PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPS SEJARAH SISWA …lib.unnes.ac.id/31673/1/3101409022.pdf · selalu...

45
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPS SEJARAH SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR AND SHARE KELAS XI IPS 4 DI SMA KESATRIAN 1 SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Sejarah Oleh Johan Nur Arfiandika Putra 3101409022 JURUSAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2016

Transcript of PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPS SEJARAH SISWA …lib.unnes.ac.id/31673/1/3101409022.pdf · selalu...

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPS SEJARAH SISWA

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

THINK PAIR AND SHARE KELAS XI IPS 4 DI SMA

KESATRIAN 1 SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Sejarah

Oleh

Johan Nur Arfiandika Putra

3101409022

JURUSAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2016

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia

Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Unnes pada :

Hari : Jumat

Tanggal : 26 Agustus 2016

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Mengetahui,

Ketua Jurusan Sejarah

iii

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini Telah dipertahankan di depan sidang Panitia Penguji Skripsi Fakultas

Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang pada:

Hari : Rabu

Tanggal : 31 Agustus 2016

iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar

hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian

ataupun seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat di dalam

skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah

Semarang, 31 Agustus 2016

Johan Nur Arfiandika P.

NIM.3101409022

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto:

� Keberhasilan tidak diraih dengan kemudahan, tapi dengan kerja keras,

pengorbanan dan air mata.

� “Tidak ada kesuksesan tanpa adanya pengorbanan”

Persembahan:

Tanpa mengurangi syukur kepada Tuhan YME, karya ini saya persembahkan

untuk:

� Kedua orangtuaku, Nurkan dan Sarpiyati yang sudah mendidikku hingga

menjadi sekarang, mendoakan setiap hari dan membiayai semua

keperluanku demi kelancaran dan kesuksesanku serta selalu mendukungku

di setiap aktivitasku.

� Kakak dan Adik-adikku , mas ali, Maya Feronika, Erma Nur Irawati yang

selalu mendukung ku dan memberikan motivasi untuk selalu semangat dan

selalu mendoakanku, terimakasih.

� Kekasihku, Octaviana Chandra Dewi yang selama ini selalu

mendampingiku, menemaniku sejak awal penyusunan skripsi hingga

sekarang, yang selalu menyertaiku di saat senang maupun susah, dan

selalu memberi aku semangat.

� Sahabat-Sahabat ku di 26 kost (Nanang, Sigit, Rezha, Asep, Samsul, Rio,

Afifi, Maula, Dwi, Sandi, Kukuh, Leo, TM dan Alm. Mu’arif) yang

mengajarkan arti sebuah persaudaraan , perjuangan dan persahabatan yang

luar biasa, terimakasih.

� Sahabat-sahabatku di avatar kos yang selalu memberi dorongan dan

semangat.

vi

� Teman-teman prodi pendidikan sejarah angkatan 2009 yang telah berjuang

bersama-sama sampai saat ini, terimakasih atas persahabatan dan

kenangan.

� Untuk kawan-kawan PPL dan KKN, terimakasih atas semua bantuan dan

kerjasamanya selama ini.

� Untuk seluruh pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang

membantu kelancaran penyusunan skripsi ini, terimakasih.

� Almamaterku, Universitas Negeri Semarang.

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan

rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Skripsi

dengan judul “Peningkatan Prestsi Belajar IPS Sejarah Siswa Melalui Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair And Share dalam Pembelajaran

Sejarah Kelas XI IPS 4 SMA Kesatrian 1 Semarang Tahun Pelajaran

2014/2015” dapat berjalan sesuai harapan. Penulis dapat menyelesaikan laporan

ini sebagai syarat untuk mendapat gelar sarjana pendidikan. Keberhasilan dan

kesuksesan dalam peenyusunan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan, bantuan,

dan bimbingan dari pihak yang terkait.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fatur Rokhman, selaku Rektor Universitas Negeri Semarang

2. Drs. Moh Solehatul Mustofa, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial

Universitas Negeri Semarang

3. Dr. Hamdan Tri Atmaja, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Sejarah Fakultas

Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang.

4. Dr. Subagyo, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing 1.

5. Dr. YYFR. Sunarjan, M.S. selaku Dosen Pembimbing 2.

6. Drs. Toto, MM. selaku Kepala SMA Kesatrian 1 Semarang dan yang

telah memperkenankan kami untuk mengadakan Penelitian Skripsi di SMA

Kesatrian 1 Semarang.

viii

7. Eko Setyobudi, S.Pd. selaku Guru Sejarah Kelas XI IPS 4 SMA Kesatrian

1 Semarang yang telah berkenan membantu dan membimbing di dalam proses

penelitian skripsi di kelas XI IPS 4 SMA Kesatrian 1 Semarang.

Kami sangat mengaharapkan saran dan kritik membangun agar penyusun

dapat lebih baik lagi pada masa datang. Kami berharap skripsi ini dapat

bermanfaat bagi pembaca dan bagi kalangan banyak.

Semarang, 31 Agustus 2016

Penulis

Johan Nur Arfiandika Putra

NIM. 3101409022

ix

SARI

Putra, Johan Nur Arfiandika. 2014. Peningkatan Prestasi Belajar IPS Sejarah Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Kelas XI IPS 4 di SMA Kesatrian 1 Semarang Tahun Ajaran 2014/2015. Skripsi. Jurusan Sejarah. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing 1 Dr. Subagyo, M.Pd. Pembimbing II Dr. YYFR. Sunarjan, M.S.

Kata kunci: Minat Belajar, Model Kooperatif Think Pair Share.

Rendahnya minat siswa merupakan bukti bahwa pembelajaran belum dilakukan

secara maksimal sesuai dengan standar kompetensi. Salah satu faktor adalah

penggunaan metode pembelajaran yang monoton. Dalam hal ini peneliti

menggunakan model pembelajaran Think Pair Shair untuk meningkatkan minat

siswa. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini yaitu: Apakah dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share mampu

meningkatkan minat belajar siswa kelas XI IPS 4 di SMA Kesatrian 1 Semarang?

Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui apakah model pembelajaran

Think Pair Share dapat meningkatan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran

sejarah di kelas XI IPS 4 SMA Kesatrian 1 Semarang Tahun Pelajaran 2014/2015.

Metode yang digunakan adalah metode penelitian tindakan kelas. Lokasi

penelitian di SMA Kesatrian 1 Semarang. Subjek penelitian ini adalah siswa

kelas XI IPS 4 yang berjumlah 26 orang dengan rincian 17 laki-laki dan 9 orang

perempuan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes, observasi, dan

dokumentasi. Analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data menurut

Miles dan Huberman. Teknik analisis data mencakup tiga alur kegiatan yang

terjadi secara bersamaan. Yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan

kesimpulan atau verifikasi.

Hasil penelitian menunjukan bahwa pada siklus 1 menunjukkan adanya

peningkatan dibandingkan dengan pra siklus dengan naikknya persentase 40 %

menjadi 60,15 %. Berdasarkan hasil tersebut maka minat belajar termasuk dalam

kategori cukup baik. Meskipun demikian hasil ini belum cukup untuk memenuhi

indikator keberhasilan yang telah ditetapkan sebelumnya oleh peneliti yakni 70%,

sehingga perlu dilakukan peningkatan di siklus 2.

Pada penelitian siklus 2, terjadi peningkatan dibandingkatan dengan hasil

penelitian siklus I, peningkatan ini bisa dilihat dari persentase minat dari 60, 15 %

menjadi 71,04 % termasuk kategori sangat baik.dengan demikian hasil ini cukup

memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditetepkan sebelumnya dalam

penelitian ini, sehingga penerapan model kooperatif Think Pair Share mampu

meningkatkan prestasi belajar IPS sejarah siswa.

Simpulan dari penelitian ini adalah upaya yang dilakukan guru untuk

meningkatkan minat belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif Think Pair Share merupakan langkah yang tepat.

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………....... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ……………………………………..... ii

PENGESAHAN KELULUSAN …………………………………………. iii

PERNYATAAN ………………………………………………………… ..iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ………………………………………..v

KATA PENGANTAR …………………………………………………….vii

SARI ………………………………………………………………………..ix

DAFTAR ISI …………………………………………………………….. x

DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………….. xiii

DAFTAR TABEL ……………………………………………………….. xiv

DAFTAR DIAGRAM ................................................................................ xv

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah ………………………………… 1

1.2. Identifikasi Masalah ….…………………………………… 6

1.3. Rumusan Masalah ………………………………………… 6

1.4. Tujuan Penelitian ………………………………………… 6

1.5. Penegasan Istilah……………………………………....... 7

1.6. Manfaat Penelitian ……………………………………. ... 8

1.7. Sistematika Penyusunan Skripsi ………………………… 9

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

2.1. Landasan Teori……………………………………………… 11

xi

2.1.1. Pengertian Belajar………………………………… 11

2.1.2. Pembelajaran Sejarah ......…………………………… 14

2.1.3. Model Mengajar …………………………………… 16

2.1.4. Pengertian pembelajaran kooperatif ........................... 19

2.1.5. Think Pair Share ........................................................... 21

2.2. Hipotesis Tindakan ………………………………………….. 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian………………………………… 28

3.2. Subjek Penelitian …………………………………………… 28

3.3. Variabel Penelitian …………………………………………… 28

3.4. Metode Pengumpulan Data ………………………………….. 29

3.5. Prosedur Penelitian …………………………………………. 30

3.6. Teknik Analisis Data ………………………………………… 33

3.7. Instrumen Penelitian ………………………………………… 34

3.8. Indikator Keberhasilan ……………………………………… 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ………………………… 36

4.1.1. Lokasi penelitian ………………………………… 36

4.1.2. Visi dan Misi SMA Kesatrian 1 Semarang ……… 37

4.1.3. Fasilitas Sekolah ………………………………… 37

4.2. Hasil Penelitian ……………………………………………… 38

4.2.1. Pra Siklus ………………………………………… 38

4.2.2. Siklus 1 …………………………………………… 39

4.2.3. Siklus 2 …………………………………………… 52

4.3. Pembahasan ………………………………………………… 66

BAB V PENUTUP

5.1. Simpulan …………………………………………………… 89

xii

5.2. Saran ………………………………………………………… 90

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………… 91

LAMPIRAN-LAMPIRAN ……………………………………………… 92

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Daftar Siswa Kelas XI IPS 4……………………………… 93

Lampiran 2 : Daftar Nilai Siswa Kelas XI IPS 4 ………………………… 95

Lampiran 3 : Daftar Nilai Siswa Siklus I .....…………………………... 98

Lampiran 4 : Daftar Nilai Siswa Siklus II …………………………..…… 101

Lampiran 5 : Materi Bahan Ajar Siklus 1 ………………………………… 104

Lampiran 6 : Materi Bahan Ajar Siklus 2 ………………………………… 115

Lampiran 7 : RPP ……………………………………………………..…… 125

Lampiran 8 : Lembar Penilaian Keaktifan Siswa Pra Siklus …………… 135

Lampiran 9 : Lembar Penilaian Keaktifan Siswa Siklus I ……………… 137

Lampiran 10 : Lembar Penilaian Keaktifan Siswa Siklus II…………… 139

Lampiran 11 : Silabus ………………………………………………… 141

Lampiran 12 : Presentase Kenaikan Aktivitas Siswa …………………… 148

Lampiran 13 : Lembar Penilaian Observasi Guru Prasiklus …………… 149

Lampiran 14 : Lembar Penilaian Obsevasi Guru Siklus I……………… 153

Lampiran 15 : Lembar Penilaian Obsevasi Guru Siklus II ……………… 156

Lampiran 16 : Dokumen Foto Penelitian …………………………………. 160

Lampiran 17: Lembar Soal dan Kisi-Kisi Siklus I …………………………166

Lampiran 18: Lembar Soal dan Kisi-Kisi Siklus II…………………………172

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Tabel Nilai Belajar Pra Siklus ..................................................... 38

Tabel 2 : Tabel Nilai Belajar Siklus 1 ........................................................ 44

Tabel 3 : Tabel Nilai Belajar Siklus 2 ........................................................ 57

xv

DAFTAR DIAGRAM

Diagram Halaman

4.1 Diagram Keaktivitas Siswa Siklus I ….............................................. 46

4.2 Diagram Kinerja Guru Siklus I .......................................................... 48

4.3 Diagram Keaktivitas Siswa Siklus II ................................................. 59

4.4 Diagram Kinerja Guru Siklus II ......................................................... 62

4.5 Diagram Perbandingan Total Skor Kinerja Guru

Siklus I dan Siklus II .......................................................................... 71

4.6 Diagram Perbandingan Pemberian Skor Kinerja Guru

Siklus I dan Siklus II ......................................................................... 74

4.7 Diagram Perbandingan Total Skor Keaktifan Siswa

Siklus I dan Siklus II ........................................................................ 80

4.8 Diagram Perbandingan Pemberian Keaktifan Siswa

Siklus I dan Siklus II ........................................................................ 81

4.9 Persentase Total Skor Perbandingan Ketuntasan Belajar Siswa

Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II ........................................................ 86

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga,

masyarakat, dan pemerintah dengan tujuan untuk mencerdaskan dan

menciptakan generasi penerus yang mampu bersaing. Pendidikan di Indonesia

tidak hanya diharapkan untuk menciptakan generasi penerus yang mampu

bersaing, tetapi juga untuk menghasilkan generasi yang berguna dan

mengenal akan sejarah bangsanya sendiri. Mengenal sejarah bangsa sangat

penting dan berguna untuk menumbuhkan rasa nasionalisme dan jiwa

patriotisme yang semakin hari semakin luntur karena pengaruh kebudayaan

asing. Pelajaran sejarah tidak hanya berperan penting untuk menumbuhkan

rasa nasionalisme dan rasa patriotisme. Melalui pembelajaran sejarah siswa

juga mampu mengembangkan kompetensi untuk berpikir secara kronologis.

Siswa juga diharapkan memiliki pengetahuan tentang masa lampau yang

dapat digunakan untuk memahami dan menjelaskan proses perkembangan

dan perubahan masyarakat. Pengajaran sejarah juga bertujuan agar siswa

menyadari adanya keragaman pengalaman hidup pada masing-masing

masyarakat (Isjoni, 2007:72).

Sebagai upaya untuk dapat mencapai tujuan pendidikan sesuai dengan

harapan, dalam pembelajaran sejarah diperlukan sistem pengajaran yang

tepat. Pembelajaran sejarah dewasa ini menuntut agar siswa mampu aktif

2

dalam proses pembelajaran. Kemudian siswa juga diharapkan mampu

memahami materi dengan mengkaitkannya dengan konteks kehidupan

mereka sehari-hari.Selain itu, pembelajaran sejarah juga menempatkan siswa

sebagai subjek belajar. Dengan kata lain pembelajaran sejarah ditekankan

atau berorientasi pada aktivitas siswa (Sanjaya, 2006:133).

Kondisi pendidikan di Indonesia terutama pelajaran sejarah masih sangat

banyak kelemahan yaitu, dalam penyajian guru masih cenderung monoton

yaitu hanya dengan ceramah yang kurang menarik bagi siswa. Masalah lain

yaitu dalam proses belajar mengajar cenderung kurang menarik, sehingga

siswa tidak memiliki minat dengan pelajaran sejarah yang berdampak

terhadap hasil prestasi siswa. Oleh karena itu perlu adanya usaha-usaha untuk

membangkitkan motivasi belajar siswa. Guru sebagai pengajar mutlak

memiliki peran yang sangat penting dalam menciptakan cara-cara untuk

meningkatkan minat siswa belajar sejarah. Salah satu cara guru untuk

meningkatkan ketertarikan siswa dalam belajar sejarah adalah dengan

menggunakan model pembelajaran. Untuk meningkatkan ketertarikan siswa

terdapat banyak sekali model pembelajaran yang dapat digunakan. Salah

satunya adalah Think Pair Share (TPS), Think Pair Share atau berpikir

berpasangan berbagi adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang

dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa (Trianto, 2011:81).

Pembelajaran sejarah diimplementasikan sebagai suatu pembelajaran

yang bersifat membangun, mendidik, dan memberikan manfaat bagi banyak

orang. Suatu pembelajaran yang menarik tentunya akan mendorong minat dan

3

partisipasi belajar siswa untuk lebih memahami tentang apa yang

disampaikan. Di dalam pembelajaran tentu membutuhkan suatu jenis metode

atau model pembelajaran guna membantu terciptanya situasi belajar mengajar

yang efektif dan menyenangkan sehingga tidak ada timbul kesan

pembelajaran sejarah yang membosankan terkait dengan hal tersebut, peneliti

mencoba untuk melakukan suatu pembelajaran Sejarah dengan menerapkan

metode Think Pair Share yang bertujuan agar siswa mampu berpartisipasi

lebih dalam pembelajaran sejarah dan mampu belajar memecahkan suatu

tugas kelompok yang muncul ketika proses belajar mengajar berlangsung.

Siswa juga diharapkan mampu secara kooperatif untuk mendukung terjadinya

proses belajar yang nyaman dan memberikan manfaat lebih bagi

siswa.ditekankan atau berorientasi pada aktivitas siswa (Sanjaya, 2006:133).

Berdasarkan pengalaman penulis saat melaksanakan Praktik Pengalaman

Lapangan (PPL) di SMA Kesatrian 1 Semarang yang dilaksanakan pada

bulan Agustus-Oktober 2012, penulis melihat kenyataan yang kurang dari apa

yang diharapkan. Proses belajar mengajar sejarah di kelas masih cenderung

konvensional, dimana peran guru di dalam kelas masih sangat dominan.

Keterlibatan siswa dalam pembelajaran seperti ini masih sangat terbatas,

sehingga pembelajaran masih bersifat satu arah. Kondisi pembelajaran yang

masih bersifat satu arah inilah yang mengakibatkan proses belajar sejarah

cenderung monoton. Proses belajar monoton inilah yang akhirnya menjadikan

siswa-siswi mengalami kejenuhan terhadap pelajaran sejarah, yang

berdampak langsung pada hasil belajar sejarah siswa.

4

Melihat pengalaman di lapangan yang masih menggunakan pendekatan

yang terpusat pada guru, maka diperlukan inovasi yang mampu mengatasi

permasalahan yang ada. Guru sebagai pengajar mutlak memiliki peran yang

sangat penting dalam menciptakan inovasi-inovasi untuk mengatasi

permasalahan. Inovasi tersebut adalah yang menjadikan proses belajar

mengajar berorientasi pada aktifitas siswa. Tujuannya adalah sebagai bentuk

inovasi dalam memperbaiki kualitas proses belajar mengajar. Harapan lain

adalah untuk membantu peserta didik agar bisa belajar mandiri dan kreatif

(Sanjaya, 2006:136).

Berdasarkan pernyataan di atas, peneliti menawarkan model

pembelajaran Cooperative Learning tipe Think Pair Share untuk mengatasi

masalah yang muncul. Think Pair Share (TPS) atau berpikir berpasangan

berbagi adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang

untuk mempengaruhi pola interaksi siswa (Trianto, 2011:81). Model yang

berpusat pada siswa menuntut keaktifan siswa, sedangkan guru hanya

berperan sebagai fasilitator.

Pembelajaran kooperatif merupakan konsep yang lebih luas meliputi

semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin

oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif

dianggap lebih diarahkan oleh guru, di mana guru menetapkan tugas dan

pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang

dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang

dimaksud (Suprijono, 2011:54-55).

5

Think Pair Share merupakan model pembelajaran yang mempengaruhi

pola interaksi siswa. Dalam model pembelajaran TPS ini, siswa diberikan

soal untuk dipecahkan bersama teman berbagi dan berdiskusi. Penggunaan

model TPS juga menuntut siswa untuk belajar mengutarakan pendapat di

depan kelas dan belajar menghargai pendapat pasangan lain.

Menurut Nurhadi & Senduk (2003) dan lie (2002) ada berbagai elemen

yang merupakan ketentuan pokok dalam pembelajaran kooperatif, yaitu (a)

saling ketergantungan positif (positive interdependence); (b) interaksi tatap

muka (face to face interaction); (c) akuntabilitas individual (individual

accountability); dan (d) keterampilan untuk menjalin hubungan antarpribadi

atau keterampilan sosial yang secara sengaja diajarkan (use of

collarative/social skill). Sementara itu di dalam model Think Pair and Share

pembentukan kelompoknya didasarkan pada minat anggotanya. Pembelajaran

dengan metode ini menuntut siswa untuk banyak terlibat dalam berpikir.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan model

pembelajaran kooperatif Think Pair and Share dapat dijadikan salah satu cara

yang efektif dan bermanfaat untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada

mata pelajaran sejarah, sehingga Peneliti merumuskan judul penelitian

sebagai berikut: Peningkatan Prestasi Belajar IPS Sejarah melalui Model

Pembelajaran Kooperatif Think Pair and Share pada Kelas XI IPS 4 di SMA

Kesatrian 1 Semarang.

6

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latarbelakang masalah diatas, maka setidaknya dapat

diidentifikasikan masalah sebagai berikut :

a. Model pembelajaran yang digunakan kurang bervariatif dan lebih ke arah

pembelajaran konvensional. Contohnya guru sering sekali menggunakan

model ceramah didalam melaksanakan proses pembelajaran, inilah yang

membuat siswa kurang berminat didalam pembelajaran sejarah.

b. Kurangnya inovasi dalam pembelajaran sangat berpengaruh terhadap

prestasi belajar siswa dikarenakan siswa terlihat jenuh pembelajaran yang

terfokus pada guru. Guru sebagai pusat informasi mengakibatkan siswa

hanya mencatat dan mendengarkan saja dalam proses belajar mengajar.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka dapat dirumuskan

masalah sebagai berikut :Apakah dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif Think Pair and Share mampu meningkatkan prestasi belajar siswa

kelas XI IPS 4 di SMA Kesatrian 1 Semarang?

D. Tujuan Penelitian

Pada dasarnya tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut: Untuk mengetahui model pembelajaran Think Pair Share

dapat meningkatan prestasi belajar siswa terhadap mata pelajaran sejarah di

kelas XI IPS 4 SMA Kesatrian 1 Semarang tahun ajaran 2014/2015.

7

E. Penegasan Istilah

Untuk memberikan gambaran yang jelas serta mengarah pada tujuan

yang dimaksud, penulis akan memberikan penegasan dari beberapa istilah

yang dipakai dalam judul skripsi ini. Beberapa istilah yang perlu dijelaskan

adalah:

a. Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah hasil maksimal yang dicapai oleh seseorang

setelah melakukan usaha-usaha belajar. Prestasi belajar dari bidang

pendidikan adalah hasil dari pengukuran terhadap peserta didik yang

meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah melalui proses

belajar yang diukur dengan menggunakan instrumen tes atau instrumen

yang relevan.

b. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran Kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi

semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin

oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran

kooperatif lebih diarahkan oleh guru, di mana guru menetapkan tugas dan

pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi

yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah

yang dimaksud.

c. Model Think Pair Share

Think Pair Share adalah metode pembelajaran yang melibatkan

siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara

8

untuk mempelajarinya melalui diskusi. Metode pembelajaran ini

menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam

berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group

process skills).

F. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoretis

Apabila penelitian ini dapat diterima kebenarannya oleh Guru,

Kepala Sekolah, para tenaga kependidikan dan peneliti lainnya,

diharapkan dapat menambah khasanah pustaka kependidikan dan

memberikan sumbangan informasi yang selanjutnya dapat memberi

motivasi penelitian tentang masalah sejenis guna penyempurnaan

penelitian ini.

b. Manfaat Praktis

� Bagi Siswa

1. Memberi suasana baru bagi siswa dalam Kegiatan Belajar

Mengajar yang diharapkan memberi semangat baru dalam

pembelajaran.

2. Memberikan motivasi untuk lebih berpartisipasi di dalam proses

belajar mengajar.

� Bagi Guru

Memberikan masukan kepada guru sejarah dalam hubunganya

dengan penyampaian materi agar dapat mengacu pada tujuan

pembelajaran yang dicapai, dengan harapan siswa menguasai materi

9

sekaligus dapat menumbuhkan semangat untuk lebih aktif di dalam

pembelajaran serta memberikan pencerahan terhadap model-model

pembelajaran yang dianggap mampu membantu didalam proses

belajar mengajar yang lebih baik.

� Bagi Penulis

Memberi bekal pengetahuan kepada penulis yang berkaitan

dengan materi pelajaran sejarah.

G. Sistematika Penyusunan Skripsi

Penulisan skripsi ini disusun dengan sistemtika pembahasan sebagai

berikut:

� Bagian awal proposal skripsi yang memuat: Halaman judul, pengesahan,

sari, motto dan persembahan, prakata, daftar isi dan daftar lampiran.

� Bagian pokok skripsi yang memuat:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang: latar belakang masalah,

identifikasi dan perumusan masalah, penegasan istilah, tujuan

penelitian, dan manfaat penelitian;

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Bab ini berisi tentang Kajian Kepustakaan, Kerangka

Berpikir.dan Hipotesis tindakan.

10

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang: Lokasi Penelitian, Subyek

Penelitian, Rencana Tindakan, Sumber Data, dan Teknik

Analisis Data;

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan tentang hasil penelitian dan

pembahasan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Prestasi belajar siswa

meningkat dibuktikan dengan meningkatnya prestasi siswa

sebanyak 3,8% dengan rincian siklus 1 sebesar 88,5 %,

sementara siklus 2 sebesar 92,3 %.

BAB V PENUTUP

Bab ini menguraikan tentang kesimpulan dan saran.

11

BAB II

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori

1. Pengertian Belajar

Belajar dan pembelajaran adalah suatu kegiatanyang tidak

terpisahkan dari kehidupan manusia. Kegiatan belajar dan pembelajaran

dapat berlangsung dimana-mana misalnya lingkungan keluarga, sekolah

dan masyarakat. Belajar dan pembelajaran yang dilakukan disekolah

sifatnya formal (Darsono, 2000:1).

Max Darsono (2000:3) dalam bukunya Belajar dan Pembelajaran

menuliskan beberapa ahli yang mendefinisikan bealajar sebagai suatu

aktivitas yang menimbulkan perubahan, diantaranya : (1) Moris L.

Bingge (learning theories For Teachers, 1992) Belajar adalah perubahan

yang menetap dalam kehidupan seseorang yang tidak diwariskan secara

genetis. (2) Marle J. Moskowitz dan Arthur R. Orgel (General

Pshycology, 1975). Belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil

langsung dari pengalaman dan bukan akibat hubungan-hubungan dalam

sistem syaraf yang dibawa sejak lahir. (3) James O. Whittaker

(Introduction to Pshycology, 1990). Belajar dapat didefinisikan sebagai

proses yang menimmbulkan perubahan perilaku melalaui latihan atau

pengalaman. (4) Aaron Quinn Sartain dkk (Pshcology: Understanding

Human Behvior, 1958). Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu

12

perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman. (5) W. S Winkel

(Pshycology Pengajaran “terjemahan”, 1989). Belajar adalah suatu

aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan

lingkungan yang mengahsilkan perubahan dalam penegetahuan,

pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap.

Max Darsono (2000:5) juga mengemukakan empat aliran psikologi

yang mendasari secara khusus yaitu :

a. Belajar menurut aliran Behavioristik.

Belajar adalah perubahan yang dapat diamati serta terjadi karena

adanya pemberian stimulus/rangsangan sehingga menyebabkan

terjadinya perubahan tingkah laku yang dapat diobservasi dan

diukur.

b. Belajar menurut aliran Kognitif.

Belajar adalah peristiwa internal, artinya proses belajar baru dapat

terjadi apabila ada kemampuan dalam diri orang tersebut.

Kemampuan tersebut adalah kemampuan mengenal yang disebut

dengan kemampuan kognitif. Aliran kognitif memandang orang

yang belajar sebagai makhluk yang memiliki potensi untuk

memahami objek-objek yang berada di luar dirinya (stimulus) dan

mempunyai kemampuan untuk melakukan tindakan (respon) sebagai

akibat pemahamnanya itu.

13

c. Belajar menurut aliran Gestalt.

Belajar adalah kegiatan internal untuk mengatur dan megorganisir

obyek yang dipersepsi (khususnya yang kompleks) sehingga menjadi

suatu bentuk (struktur) yang bermakna atau mudah dipahami.

d. Belajar menurut aliran humanis.

Belajar adalah kegiatan internal manusia untuk mengenal dirinya

sendiri dan mengembangkan potensi-potensi yang unik pada dirinya

masing-masing sehingga dapat memberikan respon terhadap aksi

yang dihadapinya (stimulus).

e. Belajar Eklektik.

Belajar Eklektik artinya teori-teori belajar yang dapat diterapkan

untuk tujuan tertentu.

Dari pengertian belajar yang didefinisikan para ahli di atas dapat

disimpulkan bahwa belajar adalah usaha membentuk tingkah laku yang

diinginkan dengan menyediakan lingkungan, agar terjadi hubungan

stimulus (lingkungan) dengan tingkah laku si belajar atau biasa disebut

prinsip behavioristik, cara guru memberikan kesempatan kepada si

belajar untuk berfikir agar memahami apa yang dipelajari atau biasa

disebut prinsip kognitif, memberikan kebebasan kepada si belajar untuk

memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan minat

serta kemampuannya atau biasa disebut prinsip humanisti.

14

2. Pembelajaran Sejarah

Sejarah didefinisikan sebagai segala sesuatu yang pernah terjadi,

setiap peristiwa yang pernah terjadi di muka bumi dapat berupa politik,

ekonomi, sosial atau budaya (Kochhar, 2008: 23). Pembelajaran sejarah

telah diberikan pada tingkat pendidikan dasar dan menegah pertama

sebagai bagian integral dari mata pelajaran IPS, sedangakan pada tingkat

pendidikan menegah atas diberikan sebagai mata pelajaran sendiri. Mata

pelajaran sejarah memiliki arti setrategis pada pembentukan watak dan

peradaban bangsa yang bermartabat serta dalam pembentukan manusia

Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanha air.

Pembelajaran sejarah pada tingkat sekolah menengah pertama

mengharapkan partisipasi anak yang cukup besar. Pengajar sejarah selalu

mengharapakan anak untuk tidak pasif di kelas, tetapi selalu dapat

memberikan dorongan yang aktif dalam mengembangkan fakta,

pendapat, waktu dan sebagainya. Keterampilan-keterampilan dalam

mengembangkan minat terhadap sejarah tidak hanya terletak pada anak

tetapi tergantung juga pada kemampuan maksimal setiap pengajar sejarah

(Kasmadi, 1996:76).

Pembelajaran sejarah merupakan kajian ilmiah tentang manusia,

kesuksesan dan kegagalanya, dan evolusi masyarakat serta berbagai

aspeknya. Mata pelajaran ini menawarkan materi yang sangat luas,

melibatkan berbagai keterampilan dan mengarahkan pada pemahaman

15

yang mendalam serta generalisasi dalam mengembangkan berbagai

kemampuan yang dimiliki oleh para siswa. Ruang lingkup sejarah sangat

luas karena terbatasnya waktu diharapkan para siswa dapat mempelajari

hal-hal baru, maka pembuatan keputusan tentang materi yang harus

diajarkan perlu dilakukan secara bijaksana dan hati-hati (Kochhar,

2008:68).

Pada dasarnya ada dua tujuan pembelajaran sejarah, yaitu tujuan

yang bersifat ilmiah akademik sebagaimana disajikan dalam pendidikan

profesional di perguruan tinggi, dan tujuan pragmatis yang digunakan

sebagai sarana pendidikan dijenjang pendidikan dasar dan menengah.

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 tahun 2006

mengenai setandar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah

disebutkan bahwa tujuan pembelajaran sejarah adalah:

a. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan

tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini,

dan masa depan.

b. Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah

secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah dan

metodologi keilmuan.

c. Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap

peninggalan sejarah sebagai bukti peradaban bangsa Indonesia di

masa lampau.

16

d. Menumbuhkan pemahaman peserta didik terhadap proses

terbentuknya bangsa Indonesia melalui sejarah yang panjang dan

masih berproses hingga masa kini dan masa datang.

e. Menumbuhkan kesadaran dalam diri peserta didik sebagai bagian dari

bangsa Indonesia yang memiliki rasa bangga dan cinta tanah air serta

dapat diimplementasikan dalam berbagai bidang kehidupan baik

nasional maupun internasional.

3. Model Mengajar

Kegiatan pembelajaran meliputi kegiatan belajar dan mengajar

yang keduanya saling berhubungan. Sesuai dengan pengertian belajar

secara umum bahwa belajar merupakan suatu kegiatan yang

mengakibatkan perubahan tingkah laku.

Model pembelajaran didefinisikan sebagai cara yang digunakan

oleh seorang guru dalam proses pembelajaran sebagai alat untuk

mencapai tujuan pembelajaran (B. Uno, 2007:2). Dari pengertian tersebut

dapat dilihat bahwa model pembelajaran mempunyai peranan yang

penting untuk mencapai tujuan pembelajaran, apabila model

pembelajaran yang diterapkan tidak tepat atau kurang diterima baik oleh

siswa maka penerapan tujuan pembelajaranpun menjadi tidak maksimal.

17

Kedudukan model dalam sebuah pembelajaran menurut Djamarah

(2006:83) dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Model sebagai alat motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motifasi-motifasi yang aktif dan

berfungsi karena adanya perangsang dari luar. Oleh karena itu,

model berfungsi sebagai alat perangsang dari luar yang dapat

membangkitkan belajar seseorang.

Guru haruslah variasi dalam mengguanakan model

pembelajaran, hal ini bertujuan untuk menghindarkan kejenuhan

pada siswa. Apabila terjadi kejenuhan pada siswa maka akan terjadi

kegagalan penyampaian pesan-pesan pembelajaran. Hal ini berarti

bahwa model pembelajaran tidak dapat difungsikan sebagai alat

motivasi ekstrinsik dalam kegiatan pembelajaran. Dari penjelasan

tersebut maka dapat dapat disimpulkan bahwa penggunaan model

pembelajaran yang bervariasi dapat digunakan sebagai alat motivasi

ekstrinsik dalam kegiatan pembelajran di sekolah.

b. Model sebagai setrategi pembelajaran

Dalam kegiatan pembelajaran terdapat perbedaan daya serap

dari peserta didik karena latar belakang dari masing-masing peserta

didik yang berbeda. Pada suatu kelompok anak didik ada yang

mudah menyerap materi dan ada kelompok lain yang ternyata lambat

dalam menyerap materi. Keadaan peserta didik yang seperti ini

menyebabkan tujuan pembelajaran menjadi sulit tercapai, untuk

18

mebuat tujuan dari pembelajaran menjadi lebih optimal maka perlu

diterapkan setrategi untuk meningkatkan minat maupun pemahaman

siswa.

Menurut Rustiyah N.K dalam Djamarah (2006:74) bahwa guru

harus memiliki setrategi agar peserta didik dapat belajar secara efektif

dan efisien dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Salah

satu langkah untuk memiliki setrategi itu adalah menguasai model

pembelajaran.

Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam memilih model

pembelajaran yang akan diterapkan oleh guru adalah :

1. Membangkitkan minat atau gairah belajar siwa,

2. Menjamin perkembangan kegiatan kepribadian siswa,

3. Memberikan kesempatan bagi siswa untuk mewujudkan hasil

karyanya,

4. Merangsang keinginan siswa untuk belajar lebih lanjut,

5. Mendidik siswa dalam tekhnik belajar sendiri dan cara

memeperoleh pengetahuan melalui usaha snediri.

6. Meniadakan penyajian yang bersifat verbalitas dan

menggatikannya dengan pengalaman yang bertujuan serta nyata,

7. Menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai serta sikap utama

yang diharapkan menjadi cara berkerja yang baik dalam kehidupan

sehari-hari. Djamarah (2006:85):

19

4. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Menurut Davidson dan Warsham (dalam Isjoni, 2011: 28),

“Pembelajaran Kooperatif adalah model pembelajaran yang

mengelompokkan siswa untuk tujuan menciptakan pendekatan

pembelajaran yang berefektifitas yang mengintegrasikan kerterampilan

sosial yang bermuatan akademik”.

Bern dan Erickson (2001:5) mengemukakan bahwa cooperative

learning (pembelajaran kooperatif) merupakan strategi pembelajaran

yang mengorganisir pembelajaran dengan menggunakan kelompok kecil

dimana siswa bekerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Sedangkan menurut (Depdiknas 2003:5) cooperative learning

(pembelajaran kooperatif) merupakan strategi pembelajran melalui

kelompok kecil siswa yang saling bekerja sama dalam memaksimalkan

kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Slavin (dalam Isjoni 2011: 15) menyatakan bahwa “pembelajaran

kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan

bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang

anggotanya terdiri dari 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen”.

Jadi dalam model pembelajaran kooperatif ini, siswa bekerjasama dengan

kelompoknya untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Dengan begitu

siswa akan bertanggung jawab atas belajarnya sendiri dan berusaha

menemukan informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang

diberikan pada mereka.

20

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang

mengutamakan pembentukan kelompok yang bertujuan untuk

menciptakan pendekatan pembelajaran yang efektif.

Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Tujuan model pembelajaran kooperatif menurut Widyantini

(2006: 4) adalah “hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa

dapat menerima berbagai keragaman dari temannya serta pengembangan

keterampilan sosial”. Johnson & Johnson (dalam Trianto 2010: 57)

menyatakan bahwa tujuan pokok belajar kooperatif adalah

memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan

pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok. Louisell dan

Descamps (dalam Trianto 2010:57) juga menambahkan, karena siswa

bekerja dalam suatu tim, maka dengan sendirinya dapat memperbaiki

hubungan diantara para siswa dari latar belakang etnis dan kemampuan,

mengembangkan keterampilan-keterampilan proses dan pemecahan

masalah.

Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode

pengajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil

untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi

pelajaran. Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling

membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi, untuk mengasah

pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan

21

dalam pemahaman masing-masing. Cara belajar kooperatif jarang sekali

menggantikan pengajaran yang diberikan oleh guru, tetapi lebih

seringnya menggantikan pengaturan tempat duduk yang individual, cara

belajar individual, dan dorongan yang individual.

Pembelajaran kooperatif bukanlah gagasan baru dalam dunia

pendidikan, tetapi sebelum masa belakangan ini, metode ini hanya

digunakan oleh beberapa guru untuk tujuan-tujuan tertentu. Namun

demikian, penelitian selama dua puluh tahun terakhir ini membuktikan

bahwa metode pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan secara

efektif pada setiap tingkatan kelas dan untuk mengajarkan berbagai

macam mata pelajaran.

5. Think Pair and Share

Model pembelajaran Think Paire Share dikembangkan oleh Frank

Lyman dan kawan-kawan dari Universitas Maryland tahun 1985. Think

Paire Share merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif

sederhana yang memberi kesempatan kepada pada untuk siswa untuk

bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Dikemukakan oleh

Lie (2002:57) bahwa, “Think Pair Share adalah pembelajaran yang

memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri dan bekerjasama

dengan orang lain”. Hal senada juga disampaikan oleh Ibrahim dkk,

mereka menyatakan bahwa TPS (Think Pair and Share) atau (Berfikir

Berpasangan Berbagi) merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang

dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Think Pair Share

22

menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok kecil (2-6

anggota) dan lebih dirincikan oleh penghargaan kooperatif, dari pada

penghargaan individual (Ibrahim dkk 2000: 28 ).

Pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran

koopratif learning tipe Think Pair and Share adalah Model

Pembelajaran yang menggunakan metode diskusi berpasangan yang

dilanjutkan dengan diskusi pleno. Dengan model pembelajaran ini siswa

dilatih bagaimana mengutarakan pendapat dan siswa juga belajar

menghargai pendapat orang lain dengan tetap mengacu pada materi atau

tujuan pembelajaran.

Model pembelajaran Think Pair Share merupakan salah satu

model pembelajaran kooperatif sederhana. Think Pair Share dirancang

untuk mempengaruhi interaksi siswa. Struktur ini menghendaki siswa

bekerja saling membantu dalam kelompok-kelompok kecil. Model ini

mengedepankan siswa untuk berperan aktif bersama dengan teman

kelompoknya dengan cara berdiskusi untuk memecahkan suatu

permasalahan.

6. Pengertian Pembelajaran Think Pair and Share (TPS)

Strategi Think Pair Share adalah merupakan jenis pembelajaran

kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.

Strategi Think Pair Share ini berkembang dari penelitian belajar

kooperatif. Pertama kali dikembangkan oleh Frang Lyman dan koleganya

di Universitas Maryland sesuai yang dikutip Arends (1997: 7)

23

menyatakan bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan

untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang

digunakan dalam Think Pair Share dapat memberi siswa lebih banyak

waktu berfikir, untuk merespons dan saling membantu. Guru

memperkirakan hanya melengkapi penyajian singkat atau siswa

membaca tugas, atau situasi yang menjadi tanda tanya. Sekarang guru

menginginkan siswa mempertimbangkan lebih banyak apa yang telah

dijelaskan dan dialami. Guru memilih menggunakan Think Pair Share

untuk membandingkan tanya jawab kelompok keseluruhan (Trianto,

2011: 81).

Dukungan teori Vygotsky terhadap model pebelajaran kooperatif

adalah penekanan belajar sebagai proses dialog interaktif. Pembelajaran

kooperatif adalah pembelajaran berbasis sosial. Menurut Anita Lie,

model pembelajaran ini didasarka pada falsafat homo homini socius.

Berlawanan dengan teori Darwin, falsafah ini menekankan bahwa

manusia adalah makhluk sosial. Dialog interaktif menjadi kunci dari

semua kehidupan sosial. Dengan kata lain, kerja sama merupakan

kebutuhan yang sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup. Tanpa

kerja sama tidak akan ada individu, keluarga, organisasi, dan kehidupan

bersama lainnya. Secara umum tanpa interaksi sosial tidak akan ada

pengetahuan yang disebut Piaget sebagai pengetahuan sosial (Suprijono,

2010:56).

24

a. Langkah-langkah Pembelajaran Think Pair and Share (TPS)

Melalui bukunya, Suprijono menyebutkan langkah-langkah

dalam model pembelajaran Think Pair Share adalah sebagai berikut:

- Tahap pendahuluan, awal pembelajaran dimulai dengan

penggalian apersepsi sekaligus memotivasi siswa agar

padaaktivitas pembelajaran. Pada tahap ini, guru juga

menjelaskan aturan main serta menginformasikan batasan

waktu untuk setiap tahap kegiatan.

- Thinking, pembelajaran ini diawali dengan guru mengajukan

pertanyaan atau isu terkait dengan pelajaran untuk dipikirkan

oleh peserta didik. Guru memberikan kesempatan kepada

mereka untuk memikirkan jawabannya.

- Pairing, pada tahap ini guru meminta peserta didik berpasang-

pasangan. Kemudian guru memberi kesempatan kepada

pasangan-pasangan untuk mendiskusikan jawabannya.

Diharapkan diskusi ini dapat memperdalam makna dari

jawaban yang telah dipikirkannya melalui intersubjektif dengan

pasangannya.

- Hasil diskusi intersubjektif di tiap-tiap pasangan hasilnya

dibicarakan dengan pasangan seluruh kelas. Tahap ini dikenal

dengan Sharing. Dalam kegiatan ini diharapkan terjadi tanya

jawab yang mendorong pada pengonstruksian pengetahuan

25

secara integratif. Peserta didik dapat menemukan struktur dari

pengetahuan yang dipelajari (Suprijono, 2010: 91).

- Tahap Penghargaan

Siswa mendapat penghargaan baik individu maupun kelompok,

nilai individu diberikan pada tahapan Think, sedangkan nilai

kelompok berdasarkan jawaban pada tahapan pair dan share,

Terutama pada saat presentasi memberikan penjelasan pada

seluruh kelas.

b. Ciri khas Pembelajaran Think Pair and Share (TPS)

Ciri utama pada model pembelajaran kooperatif tipe Think

Pair Share adalah tiga langkah utamanya yang dilaksanakan dalam

proses pembelajaran. Yaitu langkah think (berpikir secara

individual), pair (berpasangan dengan teman sebangku), dan share

(berbagi jawaban dengan pasangan lain atau seluruh kelas).

1. Think (berpikir secara individual)

Pada tahap think, guru mengajukan suatu pertanyaan

atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan siswa

diminta untuk berpikir secara mandiri mengenai pertanyaan

atau masalah yang diajukan. Pada tahapan ini, siswa sebaiknya

menuliskan jawaban mereka, hal ini karena guru tidak dapat

memantau semua jawaban siswa sehingga melalui catatan

tersebut guru dapat mengetahui jawaban yang harus diperbaiki

26

atau diluruskan di akhir pembelajaran. Dalam menentukan

batasan waktu untuk tahap ini, guru harus mempertimbangkan

pengetahuan dasar siswa untuk menjawab pertanyaan yang

diberikan, jenis dan bentuk pertanyaan yang diberikan, serta

jadwal pembelajaran untuk setiap kali pertemuan.

Kelebihan dari tahap ini adalah adanya “think time” atau

waktu berpikir yang memberikan kesempatan kepada siswa

untuk berpikir mengenai jawaban mereka sendiri sebelum

pertanyaan tersebut dijawab oleh siswa lain. Selain itu, guru

dapat mengurangi masalah dari adanya siswa yang mengobrol,

karena tiap siswa memiliki tugas untuk dikerjakan sendiri.

2. Pair (berpasangan dengan teman sebangku)

Langkah kedua adalah guru meminta para siswa untuk

berpasangan dan mendiskusikan mengenai apa yang telah

dipikirkan. Interaksi selama periode ini dapat menghasilkan

jawaban bersama. Biasanya guru mengizinkan tidak lebih dari

4 atau 5 menit untuk berpasangan. Setiap pasangan siswa

saling berdiskusi mengenai hasil jawaban mereka sebelumnya

sehingga hasil akhir yang didapat menjadi lebih baik, karena

siswa mendapat tambahan informasi dan pemecahan masalah

yang lain.

3. Share (berbagi jawaban dengan pasangan lain atau seluruh

kelas)

27

Pada langkah akhir ini guru meminta pasangan-pasangan

tersebut untuk berbagi hasil pemikiran mereka dengan

pasangan lain atau dengan seluruh kelas. Pada langkah ini akan

menjadi efektif jika guru berkeliling kelas dari pasangan satu

ke pasangan yang lain, sehingga seperempat atau separuh dari

pasangan-pasangan tersebut memperoleh kesempatan untuk

melapor. Langkah ini merupakan penyempurnaan dari

langkah-langkah sebelumnya, dalam arti bahwa langkah ini

menolong agar semua kelompok menjadi lebih memahami

mengenai pemecahan masalah yang diberikan berdasarkan

penjelasan kelompok yang lain. Hal ini juga agar siswa benar-

benar mengerti ketika guru memberikan koreksi maupun

penguatan di akhir pembelajaran.

B. Hipotesis Tindakan

Prestasi belajar dalam pelajaran Sejarah pada siswa Kelas XI IPS 4

SMA Kesatrian 1 Kecamatan Semarang Barat Kota Semarang Tahun

Pelajaran 2014/2015 akan meningkat melalui penggunaan model

pembelajaran kooperatif Think Pair Share.

89

BAB V

PENUTUP

5.1. Simpulan

Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran sejarah dengan menggunakan model Think Pair Share dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa kelas XI IPS 4 SMA Kesatrian 1

Semarang.

Prestasi belajar yang diperoleh siswa pada siklus I menunjukkan

adanya peningkatan dibandingkan sebelum diberi pembelajaran dengan model

Think Pair and Share. Hasil yang diperoleh sebelum diadakan penelitian (pra

siklus) dapat diketahui ada 13 siswa atau 50 % tidak tuntas belajar sedangkan

siswa yang tuntas belajar sebanyak 13 siswa atau 50 % dengan nilai rara-rata

kelas 73,3. Setelah diadakan siklus I prestasi belajar mulai memperlihatkan

peningkatan, siswa yang tuntas belajar sebanyak 23 siswa atau 88,5 %

sedangkan 3 siswa atau sebesar 11,5 % belum mencapai ketuntasan karena

masih memperoleh nilai di bawah 75, dengan nilai rata-rata kelas mencapai

nilai 77,7.

Berdasarkan hasil siklus I tersebut, maka masih diperlukan adanya

pelaksanaan siklus II karena hasil pelaksanaan siklus I belum mencapai

indikator keberhasilan yang telah ditetapkan yaitu 90 %. Berdasarkan hasil tes

akhir siklus II, maka dapat diketahui tingkat ketuntasan belajar siswa

meningkat menjadi 92,3% atau sebanyak 24 siswa tuntas dan 2 siswa atau

90

sebesar 7,2 % siswa belum mencapai ketuntasan. Nilai rata-rata kelas juga

meningkat menjadi sebesar 81.

Upaya yang dilakukan guru untuk meningkatkan prestasi belajar siswa

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share

merupakan langkah yang tepat.

Dengan model ini siswa menjadi lebih paham, karena pembelajaran

menjadi lebih konkrit realistis dan sistematis.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Guru di dalam setiap pembelajaran sejarah yang dilakukannya perlu

mempersiapkan model pembelajaran yang mampu menjadikan

pembelajaran sejarah lebih mudah dipahami dan disenangi oleh siswa.

2. Guru hendaknya selalu memberikan variasi pembelajaran agar siswa

mampu terangsang pola berpikirnya sehingga mampu menarik minat

siswa di dalam belajar dan mampu menambah pemahamannya di

dalam proses pembelajaran agar pembelajaran mampu berjalan dengan

baik dan tidak menimbulkan istilah kebosanan pada siswa.

91

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yama Widya.

Isjoni. 2007. Pembelajaran Sejarah Pada SatuanPendidikan. Bandung: Alfabeta.

Kasmadi, Hartono. 1996. Model-Model Pembelajaran Sejarah. Semarang: Ikip

Semarang Press.

Kochar, S.K. 2008. Pembelajaran Sejarah Teaching History. Jakarta: PT.

Gramedia Widiasarana Indonesia

Prastowo, Andi. 2011. Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan

Penelitian. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Rochiati Wiriaatmadja. 2006. Metode penelitian tindakan kelas untuk

meningkatkan kinerja guru dan dosen. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Prenada Media.

Suprijono. Agus. 2008. Perencanaan dan Pembelajaran Inovatif. Semarang:

Universitas Negeri Semarang.

Triyanto.- . Mendisain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif (KTSP)

Bern, R. G. & Erickson, P. M. 2001. Contextual Teaching and Learning; the high

light zone; research @ work no.5. (Diambil tanggal 2 februari 2015)