Penyelenggaraan Praktikum {MA}
-
Upload
nova-dardi-wardhana -
Category
Documents
-
view
109 -
download
3
Transcript of Penyelenggaraan Praktikum {MA}
ARTI DAN TUJUAN
Dalam merancang sistem pembelajaran, menyusun kurikulum atau dosen
dapat memasukan kegiatan praktikum/latihan/responsi dalam perencanaannya
jika ada dukungan kuat bahwa materi mata kuliah hanya dapat dipahami
kalau disertai praktikum/responsi/latihan.
Suatu mata kuliah dapat semata-mata berupa praktikum. Hal ini dapat terjadi
karena dua alasan. Pertama, mata kuliah itu merupakan mata kuliah yang
selain diperlukan oleh jurusan yang bersangkutan, juga diperlukan oleh
jurusan lain (mata kuliah layanan) yang tidak memerlukan praktikum. Kedua,
praktikum itu sendiri mempunyai bobot kredit yang cukup banyak sehingga
memerlukan penanganan tersendiri walaupun materinya tetap tidak terpisah
dari mata kuliah yang menyelenggarakan tatap muka teorinya saja.
Kata praktikum berasal dari kata practiqu / pratique (Prancis), practicus
(Latin), atau praktikos (Yunani) yang secara harfiah berarti “aktif” atau
prattein / prassein (Yunani) yang berarti “ mengerjakan”.
Dalam bahasa Inggris, praktikum bermakna sama dengan excersice (exercice)
[Prancis], exercitium / execere [Latin] yang secara harfiah berarti “tetap
aktif/sibuk” yang juga bermakna sama dengan “latihan” atau “responsi”.
1
Praktikum adalah subsistem dari perkuliahan yang merupakan kegiatan terstruktur dan terjadwal yang memberi kesempatan kepada mahasiswa
untuk mendapatkan pengalaman yang nyata dalam rangka meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang teori atau agar mahasiswa
menguasai keterampilan tertentu yang berkaitan dengan suatu pengetahuan atau suatu mata kuliah.
Responsi ( responsum / responsio [Latin], jawaban) merupakan istilah
untuk kegiatan tanya/jawab yang umumnya dipakai dalam bidang matematika
dan statistika untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap teori.
Dalam sistem kredit semester (SKS) yang berlaku di Indonesia, mata
kuliah yang disertai kegiatan praktikum mempunyai simbol ABC IJK (X [Y-
Z)]).
1. ABC digunakan sebagai kode jurusan yang menawarkan mata kuliah itu.
2. X menyimbolkan tingkat keilmuan, Y dan Z adalah nomer mata kuliah itu
di jurusan yang bersangkutan.
3. X merupakan bobot keseluruhan sks untuk teori.
4. Y merupakan bobot sks untuk teori.
5. Z adalah bobot sks untuk praktikum.
Sebagai contoh, Matematika II berkode PAM 231 dan berbobot 3(2-1) satuan
kredit semester (sks):
PAM = Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam
2 = tingkatan keilmuan lebih tinggi satu tingkat dari Metematika I
(PAM 131) di jurusan itu.
31= nomor mata kuliah di jurusan itu pada tingkatan keilmuan tertentu
3 (2-1) = mata kuliah ini berbobot tiga sks yang terdiri atas dua sks untuk
teori dan satu sks untuk praktikum/responsi/latihan.
Satu sks praktekum/responsi/latihan memerlukan masing-masing 2--3 jam per
minggu per semester untuk pelaksanaan tatap muka, perencanaan dan
penilaian laporan praktikum oleh dosen, penyusunan laoporan oleh
mahasiswa, pengembangan materi oleh dosen, dan belajar mandiri yang
dilakukan mahasiswa. Dengan demikian, jika setiap praktikum memerlukan
waktu 4 jam, maka per semester hanya diperlukan 8 kali tatap muka. Jika
setiap semester pelaksanaan tatap muka praktikum kurang dari 16 jam, mata
kuliah tersebut tidak diselenggarakan secara baik dan mahasiswa tidak
memenuhi kredit seperti yang seharusnya tertulis dalam kurikulum.
2
JENIS-JENIS PRAKTIKUM
Berdasarkan jumlah peserta per satuan kegiatan praktikum dapat dibagi atas
praktikum individual, beregu (berkelompok), dan demonstrasi.
Praktikum individual adalah praktikum yang mengharuskan setiap mahasiswa
secara individual mengikuti semua prosedur praktikum termasuk menyusun
laporan praktikum. Cara ini mempunyai kekuatan dalam hal memberi
kesempatan kepada setiap mahasiswa mendapat pengalaman belajar dan
berlatih bekerja mandiri baik dalam melaksanakan praktikum maupun dalam
menyusun laporan. Kelemahan cara ini adalah bahwa mahasiswa kurang
diberi kesempatan untuk berlatih bekerja dalam kelompok (teamwork) baik
sebagai pemimpin maupun sebagai anggota. Selain itu, untuk kegiatan serupa
ini diperlukan bahan dan peralatan dalam jumlah yang memadai. Jika
peralatan kurang, mahasiswa mungkin harus bergilir untuk menggunakan
alat-alat sehingga praktikum menjadi kurang efisien dan mengurangi bobot
kredit yang sesungguhnya.
