang tua kami yang selalu

memotifasi dan memberikan curahan kasih sayang yang tiada henti-hentinya

kepada penulis agar tercapai cita-citanya.

6. Kepada kaka kami teh Yuyum, teh Entin, ka Jajat, ka Kamal, ka Dede,teh Fitri

dan sodara-sodara yang selalu memberikan dorongan motifasi baik materil

ataupun inmateril kepada penulis

7. Kepada teman-teman kesatuan aksi mahasiswa muslim indonesisa (KAMMI)

komsat UIN dan KAMMI TANGSEL, teman-teman angkatan Hasan Al Bana,

Galuh Jaya, teman-teman satuperjuangan di kelas yang selalu memberikan

masukan dan motifasinya kepada penulis.

8. Segenap pengurus dan pembina Rumah Cita Yayasan Irtiqo Kebajikan, adik-

adik binaan rumah cita, dan para dosen yang telah membimbing penulis dalam

menuntut ilmu di bangku kuliah ataupun di diluar trimakasih kepada

semuanya yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk jadi

bagian dalam bimbingannya.

Akhirnya penulis dengan segala kerendahan hati, berharap semoga kebaikan

dan pengorbanan yang telah diberikan kepada penulis akan mendapat balasan yang

ii

Page 6: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

iii

berlipat ganda dari Allah SWT. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna

dikemudian hari dan memberikan manfaat bagi semua pihak dan semoga yang telah

penulis lakukan mendapat ridho dari Allah SWT, amin.

Jakarta, 22 Agustus 2010 M 12 Ramadhan 1431 H

Penulis

Page 7: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................................ iv

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah.................................................................... 1

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah............................................... 6

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ....................................................... 6

D. Studi Revieu Terdahulu .................................................................... 7

E. Metode Penelitian ............................................................................. 9

F. Sistematika Pembahasan ................................................................... 10

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERCERAIAN ............................. 12

A. Pengertian Perceraian....................................................................... 12

B. Pengertian Perceraian Menurut Hukum Islam .................................. 14

C. Pengertian Perceraian Menurut Hukum Positif................................ 20

D. Macam-Macam Perceraian................................................................ 23

BAB III KAJIAN TEORITIS TENTANG KEKERASAN DALAM

RUMAH TANGGA............................................................................... 40

A. Pengertian Kekerasan Dalam Rumah Tangga...................................

B. Kekerasan dalam rumah tangga menurut UU No. 23 tahun 2004 .... 44

C. Faktor-faktor penyebab munculnya Kekerasan Dalam Rumah

Tangga .............................................................................................. 48

iv

Page 8: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

v

D. Pandangan Hukum Islam Terhadap Kekerasan Dalam Rumah

Tangga............................................................................................... 56

E. Pandangan Hukum Positif Terhadap Kekerasan Dalam Rumah

Tangga............................................................................................... 61

BAB IV ANALISA PUTUSAN PERADILAN AGAMA DEPOK .................. 66

A. Profil Peradilan Agama Depok ......................................................... 66

B. Prosedur Penyelesaian Perkara Cerai Di PA Depok......................... 71

C. Putusan Perceraian Akibat Kekerasan Dalam Rumah Tangga

(Studi Analisis Putusan Nomor 607 / pdt. G / PA Depok Jawa

Barat)................................................................................................. 74

D. Pertimbangan Hakim Dalam Memutuskan Perkara.......................... 77

E. Analisa Penulis Hasil Penelitian ....................................................... 80

BAB V PENUTUP............................................................................................... 88

A. Kesimpulan ....................................................................................... 88

B. Saran.................................................................................................. 90

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 92

LAMPIRAN

Page 9: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keberagaman masalah dalam perkawinan yang terjadi pada masa kini

banyak menyentak perhatian dari berbagai kalangan. Implikasi-implikasi dari

persoalan dalam perkawinan bukan hanya tidak tercapainya tujuan perkawinan

tetapi sudah mencapai pada kondisi yang sudah sangat memprihatinkan, seperti

banyaknya kasus perceraian yang diakibatkan oleh tindakan kekerasan dalam

rumah tangga dengan dipicu oleh berbagai faktor baik faktor emosional

keharmonisan, faktor ekonomi dan lain sebagainya. Kenyataan ini seharusnya

dapat dijadikan sebagai masukan berharga yang dapat menggugah kesadaran

semua pihak. Padahal kalau kita lihat tujuan dari sebuah pernikahan sebagai mana

yang disebutkan dalam Undang-Undang No 1 tahun 1974 pasal 1 adalah: “

perkawinan ialah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dengan seorang

wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga)

yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan yang Maha Esa”. 1

Dari isi pasal tersebut dapat kita tarik pemahaman bahwa tujuan dari suatu

pernikahan adalah:

1. Membentuk keluarga yang kekal dan bahagia.

1 Kompilasi Hukum Islam di Indonesia (KHI), Departemen Agama RI, Direktur Jendral Kelembagaan Agama Islam Tahun 2001.

1

Page 10: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

2

2. Berdasarkan ikatan-ikatan agama dalam perkawinan.

3. Kedua belah pihak harus menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan

menjalankannya.

4. Bisa menjadi suri tauladan bagi keluarga dan masyarakat.

Tentu tujuan tersebut tidak bisa dicapai begitu saja tanpa ada satu

kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah aturan. Sebagai salah satu

syarat yang harus dipenuhi dalam memasuki perkawinan, perkawinan rumah

tangga adalah suatu ikatan lahir dan batin antara seorang laki-laki dengan seorang

perempuan melalui akad nikah (ijab dan kobul) dengan tujuan untuk membentuk

rumah tangga bahagia dan sejahtera.2 Pernikahan atau perkawinan merupakan

sunnatullah yang artinya perintah Allah SWT dan Rasulnya, tidak hanya semata-

mata keinginan manusia semata atau hawa nafsunya saja, karena seseorang yang

telah berumah tangga berarti ia telah menjalankan sebagian dari syari’at islam.3

Seperti yang difirmankan Allah SWT, dalam Al Quran surat An-Nur ayat 32 :

)32: النور (

Artinya: Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. jika mereka

2 Sidi Nazar Bakry “Kunci Keutuhan Rumah Tangga, Keluarga yang Sakinah” (Pedoman Ilmu Jaya,2001) cet. I, h.2 3 Ibid., h.3.

Page 11: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

3

miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. (Q.S.An Nur :32).

Selanjutnya juga diterangkan Dalam Al Qur’an Surat An–Nisa ayat 3:

☺ )3:النور(

Artinya: Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, Maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya. (Q.S.An Nur: 3).

Pada hakikatnya, seseorang yang melakukan akad pernikahan adalah

saling berjanji serta berkomitmen untuk saling membantu, menghargai dan

menghormati satu dengan yang lainnya. Sehingga tercapailah kebahagian dan

cita-cita yang diinginkan. Tujuan perkawinan itu tertulis pada Kompilasi Hukum

Islam atau yang biasa kita sebut dengan KHI, pada pasal 3 yang berbunyi:

“Perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan rohmah.”4

Islam sendiri menghendaki dicapainya suatu makna yang di mulia dari

suatu perkawinan atau kehidupan berumah tangga.5

4 Kompilasi Hukum Islam (KHI) Departemen Agama RI, Direktur Jendral Kelembagaan Agama Islam Tahun 2001, h.14.

Page 12: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

4

Tujuan lain dari pernikahan adalah untuk memenuhi petunjuk agama

dalam rangka mendirikan keluarga yang harmonis, sejahtera dan bahagia.

Harmonis dalam menggunakan hak dan kewajiban anggota keluarga, sejahtera

artinya terciptanya ketenangan lahir dan batin disebabkan terpenuhinya keperluan

hidup lahir dan batinnya, sehingga timbullah kebahagiaan, yakni kasih sayang

antara anggota keluarga. Selain itu untuk membangun suatu kehidupan (berumah

tangga) yang penuh kasih sayang, tenggang rasa, toleransi, solidaritas dan

kesederhanaan akhlak yang semuanya akan membawa seseorang pada keimanan

dan ketakwaan yang sempurna.6

Akan tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa dalam kenyataan hidup yang

terdapat di masyarakat roda kehidupan berjalan dengan dinamis, tidak lepas dari

perselisihan antara anggota keluarga tersebut terlebih antara suami dan isteri.

Kenyataan hidup seperti itu menimbulkan bahwa memelihara kelestarian

kesinambungan hidup bersama suami isteri itu bukanlah perkara yang mudah

dilaksanakan, bahkan dalam banyak hal kasih sayang dan kehidupan yang

harmonis antara suami isteri tidak dapat diwujudkan. Munculnya perubahan

pandangan hidup yang berbeda antara suami dan isteri, timbul perselisihan

pendapat antara keduanya, berubah kecenderungan hati pada masing-masing

memungkinkan timbulnya krisis rumah tangga yang merubah suasana harmonis

menjadi percekcokan, persesuaian menjadi pertikaian, kasih sayang menjadi

5 Abduttawab Haikal, Illyas Ismail Al Sendany, et. Al (pent) “Rahasia Rasulullah Saw, Poligami Dalam Islam Versus Monogamy Barat” (Jakarta: Pedoman Ilu Jaya, 1988), h.7 6 Abduttawab Haikal, Op.cit, h.10

Page 13: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

5

kebencian. Perselisihan yang terjadi adalah suatu hal yang sangat sering dijumpai

dalam kehidupan dalam rumah tangga, dimana hal tersebut adalah sesuatu yang

wajar selama tidak disertai dengan tindak kekerasan. Dalam masyarakat kita yang

mayoritas laki-laki memiliki peran yang lebih dominan dibandingkan dengan

perempuan dan posisi perempuan dianggap lemah dalam masyarakat (patriarki),

istri memiliki peluang untuk mendapatkan perlakuan yang tidak baik dari

suaminya sehingga perselisihan yang terjadi antara suami dengan istri tidak jarang

disertai dengan kekerasan dalam pertikaian-pertikaian tersebut. Akan tetapi tidak

menutup kemungkinan suami yang menjadi korban kekerasan tersebut.

Kekerasan yang dialami dalam pertikaian tersebut bukan hanya sebatas

kekerasan fisik semata, kekerasan itu bisa berbentuk psikis, ekonomi, dan seksual.

Termasuk kekerasan seksual dalam relasi perkawinan, dengan cakupan bentuk

pemaksaan hubungan seksual dengan cara yang wajar maupun yang tidak wajar.7

Perselisihan yang terjadi antara suami dengan isteri yang disertai

kekerasan baik fisik, psikis, ekonomi, bahkan seksual, secara langsung sangat

berpengaruh terhadap jalannya bahtera rumah tangga tersebut. Yang pada

puncaknya terjadilah perceraian. Dari permasalahan inilah peneliti melakukan

penelitian tentang “PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA

KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA”(Analisis terhadap Putusan

7 Suara Apik, lahirnya UU Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (PKDRT): Sebuah Bentuk Terobosan Hukum Dan Implikasinya Terhadap Hukum Nasional, (Jakarta: lbh Apik, 2005), Edisi 28, h.4

Page 14: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

6

Peradilan Agama Depok Perkara Nomor 607 / Pdt. G / PA. Depok. Jawa

Barat)

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan masalah

Agar dalam pembahasan ini tidak meluas, maka dalam penelitian ini

peneliti terfokus pada kasus cerai gugat yang disebabkan oleh tindak

kekerasan dalam rumah tangga di Peradilan Agama Depok.

2. Perumusan masalah

Pada dasarnya undang-undang yang mengatur kekerasan dalam rumah

tangga (KDRT) telah mempunyai undang-undang tersendiri, yakni undang-

undang nomor 23 tahun 2004 tentang “penghapusan kekerasan dalam rumah

tangga” namun pada kenyataannya masih banyak orang yang melakukan

tindak kekerasan dalam rumah tangga tersebut khususnya kepada pihak isteri.

Agar dalam pembahasan skripsi ini terarah dan tersusun secara sistematis

pada tema bahasan yang menjadi titik sentral, maka perlu penulis perjelas

tentang pokok-pokok bahasan dengan memberikan batasan dan perumusan

masalah sebagai berikut:

a. Faktor-faktor apa saja yang sering menyebabkan terjadinya kekerasan

dalam rumah tangga.

b. Bagai mana pandangan hukum Islam dan hukum positif terhadap

kekerasan dalam rumah tangga.

Page 15: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

7

c. Mengapa majelis hakim peradilan agama Depok dalam pertimbangan

hukumnya tidak menggunakan pasal dalam undang-undang penghapusan

KDRT.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan penelitian

a. Untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana SI yang di

berikan oleh Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perceraian

yang diakibatkan oleh kekerasan dalam rumah tangga, khususnya yang

menyangkut dengan masalah percekcokan yang berakibat lebih lanjut

pada masalah perceraian di wilayah Pengadilan Agama Depok

c. Untuk memperoleh data secara rinci dan jelas tentang hal-hal yang terkait

mengenai sebab-sebab terjadinya perceraian akibat kekerasan dalam

rumah tangga dan aspek lainnya yang terkait.

d. Dapat mengidentifikasi bentuk tindakan kekerasan dan kategori pada istri

dalam rumah tangga.

2. Manfaat penelitian

a. Memberikan informasi dari penelitian ini kepada masyarakat tentang latar

belakang kekerasan dalam rumah tangga dan bentuk-bentuknya.

b. Sebagai penelitian yang dapat dijadikan sumber untuk penelitian-

penelitian lain tentang kekerasan dalam rumah tangga.

Page 16: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

8

c. Mampu memahami secara menyeluruh tentang tindak kekerasan pada istri

dalam rumah tangga.

D. Studi Riview Terdahulu

1. Judul skripsi, Kekerasan Dalam Rumah Tangga Ditinjau Dari Hukum Islam

Dan Hukum Positif (Studi Analisis Putusan Perkara 1376/pid.b/2005/PA.

Jaksel)

Pengarang, Samsul Mu’min, Universitas Islam Negeri Jakarta Syarif

Hidayatullah Jakarta, Jurusan Perbandingan Mazhab Dan Hukum 2006.

Fokus pembahasan

a. Bagaimana kekerasan dalam rumah tangga dalam pandangan Al Quran,

social cultural dan kajian jender

b. Sejauh mana peran putusan perkara No. 1376/pid.b/2005/PA. Jaksel

dalam mengatasi dan mencegah tindakan KDRT.

c. Sudahkah putusan perkara No.1376/pid.b/2005/PA. Jaksel. Dipengadilan

Jaksel sesuai dengan acuannya yaitu UU No. 23 tahun 2004 tentang

penghapusan kekerasan dalam rumah tangga.

Perbedaan pembahasan

1) Mengali faktor-faktor apasaja yang bisa menyebabkan terjadinya

kekerasan dalam rumah tangga

Page 17: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

9

2) Bagai mana pandangan hukum positif dan hukum islam terhadap kasus

kekerasan dalam rumah tangga

3) Dan mengapa dalam kasus ini dalam putusannya pengadilan tidak

mencantumkan undang-undang kekersan dalam rumah tangga dalam

putusannya.

2. Judul skripsi, Battered Women Syndrome Pada Perempuan Korban

Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

Pengarang, Qur’aniyah, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta, Fakultas Psikologi Tahun 2008.

Fokus pembahasan

a. Bagai mana gambaran isteri atau perempuan yang mengalami battered

womens syndrome.

b. Isteri yang mengalami tindak kekerasan oleh suaminya baik secara fisik,

ekonomi, atau pun seksual.

Perbedaan pembahasan

1) Pandangan islam dalam mendidik rumah tangga yang sakinah mawadah

dan rohmah

3. Judul skripsi, Kekerasan Dalam Rumah Tangga Sebagai Alasan Perceraian

(Di Pengadilan Agama Tagamus Lampung)

Pengarang, Dhiaul Fajri, Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta,

fakultas syariah dan hukum konsentrasi peradilan agama, 2009.

Fokus pembahasan

Page 18: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

10

a. Jenis dan pola kekerasan dalam rumah tangga yang bagai mana yang

sering muncul dalam kasus perceraian di pengadilan agama Tagamus

Lampung

b. Apa pertimbangan hakim dalam menentukan putusan perceraian yang

diakibatkan terjadinya KDRT di pengadilan agama Tagamus Lampung.

Perbedaan pembahasan

1) Kasus yang terjadi di Pengadilan Agama Depok Jawa Barat

2) Apa pertimbangan hakim dalam putusannya dengan tidak mencantumkan

undang-unadang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga.

E. Metode Penelitian

Metode pembahasan yang dipergunakan oleh penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini adalah metode-metode yang berlaku dalam penulisan

karya ilmiah, yaitu:

1. Library Research, yakni penelitian kepustakaan dengan cara mengumpulkan

sumber-sumber yang berkaitan dengan aspek-aspek permasalahan, mengambil

data, meneliti dan mengkaji literature, pendapat para ahli yang terdapat dalam

buku-buku, surat kabar, majalah dan lain sebagainya yang bisa menunjang

dan membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

2. Field Research, yakni penelitian lapangan yang pelaksanaannya penulis terjun

langsung ke lokasi pengadilan, yaitu dipengadilan Agama Depok untuk

melakukan pengambilan data di pengadilan agama Depok.

Page 19: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

11

Teknik field research ini penulis bagi kedalam bidang-bidang sebagai berikut:

a. Interview (wawancara)

Penulis mempergunakan teknik ini karena teknik interview sebagai teknik

Tanya jawab secara lisan yang berpedoman pada daftar pertanyaan

terbuka. Dengan demikian dapat diperoleh jawaban langsung dari

responden sedalam-dalamnya tentang masalah yang dibahas dan tehnik ini

penulis tunjukan kepada para pihak yang mengetahui dan berproses

sebagai praktisi di peradilan agama maupun kepada masyarakat di wilayah

Depok yang mengalami secara langsung.

b. Observasi (pengamatan)

Yakni melihat dari dekat mekanisme dan operasional dilingkungan

pengadilan agama yang berhubungan dengan persoalan yang dibahas.

c. Dokumentasi

Teknik ini dipergunakan untuk kelengkapan data yang diperlukan, yaitu

dengan cara melihat dokumen dan arsip-arsip yang ada di pengadilan

Agama Depok yang dijadikan objek penelitian.

Adapun sebagai pedoman dalam penulisan skripsi ini, penulis

mempergunakan buku pedoman penulisan skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas

Syariah Dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2005.

