KONSEPSI DAN STRATEGI PENGENDALIAN …pustaka.litbang.pertanian.go.id/publikasi/ip032101.pdf ·...

21
KONSEPSI DAN STRATEGI PENGENDALIAN NEMATODA PARASIT TANAMAN DI INDONESIA 1) Ika Mustika Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Jalan Tentara Pelajar No. 1 Bogor 16111 Telp. (0251) 8313083 Faks. (0251) 8336194, e-mail: [email protected] Pengembangan Inovasi Pertanian 3(2), 2010: 81-101 1) Naskah disarikan dari bahan Orasi Profesor Riset yang disampaikan pada tanggal 9 Maret 2005 di Bogor. PENDAHULUAN Program pembangunan pertanian periode 2005-2009 adalah peningkatan ketahanan pangan, pengembangan sistem dan usaha agribisnis, dan pemberdayaan masyarakat pertanian. Salah satu sasaran yang ingin dicapai adalah meningkatnya produksi tanaman pangan, hortikultura, perke- bunan, dan peternakan (Departemen Perta- nian 2004). Dalam upaya meningkatkan produksi pertanian, terdapat beberapa kendala yang dihadapi, di antaranya serangan organis- me pengganggu tanaman (OPT) termasuk nematoda parasit. Dalam penanggulangan serangan OPT, seperti disebutkan dalam UU No. 12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, PP No. 6 tahun 1995 tentang Perlindungan Tanaman, dan Kepmentan No. 887 tahun 1997 tentang Pedoman Pengendalian OPT, ditegaskan bahwa perlindungan tanaman dilaksa- nakan dengan menerapkan sistem pengen- dalian hama terpadu (PHT), yaitu suatu cara pengendalian yang memerhatikan kelestarian lingkungan hidup. Dalam sistem PHT, pengendalian OPT dilaksanakan dengan memadukan satu atau lebih teknik pengendalian yang dikem- bangkan dalam satu kesatuan. Melalui PHT, berbagai cara pengendalian yang kompatibel dilaksanakan dengan pertim- bangan secara teknis dapat dilaksanakan, secara ekonomi menguntungkan, secara sosial budaya diterima masyarakat, dan se- cara ekologi dapat dipertanggungjawab- kan. Nematoda merupakan salah satu jenis OPT penting yang menyerang berbagai jenis tanaman pertanian utama di Indo- nesia dan negara-negara tropis lainnya. Nematoda adalah cacing halus yang hidup sebagai saprofit di dalam air dan tanah, atau sebagai parasit pada tanaman dan hewan. Nematoda yang hidup sebagai parasit pada tanaman memiliki stilet yang berfungsi untuk mengisap sel-sel tanaman sehingga fungsi fisiologi tanaman ter- ganggu. Saat ini, nematoda parasit dilaporkan telah merusak berbagai tanaman pertanian di seluruh dunia, baik di daerah tropis maupun subtropis. Kehilangan hasil akibat serangan nematoda di seluruh dunia mencapai US$80 miliar/tahun (Price 2000). Meskipun demikian, di Indonesia, kerusak- an tanaman karena nematoda parasit kurang disadari baik oleh petani maupun

Transcript of KONSEPSI DAN STRATEGI PENGENDALIAN …pustaka.litbang.pertanian.go.id/publikasi/ip032101.pdf ·...

Konsepsi dan strategi pengendalian nematoda ... 81

KONSEPSI DAN STRATEGI PENGENDALIANNEMATODA PARASIT TANAMAN

DI INDONESIA1)

Ika Mustika

Pusat Penelitian dan Pengembangan PerkebunanJalan Tentara Pelajar No. 1 Bogor 16111

Telp. (0251) 8313083 Faks. (0251) 8336194, e-mail: [email protected]

Pengembangan Inovasi Pertanian 3(2), 2010: 81-101

1) Naskah disarikan dari bahan Orasi ProfesorRiset yang disampaikan pada tanggal 9 Maret2005 di Bogor.

PENDAHULUAN

Program pembangunan pertanian periode2005-2009 adalah peningkatan ketahananpangan, pengembangan sistem dan usahaagribisnis, dan pemberdayaan masyarakatpertanian. Salah satu sasaran yang ingindicapai adalah meningkatnya produksitanaman pangan, hortikultura, perke-bunan, dan peternakan (Departemen Perta-nian 2004).

Dalam upaya meningkatkan produksipertanian, terdapat beberapa kendala yangdihadapi, di antaranya serangan organis-me pengganggu tanaman (OPT) termasuknematoda parasit. Dalam penanggulanganserangan OPT, seperti disebutkan dalamUU No. 12 tahun 1992 tentang SistemBudidaya Tanaman, PP No. 6 tahun 1995tentang Perlindungan Tanaman, danKepmentan No. 887 tahun 1997 tentangPedoman Pengendalian OPT, ditegaskanbahwa perlindungan tanaman dilaksa-nakan dengan menerapkan sistem pengen-dalian hama terpadu (PHT), yaitu suatucara pengendalian yang memerhatikankelestarian lingkungan hidup.

Dalam sistem PHT, pengendalian OPTdilaksanakan dengan memadukan satuatau lebih teknik pengendalian yang dikem-bangkan dalam satu kesatuan. MelaluiPHT, berbagai cara pengendalian yangkompatibel dilaksanakan dengan pertim-bangan secara teknis dapat dilaksanakan,secara ekonomi menguntungkan, secarasosial budaya diterima masyarakat, dan se-cara ekologi dapat dipertanggungjawab-kan.

Nematoda merupakan salah satu jenisOPT penting yang menyerang berbagaijenis tanaman pertanian utama di Indo-nesia dan negara-negara tropis lainnya.Nematoda adalah cacing halus yang hidupsebagai saprofit di dalam air dan tanah,atau sebagai parasit pada tanaman danhewan. Nematoda yang hidup sebagaiparasit pada tanaman memiliki stilet yangberfungsi untuk mengisap sel-sel tanamansehingga fungsi fisiologi tanaman ter-ganggu.

Saat ini, nematoda parasit dilaporkantelah merusak berbagai tanaman pertaniandi seluruh dunia, baik di daerah tropismaupun subtropis. Kehilangan hasil akibatserangan nematoda di seluruh duniamencapai US$80 miliar/tahun (Price 2000).Meskipun demikian, di Indonesia, kerusak-an tanaman karena nematoda parasitkurang disadari baik oleh petani maupun

82 Ika Mustika

petugas yang bekerja di bidang pertanian.Hal ini mungkin disebabkan gejala serang-an nematoda sulit diamati secara visualkarena ukurannya sangat kecil. Selain itu,gejala serangan nematoda berkembangsangat lambat dan tidak spesifik, mirip ataubercampur dengan gejala kekurangan haradan air atau kerusakan akar dan pembuluhbatang. Gejala serangan nematoda padatanaman tidak drastis, bahkan sering ter-tutup oleh gejala serangan hama atau pe-nyakit lain yang lebih spesifik dan mudahdibedakan.

Di Indonesia, nematoda parasit dilapor-kan terdapat pada berbagai jenis tanaman,baik tanaman pangan, hortikultura maupunperkebunan (Puskara 1994, 2000). Selamakurun waktu 50 tahun terakhir, pengen-dalian nematoda dengan menggunakannematisida kimia (sintetis) masih meme-gang peran yang sangat penting. Hal inikarena cara-cara pengendalian lain belummampu memberikan hasil yang memuas-kan. Namun, cara pengendalian nematodadengan menggunakan nematisida kimiawidapat menimbulkan dampak negatif karenaberacun bagi manusia dan hewan peliha-raan, mencemari air dan tanah, serta mem-bunuh organisme bukan sasaran, termasukmusuh alami nematoda seperti jamur danbakteri.

Sebagai bagian yang cukup pentingdalam pengembangan PHT, pengendaliannematoda harus dilaksanakan berwawas-kan lingkungan. Oleh karena itu, strategipengendalian nematoda harus didasarkanpada konsep pengendalian yang tepatberdasarkan pertimbangan kelayakanteknologi, ekologi, ekonomi, dan sosial bu-daya. Dalam tulisan ini, diuraikan masalahnematoda parasit pada beberapa tanamanpertanian di Indonesia, status pengenda-lian saat ini, serta konsep strategi pengen-daliannya di masa depan.

EKONOMI PENYAKIT TANAMANYANG DISEBABKAN NEMATODA

Peran nematoda parasit tanaman dalampenurunan produksi pertanian di Indo-nesia masih belum disadari, baik oleh parapembuat kebijakan maupun petani. Pada-hal, serangan nematoda dapat menye-babkan kehilangan hasil yang cukup ber-arti. Secara umum, serangan nematodamenyebabkan kerusakan pada akar karenanematoda mengisap sel-sel akar. Akibat-nya, pembuluh jaringan terganggu sehing-ga translokasi air dan hara terhambat.Serangan nematoda juga dapat memenga-ruhi proses fotosintesis dan transpirasi(Evans 1982; Melakeberhan et al. 1987)sehingga pertumbuhan tanaman terham-bat, daun menguning seperti kekuranganhara, dan mudah layu. Karena pertum-buhan terhambat, produktivitas tanamanmenurun.

Hasil pendugaan arti ekonomi penyakityang disebabkan oleh nematoda yangdilakukan oleh FAO memberikan gambaranumum mengenai kerugian ekonomi yangdisebabkan oleh nematoda. MenurutSasser (1989), kerugian ekonomi akibatnematoda mencapai lebih dari US$77 miliar.Kerugian terbesar terjadi pada padi dantebu yaitu masing-masing US$16 miliar, dankerugian terkecil pada pisang yaitu US$178juta. Selanjutnya, Price (2000) mengemu-kakan bahwa kerugian akibat nematoda diseluruh dunia mencapai US$80 miliar.Kerugian ekonomi akibat serangan nema-toda pada tanaman pertanian di Indonesiabelum dapat diperkirakan, mengingat datakerusakan yang ada masih bersifat parsial,hanya berdasarkan hasil penelitian dirumah kaca dan lapangan dalam luasanyang sangat terbatas.