Praktikum beregu memungkinkan mahasiswa untuk berlatih bekerja sama
dalam kelompok dalam situasi pemimpin dan terpimpin. Salah seorang dari
mereka berperan sebagai pemimpin yang mengamati dan membantu
mahasiswa yang sedang melakukan praktikum. Pemimpin akan beralih peran
menjadi terpimpin setelah mahasiswa yang berpraktikum selesai melakukan
tugasnya dengan baik. Yang seperti ini merupakan situasi yang sangat ideal.
Lebih baik lagi, kalau dosen dapat merencanakan agar penulisan laporan
3
Praktikum dapat diklasifikasi berdasarkan jumlah peserta per satuan kegiatan, cara pengendalian, tempat pelaksanaan, dan jenis kegiatan.
dilakukan secara kelompok juga tanpa menguragi kemandirian para penulis.
Yang kurang baik adalah kalau praktikum beregu merupakan keterpaksaan
karena bahan dan peralatan yang kurang karena akan menurunkan efisiensi
dan efektivitas pembelajaran. Lebih-lebih, kalau anggota regu terlalu banyak
sehingga di antara mereka ada yang hanya berperan sebagai pengamat. Para
pengamat ini dirugikan karena pengalaman belajar mereka sangat sedikit.
Demonstrasi merupakan hal yang baik untuk melengkapi pertemuan tatap
muka teori di kelas atau untuk memulai suatu kegiatan praktikum yang harus
didahului dengan demontrasi namun bukan sebagai kegiatan praktikum
sendiri. Demonstrasi ini mungkin hanya dapat dilakukan kalau menyangkut
peralatan yang sangat “rawan” atau bahan yang sangat mahal.
Ditinjau dari segi pengendalian, praktikum dibagi menjadi dua kategori yaitu
praktikum mandiri dan praktikum terkendali.
Dalam praktikum mandiri, setiap mahasiswa/regu diberi kesempatan untuk
melaksanakan praktikum tanpa pengawasan yang ketat. Hal ini hanya
mungkin terjadi kalau prosedur cukup sederhana atau prosedur yang
kompleks namun mempunyai langkah-langkah yang sangat jelas. Idealnya,
setiap mahasiswa bahkan dapat menentukan sebagian dari ketentuan
praktikum sesuai dengan minatnya misalnya dalam penentuan kadar vitamin
C, mahasiswa dapat memilih bahan apa yang akan diukur. Lebih ideal lagi,
kalau dikerjakan secara beregu dengan jumlah anggota regu yang sedikkit
misalnya dua orang.
Praktikum terkendali diperlukan kalau prosedur yang kompleks tidak dapat
dilaksanakan tanpa bimbingan yang ketat atau kalau praktikum mengikutkan
alat yang rawan dan mahal sehingga harus dikelola dengan sangat hati-hati.
Praktikum yang seperti ini mungkin harus didahului dengan demonstrasi
untuk setiap langkahnya sebelum mahasiswa melaksanakan sendiri.
4
Praktikum dapat dilakukan di laboratorium, lapangan, atau di dalam kelas.
Pada umumnya, praktikum sains dilakukan dalam laboratorium pengajaran
yaitu laboratorium yang dirancang untuk praktikum bukan untuk penelitian.
Namun, kalau praktikum itu melibatkan alat canggih atau rawan yang boleh
dioprasikan hanya oleh orang yang terlatih yang digunakan untuk penelitian
maka praktikum dapat dilakukan di laboratorium penelitian.
Praktikum lapangan diperlukan bagi bidang-bidang teknik, pertanian, sains
yang berhubungan dengan lapangan/lingkungan, humaniora, dan ilmu-ilmu
sosial. Praktikum inni dapat dilakukan secara individual atau beregu, mandiri
atau terkendali.
Praktikum di kelas dapat digunakan kalau praktikum tersebut berupa diskusi
atau pengajaran prosedur yang hanya berkaitan dengan alat-alat tulis dan
gambar yang tidak memerlukan studio gambar.
Berdasarkan jenis kegiatan, peningkatan pemahaman teori melalui kegiatan yang
terstruktur dan terjadwal sebagai subsistem dari pembelajaran suatu mata kuliah
dapat berupa “praktikum” dalam arti sempit, latihan/responsi, diskusi, atau
diskusi yang berupa seminar (kalau kuliah menyangkut teori tentang seminar).
Praktikum dalam arti sempit merupakan kegiatan pembelajaran terstruktur
dan terjadwal sebagai pelengkap tatap muka teori yang dilakukan di
laboratorium. Kegiatan ini dapat berupa pelaksanaan prosedur yang bersifat
baku (misalnya penentuan kadar protein, daya tekan bahan, titrasi,
pengukuran elevasi, proses pengendalian) atau yang berupa percobaan yang
bukan penelitian (misalnya membandingkan perbedaan antara pengaruh
auksin dan giberelin, mengukur produksi CO2 pada tanaman yang diberi
cahaya dan tidak diberi cahaya) atau dapat juga berupa kombinasi antara
keduanya.