F. Sistematika Pembahasan

Page 20: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

12

Untuk lebih memudahkan pembahasan dan penulisan skripsi ini lebih

fokus dan sistematis, maka penulis mengklasipikasikan permasalahan dalam

beberapa bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan yang memberikan gambaran secara umum dan

menyeluruh tentang skripsi ini dengan menguraikan tentang latar

belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, metode

pembahasan serta sistematika penyusunan.

BAB II Merupakan bab yang membahas tentang Pengertian kekerasan dalam

rumah tangga menurut UU No 23 tahun 2004 tentang penghapusan

dalam rumah tangga, dan membahas tentang bagaimana Pandangan

islam terhadap kekerasan dalam rumah tangga, lalu bagaimana Dasar

hukum perkawinan dalam islam, dan bagai mana tujuan perkawinan

menurut hukum islam, dan tujuan perkawinan menurut UU No.

1/1974.

BAB III Bab ini membahas dan menguraikan tentang Pengertian dan latar

belakang KDRT dan Bentuk- bentuk kekerasan dalam rumah tangga,

dan Dampak kekerasan dalam rumah tangga dan bagaimana upaya

pencegahan terhadap kekerasan dalam rumah tangga, gambaran umum

PA Depok, dan Prosedur penyelesaian perkara KDRT di PA Depok

BAB IV Bab ini berisi pokok bahasan dalam skripsi ini, dengan menampilkan

profil pengadilan agama Depok dengan disertai putusan perceraian

yang diakibatkan tindak kekerasan dalam rumah tangga serta

Page 21: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

13

pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara, dan disertai dengan

analisa penulis mengenai penelitian putusan pengadilan agama Depok

nomor 607 / pdt. G / PA. DEPOK

BAB V Merupakan bagian akhir dari pembahasan skripsi ini. Yang terdiri dari

kesimpulan dan rekomendasi atau saran, dan penutup dari skripsi ini.

Page 22: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG PERCERAIAN

A. Pengertian Perceraian

Perceraian merupakan bagian dari pernikahan, sebab tidak ada perceraian

tanpa diawali pernikahan terlebih dahulu. Pernikahan merupakan awal dari hidup

bersama antara seorang pria dengan seorang wanita yang diatur dalam peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Dalam semua tradisi hokum, baik civil law,

common law, maupun Islamic law, perkawinan adalah sebuah kontrak

berdasarkan persetujuan sukarela yang bersifat pribadi antara seorang pria dengan

seorang wanita untuk menjadi suami isteri. Dalam hal ini, perkawinan selalu

dipandang sebagai dasar bagi unit keluarga yang mempunyai arti penting bagi

penjagaan moral atau akhlak masyarakat dan pembentukan peradaban1

Akad perkawinan dalam hukum islam bukanlah perkara perdata semata,

melainkan ikatan suci (mitsaqon galidza) yang terkait dengan keyakinan dan

keimanan kepada Allah SAW. Dengan demikian ada dimensi ibadah dalam

sebuah perkawinan. Untuk itu perkawinan harus dipelihara dengan baik sehingga

bisa abadi dan apa yang menjadi tujuan perkawinan dalam islam yakni

terwujudnya keluarga sejahtera (mawaddah wa rahmah) dapat terwujud.2

1 Rifyal Ka’bah, permasalahan perkawinan, dalam Majalah Varia Peradilan, no 271 juni

2008, IKAHI, Jakarta, hal 7 2 Amiur Nuruddin, Azahri Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam Di Indonesia: Studi Kritis

Perkembangan Hukum Islam Dari Fiqih, UU No. 1/1974 Sampai KHI (Jakarta, Kencana, 2006) cet, ke-3. h. 206.

13

Page 23: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

14

Namun sering kali apa yang menjadi tujuan perkawinan kandas di

perjalanan. Perkawinan harus putus di tengah jalan. Sebenarnya putusnya

perkawinan merupakan hal yang wajar saja, karena makna dasar sebuah akad

nikah adalah ikatan atau dapat juga dikatakan perkawinan pada dasarnya adalah

kontrak.3 Konsekuensinya ia dapat lepas yang kemudian dapat disebut dengan

talak. Makna dasar dari talak itu adalah melepaskan ikatan atau melepaskan

perjanjian.

Talak terambil dari kata “ithlaq” yang menurut bahasa artinya “

melepaskan atau meninggalkan”. Menurut istilah syara, “talak yaitu:

4ةيجوز الةقالع الاءهنا واجو الزةطب رلحArtinya “melepas tali perkawinan dan mengakhiri hubungan suami istri”.

Sedangkan perceraian dalam istilah fiqih disebut “talak” atau

furqoh”talak berarti membuka ikatan” membatalkan perjanjian, “furqoh berarti

bercerai” lawan dari berkumpul kemudian kedua perkataan ini dijadikan istilah

oleh ahli-ahli fikih yang berarti perceraian antara suami dan istri5. Ta’rif talak

menurut bahasa arab mempunyai arti bercerainya perempuan dari suaminya atau

melepaskan ikatan.6 Yang dimaksud di sini adalah melepaskan ikatan

3 Ahamad Kuzairi, Perkawinan Sebagai Sebuah Perikatan (Jakarta: Rajawali Pres, 1995).

4 Sayyid Sabiq “Fiqih Sunnah”(Beirut Dar Al Fikr, 1983),cet. Ke-4, jilid 2. 5 Kamal Muktar, Asas-Asas Hukum Islam Tentang Perkawinan (Jakarta. Bulan bintang.

1974)cet. Ke 2 hal 156. 6 M. Yunus. Kamus Arab-Indonesia (Jakarta, PT Hidayah)cet. ke-2. h. 120.

Page 24: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

15

perkawinan, sedangkan menurut istilah talak adalah melepaskan tali perkawinan

dan mengakhiri hubungan suami istri

Sayyid Sabiq mendefinisikan talak adalah sebuah upaya untuk

melepaskan ikatan perkawinan dan selajutnya mengakhiri hubungan perkawinan

itu sendiri.7 Sedangkan dalam kitab Kifayat Al Akhyar yang menjelaskan talak

sebagai sebuah nama untuk melepaskan ikatan nikah dan talak adalah lafad

jahiliah yang setelah islam datang menetapkan lafaz itu sebagai kata untuk

melepaskan nikah. Dan dalil-dalil tentang talak itu berdasarkan al kitab, hadis,

ijma’ ahli agama dan ahli sunnah.8

B. Perceraian Menurut Hukum Islam

Pada prinsipnya, kehidupan rumah tangga harus disadari oleh mawaddah,

rahmah dan cinta kasih. Yaitu bahwa suami istri harus memerankan peran

masing-masing yang satu dengan yang lainnya saling melengkapi. Disamping itu

harus juga diwujudkan keseragaman, keeratan, kelembutan saling pengertian satu

dengan yang lain sehingga rumah tangga menjadi hal yang sangat menyenangkan,

penuh kebahagiaan kenikmatan dan melahirkan generasi yang baik yang

merasakan kebahagian yang dirasakan oleh orang tua mereka.9

7 Sayyid Sabiq, Fiqih Al Sunnah, Juz II, (Beirut: Dar Al-Fikr, 1983), h. 206. 8 Taqiyuddin, Kifayaut Al Akhyar, Juz II, (Bandung: Al Ma’arif, t.t)h. 84. 9 Syaikh Hasan Ayyub, Fikih Keluarga, (Jakarta: Dar At Tauji Wa An Nashr Al Islamiyyah,

1419/1999m), cet ke 1, h. 205.

Page 25: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

16

Jika mata air cinta dan kasih sayang sudah kering dan tidak lagi

memancarkan airnya, sehingga hati salah satu pihak atau keduanya (suami dan

istri) sudah tidak lagi merasa cinta kasih, lalu kedua-duanya sudah tidak saling

memperdulikan satu dengan yang lain serta sudah tidak menjalankan tugas dan

kewajiban masing-masing, sehingga yang tinggal hanyalah pertengkaran dan tipu

daya. Kemudian keduanya berusaha memperbaiki, namun tidak berhasil, begitu

juga keluarganya telah berusaha melakukan perbaikan, namun tidak kunjung

berhasil pula, maka pada saat itu, talak adalah kata yang paling tepat seakan-akan

ia merupakan setrika yang didalamnya terdapat obat penumbuh, namun ia

merupakan obat yang paling pahit diminum.10

Seandainya islam tidak memberikan jalan menuju talak bagi suami istri

dan tidak memperbolehkan mereka untuk bercerai pada saat yang sangat kritis,

niscaya hal itu akan membahayakan bagi pasangan tersebut. Mereka akan

merasakan kehidupan rumah tangga mereka seperti neraka dan penjara yang

berisi siksaan dan penderitaan. Dan hal itu pasti akan berakibat buruk terhadap

anak-anak dan bahkan mempengaruhi kehidupan mereka, karena jika pasangan

suami istri mengalami kegoncangan, maka anak-anak mereka pun pasti menderita

dan menjadi korban. Dari mereka itu akan lahir masyarakat yang dipenuhi dengan

kedengkian, irihati, kezhaliman, hidup berfoya-foya dan berbuat hal yang negatif

sebagai bentuk pelampiasan dan pelarian diri dari kenyatan hidup yang mereka

alami. Bagi mereka, rumah itu tidak lain hanyalah seperti penjara yang

10 Syaikh Hasan Ayyub, Fikih Keluarga, op. cit., h.205.

Page 26: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

17

menjengkelkan dan menyebalkan, yang menyebabkan seluruh penghuninya lari

menjauh agar tidak terperangkap kedalam kebencian, adu domba, keserakahan

dan kesedihan.11

Yang dimaksud dengan talak adalah memutuskan tali perkawinan. Talak

ini merupakan sesuatu yang disyariatkan. Dan yang menjadi dasarnya Al Quran

dan hadis serta ijma para ulama. Di dalam Al Quran talak secara tegas dinyatakan

dalam surat Al Baqarah: 229.

: البقرة( ☺ 229(

Artinya: “Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu adalah suatu kotoran". oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. apabila mereka telah Suci, Maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.(Q.S. Al Baqoroh:229)

Imamiyah mengatakan: talak dianggap tidak jatuh (sah) kecuali dengan

menggunakan redaksi khusus, yaitu anti thaliq ا نت طا لق (engkau adalah orang

yang diceraikan), fulanah thaliq (menyebut nama istrinya ), فال نة طا لق fulanah

11 Syaikh Hasan Ayyub, Fikih Keluarga, op. cit., h.206.

Page 27: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

18

Penyusun kitab Al Jawahir, mengutip Al Kafi, mengatakan bahwa, talak

dipandang tidak ada kecuali seperti terdapat pada riwayat Bakir Bin A’yan, yaitu

seorang suami mengatakan kepada istrinya yang berada dalam keadaan suci dan

tidak dia campuri menjelang talak, anti thaliq, dan ucapannya itu disaksikan dua

orang saksi laki-laki yang adil. Apa yang tidak seperti itu dianggap kosong

belaka. Kemudian, dengan menukil Al Inthisar, penyusun kitab Al Jawahir

menyatakan adanya kesepakatan para ulama mazhab imamiyah tentang hal itu.13

Dengan demikian, maka Imamiyah amat membatasi ruang lingkup talak

dalam batas yang amat sempit, dan secara ketat memberlakukan ketentuan-

12 Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Mazhab, (Jakarta: Lentera, 2007), cet, ke. 20,

h. 446. 13 Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Mazhab, op. cit., h.447.

Page 28: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

19

ketentuan yang sulit, baik bagi laki-laki maupun bagi perempuan yang dicerai,

terhadap redaksi dan saksi-saksinya. Semuanya itu dilakukan lantaran perkawinan

merupakan ikatan, kasih sayang, dan perjanjian kuat yang datang dari Allah SWT.

Allah berfirman dalam surat An Nisa: 21.

)21: النساء( ⌧Artinya: “Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, Padahal sebagian

kamu telah bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai suami-isteri. dan mereka (isteri-isterimu) telah mengambil dari kamu Perjanjian yang kuat.” (Q.S. An Nisa :21)

Kendati demikian, mazhab-mazhab lain membolehkan talak dengan

menggunakan redaksi apapun, asal terkandung maksud talak, dalam bentuk

tulisan atau pun lisan. Secara tegas atau hanya berupa kiyasan, misalnya

mengucapkan, sekarang engkau menjadi haram bagi ku, engkau putus dan tidak

ada hubungan lagi dengan ku, pergilah dan kawinlah dengan laki-laki lain,

sekarang ikatan dirimu berada pada orang lain, pulanglah kerumah orang tuamu,

dan lainsebagainya. Mereka juga menperbolehkan adanya talak mutlak dan

mukhayad (terkait oleh sesuatu), misalnya dengan mengatakan: kalau engkau

keluar rumah, berarti engkau cerai. Bila aku berbuat demikian, maka engkau

cerai, bila dia berbicara dengan ayah mu, engakau cerai, tiap orang yang

Page 29: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

20

kukawini, cerai, yang dengan sendirinya setelah ia melangsungkan akad nikah,

maka jatuhlah talak, dan lain sebagainya, yang tidak dapat dikemukakan disini.14

Mazhab-mazhab tersebut juga menyatakan sahnya talak yang dilimpahkan

kepada si istri atau orang lain, seperti halnya pula mereka membolehkan

penjatuhan talak tiga dengan satu kali ucapan (engkau ku talak tiga). Para ulama

mazhab-mazhab tersebut mengemukakan pembahasan panjang lebar dalam

lembaran-lembaran kitab mereka yang isinya tak lebih hanyalah penghancuran

terhadap esensi rumah tangga, serta menyerahkannya ketangan iblis.15

Para Ulama Mazhab Syi’ah Imamiyah Itsna Asyariyah dan Ismailiyah

mengatakan bahwa, talak tidak dianggap jatuh bila tidak disertai saksi laki-laki

yang adil, berdasarkan firman Allah tentang masalah talak dalam surat Al Talak 16

Seperti halnya dengan ketetapan yang diberikan oleh imamiyah dalam

persoalan suami istri yang terlibat dalam talak dan redaksinya, mazhab ini pun

bersikap amat ketat dalam persoalan persaksian talak. Para ulama mazhab

imamiyah menetapkan bahwa, kalau semua persyaratan itu telah terpenuhi, tapi

ketika talak tersebut dijatuhkan tidak ada dua orang saksi laki-laki yang adil yang

mendengarnya, maka talak tersebut diyatakan tidak jatuh. Tidak dipandang cukup

14 Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Mazhab, op. cit., h.448. 15 Penulis kitab ta’sis al najhar mengutip pendapat imam malik yang mengatakan bahwa,

kalau seandainya seorang laki-laki telah bermaksud (“azam”)menalak istrinya, maka talak tersebut dinyatakan telah jatuh dengan semata-mata maksud tersebut, sekalipun ia tidak mengucapkannya (lihat ta’sis al nazhar, h. 49).

16 Muhammad Jawad Mughniyah “Fiqih Lima Mazhab” op. cit., h.449.

Page 30: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

21

ada nya satu orang saksi saja, sungguhpun saksi tersebut seorang yang sangat

dipercayai atau bahkan ma’sum.

C. Perceraian Menurut Hukum Positif

Sebagai mana yang disebutkan dalam pasal 1 Undang-Undang No.1/1974

dijelaskan bahwa tujuan perkawinan adalah membentuk keluarga yang bahagia,

kekal berdasarkan ketuhanan yang masa esa atau dalam bahasa KHI disebut

dengan mistsaqan ghaliza (ikatan yang kuat),17 namun dalam realitasnya

seringkali perkawinan tersebut kandas ditengah jalan yang mengakibatkan

putusnya perkawinan baik karena sebab kematian, perceraian ataupun karena

putusnya pengadilan berdasarkan syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh

undang-undang. Dalam pasal 38 undang-ungang perkawinan dikatakan

“perkawinan dapat putus karena, a. kematian, b. perceraian dan c, atas keputusan

pengadilan”.18

Kematian sebagai salah satu sebab putusnya perkawinan, adalah salah satu

pihak baik suami atau istri meninggal dunia. Sedangkan untuk sebab perceraian,

undang-undang pernikahan memberikan aturan-aturan yang telah baku, terperinci,

dan sangat jelas. Adapun putusnya perkawinan dengan putusan pengadilan adalah

17 Kompilasi Hukum Islam ( KHI) 18 Amir Nuruddin, Azahri Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam Di Indonesia: Studi Kritis

Perkembangan Hukum Islam Dari Fiqih, UU No. 1/1974 Sampai, po.cit, h. 216.

Page 31: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

22

jika kepergian salah satu pihak tanpa kabar berita untuk waktu yang lama.

Undang-undang perkawinan tidak menyebutkan berapa lama jangka waktu untuk

menetapkan hilangnya atau dianggap meninggalnya seseorang itu.19

Bahkan di dalam penjelasan undang-undang perkawinan dalam pasal 38

tersebut dipandang cukup jelas, dan jika kita merujuk kepada hukum perdata pada

pasal 493 dinyatakan “ apabila, selain terjadinya meninggalkan tempat tinggal

dengan sengaja, seseorang antara suami istri selama genap sepuluh tahun telah

tak hadir di tempat tinggalnya, sedangkan kabar tentang hidup atau matinya pun

tak pernah diperolehnya, maka si istri atau suami yang ditinggalkannya, atas izin

dari pengadilan negeri tempat tinggal suami istri bersama berhak memanggil

pihak yang tak hadir tadi dengan tiga kali panggilan umum berturut-turut

dengan cara seperti teratur dalam pasal 467 dan 468.”

Didalam PP No. 9 tahun 1975 tentang pasal 19 diyatakan hal-hal yang

menyebabkan terjadinya perceraian, perceraian dapat terjadi karena alasan atau

alasan-alasan seperti:

1. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi dan

lain sebagainya yang sukar untuk disembuhkan.

2. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama dua tahun berturut-turut

tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal yang lain

diluar kemampuannya.

19 Lili Rasjidi, Hukum Perkawinan Dan Perderaian Di Malayasia Dan Indonesia, (Bandung:

Alumni, 1982), h.291.

Page 32: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

23

3. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang

membahayakan pihak lain.

4. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak

dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami/istri.

5. Antara suami dan istri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan

tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.

Selanjutnya pada pasal 39 tentang Undang-Undang Perkawinan diyatakan:

1. Perceraian hannya dapat dilakukan didepan sidang pengadilan setelah

pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan

kedua belah pihak.

2. Untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan bahwa suami istri itu

tidak akan dapat hidup rukun sebagai suami istri.

3. Tata cara perceraian di depan sidang pengadilan diatur dalam peraturan

perundangan sendiri.

