Penyakit Yang Disebabkan Oleh Jamur (2)

21
PENYAKIT YANG DISEBABKAN OLEH JAMUR (FUNGAL DISEASE) (Laporan Praktikum Penyakit dan Parasit Organisme Akuatik) Oleh : Indri Saputri Ramadhani 1314111028 Asisten Dosen : Doni Putra Pradana 1214111024

description

Penyakit Yang Disebabkan Oleh Jamur (2)

Transcript of Penyakit Yang Disebabkan Oleh Jamur (2)

PENYAKIT YANG DISEBABKAN OLEH JAMUR (FUNGAL DISEASE)(Laporan Praktikum Penyakit dan Parasit Organisme Akuatik)

Oleh :Indri Saputri Ramadhani1314111028

Asisten Dosen :Doni Putra Pradana1214111024

JURUSAN BUDIDAYA PERAIRANFAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG2015LEMBAR PENGESAHAN

Judul Praktikum: Penyakit yang disebabkan Oleh Jamur (Fungal Disease)

Tanggal Praktikum: 20-21 April 2015

Tempat Praktikum: Laboratorium Perikanan

Nama: Indri Saputri Ramadhani

NPM: 1314111028

Kelompok: 9 (Sembilan)

Jurusan : Budidaya Perairan

Fakultas: Pertanian

Universitas: Universitas Lampung

Bandar Lampung, 26 April 2015Mengetahui,Asisten Dosen

Doni Putra PradanaNPM: 1214111024

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu organisme penyakit yang banyak menyerang ikan adalah dari kelompok jamur (fungi).Infeksi oleh jamur dapat menyerang telur ikan, larva ikan, tokolan (juvenil) dan ikan-ikan dewasa.

Penyakit jamur pada ikan ini sebenarnya tidak diklasifikasikan kedalam kelompok penyakit, tetapi merupak infeksi sekunder akibat adanya luka fisik pada tubuh ikan atau telur yang tidak dibuahi. Mikroorganisme ini sering terlihat seperti benang yang tumbuh dibagian dalam atau luar tubuh dan berwarna putih. Hampir semua jenis ikan air tawar dapat terinfeksi oleh penyakit ini.

Infeksi jamur pada ikan biasanya hanya akan menyerang jaringan luar tubuh ikan yang rusak sebagai akibat luka atau penyakit lain. Namun, beberapa jamur diketahui juga menyerang bagian dalam jaringan tubuh ikan. Selain karena luka, kehadiran jamur dapat pula disebabkan atau dipicuoleh kondisi air akuarium yang buruk.

Penyakit ikan yang diakibatkan oleh jamur sudah lama diketahui, namun pengetahuan tentang jenis jamur tertentu yang merupakan patogen primer pada suatu jenis penyakit masih relatif tertinggal dibanding dengan penyakit ikan yang disebabkan oleh bakteri maupun virus. Masalah utama yang umum dihadapi antara lain adalah- teknik untuk mendapatkan isolat murni, identifikasi dan menentukan apakah jenis jamur tersebut benar-benar patogen atau hanya jamur saprofitik yang mengambil keuntungan dari suatu luka.

1.2 Tujuan Praktikum

Adapun tujuan diadakanya praktium ini adalah sebagai berikut :1. Mengetahui jenis-jenis jamur yang menyerang ikan.2. Mengetahui cara pencegahan terhadap infeksi jamur pada ikan.3. Mengetahui gejala klinis yang terdapat pada ikan yang terinfeksi jamur.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Jamur

Jamur merupakan organisme eukariot, heterotrof, tidak dapat melakukan fotosintesis dan berkembang biak dengan spora. Beberapa jamur merupakan organisme uniseluler, tetapi kebanyakan jamur membentuk filamen yang merupakan sel vegetatif (Subandi, 2010)

Kordi (2004), menyatakan bahwa jamur adalah jasad yang berbentuk benang, multiseluler, adapula yang uniseluler, tidak berklorofil dan belum mempunyai deferensiasi dalam jaringan.