5
Responsi/latihan adalah kegiatan “tanya-jawab” di luar tatap muka teori.
Kegiatan ini berupa pelaksanaan tugas-tugas oleh mahasiswa dengan
mengikuti prosedur yang sudah disiapkan. Sebagai contoh, dalam
pemahaman tentang teori pengambilan contoh (statistika) mahasiswa diberi
tugas untuk melakukan berbagai jenis pengembalian contoh dengan
menggunakan berbagai cara misalnya dengan menggunakan tabel angka acak,
pelotrean, pelemparan dadu dan mata uang logam, dan menggunakan kartu
brij. Populasi yang digunakan dapat disiapkan oleh dosen atau mahasiswa
memilih sendiri yang tersedia di sekitar mereka misalnya “seluruh nilai tinggi
badan mahasiswa di kelas itu “atau” seluruh pendapatan orang tua mahasiswa
di kelas itu”. Responsi dalam bentuk lain dapat berupa mengerjakan tugas
tentang berbagai studi kasus yang dipersiapkan dosen. Dalam
pelaksanaannya, mahasiswa dapat bekerja masing-masing atau dalam
kelompok dengan bermain peran”pimpinan-terpimpin”.
Diskusi sebagai “praktikum” bukanlah diskusi kelas yang merupakan bagian
dari tatap muka teori. Karena itu, bahan yang disiapkan dosen harus lebih
“utuh” daripada bahan diskusi kelas yang merupakan bagian dari tatap muka
teori.
PERENCANAAN PRAKTIKUM
6
Prinsip-prinsip dalam proses perencanaan sistem pembelanjaran:
1. Sasaran dan sumber daya sistem harus ditentukan sebelum keputusan tentang rencana dilakukan.
2. Rancangan sistem harus memungkinkan adanya perbaikan yang terus-menerus.
3. Proses rancangan sistem bersifat iteratif dan interaktif.4. Suatu sistem pembelanjaran bekerja sangat efisien kalau semua
komponen saling mendukung dalam pencapaian tujuan/sasaran sistem.5. Suatu sistem pembelanjaran harus dirancang untuk bekerja secara baik
dengan sistem lain.6. Tidak ada komponen atau prosedur yang dapat dimodifikasi tanpa
mempengaruhi komponen dan prosedur yang lain.
Kegiatan praktikum dimulai dengan perencanaan yang diikuti dengan
pelaksanaan dan diakhiri dengan evaluasi. Kegiatan perencanaan mengikuti
strategi rancangan sistem pembelajaran.
Perencanaan yang baik terdiri atas tiga fase: (1) menganalisis kebutuhan
sistem, (2) merancang sistem, dan (3) mengevaluasi keefektifan sistem.
Dalam menganalisis kebutuhan sistem, ada dua hal yang ditentukan : (a) apa
yang harus dicapai yang menunjukkan sasaran sistem dan (b) bagaimana
keadaan sistem sekarang yang menggambarkan sumber daya yang tersedia
dan hambatan yang mungkin dihadapi.
Dalam menggambarkan keadaan awal suatu sistem, informasi tentang semua
perubahan yang mungkin mempengaruhi kinerja sistem harus dikumpulkan:
(1) lingkungan sistem, (2) sumber daya yang tersedia, (3) hambatan yang
mungkin dihadapi, dan (4) ciri-ciri yang belajar.
ANALISIS KEBUTUHAN PRAKTIKUM
Lingkungan sistem
Setiap sistem beroprasi dalam lingkungan yang lebih besar. Informasi yang
diperlukan sebelum merancang praktikum antara lain tujuan kurikulum
program studi dan program studi lain yang dilayani, tujuan mata kuliah dan
tujuan-tujuan khusus pokok bahasan, dan harapan masyarakat.
Suatu program studi didirikan untuk memenuhi kebutuhan pembangunan dan
harapan masyarakat. Karena itu, harapan masyarakat harus dikaji untuk
diinkorporasikan ke dalam kurikulum. Harapan masyarakat ini didapat
berdasarkan kajian khusus dengan meminta pandangan para pengguna
lulusan. Keluhan yang umum sekarang ini tentang para lulusan dalah
kurangnya keterampilan dalam bekerja, berbahasa Inggris, berbahasa
Indonesia, menulis laporan, mengatasi masalah, dan rendahnya etos kerja.
7
Kurikulum merupakan subsistem dari suatu program studi. Karena itu,
kurikulum harus disusun untuk memenuhi tujuan program studi. Suatu mata
kuliah merupakan subsistem dari suatu kurikulum program studi dan program
studi lain. Dengan demikian, tujuan dan materi mata kuliah harus
diselaraskan dengan tujuan kurikulum program studi itu dan program studi
lain yang terkait kalau mata kuliah tersebut merupakan mata kuliah layanan.
Praktikum merupakan subsistem dari suatu mata kuliah. Karena itu, tujuan
dan kegiatan praktikum harus diselaraskan dengan tujuan mata kuliah dan
pokok-pokok bahasan dalam tatap muka teori. Kalau semua sudah sesuai,
kegiatan akan selaras dengan kebutuhan lingkungannya.
Sumber Daya
Semua sumber daya harus diinventori untuk memilih bahan dan prosedur
yang sesuai.
Sumber daya terdiri atas manusia, bahan dan peralatan, serta fasilitas untuk
melaksanakan praktikum.
Sumber daya manusia meliputi dosen, dosen asisten, mahasiswa asisten,
teknisi, dan laboran.
Kalau satu mata kuliah diselenggarakan oleh lebih dari satu dosen (tim),
semua dosen yang terlibat harus sepakat dalam menetapkan tujuan-tujuan
praktikum dan menggunakan bahan, alat-alat, teknisi, dan laboran yang sama.
Penuntun praktikum harus disusun atau dipilih bersama kalau menggunakan
penuntun prak-tikum universitas lain atau yang dari suatu buku yang tertulis
orang lain.
Fungsi dosen, asisten, teknisi, dan laboran harus tertulis dengan jelas dan di
informasikan dengan baik kepada seluruh tim kerja agar semuanya betul-betul
memahami tujuan-tujuan praktikum sehingga fungsi mereka dapat terpenuhi
dengan baik.
Kalau fungsi masing-masing anggota tim kerja jelas, dosen penggung jawab
dapat memperkirakan keterampilan apa yang perlu mereka kuasai sehingga
dapat dilatih lebih dahulu sebelum praktikum dilaksanakan.
8
Bahan-bahan perlu diinventori sebelum merancang praktikum. Inventori
barang-barang habis (zat kimia, media) bukan hanya dilakukan di lab yang
bersangkutan, melainkan juga di lab lain baik di universitas yang sama
maupun di universitas atau di institusi lain misalnya lembaga-lembaga
penelitian departemen lain dan perlu juga dicek ketersediaannya di pemasok
bahan-bahan tersebut.
Keperluan terhadap bahan-bahan mungkin berubah dengan kemajuan ilmu
dan teknologi.
Inventori peralatan sebaiknya dilakukan dengan cara yang sama dengan
inventori peralatan. Resource-sharing merupakan keharusan untuk
menciptakan suasana pembelanjaran yang efisien.
Keadaan semua peralatan perlu dicek agar dapat mengambil tindakan
secepatnya: membetulkan, meminjam, atau membeli yang baru.
Fasilitas fisik (gedung, air, listrik, gas, meja dan kursi lab, kursi pelatihan)
perlu dicek agar dapat melakukan perencanaan yang baik.
Kalau praktikum akan diselenggarakan di laboratorium yang tidak
dipimpinnya sendiri, penggunaan lab harus direncanakan bersama secara
baik.
MAHASISWA
Jumlah Mahasiswa merupakan informasi yang penting karena akan
menyangkut jumlah shift, bahan dan peralatan yang tersedia, dan dapat
megubah tujuan-tujuan praktikum.
Prasyarat keterlampilan yang dimiliki sangat diperlukan untuk
perencanaan. Sebagai contoh, untuk mampu mengikuti praktikum kimia
tanah, mahasiswa harus mampu menggunakan pipet dengan baik; untuk
mampu membuat tata letak percobaan dalam praktikum rancangan percobaan,
mahasiswa harus mampu menggunakan tabel angka acak dalam pengambilan
contoh acak. Kalau berbagai prasyarat keterampilan ini tidak dimiliki
mahasiswa, dosen harus memasukan fakta-fakta itu ke dalam perencanaan
praktikumnya dan memberitahu dosen yang terkait tentang masalah tersebut
9
agar pada semester berikutnya dapat teratasi. Untuk keperluan itu, prauji
prasyarat keterampilan tampaknya perlu dilakukan.
Aspirasi dan latar belakang akademik antara lain bersangkutan dengan
bidang studi mahasiswa. Informasi ini terutama penting bagi mereka yang
menawarkan mata kuliah layanan sehingga praktikum dapat disesuaikan
dengan yang diperlukan oleh bidang ilmu mereka. Sebagai contoh, masalah
dalam merancang percobaan berbeda antarbidang ilmu terutama yang
menyangkut peralatan. Karena itu, seyogianya meteri responsi/praktikum
disesuaikan dengan bidang ilmu masing-masing.
Hiterogenitas kelas menyangkut kemampuan intelektual mahasiswa yang
sangat bervariasi dalam suatu kelas. Sering terjadi, mahasiswa yang
mengulang mata kuliah tidak mempunyai kinerja yang lebih baik dari
sebelumnya atau dari mahasiswa lainnya. Mungkin, mahasiswa-mahasiswa
yang bermotivasi rendah atau yang mengalami demotivasi harus diperlukan
khusus agar mereka pun dapat berhasil.