Alasan perceraian ini adalah sama seperti yang tersebut dalam pasal 116

kompilasi hukum islam dengan penambahan dua ayat yaitu : (a) suami melanggar

taklik talak dan (b) peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya

ketidak rukunan dalam rumah tangga, maka dapat diketahui bahwa hokum positif

di indonesia tidak mengenal lembanga hidup terpisah yaitu perceraian pisah meja

dan pisah tempat tidur sebagai mana diatur dalam pasal 424 kitab undang-undang

hokum perdata atau dalam lembaga hukum keluarga Eropa yang dikenal dengan

“separation from bed and board”.

Page 33: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

24

Dalam pasal 41 tentang Undang-Undang Perkawinan juga membicarakan

akibat yang ditimbulkan oleh perceraian, adapun bunyi pasalnya yang diakibatkan

putusnya perkawinan karena perceraian adalah:20

1. Baik ibu atau bapak tetap berkewajiban memelihara dan mendidik anak-

anaknya, bila mana ada perselisihan mengenai penguasaan anak, pengadilan

memberi keputusannya.

2. Bapak yang bertanggung jawab atas semua biaya pemeliharaan dan

pendidikan yang diperlukan anak itu, bila mana bapak dalam kenyataan tidak

dapat memenuhi kewajiban tersebut, pengadilan dapat menentukan bahwa ibu

ikut memikul biaya tersebut.

3. Pengadilan dapat mewajibkan kepada bekas suami untuk memberikan biaya

penghidupan dan atau menentukan sesuatu kewajiban bagi bekas istri.

Berbeda dengan keputusan perkawinan dengan sebab kematian yang

merupakan ketentuan Allah yang tidak biasa ditolak, sebab-sebab lain seperti

perceraian pada dasarnya kesalahan yang bersumber dari manusia itu sendiri.

Terjadinya perceraian misalnya, lebih disebabkan ketidak mampuan pasangan

suami istri tersebut merealisasikan tujuan perkawinan itu sendiri.

D. Macam- Macam Perceraian

Kalau kita lihat dari kemaslahatan atau kemudharatannya, maka hukum

talak ada lima:

20 Undang-Undang Perkawinan Republik Indonesia

Page 34: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

25

1. Wajib

Apabila ada perselisihan antara suami istri lalu tidak ada jalan yang

dapat ditempuh kecuali dengan mendatangkan dua hakim yang mengurus

perkara keduanya. Jika kedua hakim memandang bahwa perceraian lebih baik

bagi mereka, maka saat itulah talak menjadi wajib. Jadi, jika sebuah rumah

tangga tidak mendatangkan apa-apa selain keburukan, perselisihan,

pertengkaran dan bahkan menjerumuskan keduanya dalam kemaksiatan.

Maka pada saat itu talak adalah wajib baginya.21

2. Makruh

Yaitu talak yang dilakukan tanpa adanya tuntutan dan kebutuhan

sebagian ulama ada yang mengatakan mengenai talak yang makruh ini

terdapat dua pendapat:

a. Bahwa talak tersebut haram untuk dilakukan, karena dapat menimbulkan

madharat bagi dirinya juga istrinya, serta mendatangkan manfaat apa pun.

Talak ini haram sama seperti tindakan merusak atau menghamburkan

harta kekayaan tampa guna, hal ini didasarkan pada sabda Rasulullah

SAW yang berbunyi:

) رواه ابن ما جة (22ارر ضالو رر ضال“tidak boleh memberikan mudharat kepada orang lain dan tidak boleh membalas kemudharatan dengan kemudharatan lagi”

21 Syaikh Hasan Ayyub, Fikih Keluarga, op. cit., h.208. 22 Ilmu Fiqih Jilid II. Cet.ke-2.

Page 35: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

26

b. menyatakan bahwa talak seperti itu dibolehkan, hal itu didasarkan pada

sabda rasulullah SAW yang berbunyi:

)رواه أبو داود (23قال الطى اهللال الالح الضغبا “sesuatu hal yang halal yang paling dibeci Allah adalah talak”

Dan dalam lafazh yang lain di sebutkan: )رواه ابو داود (قالالط ن مهيل اضغب اأي شهللا الحا ام

“Allah tidak membolehkan sesuatu yang lebih dia benci selain talak”(HR. abu daud dengan sanad ma’lul).

Talak itu dibenci karena dilakukan tanpa adanya tuntutan dan sebab

yang menbolehkan. Dan karena talak semacam itu dapat membatalkan

pernikahan yang menghasilkan kebaikan yang memang disunnahkan,

sehingga talak itu menjadi makruh hukumnya. 24

3. Mubah

Mubah yaitu talak yang dilakukan karena ada kebutuhan, misalnya

karena buruknya akhlak istri dan kurang baiknya pergaulannya yang hanya

mendatangkan mudharat dan menjauhkan mereka dari tujuan pernikahan.

4. Sunnah.

Sunnah yaitu talak yang dilakukan pada saat istri mengabaikan hak-

hak Allah yang telah diwajibkan kepadanya. Misalnya shalat, puasa dan

kewajiban lainnya. Sedangkan suami sudah tidak sanggup lagi memaksanya.

Atau istrinya sudah tidak lagi menjaga kehormatan dan kesucian dirinya. Hal

23 Ilmu Fiqih Jilid II. Cet.ke-2. 24 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia Antara Fiqih Munakahat Dan

Undang-Undang Perkawinan (Jakarta: Kencana, 2007),cet, ke-2, h, 200.

Page 36: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

27

itu mungkin saja terjadi, karena wanita itu mempunyai kekurangan dalam hal

agama, sehingga mungkin saja ia berbuat selingkuh dan melahirkan anak hasil

perselingkuhan dengan laki-laki lain. Dalam kondisi seperti itu dibolehkan

bagi suaminya untuk mempersempit ruang dan geraknya. Sebagai mana yang

difirmankan Allah SWT.25

5. Mahzhuz (terlarang)

Mahzhur yaitu talak yang dilakukan ketika istri sedang haid, para

ulama di Mesir telah sepakat untuk mengharamkannya. Talak ini juga disebut

talak bid’ah. Disebut bid’ah karena suami yang menceraikan itu menyalahi

sunnah rasul dan mengabaikan perintah Allah SWT dan rasulnya. Dimana

Allah telah berfirman. Dalam Al Quran surat Ath Thalaq ayat:1, yang

berbunyi:

⌦ ⌧

)1: الطالق ( Artinya: ”Hai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah halalkan

bagimu; kamu mencari kesenangan hati istri-istrimu? dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”(Q.S.At Thalak:1)

Dalam menjatuhkan talak kepada istri islam sangat berhati-hati

terhadap orang yang ingin memberikan atau menjatuhkan talaknya terhadap

istrinya, ada ketentuan-ketentuan yang harus diperhatikan oleh suami dalam

menjatuh kan talak, ini terbukti bahwa sanya Allah sangat membenci

25 Syaih Hasan Ayyub, Fikih Keluarga, op. cit., h.209.

Page 37: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

28

terjadinya perceraian dalam rumah tangga, walaupun itu diperbolehkan dalam

islam, diantara ketentuan-ketentuannya seseorang harus memiliki kriteria

sebagai berikut:

a. Baligh, talak yang dijatuhkan anak kecil diyatakan tidak sah, sekalipun ia

telah pandai, demikian kesepakatan ulama mazhab, terkecuali imam

Hambali. Para ulama mazhab Hambali mengatakan bahwa, talak yang

dijatuhkan anak kecil yang mengerti dinyatakan sah, meskipun usia nya

belum mencapai sepuluh tahun.

b. Berakal sehat, dengan demikian talak yang dijatuhkan oleh seorang gila,

baik penyakitnya itu akut maupun jadi-jadian, pada saat dia gila, tidak sah,

begitu pula hal dengan talak yang dijatuhkan oleh orang yang tidak sadar,

dan orang yang hilang kesadarannya lantaran sakit panas yang sangat amat

tingi sehingga ia merancau. Akan tetapi para ulama mazhab berbeda

pendapat tentang talak yang dijatuhkan orang mabuk, Imamiyah

mengatakan bahwa, talak orang mabuk sama sekali tidak sah, akan tetapi

beda halnya dengan mazhab enam26, berpendapat bahwa talak orang

mabuk itu sah, manakala ia mabuk dengan minuman yang ia haramkan

atas dasar keinginan sendiri. 27

26 Hanafi dan maliki secara jelas mengatakan sahnya talak yang dijatuhkan orang mabuk,

sedangkan imam Syafi’i mempunyai dua pendapat. Yang lebih kuat talak itu jatuh. 27 Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Mazhab, op. cit., h.441.

Page 38: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

29

c. Atas kemauan sendiri. Dengan demikian, talak yang dijatuhkan oleh

seorang yang dipaksa (menceraikan istrinya) menurut kesepakatan para

ulama mazhab, tidak dinyatakan sah, ini berdasarkan hadis yang berbunyi:

ةيلا عو هركتسا ام ونايسالن واءطخل ايتم ان ععفر“ketentuan hukum dicabut dari umatku yang melakukan perbuatannya karena keliru, lupa dan dipaksa.” Hal itu merupakan kesepakatan para ulama mazhab kecuali hanafi,

mazhab yang disebut terakhir ini mengatakan bahwa, talak yang

dijatuhkan oleh orang yang dipaksa dinyatakan sah.

d. Betul-betul bermaksud menjatuhkan talak. Dengan demikian, kalau

seorang laki-laki mengucapkan talak karena lupa, keliru atau main-main,

maka menurut imamiyah talak tidak jatuh. Sementara imamiyah menukil

hadis dari ahlilbait yang mengatakan:

ةين بال ا قال ط ال قاللط اادر انم لال ا قال طال“Tidak dianggap jatuh suatu talak kecuali bagi orang yang memang bermaksud menjatuhkan talak, dan tidak ada talak kecuali disertai niat”

Sementara pengarang kitab Al Jawahir mengatakan, “kalau seseorang

telah menjatuhkan talak, dan sesudah mengucapkan talaknya itu dia

mengatakan, “saya tidak bermaksud menjatuhkan talak, maka pernyataannya

diterima sepanjang istri masih dalam masa ‘iddah sebab, yang demikian itu

merupakan informasi tentang niatnya yang tidak bias diketahui siapa pun

kecuali melalui pemberitahuannya sendiri.” 28

28 Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Mazhab, op. cit., h.443.

Page 39: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

30

Ditinjau dari segi waktu dijatuhkannya talak, maka talak dibagi

menjadi tiga macam.29 Sebagai berikut:

a. Talak Sunni.

Talak sunni yaitu talak yang dijatuhkan sesuai dengan tuntutan

sunnah,30dikatakan juga pada kitab fiqih lima mazhab bahwasanya talak

sunni adalah talak yang didasarkan pada sunnah nabi, yaitu apabila

seorang suami mentalak istrinya yang telah disetubuhi dengan talak satu

pada saat suci, sebelum disetubuhi. Allah SWT berfirman: “thalak yang

dapat dirujuk adalah dua kali, setelah itu, boleh rujuk kembali dengan cara

yang baik atau menceraikan dengan cara yang baik.” (Q.S. al

baqoroh:229). Pada surat lain Allah juga berfirman: “Wahai Nabi, jika

kamu menceraikan istri-istrimu maka hendaklah kamu ceraikan mereka

pada waktu mereka dapat menghadapi ‘‘iddahnya yang wajar.” (Al

Thalaq:1) dikatakan talak sunni jika memenuhi empat syarat:

1) Istri yang ditalak sudah pernah digauli, bila talak dijatuhkan terhadap

istri yang belum pernah digauli, tidak termasuk talak sunni.

2) Istri dapat segera melakukan ‘iddah suci sesudah ditalak, yaitu dalam

keadaan suci dari haid. Menurut ulama Syafi’iyah, perhitungan ‘iddah

bagi wanita berhaid ialah tiga kali suci, bukan tiga kali haid. Talak

terhadap istri yang telah lepas haid (menopause) atau belum pernah

29 Abdul Rahman Ghazaly, Fiqih Munakahat, (Bogor, Kencana, 2003)cet. Ke-1, h. 193. 30 Abdul Rahman Ghazaly, Fiqih Munakahat,op. cit. h. 193.

Page 40: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

31

haid, atau sedang hamil, atau talak karena suami meminta tebusan

(khulu’), atau ketika istri dalam haid, semuanya tidak termasuk talak

sunni.

3) Talak itu dijatuhkan ketika istri dalam keadaan suci, baik dipermulaan,

dipertengahan maupun di akhir suci, kendati beberapa saat lalu datang

haid.

4) Suami tidak pernah menggauli istri selama masa suci dari haid tetapi

pernah digauli, tidak termasuk talak sunni.

Para ulama dari kalangan sahabat rasulullah dan ulama lainnya

juga menjalankan hadis ini sedangkan ulama yang lain berpendapat” jika

si suami mentalak tiga, sedang istrinya dalam keadaan suci, maka yang

demikian itu juga termasuk talak sunni”pendapat ini dikemukakan oleh

imam Syafi’ dan Ahmad bin Hambal.

b. Talak Bid’i.

Yaitu talak yang dijatuhkan tidak sesuai atau bertentangan dengan

tuntunan sunnah, tidak memenuhi syarat-syarat talak sunni31, dikatakan

dalam kitab yang ditulis oleh syaikh kamil Muhammad ‘Uwaidah bahwa

sanya yang disebut dengan talak bid’I (thalak bid’ah) ada beberapa

keadaan yang mana seluruh ulama telah sepakat menyatakan, bahwa talak

31 Abdul Rahman Ghazaly, Fiqih Munakahat,op. cit. h. 194.

Page 41: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

32

semacam ini tidak berlaku, talak bid’I (talak bid’ah) ini jelas bertentangan

dengan syari’at yang termasuk talak bid’i ialah:32

1) Talak yang dijatuhkan terhadap istri pada waktu haid (menstruasi),

baik di permulaan haid maupun dipertengahannya.

2) Talak yang dijatuhkan terhadap istri dalam keadaan suci tetapi pernah

digauli oleh suaminya dalam keadaan suci dimaksud.

3) Seorang suami mentalak tiga istrinya dengan satu kalimat dengan tiga

kalimat dalam satu waktu. Seperti dengan mengatakan “ia telah aku

talak, lalu aku talak dan selanjutnya aku talak” dalil yang

melandasinya adalah sabda rasulullah, sebagai mana diceritakan;

bahwasannya ada seorang laki-laki yang mentalak istrinya dengan satu

kalimat, lalu beliau mengatakan kepadanya: “apakah kitab Allah

hendak dipermainkan, sedang aku masih berada ditengah-tengah

kalian” (H.R. An Nasa’i dan Ibnu Katsir mengatakan bahwa isnad

hadis ini jayyid).33

c. Talak La Sunni Wala Bid’i

Talak la sunni wal bid’I yaitu talak yang tidak termasuk ke dalam

kategori talak sunni dan tidak pula termasuk talak bid’i, yaitu:

1) Talak yang dijatuhkan terhadap istri yang belum pernah digauli.

32 Drs. H. Abd. Rahman Ghazaly, MA. “Fiqih Munakahat” (Jakarta. Prenada Media.

2003).cet. ke-1.h. 33 Syaikh Kamil Muhammad ‘Uwaidah, Fiqih Wanita (Jakatra, Pustaka Al Kautsar, 2004),

cet. Ke-1.h. 438.

Page 42: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

33

2) Talak yang dijatuhkan terhadap istri yang belum pernah haid, atau istri

yang telah lepas haid.

3) Talak yang dijatuhkan terhadap istri yang sedang hamil.

Ditinjau dari segi tegas dan tidaknya kata-kata yang dipergunakan

sebagai ucapan talak, maka talak dibagi menjadi dua macan, sebagai berikut:

a. Talak Sharih,

Yaitu talak dengan mempergunakan kata-kata yang jelas dan tegas,

dapat dipahami sebagi pernyataan talak atau cerai seketika diucapkan,

tidak mungkin dipahami lagi, seperti dengan mengucapkan: “aku cerai”

atau “kamu telah aku cerai”34

Imam syafi’I mengatakan bahwa kata-kata yang dipergunakan

untuk talak sharih ada tiga, yaitu talak, firaq dan sarah, ketiga ayat itu

disebut dalam al quran dan hadits. Ahl al zahiriyah berkata bahwa talak

tidak jatuh kecuali dengan mempergunakan salah satu dari tiga kata

tersebut, karena syara telah mempergunakan kata-kata ini, padahal talak

merupakan perbuatan ibadah, karenanya diisaratkan mempergunakan kata-

kata yang telah ditetapkan oleh syara. Beberapa contoh talak sharih ialah

seperti, suami berkata kepada istrinya;35

1) Engakau saya talak sekarang juga. Engkau saya cerai sekarang juga.

34 Syaikh Kamil Muhammad ‘Uwaidah, Fiqih Wanita (Jakatra, Pustaka Al Kautsar, 2004),

cet. Ke-1.h. 440. 35 Muhammad Jawad Mughniyah “Fiqih Lima Mazhab”.op.cit

Page 43: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

34

2) Engkau saya firoq sekarang juga. Engkau saya pisahkan sekarang juga.

3) Engkau saya sarah sekarang juga. Engkau saya lepas sekarang juga.

Apabila suami menjatuhkan talak terhadap istrinya dengan talak

sharih maka menjadi jatuhlah dengan talak itu dengan sendirinya,

sepanjang ucapannya itu dinyatakan dalam keadaan sadar dan atas

kemauannya sendiri.

b. Talak Kinayah (Talak Sindiran)

Talak kinayah, yaitu talak dengan menpergunakan kata-kata

sindiran, atau samar-samar, dalam kitab fiqih wanita dikatakan

bahwasannya yang dimaksud dengan talak kinayah adalah talak yang

memerlukan adanya niat pada diri suami. Karena, kata-kata yang

diucapkan tidak menunjukan pengertian talak. Hal ini didasarkan pada

hadis yang diriwayatkan dari Aisyah r.a.

ملس وهيل ع اهللاىل ص اهللالوس رل عتلخدا ام لانوج الةن ابناي قح الميظع بتدعدقا له لالق فكن ماهللا بذوع اتالا قهنا منذو )رواه البخاري وغيره (كلهاب

Artinya: “bahwa ketika putri Jaun dihadapkan kepada rasulullah dan beliau mendekatkan diri padanya, maka ia (putri Jaun) pun berkata: aku berlindung kepada Allah darimu. Lalu beliau bersabda: sesungguhnya engkau telah berlindung kepada dzat yang Maha Agung, maka kembalilah kekeluargamu”(HR. bukhari dan lainnya).

Page 44: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

35

Dalam kitab Shahih Bukhari, Shahih Muslim dan kitab-kitab

lainnya disebutkan hadis tentang Ka’ab bin malik yang tidak mau

bergabung dalam perang, yaitu ketika ada orang yang berkata kepadanya:

“bahwa rasulullah menyuruh kamu menjauhi istrimu, Ka’ab bertanya: aku

ceraikan atau apa yang harus aku lakukan ?, orang itu menjawab: jauhi

saja dan jangan sekali-kali kamu dekati. Maka Ka’ab melanjutkan

ceritanya: lalu kukatakan kepada istriku: pulanglah kepada keluargamu

“(mutafakun’alaih). Kedua hadis diatas menunjukan, bahwa kata-kata

yang diucapkan berarti talak, seiring niat yang ada pada diri suami dan

tidak berarti talak jika tidak diikuti dengan adanya niat. 36

Tentang kedudukan talak dengan kata-kata kinayah atau sindiran

ini sebagai mana dikemukakan oleh Taqiyuddin Al Husaini, bergantung

kepada niat suami. Artinya, jika suami dengan kata-kata tersebut

menjatuhkan talak, maka jadi jatuhlah talak itu, dan jika suami dengan

kata-kata tersebut tidak bermaksud menjatuhkan talak maka talak tidak

jatuh talaknya.

Kalau kita tinjau dari segi ada atau tidak adanya kemungkinan

bekas suami merujuk kembali bekas istri, maka talak dibagi menjadi dua

macam, yakni talak Raj’i Dan talak Ba’in.

d. Talak Raj’i.

36 Syaikh Kamil Muhammad ‘Uwaidah, Fiqih Wanita (Jakatra, Pustaka Al Kautsar, 2004). op.

cit. 441.

Page 45: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

36

Para ulama mazhab sepakat bahwa yang dinamakan dengan talak

raj’i ialah talak yang suami masih memiliki hak untuk kembali kepada

istrinya (rujuk) sepanjang istrinya tersebut masih dalam masa ‘iddah, baik

istri tersebut bersedia dirujuk maupun tidak.37 Salah satu diantara

syaratnya adalah bahwa si istri sudah dicampuri, sebab istri yang dicerai

sebelum dicampuri, tidak mempunyai masa ‘iddah berdasarkan firman

Allah dalam Al Quran surat Al Ahzab ayat 49 yang berbunyi:

☺ ☺

☺ ☺

)49: األحزاب( ⌧ ☯Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu menikahi

perempuan- perempuan yang beriman, kemudian kamu ceraikan mereka sebelum kamu mencampurinya Maka sekali-sekali tidak wajib atas mereka '‘addah bagimu yang kamu minta menyempurnakannya. Maka berilah mereka mut'ah dan lepaskanlah mereka itu dengan cara yang sebaik- baiknya.(Q.S. Al Ahzab:49)

Yang juga termasuk syarat talak raj’i adalah bahwa talak tersebut

tidak dengan menggunakan uang (pengganti) dan tidak pula dimaksudkan

untuk melengkapi talak tiga38. Wanita yang ditalak raj’i hukum nya

37 Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Mazhab, (Jakarta: Lentera, 2007), cet, ke. 20,

h. 451. 38 Fiqih Lima Mazhab. Op.cit.h.451

Page 46: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

37

seperti istri, mereka masih memiliki hak-hak suami-istri, seperti hak waris

mewarisi antara suami-istri manakala diantara keduanya ada yang

meninggal sebelum masa ‘iddah. Sementara itu, mahar yang dijanjikan

untuk dibayar, kecuali sesudah masa ‘iddah dan si suami tidak mengambil

kembali si istri kedalam pengakuannya. Singkatnya, talak raj’i tidak

menimbulkan ketentuan-ketentuan apapun kecuali sekadar ‘iddah dalam

tiga talak.

Talak raj’i hanya terjadi pada talak pertama dan kedua saja,

berdasarkan kedalam firman Allah dalam surat Al Baqoroh ayat: 229

)229 :ة البقر ( Artinya: “Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. setelah itu boleh rujuk lagi

dengan cara yang ma'ruf atau menceraikan dengan cara yang baik.”(Q.S. Al Baqoroh:229)

Ayat ini memberi makna bahwa talak yang disyariatkan Allah

ialah talak yang dijatuhkan oleh suami satu demi satu, tidak sekaligus, dan

bahwa suami boleh memelihara kembali istrinya setelah talak pertama

dengan cara yang baik, demikian pula setelah talak kedua. Arti

memelihara kembali ialah dengan merujuknya dan mengembalikannya

kedalam ikatan perkawinan dan berhak mengumpuli dan mempergaulinya

dengan baik. Dan hak merujuk hanya terdapat pada talak raj’i saja.

e. Talak Ba’in

Page 47: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

38

Sedangkan talak ba’in adalah talak yang suami tidak memiliki hak

untuk ruju’ kepada wanita yang ditalak nya, untuk mengembalikan bekas

istri kedalam ikatan perkawinan dengan bekas suami harus melalui akad

nikah baru, lengkap dengan rukun dan syarat-syaratnya. Adapun yang

termasuk kedalam talak ba’in diantaranya adalah:39

1) Wanita yang ditalak sebelum dicampuri (jenis ini disepakati oleh

semua pihak).

2) Wanita yang dicerai tiga (juga ada kesepakatan pendapat).

3) Talak khulu; sebagian ulama mazhab mengatakan bahwa khulu’

adalah fasakh nikah, bukan talak.

4) Wanita yang telah memasuki masa menopause khususnya pendapat

imamiyah, karena mereka mengatakan bahwa wanita menopause yang

ditalak tidak mempunyai ‘iddah. Hukumnya sama dengan hukum

wanita yang belum dicampuri.40

Didalam Al Quran surat Al Thalaq ayat 4 disebutkan:

39 Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Mazhab, (Jakarta: Lentera, 2007), cet, ke. 20,

h. 452. 40 Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Mazhab, op. cit., h.452.

Page 48: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

39

)4: الطالق( Artinya: “Dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (menopause)

di antara perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa iddahnya), Maka masa iddah mereka adalah tiga bulan; dan begitu (pula) perempuan-perempuan yang tidak haid. dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya. dan barang -siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.” (Q.S. At Thalaq:4)

Tidaklah dimaksudkannya sebagai wanita-wanita yang betul-betul

diketahui keterputusan haidnya, tetapi dimaksudkan untuk menunjukan

wanita-wanita yang telah berhenti haidnya tanpa diketahui apakah

berhentinya itu disebabkan oleh penyakit atau usia tua. Wanita-wanita

seperti ini ‘iddahnya adalah tiga bulan, keragu-raguan yang dimaksud

pada ayat diatas bukan mengenai hukum tentang orang yang telah

diketahui keterputusan haidh mereka, melainkan mengenai wanita-wanita

yang diragukan putus haidnya.

Didalam talak ba’in terbagi menjadi dua macam yaitu, talak ba’in

shugro dan talak ba’in kubro.

1) Talak ba’in shugro ialah talak ba’in yang menghilangkan pemilikan

bekas suami terhadap istri tetapi tidak menghilangkan kehalalan bekas

suami untuk kawin kembali dengan bekas istri. Artinya bekas suami

boleh mengadakan akad nikah baru dengan bekas istri, baik dalam

Page 49: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

40

masa iddahnya maupun sesudah berakhir masa iddahnya yang

termasuk kedalam talak ba’in shugro ialah:41

a) Talak sebelum berkumpul.

b) Talak dengan penggantian harta atau yang disebut khulu’

c) Talak karena aib (cacat badan), karena salah seorang dipenjara,

talak karena penganiayaan dan lain sebagainya.

2) Talak ba’in kubro ialah talak yang menghilangkan pemilikan bekas

suami terhadap bekas istri serta menghilangkan kehalalan bekas

istrinya, kecuali bekas istrinya itu kawin dengan laki-laki lain, dan

telah berkumpul dengan suami yang kedua dan telah bercerai secara

wajar dan telah selesai menjalankan iddahnya, dan talak ba’in kubro

terjadi pada talak yang ketiga. Hal ini sesuai dengan firman Allah

dalam Al Quran surat Al Baqoroh ayat 230 yang berbunyi:42

⌧ ⌧

)230 :البقرة( ⌧"Artinya: Kemudian jika si suami mentalaknya (sesudah Talak yang

kedua), Maka perempuan itu tidak lagi halal baginya hingga Dia kawin dengan suami yang lain. (Q.S Al Baqoroh; 230)

41 Abdul Rahman Ghazaly, Fiqih Munakahat,op. cit. h. 198. 42 Ibid.

Page 50: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

41

Kalau kita tinjau dari segi suami menyampaikan talak terhadap

istrinya, talak ada beberapa macam diantaranya sebagai berikut:43

a. Talak dengan ucapan, yaitu talak yang disampaikan oleh suami dengan

ucapan dihadapan istri dan istri mendengar secara langsung ucapan

suaminya itu.

b. Talak dengan tulisan, yaitu talak yang disampaikan oleh suami secara

tertulis lalu disampaikan kepada istrinya, kemudian istri membaca dan

memahami dan isi maksudnya, talak yang dinyatakan secara tertulis dapat

dipandang jatuh (sah, meski yang bersangkutan dapat mengucapkannya.

c. Talak dengan isyarat, yaitu talak yang dilakukan dalam bentuk isyarat

oleh suami yang tuna wicara (bisu) dapat dipandang sebagai alat

komunikasi untuk memberikan pengertian dan menyampaikan maksud

dan isi hati. Oleh karena itu isyarat baginya sama dengan ucapan bagi

yang dapat berbicara dalam menjatuhkan talak. Sepanjang isyarat itu jelas

dan menyakinkan bermaksud talak atau mengakhiri perkawinan, dan

isyarat itu satu-satunya jalan untuk menyampaikan maksud yang

terkandung dalam hati.44

d. Talak dengan utusan, yaitu talak yang disampaikan oleh suami kepada

istrinya melalui perantara orang lain sebagai utusan untuk menyampaikan

maksud suami itu kepada istrinya yang tidak ada dihadapan suami bahwa

43 Ibid. 44 Ibid.

Page 51: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

42

mentalak istrinya. Dalam hal ini utusan berkedudukan sebagai wakil suami

untuk menjatuhkan talak suami dan melaksanakan talak itu.45

45 Abdul Rahman Ghazaly, Fiqih Munakahat,op. cit. h. 201.

Page 52: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

BAB III

KAJIAN TEORITIS TENTANG KEKERASAN

DALAM RUMAH TANGGA

A. Pengertian Kekerasan Dalam Rumah Tangga

1. Pengertian kekerasan

Kekerasan merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang

atau sejumlah orang yang berposisi kuat (merasa kuat) kepada seseorang atau

sejumlah orang yang berposisi lemah (dipandang lemah atau dilemahkan)

yang dengan sarana kekuatannya, baik secara fisik atau pun non fisik dengan

segaja dilakukan untuk menimbulkan penderitaan kepada obyek kekerasan.1

Secara etimologi kekerasan berasal dari kata “keras” yang berarti

padat dan tidak mudah berubah bentuknya atau tidak mudah pecah.

Sedangkan kata :kekerasan” itu sendiri adalah perihal (yang bersifat, berciri)

keras, perbuatan seseorang atau kelompok orang yang menyebabkan cedar

atau matinya orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang

lain.2

Secara terminologi yang dimaksud dengan kekerasan atau violence pada

dasarnya merupakan suatu konsep yang makna isinya sangat bergantung kepada

1 Mufidah. Psikologi Keluarga Islam Berwawasan Gender (Malang, UIN Malang:2008),cet-

ke1,h. 267. 2 Tim penyusun kamus pusat pembinaan dan pengembangan bahasa . kamus besar edisi ke-2

cet VII Jakarta: balai pustaka, 1996, h. 484-485.

42

Page 53: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

43

masyarakat sendiri.3 Kekerasan identik dengan bentuk penyiksaan seperti yang

terungkap dalam Al Quran Surat Al Fajr ayat 25 yang berbunyi:

)25: الفجر( ⌧

Artinya: “Maka pada hari itu tiada seorangpun yang menyiksa seperti siksa-Nya” (Q.S. Al Fajr: 25)

Yang dimaksud dalam kalimat dari ayat ini “menyiksa” adalah kekerasan

akibat Allah. Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia kekerasan adalah

perihal atau sifat keras atau padat, perbuatan seseorang atau sekelompok orang

yang menyebabkan cedera atau artinya orang lain.4

Dalam laporannya di Jawa Tengah, fatayat NU menyimpulkan bahwa

yang dimaksud dengan kekerasan adalah melakukan tindakan atau serangan pada

seseorang baik secara fisik atau non fisik dan berakibat penderitaan pada korban.5

Sedangkan Damik mengatakan bahwa kekerasan terhadap perempuan adalah

perwujudan historis dari hubungan-hubungan kekuasaan antara laki-laki dan

perempuan yang telah mengakibatkan dominasi dan diskriminasi terhadap kaum

perempuan oleh kaum laki-laki dan hambatan kemajuan bagi mereka.6

3 Fathul Djannah, dkk. Kekerasan terhadap istri(Jogyakarta: LKiS, 2003), h. 11. 4 Dekdibud, kamus bahasa Indonesia (kamus besar bahsa Indonesia) (Jakarta: balai pustaka,

1988), h. 758 5 Fatayat NU Kekerasan Pada Perempuan Di Banjar Negara (Jawa Tegah: laporan penelitian

NU dan the asian development bank, Jakarta: 2001), h. 5 6 DKI Jakarta. Penetapan Permasalahan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT laporan

penelitian),h.29

Page 54: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

44

2. Pengertian Rumah Tangga

Menurut Ensiklopedia Nasional jilid ke-1, yang dimaksud dengan

“rumah” adalah tempat tinggal atau bangunan untuk tinggal manusia.

Sementara rumah tangga memiliki pengertian tempat tinggal beserta

penghuninya dan apa-apa yang ada di dalamnya.7

Secara bahasa, kata rumah (al bait) dalam Al Qamus Al Muhith

bermakna kemuliaan; istan; keluarga seseorang; kasur untuk tidur, bisa pula

bermakna menikahkan, atau bermakna orang yang mulia.8 Dari makna bahasa

tersebut, rumah memiliki konotasi tempat kemuliaan, sebuah istana, adanya

suasana kekeluargaan, kasur untuk tidur, dan aktivitas pernikahan. Sehingga

rumah tidak hanya bermakna tempat tinggal, tetapi juga bermakna penghuni

dan suasana.Rumah tangga islami bukan sekedar berdiri di atas kenyataan

kemusliman seluruh anggota keluarga. Bukan juga karena seringnya terdengar

lantunan ayat-ayat Al Qur’an dari rumah itu, bukan pula sekedar karena anak-

anaknya disekolahkan ke masjid waktu sore hari. Rumah tangga islami adalah

rumah tangga yang di dalamnya ditegakkan adab-adab islami, baik yang

menyangkut individu maupun keseluruhan anggota rumah tangga. Rumah

tangga islami adalah sebuah rumah tangga yang didirkan di atas landasan

ibadah. Mereka bertemu dan berkumpul karena Allah, saling menasehati

dalam kebenaran dan kesabaran, serta saling menyuruh kepada yang ma’ruf

7 Ensiklopedia nasional Indonesia jilid ke 1 8 Qomus Arab Indonesia

Page 55: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

45

dan mencegah dari yang mungkar, karena kecintaan mereka kepada

Allah.Rumah tangga islami adaah rumah tangga teladan yang menjadi teladan

yang menjadi panutan dan dambaan umat. Mereka betah tinggal di dalamnya

karena kesejukan iman dan kekayaan ruhani. Mereka berkhimat kepada Allah

SWT. Dalam suka maupun duka, dalam keadaan senggang maupun

sempit.Rumah tangga islami adalah rumah yang di dalamnya terdapat sakinah,

mawadah dan rahmah (perasaan tenang, cinta dan kasih sayang). Perasaan itu

senantiasa melingkupi suasana rumah setiap harinya. Seluruh anggota

keluarga merasakan suasana “surga” di dalamnya. Baiti jannati, demikian

slogan mereka sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah saw. Subhanalah!“dan

di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-

isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram

kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda

bagi kaum yang berfikir.” (Ar-Ruum:21) Hal itu terjadi karena Islam telah

mengatur berbagai aspek kehidupan manusia, baik yang berskala individu

maupun kelompok, hubungan antar individu, antar kelompok masyarakat,

bahkan antar negara. Demikian pula, dalam keluarga terdapat peraturan-

peraturan, baik yang rinci maupun global, yang mengatur hubungan individu

maupun keseluruhannya sebagai satu kesatuan. Iniah ciri khas rumah tangga

islami. Mereka berserikat dalam rumah tangga itu untuk berkhidmat pada

Page 56: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

46

aturan Allah swt. Mereka bergaul dan bekerja sama di dalamnya untuk saling

menguatkan dalam beribadah kepada-Nya.9

B. Kekerasan Dalam Rumah Tangga Menurut UU No. 23 Tahun 2004

Tanggal 22 September 2004 bisa jadi merupakan tanggal bersejarah bagi

kalangan feminis di Indonesia. Setidaknya satu dari sekian banyak agenda

perjuangan mereka yang terkait dengan isu perempuan/yakni upaya pencegahan

dan penghapusan kekerasan dalam rumah tangga akhirnya membuahkan hasil.

Pemerintahan dan DPR RI akhirnya sepakat untuk mengesahkan undang-undang

No 23 tahun 2004 tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga atau

dikenal dengan UU KDRT.10

Hanya saja, seperti yang sudah diduga sebelumnya, pengesahan undang-

undang ini akhirnya memang banyak menuai kontroversi. Selain banyak kalangan

yang merasa kecolongan, mereka juga menilai keberadaan undang-undang yang

disponsori penuh oleh the Asia Foundation ini dibangun diatas paradigma yang

salah. Wajar jika materi hukumnya pun syarat dengan pasal-pasal bermasalah.11

Kekerasan apapun yang terjadi dalam masyarakat, sesungguhnya

berangkat dari satu idiologi tertentu yang mengesahkan penindasan disatu pihak-

pihak perseorangan maupun kelompok terhadap pihak lain yang disebabkan oleh

9 http://embuntarbiyah.wordpress.com/2007/07/24/rumah-tangga-islami/ 10 Ridwan, Kekerasan Berbasis Gender, (Purwekerto, Fajar Pustaka, 2006), cet. Ke-1, h. 1. 11 Ibid

Page 57: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

47

anggapan ketidak setaraan yang ada dalam masyarakat. Pihak yang tertindas

disudutkan pada posisi yang membuat mereka berada dalam ketakutan melalui

cara penampakan kekuatan secara periodik.

Kekerasan dalam rumah tangga (domestic violence) adalah bentuk

penganiayaan (abuse) oleh suami terhadap istri atau sebaliknya baik secara fisik

(patah tulang, memar, kulit tersayat), maupun emosional atau psikologis (rasa

cemas, depresi dan perasaan rendah diri). Dalam rumusan yang lain, kekerasan

dalam rumah tangga didefinisikan setiap perbuatan yang dilakukan oleh seseorang

secara sendiri atau bersama-sama terhadap seorang perempuan atau terhadap

pihak yang tersubordinasi lainnya dalam rumah tangga, yang mengakibatkan

kesengsaraan secara fisik, seksual, ekonomi, ancaman psikologis termasuk

rampasan kemerdekaan secara sewenang-wenang. Dalam perkembangannya,

kekerasan dalam rumah tangga sesungguhnya tidak hanya terjadi antara suami

dengan istrinya saja, tetapi juga bisa terjadi antara orang tua dengan anak

(kekerasan terhadap anak) atau antara majikan dengan pembantunya yang terjadi

di dalam lingkup keluarga.12

Bentuk kekerasan yang palang sering terjadi adalah kekerasan terhadap

istri atau yang lebih tepat kekerasan terhadap perempuan oleh pasangan intim.

Kekerasan terhadap perempuan menyebabkan dan melestarikan subordinasi.

Subordinasi terhadap perempuan sudah berlangsung cukup lama dan bersifat

universal, hanya bentuk subordinasinya yang beragam dengan intensitas yang

12 Ridwan, Kekerasan Berbasis Gender, (Purwekerto, Fajar Pustaka, 2006), cet. Ke-1, h. 3.

Page 58: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

48

berbeda-beda. Subordinasi tidak sekedar perbedaan seksual dalam arti biologis,

tetapi kemudian berkembang pada perbedaan fungsi-fungsi reproduksi dan

produksi, baik dalam penguasaan sumber-sumber ekonomi, ideologi kelas,

maupun stratifikasi sosial melalui serangkaian sosialisasi untuk melanggengkan

posisi perempuan yang subordinat.13

Terjadinya kekerasan dalam rumah tangga bermula dari adanya pola relasi

kekuasaan yang timpang antara laki-laki (suami) dengan perempuan (istri).

Kondisi ini tidak jarang mengakibatkan tindakan kekerasan oleh suami pada

istrinya justru dilakukan sebagai bagian dari penggunaan otoritas yang

dimilikinya sebagai kepala keluarga. Justifikasi atas otoritas itu bisa lahir

didukung oleh perangkat undang-undang Negara atau oleh persepsi-persepsi

sosial dalam bentuk mitos-mitos superioritas seorang laki-laki yang dipercayai

oleh masyarakat tertentu. 14

Dalam konsideran undang-undang No. 23 tahun 2004 tentang

penghapusan kekerasan dalam rumah tangga dijelaskan bahwa kebanyakan

korban KDRT adalah perempuan yang harus mendapatkan perlindungan Negara

atau masyarakat agar terhindar dan terbebas dari kekerasan atau ancaman

kekerasan, penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan derajat dan martabat

13 Ibid 14 Ibid

Page 59: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

49

kemanusiaan.15 Di samping itu, perlunya undang-undang ini disahkan karena

system hukum yang ada belum dinilai bisa menjadi perlindungan terhadap korban

kekerasan dalam rumah tangga.

Pengertian kekerasan dalam rumah tangga sebagai mana yang dijelaskan

dalam bab 1 ketentuan umum pasal 1, yang menyatakan bahwa:

1. Kekerasan dalam rumah tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang

terutama perempuan. Yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau

penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan penelantaran rumah tangga

termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan

kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.16

2. Penghapusan kekerasan dalam rumah tangga adalah jaminan yang diberikan

oleh Negara untuk mencegah terjadinya kekerasan dalam rumah tangga.

Menindak pelaku kekerasan dalam rumah tangga dan melindungi korban

kekerasan dalam rumah tangga.

3. Korban adalah yang mengalami kekerasan dan/atau ancaman kekerasan dalam

lingkup rumah tangga.17

Didalam BAB III Undang-Undang PKDRT tentang larangan kekerasan dalam

rumah tangga disebutkan bahwa:

15 Undang-undang republic Indonesia no 23 tahun 2004 tentang kekerasan dalam rumah

tangga 16 Undang-Undang RI Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga Nomor 23 Tahun 2004 17 Kementrian Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia Undang-undang RI No 23

tahun 2004 ,(Jakarta: Undang-undang RI No 23 tahun 2004 ,), h. 10.

Page 60: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

50

Dalam Pasal 5 setiap orang dilarang kekerasan dalam rumah tangga

terhadap orang lingkup rumah tangganya dengan cara:

a. Kekerasan fisik

b. Kekerasan psikis

c. Kekerasan seksual

d. Penelantaran rumah tangga.

Dan dalam Pasal 6 disebutkan “kekerasan fisik sebagai mana dimaksud

dalam pasal 5 huruf (a) adalah perubahan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh

sakit atau luka berat”.

Sedangkan dalam Pasal 7 dijelaskan “kekerasan psikis sebagai mana yang

dimaksudkan dalam pasal 5 huruf (b) adalah perbuatan yang mengakibatkan

ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak,

rasa tidak berdaya dan atau penderitaan psikis berat pada seseorang”. Dan dalam

Pasal 8 menguraikan kekerasan seksual yang dimaksudkan dalam pasal 5 huruf

(c) meliputi:

a. Pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang menetapkan

dalam lingkup rumah tangga tersebut.

b. Pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang dalam lingkup rumah

tangganya dengan orang lain untuk tujuan komersial dan atau untuk tujuan

tertentu.

Dan dalam Pasal 9 ayat (2) menyebutkan “penelantaran sebagai mana

dimaksud pada ayat (1) juga berlaku bagi setiap orang yang mengakibatkan

ketergantungan ekonomi dengan cara menbatasi dan atau melarang untuk bekerja

Page 61: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

51

yang layak didalam atau diluar sehingga korban berada dibawah kendali orang

tersebut18”

C. Faktor-Faktor Penyebab Munculnya KDRT

Islam sebenarnya tidak pernah menolak hak wanita, bahkan memberikan

kemungkinan-kemungkinan kepadanya untuk menuntut cerai kepada hakim apa

bila mengalami penderitaan hebat, siapapun takan tahan mengalami penderitaan

terus-menerus. Berdasarkan penderitaan itu, seorang wanita boleh menuntut cerai.

Dan adalah kewajiban hakim untuk memeriksa kebenaran pengaduan tersebut

dengan seksama, bila memang benar, maka bolehlah wanita diceraikannya oleh

suaminya.

Adapun faktor-faktor penyebab munculnya KDRT diantaranya adalah:19

1. Disebabkan oleh masalah ekonomi

Suami tidak mampu memberi nafkah kepada istri dan anaknya sebagai

mana tertera dalam firman Allah dalam surat Al Baqarah: 231 yang berbunyi:

)231: البقرة( Artinya: Apabila kamu mentalak isteri-isterimu, lalu mereka mendekati akhir

iddahnya, Maka rujukilah mereka dengan cara yang ma'ruf,( Q.S. Al Baqarah:231)

18 Ibid 19 Mufidah Ch. “Psikologi Keluarga Islam Bewawasan Gender” (Malang, UIN Malang

press.2008) cet.ke-1.h269.

Page 62: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

52

Maksud ayat di atas, bahwa apa bila suami itu mempertahankan

istrinya maka wajib menahannya dengan ma’ruf atau bila hendak

menceraikannya maka harus dengan cara yang baik pula. Tidak diragukan

bahwa dengan tidak memberi nafkah berarti tidak dapat mempertahankan istri

dengan ma’ruf.

2. Disebabkan oleh perbedaan prinsip20

Apabila antara suami istri terdapat perbedaan pendapat dan

pertengkaran yang memuncak sehingga kedua belah pihak tidak dapat

mengatasinya dengan sendiri, maka dapat diutus seorang hakim dari pihak

suami atau dari pihak istri. Kasus krisis rumah tangga yang memuncak ini

dalam dalam istilah fiqih disebut dengan syiqaq. Perceraian karena perbedaan

prinsip ini diberikan solusi dalam Al Quraan surat Al Baqoroh ayat 229 yang

berbunyi:

)229: البقرة( Artinya: Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. setelah itu boleh rujuk lagi dengan

cara yang ma'ruf atau menceraikan dengan cara yang baik. (q.s. al baqarah:229)

3. Disebabkan karena kasus akhlak

Kehidupan keluarga terutama orang tua mempunyai kedudukan istimewa

dimata anak-anaknya, karena orang tua mempunyai tanggung jawab yang besar

20 Ibid.

Page 63: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

53

untuk mempersiapkan dan mewujudkan masa depan yang lebih baik, maka

mereka orang tua berperan aktif dalam membimbing anak-anaknya dalam

kehidupan didunia yang penuh dengan cobaan dan godaan, dalam hal ini ibu

bapak menempati posisi sebagai tempat rujukan dan keluh kesah bagi anak, baik

dalam soal moral maupun dalam memperoleh informasi. Gerak dan aktifitas ini

harus disadari oleh seseorang semenjak dia menjadi ibu bapak dari anak-anaknya.

4. Disebabkan tidak adanya keharmonisan dalam keluarga

Betapa pentingnya keterlibatan semua unsur (yang berkompeten) untuk

memberikan pembinaan dan penyuluhan kepada masyarakat mengenai cara-cara

membentuk keluarga yang harmonis, sebab tentu faktor ini banyak terjadi

dikarenakan kurangnya pengertian mereka dalam pembinaan rumah tangga yang

baik. Krisis akhlak adalah kemerosotan moral yang terjadi pada diri manusia, hal

ini dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Bapak sebagai keluarga yang seharusnya

menjadi contoh bagi anak-anaknya justru berbuat kesalahan besar. Apabila

disadari sepenuhnya semua sikap orang tua secara tidak langsung dan disengaja

merupakan pendidikan moral dan menjadi unsur kepribadian anak. Karena itu

apabila seorang anak yang dilahirkan dan disebabkan dalam kehidupan rumah

tangga atau keluarga yang beragama, rukun damai serta berakhlak mulia. Maka

pada masa dewasanya nanti anak akan berakhlak mulia dan dalam hidupnya taat

dalam beragama.21

21 Ibid

Page 64: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

54

Ahmad Murray mengidentifikasikan hal dominasi pria dalam kontek

struktur masyarakat dan keluarga, yang memungkinkan terjadinya kekerasan

dalam rumah tangga (marital violence) sebagai berikut:

a. Pembelaan atas kekuasaan laki-laki

Laki-laki dianggap superiolitas sumber daya dibandingkan dengan

wanita, sehingga mampu mengatur dan mengendalikan wanita.

b. Diskriminasi dan pembatasan dibidang ekonomi

Diskriminasi dan kesempatan bagi wanita untuk bekerja

mengakibatkan wanita dan istri ketergantungan terhadap suami, dan ketika

suami kehilangan pekerjaan maka istri mengalami tindakan kekerasan.

c. Beban pengasuhan anak

Istri yang tidak bekerja, menjadikan menanggung beban sebagai

pengasuh anak. Ketika terjadi hal yang tidak diharapkan terhadap anak, maka

suami akan menyalahkan istri sehingga terjadi kekerasan dalam rumah tangga.

d. Wanita sebagai anak-anak

Konsep wanita sebagai hak milik bagi laki-laki menurut hukum,

mengakibatkan keleluasaan laki-laki untuk mengatur dan mengendalikan

segala hak dan kewajiban wanita. Laki-laki merasa punya hak untuk

melakukan kekerasan sebagai seorang bapak melakukan kekerasan terhadap

anaknya agar menjadi tertib.

e. Orientasi peradilan pidana pada laki-laki

Page 65: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

55

Posisi wanita sebagai istri di dalam rumah tangga yang mengalami

kekerasan oleh suaminya, diterima sebagai pelanggaran hukum, sehingga

penyelesaian kasusnya sering ditunda atau ditutup. Alasan yang lazim, yang

dikemukakan oleh penegak hukum yaitu adanya legitimasi hukum bagi suami

melakukan kekerasan sepanjang bertindak dalam konteks harmoni keluarga.

f. Bentuk-Bentuk Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Aksi kekerasan yang sering terjadi disekitar kita dilihat dari jenisnya

dapat diklasifikasikan kedalam empat jenis yaitu, kekerasan langsung (direct

violence), kekerasan tidak langsung (indeirect violence), kekerasan represif

(refressive violence), dan kekerasan alternatif (alenating violence).22

g. Kekerasan langsung

Kekerasan langsung merujuk pada tindakan yang menyerang fisik atau

psikologi seseorang secara langsung. Yang termasuk dalam kategori ini

adalah semua bentuk pembunuhan individual atau kelompok, seperti

permusuhan etnis, kejahatan perang, pembunuhan massal dan juga semua

bentuk tindakan paksa atau brutal yang menyebabkan penderitaan fisik atau

psikologis seseorang (pengusiran paksa terhadap suatu masyarakat,

penculikan, pemerkosaan, penganiayaan). Semua tindakan tersebut

merupakan tindakan yang mengganggu hak asasi manusia yang paling

mendasar yakni hak untuk hidup.

1) Kekerasan tidak langsung

22 Jamil Salmi, Violence And Democtratic Society, Hooliganisme Dan Masyarakat Demokrasi, Alih Bahasa Slamet Raharjo, (Yogyakarta: Pilar Media, 2005), hal. 33-40.

Page 66: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

56

Kekerasan tidak langsung adalah tindakan yang membahayakan

manusia. Bahkan kadang-kadang ancaman kematian, tetapi tidak

melibatkan hubungan langsung dengan korban.

2) Kekerasan represif

Kekerasan represif adalah berkaitan dengan pencabutan hak dasar

untuk bertahan hidup dan untuk melindungi dari kesakitan dan

penderitaan. Oleh karena itu termasuk kedalam pelanggaran hak asasi

manusia seperti mengekang kebebasan , martabat manusia dan kesamaan

hak bagi semua manusia.

3) Kekerasan alienatif

Kekerasan alienatif merujuk kepada pencabutan hak-hak individu

yang lebih tinggi, misalnya hak pertumbuhan kejiwaan (emosi), budaya

atau intelektual (rights to emotional, cultural or intellectual growth).23

Kekerasan dalam rumah tangga merupakan bentuk pelanggaran

hak asasi manusia yang harus segera ditanggulangi, begitu banyak bentuk

kekerasan dalam rumah tangga, seperti kekerasan fisik (pemukulan,

penganiayaan, penjambakan dan lain sebagainya), kekerasan seksual

(pemerkosaan, eskploitasi seksual, pembudakan seksual, kehamilan paksa,

aborsi dan lain sebagainya). Kekerasan psikologis (ancaman, intimidasi,

penyisihan dan lain sebagainya), dan kekerasan ekonomi (larangan untuk

bekerja, eskploitasi tenaganya, dan lain sebagainya), sedangkan korban

23 Ridwan, Kekerasan Berbasis Gender, (Purwekerto, Fajar Pustaka, 2006), op cit. h 77.

Page 67: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

57

kekerasan dalam rumah tangga bisa siapa saja, suami, istri, anak, anggota

keluarga lainya atau siapapun yang tinggal dalam rumah tangga, akan

tetapi yang sering jadi korban kekerasan dalam rumah tangga pada saat ini

adalah kaum perempuan atau istri dan anak. 24

Menurut undang-undang No. 23 tahun 2004 tentang tindak kekerasan

terhadap istri dalam rumah tangga dibedakan kedalam 4 (empat) macam yaitu:

1. Kekerasan fisik

Kekerasan fisik adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh

sakit atau luka berat. Prilaku kekerasan yang termasuk kedalam golongan ini

antara lain adalah menampar, memukul, meludahi, menarik rambut (menjambak),

menendang, menyundut dengan rokok, memukul / melukai dengan sengaja dan

lain sebagainya. Biasanya perlakuan ini akan nampak seperti biru-biru, muka

lebam, gigi patah atau luka lainnya.

2. Kekerasan psikologis / emosional

Kekerasan psikologis atau emosional adalah perbuatan yang

mengakibatkan ketakutan, hilangnya percaya diri, hilangnya kemampuan untuk

bertindak, rasa tidak berdaya dan penderitaan psikis pada seseorang. Prilaku

kekerasan yang termasuk penganiayaan secara emosional adalah penghinaan,

komentar-komentar yang menyakitkan atau merendahkan harga diri, mengisolir

24 Ridwan, Kekerasan Berbasis Gender, (Purwekerto, Fajar Pustaka, 2006), op cit. hal. 81.

Page 68: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

58

istri dari dunia luar, mengancam atau menakuti-nakuti sebagai sarana

memaksakan kehendak.

3. Kekerasan seksual

Kekerasan jenis ini meliputi pengisolasian (menjauhkan) istri dari

kebutuhan batinnya, memaksa hubungan seksual, memaksa selera seksual sendiri,

tidak memperhatikan kepuasan pihak istri.

4. Kekerasan ekonomi

Setiap orang dilarang menelantarkan orang dalam lingkup rumah

tangganya, padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau karena

persetujuan atau perjanjian ia wajib memberikan kehidupan, perawatan atau

pemeliharaan kepada orang tersebut. Contoh dari kekerasan jenis ini adalah

tidak memberi nafkah istri, bahkan memberikan uang istri.

Lebih dari itu, kekerasan atau kejahatan sendiri dipicu oleh dua hal.

Pertama, faktor individual. Yaitu tidak ada ketakwaan pada individu-individu,

lemahnya pemahaman terhadap relasi suami istri dalam rumah tangga, dan

karakteristik individu yang temperamental adalah pemicu dari seseorang

untuk melanggar hukum syara’ termasuk melakukan tidakan KDRT. Kedua,

faktor sistemik, yaitu kekerasan yang terjadi saat ini sudah menggejala

menjadi penyakit sosial di masyarakat, baik di lingkungan domestik maupun

publik. Kekerasan yang terjadi bersifat structural yang disebabkan oleh

berlakunya sistem yang tidak menjamin kesejahteraan masyarakat, yang

Page 69: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

59

mengakibatkan nilai-nilai ruhiyah dan menafikan perlindungan atas eksistensi

manusia.

D. Pandangan Hukum Islam Terhadap Kekerasan Dalam Rumah tangga

Kekerasan terhadap wanita adalah bentuk kriminalitas (jarimah)

pengertian kriminalitas (jarimah) dalam islam adalah tindakan melanggar

peraturan yang telah ditentukan oleh syariat islam dan termasuk kedalam kategori

kejahatan. Sementara kejahatan dalam islam adalah perbuatan tercela. (al qobih)

yang ditetapkan oleh hukum syara’, bukan yang lain. Sehingga apa yang

dianggap sebagai tindakan kejahatan terhadap wanita, dengan anggapan wanita

telah menjadi korbannya.25

Padahal, kejahatan bukan perkara gender (jenis kelamin) pasalnya,

kejahatan bisa menimpa siapa saja, baik laki-laki ataupun perempuan. Pelakunya

juga bisa laki-laki ataupun perempuan. Dengan demikian islam pun menjatuhkan

sangsi tanpa melihat apakah korbannya laki-laki ataupun perempuan, tapi yang

dilihat apakah dia melanggar hukum Allah SWT atau tidak. Kekerasan juga

bukan disebabkan sistem patriarki atau karena adanya subordinasi kaum

perempuan, Karena laki-laki maupu perempuan mempunyai peluang yang sama

sebagai korban. Kalaupun data yang tersedia lebih banyak menyebut wanita

sebagai korban, itu semata-mata karena data laki-laki sebagai korban tindak

25 Mufidah ch, Upaya Penghapusanya Kekerasan Terhadap Terhadap Perempuan Dan Anak

Dalam Perspektif Islam”makalah sosilisasi PKDRT di Kab Malang,

Page 70: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

60

kekerasan tidak tersedia. Dengan begitu kekerasan tidak ada kaitannya dengan

penyetaraan hak laki-laki atau perempuan. Gagasan anti KDRT dengan mengatas

namakan pembelaan terhadap hak-hak wanita pada akhirnya justru bias gender.

Dalam kontek rumah tangga, bentuk-bentuk kekersan memang sering

terjadi, baik yang menimpa istri, anak-anak, pembantu rumah tangga, kerabat atau

pun suami. Misal ada suami yang memukuli istri dengan berbagai sebab, ibu yang

memukuli anaknya karen tidak menuruti perintah orang tua, atau pembantu rumah

tangga yang dianiaya majikan karena tidak beres menyelsaikan tugasnya. Semua

bentuk kekersan itu pada dasarnya harus dikenai sanksi karena merupakan bentuk

kriminalitas (jarimah). Dan perlu digaris bawahi dalam konteks rumah tangga,

suami memiliki kewajiban untuk mendidik istri dan anak-anaknya agar taat

kepada Allah SWT, hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Al Quran surat At

Tahrim ayat 6 yang berbunyi:

: تهريمل ا( 6(

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.(Q.S. At Tahrim:6)

Page 71: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

61

Dalam Islam mendidik istri dan anak-anak ini, bisa saja terpaksa

dilakukan dengan “pukulan”, dalam kontek pendidikan atau ta’dib ini dibolehkan

dengan batasan-batasan dan kaidah tertentu yang jelas. Kaidah itu antara lain:

pertama pukulan yang diberikan bukan pukulan yang menyakitkan, apalagi

sampai mematikan, kedua, pukulan hannya diberikan jika tidak ada jalan lain

(atuaran semua cara telah ditempuh)untuk memberikan hukuman pengertian,

ketiga, tidak boleh memukul ketika dalam keadaan marah sekali (Karena

dikhawatirkan akan membahayakan), keempat, tidak memukul pada bagian-

bagian tubuh vital semisal wajah, kepala dan dada, kelima, tidak boleh memukul

lebih dari tiga kali pukulan (kecuali dalam amat terpaksa dan tidak melebihi

sepuluh kali pukulan), keenam, tidak boleh memukul anak dibawah usia 10

tahun, ke tujuh, jika kesalahan baru pertama kali dilakukan, maka diberi

kesempatan bertobat dan minta maaf atas perbutannya.26

Dengan demikian jika seorang ayah yang memukul anaknya (dengan tidak

menyakitkan) karena si anak sudah berusia 10 tahun lebih namun belum

mengerjakan sholat, tidak bias dikatakan ayah tersebut telah melakukan

penganiayaan, akan tetapi pukulan itu dalam rangka mendidik anak untuk

mengerjakan kewajibannya. Demikiian pula istri yang tidak taat terhadap suami

atau nusyuz, missal tidak mau melayani suami padahal tidak ada uzur (sakit atau

haid), maka tidak bisa disalahkan jika suami memperingatkannya dengan

“pukulan” yang tidak menyakitkan, atau istri yang melalaikan tugas sebagai ibu

26 http://embuntarbiyah.wordpress.com/2007/07/24/rumah-tangga-islami/

Page 72: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

62

rumah tangga karena disebabkan berbagai urusan diluar rumah, maka bila suami

melarangnya keluar rumah bukan berarti kekerasan terhadap perempuan. Dalam

hal ini bukan berarti suami telah menganiaya istri melainkan untuk mendidik istri

agar taat pada suami.27

Semua ini dikarenakan istri wajib taat kepada suami selam suami tidak

melanggar syara. Rasulullah SAW menyatakan: ”apabila seorang wanita shalat

lima waktu, puasa sebulan (ramadhan), menjaga kemaluannya dan taat kepada

suminya, maka dikatakan padanya: masuklah engkau kedalam surge dari pintu

mana saja yang engkau sukai.” (HR Ahmad, Di Shahihkan Asy Syaikh Al Albani

r.a). namun disilain, selain kewajiban taat pada suami, wanita boleh menuntut

hak-haknya seperti nafkah, kasih sayang, perlakuan yang baik dan sebagainya.

Seperti firman Allah SWT dalam Al Quran surat Al Baqarah ayat 228:

)228 :البقرة(Artinya: “Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga

kali quru' tidak boleh mereka Menyembunyikan apa yang diciptakan

27 Ibid.

Page 73: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

63

Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat. dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti itu, jika mereka (para suami) menghendaki ishlah. dan Para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma'ruf. akan tetapi Para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (Q.S. Al Baqarah: 228)

Kehidupan rumah tangga adalah dalam konteks menegakan syariat islam,

menuju ridho Allah SWT, suami dan istri harus saling melengkapi dan bekerja

sama dalam membangun runah tangga yang harmonis menuju derajat takwa.

Allah SWT berfirman dalam Al Quran surat At Taubah ayat 71.

☺ ☺

☺ ☺

)71: التوبة( Artinya; “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian

mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (Q,S. At Taubah: 71)

Sejalan dengan itu dibutuhkan relasi yang jelas antara suami dan istri dan

tidak bisa disama ratakan tugas dan wewenagnya suami berhak menuntutnya hak-

haknya, seperti dilayani istri. Sebaliknya, auami memiliki kewajiban untuk

Page 74: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

64

mendidik istri dan anak-anaknya memberikan nafkah yang layak dan

memperlakukan mereka dengan cara yang makruf.

Allah SWT berfirman dalam Al Quran surat An Nisa ayat 19 yang

berbunyi:

☺ ☺ ⌧

: النساء( 9(

Artinya: “ Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa[278] dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata[279]. dan bergaullah dengan mereka secara patut. kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, Padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (Q.S. An Nisa:19)

Nash ini merupakan seruan kepada para suami agar mereka mempergauli

istri-istri mereka secara maruf. Menurut ath thabari, ma’ruf adalah menunaikan

hak-hak mereka. Beberapa mufasir menyatakan bahwa ma’ruf adalah bersikap

adil dalam giliran dan nafkah, memperbagus ucapan dan perbuatan. Ayat ini juga

memerintahkan menjaga keutuhan keluarga. Jika ada sesuatu tidak disukai pada

diri istrinya, selain jina dan nuyuz, suami diminta bersabar dan tidak terburu-buru

Page 75: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

65

menceraikannya sebab, bisa jadi pada perkara yang tidak disukai, terdapat sisi

kebaikan. Jika masing- masing baik suami maupun istri menyadari perannya dan

melaksanakan hak dan kewajiban sesui syarat islam, kekerasan dalam rumah

tangga (KDRT) dapat terhindarkan karena rumah tangga dibagun dengan pondasi

syarat islam dikemudikan dengan kasih saying dan diarahkan oleh peta iman.

E. Pandangan Hukum Positif Terhadap Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Kasus-kasus kekersan dengan korban perempuan terjadi hampir setiap hari

dibarbagai belahan dunia, baik secara individual maupun secara terintegrasi

dalam peristiwa social polotik dalam sekala besar, seperti konplik bersenjata atau

kerusuhan sosial. Oleh karena itu, berbicara mengenai kekerasan terhadap

perempuan anakan menyangkut permasalahan yang sangat luas baik karena

bentuknya (kekerasan fisik, non fisik atau verbal dan kekerasan seksual) tempat

kejadiannya (di dalam rumah tangga dan di tempat umum), jenisnya

(penganianyaan, pemerkosaan, pembunuhan atau kombinasi dari ketiganya),

maupun pelaku (yang memiliki hubungan dekat atau pun orang asing). 28

Kekerasan terhadap perempuan merupakan tindak penistaan dan

pengebirian harkat manusia, dapat terjadi di semua tingkat kehidupan, baik

ditinkat pendidikan, ekonomi, budanya, agama, maupun suku bangsa. Hal ini

28 Htlp/meetabied. Word press.com/2009/12/25 Perspektif Hukum Terhadap Kekerasan

Dalam Rumah Tangga Dan Upanya Pencegahannya

Page 76: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

66

karean pada dasarnya kekersana terjadi akibat paham dunia yang masih

didominasi oleh laki-laki.29

Oleh karena itu untuk mengatasi masalah kekersan dalam rumah tangga

khususnya pada kaum perempuan dilingkungan rumah tangga, perlu tindakan

bersama antara semua pihak, dari masyarakat sampai aparat. Akan tetapi suatu

prilaku kongkrit belum akan muncul apabila belum ada perubahan sikap maupun

persepsi mengenai kekerasan dalam rumah tangga itu sendiri.

Hukum positif sebagai mana dituangkan dalam undang-undang nomor 23

tahun 2004 tentang penghapusan kekersan dalam rumah tangga dimana

didalamnya termuat solusi dan upanya yang dilakukan oleh pemerintah melui

perundang-undangan guna menghapus terjadinya kekerasan dalam rumah tangga

antara lain.

1. Tujuan penghapusan kekerasan dalam runah tangga termuat dalam pasal 4

Penghapusan kekerasan dalam rumah tangga bertujauan:

a. mencegah segala bentuk kekersan dalam rumah tangga

b. melindungi korban kekerasan dalam rumah tangga

c. mennindak pelaku kekersan dalam rumah tangga dan

d. memelihara keutuhan rumah tangga

2. Memenuhi hak-hak korban kekerasan dalam rumah tangga termuat dalam

pasal 10, 11, 12, 13, 14, dan 15.yang mana setiap pasal itu berbunyai:30

29 Ibid. 30 Undang-undang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga Nomor 23 Tahun 2004

Page 77: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

67

Dalam Pasal 1031 Korban Berhak Mendapatkan

1. Perlindungan dari pihak keluarga, kepolisian, kejaksaan, pengadilan, advokat,

lembaga social, atau pihak lainnya baik sementara maupun berdasarkan

penetapan perintah perlindungan dari pengadilan

2. Pelanyanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan medis

3. Penanganan secara khusus berkaitan dengan perahasian korban

4. Pendamping oleh pekerja sosial dan bantuan hukum pada setiap tinggat proses

pemeringkasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undang dan

5. Pelayanan binbingan rohani

Dan dalam Pasal 11 pemerintahan bertanggung jawab dalam upanya

pencegahan kekerasan dalam rumah tangga. Dan Pasal 12 Ayat (1) untuk melak

sanakan ketentuan sebagai mana dimaksud dalam pasal 11 pemerintahan

1. Merumuskan kewajiban tetangga penghapusan kekersan dalam rumah tangga

dan

2. Menyelenggarakan komunikasi informasi dan edukasi tentang kekersan dalam

rumah tangga

3. Menyelenggarakan sosialisasi dan advokasi tentang kekerasan dalam rumah

tangga dan

4. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan sensitive gender dan isu

kekerasan dalam rumah tangga serta menetapkan setandar dan akreditasi

pelayanan yang sensitif

31 Ibid.

Page 78: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

68

Ayat (2) ketentuan sebagai mana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan

oleh mentri sedangkan dalam Ayat (3) mentri dapat melakukan kordinasi dengan

instansi terkait dalam melaksanakan ketentuan sebagai dimaksud pada ayat (2).

Dan dalam Pasal 13 Untuk penyelenggaraan pelanyanan terhadap korban

pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan pungsi dan tugas masing-

masing dapat melakukan upaya32

1. Penyediaan ruang pelayanan khusus di kantor kepolisian

2. Penyediaan aparat tenaga kesehatan pekerja social dan pembingbing rhani

3. Pembuatan dan pengembangan system dan mekanisme kerja sama program

pelayanan yang melibatkan pihak yang mudah diakses oleh korban dan

4. Memberikan perlindungan bagi pendamping saksi keluarga dan teman korban

Namun dalam Pasal 14 menjelaskan “untuk menyenggarakan upaya

sebagai mana dimaksud dalam pasal 13 pemerintahan dan pemerintah daerah

sesuai dengan pungsi dan tugas masing-masing dapat melakukan kerja sama

dengan masyarakat atau lembaga sosial lain”. Dan dalam Pasal 15 Setiap orang

yang melihat, mendengar, atau mengetahui terjadinya kekerasan dalam rumah

tangga wajib melakukan upaya-upaya sesuai dengan batas kemampuan untuk:

1. Mencegah berlangsungnya tindak pidana

2. Memberikan perlindungan kepada korban

3. Memberikan pertolongan darurat

4. Membantu proses pengajuan permohonan penetapan perlindungan

32 Undang-undang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga Nomor 23 Tahun 2004

Page 79: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

BAB IV

ANALISIS PUTUSAN PERADILAN AGAMA DEPOK

A. Prosedur Penyelesaian Perkara Cerai Dan Data Cerai Di Pengadilan Agama

Depok

Perkara cerai gugat adalah perkara perceraian dimana pihak yang

mengajukan atau pihak yang menghendaki perceraian adalah pihak istri, adapun

langkah-langkah yang harus ditempuh oleh pemohon dalam perkara ini sebgai

berikut:

1. Mengajukan gugatan secara tertulis atau lisan kepada pengadilan agama (pasal

118 HIR jo pasal 73 undang-undang nomor: 7 tahun 1989 yang direvisi

dengan undang-undang nomor: 3 tahun 2006)

2. Gugatan tersebut diajukan kepada pengadilan agama:

a. Yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman penggugat

b. Bila penggugat meninggalkan tempat kediaman bersama tampa izin

penggugat, maka gugatan harus diajukan kepada pengadilan agama yang

daerah hukumnya meliputi tempat kediaman tergugar(pasal 73 ayat (1)

undang-undang nomor: 7 tahun 1989 jo. Pasal 32 ayat (2) undang-undang

nomor: 1 tahun 1974)

c. Bila penggugat berkediaman diluar negri, maka gugatan diajukan kepada

pengadilan agama yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman

tergugat (pasal 73 ayat (2) undang-undang nomot: 7 tahun 1989)

68

Page 80: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

69

d. Bila penggugat dan tergugat berkediaman diluar negri maka permohonan

diajukan kepada pengadilan agama yang daerah hukumnya meliputi

tempat dilangsungkan perkawinan atau pengadilan agama Jakarta pusat

(pasal 73 ayat (3) undang-undang nomor: 7 tahun 1989

3. Gugatan tersebut memuat:

a. Nama, umur, pekara, dan tempat kediaman pemohon dan termohon

b. Posita (fakta kejadian dan fakta hukum)

c. Petitum (hal-hal yang dituntut berdasarkan posita)

4. Gugatan soal penguasaan anak, nafkah anak, nafkah istri dan harta bersama

dapat diajukan bersama-sama dengan permohonan cerai talak atau sesudah

ikrar talak diucapan (pasal 86 ayat (1) undang-undang nomor: 7 tahun 1989)

5. Membanyar perkara (pasal 121 ayat (4) HIR, 145 ayat (4) R. Bg. Jo. Pasal 89

undang-undang nomor: 7 tahun 1989), bagi yang tidak mampu dapat

berperkara secara Cuma-Cuma (prodeo) (pasal 237 HIR, 273 R. Bg).

6. Penggugat dan tergugat atau kuasanya menghadiri persidangan bardasarkan

panggilan pengadila agama (pasal 121, 124 dan 125 HIR, 145 R. Bg)

Proses penyelesaian perkara cerai gugat:

a) Penggugat mendaftarkan gugatan cerai gugat kepengadilan agama.

b) Penggugat dan tergugat diapnggil oleh pengadilan agama untuk menghadiri

siding pemeriksaan.

c) Tahapan pemeriksaan:

Page 81: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

70

1) Pada pemeriksaan siding pertama, hakim berusaha mendamaikan

keduabelah pihak dan suami istri harus dating secara pribadi (pasal 82

undang-undang nomor: 7 tahun 1989 yang direfisi dengan undang-undang

nomor: 3 tahun 2006)

2) Apabila tidak berhasil, maka hakim mewajibkan kepada kedua belah

pihak agar terlebih dahulu menempuh mediasi (pasal 3 ayat (1) PERMA

nomor: 2 tahun 2003)

3) Apabila mediasi tidak berhasil, maka pemeriksaan perkara dialnjutkan

dengan membacakan surat gugatan, jawaban, jawab menjawab,

pembuktian dan kesimpulan. Dalam tahap jawab menjawab (sebelum

pembuktaian) tergugat dapat mengajukan gugatan rekonpensi atau gugat

balik (pasal 132 a HIR)

Setelah putusan memperoleh kekutan hukum tetap, maka panitera

pengadilan agama berkewajiban. Mempersiapkan akta cerai untuk diserahkan

kepada para pihak sebagai bukti cerai selambat-lambatnya tujuh hari semenjak

putusan terebut memperoleh kekuatan hukum tetap.

B. Putusan Perceraian Akibat Kekerasan Dalam Rumah Tangga (studi kasus

putusan nomor 607 / pdt. G / PA. Depok Jawa Barat)

Merujuk pada surat permohonan yang diajukan oleh pemohon pada

tanggal 28 april 2009 yang kemudian terdaftar dalam registrasi sebagai perkara

nomor 607/Pdt. G/2009/PA. dpk. Telah memenuhi syarat-syarat baik formil

Page 82: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

71

maupun substansi yang sesuai dengan prosedur permohonan yang berlaku di

Pengadilan Agam Depok setelah membaca surat-surat dan salinan sah lainnya

yang dilampirkan pada surat permohonan tersebut maka hakim memberikan

pertimbangan sebagai berikut:

1. Duduk perkara

a. Tentang para pihak, putusan ini bernomor perkara 607 / Pdt. G / PA. Dpk.

Penggugat adala istri yang berumur 32 tahun beragama Islam, pendidikan

SMK, pekerjaan wiraswasta, tempat tinggal di jalan Nuri 2, Rt 04, Rw 08

No. 105, kelurahan Depok Jaya, kecamatan Pancoran Mas, kota Depok

selanjutnya disebut penggugat. Tergugat adalan suami yang berusia 39

tahun, agama islam pendidikan STM, pekerjaan swasta, tempat tinggal di

jalan kp Pitara Rt 01, Rw 06, No.02, kelurahan Pancoran Mas kecamatan

Pancoran Mas, kota Depok selanjutnya disebut tergugat.

b. Tentang Posita / Duduk Perkara

1) Bahwa penggugat adalah istri sah tergugat, yang pernikahannya di

laksanakan pada tanggal 25 februari 2004, di Pancoran Mas kota

Depok Jawa Barat, kutipan akta nikah nomor 350 / 238 / II / 2004

tanggal 25 februari 2004, yang dikeluarkan oleh KUA kecamatan

Pancoran Mas, kota Depok Jawa Barat.

2) Selama berumah tangga telah dikaruniai satu orang anak yang berusia

4 tahun.

Page 83: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

72

3) Semula rumah tangga antara penggugat dan tergugat rukun dan

harmonis, tapi sejak juli 2005 sanpai sekarang antara penggugat dan

tergugat sering terjadi perselisihan, adapun sebab terjadi pertengkaran

antara keduanya diantaranya:

a) Tergugat melakukan perselingkuhan dengan wanita lain.

b) Tergugat sering melakukan tindak kekerasan kepda penggugat

seperti mencekik leher, menendang dan memukul badan dan muka

penggugat dan lain sebagainya.

c) Tergugat apabila terjadi keributan dengan penggugat, selalu pulang

kerumah orang tuanya sampai berminggu-minggu bahkan

berbulan-bulan tanpa menghiraukan keberadaan penggugat dan

anak.

4) Bahwa sejak bulan maret 2009 penggugat dan tergugat telah pisah

rumah dan masing-masing berdomisili pada alamat tersebut diatas.

5) Sejak maret 2009 sampai sekarang tergugat tidak pernah memberikan

nafkah lagi kepada penggugat tergugat sudah tidak bertanggunga jwab

lagi sebagi mana layaknya seorang suami.

6) Bahwa keluarga penggugat dan tergugat telah berupanya

mendamaikan penggugat dan tergugat agar kembali rukun dalam

membina rumah tangga namun upaya tersebut tidak membuahkan

hasil.

Page 84: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

73

7) Bahwa dengan beberapa kejadian tersebut diatas rumah tangga antara

penggugat dan tergugat sudah tidak dapat dibina dengan baik lagi

sehingga rumah tangga yang sakinah mawaddah dan rahman tidak

tercapi penggugat merasa menderita lahir batin dan sudah tidak

mungkin lagi untuk meneruskan rumah tangga dengan tergugat serta

tidak ada jalan terbaik kecuali perceraian.

8) Bahwa anak-anak penggugat dan tergugat sebagai mana tersebut diatas

penggugat mohon anak-anak tersebut diasuh dan dipelihara penggugat

mengingat

a) Penggugat sanggup mengasuh dan memelihara serta mendidik

anak tersebut hingga dewasa atau mandiri

b) Anak tersebut belum berusia 12 tahun.

c) Bahwa sekarang ini penggugat dalam keadaan sehat jasmani dan

rohani sesuai dengan ketentuan dan perundang-undang yang

berlaku yang berhak untuk memelihara dan mengasuh anak

tersebut adalah penggugat sebagai ibunya.

9) Bahwa berdasarkan alasan-alasan tersebut cukup beralasan secara

hukum anak tersebut diasuh dan dipelihara (hadhanah) oleh penggugat

untuk itu mohon hak hadhanah ditetapkan terhadap penggugat.

10) Bahwa untuk memenuhi kebutuhan anak penggugat dan tergugat

tergugat sebagai ayahnya mempunya kewajiban untuk memenuhi

nafkah anak tersebut penggugat menuntut agar terguggat memenuhi

Page 85: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

74

nafkah anak tersebut minimal sebesar Rp 1.500.000,- perbulan diluar

biaya pendidikan dan kesehatan.

C. Pertimbangan Hakim Dalam Memutuskan Perkara

Adapun tentang pertimbangan hukumnya, bahwa maksud dan tujuan

perkawian tidak terwujud. Pada pokonya gugatan penggugat memuat hal-hal

sebagai berikut: (1) antara penggugat dan tergugat terdapat ikatan perkawinan

yang sah sejak tanggal 25 februari 2004 dengan bukti kutipan akta nikah dengan

nomor 350 / 238 / II / 2004 di KUA kecamatan Pancoran Mas, (2) rumah tangga

penggugat dan tergugat sudah sudah tidak harmonis lagi dan tidak dapat

dipertahankan lagi, sering terjadi perselisihan dan pertengkaran yang berakibat

kekerasan fisik dan fsikis yang dialami oleh penggugat, (3) majelis telah

mendengarkan keterangan para saksi dari kedua belah pihak yang menyatakan

bahwa tergugat sering melakukan penganiayaan kepada penggugat.

Berdasarkan keterangan yang sudah di sampaikan baik itu oleh penggugat

dan para saksi-saksi dari kedua belah pihak maka hakim berkesimpulan bahwa

yang menjadi tujuan dari rumah tangga yakni untuk membentuk keluarga yang

sakinah mawaddah dan waruhmah, sebagai mana yang di jelaskan dalam suara Ar

Rum ayat 21

Page 86: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

75

Artinya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (Q. S. Ar rum: 21)

Dan undang-uandang No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan pasal 1 jo

kompilasi hukum Islam (KHI) pasal (3) itu tidak dapat terwujud dikarenakan

berbagai faktor yang mengakibatkan perceraian atau putusnya tali suami istri.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, maka gugatan penggugat dapat

dikabulkan berdasarkan pasal 19 huruf (f) PP No. 9 tahun 1975 tentang

pelaksanaan UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan jo. Pasal 116 huruf (d) dan

huruf (f) kompilasi hukum Islam (KHI). Dalam hal ini istri selaku penggugat atau

korban dari kekerasan rumah tangga, sedangkan dalam gugatan tersebut ada

beberapa faktor yang menyebabkan penggugat harus melaporkan perkara ini

kepada pengadilan agama depok selaku wilayah hukum. Salah satu gugatan yang

diperkarakan oleh istri dalam hal ini penggugat adalah: bahwa dari bulan juli

2005 penggugat dengan tergugat sering berselisih dan bertengkar, bahwa tergugat

sering melakukan tindak kekerasan terhadap penggugat, bahwa dari maret 2009

penggugat dengan tergugat berpisah tempat tinggal.

Adapun pertimbangan hakim mengabulkan gugatan penggugat untuk

bercerai kepada suaminya, karena penggugat bersih keras terhadap pendiriannya

Page 87: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

76

untuk tetap bercerai dengan tergugat (suaminya), selain itu banyak hal yang

menyebabkan penggugat (istri) ingin bercerai, salah satunya adalah suami

melakukan perselingkuhan dengan wanita lain, dan sering melakukan tindak

kekerasan terhadap penggugat (istri), hal ini lah yang menyebabkan ketidak

harmonisan dalam membangun rumah tangga, selain sering terjadi percekcokan

yang terus terjadi dan sering meninggalkan kewajibannya selaku kepala keluarga

dalam membina dan meberi nafkah terhadap anak istrinya.

Pertimbangan lainnya adalah adanya kesaksian dari dua orang saksi yang

kedua-duanya kenal kepada penggugat dan tergugat ini menjadi dalil untuk

memjadi pertimbangan hakim dalam mengabulkan gugatannya. Dan hal ini telah

dilakukan mediasi secara kekeluargaan antara kedua belah pihak namun tidak

mendapatkan hasil untuk menjalankan rumah tangga antara penggugat dengan

tergugat, dengan demikian majelis hakim menilai gugatan penggugat telah

memenuhi ketentuan yang tertuang didalam pasal 116 (d) dalam kompilasi hukum

Islam (KHI) yang berbunyi “salah satu pihak melakukan kekejaman atau

penganiayaan berat yang membahayakan pihak lain” dan juga tertuang dalam

poin (b) dinyatakan bahwa “antara suami dan istri terus menerus terjadi

perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi

dalam rumah tangga”

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di

atas cukup alasan bagi majelis hakim untuk menjatuhkan talak satu bain sughra

tergugat terhadap penggugat. Dengan demikian majelis hakim berpendapat bahwa

Page 88: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

77

gugatan penggugat telah diajukan berdasarkan hukum sesuai ketentuan pasal 19

huruf (d dan f) PP Nomor 9 tahun 1975 jo pasal 116 huruf (d dan f) kompilasi

hukum islam dan oleh karenanya gugatan penggugat untuk bercerai dapat

dikabulkan.

D. Analisis Penulisan Hasil Penelitan

Kekerasan merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau

sejumlah orang yang berposisi kuat (merasa kuat) kepada seseorang atau sejumlah

orang yang berposisi lemah (dipandang lemah/dilemahkan), yang dengan sarana

kekuatannya, baik secara fisik ataupun non fisik dengan segaja dilakukan untuk

meninbulkan penderitaan kepada obyek kekerasan.1 Dengan kata lain kekerasan

secara umum didefinisikan sebagai suatu tindakan yang bertujuan untuk melukai

seseorang atau merusak barang. Dalam hal ini segala bentuk ancaman, cemoohan,

penghinaan, pengucapan kata-kata kasar. Juga diartikan sebagai penggunaan

kekuatan fisik untuk melukai manusia atau merusak barang, serta mencakup

ancaman pemaksaan terhadap kekerasan indifidu.2

Sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan kekerasan

dalam rumah tangga adalah sebuah perbuatan seseorang atau sekelompok orang

yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain atau menyebabkan kerusakan

1 Psikologi Keluarga Islam Berwawasan Gender, Mufidah Ch, (Malang: UIN Malang:

2008)cet-ke1, h, 267. 2Deklarasi PPB Tentang Kekerasan Terhadap Perempuan, (Jakarta: Buletin LBH APIK,

2003), h. 3.

Page 89: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

78

fisik atau barang orang lain. Sedangkan rumah tangga dalam kamus besar bahasa

Indonesia adalah suatu yang berkenaan dengan masalah kehidupan di

rumah.3Dengan demikian penulis dapat menyimpulkan bahwasannya kekersan

dalam rumah tangga merupakan suatu tindak penindasan, kesombongan,

kerusakan, dan menghilangkan hak-hak dasar manusia yang bertentangan dengan

nilai-nilai islam. Kalau kita pahami islam dan dipahami dan diamalkan tetapi

mencedrai pesan-pesan ideal islam, sama saja prilaku itu akan menghancurkan

citra islam, dan jauh dari sunnah Rasulullah karena sesungguhnya tindakan

seperti itu senyatanya telah keluar dari rambu-rambu etika Islam.

Islam menghendaki seseorang tidak boleh melakukan kekerasan kepada

siapapun (menjadi pelaku), dan memerintahkan untuk tidak menjadi korban .

karena itu pelaku kekersan harus ditindak tegas, demikian pula perlindungan

terhadap korban kekerasan harus dilakukan sebagai bentuk keberpihakan kepada

perempuan atau anak korban kekerasan untuk pulih dan bisa hidup normal. Dalam

hadis yang diriwayatkan oleh Al Turmudzi yang artinya”ingatlah aku berpesan

agar kalian berbuat baik terhadap perempuan karena mereka sering menjadi

sasaran pelecehan diantara kalian, padahal sedikitpun kalian tidak berhak

memperlakukan mereka, kecuali untuk kebaikan itu”. Dengan demikian jauh

sebelumnya Rasulullah telah memprediksi bahwa problem relasi gender akan

terjadi sepanjang sejarah kehidupan manusia, untuk itu pesan beliau

3 Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kanus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai

Pustaka), cet-ke2, h.429.

Page 90: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

79

mengisaratkan bahwa laki-laki memiliki potensi untuk melakukan kekerasan dan

ketidak adilan terhadap perempuan, disisi lain Rasulullah mengisyaratkan bahwa

perempuan berhak memperoleh perlindungan dan terbebas dari berbagai

penindasan. Kekerasan terhadap istri merupakan masalah sosial yang kurang

mendapatkan tanggapan yang serius dari masyarakat karena: Pertama, memiliki

ruang lingkup yang relatif tertutup (pribadi) dan terjaga ketat privacinya karena

persoalannya terjadi dalam keluarga. Kedua, sering dianggap “wajar” karena

diyakini bahwa memperlakukan istri sekehendak suami merupakan hak suami

sebagai pemimpin dan kepala rumah tangga. Ketiga, terjadi dalam lembaga-

lembaga yaitu dalam perkawinan. Pada undang-undang nomor 23 tahun 2004

tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga (PKDRT), adalah setiap

perbuatan terhadap seseorang, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau

penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga,

termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan pemaksaan atau perampasan

kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.4

Kalau kita perhatikan tujuan dari pernikahan pada mulanya untuk

menciptakan keluarga sakinah, mawaddah, dan rahmah sebagai mana yang

dicantumkan dalam kompilasi hukum islam (KHI)5 dan ini merupakan cita-cita

setiap insan dalam mengarungi bahtera rumah tangga. Akan tetapi tidak semua

4 Undang-Undang No 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Pasal 1. 5 Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 3.

Page 91: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

80

orang mencapai cita-cita tersebut dengan mudah, karena dalam perjalanannya

sering sekali bahtera rumah tangga kandas ditengah jalan. Dan tidak semudah

yang mereka bayangkan seperti membalikan telapak tangan. Bahkan tidak jarang

perselisihan tersebut berakhir dengan kekerasan, baik fisik, psikologis, ekonomi,

atau bentuk kekerasan lainnya yang mengakibatkan istri terluka baik jasmani

ataupun rohaninya, akan tetapai pada perkembangannya kaum perempuan mulai

berani melakukan perlawanan dengan kondisi yang memojokkan tersebut.

Dengan adanya undang-undang penghapusan kekerasam dalam rumah rangga

nomor 23 tahun 2004, berarti perlindungan terhadap perempuan mulai

diperhatikan dalam masyarakat, sedangkan dalam ruang lingkup keluarga

perempuan mulai berani melakukan upaya-upaya hukum dalam menyelesaikan

perselisihan yang disertai dengan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).

Kekerasan yang terjadi di masyarakat yang disebabkan banyakna factor

yang menyebabkan terjadinya keretakan dalam menjalani bahtera rumah tangga,

antara lain dari factor dalam diri seseorang yaitu sikap bawaan dari diri seseorang,

sikap kedewasaan yang mana masing-masing pasangan tidak bisa memahami

keadaan pasangannya, lalu factor ekonomi yang sering mendominasi penyebab

awal mulanya terjadi keretakan rumah tangga menjadi tidak harmonis, selain

factor interen ada junga factor eksteren yang menyebabkan terjadinya keretakan

dalam rumah tangga salah satunya adanya wanita idaman lain, ini yang

menyebabkan ketidak harmonisan dalam rumah tangga karena ada pihak ketiga

Page 92: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

81

dalam hal ini adalah orang yang mengganggu ketenangan dan kerukunan perasaan

pasangan suami istri.

Dari bentuk-bentuk kekerasan tersebut, dalam putusan perkara nomor 607

/ Pdt. G / 2009 / PA. DEPOK. Terdapat beberapa kekerasan berupa kekerasan

fisik ataupun fisikis.

Maka disini penulis akan mencoba menganalisis masalah perceraian atau

cerai gugat akibat kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang diputuskan oleh

pengadilan agama depok. Perkara ini diperiksa oelh pengadilan agama depok

yang mengambil sumber hukum undang-undang perkawinan nomor 1 tahun 1974,

PP No. 9 Tahun 1975 serta inpres tahun 1991 kompilasi hukum islam, dimana

ketiga perundang-undangan ini adalah sebagai rujukan pada peradilan agama

diseluruh Indonesia.

Dari putusan yang penulis dapatkan, kekerasan rumah tangga yang

dijadikan alasan putusnya perkawinan (alasan perceraian) padahal dalam

kompilasi hukom islam serta PP nomor 9 tahun 1975 tentang pelak sanaan

undang-uandang nomor 1 tahun 1974 tentang perkawian tidak menyebutkan

kekerasan dalam rumah tangga tidak menjadi alasan putusnya perkawinan

(perceraian). Dan mengapa hakim dalam putusannya tidak mencantumkan pasal

dalam undang-undang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT)

nomor 23 tahun 2004.

Kalau kita analisis, maka ada kata-kata kekejaman dan penganiayaan berat

pada isi kompilasi hukum islam (KHI) pada pasal 116 poin (d) yang memang

Page 93: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

82

tidak menyebutkan secara gamblang bahwa kekerasan dalam rumah tangga

(KDRT) itu sebagai alasan perceraian. Namun, kalau kita tafsirkan lagi maka

kata-kata kekejaman dan penganiayaan berarti itu mengarah kepada objek berupa

fisik atautubuh. Dimana pada undang-undang nomor 23 tahun 2004 pada pasal

lima disebutkan bahwa “setiap orang dilarang melakukan kekerasan dalam

rumah tangga terhadap orang dalam lingkup rumah tangganya dengna cara (a)

kekerasan fisik, (b) kekerasan fisikis, (c) kekerasan seksual, (d) penelantaran

rumah tangga” jadai dapat dikatakan bahwa kekerasan dalam rumah tangga dan

penelantara rumah tangga menjadi alasan hakim untuk memutuskan perkawinan

atau penyebab perceraian.

Didalam undang-undang nomor 1 tahun 1974 pada pasal 39 ayat 2

menyebutkan “ untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan, bahwa

antara suami istri itu tidak akan hidup rukun sebagai suami istri” adapun salah

satu alasan perceraian akibat kekerasan dalam rumah tangga yang memang tidak

diuaraikan secara gamlang, ini terdapat dalam kompilasi hukum islam (KHI) pada

pasal 116 poin (d) “salah satu pihak melakukan kekejaman dan penganiayaan

berat yang membahanyakan pihak lain” kalu kita lihat melalui undang-undang ini

istri bisa mengajukan kepada pengadilan untuk bercerai yang diakibatkan oleh

factor kekersan dlam rumah tangga.

Kalau kita tinjau dari hukum positif, putusan hakim tidak semena-mena

untuk mengabulkan gugatan cerai yang diajukan istri karena majelis hakim telah

melalui beberapa tahap mulai dari mediasi, perundingan (musyawarah tingkat

Page 94: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

83

keluarga) sudah dilakukan guna merajut kembali rumah tangganya tetap hidup

rukun, damai dan sejahtra sesuai dengan tujuan perkawinan. Dengan demikian

kalau kita melihat dari perkara yang diputus oleh pengadilan agama depok telah

memberikan gugatan kepada penggugat untuk menceraikan suaminya (tergugat),

karena dalil yang diajukan penggugat dalah dalil yang benar dan telah dilengkapi

dengan dalil-dalil dan bukti-bukti dan saksi-saksi yang sah menurut hukum. Dan

mengabulkan kepada penggugat untuk memiliki hak hadhanah terhadap anak

karena masih dibawah usia 12 tahun maka hak hadhonah diberikan kepada

penggugat dalam hal ini istri, ini sesuai dengan pasal 105 Kompilasi Hukum

Islam (KHI) poin (a) “pemeliharaan anak yang belum mumayyiz atau yang belum

berusia 12 tahun adalah hak ibunya”

Akan tetapi hakim Pengadilan Agama Depok dalam putusan ini tidak

merujuk kedalam undang-undang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga

(KDRT) nomor 23 tahun 2004, dengan pertimbangan hakim cukup menggunakan

undang-undang dalam pasal 116 poin (d) dalam Kompilasi Hukum Islam.

Page 95: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian dan menganalisa putusan Pengadilan Agama

Depok dengan nomor perkara 607 / Pdt. G / PA. Depok. Tentang kasus cerai

gugat yang disebabkan tindak kekerasan dalam rumah tangga dapat disimpulkan

bahwa:

1. Setelah dilakukan analisa putusan maka permasalahan idiologi atau perbedaan

prinsip antar individu, ekonomi, kurangnya pemahaman terhadap ajaran

agama, tidak adanya keharmonisan dalam keluarga dan kurang kesadaran

terhadap hukum menjadi faktor penyebab terjadinya tindak kekerasan dalam

rumah tangga yang sering terjadi di pengadilan agama Depok, bentuk

kekerasan tersebut cenderung pada kekerasan fisik dan psikis karena melihat

korban yang mengalami keluhan fisik dan batinnya, ini menunjukan

terjadinya kekerasan secara fisik maupun psikis.

2. Dalam Islam mendidik istri dan anak-anak, bisa saja terpaksa dilakukan

dengan “pukulan”, dalam kontek pendidikan atau ta’dib ini dibolehkan

dengan batasan-batasan dan kaidah tertentu yang jelas. Kaidah itu antara lain:

pertama pukulan yang diberikan bukan pukulan yang menyakitkan, apalagi

sampai mematikan, kedua, pukulan hanya diberikan jika tidak ada jalan lain

(aturan semua cara telah ditempuh) untuk memberikan hukuman pengertian,

84

Page 96: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

85

ketiga, tidak boleh memukul ketika dalam keadaan marah sekali (Karena

dikhawatirkan akan membahayakan), keempat, tidak memukul pada bagian-

bagian tubuh vital semisal wajah, kepala dan dada, kelima, tidak boleh

memukul lebih dari tiga kali pukulan (kecuali dalam amat terpaksa dan tidak

melebihi sepuluh kali pukulan), keenam, tidak boleh memukul anak dibawah

usia 10 tahun, ke tujuh, jika kesalahan baru pertama kali dilakukan, maka

diberi kesempatan bertobat dan minta maaf atas perbutannya.

Dalam hukum positif kekerasan dalam rumah tangga diatur dalam undang-

undang nomor 23 tahun 2004 ini menunjukan akan keseriusan pemerintah

dalam melindungi kaum perempuan yang sering menjadi korban tindak

kekerasan dalam rumah tangga khususnya dan dalam kompilasi hukum islam

(KHI) juga disenutkan dalam pasal 116 poin (d) yang berbunyi ” salah satu

pihak melakukan kekejaman dan penganiayaan berat yang membahayakan

pihak lain”

3. Walaupun hakim tidak menggunakan undang-undang tentang penghapusan

tindak kekerasan dalam rumah tangga nomor 23 tahun 2004, tapi

pertimbangan hakim terhadap perkara yang diputus ini sangat tepat, walaupun

hakim tidak memasukan dalam putusannya tentang undang-undang

penghapusan kekerasan dalam rumah tangga nomor 23 tahun 2004. Ini sesuai

dengan ketentuan pasal 10 huruf (f) peraturan pemerintah nomor 9 tahun 1975

jo. Pasal 116 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam (KHI) yang mengatakan

antara suami dan istri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan

Page 97: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

86

tidak ada harapan akan hidup rukun kembali dalam rumah tangga dan diikuti

dengan pembuktian dari keterangan para saksi yang saling bersesuaian satu

sama lainnya.

B. Saran

Penulis berpendapat bahwa kekerasan dalam rumah tangga suatu hal yang

tidak boleh dianggap sebagai hal yang sepele, ini karena setiap terjadinya

kekerasan dalam rumah tangga maka rusaklah sebuah institusi keluarga dalam

masyarakat. Maka berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan penulis

memberikan beberapa saran sebagai langkah untuk memberantas kekerasan dalam

rumah tangga:

1. Perwujudan pelaksanaan hukum islam yang baik sangat tergantung pada tiga

pilar hukum pertama, pelaku atau penegak hukum itu sendiri, kedua

peratuaran hukum, ketiga kesadaran hukum masyarakat. Ketiga pilar hukum

tersebut harus tegak secara baik bukan hanya mendesain peratuaran hukum

tetapi menggalakannya.

2. Sebagai warga masyarakat hendaknya kita saling menasehati antara saudara

terdekat mulai dari lingkunga keluarga, tetangga. Ini kita lakukan supanya

tidak terjadi atau meminimalisir tindak kekerasan dalam lingkungan

masyarakat.

3. Kita berharap kepada siapapun yang ingin melakukan pernikahan, hendaknya

memahami dan mengerti terhadap pasangan kita dan memiliki kemampuan,

Page 98: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

87

keilmuan baik secara agama hukum dan tujuan dari pernikahan supaya tidak

terjadi perselisihan ditengah perjalanan dalam keluarga yang mengakibatkan

terjadinya perceraian.

Page 99: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

DAFTAR PUSTAKA

Al Qur’an Al Karim

Abdurrahman, H., S.H., Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: CV. Akademika Pressindo, 1995, cet. ke 2.

Abiding, Slamet, Drs., dan Aminuddin H., Drs., Fiqih Munakahat, Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999, cet. ke-1. jilid 1dan 2.

Bakry, Sidi Nazar, Kunci Keutuhan Rumah Tangga; Keluarga Yang Sakinah, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2001

Bulletin LBH APIK, Kekerasan Dalam Rumah Tangga, Jakarta: LBH APIK, 2002

Dahlan, Abdul Aziz, Ensiklopedia Hukum Islam, Jakarta: PT. Ichtra Baru Van Hoeve, 1997

Departemen Agama, Kompilasi Hukum Islam, Jakarta, 2001

Departemen Agama, Ilmu Fiqih; jilid 2, Jakarta: Proyek Prasarana Dan Sarana Pengadilan Tinggi Agama atau IAIN di Jakarta, 1985

Ghazaly, abdulrahman. Fiqih munakahat. Bogor: kencana, 2003. Cet. Ke-1.

Haikal, Abduttawab, Rahasia Perkawinan Rasulullah SAW; Poligami Dalam Islam Versus Monogamy Barat, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1988

Hasan ayyub, syaikh. Fiqih keluarga, Jakarta: pustaka al kautsar, 2001. Cet. Ke-1.

Harahap, M., Yahya, SH., Kedudukan, Kewenangan Dan Acara Peradilan Agama; UU No. 7 tahun 1989, Jakarta: Pustaka Kartini, 1997

Himpunan Undang-Undang HAM, Jakarta: Badan Kesatuan Bangsa Provinsi DKI Jakarta, 2007

Manna, Abdul, Drs., H., SH., S.ip., M. Hum., Penerapan Hokum Acara Perdata Di Lingkungan Peradilan Agama, Jakarta: Yayasan Al Hikmah, 2000

Mughniyah, Muhammad, Jawad, Fiqih Lima Mazhab: Dar Al Jawad, Beirut, Jakarta: Lentera, 2007 cet. Ke-20.

88

Page 100: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

89

Meiyanti, Sri, Kekerasan Terhadap Perempuan Dalam Rumah Tangga, Yogyakarta: kerjasama ford Foundation Dengan Pusat Penelitian Kependudukan UGM, 1999

Mufidah. Psikologi Keluarga Islam Berwawasan Gender. Yogyakarta: UIN Malang Press, 2006, cet, ke-1.

Muhammad ‘uwaidah, kamil. Fiqih wanita. Jakarta: pustaka al kautdar. 2004. Cet. Ke-13.

Undang-Undang Peradilan Agama No. 7 tahun 1989, Jakarta: Sinar Grafika, 1990

Nasution, Harun, Ensiklopedi Islam Indonesia, Jakarta: Djambaran, 1992

Zain, Muhammad, dan Al Shodiq, Mukhtar, Memebangun Keluarga Harmonis, Jakarta: Graha Cipta, 2005.

Raman Ghazaly, Abd, Dr., H., M.A. Fiqih Munakahat, Jakarta: Kencana, 2006, cet, 2.

Ridwan. Kekerasan berbasis gender. Yogyakarta: 2006. Cet. Ke-2.

Syarifuddin, Amir, Hukum Kewarisan Islam Di Indonesia Antara Fiqih Munakahat Dan Undang-Undang Perkawinan. Jakarta: 2007. Cet, ke-2.

Page 101: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

PROFIL PENGADILAN AGAMA DEPOK

1. Peta Yuridiksi Pengadilan Agama Depok

Secara geografis kota Depok terletak pada kordinat 6o 19’00”- 6o 28’ 00”

lintang selatan dan 106o 43’-106o 55’-30” bujur timur, secara geografis kota

Depok berbatasan langsung dengan kota Jakarta atau berada dalam lingkungan

jadebotabek. Bentangan alam kota Depok dari selatan ke utara merupakan daerah

rendah perbukitan bergelombang lemah, dengan elevasi antara 50-140 meter

diatas permukaan air laut kemiringan lerengnya kurang dari 15%. Kota Depok

sebagai wilayah termuda di Jawa Barat mempunyai luas wilayah sekitar 200,29

km2. Kondisi geografisnya dialiri sugai-sugai besar yaitu oleh sugai Ciliwung dan

Cimareme serta 13 sub satuan wilayah aliran sugai. Disamping itu terdapat pula

25 situ, dan luas situ pada tahun 2005 sebesar 169,68 Ha, dengan kualitas air

buruk akibat tercemar.1

Pengadilan agama Depok kelas IB beralamat dijalan boulevard sector

anggerk komplek perkantoran kota kembang Grand Depok City Depok dan

beroperasi pada alamat tersebut setelah diresmikannya gedung pengadilan Agama

Depok bersamaan dengan diresmikannya gedung pengadilan tinggi Agama

Bandung pada tanggal 20 Februari tahun 2007 oleh Prof.Dr.H.Bagir

Manan,SH,M.CL.,di jalan Soekarno Hatta 714 Bandung. Pengadilan agama

Depok dibentuk berdasarkan keputusan presiden republic Indonesia nomor 62

1 http/www.pa-depok.go.id/portal/yuridiksi-pa (ambil pada tanggal 25 mei 2010 jam 13.15

WIB)

Page 102: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

tahun 2002 tanggal 28 agustus 2002 yang peresmian oprasionalnya dilakukan

oleh wali kota Depok di gedung balai Depok pada tanggal 25 juni 2003 dan mulai

menjalankan pungsi peradilan sejak tanggal 1 juli 2003, dijalan bahagia raya

No.11 Depok dengan menyewa rumah penduduk sebagai gedung oprasionalnya.2

Daerah hukum peradilan agama Depok meliputi pemerintahan kota Depok

sesuai dengan pasal 4 ayat (1) UU nomor 7 tahun 1989 tentang batas wilayah,

yang dalam keputusan presiden republik Indonesia nomor 62 tahun 2002 pasal 2

ayat (5) tersebut bahwa “daerah hukum pengadilan agama Depok meliputi

wilayah pemerintahan kota Depok Propinsi Jawa Barat”. Pengadilan Agama

Depok yang daerah hukumnya meliputi wilayah pemerintahan kota Depok yang

terdiri dari ( sebelum pemekaran adalah 6 kecamatan dengan 60 kelurahan) 11

kecamatan 64 kelurahan dengan mayoritas penduduk beragam Islam, dengan

beban kerja rata-rata tiap bulan 162 perkara, dalam melaksanakan tugasnya

Pengadilan Agama Depok didukung dengan kekuatan pengawai sebayak 38 orang

dan secara formal pelaksanaan tugas Pengadilan Agama Depok harus

dipertanggung jawabkan dalam bentuk laporan kepengadilan tinggi agama

Bandung selaku atasan. 3

Pengadilan Agama Depok sebagai salah satu lembaga yang melaksanakan

amanat undang-undang No 4 tahun 2004 tentang ketentuan pokok kekeuasaan

kehakiman, dalam melaksanaakn tugasnya guna menegakan hukum dan keadilan

harus memenuhi harapan dari para pencari keadilan yang selau menghendaki

2 Op, cit. 3 Op, cit, h.

Page 103: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

peradilan yang sederhana , cepat, tepat, dan biaya ringan. Hal mana pengadilan

agama Depok sebagai pelaksana visi dan misi mahkamah agung RI yang

menjabarkan oleh direktorat jenderal badan peradilan agama, yaitu: visi

“terwujudnya ptusunan yang adail dan berwibawa, sehingga kehidupan

bermasyarakat menjadi tenang, tertib dan damai dibawah lindungan Allah SWT “

dan misi: “menerima, memeriksa, mengadili, dan menyelesaikan perkara-perkara

yang diajukan oleh umat Islam Indonesia di bidang perkawinan, warisan dan

wasiat, wakaf, zakat, infak, hibah, shodakoh dan ekonomi syari’ah, secara cepat,

sederhana, dan biaya ringan”.

2. Visi Dan Misi Pengadilan Agama Depok

a. Visi adalah suatu gambaran yang menantang tentang suatu keadaan masa

depan, berisikan cita dan citra yang ingin diwujudkan oleh suatu institusi

b. Misi adalah sesuatu yang harus di emban atau dilaksanakan oleh suatu

institusi sesuai visi yang ditetapkan agar tujuan lembaga dapat terlaksana dan

berhasil dengan baik.

Pengadilan agama Depok sebagai underbow mahkamah agung RI

memiliki komitmen dan kewajiban yang sama untuk mengusung terwujudnya

peradilan yang baik dan benar serta dicintai masyarakat. Atas dasar itu maka

pengadilan agama Depok menjabarkan visi dan misinya yaitu :

Visi pengadilan agama Depok adalah mewujudkan peradilan yang

berwibawa dan bermartabat serta terhormat dalam menegakan hukum untuk

Page 104: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

menjamin keadilan, kebenaran, ketertiban dan kepastian hukum yang mampu

memberikan pengayoman kepada masyarakat.

Hal ini mengandung makna bahwa peradilan agama Depok siap bersama-

sama peradilan lainnya meningkatkan kinerja yang lebih baik demi menjaga

kehormatan dan martabat serta wibawa peradilan yang didediksikan dalam bentuk

Misi pengadilan agama Depok yaitu:4

a. Meningkatakan pelayanan penerimaan perkara

b. Membuka akses publik seluas luasnya

c. Mewujudkan proses pemeriksaaan perkara yang dermawan, cepat dan dengan

biaya ringan.

d. Menjadikan putusan/penetapan yang memenuhi rasa keadilan, kepastian

hukum dan dapat dikasanakan.

e. Meningkatkan kesadaran hukum masyarakat

f. Melaksanakan pelaksanaan pengawasan terhadap kinerja dan perilaku aparat

pengadilan agar berlaku jujur dan berwibawa serta agar peradilan

diselenggarakan dengan seksama dan sewajarnya.

3. Struktur Kepengurusan Peradilan Agama Depok

Ketua : Dra. Nia Nurhamidah R, M.H.

Wakil Ketua : Drs. H. Toha Mansyur, S.H.M.H.

Panitra Skretaris : Drs. H. Asop Ridwan. M.H.

4 http/www.pa-depok.go.id/portal/yuridiksi-pa (ambil pada tanggal 25 mei 2010 jam 13.15

WIB)

Page 105: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

Hakim : Drs. Agus Abdullah. M.H.

Drs. Hj. Siti Nadirah

Drs. H.A. Baiodhowi, M.H.

Dra. Nurmiwati

Drs. Azid Izuddin, M.H.

Dra. Taslimah, M.H.

Drs. Sarnoto, M.H.

Drs. Sulkh Harwiayanti. S.H.

Wakil Panitra : Ending Ridwan, S.Ag.

Panitra Muda Gugatan : M. Ali Afriddy. S.H.

Panitra Muda Permohonan : Mumu, S.H. M.H.

Panitra Muda Hukum : Drs. E.Arifudin

Panitra Pengganti : Hj. Inti Khobijati

Defrialdi. S.H.

M. Thamrin, S.Ag.

Wakil Sekretaris : H. Supjadin, S.Ag.

Kaur Keuangan : Siti Aisah, S.H.

Kaur Kepegawaian : Indraari Stiwan, S.H.

Kaur Umum : Mataris, S.H.

Juru Sita : Pepen, S. Ag.

Didin Jamaluddin, S.H. M.H.

Samsudin, S.Ag.

Page 106: PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM PERKARA KEKERASAN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4183/1/JAJANG... · kemauan berarti yang dapat diwujudkan dalam sebuah

Jurusita Pengganti : Bahrun Kustiawan

Totih Ramahana, S.H.

Arifin, S.H. M. Ag.

M. Tasdik

Wiji Piningit

Novia Husen5

5 http/www.pa-depok.go.id/portal/struktur-pa (di akses pada tanggal 25 Mei 2010, jam 13.15

WIB)