Masalah nematoda di Indonesia barumendapat perhatian setelah ditemukannya

Konsepsi dan strategi pengendalian nematoda ... 83

Globodera rostochiensis (golden cystnematode) atau nematoda sista kuning(NSK) di Dusun Sumber Brantas, DesaTulung Rejo, Kecamatan Bumi Aji, KotaBatu, Jawa Timur pada bulan Maret 2003.Sebenarnya, keberadaan nematoda ter-sebut telah dicurigai sejak tahun 1989. Padawaktu itu, dilaporkan adanya sista nema-toda pada bibit kentang yang berasal dariBelanda. Namun, hasil identifikasi menun-jukkan bahwa sista yang ditemukan ter-sebut dalam keadaan kosong. Larva yangberada di dalam sista telah mati sehinggasulit diidentifikasi. Karena itu, bibitkentang tersebut dinyatakan bebas NSK.Sekitar 14 tahun kemudian, yaitu tahun2003, prahara itu pun terjadi. NSK sudahditemukan menyebar di tiga provinsi (JawaBarat, Jawa Timur, dan Sumatera Utara),dan menyebabkan kehilangan hasil ken-tang 32-71% (Daryanto 2003).

Kehilangan hasil akibat serangan ne-matoda dapat terjadi di lapangan maupundi tempat penyimpanan sehingga mengu-rangi kualitas dan kuantitas produk. Ha-disoeganda (1991) melaporkan, serangannematoda dapat menurunkan produksisayuran sebesar 27% pada tomat, 15%pada kentang, dan 20% pada buncis. Padalada, serangan nematoda dapat menim-bulkan kerusakan sekitar 32% (Sitepu danMustika 2000), pada nilam 45% (Mustikadan Nazarudin 1999), dan pada jahe dapatmenurunkan produksi 65% (Mustika 1995).

Pada tanaman kopi, selama tahun 1981-1986, serangan nematoda Pratylenchuscoffeae menyebabkan kehilangan hasilrata-rata 56,84% atau 150 ton kopi/tahun(Wiryadiputra 1992). Kerugian tersebutdiperkirakan akan meningkat mengingatbeberapa faktor, seperti iklim tropis yangbasah dan panas, jenis tanah, frekuensipenanaman sepanjang tahun, dan budidaya tanaman yang kurang intensif.

Selain mengurangi kuantitas, serangannematoda juga dapat menurunkan kualitasproduk. Sebagai contoh, pada tahun 1992ekspor jahe segar Indonesia ke Jepangmengalami penolakan karena terkontami-nasi nematoda Radopholus similis.Serangan nematoda tersebut menyebabkanrimpang busuk sehingga menimbulkankerugian bagi petani maupun negarasekitar US$6,8 juta (Puskara 1994). Selainitu, ditemukannya NSK di Indonesia padatahun 2003 (Daryanto 2003) tidak hanyamengancam produksi kentang, tetapi jugamenghambat ekspor kentang ke negara-negara bebas nematoda. Hal ini merupakanancaman kerugian yang sangat mahal.Menurut rumusan sementara lokakaryaNSK yang diselenggarakan di Yogyakartapada Desember 2003, diperkirakan keru-sakan tersebut secara ekonomi nilainyamencapai Rp2 triliun.

Kerugian lain yang disebabkan olehnematoda adalah tidak dapat dimanfaat-kannya unsur hara yang diberikan kepadatanaman dalam upaya meningkatkan pro-duksi. Tanaman yang terserang nematodasistem perakarannya rusak sehinggatanaman tidak mampu menyerap hara danair meskipun keduanya tersedia cukup didalam tanah. Menurut Wallace (1987),kerusakan akar karena nematoda menye-babkan pasokan air ke daun berkurangsehingga stomata menutup dan selanjut-nya laju fotosintesis menurun.

MASALAH NEMATODA PARASITDAN STATUS PENGENDALIANNYA

Dalam upaya meningkatkan produksi per-tanian di Indonesia, serangan nematodamerupakan salah satu kendala yang tidakdapat diabaikan. Berdasarkan hasil-hasilpenelitian yang dilakukan di perguruan

84 Ika Mustika

tinggi dan lembaga penelitian, di Indonesiainfeksi nematoda ditemukan pada berbagaitanaman perkebunan, pangan, dan horti-kultura. Nematoda yang terdapat di Indo-nesia dan sudah diidentifikasi mencapai 26spesies, dan yang paling merusak adalahMeloidogyne, Pratylenchus, Radopholus,dan Globodera. Masalah nematoda padabeberapa tanaman penting di Indonesiadan teknologi pengendalian yang sudahdiperoleh sampai saat ini diuraikan berikutini.

Lada

Serangan nematoda pada tanaman lada diIndonesia sudah dilaporkan sejak tahun1950 (van der Vecht 1953). Beberapa spe-sies nematoda parasit telah ditemukan padapertanaman lada di Indonesia, seperti diBangka, Lampung, Jawa Barat, dan Kali-mantan Barat. Nematoda yang banyakditemukan antara lain adalah R. similis,Meloidogyne incognita, M. javanica, M.arenaria, P. coffeae, Macrophostoniaornata, Xiphinema insigne, X. australiae,Tylenchus, Aphelenchus sp., Ditylenchussp., dan Dorylaimus (Bridge 1978; Mustika1990). Di antara nematoda parasit tersebut,R. similis dan M. incognita adalah yangpaling merusak dan merupakan penyebabutama penyakit kuning pada tanaman ladadi Bangka (van der Vecht 1953; Bridge 1978;Mustika 1990) dan Kalimantan Barat.Kerusakan akibat serangan nematodapada lada mencapai 32% .

Saat ini, komponen teknologi pengen-dalian nematoda pada tanaman lada sudahdiperoleh dan disosialisasikan ke petani.Komponen teknologi tersebut di antaranyaadalah teknik budi daya, pemanfaatanagens hayati, pestisida nabati, dan pesti-sida kimia. Pengendalian dengan teknologi

budi daya dilakukan dengan cara sanitasiatau menjaga kebersihan kebun, mem-bongkar tanaman sakit, tidak menanamtanaman inang R. similis dan M. incognita,penggunaan mulsa ilalang atau serasahdaun, serta menanam varietas tahan atautoleran nematoda seperti Petaling 1,Lampung Daun Lebar (LDL), Kuching danBangka (Hamid et al. 1989; Mustika 1990).Beberapa musuh alami dan pestisida nabatisangat potensial untuk digunakan dalammengendalikan nematoda pada tanamanlada. Musuh alami tersebut adalah bakteriPasteuria penetrans, jamur Arthrobotrys,Dactylaria, dan Dactyella (Mustika 1998;Harni et al. 2000; Mustika et al. 2003).Sebagai pestisida nabati dan bahan or-ganik dapat digunakan tepung biji mimbadan bungkil jarak (Mustika et al. 2003).

Nilam

Beberapa jenis nematoda parasit yang me-nyerang tanaman nilam adalah Praty-lenchus brachyurus, M. incognita, M.hapla, Scutellonema, Rotylenchulus,Helicotylenchus, Hemicriconemoide,Xiphinema (Djiwanti dan Momota 1991),dan Radopholus similis (Mustika et al.1991; Mustika dan Nuryani 1993). Serang-an nematoda pada tanaman nilam dijumpaidi Jawa Barat (Djiwanti dan Momota 1991),Sumatera Barat (Pupuk Iskandar Muda1991), dan Aceh (Sriwati 1999). Kerusakanakibat serangan nematoda mencapai 75%.Serangan nematoda P. brachyurus dapatmenurunkan kadar minyak dan kandunganklorofil (Sriwati 1999).

Saat ini, beberapa komponen pengen-dalian nematoda pada tanaman nilam telahtersedia, meliputi teknik budi daya, agenshayati, varietas toleran, serta pestisidanabati dan kimiawi. Takaran pupuk yang

Konsepsi dan strategi pengendalian nematoda ... 85

tepat (Tasma dan Wahid 1988; Yudarsif etal. 1994), penggunaan bahan organik dankapur pertanian ( Mustika et al. 1995; 2000)merupakan salah satu cara pengendaliannematoda melalui teknik budi daya yangcukup efektif pada tanaman nilam. Selainitu, saat ini di Balittro terdapat 28 nomornilam aceh hasil eksplorasi plasma nutfahnilam di berbagai daerah terutama di sentra-sentra produksi. Namun, ketahanannomor-nomor tersebut terhadap nematodabelum diketahui.

Ketahanan tanaman terhadap nema-toda dapat terjadi melalui beberapa me-kanisme, antara lain melalui prapemben-tukan molekul beracun, adanya pengha-lang fisik, reaksi hipersensitif, dan ter-bentuknya senyawa antimikroba ataufitoaleksin (Giebel 1992). Hasil penelitianmenunjukkan bahwa ketahanan nilam jawaterhadap nematoda disebabkan oleh ting-ginya kandungan fenol dan lignin dalamakar (Nuryani et al. 2001), seperti ketahanantanaman pisang terhadap nematoda R.similis (Fogain dan Gowen 1996; Voletteet al. 1998). Untuk meningkatkan keta-hanan tanaman nilam terhadap nematoda,Nuryani et al. (2001) telah melakukan fusiprotoplas antara nilam aceh (kadar minyaktinggi, rentan nematoda) dengan nilam jawa(kadar minyak rendah, tahan terhadapnematoda). Berdasarkan kandungan fenoldan lignin pada 30 genotipe hasil fusiprotoplas, diperoleh 17 nomor yang mem-punyai kandungan fenol atau lignin lebihtinggi dari tetuanya nilam jawa (tahannematoda) sehingga kemungkinan toleranatau tahan terhadap nematoda

Penggunaan bakteri P. penetrans, ja-mur Arthrobotrys sp., Dactylaria danDactylella sp. cukup efektif mengenda-likan nematoda pada tanaman nilam. Upayatersebut meningkatkan produksi terna(daun basah) 31-71% (Mustika et al. 2001).

