PENYAKIT TULAR TANAH ( Sclerotium rolfsii DAN...

8
Jurnal Litbang Pertanian, 31(1), 2012 27 PENYAKIT TULAR TANAH (Sclerotium rolfsii DAN Rhizoctonia solani) PADA TANAMAN KACANG- KACANGAN DAN UMBI-UMBIAN SERTA CARA PENGENDALIANNYA Sumartini Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Jalan Raya Kendal Payak, Kotak Pos 66, Malang 65101 Telp. ( 0341) 801468, Faks. ( 0341) 801496, E-mail: [email protected] Diajukan: 28 Maret 2011; Diterima: 05 Desember 2011 U paya pengembangan kedelai, kacang tanah, dan kacang hijau perlu didukung dengan perbaikan teknik budi daya, termasuk pengelolaan hama dan penyakit. Tanaman kacang-kacangan sering diserang oleh cendawan yang dapat bertahan di dalam tanah, yang dikenal dengan sebutan cendawan tular tanah, antara lain dari genus Rhizoctonia dan Sclerotium (Semangun 1993). Serangan patogen tular tanah pada tanaman diawali dengan infeksi pada bagian akar atau batang yang berbatas- an dengan permukaan tanah. Infeksi menyebabkan transportasi hara dan air tersumbat sehingga tanaman layu. Patogen selanjutnya menyebar ke seluruh bagian tanaman dan menyebabkan pembusukan. Pada permukaan tanah di sekitar tanaman yang terserang terdapat miselium putih dan sklerotia. Serangan parah sering terjadi pada musim hujan, yang menyebabkan seluruh tanaman di suatu area menjadi layu dan gagal pa- nen. Cendawan tular tanah sering menye- rang tanaman kedelai, kacang hijau, dan kacang tanah di kebun-kebun lingkup Balai Penelitian Tanaman Kacang- kacangan dan Umbi-umbian (Balitkabi). ABSTRAK Penyakit tular tanah merupakan salah satu faktor pembatas dalam peningkatan produksi tanaman kacang-kacangan dan umbi-umbian. Pada umumnya penyakit tular tanah disebabkan oleh cendawan Rhizoctonia solani atau Sclerotium rolfsii. Cendawan bertahan hidup di dalam tanah atau sisa-sisa tanaman dalam bentuk hifa atau sklerotia dan bersifat parasit fakultatif. Cendawan juga dapat hidup secara saprofit, dapat bertahan hidup secara terus-menerus meski tanpa tanaman inang. Sklerotia cendawan tahan terhadap keadaan lingkungan kekeringan dan suhu tinggi. Masa dorman cendawan akan berakhir jika kondisi lingkungan cocok untuk perkembangannya. Kedua cendawan tersebut mempunyai kisaran inang yang luas, antara lain padi, kacang hijau, kacang tanah, kedelai, ubi jalar, pisang, jeruk, gandum, keladi, dan kentang. Komponen pengendalian seperti rotasi tanaman, menanam varietas tahan, solarisasi tanah, dan pembajakan yang agak dalam sulit diterapkan di Indonesia. Pengendalian yang mungkin dilakukan adalah mencabut tanaman sakit yang dipadukan dengan aplikasi cendawan antagonis seperti Trichoderma dan Gliocladium, serta bakteri Bacillus, Pseudomonas, Streptomyces, atau Actinomycetes. Kata kunci: Tanaman kacang-kacangan, umbi-umbian, pengendalian penyakit, penyakit tular tanah, Rhizoctonia solani, Sclerotium rolfsii ABSTRACT Soilborne diseases caused by Rhizoctonia solani and Sclerotium rolfsii on legumes and tuber crops and their control Soilborne disease is one of some constraints in the development of legumes and tuber crops. The disease is mainly caused by Rhizoctonia solani and Sclerotium rolfsii. The fungi are persistent in the soil or plant debris as sclerotia or micellia or as facultative parasite, that can live as saprophyitic when they do not found any host plants. Therefore, they can live for long time from season to season continuously. The fungi have wide host range such as rice, mungbean, peanut, soybean, sweet potato, taro, banana, watermelon, wheat, and potato. Some control methods such as plant rotation, planting resistant varieties, soil solarisation, and deep plow were difficult to apply. The control of the two fungi could be conducted by pulling out the infected plants and applying antagonistic microorganisms such as Trichoderma, Gliocladium, Bacillus, Pseudomonas, Streptomyces, and Actinomycetes. Keywords: Legumes, tuber crops, disease control, soilborne diseases, Rhizoctonia solani, Sclerotium rolfsii

Transcript of PENYAKIT TULAR TANAH ( Sclerotium rolfsii DAN...

Page 1: PENYAKIT TULAR TANAH ( Sclerotium rolfsii DAN …pustaka.litbang.pertanian.go.id/publikasi/p3311125.pdf · daya, termasuk pengelolaan hama dan penyakit. Tanaman kacang-kacangan ...

Jurnal Litbang Pertanian, 31(1), 2012 27

PENYAKIT TULAR TANAH (Sclerotium rolfsii DANRhizoctonia solani) PADA TANAMAN KACANG-

KACANGAN DAN UMBI-UMBIAN SERTACARA PENGENDALIANNYA

Sumartini

Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Jalan Raya Kendal Payak, Kotak Pos 66, Malang 65101Telp. (0341) 801468, Faks. (0341) 801496, E-mail: [email protected]

Diajukan: 28 Maret 2011; Diterima: 05 Desember 2011

Upaya pengembangan kedelai, kacangtanah, dan kacang hijau perlu

didukung dengan perbaikan teknik budidaya, termasuk pengelolaan hama danpenyakit. Tanaman kacang-kacangansering diserang oleh cendawan yangdapat bertahan di dalam tanah, yangdikenal dengan sebutan cendawan tulartanah, antara lain dari genus Rhizoctoniadan Sclerotium (Semangun 1993).

Serangan patogen tular tanah padatanaman diawali dengan infeksi padabagian akar atau batang yang berbatas-an dengan permukaan tanah. Infeksimenyebabkan transportasi hara dan airtersumbat sehingga tanaman layu.Patogen selanjutnya menyebar ke seluruhbagian tanaman dan menyebabkanpembusukan. Pada permukaan tanah disekitar tanaman yang terserang terdapat

miselium putih dan sklerotia. Seranganparah sering terjadi pada musim hujan,yang menyebabkan seluruh tanaman disuatu area menjadi layu dan gagal pa-nen.

Cendawan tular tanah sering menye-rang tanaman kedelai, kacang hijau, dankacang tanah di kebun-kebun lingkupBalai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (Balitkabi).

ABSTRAK

Penyakit tular tanah merupakan salah satu faktor pembatas dalam peningkatan produksi tanaman kacang-kacangandan umbi-umbian. Pada umumnya penyakit tular tanah disebabkan oleh cendawan Rhizoctonia solani atau Sclerotiumrolfsii. Cendawan bertahan hidup di dalam tanah atau sisa-sisa tanaman dalam bentuk hifa atau sklerotia dan bersifatparasit fakultatif. Cendawan juga dapat hidup secara saprofit, dapat bertahan hidup secara terus-menerus meskitanpa tanaman inang. Sklerotia cendawan tahan terhadap keadaan lingkungan kekeringan dan suhu tinggi. Masadorman cendawan akan berakhir jika kondisi lingkungan cocok untuk perkembangannya. Kedua cendawan tersebutmempunyai kisaran inang yang luas, antara lain padi, kacang hijau, kacang tanah, kedelai, ubi jalar, pisang, jeruk,gandum, keladi, dan kentang. Komponen pengendalian seperti rotasi tanaman, menanam varietas tahan, solarisasitanah, dan pembajakan yang agak dalam sulit diterapkan di Indonesia. Pengendalian yang mungkin dilakukanadalah mencabut tanaman sakit yang dipadukan dengan aplikasi cendawan antagonis seperti Trichoderma danGliocladium, serta bakteri Bacillus, Pseudomonas, Streptomyces, atau Actinomycetes.

Kata kunci: Tanaman kacang-kacangan, umbi-umbian, pengendalian penyakit, penyakit tular tanah, Rhizoctoniasolani, Sclerotium rolfsii

ABSTRACT

Soilborne diseases caused by Rhizoctonia solani and Sclerotium rolfsii on legumesand tuber crops and their control

Soilborne disease is one of some constraints in the development of legumes and tuber crops. The disease is mainlycaused by Rhizoctonia solani and Sclerotium rolfsii. The fungi are persistent in the soil or plant debris as sclerotiaor micellia or as facultative parasite, that can live as saprophyitic when they do not found any host plants.Therefore, they can live for long time from season to season continuously. The fungi have wide host range suchas rice, mungbean, peanut, soybean, sweet potato, taro, banana, watermelon, wheat, and potato. Some controlmethods such as plant rotation, planting resistant varieties, soil solarisation, and deep plow were difficult to apply.The control of the two fungi could be conducted by pulling out the infected plants and applying antagonisticmicroorganisms such as Trichoderma, Gliocladium, Bacillus, Pseudomonas, Streptomyces, and Actinomycetes.

Keywords: Legumes, tuber crops, disease control, soilborne diseases, Rhizoctonia solani, Sclerotium rolfsii

Page 2: PENYAKIT TULAR TANAH ( Sclerotium rolfsii DAN …pustaka.litbang.pertanian.go.id/publikasi/p3311125.pdf · daya, termasuk pengelolaan hama dan penyakit. Tanaman kacang-kacangan ...

28 Jurnal Litbang Pertanian, 31(1), 2012

Hasil identifikasi penyakit pada tanamanyang terserang layu umumnya menun-jukkan penyakit disebabkan oleh Sclero-tium rolfsii atau Rhizoctonia solani.

Cendawan Rhizoctonia dan Sclero-tium bertahan hidup di dalam tanah atausisa-sisa tanaman dalam bentuk hifa atausklerotia sebagai mikroorganisme yangbersifat parasit fakultatif. Cendawantersebut akan hidup sebagai saprofitapabila tidak dijumpai tanaman inang.Mikroorganisme yang demikian mem-punyai kemampuan aktivitas kompetisisaprofit yang rendah.

Sebaran penyakit tular tanah diIndonesia sangat luas, meliputi Jawa,Sumatera, Kalimantan, Bali, Nusa Teng-gara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.Hasil survei di Sumatera Selatan me-nunjukkan kacang hijau di beberapadaerah tersebut terinfeksi oleh S. rolfsii(Tabel 1). Cendawan tersebut juga di-temukan di Kalimantan dengan tingkatinfeksi yang tinggi. Cendawan S. rolfsiiumumnya hidup di daerah tropis dansubtropis seperti Amerika Serikat, AmerikaTengah, Amerika Selatan, Afrika, India,Jepang, Filipina, dan Hawai. Patogen ter-sebut jarang tumbuh di daerah dengansuhu di bawah 0°C (Fichtner 2010).

Kedua cendawan tersebut mempunyaikisaran inang yang luas, terutama menye-rang tanaman muda, dari kelompok Legu-minoceae, Cruciferaceae, Cucurbitaceae,pisang, jeruk, gandum, padi, tebu, bit gula,keladi, dan tanaman obat-obatan. Akhir-akhir ini cendawan R. solani banyakditemukan menginfeksi tanaman kacanghijau di Indonesia. Cendawan tersebutjuga dilaporkan menginfeksi kacang hijaudi California dan Amerika Serikat (O’ Breinet al. 2008).

BIOLOGI

Cendawan Sclerotium

Bentuk teleomorf dari cendawan S. rolfsiiadalah Athelia rolfsii, termasuk ke dalamkelompok cendawan Agonomycetes(Fichtner 2010). Miselium cendawan S.rolfsii berwarna putih seperti bulu(Gambar 1). Sel hifa primer di bagian tepikoloni mempunyai lebar 4–9 µm, danpanjang mencapai 350 µm (Semangun1993). Hifa mempunyai satu atau lebihhubungan klan. Sel hifa sekunder, tersier,dan seterusnya berukuran lebih kecil dari

Gambar 2. Sklerotia Sclerotium rolfsii pada media buatan (a) dilihat dari jarak dekat(b) (Fichtner 2010).

sel primer dan mempunyai lebar 1,6–2 µm.Percabangannya membentuk sudutyang lebih besar dan tidak mempunyaihubungan klan.

Seperti cendawan yang lain, S. rolfsiijuga mempunyai hifa, tetapi hifanya tidakmembentuk spora melainkan sklerotia(Gambar 2), sehingga identifikasinyadidasarkan atas karakteristik, ukuran,

bentuk, dan warna sklerotia. Pada mediabuatan, sklerotia baru terbentuk setelah8–11 hari. Sklerotia terdiri atas tiga lapisan,yaitu kulit dalam, kulit luar, dan kulit teras.Pada kulit dalam terdapat 6–8 lapisan sel,kulit luar 4–6 lapisan sel, sedangkan kulitteras terdiri atas benang-benang hifa yanghialin dan tidak mengalami penebalandinding sel (Chet et al. 1969).

Gambar 1. Infeksi Sclerotium rolfsii pada tanaman kacang hijau yang masih mudadengan miselium putih pada bagian pangkal batang (a) dan pada batangtanaman dewasa yang diinkubasi pada suhu kamar dengan dibungkusplastik (b).

Tabel 1. Tanaman inang dan patogen penyebabnya di beberapa lokasi diLampung dan Sumatera Selatan, Juli 2005.

Lokasi survei Tanaman inang Patogen tular tanah

Punggur, Sumberrejo, Lampung Tengah Kacang tanah Fusarium sp.Kebun SMK Tulang Bawang, Lampung Kacang tanah Aspergillus niger

TengahSidobangun, Seputih Banyak, Lampung Kacang tanah Fusarium sp.

TengahKepur, Muara Enim, Sumatera Selatan Kacang hijau Sclerotium rolfsiiSukaraja, Pademaran, Ogan Komering Kacang hijau Sclerotium rolfsii

Ilir, Sumatera SelatanGunung Meraksa, Lubuk Batang, Ogan Kacang tanah Aspergillus niger

Komering Ulu, Sumatera Selatan

Sumber: Sumartini dan Yusnawan (2006).

Page 3: PENYAKIT TULAR TANAH ( Sclerotium rolfsii DAN …pustaka.litbang.pertanian.go.id/publikasi/p3311125.pdf · daya, termasuk pengelolaan hama dan penyakit. Tanaman kacang-kacangan ...

Jurnal Litbang Pertanian, 31(1), 2012 29

Pada lapisan dalam sklerotia terdapatgelembung-gelembung yang merupakancadangan makanan. Bagian dalam sklerotiayang tua mengandung gula, asam amino,asam lemak, dan lemak, sedangkan bagiandindingnya mengandung gula, kitin, lami-narin, asam lemak, dan β 1−3 glukosida.Permukaan sklerotium dapat menge-luarkan eksudat berupa ikatan ion, protein,karbohidrat, enzim endopoligalakturo-nase, dan asam oksalat. Asam oksalatyang dihasilkan S. rolfsii bersifat racunterhadap tanaman (fitotoksik). S. rolfsiijuga mengeluarkan L-prolin yangmerupakan antibiotik terhadap bakteritertentu. Selama masa awal pertum-buhannya, pembentukan asam oksalatmeningkat.

Cendawan Rhizoctonia

Pada awalnya Rhizoctonia termasuk kedalam kelas Deuteromycetes, namunsetelah ditemukan stadium sempurnanyacendawan tersebut diklasifikasikan kedalam genus Thanatephorus, familiCeratobasidiaceae, ordo Tulasnellales,kelas Basidiomycetes (Alexopoulus et al.1979). Salah satu spesiesnya adalah T.

cucumeris, yang merupakan bentuksempurna dari R. solani dengan kisaraninang sangat luas.

Hifanya mempunyai percabanganyang hampir siku (Gambar 3a), pada titikpercabangannya terdapat lekukan, lebarhifa 6–10 µm, berwarna hialin, bersekat(Semangun 1993), dan mempunyai poriyang disebut dolipori (Alexopoulus et al.1979). Sklerotia Rhizoctonia berbeda dariSclerotium karena sel-selnya tidak berla-pis, sehingga bentuk sklerotianya tidakbulat, tetapi pipih dan tidak beraturan(Gambar 3b).

Pertumbuhan hifa terjadi melalui fusiantara dua percabangan hifa yang disebutanastomosis. Di Jepang dan AmerikaSerikat terdapat beberapa kelompokanastomosis (Tabel 2). Cendawan R.solani menimbulkan gejala serangan yangberbeda jika kelompok anastomosisnyaberbeda. Kelompok anastomosis R. solanidisajikan pada Tabel 3.

EKOLOGI

Cendawan S. rolfsii dan R. solani banyakditemukan pada musim hujan, terutamapada tanah yang lembap. Kedua jenis

cendawan ini dapat membentuk strukturdorman, yaitu sklerotia pada permukaantanah atau pangkal batang. Sklerotiamempunyai kulit tebal dan keras sehinggatahan terhadap keadaan lingkunganyang tidak menguntungkan, terutama ke-keringan dan suhu tinggi. Masa dormanakan berakhir jika kondisi lingkungancocok untuk perkembangannya. Bahan-bahan kimia yang bersifat menguap yangdihasilkan oleh akar tanaman akan men-stimulasi sklerotia untuk segera ber-kecambah menjadi hifa yang siap meng-infeksi bagian tanaman pada daerahrizosfer (zona perakaran).

Tanaman inang cendawan S. rolfsiidan R. solani sangat luas, meliputi familiLeguminoceae (kedelai, kacang tanah,kacang hijau, kacang merah, buncis),Gramineae (padi, jagung, sorgum, terigu,rumput teki), Solanaceae (tomat, terung,kentang), Cucurbitaceae (kelompok labu),kapas, kubis, wortel, bit gula, bawangmerah, krisan, dan tembakau (Semangun1993). Ferreira dan Boyle (2006) melapor-kan bahwa S. rolfsii di Hawai mempunyaitanaman inang yang sangat luas, sepertitanaman hortikultura (anyelir, krisan,terung, tomat, semangka, amarilis, pisang,mangga, bit gula, kubis, wortel, kol bunga,seledri, melon, sawi, bunga bakung,bawang merah, bawang putih, dan selada),tanaman pangan (jagung, ubi jalar, talas),dan tanaman perkebunan (tebu, kapas,kopi, dan jahe). Faktor-faktor yang me-mengaruhi cara bertahan hidup cendawanR. solani dan S. rolfsii sangat kompleks,meliputi faktor biotik (interaksi denganmikroorganisme lain), dan abiotik yangmeliputi suhu, kelembapan tanah, kan-dungan oksigen, dan pH tanah.

Mikroorganisme yang berinteraksi didalam tanah ada beberapa jenis, sepertibakteri, aktinomisetes, dan cendawan.Bakteri yang umumnya menjadi anta-gonis cendawan adalah Bacillus subtilis,Pseudomonas fluorescens, atau Strepto-myces, sedangkan cendawan antagonisantara lain Trichoderma dan Gliocladium.Suhu optimum bagi perkembangan R.solani berkisar 22−30°C. Pada suhu yanglebih tinggi Rhizoctonia akan memben-tuk sklerotia. Sklerotium yang dihasil-kan oleh hifa cendawan lebih banyakpada lahan kering daripada di lahanberirigasi.

Jumlah sklerotia di dalam tanah orga-nik lebih banyak daripada di tanah ber-pasir karena tanah organik mengandungnutrisi yang tinggi. Ketersediaan unsur-

Tabel 2. Kelompok Rhizoctonia di Jepang.

Kelompok ekologi Kelompok anastomosis

I A Tipe sasaki AG-1I B Hawar jaringan AG-1II Tanaman musim dingin AG-2-1III B Tipe rush AG-2-1IV Tipe busuk akar AG-2-2IV Tipe kentang AG-3III A Tipe practicola AG-4, AG-5, AG-6, AG-7, AG-B-1

Sumber: Ui (1984).

Gambar 3. Percabangan hifa Rhizoctonia solani yang hampir siku (a) dan sklerotia(b) (Center for Invasive Species and Ecosystem Health 1987).

Page 4: PENYAKIT TULAR TANAH ( Sclerotium rolfsii DAN …pustaka.litbang.pertanian.go.id/publikasi/p3311125.pdf · daya, termasuk pengelolaan hama dan penyakit. Tanaman kacang-kacangan ...

30 Jurnal Litbang Pertanian, 31(1), 2012

unsur yang dibutuhkan oleh mikro-organisme dipengaruhi oleh pH. Padatanah dengan pH tinggi, ketersediaanunsur-unsur yang dibutuhkan olehRhizoctonia berkurang. Pada tanahdengan pH rendah, organisme antagonisberkembang dengan baik sehinggaperkembangan Rhizoctonia terhambat.

Suhu optimum bagi perkembanganR. solani berkisar 25−32°C, dengan suhu

minimum 7°C dan suhu maksimum 35°C.Perkecambahan sklerotium yang optimumterjadi pada kisaran suhu 21−30°C. Padasuhu 0°C, hifa akan mati dan tidak dapatmembentuk sklerotium, dan pada suhu-10°C sklerotium akan mati (Domsch et al.1980).

Pada kelembapan yang tinggi, infeksiS. rolfsii pada tanaman semakin meningkat.Sebaliknya jika kelembapan berkurang,

intensitas dan luas serangan penyakitberkurang dan miselium akan membentuksklerotia. Pada medium buatan, sklerotiaakan berkecambah pada kisaran kelem-bapan 25–30% (Domsch et al. 1980).

Cendawan S. rolfsii berkembangdengan baik pada kisaran pH 3,5–6,0(Domsch et al. 1980), namun penelitilain menyatakan pertumbuhan optimummiselium cendawan ini berada pada kisar-an pH 1,4–2,0. Hamparan tanah gambutyang luas di Sumatera dan Kalimantandengan pH rendah sangat mendukungperkembangan penyakit ini. MenurutSupriati (2005), intensitas penyakit rebahsemai (S. rolfsii) pada tanah gambut lebihtinggi dibanding pada tanah alfisol. Padakondisi demikian, pengendalian sebelumtanam pada pertanaman kacang-kacangandan umbi-umbian harus dilakukan untukmenghindari gagal panen.

PENGENDALIAN

Pengendalian penyakit tular tanah se-baiknya disesuaikan dengan cara berta-han hidup cendawan. Cara pengendalianpenyakit yang dapat diterapkan adalahaplikasi mikroorganisme antagonisnya,penggunaan varietas tahan, dan caramekanis. Rotasi tanaman sulit dilakukankarena kisaran tanaman inangnya sangatluas. Pengendalian dengan fungisidakimiawi tidak tepat karena penggu-naannya harus sering sesuai dengan sifattanah yang menyerap, selain dapatmencemari lingkungan dan mematikanmusuh alami dan mikroorganisme pen-degradasi senyawa kimia beracun. Selainitu, fungisida dapat mencemari air tanahdan berdampak buruk bagi kesehatanpenduduk sekitar.

Penggunaan fungisida nabati amanbagi lingkungan tanah, air, dan udara, dandapat diterapkan untuk penyelimutan bijidan penyemprotan pada pangkal batang.Namun, bahan nabati mudah tergradasidan menguap sehingga aplikasinya harusbeberapa kali.

Cara pengendalian penyakit yangsering dilakukan adalah dengan mencabuttanaman yang sakit. Cara ini dapat di-teruskan jika jumlah tanaman yang ter-serang dalam suatu area pertanamanhanya sedikit. Jika jumlah tanaman yangterserang banyak maka cara ini tidakefektif dan tidak efisien. Pencabutan ta-naman sakit kemudian meletakkannya di

Tabel 3. Kisaran tanaman inang cendawan Rhizoctonia solani berdasarkankelompok anastomosisnya.

KelompokGejala penyakit Tanaman inanganastomosis

AG-1-IA Hawar pelepah, bercak Padi pelepahHawar daun Jagung, sorgum, kedelai,

semanggi, rumput TurfAG-1-IB Hawar jaringan Padi, kedelai, buncis, kubis

Busuk pangkal batang SeladaAG-1-IC Rebah semai dan busuk Wortel

pucuk akarRebah semai Kedelai, rami, cemara

AG-2-I Rebah semai Kubis-kubisanBusuk pucuk StroberiHawar daun TulipBusuk akar Semanggi, lobak

AG-2-2-IIIB Hawar pelepah Padi, jahe, gladiolBusuk pangkal batang Konjak, yam Cina

AG-2-2-IV Busuk akar dan hawar daun Bit gulaAG-3 Leher hitam dan kanker Kentang

batang atau akarBercak target TembakauHawar daun TomatBercak coklat Terung

AG-4 (HG I, HG II, Busuk buah Tomatdan HG III)

Busuk batang Kacang kapriRebah semai dan kanker batang KentangRebah semai dan busuk akar Kedelai, bawang merah,

stevia, kapri, buncis,kapas, kacang tanah

Busuk polong BuncisAG-5 Leher hitam Kentang

Jejak coklat Rumput TurfBusuk akar Buncis, kedelai,

kacang adzukiAG-6 Kelompok yang tidak −

menyerang tanamanAG-7 Kelompok yang tidak −

menyerang tanamanAG-8 Jejak luas SerealiaAG-9 Patogen lemah Kubis-kubisanAG-10 Kelompok yang tidak −

menyerang tanamanAG-11 − TeriguAG-BI Kelompok yang tidak −

menyerang tanaman

Sumber: North California State University (1999).

Page 5: PENYAKIT TULAR TANAH ( Sclerotium rolfsii DAN …pustaka.litbang.pertanian.go.id/publikasi/p3311125.pdf · daya, termasuk pengelolaan hama dan penyakit. Tanaman kacang-kacangan ...

Jurnal Litbang Pertanian, 31(1), 2012 31

pematang (Gambar 4) perlu dihindarikarena dapat menjadi sumber inokulumpada musim tanam berikutnya. Tanamansakit yang telah dicabut harus dibenam-kan ke dalam tanah atau dibakar. Di Hawai,pengendalian S. rolfsii dilakukan denganmemadukan kultur teknis, rotasi tanaman,pengolahan tanah lebih dari 20 cm,pemberian kompos, solarisasi tanah, mulsaplastik hitam, pengendalian hayati denganmemanfaatkan antagonisnya, dan peng-gunaan fungisida (Ferreira dan Boyle2006).

Varietas Tahan

Sebagai negara tropis, Indonesia mem-peroleh cahaya matahari dengan inten-sitas tinggi, terutama pada musim kema-rau. Pemberaan tanah beberapa waktu,misalnya 1–2 bulan setelah pembajakan,dapat mengurangi perkembangan pato-gen tular tanah. Namun, cara ini jarangdilakukan petani karena waktu yangdiperlukan cukup lama, tidak sesuaidengan umur tanaman kacang-kacangan,sehingga tidak ekonomis. Pengendalianpenyakit dengan pembajakan tanah yangagak dalam juga jarang dilakukan petanikarena tenaga kerja semakin mahal.Pengendalian yang masih mungkindilakukan adalah dengan aplikasi musuhalami penyakit tular tanah.

Penanaman varietas tahan merupakancara pengendalian yang praktis, murah,dan aman bagi lingkungan, namun keter-sediaan varietas tahan sangat terbatas.Hasil penelitian menunjukkan terdapatperbedaan tingkat ketahanan varietasdan genotipe kedelai terhadap S. rolfsii.Dari 31 varietas yang diuji, tidak satupunyang tahan terhadap penyakit layuSclerotium, dua varietas agak tahan yaituMalabar dan Petek, lima varietas agakrentan, tujuh varietas rentan, dan 17 sa-ngat rentan. Selanjutnya dari 81 genotipekoleksi plasma nutfah yang diuji ke-tahanannya terhadap penyakit layuSclerotium, beberapa di antaranya tahanterhadap jamur S. rolfsii yaitu genotipeMLG 0002, MLG 0070, MLG 0072, MLG0086, dan MLG 0115 (Saleh et al. 2011).Kedelai yang tahan terhadap R. solanisampai saat ini belum diketahui. Padatahun 2007 telah dilakukan penyaringankoleksi plasma nutfah kacang hijau dirumah kaca terhadap R. solani. Dari 150galur yang diuji tidak satupun yangbereaksi tahan (Balitkabi 2006).

Di India telah dilakukan pengujianketahanan genotipe kacang tanah hasilpersilangan terhadap S. rolfsii. Dari 165genotipe hasil persilangan TAG denganR-9227, hanya enam genotipe (no. 21, 25,26, 36, 109, dan 165) yang tahan terhadapS. rolfsii (Santoshkumar 2010).

Aplikasi Organisme Antagonis

Pengendalian yang paling sesuai adalahpenggunaan mikroorganisme antagoniskarena aman bagi lingkungan dan sekaliaplikasi akan bermanfaat untuk beberapakali musim tanam. Organisme antagonisdari cendawan tular tanah umumnyadari genus Trichoderma, Gliocladium,Streptomyces, dan Bacillus. Selain ituActinomycetes juga berperan sebagaimusuh alami dari cendawan tular tanahmelalui mekanisme antibiosis (Supriati2005). Pada musim hujan pada pertanamankacang hijau sering ditemukan penyakit

layu, dan di KP Genteng salah satu kebunpercobaan Balitkabi, pernah ditemukanS. rolfsii secara alamiah bersama dengancendawan antagonisnya pada satutanaman kacang hijau (Gambar 5).

Gambar 6 mengilustrasikan peng-hambatan cendawan S. rolfsii oleh isolatTrichoderma. Pada cawan Petri no. 23 dan35 terlihat seluruh ruang ditempati olehTrichoderma yang berwarna hijau,sehingga cendawan S. rolfsii terhambatpertumbuhannya. Isolat cendawan Tri-choderma pada cawan no. 23 dan 35sangat efektif memarasit Sclerotium.Pada cawan no. 5 hanya sedikit pengham-batannya, sedangkan pada cawan no. 43,45, 34, dan 37 S. rolfsii tidak terhambatsama sekali.

Hasil penelitian menunjukkan bahwaAspergillus, Penicillium, dan Rhizobiumjuga berperan sebagai musuh alamicendawan S. rolfsii (Bosah et al. 2010).Penghambatan pertumbuhan S. rolfsiioleh Trichoderma, Aspergillus, dan

(b)

b

Gambar 4. Sekumpulan tanaman kacang hijau yang sakit siap dibuang (a) danpemupukan tanaman sakit pada pematang dapat menjadi sumberinokulum penyakit (b).

a

Gambar 5. Sclerotium rolfsii dan Trichoderma berada sangat berdekatan denganmusuh alaminya pada pangkal batang kacang hijau.

Trichoderma

S. rolfsii

Page 6: PENYAKIT TULAR TANAH ( Sclerotium rolfsii DAN …pustaka.litbang.pertanian.go.id/publikasi/p3311125.pdf · daya, termasuk pengelolaan hama dan penyakit. Tanaman kacang-kacangan ...

32 Jurnal Litbang Pertanian, 31(1), 2012

Penicillium in vitro mencapai berturut-turut 80– 81%, 73–81%, dan 46–57%.

Mekanisme antagonis dibagi menjaditiga, yaitu kolonisasi, kompetisi, danantibiosis (Baker dan Cook 1974).Cendawan antagonis memangsa cen-dawan tular tanah dengan mengkolonisasiatau membelit sel lawan sehingga selcendawan tular tanah tidak dapat ber-kembang (Gambar 7). Beberapa jenisTrichoderma berkompetisi dalam me-manfaatkan ruang, nutrisi, dan oksigen,atau mengeluarkan suatu senyawa yang

dapat menghambat atau mematikanRhizoctonia dan Sclerotium. Beberapabakteri atau cendawan antagonis dapatmengeluarkan senyawa antibiotik kelingkungannya sehingga mematikanmusuh alaminya.

Pada tahun 2006, beberapa lokasi diLampung dan Sumatera Selatan ditemukancendawan Trichoderma yang dapatdijadikan sebagai sumber inokulum untukpengendalian hayati. Efektivitas peng-hambatan Trichoderma asal Lampungterhadap S. rolfsii, Aspergillus niger, dan

Gambar 6. Sclerotium rolfsii (miselium putih) vs Trichoderma (miselium hijau) padamedium PDA.

Gambar 7. Mikoparasitisme Tricho-derma terhadap Pythium pa-da tanaman buncis, warnakuning adalah Trichoderma,sedang warna hijau adalahPythium (Biologia Aplicada2006).

Fusarium di laboratorium berturut-turutberkisar 50–83%, 16–67%, dan 39–83%,sedangkan yang dari Sumatera Selatanmasing-masing 31–85%, 24–57%, dan 60–84% (Tabel 4 dan 5).

Trichoderma yang memiliki efektivitastertinggi di laboratorium akan menurunefektivitasnya sekitar 20% jika diaplikasi-kan di lapangan. Efektivitas pengendaliandengan Trichoderma di laboratoriummencapai 80%, artinya isolat tersebut akanmenekan intensitas serangan penyakittular tanah di lapangan sebesar 60%.

Tabel 4. Penghambatan antagonis (Trichoderma sp.) asal Lampung terhadap patogen tular tanah, LaboratoriumMikologi Balitkabi, 2005.

No. Rizosfer tanaman LokasiPersentase penghambatan Trichoderma terhadap

isolat S. rolfsii A. niger Fusarium

3 Jagung Gunungsugih, Lampung Timur 50 21 694 Crotalaria Wates, Lampung Timur 53 52 746 Talas Wates, Lampung Timur 64 30 817 Kacang panjang Kota Agung, Tegineneng, Lampung Selatan 68 67 838 Kacang tanah Kemiling, Sumberrejo, Lampung Selatan 81 53 809 Buncis Kemiling, Sumberrejo, Lampung Selatan 76 51 7810 Ubi jalar Sumbersari, Gedong Tataan, Lampung Selatan 62 40 7412 Kacang tanah Kaliungu, Kalirejo, Lampung Timur 66 61 7913 Kacang tanah Kaliungu, Kalirejo, Lampung Timur 59 42 7314 Kacang hijau Kota Agung, Tegineneng, Lampung Selatan 54 54 7118 Kacang panjang Seputih Mataram, Lampung Timur 57 27 3922 Kacang hijau Tumijajar, Margomulyo, Lampung Timur 79 16 7423 Kacang panjang Poncowati, Terbanggi Besar, Lampung Timur 83 33 80

Sumber: Sumartini dan Yusnawan (2006).

S. rolfsii

Trichoderma

Page 7: PENYAKIT TULAR TANAH ( Sclerotium rolfsii DAN …pustaka.litbang.pertanian.go.id/publikasi/p3311125.pdf · daya, termasuk pengelolaan hama dan penyakit. Tanaman kacang-kacangan ...

Jurnal Litbang Pertanian, 31(1), 2012 33

Beberapa peneliti menyatakan bahwapenggunaan antagonis yang dikom-binasikan dengan VAM (Vasikular-Arbuskular Mikoriza) akan meningkat-kan efektivitas pengendalian. MenurutAditya et al. (2011), kombinasi Strepto-myces dalam bentuk cair untuk merendambiji kedelai selama 24 jam dan VAM dalambentuk pelet untuk menyelimuti biji dapatmengendalikan S. rolfsii lebih dari 69%.Selanjutnya dikatakan bahwa kombinasiStreptomyces dan VAM dapat meningkat-

kan berat biji per tanaman, berat 100 biji,dan hasil kedelai masing-masing 28,34%,20,9%, dan 22,43%.

KESIMPULAN

Penyakit tular tanah merupakan penyakitpenting pada tanaman kacang-kacangan.Penyakit tersebut dapat dikendalikandengan memadukan komponen pengen-dalian, yaitu secara mekanis dengan

mencabut dan mengumpulkan tanamanyang sakit kemudian membenamkannyake dalam tanah atau membakarnya, danpengendalian hayati dengan meman-faatkan antagonisnya. Isolat Trichodermaasal Lampung dan Sumatera Selatanefektif menekan S. rolfsii, A. niger, danFusarium hingga 80% di laboratorium.Penggunaan antagonis yang dipadukandengan VAM meningkatkan efektivitaspengendalian cendawan tular tanah.

DAFTAR PUSTAKA

Aditya, U.K., N. Saleh, dan I. Sastrahidayat.2011. Pengendalian penyakit rebah semai(Sclerotium rolfsii Sacc.) pada tanamankedelai dengan kombinasi Streptomycesantagonis dan Vasikular-Arbuskular Miko-riza. hlm. 246–259. Dalam M.M. Adi,Sholihin, A.A. Rahmianna, I.K. Tastra, Rozi,Hermanto, A. Sulistyo, dan Sumartini (Ed.).Inovasi Teknologi untuk PengembanganKedelai Menuju Swasembada. ProsidingSeminar Nasional Hasil Penelitian TanamanAneka Kacang dan Umbi. Pusat Penelitiandan Pengembangan Tanaman Pangan,Bogor.

Alexopoulus, C.J., C.W. Mims, and Blackwell.1979. Introductory of Mycology. 4th Ed.John Wiley & Sons, New York. 869 pp.

Baker, K.F. and R.J. Cook. 1974. BiologicalControl of Plant Pathogen. W.H. Fremanand Company, San Francisco. 433 pp.

Balitkabi. 2006. Laporan Teknis Tahun 2005,Buku II ROPP, No. A. A-1. Balai PenelitianTanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Malang. 176 hlm.

Biologia Aplicada. 2006. Trichoderma harzianumhttp://www.bacamp.com/productos/catalog/index.php?cPath=35. [6 January 2011].

Bosah, O., C.A. Igeleke, and V.I. Omorusi. 2010.In vitro microbial control of pathogenicSclerotium rolfsii. Int. J. Agric. Biol. 12:474–476.

Center for Invasive Species and EcosystemHealth. 1987. Rhizoctonia solani. http://www.invasive.org/browse/detai l .cfm?imgnum=1570118. [6 January 2011].

Chet, I., Y. Henis, and Kislev. 1969. Ultra-structure of sclerotia and hyphae of Sclero-tium rolfsii Sacc. Gen. Microbiol. 57: 143–147.

Domsch, K.H., W. Gams, and T.H. Anderson.1980. Compendium of Soil Fungi (Vol. 1).Academic Press, London.

Ferreira, S.A. and R.A. Boyle. 2006. Sclerotiumrolfsii. Department of Plant Pathology,University of Hawaii at Manoa.

Fichtner, E.J. 2010. Sclerotium rolfsii Kudzu ofthe fungal world. http://www.cals.ncsu.edu/

course/pp728/Sclerotium/Srolfsii.html. [28January 2011].

North California State University. 1999. Rhi-zoctonia solani. http://www.cals.ncsu.edu/course/pp728/Rhizoctonia/Hostrange.html.[28 January 2011].

O’Brein, C.A., K. Perez, and R.M. Davis. 2008.First report of Rhizoctonia solani on mung-bean (Vigna radiata) sprouts in California.Plant Dis. J. 92(5): 831.

Saleh, N., A.S. Puranika, I.R. Sastrahidayat, danA. Cholil. 2011. Evaluasi ketahanan varietasdan genotipe plasma nutfah tanaman kedelaiterhadap penyakit rebah semai (Sclerotiumrolfsii Sacc.). hlm. 260–268. Dalam M.M.Adi, Sholihin, A.A. Rahmianna, I.K. Tastra,Rozi, Hermanto, A. Sulistyo, dan Sumartini(Ed.). Inovasi Teknologi untuk Pengem-bangan Kedelai Menuju Swasembada.Prosiding Seminar Nasional Hasil PenelitianTanaman Aneka Kacang dan Umbi. PusatPenelitian dan Pengembangan TanamanPangan, Bogor.

Tabel 5. Penghambatan antagonis (Trichoderma sp.) asal Sumatera Selatan terhadap patogen tular tanah, LaboratoriumMikologi Balitkabi, 2005.

No. Rizosfer tanaman LokasiPersentase penghambatan Trichoderma terhadap

isolat S. rolfsii A. niger Fusarium

28 Kacang panjang Ulak Kemahang, Indralaya, Ogan Komering Ilir 37 39 7530 Kacang panjang Ulak Kemahang, Indralaya, Ogan Komering Ilir 79 28 6032 Kacang tanah Lengkuwijaya, Padamaran, Ogan Komering Ilir 44 37 7434 Kacang panjang Srinanti, Padamaran, Ogan Komering Ilir 85 55 8435 Buncis Buluh Cawang, Kota Agung 83 36 7637 Kacang hijau Ulah Pandan, Merapi, Lahat 72 57 7643 Kacang tunggak Karang Agung, Rambang Lubay, Muara Enim 64 24 7144 Kacang hijau Talang-taling, Gelumbang, Muara Enim 31 38 7845 Kacang panjang Lembak, Prabumulih, Muara Enim 70 41 73

Sumber: Sumartini dan Yusnawan (2006).

Page 8: PENYAKIT TULAR TANAH ( Sclerotium rolfsii DAN …pustaka.litbang.pertanian.go.id/publikasi/p3311125.pdf · daya, termasuk pengelolaan hama dan penyakit. Tanaman kacang-kacangan ...

34 Jurnal Litbang Pertanian, 31(1), 2012

Santoshkumar, B.P. 2010. Genetic variability forresistance to Sclerotium rolfsii in groundnut.Genetic Plant Breeding. Univ. of Agric.Science Dharwad. AC, Dharwad. India. http://etd.uasd.edu/abst/th9950. pdf. [1 March2011].

Semangun, H. 1993. Penyakit-penyakit Tanam-an Pangan di Indonesia. Gadjah Mada Uni-versity Press, Yogyakarta.

Sumartini dan E. Yusnawan. 2006. Potensi cen-dawan antagonis (Trichoderma) tular tanahasal Lampung dan Sumatera Selatan. JurnalAgritek 14(5): 1103−1109.

Supriati, L. 2005. Potensi antagonis indigenouslahan gambut dalam mengendalikan penyakitrebah semai (Sclerotium rolfsii) pada tanam-

an kedelai. Tesis Program Pascasarjana,Universitas Brawijaya, Malang.

Ui, T. 1984. Rhizoctonia disease and theircontrol in Japan. p. 59–72. In SoilbornePathogen in Asia. Food and FertilizerTechnology Centre, Taiwan.