Pentingnya Aspek Pengendalian Penduduk Dalam Indeks Pembangunan Manusia Di Provinsi Jawa Timur
Transcript of Pentingnya Aspek Pengendalian Penduduk Dalam Indeks Pembangunan Manusia Di Provinsi Jawa Timur
Policy Brief Pusat Penelitian dan Pengembangan Kependudukan
1
PENTINGNYA ASPEK PENGENDALIAN PENDUDUK DALAM INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI JAWA TIMUR
Lutfi Agus Salim, PSK LPPM Universitas Airlangga
Ringkasan Eksekutif
Pembangunan selama ini lebih mengedepankan pada pembangunan fisik, infrastruktur
dan ekonomi, namun kurang memprioritaskan pada pembangunan kualitas manusia.
Padahal pembangunan kualitas manusia merupakan investasi sosial dan sangat
menentukan masa depan bangsa.
IPM Provinsi Jawa Timur mengalami fluktuatif bila diukur mulai sebelum krisis sampai
tahun 2010. Pada tahun 1996 IPM Provinsi Jawa Timur sebesar 65,5, tahun 1999
mengalami penurunan menjadi 61,8. Pada tahun 2002 kembali mengalami kenaikan
menjadi 62,64 dan pada tahun 2005 meningkat lagi menjadi 65,89 dimana posisi ini
hampir sama dengan kondisi sebelum krisis ekonomi. Selanjutnya IPM Jawa Timur tahun
2008 sebesar 70,38 dan tahun 2010 menjadi 71,55. Peningkatan IPM Provinsi Jawa Timur
dari tahun 2002 sampai 2010 ini menunjukkan bahwa stabilitas ekonomi dan
pembangunan manusia sudah mulai menunjukkan tanda-tanda membaik dan tentu saja
tidak terlepas dari kontribusi komponen penentunya. Indeks pendidikan di Provinsi Jawa
Timur sebesar 74,94, indeks harapan hidup sebesar 74,29 dan indeks daya beli sebesar
65,42.
Upaya penurunan fertilitas melalui pengendalian penduduk ternyata sangat berkontribusi
besar terhadap pencapaian IPM ini. Dalam kaitan dengan pendidikan, keluarga dengan
anak sedikit dan jarak kelahiran yang lebar akan memungkinkan mereka berinvestasi
untuk pendidikan anaknya. Hal itu akan memberikan keuntungan khusus bagi anak
perempuan karena umumnya anak perempuan memperoleh prioritas yang rendah
dibandingkan anak laki-laki. Anak perempuan yang keluar dari sekolah (DO) umumnya
lebih rendah aksesnya terhadap pelayanan KB. Dalam kaitan dengan kesehatan, peran
program KB dalam pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan kehamilan dengan
resiko tinggi serta perawatan kehamilan, kelahiran dan perawatan pasca melahirkan akan
menyelamatkan beberapa nyawa ibu dari kematian maternal. Perawatan prenatal dan
kemampuan mencegah resiko tinggi untuk melahirkan akan membantu mencegah
kematian bayi dan anak. Anak anak dari keluarga besar cenderung kurang mendapatkan
perawatan kesehatan dan anak anak yang lahir dari kehamilan yang tidak diinginkan
memiliki resiko kematian lebih tinggi dibandingkan dengan anak anak dan kehamilan
yang direncanakan. Penggunaan kontrasepsi akan memperkecil jumlah keluarga dan
memperpanjang jarak kelahiran. Kedua hal tersebut akan meningkatkan investasi
keluarga untuk kesehatan dan nutrisi sehingga akan menurunkan angka kemiskinan dan
kelaparan. Dalam kaitan dengan ekonomi pada tingkat makro bahwa penurunan
kelahiran akan mempercepat perkembangan sosial dan ekonomi suatu negara.
2
Policy Brief Pusat Penelitian dan Pengembangan Kependudukan
Dengan melihat adanya kaitan yang erat pengendalian penduduk dengan pembangunan
manusia, maka penduduk benar-benar ditempatkan sebagai titik pusat dari segenap gerak
pembangunan, sekaligus pula sebagai modal dasar, faktor dominan serta sasaran utama.
Pendahuluan
Pembangunan di segala bidang yang dilakukan pemerintah selama ini telah banyak
membawa kemajuan. Namun pembangunan itu sendiri juga menyisakan berbagai
persoalan baru seperti kesenjangan sosial, kualitas hidup penduduk, kesempatan kerja,
hak asasi manusia, keterbukaan, penegakan hukum, lingkungan hidup dan masih banyak
lagi.
Pelaksanaan pembangunan selama ini lebih mengedepankan pada pembangunan fisik,
infrastruktur dan ekonomi, dimana indikatornya yang kasat mata. Untuk mengeliminasi
agar kegiatan pembangunan yang dilaksanakan di sebuah wilayah tidak berjalan
timpang dan malah hanya melahirkan berbagai kesenjangan, maka pembangunan harus
menempatkan penduduk sebagai subyek yang utama. Penduduk benar-benar
ditempatkan sebagai titik pusat dari segenap gerak pembangunan, sekaligus pula sebagai
modal dasar, faktor dominan serta sasaran utama.
Pembangunan Manusia
Menurut UNDP, penduduk adalah kekayaan nyata suatu bangsa. Secara ringkas dapat
dikatakan bahwa konsep pembangunan manusia sebagai suatu upaya pembangunan
kemampuan diri manusia, yang mengandung empat unsur, yaitu produktivitas
(productivity), pemerataan (equity), kesinambungan (sustainability), dan pemberdayaan
(empowerment).
Hal ini dapat dicapai melalui program pembangunan yang menitik-beratkan pada
peningkatan kemampuan dasar manusia yaitu meningkatnya derajat kesehatan, berupa
umur panjang dan hidup sehat, mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang
memadai agar dapat digunakan untuk mempertinggi partisipasi dalam kegiatan ekonomi
produktif serta mendapat penghasilan yang mencukupi dengan daya beli yang layak.
Berdasarkan konsep diatas, membangun manusia berarti meningkatkan sumber daya
manusia (SDM) dalam arti yang luas meliputi aspek jasmani dan rohani, material dan
spiritual dalam skala individu maupun sosial yang pada akhirnya harus mampu menjadi
sumber daya pembangunan secara komprehensif.
Seperti halnya pembangunan ekonomi, pembangunan manusia memerlukan
ketersediaan analisis data guna perencanaan dan pengambilan kebijakan agar tepat
sasaran, juga perlu dievaluasi sejauh mana pembangunan yang dilaksanakan mampu
meningkatkan kualitas hidup manusia (penduduk) sebagai obyek pembangunan.
Salah satu alat ukur yang lazim digunakan adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
Walaupun tidak semua aspek pembangunan manusia dapat diukur melalui penghitungan
IPM mengingat sangat luasnya dimensi pembangunan manusia, tetapi paling tidak IPM
3
Policy Brief Pusat Penelitian dan Pengembangan Kependudukan
dapat menggambarkan hasil pelaksanaan pembangunan manusia menurut tiga
komponen indikator kemampuan manusia yang sangat mendasar yaitu; derajat
kesehatan, kualitas pendidikan serta akses terhadap sumber daya ekonomi berupa
pemerataan tingkat daya beli masyarakat.
Bagi Pemerintah Provinsi Jawa Timur, sekurang-kurangnya Indikator Indeks
Pembangunan Manusia ini mempunyai empat makna. Pertama, IPM dapat dijadikan
sebagai acuan untuk melihat sejauhmana keberhasilan program pembangunan
kesejahteraan sosial yang telah dilakukan Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Kedua, IPM
dapat dimanfaatkan sebagai alat bantu perencanaan pembangunan daerah (Planning
Tool), yang lebih mengakomodasikan dimensi pembangunan sosial menuju peningkatan
kualitas hidup manusia. Ketiga, dalam jangka panjang, data IPM dapat bermanfaat
sebagai planing tool ataupun menjanjikan keunggulan sebagai alat evaluasi dan review
method terhadap proses perencanaan. Keempat, sebagai salah satu alat analisis, IPM
menjanjikan sejumlah keunggulan karena lebih mengambarkan pemerataan hasil
pembangunan dan langsung menyentuh hasil pembagunan manusia dengan indikator
kesejahteraan sosialnya (tingkat kesehatan, kualitas pendidikan, dan akses terhadap
sumber daya ekonomi).
IPM dan Komponen Penentu IPM di Provinsi Jawa Timur Tahun 2010
Kondisi IPM Provinsi Jawa Timur mengalami fluktuatif bila diukur mulai sebelum krisis
sampai tahun 2010. Pada tahun 1996 IPM Provinsi Jawa Timur sebesar 65,5, pada tahun
1999 mengalami penurunan menjadi 61,8. Kemudian pada tahun 2002 kembali
mengalami kenaikan menjadi 62,64 dan pada tahun 2005 meningkat lagi menjadi 65,89
dimana posisi ini hampir sama dengan kondisi sebelum krisis ekonomi. Selanjutnya IPM
tahun 2008 sebesar 70,38 dan tahun 2010 menjadi 71,55. Peningkatan IPM Provinsi
Jawa Timur dari tahun 2002 sampai 2010 ini menunjukkan bahwa stabilitas ekonomi
dan pembangunan manusia sudah mulai menunjukkan tanda-tanda membaik dan tentu
saja tidak terlepas dari kontribusi komponen penentunya yang akan diuraikan lebih rinci
pada narasi berikutnya.
Keterkaitan antar komponen penentu IPM dapat dijelaskan bahwa apabila penduduk
Provinsi Jawa Timur bisa terbebas dari angka buta huruf yang berarti angka melek
4
Policy Brief Pusat Penelitian dan Pengembangan Kependudukan
hurufnya tinggi dan rata-rata lama sekolahnya tinggi maka kondisi ini akan menunjang
keberhasilan dalam mencerdaskan penduduk Jawa Timur.
Kondisi semacam ini pula akan menunjang keberhasilan pelayanan kesehatan, karena
penduduk telah mempunyai pengetahuan yang baik sehingga mengerti akan pentingnya
kesehatan yang selanjutnya sadar dan melaksanakan sesuai dengan kebutuhan
kesehatannya.
INDEKS PENDIDIKAN
PROV. JAWA TIMUR 2010 (74,94)
1. Kab. Ponorogo 2. Kab. Ngawi
1. Kab. Pacitan 2. Kab. Trenggalek 3. Kab. Tulungagung 4. Kab. Blitar 5. Kab. Kediri 6. Kab. Sidoarjo 7. Kab. Mojokerto 8. Kab. Jombang 9. Kab. Magetan 10. Kab. Gresik 11. Kota Kediri 12. Kota Blitar 13. Kota Malang 14. Kota Probolinggo 15. Kota Mojokerto 16. Kota Madiun 17. Kota Surabaya
1. Kab. Lumajang 2. Kab. Jember 3. Kab. Banyuwangi 4. Kab. Bondowoso 5. Kab. Situbondo 6. Kab. Probolinggo 7. Kab. Pasuruan 8. Kab. Bojonegoro 9. Kab. Tuban 10. Kab. Lamongan 11. Kab. Bangkalan 12. Kab. Sampang 13. Kab. Pamekasan 14. Kab. Sumenep
INDEKS HARAPAN HIDUP PROV. JATIM 2010 (74,29) 1. Kab. Malang
2. Kab. Nganjuk
3. Kab. Madiun
4. Kota Pasuruan
5. Kota Batu
Keterangan:
Kab./Kota yang berada di posisi kanan dari garis vertikal (Indeks
Pendidikan) dan berada di posisi atas dari garis horizontal (Indeks
Harapan Hidup) Provinsi Jawa Timur adalah Kab./Kota dengan kondisi
lebih baik.
Demikian juga semua upaya pelayanan kesehatan yang berorientasi pada penyadaran
pentingnya hidup sehat diperlukan pendidikan yang memadai. Apabila penduduk telah
mempunyai pendidikan yang memadai, maka akan mudah diberi bekal pengetahuan dan
keterampilan yang ada hubungannya dengan kesehatan melalui penyuluhan kesehatan
masyarakat. Tentunya penyuluhan ini disesuaikan dengan pengetahuan, adat istiadat,
kebudayaan dan keyakinan serta kepercayaan masyarakat sehingga pelayanan
kesehatan dapat diterima dengan mudah.
Sebagai contoh dari kaitan pendidikan dengan kesehatan adalah pendidikan ibu sangat
penting dikaitkan dengan kematian bayi. Ibu mempunyai peranan penting dalam
merawat kesehatan dan kehidupan bayi di rumah. Tiga alasan mengapa pendidikan ibu
mempunyai peranan penting dalam menurunkan angka kematian bayi. Pertama, ibu
yang berpendidikan diharapkan tidak terlalu fatalistik terhadap penyakit dan dapat
mengadopsi alternatif modern untuk perawatan anak dan juga dalam terapi. Kedua,
5
Policy Brief Pusat Penelitian dan Pengembangan Kependudukan
seorang ibu yang berpendidikan akan mudah memahami saran-saran dari petugas
kesehatan dan ketiga, ibu yang berpendidikan dapat merubah sifat-sifat tradisional
hubungan antar keluarga yang mempunyai efek negatif terhadap perawatan anak. Ibu
yang berpendidikan akan memberinya kekuatan dan kepercayaan diri untuk mengambil
keputusan secara mandiri. Dengan sendirinya dalam keadaan yang memaksa si ibu akan
lebih tanggap untuk melakukan yang terbaik bagi si anak, tanpa harus lama menunggu
keputusan orang lain.
Selanjutnya kaitan ekonomi dengan kesehatan dapat dijelaskan bahwa daya beli sangat
menentukan apakah penduduk Provinsi Jawa Timur mampu menjangkau pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan. Kemampuan daya beli ini diimbangi oleh tarif pelayanan
kesehatan yang terjangkau oleh masyarakat setempat. Bila daya beli tinggi dan
diimbangi tarif pelayanan kesehatan yang juga tinggi, maka pelayanan kesehatan hanya
dapat dinikmati oleh masyarakat yang berpenghasilan menengah ke atas, sedangkan
untuk masyarakat menengah kebawah tidak mampu menikmatinya. Akibatnya akan
berpengaruh terhadap kesakitan, kematian dan harapan hidup karena tidak meratanya
pelayanan kesehatan terhadap masyarakat.
INDEKS DAYA BELI PROV. JAWA TIMUR 2010 (65,42)
1. Kab. Pacitan 2. Kab. Ponorogo 3. Kab. Trenggalek 4. Kab. Tulungagung 5. Kab. Kediri 6. Kab. Mojokerto 7. Kab. Jombang 8. Kab. Magetan 9. Kab. Ngawi 10. Kab. Gresik 11. Kota Madiun
1. Kab. Blitar 2. Kab. Sidoarjo 3. Kota Kediri 4. Kota Blitar 5. Kota Malang 6. Kota Probolinggo 7. Kota Mojokerto 8. Kota Surabaya
INDEKS HARAPAN HIDUP
PROV. JATIM 2010 (74,29)
1. Kab. Malang 2. Kab. Lumajang 3. Kab. Jember 4. Kab. Banyuwangi 5. Kab. Bondowoso 6. Kab. Situbondo 7. Kab. Probolinggo 8. Kab. Pasuruan 9. Kab. Nganjuk 10. Kab. Madiun 11. Kab. Bojonegoro 12. Kab. Tuban
13. Kab. Lamongan 14. Kab. Bangkalan 15. Kab. Sampang 16. Kab. Pamekasan 17. Kab. Sumenep 18. Kota Batu
1. Kota Pasuruan
Keterangan:
Kab./Kota yang berada di posisi kanan dari garis vertikal (Indeks Daya
Beli) dan berada di posisi atas dari garis horizontal (Indeks Harapan
Hidup) Provinsi Jawa Timur adalah Kab./Kota dengan kondisi lebih baik.
Konsumen mempunyai permintaan terhadap pelayanan kesehatan karena dua alasan,
yaitu (1) kesehatan sebagai barang konsumsi yang membuat konsumen merasakan lebih
baik, dan (2) pelayanan kesehatan sebagai investasi, yang memberikan sejumlah waktu
kepada konsumen untuk berproses produksi.
6
Policy Brief Pusat Penelitian dan Pengembangan Kependudukan
Pendapatan mempengaruhi permintaan pemeliharaan kesehatan (pelayanan kesehatan)
karena kesehatan mempunyai faktor spesifik yang menurut para ahli ekonomi kesehatan
adalah 1) adanya hubungan (asosiasi) antara tingginya pendapatan dengan besarnya
permintaan khususnya pelayanan kesehatan dan 2) harga berperan menentukan
demand pemeliharaan kesehatan.
Pendapatan memungkinkan orang untuk memilih metode pengobatan yang ada. Karena
pendapatan akan menyesuaikan metode pengobatan yang dipakai atau dimanfaatkan.
Pendapatan seseorang adalah tumpuan dalam kelangsungan hidupnya, sehingga
pendapatan yang diterima tiap bulan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan seseorang
baik untuk dirinya sendiri, untuk keluarganya maupun untuk pemenuhan kebutuhan
yang sifatnya tiba-tiba, misalnya insiden sakit. Sakit merupakan keadaan yang datangnya
tidak terduga sehingga perlu diantisipasi untuk menyisihkan sebagian pendapatan.
Dengan daya beli yang baik, diharapkan masyarakat akan dapat menikmati pelayanan
kesehatan. Dengan dapat menikmati pelayanan kesehatan secara merata ditunjang gizi
yang baik, imunisasi lengkap dan dengan program keluarga berencana secara mandiri
akan meningkatkan Angka Harapan Hidup
Pendapatan mempengaruhi kematian secara tidak langsung. Pendapatan akan
mempengaruhi tingkat konsumsi yang berkaitan dengan kesehatan, seperti misalnya
makanan, perumahan, sanitasi, perawatan kesehatan, dan pendidikan. Pendapatan yang
tinggi akan memperbaiki tingkat konsumsi yang pada akhirnya akan menurunkan
mortalitas.
INDEKS PENDIDIKAN
PROV. JAWA TIMUR 2010 (74,94
1. Kab. Blitar 2. Kab. Sidoarjo 3. Kota Kediri 4. Kota Blitar 5. Kota Malang 6. Kota Probolinggo 7. Kota Pasuruan 8. Kota Mojokerto 9. Kota Surabaya
INDEKS DAYA BELI
PROV. JATIM 2010 (65,42)
1. Kab. Ponorogo 2. Kab. Lumajang 3. Kab. Jember 4. Kab. Banyuwangi 5. Kab. Bondowoso 6. Kab. Situbondo 7. Kab. Probolinggo 8. Kab. Pasuruan 9. Kab. Ngawi 10. Kab. Bojonegoro 11. Kab. Tuban 12. Kab. Lamongan 13. Kab. Bangkalan 14. Kab. Sampang 15. Kab. Pamekasan 16. Kab. Sumenep
1. Kab. Pacitan 2. Kab. Trenggalek 3. Kab. Tulungagung 4. Kab. Kediri 5. Kab. Malang 6. Kab. Mojokerto 7. Kab. Jombang 8. Kab. Nganjuk 9. Kab. Madiun 10. Kab. Magetan 11. Kab. Gresik 12. Kab. Madiun 13. Kota Batu
Keterangan:
Kab./Kota yang berada di posisi kanan dari garis vertikal (Indeks
Pendidikan) dan berada di posisi atas dari garis horizontal (Indeks Daya
Beli) Provinsi Jawa Timur adalah Kab./Kota dengan kondisi lebih baik.
7
Policy Brief Pusat Penelitian dan Pengembangan Kependudukan
Kaitan antara pendidikan dan ekonomi dapat dijelaskan bahwa pendidikan merupakan
salah satu faktor yang sangat menentukan wawasan seseorang. Seseorang yang
berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional serta lebih mudah
menerima ide-ide dan tata cara kehidupan baru dibanding mereka yang berpendidikan
lebih rendah atau tidak berpendidikan. Selain itu, tingkat pendidikan juga
mempengaruhi seseorang untuk bersikap. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang
makin mudah pula orang tersebut menentukan sikap, lebih kaya dengan pilihan-pilihan
untuk bertindak, banyak alternatif yang ditemukannya
Hubungan pendidikan dan produktifitas kerja juga tercermin juga dalam penghasilan.
Pendidikan yang lebih tinggi mengakibatkan produktifitas kerja yang lebih tinggi dan
oleh karena itu penghasilan juga lebih tinggi. Dengan demikian pendidikan dan latihan
dipandang sebagai investasi yang imbalannya dapat diperoleh beberapa tahun kemudian
dalam bentuk pertambahan hasil kerja. Bentuk investasi di bidang pendidikan dan
latihan seperti itu dinamakan human capital. Asumsi dasar dari teori human capital
adalah bahwa sesorang dapat meningkatkan penghasilannya melalui peningkatan
pendidikan. Setiap tambahan satu tahun sekolah berarti, di satu pihak, meningkatkan
kemampuan kerja dan tingkat penghasilan seseorang, tetapi dipihak lain menunda
penerimaan penghasilan selama satu tahun karena mengikuti pendidikan dan latihan
tersebut.
Kontribusi Upaya Pengendalian Kuantitas Penduduk dalam IPM
Upaya pengendalian kuantitas penduduk melalui fertilitas dan KB turut serta
menyumbang peningkatan indikator IPM ini, baik kesehatan, pendidikan maupun
ekonomi. Dalam kaitan dengan kesehatan, peran program KB dalam pencegahan
kehamilan yang tidak diinginkan dan kehamilan dengan resiko tinggi serta perawatan
kehamilan, kelahiran dan perawatan pasca melahirkan akan menyelamatkan beberapa
nyawa ibu dari kematian maternal. Perawatan prenatal dan kemampuan mencegah
resiko tinggi untuk melahirkan akan membantu mencegah kematian bayi dan anak. Anak
anak dari keluarga besar cenderung kurang mendapatkan perawatan kesehatan dan
anak anak yang lahir dari kehamilan yang tidak diinginkan memiliki resiko kematian
lebih tinggi dibandingkan dengan anak anak dan kehamilan yang direncanakan.
Penggunaan kontrasepsi akan memperkecil jumlah keluarga dan memperpanjang jarak
kelahiran. Kedua hal tersebut akan meningkatkan investasi keluarga untuk kesehatan
dan nutrisi sehingga akan menurunkan angka kemiskinan dan kelaparan. Dalam kaitan
dengan ekonomi. Pada tingkat makro bahwa penurunan kelahiran akan mempercepat
perkembangan sosial dan ekonomi suatu negara.
Dalam kaitan dengan pendidikan, keluarga dengan anak sedikit dan jarak kelahiran yang
lebar akan memungkinkan mereka berinvestasi untuk pendidikan anaknya. Hal itu akan
memberikan keuntungan khusus bagi anak perempuan karena umumnya anak
perempuan memperoleh prioritas yang rendah dibandingkan anak laki-laki. Anak
8
Policy Brief Pusat Penelitian dan Pengembangan Kependudukan
perempuan yang keluar dari sekolah (DO) umumnya lebih rendah aksesnya terhadap
pelayanan KB .
Referensi
Pemerintah Propinsi Jatim dan BPS Jatim. 2002. Analisis Indikator Makro Sosial dan
Ekonomi Jawa Timur 1998-2002.
Pemerintah Propinsi Jatim dan BPS Jatim. 2005. Data Makro Sosial dan Ekonomi Jawa
Timur 2001-2005
Pemerintah Propinsi Jatim dan BPS Jatim. 2011. Data Makro Sosial dan Ekonomi Jawa
Timur 2006-2010
Salim, Lutfi Agus. 2011. Analisis Dampak Kependudukan Terhadap Pembangunan Sosial
Ekonomi di Jawa Timur. Makalah Semiloka Kependudukan di Sun City Sidoarjo. 5-6
Juli 2011
Policy Brief ini ditulis oleh Lutfi Agus Salim, peneliti pada Pusat Studi Kependudukan LPPM – Universitas Airlangga
Isi sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis Policy Brief ini disampaikan pada acara Diseminasi Hasil Penelitian dan Pengembangan
Kependudukan - BKKBN di Hotel Horison Bekasi, 16-18 Desember 2011.