Jahe

Pada pertanaman jahe di Indonesia di-temukan beberapa jenis nematoda parasit,seperti R. similis, M. incognita, Roty-lenchulus reniformis, Scutellonema spp.,Helicotylenchus dyhestera, Oitylenchussp., dan Aphelenchus sp. (Mustika 1992).R. similis dan M. incognita merupakannematoda yang dominan karena populasidan frekuensi keberadaannya pada tanam-an jahe lebih tinggi dibandingkan dengannematoda lainnya. Di Fiji, serangan R.similis dapat menurunkan produksi jahehingga 40%, sedangkan di Queensland,serangan M. incognita mengurangi pro-duksi jahe sebesar 77% (Vilsoni et al. 1978;Koshy dan Bridge 1990). Di Indonesia,serangan nematoda pada jahe banyakdijumpai di Jawa Barat, Bengkulu, danSumatera Utara (Mustika 1992).

Pengendalian nematoda pada tanamanjahe saat ini masih dilakukan denganmenggunakan nematisida kimia. Beberapamusuh alami seperti bakteri P. penetrans,jamur Arthrobotrys, Dactylella danDactylaria juga efektif untuk mengurangipopulasi nematoda pada akar dan rimpangjahe, terutama Meloidogyne spp. (Naza-rudin dan Mustika 1996).

Tembakau

Salah satu masalah penting dalam upayameningkatkan produksi tembakau di In-donesia adalah serangan kompleks pa-togen bakteri Pseudomonas solanace-arum dan jamur Phytophthora nicotianaeyang berasosiasi dengan nematoda Meloi-dogyne spp. (Dalmadiyo et al. 1998a). Ta-naman tembakau yang terserang penyakitkompleks tersebut, pada umur 30-45 harimati. Kematian mencapai lebih dari 50%.

86 Ika Mustika

Dalam upaya mengendalikan nematodapada tanaman tembakau, Dalmadiyo et al.(1998b) menemukan enam nomor aksesiyang tahan terhadap M. incognita, yaituS. 2258/2/1/1, S.1976/M, S. 1032, S. 1019, S.1968/M, dan S. 1012. Keenam aksesi ter-sebut sama tahannya dengan NC 2514,tetapi lebih tahan dibandingkan denganNC 95 yang berasal dari Amerika. Galur S2258/2/1/1 merupakan galur terbaik karenaselain tahan terhadap nematoda puru akar,juga tahan terhadap P. nicotianae (Dalma-diyo et al. 1998b).

Kopi

Nematoda parasit merupakan kendala uta-ma pada tanaman kopi di Indonesia, ter-utama untuk jenis arabika. Spesies nema-toda penting yang dijumpai di Indonesiaadalah Pratylenchus coffeae, R. similis,dan Meloidogyne spp. (Wiryadiputra1992). Hampir semua provinsi sentra kopidi Indonesia, seperti Sumatera Utara, Su-matera Barat, Lampung, Jawa Barat, JawaTengah, Jawa Timur, Bali, Nusa TenggaraTimur, dan Sulawesi Selatan telah terinfeksinematoda P. coffeae. Oleh karena itu,serangan nematoda merupakan kendalautama dalam pengembangan kopi, khusus-nya untuk jenis arabika yang dikenalrentan terhadap nematoda. Penurunanproduksi akibat serangan P. coffeae padakopi robusta berkisar antara 28,7% dan78,4%. Pada kopi arabika, biasanya tanam-an hanya bisa bertahan 2 tahun (Wirya-diputra dan Atmawinata 1998).

Pengendalian nematoda pada tanamankopi sudah diarahkan pada pengendaliansecara terpadu dengan menggunakan klontahan, agens hayati, pestisida nabati,bahan organik, sanitasi, pergiliran tanaman,dan nematisida (Wiryadiputra 1997a,

1997b). Jenis kopi ekselsa (Coffea exelsa)dan robusta (C. canephora var. robusta)yang tahan terhadap nematoda P. coffeaeadalah klon ekselsa Bgn. 121.09 dan klonkopi robusta BP 961 dan BP 308 (Wirya-diputra dan Hulupi 1997). Klon-klon ter-sebut dapat digunakan sebagai batangbawah untuk disambungkan denganbatang atas kopi robusta maupun arabikayang memiliki arti ekonomi tinggi.

Penggunaan ekstrak biji dan daun mim-ba (Azadirachta indica) dan bahan organik(kulit kopi, pupuk kandang, dan kompos),juga mampu menekan populasi nematodaparasit pada tanaman kopi, baik di pem-bibitan maupun di pertanaman (Wirya-diputra et al. 1987; Wiryadiputra 1997b).Pengendalian hayati nematoda pada ta-naman kopi masih dalam penelitian, antaralain dengan menggunakan jamur mikorizaGigaspora margarita, bakteri Pasteuriapenetrans dan Paecilomyces lilacinus(Wiryadiputra 2002)

Beberapa jenis tanaman seperti rumputguatemala (Trypsacum laxum), Tagetespatula, Crotalaria anagyroides, C.striata, dan C. usaramoensis sangat efek-tif menekan populasi nematoda parasitkopi sehingga dapat digunakan sebagaitanaman rotasi pada bekas areal serangannematoda. Pergiliran tanaman dapat puladilakukan dengan tanaman bukan inang P.coffeae, seperti tebu, kakao terutama kakaolindak (bulk cocoa), dan koro benguk(Mucuna sp.) (Wiryadiputra 1997b).

Berbagai jenis nematisida telah diujikeefektifannya terhadap P. coffeae baik dipembibitan maupun pada pertanaman kopi.Untuk sterilisasi media bibit, digunakanfumigan dazomet dan metamsodium. Untuktanaman di pembibitan dan di lapangandigunakan nematisida sistemik dan kon-tak, seperti oksamil, karbofuran, etoprofos,dan kadusafos.

Konsepsi dan strategi pengendalian nematoda ... 87

Padi

Salah satu masalah penting pada perta-naman padi di berbagai negara, antara lainFilipina, Myanmar, Bangladesh, Laos,Thailand, Vietnam, Cina, dan India adalahserangan nematoda Meloidogyne gramini-cola (Bridge et al. 1990). Nematoda ter-sebut juga dilaporkan menyerang tanamanpadi di Indonesia (Mulyadi 1997). Rata-ratapopulasi M. graminicola pada pertanamanpadi di DI Yogyakarta cukup tinggi, yaitu3.548 ekor/g akar, bahkan di daerah tertentupopulasinya mencapai 5.000 ekor/g akarpadi (Mulyadi 1997). Menurut Plowrightdan Bridge (1990), populasi awal M.graminicola sebanyak 80 ekor/ml tanahdapat menyebabkan kematian bibit padiIR36 pada umur 10 hari setelah sebar, dan80% bibit mati pada 32 hari setelah sebar.Penggenangan dapat menekan perkem-bangan populasi M. graminicola danmenghambat penetrasi larva ke dalam akar.Menurut Mulyadi dan Triman (1997), padivarietas Mamberamo tahan terhadapserangan M. graminicola.

Nematoda lain yang juga sangat me-rusak tanaman padi adalah Hirschmaniellaoryzae. Nematoda ini dikenal sebagainematoda akar padi dan merupakan parasitpada tanaman padi dan rumput-rumputan.Nematoda dapat dijumpai di sawah ataupada tanah yang sangat basah. H. oryzaemenyerang tanaman padi di Indonesia,India, Jepang, Malagasi, Malaysia, Nigeria,San Salvador, Sri Lanka, Thailand, Taiwan,Amerika Serikat, dan Venezuela.

Pisang

Pisang (Musa sapientum L.) merupakansalah satu komoditas buah-buahan pen-ting di Indonesia yang diusahakan secara

meluas dari dataran rendah sampai datarantinggi. Salah satu penyakit penting padatanaman pisang adalah layu fusarium (Pa-nama disease) yang disebabkan oleh cen-dawan tular tanah, Fusarium oxysporumSchlecht f.sp. cubense. Pada rizosfertanaman pisang yang terserang layu fusa-rium, ditemukan beberapa jenis nematoda,antara lain R. similis, Meloidogyne spp.,R . reniformis, Helicotylenchus spp., danP. coffeae. Keberadaan nematoda tersebutmenyebabkan tanaman pisang lebih rentanterhadap fusarium. R. similis bersinergisdengan fusarium pada tanaman pisangyang menyebabkan penyakit layu (Lisna-wita et al. 1998). Pengendalian nematodapada tanaman pisang dapat menggunakanvarietas toleran terhadap R. similis, sepertipisang raja sere, tanduk, dan kepok(Jumjunidang et al. 2002).

Kentang

Kentang (Solanum tuberosum L.) meru-pakan komoditas hortikultura penting diIndonesia. Dilaporkan, kentang sudahdibudidayakan di 20 provinsi yang terse-bar di Sumatera, Jawa, Sulawesi, Maluku,dan Papua. Hasil kentang rata-rata diIndonesia berkisar antara 13,38-15,34 t/ha(rata-rata hasil di Indonesia tahun 1998-2001), sedangkan potensi hasil yang telahdiuji di Indonesia di atas 20 t/ha.

