PENGARUH LATIHAN FISIK AEROBIK TERHADAP INDEKS...
Transcript of PENGARUH LATIHAN FISIK AEROBIK TERHADAP INDEKS...
i
PENGARUH LATIHAN FISIK AEROBIK TERHADAP
INDEKS MASSA TUBUH PADA MAHASISWA ANGKATAN
2017 FAKULTAS KEDOKTERAN UIN JAKARTA
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN
OLEH:
SHAFIRA PUTRI WIDJAJA
NIM: 11151030000014
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2018
ii
iii
iv
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
nikmat dan karunianya sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan penelitian
berjudul “ PENGARUH LATIHAN FISIK AEROBIK TERHADAP INDEKS
MASSA TUBUH PADA MAHASISWA ANGKATAN 2017 FAKULTAS
KEDOKTERAN UIN JAKARTA “ tepat pada waktunya. Shalawat serta salam
saya curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang selalu menjadi panutan semua
umat islam.
Penulis menyadari tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak
mustahil laporan ini akan terselesaikan. Untuk itu penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada :
1. dr. Hari Hendarto, Ph.D., Sp.PD-KEMD selaku Dekan Fakultas
Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. dr. Achmad Zaki, Sp.OT, M.Epid selaku Ketua Program Studi
Kedokteran di Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D selaku Penanggung Jawab Riset
Program Studi Kedokteran angkatan 2015.
4. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku Pembimbing I yang telah
meluangkan waktu, pikiran dan tenaganya untuk membimbing penulis selama
proses pembuatan laporan ini dari pengambilan data, penyusunan laporan hingga
laporan ini dapat terselesaikan.
5. dr. Mustika Anggiane Putri, M.Biomed selaku Pembimbing II yang
terus memberikan bimbingan, arahan dan nasihat serta meluangkan waktu dan
pikirannya untuk membimbing penulis sehingga laporan ini dapat terselesaikan.
6. Ibu tercinta penulis, Mungki Murnitamah serta adik kandung penulis
Alice Fitri Widjaja yang turut serta memberikan cinta, dukungan,semangat serta
vi
do’a yang tidak pernah putus untuk penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan ini.
7. Safira Fatimah Anjani, Viska Yuzella, dan Muhammad Ilmul Yaqin
Amha selaku teman-teman seperjuangan dalam penelitian ini. Penulis sangat
bersyukur atas segala waktu, pikiran dan tenaga teman-teman sehingga laporan
penelitian ini dapat terselesaikan.
8. Seluruh adik-adik Program Studi Kedokteran angkatan 2017 yang telah
bersedia menjadi sampel penelitian penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan penelitian ini.
9. Teman-teman tercinta dan tersayang penulis Febri, Meyasi, Anjani,
Viska, Aqiila, Maharani, dan Khadijah yang selalu ada dan menjadi tempat keluh
dan kesah penulis dan serta memberikan semangat dan do’a.
10. Teman-teman tercinta AMIGDALA 2015 dan ARMYGDALA.
11. Virtual family and friends penulis, Jennie, Roséanne, Jisoo, Taehyung
Kim yang senantiasa memberikan dukungan, semangat, serta meyakinkan diri
penulis sejak awal penulisan laporan dimulai hingga akhir meskipun belum
pernah bertatap muka satu dengan yang lainnya.
12. Seluruh pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan baik
langsung maupun tak langsung yang tentunya tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa Laporan penelitian ini masih banyak kekurangan
dan jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang dapat membangun penulis dan penelitian ini menjadi lebih baik di masa
depan. Semoga penelitian yang telah dilakukan ini mendapatkan Ridho Allah
SWT dan memberikan manfaat bagi semua orang yang membacanya. Aamiin
Wasallamu’alaikum warahmatullahu wabarakatuh
Ciputat, Oktober 2018
vii
Shafira Putri. Fakultas Kedokteran. PENGARUH LATIHAN FISIK
AEROBIK TERHADAP INDEKS MASSA TUBUH PADA MAHASISWA
ANGKATAN 2017 FAKULTAS KEDOKTERAN UIN JAKARTA. 2018
ABSTRAK
Latar belakang: Keseimbangan energi diperoleh apabila masukan energi dan
keluaran energi berada dalam kadar seimbang. Jika masukan energi melebihi
keluaran energi maka peningkatan berat badan dapat terjadi dan risiko untuk
mengalami obesitas yang tampak sebagai nilai IMT ≥23.00 kg/m2. Latihan
aerobik diharapkan dapat meningkatkan keluaran energi agar tercapai kondisi
keseimbangan energi netral sehingga IMT dapat dipertahankan dalam rentang
normal.
Metode : Penelitian ini merupakan analitik pra-eksperimental. Sampel penelitian
ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
angkatan 2017. Jumlah sampel diperoleh dengan pemilihan sampel secara acak
dengan 46 sampel penelitian. Indeks Massa Tubuh seluruh sampel diukur dan
dihitung sebelum serta setelah intervensi. Intervensi yang diberikan yaitu latihan
aerobik berjalan dengan durasi 30 menit dan frekuensi 5 kali setiap minggu
sebanyak 16 kali latihan. Analisis data menggunakan analisis univariat dan
bivariat dengan uji T berpasangan.
Hasil : Hasil penelitian didapatkan perubahan Indeks Massa Tubuh sebelum dan
setelah latihan. (p=<0,001)
Kesimpulan : Tercapainya kondisi mempertahankan berat badan yang ditandai
dengan nilai IMT dalam rentang normal pada mahasiswa FK UIN angkatan 2017.
Kata Kunci : indeks massa tubuh, latihan, aerobik, berat badan.
viii
Shafira Putri. Faculty of Medicine. EFFECT OF AEROBIK TRAINING TO
BODY MASS INDEX CLASS 2017 STUDENTS OF THE MEDICAL
FACULTY OF SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA. 2018
ABSTRACT
Background : Energy balance happens when energy input and energy
expenditure are at balance. If energy input exceeds the expenditure then the result
will be weight gain and the risk of obesity will also increase, that is seen by BMI
over 23,00 kg/m2. Aerobic training is hoped to increase the energy expenditure so
a neutral energy balance can be acheived and BMI maintained at a normal range.
Methods : This is an analytic pra-experimental study. This study is directed at
students of class 2017 Medical Faculty of UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Samples are chosen through simple random sampling and their BMI were
measured before and after the intevention. The intervention was a training in form
of walking for 30 minutes, 5 times a week for as much as 16 times. We used
paired T-test for univariate and bivariate analysis.
Results : There’s a change in body mass index of the samples after aerobic
training. (p=<0,001)
Conclusion : The condition of weight maintenance is achieved by samples and is
seen by their normal range of BMI.
Key word : body mass index, exercise, aerobic, weight maintenance
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL ....................................................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYAError! Bookmark not
defined.
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBINGError! Bookmark not
defined.
LEMBAR PENGESAHAN ....................... Error! Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR ................................................................................ v
ABSTRAK ................................................................................................ vii
ABSTRACT ............................................................................................. viii
DAFTAR ISI .............................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xii
DAFTAR TABEL .................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xiv
DAFTAR ISTILAH .................................................................................. xv
BAB I .......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 2
1.3 Hipotesis ........................................................................................ 2
1.4 Tujuan ............................................................................................ 2
1.4.1 Tujuan Umum .......................................................................... 2
1.4.2 Tujuan Khusus ......................................................................... 2
1.5 Manfaat Penelitian ......................................................................... 2
1.5.1 Bagi Mahasiswa....................................................................... 2
1.5.2 Bagi Fakultas Kedokteran UIN ............................................... 3
1.5.3 Bagi Mahasiswa Fakultas Kedokteran UIN ............................ 3
x
BAB II ......................................................................................................... 4
2.1 Landasan Teori ............................................................................. 4
2.1.1. Aktivitas Fisik ........................................................................ 4
2.1.2. Latihan ................................................................................... 5
2.1.3. Serabut Otot ............................................................................ 7
2.1.4 Sistem Aerobik ........................................................................ 7
2.1.5 Keseimbangan Energi ............................................................ 14
2.1.6 Indeks Massa Tubuh .............................................................. 17
2.1.7 Obesitas ................................................................................. 18
2.2 Kerangka Teori ............................................................................ 20
2.3 Kerangka Konsep ........................................................................ 21
2.4 Definisi Operational .................................................................... 22
BAB III...................................................................................................... 24
3.1 Desain Penelitian ......................................................................... 24
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian .................................................. 24
3.2.1. Waktu Penelitian ................................................................. 24
3.2.2. Tempat Penelitian ................................................................. 24
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ............................................... 24
3.3.1 Populasi ................................................................................ 24
3.3.2. Sampel .................................................................................... 24
3.4 Cara Kerja Penelitian ................................................................... 26
3.4.1. Alat dan Bahan Penelitian .................................................... 26
3.4.2. Tahapan Kerja ...................................................................... 26
3.5 Alur Penelitian ............................................................................. 28
BAB IV ..................................................................................................... 29
4.1 Deskripsi hasil penelitian ............................................................ 29
xi
4.1.1 Karakteristik sampel .............................................................. 29
4.1.2 Sajian Data Penelitian............................................................ 30
4.2 Pembahasan ................................................................................. 34
4.2.1 Karakteristik Sampel Penelitian ............................................ 34
4.2.2 Perbandingan Indeks Massa Tubuh Sebelum dan Setelah
Latihan Aerobik ............................................................................................ 34
4.2.3 Hubungan Keluaran Energi Terhadap Penurunan Berat Badan
dan Indeks Massa Tubuh Sampel Setelah Latihan Aerobik.......................... 35
4.3 Keterbatasan Penelitian ............................................................... 37
BAB V ....................................................................................................... 38
5.1 Kesimpulan .................................................................................. 38
5.2 Saran ............................................................................................ 38
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 40
LAMPIRAN .............................................................................................. 44
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar halaman
2.1 Grafik Mortalitas Dikaitkan dengan Kapasitas Latihan.................................4
2.2 Grafik Perbedaan IMT berdasarkan Kadar Aktivitas Fisik............................6
2.3 Proses Glikolisis.............................................................................................8
2.4 Pembentukan Asetil Koenzim-A....................................................................9
2.5 Siklus Krebs..................................................................................................10
2.6. Fosforilasi Oksidatif......................................................................................11
2.7 Beta Oksidasi Asam Lemak..........................................................................12
2.8 Latihan Merubah Keseimbangan Antara Lipolisis dengan Re-esterifikasi...13
2.9 Jalur Aktivasi Hormon Sensitif Lipase..........................................................13
2.10 Proses Deaminasi Asam Amino....................................................................14
2.11 Masukan energi dan Keluaran energi............................................................15
2.12 Komponen Keluaran Energi Total................................................................16
7.1 Pengukuran berat badan dan tinggi badan sampel........................................53
7.2 Latihan fisik aerobik (berjalan).....................................................................53
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel halaman
2.1 Tabel Nilai METs untuk berbagai aktivitas fisik.............................................4
2.2 Tabel Kategori Berat Badan Atas IMT Populasi Asia...................................18
4.1 Tabel Distribusi Sampel Berdasarkan Usia....................................................29
4.2 Tabel Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin....................................29
4.3 Tabel Klasifikasi IMT Sampel Sebelum Latihan...........................................30
4.4 Tabel Klasifikasi IMT Sampel Setelah Latihan.............................................30
4.5 Tabel Persentase Turunnya Berat Badan Post-Latihan dari Berat Badan Awal
Pada Sampel Perempuan.................................................................................31
4.6 Tabel Indeks Massa Tubuh Sampel...............................................................31
4.7 Tabel Uji Normalitas Berat Badan Sebelum dan Setelah Latihan Sampel....32
4.8 Tabel Uji Normalitas Indeks Massa Tubuh Sampel........................................32
4.9 Tabel Perbedaan Berat Badan Sampel Sebelum dan Setelah Latihan Fisik
Aerobik...........................................................................................................33
4.10 Tabel Perbedaan Indeks Massa Tubuh Sampel Sebelum dan Setelah Latihan
Fisik Aerobik..................................................................................................33
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran halaman
1 Informed consent..............................................................................................44
2 Surat Persetujuan..............................................................................................45
3-9 Rekapitulasi Statistik Sampel..........................................................................46
10 Foto Penelitian.................................................................................................53
11 Riwayat Penulis...............................................................................................54
xv
DAFTAR ISTILAH
IMT : Indeks massa tubuh
METs : Metabolic equivalents
ATP : Adenosin trifosfat
KET : Keluaran energi total
KEA : Keluaran energi aktivitas
KEL : Keluaran energi latihan
TANL : Termogenesis aktivitas non-latihan
ETM : Efek termal makanan
KEI : Keluaran energi istirahat
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sehat menurut WHO adalah suatu kondisi sempurna baik secara fisik,
mental, dan kesejahteraan sosial serta tidak hanya bebas penyakit maupun
kelemahan lainnya1. Keadaan sehat ini ditandai dengan mampunya seseorang
untuk dapat melakukan aktivitas fisik dengan baik, contohnya latihan aerobik.
Bila tidak sehat maka dirinya dikatakan sakit dan akan mengalami inaktivitas
fisik, yaitu istilah yang digunakan untuk orang-orang yang tidak mencapai batas
rekomendasi aktivitas fisik. Terdapat berbagai rekomendasi terkait kebutuhan
aktivitas fisik seseorang, salah satunya yaitu berpartisipasi setidaknya 30 menit
aktivitas fisik dengan intensitas sedang minimum 5 hari per minggu2. World
Health Organization merekomendasikan orang dewasa berusia 18 hingga 64
tahun untuk melakukan setidaknya 150 menit aktivitas fisik intensitas sedang
dalam seminggu3. Salah satu penyebab diri seseorang menjadi sakit adalah
obesitas, Booth mengatakan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara inaktivitas
fisik dengan kejadian obesitas4.
Obesitas dikatakan sebagai suatu kondisi abnormal atau terjadi akumulasi
jaringan lemak hingga kesehatan tubuh dapat terganggu5. Berdasarkan Riskesdas
20136, prevalensi penduduk dewasa (>18 tahun) dengan berat badan lebih adalah
13,5% dan obesitas 15,4%. Penentuan berat badan lebih dan obesitas ini
didasarkan pada pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT). Ketidakseimbangan
antara keluaran dengan masukan energi menyebabkan meningkatnya berat badan7.
Studi telah menjelaskan bahwa kadar aktivitas yang tinggi dapat melindungi
seseorang dari obesitas8, yakni dengan mengatur berat badan. Steven9 dalam
rekomendasinya menyebutkan bahwa weight maintenance adalah kondisi
keseimbangan energi yang perubahan berat badannya kurang dari sama dengan
3%. Bila terjadi perubahan berat badan kurang dari 5% maka disebut sebagai
fluktuasi kecil dari berat badan, dan bila perubahannya melebihi 5% maka dapat
dianggap relevan secara klinis9.
2
Oleh karena permasalahan tersebut, saya tertarik untuk mengangkat topik
mengenai pengaruh latihan fisik aerobik terhadap Indeks Massa Tubuh mahasiswa
Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2017.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, dapat dirumuskan masalah pada penelitian ini
yaitu apakah terdapat pengaruh antara latihan fisik aerobik terhadap indeks massa
tubuh pada mahasiswa angkatan 2017 FK UIN Jakarta?
1.3 Hipotesis
H1 = Terdapat pengaruh antara latihan fisik aerobik terhadap indeks massa
tubuh pada mahasiswa angkatan 2017 FK UIN Jakarta.
H0 = Tidak terdapat pengaruh antara latihan fisik aerobik terhadap indeks
massa tubuh pada mahasiswa angkatan 2017 FK UIN Jakarta.
1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh dari latihan aerobik terhadap indeks massa tubuh
pada mahasiswa angkatan 2017 FK UIN Jakarta.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Menghitung indeks masa tubuh mahasiswa angkatan 2017 FK UIN
Jakarta sebelum dan setelah melakukan latihan fisik aerobik.
2. Membandingkan indeks masa tubuh mahasiswa angkatan 2017 FK UIN
Jakarta sebelum dan setelah melakukan latihan fisik aerobik.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Mahasiswa
Menambah ilmu, wawasan, serta pengalaman baru untuk meningkatkan
kemampuan dan pengetahuan dalam penelitian, serta bidang kedokteran terutama
dalam pengaruh latihan fisik aerobik terhadap indeks massa tubuh. Mahasiswa
3
diharapkan mampu menerapkan latihan fisik aerobik sebagai cara dalam
meningkatkan aktivitas fisik harian dan mempertahankan IMT dalam rentang
normal selama menjalankan pendidikan di Fakultas Kedokteran, terlebih bisa
menjadi sebuah rutinitas bagi mereka untuk melakukan latihan fisik yang konstan.
1.5.2 Bagi Fakultas Kedokteran UIN
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar dan acuan dalam
melakukan penelitian selanjutnya dalam mengetahui pengaruh latihan fisik
aerobik terhadap indeks massa tubuh.
1.5.3 Bagi Mahasiswa Fakultas Kedokteran UIN
Meningkatkan kesadaran mahasiswa FK UIN untuk meningkatkan
aktivitas fisik dan menjadikan latihan fisik sebagai rutinitas harian dalam usaha
mempertahankan IMT rentang normal sehingga dapat mengurangi risiko
mengalami obesitas.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik diartikan sebagai segala gerakan tubuh hasil kerja otot yang
memerlukan energi10. Hal yang mempengaruhi penggunaan energi tersebut adalah
jumlah otot yang digunakan serta intensitas, durasi, dan frekuensi otot tersebut
berkontraksi. Aktivitas fisik terbagi dalam beberapa kategori, salah satu
pembagiannya yakni aktivitas fisik saat tidur, saat bekerja, di waktu luang dan ini
termasuk latihan, olahraga, hingga pekerjaan rumah seperti menyapu, berkebun,
dan lain-lain10.
Cara lain untuk mengkategorikan aktivitas fisik adalah melalui
intensitasnya, pembagian ini melihat nilai METs (Metabolic Equivalents). METs
adalah nilai metabolik seseorang saat melakukan suatu kerja dibandingkan dengan
kondisi metabolik dasarnya11. Berdasarkan METs ini, aktivitas fisik terbagi
menjadi tiga kategori : ringan, sedang, dan berat dengan masing-masing memiliki
nilai METs <3, antara 3 sampai 6, serta >6 secara berturut-turut. Artinya,
seseorang yang melakukan aktivitas fisik dengan intensitas sedang memiliki nilai
METs 3-6 kali lebih besar dibandingkan seseorang yang hanya duduk diam dan
secara langsung juga menggunakan kalori lebih banyak.
Tabel 2.1 Nilai METs untuk berbagai aktivitas fisik11
Aktivitas sedang Aktivitas berat
1. Berjalan pada kecepatan normal
atau cepat yakni sekitar 3 sampai
4,5 kilometer per jam pada
permukaan datar di dalam maupun
luar ruangan seperti
Berjalan ke kelas,ke toko;
Berjalan untuk rekreasi
Berjalan sebagai pengisi waktu
luang
1. Lomba berjalan atau berjalan
aerobik, ≥5 kilometer per jam.
2. Jogging atau berlari
3. Berjalan dan menaiki bukit secara
cepat
5
2. Berjalan menuruni tangga atau
bukit
Aktivitas fisik ini merupakan salah satu faktor risiko yang dapat diubah
untuk beberapa jenis penyakit kronik seperti penyakit kardiovaskular, diabetes,
obesitas, kanker, hipertensi, osteoporosis, dan depresi12.
Gambar 2.1 Mortalitas dikaitkan dengan kapasitas latihan11
2.1.2. Latihan
Latihan merupakan bagian dari aktivitas fisik yaitu sebuah aktivitas fisik
yang terencana, terstruktur, berulang serta mempunyai makna dalam
meningkatkan maupun mempertahankan kebugaran fisik. Latihan fisik dalam
kadar tertentu akan memberikan respon, baik terhadap kebugaran maupun
kesehatan. Efek tersebut berkorelasi positif seiring meningkatnya intensitas,
durasi, dan frekuensi latihan. Tipe latihan pun memiliki andil terhadap respon
yang hendak diperoleh.
Latihan ini menjadi pilihan dalam rangka intervensi gaya hidup dalam
menurunkan risiko kejadian diabetes melitus tipe 2 pada individu dengan faktor
risiko berat badan berlebih12. Sebuah studi RTC menyimpulkan turunnya berat
badan melalui diet serta latihan dapat mengurangi risiko penyakit tersebut diantara
individu dengan risiko tinggi sekitar 40%-60% dalam kurun waktu 3-4 tahun12.
Ris
iko
kem
atia
n
Riwayat hipertensi
PPOK Diabetes Merokok IMT
≥30
Kolesterol total
>220 mg/dl Faktor risiko
6
WHO menyatakan dalam Global Recommendations on Physical Activity
for Health3, bahwa ada efek yang menguntungkan dan konsisten dari aktivitas
fisik aerobik dalam mempertahankan berat badan. Konsumsi energi akibat
aktivitas fisik aerobik adalah poin penting untuk mencapai keseimbangan energi.
Aktivitas fisik dalam kisaran 13 sampai 26 METs per jam setiap minggu
menghasilkan turunnya berat badan sebesar 1 sampai 3% yang kemudian diikuti
stabilitas berat badan. 13 METs setiap minggunya itu setara dengan berjalan 6
kilometer per jam selama 150 menit dalam seminggu. Physical Activity Guidelines
Advisory Committee Report13 yang menyertakan data dari beberapa RTC terkait
aktivitas fisik aerobik yang dilakukan minimal 150 menit per minggu memiliki
hubungan dengan turunnya berat badan sebanyak 1 sampai 3%. Studi ini
merepresentasikan terjadinya keseimbangan berat badan.
Kavouras14 juga melaporkan bahwa individu yang melakukan aktivitas
fisik aerobik setidaknya 30 menit per hari selama 5 hari per minggunya memiliki
IMT yang lebih rendah dibandingkan IMT pada individu yang kurang aktif. Studi
ini membuktikan bahwa aktifitas fisik yang terkontrol dengan intesitas dan
frekuensi yakni 30 sampai 60 menit per hari minimum dalam 5 hari per
minggunya cukup untuk mempertahankan atau mengurangi berat badan.
Gambar 2.2 Perbedaan IMT berdasarkan kadar aktivitas fisik13
Menimbang beratnya suatu latihan serta durasinya, maka dapat
diperkirakan jenis sistem energi mana yang akan digunakan sesuai aktivitas fisik
tersebut.
Indek
s M
ass
a T
ubu
h (
IMT
)
Kurang aktif Aktif
7
2.1.3. Serabut Otot
Otot manusia terdiri atas serabut otot yang terdiri atas tipe cepat, tipe
lambat, serta tipe antara keduanya15. Variasi komposisi serabut otot ini bergantung
kepada spesies, lokasi dan fungsi anatomi, serta jenis kelamin16. Contohnya pada
otot Soleus yang mengandung lebih banyak serabut otot tipe lambat sehingga otot
ini mampu digunakan untuk aktivitas yang menggunakan tungkai dengan durasi
lebih lama. Perbedaan antar serabut otot17 akan dibahas sebagai berikut :
a. Tipe Lambat, disebut juga sebagai tipe I. Serabut otot ini lebih kecil
diameternya, dikelilingi oleh lebih banyak kapiler, mengandung lebih
banyak mitokondria, dan memiliki mioglobin lebih banyak dibandingkan
tipe cepat. Dengan ciri tersebut, maka serabut otot tipe I mempunyai
kapasitas aerobik serta daya tahan yang lebih dibandingkan serabut otot
tipe lainnya.
b. Tipe Cepat, disebut juga sebagai tipe II. Serabut otot ini berbanding
terbalik dengan tipe cepat, diameter yang lebih besar, kapiler yang lebih
sedikit, kandungan mitokondria yang sedikit pula, serta jumlah mioglobin
yang lebih sedikit. Namun serabut otot tipe cepat mengandung enzim
glikolitik yang lebih banyak sehingga kapasitas anaerobiknya lebih baik
dari serabut otot tipe lambat. Terdapat dua subtipe serabut otot tipe cepat
yaitu tipe IIx dan IIa. Serabut otot tipe IIa lebih merujuk kepada gabungan
karakteristik kedua tipe cepat dan lambat, tipe IIa ini mudah beradaptasi.
Jadi jika diberikan latihan ketahanan, maka tipe ini mampu meningkatkan
kapasitas aerobiknya seperti serabut otot tipe I.
Efisiensi antar serabut otot pun berbeda. Serabut otot tipe IIx lebih kurang
efisien dibandingkan tipe lainnya karena aktivitas miosin ATPase yang tinggi. Hal
ini akan berdampak terhadap keluaran energi yang digunakan akan lebih besar
juga.
2.1.4 Sistem Aerobik
Sistem aerobik merupakan oksidasi bahan makanan, berupa glukosa, asam
lemak, serta asam amino dalam mitokondria untuk menyediakan energi15. Proses
ini mengombinasikan bahan makanan tadi dengan oksigen untuk mengubah AMP
menjadi ADP kemudian menjadi ATP. Dikatakan ATP sebagai penyedia energi
8
bagi tubuh, ATP ini tersedia di dalam sitoplasma maupun nukleoplasma semua
sel.
2.1.4.1 Metabolisme Karbohidrat
90% karbohidrat digunakan oleh tubuh untuk membentuk ATP15. Glukosa
masuk ke dalam sel menggunakan protein pembawa dengan prinsip berpindah
dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Pelepasan energi dari karbohidrat
dimulai dengan proses glikolisis.
2.1.4.1.1 Glikolisis
Proses ini bertujuan memecah glukosa untuk menghasilkan dua molekul
asam piruvat15. Awalnya glukosa diubah menjadi fruktosa 1,6-difosfat lalu
dipecah menjadi dua molekul gliseraldehid-3-fosfat. Masing-masing dari molekul
tersebut akan melewati serangkaian reaksi kimia kembali hingga menghasilkan
dua asam piruvat.
Gambar 2.3 Proses glikolisis15
Energi yang dihasilkan dari proses glikolisis ini hanya ada pada tahap-
tahap tertentu. ATP dihasilkan antara perubahan 1,3-asam difosfogliserat dengan
3-asam fosfogliserat serta antara asam fosfoenolpiruvat dengan asam piruvat. Dari
kedua reaksi tersebut, dihasilkan dua molekul ATP. Sehingga secara keseluruhan
proses glikolisis menghasilkan 4 ATP, namun karena diawal 2 ATP digunakan
maka jumlah bersihnya hanya 2 ATP.
9
2.1.4.1.2 Siklus Asam Sitrat/Siklus Krebs
Langkah lanjutan dari pemecahan glukosa adalah konversi dua molekul
asam piruvat menjaddi dua molekul asetil koenzim-A15.
Gambar 2.4 Pembentukan asetil koenzim-A14
Siklus ini terjadi dalam matriks mitokondria. Asetil -KoA bergabung
dengan asam oksaloasetik lalu melewati beberapa reaksi kimiawi yang
menghasilkan dua molekul ATP pada reaksi α-asam ketoglutarat menjadi asam
suksinat untuk satu molekul asetil-KoA.
Tujuan utama dari siklus asam sitrat ini sebenarnya adalah untuk
menghasilkan ion hidrogen yang nantikan akan digunakan pada fosforilasi
oksidatif untuk menghasilkan ATP dengan jumlah yang lebih besar18. Selain itu,
dari siklus asam sitrat yang terlihat pada gambar 2.5 ini juga dihasilkan NADH
serta FADH2 yang akan berperan sebagai molekul pembawa bagi hidrogen.
Jumlah 90% penghasilan energi dari metabolisme glukosa berasal dari
proses selanjutnya yaitu fosforilasi oksidatif. Jadi peran kedua tahap tersebut
adalah sebagai penyedia hidrogen menjadi menjadi bentuk yang dapat dioksidasi.
2.1.4.1.3 Fosforilasi Oksidatif
Proses ini merujuk pada pembentukan ATP menggunakan energi yang
dilepas oleh elektron sembari mereka ditransfer menuju O218. Terdapat dua
protein yang berperan dalam proses ini, yaitu sistem transpor elektron dan ATP
sintase. Mulanya, atom H+ teroksidasi dari NADH, menghasilkan dua elektron
yang akan masuk ke dalam sistem transpor elektron pada membran dalam
mitokondria seperti pada gambar 2.6.
10
Gambar 2.5 Siklus Krebs15
Elektron ini diangkut dari satu akseptor ke yang lain dan saat elektron
melewatinya, energi akan dikeluarkan. Energi ini kemudian digunakan untuk
memompa ion hidrogen dari matriks mitokondria menuju ruang intermembran.
Perbedaan potensial yang terjadi diantara kedua sisi menyebabkan ion hidrogen
masuk ke dalam matriks melalui kanal pada kompleks ATP sintase. Aliran ion
hidrogen akan mengaktifkan sintesis ATP. Sehingga hasil akhir fosforilasi
oksidatif adalah 38 ATP.
2.1.4.2 Metabolisme Lipid
Beberapa komponen kimia dalam makanan terklasifikasi sebagai lemak,
11
Gambar 2.6 Fosforilasi oksidatif18
dan utamanya tersusun atas asam lemak. Salah satu bentuk lemak yang digunakan
oleh tubuh untuk menyediakan energi adalah trigliserida. Saat dicerna, trigliserida
akan dipecah menjadi monogliserida dan asam lemak. Kedua komponen tersebut
kemudian di re-sintesis menjadi kilomikron.
Jumlah lemak secara besar disimpan dalam dua jaringan utama, yaitu
jaringan adiposa dan jaringan otot. Jaringan adiposa dikenal juga sebagai
simpanan lemak atau lemak jaringan. Fungsi utamanya adalah untuk menyimpan
lemak dalam bentuk trigliserida hingga saatnya mereka dibutuhkan untuk
menyediakan energi bagi tubuh15.
Fase pertama penggunaaan trigliserida untuk energi adalah hidrolisis
trigliserida menjadi asam lemak dan gliserol. Kemudian, kedua hal tersebut
ditranspor ke dalam darah lalu ke jaringan aktif yang nanti disana akan dioksidasi
untuk menghasilkan energi. Gliserol, begitu masuk ke dalam jaringan akan segera
diubah menjadi gliserol-3-fosfat yang kemudian akan masuk ke jalur glikolisis.
Sedangkan asam lemak akan didegradasi dalam mitokondria. Asam lemak ini
didegradasi menjadi asetil koenzim-A melalui proses beta oksidasi pada gambar
2.7.
Tahap pertama adalah kombinasi asam lemak dengan koenzim-A untuk
membentuk asil-KoA, lalu asil-KoA ini akan melewati 3 tahap selanjutnya
berikatan dengan oksigen dan menjadi teroksidasi.
12
Gambar 2.7 Proses beta oksidasi asam lemak15
Bagian lain dari asil-KoA ini akan dipecah menjadi asil-KoA rantai
pendek dan asetil-KoA pada tahap 5. Rantai pendek asil-KoA ini akan melewati 3
tahap yang sama seperti sebelumnya hingga nanti akan menghasilkan asetil-KoA
kembali. Jadi ada 4 ion hidrogen yang dilepaskan dari satu molekul asam lemak.
Jumlah ATP yang dihasilkan melalui oksidasi asam lemak sangatlah besar
dibandingkan jumlah ATP yang dihasilkan melalui oksidasi glukosa. Setiap
molekul yang dipecah menjadi 9 molekul asetil-KoA akan melepaskan 32
hidrogen. Selain itu, 9 molekul asetil-KoA ini juga masuk ke dalam siklus Krebs
dan menghasilkan 8 hidrogen tiap molekulnya menjadi 72 hidrogen. Sehingga
total dari pemecahan asam lemak yaitu 104 hidrogen, yang terdiri dari 34
flavoprotein serta 70 NADH dan H+.
Masing-masing menghasilkan 1 ATP dan 1,5 ATP, jadi 34 tambah 105
dengan total 139 ATP yang dihasilkan oksidasi hidrogen dari asam lemak. Lalu, 9
molekul asetil-KoA yang masuk ke siklus Krebs akan masing-masing
menghasilkan 1 ATP. Sehingga total ATP yang dihasilkan dari asam lemak
menjadi 148, dikurangi 2 molekul yang digunakan saat bergabungnya asam lemak
dengan koenzim-A maka net ATP yang dihasilkan adalah 146 ATP.
