Pentingnya Aspek Pengendalian Penduduk Dalam Indeks Pembangunan Manusia Di Provinsi Jawa Timur

8
Policy Brief Pusat Penelitian dan Pengembangan Kependudukan 1 PENTINGNYA ASPEK PENGENDALIAN PENDUDUK DALAM INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI JAWA TIMUR Lutfi Agus Salim, PSK LPPM Universitas Airlangga Ringkasan Eksekutif Pembangunan selama ini lebih mengedepankan pada pembangunan fisik, infrastruktur dan ekonomi, namun kurang memprioritaskan pada pembangunan kualitas manusia. Padahal pembangunan kualitas manusia merupakan investasi sosial dan sangat menentukan masa depan bangsa. IPM Provinsi Jawa Timur mengalami fluktuatif bila diukur mulai sebelum krisis sampai tahun 2010. Pada tahun 1996 IPM Provinsi Jawa Timur sebesar 65,5, tahun 1999 mengalami penurunan menjadi 61,8. Pada tahun 2002 kembali mengalami kenaikan menjadi 62,64 dan pada tahun 2005 meningkat lagi menjadi 65,89 dimana posisi ini hampir sama dengan kondisi sebelum krisis ekonomi. Selanjutnya IPM Jawa Timur tahun 2008 sebesar 70,38 dan tahun 2010 menjadi 71,55. Peningkatan IPM Provinsi Jawa Timur dari tahun 2002 sampai 2010 ini menunjukkan bahwa stabilitas ekonomi dan pembangunan manusia sudah mulai menunjukkan tanda-tanda membaik dan tentu saja tidak terlepas dari kontribusi komponen penentunya. Indeks pendidikan di Provinsi Jawa Timur sebesar 74,94, indeks harapan hidup sebesar 74,29 dan indeks daya beli sebesar 65,42. Upaya penurunan fertilitas melalui pengendalian penduduk ternyata sangat berkontribusi besar terhadap pencapaian IPM ini. Dalam kaitan dengan pendidikan, keluarga dengan anak sedikit dan jarak kelahiran yang lebar akan memungkinkan mereka berinvestasi untuk pendidikan anaknya. Hal itu akan memberikan keuntungan khusus bagi anak perempuan karena umumnya anak perempuan memperoleh prioritas yang rendah dibandingkan anak laki-laki. Anak perempuan yang keluar dari sekolah (DO) umumnya lebih rendah aksesnya terhadap pelayanan KB. Dalam kaitan dengan kesehatan, peran program KB dalam pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan kehamilan dengan resiko tinggi serta perawatan kehamilan, kelahiran dan perawatan pasca melahirkan akan menyelamatkan beberapa nyawa ibu dari kematian maternal. Perawatan prenatal dan kemampuan mencegah resiko tinggi untuk melahirkan akan membantu mencegah kematian bayi dan anak. Anak anak dari keluarga besar cenderung kurang mendapatkan perawatan kesehatan dan anak anak yang lahir dari kehamilan yang tidak diinginkan memiliki resiko kematian lebih tinggi dibandingkan dengan anak anak dan kehamilan yang direncanakan. Penggunaan kontrasepsi akan memperkecil jumlah keluarga dan memperpanjang jarak kelahiran. Kedua hal tersebut akan meningkatkan investasi keluarga untuk kesehatan dan nutrisi sehingga akan menurunkan angka kemiskinan dan kelaparan. Dalam kaitan dengan ekonomi pada tingkat makro bahwa penurunan kelahiran akan mempercepat perkembangan sosial dan ekonomi suatu negara.

Transcript of Pentingnya Aspek Pengendalian Penduduk Dalam Indeks Pembangunan Manusia Di Provinsi Jawa Timur

Page 1: Pentingnya Aspek Pengendalian Penduduk Dalam Indeks Pembangunan Manusia Di Provinsi Jawa Timur

Policy Brief Pusat Penelitian dan Pengembangan Kependudukan

1

PENTINGNYA ASPEK PENGENDALIAN PENDUDUK DALAM INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI JAWA TIMUR

Lutfi Agus Salim, PSK LPPM Universitas Airlangga

Ringkasan Eksekutif

Pembangunan selama ini lebih mengedepankan pada pembangunan fisik, infrastruktur

dan ekonomi, namun kurang memprioritaskan pada pembangunan kualitas manusia.

Padahal pembangunan kualitas manusia merupakan investasi sosial dan sangat

menentukan masa depan bangsa.

IPM Provinsi Jawa Timur mengalami fluktuatif bila diukur mulai sebelum krisis sampai

tahun 2010. Pada tahun 1996 IPM Provinsi Jawa Timur sebesar 65,5, tahun 1999

mengalami penurunan menjadi 61,8. Pada tahun 2002 kembali mengalami kenaikan

menjadi 62,64 dan pada tahun 2005 meningkat lagi menjadi 65,89 dimana posisi ini

hampir sama dengan kondisi sebelum krisis ekonomi. Selanjutnya IPM Jawa Timur tahun

2008 sebesar 70,38 dan tahun 2010 menjadi 71,55. Peningkatan IPM Provinsi Jawa Timur

dari tahun 2002 sampai 2010 ini menunjukkan bahwa stabilitas ekonomi dan

pembangunan manusia sudah mulai menunjukkan tanda-tanda membaik dan tentu saja

tidak terlepas dari kontribusi komponen penentunya. Indeks pendidikan di Provinsi Jawa

Timur sebesar 74,94, indeks harapan hidup sebesar 74,29 dan indeks daya beli sebesar

65,42.

Upaya penurunan fertilitas melalui pengendalian penduduk ternyata sangat berkontribusi

besar terhadap pencapaian IPM ini. Dalam kaitan dengan pendidikan, keluarga dengan

anak sedikit dan jarak kelahiran yang lebar akan memungkinkan mereka berinvestasi

untuk pendidikan anaknya. Hal itu akan memberikan keuntungan khusus bagi anak

perempuan karena umumnya anak perempuan memperoleh prioritas yang rendah

dibandingkan anak laki-laki. Anak perempuan yang keluar dari sekolah (DO) umumnya

lebih rendah aksesnya terhadap pelayanan KB. Dalam kaitan dengan kesehatan, peran

program KB dalam pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan kehamilan dengan

resiko tinggi serta perawatan kehamilan, kelahiran dan perawatan pasca melahirkan akan

menyelamatkan beberapa nyawa ibu dari kematian maternal. Perawatan prenatal dan

kemampuan mencegah resiko tinggi untuk melahirkan akan membantu mencegah

kematian bayi dan anak. Anak anak dari keluarga besar cenderung kurang mendapatkan

perawatan kesehatan dan anak anak yang lahir dari kehamilan yang tidak diinginkan

memiliki resiko kematian lebih tinggi dibandingkan dengan anak anak dan kehamilan

yang direncanakan. Penggunaan kontrasepsi akan memperkecil jumlah keluarga dan

memperpanjang jarak kelahiran. Kedua hal tersebut akan meningkatkan investasi

keluarga untuk kesehatan dan nutrisi sehingga akan menurunkan angka kemiskinan dan

kelaparan. Dalam kaitan dengan ekonomi pada tingkat makro bahwa penurunan

kelahiran akan mempercepat perkembangan sosial dan ekonomi suatu negara.

Page 2: Pentingnya Aspek Pengendalian Penduduk Dalam Indeks Pembangunan Manusia Di Provinsi Jawa Timur

2

Policy Brief Pusat Penelitian dan Pengembangan Kependudukan

Dengan melihat adanya kaitan yang erat pengendalian penduduk dengan pembangunan

manusia, maka penduduk benar-benar ditempatkan sebagai titik pusat dari segenap gerak

pembangunan, sekaligus pula sebagai modal dasar, faktor dominan serta sasaran utama.

Pendahuluan

Pembangunan di segala bidang yang dilakukan pemerintah selama ini telah banyak

membawa kemajuan. Namun pembangunan itu sendiri juga menyisakan berbagai

persoalan baru seperti kesenjangan sosial, kualitas hidup penduduk, kesempatan kerja,

hak asasi manusia, keterbukaan, penegakan hukum, lingkungan hidup dan masih banyak

lagi.

Pelaksanaan pembangunan selama ini lebih mengedepankan pada pembangunan fisik,

infrastruktur dan ekonomi, dimana indikatornya yang kasat mata. Untuk mengeliminasi

agar kegiatan pembangunan yang dilaksanakan di sebuah wilayah tidak berjalan

timpang dan malah hanya melahirkan berbagai kesenjangan, maka pembangunan harus

menempatkan penduduk sebagai subyek yang utama. Penduduk benar-benar

ditempatkan sebagai titik pusat dari segenap gerak pembangunan, sekaligus pula sebagai

modal dasar, faktor dominan serta sasaran utama.

Pembangunan Manusia

Menurut UNDP, penduduk adalah kekayaan nyata suatu bangsa. Secara ringkas dapat

dikatakan bahwa konsep pembangunan manusia sebagai suatu upaya pembangunan

kemampuan diri manusia, yang mengandung empat unsur, yaitu produktivitas

(productivity), pemerataan (equity), kesinambungan (sustainability), dan pemberdayaan

(empowerment).

Hal ini dapat dicapai melalui program pembangunan yang menitik-beratkan pada

peningkatan kemampuan dasar manusia yaitu meningkatnya derajat kesehatan, berupa

umur panjang dan hidup sehat, mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang

memadai agar dapat digunakan untuk mempertinggi partisipasi dalam kegiatan ekonomi

produktif serta mendapat penghasilan yang mencukupi dengan daya beli yang layak.

Berdasarkan konsep diatas, membangun manusia berarti meningkatkan sumber daya

manusia (SDM) dalam arti yang luas meliputi aspek jasmani dan rohani, material dan

spiritual dalam skala individu maupun sosial yang pada akhirnya harus mampu menjadi

sumber daya pembangunan secara komprehensif.

Seperti halnya pembangunan ekonomi, pembangunan manusia memerlukan

ketersediaan analisis data guna perencanaan dan pengambilan kebijakan agar tepat

sasaran, juga perlu dievaluasi sejauh mana pembangunan yang dilaksanakan mampu

meningkatkan kualitas hidup manusia (penduduk) sebagai obyek pembangunan.

Salah satu alat ukur yang lazim digunakan adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

Walaupun tidak semua aspek pembangunan manusia dapat diukur melalui penghitungan

IPM mengingat sangat luasnya dimensi pembangunan manusia, tetapi paling tidak IPM

Page 3: Pentingnya Aspek Pengendalian Penduduk Dalam Indeks Pembangunan Manusia Di Provinsi Jawa Timur

3

Policy Brief Pusat Penelitian dan Pengembangan Kependudukan

dapat menggambarkan hasil pelaksanaan pembangunan manusia menurut tiga

komponen indikator kemampuan manusia yang sangat mendasar yaitu; derajat

kesehatan, kualitas pendidikan serta akses terhadap sumber daya ekonomi berupa

pemerataan tingkat daya beli masyarakat.

Bagi Pemerintah Provinsi Jawa Timur, sekurang-kurangnya Indikator Indeks

Pembangunan Manusia ini mempunyai empat makna. Pertama, IPM dapat dijadikan

sebagai acuan untuk melihat sejauhmana keberhasilan program pembangunan

kesejahteraan sosial yang telah dilakukan Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Kedua, IPM

dapat dimanfaatkan sebagai alat bantu perencanaan pembangunan daerah (Planning

Tool), yang lebih mengakomodasikan dimensi pembangunan sosial menuju peningkatan

kualitas hidup manusia. Ketiga, dalam jangka panjang, data IPM dapat bermanfaat

sebagai planing tool ataupun menjanjikan keunggulan sebagai alat evaluasi dan review

method terhadap proses perencanaan. Keempat, sebagai salah satu alat analisis, IPM

menjanjikan sejumlah keunggulan karena lebih mengambarkan pemerataan hasil

pembangunan dan langsung menyentuh hasil pembagunan manusia dengan indikator

kesejahteraan sosialnya (tingkat kesehatan, kualitas pendidikan, dan akses terhadap

sumber daya ekonomi).

IPM dan Komponen Penentu IPM di Provinsi Jawa Timur Tahun 2010

Kondisi IPM Provinsi Jawa Timur mengalami fluktuatif bila diukur mulai sebelum krisis

sampai tahun 2010. Pada tahun 1996 IPM Provinsi Jawa Timur sebesar 65,5, pada tahun

1999 mengalami penurunan menjadi 61,8. Kemudian pada tahun 2002 kembali

mengalami kenaikan menjadi 62,64 dan pada tahun 2005 meningkat lagi menjadi 65,89

dimana posisi ini hampir sama dengan kondisi sebelum krisis ekonomi. Selanjutnya IPM

tahun 2008 sebesar 70,38 dan tahun 2010 menjadi 71,55. Peningkatan IPM Provinsi

Jawa Timur dari tahun 2002 sampai 2010 ini menunjukkan bahwa stabilitas ekonomi

dan pembangunan manusia sudah mulai menunjukkan tanda-tanda membaik dan tentu

saja tidak terlepas dari kontribusi komponen penentunya yang akan diuraikan lebih rinci

pada narasi berikutnya.

Keterkaitan antar komponen penentu IPM dapat dijelaskan bahwa apabila penduduk

Provinsi Jawa Timur bisa terbebas dari angka buta huruf yang berarti angka melek

Page 4: Pentingnya Aspek Pengendalian Penduduk Dalam Indeks Pembangunan Manusia Di Provinsi Jawa Timur

4

Policy Brief Pusat Penelitian dan Pengembangan Kependudukan

hurufnya tinggi dan rata-rata lama sekolahnya tinggi maka kondisi ini akan menunjang

keberhasilan dalam mencerdaskan penduduk Jawa Timur.

Kondisi semacam ini pula akan menunjang keberhasilan pelayanan kesehatan, karena

penduduk telah mempunyai pengetahuan yang baik sehingga mengerti akan pentingnya

kesehatan yang selanjutnya sadar dan melaksanakan sesuai dengan kebutuhan

kesehatannya.

INDEKS PENDIDIKAN

PROV. JAWA TIMUR 2010 (74,94)

1. Kab. Ponorogo 2. Kab. Ngawi

1. Kab. Pacitan 2. Kab. Trenggalek 3. Kab. Tulungagung 4. Kab. Blitar 5. Kab. Kediri 6. Kab. Sidoarjo 7. Kab. Mojokerto 8. Kab. Jombang 9. Kab. Magetan 10. Kab. Gresik 11. Kota Kediri 12. Kota Blitar 13. Kota Malang 14. Kota Probolinggo 15. Kota Mojokerto 16. Kota Madiun 17. Kota Surabaya

1. Kab. Lumajang 2. Kab. Jember 3. Kab. Banyuwangi 4. Kab. Bondowoso 5. Kab. Situbondo 6. Kab. Probolinggo 7. Kab. Pasuruan 8. Kab. Bojonegoro 9. Kab. Tuban 10. Kab. Lamongan 11. Kab. Bangkalan 12. Kab. Sampang 13. Kab. Pamekasan 14. Kab. Sumenep

INDEKS HARAPAN HIDUP PROV. JATIM 2010 (74,29) 1. Kab. Malang

2. Kab. Nganjuk

3. Kab. Madiun

4. Kota Pasuruan

5. Kota Batu

Keterangan:

Kab./Kota yang berada di posisi kanan dari garis vertikal (Indeks

Pendidikan) dan berada di posisi atas dari garis horizontal (Indeks

Harapan Hidup) Provinsi Jawa Timur adalah Kab./Kota dengan kondisi

lebih baik.

Demikian juga semua upaya pelayanan kesehatan yang berorientasi pada penyadaran

pentingnya hidup sehat diperlukan pendidikan yang memadai. Apabila penduduk telah

mempunyai pendidikan yang memadai, maka akan mudah diberi bekal pengetahuan dan

keterampilan yang ada hubungannya dengan kesehatan melalui penyuluhan kesehatan

masyarakat. Tentunya penyuluhan ini disesuaikan dengan pengetahuan, adat istiadat,

kebudayaan dan keyakinan serta kepercayaan masyarakat sehingga pelayanan

kesehatan dapat diterima dengan mudah.

Sebagai contoh dari kaitan pendidikan dengan kesehatan adalah pendidikan ibu sangat

penting dikaitkan dengan kematian bayi. Ibu mempunyai peranan penting dalam

merawat kesehatan dan kehidupan bayi di rumah. Tiga alasan mengapa pendidikan ibu

mempunyai peranan penting dalam menurunkan angka kematian bayi. Pertama, ibu

yang berpendidikan diharapkan tidak terlalu fatalistik terhadap penyakit dan dapat

mengadopsi alternatif modern untuk perawatan anak dan juga dalam terapi. Kedua,

Page 5: Pentingnya Aspek Pengendalian Penduduk Dalam Indeks Pembangunan Manusia Di Provinsi Jawa Timur

5

Policy Brief Pusat Penelitian dan Pengembangan Kependudukan

seorang ibu yang berpendidikan akan mudah memahami saran-saran dari petugas

kesehatan dan ketiga, ibu yang berpendidikan dapat merubah sifat-sifat tradisional

hubungan antar keluarga yang mempunyai efek negatif terhadap perawatan anak. Ibu

yang berpendidikan akan memberinya kekuatan dan kepercayaan diri untuk mengambil

keputusan secara mandiri. Dengan sendirinya dalam keadaan yang memaksa si ibu akan

lebih tanggap untuk melakukan yang terbaik bagi si anak, tanpa harus lama menunggu

keputusan orang lain.

Selanjutnya kaitan ekonomi dengan kesehatan dapat dijelaskan bahwa daya beli sangat

menentukan apakah penduduk Provinsi Jawa Timur mampu menjangkau pelayanan

kesehatan yang dibutuhkan. Kemampuan daya beli ini diimbangi oleh tarif pelayanan

kesehatan yang terjangkau oleh masyarakat setempat. Bila daya beli tinggi dan

diimbangi tarif pelayanan kesehatan yang juga tinggi, maka pelayanan kesehatan hanya

dapat dinikmati oleh masyarakat yang berpenghasilan menengah ke atas, sedangkan

untuk masyarakat menengah kebawah tidak mampu menikmatinya. Akibatnya akan

berpengaruh terhadap kesakitan, kematian dan harapan hidup karena tidak meratanya

pelayanan kesehatan terhadap masyarakat.

INDEKS DAYA BELI PROV. JAWA TIMUR 2010 (65,42)

1. Kab. Pacitan 2. Kab. Ponorogo 3. Kab. Trenggalek 4. Kab. Tulungagung 5. Kab. Kediri 6. Kab. Mojokerto 7. Kab. Jombang 8. Kab. Magetan 9. Kab. Ngawi 10. Kab. Gresik 11. Kota Madiun

1. Kab. Blitar 2. Kab. Sidoarjo 3. Kota Kediri 4. Kota Blitar 5. Kota Malang 6. Kota Probolinggo 7. Kota Mojokerto 8. Kota Surabaya

INDEKS HARAPAN HIDUP

PROV. JATIM 2010 (74,29)

1. Kab. Malang 2. Kab. Lumajang 3. Kab. Jember 4. Kab. Banyuwangi 5. Kab. Bondowoso 6. Kab. Situbondo 7. Kab. Probolinggo 8. Kab. Pasuruan 9. Kab. Nganjuk 10. Kab. Madiun 11. Kab. Bojonegoro 12. Kab. Tuban

13. Kab. Lamongan 14. Kab. Bangkalan 15. Kab. Sampang 16. Kab. Pamekasan 17. Kab. Sumenep 18. Kota Batu

1. Kota Pasuruan

Keterangan:

Kab./Kota yang berada di posisi kanan dari garis vertikal (Indeks Daya

Beli) dan berada di posisi atas dari garis horizontal (Indeks Harapan

Hidup) Provinsi Jawa Timur adalah Kab./Kota dengan kondisi lebih baik.

Konsumen mempunyai permintaan terhadap pelayanan kesehatan karena dua alasan,

yaitu (1) kesehatan sebagai barang konsumsi yang membuat konsumen merasakan lebih

baik, dan (2) pelayanan kesehatan sebagai investasi, yang memberikan sejumlah waktu

kepada konsumen untuk berproses produksi.