Akhir-akhir ini, nematoda G. rosto-chiensis (NSK) merupakan masalah yangsangat penting pada tanaman kentang.Nematoda tersebut pertama kali dilaporkanpada bulan Maret 2003, menyerang perta-naman kentang di Dusun Sumber Brantas,Desa Tulung Rejo, Kecamatan Bumi Aji,Kota Batu, Jawa Timur. Saat ini, G. rosto-chiensis sudah menyebar di empat provin-si, yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa

88 Ika Mustika

Barat, dan Sumatera Utara (Mulyadi 2003).Kerugian hasil kentang akibat NSK ber-kisar antara 32-71% (Daryanto 2003). Se-rangan NSK menyebabkan tanaman kerdil,umbi yang dihasilkan berukuran kecil dansedikit, dan pada serangan berat tanamantidak menghasilkan umbi sama sekali.

NSK merupakan patogen baru di In-donesia dan pada saat ini belum ada carapengendaliannya. Penelitian pengenda-lian dengan agens hayati bakteri P.penetrans, jamur Verticillium suchlas-porium, dan Paecilomyces lilacinus barumulai dilakukan. Pencegahan penyebarandilakukan dengan sanitasi benih, umbi,dan alat transportasi dengan nematisidaatau desinfektan yang lain (kloroks), sertatidak menggunakan benih dari daerah yangterserang NSK. Sertifikasi benih kentangbebas NSK dan pemberdayaan penangkarbenih (pemerintah dan swasta) juga ber-peran penting dalam pengendalian NSK.

Tomat

Hasil rata-rata tomat di Indonesia masihrendah, yaitu 5,36 t/ha. Dibandingkandengan Thailand, Taiwan, dan Belanda,produktivitas tomat di Indonesia tergolongyang paling rendah (Marwoto 1996). Halini disebabkan oleh beberapa faktor, antaralain serangan nematoda parasit sepertiMeloidogyne spp., R. reniformis,, dan Heli-cotylenchus multicintctus. MenurutSasser dan Freckman (1987), serangannematoda parasit dapat mengurangiproduksi tomat dunia 20,20%/tahun.

Dalam upaya pengendalian nematodapada tanaman tomat, khususnya Meloi-dogyne spp., penggunaan bakteri P.penetrans dikombinasikan dengan pem-berian kapur pertanian dan bahan organik(pupuk kandang) dapat menekan populasi

nematoda dan meningkatkan hasil tomat163-200% (Marwoto dan Mustika 1997;Mustika et al. 2001). Swibawa dan Ginting(1997) menggunakan sekam padi dan se-kam kopi sebelum tanam untuk mengen-dalikan nematoda puru akar.

STRATEGI PENGENDALIANNEMATODA DI MASA DEPAN

Secara umum, strategi pengendalian ter-padu nematoda parasit dapat dilakukanmelalui karantina, pemusnahan pusat se-rangan, sanitasi kebun, teknik budi daya,pengendalian hayati dan ekologi, pemi-lihan areal bebas nematoda, pengendaliankimia dan fisik secara langsung, pembe-raan, pergiliran tanaman, varietas tahan,dan varietas toleran (Oostenbrink 1972;McKenry dan Roberts 1985). Franco et al.(1992) telah menyusun strategi pengen-dalian nematoda (Nacobbus aberans) padatanaman kentang secara terpadu, yangterdiri atas tiga bidang utama, meliputipenelitian, pelatihan dan pendidikan, sertatransfer teknologi dan evaluasi di tingkatpetani.

Berdasarkan komponen pengendaliannematoda yang ada saat ini dan sudahdiaplikasikan pada berbagai jenis tanaman,strategi pengendalian nematoda akan lebihefektif bila dilakukan secara terpadu, yangdidukung oleh kegiatan penelitian, pela-tihan dan pendidikan, serta transfer tek-nologi dan evaluasi di tingkat petani.

Penelitian

Penelitian merupakan dasar dalam upayapengendalian hama dan penyakit tanam-an, termasuk nematoda. Penelitian yangdiperlukan antara lain adalah yang ber-

Konsepsi dan strategi pengendalian nematoda ... 89

kaitan dengan identifikasi, sifat-sifat eko-logi dan biologi (sebaran dan dinamikapopulasi) nematoda, teknik sampling danpemantauan, sifat dan pewarisan gen, arahekonomi, resistensi dan toleransi, budidaya, pendekatan secara fisik, kimia, agenshayati, pestisida nabati, dan karantina(Franco et al. 1992).

Selaras dengan program Badan LitbangPertanian 2005-2009 yang berkaitandengan rekayasa dan pemanfaatan teknikbiologi molekuler dan rekayasa genetikuntuk perbaikan tanaman dan ternak, sertapemanfaatan kultur in vitro untuk per-banyakan tanaman, perbaikan varietas danproduksi metabolit sekunder (BadanPenelitian dan Pengembangan Pertanian2004), penelitian pengendalian nematodadiarahkan pada bioteknologi dan pertanianberkelanjutan. Penelitian terutama dituju-kan untuk mengantisipasi tuntutan kon-sumen yang makin peduli terhadap ma-salah lingkungan, dan juga sejalan dengansistem pertanian yang lestari (sustainableagriculture). Beberapa komponen bio-ekologi, seperti faktor biotik dan abiotikperlu dikaji sebagai dasar dalam penyu-sunan strategi pengendalian nematoda.Faktor-faktor biotik seperti tanaman inangalternatif, tanaman antagonis, dan agenshayati, diharapkan dapat diketahui melaluipenelitian sehingga faktor-faktor tersebutdapat dimanipulasi untuk tujuan pengen-dalian.

Perbaikan tanaman dapat dilakukanmelalui beberapa cara, antara lain penyam-bungan, fusi protoplas, dan induksi keta-hanan sistemik (induced systemic resist-ance). Teknik penyambungan telah di-terapkan pada tanaman kopi, yaitu denganmenggunakan batang bawah tahan nema-toda dan batang atas yang memiliki nilaiekonomi tinggi (Wiryadiputra 1997b).Teknik fusi protoplas, seperti pada tanam-

an nilam bertujuan untuk memindahkansifat ketahanan terhadap nematoda darinilam jawa (tahan nematoda, kadar minyakrendah) pada nilam aceh (rentan nematoda,kadar minyak tinggi) (Nuryani et al. 1999;Mariska dan Lestari 2003). Teknik induksiketahanan sistemik dilakukan melaluipemanfaatan jamur endofit pada tomat(Hallimann 1994 dalam Amin et al. 1996)atau bakteri endofit pada kapas danmentimun (Hallmann et al. 2001). Gommersdan Baker (1993), dengan menggunakanantibodi monoklonal, telah berhasil men-diagnosis virulensi dan penghambatanpertumbuhan nematoda, dan melalui re-kayasa genetik telah menemukan kultivarkentang yang memiliki sifat ketahanandalam jangka waktu lama (durable resis-tance) terhadap nematoda puru akar.

Penerapan Sistem PHT

Penerapan sistem PHT di Indonesia meru-pakan kebijakan dasar bagi setiap programperlindungan tanaman, dengan dasarhukum UU No. 12 tahun 1992 tentangSistem Budidaya Tanaman. Pengendaliannematoda terpadu hakikatnya tidak ter-lepas dari kerangka PHT. Pengendaliannematoda terpadu yang ideal merupakanhasil pendekatan secara holistik dalammengelola ekosistem. Setiap intervensi kedalam ekosistem harus didasarkan padapengetahuan tentang pengaruh interaksiantara tanaman dan komponen fisik danbiotik lingkungan, termasuk OPT lain.Pengendalian dilakukan dengan mengom-binasikan berbagai komponen yang adadan kompatibel satu dengan lainnya.

Biasanya suatu kombinasi metodediperlukan untuk mengurangi populasinematoda sampai ke tingkat yang tidakmerugikan. Sekali nematoda terdapat di

90 Ika Mustika

dalam tanah, sangat sulit untuk dieradikasidan tidak praktis (Sasser and Carter 1985).

Bertitik tolak pada mekanisme keru-sakan oleh nematoda maka sasaran pe-ngendalian antara lain adalah:a. Mengurangi daya rusak dan meng-

hindari investasi OPT lain. Mengurangidaya rusak nematoda dapat dilakukandengan memodifikasi sistem kehidup-annya agar populasinya turun sampaiarah yang dapat ditolerir. Cara pengen-dalian ini dapat dilakukan antara laindengan menggunakan pestisida (kimia,nabati, hayati) atau bahan organik.Dengan cara tersebut, nematoda terbu-nuh oleh senyawa toksik dari pesti-sida atau senyawa yang dihasilkan olehbahan organik selama proses de-komposisi (Sayre 1980a; Schmitt 1985).

b. Mengurangi daya rusak melalui pen-dekatan genetik untuk meningkatkanketahanan. Cara ini dapat dilakukandengan menggunakan varietas tahanatau toleran. Dengan menggunakanvarietas tahan, nematoda tidak dapatberkembang biak atau perkembang-biakannya terhambat. Dengan meng-gunakan varietas tahan, faktor repro-duksi lebih kecil dari satu (Pf/Pi <1), dimana Pf = populasi akhir dan Pi =populasi awal (Pinochet 1992).

c. Mengurangi daya rusak dan kerugianmelalui pendekatan fisiologis danpemulihan (recovery). Cara ini dapatdilakukan secara terpadu denganmenggunakan varietas tahan (toleran),pestisida, dan teknik budi daya (pemu-pukan, pergiliran tanaman). Denganpengendalian terpadu, selain populasinematoda dapat ditekan, secara fisio-logis tanaman tumbuh normal sehinggapotensi produksi tanaman tersebuttercapai karena kebutuhan hara ter-penuhi.

Komponen PengendalianNematoda Terpadu

Pengendalian nematoda terpadu dilakukandengan cara menggabungkan beberapakomponen pengendalian ke dalam suatusistem. Komponen utama pengendaliannematoda terpadu adalah teknik budi daya(varietas tahan atau toleran, pergiliran ta-naman, tanaman perangkap, bahan orga-nik), agens hayati, pestisida nabati dan ki-mia, dan karantina.

Varietas Tahan atau Toleran

Cara yang paling efektif dalam mengen-dalikan penyakit tanaman, termasuk yangdisebabkan oleh nematoda, adalah denganmenggunakan varietas tahan atau toleran.Di Indonesia, varietas tahan (toleran) ter-hadap nematoda baru tersedia untukbeberapa jenis tanaman, antara lain kopi,lada, nilam, tembakau, dan padi. Kopiekselsa klon Bgn. 121.09 dan kopi robustaklon BP 961 dan BP 308 tahan terhadap P.coffeae (Wiryadiputra dan Hulupi 1997).Varietas lada Petaling l, Bangka, danKuching toleran terhadap R. similis danM. incognita (Hamid et al. 1989). Nilamnomor 0003 tahan terhadap P. brachyurusdan Meloidogyne spp., sedangkan nomor0007 dan 0013 tahan terhadap P. brachy-urus (Nuryani et al. 2004). Enam nomoraksesi kopi tahan terhadap M. incognita,yaitu S. 2258/2/1/1, S.1976/M, S.l 032, S.1019, S. 1968/M, dan S. 1012 (Dalmadiyoet al. 1998b). Pada tanaman padi, hanyavarietas Memberamo yang tahan terhadapnematoda M. graminicola (Mulyadi danTriman 1997). Umumnya, kehilangan hasilakibat serangan nematoda dapat ditekanmelalui pergiliran tanaman. Tanaman yangsangat peka hanya boleh ditanam sekali

Konsepsi dan strategi pengendalian nematoda ... 91

dalam 2-8 tahun. Oleh karena itu, untukmenekan perkembangbiakan nematoda ter-tentu, kultivar tahan harus selalu tersedia.

Pergiliran Tanaman dan TanamanPerangkap

Pergiliran tanaman merupakan salah satuteknik budi daya yang efektif untuk me-ngurangi populasi nematoda di dalam ta-nah. Untuk memperoleh hasil yang me-muaskan, tanaman yang tidak cocok bagiperkembangan nematoda (bukan inang ne-matoda) harus digunakan dalam pola per-giliran tanaman.

Di beberapa negara maju, khususnyadi Eropa, untuk mengendalikan G. rosto-chiensis, pergiliran tanaman merupakansuatu keharusan (Schots 1988). Solanumsisymbriifolium, sejenis tomat liar, dila-porkan efektif untuk mengendaliakn G.rostochiensis. Tanaman tersebut memper-cepat penetasan telur nematoda dan se-telah dewasa akan menggerogoti akar to-mat liar tersebut dan siklus hidup nema-toda terputus (Duryatmo 2003). Oleh ka-rena itu, tanaman tersebut dapat digunakandalam pola pergiliran tanaman sebagai ta-naman perangkap.

Beberapa jenis tanaman dapat ber-fungsi sebagai tanaman perangkap (trapcrop) yang diusahakan dalam bentuk polatanam seperti pergiliran tanaman atautumpang sari, di antaranya adalah tagetes(Tagetes patula), jarak (Ricinus commu-nis), dan wijen (Sesamum indicum). Jarakdan wijen digunakan sebagai tanamanperangkap dalam pola pergiliran tanamankacang tanah, kedelai, dan kapas untuk me-ngendalikan nematoda buncak akar (Me-loidogyne spp.). Tanaman jarak dan wijensangat efektif dalam menekan populasi

Meloidogyne spp. karena mengeluarkaneksudat akar yang toksik terhadap nema-toda (Rodriguez-Kabana 1992).

Bahan Organik

Penambahan bahan organik ke dalam tanahmeningkatkan daya tanah menahan air dankesuburan tanah sehingga pertumbuhantanaman meningkat dan tanaman lebihtahan terhadap nematoda. Kegiatan musuhalami nematoda khususnya jamur daninvertebrata predator terpacu, sementarasenyawa kimia yang bersifat racun ter-hadap nematoda, seperti amonia, nitrit,hidrogen sulfida dan asam-asam organik,dilepas ke dalam tanah selama prosesdekomposisi (Stirling 1993).

Agens Hayati

Pemanfataan agens hayati (musuh alami)telah terbukti efektif untuk mengendalikannematoda pada berbagai kasus (Trimandan Mulyadi 2001; Mustika et al. 2001;Cho et al. 2003; Mustika et al. 2003). Diantara agens hayati tersebut adalah jamur(Arthrobotrys oligospora, Dactylaria bro-chopaga, Dactylella spp., Paecilomyceslilacinus, Catenaria spp. Nematophthoragynophila) dan bakteri P. penetrans. DiIndonesia, pengendalian nematoda de-ngan menggunakan jamur dan bakteritersebut saat ini baru pada tahap awalperkembangan, dan masih perlu diting-katkan terutama identifikasi parasit danpredator yang potensial, formulasi, sertacara praktis menggunakannya. Agar agenshayati tetap dalam keadaan hidup di dalamtanah, metode aplikasi dan formulasi agenshayati masih perlu dikembangkan.

92 Ika Mustika

Pestisida Nabati

Berbagai jenis tanaman mengandung se-nyawa toksik terhadap nematoda sehinggaberpotensi untuk dikembangkan sebagaipestisida nabati. Di antara tanaman ter-sebut adalah mimba (A. indica), tagetes(T. erecta, T. minuta), srikaya (Annonasquamosa, A. glabra, A. montana, A.reticulata), jarak (Ricinus communis),serai wangi (Cymbopogon nardus), seraidapur (C. citratus), lempuyang pahit(Zingiber americans), lempuyang wangi(Z. aromaticum), dan lempuyang gajah (Z.zerumbet) (Grainge dan Ahmed 1988; Alamdan Jairajpuri 1990). Mimba mengandungbahan aktif terutama azadirachtin (Scmu-terrer 1995). Bungkil jarak mengandungsenyawa aktif ricin yang sangat beracunterhadap nematoda. Ekstrak biji mimba danekstrak bungkil jarak sangat efektif untukmengurangi populasi nematoda (Mustikadan Harni 2001). Srikaya mengandungbahan aktif nematisidal utama asimisin dananonin (Mustika 1999), sedangkan tagetesmengandung senyawa tiopenik (Gommers1973 dalam Mustika 1999).

Pestisida Kimia

Pengendalian secara kimia dengan meng-gunakan nematisida tidak diragukan lagisebagai cara yang paling efektif untuk me-ngurangi populasi nematoda. Meskipundemikian, penggunaan pestisida kimiaharus merupakan alternatif terakhir apabilateknik pengendalian yang lain dinilai tidakberhasil dan harus dilakukan secara bijak-sana. Yang dimaksud dengan penggunaannematisida secara bijaksana adalah: (1)nematisida yang digunakan adalah jenisyang terdaftar dan atau diizinkan olehMenteri Pertanian; (2) memenuhi kriteria

enam tepat, yaitu tepat jenis, mutu, waktu,sasaran (nematoda dan tanamannya),dosis dan konsentrasinya, serta cara danalat aplikasinya; dan (3) tidak membaha-yakan manusia dan lingkungan. Dewasaini telah terdaftar 12 formulasi nematisidayang dizinkan digunakan untuk tanamanpangan, hortikultura, dan perkebunan.Nematisida tersebut adalah dazomet 98%,karbofuran 3% (empat nama dagang),fenamifos 10%, natrium metam (tiga namadagang), etoprofos 10%, kadusafos 10%,dan oksamil 100,6 g/l (Direktorat JenderalTanaman Pangan dan Hortikultura 1996).

Karantina

Di Indonesia, sampai saat ini terdapat 67spesies nematoda parasit tanaman yangtergolong ke dalam Organisme Penggang-gu Tumbuhan Karantina (OPTK) kelompokA1 (belum terdapat di Indonesia), danOPTK A2 (sudah terdapat di Indonesia).Untuk mencegah masuk dan tersebarnyaOPTK dari luar negeri (OPTK A1), danmencegah masuk dan tersebarnya OPTKA2 dari areal yang tertular ke areal lain yangbebas di dalam negeri, telah dikeluarkanSurat Keputusan Menteri Pertanian No.627/Kpts/PO.540/12/2003, tanggal 30Desember 2003. Apabila peraturan ter-sebut diberlakukan secara ketat dandidukung dengan hasil-hasil penelitian, 67jenis nematoda OPTK A1 tersebut tidakakan masuk ke Indonesia, dan nematodayang sudah ditemukan di suatu tempattidak menyebar ke tempat lain yang belumterinfeksi sehingga penyebaran penyakityang disebabkan oleh nematoda dapat di-hindarkan.

Meskipun secara ekonomi mencegahpenyebaran nematoda tidak mengun-tungkan secara langsung, pada keadaaan

Konsepsi dan strategi pengendalian nematoda ... 93

tertentu, bila diintegrasikan dengan carapengendalian lainnya akan mampu me-nekan populasi nematoda. Mencegah pe-nyebaran atau masuknya nematoda daridaerah terserang ke daerah lainnya di In-donesia dapat dilakukan dengan cara: (1)sanitasi benih, alat transportasi dan lain-lain dengan mencuci atau membersihkan-nya menggunakan nematisida atau des-infektan yang tidak mempengaruhi dayatumbuh benih; (2) tidak menggunakanbenih dari daerah yang diketahui terserangnematoda tertentu; (3) pemberdayaan pe-nangkar benih, baik yang diusahakan olehpemerintah maupun swasta.

Pelatihan dan Pendidikan

Pelatihan dan pendidikan dapat dilakukandalam bentuk kunjungan lapang dan kur-sus singkat untuk para petugas lapang ataustaf berbagai institusi. Pelatihan khususdilaksanakan terutama mengenai tekniklaboratorium nematologi serta penelitianuntuk pembuatan tesis yang berkaitandengan masalah nematoda pada berbagaitanaman khususnya di Indonesia.

Transfer Teknologi danEvaluasi di Tingkat Petani

Transfer teknologi dan evaluasi di tingkatpetani dapat dilakukan melalui on farmresearch yang melibatkan petani andalan.Untuk itu, semua komponen pengendalianyang sudah ada perlu dikaji di tingkatpetani, disesuaikan dengan jenis tanamandan spesies nematoda yang dominan padatanaman tersebut. Dalam pengkajian ini,berbagai komponen pengendalian diapli-kasikan secara terpadu.

KEBIJAKAN MENDUKUNGSTRATEGI PENGENDALIAN

NEMATODA

Kebijakan Operasional

Nematoda parasit tanaman merupakansalah satu jenis OPT penting yang menye-rang berbagai jenis tanaman utama diIndonesia. Meskipun demikian, sampaisaat ini nematoda dianggap kurang pentingdibandingkan dengan OPT lainnya, sepertiserangga hama, jamur, bakteri, dan virussehingga pengendaliannya diabaikan.Setelah ditemukannya NSK yang menye-rang tanaman kentang pada tahun 2003 diKota Batu, Jawa Timur, nematoda parasittanaman, khususnya NSK, muncul sebagaimasalah nasional yang memerlukan pena-nganan khusus. Bertitik tolak pada kasustersebut, keberadaan nematoda parasittanaman selain NSK perlu penangananyang serius dengan berpedoman padasistem PHT sebagai kebijakan operasionalperlindungan tanaman.

Beberapa hasil penelitian pengendali-an nematoda yang telah diperoleh belumditerapkan secara maksimal, mengingatkurangnya tenaga teknis yang bekerjadalam bidang nematologi. Oleh karena itu,hasil-hasil penelitian tersebut perlu di-diseminasikan melalui pelatihan di unit-unitpelaksana teknis sebagai pelaksana ope-rasional, antara lain dengan melibatkanpenyuluh, petani melalui Sekolah LapangPHT (SLPHT), dan petugas karantina.Pelatihan bagi tenaga penyuluh lebihditekankan pada pengenalan morfologinematoda, gejala serangan, dan cara pe-ngendaliannya dengan pendekatan penge-lolaan ekosistem secara keseluruhan.

Pelatihan bagi petugas karantina me-liputi teknik isolasi, identifikasi jenis-jenis

94 Ika Mustika

nematoda penting, gejala serangan, daerahsebaran, dan tanaman inang termasukgulma. Pendidikan dan pelatihan di tingkatperguruan tinggi, selain aspek-aspek ter-sebut di atas, juga mencakup aspek lainyang terkait, seperti hama dan penyakit,gulma, musuh alami, cuaca (iklim) dan fak-tor-faktor lingkungan fisik lainnya, saranaproduksi, tindakan petani dalam mengelolalahan, sosial ekonomi, dan komponen lainyang terkait dengan usaha tani.

Kebijakan Teknis

Dalam rangka pengendalian nematodapada tanaman sesuai dengan prinsip PHT,teknik pengendalian nematoda yang dapatditerapkan antara lain adalah penggunaanvarietas tahan, pergiliran tanaman, peman-faatan agens hayati dan pestisida nabati,manipulasi faktor fisik, dan penggunaanpestisida kimia. Penetapan teknik pengen-dalian tersebut perlu disesuaikan dengankeadaan setempat, antara lain denganmemperhatikan jenis nematoda, komodi-tas, lingkungan biotik dan abiotik, sosialekonomi masyarakat, dan ketersediaansarana pendukung yang diperlukan.

Pengendalian dengan teknik budi dayadi antaranya adalah dengan menggunakanbibit bebas nematoda, sanitasi, penanamantanaman perangkap atau pemusnahan sisatanaman, pemupukan, dan pola tanamdengan mengatur waktu tanam atau tanamserentak. Pergiliran tanaman atau varietasyaitu dengan menanam tanaman atauvarietas secara tidak terus-menerus, ter-utama tanaman yang tidak disenangi nema-toda penting di daerah tertentu. Penggu-naan varietas tahan dengan menggunakanvarietas tahan yang sudah ada di alam atauhasil rekayasa genetik. Pemanfaatan agenshayati berupa parasit, predator maupun

patogen, dan manipulasi faktor fisik de-ngan pengeringan atau penggenangan(bergantung habitat hidup nematoda).

Untuk mendukung kebijakan teknistersebut, yang perlu dilakukan adalahmeningkatkan pengawasan (surveillance)keberadaan dan perkembangan penyakityang disebabkan oleh nematoda tertentu,serta pemetaan daerah sebarnya untukmengantisipasi pengendalian. Denganmeningkatkan pengawasan, luas serangandan besarnya kerugian ekonomi pada ko-moditas tertentu yang disebabkan oleh ne-matoda, dapat diketahui.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Nematoda parasit tanaman merupakansalah satu masalah dalam upaya me-ningkatkan produksi pertanian di In-donesia. Berbagai jenis tanaman pa-ngan, hortikultura, perkebunan, dankehutanan dilaporkan telah terinfeksinematoda. Kehilangan hasil akibat se-rangan nematoda pada tanaman pa-ngan (padi) mencapai 80%, pada ta-naman hortikultura (tomat, kentang,buncis) sekitar 15-71%, dan pada ta-naman perkebunan (lada, nilam, jahe,kopi) 32-75%.

2. Sebanyak 24 spesies nematoda parasittanaman telah terdapat di Indonesia,dan 67 spesies belum terdapat di Indo-nesia. Nematoda yang sudah terdapatdi Indonesia dan perlu mendapat per-hatian untuk mencegah penyebaran-nya dari daerah terinfeksi ke daerahyang masih bebas adalah Meloidogynehapla, Radopholus similis, Hirscma-niella oryzae, Heterodera glycine, danGlobodera rostochiensis. Nematoda

Konsepsi dan strategi pengendalian nematoda ... 95

yang harus dicegah masuk ke Indonesiaadalah Bursaphelenchus xylophiluspada tanaman pinus, Globoderapallida pada tanaman kentang, danRhadinaphelenchus cocophillus padatanaman kelapa.

3. Teknik pengendalian nematoda padabeberapa tanaman penting telah di-peroleh, seperti pemanfaatan varietastahan atau toleran, pergiliran tanaman,pengendalian hayati dengan menggu-nakan agens hayati dan pestisida na-bati, pencegahan penyebaran, pengen-dalian kimiawi, dan teknik budi daya.Strategi pengendalian nematoda dimasa depan dilaksanakan dengan me-nerapkan sistem PHT, yaitu dengan me-madukan teknik pengendalian yangkompatibel.

Saran

1. Selaras dengan program Badan LitbangPertanian 2005-2009, penelitian untukmenunjang strategi pengendalian ne-matoda diarahkan pada perbaikanvarietas untuk memperoleh varietas ta-han atau toleran. Pelaksanaannya perlumelibatkan berbagai bidang sepertipemuliaan tanaman, nematologi, agro-nomi, biokimia, bioteknologi, dan pas-capanen.

2. Strategi pengendalian nematoda secaraterpadu perlu didukung kebijakan ope-rasional maupun teknis. Kebijakanoperasional meliputi program pelatihandi unit-unit pelaksana teknis, penelitiandan pengkajian melalui koordinasiberbagai pihak terkait, baik instansipemerintah, swasta maupun petani.Untuk kebijakan teknis, perlu adanyapengawasan keberadaan dan perkem-

bangan penyakit yang disebabkan olehnematoda, serta penyebarannya untukantisipasi pengendalian.

DAFTAR PUST AKA

Alam, M.M. and M.S. Jairajpuri. 1990. Ne-matode control strategies: Principlesand practices. p. 5-15. In M.S. Jairajpuri,M.M. Alam, and I. Ahmad (Eds.).Nematode Biocontrol (Aspects andProspects). CBS Publishers & Distri-butors PVT Ltd. Delhi-11032, India.

Amin, N. R.A. Sikora, dan R.P. Schuster.1996. Pengendalian biologi nematodapelubang Radopholus similis denganjamur endofit. Proceedings IntegratedControl of Main Diseases of IndustrialCrops. Jonit Seminar of Agency forAgricultural Research and Departmentand Japan International CooperationAgency. Bogor, 13-14 March 1996. hlm.297-303.

Badan Penelitian dan PengembanganPertanian. 2004. Rencana StrategisBadan Penelitian dan PengembanganPertanian 2005-2009. hlm. 5.

Bridge, J. 1978. Plant parasitic nematodesassociated with clove and black pepperin Sumatera and Bangka. ODM Reportof Science Liaison Officer. 19 pp.Unpublished.

Bridge, J., M. Luc, dan R.A. Plowright.1990. Nematoda parasit pada padi. hlm.83-137. Dalam M. Luc, R.A. Sikora andJ. Bridge (Eds.). Nematoda ParasitikTumbuhan di Pertanian Subtropik danTropik. Gadjah Mada University Press,Yogyakarta.

Cho, M.R., H.Y. Yeong, and Y.M. Choi. 2003.Research on potential of Pasteuriapenetrans for biological control of

96 Ika Mustika

root-knot nematodes in Korea. Home.rda.go.kr/eng/new/Myoung% 20Rae%20cho’s% 20. paper doc. 11 pp.

Dalmadiyo, G., B. Hari Adi, Supriyono, danA. S. K. Rachman 1998a. Tingkat ke-tahanan beberapa aksesi tembakau ter-hadap nematoda puru akar (Meloido-gyne incognita) (Kofoid dan White)Chitwood. Jurnal Penelitian TanamanIndustri III(56): 163-168.

Dalmadiyo, G., S. Rahayuningsih, B. HariAdi, dan Supriyono. 1998b. Ketahananempat galur tembakau temanggungterhadap penyakit layu bakteri, puruakar dan lanas. Jurnal Penelitian Ta-naman Industri III(5-6): 181-185.

Daryanto. 2003. Status penyebaran dankerugian nematoda sista kuning padatanaman kentang. Lokakarya Nema-toda Sista Kuning, Yogyakarta 11-12Desember 2003. 8 hlm.

Departemen Pertanian. 2004. RencanaStrategis Pembangunan Pertanian Ta-hun 2005-2009. Draft 3. DepartemenPertanian, Jakarta. 45 hlm.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan danHortikultura. 1996. Kebijaksanaan pe-ngelolaan nematoda pada tanamanpangan dan hortikultura. Makalah padaSeminar Perhimpunan Nematologi In-donesia, Jember, 23-24 Juli 1996. 12 hlm.

Djiwanti, R.S. and Momota. 1991. Parasiticnematodes associated with patchoulidisease in West Java. Indust. CropsRes. J. 3(2): 31-34.

Duryatmo, S. 2003. Di bawah lindungantomat liar. Trubus 405 Agustus 2003/XXXIV. hlm. 68-69.

Evans, K. 1982. Water use, calcium uptakeand tolerance of cyst nematode attackin potatoes. Potato Res. 25: 71-88.

Franco, J., R. Montecinos, and N. Ortuno.1992. Management strategies of Na-cobbus aberrans. p. 240-248. In F.J.

Gommers and P.W.Th. Maas (Eds).Nematology from Molecule to Eco-system. Proc. Second InternationalNematology Congress, Veldhoven, theNetherlands, 11-17 August 1990.

Fogain, R. and S.R. Gowen. 1996. In-vestigations on possible mechanismsof resistance to nematodes in Musa.Euphytica 92: 375-381.

Giebel, J. 1992. Mechanisms of resistanceto plant nematodes. Ann. Rev. Phyto-pathol. 20: 257-279.

Gommers, F.J. and J. Baker. 1993. Bio-technology in nematology. p. 123-131.In J.E. Zadoks (Ed.). Modern CropProtection Developments and Pers-pectives. Wageningen Press.

Grainge, M. and S. Achmed . 1988. Hand-book of Plant with Pest Control Pro-perties. John Willey & Sons, NY. 470pp.

Hadisoeganda, A.W. 1991. Pencaran, iden-tifikasi dan prevalensi nematoda beng-kak akar di sentra daerah penanamansayuran dataran tinggi di Indonesia.Buletin Penelitian Hortikultura XX(3):62-71.

Hallman, J., Quadt-Hallmann, Rodriguez-Kabana, and J.W. Kloepper. 2001.Interaction between Meloidogyne in-cognita and endophytic bacteria incotton and cucumber. Soil Biol. Bio-chem. 30(7): 925 -937.

Hamid, A., Y. Nuryani, R. Kasim, D. Sitepu,P. Laksmanahardja, dan P. Wahid. 1989.Natar-1, Natar-2, Petaling-1 dan Peta-ling 2 adalah varietas-varietas ladayang cocok untuk daerah Lampungdan Bangka. Media Komunikasi Pene-litian dan Pengembangan Tanaman In-dustri.

Harni, R. , I. Mustika, dan S.B. Nazarudin2000. Kajian teknik formulasi jamurpemangsa nematoda untuk mengen-

Konsepsi dan strategi pengendalian nematoda ... 97

dalikan nematoda penyebab penyakitkuning lada. Laporan Penelitian Tanam-an Rempah dan Obat Tahun 1999/2000.

Jumjunidang, A.M. Adnan, I. Mustika, danM.S. Sinaga. 2002. Respons beberapaplasma nutfah pisang terhadap nema-toda parasit akar Radopholus similisCobb. Jurnal Hortikultura 12(3): 172-177.

Koshy, P.K. and J. Bridge. 1990. Nematodesparasite of spices. p. 557-582. In M.Luc, R.A. Sikora, and J. Bridge (Eds.).Plant Parasitic Nematodes in Sub-tropical and Tropical Agriculture.Wallingford, UK. CAB International.

Lisnawita, M.S. Sinaga, S. Mulyati, dan I.Mustika. 1998. Analisis potensi siner-gisme Radopholus similis Cobb. danFusarium oxysporum Schlecht, f.sp.cubense (E.F. Smith) Snyd. & Hans.dalam perkembangan layu fusariumpada pisang. Buletin Hama dan Pe-nyakit Tumbuhan Fakultas PertanianIPB. 10(2): 11-17.

Mariska, I. dan E.G. Lestari. 2003. Pe-manfaatan kultur in vitro untuk me-ningkatkan keragaman genetik tanam-an nilam. Jurnal Penelitian dan Pengem-bangan Pertanian 22(2): 64-69.

Marwoto, B. 1996. Nematoda bentuk ginjal(Rotylenchulus reniformis Linford &Olivera) patogen potensial pada tanam-an tomat di Indonesia. Program Pasca-sarjana Institut Pertanian Bogor. 138hlm.

Marwoto, B. dan I. Mustika. 1997. Penga-ruh pupuk kandang dan kelembabantanah terhadap patogenisitas Pasteu-ria penetrans terhadap inang nema-toda bengkak akar. Prosiding KongresXIV dan Seminar Nasional Perhim-punan Fitopatologi Indonesia. Palem-bang, 27-29 Oktober 1997. II: 190-196.

McKenry, M.V. and P.A. Roberts. 1985.Phytonematology Study Guide. Co-operative Extension Univ. of California.Division of Agriculture and Natural Re-sources. Publication 4045. 56 pp.

Melakeberhan, H., J.W. Webster, R.C.Brook, J.M. D’Auria, and M. Cacckette.1987. Effect of Meloidogyne incognitaon plant nutrient concentration and itsinfluence on plant physiology of bean.J. Nematol. 19: 324-330.

Mulyadi. 1997. Pengaruh populasi nema-toda puru akar (Meloidogyne grami-nicola) terhadap pertumbuhan danhasil padi. Jurnal Perlindungan Tanam-an Indonesia 3(1): 17-22.

Mulyadi dan B. Triman. 1997. Pengaruhpenggenangan dan pengeringan ter-hadap populasi dan siklus hidup ne-matoda puru akar padi (Meloidogynegraminicola). Jurnal Perlindungan Ta-naman Indonesia 3(1): 42-47.

Mulyadi. 2003. Pengendalian nematodasista kuning (Globodera rostochien-sis). Makalah Lokakarya NematodaSista Kuning, Yogyakarta, 11-12 De-sember 2003. 13 hlm.

Mustika, I. 1990. Studies on the Interactionof Meloidogyne incognita, Radopho-lus similis and Fusarium solani onBlack Pepper (Piper nigrum L.). Thesis,Wageningen Agricultural University,the Netherlands. 127 pp.

Mustika, I., Y. Nuryani, dan O. Rostiana,1991. Nematoda parasit pada beberapakultivar nilam di Jawa Barat. BuletinPenelitian Tanaman Rempah dan Obat4(1): 9-14.

Mustika, I. 1992. Plant parasitic nematodesassociated with ginger (Zingiber offi-cinale Rosch.) in North Sumatera. J.Spice and Medicinal Crops 1(1): 38-42.

98 Ika Mustika

Mustika, I. and Y. Nuryani. 1993. Screeningfor resistance of four patchouli culti-vars to Radopholus similis. J. Spice andMedicinal Crops 1(2): 11-17.

Mustika, I. 1995. Serangan nematoda padatanaman rempah dan obat. MediaKomunikasi Penelitian dan Pengem-bangan Tanaman Industri 15: 28-33.

Mustika, I., A. Rachmat, dan Suyanto. 1995.Pengaruh pupuk, pestisida dan bahanorganik terhadap pH tanah, populasinematoda dan produksi nilam. MediaKomunikasi Penelitian Tanaman Indus-tri 15: 70-74.

Mustika, I. 1998. Pemanfaatan bakteriPasteuria penetrans untuk pengen-dalian nematoda Meloidogyne incog-nita dan Radopholus similis. LaporanRUT. Dewan Riset Nasional, Jakarta.82 hlm.

Mustika, I. 1999. Pestisida nabati untukmengendalikan nematoda parasit ta-naman. Dalam Pemanfaatan PestisidaNabati. Perkembangan Teknologi Ta-naman Rempah dan Obat XI(2): 47-57.

Mustika, I. dan S.B. Nazarudin. 1999. Ne-matoda pada tanaman nilam. MonografTanaman Nilam. Balai Penelitian Ta-naman Rempah dan Obat, Bogor.

Mustika, I., B. Marwoto, R. Harni, dan B.S.Nazarudin. 2001. Pengendalian nema-toda pada tanaman tomat denganmenggunakan tepung, pelet dan kom-pos akar tomat diinokulasi dengan bak-teri Pasteuria penetrans. Jurnal BiologiIndonesia 111(1): 23-31.

Mustika, I. dan R. Harni. 2001. Pengaruhekstrak jarak (Ricinus communis) danmimba (Azadirachta indica) terhadapPratylenchus brachyurus pada tanam-an nilam. Prosiding Kongres NasionalXVI dan Seminar IImiah PerhimpunanFitopatologi Indonesia, Bogor, 22-24Agustus 2001. hlm. 433-437.

Mustika, I., R.S. Djiwanti, R. Harni, S. Yulia-ni, A. Darmanto, D. Sudradjat, dan Her-wan. 2003. Pemanfatan Agensia Hayati,Bahan Organik, dan Pestisida Nabatiuntuk Mengendalikan Nematoda padaTanaman Lada. Laporan Akhir Peneliti-an Kerja Sama antara Balai PenelitianTanaman Rempah dan Obat, PT Prima-sid Andalan Utama dan Proyek Pengka-jian Teknologi Peranian PartisipatifPusat Tahun Anggaran 2002. 31 hlm.

Nazarudin, S.B. dan I. Mustika. 1996. Peng-gunaan jamur penjerat untuk pengen-dalian hayati Meloidogyne spp. padajahe. Proc. Integrated Control of MainDisease of Industrial Crops, Bogor, 13-14 March 1996. p. 193-197.

Nuryani, Y., Ch. Syukur, R. Harni, Yelnititis,Repianyo, dan I. Mustika. 1999. Tang-gap beberapa klon nilam (Pogostemoncablin Benth.) terhadap nematodapelubang akar (Radopholus similisCobb.). Jurnal Penelitian Tanaman In-dustri 5(3): 103-106.

Nuryani, Y., I. Mustika, dan Ch. Syukur.2001. Kandungan fenol dan lignin ta-naman nilam hibrida (Pogostemon sp.)hasil fusi protoplas. Jurnal PenelitianTanaman Industri 7(4): 104-108.

Nuryani, Y., Ch. Syukur, dan R. Harni. 2004.Evaluasi ketahanan nilam hasil fusi ter-hadap nematoda (Pratylenchus brach-yurus). Tidak dipublikasikan. 12 hlm.

Oostenbrink, M. 1972. Evaluation and in-tegration of nematode control me-thods. p. 497-514. In Economic Nema-tology. Academic Press, London.

Pinochet, J. 1992. Breeding bananas forresistance against lesion forming nema-todes. p. 157-169. In F.J. Gommer andP.W.Th. Maas. Nematology from Mole-cule to Ecosystem. European Societyof Nematologists Inc., Invergrowie,Dundee, Scotland.

Konsepsi dan strategi pengendalian nematoda ... 99

Plowright, R. and J. Bridge. 1990. Effect ofMeloidogyne graminicola (nema-tode) on the establishment, growth andyield of rice cv. IR36. Nematologica 36:81-89.

Price, T.V. 2000. Plant-parasitic nematodes.Integrated Pest Management for Small-holder Estate Crops Project. Plant Qu-arantine Component-Nematology. p.27-34.

Pupuk Iskandar Muda. 1991. Perkem-bangan dan permasalahan usahataninilam dan tanaman atsiri lain di Aceh.Prosiding Forum Komunikasi Ilmiah Pe-ngembangan Atsiri di Sumatera. Bukit-tinggi, 31 Agustus 1991. hlm. 36-47.

Puskara. 1994. Upaya peningkatan peranserta karantina pertanian dalam PJPT-II. Makalah dalam Rapat Teknis Nasi-onal Karantina Pertanian, Jakarta, 17-19 Januari 1994.

Puskara. 2000. Daftar Organisme Peng-ganggu Tumbuhan Potensial yang Di-laporkan Telah Terdapat di Dalam Wi-layah Republik Indonesia. Puskara,Jakarta. 328 hlm.

Rodriguez-Kabana, R. 1992. Croppingsystems for the management of phyto-nematodes. p. 219-233. In F.J. Gommersand P.W.Th. Maas (Eds.). Nematologyfrom Molecule to Ecosystem. Proc.Second International NematologyCongress, Veldhoven, the Netherlands,11-17 August 1990.

Sasser, J.N. and C.C. Carter. 1985. Overviewof the international Meloidogyne Pro-ject. In J.N. Sasser and C.C. Carter(Eds.). An Advanced Treatise on Me-loidogyne. Vol. I. Biology and Control.p. 19-24.

Sasser, J.N. and Freckman. 1987. A worldperspection on nematology. The roleof society. p. 7-14. In J.A. Veech andD.W. Dickson (Eds.). Vistas on Nemato-

logy: A Commemoration of Twenty FifthAnniversary of the Society of Nema-tology. E.O. Painter Printing Co. DeleonSprings, Florida.

Sasser, J.N. 1989. Plant parasitic nema-todes. The farmer’s hidden enemy. Acooperation publication of the Depart-ment of Plant Pathology and the Con-sortium for International Crop Pro-tection. North Carolina State Univer-sity.115 pp.

Sayre, R.M. 1980. Promising organism forbiological control of nematodes. PlantDis. 64: 527-532.

Schmitt, P.P. 1985. Preliminary and advan-ced evaluation of nematicides. In J.N.Sasser and C.C. Carter (Eds.). An Ad-vanced Treatise on Meloidogyne. Vol.I. Biology and Control. North CarolinaState University. Graphics, Raleigh,North Carolina. p. 241-246.

Schots, A. 1988. A Serological Approachto the Identification of Potato CystNematodes. Thesis, Wageningen Agri-cultural University, the Netherlands.118 pp.

Schmuterrer. 1995. The Neem Tree Aza-dirachtin indica A. Juss. and OtherMeliaceous Plants. VCH Verlagsgesll-schaft mbH, D69451 Weinheim. 696 pp.

Sitepu, D. and I. Mustika. 2000. Disease ofblack pepper and their management inIndonesia. p. 297-308. In P.N. Ravindran(Ed.). Black Pepper Piper nigrum.Medicinal and Aromatic Plants-Industrial Profiles. Harwood AcademicPublishers, USA.

Sriwati, R. 1999. Ketahanan beberapakultivar nilam (Pogostemon cablinBenth.) terhadap Pratylenchus brach-yurus (Godfrey) Filipjev & Stekhoven.Program Pascasarjana Institut Perta-nian Bogor. 42 hlm.

100 Ika Mustika

Stirling, G.R. 1993. Strategies for managingplant-parasitic nematodes on perennialcrops. In M.Y. Ibrahim, C.F.J. Bong, andI.B. Ipor (Eds.). The Pepper Industry.Problems and Prospects. UniversitiPertanian Malaysia. p. 111-117.

Swibawa, I.G. dan C. Ginting. Pembakarandan penyebaran sekam padi dan kopipratanam untuk pengendalian nema-toda puru akar pada tanaman tomat.Prosiding Kongres Nasional dan Se-minar Ilmiah Perhimpunan FitopatologiIndonesia, Palembang, 27-29 Oktober1997. hlm. 174-177.

Tasma, I M. dan P. Wahid. 1988. Pengaruhmulsa dan pemupukan terhadap per-tumbuhan dan hasil nilam. PemberitaanPenelitian Tanaman Industri XVI(3): 31-34.

Triman, B. dan Mulyadi. 2001. Pengen-dalian nematoda puru akar (Meloido-gyne spp.) pada buncis dengan bakteriPasteuria penetrans dan solarisasi.Jurnal Perlindungan Tanaman Indo-nesia 7(1): 49-54.

van der Vecht, J. 1953. Op planten para-siterende aaltjes. Dalam L.G.E. Kals-hoven and J. van der Vecht (Eds.). DePlagen van de Cultuurgewassen inIndonesia. Vol. 1, N.V. Uitgeverij, W.van Hoeve, ‘s Gravennhage/Bandoeng.p. 16-42.

Vilsoni, F., M.A. McClure, and L.D. Butler.1978. Occurrence, host range and histo-pathology of Radopholus similis inginger (Zingiber officinale). Plant Dis.Rep. 60(5): 417-420.

Volette, C., C. Andary, J.P. Geiger, J.L.Sarah, and M. Nicole. 1998. Histo-chemical and cytochemical investi-gation of phenols in roots of bananainfected by burrowing nematodeRadopholus similis. The AmericanPhytopathological Society.

Wallace, H.R. 1987. Effects of nematodeparasites on photosynthesis. Vistas onNematology. A Commemoration ofTwenty Fifth Anniversary of theSociety of Nematology. E.O. PainterPrinting Co. Deleon Springs, Florida.p. 253-259.

Wiryadiputra, S., E. Sulistyowati, dan Soe-naryo. 1987. Penggunaan bahan orga-nik dan abu sekam padi untuk mengen-dalikan nematoda parasit di pembibitankopi. Pelita Perkebunan 2(4): 146-151.

Wiryadiputra, S. 1992. Strategi dan hasilpenelitian nematoda parasit pada ta-naman kopi di Indonesia. Makalah padaSeminar Nematologi Se-Jawa, FakultasPertanian Universitas Gadjah Mada,Yogyakarta, 3-5 Agustus 1992. 13 hlm.

Wiryadiputra, S. dan R. Hulupi. 1997. Ujiketahanan varietas kopi arabika intro-duksi terhadap nematoda Pratylen-chus coffeae. Risalah Kongres NasionalXIII dan Seminar Ilmiah PerhimpunanFitopatologi Indonesia, Mataram, 25-27 September 1995. hlm. 223-228.

Wiryadiputra, S. 1997a. Pengaruh nema-tisida karbofuran dan etoprofos terha-dap populasi Pratylenchus coffae padakopi robusta. Risalah Kongres Nasio-nal XIII dan Seminar IImiah Perhim-punan Fitopatologi Indonesia, Ma-taram, 25-27 September 1995. hlm. 229-233.

Wiryadiputra, S. 1997b. Pengelolaan nema-toda parasit dalam produksi kopi or-ganik untuk meningkatkan agribisniskopi di Indonesia. Prosiding KongresXIV dan Seminar Nasional Perhim-punan Fitopatologi Indonesia Vol II.Palembang, 27-29 Oktober 1997. hlm.170-173.

Wiryadiputra, S. dan O. Atmawinata. 1998.Kopi (Coffea spp.). Dalam PedomanPengendalian Hama Terpadu Tanaman

Konsepsi dan strategi pengendalian nematoda ... 101

Perkebunan. Pusat Penelitian dan Pe-ngembangan Tanaman Industri, Bogor.hlm. 53-59.

Wiryadiputra, S. 2002. Pengaruh bionema-tisida berbahan aktif jamur Paecilo-myces lilacinus strain 251 terhadapserangan Pratylenchus coffeae padakopi robusta. Jurnal Perlindungan Ta-naman Indonesia 8(1): 18-26.

Yudarsif, A. Faisal, dan A. Denian. 1994.Pengaruh pupuk dan jarak tanam ter-hadap produksi tanaman nilam (Po-gostemon cablin Benth.) pada tanahPodzolik Merah Kuning. Prosiding Se-minar Penelitian Tanaman Rempah danObat. Subbalai Penelitian TanamanRempah dan Obat, Solok. hlm. 7-14.