PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPS SEJARAH SISWA …lib.unnes.ac.id/31673/1/3101409022.pdf · selalu...
Transcript of PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPS SEJARAH SISWA …lib.unnes.ac.id/31673/1/3101409022.pdf · selalu...
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPS SEJARAH SISWA
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
THINK PAIR AND SHARE KELAS XI IPS 4 DI SMA
KESATRIAN 1 SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015
SKRIPSI
Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Sejarah
Oleh
Johan Nur Arfiandika Putra
3101409022
JURUSAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2016
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia
Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Unnes pada :
Hari : Jumat
Tanggal : 26 Agustus 2016
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Jurusan Sejarah
iii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini Telah dipertahankan di depan sidang Panitia Penguji Skripsi Fakultas
Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang pada:
Hari : Rabu
Tanggal : 31 Agustus 2016
iv
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar
hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian
ataupun seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat di dalam
skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah
Semarang, 31 Agustus 2016
Johan Nur Arfiandika P.
NIM.3101409022
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto:
� Keberhasilan tidak diraih dengan kemudahan, tapi dengan kerja keras,
pengorbanan dan air mata.
� “Tidak ada kesuksesan tanpa adanya pengorbanan”
Persembahan:
Tanpa mengurangi syukur kepada Tuhan YME, karya ini saya persembahkan
untuk:
� Kedua orangtuaku, Nurkan dan Sarpiyati yang sudah mendidikku hingga
menjadi sekarang, mendoakan setiap hari dan membiayai semua
keperluanku demi kelancaran dan kesuksesanku serta selalu mendukungku
di setiap aktivitasku.
� Kakak dan Adik-adikku , mas ali, Maya Feronika, Erma Nur Irawati yang
selalu mendukung ku dan memberikan motivasi untuk selalu semangat dan
selalu mendoakanku, terimakasih.
� Kekasihku, Octaviana Chandra Dewi yang selama ini selalu
mendampingiku, menemaniku sejak awal penyusunan skripsi hingga
sekarang, yang selalu menyertaiku di saat senang maupun susah, dan
selalu memberi aku semangat.
� Sahabat-Sahabat ku di 26 kost (Nanang, Sigit, Rezha, Asep, Samsul, Rio,
Afifi, Maula, Dwi, Sandi, Kukuh, Leo, TM dan Alm. Mu’arif) yang
mengajarkan arti sebuah persaudaraan , perjuangan dan persahabatan yang
luar biasa, terimakasih.
� Sahabat-sahabatku di avatar kos yang selalu memberi dorongan dan
semangat.
vi
� Teman-teman prodi pendidikan sejarah angkatan 2009 yang telah berjuang
bersama-sama sampai saat ini, terimakasih atas persahabatan dan
kenangan.
� Untuk kawan-kawan PPL dan KKN, terimakasih atas semua bantuan dan
kerjasamanya selama ini.
� Untuk seluruh pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang
membantu kelancaran penyusunan skripsi ini, terimakasih.
� Almamaterku, Universitas Negeri Semarang.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan
rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Skripsi
dengan judul “Peningkatan Prestsi Belajar IPS Sejarah Siswa Melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair And Share dalam Pembelajaran
Sejarah Kelas XI IPS 4 SMA Kesatrian 1 Semarang Tahun Pelajaran
2014/2015” dapat berjalan sesuai harapan. Penulis dapat menyelesaikan laporan
ini sebagai syarat untuk mendapat gelar sarjana pendidikan. Keberhasilan dan
kesuksesan dalam peenyusunan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan, bantuan,
dan bimbingan dari pihak yang terkait.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Fatur Rokhman, selaku Rektor Universitas Negeri Semarang
2. Drs. Moh Solehatul Mustofa, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Semarang
3. Dr. Hamdan Tri Atmaja, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Sejarah Fakultas
Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang.
4. Dr. Subagyo, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing 1.
5. Dr. YYFR. Sunarjan, M.S. selaku Dosen Pembimbing 2.
6. Drs. Toto, MM. selaku Kepala SMA Kesatrian 1 Semarang dan yang
telah memperkenankan kami untuk mengadakan Penelitian Skripsi di SMA
Kesatrian 1 Semarang.
viii
7. Eko Setyobudi, S.Pd. selaku Guru Sejarah Kelas XI IPS 4 SMA Kesatrian
1 Semarang yang telah berkenan membantu dan membimbing di dalam proses
penelitian skripsi di kelas XI IPS 4 SMA Kesatrian 1 Semarang.
Kami sangat mengaharapkan saran dan kritik membangun agar penyusun
dapat lebih baik lagi pada masa datang. Kami berharap skripsi ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan bagi kalangan banyak.
Semarang, 31 Agustus 2016
Penulis
Johan Nur Arfiandika Putra
NIM. 3101409022
ix
SARI
Putra, Johan Nur Arfiandika. 2014. Peningkatan Prestasi Belajar IPS Sejarah Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Kelas XI IPS 4 di SMA Kesatrian 1 Semarang Tahun Ajaran 2014/2015. Skripsi. Jurusan Sejarah. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing 1 Dr. Subagyo, M.Pd. Pembimbing II Dr. YYFR. Sunarjan, M.S.
Kata kunci: Minat Belajar, Model Kooperatif Think Pair Share.
Rendahnya minat siswa merupakan bukti bahwa pembelajaran belum dilakukan
secara maksimal sesuai dengan standar kompetensi. Salah satu faktor adalah
penggunaan metode pembelajaran yang monoton. Dalam hal ini peneliti
menggunakan model pembelajaran Think Pair Shair untuk meningkatkan minat
siswa. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini yaitu: Apakah dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share mampu
meningkatkan minat belajar siswa kelas XI IPS 4 di SMA Kesatrian 1 Semarang?
Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui apakah model pembelajaran
Think Pair Share dapat meningkatan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran
sejarah di kelas XI IPS 4 SMA Kesatrian 1 Semarang Tahun Pelajaran 2014/2015.
Metode yang digunakan adalah metode penelitian tindakan kelas. Lokasi
penelitian di SMA Kesatrian 1 Semarang. Subjek penelitian ini adalah siswa
kelas XI IPS 4 yang berjumlah 26 orang dengan rincian 17 laki-laki dan 9 orang
perempuan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes, observasi, dan
dokumentasi. Analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data menurut
Miles dan Huberman. Teknik analisis data mencakup tiga alur kegiatan yang
terjadi secara bersamaan. Yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan atau verifikasi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pada siklus 1 menunjukkan adanya
peningkatan dibandingkan dengan pra siklus dengan naikknya persentase 40 %
menjadi 60,15 %. Berdasarkan hasil tersebut maka minat belajar termasuk dalam
kategori cukup baik. Meskipun demikian hasil ini belum cukup untuk memenuhi
indikator keberhasilan yang telah ditetapkan sebelumnya oleh peneliti yakni 70%,
sehingga perlu dilakukan peningkatan di siklus 2.
Pada penelitian siklus 2, terjadi peningkatan dibandingkatan dengan hasil
penelitian siklus I, peningkatan ini bisa dilihat dari persentase minat dari 60, 15 %
menjadi 71,04 % termasuk kategori sangat baik.dengan demikian hasil ini cukup
memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditetepkan sebelumnya dalam
penelitian ini, sehingga penerapan model kooperatif Think Pair Share mampu
meningkatkan prestasi belajar IPS sejarah siswa.
Simpulan dari penelitian ini adalah upaya yang dilakukan guru untuk
meningkatkan minat belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif Think Pair Share merupakan langkah yang tepat.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …………………………………………………....... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ……………………………………..... ii
PENGESAHAN KELULUSAN …………………………………………. iii
PERNYATAAN ………………………………………………………… ..iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ………………………………………..v
KATA PENGANTAR …………………………………………………….vii
SARI ………………………………………………………………………..ix
DAFTAR ISI …………………………………………………………….. x
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………….. xiii
DAFTAR TABEL ……………………………………………………….. xiv
DAFTAR DIAGRAM ................................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ………………………………… 1
1.2. Identifikasi Masalah ….…………………………………… 6
1.3. Rumusan Masalah ………………………………………… 6
1.4. Tujuan Penelitian ………………………………………… 6
1.5. Penegasan Istilah……………………………………....... 7
1.6. Manfaat Penelitian ……………………………………. ... 8
1.7. Sistematika Penyusunan Skripsi ………………………… 9
BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
2.1. Landasan Teori……………………………………………… 11
xi
2.1.1. Pengertian Belajar………………………………… 11
2.1.2. Pembelajaran Sejarah ......…………………………… 14
2.1.3. Model Mengajar …………………………………… 16
2.1.4. Pengertian pembelajaran kooperatif ........................... 19
2.1.5. Think Pair Share ........................................................... 21
2.2. Hipotesis Tindakan ………………………………………….. 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian………………………………… 28
3.2. Subjek Penelitian …………………………………………… 28
3.3. Variabel Penelitian …………………………………………… 28
3.4. Metode Pengumpulan Data ………………………………….. 29
3.5. Prosedur Penelitian …………………………………………. 30
3.6. Teknik Analisis Data ………………………………………… 33
3.7. Instrumen Penelitian ………………………………………… 34
3.8. Indikator Keberhasilan ……………………………………… 35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ………………………… 36
4.1.1. Lokasi penelitian ………………………………… 36
4.1.2. Visi dan Misi SMA Kesatrian 1 Semarang ……… 37
4.1.3. Fasilitas Sekolah ………………………………… 37
4.2. Hasil Penelitian ……………………………………………… 38
4.2.1. Pra Siklus ………………………………………… 38
4.2.2. Siklus 1 …………………………………………… 39
4.2.3. Siklus 2 …………………………………………… 52
4.3. Pembahasan ………………………………………………… 66
BAB V PENUTUP
5.1. Simpulan …………………………………………………… 89
xii
5.2. Saran ………………………………………………………… 90
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………… 91
LAMPIRAN-LAMPIRAN ……………………………………………… 92
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Daftar Siswa Kelas XI IPS 4……………………………… 93
Lampiran 2 : Daftar Nilai Siswa Kelas XI IPS 4 ………………………… 95
Lampiran 3 : Daftar Nilai Siswa Siklus I .....…………………………... 98
Lampiran 4 : Daftar Nilai Siswa Siklus II …………………………..…… 101
Lampiran 5 : Materi Bahan Ajar Siklus 1 ………………………………… 104
Lampiran 6 : Materi Bahan Ajar Siklus 2 ………………………………… 115
Lampiran 7 : RPP ……………………………………………………..…… 125
Lampiran 8 : Lembar Penilaian Keaktifan Siswa Pra Siklus …………… 135
Lampiran 9 : Lembar Penilaian Keaktifan Siswa Siklus I ……………… 137
Lampiran 10 : Lembar Penilaian Keaktifan Siswa Siklus II…………… 139
Lampiran 11 : Silabus ………………………………………………… 141
Lampiran 12 : Presentase Kenaikan Aktivitas Siswa …………………… 148
Lampiran 13 : Lembar Penilaian Observasi Guru Prasiklus …………… 149
Lampiran 14 : Lembar Penilaian Obsevasi Guru Siklus I……………… 153
Lampiran 15 : Lembar Penilaian Obsevasi Guru Siklus II ……………… 156
Lampiran 16 : Dokumen Foto Penelitian …………………………………. 160
Lampiran 17: Lembar Soal dan Kisi-Kisi Siklus I …………………………166
Lampiran 18: Lembar Soal dan Kisi-Kisi Siklus II…………………………172
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Tabel Nilai Belajar Pra Siklus ..................................................... 38
Tabel 2 : Tabel Nilai Belajar Siklus 1 ........................................................ 44
Tabel 3 : Tabel Nilai Belajar Siklus 2 ........................................................ 57
xv
DAFTAR DIAGRAM
Diagram Halaman
4.1 Diagram Keaktivitas Siswa Siklus I ….............................................. 46
4.2 Diagram Kinerja Guru Siklus I .......................................................... 48
4.3 Diagram Keaktivitas Siswa Siklus II ................................................. 59
4.4 Diagram Kinerja Guru Siklus II ......................................................... 62
4.5 Diagram Perbandingan Total Skor Kinerja Guru
Siklus I dan Siklus II .......................................................................... 71
4.6 Diagram Perbandingan Pemberian Skor Kinerja Guru
Siklus I dan Siklus II ......................................................................... 74
4.7 Diagram Perbandingan Total Skor Keaktifan Siswa
Siklus I dan Siklus II ........................................................................ 80
4.8 Diagram Perbandingan Pemberian Keaktifan Siswa
Siklus I dan Siklus II ........................................................................ 81
4.9 Persentase Total Skor Perbandingan Ketuntasan Belajar Siswa
Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II ........................................................ 86
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga,
masyarakat, dan pemerintah dengan tujuan untuk mencerdaskan dan
menciptakan generasi penerus yang mampu bersaing. Pendidikan di Indonesia
tidak hanya diharapkan untuk menciptakan generasi penerus yang mampu
bersaing, tetapi juga untuk menghasilkan generasi yang berguna dan
mengenal akan sejarah bangsanya sendiri. Mengenal sejarah bangsa sangat
penting dan berguna untuk menumbuhkan rasa nasionalisme dan jiwa
patriotisme yang semakin hari semakin luntur karena pengaruh kebudayaan
asing. Pelajaran sejarah tidak hanya berperan penting untuk menumbuhkan
rasa nasionalisme dan rasa patriotisme. Melalui pembelajaran sejarah siswa
juga mampu mengembangkan kompetensi untuk berpikir secara kronologis.
Siswa juga diharapkan memiliki pengetahuan tentang masa lampau yang
dapat digunakan untuk memahami dan menjelaskan proses perkembangan
dan perubahan masyarakat. Pengajaran sejarah juga bertujuan agar siswa
menyadari adanya keragaman pengalaman hidup pada masing-masing
masyarakat (Isjoni, 2007:72).
Sebagai upaya untuk dapat mencapai tujuan pendidikan sesuai dengan
harapan, dalam pembelajaran sejarah diperlukan sistem pengajaran yang
tepat. Pembelajaran sejarah dewasa ini menuntut agar siswa mampu aktif
2
dalam proses pembelajaran. Kemudian siswa juga diharapkan mampu
memahami materi dengan mengkaitkannya dengan konteks kehidupan
mereka sehari-hari.Selain itu, pembelajaran sejarah juga menempatkan siswa
sebagai subjek belajar. Dengan kata lain pembelajaran sejarah ditekankan
atau berorientasi pada aktivitas siswa (Sanjaya, 2006:133).
Kondisi pendidikan di Indonesia terutama pelajaran sejarah masih sangat
banyak kelemahan yaitu, dalam penyajian guru masih cenderung monoton
yaitu hanya dengan ceramah yang kurang menarik bagi siswa. Masalah lain
yaitu dalam proses belajar mengajar cenderung kurang menarik, sehingga
siswa tidak memiliki minat dengan pelajaran sejarah yang berdampak
terhadap hasil prestasi siswa. Oleh karena itu perlu adanya usaha-usaha untuk
membangkitkan motivasi belajar siswa. Guru sebagai pengajar mutlak
memiliki peran yang sangat penting dalam menciptakan cara-cara untuk
meningkatkan minat siswa belajar sejarah. Salah satu cara guru untuk
meningkatkan ketertarikan siswa dalam belajar sejarah adalah dengan
menggunakan model pembelajaran. Untuk meningkatkan ketertarikan siswa
terdapat banyak sekali model pembelajaran yang dapat digunakan. Salah
satunya adalah Think Pair Share (TPS), Think Pair Share atau berpikir
berpasangan berbagi adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa (Trianto, 2011:81).
Pembelajaran sejarah diimplementasikan sebagai suatu pembelajaran
yang bersifat membangun, mendidik, dan memberikan manfaat bagi banyak
orang. Suatu pembelajaran yang menarik tentunya akan mendorong minat dan
3
partisipasi belajar siswa untuk lebih memahami tentang apa yang
disampaikan. Di dalam pembelajaran tentu membutuhkan suatu jenis metode
atau model pembelajaran guna membantu terciptanya situasi belajar mengajar
yang efektif dan menyenangkan sehingga tidak ada timbul kesan
pembelajaran sejarah yang membosankan terkait dengan hal tersebut, peneliti
mencoba untuk melakukan suatu pembelajaran Sejarah dengan menerapkan
metode Think Pair Share yang bertujuan agar siswa mampu berpartisipasi
lebih dalam pembelajaran sejarah dan mampu belajar memecahkan suatu
tugas kelompok yang muncul ketika proses belajar mengajar berlangsung.
Siswa juga diharapkan mampu secara kooperatif untuk mendukung terjadinya
proses belajar yang nyaman dan memberikan manfaat lebih bagi
siswa.ditekankan atau berorientasi pada aktivitas siswa (Sanjaya, 2006:133).
Berdasarkan pengalaman penulis saat melaksanakan Praktik Pengalaman
Lapangan (PPL) di SMA Kesatrian 1 Semarang yang dilaksanakan pada
bulan Agustus-Oktober 2012, penulis melihat kenyataan yang kurang dari apa
yang diharapkan. Proses belajar mengajar sejarah di kelas masih cenderung
konvensional, dimana peran guru di dalam kelas masih sangat dominan.
Keterlibatan siswa dalam pembelajaran seperti ini masih sangat terbatas,
sehingga pembelajaran masih bersifat satu arah. Kondisi pembelajaran yang
masih bersifat satu arah inilah yang mengakibatkan proses belajar sejarah
cenderung monoton. Proses belajar monoton inilah yang akhirnya menjadikan
siswa-siswi mengalami kejenuhan terhadap pelajaran sejarah, yang
berdampak langsung pada hasil belajar sejarah siswa.
4
Melihat pengalaman di lapangan yang masih menggunakan pendekatan
yang terpusat pada guru, maka diperlukan inovasi yang mampu mengatasi
permasalahan yang ada. Guru sebagai pengajar mutlak memiliki peran yang
sangat penting dalam menciptakan inovasi-inovasi untuk mengatasi
permasalahan. Inovasi tersebut adalah yang menjadikan proses belajar
mengajar berorientasi pada aktifitas siswa. Tujuannya adalah sebagai bentuk
inovasi dalam memperbaiki kualitas proses belajar mengajar. Harapan lain
adalah untuk membantu peserta didik agar bisa belajar mandiri dan kreatif
(Sanjaya, 2006:136).
Berdasarkan pernyataan di atas, peneliti menawarkan model
pembelajaran Cooperative Learning tipe Think Pair Share untuk mengatasi
masalah yang muncul. Think Pair Share (TPS) atau berpikir berpasangan
berbagi adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang
untuk mempengaruhi pola interaksi siswa (Trianto, 2011:81). Model yang
berpusat pada siswa menuntut keaktifan siswa, sedangkan guru hanya
berperan sebagai fasilitator.
Pembelajaran kooperatif merupakan konsep yang lebih luas meliputi
semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin
oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif
dianggap lebih diarahkan oleh guru, di mana guru menetapkan tugas dan
pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang
dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang
dimaksud (Suprijono, 2011:54-55).
5
Think Pair Share merupakan model pembelajaran yang mempengaruhi
pola interaksi siswa. Dalam model pembelajaran TPS ini, siswa diberikan
soal untuk dipecahkan bersama teman berbagi dan berdiskusi. Penggunaan
model TPS juga menuntut siswa untuk belajar mengutarakan pendapat di
depan kelas dan belajar menghargai pendapat pasangan lain.
Menurut Nurhadi & Senduk (2003) dan lie (2002) ada berbagai elemen
yang merupakan ketentuan pokok dalam pembelajaran kooperatif, yaitu (a)
saling ketergantungan positif (positive interdependence); (b) interaksi tatap
muka (face to face interaction); (c) akuntabilitas individual (individual
accountability); dan (d) keterampilan untuk menjalin hubungan antarpribadi
atau keterampilan sosial yang secara sengaja diajarkan (use of
collarative/social skill). Sementara itu di dalam model Think Pair and Share
pembentukan kelompoknya didasarkan pada minat anggotanya. Pembelajaran
dengan metode ini menuntut siswa untuk banyak terlibat dalam berpikir.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan model
pembelajaran kooperatif Think Pair and Share dapat dijadikan salah satu cara
yang efektif dan bermanfaat untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada
mata pelajaran sejarah, sehingga Peneliti merumuskan judul penelitian
sebagai berikut: Peningkatan Prestasi Belajar IPS Sejarah melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Think Pair and Share pada Kelas XI IPS 4 di SMA
Kesatrian 1 Semarang.
6
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latarbelakang masalah diatas, maka setidaknya dapat
diidentifikasikan masalah sebagai berikut :
a. Model pembelajaran yang digunakan kurang bervariatif dan lebih ke arah
pembelajaran konvensional. Contohnya guru sering sekali menggunakan
model ceramah didalam melaksanakan proses pembelajaran, inilah yang
membuat siswa kurang berminat didalam pembelajaran sejarah.
b. Kurangnya inovasi dalam pembelajaran sangat berpengaruh terhadap
prestasi belajar siswa dikarenakan siswa terlihat jenuh pembelajaran yang
terfokus pada guru. Guru sebagai pusat informasi mengakibatkan siswa
hanya mencatat dan mendengarkan saja dalam proses belajar mengajar.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut :Apakah dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif Think Pair and Share mampu meningkatkan prestasi belajar siswa
kelas XI IPS 4 di SMA Kesatrian 1 Semarang?
D. Tujuan Penelitian
Pada dasarnya tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut: Untuk mengetahui model pembelajaran Think Pair Share
dapat meningkatan prestasi belajar siswa terhadap mata pelajaran sejarah di
kelas XI IPS 4 SMA Kesatrian 1 Semarang tahun ajaran 2014/2015.
7
E. Penegasan Istilah
Untuk memberikan gambaran yang jelas serta mengarah pada tujuan
yang dimaksud, penulis akan memberikan penegasan dari beberapa istilah
yang dipakai dalam judul skripsi ini. Beberapa istilah yang perlu dijelaskan
adalah:
a. Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah hasil maksimal yang dicapai oleh seseorang
setelah melakukan usaha-usaha belajar. Prestasi belajar dari bidang
pendidikan adalah hasil dari pengukuran terhadap peserta didik yang
meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah melalui proses
belajar yang diukur dengan menggunakan instrumen tes atau instrumen
yang relevan.
b. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran Kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi
semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin
oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran
kooperatif lebih diarahkan oleh guru, di mana guru menetapkan tugas dan
pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi
yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah
yang dimaksud.
c. Model Think Pair Share
Think Pair Share adalah metode pembelajaran yang melibatkan
siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara
8
untuk mempelajarinya melalui diskusi. Metode pembelajaran ini
menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam
berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group
process skills).
F. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoretis
Apabila penelitian ini dapat diterima kebenarannya oleh Guru,
Kepala Sekolah, para tenaga kependidikan dan peneliti lainnya,
diharapkan dapat menambah khasanah pustaka kependidikan dan
memberikan sumbangan informasi yang selanjutnya dapat memberi
motivasi penelitian tentang masalah sejenis guna penyempurnaan
penelitian ini.
b. Manfaat Praktis
� Bagi Siswa
1. Memberi suasana baru bagi siswa dalam Kegiatan Belajar
Mengajar yang diharapkan memberi semangat baru dalam
pembelajaran.
2. Memberikan motivasi untuk lebih berpartisipasi di dalam proses
belajar mengajar.
� Bagi Guru
Memberikan masukan kepada guru sejarah dalam hubunganya
dengan penyampaian materi agar dapat mengacu pada tujuan
pembelajaran yang dicapai, dengan harapan siswa menguasai materi
9
sekaligus dapat menumbuhkan semangat untuk lebih aktif di dalam
pembelajaran serta memberikan pencerahan terhadap model-model
pembelajaran yang dianggap mampu membantu didalam proses
belajar mengajar yang lebih baik.
� Bagi Penulis
Memberi bekal pengetahuan kepada penulis yang berkaitan
dengan materi pelajaran sejarah.
G. Sistematika Penyusunan Skripsi
Penulisan skripsi ini disusun dengan sistemtika pembahasan sebagai
berikut:
� Bagian awal proposal skripsi yang memuat: Halaman judul, pengesahan,
sari, motto dan persembahan, prakata, daftar isi dan daftar lampiran.
� Bagian pokok skripsi yang memuat:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang: latar belakang masalah,
identifikasi dan perumusan masalah, penegasan istilah, tujuan
penelitian, dan manfaat penelitian;
BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Bab ini berisi tentang Kajian Kepustakaan, Kerangka
Berpikir.dan Hipotesis tindakan.
10
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menguraikan tentang: Lokasi Penelitian, Subyek
Penelitian, Rencana Tindakan, Sumber Data, dan Teknik
Analisis Data;
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan tentang hasil penelitian dan
pembahasan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Prestasi belajar siswa
meningkat dibuktikan dengan meningkatnya prestasi siswa
sebanyak 3,8% dengan rincian siklus 1 sebesar 88,5 %,
sementara siklus 2 sebesar 92,3 %.
BAB V PENUTUP
Bab ini menguraikan tentang kesimpulan dan saran.
11
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori
1. Pengertian Belajar
Belajar dan pembelajaran adalah suatu kegiatanyang tidak
terpisahkan dari kehidupan manusia. Kegiatan belajar dan pembelajaran
dapat berlangsung dimana-mana misalnya lingkungan keluarga, sekolah
dan masyarakat. Belajar dan pembelajaran yang dilakukan disekolah
sifatnya formal (Darsono, 2000:1).
Max Darsono (2000:3) dalam bukunya Belajar dan Pembelajaran
menuliskan beberapa ahli yang mendefinisikan bealajar sebagai suatu
aktivitas yang menimbulkan perubahan, diantaranya : (1) Moris L.
Bingge (learning theories For Teachers, 1992) Belajar adalah perubahan
yang menetap dalam kehidupan seseorang yang tidak diwariskan secara
genetis. (2) Marle J. Moskowitz dan Arthur R. Orgel (General
Pshycology, 1975). Belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil
langsung dari pengalaman dan bukan akibat hubungan-hubungan dalam
sistem syaraf yang dibawa sejak lahir. (3) James O. Whittaker
(Introduction to Pshycology, 1990). Belajar dapat didefinisikan sebagai
proses yang menimmbulkan perubahan perilaku melalaui latihan atau
pengalaman. (4) Aaron Quinn Sartain dkk (Pshcology: Understanding
Human Behvior, 1958). Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu
12
perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman. (5) W. S Winkel
(Pshycology Pengajaran “terjemahan”, 1989). Belajar adalah suatu
aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungan yang mengahsilkan perubahan dalam penegetahuan,
pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap.
Max Darsono (2000:5) juga mengemukakan empat aliran psikologi
yang mendasari secara khusus yaitu :
a. Belajar menurut aliran Behavioristik.
Belajar adalah perubahan yang dapat diamati serta terjadi karena
adanya pemberian stimulus/rangsangan sehingga menyebabkan
terjadinya perubahan tingkah laku yang dapat diobservasi dan
diukur.
b. Belajar menurut aliran Kognitif.
Belajar adalah peristiwa internal, artinya proses belajar baru dapat
terjadi apabila ada kemampuan dalam diri orang tersebut.
Kemampuan tersebut adalah kemampuan mengenal yang disebut
dengan kemampuan kognitif. Aliran kognitif memandang orang
yang belajar sebagai makhluk yang memiliki potensi untuk
memahami objek-objek yang berada di luar dirinya (stimulus) dan
mempunyai kemampuan untuk melakukan tindakan (respon) sebagai
akibat pemahamnanya itu.
13
c. Belajar menurut aliran Gestalt.
Belajar adalah kegiatan internal untuk mengatur dan megorganisir
obyek yang dipersepsi (khususnya yang kompleks) sehingga menjadi
suatu bentuk (struktur) yang bermakna atau mudah dipahami.
d. Belajar menurut aliran humanis.
Belajar adalah kegiatan internal manusia untuk mengenal dirinya
sendiri dan mengembangkan potensi-potensi yang unik pada dirinya
masing-masing sehingga dapat memberikan respon terhadap aksi
yang dihadapinya (stimulus).
e. Belajar Eklektik.
Belajar Eklektik artinya teori-teori belajar yang dapat diterapkan
untuk tujuan tertentu.
Dari pengertian belajar yang didefinisikan para ahli di atas dapat
disimpulkan bahwa belajar adalah usaha membentuk tingkah laku yang
diinginkan dengan menyediakan lingkungan, agar terjadi hubungan
stimulus (lingkungan) dengan tingkah laku si belajar atau biasa disebut
prinsip behavioristik, cara guru memberikan kesempatan kepada si
belajar untuk berfikir agar memahami apa yang dipelajari atau biasa
disebut prinsip kognitif, memberikan kebebasan kepada si belajar untuk
memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan minat
serta kemampuannya atau biasa disebut prinsip humanisti.
14
2. Pembelajaran Sejarah
Sejarah didefinisikan sebagai segala sesuatu yang pernah terjadi,
setiap peristiwa yang pernah terjadi di muka bumi dapat berupa politik,
ekonomi, sosial atau budaya (Kochhar, 2008: 23). Pembelajaran sejarah
telah diberikan pada tingkat pendidikan dasar dan menegah pertama
sebagai bagian integral dari mata pelajaran IPS, sedangakan pada tingkat
pendidikan menegah atas diberikan sebagai mata pelajaran sendiri. Mata
pelajaran sejarah memiliki arti setrategis pada pembentukan watak dan
peradaban bangsa yang bermartabat serta dalam pembentukan manusia
Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanha air.
Pembelajaran sejarah pada tingkat sekolah menengah pertama
mengharapkan partisipasi anak yang cukup besar. Pengajar sejarah selalu
mengharapakan anak untuk tidak pasif di kelas, tetapi selalu dapat
memberikan dorongan yang aktif dalam mengembangkan fakta,
pendapat, waktu dan sebagainya. Keterampilan-keterampilan dalam
mengembangkan minat terhadap sejarah tidak hanya terletak pada anak
tetapi tergantung juga pada kemampuan maksimal setiap pengajar sejarah
(Kasmadi, 1996:76).
Pembelajaran sejarah merupakan kajian ilmiah tentang manusia,
kesuksesan dan kegagalanya, dan evolusi masyarakat serta berbagai
aspeknya. Mata pelajaran ini menawarkan materi yang sangat luas,
melibatkan berbagai keterampilan dan mengarahkan pada pemahaman
15
yang mendalam serta generalisasi dalam mengembangkan berbagai
kemampuan yang dimiliki oleh para siswa. Ruang lingkup sejarah sangat
luas karena terbatasnya waktu diharapkan para siswa dapat mempelajari
hal-hal baru, maka pembuatan keputusan tentang materi yang harus
diajarkan perlu dilakukan secara bijaksana dan hati-hati (Kochhar,
2008:68).
Pada dasarnya ada dua tujuan pembelajaran sejarah, yaitu tujuan
yang bersifat ilmiah akademik sebagaimana disajikan dalam pendidikan
profesional di perguruan tinggi, dan tujuan pragmatis yang digunakan
sebagai sarana pendidikan dijenjang pendidikan dasar dan menengah.
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 tahun 2006
mengenai setandar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah
disebutkan bahwa tujuan pembelajaran sejarah adalah:
a. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan
tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini,
dan masa depan.
b. Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah
secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah dan
metodologi keilmuan.
c. Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap
peninggalan sejarah sebagai bukti peradaban bangsa Indonesia di
masa lampau.
16
d. Menumbuhkan pemahaman peserta didik terhadap proses
terbentuknya bangsa Indonesia melalui sejarah yang panjang dan
masih berproses hingga masa kini dan masa datang.
e. Menumbuhkan kesadaran dalam diri peserta didik sebagai bagian dari
bangsa Indonesia yang memiliki rasa bangga dan cinta tanah air serta
dapat diimplementasikan dalam berbagai bidang kehidupan baik
nasional maupun internasional.
3. Model Mengajar
Kegiatan pembelajaran meliputi kegiatan belajar dan mengajar
yang keduanya saling berhubungan. Sesuai dengan pengertian belajar
secara umum bahwa belajar merupakan suatu kegiatan yang
mengakibatkan perubahan tingkah laku.
Model pembelajaran didefinisikan sebagai cara yang digunakan
oleh seorang guru dalam proses pembelajaran sebagai alat untuk
mencapai tujuan pembelajaran (B. Uno, 2007:2). Dari pengertian tersebut
dapat dilihat bahwa model pembelajaran mempunyai peranan yang
penting untuk mencapai tujuan pembelajaran, apabila model
pembelajaran yang diterapkan tidak tepat atau kurang diterima baik oleh
siswa maka penerapan tujuan pembelajaranpun menjadi tidak maksimal.
17
Kedudukan model dalam sebuah pembelajaran menurut Djamarah
(2006:83) dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Model sebagai alat motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motifasi-motifasi yang aktif dan
berfungsi karena adanya perangsang dari luar. Oleh karena itu,
model berfungsi sebagai alat perangsang dari luar yang dapat
membangkitkan belajar seseorang.
Guru haruslah variasi dalam mengguanakan model
pembelajaran, hal ini bertujuan untuk menghindarkan kejenuhan
pada siswa. Apabila terjadi kejenuhan pada siswa maka akan terjadi
kegagalan penyampaian pesan-pesan pembelajaran. Hal ini berarti
bahwa model pembelajaran tidak dapat difungsikan sebagai alat
motivasi ekstrinsik dalam kegiatan pembelajaran. Dari penjelasan
tersebut maka dapat dapat disimpulkan bahwa penggunaan model
pembelajaran yang bervariasi dapat digunakan sebagai alat motivasi
ekstrinsik dalam kegiatan pembelajran di sekolah.
b. Model sebagai setrategi pembelajaran
Dalam kegiatan pembelajaran terdapat perbedaan daya serap
dari peserta didik karena latar belakang dari masing-masing peserta
didik yang berbeda. Pada suatu kelompok anak didik ada yang
mudah menyerap materi dan ada kelompok lain yang ternyata lambat
dalam menyerap materi. Keadaan peserta didik yang seperti ini
menyebabkan tujuan pembelajaran menjadi sulit tercapai, untuk
18
mebuat tujuan dari pembelajaran menjadi lebih optimal maka perlu
diterapkan setrategi untuk meningkatkan minat maupun pemahaman
siswa.
Menurut Rustiyah N.K dalam Djamarah (2006:74) bahwa guru
harus memiliki setrategi agar peserta didik dapat belajar secara efektif
dan efisien dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Salah
satu langkah untuk memiliki setrategi itu adalah menguasai model
pembelajaran.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam memilih model
pembelajaran yang akan diterapkan oleh guru adalah :
1. Membangkitkan minat atau gairah belajar siwa,
2. Menjamin perkembangan kegiatan kepribadian siswa,
3. Memberikan kesempatan bagi siswa untuk mewujudkan hasil
karyanya,
4. Merangsang keinginan siswa untuk belajar lebih lanjut,
5. Mendidik siswa dalam tekhnik belajar sendiri dan cara
memeperoleh pengetahuan melalui usaha snediri.
6. Meniadakan penyajian yang bersifat verbalitas dan
menggatikannya dengan pengalaman yang bertujuan serta nyata,
7. Menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai serta sikap utama
yang diharapkan menjadi cara berkerja yang baik dalam kehidupan
sehari-hari. Djamarah (2006:85):
19
4. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Menurut Davidson dan Warsham (dalam Isjoni, 2011: 28),
“Pembelajaran Kooperatif adalah model pembelajaran yang
mengelompokkan siswa untuk tujuan menciptakan pendekatan
pembelajaran yang berefektifitas yang mengintegrasikan kerterampilan
sosial yang bermuatan akademik”.
Bern dan Erickson (2001:5) mengemukakan bahwa cooperative
learning (pembelajaran kooperatif) merupakan strategi pembelajaran
yang mengorganisir pembelajaran dengan menggunakan kelompok kecil
dimana siswa bekerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Sedangkan menurut (Depdiknas 2003:5) cooperative learning
(pembelajaran kooperatif) merupakan strategi pembelajran melalui
kelompok kecil siswa yang saling bekerja sama dalam memaksimalkan
kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Slavin (dalam Isjoni 2011: 15) menyatakan bahwa “pembelajaran
kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan
bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang
anggotanya terdiri dari 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen”.
Jadi dalam model pembelajaran kooperatif ini, siswa bekerjasama dengan
kelompoknya untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Dengan begitu
siswa akan bertanggung jawab atas belajarnya sendiri dan berusaha
menemukan informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
diberikan pada mereka.
20
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang
mengutamakan pembentukan kelompok yang bertujuan untuk
menciptakan pendekatan pembelajaran yang efektif.
Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Tujuan model pembelajaran kooperatif menurut Widyantini
(2006: 4) adalah “hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa
dapat menerima berbagai keragaman dari temannya serta pengembangan
keterampilan sosial”. Johnson & Johnson (dalam Trianto 2010: 57)
menyatakan bahwa tujuan pokok belajar kooperatif adalah
memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan
pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok. Louisell dan
Descamps (dalam Trianto 2010:57) juga menambahkan, karena siswa
bekerja dalam suatu tim, maka dengan sendirinya dapat memperbaiki
hubungan diantara para siswa dari latar belakang etnis dan kemampuan,
mengembangkan keterampilan-keterampilan proses dan pemecahan
masalah.
Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode
pengajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil
untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi
pelajaran. Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling
membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi, untuk mengasah
pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan
21
dalam pemahaman masing-masing. Cara belajar kooperatif jarang sekali
menggantikan pengajaran yang diberikan oleh guru, tetapi lebih
seringnya menggantikan pengaturan tempat duduk yang individual, cara
belajar individual, dan dorongan yang individual.
Pembelajaran kooperatif bukanlah gagasan baru dalam dunia
pendidikan, tetapi sebelum masa belakangan ini, metode ini hanya
digunakan oleh beberapa guru untuk tujuan-tujuan tertentu. Namun
demikian, penelitian selama dua puluh tahun terakhir ini membuktikan
bahwa metode pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan secara
efektif pada setiap tingkatan kelas dan untuk mengajarkan berbagai
macam mata pelajaran.
5. Think Pair and Share
Model pembelajaran Think Paire Share dikembangkan oleh Frank
Lyman dan kawan-kawan dari Universitas Maryland tahun 1985. Think
Paire Share merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif
sederhana yang memberi kesempatan kepada pada untuk siswa untuk
bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Dikemukakan oleh
Lie (2002:57) bahwa, “Think Pair Share adalah pembelajaran yang
memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri dan bekerjasama
dengan orang lain”. Hal senada juga disampaikan oleh Ibrahim dkk,
mereka menyatakan bahwa TPS (Think Pair and Share) atau (Berfikir
Berpasangan Berbagi) merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Think Pair Share
22
menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok kecil (2-6
anggota) dan lebih dirincikan oleh penghargaan kooperatif, dari pada
penghargaan individual (Ibrahim dkk 2000: 28 ).
Pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
koopratif learning tipe Think Pair and Share adalah Model
Pembelajaran yang menggunakan metode diskusi berpasangan yang
dilanjutkan dengan diskusi pleno. Dengan model pembelajaran ini siswa
dilatih bagaimana mengutarakan pendapat dan siswa juga belajar
menghargai pendapat orang lain dengan tetap mengacu pada materi atau
tujuan pembelajaran.
Model pembelajaran Think Pair Share merupakan salah satu
model pembelajaran kooperatif sederhana. Think Pair Share dirancang
untuk mempengaruhi interaksi siswa. Struktur ini menghendaki siswa
bekerja saling membantu dalam kelompok-kelompok kecil. Model ini
mengedepankan siswa untuk berperan aktif bersama dengan teman
kelompoknya dengan cara berdiskusi untuk memecahkan suatu
permasalahan.
6. Pengertian Pembelajaran Think Pair and Share (TPS)
Strategi Think Pair Share adalah merupakan jenis pembelajaran
kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.
Strategi Think Pair Share ini berkembang dari penelitian belajar
kooperatif. Pertama kali dikembangkan oleh Frang Lyman dan koleganya
di Universitas Maryland sesuai yang dikutip Arends (1997: 7)
23
menyatakan bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan
untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang
digunakan dalam Think Pair Share dapat memberi siswa lebih banyak
waktu berfikir, untuk merespons dan saling membantu. Guru
memperkirakan hanya melengkapi penyajian singkat atau siswa
membaca tugas, atau situasi yang menjadi tanda tanya. Sekarang guru
menginginkan siswa mempertimbangkan lebih banyak apa yang telah
dijelaskan dan dialami. Guru memilih menggunakan Think Pair Share
untuk membandingkan tanya jawab kelompok keseluruhan (Trianto,
2011: 81).
Dukungan teori Vygotsky terhadap model pebelajaran kooperatif
adalah penekanan belajar sebagai proses dialog interaktif. Pembelajaran
kooperatif adalah pembelajaran berbasis sosial. Menurut Anita Lie,
model pembelajaran ini didasarka pada falsafat homo homini socius.
Berlawanan dengan teori Darwin, falsafah ini menekankan bahwa
manusia adalah makhluk sosial. Dialog interaktif menjadi kunci dari
semua kehidupan sosial. Dengan kata lain, kerja sama merupakan
kebutuhan yang sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup. Tanpa
kerja sama tidak akan ada individu, keluarga, organisasi, dan kehidupan
bersama lainnya. Secara umum tanpa interaksi sosial tidak akan ada
pengetahuan yang disebut Piaget sebagai pengetahuan sosial (Suprijono,
2010:56).
24
a. Langkah-langkah Pembelajaran Think Pair and Share (TPS)
Melalui bukunya, Suprijono menyebutkan langkah-langkah
dalam model pembelajaran Think Pair Share adalah sebagai berikut:
- Tahap pendahuluan, awal pembelajaran dimulai dengan
penggalian apersepsi sekaligus memotivasi siswa agar
padaaktivitas pembelajaran. Pada tahap ini, guru juga
menjelaskan aturan main serta menginformasikan batasan
waktu untuk setiap tahap kegiatan.
- Thinking, pembelajaran ini diawali dengan guru mengajukan
pertanyaan atau isu terkait dengan pelajaran untuk dipikirkan
oleh peserta didik. Guru memberikan kesempatan kepada
mereka untuk memikirkan jawabannya.
- Pairing, pada tahap ini guru meminta peserta didik berpasang-
pasangan. Kemudian guru memberi kesempatan kepada
pasangan-pasangan untuk mendiskusikan jawabannya.
Diharapkan diskusi ini dapat memperdalam makna dari
jawaban yang telah dipikirkannya melalui intersubjektif dengan
pasangannya.
- Hasil diskusi intersubjektif di tiap-tiap pasangan hasilnya
dibicarakan dengan pasangan seluruh kelas. Tahap ini dikenal
dengan Sharing. Dalam kegiatan ini diharapkan terjadi tanya
jawab yang mendorong pada pengonstruksian pengetahuan
25
secara integratif. Peserta didik dapat menemukan struktur dari
pengetahuan yang dipelajari (Suprijono, 2010: 91).
- Tahap Penghargaan
Siswa mendapat penghargaan baik individu maupun kelompok,
nilai individu diberikan pada tahapan Think, sedangkan nilai
kelompok berdasarkan jawaban pada tahapan pair dan share,
Terutama pada saat presentasi memberikan penjelasan pada
seluruh kelas.
b. Ciri khas Pembelajaran Think Pair and Share (TPS)
Ciri utama pada model pembelajaran kooperatif tipe Think
Pair Share adalah tiga langkah utamanya yang dilaksanakan dalam
proses pembelajaran. Yaitu langkah think (berpikir secara
individual), pair (berpasangan dengan teman sebangku), dan share
(berbagi jawaban dengan pasangan lain atau seluruh kelas).
1. Think (berpikir secara individual)
Pada tahap think, guru mengajukan suatu pertanyaan
atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan siswa
diminta untuk berpikir secara mandiri mengenai pertanyaan
atau masalah yang diajukan. Pada tahapan ini, siswa sebaiknya
menuliskan jawaban mereka, hal ini karena guru tidak dapat
memantau semua jawaban siswa sehingga melalui catatan
tersebut guru dapat mengetahui jawaban yang harus diperbaiki
26
atau diluruskan di akhir pembelajaran. Dalam menentukan
batasan waktu untuk tahap ini, guru harus mempertimbangkan
pengetahuan dasar siswa untuk menjawab pertanyaan yang
diberikan, jenis dan bentuk pertanyaan yang diberikan, serta
jadwal pembelajaran untuk setiap kali pertemuan.
Kelebihan dari tahap ini adalah adanya “think time” atau
waktu berpikir yang memberikan kesempatan kepada siswa
untuk berpikir mengenai jawaban mereka sendiri sebelum
pertanyaan tersebut dijawab oleh siswa lain. Selain itu, guru
dapat mengurangi masalah dari adanya siswa yang mengobrol,
karena tiap siswa memiliki tugas untuk dikerjakan sendiri.
2. Pair (berpasangan dengan teman sebangku)
Langkah kedua adalah guru meminta para siswa untuk
berpasangan dan mendiskusikan mengenai apa yang telah
dipikirkan. Interaksi selama periode ini dapat menghasilkan
jawaban bersama. Biasanya guru mengizinkan tidak lebih dari
4 atau 5 menit untuk berpasangan. Setiap pasangan siswa
saling berdiskusi mengenai hasil jawaban mereka sebelumnya
sehingga hasil akhir yang didapat menjadi lebih baik, karena
siswa mendapat tambahan informasi dan pemecahan masalah
yang lain.
3. Share (berbagi jawaban dengan pasangan lain atau seluruh
kelas)
27
Pada langkah akhir ini guru meminta pasangan-pasangan
tersebut untuk berbagi hasil pemikiran mereka dengan
pasangan lain atau dengan seluruh kelas. Pada langkah ini akan
menjadi efektif jika guru berkeliling kelas dari pasangan satu
ke pasangan yang lain, sehingga seperempat atau separuh dari
pasangan-pasangan tersebut memperoleh kesempatan untuk
melapor. Langkah ini merupakan penyempurnaan dari
langkah-langkah sebelumnya, dalam arti bahwa langkah ini
menolong agar semua kelompok menjadi lebih memahami
mengenai pemecahan masalah yang diberikan berdasarkan
penjelasan kelompok yang lain. Hal ini juga agar siswa benar-
benar mengerti ketika guru memberikan koreksi maupun
penguatan di akhir pembelajaran.
B. Hipotesis Tindakan
Prestasi belajar dalam pelajaran Sejarah pada siswa Kelas XI IPS 4
SMA Kesatrian 1 Kecamatan Semarang Barat Kota Semarang Tahun
Pelajaran 2014/2015 akan meningkat melalui penggunaan model
pembelajaran kooperatif Think Pair Share.
89
BAB V
PENUTUP
5.1. Simpulan
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran sejarah dengan menggunakan model Think Pair Share dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa kelas XI IPS 4 SMA Kesatrian 1
Semarang.
Prestasi belajar yang diperoleh siswa pada siklus I menunjukkan
adanya peningkatan dibandingkan sebelum diberi pembelajaran dengan model
Think Pair and Share. Hasil yang diperoleh sebelum diadakan penelitian (pra
siklus) dapat diketahui ada 13 siswa atau 50 % tidak tuntas belajar sedangkan
siswa yang tuntas belajar sebanyak 13 siswa atau 50 % dengan nilai rara-rata
kelas 73,3. Setelah diadakan siklus I prestasi belajar mulai memperlihatkan
peningkatan, siswa yang tuntas belajar sebanyak 23 siswa atau 88,5 %
sedangkan 3 siswa atau sebesar 11,5 % belum mencapai ketuntasan karena
masih memperoleh nilai di bawah 75, dengan nilai rata-rata kelas mencapai
nilai 77,7.
Berdasarkan hasil siklus I tersebut, maka masih diperlukan adanya
pelaksanaan siklus II karena hasil pelaksanaan siklus I belum mencapai
indikator keberhasilan yang telah ditetapkan yaitu 90 %. Berdasarkan hasil tes
akhir siklus II, maka dapat diketahui tingkat ketuntasan belajar siswa
meningkat menjadi 92,3% atau sebanyak 24 siswa tuntas dan 2 siswa atau
90
sebesar 7,2 % siswa belum mencapai ketuntasan. Nilai rata-rata kelas juga
meningkat menjadi sebesar 81.
Upaya yang dilakukan guru untuk meningkatkan prestasi belajar siswa
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share
merupakan langkah yang tepat.
Dengan model ini siswa menjadi lebih paham, karena pembelajaran
menjadi lebih konkrit realistis dan sistematis.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, penulis memberikan saran sebagai berikut:
1. Guru di dalam setiap pembelajaran sejarah yang dilakukannya perlu
mempersiapkan model pembelajaran yang mampu menjadikan
pembelajaran sejarah lebih mudah dipahami dan disenangi oleh siswa.
2. Guru hendaknya selalu memberikan variasi pembelajaran agar siswa
mampu terangsang pola berpikirnya sehingga mampu menarik minat
siswa di dalam belajar dan mampu menambah pemahamannya di
dalam proses pembelajaran agar pembelajaran mampu berjalan dengan
baik dan tidak menimbulkan istilah kebosanan pada siswa.
91
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yama Widya.
Isjoni. 2007. Pembelajaran Sejarah Pada SatuanPendidikan. Bandung: Alfabeta.
Kasmadi, Hartono. 1996. Model-Model Pembelajaran Sejarah. Semarang: Ikip
Semarang Press.
Kochar, S.K. 2008. Pembelajaran Sejarah Teaching History. Jakarta: PT.
Gramedia Widiasarana Indonesia
Prastowo, Andi. 2011. Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan
Penelitian. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Rochiati Wiriaatmadja. 2006. Metode penelitian tindakan kelas untuk
meningkatkan kinerja guru dan dosen. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Prenada Media.
Suprijono. Agus. 2008. Perencanaan dan Pembelajaran Inovatif. Semarang:
Universitas Negeri Semarang.
Triyanto.- . Mendisain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif (KTSP)
Bern, R. G. & Erickson, P. M. 2001. Contextual Teaching and Learning; the high
light zone; research @ work no.5. (Diambil tanggal 2 februari 2015)