Penurunan Fungsi Organ Lansia
-
Upload
yustia-sari -
Category
Documents
-
view
84 -
download
15
description
Transcript of Penurunan Fungsi Organ Lansia
PENURUNAN FUNGSI ORGAN PADA LANJUT USIA
geras : umur tua, iatrike : ilmu kedokteran
Geriatri : cabang ilmu kedokteran yg menangani semua problem khusus masa tua dan penuaan
Gerontologi : penyelidikan ilmiah tentang problem usia tua dlm semua segi – klinik, biologik, historik, dan sosiologik
Usia tua (Indonesia) : 60 tahun ke atas
Menua (= menjadi tua = aging ) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas ( tms
infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita ( Constatinides, 1994)
-Manusia secara progresif kehilangan daya tahan thd infeksi, akan makin banyak distorsi metabolik
dan struktural penyakit deheneratif
Di seluruh dunia, proporsi penduduk usia > 60 thn berkembang lebih pesat dibanding kelompok umur lain
Sekitar 70% pasien lansia tinggal di negara berkembang
Pada tahun 2020, Indonesia diperkirakan menjadi negara ke-5 dlm jumlah lansia terbanyak, dgn perkiraan jumlah lebih dari 20 juta lansia
Perubahan molekuler menyertai proses menua Peningkatan abnormalitas struktur kromosom Penurunan metilasi DNA Hilangnya sekuens DNA telomerik
Struktur protein sendiri tak mengalami perubahan --- ↑ perubahan post-translasional, deamidasi, oksidasi, cross-linking, dan glikasi non enzimatik
Struktur mitokondria mengalami kemunduran
Teori Proses Menua
MISTERIProses menua : ( Alex Comfort 1982 )
Proses yang ditandai kegagalan penyesuaian diri dalam proses faali
yang menyebabkan penurunan viabilitas & peningkatan kerentanan
Teori-teori proses menua
1 .Teori genetic clock
menua telah terprogram secara genetik menurut spesies ttn. Tiap spesies mengandung nuclei/ inti sel sbg suatu jam genetik yg telah diputar menurut replika ttn. Pengontrolan genetik umur, dikontrol dalam tingkat selluler.
Hayflick ( 1980) melakukan penelitian melalui kultur sel in vitro yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara kemampuan membelah sel dalam kultur dengan umur spesies.
Faktor genetik, tingkat seluler ( inti )
SpesiesUmur MaxDaya MembelahTikus3 tahun12 XAyam30 tahun25 XManusia100 tahun50 XKura - kura200 tahun140 X
2 .Mutasi somatik ( teori Error catastrophe)
- menurut teori ini, terjadinya mutasi yang progresif pada DNA sel somatik akan menyebabkan terjadinya
penurunan kemampuan fungsional sel tersebut .
Menurut hipotesis tsb, menua disebabkan oleh kesalahan yg beruntun sepanjang kehidupan setelah berlangsusng dalam waktu yang cukup lama, terjadi kesalahan dalam proses transkripsi (DNA RNA) maupun dalam proses translasi ( RNA protein/ enzim)
4 .Teori menua akibat Metabolisme
Asupan kalori Menghambat pertumbuhan
memperpanjang umur Pembelahan sel
Proses degenerasi
Hewan yg paling terhambat pertumbuhannya dapat mencapai umur 2x lebih panjang umur kontrolnya.
5 .Kerusakan akibat radikal bebas
- Radikal bebas /RB dapat terbentuk di alam bebas, dan di dlm tubuh jk fagosit pecah, dan sebagai produk sampingan didalam rantai pernapasan di dalam mitokondria (oen, 1993). Untuk organisme aerobik, RB terutama terbentuk pada waktu respirasi (aerob) di dalam mitokondria, karena 90 % oksigen yg diambil tubuh masuk kedalam mitokondria.
-RB bersifat merusak, krn sgt reaktif, sehingga dapat bereaksi dng DNA, protein, asam lemak tak jenuh, seperti dalam membran sel. Makin lanjut usia makin banyak RB terbentuk, shg proses pengrusakan terus terjadi .
KONSEP MENUA SEHAT
Tujuan hidup manusia : menjadi tua tetapi tetap sehat( healthy aging) artinya menjadi tua dalam keadaan sehat.Healthy aging akan dipengaruhi:
1 .Endogenic aging dimulai dengan cellulary aging, lewat tissue dan
anatomycal aging kearah proses menuanya organ tubuh. Proses ini spt jam yg terus berputar
2 .Exogenic factor Dapat dibagi dalam sebab lingkungan (environment)
dimana seseorang hidup dan faktor sosiobudaya/ life style, sekarang sering disebut sbg faktor risiko.
Pengurangan progresif kapasitas homeostasis tubuh ~ ‘homeostenosis’
Homeostenosis mulai terjadi pd dekade III, gradual-progresif, variatif dlm intensitas & ekstensifitas pd individu, juga bersifat independen antar organ.
Dipengaruhi : diet, lingkungan, kebiasaan personal, faktor genetik
Umum : ↑ lemak tubuh, ↓TBW
Mata : presbyopia, kekeruhan lensa Endokrin :
homeostasis gula terganggu ↑ADH, ↓renin, ↓aldosteron ↓Absorbsi & aktivasi vitamin D
Respirasi :↓ reflek batuk, ↓elastisitas paru, ↑kekakuan dinding dada
Kardiovaskuler :↓ arterial compliance, ↑ SBP, ↓responsivitas β adrenergik, ↓ sensitivitas baroreseptor, ↓ automatisitas SA node
Gastrointestinal : ↓fungsi hepar, ↓motilitas kolon, ↓ asiditas asam lambung
Hematologi/imunologi : ↓ cadangan su-tul, ↓fungsi sel T, ↑auto-antibodi
Ginjal : ↓GFR, ↓ pemekatan/dilusi urin Genitourinarius : atrofi mukosa, BPH Muskuloskeletal : ↓ lean body mass/otot,
↓densitas tulang Saraf : atrofi cerebri, regulasi termal
terganggu
Penurunan mendadak fungsi sistem/organ selalu merupakan akibat penyakit, bukan menua yg normal (normal aging)
Proses ‘menua normal’ dapat diperingan dgn melakukan modifikasi faktor risiko (TD ↑ , merokok, sedentary life-style)
Usia tua yg sehat (healthy old age) ~ tanpa adanya penyakit, penurunan cadangan homeostasis tak mengakibatkan gejala, hanya mengakibatkan sedikit keterbatasan dlm ADL, tanpa memandang usia
1. Presentasi penyakit seringkali tidak khas (atypical) pd pasien lansia Keterbatasan homeostasis akibat satu penyakit
baru, memunculkan keluhan pd sistem organ lain, terutama yg memang sudah terganggu oleh penyakit yg sudah ada
‘Weakest link’ : SSP, SK bawah, kardiovaskuler, muskuloskeletal apapun penyakit yg mendasari, sejumlah keluhan terbatas saja yg muncul : Konfusi akut, depresi (SSP) Inkontinensia urin (SK bawah) Falls (muskuloskeletal) Sinkope (kardiovaskuler)
Presentasi penyakit tidak khas pd pasien lansia Organ sistem yg berhubungan dgn keluhan yg
ada, JARANG merupakan sumber keluhan tersebut, dibandingkan pasien usia lebih muda Konfusi akut pasien geriatri jarang ec lesi SSP
baru Depresi jarang gejala psikiatri Inkontinensia jarang disfungsi VU Sinkope jarang kelainan jantung
2. Gejala penyakit muncul pd awal perjalanan penyakit ec ↓ kapasitas fisiologis Hipertiroidisme ringan Gagal jantung, BPH
ringan retensi urin, intoleransi glukosa KAD
Penyakit lebih mudah diterapi, bila segera dilakukan penatalaksanaan
Efek samping obat muncul utk dosis aman pd usia muda
3. Banyak homeostasis sistem organ terganggu bersamaan Banyak kelainan sistemik terjadi bersamaan Perbaikan satu sistem dapat memperbaiki
semua sistem yg terganggu4. Temuan klinis yg abnormal pd usia
muda, mungkin umum didapat pd usia tua Bakteriuria, densitas tulang rendah, GTT,
kontraksi VU abnormal Selalu dianggap abnormal : anemia,
impotensia, depresi, status konfusi
5. Adanya berbagai gejala pd seorang pasien lansia mungkin benar-benar berasal dari banyak proses penyakit. Pada pasien muda, banyak gejala dapat dijelaskan berasal dari satu kelainan (law of parsimony) Hipertensi, edema kaki, hematuria GNA (pasien muda) Hipertensi, edema kaki, hematuria hipertensi esensial,
akibat terapi vasodilator, BPH6. Pasien lansia lebih mudah terkena efek penyakit
terapi dan pencegahan penyakit pd orang tua sama & bahkan kadang lebih efektif dibandingkan thd pasien muda Evaluasi efek obat yg berpotensi mengakibatkan ESO
ekstrapiramidal, konfusi mencegah falls Hipertensi mencegah stroke
Imobilitas Instabilitas Intelektualitas ↓ Isolasi Insomnia Inkontinensia Impaksi Imunodefisiensi Infeksi Iatrogenesis Impairment of : visus, hearing, communication,
smell, convalescense, skin Inanisasi
Seringkali diabaikan, karena penyakit utama lebih dipentingkan membawa konsekuensi morbiditas
Angka kejadian cukup tinggi Komplikasi utama imobilisasi : ulkus
dekubitus Komplikasi lain : DVT, pneumonia, ISK,
hipotrofi otot, kontraktur Kunci : berikan perhatian, kasur anti
dekubitus, mobilisasi dini/fisioterapi pasif aktif
Awal : perubahan cara berjalan (gait) dan gangguan keseimbangan.
Diperberat Penurunan input sensoris (proprioseptif,
visual) Penurunan respon motorik Penyakit lain : kardiovaskuler, ortopedik
Peningkatan risiko jatuh peningkatan morbiditas & mortalitas
Kunci : latihan, fisioterapi bagi pasien geriatri
Fungsi kognitif mengalami penurunan sejalan penipisan korteks prefrontal pada masa tua Penurunan fungsi kognitif dipercepat :
Efek obat : antikolinergik, alkohol Kondisi kesehatan umum : defisiensi tiamin, hipoksia Gangguan neuropsikiatri : delirium, dementia, depresi
Beberapa masalah mengikutinya : Malnutrisi, dehidrasi, inkontinensia urin/alvi, dekubitus, kontraktur, infeksi
Kunci : evaluasi assesment, terapi yg memungkinkan
Akar permasalahan : kesepian (loneliness) terisolasi dari lingkungan, ketidakberdayaan, kurang percaya diri, perasaan tidak berguna, ketergantungan, dan keterlantaran depresi
Kontak sosial lansia menurun karena : Tinggal sendiri, semua anak menikah Berhenti dari pekerjaan Mundur dari berbagai kegiatan sosial Masyarakat kurang melibatkan lansia dlm
berbagai kegiatan Ditinggalkan orang yg dicintai/pasangan hidup
Gangguan tidur masa tua Perubahan total waktu di tempat tidur Perubahan total waktu tidur Waktu tidur siang Efisiensi tidur Waktu yg dibutuhkan untuk tertidur Terbangun ketika baru mulai tidur
Penyebab yg perlu dievaluasi : depresi, dementia, obat (kortikostreroid, beta bloker, teofilin)
Sindrom klasik geriatrik Perhatikan penyebab yg dapat dikoreksi :
DRIP mnemonic : Delirium Restricted mobility Infection, inflammation, impaction of stool Polyuria, pharmaceutical
Established incontinentia tentukan tipe-nya untuk pendekatan terapi yg mungkin
Konstipasi : defekasi yg jarang, tidak lengkap, atau dgn keluhan nyeri
Penyebab konstipasi Obat dgn efek konstipasi : Opiat, Al atau Ca
pd antasida, Antikolinergik, CCB, Besi, Diuretik Kondisi klinis lain : anatomik (obstruksi),
cairan & elektrolit (dehidrasi, hiperkalsemia, hipokalemia), metabolik & endokrin (uremia, DM, hipotiroidisme), imobilitas, diet (rendah serat), neuropsikiatri (Parkinson, trauma medula spinalis, stroke, depresi)
Prevalensi sekitar 70% pd usia 70-an tahun
Penyebab sering multifaktor, 50% merupakan problem vaskuler
Penyebab lain : Obat : pseudoefedrin, cimetidin Endokrin : DM, hiperprolaktinemia, ggn tiroid,
hipogonadisme, ggn adrenal Neurologi : ggn medula spinalis / SSP Psikiatri : ansietas, depresi
Terjadi penuaan status imun (immune senescene)
Problem : gangguan regulasi imun Jumlah sel T menurun status anergi Respon sitokin tidak seperti yg diharapkan Diperberat efek kumulatif berbagai komorbid :
infeksi & malnutrisi
Perhatian pd infeksi nosokomial penyebab morbiditas & mortalitas
Urutan atas : pneumonia, ISK, dan TB Sering berbentuk tidak khas
Demam (-) kriteria Norman & Yoshikawa : Suhu rektal 37,5 ‘ / lebih pd pengukuran ulang Suhu oral 37,2’ / lebih pd pengukuran ulang
Adanya ggn kognitif mempersulit diagnosis
Populasi lansia rentan thd risiko efek samping terapi. Sepertiga kasus MRS berhubungan dgn terapi & separuh kasus kematian berhubungan dgn terapi tjd pd lansia
Perubahan pd lansia berhbgn dgn terapi obat Kandungan air ↓ : distribusi obat larut air ↓ Kandungan lemak ↑ : distribusi obat larut lemak ↑ Ukuran tubuh ↓ : kadar obat darah ↑ Hepatic & renal clearance ↓ : bersihan obat ↓
Pencegahan : Tentukan prioritas. Hindari polifarmasi. Kenali efek samping. Hindari prescribing cascade. Pastikan compliance pasien
Malnutrisi terjadi baik makro (protein, energi) maupun mikro (vitamin, mineral)
Sebab malnutrisi makronutrien Intake kurang : multifaktor (somatik, fisik,
sosial) Peningkatan metabolik & kehilangan zat gizi :
proses penyakit Deteksi & analisis faktor penyebab :
IMT & penurunan BB dlm 6 bln terakhir Evaluasi komprehensif
1. Harrison’s Principles of Internal Medicine, 16th ed, Lange, 2005
2. Geriatrics at Your Fingertips, 2001 Ed, Americans Geriatrics Society, 2001
3. Setiati, S., 2003. Sindrom Geriatri, in W. Prodjosudjadi et al., PIN I, PIP Bag IPD FKUI
4. Darmojo, B., 2004. Through Healthy and Active Ageing To Succesful Ageing, in W. Rochmah et al., Naskah Lengkap KONAS III & TIN II Pergemi, Medika FKUGM
5. Suardiman, S.P., Loneliness & Depresi pada Lansia, in W. Rochmah et al., Naskah Lengkap KONAS III & TIN II Pergemi, Medika FKUGM
6. Kamus Kedokteran Dorland, Edisi 26, EGC, 19947. Darmojo, B., 2004. Buku ajar geriatri. FK UNDIP