Page 6: Pentingnya Aspek Pengendalian Penduduk Dalam Indeks Pembangunan Manusia Di Provinsi Jawa Timur

6

Policy Brief Pusat Penelitian dan Pengembangan Kependudukan

Pendapatan mempengaruhi permintaan pemeliharaan kesehatan (pelayanan kesehatan)

karena kesehatan mempunyai faktor spesifik yang menurut para ahli ekonomi kesehatan

adalah 1) adanya hubungan (asosiasi) antara tingginya pendapatan dengan besarnya

permintaan khususnya pelayanan kesehatan dan 2) harga berperan menentukan

demand pemeliharaan kesehatan.

Pendapatan memungkinkan orang untuk memilih metode pengobatan yang ada. Karena

pendapatan akan menyesuaikan metode pengobatan yang dipakai atau dimanfaatkan.

Pendapatan seseorang adalah tumpuan dalam kelangsungan hidupnya, sehingga

pendapatan yang diterima tiap bulan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan seseorang

baik untuk dirinya sendiri, untuk keluarganya maupun untuk pemenuhan kebutuhan

yang sifatnya tiba-tiba, misalnya insiden sakit. Sakit merupakan keadaan yang datangnya

tidak terduga sehingga perlu diantisipasi untuk menyisihkan sebagian pendapatan.

Dengan daya beli yang baik, diharapkan masyarakat akan dapat menikmati pelayanan

kesehatan. Dengan dapat menikmati pelayanan kesehatan secara merata ditunjang gizi

yang baik, imunisasi lengkap dan dengan program keluarga berencana secara mandiri

akan meningkatkan Angka Harapan Hidup

Pendapatan mempengaruhi kematian secara tidak langsung. Pendapatan akan

mempengaruhi tingkat konsumsi yang berkaitan dengan kesehatan, seperti misalnya

makanan, perumahan, sanitasi, perawatan kesehatan, dan pendidikan. Pendapatan yang

tinggi akan memperbaiki tingkat konsumsi yang pada akhirnya akan menurunkan

mortalitas.

INDEKS PENDIDIKAN

PROV. JAWA TIMUR 2010 (74,94

1. Kab. Blitar 2. Kab. Sidoarjo 3. Kota Kediri 4. Kota Blitar 5. Kota Malang 6. Kota Probolinggo 7. Kota Pasuruan 8. Kota Mojokerto 9. Kota Surabaya

INDEKS DAYA BELI

PROV. JATIM 2010 (65,42)

1. Kab. Ponorogo 2. Kab. Lumajang 3. Kab. Jember 4. Kab. Banyuwangi 5. Kab. Bondowoso 6. Kab. Situbondo 7. Kab. Probolinggo 8. Kab. Pasuruan 9. Kab. Ngawi 10. Kab. Bojonegoro 11. Kab. Tuban 12. Kab. Lamongan 13. Kab. Bangkalan 14. Kab. Sampang 15. Kab. Pamekasan 16. Kab. Sumenep

1. Kab. Pacitan 2. Kab. Trenggalek 3. Kab. Tulungagung 4. Kab. Kediri 5. Kab. Malang 6. Kab. Mojokerto 7. Kab. Jombang 8. Kab. Nganjuk 9. Kab. Madiun 10. Kab. Magetan 11. Kab. Gresik 12. Kab. Madiun 13. Kota Batu

Keterangan:

Kab./Kota yang berada di posisi kanan dari garis vertikal (Indeks

Pendidikan) dan berada di posisi atas dari garis horizontal (Indeks Daya

Beli) Provinsi Jawa Timur adalah Kab./Kota dengan kondisi lebih baik.

Page 7: Pentingnya Aspek Pengendalian Penduduk Dalam Indeks Pembangunan Manusia Di Provinsi Jawa Timur

7

Policy Brief Pusat Penelitian dan Pengembangan Kependudukan

Kaitan antara pendidikan dan ekonomi dapat dijelaskan bahwa pendidikan merupakan

salah satu faktor yang sangat menentukan wawasan seseorang. Seseorang yang

berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional serta lebih mudah

menerima ide-ide dan tata cara kehidupan baru dibanding mereka yang berpendidikan

lebih rendah atau tidak berpendidikan. Selain itu, tingkat pendidikan juga

mempengaruhi seseorang untuk bersikap. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang

makin mudah pula orang tersebut menentukan sikap, lebih kaya dengan pilihan-pilihan

untuk bertindak, banyak alternatif yang ditemukannya

Hubungan pendidikan dan produktifitas kerja juga tercermin juga dalam penghasilan.

Pendidikan yang lebih tinggi mengakibatkan produktifitas kerja yang lebih tinggi dan

oleh karena itu penghasilan juga lebih tinggi. Dengan demikian pendidikan dan latihan

dipandang sebagai investasi yang imbalannya dapat diperoleh beberapa tahun kemudian

dalam bentuk pertambahan hasil kerja. Bentuk investasi di bidang pendidikan dan

latihan seperti itu dinamakan human capital. Asumsi dasar dari teori human capital

adalah bahwa sesorang dapat meningkatkan penghasilannya melalui peningkatan

pendidikan. Setiap tambahan satu tahun sekolah berarti, di satu pihak, meningkatkan

kemampuan kerja dan tingkat penghasilan seseorang, tetapi dipihak lain menunda

penerimaan penghasilan selama satu tahun karena mengikuti pendidikan dan latihan

tersebut.

Kontribusi Upaya Pengendalian Kuantitas Penduduk dalam IPM

Upaya pengendalian kuantitas penduduk melalui fertilitas dan KB turut serta

menyumbang peningkatan indikator IPM ini, baik kesehatan, pendidikan maupun

ekonomi. Dalam kaitan dengan kesehatan, peran program KB dalam pencegahan

kehamilan yang tidak diinginkan dan kehamilan dengan resiko tinggi serta perawatan

kehamilan, kelahiran dan perawatan pasca melahirkan akan menyelamatkan beberapa

nyawa ibu dari kematian maternal. Perawatan prenatal dan kemampuan mencegah

resiko tinggi untuk melahirkan akan membantu mencegah kematian bayi dan anak. Anak

anak dari keluarga besar cenderung kurang mendapatkan perawatan kesehatan dan

anak anak yang lahir dari kehamilan yang tidak diinginkan memiliki resiko kematian

lebih tinggi dibandingkan dengan anak anak dan kehamilan yang direncanakan.

Penggunaan kontrasepsi akan memperkecil jumlah keluarga dan memperpanjang jarak

kelahiran. Kedua hal tersebut akan meningkatkan investasi keluarga untuk kesehatan

dan nutrisi sehingga akan menurunkan angka kemiskinan dan kelaparan. Dalam kaitan

dengan ekonomi. Pada tingkat makro bahwa penurunan kelahiran akan mempercepat

perkembangan sosial dan ekonomi suatu negara.

Dalam kaitan dengan pendidikan, keluarga dengan anak sedikit dan jarak kelahiran yang

lebar akan memungkinkan mereka berinvestasi untuk pendidikan anaknya. Hal itu akan

memberikan keuntungan khusus bagi anak perempuan karena umumnya anak

perempuan memperoleh prioritas yang rendah dibandingkan anak laki-laki. Anak

Page 8: Pentingnya Aspek Pengendalian Penduduk Dalam Indeks Pembangunan Manusia Di Provinsi Jawa Timur

8

Policy Brief Pusat Penelitian dan Pengembangan Kependudukan

perempuan yang keluar dari sekolah (DO) umumnya lebih rendah aksesnya terhadap

pelayanan KB .

Referensi

Pemerintah Propinsi Jatim dan BPS Jatim. 2002. Analisis Indikator Makro Sosial dan

Ekonomi Jawa Timur 1998-2002.

Pemerintah Propinsi Jatim dan BPS Jatim. 2005. Data Makro Sosial dan Ekonomi Jawa

Timur 2001-2005

Pemerintah Propinsi Jatim dan BPS Jatim. 2011. Data Makro Sosial dan Ekonomi Jawa

Timur 2006-2010

Salim, Lutfi Agus. 2011. Analisis Dampak Kependudukan Terhadap Pembangunan Sosial

Ekonomi di Jawa Timur. Makalah Semiloka Kependudukan di Sun City Sidoarjo. 5-6

Juli 2011

Policy Brief ini ditulis oleh Lutfi Agus Salim, peneliti pada Pusat Studi Kependudukan LPPM – Universitas Airlangga

Isi sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis Policy Brief ini disampaikan pada acara Diseminasi Hasil Penelitian dan Pengembangan

Kependudukan - BKKBN di Hotel Horison Bekasi, 16-18 Desember 2011.