Menurut Afrianto (1992), jamur ada yang terdiri atas satu sel seperti ragi (yeast) dan sebagian lagi terdiri atas lebih dari satu sel yang bergabung menjadi satu membentuk filament panjang atau hypha. Hypha jamur bercabang ke segala arah dan kumpulan hypha disebut mycelium atau thallus. Hypha dibedakan menjadi dua yaitu (1) bersepta (septate) yang menyerupai buku-buku pada batang bambu, dan (2) tidak bersepta (aseptate). Hypha juga dapat dibedakan berdasarkan fungsinya, yaitu (1) hypha vegetatif/somatik yang menempel di substrat, mampu mengekskresi enzim sebagai pelarut substrat sehingga senyawa komplek dapat terurai untuk diserap. (2) Hypha fertil, keluar dari hypha vegetatif dan berfungsi dalam proses reproduksi.

Ciri-ciri jamur menurut Klinger (2009) diantaranya yaitu ; (1) Mempunyai inti sel (2) Memproduksi spora (3) Tidak mempunyai klorofil (heterotof) (4) Dapat berkembang biak secara seksual maupun aseksual (5) Beberapa mempunyai bagian-bagian tubuh berbentuk filamen dengan dinding sel yang mengandung selulosa dan atau khitin (6) dapat bersifat parasit atau saprofit.

Keistimewaan dari jamur yaitu mampu beradaptasi hampir di segala habitat di muka bumi, dan umumnya menyukai kondisi yang lembab, pH asam, dan sedikit cahaya. Dalam perkembangannya mycologist (ilmu mengenai jamur) membedakan kelompok organisme ini ke dalam 3 (tiga) golongan yaitu jamur, khamir dan kapang (Afrianto,1992).

2.2 Macam-Macam Media Jamur

Media yang paling umum digunakan untuk menumbuhkan jamur/ kapang/ fungi adalah media PDA (Potato Dextrose Agar). Bahan baku utama media ini adalah ekstrak kentang dengan penambahan sumber karbon berupa dextrose (Risda, 2007).Salah satu modifikasi media PDA yang sudah sering kami lakukan di laboratorium adalah dengan menganti sumber karbon dengan sumber karbon yang mudah didapat dan murah, yaitu: gula pasir alias Sukrosa. Kemudian untuk agarnya juga menggunakan agar teknis yang harganya relatif murah. Karena menggunakan sukrosa, nama media ini diubah menjadi Potato Sucrose Agar (PSA) (Ganjar, 2006).Selain PDA terdapat pula media lain pertumbuhan jamur, yaitu SDA. Media Soboroud Dextrose Agar merupakan media berbentuk padat (solid), selektif untuk pertumbuhan jamur dan menghambat pertumbuhan bakteri, dan tersusun dari bahan sintetis (Risda, 2007).2.3 Siklus Hidup Jamur

Dalam siklus hidup jamur berkembang biak secara seksual, fase haploid bergantian dengan fase diploid. Fase haploid berakhir dengan fusi nuklir, dan fase diploid dimulai dengan pembentukan zigot (sel diploid yang dihasilkan dari fusi dua sel kelamin haploid). Meiosis (pembelahan reduksi) mengembalikan jumlah haploid kromosom dan memulai fase haploid, yang menghasilkan gamet. Pada kebanyakan jamur, semua struktur yang haploid kecuali zigot. Fusi nuklir terjadi pada saat pembentukan zigot, dan meiosis berikut segera. Hanya di Allomyces dan genera terkait beberapa dan dalam beberapa ragi adalah pergantian dari talus haploid dengan talus diploid pasti diketahui. Talus adalah diploid dalam banyak anggota filum Oomycota, dan meiosis terjadi sebelum pembentukan gamet (Nabib, 1989).

Fase aseksual biasanya mendahului fase seksual dalam siklus hidup dan dapat diulang sering sebelum fase seksual muncul. Beberapa jamur bereproduksi secara seksual (kecuali untuk fragmentasi, yang umum di kebanyakan jamur), sedangkan yang lain bereproduksi secara aseksual. Sejumlah jamur menunjukkan fenomena parasexuality, di mana proses plasmogamy, karyogami, dan meiosis terjadi. Namun, proses ini tidak terjadi pada waktu tertentu atau pada titik-titik tertentu dalam siklus hidup organisme. Akibatnya, parasexuality ditandai dengan prevalensi heterokaryosis dalam miselium-yaitu, kehadiran, berdampingan, inti dari komposisi genetik yang berbeda (Klinger, 2009).

2.4 Jenis-Jenis Jamur yang Menyerang Ikan

a. Saprolegnia

Jamur Saprolegnia sp tersusun atas filamen-filamen yang cenderung memiliki ujung-ujung berbentuk speris. Di ujung-ujung tersebut terdapat zoospore, yang memungkinkan Saprolegnia sp, bisa berkembangbiak. Filamen-fIlamen tersebut disebut dengan hyphae dan inilah yang membuat jamur Saprolegnia sp terlihat seperti kapas. Hyphae inilah yang menyerang jaringan ikan (Kretiawan, 2011).

Jamur Saprolegnia sp memiliki warna putih ataupun abu-abu. Warna abu-abu juga bisa mengindikasikan adanya bakteri yang tumbuh bersama-sama dengan struktur jamur Saprolegnia sp tersebut. Di air, jamur Saprolegnia sp terlihat seperti kapas, namun jika tidak di air akan terlihat sebagai kotoran kesat. Selama beberapa saat, jamur Saprolegnia sp bisa berubah warna menjadi coklat atau hijau ketika partikel-partikel di air (seperti alga) melekat ke filament (Russo, 2010).

b. Ichthyophonushoferi

Ichthyophonus hoferi diketahui sebagai jamur patogen yang penggolongannya masih diragukan. Secara taksonomi sangatrumit dalampenentuannya. Keberadaan jamur ini sangat khas pada stadium Resting spora. Bentuk sperik, dinding sel tebal dengan diameter 10-250 um. Diameter inti selantara 2-4 um. Dengan menggunakan pewarnaan PAS, sitoplasma berisi glikogen, sedang dinding spora terlihat tebal dengan diameter 2-11 um dan dinding spora terdiri dari polisakarida. Ketebalan dari dinding sel ini berfungsi terhadap respon dari induk semang. Diagnosis secara serologi belum banyak dikembangkan (Nabib, 1989).

c. Branchiomycosis

Secara morfologi sporangia yang dihasilkan olehBranchiomycessama dengan sporangia dari Saprolegnia. Gejala pada insang yang disebabkanolehsaprolegnia hampir seperti kejadian Gill Rotyang disebabkan oleh Branchiomyces. Struktur antigenik dari Branchiomyces baru-baru ini ditemukan menyerupai Saprolegnia. Branchiomycetes tidak pernah dapat terisolasi darisumber lain selain jaringan insang ikan ( Willoughby, 1994).

d. Aphanomyces

Memiliki miselium berdiameter 5-15 mikron dan sedikit bercabang. Zoospora muncul pada ujung sporangium dalam bentuk memanjang kemudian menjadi kista di sekitar ujung sporangium. Hifa bercabang, tidak bersepta, dan berpigmen. Salah satu ciri Aphanomyces ini adalah menghasilkan kantung spora lebih dari satu dan keluar dari tengah (samping) hifa, sedangkan ciri saprofitik hanya menghasilkan satu kantung spora yang keluar dari bagian terminal (ujunghifa). Aphanomyces ini merupakan penyebab utama penyakit EUS (ulceratif epizootic syndrome) pada ikan. Gejala klinis dari EUS antara lain bercak putih pada daging bawah kutikula (terlihat jelas di bawah mikroskop), dan pada beberapa kasus timbul warna kecoklatan pada kutikula atau otot (Wawan, 2010).

2.5 Gejala Klinis Ikan yang Terserang Jamur.

Gejala yang dapat dilihat secara klinis adalah adanya benang halus menyerupai kapas yang menempel pada telur atau luka pada bagian eksternal ikan. Selain itu, perubahan warna sirip dan tubuh ikan menjadi merah. Jamur tersebut dengan cepat menular kepada ikan lain yang berada dalam satu kolam. Sehingga penyebarannya semakin cepat dan berpotensi kerugian yang cukup besar bagi pembudidaya (Kordi, 2004).

Ikan yang terinfeksi jamur ditandai adanya benang-benang halus (hype) seperti kapas menempel pada telur atau tubuh ikan yang terluka. Benang-benang halus ini bernama hype berwarna putih dan kadang-kadang juga berwarna putih kecoklatan. Jamur tersebut umumnya menempel pada bagian tubuh ikan yang yang terluka dan telur gurami yang mati (Kordi,2004).

Jamur atau kumpulan benang tersebut biasanya terlihat dikepala, mata, tutup insang, sirip dan telur ikan. Ikan yang terkena jamur ini akan menyebabkan kondisi ikan lemah, nafsu makan kurang dan akhirnya kurus. Lemahnya daya tahan tubuh membuka peluang kehadiran penyakit lain yang dapat menyebabkan kematian (Wawan,2010).

Tanda-tanda ikan yang terserang jamur adalah pada kulit ikan di tumbuhi benag-benang halus seperti kapas berwarna putih atau putih kecoklat-coklatan. jenis jamur yang sering menyerang ikan air tawar (seperti catfish) adalah jamur Aphanomyces (menyerang bagian dalam tubuh) dan saprolegmia (menyerang bagian luar tubuh) ( Russo, 2010).

III. METODELOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Adapun waktu dan tempat pelasanaan praktikum ini adalah :Hari, tanggal: Senin, 20 April 2015Pukul: 10.00- selesaiTempat: Laboratorium Perikanan

3.2 Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain : jarum ose, bunsen, cawan petri, kertas buram, label, alat tulis, mikroskop, tisue, kamera.

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini anara lain : ikan sampel ( ikan yang terserang jamur), media PDA, metlen blue, alkohol.

3.3 Cara Kerja

Adapun cara kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut :1. Mengambil ikan yang terserang jamur.2. Mengamati gejala pada ikan yang terserang jamur.3. Mengambil jamur dengan ose yang telah disterilkan.4. Menyetrik jamur pada media PDA yang telah di sediakan.5. Memberi label pada media yang telah distrik.6. Membungkus media dengan kertas buram.7. Menginkubasi media yang telah ditanam jamur selama 24 jam.8. Mengamati jamur yang tumbuh dengan menggunakan mikroskop.

IV.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

No Ikan Organ Gejala klinisBentuk hifaDeskripsi jamurGambar

7Komet Sirip dorsalTerdapat benang-benang seperti kapas dibagian sirip dorsalhifa seperti benang berkumpul seperti kapas dan membentuk spot pada sirip dorsal

8Nila Sisik

9Komet Oper-culum Terdapat benang-benang seperti kapas dibagian operculumBentuk hifa seperti benang bercabangberkumpul seperti kapas dan berkumpul pada operculum

10Lohan Sisik bagian perutTerdapat bercak-bercak putih dibagian tubuhBentuk hifa seperti benangJamur berbentuk white spot pada tubuh ikan

4.2 Pembahasan

Adapun hasil yang didapatkan dari praktikum mengenai jamur yang menyerang ikan ini, ternyata masih banyak ditemukan ikan-ikan berjamur dipasaran. Jamur-jamur yang menyerang ikan tersebut kebanyakan dari golongan jamur Saprolegnia sp,. Jamur yang menyerang ikan tersebut terlihat seperti kapas berwarna putih,atau putih keabu-abuan,dan ketika ikan di ambil dari air jamur tersebut terlihat seperti kotoran kesat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kretiawan (2011) mengenai jamur Saprolegnia sp.

Adapun jamur yang diamati didapatkan dengan cara : mengambil ikan yang terserang jamur, kemudian mengambil jamur yang ada pada ikan untuk kemudian ditumbuhkan di dalam media PDA yang telah disediakan. Jamur ditanam dalam media selama 24 jam dalam inkubasi. Kemudian kultur jamur yang telah tumbuh diambil dan diletakan diatas kaca preparat dan di beri methilen blue. Preparat ditutup dengan cover glass, kemudian diamati dibawah mikroskop.

Pada praktikum ini menggunakan media PDA (Potato Dextrose Agar). Media ini merupakan yang paling umum digunakan untuk menumbuhkan jamur/ kapang/ fungi. Bahan baku utama media ini adalah ekstrak kentang dengan penambahan sumber karbon berupa dextrose.

Dalam menumbuhkan jamur, media PDA sangatlah cocok karena extra potato (kentang) merupakan sumber karbohidrat, dextrose (gugusan gula, baik itu monosakarida atau polysakarida) sebagai tambahan nutrisi bagi biakan, sedangkan agar merupakan bahan media/tempat tumbuh bagi bikan yang baik, karena mengandung cukup air (winda 2009).

Namun pada praktikum ini terdapat beberapa sampel yang tidak tumbuh. Hal ini dikarnakan kurangnya ketelitian dari praktikan dalam mengambil sampel, atau menganalisis ikan yang terkena jamur. Dalam mengambil jamur pada tubuh ikan kurang tepat atau kurang banyak, sehingga pada saat di tanam dalam media PDA jamur tidak tumbuh.

Jamur biasanya hanya akan menyerang jaringan luar tubuh ikan yang rusak sebagai akibat luka atau penyakit lain. Jamur dapat pula menyerang telur ikan. Selain karena luka, kehadiran jamur dapat pula disebabkan atau dipicuoleh kondisi air yang buruk, baik secara fisik maupun kimia.Umur ikan juga merupakan pemicu tumbuhnya jamur. Ikan-ikan berusia tua diketahui sangat rentan terhadap infeksi jamur.

Jamur Saprolegnia sp. biasa menyerang bagian tubuh ikan yang terluka, dan selanjutnya dapat pula menyebar pada jaringan sehat lainnya.Serangan Saprolegnia biasanya berkaitan dengan kondisi kualitas air yang buruk, seperti sirkulasi air rendah, kadar oksigen terlarut rendah, atau kadar amonia tinggi, dan kadar bahan organik tinggi.Kehadiran Saproglegnia sering pula disertai dengan kahadiran infeksi bakteri Columnaris, atau parasit eksternal lainnya.

Reproduksi jamur menurut Klinger (2009) dapat berlangsung secara sexual dan asexual. Reproduksi sexual dapat berlangsung melalui: zygospora, oospora, ascospora atau basidiospora. Reproduksi sexual berlangsung melalui penggabungan inti dari dua sel (antheridium + antheridial) untuk menghasilan oogonium atau bakal jamur.

Reproduksi asexual (somatic vegetatif) dapat berlangsung melalui dua proses yaitu sporulasi dan mycelia terpotong. Dari kedua proses tersebut, reproduksi melalui proses sporulasi umumnya lebih produktif. Hampir sebagian besar jenis jamur akuatik mampu memproduksi spora (zoospora) berflagel dan dapat berenang bebas sehingga sangat efektif untuk penyebarannya. Spora dari jamur parasitik (obligat atau fakultatif) merupakan unit penginfeksi primer, resisten terhadap panas, kekeringan, dan desinfektan serta mampu melawan mekanisme pertahanan tubuh inang.

VI. PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang didapatkan dari praktikum yang telah dilakukan adalah sebagai berikut :1. Jenis jamur yang biasa menyerang ikan adalah golongan Saprolegnia, Ichthyophonushoferi, dan Branchiomycosis. Namun yang paling banyak adalah golongan Saprolegnia.2. Cara mencegah infeksi jamur yaitu dengan menjaga kesehatan ikan, menghindari kondisi kualitas air yang buruk, seperti sirkulasi air rendah, kadar oksigen terlarut rendah, atau kadar amonia tinggi, dan kadar bahan organik tinggi.3. Ikan yang terinfeksi jamur ditandai adanya benang-benang halus (hype) seperti kapas menempel pada telur atau tubuh ikan yang terluka.

6.2 Saran

Adapun saran untuk praktikum ini yaitu perlunya penambahan alat praktikum, agar praktikum dapat berjalan dengan baik dan kondusif.

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto dan Liviawaty. 1992. Pengendalian hama dan penyakit ikan. Penerbit kanisius. Yogyakarta.

Gandjar, K., W. Sjamsurizal dan A. Oetari. 2006. Mikologi Dasar dan terapan. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.

Klinger RE, Floyd RF. 2009. Introduction to Freshwater Fish Parasites 1. University of Florida IFAS Extension;

Kordi .2004.Penanggulangan Hama danPenyakit Ikan. C.V. Aneka. Solo. Kusumamihardja S. 1989. Diktat Parasitologi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Kretiawan, H. 2011. Infeksi Saprolegnia (saprolegniasis). http://www.docstoc.com /docs/27557400/saprolegnia. Diakses 25 april 2015

Nabib, R dan F. H, Pasaribu. 1989. Patologi dan Penyakit Ikan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jendral pendidikan Tinggi. IPB. Bogor.

Risda. 2007. Potato Dextrose Agar.http://www.mikrobiologidasar.com. diakses 25 april 2015Subandi. 2010. Mikrobiologi. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Wawan. 2010. Jamur Penyebab Penyakit Pada Ikan: http://wawan-satu.blogspot.com/. Diakses pada April 2015

Willoughby, L. G. 1994. Fungi and Fish Disease. Pisces Stirling.

Winda, S. 2009. Pembuatan Media Potato Dextrose Agar. http://www.mikromedia.co.org . diakses 25 april 2015.

LAMPIRAN