PENYAKIT PENYERTA PADA KEHAMILAN DENGAN STATUS …eprints.ums.ac.id/71334/12/naspub baru.pdfsatu...

20
PENYAKIT PENYERTA PADA KEHAMILAN DENGAN STATUS LAHIR BAYI DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH DELANGGU KLATEN Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I Pada Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Oleh : DINA SEPTIYANI INDRIYASWARI J 210 171 105 PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2019

Transcript of PENYAKIT PENYERTA PADA KEHAMILAN DENGAN STATUS …eprints.ums.ac.id/71334/12/naspub baru.pdfsatu...

PENYAKIT PENYERTA PADA KEHAMILAN DENGAN STATUS

LAHIR BAYI DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH

DELANGGU KLATEN

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I

Pada Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh :

DINA SEPTIYANI INDRIYASWARI

J 210 171 105

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2019

1

PENYAKIT PENYERTA PADA KEHAMILAN DENGAN STATUS

LAHIR BAYI DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH

DELANGGU KLATEN

Abstrak

Meningkatnya angka kematian ibu dan angka kematian bayi masih menjadi masalah-

masalah kesehatan yang paling penting di negara berkembang seperti Indonesia. Salah

satu penyebab dari angka kematian ibu dan bayi karena adanya penyakit yang

menyertai selama kehamilan seperti diabetes mellitus, preeklampsia, anemia, asma,

penyakit jantung, penyakit infeksi, dan hepatitis. Penyakit penyerta yang terjadi

selama kehamilan apabila tidak segera ditangani ketika bersalin maka dapat

berpengaruh dan mengancam keselamatan ibu serta bayinya. penelitian ini untuk

mengetahui penyakit penyerta pada kehamilan, jenis tindakan persalinan pada ibu

dengan penyakit penyerta, dan mengetahui status lahir bayi dengan menggunakan

nilai APGAR score. Penelitian ini menggunakan deskriptif dengan pendekatan

retrospektif. Peneliti mengambil sampel dengan menggunakan teknik total sampling

dengan jumlah 157 responden yang diambil dari melihat data Medical Record (RM)

di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Delanggu Klaten. Penelitian ini menggunakan

teknik pengolahan data central tedency yang berupa nilai mean, median, modus.

sampel umur ibu hamil 20-35 tahun sebesar 67,5%, umur ibu <20 tahun sebesar 3,2%,

dan umur ibu >35 tahun sebesar 29,3%. Sampel gravida pada ibu hamil dengan

penyakit penyerta paling banyak pada multigravida atau hamil lebih dari 1 kali

sebesar 70,7%, sedangkan ibu hamil primigravida sebesar 29,3%. Sampel penyakit

penyerta pada ibu hamil paling banyak Preeklampsia sebesar 81,5%, Anemia sebesar

13,4%, Hepatitis sebesar 4,5%, DM sebesar 0,6%, dan Penyakit Jantung, Asma, serta

TB Paru sebesar 0 %. Sampel tindakan persalinan pada ibu hamil dengan penyakit

penyerta paling banyak melalui tindakan seksio sesarea sebesar 51,6%, spontan

48,4%, dan tindakan vakum ekstraksi 0%. Sampel nilai APGAR score pada bayi yang

dilahirkan terbanyak bayi dalam kondisi normal dengan nilai APGAR score 7-10

sebesar 86,0%, bayi yang mengalami asfiksia sedang sebesar 13,4%, dan bayi dengan

asfiksia berat sebesar 0,6%. peneliti selanjutnya untuk dapat melanjutkan penelitian

ini di Pelayanan Kesehatan III, supaya mendapatkan penyakit yang tidak dapat

ditemukan di Pelayanan Kesehatan II.

Kata Kunci : Penyakit Penyerta, Kehamilan, Status Lahir Bayi.

Abstract

Increasing maternal mortality and infant mortality are still the most important health

problems in developing countries like Indonesia. One of the causes of maternal and

infant mortality is the presence of diseases that accompany during pregnancy such as

diabetes mellitus, preeclampsia, anemia, asthma, heart disease, infectious diseases,

and hepatitis. The accompanying disease that occurs during pregnancy if it is not

immediately treated during childbirth can affect and threaten the safety of the mother

and her baby. The purpose of this study was to determine comorbidities in pregnancy,

the type of labor in mothers with co-morbidities, and to know the birth status of

babies using the APGAR score.This study uses descriptive retrospective approach.

The researcher took a sample using total sampling technique with 157 respondents

taken from seeing the Medical Record (RM) data at the Delanggu Klaten PKU

Muhammadiyah Hospital. This study uses central tedency data processing techniques

in the form of mean, median, mode. of this study that the sample age of pregnant

2

women 20-35 years 67.5%, mother age <20 years 3.2%, and maternal age> 35 years

29.3%. Gravida samples in pregnant women with the most comorbidities in

multigravida or more than 1 times pregnant were 70.7%, while primigravida pregnant

women were 29.3%. The most prevalent sample of concomitant diseases in pregnant

women was 81.5%, anemia was 13.4%, hepatitis was 4.5%, diabetes was 0.6%, and

heart disease, asthma and pulmonary TB were 0%. The labor sample in pregnant

women with the most comorbidities through cesarean section was 51.6%, spontaneous

48.4%, and 0% vacuum extraction action. The APGAR score sample for babies born

most babies in normal conditions with an APGAR score of 7-10 score was 86.0%,

infants with moderate asphyxia were 13.4%, and infants with severe asphyxia were

0.6%. the next researchers was able to continue this research in level III health

services in order to get a disease than cannot be found in level II services.

Keywords : Comorbidities, Pregnancy, Infant Birth Status.

1. PENDAHULUAN

Kegawat daruratan obstetri dan neonatal merupakan suatu kondisi yang dapat

mengancam jiwa seseorang, hal ini dapat terjadi selama kehamilan, ketika kelahiran

bahkan saat hamil. Sangat banyak sekali penyakit serta gangguan selama kehamilan

yang bisa mengancam keselamatan ibu maupun bayi yang akan dilahirkan.

Kegawatan tersebut harus segera ditangani, karena jika lambat dalam menangani akan

menyebabkan kematian pada ibu dan bayi baru lahir (Walyani & Purwoastuti, 2015).

Kejadian kematian dan kesakitan ibu masih merupakan masalah kesehatan

yang sangat serius di Negara-negara berkembang. Berdasarkan hasil laporan World

Health Organization (WHO) pada tahun 2017 Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia

masih tinggi dengan jumlah 289.000 jiwa. Beberapa Negara berkembang AKI yang

cukup tinggi seperti di Afrika Sub-Saharan sebanyak 179.000 jiwa, Asia Selatan

sebanyak 69.000 jiwa, dan di Asia Tenggara sebanyak 16.000 jiwa. AKI di Negara –

Negara Asia Tenggara salah satunya di Indonesia sebanyak 190 per 100.000 kelahiran

hidup (WHO, 2017).

Hasil data tersebut, AKI di Indonesia masih tinggi jika dibandingkan dengan

Negara-negara ASEAN. Tingginya AKI selama tahun 2010-2013 disebabkan oleh

perdarahan saat bersalin, selain itu juga ada 4 penyebab utama dari kematian ibu,

janin, dan bayi baru lahir (BBL) yaitu dapat disebabkan oleh adanya perdarahan saat

bersalin, infeksi sepsis, hipertensi dan preeklampsia atau eklampsia, dan persalinan

macet atau distosia (Walyani & Purwoastuti, 2015).

Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada

tahun 2012, AKI sebesar 19 per 1.000 kelahiran hidup, hal ini memberikan kontribusi

3

sebesar 59% dari kematian bayi. Hasil survei penduduk antar sensus (SUPAS) tahun

2015, bahwa jumlah AKB sebanyak 22,23 per 1.000 jumlah kelahiran hidup, hal ini

sudah sesuai dengan target Millinium Development Goals (MDGs) yaitu sebesar 23

per kelahiran hidup AKB merupakan jumlah kematian bayi dalam rentang usia 0 – 11

bulan pertama kehidupan (Kemenkes, 2017). AKB dapat terjadi disebabkan karena

adanya kehamilan beresiko tinggi. Kehamilan resiko tinggi di Indonesia pada tahun

2017 seperti umur ibu <18 tahun dan >34 tahun, jarak kelahiran kurang dari 2 tahun,

dan jumlah anak yang terlalu banyak >3 (BKKBN, 2017).

Menurut Data Program Kasga Provinsi Jawa Tengah tahun 2016 menjelaskan

bahwa, AKI menggambarkan resiko yang dialami ibu dari kehamilan sampai pasca

bersalin yang telah dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya, status gizi ibu saat

kehamilan, kondisi sosial ekonomi juga dapat menunjang tidaknya kesehatan ibu

dalam melakukan pemeriksaan kehamilan, keadaan kesehatan, adanya komplikasi

selama kehamilan dan persalinan (perdarahan, hipertensi dalam kehamilan, infeksi,

gangguan sistem peredaran darah, gangguan metabolisme, dan lainnya) serta

ketersediaan fasilitas kesehatan. Biasanya angka kematian ibu yang tinggi

dikarenakan kurangnya fasilitas pelayanan yang memadai termasuk pelayanan

prenatal dan postnatal serta keadaan sosial ekonomi ibu yang rendah. Tingginya

kasus kematian ibu di Provinsi Jawa Tengah sebanyak 602 kasus atau setara dengan

109,65 per 100.000 kelahiran hidup dengan prosentase 63,12 % diakibatkan oleh

kematian maternal waktu nifas, 22,92% pada waktu hamil dan 13,95 pada waktu

bersalin (Dinkes Jateng, 2017).

Data yang diambil dari Seksi Kesga Bidang Kesmas 2015 menyatakan bahwa,

angka kematian ibu ditahun 2015 mengalami penurunan dari tahun 2014 yaitu dari

115,7% menjadi 88,22 %. Angka kematian ini sejumlah 15 ibu yang teridi dari 2

kematian ibu hamil, dan 13 kematian ibu saat nifas. Penyebab kematian ibu antara

lain pendarahan dengan jumlah 5, preeklampsia sejumlah 3, dan 4 kematian ibu yang

disebkan oleh gangguan peredarah darah (jantung, stroke) serta 3 kematian ibu karena

kanker dan ileus. Berbeda dengan data AKI yang mengalami penurunan, AKB

ditahun 2015 mengalami peningakatan dari 11,09% menjadi 12,94%. Terdapat 220

AKB di Kabupaten Klaten, 121 berada dalam usia 0-6 hari (perinatal), 34 berada pada

rentan umur 7-28 hari (neonatal), dan 65 berada dalam rentan 29 hari- 11 bulan.

Peningkatan angka kejadian kematian bayi menurut Millinium Development Goals

(MDGs) di Kabupaten Klaten masih dibawah target. Dari 220 kasus kematian bayi

4

diantaranya paling banyak disebabkan oleh Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

sebanyak 100, 27 asfiksia sebanyak (Dinkes Klaten, 2016).

Peneliti melakukan penelitian di RS PKU Muhammadiyah Delanggu dengan

alasan karena pertolongan persalinan ibu hamil dengan penyakit penyerta tidak

mungkin dilakukan di Pelayanan Kesehatan (PK) tingkat I seperti di Klinik, Praktik

Bidan Mandiri, ataupun di Puskesmas. Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Delanggu

merupakan PK tingkat 2 yang dekat dengan masyarakat dan juga semua pelayanan

BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) berada pada PK tingkat 2. Berdasarkan

Studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti di RS PKU Muhammadiyah

Delanggu pada tanggal 1 Agustus 2018 data dari 3 bulan terakhir yaitu Mei sampai

dengan bulan Juli 2018 jumlah ibu hamil sebanyak 1.225 ibu hamil dan sebanyak 37

ibu hamil dengan penyakit penyerta.

Dari penjabaran diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai Penyakit Penyerta pada Kehamilan dengan Status Lahir Bayi di Rumah

Sakit PKU Muhammadiyah Delanggu Klaten.

2. METODE

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan suatu

penelitian yang dilakukan dengan cara mengamati atau observasi secara tidak

langsung maupun secara langsung dengan tujuan untuk menggambarkan suatu

masalah kesehatan berdasarkan distribrusi waktu, tempat, umur, status perkawinan,

pekerjaan, dan lain-lain (Hidayat, 2011). Penelitian ini menggunakan pendekatan

restrospektif atau menggunakan data sekunder yaitu melihat data dari rekam medik.

Penelitian ini populasinya adalah semua ibu hamil dengan penyakit penyerta di

Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Delanggu Klaten berdasarkan data rekam medik

pada bulan Agustus 2017 sampai Juli 2018 sebanyak 157 responden dari 4.443 ibu

hamil. Data diambil dengan teknik total sampling, yang mana teknik ini jumlah

sampel sama dengan populasinya yaitu sebanyak 157 responden (Sugiyono, 2015).

3.1.1 Central Tedency

Berdasarkan tabel 4.6, usia ibu dengan penyakit penyerta yang sering muncul pada

nilai modus 2 yaitu usia 25-35 tahun, gravida pada ibu dengan penyakit penyerta

yang sering muncul pada nilai modus 2 yaitu multigravida, penyakit penyerta yang

sering muncul pada nilai modus 1 yaitu preeklampsia, jenis persalinan yang sering

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

5

muncul pada ibu dengan penyakit penyerta pada nilai modus 2 yaitu seksio sesarea,

dan status lahir bayi yang sering muncul pada modus 3 yaitu bayi dalam keadaan

baik.

3.1.2 Umur

Tabel 1 Distribusi karakteristik sampel berdasarkan umur pada penelitian

di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Delanggu Klaten Tahun 2018

Umur(Th) Jumlah Persentase (%)

< 20

20-35

> 35

5

106

46

3,2

67,5

29,3

Total 157 100,0

3.1.3 Gravida

Tabel 2 Distribusi karakteristik sampel berdasarkan gravida pada

penelitian di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Delanggu Klaten Tahun 2018

Gravida Jumlah Persentase (%)

Primigravida

Multigravida

46

111

29,3

70,7

Total 157 100,0

3.1.4 Penyakit Penyerta

Tabel 3 Distribusi karakteristik sampel berdasarkan penyakit penyerta

pada penelitian di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Delanggu Klaten Tahun 2018

Penyakit Penyakit Jumlah Persentase (%)

Preeklampsia

Diabetes Mellitus

Penyakit Jantung

TB Paru

Asma

Anemia

Hepatitis

128

1

0

0

0

21

7

81,5

0,6

0

0

0

13,4

4,5

Total 157 100,0

6

3.1.5 Jenis Persalinan

Tabel 4 Distribusi karakteristik sampel berdasarkan jenis persalinan

pada penelitian di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Delanggu Klaten Tahun 2018

Jenis Persalinan Jumlah Persentase (%)

Spontan

Seksio Sesarea

Vakum Ekstraksi

76

81

0

48,4

51,6

0

Total 157 100,0

3.1.6 Status Lahir Bayi

Tabel 5 Distribusi karakteristik sampel berdasarkan penyakit

penyerta padapenelitian di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Delanggu Klaten

Tahun 2018

Status Lahir Bayi Jumlah Persentase (%)

Asfiksia Berat (0-3)

Asfiksia Sedang (4-6)

Bayi dalam Keadaan Baik (7-10)

1

21

135

0,6

13,4

86,0

Total 157 100,0

3.2 Pembahasan

3.2.1 Umur

Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan umur sampel ibu hamil 20-35 tahun sebesar

67,5 %. Umur ibu dengan kehamilan resiko tinggi kurang dari 20 tahun sebanyak

5 orang dengan prosentase 3,2 % dan kehamilan dengan resiko tinggi umur lebih

dari 35 tahun sebesar 29,3 %.

Umur ibu dalam kehamilan merupakan suatu faktor sosiodemografik

yang dapat mempengaruhi proses kehamilan (Johnson, 2010). Usia lebih dari 20

tahun dan kurang dari 35 tahun merupakan usia yang dapat dikatakan sebagai usia

yang paling baik dalam masa kehamilan, dikarenakan pada usia tersebut sistem

reproduksi pada wanita dapat bekerja secara maksimal (Rohan, 2017). Kehamilan

diusia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun merupakan suatu kehamilan

yang mempunyai resiko tinggi yang dapat mengalami berbagai masalah penyulit

kehamilan, baik secara psikologis maupun fisiologis karena rahim dan tulang

panggul ibu serta sirkulasi darah belum berkembnag dengan sempurna dan juga

di usia lebih dari 35 tahun ibu akan mengalami penurunan kualitas pada sel telur,

7

penuaan organ, keaadaan rahim ibu mengalami penurunan sehingga dapat

mengalami penyakit hipertensi dan preeklampsia, diabetes persalinan lama,

kelahiran dengan operasi sesarea, serta kematian, selain itu dampak buruk bagi

janin yaitu bayi dapat lahir dengan berat badan lahir rendah, makrosomia,

kelainan kromosom, serta kematian neonatal (Lowdermik, 2013). Hasil penelitian

tercatat bahwa ibu hamil dengan penyakit penyerta paling banyak terjadi diantara

usia 20-35 tahun. Penelitian tersebut didukung dengan penelitian tahun 2015

dengan sampel 367 wanita hamil, bahwa ibu yang hamil dengan penyakit

penyerta paling banyak diusia 20-35 tahun sebanyak 281 wanita karena usia yang

aman untuk hamil yaitu diusia 20-35 tahun, karena usia tersebut merupakan usia

produktif dan sistem reproduksi wanita dapat bekerja dengan baik (Haryani,

2015). Penelitian lain juga menjelaskan usia kehamilan 20 tahun sampai 35 tahun

merupakan usia reproduksi yang sangat baik dan sehat bagi seorang perempuan

untuk hamil dan melahirkan seorang bayi (Triana, 2014).

Hasil penelitian Nursal tahun 2016, menjelaskan bahwa kelompok umur

beresiko (55,9%) yang artinya ibu yang hamil diusia <20 tahun dan >35 tahun

beresiko tinggi untuk mengalami kejadian penyakit penyerta pada kehamilan

dibandingkan dengan usia 20-35 tahun. Hal ini terjadi karena pada usia <20 dan

>35 tahun ibu mengalami peningkatan ataupun penurunan fungsi sistem

reproduksi. Usia yang terlalu muda <20 tahun panggul ibu belum siap dan

tumbuh dengan sempurna untuk hamil dan mudah sekali mengalami peningkata

tekanan darah serta mudah untuk mengalami kejang. Usia >35 tahun atau usia

mengalami penurunan sistem reproduksi karena seiring dengan bertambahnya

usia ibu rentan terkena penyakit seperti mudah mengalami peningkatan tekanan

darah. Ibu yang hamil diusia resiko tinggi pemeriksaan antenatal secara teratur

sangat penting dilakukan guna mendeteksi dini dan mencegah kemungkinan

mengalami penyakit yang menyertai selama hamil (Nursal, 2016). Berdasarkan

hasil suatu penelitian usia ibu yang masih muda dan terlalu tua di masa kehamilan

dapat meningkatkan resiko penyakit kronis seperti DM, penyakit jantung,

hipertensi, preeklampsia, serta eklampsia dikarenakan ketika ibu masih remaja

ataupun sudah tua tidak mengkonsumsi nutrisi yang baik, padahal nutrisi yang

dikonsumsi ibu sangat mempengaruhi kondisi janin (Sutan, 2014).

8

3.2.2 Gravida

Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukkan bahwa sebagian besar sampel ibu hamil

dengan penyakit penyerta paling banyak pada multigravida sebanyak 70,7%,

dibanding dengan primigravida sebesar 29,3%.

Penelitian ini dukung oleh penelitian tahun 2016 bahwa ibu hamil dengan

komplikasi terbanyak pada multigravida daripada primigravida. Hal ini

dikarenakan pada ibu hamil multigravida atau hamil lebih dari satu kali ibu sudah

pernah terpapar oleh kontrasepsi ,berbeda dengan ibu hamil primigravida belum

pernah menggunakan kontrasepsi. Efek dari penggunaan alat konrasepsi salah

satunya bisa meningkatkan tekanan darah, untuk itu ibu sangat perlu mengikuti

konseling KB (Keluarga Berencana) ke fasilitas pelayanan kesehatan, supaya ibu

dapat mengetahui dan memutuskan menggunakan kontrasepsi yang cocok dalam

mengatur jarak kehamilan dengan demikian ibu dapat menghindari adanya resiko

terjadi komplikasi saat hamil (Nursal, 2016). Penelitian Hasmawati tahun 2014

menjelaskan, bahwa kehamilan primigravida juga sangat penting untuk dilakukan

pengawasan untuk mendapatkan informasi tentang kehamilan dan juga mencegah

adanya tanda bahaya diutamakan dalam memberikan pelayanan antenatal.

Primigravoda tua juga perlu adanya engawasan karena pada kondisi tersebut

sudah mengalami penurunan kesehatan sehingga dapat menyebabkan gangguan

pembuluh darah (Hasmawati, 2014). Penelitian yang lain juga menjelaskan

bahwa ibu yang mengalami komplikasi kehamilan yaitu pada ibu dengan

multigravida sebanyak 39 orang. Ibu yang pernah melahirkan lebih dari 4 kali

atau lebih dapat mengalami komplikasi kehamilan seperti anemia, perdarahan

kehamilan muda, preeklampsia dan ketuban pecah dini (Ummah, 2016).

Penelitian tersebut berbeda dengan penelitian Suwanti, bahwa ibu

dengan kehamilan kedua atau lebih beresiko kecil mengalami komplikasi

kehamilan dikarenakan primipara atau primigravida terjadi pembentukan

blockingantibodies terhadap antigen yang tidak sempurna akibatnya dapat

menghambat invasi arteri spiralis sehingga mengganggu fungsi plasenta.

Kemudian dapat mengakibatkan sekresi vasodilatorprostasiklin oleh sel endotel

plasenta berkurang sehingga bisa terjadi vasokonstiksi dan sekresi aldosteron

menurun (Suwanti, 2014). Hal ini sama dengan penelitian Denantika,

primigravida lebih beresiko untuk mengalami kejadian penyakit preeklampsia

dikarenakan pada ibu hamil pertama kali bisa terpapar vilus korion. Wanita

9

terdapat mekanisme pembentukan imunologik pembentukan blocking antibody

dari HLA-G (human leukocyte antigen G) terhadap antigen plasenta, yang mana

antigen tersebut belum terbentuk dengan sempurna sehingga bisa menyebabkan

terganggunya proses implantasi trofoblas ke jaringan desidual ibu hamil tersebut.

(Denantika, 2015).

3.2.3 Penyakit Penyerta

Berdasarkan Tabel 4.3 hasil penelitian diketahui bahwa penyakit penyerta pada

kehamilan paling banyak yaitu Preeklampsia sebesar 81,5%, Anemia (13,4%),

Hepatitis (4,5%), dan terendah penyakit DM (0,6%).

Kehamilan beresiko tinggi merupakan suatu kehamilan yang dapat

mengancam jiwa janin maupun ibu. Hal tersebut perlunya pendekatan yang lebih

komprehensif terhadap kehamilan beresiko tinggi, terdapat kelompok kategori

berdasarkan ancaman terhadap kesehatan kehamilan seperti biofisik, psikososial,

sosiodemografi, dan lingkungan. Komplikasi kehamilan apabila terjadi selama

persalinan dan kelahiran maka dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas

perinatal. Deteksi dini pada kehamilan beresiko tinggi sangatlah penting guna

untuk mengetahui serta mencegah masalah-masalah kehamilan, persalinan dan

kelahiran (Lowdermik, 2013).

Selama kehamilan, akan mengalami perubahan sirkulasi yang dipengaruhi

oleh hormonal. Meningkatnya berat badan pada ibu dan adanya jaringan ekstra

yang diperlukan bagi janin untuk tumbuh kembangnya didalam kandungan.

Tekanan darah tersebut akan turun dalam 6 bulan pertama kehamilan, hal ini

terjadi karena penurunan dalam perifer vaskuler resistence yang disebabkan oleh

peregangan otot halus oleh hormon progesteron setelah 24 minggu tekanan darah

akan naik terus menerus. Peningkatan tersebut terjadi seiring dengan pembesaran

uterus dan ukuran konseptus. Kondisi ini akan menyebabkan pengambilan

oksigen dalam darah uterus terlalu banyak pada masa kehamilan, apabila aliran

darah ke plasenta mengalami keterlambatan maka oksigen dan nutrisi yang akan

dialirkan ke janin akan berkurang, sehingga akan memperlambat pertumbuhan

dan perkembangan janin, serta meningkatkan resiko saat menjalani proses

melahirkan (Jumaiza, Elvira, & Panjaitan, 2018).

Preeklampsia dapat terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu usia

ibu yang tua karena diusia ibu yang tua akan mengalami penurunan fungsi tubuh

adanya proses degenerasi. Proses degenerasi pada sistem reproduki ibu

10

mengakibatkan fungsi tubuh terganggu sehingga mudah untuk terkena penyakit

kehamilan. Pekerjaan juga mempengaruhi kejadian preeklampsia karena

berkaitan dengan aktivitas fisik yang nantinya dapat menimbulkan stres dan

kelelahan sehingga tekanan daah ibu bisa mengalami peningkatan. Ibu

primigravida berpeluang besar mengalami preeklampsia kaena secara imunologik

ketika hamil pertama pembentukan blockingantibodies terhadap antigen tidak

dapat terbentuk dengan sempurna sehingga dapat menimbulkan respon imun yang

rendah sehingga bisa mengalami preeklampsia (Lombo, Wagey, & Mamengko,

2017).

3.2.4 Jenis Persalinan

Berdasarkan Tabel 4.4 menunjukkan bahwa sebagian besar sampel ibu hamil

dengan penyakit penyerta menggunakan jenis persalinan seksio sesarea sebanyak

81 orang dengan prosentase 51,6% ,sedangkan ibu yang lahir dengan persalinan

normal sebanyak 78 orang atau 48,4%.

Persalinan sesarea merupakan suatu persalinan untuk mengeluarkan janin

dengan menginsisi abdomen dan dinding uterus. Faktor resiko dilakukan

persalinan sesarea yaitu faktor ibu, janin, ataupun plasenta yang menutupi jalan

lahir. Faktor ibu untuk dilakukan persalinan sesarea karena terdapat penyakit

penyerta seperti hipertensi, preeklampsia, diabetes, HIV (Human

Immuodeficiency Virus) dengan virus lebih dari 1000, serta panggul ibu sempit,

sedangkan pada faktor janin seperti adanya penyakit, bayi makrosomia, malposisi

dan malpresentasi. Sebagian besar ibu usia diatas 35 tahun 30% dua kali lebih

banyak melahirkan dengan cara sesarea dibandingkan pada ibu diusia remaja

(Green and Wilkinson, 2012).

Berdasarkan penelitian hasil suatu analisa menggunakan chi-square bahwa

responden dengan PEB (Preeklampsia berat) mempunyai peluang lebih besar

melakukan tindakan persalinan seksio sesare dibanding pada responden yang

tidak PEB. Hal tersebut disebabkan karena adanya beberapa faktor gawat janin

seperti plasenta previa, ruptur uteri yang mengancam, partus lama, panggul

sempit distosia, dan indikasi lainnya, selain faktor janin juga terdapat faktor ibu

yang mempengaruhi persalinan sesare seperti adanya penyakit penyerta salah

satunya PEB (Aprina, 2016). Penelitian tersebut berbeda dengan hasil penelitian

Hutagalung 2016, bahwa ibu yang bersalin dengan seksio sesarea paling banyak

pada ibu yang tidak memiliki riwayat penyakit seperti hipertensi, mioma uteri,

11

penyakit jantung, dan penyakit infeksi candiloma acimuna. Ibu dengan

preeklampsia harus dilakukan operasi sesare dengan maksud meminimalisir

terjadinya asfiksia neonatorum karena ibu dengan proteinuria dan oedem dapat

menyebabkan terputusnya pasokan oksigen dan zat gizi untuk janin (Hutagalung,

2016).

Penelitian tersebut berbeda dengan hasil penelitian oleh Marwiyah 2016, ibu

dengan komplikasi kehamilan paling banyak melahirkan secara spontan karena

menurut responden mereka ingin mendapatkan pelayanan yang lebih baik dan

dengan keadaan yang memungkinkan responden bersalin. Persalinan spontan

merupakan pengeluaran bayi melalui vagina tanpa menggunakan alat ataupun

obat anestesi. Persalinan tersebut meliputi kala I, kala II, kala III, dan kala IV,

dengan waktu maksiml 18 jam (Marwiyah, 2016). Hasil penelitian lain bahwa

terdapat 105 sampel bayi dengan asfiksia neonatorum persalinan tertinggi yaitu

seksio sesarea sebesar 57,1% bayi, dan 23,8% bayi dengan persalinan spontan,

12,4% bayi dengan ekstraksi vakum (Zainuddin, 2013).

3.2.5 Status Lahir Bayi

Berdasarkan Tabel 4.5 menunjukkan bahwa diketahui bahwa status lahir bayi

paling banyak yaitu bayi dalam keadaan baik sebesar (86,0%), asfiksia sedang

(13,4%) dan asfiksia berat (10,6%).

Asfiksia merupakan suatu kondisi dimana bayi baru lahir dalam keadaan tidak

mampumelakukan pernapasan secara spontan dan teratur setelah dilahirkan,

karena bayi tidak mampu dalam memasukkan oksigen dan mengeluarkan

karbondioksida dari tubuhnya. Gangguan yang terjadi pada bayi disebabkan

adanya penyempitan saluran pernapasan dan terhentinya gangguan sirkulasi

pernapasan pada tubuh bayi (Herawati, 2013).

Hasil suatu penelitian menunjukkan bahwa asfiksia neonatorum terjadi karena

adanya faktor seperti lilitan tali pusat, hipertensi dalam kehamilan,anemia,

ketuban pecah dini dan paritas (Widiani, 2016). Penelitian ini sama dengan hasil

penelitian Indah, bahwa preeklampsia dapat menyebabkan asfiksia pada bayi baru

lahir karena ketika hamil terjadi perubahan vaskuler. Perubahan tersebut

mengganggu kerja invasi sel-sel trofoblas pada arteri spiralis serta jaringan

matriks sehingga mengakibatkan arteri spiralis relatif akan mengalami

vasokonstriksi akibatnya mengalami kegagalan remodeling arteri spinalis

sehingga aliran darah uteroplasenta mengalami penurunan iskemia plasenta dan

12

hipoksia intra uteri dapat terjadi. Apabila janin mengalami kekurangan oksigen

maka janin berusaha melakukan pernafasan intra uterin sehingga janin melakukan

aspirasi air ketuban dan mekonium dalam paru-paru sehingga dapat menyebabkan

tersumbat bronkus serta janin lahir alveoli tidak berkembang sehingga terjadi

asfiksia (Indah, 2016).

Jenis persalinan seperti seksio sesarea dapat mempengaruhi asfiksia pada bayi

karena faktor dari obat-obatan yang dapat mengganggu proses sirkulasi oksigen

ke otak (Pangemanan, 2016). Penelitian tersebut bertolak belakang dengan hasil

yang disampaikan oleh Rofi’atun, bahwa di RSUD Dr. Moewardi Surakarta kadar

hemoglobin pada ibu hamil bukan merupakan faktor resiko yang dapat

meningkatkan resiko kejadian asfiksia neonatorum (Rofi’atun, 2016). Hal ini

terjadi karena penyebab asfiksia tidak hanya disebabkan oleh anemia atau kadar

Hb yang rendah, namun faktor resiko terjadinya kejadian asfiksia dipengaruhi

adanya suatu penyakit kronis sepeti diabetes, penyakit jantung dan ginjal,

hipertensi, pre eklampsia, plasenta previa dan infeksi intra uteri (Green and

Wilkinson, 2012).

4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1) Sampel umur ibu hamil 20-35 tahun sebesar 67,5%, umur ibu <20 tahun sebesar

3,2%, dan umur ibu >35 tahun sebesar 29,3%.

2) Sampel gravida pada ibu hamil dengan penyakit penyerta paling banyak pada

multigravida atau hamil lebih dari 1 kali sebesar 70,7%, sedangkan ibu hamil

primigravida sebesar 29,3%.

3) Sampel penyakit penyerta pada ibu hamil paling banyak Preeklampsia sebesar

81,5%, Anemia sebesar 13,4%, Hepatitis sebesar 4,5%, DM sebesar 0,6%, dan

Penyakit Jantung, Asma, serta TB Paru sebesar 0 %.

4) Sampel tindakan persalinan pada ibu hamil dengan penyakit penyerta paling

banyak melalui tindakan seksio sesarea sebesar 51,6%, spontan 48,4%, dan

tindakan vakum ekstraksi 0%.

5) Sampel nilai APGAR score pada bayi yang dilahirkan terbanyak bayi dalam

kondisi normal dengan nilai APGAR score 7-10 sebesar 86,0%, bayi yang

mengalami asfiksia sedang sebesar 13,4%, dan bayi dengan asfiksia berat sebesar

0,6%.

13

4.2 Saran

1) Bagi Ibu Hamil

Diharapkan ibu hamil untuk tetap mau melakukan kunjungan ANC minimal 4

kali untuk mengetahui perkembangan kehamilanya selain itu juga tedeksi dini

agar mencegah atau mengatasi penyakit yang diderita ibu hamil.

2) Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian selanjutnya bisa dilakukan di tingkat Pelayanan Kesehatan tingkat ke

III dengan tujuan supaya peneliti selanjutnya bisa memperoleh data penyakit

yang tidak bisa ditemukan di pelayanan kesehatan tingkat II seperti penyakit

jantung, TB, dan penyakit lainnya. Selain itu peneliti selanjutnya juga bisa

menghubungkan atau di crostabekan antara karakteristik responden dengan

penyakit penyerta dan status lahir bayinya.

DAFTAR PUSTAKA

Aprina & Puri, Anita. (2016). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Persalinan Sectio

Caesarea di RSUD DR. H Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Jurnal Kesehatan, 1(VII).

92-93. https://ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JK/article/view/124

Denantika, Oktaria., Serudji, Joserizal., & Revilla, Gusti. (2015). Hubungan Status Gravida

dan Usia Ibu terhadap Kejadian Preeklampsia di RSUD Dr. M. Djmail Padang Tahun

2012-2013. Jurnal Kesehatan Andalas, 4(1), 215.

http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/224

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (2017). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah

Tahun 2016. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016, 3511351 (24), 47–83.

Dinkes Jateng. (2015). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Dinas Kesehatan Provinsi

Jawa Tengah, 48–49. Retrieved from dinkes jateng

prov.go.id/v2015/dokumen/profil2015/Profil_2015_fix.pdf

Green, Carol Johnson and Wilkinson, Judith M. (2012). Rencana Asuhan Keperawatan

Maternal & Bayi Baru Lahir. Jakarta: EGC.

Haryani, Ayu Putri., Maroef, Moch., & Adilla Sri N. (2015). Hubungan Usia Ibu Hamil

Beresiko dengan Kejadian Preeklampsia/Eklampsia Di RSU Haji Surabaya Periode 1

Januari 2013 – 31 Desember 2013. Volume 11 No 1 Juni 2015.

http://ejournal.umm.ac.id/index.php/sainmed/article/view/4192

14

Hasmawati, Dessy. (2014). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Preeklampsi

pada Kehamilan di RSUD Embung Fatimah Kota Batam Tahun 2012. Jurnal Kesehatan

Andalas 2014 (3). http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/20

Herawati, Rika. (2013). Faktor – Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Asfiksia Neonatorum

pada Bayi Baru Lahir Di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Rokan Hulu. Jurnal

Maternity and Neonatal, 1(2), 75–85.

Hidayat, Aziz Alimul. (2011). Metodologi Penelitian Kesehatan. Surabaya: Health Books

Publishing.

Hutagalung, Evita Sartika., Hiswani, & Rasmaliah. (2015). Karakteristik Ibu Bersalin dengan

Seksio Sesarea Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2013-2014. Gizi,

Kesehatan Reproduksi dan Epidemologi, 1(4).

https://jurnal.usu.ac.id/gkre/article/view/4208

Indah, Siti Nur & Apriliana, Ety. (2016). Hubungan antara Preeklamsia dalam Kehamilan

dengan Kejadian Asfiksia pada Bayi Baru Lahir. Majority, 5(5)).

Johnson, Joice Y. (2016). Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Rapha Publishing.

Jumaiza., Elvira, Deni., & Panjaitan, Arip Ambulan. (2018). Analisis Faktor-Faktor yang

Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi pada Ibu Hamil Trimester III. Jurnal Ilmiah

Ilmu Kesehatan ; Wawasan Kesehatan, P-ISSN 2087-4995, E-ISSN 2598-4004, 4(2),

125–137. http://journal.stikes-kapuasraya.ac.id/index.php/JIIK-WK/article/view/76

Lombo, Giovanna E., Wagey, Freddy W., & Mamengko, Linda S. (2017). Karakteristik Ibu

Hamil dengan Preeklampsia Di RSUP Prof Dr. R.D . Kandou Manado. Jurnal

Kedokteran Klinik (JKK), 1(3), 9–15.

Lowdermik, Deitra Leonard., Perry, Shannon E., and Cashion, Kitty. (2013). Keperawatan

Maternitas Ed. 8.Penerjemah: Felicia S &Anesia T. Elsevier: Singapore.

Marwiyah. (2016). Hubungan Penyakit Kehamilan dan Jenis Persalinan dengan Kejadian

Asfiksia Neonatorum Di RSUD dr Dradjat Prawiranegara Serang. NurseLine Journal

2(1).

Nursal, Dien Gusta Anggraini., Tamela, Pratiwi., & Fitrayeni. (2016). Faktor Risiko Kejadian

Preeklampsia pada Ibu Hamil di RSUP DR. M. Djamil Padang Tahun 2014. Jurnal

Kesehatan Masyarakat Andalas p-ISSN 1978-3833 e-ISSN 2442-6725, 10 (1), 40-41.

http://jurnal.fkm.unand.ac.id/index.php/jkma/

Pangemanan, Eunike A., Wantania, John J., & Wagey, Freddy W. (2016). Karakteristik

Kehamilan dengan Luaran Asfiksia Saat Lahir di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado

periode Januari – Desember 2014. Jurnal E-Clinc(eCL), 4(1).

15

Profil Dinkes Klaten. (2016). Profil Kesehatan Kabupaten Klaten Tahun 2015. Retrieved

from

http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/Profil_Kab_Kota_2015/3310_Jaten

g_Kab_Klaten_2015

Rofi’atun. (2016) Hubungan Kadar Hemoglobin Ibu Hamil dengan Kejadian Asfiksia

Neonatorum di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Skripsi Mahasiswa S1 Keperawatan FIK

UMS. http://docplayer.info/33214655-Hubungan-kadar-hemoglobin-ibu-hamil-dengan-

kejadian-asfiksia-neonatorum-di-rsud-dr-moewardi-surakarta.html

Rohan, Hasdianah Hasan. (2017). Buku Kesehatan Reproduksi. Malang: Intimedia

Sugiyono. (2015). Metode Penelitan Kuantitatif, Kualitatif, dan R dan D. Bandung: Alpabeta.

Sulistyawati, Ari. (2009). Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan. Jakarta: Salemba

Medika

Sulastri., Maliya, Arina., & Zulaicha, Endang. (2015). Model Pencegahan Anemia pada Ibu

Hamil Untuk Menemukan Perdarahan Post Partum.

https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/psn12012010/article/viewFile/1231/14

Sutan, et al. (2014). Determinant of Low Birth Weight Infants: A Matched Case Control

Study. Open Journal of Preventive Medicine, 4, 91-99. March, 2014.

http://www.scirp.org/journal/ojpm/~http://dx.doi.org/10.4236/ojpm.2014.43.

Suwanti., Wibowo, Edi Prasetyo., & Safitri, Nur Aini. (2014). Hubungan Tekanan Darah dan

Paritas dengan Kejadian Eklampsia di Ruang Bersalin RSUP NTB Tahun 2012. Media

Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787, 8(1). http://www.lpsdimataram.comVolume 8, N

Syalfina, Agustin Dwi. (2017). Analisis Faktor Risiko Komplikasi Kehamilan Trimester III,

60–68.

http://ejurnalp2m.stikesmajapahitmojokerto.ac.id/index.php/publikasi_stikes_majapahit/

article/view/224

Triana, Ani. (2014). Pengaruh Penyakit Penyerta Kehamilan dan Kehamilan Ganda dengan

Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau. Jurnal

Kesehatan Komunitas, 2 (5)(4), 193–198.

jurnal.htp.ac.id/index.php/keskom/article/download/73/59/

Ummah, F. (2015). Kontribusi Faktor Resiko 1 terhadap Komplikasi Kehamilan Di Rumah

Sakit Muhammadiyah Surabaya. Surya, https://jurnal.stikesmuhla.ac.id/wp-

content/uploads/2018/04/6.-Kontribusi-Faktor-Risiko-1-terhadap-Komplikasi-

Kehamilan.pdf

16

Widiani, Ayuk., Kurniati, Yuli., & Windiani, Trisna. (2016). Faktor Resiko Ibu dan Bayi

terhadap Kejadian Asfiksia Neonatorum di Bali. Public Health and Preventive

Medicine Archive, 4(2). https://media.neliti.com/media/publications/164613-ID-

none.pdf

Wiyati, PS., & Wibowo, B. (2014). Luaran Maternal dan Perinatal pada Hamil dengan

Penyakit Jantung di RSUP Dr . Kariadi Semarang, 21(1), 20–30.

http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-mog4b9ed3bd3cfull.pdf

Walyani, E. S. & Purwoastuti,Th. E. (2015). Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal

& Neonatal. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Zainuddin, Zulkarnain., Wilar, Rocky., & Mantik, Max F.J. (2013). Hubungan Jenis

Persalinan dengan Kejadianasfiksia Neonatorum DI RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou

Manado 1. Jurnal E-Clinic (ECL), 1(14).

https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eclinic/article/view/3237/2781