2.1.4.2.1 Lipolisis
Mobilisasi asam lemak beas dari jaringan adiposa ditentukan dengan dua
reaksi yang membentuk suatu siklus8. Yaitu saat trigliserida dihidrolisis menjadi
asam lemak bebas dan gliserol (lipolisis) serta saat asam lemak bebas berikatan
dengan gliserol-3-fosfat (re-esterifikasi). Kedua reaksi ini terjadi secara
13
berdampingan dan disebut sebagai substrate cycling. Hal ini bertujuan untuk
mengamplifikasi asam lemak bebaas dari jaringan adiposa ke aliran darah.
Gambar 2.8 Latihan merubah keseimbangan antara
lipolisis dengan re-esterifikasi8
Saat latihan, terjadi pergeseran dari keseimbangan antara liposisis dengan
re-esterifikasi menjadi lebih condong ke lipolisis, sehingga aliran asam lemak
bebas. Diawali dengan terbentuknya cAMP, kemudian cAMP mengaktivasi
protein kinase yang kembali mengaktifkan hormon sensitif lipase. Enzim HSL ini
akan membantu proses hidrolisis trigliserida menjadi tiga molekul asam lemak
bebas dan satu molekul gliserol.
Gambar 2.9 Jalur aktivasi hormon sensitif lipase8
14
2.1.4.3 Metabolisme Protein
Saat semua sel sudah mencapai batas maksimalnya kuntuk menyimpan
protein, maka asam amino tambahan dalam tubuh akan didegradasi dan digunakan
sebagai energi maupun disimpan dalam bentuk lemak atau glikogen. Proses
degradasi ini dimulai dengan deaminasi, yakni lepasnya gugus amino dari asam
amino15. Deaminasi terjadi melalui proses transaminasi, yaitu mentransfer gugus
amino ke suatu substansi akseptor.
Gambar 2.10 Proses deaminasi asam amino15
Gugus amino dari asam amino pada gambar diatas dipindahkan ke asam α-
ketoglutarat yang kemudian berubah menjadi asam glutamat. Lalu, asam glutamat
akan memindahan kembali gugus aminonya ke substansi lain atau dikeluarkan
dalam bentuk amonia. Setelah asam amino sudah terdeaminasi, asam keto akan
dioksidasi untuk nantinya dapat menghasilkan energi. Asam keto ini dapat masuk
ke siklus Krebs lalu didegradasi sama seperti asetil-KoA pada metabolisme
karbohidrat serta lemak. Namun jumlah ATP yang dihasilkan dari proses ini
hanya berbeda sedikit dari jumlah yang dihasilkan saat oksidasi glukosa.
2.1.5 Keseimbangan Energi
Setiap sel dalam tubuh memerlukan energi untuk menjalankan fungsinya
demi bertahan hidup dan mempertahankan homeostasis. Energi tersebut utamanya
diperoleh dari makanan. Menurut hukum termodinamik18, energi tidak dapat
dibuat maupun dihancurkan, melainkan sifatnya hanya berupa keseimbangan
antara input dan output.
Terdapat tiga jenis keseimbangan energi18, yaitu :
1. Keseimbangan energi netral. Bila masukan energi sama dengan
keluaran energi yang digunakan saat kerja ditambah energi basal
15
(panas tubuh), maka dikatakan sebagai energi seimbang dan berat
badan akan konstan.
2. Keseimbangan energi positif. Bila jumlah masukan energi lebih besar
dari keluaran energi, energi lebih tersebut akan disimpan terutama
dalam bentuk jaringan adiposa sehingga berat badan akan meningkat.
3. Keseimbangan energi negatif. Bila masukan energi lebih kecil dari
keluaran energi, maka tubuh akan menggunakan cadangan energi
untuk memenuhi kebutuhan tersebut sehingga berat badan akan ikut
berkurang.
Energi yang berasal dari makanan digolongkan kepada masukan energi.
Nutrien dari makanan tersebut akan dioleh oleh sel untuk kemudian menjadi ATP,
dan jika tidak langsung digunakan maka energi dalam bentuk ini akan disimpan.
Sedangkan keluaran energi dalam tubuh terbagi menjadi dua golongan : kerja
eksternal dan kerja internal.
Gambar 2.11 Masukan energi dan keluaran energi18
Kerja eksternal mencakup kontraksi otot untuk memindahkan suatu objek
maupun untuk menggerakan tubuh terhadap lingkungan. Sedangkan kerja internal
akan terbagi menjadi dua. Yaitu aktivitas otot skeletal yang bukan bertujuan
menghasilkan kerja mekanik di luar tubuh, seperti untuk mempertahankan postur
tubuh. Selanjutnya adalah segala aktivitas guna mempertahankan kehidupan,
seperti untuk memompa darah, bernafas, hingga energi yang digunakan dalam
pemeliharaan sel dalam tubuh.
16
Energi dari makanan 50% nya akan menjadi ATP dan sebagian lainnya
menjadi panas. Kemudian, saat ATP digunakan 25% nya pun diubah menjadi
panas. Sehingga bersihnya hanya ada 25% energi yang tersisa benar-benar untuk
digunakan tubuh bekerja. Pada dasarnya, energi yang digunakan untuk kerja
selain kerja eksternal nantinya akan diubah ke dalam bentuk panas.
2.1.4.1 Kecepatan Metabolik
Kadar energi yang digunakan tubuh untuk melakukan kerja digambarkan
dalam bentuk produksi panas, satuannya kilokalori/jam. Kalori merupakan jumlah
panas yang dibutuhkan untuk meningkatkan suhu 1 gram H2O sebanyak 1oC18.
Kebutuhan energi seseorang dengan gaya hidup yang sangat sedentari dan hanya
melakukan fungsi esensial tubuhnya adalah 2000 kalori15.
Kadar metabolik ini akan bervariasi tergantung dari beberapa faktor,
Contohnya, sekitar 25% energi akan bertambah dari keluaran energi saat
melakukan aktivitas fisik. Namun angka tersebut juga tidak mutlak sesuai dengan
jenis serta banyaknya aktivitas fisik yang dilakukan. Antara masukan
energidengan keluaran energi harus seimbang agar keseimbangan energi dapat
tercapai. Secara teori, energi total tubuh dapat dibuat seimbang dengan kadar
konstan baik konsumsi makanan, aktivitas fisik, serta produksi panas internal
tubuh.
2.1.4.2 Keluaran Energi Total
Merupakan jumlah kalori yang dibakar oleh tubuh setiap harinya. KET
terdiri atas beberapa komponen :
Keluaran energi latihan (KEL)
Termogenesis aktivitas non-
latihan (TANL)
Efek Termal Makanan (ETM)
Keluaran Energi Istirahat (KEI)
Keluaran
Energi
Aktivitas
(KEA)
Gambar 2.12 Komponen Keluaran Energi Total19
17
2.1.4.2.1 Keluaran Energi Istirahat
Merujuk pada kecepatan metabolik basal, yaitu nilai energi yang
digunakan dan diukur dalam kondisi tertentu17. KEI merepresentasikan 60-75%
total keluaran energi, dan nilainya proporsional terhadap fat-free mass. Hal lain
yang mempengaruhi KEI adalah diet, baik dalam jumlah berlebih maupun kurang.
Diambil contoh pada orang yang menurunkan jumlah makanan yang dirinya
konsumsi per harinya. Maka selain turunnya berat badan, nilai KET juga ikut
menurun. Hal ini dikaitkan dengan turut berkurangnya jaringan metabolik aktif
saat berat badan turun.
2.1.4.2.2 Efek Termal Makanan
ETM adalah energi yang digunakan dalam proses mencerna, menyerap,
memetabolisme, serta menyimpan nutrien dari makanan20. Komponen ini
merepresentasikan 10 sampai 15% dari KET, hasilnya bergantung jenis diet yang
dimiliki seseorang. Bila ada pembatasan konsumsi makanan, maka jumlah yang
akan dimetabolisme akan turun sehingga nilai ETM akan menurun. Namun
berkurangnya nilai TEF tetap tidak menjadi terlalu signifikan terhadap nilai KET
keseluruhan.
2.1.4.2.3 Keluaran Energi Aktivitas
KEA merupakan komponen aktivitas fisik dalam nilai KET yang akan
dibagi ke dalam dua kategori : keluaran energi latihan (KEL) dan termogenesis
aktivitas non-latihan (TANL). KEL adalah energi yang digunakan atau
dibutuhkan untuk menyelesaikan aktivitas tertentu, dalam konteks ini yaitu
latihan. Sedangkan TANL adalah energi yang digunakan untuk gerak tubuh yang
tidak termasuk latihan, oleh karena itu disebut sebagai non-latihan. Contohnya
adalah aktivitas sehari-hari seseorang. Kedua hal ini tergolong sebagai faktor
aktivitas fisik yang sifatnya bervariasi dalam nilai KET. KEL dan TANL
merepresentasikan KET dengan rentang 5 sampai 40%17.
2.1.6 Indeks Massa Tubuh
IMT adalah pengukuran yang sekarang digunakan untuk menjelaskan
karakteristik antropometri dari tinggi per berat badan pada orang dewasa21. Nilai
untuk IMT didapatkan dari rumus berikut :
18
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑘𝑔)
𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑚2)
IMT juga berperan untuk mengkategorikan hasil yang didapat ke dalam
grup tertentu. Secara luas IMT dapat digunakan sebagai pendeteksi perkembangan
faktor risiko dalam hal prevalensi beberapa aspek kesehatan, terutama penyakit
tidak menular. Kategori IMT ini mencakup derajat mulai dari kurus yang
kemudian meningkat secara bertahap hingga berat badan lebih22
Tabel 2.2 Kategori berat badan atas IMT populasi Asia22
Nilai IMT akan bervariasi dalam berbagai populasi yang berbeda, hal ini
bergantung pada faktor lingkungannya, seperti kadar aktivitas fisik antara
masyarakat perkotaan dengan pedesaan. Komposisi lemak tubuh antar populasi
pun berbeda tidak hanya faktor tadi, namun juga secara genetik terdapat
berbedaan pada komposisi tubuh orang Asia dengan orang Amerika.
Oleh karena itu, WHO kembali menentukan batas yang lebih dapat
diaplikasikan pada populasi Asia-Pasifik dibandingkan dengan batas
internasional23. Dijelaskan juga bahwa faktor risiko untuk penyakit kronik serta
kematian ditemukan pada nilai IMT yang lebih rendah pada populasi Asia-Pasifik,
hal ini membuat penentuan kategori obesitas pada populasi ini berubah dari nilai
IMT WHO pada populasi internasional.
2.1.7 Obesitas
Ketidakseimbangan antara keluaran energi dengan masukan energi akan
berefek pada meningkatnya berat badan. Saat jumlah intake melebihi yang
dibutuhkan oleh tubuh, maka akan terjadi peningkatan penyimpanan lemak tubuh.
Ketika simpanan lemak tersebut sudah berlebih, kondisi ini diartikan sebagai
obesitas. Bagi seseorang untuk dapat mempertahankan berat badannya, energi
Klasifikasi IMT (kg/m2)
Kurus < 18,5
Berat badan normal 18,5-22,9
Berisiko obesitas ≥23-24,9
Obesitas 1 25-29,9
Obesitas 2 ≥30
19
yang diperoleh dari makanan harus sebanding dengan energi yang dikeluarkan.
Namun pada dewasa umumnya, mereka mampu mempertahankan berat badan
dalam waktu yang lama. Hal ini menujukkan bahwa ada suatu mekanisme
homeostasis dalam tubuh yang memungkinan keseimbangan energi dapat terjadi,
sehingga berat badan pun dapat dipertahankan.
Seperti pada sistem lain, tubuh juga memiliki feedback dalam mengatur
berat badan. Konsep ini disebut juga sebagai body weight set-point8, keadaan saat
keseimbangan energi tercapai. Bila seseorang berhasil mengurangi berat badannya
dengan menggunakan konsep meningkatkan keluaran energi sembari mengurangi
energy input akan terjadilah keseimbangan energi negatif. Saat input kurang,
maka sumber energi ikut berkurang. Selanjutnya yang terjadi adalah tubuh
mengirimkan sinyal untuk meningkatkan intake makanan hingga sinyal yang
menyatakan bahwa sumber energi kurang tadi hilang dan tercapailah
keseimbangan.
Efek yang didapatkan dari mekanisme set-point ini adalah kesukaran
seseorang untuk mempertahankan berat badannya yang telah turun, dan yang
sering terjadi yaitu kembali meningkatnya berat badan setelah sempat turun.
20
2.2 Kerangka Teori
Keseimbangan
energi
Masukan
energi
ETM KEA KEI
KEL TANL
Latihan
Aktivitas
fisik
Tipe
aerobik
Menggunakan
sistem aerobik
Asupan
makanan
lemak protein glukosa
Metabolisme
aerobik
Menghasilkan
panas
Menghasilkan
ATP
Stimulasi
lipolisis
Inaktivitas
fisik
Keseimbangan energi
positif (masukan >
keluaran)
BB meningkat
Keseimbangan energi
netral (masukan =
keluaran)
Kondisi
mempertahankan
berat badan
Keseimbangan energi negatif (masukan <
keluaran)
Masukan
kalori ↓
BB menurun
Keluaran energi
21
2.3 Kerangka Konsep
Latihan aerobik (berjalan) 30
menit, 5x/minggu, 16 kali
latihan
keluaran energi
total
Keseimbangan energi
netral
Penurunan berat
badan ≤5%
IMT normal
↓ risiko
obesitas
↓ risiko menderita
penyakit tidak
menular
Individu yang
sehat
IMT menurun
Weight
maintenance
22
2.4 Definisi Operational
No Variabel Definisi
Operasional
Alat
Ukur
Cara
Pengukuran
Skala
pengukuran
1 Indeks
Massa
Tubuh
(IMT)
Nilai yang
diambil dari
perhitungan
berat badan per
tinggi badan.
Berat
badan
(kilogram),
tinggi
badan
(meter
kuadrat),
timbangan
digital
dengan
pegukur
tinggi
badan
SECA
Sampel
penelitian
diukur berat
badandan
tinggi badan
dengan
melepas alas
kaki di atas
timbangan
digital dan
pengukur
tinggi badan
SECA
Interval
2 Latihan
aerobik
Aktivitas fisik
yang terukur dan
terencana mulai
intensitas rendah
hingga tinggi
yang
memerlukan
oksigen dalam
metabolisme
energinya
Visual Sampel
berjalan
selama 30
menit,5 kali
seminggu
sebanyak 16
kali latihan
Nominal
3 Berjalan Melangkahkan
kaki bergerak
maju pada
permukaan datar,
sedikit menuruni
Meteran
dan
stopwatch
Sampel
berjalan
mengelilingi
lintasan yang
telah
Nominal
23
tangga dengan
kecepatan 4,2
km per jam.
ditentukan
peneliti yaitu
mengitari
gedung
Fakultas
Kedokteran
UIN Syarif
Hidayatullah
Jakarta.
24
BAB III
METODE PENELITIAN
1.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik pra-eksperimental
dengan menggunakan model pre tes post tes satu kelompok.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
3.2.1. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret hingga Oktober 2018.
3.2.2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di lobi barat dan lantai 4 Fakultas Kedokteran
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jl. Kertamukti No. 05, Ciputat, Tangerang
Selatan.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi
Populasi adalah mahasiswa angkatan 2017 Fakultas Kedokteran UIN
Syarif Hidayatullah
3.3.2. Sampel
Sampel penelitian adalah berat badan dan tinggi badan mahasiswa
angkatan 2017 Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah, baik sebelum dan
sesudah perlakuan latihan fisik aerobik.
3.3.2.1. Pengambilan Sampel
Cara pengambilan sampel penelitian ini adalah pengambilan sampel secara
acak. Variabel yang diuji yaitu komparatif numerik berpasangan pengukuran
berulang yang dihitung menggunakan rumus24 :
𝑛 = ([𝑧𝛼 + 𝑧𝛽]𝑠
𝑥1 − 𝑥2
)
2
n = Jumlah subjek
Alpha = Kesalahan tipe satu, ditetapkan 5%.
Zα = Nilai standar alpha 5% hipotesis satu arah, yaitu 1,64.
25
Beta = Kesalahan tipe dua, ditetapkan 20%.
Zβ = Nilai standar beta 20%, yaitu 0,84.
x1-x2 = Selisih minimal yang dianggap bermakna antara sesudah dan
sebelum perlakuan, ditetapkan sebesar 1,5.
s = Simpang baku dari selisih antar sesudah dan sebelum, bersumber dari
kepustakaan25
𝑛 = ([1,64 + 0,84] 4
1,5 )
2
𝑛 = ([2,48] 4
1,5 )
2
𝑛 = (9,92
1,5)
2
𝑛 = (6,6)2
𝑛 = 43,64 , dibulatkan menjadi 43.
Maka jumlah sampel minimal adalah 43 orang, namun peneliti
mengantisipasi drop out sebesar 10% sehingga :
𝑛′ = 𝑛
1 − 𝑓
𝑛′ =43
1 − 10%
𝑛′ = 43
1 − 0,1
𝑛′ = 43
0,9
𝑛′ = 47
Jadi jumlah sampel yang akan diberikan perlakuan adalah 47 orang setelah
disesuaikan dengan kriteria inklusi dan eksklusi.
26
3.3.2.2. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
3.3.2.2.1 Kriteria Inklusi
- Usia 17 sampai 20 tahun
- Tidak melakukan aktivitas fisik rutin setiap minggu (3 sampai 5 kali
per minggu)
- Bersedia mengikuti penelitian
3.3.2.2.2 Kriteria Eksklusi
- drop out (tidak mengikuti 4 kali latihan fisik aerobik dari 16 kali
latihan)
3.4 Cara Kerja Penelitian
3.4.1. Alat dan Bahan Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan digital SECA
703 dengan pengukur tinggi badan yang telah di terra sebelum setiap pengukuran.
3.4.2. Tahapan Kerja
a. Pengisian Kuisioner Online
Mahasiswa angkatan 2017 Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah
akan diminta untuk mengisi kuisioner melalui formulir online yang di
dalamnya terdapat data diri serta beberapa pertanyaan terkait kriteria inklusi
dan eksklusi.
b. Pengisian lembar persetujuan dan pengukuran IMT sebelum latihan
Mahasiswa angkatan 2017 Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang terpilih akan diberikan lembar persetujuan sebagai bukti
persetujuan melakukan penelitian lalu diambil, dihitung IMT-nya dan
kemudian dicatat sebagai data yang menunjukkan kondisi mereka sebelum
dilakukannya perlakuan yakni latihan fisik aerobik sebanyak 16 kali latihan
dengan jumlah 5 kali setiap minggu.
c. Latihan fisik aerobik
Mahasiswa angkatan 2017 Fakultas Kedokteran UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang terpilih akan menjalani latihan fisik aerobik berupa
berjalan selama 30 menit yang dilaksanakan 5 kali setiap minggu.
d. Pengukuran IMT setelah latihan
Berat badan serta tinggi badan dari mahasiswa angkatan 2017
Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang terpilih akan
27
diambil, dihitung IMT-nya dan kemudian dicatat sebagai data yang
menunjukkan kondisi mereka setelah dilakukannya perlakuan yakni latihan
fisik aerobik sebanyak 16 kali latihan dengan jumlah 5 kali setiap minggu.
28
3.5 Alur Penelitian
Pemberian formulir online kepada seluruh
mahasiswa angkatan 2017 Fakultas Kedokteran
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk
menyaring kriteria inklusi dan eksklusi
Pemilihan sampel secara acak kepada
mahasiswa angkatan 2017 Fakultas
Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang termasuk kriteria inklusi
Pengisian lembar persetujuan dan
pengukuran IMT sebelum latihan
- memulai latihan fisik aerobik (berjalan)
- 30 menit/hari sebanyak 16 kali latihan
Pengukuran IMT setelah latihan
Penyusunan proposal
penelitian
29
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi hasil penelitian
4.1.1 Karakteristik sampel
Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, populasi sampel yakni mahasiswa tingkat pertama Program Studi
Kedokteran tahun angkatan 2017. Setelah dilakukan pengisian kuesioner melalui
formulir online didapatkan 81 orang memenuhi kriteria inklusi, dan 47
diantaranya menjadi sampel penelitian ini (jumlah minimal sampel 43).
Distribusi sampel berdasarkan usia dan jenis kelamin,
Tabel 4.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Usia
Usia (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)
17 1 3%
18 15 45,5%
19 15 45,5%
20 2 6%
Total 33 100%
Tabel 4.2 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin
Jumlah sampel yang benar-benar ikut sejak pengukuran pertama hingga
setelah 16 kali latihan hanya 33 orang. Lalu bila dilihat dari penyebaran sampel
diatas, didapatkan rentang usia pasien mulai 17-20 tahun, dengan usia 18 tahun
serta 19 tahun menjadi yang paling banyak (45,5%). Kemudian untuk usia 17
tahun terdapat 1 orang (3%) dan 20 tahun terdapar 2 orang (6%). Sedangkan
Jenis kelamin Jumlah (orang) Persentase (%)
Laki – laki 7 21,2%
Perempuan 26 78,8%
Total 33 100%
30
berdasarkan jenis kelamin, sampel perempuan lebih banyak dari sampel laki-laki,
yakni 26 orang (78,8%) dan 7 orang (21,2%) secara berturut-turut.
4.1.2 Sajian Data Penelitian
4.1.2.1 Indeks Masa Tubuh
Sampel dilakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan sebelum
latihan dimulai. Kedua nilai tersebut dimasukkan ke dalam rumus berat badan
(kg) / tinggi badan (m2) untuk mendapatkan Indeks Massa Tubuh setiap sampel.
Pengukuran dilakukan sebelum dan setelah latihan. Maka berdasarkan batas dari
WHO untuk populasi Asia-Pasifik23 didapatkan distribusi IMT sampel sebagai
berikut :
Tabel 4.3 Klasifikasi IMT Sampel Sebelum Latihan
Tabel 4.4 Klasifikasi IMT Sampel Setelah Latihan
Dari tabel diatas, didapatkan data berupa perubahan pada Indeks Massa Tubuh
sebelum dan setelah latihan aerobik berjalan sebanyak 16 kali latihan. Diawal
pengukuran terdapat 5 orang dalam kategori IMT kurus (15,2%), 22 orang
kategori IMT normal (66,7%), 4 orang kategori IMT berisiko (12,1%), dan 2
orang kategori IMT obesitas (6%). Dalam kategori IMT kurus tidak mengalami
Klasifikasi IMT (kg/m2) Jumlah
(orang) Persentase (%)
Kurus <18,5 5 15,2%
Normal 18,5-22,9 22 66,7%
Berisiko 23-24,9 4 12,1%
Obesitas ≥25 2 3%
Total
33 100%
Klasifikasi IMT (kg/m2) Jumlah
(orang) Persentase
Kurus <18,5 5 15,2%
Normal 18,5-22,9 24 72,7%
Berisiko 23-24,9 3 9,1%
Obesitas ≥25 1 3 %
Total
33 100%
31
pengurangan jumlah dikarenakan ada sampel dari kategori normal yang menjadi
kategori kurus setelah latihan. Sedangkan untuk tiga kategori lainnya mengalami
perubahan yakni untuk IMT kategori normal menjadi 24 orang (72,7%), IMT
kategori berisiko 3 orang (9,1%), serta IMT kategori obesitas 1 orang (3%).
Tabel 4.5 Rata-Rata Persentase Turunnya Berat Badan Post-Latihan dari
Berat Badan Awal Pada Sampel Perempuan dan Laki-Laki
Tabel 4.6 Tabel Indeks Massa Tubuh Sampel
Data yang diperoleh dari sampel perempuan dalam persentase turunnya
berat badan dari berat badan awal adalah 2,6% sebagai rata-rata, dan pada sampel
laki-laki sebesar 1,8%. Sedangkan tabel 4.7 menunjukkan adanya penurunan
Indeks Massa Tubuh. Rata-rata IMT sampel sebelumnya 21,05 menjadi 20,57.
Hal tersebut diikuti dengan hasil IMT minimal saat sebelum latihan yakni 15,88
dan maksimalnya 27,29 dan setelah latihan nilai minimal IMT sampel menjadi
15,26 serta maksimalnya 26,45.
4.1.2.2 Analisis Bivariat
Penelitian ini menggunakan analisis bivariat untuk melihat apakah terdapat
hubungan antara latihan fisik aerobik terhadap Indeks Massa Tubuh pada
mahasiswa FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2017. Data yang
Sampel Persentase (%)
Perempuan 2,6%
Laki-Laki 1,8%
Indeks
Massa
Tubuh
Mean
Standar
deviasi
(SD)
Interval
Kepercayaan
95% Min Maks N
Bawah Atas
Sebelum
intervensi 21,05 2,43 20,19 21,92 15,88 27,29
33 Setelah
intervensi 20,57 2,36 19,73 21,41 15,26 26,45
32
digunakan adalah IMT sampel sebelum dan sesudah latihan aerobik dalam bentuk
berjalan sebanyak 16 kali latihan, dengan frekuensi 5 kali seminggu selama 30
menit setiap harinya. Perhitungan statistik digunakan uji T berpasangan dengan
tingkat kemaknaan 95% (kesalahan alfa 5%).
Uji Normalitas Indeks Massa Tubuh Sampel
Uji normalitas dilakukan untuk memperoleh gambaran distribusi data
seluruh sampel. Uji normalitas penelitian ini menggunakan Saphiro-Wilk pada
aplikasi SPSS 22 dengan hasil sebagai berikut,
Tabel 4.7 Uji Normalitas Berat Badan Sebelum dan Setelah Latihan Sampel
Hasil uji normalitas Shapiro-Wilk didapatkan nilai signifikansi berat badan
sebelum latihan 0,029 dan Indeks Massa Tubuh setelah latihan 0,120. Data berat
badan setelah memiliki nilai p>0,05 yang menandakan bahwa penyebarannya
normal, sedangkan untuk data sebelum nilainya p<0,05 sehingga dikatakan
penyebaran datanya tidak normal. Maka untuk menormalkan data, peneliti
menggunakan fungsi log 10.
Tabel 4.8 Uji Normalitas Indeks Massa Tubuh Sampel
Hasil uji normalitas Shapiro-Wilk didapatkan nilai signifikansi Indeks
Massa Tubuh sebelum latihan 0,994 dan Indeks Massa Tubuh setelah latihan
0,999. Sedangkan untuk data berat badan sebelum latihan yang telah dilakukan
transformasi data, nilai proporsi data menjadi 0,291. Maka disimpulkan bahwa
data berat badan serta indeks massa tubuh sebelum dan setelah latihan terdistribusi
Variabel N Saphiro-Wilk
df. Sig.
BB sebelum latihan 33 33 0.291*
BB setelah latihan 33 33 0.120
Variabel N Saphiro-Wilk
df. Sig.
IMT sebelum latihan 33 33 0.994
IMT setelah latihan 33 33 0.999
Hasil setelah dilakukan uji transformasi fungsi log 10
33
dengan normal (p>0,05) sehingga selanjutnya penggunaan uji hipotesis dapat
menggunakan uji T dependen.
Uji Hipotesis T Dependen
Uji hipotesis T dependen dilakukan dengan memasangkan data Indeks
Massa Tubuh sampel sebelum dan setelah latihan, perhitungan statistik
menggunakan aplikasi SPSS 22 dengan hasil sebagai berikut,
Tabel 4.9 Perbedaan Berat Badan Sampel Sebelum dan Setelah Latihan
Fisik Aerobik
Varibel Intervensi N Rerata
Standar
deviasi
(SD)
Paired Difference Sig.(2
Tailed) Rerata Sd.
Berat
Badan
Sebelum
Latihan 33
52,24* 49,72-
54,89+
-49,84 7,49 0.000 Setelah
Latihan 51,56 7,54
Sedangkan untuk rata-rata berat badan sampel setelah latihan adalah 51,56
kg dengan standar deviasi 7,54. Rata-rata berat badan gabungan dari sebelum dan
setelah latihan aerobik sampel terdapat perbedaan yaitu sebesar -49,84 dengan
standar deviasi 7,49. Signifikansi (Sig. 2 tailed) uji statistik penelitian ini yaitu p
value = 0,000, yang artinya dengan nilai kesalahan alfa 5% nilai p <0,05 maka
terdapat perbedaan yang signifikan antara berat badan sebelum dan berat badan
setelah latihan fisik aerobik.
Tabel 4.10 Perbedaan Indeks Massa Tubuh Sampel Sebelum dan Setelah
Latihan Fisik Aerobik
Varibel Intervensi N Rerata
Standar
deviasi
(SD)
Paired Difference Sig.(2
Tailed) Mean Sd.
Indeks
Massa
Tubuh
Sebelum
Latihan 33
21,05 2,43
0,48 0,41 0.000 Setelah
Latihan 20,57 2,50
Nilai rerata geometrik setelah diubah dengan fungsi log 10
+ Standar deviasi geometrik tidak dapat digunakan, maka yang digunakan IK95%
34
Tabel diatas menunjukkan bahwa rata-rata Indeks Massa Tubuh sampel
sebelum latihan adalah 21,05 kg/m2 dengan standar deviasi (SD) 2,43 dan untuk
rata-rata Indeks Massa Tubuh sampel setelah latihan didapatkan 20,57 kg/m2
dengan standar deviasi (SD) 2,36761. Rata-rata IMT gabungan dari sebelum dan
setelah latihan aerobik sampel terdapat perbedaan yaitu sebesar 0,48 dengan
standar deviasi 0,41. Signifikansi (Sig. 2 tailed) uji statistik penelitian ini yaitu p
value = 0,000, yang artinya dengan nilai kesalahan alfa 5% nilai p <0,05 maka
terdapat perbedaan yang signifikan antara IMT sebelum dan IMT setelah latihan
fisik aerobik.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Karakteristik Sampel Penelitian
Sampel penelitian ini berjumlah 33 dari hasil pemilihan sampel secara
acak dan telah disesuaikan dengan kriteria inklusi serta eksklusi yang mengikuti
latihan sebanyak 16 kali latihan. Sampel adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun angkatan 2017. Rata-rata usia sampel
adalah 18 sampai 19 tahun (15%, SD 0,666), 26 orangnya adalah perempuan
(72,8%). Dari 33 orang, 5 orang termasuk dalam kategori IMT kurus (15,2%), 22
orang IMT normal (66,7%), 4 orang IMT berisiko (12,1%), dan 2 orang IMT
obesitas (6%). Pada awal sebelum dimulai latihan, seluruh sampel memiliki kadar
aktivitas fisik yang rendah yaitu melakukan latihan seperti jalan atau jogging
dengan durasi 30 sampai 45 menit sebanyak 1 sampai 2 kali per minggu. Hal ini
tidak sesuai dengan rekomendasi WHO pada Global recommendations on
physical activity for health3 yang menyatakan bahwa untuk dewasa berusia 18
sampai 64 setidaknya harus melakukan aktivitas fisik sedang 150 menit setiap
minggunya.
4.2.2 Perbandingan Indeks Massa Tubuh Sebelum dan Setelah Latihan
Aerobik
Terdapat hasil signifikan dari Indeks Massa Tubuh sebelum dengan
sesudah latihan fisik aerobik (p=<0,001). Hal ini menunjukkan bahwa latihan
aerobik sejumlah 150 menit per minggu mampu menurunkan IMT. Latihan
aerobik dalam bentuk berjalan dipilih menjadi intevensi sebab berjalan
35
menggunakan energi lebih sedikit dari berlari pada jarak yang sama baik pada
laki-laki maupun perempuan, karena saat berlari aktivitas otot secara keseluruhan
lebih besar dibandingkan saat berjalan26. Ditambah berdasarkan pernyataan
Wilkin27 bahwa berjalan mampu meningkatkan keluaran energi di atas batas
istirahat untuk mencapai rekomendasi ACSM dan mencapai massa tubuh yang
sehat ketika lari tidak memungkinkan untuk dilakukan.
Ross28 melakukan latihan rutin selama 12 minggu, namun tidak tertera
frekuensi per minggunya. Tiap sesi latihan yang dilakukan memakan waktu
sehingga sampel mencapai keluaran energi sebesar 700 kkal. Studi oleh Ross
tersebut menyatakan bahwa latihan dapat mengurangi obesitas dan pada orang
dengan berat badan lebih pun mampu menurunkan berat badan cukup berarti pada
lelaki muda. Dengan itu dapat dikatakan bahwa dosis latihan berpengaruh
terhadap turunnya berat badan. Pada penelitian ini telah ditentukan frekuensi serta
durasi standar untuk latihan yakni 5 kali per minggu dan 30 menit setiap sesinya.
Namun pada penelitian ini tidak dihitung jumlah keluaran energi secara pasti pada
setiap sesi latihan. Satu studi menyatakan bahwa ada respon terhadap dosis latihan
terhadap penurunan berat badan29, individu yang melakukan latihan selama 200
menit per minggu akan mengurangi berat badannya lebih besar dibandingkan
individu yang latihan selama 150 maupun 199 menit per minggu atau yang tidak
mampu memenuhi standar 150 menit per minggu (-13 kg, -8,5 kg, -3,5 kg).
Sampel memiliki rata-rata durasi latihan 30 sampai 60 menit per minggu atau 1
sampai 2 kali latihan per minggunya, kemudian diubah menjadi 150 menit per
minggu saat penelitian ini dimulai. Hasilnya adalah latihan berjalan tadi mampu
menunjukkan perubahan berupa penurunan berat badan sampel yang juga
berdampak pada turunnya IMT.
4.2.3 Hubungan Keluaran Energi Terhadap Penurunan Berat Badan dan
Indeks Massa Tubuh Sampel Setelah Latihan Aerobik
Konsep meningkatnya berat badan telah dijabarkan sebelumnya karena
adanya ketidakseimbangan antara masukan energi dengan keluaran energi.
Penelitian ini mencoba untuk meningkatkan keluaran energi melalui latihan
aerobik sehingga terjadi keseimbangan energi netral. Hunter30 melakukan sebuah
penelitian kepada subyek yang tidak melakukan latihan selama 1 tahun terakhir,
36
dengan berat badan berlebih lalu ditutunkan berat badannya hingga mencapai IMT
<25 kg/m2. Seluruh sampel dibagi ke dalam tiga grup : weight loss + latihan
aerobik, weight loss + latihan ketahanan, serta weight loss tanpa latihan. Latihan
aerobik yang dilakukan adalah berjalan diatas treadmil selama 20 menit. Hasil
studi tersebut memperlihatkkan bahwa pada grup weight loss yang disertai latihan
aerobik dan latihan ketahanan berhasil meningkatkan total keluaran energi (TKE)
meskipun non-signifikan, sedangkan pada grup tanpa latihan nilai TKE justru
menurun sehingga berdampak pada menurunkan aktivitas fisik setelah terjadinya
penurunan berat badan. Dengan diketahui hasil tersebut maka terbukti bahwa
latihan aerobik mampu meningkatkan keluaran energi.
Pada penelitian ini hanya melihat efek latihan aerobik terhadap turunnya
berat badan dan tidak memperhatikan aspek lain dalam keseimbangan energi yaitu
masukan energi. Studi yang mempelajari efek latihan fisik aerobik terhadap
penurunan berat badan menunjukkan bahwa latihan konsisten, yang mencapai
kadar minimum rekomendasi yakni 150 menit per minggu serta dalam intensitas
sedang tanpa restriksi kalori dapat menimbulkan efek turunnya berat badan
meskipun hanya sekitar 2 sampai 3 kg31. Penurunan berat badan ≤5% dari berat
badan awal disebut sebagai penurunan berat badan yang nonsignifikan dan lebih
merujuk sebagai upaya dalam mempertahankan berat badan. Hasil perhitungan
berat badan sebelum dan setelah latihan pada sampel penelitian mayoritas
memiliki persentase turunnya di rentang 1 sampai 3% dari berat badan awal.
Menunjukkan bahwa latihan aerobik yang dilakukan sebanyak 16 kali latihan ini
berefek untuk mempertahankan berat badan dan bukan untuk mengurangi berat
badan.
Penurunan berat badan yang secara signifikan bermakna dapat terjadi bila
kadar latihan melebihi batas aktivitas fisik minimum yaitu TKE >2000 kkal per
minggu. Pernyataan ini didukung oleh Donnelly32 yang membandingkan latihan
dengan KEL 400 dengan 600 kcal per minggu dapat menunjukkan penurunan
berat badan yang berarti (rata-rata 5%) dibandingkan grup kontrol. Studi tersebut
menjelaskan juga bahwa penurunan berat badan pada grup 600 kkal per minggu
melebihi penurunan berat badan pada grup dengan 400 kkal per minggu (62,2%
dan 45,9%). Studi lain melakukan latihan ketahanan selama 18 minggu
37
menunjukkan hasil berupa peningkatan ADMR (Activity Daily Metabolic Rate)
dari T0 dengan 12,4± 12 MJ per hari menjadi 13,5± 1,3 MJ per hari saat T8
kemudian menetap sekitar 13,5± 1,9 MJ per hari pada T18 yang berarti tidak ada
lagi peningkatan setelah latihan pada T8.
4.3 Keterbatasan Penelitian
Pada penelitian ini terdapat keterbatasan-keterbatasan penelitian sebagai
berikut :
a. Pada studi tinjauan sistematik/meta-analisis oleh David J. Johns33
menyatakan bahwa program kombinasi antara diet dan latihan dapat
menurunkan berat badan lebih signifikan dibandingkan hanya dengan
latihan saja. Peneliti tidak memperhatikan efek maupun membatasi
diet sampel selama perlakuan latihan aerobik 16 kali latihan.
b. Peneliti tidak menjelaskan dan memaparkan bukti komponen Total
Keluaran Energi yang terpengaruh akibat latihan, yaitu Keluaran
Energi Istirahat, Efek Termal Makanan, atau Keluaran Energi
Aktivitas sehingga hasilnya bisa meningkatkan TKE secara
keseluruhan.
c. Jumlah sampel laki-laki dan perempuan yang tidak sebanding
menyebabkan peneliti tidak mampu melakukan perbandingan efek
latihan aerobik terhadap Indeks Massa Tubuh sampel baik sebelum
dan setelah latihan.
d. Jumlah sampel yang sedikit. Peneliti mengalami kesulitan dalam
mempertahankan jumlah sampel mulai awal pengukuran IMT hingga
selesai 16 kali latihan dikarenakan keterbatasan waktu untuk
melakukan penelitian serta kepatuhan sampel.
e. Mayoritas sampel memiliki IMT normal sehingga penelitian ini hanya
dapat menjelaskan efek latihan aerobik terhadap indeks massa tubuh
sebagai usaha mempertahankan berat badan dan bukan sebagai usaha
penurunan berat badan.
38
BAB V
5.1 Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya maka
dapat ditarik beberapa kesimpulan, sebagai berikut :
a. Karakteristik sampel merupakan mahasiswa Fakultas Kedokteran UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, rata-rata berusia 18 sampai 19 tahun, dengan
jenis kelamin perempuan sebanyak 26 orang dan laki-laki 7 orang.
b. Terjadi penurunan indeks massa tubuh dengan rata-rata 21,05 kg/m2
menjadi 20,57 kg/m2 setelah dilakukan latihan fisik aerobik berupa berjalan
dengan durasi 30 menit dan frekuensi 5 kali setiap minggu.
c. Terdapat pengaruh yang bermakna antara latihan aerobik dengan indeks
massa tubuh mahasiswa Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta angkatan 2017 (p=<0,001)
5.2 Saran
a. Mahasiswa kedokteran maupun individu usia dewasa disarankan untuk
meningkatkan aktivitas fisik kesehariannya dengan rutin melakukan latihan
aerobik minimal 150 menit setiap minggu yang terbagi dalam 3 sampai 5
kali agar dapat mempertahankan berat badannya dalam kadar normal.
Bentuk latihan dapat berupa berjalan santai, berjalan cepat, hingga berlari.
Hal tersebut dapat disesuaikan dengan kondisi setiap individu.
b. Memperhatikan efek masukan energi (diet) serta mengikutsertakannya ke
dalam perhitungan pengaruh terhadap keseimbangan energi.
c. Melakukan latihan aerobik dengan jangka waktu lebih panjang untuk
melihat pengaruhnya terhadap indeks massa tubuh.
d. Menambah jumlah sampel serta menyetarakan jumlah sampel
perbandingan laki-laki dan perempuan sehingga dapat melihat perbedaan
efek latihan terhadap indeks massa tubuh berdasarkan jenis kelamin
39
e. Membandingkan efek latihan aerobik intensitas sedang (berjalan) dengan
latihan aerobik intensitas berat (berlari) terhadap perubahan indeks massa
tubuh.
f. Mengambil sampel dengan kondisi obesitas agar dapat melihat efek latihan
aerobik sebagai usaha menurunkan berat badan dan indeks massa tubuh.
40
DAFTAR PUSTAKA
1. World Health Organization. Constitution of WHO: principles [Internet].
[dikutip 3 Agustus 2018]. Tersedia pada: http://www.who.int/about/mission/en/
2. González K, Fuentes J, Márquez J. Physical inactivity, sedentary behavior and
chronic diseases. Korean J Fam Med. 2017;38(3):111–5.
3. World Health Organization. Global recommendations on physical activity for
health. Geneva: World Health Organization; 2010.
4. Booth F, Gordon S, Carlson C, Hamilton M. Waging war on modern chronic
diseases: primary prevention through exercise biology. J Appl Physiol Bethesda Md;
2000. 88(2):774–87.
5. World Health Organization. Obesity: preventing and managing the global
epidemic: report of a WHO consultation. Geneva: World Health Organization; 2000.
253 hlm. (WHO technical report series).
6. Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Kesehatan RI. Riset
kesehatan dasar. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian
Kesehatan RI; 2013.
7. Raven P, Wasserman D, Squires W, Murray T. Exercise Physiology. Cengage
Learning; 2012. 595 hlm.
8. Hill J, Peters J. Commentary: Physical activity and weight control.
International Journal of Epidemiology. 1 Desember 2013;42(6):1840–2.
9. Stevens J, Truesdale K, McClain J, Cai J. The definition of weight
maintenance. International Journal of Obesity. Maret 2006;30(3):391–9.
10. Caspersen C, Powell K, Christenson G. Physical activity, exercise, and
physical fitness: definitions and distinctions for health-related research. Public Health
Rep. 1985;100(2):126–31.
41
11. World Health Organization. What is Moderate-intensity and Vigorous-
intensity Physical Activity? [Internet]. WHO. [dikutip 6 September 2018]. Tersedia
pada: http://www.who.int/dietphysicalactivity/physical_activity_intensity/en/
12. Warburton D, Nicol W, Bredin S. Health benefits of physical activity: the
evidence. CMAJ Can Med Assoc J. 2006;174(6):801–9.
13. Department of Health and Human Services USA. Physical Activity
Guidelines Advisory Committee Report, 2008 to the Secretary of Health and Human
Services: (525442010-001) [Internet]. American Psychological Association; 2008
[dikutip 6 September 2018]. Tersedia pada: http://doi.apa.org/get-pe-
doi.cfm?doi=10.1037/e525442010-001
14. Kavouras S, Panagiotakos D, Pitsavos C, Chrysohoou C, Anastasiou C,
Lentzas Y, et al. Physical Activity, Obesity Status, and Glycemic Control: The
ATTICA Study. Med Sci Sports Exerc. 2007;39(4):606–11.
15. Hall, E. Guyton and Hall textbook of medical physiology. 13th edition.
Philadelphia, PA: Elsevier; 2016. 1145 hlm.
16. Haizlip K, Harrison B, Leinwand L. Sex-based differences in skeletal muscle
kinetics and fiber-type composition. Physiology. 2015;30(1):30–9.
17. Powers S, Howley E. Exercise physiology: theory and application to fitness
and performance. 6th ed. Boston: McGraw-Hill; 2007. 540 hlm.
18. Sherwood, L. Human physiology: from cells to systems. 9th edition. Boston,
MA, USA: Cengage Learning; 2016. 955 hlm.
19. Hills A, Mokhtar N, Byrne N. Assessment of physical activity and energy
expenditure: an overview of objective measures. Front Nutr [Internet]. 2014 [dikutip
19 September 2018];1. Tersedia pada:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4428382/
42
20. MacLean P, Bergouignan A, Cornier M-A, Jackman M. Biology’s response to
dieting: the impetus for weight regain. Am J Physiol-Regul Integr Comp Physiol.
2011;301(3):R581–600.
21. Nuttall, F. Body mass index. Nutr Today. 2015;50(3):117–28.
22. World Health Organization. Appropriate body-mass index for asian
populations and its implications for policy and intervention strategies. The Lancet.
2004;363(9403):157–63.
23. Pacific WHORO for the W. The asia-pacific perspective: redefining obesity
and its treatment [Internet]. Sydney : Health Communications Australia; 2000
[dikutip 20 September 2018]. Tersedia pada:
http://iris.wpro.who.int/handle/10665.1/5379
24. Sopiyudin D. Besar sampel dalam penelitian kedokteran dan kesehatan. Edisi
4. Jatinangor, Indonesia: Alqaprint; 2017.
25. Yolanda, S, Trinovita A, Imelda S, Minarma I. The Benefit of Sports for
Health Module for First year Medical Students Faculty of Medicine Universitas
Indonesia. Dep Physiol. 2010;
26. Ellis R, Sumner B, Kram R. Muscle contributions to propulsion and braking
during walking and running: insight from external force perturbations. Gait &
Posture. 2014;40(4):594–9.
27. Wilkin L, Cheryl A, Haddock B. Energy expenditure comparison between
walking and running in average fitness individuals: J Strength Cond Res.
2012;26(4):1039–44.
28. Ross, R. Reduction in obesity and related comorbid conditions after diet-
induced weight loss or exercise-induced weight loss in men. Ann Intern Med.
2000;133:92.
43
29. Jakicic J, Winters C, Lang W, Wing R. Effects of intermittent exercise and
use of home exercise equipment on adherence, weight loss, and fitness in overweight
women: a randomized trial. JAMA. 1999;282(16):1554.
30. Hunter G, Fisher G, Neumeier W, Carter S, Plaisance E. Exercise training and
keluaran energi following weight loss. Med Sci Sports Exerc. 2015;47(9):1950–7.
31. Swift D, McGee , Earnest C, Carlisle E, Nygard M, Johannsen N. The effects
of exercise and physical activity on weight loss and maintenance. Prog Cardiovasc
Dis. 2018;61(2):206–13.
32. Donnelly J, Honas J, Smith B, Mayo M, Gibson C, Sullivan D, et al. Aerobic
exercise alone results in clinically significant weight loss for men and women:
Midwest Exercise Trial-2. Obes Silver Spring Md. 2013;21(3):E219–28.
33. Johns D, Hartmann-Boyce J Jebb S, Aveyard P. Diet or exercise interventions
vs combined behavioral weight management programs: a systematic review and
meta-analysis of direct comparisons. J Acad Nutr Diet. 2014;114(10):1557–68
44
LAMPIRAN
Lampiran 1
Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent)
Yang Terhormat, Mahasiswa/i FK UIN Jakarta angkatan 2017
Saat ini saya, Shafira Putri Widjaja sebagai peneliti di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta sedang melakukan penelitian mengenai “Pengaruh
Latihan Fisik Aerobik Terhadap Indeks Massa Tubuh Mahasiswa Angkatan 2017
Fakultas Kedokteran UIN Jakarta”.
Sesuai dengan tata cara yang telah ditetapkan di universitas, maka Anda akan
menjalani penelitian ini dengan melakukan latihan fisik aerobik berupa berjalan
sebanyak 5 kali dalam seminggu selama satu bulan (16 kali latihan) dengan durasi 30
menit setiap harinya. Kemudian akan dilakukan pemeriksaan antropometri untuk
menentukan indeks massa tubuh pada pertemuan pertama dan terakhir. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah latihan fisik aerobik mempengaruhi
penurunan IMT.
Anda berkesempatan untuk menanyakan segala hal yang berhubungan dengan
penelitian ini dan berhak menolak ikut serta dalam penelitian ini atau sewaktu-waktu
ingin berhenti dalam penelitian ini. Oleh karena penelitian ini sangat penting,
diharapkan agar Anda dapat menjalani dengan sebaik-baiknya. Data yang terisi hanya
akan digunakan untuk penelitian ini dan akan saya jaga kerahasiannya.
Peneliti,
Shafira Putri Widjaja
Mahasiswa Program Studi Kedokteran, FK UIN 2015
No HP. 081219857457/108139000069
45
Lampiran 2
Surat Persetujuan
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama :
Usia :
Angkatan :
Alamat :
Nomor telp/hp :
Menyatakan bahwa saya telah mengerti sepenuhnya atas penjelasan yang diberikan
oleh Shafira Putri Widjaja dari FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan bersedia
menjalani penelitian menegenai “Pengaruh Latihan Fisik Aerobik Terhadap Indeks
Massa Tubuh Mahasiswa Angkatan 2017 Fakultas Kedokteran UIN Jakarta”.
Pernyataan ini dibuat dengan kesadaran penuh tanpa paksaan.
Ciputat, 2018
Mengetahui,
Peneliti Peserta Penelitian
(Shafira Putri Widjaja) ( )
46
Lampiran 3
Rekapitulasi Statistik Sampel
1. Analisis Univariat
IMT_AP_pre
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid berisiko 4 12,1 12,1 12,1
kurus 5 15,2 15,2 27,3
normal 22 66,7 66,7 93,9
obesitas 2 6,1 6,1 100,0
Total 33 100,0 100,0
47
Lampiran 4
IMT_AP_post
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid berisiko 3 9,1 9,1 9,1
kurus 5 15,2 15,2 24,2
normal 24 72,7 72,7 97,0
obesitas 1 3,0 3,0 100,0
Total 33 100,0 100,0
48
Lampiran 5
Descriptives
Statistic Std. Error
kg/cm2_pre Mean 21,0570 ,42371
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 20,1939
Upper Bound 21,9200
5% Trimmed Mean 21,0134
Median 20,9500
Variance 5,924
Std. Deviation 2,43401
Minimum 15,88
Maximum 27,29
Range 11,41
Interquartile Range 3,31
Skewness ,266 ,409
Kurtosis ,335 ,798
kg/cm2_post Mean 20,5764 ,41215
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 19,7368
Upper Bound 21,4159
5% Trimmed Mean 20,5461
Median 20,5500
Variance 5,606
Std. Deviation 2,36761
Minimum 15,26
Maximum 26,45
Range 11,19
Interquartile Range 3,18
Skewness ,208 ,409
Kurtosis ,325 ,798
49
Lampiran 6
Descriptives
Statistic Std. Error
log_beratbadan_pre Mean 1,7180 ,01055
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 1,6965
Upper Bound 1,7395
5% Trimmed Mean 1,7161
Median 1,7156
Variance ,004
Std. Deviation ,06059
Minimum 1,60
Maximum 1,86
Range ,26
Interquartile Range ,06
Skewness ,583 ,409
Kurtosis ,474 ,798
kg Mean 51,561 1,3134
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 48,885
Upper Bound 54,236
5% Trimmed Mean 51,187
Median 50,300
Variance 56,926
Std. Deviation 7,5449
Minimum 38,2
Maximum 70,7
Range 32,5
Interquartile Range 8,3
Skewness ,821 ,409
Kurtosis ,781 ,798
50
Lampiran 7
2. Analisis Bivariat
Berat Badan
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
kg ,168 33 ,019 ,927 33 ,029
kg ,121 33 ,200* ,948 33 ,120
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
log_beratbadan_pre ,141 33 ,092 ,962 33 ,291
kg ,121 33 ,200* ,948 33 ,120
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 log_beratbadan_pre & kg 33 ,990 ,000
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 log_beratbadan_pre 1,7180 33 ,06059 ,01055
kg 51,561 33 7,5449 1,3134
51
Lampiran 8
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig.
(2-
tailed) Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
log_beratbadan_pre
- kg
-
49,84259 7,48493 1,30296
-
52,49663
-
47,18855
-
38,253 32 ,000
Indeks Massa Tubuh
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
kg/cm2_pre ,070 33 ,200* ,991 33 ,994
kg/cm2_post ,063 33 ,200* ,994 33 ,999
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 kg/cm2_pre 21,0570 33 2,43401 ,42371
kg/cm2_post 20,5764 33 2,36761 ,41215
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 kg/cm2_pre & kg/cm2_post 33 ,986 ,000
52
Lampiran 9
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed) Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
kg/cm2_pre -
kg/cm2_post ,48061 ,40956 ,07130 ,33538 ,62583 6,741 32 ,000
53
Lampiran 10
Foto Penelitian
Gambar 7.1 Pengukuran berat badan dan tinggi badan sampel
Gambar 7.2 Latihan fisik aerobik (berjalan)
54
Lampiran 11
Riwayat Penulis
Nama : Shafira Putri Widjaja
NIM : 11151030000014
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 7 Mei 1997
Agama : Islam
Alamat : Griya Pamulang Estate, Jl Kiwi Raya blok K1/6,
Pamulang Timur, Tangerang Selatan
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan
2002-2003 : TK Ketilang UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2003-2006 : SDIT An-Ni’mah Bandung
2006-2009 : SD Al-Zahra Indonesia
2009-2012 : SMP Al-Zahra Indonesia
2012-2015 : SMAN 3 Kota Tangerang Selatan
2015-sekarang : Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta