PENGARUH LATIHAN FISIK AEROBIK TERHADAP INDEKS...

69
i PENGARUH LATIHAN FISIK AEROBIK TERHADAP INDEKS MASSA TUBUH PADA MAHASISWA ANGKATAN 2017 FAKULTAS KEDOKTERAN UIN JAKARTA Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN OLEH: SHAFIRA PUTRI WIDJAJA NIM: 11151030000014 PROGRAM STUDI KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H/2018

Transcript of PENGARUH LATIHAN FISIK AEROBIK TERHADAP INDEKS...

Page 1: PENGARUH LATIHAN FISIK AEROBIK TERHADAP INDEKS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47871/1/SHAFIRA PUTRI WIDJAJA-FK.pdf20136, prevalensi penduduk dewasa (>18 tahun)

i

PENGARUH LATIHAN FISIK AEROBIK TERHADAP

INDEKS MASSA TUBUH PADA MAHASISWA ANGKATAN

2017 FAKULTAS KEDOKTERAN UIN JAKARTA

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA KEDOKTERAN

OLEH:

SHAFIRA PUTRI WIDJAJA

NIM: 11151030000014

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H/2018

Page 2: PENGARUH LATIHAN FISIK AEROBIK TERHADAP INDEKS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47871/1/SHAFIRA PUTRI WIDJAJA-FK.pdf20136, prevalensi penduduk dewasa (>18 tahun)

ii

Page 3: PENGARUH LATIHAN FISIK AEROBIK TERHADAP INDEKS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47871/1/SHAFIRA PUTRI WIDJAJA-FK.pdf20136, prevalensi penduduk dewasa (>18 tahun)

iii

Page 4: PENGARUH LATIHAN FISIK AEROBIK TERHADAP INDEKS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47871/1/SHAFIRA PUTRI WIDJAJA-FK.pdf20136, prevalensi penduduk dewasa (>18 tahun)

iv

Page 5: PENGARUH LATIHAN FISIK AEROBIK TERHADAP INDEKS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47871/1/SHAFIRA PUTRI WIDJAJA-FK.pdf20136, prevalensi penduduk dewasa (>18 tahun)

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang, Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala

nikmat dan karunianya sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan penelitian

berjudul “ PENGARUH LATIHAN FISIK AEROBIK TERHADAP INDEKS

MASSA TUBUH PADA MAHASISWA ANGKATAN 2017 FAKULTAS

KEDOKTERAN UIN JAKARTA “ tepat pada waktunya. Shalawat serta salam

saya curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang selalu menjadi panutan semua

umat islam.

Penulis menyadari tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak

mustahil laporan ini akan terselesaikan. Untuk itu penulis ingin mengucapkan

terima kasih kepada :

1. dr. Hari Hendarto, Ph.D., Sp.PD-KEMD selaku Dekan Fakultas

Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. dr. Achmad Zaki, Sp.OT, M.Epid selaku Ketua Program Studi

Kedokteran di Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D selaku Penanggung Jawab Riset

Program Studi Kedokteran angkatan 2015.

4. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku Pembimbing I yang telah

meluangkan waktu, pikiran dan tenaganya untuk membimbing penulis selama

proses pembuatan laporan ini dari pengambilan data, penyusunan laporan hingga

laporan ini dapat terselesaikan.

5. dr. Mustika Anggiane Putri, M.Biomed selaku Pembimbing II yang

terus memberikan bimbingan, arahan dan nasihat serta meluangkan waktu dan

pikirannya untuk membimbing penulis sehingga laporan ini dapat terselesaikan.

6. Ibu tercinta penulis, Mungki Murnitamah serta adik kandung penulis

Alice Fitri Widjaja yang turut serta memberikan cinta, dukungan,semangat serta

Page 6: PENGARUH LATIHAN FISIK AEROBIK TERHADAP INDEKS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47871/1/SHAFIRA PUTRI WIDJAJA-FK.pdf20136, prevalensi penduduk dewasa (>18 tahun)

vi

do’a yang tidak pernah putus untuk penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

laporan ini.

7. Safira Fatimah Anjani, Viska Yuzella, dan Muhammad Ilmul Yaqin

Amha selaku teman-teman seperjuangan dalam penelitian ini. Penulis sangat

bersyukur atas segala waktu, pikiran dan tenaga teman-teman sehingga laporan

penelitian ini dapat terselesaikan.

8. Seluruh adik-adik Program Studi Kedokteran angkatan 2017 yang telah

bersedia menjadi sampel penelitian penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

laporan penelitian ini.

9. Teman-teman tercinta dan tersayang penulis Febri, Meyasi, Anjani,

Viska, Aqiila, Maharani, dan Khadijah yang selalu ada dan menjadi tempat keluh

dan kesah penulis dan serta memberikan semangat dan do’a.

10. Teman-teman tercinta AMIGDALA 2015 dan ARMYGDALA.

11. Virtual family and friends penulis, Jennie, Roséanne, Jisoo, Taehyung

Kim yang senantiasa memberikan dukungan, semangat, serta meyakinkan diri

penulis sejak awal penulisan laporan dimulai hingga akhir meskipun belum

pernah bertatap muka satu dengan yang lainnya.

12. Seluruh pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan baik

langsung maupun tak langsung yang tentunya tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa Laporan penelitian ini masih banyak kekurangan

dan jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran

yang dapat membangun penulis dan penelitian ini menjadi lebih baik di masa

depan. Semoga penelitian yang telah dilakukan ini mendapatkan Ridho Allah

SWT dan memberikan manfaat bagi semua orang yang membacanya. Aamiin

Wasallamu’alaikum warahmatullahu wabarakatuh

Ciputat, Oktober 2018

Page 7: PENGARUH LATIHAN FISIK AEROBIK TERHADAP INDEKS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47871/1/SHAFIRA PUTRI WIDJAJA-FK.pdf20136, prevalensi penduduk dewasa (>18 tahun)

vii

Shafira Putri. Fakultas Kedokteran. PENGARUH LATIHAN FISIK

AEROBIK TERHADAP INDEKS MASSA TUBUH PADA MAHASISWA

ANGKATAN 2017 FAKULTAS KEDOKTERAN UIN JAKARTA. 2018

ABSTRAK

Latar belakang: Keseimbangan energi diperoleh apabila masukan energi dan

keluaran energi berada dalam kadar seimbang. Jika masukan energi melebihi

keluaran energi maka peningkatan berat badan dapat terjadi dan risiko untuk

mengalami obesitas yang tampak sebagai nilai IMT ≥23.00 kg/m2. Latihan

aerobik diharapkan dapat meningkatkan keluaran energi agar tercapai kondisi

keseimbangan energi netral sehingga IMT dapat dipertahankan dalam rentang

normal.

Metode : Penelitian ini merupakan analitik pra-eksperimental. Sampel penelitian

ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

angkatan 2017. Jumlah sampel diperoleh dengan pemilihan sampel secara acak

dengan 46 sampel penelitian. Indeks Massa Tubuh seluruh sampel diukur dan

dihitung sebelum serta setelah intervensi. Intervensi yang diberikan yaitu latihan

aerobik berjalan dengan durasi 30 menit dan frekuensi 5 kali setiap minggu

sebanyak 16 kali latihan. Analisis data menggunakan analisis univariat dan

bivariat dengan uji T berpasangan.

Hasil : Hasil penelitian didapatkan perubahan Indeks Massa Tubuh sebelum dan

setelah latihan. (p=<0,001)

Kesimpulan : Tercapainya kondisi mempertahankan berat badan yang ditandai

dengan nilai IMT dalam rentang normal pada mahasiswa FK UIN angkatan 2017.

Kata Kunci : indeks massa tubuh, latihan, aerobik, berat badan.

Page 8: PENGARUH LATIHAN FISIK AEROBIK TERHADAP INDEKS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47871/1/SHAFIRA PUTRI WIDJAJA-FK.pdf20136, prevalensi penduduk dewasa (>18 tahun)

viii

Shafira Putri. Faculty of Medicine. EFFECT OF AEROBIK TRAINING TO

BODY MASS INDEX CLASS 2017 STUDENTS OF THE MEDICAL

FACULTY OF SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA. 2018

ABSTRACT

Background : Energy balance happens when energy input and energy

expenditure are at balance. If energy input exceeds the expenditure then the result

will be weight gain and the risk of obesity will also increase, that is seen by BMI

over 23,00 kg/m2. Aerobic training is hoped to increase the energy expenditure so

a neutral energy balance can be acheived and BMI maintained at a normal range.

Methods : This is an analytic pra-experimental study. This study is directed at

students of class 2017 Medical Faculty of UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Samples are chosen through simple random sampling and their BMI were

measured before and after the intevention. The intervention was a training in form

of walking for 30 minutes, 5 times a week for as much as 16 times. We used

paired T-test for univariate and bivariate analysis.

Results : There’s a change in body mass index of the samples after aerobic

training. (p=<0,001)

Conclusion : The condition of weight maintenance is achieved by samples and is

seen by their normal range of BMI.

Key word : body mass index, exercise, aerobic, weight maintenance

Page 9: PENGARUH LATIHAN FISIK AEROBIK TERHADAP INDEKS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47871/1/SHAFIRA PUTRI WIDJAJA-FK.pdf20136, prevalensi penduduk dewasa (>18 tahun)

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ....................................................................................... i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYAError! Bookmark not

defined.

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBINGError! Bookmark not

defined.

LEMBAR PENGESAHAN ....................... Error! Bookmark not defined.

KATA PENGANTAR ................................................................................ v

ABSTRAK ................................................................................................ vii

ABSTRACT ............................................................................................. viii

DAFTAR ISI .............................................................................................. ix

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xii

DAFTAR TABEL .................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xiv

DAFTAR ISTILAH .................................................................................. xv

BAB I .......................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang............................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 2

1.3 Hipotesis ........................................................................................ 2

1.4 Tujuan ............................................................................................ 2

1.4.1 Tujuan Umum .......................................................................... 2

1.4.2 Tujuan Khusus ......................................................................... 2

1.5 Manfaat Penelitian ......................................................................... 2

1.5.1 Bagi Mahasiswa....................................................................... 2

1.5.2 Bagi Fakultas Kedokteran UIN ............................................... 3

1.5.3 Bagi Mahasiswa Fakultas Kedokteran UIN ............................ 3

Page 10: PENGARUH LATIHAN FISIK AEROBIK TERHADAP INDEKS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47871/1/SHAFIRA PUTRI WIDJAJA-FK.pdf20136, prevalensi penduduk dewasa (>18 tahun)

x

BAB II ......................................................................................................... 4

2.1 Landasan Teori ............................................................................. 4

2.1.1. Aktivitas Fisik ........................................................................ 4

2.1.2. Latihan ................................................................................... 5

2.1.3. Serabut Otot ............................................................................ 7

2.1.4 Sistem Aerobik ........................................................................ 7

2.1.5 Keseimbangan Energi ............................................................ 14

2.1.6 Indeks Massa Tubuh .............................................................. 17

2.1.7 Obesitas ................................................................................. 18

2.2 Kerangka Teori ............................................................................ 20

2.3 Kerangka Konsep ........................................................................ 21

2.4 Definisi Operational .................................................................... 22

BAB III...................................................................................................... 24

3.1 Desain Penelitian ......................................................................... 24

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian .................................................. 24

3.2.1. Waktu Penelitian ................................................................. 24

3.2.2. Tempat Penelitian ................................................................. 24

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ............................................... 24

3.3.1 Populasi ................................................................................ 24

3.3.2. Sampel .................................................................................... 24

3.4 Cara Kerja Penelitian ................................................................... 26

3.4.1. Alat dan Bahan Penelitian .................................................... 26

3.4.2. Tahapan Kerja ...................................................................... 26

3.5 Alur Penelitian ............................................................................. 28

BAB IV ..................................................................................................... 29

4.1 Deskripsi hasil penelitian ............................................................ 29

Page 11: PENGARUH LATIHAN FISIK AEROBIK TERHADAP INDEKS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47871/1/SHAFIRA PUTRI WIDJAJA-FK.pdf20136, prevalensi penduduk dewasa (>18 tahun)

xi

4.1.1 Karakteristik sampel .............................................................. 29

4.1.2 Sajian Data Penelitian............................................................ 30

4.2 Pembahasan ................................................................................. 34

4.2.1 Karakteristik Sampel Penelitian ............................................ 34

4.2.2 Perbandingan Indeks Massa Tubuh Sebelum dan Setelah

Latihan Aerobik ............................................................................................ 34

4.2.3 Hubungan Keluaran Energi Terhadap Penurunan Berat Badan

dan Indeks Massa Tubuh Sampel Setelah Latihan Aerobik.......................... 35

4.3 Keterbatasan Penelitian ............................................................... 37

BAB V ....................................................................................................... 38

5.1 Kesimpulan .................................................................................. 38

5.2 Saran ............................................................................................ 38

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 40

LAMPIRAN .............................................................................................. 44

Page 12: PENGARUH LATIHAN FISIK AEROBIK TERHADAP INDEKS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47871/1/SHAFIRA PUTRI WIDJAJA-FK.pdf20136, prevalensi penduduk dewasa (>18 tahun)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar halaman

2.1 Grafik Mortalitas Dikaitkan dengan Kapasitas Latihan.................................4

2.2 Grafik Perbedaan IMT berdasarkan Kadar Aktivitas Fisik............................6

2.3 Proses Glikolisis.............................................................................................8

2.4 Pembentukan Asetil Koenzim-A....................................................................9

2.5 Siklus Krebs..................................................................................................10

2.6. Fosforilasi Oksidatif......................................................................................11

2.7 Beta Oksidasi Asam Lemak..........................................................................12

2.8 Latihan Merubah Keseimbangan Antara Lipolisis dengan Re-esterifikasi...13

2.9 Jalur Aktivasi Hormon Sensitif Lipase..........................................................13

2.10 Proses Deaminasi Asam Amino....................................................................14

2.11 Masukan energi dan Keluaran energi............................................................15

2.12 Komponen Keluaran Energi Total................................................................16

7.1 Pengukuran berat badan dan tinggi badan sampel........................................53

7.2 Latihan fisik aerobik (berjalan).....................................................................53

Page 13: PENGARUH LATIHAN FISIK AEROBIK TERHADAP INDEKS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47871/1/SHAFIRA PUTRI WIDJAJA-FK.pdf20136, prevalensi penduduk dewasa (>18 tahun)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel halaman

2.1 Tabel Nilai METs untuk berbagai aktivitas fisik.............................................4

2.2 Tabel Kategori Berat Badan Atas IMT Populasi Asia...................................18

4.1 Tabel Distribusi Sampel Berdasarkan Usia....................................................29

4.2 Tabel Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin....................................29

4.3 Tabel Klasifikasi IMT Sampel Sebelum Latihan...........................................30

4.4 Tabel Klasifikasi IMT Sampel Setelah Latihan.............................................30

4.5 Tabel Persentase Turunnya Berat Badan Post-Latihan dari Berat Badan Awal

Pada Sampel Perempuan.................................................................................31

4.6 Tabel Indeks Massa Tubuh Sampel...............................................................31

4.7 Tabel Uji Normalitas Berat Badan Sebelum dan Setelah Latihan Sampel....32

4.8 Tabel Uji Normalitas Indeks Massa Tubuh Sampel........................................32

4.9 Tabel Perbedaan Berat Badan Sampel Sebelum dan Setelah Latihan Fisik

Aerobik...........................................................................................................33

4.10 Tabel Perbedaan Indeks Massa Tubuh Sampel Sebelum dan Setelah Latihan

Fisik Aerobik..................................................................................................33

Page 14: PENGARUH LATIHAN FISIK AEROBIK TERHADAP INDEKS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47871/1/SHAFIRA PUTRI WIDJAJA-FK.pdf20136, prevalensi penduduk dewasa (>18 tahun)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran halaman

1 Informed consent..............................................................................................44

2 Surat Persetujuan..............................................................................................45

3-9 Rekapitulasi Statistik Sampel..........................................................................46

10 Foto Penelitian.................................................................................................53

11 Riwayat Penulis...............................................................................................54

Page 15: PENGARUH LATIHAN FISIK AEROBIK TERHADAP INDEKS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47871/1/SHAFIRA PUTRI WIDJAJA-FK.pdf20136, prevalensi penduduk dewasa (>18 tahun)

xv

DAFTAR ISTILAH

IMT : Indeks massa tubuh

METs : Metabolic equivalents

ATP : Adenosin trifosfat

KET : Keluaran energi total

KEA : Keluaran energi aktivitas

KEL : Keluaran energi latihan

TANL : Termogenesis aktivitas non-latihan

ETM : Efek termal makanan

KEI : Keluaran energi istirahat

Page 16: PENGARUH LATIHAN FISIK AEROBIK TERHADAP INDEKS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47871/1/SHAFIRA PUTRI WIDJAJA-FK.pdf20136, prevalensi penduduk dewasa (>18 tahun)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sehat menurut WHO adalah suatu kondisi sempurna baik secara fisik,

mental, dan kesejahteraan sosial serta tidak hanya bebas penyakit maupun

kelemahan lainnya1. Keadaan sehat ini ditandai dengan mampunya seseorang

untuk dapat melakukan aktivitas fisik dengan baik, contohnya latihan aerobik.

Bila tidak sehat maka dirinya dikatakan sakit dan akan mengalami inaktivitas

fisik, yaitu istilah yang digunakan untuk orang-orang yang tidak mencapai batas

rekomendasi aktivitas fisik. Terdapat berbagai rekomendasi terkait kebutuhan

aktivitas fisik seseorang, salah satunya yaitu berpartisipasi setidaknya 30 menit

aktivitas fisik dengan intensitas sedang minimum 5 hari per minggu2. World

Health Organization merekomendasikan orang dewasa berusia 18 hingga 64

tahun untuk melakukan setidaknya 150 menit aktivitas fisik intensitas sedang

dalam seminggu3. Salah satu penyebab diri seseorang menjadi sakit adalah

obesitas, Booth mengatakan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara inaktivitas

fisik dengan kejadian obesitas4.

Obesitas dikatakan sebagai suatu kondisi abnormal atau terjadi akumulasi

jaringan lemak hingga kesehatan tubuh dapat terganggu5. Berdasarkan Riskesdas

20136, prevalensi penduduk dewasa (>18 tahun) dengan berat badan lebih adalah

13,5% dan obesitas 15,4%. Penentuan berat badan lebih dan obesitas ini

didasarkan pada pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT). Ketidakseimbangan

antara keluaran dengan masukan energi menyebabkan meningkatnya berat badan7.

Studi telah menjelaskan bahwa kadar aktivitas yang tinggi dapat melindungi

seseorang dari obesitas8, yakni dengan mengatur berat badan. Steven9 dalam

rekomendasinya menyebutkan bahwa weight maintenance adalah kondisi

keseimbangan energi yang perubahan berat badannya kurang dari sama dengan

3%. Bila terjadi perubahan berat badan kurang dari 5% maka disebut sebagai

fluktuasi kecil dari berat badan, dan bila perubahannya melebihi 5% maka dapat

dianggap relevan secara klinis9.

Page 17: PENGARUH LATIHAN FISIK AEROBIK TERHADAP INDEKS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47871/1/SHAFIRA PUTRI WIDJAJA-FK.pdf20136, prevalensi penduduk dewasa (>18 tahun)

2

Oleh karena permasalahan tersebut, saya tertarik untuk mengangkat topik

mengenai pengaruh latihan fisik aerobik terhadap Indeks Massa Tubuh mahasiswa

Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2017.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, dapat dirumuskan masalah pada penelitian ini

yaitu apakah terdapat pengaruh antara latihan fisik aerobik terhadap indeks massa

tubuh pada mahasiswa angkatan 2017 FK UIN Jakarta?

1.3 Hipotesis

H1 = Terdapat pengaruh antara latihan fisik aerobik terhadap indeks massa

tubuh pada mahasiswa angkatan 2017 FK UIN Jakarta.

H0 = Tidak terdapat pengaruh antara latihan fisik aerobik terhadap indeks

massa tubuh pada mahasiswa angkatan 2017 FK UIN Jakarta.

1.4 Tujuan

1.4.1 Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh dari latihan aerobik terhadap indeks massa tubuh

pada mahasiswa angkatan 2017 FK UIN Jakarta.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Menghitung indeks masa tubuh mahasiswa angkatan 2017 FK UIN

Jakarta sebelum dan setelah melakukan latihan fisik aerobik.

2. Membandingkan indeks masa tubuh mahasiswa angkatan 2017 FK UIN

Jakarta sebelum dan setelah melakukan latihan fisik aerobik.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Mahasiswa

Menambah ilmu, wawasan, serta pengalaman baru untuk meningkatkan

kemampuan dan pengetahuan dalam penelitian, serta bidang kedokteran terutama

dalam pengaruh latihan fisik aerobik terhadap indeks massa tubuh. Mahasiswa

Page 18: PENGARUH LATIHAN FISIK AEROBIK TERHADAP INDEKS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47871/1/SHAFIRA PUTRI WIDJAJA-FK.pdf20136, prevalensi penduduk dewasa (>18 tahun)

3

diharapkan mampu menerapkan latihan fisik aerobik sebagai cara dalam

meningkatkan aktivitas fisik harian dan mempertahankan IMT dalam rentang

normal selama menjalankan pendidikan di Fakultas Kedokteran, terlebih bisa

menjadi sebuah rutinitas bagi mereka untuk melakukan latihan fisik yang konstan.

1.5.2 Bagi Fakultas Kedokteran UIN

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar dan acuan dalam

melakukan penelitian selanjutnya dalam mengetahui pengaruh latihan fisik

aerobik terhadap indeks massa tubuh.

1.5.3 Bagi Mahasiswa Fakultas Kedokteran UIN

Meningkatkan kesadaran mahasiswa FK UIN untuk meningkatkan

aktivitas fisik dan menjadikan latihan fisik sebagai rutinitas harian dalam usaha

mempertahankan IMT rentang normal sehingga dapat mengurangi risiko

mengalami obesitas.

Page 19: PENGARUH LATIHAN FISIK AEROBIK TERHADAP INDEKS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47871/1/SHAFIRA PUTRI WIDJAJA-FK.pdf20136, prevalensi penduduk dewasa (>18 tahun)

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1. Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik diartikan sebagai segala gerakan tubuh hasil kerja otot yang

memerlukan energi10. Hal yang mempengaruhi penggunaan energi tersebut adalah

jumlah otot yang digunakan serta intensitas, durasi, dan frekuensi otot tersebut

berkontraksi. Aktivitas fisik terbagi dalam beberapa kategori, salah satu

pembagiannya yakni aktivitas fisik saat tidur, saat bekerja, di waktu luang dan ini

termasuk latihan, olahraga, hingga pekerjaan rumah seperti menyapu, berkebun,

dan lain-lain10.

Cara lain untuk mengkategorikan aktivitas fisik adalah melalui

intensitasnya, pembagian ini melihat nilai METs (Metabolic Equivalents). METs

adalah nilai metabolik seseorang saat melakukan suatu kerja dibandingkan dengan

kondisi metabolik dasarnya11. Berdasarkan METs ini, aktivitas fisik terbagi

menjadi tiga kategori : ringan, sedang, dan berat dengan masing-masing memiliki

nilai METs <3, antara 3 sampai 6, serta >6 secara berturut-turut. Artinya,

seseorang yang melakukan aktivitas fisik dengan intensitas sedang memiliki nilai

METs 3-6 kali lebih besar dibandingkan seseorang yang hanya duduk diam dan

secara langsung juga menggunakan kalori lebih banyak.

Tabel 2.1 Nilai METs untuk berbagai aktivitas fisik11

Aktivitas sedang Aktivitas berat

1. Berjalan pada kecepatan normal

atau cepat yakni sekitar 3 sampai

4,5 kilometer per jam pada

permukaan datar di dalam maupun

luar ruangan seperti

Berjalan ke kelas,ke toko;

Berjalan untuk rekreasi

Berjalan sebagai pengisi waktu

luang

1. Lomba berjalan atau berjalan

aerobik, ≥5 kilometer per jam.

2. Jogging atau berlari

3. Berjalan dan menaiki bukit secara

cepat

Page 20: PENGARUH LATIHAN FISIK AEROBIK TERHADAP INDEKS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47871/1/SHAFIRA PUTRI WIDJAJA-FK.pdf20136, prevalensi penduduk dewasa (>18 tahun)

5

2. Berjalan menuruni tangga atau

bukit

Aktivitas fisik ini merupakan salah satu faktor risiko yang dapat diubah

untuk beberapa jenis penyakit kronik seperti penyakit kardiovaskular, diabetes,

obesitas, kanker, hipertensi, osteoporosis, dan depresi12.

Gambar 2.1 Mortalitas dikaitkan dengan kapasitas latihan11

2.1.2. Latihan

Latihan merupakan bagian dari aktivitas fisik yaitu sebuah aktivitas fisik

yang terencana, terstruktur, berulang serta mempunyai makna dalam

meningkatkan maupun mempertahankan kebugaran fisik. Latihan fisik dalam

kadar tertentu akan memberikan respon, baik terhadap kebugaran maupun

kesehatan. Efek tersebut berkorelasi positif seiring meningkatnya intensitas,

durasi, dan frekuensi latihan. Tipe latihan pun memiliki andil terhadap respon

yang hendak diperoleh.

Latihan ini menjadi pilihan dalam rangka intervensi gaya hidup dalam

menurunkan risiko kejadian diabetes melitus tipe 2 pada individu dengan faktor

risiko berat badan berlebih12. Sebuah studi RTC menyimpulkan turunnya berat

badan melalui diet serta latihan dapat mengurangi risiko penyakit tersebut diantara

individu dengan risiko tinggi sekitar 40%-60% dalam kurun waktu 3-4 tahun12.

Ris

iko

kem

atia

n

Riwayat hipertensi

PPOK Diabetes Merokok IMT

≥30

Kolesterol total

>220 mg/dl Faktor risiko

Page 21: PENGARUH LATIHAN FISIK AEROBIK TERHADAP INDEKS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47871/1/SHAFIRA PUTRI WIDJAJA-FK.pdf20136, prevalensi penduduk dewasa (>18 tahun)

6

WHO menyatakan dalam Global Recommendations on Physical Activity

for Health3, bahwa ada efek yang menguntungkan dan konsisten dari aktivitas

fisik aerobik dalam mempertahankan berat badan. Konsumsi energi akibat

aktivitas fisik aerobik adalah poin penting untuk mencapai keseimbangan energi.

Aktivitas fisik dalam kisaran 13 sampai 26 METs per jam setiap minggu

menghasilkan turunnya berat badan sebesar 1 sampai 3% yang kemudian diikuti

stabilitas berat badan. 13 METs setiap minggunya itu setara dengan berjalan 6

kilometer per jam selama 150 menit dalam seminggu. Physical Activity Guidelines

Advisory Committee Report13 yang menyertakan data dari beberapa RTC terkait

aktivitas fisik aerobik yang dilakukan minimal 150 menit per minggu memiliki

hubungan dengan turunnya berat badan sebanyak 1 sampai 3%. Studi ini

merepresentasikan terjadinya keseimbangan berat badan.

Kavouras14 juga melaporkan bahwa individu yang melakukan aktivitas

fisik aerobik setidaknya 30 menit per hari selama 5 hari per minggunya memiliki

IMT yang lebih rendah dibandingkan IMT pada individu yang kurang aktif. Studi

ini membuktikan bahwa aktifitas fisik yang terkontrol dengan intesitas dan

frekuensi yakni 30 sampai 60 menit per hari minimum dalam 5 hari per

minggunya cukup untuk mempertahankan atau mengurangi berat badan.

Gambar 2.2 Perbedaan IMT berdasarkan kadar aktivitas fisik13

Menimbang beratnya suatu latihan serta durasinya, maka dapat

diperkirakan jenis sistem energi mana yang akan digunakan sesuai aktivitas fisik

tersebut.

Indek

s M

ass

a T

ubu

h (

IMT

)

Kurang aktif Aktif

Page 22: PENGARUH LATIHAN FISIK AEROBIK TERHADAP INDEKS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47871/1/SHAFIRA PUTRI WIDJAJA-FK.pdf20136, prevalensi penduduk dewasa (>18 tahun)

7

2.1.3. Serabut Otot

Otot manusia terdiri atas serabut otot yang terdiri atas tipe cepat, tipe

lambat, serta tipe antara keduanya15. Variasi komposisi serabut otot ini bergantung

kepada spesies, lokasi dan fungsi anatomi, serta jenis kelamin16. Contohnya pada

otot Soleus yang mengandung lebih banyak serabut otot tipe lambat sehingga otot

ini mampu digunakan untuk aktivitas yang menggunakan tungkai dengan durasi

lebih lama. Perbedaan antar serabut otot17 akan dibahas sebagai berikut :

a. Tipe Lambat, disebut juga sebagai tipe I. Serabut otot ini lebih kecil

diameternya, dikelilingi oleh lebih banyak kapiler, mengandung lebih

banyak mitokondria, dan memiliki mioglobin lebih banyak dibandingkan

tipe cepat. Dengan ciri tersebut, maka serabut otot tipe I mempunyai

kapasitas aerobik serta daya tahan yang lebih dibandingkan serabut otot

tipe lainnya.

b. Tipe Cepat, disebut juga sebagai tipe II. Serabut otot ini berbanding

terbalik dengan tipe cepat, diameter yang lebih besar, kapiler yang lebih

sedikit, kandungan mitokondria yang sedikit pula, serta jumlah mioglobin

yang lebih sedikit. Namun serabut otot tipe cepat mengandung enzim

glikolitik yang lebih banyak sehingga kapasitas anaerobiknya lebih baik

dari serabut otot tipe lambat. Terdapat dua subtipe serabut otot tipe cepat

yaitu tipe IIx dan IIa. Serabut otot tipe IIa lebih merujuk kepada gabungan

karakteristik kedua tipe cepat dan lambat, tipe IIa ini mudah beradaptasi.

Jadi jika diberikan latihan ketahanan, maka tipe ini mampu meningkatkan

kapasitas aerobiknya seperti serabut otot tipe I.

Efisiensi antar serabut otot pun berbeda. Serabut otot tipe IIx lebih kurang

efisien dibandingkan tipe lainnya karena aktivitas miosin ATPase yang tinggi. Hal

ini akan berdampak terhadap keluaran energi yang digunakan akan lebih besar

juga.

2.1.4 Sistem Aerobik

Sistem aerobik merupakan oksidasi bahan makanan, berupa glukosa, asam

lemak, serta asam amino dalam mitokondria untuk menyediakan energi15. Proses

ini mengombinasikan bahan makanan tadi dengan oksigen untuk mengubah AMP

menjadi ADP kemudian menjadi ATP. Dikatakan ATP sebagai penyedia energi

Page 23: PENGARUH LATIHAN FISIK AEROBIK TERHADAP INDEKS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47871/1/SHAFIRA PUTRI WIDJAJA-FK.pdf20136, prevalensi penduduk dewasa (>18 tahun)

8

bagi tubuh, ATP ini tersedia di dalam sitoplasma maupun nukleoplasma semua

sel.

2.1.4.1 Metabolisme Karbohidrat

90% karbohidrat digunakan oleh tubuh untuk membentuk ATP15. Glukosa

masuk ke dalam sel menggunakan protein pembawa dengan prinsip berpindah

dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Pelepasan energi dari karbohidrat

dimulai dengan proses glikolisis.

2.1.4.1.1 Glikolisis

Proses ini bertujuan memecah glukosa untuk menghasilkan dua molekul

asam piruvat15. Awalnya glukosa diubah menjadi fruktosa 1,6-difosfat lalu

dipecah menjadi dua molekul gliseraldehid-3-fosfat. Masing-masing dari molekul

tersebut akan melewati serangkaian reaksi kimia kembali hingga menghasilkan

dua asam piruvat.

Gambar 2.3 Proses glikolisis15

Energi yang dihasilkan dari proses glikolisis ini hanya ada pada tahap-

tahap tertentu. ATP dihasilkan antara perubahan 1,3-asam difosfogliserat dengan

3-asam fosfogliserat serta antara asam fosfoenolpiruvat dengan asam piruvat. Dari

kedua reaksi tersebut, dihasilkan dua molekul ATP. Sehingga secara keseluruhan

proses glikolisis menghasilkan 4 ATP, namun karena diawal 2 ATP digunakan

maka jumlah bersihnya hanya 2 ATP.

Page 24: PENGARUH LATIHAN FISIK AEROBIK TERHADAP INDEKS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47871/1/SHAFIRA PUTRI WIDJAJA-FK.pdf20136, prevalensi penduduk dewasa (>18 tahun)

9

2.1.4.1.2 Siklus Asam Sitrat/Siklus Krebs

Langkah lanjutan dari pemecahan glukosa adalah konversi dua molekul

asam piruvat menjaddi dua molekul asetil koenzim-A15.

Gambar 2.4 Pembentukan asetil koenzim-A14

Siklus ini terjadi dalam matriks mitokondria. Asetil -KoA bergabung

dengan asam oksaloasetik lalu melewati beberapa reaksi kimiawi yang

menghasilkan dua molekul ATP pada reaksi α-asam ketoglutarat menjadi asam

suksinat untuk satu molekul asetil-KoA.

Tujuan utama dari siklus asam sitrat ini sebenarnya adalah untuk

menghasilkan ion hidrogen yang nantikan akan digunakan pada fosforilasi

oksidatif untuk menghasilkan ATP dengan jumlah yang lebih besar18. Selain itu,

dari siklus asam sitrat yang terlihat pada gambar 2.5 ini juga dihasilkan NADH

serta FADH2 yang akan berperan sebagai molekul pembawa bagi hidrogen.

Jumlah 90% penghasilan energi dari metabolisme glukosa berasal dari

proses selanjutnya yaitu fosforilasi oksidatif. Jadi peran kedua tahap tersebut

adalah sebagai penyedia hidrogen menjadi menjadi bentuk yang dapat dioksidasi.

2.1.4.1.3 Fosforilasi Oksidatif

Proses ini merujuk pada pembentukan ATP menggunakan energi yang

dilepas oleh elektron sembari mereka ditransfer menuju O218. Terdapat dua

protein yang berperan dalam proses ini, yaitu sistem transpor elektron dan ATP

sintase. Mulanya, atom H+ teroksidasi dari NADH, menghasilkan dua elektron

yang akan masuk ke dalam sistem transpor elektron pada membran dalam

mitokondria seperti pada gambar 2.6.

Page 25: PENGARUH LATIHAN FISIK AEROBIK TERHADAP INDEKS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47871/1/SHAFIRA PUTRI WIDJAJA-FK.pdf20136, prevalensi penduduk dewasa (>18 tahun)

10

Gambar 2.5 Siklus Krebs15

Elektron ini diangkut dari satu akseptor ke yang lain dan saat elektron

melewatinya, energi akan dikeluarkan. Energi ini kemudian digunakan untuk

memompa ion hidrogen dari matriks mitokondria menuju ruang intermembran.

Perbedaan potensial yang terjadi diantara kedua sisi menyebabkan ion hidrogen

masuk ke dalam matriks melalui kanal pada kompleks ATP sintase. Aliran ion

hidrogen akan mengaktifkan sintesis ATP. Sehingga hasil akhir fosforilasi

oksidatif adalah 38 ATP.

2.1.4.2 Metabolisme Lipid

Beberapa komponen kimia dalam makanan terklasifikasi sebagai lemak,

Page 26: PENGARUH LATIHAN FISIK AEROBIK TERHADAP INDEKS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47871/1/SHAFIRA PUTRI WIDJAJA-FK.pdf20136, prevalensi penduduk dewasa (>18 tahun)

11

Gambar 2.6 Fosforilasi oksidatif18

dan utamanya tersusun atas asam lemak. Salah satu bentuk lemak yang digunakan

oleh tubuh untuk menyediakan energi adalah trigliserida. Saat dicerna, trigliserida

akan dipecah menjadi monogliserida dan asam lemak. Kedua komponen tersebut

kemudian di re-sintesis menjadi kilomikron.

Jumlah lemak secara besar disimpan dalam dua jaringan utama, yaitu

jaringan adiposa dan jaringan otot. Jaringan adiposa dikenal juga sebagai

simpanan lemak atau lemak jaringan. Fungsi utamanya adalah untuk menyimpan

lemak dalam bentuk trigliserida hingga saatnya mereka dibutuhkan untuk

menyediakan energi bagi tubuh15.

Fase pertama penggunaaan trigliserida untuk energi adalah hidrolisis

trigliserida menjadi asam lemak dan gliserol. Kemudian, kedua hal tersebut

ditranspor ke dalam darah lalu ke jaringan aktif yang nanti disana akan dioksidasi

untuk menghasilkan energi. Gliserol, begitu masuk ke dalam jaringan akan segera

diubah menjadi gliserol-3-fosfat yang kemudian akan masuk ke jalur glikolisis.

Sedangkan asam lemak akan didegradasi dalam mitokondria. Asam lemak ini

didegradasi menjadi asetil koenzim-A melalui proses beta oksidasi pada gambar

2.7.

Tahap pertama adalah kombinasi asam lemak dengan koenzim-A untuk

membentuk asil-KoA, lalu asil-KoA ini akan melewati 3 tahap selanjutnya

berikatan dengan oksigen dan menjadi teroksidasi.

Page 27: PENGARUH LATIHAN FISIK AEROBIK TERHADAP INDEKS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47871/1/SHAFIRA PUTRI WIDJAJA-FK.pdf20136, prevalensi penduduk dewasa (>18 tahun)

12

Gambar 2.7 Proses beta oksidasi asam lemak15

Bagian lain dari asil-KoA ini akan dipecah menjadi asil-KoA rantai

pendek dan asetil-KoA pada tahap 5. Rantai pendek asil-KoA ini akan melewati 3

tahap yang sama seperti sebelumnya hingga nanti akan menghasilkan asetil-KoA

kembali. Jadi ada 4 ion hidrogen yang dilepaskan dari satu molekul asam lemak.

Jumlah ATP yang dihasilkan melalui oksidasi asam lemak sangatlah besar

dibandingkan jumlah ATP yang dihasilkan melalui oksidasi glukosa. Setiap

molekul yang dipecah menjadi 9 molekul asetil-KoA akan melepaskan 32

hidrogen. Selain itu, 9 molekul asetil-KoA ini juga masuk ke dalam siklus Krebs

dan menghasilkan 8 hidrogen tiap molekulnya menjadi 72 hidrogen. Sehingga

total dari pemecahan asam lemak yaitu 104 hidrogen, yang terdiri dari 34

flavoprotein serta 70 NADH dan H+.

Masing-masing menghasilkan 1 ATP dan 1,5 ATP, jadi 34 tambah 105

dengan total 139 ATP yang dihasilkan oksidasi hidrogen dari asam lemak. Lalu, 9

molekul asetil-KoA yang masuk ke siklus Krebs akan masing-masing

menghasilkan 1 ATP. Sehingga total ATP yang dihasilkan dari asam lemak

menjadi 148, dikurangi 2 molekul yang digunakan saat bergabungnya asam lemak

dengan koenzim-A maka net ATP yang dihasilkan adalah 146 ATP.

2.1.4.2.1 Lipolisis

Mobilisasi asam lemak beas dari jaringan adiposa ditentukan dengan dua

reaksi yang membentuk suatu siklus8. Yaitu saat trigliserida dihidrolisis menjadi

asam lemak bebas dan gliserol (lipolisis) serta saat asam lemak bebas berikatan

dengan gliserol-3-fosfat (re-esterifikasi). Kedua reaksi ini terjadi secara

Page 28: PENGARUH LATIHAN FISIK AEROBIK TERHADAP INDEKS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47871/1/SHAFIRA PUTRI WIDJAJA-FK.pdf20136, prevalensi penduduk dewasa (>18 tahun)

13

berdampingan dan disebut sebagai substrate cycling. Hal ini bertujuan untuk

mengamplifikasi asam lemak bebaas dari jaringan adiposa ke aliran darah.

Gambar 2.8 Latihan merubah keseimbangan antara

lipolisis dengan re-esterifikasi8

Saat latihan, terjadi pergeseran dari keseimbangan antara liposisis dengan

re-esterifikasi menjadi lebih condong ke lipolisis, sehingga aliran asam lemak

bebas. Diawali dengan terbentuknya cAMP, kemudian cAMP mengaktivasi

protein kinase yang kembali mengaktifkan hormon sensitif lipase. Enzim HSL ini

akan membantu proses hidrolisis trigliserida menjadi tiga molekul asam lemak

bebas dan satu molekul gliserol.

Gambar 2.9 Jalur aktivasi hormon sensitif lipase8

Page 29: PENGARUH LATIHAN FISIK AEROBIK TERHADAP INDEKS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47871/1/SHAFIRA PUTRI WIDJAJA-FK.pdf20136, prevalensi penduduk dewasa (>18 tahun)

14

2.1.4.3 Metabolisme Protein

Saat semua sel sudah mencapai batas maksimalnya kuntuk menyimpan

protein, maka asam amino tambahan dalam tubuh akan didegradasi dan digunakan

sebagai energi maupun disimpan dalam bentuk lemak atau glikogen. Proses

degradasi ini dimulai dengan deaminasi, yakni lepasnya gugus amino dari asam

amino15. Deaminasi terjadi melalui proses transaminasi, yaitu mentransfer gugus

amino ke suatu substansi akseptor.

Gambar 2.10 Proses deaminasi asam amino15

Gugus amino dari asam amino pada gambar diatas dipindahkan ke asam α-

ketoglutarat yang kemudian berubah menjadi asam glutamat. Lalu, asam glutamat

akan memindahan kembali gugus aminonya ke substansi lain atau dikeluarkan

dalam bentuk amonia. Setelah asam amino sudah terdeaminasi, asam keto akan

dioksidasi untuk nantinya dapat menghasilkan energi. Asam keto ini dapat masuk

ke siklus Krebs lalu didegradasi sama seperti asetil-KoA pada metabolisme

karbohidrat serta lemak. Namun jumlah ATP yang dihasilkan dari proses ini

hanya berbeda sedikit dari jumlah yang dihasilkan saat oksidasi glukosa.

2.1.5 Keseimbangan Energi

Setiap sel dalam tubuh memerlukan energi untuk menjalankan fungsinya

demi bertahan hidup dan mempertahankan homeostasis. Energi tersebut utamanya

diperoleh dari makanan. Menurut hukum termodinamik18, energi tidak dapat

dibuat maupun dihancurkan, melainkan sifatnya hanya berupa keseimbangan

antara input dan output.

Terdapat tiga jenis keseimbangan energi18, yaitu :

1. Keseimbangan energi netral. Bila masukan energi sama dengan

keluaran energi yang digunakan saat kerja ditambah energi basal

Page 30: PENGARUH LATIHAN FISIK AEROBIK TERHADAP INDEKS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47871/1/SHAFIRA PUTRI WIDJAJA-FK.pdf20136, prevalensi penduduk dewasa (>18 tahun)

15

(panas tubuh), maka dikatakan sebagai energi seimbang dan berat

badan akan konstan.

2. Keseimbangan energi positif. Bila jumlah masukan energi lebih besar

dari keluaran energi, energi lebih tersebut akan disimpan terutama

dalam bentuk jaringan adiposa sehingga berat badan akan meningkat.

3. Keseimbangan energi negatif. Bila masukan energi lebih kecil dari

keluaran energi, maka tubuh akan menggunakan cadangan energi

untuk memenuhi kebutuhan tersebut sehingga berat badan akan ikut

berkurang.

Energi yang berasal dari makanan digolongkan kepada masukan energi.

Nutrien dari makanan tersebut akan dioleh oleh sel untuk kemudian menjadi ATP,

dan jika tidak langsung digunakan maka energi dalam bentuk ini akan disimpan.

Sedangkan keluaran energi dalam tubuh terbagi menjadi dua golongan : kerja

eksternal dan kerja internal.

Gambar 2.11 Masukan energi dan keluaran energi18

Kerja eksternal mencakup kontraksi otot untuk memindahkan suatu objek

maupun untuk menggerakan tubuh terhadap lingkungan. Sedangkan kerja internal

akan terbagi menjadi dua. Yaitu aktivitas otot skeletal yang bukan bertujuan

menghasilkan kerja mekanik di luar tubuh, seperti untuk mempertahankan postur

tubuh. Selanjutnya adalah segala aktivitas guna mempertahankan kehidupan,

seperti untuk memompa darah, bernafas, hingga energi yang digunakan dalam

pemeliharaan sel dalam tubuh.

Page 31: PENGARUH LATIHAN FISIK AEROBIK TERHADAP INDEKS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47871/1/SHAFIRA PUTRI WIDJAJA-FK.pdf20136, prevalensi penduduk dewasa (>18 tahun)

16

Energi dari makanan 50% nya akan menjadi ATP dan sebagian lainnya

menjadi panas. Kemudian, saat ATP digunakan 25% nya pun diubah menjadi

panas. Sehingga bersihnya hanya ada 25% energi yang tersisa benar-benar untuk

digunakan tubuh bekerja. Pada dasarnya, energi yang digunakan untuk kerja

selain kerja eksternal nantinya akan diubah ke dalam bentuk panas.

2.1.4.1 Kecepatan Metabolik

Kadar energi yang digunakan tubuh untuk melakukan kerja digambarkan

dalam bentuk produksi panas, satuannya kilokalori/jam. Kalori merupakan jumlah

panas yang dibutuhkan untuk meningkatkan suhu 1 gram H2O sebanyak 1oC18.

Kebutuhan energi seseorang dengan gaya hidup yang sangat sedentari dan hanya

melakukan fungsi esensial tubuhnya adalah 2000 kalori15.

Kadar metabolik ini akan bervariasi tergantung dari beberapa faktor,

Contohnya, sekitar 25% energi akan bertambah dari keluaran energi saat

melakukan aktivitas fisik. Namun angka tersebut juga tidak mutlak sesuai dengan

jenis serta banyaknya aktivitas fisik yang dilakukan. Antara masukan

energidengan keluaran energi harus seimbang agar keseimbangan energi dapat

tercapai. Secara teori, energi total tubuh dapat dibuat seimbang dengan kadar

konstan baik konsumsi makanan, aktivitas fisik, serta produksi panas internal

tubuh.

2.1.4.2 Keluaran Energi Total

Merupakan jumlah kalori yang dibakar oleh tubuh setiap harinya. KET

terdiri atas beberapa komponen :

Keluaran energi latihan (KEL)

Termogenesis aktivitas non-

latihan (TANL)

Efek Termal Makanan (ETM)

Keluaran Energi Istirahat (KEI)

Keluaran

Energi

Aktivitas

(KEA)

Gambar 2.12 Komponen Keluaran Energi Total19

Page 32: PENGARUH LATIHAN FISIK AEROBIK TERHADAP INDEKS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47871/1/SHAFIRA PUTRI WIDJAJA-FK.pdf20136, prevalensi penduduk dewasa (>18 tahun)

17

2.1.4.2.1 Keluaran Energi Istirahat

Merujuk pada kecepatan metabolik basal, yaitu nilai energi yang

digunakan dan diukur dalam kondisi tertentu17. KEI merepresentasikan 60-75%

total keluaran energi, dan nilainya proporsional terhadap fat-free mass. Hal lain

yang mempengaruhi KEI adalah diet, baik dalam jumlah berlebih maupun kurang.

Diambil contoh pada orang yang menurunkan jumlah makanan yang dirinya

konsumsi per harinya. Maka selain turunnya berat badan, nilai KET juga ikut

menurun. Hal ini dikaitkan dengan turut berkurangnya jaringan metabolik aktif

saat berat badan turun.

2.1.4.2.2 Efek Termal Makanan

ETM adalah energi yang digunakan dalam proses mencerna, menyerap,

memetabolisme, serta menyimpan nutrien dari makanan20. Komponen ini

merepresentasikan 10 sampai 15% dari KET, hasilnya bergantung jenis diet yang

dimiliki seseorang. Bila ada pembatasan konsumsi makanan, maka jumlah yang

akan dimetabolisme akan turun sehingga nilai ETM akan menurun. Namun

berkurangnya nilai TEF tetap tidak menjadi terlalu signifikan terhadap nilai KET

keseluruhan.

2.1.4.2.3 Keluaran Energi Aktivitas

KEA merupakan komponen aktivitas fisik dalam nilai KET yang akan

dibagi ke dalam dua kategori : keluaran energi latihan (KEL) dan termogenesis

aktivitas non-latihan (TANL). KEL adalah energi yang digunakan atau

dibutuhkan untuk menyelesaikan aktivitas tertentu, dalam konteks ini yaitu

latihan. Sedangkan TANL adalah energi yang digunakan untuk gerak tubuh yang

tidak termasuk latihan, oleh karena itu disebut sebagai non-latihan. Contohnya

adalah aktivitas sehari-hari seseorang. Kedua hal ini tergolong sebagai faktor

aktivitas fisik yang sifatnya bervariasi dalam nilai KET. KEL dan TANL

merepresentasikan KET dengan rentang 5 sampai 40%17.

2.1.6 Indeks Massa Tubuh

IMT adalah pengukuran yang sekarang digunakan untuk menjelaskan

karakteristik antropometri dari tinggi per berat badan pada orang dewasa21. Nilai

untuk IMT didapatkan dari rumus berikut :

Page 33: PENGARUH LATIHAN FISIK AEROBIK TERHADAP INDEKS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47871/1/SHAFIRA PUTRI WIDJAJA-FK.pdf20136, prevalensi penduduk dewasa (>18 tahun)

18

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑘𝑔)

𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑚2)

IMT juga berperan untuk mengkategorikan hasil yang didapat ke dalam

grup tertentu. Secara luas IMT dapat digunakan sebagai pendeteksi perkembangan

faktor risiko dalam hal prevalensi beberapa aspek kesehatan, terutama penyakit

tidak menular. Kategori IMT ini mencakup derajat mulai dari kurus yang

kemudian meningkat secara bertahap hingga berat badan lebih22

Tabel 2.2 Kategori berat badan atas IMT populasi Asia22

Nilai IMT akan bervariasi dalam berbagai populasi yang berbeda, hal ini

bergantung pada faktor lingkungannya, seperti kadar aktivitas fisik antara

masyarakat perkotaan dengan pedesaan. Komposisi lemak tubuh antar populasi

pun berbeda tidak hanya faktor tadi, namun juga secara genetik terdapat

berbedaan pada komposisi tubuh orang Asia dengan orang Amerika.

Oleh karena itu, WHO kembali menentukan batas yang lebih dapat

diaplikasikan pada populasi Asia-Pasifik dibandingkan dengan batas

internasional23. Dijelaskan juga bahwa faktor risiko untuk penyakit kronik serta

kematian ditemukan pada nilai IMT yang lebih rendah pada populasi Asia-Pasifik,

hal ini membuat penentuan kategori obesitas pada populasi ini berubah dari nilai

IMT WHO pada populasi internasional.

2.1.7 Obesitas

Ketidakseimbangan antara keluaran energi dengan masukan energi akan

berefek pada meningkatnya berat badan. Saat jumlah intake melebihi yang

dibutuhkan oleh tubuh, maka akan terjadi peningkatan penyimpanan lemak tubuh.

Ketika simpanan lemak tersebut sudah berlebih, kondisi ini diartikan sebagai

obesitas. Bagi seseorang untuk dapat mempertahankan berat badannya, energi

Klasifikasi IMT (kg/m2)

Kurus < 18,5

Berat badan normal 18,5-22,9

Berisiko obesitas ≥23-24,9

Obesitas 1 25-29,9

Obesitas 2 ≥30

Page 34: PENGARUH LATIHAN FISIK AEROBIK TERHADAP INDEKS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47871/1/SHAFIRA PUTRI WIDJAJA-FK.pdf20136, prevalensi penduduk dewasa (>18 tahun)

19

yang diperoleh dari makanan harus sebanding dengan energi yang dikeluarkan.

Namun pada dewasa umumnya, mereka mampu mempertahankan berat badan

dalam waktu yang lama. Hal ini menujukkan bahwa ada suatu mekanisme

homeostasis dalam tubuh yang memungkinan keseimbangan energi dapat terjadi,

sehingga berat badan pun dapat dipertahankan.

Seperti pada sistem lain, tubuh juga memiliki feedback dalam mengatur

berat badan. Konsep ini disebut juga sebagai body weight set-point8, keadaan saat

keseimbangan energi tercapai. Bila seseorang berhasil mengurangi berat badannya

dengan menggunakan konsep meningkatkan keluaran energi sembari mengurangi

energy input akan terjadilah keseimbangan energi negatif. Saat input kurang,

maka sumber energi ikut berkurang. Selanjutnya yang terjadi adalah tubuh

mengirimkan sinyal untuk meningkatkan intake makanan hingga sinyal yang

menyatakan bahwa sumber energi kurang tadi hilang dan tercapailah

keseimbangan.

Efek yang didapatkan dari mekanisme set-point ini adalah kesukaran

seseorang untuk mempertahankan berat badannya yang telah turun, dan yang

sering terjadi yaitu kembali meningkatnya berat badan setelah sempat turun.

Page 35: PENGARUH LATIHAN FISIK AEROBIK TERHADAP INDEKS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47871/1/SHAFIRA PUTRI WIDJAJA-FK.pdf20136, prevalensi penduduk dewasa (>18 tahun)

20

2.2 Kerangka Teori

Keseimbangan

energi

Masukan

energi

ETM KEA KEI

KEL TANL

Latihan

Aktivitas

fisik

Tipe

aerobik

Menggunakan

sistem aerobik

Asupan

makanan

lemak protein glukosa

Metabolisme

aerobik

Menghasilkan

panas

Menghasilkan

ATP

Stimulasi

lipolisis

Inaktivitas

fisik

Keseimbangan energi

positif (masukan >

keluaran)

BB meningkat

Keseimbangan energi

netral (masukan =

keluaran)

Kondisi

mempertahankan

berat badan

Keseimbangan energi negatif (masukan <

keluaran)

Masukan

kalori ↓

BB menurun

Keluaran energi

Page 36: PENGARUH LATIHAN FISIK AEROBIK TERHADAP INDEKS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47871/1/SHAFIRA PUTRI WIDJAJA-FK.pdf20136, prevalensi penduduk dewasa (>18 tahun)

21

2.3 Kerangka Konsep

Latihan aerobik (berjalan) 30

menit, 5x/minggu, 16 kali

latihan

keluaran energi

total

Keseimbangan energi

netral

Penurunan berat

badan ≤5%

IMT normal

↓ risiko

obesitas

↓ risiko menderita

penyakit tidak

menular

Individu yang

sehat

IMT menurun

Weight

maintenance

Page 37: PENGARUH LATIHAN FISIK AEROBIK TERHADAP INDEKS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47871/1/SHAFIRA PUTRI WIDJAJA-FK.pdf20136, prevalensi penduduk dewasa (>18 tahun)

22

2.4 Definisi Operational

No Variabel Definisi

Operasional

Alat

Ukur

Cara

Pengukuran

Skala

pengukuran

1 Indeks

Massa

Tubuh

(IMT)

Nilai yang

diambil dari

perhitungan

berat badan per

tinggi badan.

Berat

badan

(kilogram),

tinggi

badan

(meter

kuadrat),

timbangan

digital

dengan

pegukur

tinggi

badan

SECA

Sampel

penelitian

diukur berat

badandan

tinggi badan

dengan

melepas alas

kaki di atas

timbangan

digital dan

pengukur

tinggi badan

SECA

Interval

2 Latihan

aerobik

Aktivitas fisik

yang terukur dan

terencana mulai

intensitas rendah

hingga tinggi

yang

memerlukan

oksigen dalam

metabolisme

energinya

Visual Sampel

berjalan

selama 30

menit,5 kali

seminggu

sebanyak 16

kali latihan

Nominal

3 Berjalan Melangkahkan

kaki bergerak

maju pada

permukaan datar,

sedikit menuruni

Meteran

dan

stopwatch

Sampel

berjalan

mengelilingi

lintasan yang

telah

Nominal

Page 38: PENGARUH LATIHAN FISIK AEROBIK TERHADAP INDEKS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47871/1/SHAFIRA PUTRI WIDJAJA-FK.pdf20136, prevalensi penduduk dewasa (>18 tahun)

23

tangga dengan

kecepatan 4,2

km per jam.

ditentukan

peneliti yaitu

mengitari

gedung

Fakultas

Kedokteran

UIN Syarif

Hidayatullah

Jakarta.

Page 39: PENGARUH LATIHAN FISIK AEROBIK TERHADAP INDEKS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47871/1/SHAFIRA PUTRI WIDJAJA-FK.pdf20136, prevalensi penduduk dewasa (>18 tahun)

24

BAB III

METODE PENELITIAN

1.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik pra-eksperimental

dengan menggunakan model pre tes post tes satu kelompok.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

3.2.1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret hingga Oktober 2018.

3.2.2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di lobi barat dan lantai 4 Fakultas Kedokteran

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jl. Kertamukti No. 05, Ciputat, Tangerang

Selatan.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi

Populasi adalah mahasiswa angkatan 2017 Fakultas Kedokteran UIN

Syarif Hidayatullah

3.3.2. Sampel

Sampel penelitian adalah berat badan dan tinggi badan mahasiswa

angkatan 2017 Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah, baik sebelum dan

sesudah perlakuan latihan fisik aerobik.

3.3.2.1. Pengambilan Sampel

Cara pengambilan sampel penelitian ini adalah pengambilan sampel secara

acak. Variabel yang diuji yaitu komparatif numerik berpasangan pengukuran

berulang yang dihitung menggunakan rumus24 :

𝑛 = ([𝑧𝛼 + 𝑧𝛽]𝑠

𝑥1 − 𝑥2

)

2

n = Jumlah subjek

Alpha = Kesalahan tipe satu, ditetapkan 5%.

Zα = Nilai standar alpha 5% hipotesis satu arah, yaitu 1,64.

Page 40: PENGARUH LATIHAN FISIK AEROBIK TERHADAP INDEKS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47871/1/SHAFIRA PUTRI WIDJAJA-FK.pdf20136, prevalensi penduduk dewasa (>18 tahun)

25

Beta = Kesalahan tipe dua, ditetapkan 20%.

Zβ = Nilai standar beta 20%, yaitu 0,84.

x1-x2 = Selisih minimal yang dianggap bermakna antara sesudah dan

sebelum perlakuan, ditetapkan sebesar 1,5.

s = Simpang baku dari selisih antar sesudah dan sebelum, bersumber dari

kepustakaan25

𝑛 = ([1,64 + 0,84] 4

1,5 )

2

𝑛 = ([2,48] 4

1,5 )

2

𝑛 = (9,92

1,5)

2

𝑛 = (6,6)2

𝑛 = 43,64 , dibulatkan menjadi 43.

Maka jumlah sampel minimal adalah 43 orang, namun peneliti

mengantisipasi drop out sebesar 10% sehingga :

𝑛′ = 𝑛

1 − 𝑓

𝑛′ =43

1 − 10%

𝑛′ = 43

1 − 0,1

𝑛′ = 43

0,9

𝑛′ = 47

Jadi jumlah sampel yang akan diberikan perlakuan adalah 47 orang setelah

disesuaikan dengan kriteria inklusi dan eksklusi.

Page 41: PENGARUH LATIHAN FISIK AEROBIK TERHADAP INDEKS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47871/1/SHAFIRA PUTRI WIDJAJA-FK.pdf20136, prevalensi penduduk dewasa (>18 tahun)

26

3.3.2.2. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

3.3.2.2.1 Kriteria Inklusi

- Usia 17 sampai 20 tahun

- Tidak melakukan aktivitas fisik rutin setiap minggu (3 sampai 5 kali

per minggu)

- Bersedia mengikuti penelitian

3.3.2.2.2 Kriteria Eksklusi

- drop out (tidak mengikuti 4 kali latihan fisik aerobik dari 16 kali

latihan)

3.4 Cara Kerja Penelitian

3.4.1. Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan digital SECA

703 dengan pengukur tinggi badan yang telah di terra sebelum setiap pengukuran.

3.4.2. Tahapan Kerja

a. Pengisian Kuisioner Online

Mahasiswa angkatan 2017 Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah

akan diminta untuk mengisi kuisioner melalui formulir online yang di

dalamnya terdapat data diri serta beberapa pertanyaan terkait kriteria inklusi

dan eksklusi.

b. Pengisian lembar persetujuan dan pengukuran IMT sebelum latihan

Mahasiswa angkatan 2017 Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang terpilih akan diberikan lembar persetujuan sebagai bukti

persetujuan melakukan penelitian lalu diambil, dihitung IMT-nya dan

kemudian dicatat sebagai data yang menunjukkan kondisi mereka sebelum

dilakukannya perlakuan yakni latihan fisik aerobik sebanyak 16 kali latihan

dengan jumlah 5 kali setiap minggu.

c. Latihan fisik aerobik

Mahasiswa angkatan 2017 Fakultas Kedokteran UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang terpilih akan menjalani latihan fisik aerobik berupa

berjalan selama 30 menit yang dilaksanakan 5 kali setiap minggu.

d. Pengukuran IMT setelah latihan

Berat badan serta tinggi badan dari mahasiswa angkatan 2017

Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang terpilih akan

Page 42: PENGARUH LATIHAN FISIK AEROBIK TERHADAP INDEKS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47871/1/SHAFIRA PUTRI WIDJAJA-FK.pdf20136, prevalensi penduduk dewasa (>18 tahun)

27

diambil, dihitung IMT-nya dan kemudian dicatat sebagai data yang

menunjukkan kondisi mereka setelah dilakukannya perlakuan yakni latihan

fisik aerobik sebanyak 16 kali latihan dengan jumlah 5 kali setiap minggu.

Page 43: PENGARUH LATIHAN FISIK AEROBIK TERHADAP INDEKS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47871/1/SHAFIRA PUTRI WIDJAJA-FK.pdf20136, prevalensi penduduk dewasa (>18 tahun)

28

3.5 Alur Penelitian

Pemberian formulir online kepada seluruh

mahasiswa angkatan 2017 Fakultas Kedokteran

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk

menyaring kriteria inklusi dan eksklusi

Pemilihan sampel secara acak kepada

mahasiswa angkatan 2017 Fakultas

Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang termasuk kriteria inklusi

Pengisian lembar persetujuan dan

pengukuran IMT sebelum latihan

- memulai latihan fisik aerobik (berjalan)

- 30 menit/hari sebanyak 16 kali latihan

Pengukuran IMT setelah latihan

Penyusunan proposal

penelitian

Page 44: PENGARUH LATIHAN FISIK AEROBIK TERHADAP INDEKS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47871/1/SHAFIRA PUTRI WIDJAJA-FK.pdf20136, prevalensi penduduk dewasa (>18 tahun)

29

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi hasil penelitian

4.1.1 Karakteristik sampel

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, populasi sampel yakni mahasiswa tingkat pertama Program Studi

Kedokteran tahun angkatan 2017. Setelah dilakukan pengisian kuesioner melalui

formulir online didapatkan 81 orang memenuhi kriteria inklusi, dan 47

diantaranya menjadi sampel penelitian ini (jumlah minimal sampel 43).

Distribusi sampel berdasarkan usia dan jenis kelamin,

Tabel 4.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Usia

Usia (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)

17 1 3%

18 15 45,5%

19 15 45,5%

20 2 6%

Total 33 100%

Tabel 4.2 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin

Jumlah sampel yang benar-benar ikut sejak pengukuran pertama hingga

setelah 16 kali latihan hanya 33 orang. Lalu bila dilihat dari penyebaran sampel

diatas, didapatkan rentang usia pasien mulai 17-20 tahun, dengan usia 18 tahun

serta 19 tahun menjadi yang paling banyak (45,5%). Kemudian untuk usia 17

tahun terdapat 1 orang (3%) dan 20 tahun terdapar 2 orang (6%). Sedangkan

Jenis kelamin Jumlah (orang) Persentase (%)

Laki – laki 7 21,2%

Perempuan 26 78,8%

Total 33 100%

Page 45: PENGARUH LATIHAN FISIK AEROBIK TERHADAP INDEKS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47871/1/SHAFIRA PUTRI WIDJAJA-FK.pdf20136, prevalensi penduduk dewasa (>18 tahun)

30

berdasarkan jenis kelamin, sampel perempuan lebih banyak dari sampel laki-laki,

yakni 26 orang (78,8%) dan 7 orang (21,2%) secara berturut-turut.

4.1.2 Sajian Data Penelitian

4.1.2.1 Indeks Masa Tubuh

Sampel dilakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan sebelum

latihan dimulai. Kedua nilai tersebut dimasukkan ke dalam rumus berat badan

(kg) / tinggi badan (m2) untuk mendapatkan Indeks Massa Tubuh setiap sampel.

Pengukuran dilakukan sebelum dan setelah latihan. Maka berdasarkan batas dari

WHO untuk populasi Asia-Pasifik23 didapatkan distribusi IMT sampel sebagai

berikut :

Tabel 4.3 Klasifikasi IMT Sampel Sebelum Latihan

Tabel 4.4 Klasifikasi IMT Sampel Setelah Latihan

Dari tabel diatas, didapatkan data berupa perubahan pada Indeks Massa Tubuh

sebelum dan setelah latihan aerobik berjalan sebanyak 16 kali latihan. Diawal

pengukuran terdapat 5 orang dalam kategori IMT kurus (15,2%), 22 orang

kategori IMT normal (66,7%), 4 orang kategori IMT berisiko (12,1%), dan 2

orang kategori IMT obesitas (6%). Dalam kategori IMT kurus tidak mengalami

Klasifikasi IMT (kg/m2) Jumlah

(orang) Persentase (%)

Kurus <18,5 5 15,2%

Normal 18,5-22,9 22 66,7%

Berisiko 23-24,9 4 12,1%

Obesitas ≥25 2 3%

Total

33 100%

Klasifikasi IMT (kg/m2) Jumlah

(orang) Persentase

Kurus <18,5 5 15,2%

Normal 18,5-22,9 24 72,7%

Berisiko 23-24,9 3 9,1%

Obesitas ≥25 1 3 %

Total

33 100%

Page 46: PENGARUH LATIHAN FISIK AEROBIK TERHADAP INDEKS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47871/1/SHAFIRA PUTRI WIDJAJA-FK.pdf20136, prevalensi penduduk dewasa (>18 tahun)

31

pengurangan jumlah dikarenakan ada sampel dari kategori normal yang menjadi

kategori kurus setelah latihan. Sedangkan untuk tiga kategori lainnya mengalami

perubahan yakni untuk IMT kategori normal menjadi 24 orang (72,7%), IMT

kategori berisiko 3 orang (9,1%), serta IMT kategori obesitas 1 orang (3%).

Tabel 4.5 Rata-Rata Persentase Turunnya Berat Badan Post-Latihan dari

Berat Badan Awal Pada Sampel Perempuan dan Laki-Laki

Tabel 4.6 Tabel Indeks Massa Tubuh Sampel

Data yang diperoleh dari sampel perempuan dalam persentase turunnya

berat badan dari berat badan awal adalah 2,6% sebagai rata-rata, dan pada sampel

laki-laki sebesar 1,8%. Sedangkan tabel 4.7 menunjukkan adanya penurunan

Indeks Massa Tubuh. Rata-rata IMT sampel sebelumnya 21,05 menjadi 20,57.

Hal tersebut diikuti dengan hasil IMT minimal saat sebelum latihan yakni 15,88

dan maksimalnya 27,29 dan setelah latihan nilai minimal IMT sampel menjadi

15,26 serta maksimalnya 26,45.

4.1.2.2 Analisis Bivariat

Penelitian ini menggunakan analisis bivariat untuk melihat apakah terdapat

hubungan antara latihan fisik aerobik terhadap Indeks Massa Tubuh pada

mahasiswa FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2017. Data yang

Sampel Persentase (%)

Perempuan 2,6%

Laki-Laki 1,8%

Indeks

Massa

Tubuh

Mean

Standar

deviasi

(SD)

Interval

Kepercayaan

95% Min Maks N

Bawah Atas

Sebelum

intervensi 21,05 2,43 20,19 21,92 15,88 27,29

33 Setelah

intervensi 20,57 2,36 19,73 21,41 15,26 26,45

Page 47: PENGARUH LATIHAN FISIK AEROBIK TERHADAP INDEKS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47871/1/SHAFIRA PUTRI WIDJAJA-FK.pdf20136, prevalensi penduduk dewasa (>18 tahun)

32

digunakan adalah IMT sampel sebelum dan sesudah latihan aerobik dalam bentuk

berjalan sebanyak 16 kali latihan, dengan frekuensi 5 kali seminggu selama 30

menit setiap harinya. Perhitungan statistik digunakan uji T berpasangan dengan

tingkat kemaknaan 95% (kesalahan alfa 5%).

Uji Normalitas Indeks Massa Tubuh Sampel

Uji normalitas dilakukan untuk memperoleh gambaran distribusi data

seluruh sampel. Uji normalitas penelitian ini menggunakan Saphiro-Wilk pada

aplikasi SPSS 22 dengan hasil sebagai berikut,

Tabel 4.7 Uji Normalitas Berat Badan Sebelum dan Setelah Latihan Sampel

Hasil uji normalitas Shapiro-Wilk didapatkan nilai signifikansi berat badan

sebelum latihan 0,029 dan Indeks Massa Tubuh setelah latihan 0,120. Data berat

badan setelah memiliki nilai p>0,05 yang menandakan bahwa penyebarannya

normal, sedangkan untuk data sebelum nilainya p<0,05 sehingga dikatakan

penyebaran datanya tidak normal. Maka untuk menormalkan data, peneliti

menggunakan fungsi log 10.

Tabel 4.8 Uji Normalitas Indeks Massa Tubuh Sampel

Hasil uji normalitas Shapiro-Wilk didapatkan nilai signifikansi Indeks

Massa Tubuh sebelum latihan 0,994 dan Indeks Massa Tubuh setelah latihan

0,999. Sedangkan untuk data berat badan sebelum latihan yang telah dilakukan

transformasi data, nilai proporsi data menjadi 0,291. Maka disimpulkan bahwa

data berat badan serta indeks massa tubuh sebelum dan setelah latihan terdistribusi

Variabel N Saphiro-Wilk

df. Sig.

BB sebelum latihan 33 33 0.291*

BB setelah latihan 33 33 0.120

Variabel N Saphiro-Wilk

df. Sig.

IMT sebelum latihan 33 33 0.994

IMT setelah latihan 33 33 0.999

Hasil setelah dilakukan uji transformasi fungsi log 10

Page 48: PENGARUH LATIHAN FISIK AEROBIK TERHADAP INDEKS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47871/1/SHAFIRA PUTRI WIDJAJA-FK.pdf20136, prevalensi penduduk dewasa (>18 tahun)

33

dengan normal (p>0,05) sehingga selanjutnya penggunaan uji hipotesis dapat

menggunakan uji T dependen.

Uji Hipotesis T Dependen

Uji hipotesis T dependen dilakukan dengan memasangkan data Indeks

Massa Tubuh sampel sebelum dan setelah latihan, perhitungan statistik

menggunakan aplikasi SPSS 22 dengan hasil sebagai berikut,

Tabel 4.9 Perbedaan Berat Badan Sampel Sebelum dan Setelah Latihan

Fisik Aerobik

Varibel Intervensi N Rerata

Standar

deviasi

(SD)

Paired Difference Sig.(2

Tailed) Rerata Sd.

Berat

Badan

Sebelum

Latihan 33

52,24* 49,72-

54,89+

-49,84 7,49 0.000 Setelah

Latihan 51,56 7,54

Sedangkan untuk rata-rata berat badan sampel setelah latihan adalah 51,56

kg dengan standar deviasi 7,54. Rata-rata berat badan gabungan dari sebelum dan

setelah latihan aerobik sampel terdapat perbedaan yaitu sebesar -49,84 dengan

standar deviasi 7,49. Signifikansi (Sig. 2 tailed) uji statistik penelitian ini yaitu p

value = 0,000, yang artinya dengan nilai kesalahan alfa 5% nilai p <0,05 maka

terdapat perbedaan yang signifikan antara berat badan sebelum dan berat badan

setelah latihan fisik aerobik.

Tabel 4.10 Perbedaan Indeks Massa Tubuh Sampel Sebelum dan Setelah

Latihan Fisik Aerobik

Varibel Intervensi N Rerata

Standar

deviasi

(SD)

Paired Difference Sig.(2

Tailed) Mean Sd.

Indeks

Massa

Tubuh

Sebelum

Latihan 33

21,05 2,43

0,48 0,41 0.000 Setelah

Latihan 20,57 2,50

Nilai rerata geometrik setelah diubah dengan fungsi log 10

+ Standar deviasi geometrik tidak dapat digunakan, maka yang digunakan IK95%

Page 49: PENGARUH LATIHAN FISIK AEROBIK TERHADAP INDEKS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47871/1/SHAFIRA PUTRI WIDJAJA-FK.pdf20136, prevalensi penduduk dewasa (>18 tahun)

34

Tabel diatas menunjukkan bahwa rata-rata Indeks Massa Tubuh sampel

sebelum latihan adalah 21,05 kg/m2 dengan standar deviasi (SD) 2,43 dan untuk

rata-rata Indeks Massa Tubuh sampel setelah latihan didapatkan 20,57 kg/m2

dengan standar deviasi (SD) 2,36761. Rata-rata IMT gabungan dari sebelum dan

setelah latihan aerobik sampel terdapat perbedaan yaitu sebesar 0,48 dengan

standar deviasi 0,41. Signifikansi (Sig. 2 tailed) uji statistik penelitian ini yaitu p

value = 0,000, yang artinya dengan nilai kesalahan alfa 5% nilai p <0,05 maka

terdapat perbedaan yang signifikan antara IMT sebelum dan IMT setelah latihan

fisik aerobik.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Karakteristik Sampel Penelitian

Sampel penelitian ini berjumlah 33 dari hasil pemilihan sampel secara

acak dan telah disesuaikan dengan kriteria inklusi serta eksklusi yang mengikuti

latihan sebanyak 16 kali latihan. Sampel adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun angkatan 2017. Rata-rata usia sampel

adalah 18 sampai 19 tahun (15%, SD 0,666), 26 orangnya adalah perempuan

(72,8%). Dari 33 orang, 5 orang termasuk dalam kategori IMT kurus (15,2%), 22

orang IMT normal (66,7%), 4 orang IMT berisiko (12,1%), dan 2 orang IMT

obesitas (6%). Pada awal sebelum dimulai latihan, seluruh sampel memiliki kadar

aktivitas fisik yang rendah yaitu melakukan latihan seperti jalan atau jogging

dengan durasi 30 sampai 45 menit sebanyak 1 sampai 2 kali per minggu. Hal ini

tidak sesuai dengan rekomendasi WHO pada Global recommendations on

physical activity for health3 yang menyatakan bahwa untuk dewasa berusia 18

sampai 64 setidaknya harus melakukan aktivitas fisik sedang 150 menit setiap

minggunya.

4.2.2 Perbandingan Indeks Massa Tubuh Sebelum dan Setelah Latihan

Aerobik

Terdapat hasil signifikan dari Indeks Massa Tubuh sebelum dengan

sesudah latihan fisik aerobik (p=<0,001). Hal ini menunjukkan bahwa latihan

aerobik sejumlah 150 menit per minggu mampu menurunkan IMT. Latihan

aerobik dalam bentuk berjalan dipilih menjadi intevensi sebab berjalan

Page 50: PENGARUH LATIHAN FISIK AEROBIK TERHADAP INDEKS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47871/1/SHAFIRA PUTRI WIDJAJA-FK.pdf20136, prevalensi penduduk dewasa (>18 tahun)

35

menggunakan energi lebih sedikit dari berlari pada jarak yang sama baik pada

laki-laki maupun perempuan, karena saat berlari aktivitas otot secara keseluruhan

lebih besar dibandingkan saat berjalan26. Ditambah berdasarkan pernyataan

Wilkin27 bahwa berjalan mampu meningkatkan keluaran energi di atas batas

istirahat untuk mencapai rekomendasi ACSM dan mencapai massa tubuh yang

sehat ketika lari tidak memungkinkan untuk dilakukan.

Ross28 melakukan latihan rutin selama 12 minggu, namun tidak tertera

frekuensi per minggunya. Tiap sesi latihan yang dilakukan memakan waktu

sehingga sampel mencapai keluaran energi sebesar 700 kkal. Studi oleh Ross

tersebut menyatakan bahwa latihan dapat mengurangi obesitas dan pada orang

dengan berat badan lebih pun mampu menurunkan berat badan cukup berarti pada

lelaki muda. Dengan itu dapat dikatakan bahwa dosis latihan berpengaruh

terhadap turunnya berat badan. Pada penelitian ini telah ditentukan frekuensi serta

durasi standar untuk latihan yakni 5 kali per minggu dan 30 menit setiap sesinya.

Namun pada penelitian ini tidak dihitung jumlah keluaran energi secara pasti pada

setiap sesi latihan. Satu studi menyatakan bahwa ada respon terhadap dosis latihan

terhadap penurunan berat badan29, individu yang melakukan latihan selama 200

menit per minggu akan mengurangi berat badannya lebih besar dibandingkan

individu yang latihan selama 150 maupun 199 menit per minggu atau yang tidak

mampu memenuhi standar 150 menit per minggu (-13 kg, -8,5 kg, -3,5 kg).

Sampel memiliki rata-rata durasi latihan 30 sampai 60 menit per minggu atau 1

sampai 2 kali latihan per minggunya, kemudian diubah menjadi 150 menit per

minggu saat penelitian ini dimulai. Hasilnya adalah latihan berjalan tadi mampu

menunjukkan perubahan berupa penurunan berat badan sampel yang juga

berdampak pada turunnya IMT.

4.2.3 Hubungan Keluaran Energi Terhadap Penurunan Berat Badan dan

Indeks Massa Tubuh Sampel Setelah Latihan Aerobik

Konsep meningkatnya berat badan telah dijabarkan sebelumnya karena

adanya ketidakseimbangan antara masukan energi dengan keluaran energi.

Penelitian ini mencoba untuk meningkatkan keluaran energi melalui latihan

aerobik sehingga terjadi keseimbangan energi netral. Hunter30 melakukan sebuah

penelitian kepada subyek yang tidak melakukan latihan selama 1 tahun terakhir,

Page 51: PENGARUH LATIHAN FISIK AEROBIK TERHADAP INDEKS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47871/1/SHAFIRA PUTRI WIDJAJA-FK.pdf20136, prevalensi penduduk dewasa (>18 tahun)

36

dengan berat badan berlebih lalu ditutunkan berat badannya hingga mencapai IMT

<25 kg/m2. Seluruh sampel dibagi ke dalam tiga grup : weight loss + latihan

aerobik, weight loss + latihan ketahanan, serta weight loss tanpa latihan. Latihan

aerobik yang dilakukan adalah berjalan diatas treadmil selama 20 menit. Hasil

studi tersebut memperlihatkkan bahwa pada grup weight loss yang disertai latihan

aerobik dan latihan ketahanan berhasil meningkatkan total keluaran energi (TKE)

meskipun non-signifikan, sedangkan pada grup tanpa latihan nilai TKE justru

menurun sehingga berdampak pada menurunkan aktivitas fisik setelah terjadinya

penurunan berat badan. Dengan diketahui hasil tersebut maka terbukti bahwa

latihan aerobik mampu meningkatkan keluaran energi.

Pada penelitian ini hanya melihat efek latihan aerobik terhadap turunnya

berat badan dan tidak memperhatikan aspek lain dalam keseimbangan energi yaitu

masukan energi. Studi yang mempelajari efek latihan fisik aerobik terhadap

penurunan berat badan menunjukkan bahwa latihan konsisten, yang mencapai

kadar minimum rekomendasi yakni 150 menit per minggu serta dalam intensitas

sedang tanpa restriksi kalori dapat menimbulkan efek turunnya berat badan

meskipun hanya sekitar 2 sampai 3 kg31. Penurunan berat badan ≤5% dari berat

badan awal disebut sebagai penurunan berat badan yang nonsignifikan dan lebih

merujuk sebagai upaya dalam mempertahankan berat badan. Hasil perhitungan

berat badan sebelum dan setelah latihan pada sampel penelitian mayoritas

memiliki persentase turunnya di rentang 1 sampai 3% dari berat badan awal.

Menunjukkan bahwa latihan aerobik yang dilakukan sebanyak 16 kali latihan ini

berefek untuk mempertahankan berat badan dan bukan untuk mengurangi berat

badan.

Penurunan berat badan yang secara signifikan bermakna dapat terjadi bila

kadar latihan melebihi batas aktivitas fisik minimum yaitu TKE >2000 kkal per

minggu. Pernyataan ini didukung oleh Donnelly32 yang membandingkan latihan

dengan KEL 400 dengan 600 kcal per minggu dapat menunjukkan penurunan

berat badan yang berarti (rata-rata 5%) dibandingkan grup kontrol. Studi tersebut

menjelaskan juga bahwa penurunan berat badan pada grup 600 kkal per minggu

melebihi penurunan berat badan pada grup dengan 400 kkal per minggu (62,2%

dan 45,9%). Studi lain melakukan latihan ketahanan selama 18 minggu

Page 52: PENGARUH LATIHAN FISIK AEROBIK TERHADAP INDEKS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47871/1/SHAFIRA PUTRI WIDJAJA-FK.pdf20136, prevalensi penduduk dewasa (>18 tahun)

37

menunjukkan hasil berupa peningkatan ADMR (Activity Daily Metabolic Rate)

dari T0 dengan 12,4± 12 MJ per hari menjadi 13,5± 1,3 MJ per hari saat T8

kemudian menetap sekitar 13,5± 1,9 MJ per hari pada T18 yang berarti tidak ada

lagi peningkatan setelah latihan pada T8.

4.3 Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian ini terdapat keterbatasan-keterbatasan penelitian sebagai

berikut :

a. Pada studi tinjauan sistematik/meta-analisis oleh David J. Johns33

menyatakan bahwa program kombinasi antara diet dan latihan dapat

menurunkan berat badan lebih signifikan dibandingkan hanya dengan

latihan saja. Peneliti tidak memperhatikan efek maupun membatasi

diet sampel selama perlakuan latihan aerobik 16 kali latihan.

b. Peneliti tidak menjelaskan dan memaparkan bukti komponen Total

Keluaran Energi yang terpengaruh akibat latihan, yaitu Keluaran

Energi Istirahat, Efek Termal Makanan, atau Keluaran Energi

Aktivitas sehingga hasilnya bisa meningkatkan TKE secara

keseluruhan.

c. Jumlah sampel laki-laki dan perempuan yang tidak sebanding

menyebabkan peneliti tidak mampu melakukan perbandingan efek

latihan aerobik terhadap Indeks Massa Tubuh sampel baik sebelum

dan setelah latihan.

d. Jumlah sampel yang sedikit. Peneliti mengalami kesulitan dalam

mempertahankan jumlah sampel mulai awal pengukuran IMT hingga

selesai 16 kali latihan dikarenakan keterbatasan waktu untuk

melakukan penelitian serta kepatuhan sampel.

e. Mayoritas sampel memiliki IMT normal sehingga penelitian ini hanya

dapat menjelaskan efek latihan aerobik terhadap indeks massa tubuh

sebagai usaha mempertahankan berat badan dan bukan sebagai usaha

penurunan berat badan.

Page 53: PENGARUH LATIHAN FISIK AEROBIK TERHADAP INDEKS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47871/1/SHAFIRA PUTRI WIDJAJA-FK.pdf20136, prevalensi penduduk dewasa (>18 tahun)

38

BAB V

5.1 Kesimpulan

Dari hasil dan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya maka

dapat ditarik beberapa kesimpulan, sebagai berikut :

a. Karakteristik sampel merupakan mahasiswa Fakultas Kedokteran UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, rata-rata berusia 18 sampai 19 tahun, dengan

jenis kelamin perempuan sebanyak 26 orang dan laki-laki 7 orang.

b. Terjadi penurunan indeks massa tubuh dengan rata-rata 21,05 kg/m2

menjadi 20,57 kg/m2 setelah dilakukan latihan fisik aerobik berupa berjalan

dengan durasi 30 menit dan frekuensi 5 kali setiap minggu.

c. Terdapat pengaruh yang bermakna antara latihan aerobik dengan indeks

massa tubuh mahasiswa Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta angkatan 2017 (p=<0,001)

5.2 Saran

a. Mahasiswa kedokteran maupun individu usia dewasa disarankan untuk

meningkatkan aktivitas fisik kesehariannya dengan rutin melakukan latihan

aerobik minimal 150 menit setiap minggu yang terbagi dalam 3 sampai 5

kali agar dapat mempertahankan berat badannya dalam kadar normal.

Bentuk latihan dapat berupa berjalan santai, berjalan cepat, hingga berlari.

Hal tersebut dapat disesuaikan dengan kondisi setiap individu.

b. Memperhatikan efek masukan energi (diet) serta mengikutsertakannya ke

dalam perhitungan pengaruh terhadap keseimbangan energi.

c. Melakukan latihan aerobik dengan jangka waktu lebih panjang untuk

melihat pengaruhnya terhadap indeks massa tubuh.

d. Menambah jumlah sampel serta menyetarakan jumlah sampel

perbandingan laki-laki dan perempuan sehingga dapat melihat perbedaan

efek latihan terhadap indeks massa tubuh berdasarkan jenis kelamin

Page 54: PENGARUH LATIHAN FISIK AEROBIK TERHADAP INDEKS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47871/1/SHAFIRA PUTRI WIDJAJA-FK.pdf20136, prevalensi penduduk dewasa (>18 tahun)

39

e. Membandingkan efek latihan aerobik intensitas sedang (berjalan) dengan

latihan aerobik intensitas berat (berlari) terhadap perubahan indeks massa

tubuh.

f. Mengambil sampel dengan kondisi obesitas agar dapat melihat efek latihan

aerobik sebagai usaha menurunkan berat badan dan indeks massa tubuh.

Page 55: PENGARUH LATIHAN FISIK AEROBIK TERHADAP INDEKS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47871/1/SHAFIRA PUTRI WIDJAJA-FK.pdf20136, prevalensi penduduk dewasa (>18 tahun)

40

DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization. Constitution of WHO: principles [Internet].

[dikutip 3 Agustus 2018]. Tersedia pada: http://www.who.int/about/mission/en/

2. González K, Fuentes J, Márquez J. Physical inactivity, sedentary behavior and

chronic diseases. Korean J Fam Med. 2017;38(3):111–5.

3. World Health Organization. Global recommendations on physical activity for

health. Geneva: World Health Organization; 2010.

4. Booth F, Gordon S, Carlson C, Hamilton M. Waging war on modern chronic

diseases: primary prevention through exercise biology. J Appl Physiol Bethesda Md;

2000. 88(2):774–87.

5. World Health Organization. Obesity: preventing and managing the global

epidemic: report of a WHO consultation. Geneva: World Health Organization; 2000.

253 hlm. (WHO technical report series).

6. Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Kesehatan RI. Riset

kesehatan dasar. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian

Kesehatan RI; 2013.

7. Raven P, Wasserman D, Squires W, Murray T. Exercise Physiology. Cengage

Learning; 2012. 595 hlm.

8. Hill J, Peters J. Commentary: Physical activity and weight control.

International Journal of Epidemiology. 1 Desember 2013;42(6):1840–2.

9. Stevens J, Truesdale K, McClain J, Cai J. The definition of weight

maintenance. International Journal of Obesity. Maret 2006;30(3):391–9.

10. Caspersen C, Powell K, Christenson G. Physical activity, exercise, and

physical fitness: definitions and distinctions for health-related research. Public Health

Rep. 1985;100(2):126–31.

Page 56: PENGARUH LATIHAN FISIK AEROBIK TERHADAP INDEKS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47871/1/SHAFIRA PUTRI WIDJAJA-FK.pdf20136, prevalensi penduduk dewasa (>18 tahun)

41

11. World Health Organization. What is Moderate-intensity and Vigorous-

intensity Physical Activity? [Internet]. WHO. [dikutip 6 September 2018]. Tersedia

pada: http://www.who.int/dietphysicalactivity/physical_activity_intensity/en/

12. Warburton D, Nicol W, Bredin S. Health benefits of physical activity: the

evidence. CMAJ Can Med Assoc J. 2006;174(6):801–9.

13. Department of Health and Human Services USA. Physical Activity

Guidelines Advisory Committee Report, 2008 to the Secretary of Health and Human

Services: (525442010-001) [Internet]. American Psychological Association; 2008

[dikutip 6 September 2018]. Tersedia pada: http://doi.apa.org/get-pe-

doi.cfm?doi=10.1037/e525442010-001

14. Kavouras S, Panagiotakos D, Pitsavos C, Chrysohoou C, Anastasiou C,

Lentzas Y, et al. Physical Activity, Obesity Status, and Glycemic Control: The

ATTICA Study. Med Sci Sports Exerc. 2007;39(4):606–11.

15. Hall, E. Guyton and Hall textbook of medical physiology. 13th edition.

Philadelphia, PA: Elsevier; 2016. 1145 hlm.

16. Haizlip K, Harrison B, Leinwand L. Sex-based differences in skeletal muscle

kinetics and fiber-type composition. Physiology. 2015;30(1):30–9.

17. Powers S, Howley E. Exercise physiology: theory and application to fitness

and performance. 6th ed. Boston: McGraw-Hill; 2007. 540 hlm.

18. Sherwood, L. Human physiology: from cells to systems. 9th edition. Boston,

MA, USA: Cengage Learning; 2016. 955 hlm.

19. Hills A, Mokhtar N, Byrne N. Assessment of physical activity and energy

expenditure: an overview of objective measures. Front Nutr [Internet]. 2014 [dikutip

19 September 2018];1. Tersedia pada:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4428382/

Page 57: PENGARUH LATIHAN FISIK AEROBIK TERHADAP INDEKS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47871/1/SHAFIRA PUTRI WIDJAJA-FK.pdf20136, prevalensi penduduk dewasa (>18 tahun)

42

20. MacLean P, Bergouignan A, Cornier M-A, Jackman M. Biology’s response to

dieting: the impetus for weight regain. Am J Physiol-Regul Integr Comp Physiol.

2011;301(3):R581–600.

21. Nuttall, F. Body mass index. Nutr Today. 2015;50(3):117–28.

22. World Health Organization. Appropriate body-mass index for asian

populations and its implications for policy and intervention strategies. The Lancet.

2004;363(9403):157–63.

23. Pacific WHORO for the W. The asia-pacific perspective: redefining obesity

and its treatment [Internet]. Sydney : Health Communications Australia; 2000

[dikutip 20 September 2018]. Tersedia pada:

http://iris.wpro.who.int/handle/10665.1/5379

24. Sopiyudin D. Besar sampel dalam penelitian kedokteran dan kesehatan. Edisi

4. Jatinangor, Indonesia: Alqaprint; 2017.

25. Yolanda, S, Trinovita A, Imelda S, Minarma I. The Benefit of Sports for

Health Module for First year Medical Students Faculty of Medicine Universitas

Indonesia. Dep Physiol. 2010;

26. Ellis R, Sumner B, Kram R. Muscle contributions to propulsion and braking

during walking and running: insight from external force perturbations. Gait &

Posture. 2014;40(4):594–9.

27. Wilkin L, Cheryl A, Haddock B. Energy expenditure comparison between

walking and running in average fitness individuals: J Strength Cond Res.

2012;26(4):1039–44.

28. Ross, R. Reduction in obesity and related comorbid conditions after diet-

induced weight loss or exercise-induced weight loss in men. Ann Intern Med.

2000;133:92.

Page 58: PENGARUH LATIHAN FISIK AEROBIK TERHADAP INDEKS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47871/1/SHAFIRA PUTRI WIDJAJA-FK.pdf20136, prevalensi penduduk dewasa (>18 tahun)

43

29. Jakicic J, Winters C, Lang W, Wing R. Effects of intermittent exercise and

use of home exercise equipment on adherence, weight loss, and fitness in overweight

women: a randomized trial. JAMA. 1999;282(16):1554.

30. Hunter G, Fisher G, Neumeier W, Carter S, Plaisance E. Exercise training and

keluaran energi following weight loss. Med Sci Sports Exerc. 2015;47(9):1950–7.

31. Swift D, McGee , Earnest C, Carlisle E, Nygard M, Johannsen N. The effects

of exercise and physical activity on weight loss and maintenance. Prog Cardiovasc

Dis. 2018;61(2):206–13.

32. Donnelly J, Honas J, Smith B, Mayo M, Gibson C, Sullivan D, et al. Aerobic

exercise alone results in clinically significant weight loss for men and women:

Midwest Exercise Trial-2. Obes Silver Spring Md. 2013;21(3):E219–28.

33. Johns D, Hartmann-Boyce J Jebb S, Aveyard P. Diet or exercise interventions

vs combined behavioral weight management programs: a systematic review and

meta-analysis of direct comparisons. J Acad Nutr Diet. 2014;114(10):1557–68

Page 59: PENGARUH LATIHAN FISIK AEROBIK TERHADAP INDEKS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47871/1/SHAFIRA PUTRI WIDJAJA-FK.pdf20136, prevalensi penduduk dewasa (>18 tahun)

44

LAMPIRAN

Lampiran 1

Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent)

Yang Terhormat, Mahasiswa/i FK UIN Jakarta angkatan 2017

Saat ini saya, Shafira Putri Widjaja sebagai peneliti di Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta sedang melakukan penelitian mengenai “Pengaruh

Latihan Fisik Aerobik Terhadap Indeks Massa Tubuh Mahasiswa Angkatan 2017

Fakultas Kedokteran UIN Jakarta”.

Sesuai dengan tata cara yang telah ditetapkan di universitas, maka Anda akan

menjalani penelitian ini dengan melakukan latihan fisik aerobik berupa berjalan

sebanyak 5 kali dalam seminggu selama satu bulan (16 kali latihan) dengan durasi 30

menit setiap harinya. Kemudian akan dilakukan pemeriksaan antropometri untuk

menentukan indeks massa tubuh pada pertemuan pertama dan terakhir. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah latihan fisik aerobik mempengaruhi

penurunan IMT.

Anda berkesempatan untuk menanyakan segala hal yang berhubungan dengan

penelitian ini dan berhak menolak ikut serta dalam penelitian ini atau sewaktu-waktu

ingin berhenti dalam penelitian ini. Oleh karena penelitian ini sangat penting,

diharapkan agar Anda dapat menjalani dengan sebaik-baiknya. Data yang terisi hanya

akan digunakan untuk penelitian ini dan akan saya jaga kerahasiannya.

Peneliti,

Shafira Putri Widjaja

Mahasiswa Program Studi Kedokteran, FK UIN 2015

No HP. 081219857457/108139000069

Page 60: PENGARUH LATIHAN FISIK AEROBIK TERHADAP INDEKS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47871/1/SHAFIRA PUTRI WIDJAJA-FK.pdf20136, prevalensi penduduk dewasa (>18 tahun)

45

Lampiran 2

Surat Persetujuan

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Usia :

Angkatan :

Alamat :

Nomor telp/hp :

Menyatakan bahwa saya telah mengerti sepenuhnya atas penjelasan yang diberikan

oleh Shafira Putri Widjaja dari FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan bersedia

menjalani penelitian menegenai “Pengaruh Latihan Fisik Aerobik Terhadap Indeks

Massa Tubuh Mahasiswa Angkatan 2017 Fakultas Kedokteran UIN Jakarta”.

Pernyataan ini dibuat dengan kesadaran penuh tanpa paksaan.

Ciputat, 2018

Mengetahui,

Peneliti Peserta Penelitian

(Shafira Putri Widjaja) ( )

Page 61: PENGARUH LATIHAN FISIK AEROBIK TERHADAP INDEKS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47871/1/SHAFIRA PUTRI WIDJAJA-FK.pdf20136, prevalensi penduduk dewasa (>18 tahun)

46

Lampiran 3

Rekapitulasi Statistik Sampel

1. Analisis Univariat

IMT_AP_pre

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid berisiko 4 12,1 12,1 12,1

kurus 5 15,2 15,2 27,3

normal 22 66,7 66,7 93,9

obesitas 2 6,1 6,1 100,0

Total 33 100,0 100,0

Page 62: PENGARUH LATIHAN FISIK AEROBIK TERHADAP INDEKS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47871/1/SHAFIRA PUTRI WIDJAJA-FK.pdf20136, prevalensi penduduk dewasa (>18 tahun)

47

Lampiran 4

IMT_AP_post

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid berisiko 3 9,1 9,1 9,1

kurus 5 15,2 15,2 24,2

normal 24 72,7 72,7 97,0

obesitas 1 3,0 3,0 100,0

Total 33 100,0 100,0

Page 63: PENGARUH LATIHAN FISIK AEROBIK TERHADAP INDEKS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47871/1/SHAFIRA PUTRI WIDJAJA-FK.pdf20136, prevalensi penduduk dewasa (>18 tahun)

48

Lampiran 5

Descriptives

Statistic Std. Error

kg/cm2_pre Mean 21,0570 ,42371

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 20,1939

Upper Bound 21,9200

5% Trimmed Mean 21,0134

Median 20,9500

Variance 5,924

Std. Deviation 2,43401

Minimum 15,88

Maximum 27,29

Range 11,41

Interquartile Range 3,31

Skewness ,266 ,409

Kurtosis ,335 ,798

kg/cm2_post Mean 20,5764 ,41215

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 19,7368

Upper Bound 21,4159

5% Trimmed Mean 20,5461

Median 20,5500

Variance 5,606

Std. Deviation 2,36761

Minimum 15,26

Maximum 26,45

Range 11,19

Interquartile Range 3,18

Skewness ,208 ,409

Kurtosis ,325 ,798

Page 64: PENGARUH LATIHAN FISIK AEROBIK TERHADAP INDEKS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47871/1/SHAFIRA PUTRI WIDJAJA-FK.pdf20136, prevalensi penduduk dewasa (>18 tahun)

49

Lampiran 6

Descriptives

Statistic Std. Error

log_beratbadan_pre Mean 1,7180 ,01055

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 1,6965

Upper Bound 1,7395

5% Trimmed Mean 1,7161

Median 1,7156

Variance ,004

Std. Deviation ,06059

Minimum 1,60

Maximum 1,86

Range ,26

Interquartile Range ,06

Skewness ,583 ,409

Kurtosis ,474 ,798

kg Mean 51,561 1,3134

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 48,885

Upper Bound 54,236

5% Trimmed Mean 51,187

Median 50,300

Variance 56,926

Std. Deviation 7,5449

Minimum 38,2

Maximum 70,7

Range 32,5

Interquartile Range 8,3

Skewness ,821 ,409

Kurtosis ,781 ,798

Page 65: PENGARUH LATIHAN FISIK AEROBIK TERHADAP INDEKS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47871/1/SHAFIRA PUTRI WIDJAJA-FK.pdf20136, prevalensi penduduk dewasa (>18 tahun)

50

Lampiran 7

2. Analisis Bivariat

Berat Badan

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

kg ,168 33 ,019 ,927 33 ,029

kg ,121 33 ,200* ,948 33 ,120

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

log_beratbadan_pre ,141 33 ,092 ,962 33 ,291

kg ,121 33 ,200* ,948 33 ,120

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 log_beratbadan_pre & kg 33 ,990 ,000

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 log_beratbadan_pre 1,7180 33 ,06059 ,01055

kg 51,561 33 7,5449 1,3134

Page 66: PENGARUH LATIHAN FISIK AEROBIK TERHADAP INDEKS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47871/1/SHAFIRA PUTRI WIDJAJA-FK.pdf20136, prevalensi penduduk dewasa (>18 tahun)

51

Lampiran 8

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig.

(2-

tailed) Mean

Std.

Deviation

Std.

Error

Mean

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

log_beratbadan_pre

- kg

-

49,84259 7,48493 1,30296

-

52,49663

-

47,18855

-

38,253 32 ,000

Indeks Massa Tubuh

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

kg/cm2_pre ,070 33 ,200* ,991 33 ,994

kg/cm2_post ,063 33 ,200* ,994 33 ,999

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 kg/cm2_pre 21,0570 33 2,43401 ,42371

kg/cm2_post 20,5764 33 2,36761 ,41215

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 kg/cm2_pre & kg/cm2_post 33 ,986 ,000

Page 67: PENGARUH LATIHAN FISIK AEROBIK TERHADAP INDEKS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47871/1/SHAFIRA PUTRI WIDJAJA-FK.pdf20136, prevalensi penduduk dewasa (>18 tahun)

52

Lampiran 9

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-

tailed) Mean

Std.

Deviation

Std.

Error

Mean

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

kg/cm2_pre -

kg/cm2_post ,48061 ,40956 ,07130 ,33538 ,62583 6,741 32 ,000

Page 68: PENGARUH LATIHAN FISIK AEROBIK TERHADAP INDEKS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47871/1/SHAFIRA PUTRI WIDJAJA-FK.pdf20136, prevalensi penduduk dewasa (>18 tahun)

53

Lampiran 10

Foto Penelitian

Gambar 7.1 Pengukuran berat badan dan tinggi badan sampel

Gambar 7.2 Latihan fisik aerobik (berjalan)

Page 69: PENGARUH LATIHAN FISIK AEROBIK TERHADAP INDEKS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47871/1/SHAFIRA PUTRI WIDJAJA-FK.pdf20136, prevalensi penduduk dewasa (>18 tahun)

54

Lampiran 11

Riwayat Penulis

Nama : Shafira Putri Widjaja

NIM : 11151030000014

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 7 Mei 1997

Agama : Islam

Alamat : Griya Pamulang Estate, Jl Kiwi Raya blok K1/6,

Pamulang Timur, Tangerang Selatan

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan

2002-2003 : TK Ketilang UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2003-2006 : SDIT An-Ni’mah Bandung

2006-2009 : SD Al-Zahra Indonesia

2009-2012 : SMP Al-Zahra Indonesia

2012-2015 : SMAN 3 Kota Tangerang Selatan

2015-sekarang : Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta