Penurunan Suhu Tubuh Pada Mayat

7
Penurunan suhu tubuh pada mayat Penurunan suhu mayat adalah indikator yang sangat beguna untuk perkiraan waktu kematian 24 jam pertama. Pemeriksaan ini berdasarkan pengukuran suhu internal tubuh (body core temperature), setelah kematian harus ditentukan dari pengukuran direct suhu intra abdominal, caranya dengan memasukkan thermometer ke dalam rectum atau dapat pula ke dalam alat-alat dalam tubuh seperti hati atau otak yang tentunya baru dapat dilakukan bila dilakukan bedah mayat. Jika menggunakan thermometer air raksa pembacaan hasil dilakukan setelah sekurang-kurangnya 3 menit setelah thermometer masuk ke dalam rectum sedalam 10 sentimeter, jika thermometer elektronis pembacaan hasil pengukuran dapat dilakukan segera Penurunan suhu mayat atau algor mortis akan terjadi setelah kematian dan berlanjut sampai tercapainya suatu keadaan dimana suhu mayat sama dengan suhu lingkungan. Berdasarkan penelitian kurva penurunan suhu mayat akan terbentuk kurva sigmoid, dimana pada jam-jam pertama penurunan suhu akan berlangsung dengan lambat, demikian pula bila suhu tubuh mayat telah mendekati suhu lingkungan. Panas yang dilepaskan melalui permukaan tubuh, dalam hal ini kulit adalah secara radiasi, dan karena tubuh itu terdiri dari berbagai lapisan yang tidak homogen, maka lapisan yang berada di bawah kulit akan meyalurkan panasnya ke arah kulit, sedangkan lapisan tersebut juga mendapat panas dari lapisan yang berada di

description

YAAA

Transcript of Penurunan Suhu Tubuh Pada Mayat

Penurunan suhu tubuh pada mayatPenurunan suhu mayat adalah indikator yang sangat beguna untuk perkiraan waktu kematian 24 jam pertama. Pemeriksaan ini berdasarkan pengukuran suhu internal tubuh (body core temperature), setelah kematian harus ditentukan dari pengukuran direct suhu intra abdominal, caranya dengan memasukkan thermometer ke dalam rectum atau dapat pula ke dalam alat-alat dalam tubuh seperti hati atau otak yang tentunya baru dapat dilakukan bila dilakukan bedah mayat. Jika menggunakan thermometer air raksa pembacaan hasil dilakukan setelah sekurang-kurangnya 3 menit setelah thermometer masuk ke dalam rectum sedalam 10 sentimeter, jika thermometer elektronis pembacaan hasil pengukuran dapat dilakukan segera Penurunan suhu mayat atau algor mortis akan terjadi setelah kematian dan berlanjut sampai tercapainya suatu keadaan dimana suhu mayat sama dengan suhu lingkungan. Berdasarkan penelitian kurva penurunan suhu mayat akan terbentuk kurva sigmoid, dimana pada jam-jam pertama penurunan suhu akan berlangsung dengan lambat, demikian pula bila suhu tubuh mayat telah mendekati suhu lingkungan.Panas yang dilepaskan melalui permukaan tubuh, dalam hal ini kulit adalah secara radiasi, dan karena tubuh itu terdiri dari berbagai lapisan yang tidak homogen, maka lapisan yang berada di bawah kulit akan meyalurkan panasnya ke arah kulit, sedangkan lapisan tersebut juga mendapat panas dari lapisan yang berada di bawahnya. Keadaan tersebut terjadi dimana pelepasan atau penyaluran panas secara bertingkat dengan sendirinya membutuhkan waktu, hal ini menerangkan mengapa pada jam-jam pertama setelah terjadi kematian somatis penurunan suhu berlnagsung lambat. Bila telah mencapai temperature gradient, yaitu suatu keadaan dimana telah terdapat perbedaan suhu yang bertahap diantara lapisan-lapisan yang mennyusun tubuh, maka penyaluran panas dari bagian dalam tubuh ke permukaan dapat berjalan dengan lancer, penurunan suhu tubuh mayat akan tampak jelas, Oleh karena suhu mayat akan terus menurun maka akan dicapai suatu keadaan dimana perbedaan antara suhu mayat dengan suhu lingkungan tidak telalu besar, hal ini menerangkan mengapa penurunan suhu mayat saat mendekati suhu lingkungan berlangsung lambat. Pengukuran suhu mayat dilakukan dengan memasukkan thermometer ke dalam rektum atau ke dalam hati atau otak yang tentunya baru dapat dilakukan jika dilakukan bedah mayat atau otopsi. Faktor faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan penurunan suhu mayat antara lain : a) Faktor internal 1. Suhu tubuh sebelum kematian, beberapa keadaan seperti infeksi, perdarahan otak, kerusakan jaringan otak serta kematian karena penjeratan akan didahului dengan peningkatan suhu tubuh. Dengan demikian adanya keadaan tersebut harus diperhitungkan di dalam penafsiran saat kematian.2. Suhu tubuh pada saat mati, berpengaruh jelas karena suhu tubuh saat mati tersebut akan merupakan start poin awal terjadinya penurunan suhu. Suhu tubuh yang tinggi pada saat mati, seperti mislanya pada penderita infeksi atau perdarahan otak, akan mengakibatkan tingkat penurunan suhu menjadi lebih cepat. Sedang penderita dengan hipotermia tingkat penurunannya akan sebaliknya. 3. Keadaan tubuh, usia bayi akan lebih cepat terjadinya penurunan suhu dibandingkan orang dewasa akibat permukaan tubuh yang relatif besar. Pada mayat yang tubuhnya kurus, tingkat penurunannya juga lebih cepat dibandingkan dengan mayat yang tubuhnya gemuk karena lemak dapat berfungsi menghalangi terjadinya perpindahan panas ke lingkungan.

b) Faktor eksternal 1. Suhu medium, semakin rendah suhu medium tempat tubuh mayat benda akan semakin cepat tingkat penurunannya. Misalnya, pada lingkungan yang dingin, dengan suhu tubuh pada saat mati yang tinggi. Maka tingkat penurunannya akan semakin besar.2. Keadaan udara sekitarnya, pada udara yang lembab, tingkat penurunan suhu menjadi lebih besar. Hal ini disebabkan karena udara yang lembab merupakan konduktor yang baik. Pada udara yang terus berhembus (angina), tingkat penurunannya juga semain cepat.3. Jenis medium, karena air adalah suatu media konduktor yang baik, maka mayat yang ternedam dalam air akan lebih cepat terjadinya penurunan suhunya. 4. Pakaian mayat, tingkat penurunan suhu akan semakin cepat bila korban memakai pakaian tipis. Perlu diketahui bahwa perkiraan saat kematian dengan memanfaatkan penurunan suhu mayat hanya bisa dilakukan pada kematian kurang dari 12 jam atau pada sumber lain disebutkan bahwa dapat juga dilakukan asalkan kurang dari 24 jam. Pada jam jam pertama penurunan suhunya berlangsung lambat karena masih ada produksi panas dari glikogenolisis pada hati dan otot. Sesaat setelah jantung berhenti berdenyut suplai darah akan terhenti dan menyebabkan permukaan kulit akan kehilangan panas. Suhu inti tubuh baru akan menurun setelah terjadi penurunan suhu pada permukaan kulit. Dikarenakan jaringan ikat adalah penghantar panas yang buruk maka dibutuhkan cukup waktu sampai terjadi peurunan suhu inti. Maka pengukuran suhu inti, digunakan suhu rektal yang paling mendekati suhu inti tidak akan mengalami penurunan suhu sampai beberapa waktu. Hal ini dikenal sebagai plateauyang berbentuk sigmoid. Karena penurunan suhu ini dapat (gambar)Cara menentukkan waktu kematian (dalam jam) berdasarkan penurunan suhu mayat dapat dihitung berdasarkan formula PMI (Post mortem Interval) atau Time Since Death berikut. PMI = 370C rectal temperature 0C +3 (jam)PMI = 98,60F Rectal temperature 0F (jam) /1,5Secara kasar dapat dikatakan bahwa rata-rata penurunan suhu pada jam-jam pertamadalam hitungan Celcius adalah 10C - 20C dan suhu tubuh normal adalah 370C. Jika dalam Farenheit suhu tubuh normal adalah sebesar 98,60F sedangkan rata-rata penurunan suhu per jam dimana suhu lingkungan 700F adalah sebesar 1,5.Sekarang dilakukan perhitungan waktu kematian yang lebih akurat melalui penurunan suhu dengna cara membaca normogram. Sekarang dilakukan perhitungan waktu kematian yang lebih akurat melalui penurunan suhu dengan cara membaca normogram yang dipublikasikan oleh Henssge. Dari perhitungan rumus konvensional yang telah disebutkan di atas, Henssge menemukan cara baru yang dapat dioperasikan oleh program computer sederhana atau sebuah normogram. Perhitungan melalui normogram dapat dipengaruhi oleh beberapa factor seperti berat badan, temperature lingkungan, pakaian yang basah atau kering, ada atau tidaknya angina (udara yang bergerak), dapat juga air yang mengalir atau air tenang. Hasilnya dapat ditemukan angka yang berbeda dalam suatu range, dengan keakuratan sebesar 95 persen dalam penentuan saat kematian yang sesungguhnya, yang mana bervariasi antara 2,8 jam (perkiraan waktu kematian terbaik) sampai 7 jam. Menggunakan metode apapun, memperkirakan waktu kematian berdasarkan penurunan suh u sering mendapat kendala yaitu seberapa besar pengaruh factor-faktor mempengaruhi penurunan suhu mayat. Keakuratan alat ini karena tersedia faktor koreksi dari perhitungan penurunan suhu tubuh post mortem. Normogram ini berdasarkan rumus yang dicari melalui grafik penurunan suhu yang telah disebutkan diatas menyerupai kurva sigmoid. Dalam rumus ini terdapat konstanta yang mendeskripsikan plateau post mortem serta konstanta yang menunjukkan eksponensial penurunan suhu menurut hokum Newton. GambarBagaimana cara mengukur normogram Henssage?1. Buatlah garis dengan cara menghubungkan titik dari skala sebelah kiri yang merupakan temperature rektal hasil pengkuran dengan skala di sebelah kanan yang merupakan temperature ambient (hasil pengukuran suhu lingkungan). Pada normogram garisnya berwarna biru. Maka garis yang dibuat tersebut akan berpotongan dengan garis diagonal utama (pada normogram garis berwarna hitam).2. Buat garis kedua dengan cara menarik garis lurus dari pusat lingkaan pada kiri bawah dari normogram ke titik perpotongan garis pertama dengan diagonal utama tersebut diatas. Maka waktu kematian dapat dibaca dengna melihat perpotongan antara garis kedua lengan garis setengah lingkaran terluar menunjukkan faktor koreksi.3. Contoh kasus : jenazah dengan berat badan 100 kg ditemukan telanjang pada ruangan tertutup. Hasil pemeriksaan temperatur rektal adalah 250C sedangkan temperature ruangan 100C. Maka perkiraaan waktu kematian dalah 192,8 jam atau 16,2 jam sampa 21,8 jam sebelum pemeriksaan.