Hambatan
Hambatan adalah sebagai keterbatasan yang dihadapi dalam merancang
sistem dalam hal ini praktikum.
Hambatan yang dihadapi universitas yang sedang berkembang dengan yang
sudah mapan mungkin berbeda.
Hambatan yang umum dihadapi dalam merancang praktikum antara lain
(a) Para dosen kurang menyadari bahwa kita bekeja dalam suatu sistem
sehingga tidak biasa bekerja sama (tim kerja) dalam pengajaran antar
jurusan, antardosen dalam beberapa mata kuliah yang berkaitan, bahkan
antardosen yang menyelenggarakan mata kuliah yang sama. Dibanding
“kerajaan-kerajaan” tidak hanya antarjurusan tetapi juga
antarlaboratorium, antarmata kuliah, dan antarindividu dosen.
(b) Daya inovasi dan kreativitas para dosen (dan mungkin juga pimpinan
struktural) kurang sehingga mudah menyerah kepada keadaan yang
kurang menguntungkan dan bersikap outward-looking.
10
(c) Para dosen belum bisa mengevaluasi diri (self-evalution) dan saling
mengevaluasi (peer-evalution) terhadap kinerja pembelajaran serta belum
biasa menerima kritik sebagai bahan untuk membangun diri.
Hambatan-hambatan itu mempersukar untuk membangun interaksi yang baik
antarjurusan, antardosen dalam mata kuliah yang saling terkait, dan
antardosen dalam mata kuliah yang sama. Akibatnya, penyelenggaraan
praktikum yang memenuhi kebutuhan lingkungan lebih sukar tercapai.
Karena itu, para dosen sebagai pimpinan dalam mata kuliah masing-masing
serta para pemimpin struktural seyogianya berusaha untuk memperkecil
hambatan-hambatan itu.
Dengan menyadari hambatan yang ada, dosen perancang praktikum harus
melakukan berbagai pendekatan kepada dosen-dosen yang terkait secara
baik.
MERANCANG PRAKTIKUM
Menulis tujuan-tujuan praktikum
Tujuan praktikum harus ditulis secara lugas, tepat, dan operasional.
Tujuan praktikum ditentukan dengan mempertimbangkan pandangan dan
kebutuhan mahasiswa akan pemahaman teori berdasarkan evaluasi kegiatan
perkuliahan sebelumnya. Penerapan manajemen mutu terpadu dalam
perkuliahan mensyaratkan keikutsertaan mahasiswa dalam pemahaman dan
penetapan tujuan-tujuan perkuliahan.
11
Proses perencanaan praktikum terdiri atas lima tahap:
1. Menulis tujuan-tujuan praktikum2. Memformulasikan rancangan evaluasi3. Merancang prosedur4. Menerapkan rancangan evaluasi5. Merancang kembali
Tujuan berperan dalam
1. Menetapkan isi dan prosedur praktikum agar dapat membantu mahasiswa
dalam pencapaian tujuan-tujuan itu.
2. Memberikan landasan untuk evaluasi dan menyediakan kriteria primer
untuk menilai keberhasilan baik untuk mahasiswa maupun untuk dosen.
3. Menghilangkan kesenjangan dan tumpangtindih dalam kurikulum dengan
menggunakan tujuan sebagai alat komunikasi antardosen.
4. Menentukan mahasiswa untuk mengarahkan pembelajaran mereka dan
mengevaluasi kemajuan belajar mereka sendiri.
Contoh penulisan tujuan praktikum dengan
1. Menggunakan prasyarat keterlampilan.
2. Memperkirakan kegiatan itu dapat dilakukan mahasiswa selama satu jam.
3. Memperkirakan dalam satu jam itu, mahasiswa dapat memenuhi tujuan
akhir dan enabling objectives.
Memformulasikan rencana evaluasi
Evaluasi sistem direncanakan berdasarkan semua komponen yang
berinteraksi dalam arti apakah bahan dan prosedur yang dipilih akan
membantu mahasiswa dalam mencapai tujuan-tujuan praktikum.
12
Tujuan akhir : Mahasiswa akan mamapu mengukur tekanan darah manusia dengan ketelitian ± 10% dengan menggunakan stetoskop dan sfigmomanometer.
Enabling objectives : Mahasiswa akan mendemontrasikan bahwa dia dapat1. Menjelaskan setiap langkah dalam prosedur
pengukuran dengan menggunakan stetoskop dan sfigmomanometer.
2. memasang sfigmomanometer,3. menjelaskan cara bekerja sfigmomanometer dalam
mengukur tekanan darah manusia,4. mengidentifikasikan bagian-bagian
stigmomanometer,5. dst.
Kerlampilan : Mahasiswa akan mendefinisikan1. tekanan darah2. tekanan darah sistonik dan diastolik3. diastol dan sistol ventrikular
Interaksi antarkomponen dapat dievaluasi berdasarkan lima faktor:
1. Apakah terjadi duplikasi kegiatan dan kalau terjadi apakah dapat
dibenarkan kalua dilihat dari pencapaian tujuan. Misalnya penggunaan uji
tetrazolium dilakukan dua kali; yang pertama untuk pengujian daya
berkecambah, yang kedua untuk pengujian kekuatan tumbuh. Karena
tujuan kedua kegiatan itu berbeda, duplikasi kegiatan dapat dibenarkan.
2. Apakah semua instruksi sudah memadai misalnya kejelasan prospektus
praktikum, kejelasan tugas asisten dan teknisi serta laboran.
3. Apakah semua informasi (penentuan praktikum, borang untuk mencatat
hasil praktikum, pedoman penulisan laporan) tersedia agar mereka bisa
bekerja sama dengan baik.
4. Apakah penelitian penggunaan peralatan sudah direncanakan dengan
baik.
5. Apakah informasi tentang keterampilan prasyarat telah dimasukan dalam
kegiatan.
Merancang prosedur praktikum
Setelah tujuan-tujuan praktikum diformulasikan, langkah berikutnya adalah
1. Menulis prosedur praktikum dengan memperhitungkan semua komponen
yang berinteraksi (bahan, alat, dosen, asisten, teknisi, dan laboran) dan
berdasarkan informasi yang telah dikumpulkan. Penulisan ini idealnya
dilakukan oleh tim dosen termasuk mahasiswa asisten dan teknisi. Pandangan
mahasiswa asisten sangat penting yang merupakan “alumni” lab karena dapat
mewakili aspirasi mahasiswa.
2. Menulis prosedur untuk menjamin ketersediaannya semua bahan dan alat
serta dalam keadaan layak-pakai. Penulisan prosedur dilakukan oleh tim
bahkan dapat mengikutsertakan laboran.
3. Menulis fungsi dan tugas dosen, dosen asisten, mahasiswa asisten, teknisi,
dan laboran. Semua personel lab diikutsertakan agar mereka sangat
memahami apa yang harus mereka lakukan, bagaimana cara melakukannya,
dan apa yang diharapkan dari mereka.
13
4. Menulis prosedur pelatihan yang diperlukan misalnya penggunaan alat
dan prosedur baru dalam praktikum.
5. Menulis jadwal praktikum. Penjadwalan praktikum dapat dilakukan
sendiri oleh lab dengan mempertimbangkan semua komponen dan informasi
yang telah dikumpulkan misalnya jumlah mahasiswanya sendiri dan jumlah
mahasiswa mata kuliah lain yang menggunakan lab pendidikan yang sama
agar tidak menimbulkan konflik waktu penggunaan lab.
Mengimplementasikan rencana evalusi
Kegiatan ini dilakukan setelah prosedur selesai direncanakan. Implementasi
evaluasi ini merupakan kegiatan evaluasi pada tahap perencanaan. Dalam
penerapan MMT, kegiatan evaluasi dilakukan terus-menerus dan pada setiap
tahap tanpa harus menunggu sampai satu siklus pembelanjaran selesai (satu
semester).
Merancang kembali
Kalau setelah dievaluasi berdasarkan lima faktor yang telah dikemukakan itu
terdapat hal-hal yang akan mengganggu pencapaian tujuan praktikum misalnya
ada duplikasi kegaitan atau informasi keterampilan prasyarat belum dimasukan
ke dalam perencanaan, kegiatan praktikum itu perlu dirancang kembali. Setelah
perencanaan praktikum selesai, bahan rancangan praktium bersama rancangan
mata kuliah induknya diserahkan kepada ketua jurusan untuk dievaluasi.
Rancangan kemudian diubah atau tidak diubah sesuai dengan komentar dan hasil
diskusi dengan ketua jurusan.
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Langkah-langkah dalam pelaksanaan praktikum
14
1. Sebelum semester dimulai, setelah rapat jurusan tentang penugasan
mengajar, tim kerja (dosen, asisten, teknisi, laboran) berapat untuk membahas
kembali fungsi dan tugas masing-masing dan hasil evaluasi penyelenggaraan
praktikum yang lalu.
2. Berdasarkan pedoman tentang fungsi dan tugas, seluruh tim kerja untuk
menyiapkan semua keperluan praktikum yang disesuaikan dengan informasi
yang sudah didapat. Kegiatan ini menyangkut (1) penggandaan penentuan
praktikum, prospektus praktikum, pedoman penulisan laporan, borang untuk
hasil praktikum, borang evaluasi, dan tata tertib praktikum; (2) penyiapan
jadwal, daftar kehadiran per kelompok (shift), dan daftar nilai; serta (3)
penyiapan bahan-bahan dan alat-alat praktikum (mungkin ada alat yang perlu
dikalibrasi).
3. Jadwal praktikum diumumkan.
4. setelah mahasiswa menanggapi, jadwal dan daftar kehadiran dapat diubah
sesuai dengan permintaan mahasiswa yang mungkin mendapatkan konflik
waktu dengan perkuliahan yang lain. Kalau tidak ada perubahan, jadwal
diperbanyak.
5. Pada praktikum ke-1, sebelum kuliah pengantar praktikum dilakukan, tim
kerja membagikan tata tertib praktikum, prospektus, penuntun praktikum,
borang hasil praktikum, jadwal, dan pedomen penulisan laporan serta
membacakan tata tertib praktikum.
6. Selama praktikum berjalan, tim kerja keliling untuk mengawasi dan
membantu mahasiswa yang mendapat kesulitan sambil mencatat berbagai hal
yang dapat dijadikan bahan evaluasi misalnya jumlah mahasiswa yang
terlambat, kerusakan alat, prosedur yang kurang jelas bagi mahasiswa,
suasana lab, dan kehadiran mahasiswa serta anggota tim kerja. Teknisi dan
laboran harus selalu berada di ruang praktikum untuk berjaga-jaga seandainya
ada masalah teknis yang bisa mereka langsung atasi.
7. Pada praktikum ke-2, tim kerja menerima laporan mahasiswa yang harus
sudah diperiksa dan dinilai sebelum praktikum berikutnya. Kesalahan laporan
dan nilai dicatat dalam daftar nilai.
15
8. Laporan mahsiswa dikembalikan pada waktu praktikum berikutnya dan
kesalahan dibahas. Idealnya, mahasiswa diberi kesempatan untuk
memperbaiki laporannya sekaligus memperbaiki nilai mereka. Juga, agar
mereka mau memperbaiki mungkin ada baiknya laporan tidak dinilai sebelum
mereka perbaiki. Hal ini dapat memberikan kesempatan belajar yang lebih
banyak kepada mahasiswa.
9. Pada waktu praktikum terakhir, borang evaluasi tentang praktikum
dibagikan dan diminta diisi mahasiswa saat itu juga (sebaiknya sebelum
praktikum dimulai agar mahasiswa belum merasa lelah dan dapat lebih serius
mengisi borang evaluasi).
10. Setelah kegiatan praktikum selesai, semua nilai dijumlahkan dan dirata-
ratakan. Bobot nilai laporan praktikum per mahasiswa lalu dihitung
berdasarkan persentase yang telah ditulis dalam prospektus perkuliahan.
11. Nilai praktikum diumumkan.
12. Setelah menerima tanggapan mahasiswa, nilai praktikum digabungkan
dengan nilai-nilai lainnya dan diumumkan.
13. Setelah nilai gabungan disetujui mahasiswa, ketua tim melapor kepada
ketua jurusan sambil menyerahkan rangkuman nilai.
EVALUASI
Evaluasi yang baik bukan hanya yang dapat menjawab pertanyaan,
“Bagaimana keberhasilan mahasiswa dalam belajar” melainkan juga yang
menjawab pertanyaan, “Apakah dosen berhasil mengajar?”atau”Apakah
sistem pembelajaran telah dirancang dengan baik?”
Definisi evaluasi mengandung tiga implikasi penting:
16
Evaluasi adalah proses pengumpulan dan interpretasi informasi yang terus-menerus dalam rangka untuk menilai keputusan yang dibuat dalam merancang suatu sistem pembelajaran.
(1) Evaluasi merupakan proses yang sedang berlangsung bukan sesuatu yang
dilakukan pada akhir semester.
(2) Evaluasi langsung diarahkan kepada sasaran khusus yaitu bagaimana
memperbaiki proses pembelajaran.
(3) Evaluasi memerlukan instrumen yang akurat dan layak untuk
mengumpulkan informasi yang akan digunakan dalam pengambilan
keputusan.
Rencana evaluasi seyogianya disusun segera setelah tujuan dibuat.
Perencanaan dini mempunyai tiga keuntungan:
(1) Rencana evaluasi membantu kita untuk menilai apakah pernyataan tujuan
telah ditulis dengan baik. Jika kurang baik, kita akan mendapat kesukaran
untuk merancang keberhasilan mahasiswa.
(2) Evaluasi dini memungkinkan kita untuk siap mengumpulkan informasi
yang diperlukan pada saat informasi itu tersedia.
(3) Evaluasi dini memberikan kita banyak waktu untuk menyusun rancangan
uji.
Evaluasi dilakukan pada tiga tahap sistem pembelajaran: kondisi awal,
prosedur instruksional, dan tujuan akhir. Kondisi awal merujuk kepada
keadaan mahasiswa pada saat mereka memulai praktikum, tujuan merujuk
kepada keberhasilan mahasiswa pada akhir semester, dan prosedur
instruksional merujuk kepada segala sesuatu antara awal dan akhir.
Pertanyaan evaluasi yang diturunkan dari kondisi awal anatara lain:
(1) Berapa proporsi mahasiswa yang memiliki keterampilan prasyarat ?
(2) Siapa yang tidak memiliki keterampilan prasyarat ?
(3) Keterampilan prasyarat yang mana yang tidak dimiliki ?
(4) Modifikasi seperti apa yang diperlukan untuk rancangan praktikum ?
Pengujian terhadap prasyarat keterampilan penting karena dua hal :
(1) Dengan melakukan ini kita memeriksa (memverifikasi) asumsi rancangan.
Suatu rancangan pembelajaran dirancang untuk mengangkat mahasiswa
dari suatu tingkat keberhasilan (achievement) ke tingkat yang lain. Waktu
satuan-satuan praktikum dirancang, kita berasumsi bahwa mahasiswa
17
memiliki keterampilan prasyarat. Bila ternyata tidak, kita harus
merancang kembali satuan tersebut dengan memperhitungkan fakta ini.
(2) Uji keterampilan prasyarat memberikan rona awal untuk menentukan
kecukupan pengajaran. Kalau banyak mahasiswa tidak mencapai tujuan
akhir, indikasi prasyarat keberhasilan dapat membantu dalam
pengambilan keputusan apakah hal itu karena pengajaran yang jelek atau
karena persiapan mahasiswa yang kurang (penguasaan keterampilan
prasyarat yang kurang).
Informasi tentang keterampilan prasyarat dapat digunakan untuk (1)
memodifikasi perencanaan, (2) mengetahui kebutuhan untuk pengajaran
remedial, dan (3) menyediakan umpan balik kepada mahasiswa.
Pertanyaan evaluasi yang diturunkan dari prosedur praktikum:
(1) Apakah mahasiswa sudah mencapai enabling objectives? Apakah mereka
mengetahui hal-hal yang mereka perlu ketahui untuk mencapai tujuan
akhir?
(2) Masalah apa yang dihadapi mahasiswa dalam mempelajari materi
praktikum?
Pertanyaan evaluasi yang diturunkan dari tujuan akhir:
(1) Berapa tujuan akhir yang dapat dicapai setiap mahasiswa?
(2) Berapa proporsi mahasiswa yang mencapai setiap tujuan akhir?
(3) Prosedur praktikum yang mana yang harus direvisi?
(4) Bagaimana sistem pembelajaran ini dibandingkan dengan sistem lain
untuk mencapai tujuan yang sama?
Kegunaan evaluasi sangat tergantung dari kualitas pengujian yang
digunakan untuk mendapatkan informasi tersebut.
Instrumen pengujian yang baik harus terpercaya (reliabel) dan sahih
(valid).
Suatu uji disebut sahih (valid) kalau uji itu mensyaratkan mahasiswa
untuk menampilkan tingkah-laku yang sama di bawah kondisi yang sama
sebagai mana yang ditentukan dalam tujuan praktikum.
Uji yang handal menyediakan pengukuran yang konsisten terhadap
kemampuan mahasiswa untuk mendemonstrasikan keberhasilan suatu tujuan.
18
Evaluasi berkesinambungan merujuk kepada prosedur untuk
mengumpulkan informasi tentang praktikum yang sedang berjalan. Informasi
ini penting bagi mahasiswa agar dapat memotivasi dirinya dan bagi dosen
sebagai umpan balik yang berkenaan dengan tingkah laku kelas dan yang
berkenaan dengan sistem pembelajaran baru yang dalam proses
pengembangan. Kuesioner yang menyediakan informasi tentang pendapat
mahasiswa merupakan sumber umpan balik yang sangat baik untuk kedua
tujuan itu.
Keluaran instruksional dapat dievaluasi dengan mengukur keberhasilan
mahasiswa dalam mencapai tujuan dan dengan mengukur keefektifan
pengajaran. keberhasilan mahasiswa diukur dengan suatu uji yang meliputi
tujuan-tujuan akhir untuk seluruh perkuliahan dan untuk setiap pokok
bahasan.
Keefektifan pengajaran dapat diukur dengan (a) proporsi mahasiswa yang
mencapai tujuan-tujuan terminal dan (b) informasi yang dikumpulkan dari
mahasiswa tentang pendapat mereka tentang mata kuliah.
Berbagai alat MMT dapat digunakan untuk menganalisis semua informasi
yang didapat untuk tujuan-tujuan peningkatan mutu pembelajaran.
Ketidakberhasilan mahasiswa mencapai tujuan-tujuan praktikum mungkin
karena (1) pengorganisasian materi praktikum yang kurang baik, (2) prosedur
praktikum yang tidak efektif, (3) ketidaksiapan mahasiswa.
Dua sistem pembelajaran dapat dibandingkan dengan mengukur
keberhasilan mahasiswa dengan ketrampilan prasyarat yang setara pada
kedua sistem pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
19
Cornesky, Robert A. 1993. The Quality Professor. Implementing TQM in the Classroom. Ed. by Jennifer Lind. Magna Publication, Inc. Madison.
Davis, R.H., L. T. Alexander, and S. T. Yelon. 1974. Learning System Design: An Approach to the Improvment of Instruction. McGraw-Hill. New York.
Seymour, Daniel, ed. 1994. Total Quality Management on Campus: Is It Worth Doing? Jossey-Bass Publishers. San Fransisco.
PENYELENGGARAAN PRAKTIKUM
Mintarsih AdimihardjaUniversitas Lampung
20
LOKAKARYA PENINGKATAN MUTU PEMBELAJARAN HIGHER EDUCATION DEVELOPMENT SUPPORT
21