PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA NYARING...

83
PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA NYARING DENGAN MEDIA KOMIK PADA SISWA KELAS III MI HIDAYATUL MUBTADI’AAT TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai gelar sarjana S-1 Diajukan Oleh SITI JUHAIRIYAH 108018300036 PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015

Transcript of PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA NYARING...

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA NYARING

DENGAN MEDIA KOMIK PADA SISWA KELAS III MI

HIDAYATUL MUBTADI’AAT TAHUN AJARAN 2013/2014

SKRIPSI

untuk memenuhi sebagian persyaratan

mencapai gelar sarjana S-1

Diajukan Oleh

SITI JUHAIRIYAH

108018300036

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2015

i

ABSTRAK

Juhairiyah, Siti. 2015. Peningkatan Keterampilan Membaca Nyaring Dengan

Media Komik Pada Siswa Kelas III MI Hidayatul Mubtadi’aat Tahun

Pelajaran 2013/2014. Skripsi. Prodi Pendidikan Guru Madrasah

Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Jakarta.

Pembimbing Mahmudah Fitriyah M., M.Pd

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh keterampilan membaca siswa yang

sangat rendah, dikarenakan proses pembelajaran guru tidak menggunakan media,

sehingga dalam proses pembelajaran terlihat monoton ini terjadi karena kurangnya

kreativitas guru dalam pembelajaran membaca, kemudian terlihat rendahnya

keterampilan siswa dalam membaca karena siswa jarang berlatih untuk membaca

sehingga masih ada siswa yang belum bisa membaca dan masih ada pula yang

membacanya kurang lancar. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan

keterampilan siswa dalam membaca dengan menggunakan media komik dalam

pembelajaran Bahasa Indonesia di MI Hidayatul Mubtadi’aat.

Penelitian ini menggunakan metode PTK (Penelitian Tindakan Kelas)

yang dilaksanakan dalam dua siklus. Teknik pengumpulan data meliputi: tes dan

non tes. Data dalam penelitian ini berupa hasil pengamatan, hasil wawancara,

hasil tes keterampilan membaca siswa, dan dokumentasi. Kriteria keberhasilan

adalah apabila terjadi peningkatan membaca siswa melalui media komik dengan

skor rata-rata mencapai 75.

Hasil penelitian yang diperoleh setelah implementasi tindakan yaitu

siswa menjadi lebih antusias terhadap proses pembelajaran dan kebiasaan yang

menjadi faktor penghambat membaca cepat dapat berkurang. Peningkatan

keterampilan membaca siswa dapat dilihat di tiap kategori. Kategori tersebut yaitu

lafal dan intonasi dalam membaca. Selain itu, secara keseluruhan peningkatan

tersebut terlihat jelas pada peningkatan skor rata-rata keterampilan membaca

siswa. Pada siklus I respon siswa terhadap penggunaan media komik 48%

meningkat menjadi 76% pada siklus II. Sama halnya dengan skor rata-rata tes

kemampuan membaca siswa meningkat dari siklus I 62,70 menjadi 71,40 pada

akhir siklus II.

Kata Kunci : Keterampilan, Membaca Nyaring, Media Komik.

ii

ABSTRACT

Juhairiyah, Siti. 2015. Improved Reading Skills Filter By Media Comics In Class

III MI Hidayatul Mubtadi'aat Academic Year 2013/2014. Thesis. Elementary

School Teacher Education Study Program, Faculty of Science and Teacher

Training Tarbiyah, UIN Jakarta. Supervisor Mahmudah Fitriyah M., M.Pd

This research is motivated by the students 'reading skills are very low,

due to the learning process of the teachers do not use the media, so that the

learning process looks monotonous This happens due to the lack of creativity of

teachers in learning to read, then look lower students' skills in reading for students

rarely practiced to read so that they there are students who can not read and still

others read it as substandard. The purpose of this research is to improve students

skills in reading by using media in learning Indonesian comics in MI Hidayatul

Mubtadi'aat.

This study uses PTK (Classroom Action Research) were conducted in

two cycles. Data collection techniques include: test and non-test. The data in this

research is the observation, interviews, test results of students reading skills, and

documentation. Criteria for success is when there is an increase student reading

through the medium of comics with an average score reaches 75.

The results obtained after the implementation of the actions that students

become more enthusiastic about learning and habit which is a barrier speed

reading can be reduced. Increasing students reading skills can be seen in each

category. These categories are pronunciation and intonation in reading. In

addition, the overall increase is evident in the increase in the average score of

students reading skills. In the first cycle students response to the use of media

comics 48 % increased to 76 % in the second cycle. Similarly, the average score

of students reading ability tests increased from the first cycle of 62,70 into 71,40

at the end of the second cycle.

Keywords : Skills, Read Aloud, Media Comics

iii

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Alhamdulilah, puji syukur kepada Allah SWT yang senantiasa

memberikan nikmat dan rahmat kepada kita semua, selalu memberikan petunjuk

kepada orang-orang yang bersungguh-sungguh dan memberikan jalan keluar

terhadap segala kesulitan. Karena Allah lah Maha kuasa atas segala sesuatu.

Shalawat serta salam selalu tercurah kepada panutan umat islam yaitu Nabi

Muhammad SAW yang memberikan tauladan bagi umatnya sehingga selamat di

dunia dan akhirat.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada

semua pihak yang telah membantu dan memberikan arahan kepada penulis,

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih penulis haturkan

kepada :

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah.

2. Dr. Fauzan, MA. Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.

3. Asep Ediana Latif, M.Pd. Sekertaris Jurusan Guru Madrasah Ibtidaiyah

4. Mahmudah Fitriyah M., M.Pd. Dosen pembimbing yang senantiasa selalu

memberikan arahan, semangat, dukungan bimbingan dan memberikan

pemahaman yang sangat bermanfaat bagi penulis.

5. Seluruh dosen dan staf program studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

(PGMI) yang telah banyak membantu dan mengembangkan ilmu selama

peneliti mengikuti proses perkuliahan.

6. MI Hidayatul Mubtadi’aat, khususnya Kepala Sekolah, Guru Bahasa

Indonesia kelas III, siswa-siswi kelas III, dan staf yang telah membantu dan

memberikan kepada penulis mengadakan penelitian demi menyelesaikan

skripsi ini.

iv

7. Teristimewa untuk Orang Tua tercinta, Bapak H. Mudini dan Ibu Hj. Husnah,

serta seluruh keluarga kakak dan adikku yang selalu mendoakan dan

memberikan semangat serta dukungan yang tiada henti-hentinya baik moril

maupun material.

8. Sahabat-sahabatku tercinta (Aida, Eka, Dewi, Tasya, Ida, Reni, Ilah) yang

selalu memberikan semangat dan motivasi yang tak pernah henti.

9. Sahabat-sahabat satu perjuangan PGMI 2008: Ria, Ferra, Feby, Dini, Isna,

Lina, Tika, Janah, Indah, Pupun, Amel, Firiyah, Nurmala, May dan Hanifah

serta teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu persatu, saat bersama

kalian merupakan saat-saat yang tidak akan pernah terlupakan.

10. Serta semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan, dorongan dan

informasi yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini.

Semoga Allah selalu memberikan kesehatan dan keberkahan kepada kalian

atas apa yang kalian berikan kepada penulis. Penulis menyadari bahwa skripsi ini

masih jauh dari kesempurnaan, semua itu dikarenakan keterbatasan pengalaman

dan pengetahuan penulis, seperti pepatah yang mengatakan “Tak Ada Gading

Yang Tak Retak“. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran

serta masukkan yang membangun sebagai bahan perbaikan dari berbagai pihak.

Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya

bagi pembaca.

Jakarta, Februari 2015

Siti Juhairiyah

v

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN

PENGESAHAN PENGUJI

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK ..................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................... iii

DAFTAR ISI .................................................................................................. v

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ......................................................................................... ix

DAFTAR GRAFIK ....................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ............................................................... 6

C. Pembatasan Fokus Penelitian ................................................. 7

D. Rumusan Masalah .................................................................. 7

E. Tujuan Penelitian .................................................................... 7

F. Manfaat Penelitian .................................................................. 7

BAB II KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

INTERVENSI TINDAKAN ...................................................... 9

A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti ............................ 9

1. Pengertian Keterampilan .................................................. 9

2. Pengertian Membaca ........................................................ 11

a. Tujuan Membaca ........................................................ 12

b. Kelebihan Membaca ................................................... 13

c. Kekurangan Membaca ................................................ 13

d. Jenis-Jenis Membaca .................................................. 13

3. Membaca Nyaring (Reading Aloud) ................................ 14

a. Pengertian Reading Aloud (Membaca Nyaring) ........ 14

vi

b. Keterampilan-keterampilan yang Dituntut dalam

Membaca Nyaring ...................................................... 17

c. Hal-hal yang Perlu diingat dalam Membaca Nyaring 17

d. Hal-hal yang Harus dihindari Waktu Membaca

Nyaring ....................................................................... 18

e. Keuntungan dan Kesenangan Membaca Nyaring ...... 19

f. Prosedur Membaca Nyaring ....................................... 19

g. Manfaat Membaca Nyaring ........................................ 20

4. Komik Sebagai Media Pembelajaran ............................... 21

a. Pengertian Media Pembelajaran ................................. 21

b. Fungsi dan Manfaat Penggunaan Media

Pembelajaran .............................................................. 21

c. Pengertian komik ........................................................ 23

d. Unsur-unsur Komik .................................................... 24

e. Kelebihan dan Kekurangan Komik ............................ 25

B. Hasil Penelitian yang Relevan ................................................ 27

C. Kerangka Berfikir ................................................................... 28

D. Hipotesis Tindakan ................................................................. 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................... 30

A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................ 30

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian ............. 30

C. Subjek Penelitian .................................................................... 32

D. Peran dan Posisi Peneliti Dalam Penelitian ........................... 32

E. Tahapan Intervensi Tindakan ................................................. 32

F. Hasil Intervensi Tindakan ...................................................... 35

G. Jenis dan Sumber Data ........................................................... 35

H. Instrumen Pengumpulan Data ................................................ 35

I. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 36

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan ..................................... 37

K. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis ......................... 37

vii

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan .................................. 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................ 39

A. Gambaran Umum MI Hidayatul Mubtadi’aat ........................ 39

1. Sejarah Berdirinya ............................................................ 39

2. Sarana dan Prasarana ........................................................ 40

3. Keadaan Siswa ................................................................. 41

4. Keadaan Kurikulum dan Kegiatan Belajar Mengajar ...... 41

B. Deskripsi Data ........................................................................ 43

1. Pra Siklus .......................................................................... 43

2. Siklus I .............................................................................. 46

3. Siklus II ............................................................................ 51

C. Analisis Data .......................................................................... 58

D. Pembahasan ............................................................................ 60

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 62

A. Simpulan ................................................................................. 62

B. Saran ....................................................................................... 63

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 65

LAMPIRAN

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Skema Kegiatan Membaca ...................................................... 14

Gambar 2 Siklus Pelaksanaan PTK .......................................................... 31

Gambar 3 Para siswa sedang membaca komik yang dibuat oleh peneliti 47

Gambar 4 Guru mengkondisikan kelas agar perhatian anak fokus pada

Pembelajaran ........................................................................... 52

Gambar 5 Siswa mempraktekkan membaca ke depan menggunakan

media komik ............................................................................ 52

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ........................................ 33

Tabel 2 Data Siswa ............................................................................... 40

Tabel 3 Data Siswa ............................................................................... 41

Tabel 4 Struktur Kurikulum MI Hidayatul Mubtadi’aat ...................... 43

Tabel 5 Lembar observasi (Tema: Kerja Bakti di Sekolah) Pra Siklus . 44

Tabel 6 Nilai siswa pada hasil keterampilan Membaca pada Mata

Pelajaran Bahasa Indonesia ..................................................... 45

Tabel 7 Lembar observasi pada penggunaan media komik (Tema:

Ikan Mas Ade) Siklus I ............................................................ 48

Tabel 8 Nilai siswa pada hasil keterampilan Membaca pada Mata

Pelajaran Bahasa Indonesia ..................................................... 49

Tabel 9 Lembar observasi pada penggunaan media komik (Tema:

Pak Belalang) Siklus II ............................................................ 53

Tabel 10 Nilai siswa pada hasil keterampilan Membaca pada Mata

Pelajaran Bahasa Indonesia ..................................................... 54

Tabel 11 Lembar observasi pada penggunaan media komik (Tema:

Si Kluntung) Siklus II .............................................................. 55

Tabel 12 Nilai siswa pada hasil keterampilan Membaca pada Mata

Pelajaran Bahasa Indonesia ..................................................... 56

x

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1 Grafik Hasil Observasi pada Penggunaan Media komik ......... 59

Grafik 2 Grafik Nilai Rata-Rata Hasil Kegiatan Pembelajaran Bahasa

Indonesia pada Penggunaan Media komik .............................. 59

Grafik 3 Grafik Persentase Ketuntasan Belajar dalam Pembelajaran

Bahasa Indonesia pada Penggunaan Media komik ................. 60

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan tidak terlepas dari kehidupan manusia karena salah satu

kebutuhan hidupnya. Pendidikan memegang peranan penting dalam

mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu

berkompetensi dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,

sehingga harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya untuk memperoleh hasil

yang maksimal. Pendidikan hendaknya dikelola baik secara kualitas maupun

kuantitas. Hal tersebut dapat dicapai dengan terlaksananya pendidikan yang

tepat waktu dan tepat guna untuk mencapai tujuan pembelajaran, yang

dilaksanakan dalam bentuk proses belajar mengajar yang merupakan

pelaksanaan dari kurikulum sekolah melalui kegiatan pengajaran.

Pendidikan juga merupakan salah satu agenda penting pemerintah

Indonesia. Sudah selayaknya menjadi prioritas karena merupakan aspek yang

mampu meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas yang

merupakan objek sekaligus subjek yang memiliki peran besar dalam

pembangunan suatu bangsa. Dunia pendidikan sebagai ruang bagi

peningkatan kapasitas anak bangsa haruslah dimulai dengan sebuah cara

pandang bahwa pendidikan adalah bagian untuk mengembangkan potensi dan

pengembangan kreatifitas yang dimiliki. Melalui pendidikan kita dapat

menanamkan sikap yang baik dan memberikan bekal kompetensi yang

diperlukan kepada manusia-manusia untuk menentukan kemajuan bangsa.

Sebagaimana tujuan pendidikan yang tertuang dalam UUD Pendidikan

Nasional No. 20 pasal 3 tahun 2003 yang berbunyi “Pendidikan nasional

berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar

menjadi manusia yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang maha Esa,

2

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.1

Tujuan pendidikan nasional Indonesia yang telah dirumuskan dalam

undang-undang tersebut memberikan gambaran betapa pentingnya

pendidikan bagi manusia untuk mengembangkan potensi manusia Indonesia

baik pengetahuan, sikap, sifat, dan kepribadian, serta keagamaan. Untuk

mencapai tujuan pendidikan nasional tersebut yaitu dengan

menyelenggarakan pendidikan formal di sekolah. Pendidikan di sekolah yaitu

adanya proses pembelajaran yang dilakukan antara guru dan siswa. Dari

proses pembelajaran tersebut dapat diperoleh perubahan terhadap diri kita

yaitu diperolehnya kecakapan dan pengetahuan baru melalui suatu usaha

secara sadar.

Dalam proses pembelajaran tersebut, perlu adanya suasana yang

terbuka, antara guru dan siswa agar terciptanya suasana yang akrab, tidak

tegang, dan menyenangkan sehingga tumbuh rasa saling menghargai antara

guru dan siswa. Selain menciptakan suasana kelas yang menyenangkan, guru

juga harus pandai menciptakan inovasi-inovasi dalam pembelajaran.

Bahasa Indonesia salah mata pelajaran pokok yang terdapat di dalam

semua jenjang pendidikan mulai dari SD, SMP. SMA bahkan sampai jenjang

Perguruan Tinggi. Bahasa Indonesia adalah alat komunikasi antaranggota

masyarakat terbagi atas dua unsur utama, yakni bentuk dan makna. Bentuk

merupakan bagian yang dapat diserap oleh unsur pancaindra (mendengar atau

membaca).

Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu

keterampilan menyimak ( listening skill ), keterampilan berbicara ( spiking

skills ), keterampilan membaca (reading skills), dan keterampilan menulis

(writing skills), keempat keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan

suatu kesatuan yang hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktik

dan banyak pelatihan.

1 Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, (Jakarta: Direktorat

Jenderal Pendidikan Islam Departemen Pendidikan Islam Depag RI, 2006), h. 8-9.

3

Keberhasilan peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di

sekolah banyak ditentukan kemampuannya dalam membaca. Sebagaimana

diketahui bahwa sebagian besar pengetahuan disajikan dalam bentuk bahasa

tulis sehingga menuntut anak harus melakukan aktivitas membaca guna

memperoleh pengetahuan. Oleh karena itu, pembelajaran membaca

mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam pendidikan dan

pengajaran. Kemampuan membaca ini tidak dapat diperoleh secara alamiah,

tetapi melalui proses pembelajaran yang sebagian merupakan tanggung jawab

guru. Dengan demikian, guru dituntut untuk dapat membantu siswa dalam

mengembangkan kemampuan membacanya. Banyak sekali informasi yang

dapat digali dari kegiatan membaca. Orang yang banyak membaca akan

mendapatkan suatu pengetahuan yang lebih dibandingkan dengan orang yang

jarang atau bahkan tidak pernah membaca. Melalui pengetahuan yang

dimiliki itu, orang dapat mengomunikasikan kembali informasi yang dimiliki

dalam bentuk lisan atau tulisan. Dengan kata lain, membaca dapat membantu

pula seseorang untuk meningkatkan keterampilan berkomunikasi dalam

bentuk lain. Apalagi dalam masyarakat yang berteknologi modern seperti

sekarang ini, seseorang haruslah banyak membaca agar dapat mengikuti

perkembangan dan kemajuan teknologi karena kesulitan dalam membaca

merupakan cacat yang serius dalam kehidupan.

Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa di samping

keterampilan menyimak, berbicara, dan menulis. Keterampilan membaca

dapat dipelajari dengan berbagai cara. Adapaun cara yang ditempuh harus

sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dalam kegiatan membaca sesuai

standar kompetensi dan kompetensi dasar.

Keterampilan membaca idealnya dimiliki oleh setiap orang. Oleh sebab

itu, pembelajaran membaca perlu dilaksanakan dengan seefektif agar dapat

meningkatkan keterampilan membaca.

Membaca merupakan suatu keterampilan yang harus dilatih.

Keberhasilan dalam menguasai dan memperaktikan membaca tergantung

pada sikap, tingkah keseriusan, dan kesiapan untuk berlatih. Terkadang guru

4

jarang meminta siswa untuk membaca teks bacaan, menyebabkan siswa

kurang dilatih untuk membaca treks sehingga siswa kurang terampil dalam

membaca. Intensitas membaca yang dilakukan seorang siswa akan

mempengaruhi banyaknya informasi yang didapat oleh seorang siswa.

Namun pada kenyataannya, di lapangan menunjukan bahwa

keterampilan membaca siswa sangat rendah, dikarenakan proses

pembelajaran guru tidak menggunakan media, sehingga dalam proses

pembelajaran terlihat monoton ini terjadi karena kurangnya kreativitas guru

dalam pembelajaran membaca, kemudian terlihat rendahnya keterampilan

siswa dalam membaca karena siswa jarang berlatih untuk membaca sehingga

masih ada siswa yang belum bisa membaca dan masih ada pula yang

membacanya kurang lancar.

Dengan demikian kemampuan membaca sangat penting peranannya

dalam membantu anak mempelajari berbagai hal. Melalui aktivitas membaca

yang baik dan benar yaitu anak mampu mengambil intisari bacaan yang

dibacanya, anak bisa mendapatkan sesuatu dari aktivitas membaca yang ia

lakukan. Semakin banyak intisari yang bisa dipahami dari bahan bacaannya

maka semakin banyak pula pengetahuan yang anak peroleh. Banyaknya

pengetahuan ini tentu akan sangat membantu si anak dalam menjalani

kehidupan selanjutnya. Selain itu, kemampuan nalar (reasoning ability) anak

juga akan berkembang dengan pesat ketika anak berhasil mendapatkan

informasi melalui bahan bacaannya. Pada tingkatan yang lebih luas, tantangan

abad 21 mensyaratkan individu mampu memilah-milah dan mengritisi

informasi. Generasi muda yang tidak mampu membaca dengan baik dan

benar tentunya akan berakibat fatal pada kualitas SDM, sehingga bangsa ini

akan kesulitan berkompetisi dengan generasi muda dari negara-negara lain.

Sampai di sini, jelaslah bahwa kemampuan membaca anak sangat penting

peranannya bagi keberhasilan dirinya sendiri, bahkan bisa mempengaruhi

kemajuan negaranya.

Media sebagai salah satu komponen dari pengajaran yang sangat

berpengaruh terhadap proses pembelajaran. Dengan adanya media yang

5

mendukung dalam proses pembelajaran, akan mampu meningkatkan kualitas

hasil belajar siswa.

Media dirasa sangat penting dan sangat signifikan dalam proses

pembelajaran. Urgensi media pendidikan didasarkan pada sebuah teori yang

mengatakan bahwa totalitas persentase banyaknya ilmu pengetahuan,

keterampilan, dan sikap yang dimiliki oleh seseorang terbanyak dan tertinggi

melalui indera penglihatan dan pengalaman langsung melakukan sendiri,

sedangkan selebihnya melalui indera dengar dan indera lainnya.

Media pembelajaran dipakai sebagai saluran untuk menyampaikan

materi pelajaran kepada siswa. Dalam proses pembelajaran, informasi

tersebut dapat berupa sejumlah keterampilan atau pengetahuan yang perlu

dikuasai oleh siswa. Media pembelajaran juga dirasa sangat efektif untuk

meningkatkan motivasi belajar siswa yang kemudian juga meningkatkan

prestasi belajar siswa.

Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi,

pendidikan dapat dilakukan melalui media apa saja baik media massa seperti

majalah, buku, surat kabar, atau juga lewat media elektronika seperti radio,

televise, internet, dan yang lainnya. Salah satu media yang belum begitu

banyak digunakan dan dikembangkan di Indonesia adalah media komik.

Dalam hal ini siswa lebih menyukai membaca komik, karena sangat

menarik untuk dibaca dan penuh gambar. Hal ini membuat komik menjadi

begitu mudah untuk dipahami. Dengan perpaduan gambar dan sedikit teks

membuat para siswa tidak perlu menggerakan daya kosentrasi tinggi untuk

memahami isi dan informasinya, karena di dalamnya terlalu banyak teks dan

sedikit sekali gambar. Hal ini membuat para siswa lebih cepat bosan.

Maka dari itu salah satu media yang bisa digunakan dalam kegiatan

pembelajaran adalah media komik. Menurut Masdiono, “komik merupakan

bagian rangkaian gambar yang bercerita”.2 Komik merupakan jenis bacaan

yang disukai oleh anak-anak hingga orang dewasa. Cara penyajiannya yang

sederhana membuat anak-anak senang membacanya, selain itu gambar dalam

2 Toni masdiono, 14 Jurus Membuat Komik, (Jakarta: Creative Media, 2003), h. 9

6

komik yang biasanya berkarakter gambar kartun memiliki kekuatan untuk

memancing perhatian dan pempengaruhi sikap dan prilaku pembacanya.

Gambar dalam komik biasanya berbentuk atau berkarakter atau gambar

kartun. Ia mempunyai sifat yang sederhana dalam cara penyajiannya, dan

memiliki unsur urutan cerita yang membuat pesan yang besar tetapi disajikan

secara ringkas dan mudah dicerna, terlebih lagi dilengkapi dengan bahasa

verbal yang logis.3

Oleh karena itu, media komik dapat disajikan sebagai salah satu

arternatif untuk digunakan dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia. Yang

dimaksud dengan digunakannya komik dalam pembelajaran adalah bahwa

materi-materi dari pelajaran yang akan dipelajari dijadikan sebuah urutan

cerita yang menarik untuk kemudian cerita tersebut divisualisasikan ke dalam

bentuk gambar kartun dan disajikam sebagai komik, seperti yang kita tahu

komik merupakan budaya popular di kalangan anak-anak dan remaja yang

sifatnya sangat sederhana dan biasanya cerita yang disajikan mudah untuk

dipaham

Dari hasil uraian di atas, maka penulis terdorong untuk melakukan

kajian ilmiah yang didasarkan pada penelitian mengenai “Peningkatan

Keterampilan Membaca Nyaring Dengan Media Komik Pada Siswa

Kelas III Mi Hidayatul Mubtadi’aat Tahun Pelajaran 2013/2014”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas dapat di

identifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Rendahnya kemampuan membaca siswa pada mata pelajaran Bahasa

Indonesia

2. Kurangnya kreativitas guru dalam mengembangkan pembelajaran

membaca.

3. Siswa kurang memiliki minat dan antusiasme dalam pembelajaran

membaca.

3 Yudhi Munadhi, Media Pembelajaran, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2008), h. 100

7

C. Pembatasan Fokus Penelitian

Untuk lebih memfokuskan masalah penelitian ini dibatasi pada

penggunaan media dalam meningkatkan kemampuan membaca siswa kelas

III MI Hidayatul Mubtadi’aat, Gondrong, Tangerang.

Beberapa yang terkait dengan masalah tersebut diberi batasan istilah

sebagai berikut:

1. Peningkatan keterampilan membaca

2. Difokuskan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.

3. Penggunaan media komik kelas III (Tiga) MI Hidayatul Mubtadi’aat,

Gondrong, Tangerang

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka perumusan

masalah yang diteliti yaitu “Bagaimana peningkatan keterampilan membaca

siswa melalui media komik di MI Hidayatul Mubtadi’aat, Gondrong,

Tangerang?

E. Tujuan Penelitian

Untuk mendeskripsikan peningkatan keterampilan membaca siswa

dengan penggunaan media komik pada pembelajaran Bahasa Indonesia kelas

III MI Hidayatul Mubtadi’aat, Gondrong, Tangerang.

F. Manfaat Penelitian

Secara umum hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat

dijadikan bahan masukan bagi program pendidikan khususnya pada mata

pelajaran Bahasa Indonesia yang dapat memberikan tambahan wawasan yang

berkaitan dengan penggunaan media.

1. Manfaat bagi guru

a. Untuk menerapkan semangat membaca siswa dengan

menggunakan media komik dalam proses pembelajaran.

8

b. Didapatkannya metode membaca yang lain yang lebih menarik

dan menyenangkan.

2. Manfaat bagi siswa

a. Diharapkan mampu meningkatkan keterampilan membaca cepat

dan lancar.

b. Memperkenalkan media komik dalam proses pembelajaran

3. Manfaat bagi sekolah

Diharapkan dapat menjadi suatu lembaga yang memberikan

pengetahuan luas dan pembelajaran yang bermanfaat serta

menerapkan semangat membaca siswa-siswinya.

4. Manfaat bagi penulis

Dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan penulis dan dapat

memberikan sumbangan kepada pembelajaran Bahasa Indonesia

terutama peningkatan keterampilan membaca siswa melalui media

komik.

9

BAB II

KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

INTERVENSI TINDAKAN

A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti

1. Pengertian Keterampilan

Menurut Kamus Bahasa Indonesia keterampilan berasal dari kata

terampil yang artinya cakap dalam menyelesaikan tugas. Raber (dalam

Maifalinda Fatra) menyatakan bahwa, keterampilan adalah kemampuan

melakukan pola-pola tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapi secara

mulus dan sesuai dengan keadaan untuk mencapai hasil tertentu.1

Keterampilan dapat dibedakan menjadi beberapa klasifikasi

1) Membaca Pemahaman 2) Membaca ekstensif 3) Membaca cepat. Secara

praktis membaca juga dapat dibedakan menjadi: 1) Membaca lisan,

2) Membaca dalam hati.

Keterampilan membaca memiliki peranan penting dalam kehidupan

manusia. Seseorang yang memiliki keterampilan membaca tentu akan dapat

berkomunikasi dengan bahasa tulis. Bahkan dengan keterampilan membaca,

seseorang mampu menggali informasi, menambah wawasan, dan

memperdalam ilmu pengetahuan. Namun, tidak semua orang mampu

membaca dengan efektif. Guna dapat membaca efektif maka diperlukan

sebuah strategi, teknik, atau metode.

Sebagai suatu keterampilan berbahasa, membaca merupakan suatu hal

yang harus dipenuhi oleh semua anggota komunitas yang membuka diri

dalam cakrawala pemikiran positif, referensial, berpemikiran luas

multidimensional, dan kearah depan demi kemajuan kualitas hidup dan

kehidupan manusia.

“Keterampilan membaca mempengaruhi kebiasaan budaya membaca,

orang yang mempunyai hobi membaca secara reflektif senantiasa

1 Maifalinda Fatra dan Abd Rojak. Bahan Ajar Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta:

FITK UIN Jakarta, 2010), Cet ke-1, h.136.

10

meningkatkan kualitas membacanya. Dalam diri seseorang akan terbina tata

baca yang baik dan benar serta situasional sesuai dengan keadaan yang ada di

sekitarnya. Hobi membaca merupakan salah satu kebutuhan batiniah yang

senatiasa harus dipenuhi setiap hari sebelum yang bersangkutan istirahat

setelah lelah menjalankan fungsi, peran, tanggung jawab, dan kewajibannya

berkaitan dengan status, baik strukturan maupun fungsional sosial.

Keluasan wawasan seseorang akan mempengaruhi dan membentuk

kerangka berfikir baik berkaitan dengan gagasan atau konsep baru maupun

titik kebijakan pada waktu berikutnya.2

Keterampilam membaca memang amat diperlukan oleh siapapun yang

mulai memasuki dunia informasi melalui media tulis, baik dengan media

buku maupun media lain, termasuk jaringan yang semakin maju. Oleh karena

itu, sebab suatu keterampilan berbahasa, membaca memerlukan pelatihan

yang strategi khusus guna memperoleh hasil yang optimal dari apa yang kita

inginkan.

“Sebagai seorang terdidik siswa dituntut mempunyai keterampilan

membaca dengan baik, tepat, dan cepat dari berbagai literatur berbagai bidang

studi sesuai dengan karakter masing-masing. Secara konvensional satu bidang

studi minimal memiliki satu buku pegangan, bahkan ada pula yang lebih dari

itu. Namun pada era globalisasi informasi sekarang ini, literatur justru

mengacu pada referensi jaringan internet. Siswa justru semakin diperbanyak

kewajiban membuka dan membaca sumber informasi dari berbagai sumber,

baik tertulis maupun multimedia jaringan.3

“Pengajaran keterampilan berbahasa berfungsi sebagai saran

penyebarluasan pemakaian bahasa Indonesia. Dalam hubungannya dengan

budaya, pengajaran keterampilan berbahasa berfungsi sebagai sarana

pengembangan penalaran. Dalam hubungannya dengan ruang lingkup

kurikulum, pengajaran keterampilan berbahasa berfungsi sebagai penerapan

pengetahuan kebahasaan tentang penggunaan bahasa”.4

2 H. Achmad Alex H.P. Buku Ajar Bahasa Indonesia, (Jakarta: FITK Press, 2009),

h. 46-47 3 Ibid.

4 Budi Nuryata, dkk. Pengajaran Keterampilan Berbahasa, (Jakarta: 2007), h.113

11

2. Pengertian Membaca

Pengertian membaca adalah kegiatan berinteraksi dengan bahasa yang

dikodekan ke dalam cetakan (huruf-huruf).5

Membaca adalah kegiatan „decoding print sound‟ atau aktivitas

menguraikan kode-kode cetakan (tulisan) kedalam bunyi; dengan kata lain

membunyikan kode-kode cetakan/tulisan.6

Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang selalu

digandengkan dengan menyimak, seseorang yang memiliki kemampuan

membaca dan menyimak yang baik maka memudahkannya untuk

menyampaikan pesan atau ide kepada orang lain, baik dalam bentuk lisan (

keterampilan berbicara ) maupun tulisan ( keterampilan menulis ). Membaca

dengan menyimak akan sangat penting dalam mempelancar komunikasi dan

sarana ampuh dalam mengumpulkan informasi. Daeng Nurjamal dalam

bukunya Pembelajaran Bahasa Indonesia berkarakter mengatakan “ membaca

dan menyimak merupakan aktivitas kunci seseorang mendapatkan dan

menguasai infoprmasi.”7

Sedangkan pengertian lainnya membaca adalah kegiatan merespon

lambang-lambang cetak atau lambing tulis dengan pengertian yang tepat.8

Pengertian lain membaca adalah proses yang dilakukan serta di

pergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak

disampaikan melalui media kata-kata/bahasa tulis.9

Seorang siswa yang memiliki hobi membaca sudah merupakan modal

dalam belajar, sebaliknya seorang siswa yang malas dalam membaca maka

dia akan jauh dari pengetahuan. Membaca membutuhkan keterampilan dan

pembiasaan, banyak orang-orang yang rajin membaca akan tetapi dia tidak

5 Novi Resmini dkk, Membaca dan Menulis di SD Teori dan Pengajaran, (Bandung :

UPI Press 2006), Cet l, h. l 6 ibid

7 Hindun. Dalam daeng Nurjamal, Pembelajaran Bahasa Indonesia Berkarakter di

MI/SD, (Jakarta: Nufa Citra Mandiri, 2013), Cet 1, h. 199 8 Budi Nuryanto Y, dkk, Pengajaran Keterampilan Berbahasa, (Jakarta: Universitas

Terbuka, 2008), Cet ke-2, h. 11-26. 9 Isah Cahyani dan Khodijah, Kemampuan Berbahasa Indonesia di Sekolah Dasar,

(Bandung: UPI Press, 2007), Cet ke-1. h. 98

12

menemukan apa-apa dari bacaannya, demikian membaca adalah pekerjaan

yang berat.10

Menurut Anderson (dalam Alek dan Achmad) membaca adalah suatu

proses untuk memahami yang tersirat dalam yang tersurat, melalui pikiran

yang terkandung di dalam kata-kata tertulis. Sedangkan menurut tarigan

membaca adalah suatu proses yang di lakukan dan dipergunakan oleh

pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak di sampaikan oleh penulis

melalui media kata-kata atau bahasa latin.11

Berdasarkan beberapa pengertian

yang dikemukakan oleh para ahli dapat disimpulkan bahwa membaca adalah

proses memahami pesan tertulis yang menggunakan pesan tertentu yang

disampaikan penulis kepada pembacanya. Membaca merupakan kegiatan,

tindakan prilaku untuk memperoleh informasi melalui simbol-simbol tercetak

yang tidak terbatas buku, tetapi mencakup surat kabar, brosur, papan

nama,dan lain-lain.

a. Tujuan membaca

Membaca dapat dipelajari dengan berbagai cara, cara yang di

tempuh tentunya harus di sesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai

dalam kegiatan membaca tersebut.12

Dengan demikian pemahaman merupakan faktor yang sangat penting

dalam membaca. Tujuan setiap membaca adalah memahami bacaannya. I

gusti Ngurah Oka mengemukakan bahwa tujuan membaca di Sekolah

Dasar pada hakikatnya adalah membina kemampuan, mengasosiasikan

huruf dengan bunyi (pengenalan buntuk huruf), membina membaca kata-

kata dalam kalimat sederhana.13

10

Martinis Yamin, Kiat Membelajarkan Siswa, (Jakarta: Tim Gaung Persada Press

Jakarta, 2010), h. l06 11

Alek dan Achmad H.P., Buku Ajar Bahasa Indonesia Jakarta: Lembaga Penelitian

DIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009), Cet ke-1, h. 61 12

Tatat Hartanti.dkk,Pendidikan Bahasa dan sastra Indonesia Kelas Rendah.(UPI

Press 2006), Cet.1, h. 254 13

Solchan T.W., dkk. Dalam I GUSTI Ngurah Oka, Pendidikan Bahasa Indonesia di

SD ( Jakarta: Universitas terbuka, 2008), h. 82

13

b. Kelebihan Membaca

1) Dapat membuat anak lebih percaya diri

2) Dapat mengembangkan sikap, dan cara membaca yang benar

3) Dengan membaca, anak akan lebih lancar dalam membaca, dan

menguasai isi bacaan.

c. Kekurangan membaca

1) Tidak cukup waktu yang diperlukan untuk membaca.

2) Membaca ini lebih sesuai untuk pelajaran Bahasa Indonesia.

3) Menuntut keuletan dan ketabahan dan pemahaman.

d. Jenis-Jenis Membaca

Membaca ditinjau dari terdengar tidaknya suara si pembaca waktu

membaca dibedakan menjadi dua jenis, yaitu membaca dalam hati (silent

reading) dan membaca nyaring atau membaca bersuara (oral reading or

aloud reading).14

Dilihat dari sudut cakupan bahan bacaan yang dibacanya,

membaca dapat digolongkan ke dalam membaca ekstensif (extensive

reading) dan membaca intensif (intensive reading). Dilihat dari tingkatan

kedalaman atau levelnya, membaca dapat digolongkan ke dalam tiga jenis,

yakni membaca kreatif (creatif reading).

Kegiatan membaca dibedakan ke dalam jenis membaca bersuara atau

membaca nyaring (oral reading or reading aloud) dan membaca dalam hati

(silent reading). Penjenisan ini berdasar atas perbedaan tujuan yang hendak

dicapai. Jenis pertama tepat untuk mencapai penguasaan hal-hal yang

bersifat mekanis seperti pengenalan bentuk huruf dan unsur-unsur

linguistik jenis kedua sesuai untuk tujuan yang bersifat pemahaman.

Tujuan membaca ada dua yaitu (1) membaca untuk mendapatkan

informasi, (2) membaca untuk kesenangan.

Membaca dalam hati dibedakan lagi menjadi kegiatan membaca

ekstensif, yang meliputi kegiatan survei (survey reading), membaca sekilas

(skimming), dan membaca dangkal (superfisial reading) dan kegiatan

membaca intensif, meliputi kegiatan membaca telaah isi serta membaca

14

HG Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, hlm. 23

14

telaah bahasa. Kegiatan membaca teliti, membaca pemahaman, membaca

kritis dan membaca ide-ide, sedangkan kegiatan membaca yang bersifat

telaah bahasa meliputi kegiatan membaca bahasa dan membaca sastra.

Secara skematis hal tersebut digambarkan sebagai berikut:

3. Membaca Nyaring (Reading Aloud)

a. Pengertian Reading Aloud (Membaca Nyaring)

Reading aloud berasal dari bahasa Inggris yang terdiri atas dua

kata, yaitu read yang berarti membaca dan aloud yang berarti dengan

(suara) nyaring.15

Dalam belajar bahasa kegiatan membaca nyaring atau bersuara

sangat besar kontribusinya terhadap belajar berbicara. Melalui

membaca bersuara murid belajar mengucapkan bunyi-bunyi bahasa

yang dipelajarinnya dengan benar. Bahkan, murid bukan hanya belajar

mengucapkan bunyi-bunyi bahasa yang dipelajarinya, tetapi juga

belajar mengucapkan kelompok kata, kalimat, dan bahkan

15

John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta : PT

Gramedia, 2005), Cet. 26, h. 366 dan 467.

Membaca

Membaca

Nyaring

Membaca

dalam hati

Membaca

Ekstensif

Membaca

Intensif

Membaca

Telaah isi

Membaca

Telaah bahasa

Membaca survey

Membaca sekilas

Membaca dangkal

Membaca bahasa

Membaca bahasa

Membaca bahasa

Membaca bahasa

Membaca bahasa

Membaca sastra

Gambar 1 : Skema Kegiatan Membaca

15

mengucapkan suatau wacana utuh dengan benar melalui membaca

bersuara.16

Membaca nyaring adalah alat bantu bagi guru, murid, ataupun

pembaca bersama-sama orang lain atau pendengar untuk menangkap

serta memahami informasi, pikiran, ataupun perasaan seorang

pengarang.17

Membaca nyaring adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang

merupakan alat bagi guru, murid, ataupun pembaca bersama-sama

dengan orang lain atau pendengar untuk menangkap serta memahami

informasi, pikiran, dan perasaan seseorang pengarang. Orang yang

membaca nyaring pertama-tama haruslah mengerti makna makna serta

perasaan yang terkandung dalam bahan bacaan.18

Membaca nyaring atau membaca bersuara keras merupakan

kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan membaca

dan menyimak. Dengan membaca nyaring, seluruh siswa yang ada di

dalam kelas akan memperhatikan bahan bacaan sehingga ketika

temannya membaca akan tahu kesalahannya.19

Membacakan buku dengan suara yang lantang/nyaring dapat

diterapkan pada seluruh tingkatan kelas. Karena dengan membaca

lantang dapat mengkondisikan otak anak untuk mengasosiasikan

membaca dengan kebahagiaan, menciptakan informasi yang berfungsi

sebagai latar belakang, membangun kosakata dan dapat memberikan

sosok panutan yang gemar membaca.20

Membaca bersuara atau nyaring adalah kegiatan membaca

dengan menyuarakan tulisan yang dibacanya dengan ucapan dan

16

Isah Cahyani dan Hodijah, Kemampuan Berbahasa Indonesia Di SD, (Bandung:

UPI PRESS, 2007), Cet. 1, h. 113. 17

Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.

(Bandung: Angkasa, 2008). 18

Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa,

(Bandung : Angkasa, 2008), h. 23. 19

Novi Resmini dan Dadan Juanda, Pendidikan Bahasa dan Sastra di Kelas Tinggi,

(Bandung: UPI Press, 2007), Cet. 1, h. 82. 20

Jim Trelease, Read Aloud Handbook Mencerdaskan Anak Dengan Membacakan

Cerita Sejak Dini, (Jakarta: Hikmah PT Mizan Publika, 2008), Cet. 1, h. 23.

16

intonasi yang tepat, agar pendengar dan pembaca dapat menangkap

informasi yang disampikan oleh penulis.21

Membaca lantang/nyaring bisa diterapakan di rumah, yaitu

dengan cara orangtua membiasakan membacakan buku kepada

ananknya. Membacakan buku untuk anak-anak bermanfaat bagi

kognitif dan emosional anak. Selain itu memperkaya kosakata, minat

mereka pada buku. Kebiasaan guru dan orang tua membacakan buku

kepada anak-anak juga akan mempengaruhi rasa ingin tahu anak-anak

mengenai isi buku yang dibacakan dan hal ini akan memupuk minat

anak untuk membaca.22

Membaca nyaring atau membaca bersuara merupakan jenis

kompetensi membaca yang menuntut persyaratan yang ketat.

Membaca nyaring bukan sekedar menyuarakan huruf. Jika hal ini

yang terjadi maka pemahaman akan materi yang dibaca akan gagal

diperoleh.

Membaca nyaring atau membaca bersuara merupakan

kelanjutan dari membaca permulaan. Pada membaca permulaan

tekanan ada pada kelancaran dan ketepatan penyuaraan huruf, pada

membaca nyaring atau membaca bersuara difokuskan pada tekanan

kata, lagu kalimat atau intonasi, jeda, dan menguasai tanda baca.

Keempatnya harus tepat. Jika ketepatan ini diabaikan, maka murid

akan mengalami kesulitan pada waktu membaca dalam hati atau

membaca intensif. Mereka hanya bisa membaca tetapi sulit

menemukan pemahaman yang dikandung dalam bacaan.23

Membaca lantang/nyaring dapat memberi dasar untuk

memupuk pemahaman anak. Semakin sering seorang anak dibacakan

buku dengan suara nyaring, semakin banyak kata-kata yang anak

21

Kundharu Saddhono dan St. Y. Slamet, Meningkatkan Keterampilan Berbahasa

Indonesia, (Bandung: Karya Putra Darwati, 2012), h. 83. 22

Ibid., h. 7-13. 23

http://supardi-uncen.blogspot.com/2010/01/bab-5-membaca-nyaring.html, diakses

pada tanggal 09 Oktober 2013. Pukul 22:19

17

dengar lebih mendorong pemahaman anak dan semakin mungkin anak

dapat mengasosiasikan membaca dengan pengalaman harian yang

menyenangkan. Membaca lantang juga dapat membangun angka

membaca yang lebih tinggi, karena pemahaman dari mendengar

datang sebelum pemahaman dari membaca.24

b. Keterampilan-keterampilan yang Dituntut dalam Membaca

Nyaring

Di bawah ini, dikemukakan sejumlah keterampilan yang

dituntut dalam memabaca nyaring pada sekolah dasar kelas II, antara

lain yaitu:

1) Membaca dengan terang dan jelas. Dalam pembelajaran membaca

nyaring siswa dituntut untuk membaca dengan terang dan jelas

agar yang mendengarkan dapat memahami maksud dari bacaan

yang dibacakan.

2) Membaca dengan penuh perasaan, ekspresi. Membaca harus

dilakukan dengan penuh perasaan dan ekspresi agar orang yang

menyimak dapat mengetahui makna yang dibacakan. Misalnya,

ketika seseorang membaca cerita sedih maka pembaca harus

mengekpresikan dengan mimik yang sedih.

3) Membaca tanpa tertegun-tegun, tanpa terbata-bata. Siswa kelas II

dalam membaca diharuskan untuk dapat membaca dengan lancar

tidak terbata-bata sehingga pendengar mengerti dengan yang

dibacakan.25

c. Hal-hal yang Perlu diingat dalam Membaca Nyaring Antara Lain

Sebagai Berikut :

Dalam membaca nyaring terdapat beberapa hal yang perlu

diingat diantaranya adalah sebelum melakukan membaca nyaring guru

24

Ibid., h. 26. 25

Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa,

(Bandung : Angkasa, 2008), h. 23-26

18

harus dapat meninjau buku yang akan dibacakan, ketika membacakan

buku sebaiknya buku dibacakan secara pelan-pelan agar anak dapat

memahami isi dari buku tersebut. Dalam membacakan buku juga

seorang guru harus dapat memperhatikan panjang pendek mata

pelajaran dan yang dibacakan hendaknya bervariasi agar anak tidak

merasa jenuh, selain itu ketika membacakan buku cerita yang

bergambar, guru harus dapat memastikan anak dapat melihat gambar

dengan jelas, karena jika tidak dapat melihat gambar dalam buku

tersebut dengan jelas anak akan kesulitan mengungkapkan isi dari

cerita yang ada. Sesudah membaca selesai maka guru harus dapat

menyediakan waktu untuk diskusi, dengan adanya diskusi siswa akan

aktif dalam pembelajaran dan siswa dapat mengungkapkan

pendapatnya.26

d. Hal-hal yang Harus dihindari Waktu Membaca Nyaring Antara

Lain Sebagai Berikut:

1) Jangan membacakan cerita yang anda sendiri tidak menyukainya.

Karena jika gurunya saja tidak menyukai cerita yang dibacakan

tersebut pesan yang terkandung dalam cerita tidak akan

tersampaikan kepada siswa.

2) Jangan teruskan membaca cerita jika ternyata buku tersebut

pilihan yang salah. Karena apabila guru meneruskan cerita yang

salah tersebut tidak akan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang

diharapkan.

3) Jangan bingung dengan pertanyaan yang diajukan siswa selama

membaca, dan diskusikan dengan siswa pendapat dan kesimpulan

mereka.

26

Farida Rahim, Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar, (Jakarta : Bumi Aksara,

2009), Cet. 4, h. 128

19

4) Ciptakan pertanyaan terbuka yang mengharuskan siswa

memusatkan perhatian pada bagian tertentu dan sebuah buku.27

e. Keuntungan dan Kesenangan Membaca Nyaring

Dalam membaca nyaring terdapat beberapa keuntungan dan

kesenangan diantaranya adalah guru harus dapat membacakan cerita

pada awal pertama di kelas hal ini berguna untuk mengakrabkan

keadaan dalam kelas, selain itu wacana yanng panjang sebaiknya

diperpendek agar siswa tidak terlalu jenuh mendengarkan cerita yang

cukup panjang.

Keuntungan dan kesenangan membaca nyaring lainya yaitu

siswa dapat duduk senang dan santai dalam setengah lingkaran di

sekitar guru. Kemudian guru duduk pada kursi rendah dekat dengan

siswa, hal ini dapat menghidupakan suasana menjadi lebik asyik.

Setelah pembacaan selesai berikanlah pertanyaan kepada

siswa, hal ini dapat meningkatkan pemahaman dan minat membaca

siswa. Selain itu guru dapat mendorong siswa untuk ikut berpartisifasi

dalam membaca, misalnya siswa dapat menceritakan buku atau

mendeklamasikan puisi.28

f. Prosedur Membaca Nyaring

1) Pilihlah teks yang cukup menarik untuk dibaca dengan suara yang

nyaring. Batasi diri anda untuk memilih teks yang berisi kurang

dari 500 kata.

2) Perkenalkan teks tersebut kepada siswa.

3) Bagilah teks tersebut berdasarkan paragarfnya atau dengan cara

lain, tunjuklah sejumlah siswa untuk membaca dengan suara

lantang atau nyaring.

27

Ibid., h. 128 28

Ibid., h. 127

20

4) Ketika pembacaan sedang berlangsung, hentikan pada beberapa

bagian untuk menentukan poin-poin tertentu, mengajukan

pertanyaan, atau memberi contoh. Beri kesempatan untuk

melakukan diskusi singkat jika siswa memperlihatkan minat

terhadap bagian tertentu. Selanjutnya bahaslah apa yang dimuat

dalam teks.29

g. Manfaat Membaca Nyaring

Manfaat membaca dan pentingnya membaca nyaring untuk

anak-anak yaitu sebagai berikut :

1) Memberikan contoh kepada siswa proses membaca secara positif.

Sebagai guru harus dapat mencontohkan proses membaca yang

positif kepada siswa agar siswa dapat menirukan proses membaca

positif tersebut.

2) Mengekspos siswa untuk memperkaya kosakatanya. Guru harus

dapat memberikan kosakata-kosakata yang banyak agar siswa

memperoleh kosakata yang belum dimilikinya dan dengan

penambahahan kosakata yang diberikan oleh guru tersebut maka

kosakata yang dimiliki oleh siswa akan bertambah.

3) Memberi siswa informasi baru. Sebagai guru harus update akan

informasi baru, agar guru dapat memberikan informasi baru

tersebut kepada siswa dengan adanya informasi baru yang

diberikan oleh guru maka siswa tidak akan tertinggal dengan

informasi yang baru.

4) Mengenalkan kepada siswa dari aliran sastra yang berbeda-beda.

Sebagai guru harus dapat memberikan tentang sastra yang

berbeda-beda agar siswa mengetahui sastra-sastra yang ada.

5) Memberi siswa kesempatan menyimak dan menggunakan daya

imajinasinya. Sebagai guru harus bisa memberikan kesempatan

29

Melvin L. Silberman, Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung:

Nuansa, 2011), Cet. IV, h. 152

21

kepada siswanya untuk menyimak dan mengguankan daya

imajinasinya, karena dengan ada kesempatan yang diberikan guru

tersebut siswa akan dapat berimajinasi sesuai dengan yang

dipikirkannya.

4. Komik Sebagai Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

Kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Medium

dapat didefinisikan sebagai perantara atau pengantar terjadinya

komunikasi dari pengirim menuju penerima. Media merupakan salah satu

komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator

menuju ke komunikan. Berdasarkan definisi tersebut, dapat dikatakan

bahwa media pembelajaran sarana perantara dalam proses pembelajaran.30

Kata media berasal dari bahasa latin “medius yang secara harflah

berarti „tengah‟, „perantara‟, atau 'pengantar”.31

Dalam bahasa Arab,

“Perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan”.32

Asosiasi Teknologi dan komunikasi Pendidikan ( Association of Education

and Communication Technology’/AECT).”

b. Fungsi dan Manfaat Penggunaan Media Pembelajaran

Fungsi media dalam pembelajaran pada umumnya untuk

meningkatkan efektivitas dan efisiensi komunikasi dalam proses belajar

mengajar yang terjadi di dalam kelas, agar siswa lebih mudah dalam

memahami bahan pembelajaran yang disampaikan guru maka memerlukan

adanya bantuan media sebagai sarana penunjang. Penggunaan media tidak

dilihat atau dinilai dari segi kecanggihan medianya, tetapi yang lebih

penting adalah fungsi dan perannya dalam membantu mempertinggi proses

pembelajaran.

30

Daryanto, Media Pembelajaran, (Bandung : Satu Nusa, 2010), h. 106 31

Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h. 3 32

ibid

22

Penggunaan media akan sangat bermanfaat apabila media yang

dipilih berdasarkan kegunaan sesuai dengan fungsi dan manfaat. Media

akan memiliki peran yang sangat besar dalam proses pembelajaran apabila

guru dapat menggunakan media tersebut secara tepat dan sesuai dengan

tujuan pembelajaran. Dalam menentukan media yang akan digunakan

dalam proses pembelajaran, guru hendaknya dapat memilih secara cermat,

hal ini disebabkan setiap media memiliki karakteristik sendiri.

Media pembelajaran merupakan suatu alat bantu dalam pengajaran.

Peranan media dalam membantu siswa akan terlihat jika guru pandai

memanfaatkannya dalam proses pembelajaran. Sebagai alat bantu dan

proses pembelajaran, media mempunyai beberapa fungsi. Nana Sudjana

(1991) merumuskan fungsi media pengajaran menjadi enam katagori,

sebagai berikut:

a. Media bukan merupakan fungsi tambahan, tetapi memiliki fungsi

sendiri sebagai alat bantu mengajar untuk mewujudkan situasi

belajar mengajar efektif,

b. Media pengajaran merupakan bagian yang integral dari keseluruhan

pembelajaran situasi mengajar,

c. Penggunaan media hams melihat kepada tujuan dan bahan

pelajaran.

d. Media bukan semata-mata alat hiburan, tetapi digunakan untuk

menarik perhatian siswa dalam proses pembelajaran,

e. Media lebih diutamakan untuk mempercepat proses belajar dan

membantu siswa memahami pelajaran,

f. Penggunaan media diutamakan untuk mempertinggi mutu belajar

agar siswa tahan lama mengingatnya.33

Jadi dapat disimpulkan dari pengertian di atas bahwa media adalah

semua benda yang dapat dijadikan alat pengajaran untuk membantu

menyampaikan pesan kepada siswa guna mencapai tujuan pembelajaran.

33

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zaini, Strategi Belajar Mengjar, (Jakarta:

Rineka Cipta, 2010), Cet 4 h. 134

23

c. Pengertian komik

Kata komik berasal dari bahasa perancis comique, yang sebagai kata

sifat lucu atau menggelikan dan sebagai kata benda artinya pelawak atau

badut. Comique sendiri berasala dari bahasa Yunanni Komikos. Dalam

bahasa inggris, komik sekali muat atau bersambung dalam penerbitan pers

disebut comic strip atau strip cartoon. Komik yang diterbitkan dalam

bentuk buku disebut comic book, tapi secara umum harusnya disebut

comics. Komik umumnya berbentuk rangkaian gambar, masing-masing

dalam kotak, yang keseluruhannya merupakan rentetan satu cerita.

Gambar-gambar itu umumnya dilengkapi balon-balon ucapan dan dimuat

secara tetap sebagai cerita bersambung dalam majalah dan surat kabar,

atau diterbitkan sebagai bentuk buku dan dalam bentuk majalah.34

Pada awalnya, komik bersifat humor, lucu, dan menghibur. Namun

dalam perkembangannya, tema yang diangkat semakin meluas sehingga

muncul tema-tema yang bersifat petualang maupun fantasi. Popularitas

komik yang semakin meluas ini menarik perhatian banyak ahli hingga

muncul kecenderungan untuk menyetujui komik sebagai media

komunikasi.

Komik merupakan media yang mempunyai sifat sederhana, jelas,

dan mudah dipahami. Oleh karena itu, komik dapat menjadi media yang

informatif dan edukatif. Keberadaan komik sebagai bagian dari dunia seni

yang pada dasarnya adalah hasil dari daya cipta dan karsa manusia yang

berangkat dari perpaduan cerita dan gambar, sehingga dapat dijadikan

sebagai media pembelajaran. Di samping itu juga, komik memiliki daya

tarik yang luar biasa sehingga pesan yang disampaikan mudah dicerna dan

dipahami, dan juga tidak terkesan menggurui.

Komik dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk kartun yang

mengungkapkan karakter dan memerankan suatu cerita dalam urutan yang

erat dihubungkan dengan gambar dan dirancang untuk memberikan

hiburan kepada para pembaca. Gambar-gambar dalam komik berbeda

34

Ensiklopedia Nasional Indonesia, (Jakarta: Delta Pamungkas, 1997), h. 54

24

dengan buku cerita bergambar. Peran gambar-gambar pada buku cerita

bergambar, bagaimanapun tetap sekedar sebagai ilustrasi yang lebih

berfungsi mengkongkretkan, melengkapi, dan memperkuat sesuatu yang

diceritakan secara verbal, sedangkan gambar-gambar yeng terdapat dalam

komik sudah mampu mewakili suatu peristiwa atau rentetan cerita yang

sangat jelas tanpa disertai adanya penjelasan secara verbal.

Dari pemaparan di atas dapat diketahui bahwa komik merupakan

rangkaian gambar yang berisikan satu cerita yang terdiri atas unsur-unsur

tertentu seperti balon ucapan dan narasi yang biasanya di terbitkan dalam

bentuk buku atau majalah. Hal ini sejalan dengan pengertian komik yang

terdapat dalam kamus besar bahasa Indonesia yang berbunyi bahwa

komik adalah cerita bergambar (dalam majalah, surat kabar atau

berbentuk buku) yang umumnya mudah dicerna dan lucu.35

Gambar-gambar kartun dalam komik biasanya memuat esensi pesan

yang harus disampaikan dan dituangkan dalam gambar sederhana dan

tmenggunakan simbol serta karakter yang mudah dikenal, juga dimengerti

dengan cepat. Selain itu, pemilihan media komik didasarkan pada suatu

alasan bahwa tujuan mengajar di kelas bukan hanya mentransformasikan

pengetahuan saja, tetapi menumbuhkan peran aktif siswa.

Dengan sifat komik umumnya lucu dan mudah di cerna tersebut,

tentu ini sangat baik jika komik dimanfaatkan sebagai media pembelajaran

bagi seorang guru, untuk menyampaikan berbagai informasi atau gagasan

yang terkait dengan bahan ajar kepada peserta didiknya di kelas.

d. Unsur-unsur Komik

Komik secara sepintas dipandang sebagai media visual yang hanya

terdiri dari kumpulan gambar dan tulisan yang terjalin menjadi sebuah

cerita. Padahal, komik mempunyai unsur-unsur yang lebih besar artinya

dari sekedar kumpulan gambar dan tulisan belaka.

35

Tim penyusun kamus pusat pembinaan dan pengembangan bahasa Departemen

pendidikan dan kebudayaan, kamus besar bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai pustaka, 1999), h.515

25

Komik menyajikan masalah-masalah yang sesuai dengan alam hidup

anak, misalnya tentang kepahlawanan, petualangan, atau kehidupan sehari-

hari, yang kemudian di akhir cerita menyediakan jawaban bagi rasa ingin

tahu mereka, sehingga tidak harus selalu berakhir dengan suka dan duka.

Selain itu dalam penceritaan harus menggunakan gaya bahasa langsung

dan tidak berbelit-belit.

Toni Masdiono menjadi Unsur-unsur komik atas Halaman pembuka,

dan halaman isi. Pada halaman pembuka biasanya terdapat komponen-

komponen seperti judul, credit,dan indica.36

Penjelasan lebih lengkapnya

yaitu sebagai berikut : Judul, judul biasanya diambil dari tema cerita yang

diangkat atau sang tokoh utama. Ukuran huruf dibuat kapital dan besar

serta bewarna mencolok sehingga mudah ditangkap oleh pembaca. Credits

merupakan berbagai keterangan mengenai tim pembuat komik seperti

nama pengarang, penggambar pensil dan pengisi warna. Sedangkan indica

merupakan keterangan-keterangan yang berkaitan dengan penerbit dan

waktu terbitnya hingga pemegang hak cipta atas komik tersebut.37

Selanjutnya yaitu unsur-unsur yang terdapat pada halaman isi adalah

panel, gank, narasi, balon kata dan efek suara.

e. Kelebihan dan Kekurangan komik

1. Kelebihan komik

“Menurut Gene komik memiliki beberapa kelebihan jika di pakai

dalam pembelajaran diantaranya yaitu memotivasi, visual, dan

permanen”.38

Detailnya seperti yang dijelaskan berikut ini;

Pertama, dapat memotivasi. Komik disajikan secara sederhana

dengan gambar dan urutan cerita yang dilengkapi dengan bahasa-bahasa

verbal yang dapat menarik perhatian siswa sehingga meningkatkan

motivasi belajarnya.

36

Toni Masdiono, 14 Jurus membuat komik, (Jakarta: Creative Media, 2003), h. 12 37

Toni Masdiono, 14 Jurus membuat komlk, h. 13 38

Guruindo.blogspot.com/komok-sebagai-media-pembelajaran.html di akses pada

tanggal 10 Agustus pukul 11.00 WIB

26

Kedua yaitu visual. Komik membantu memvisualisasikan bahan

ajar karena disajikan dengan gambar dan teks dengan urutan cerita yang

berkesinambungan. Hal ini membuat materi yang disampaikan menjadi

lebih mudah untuk dipahami.

Ketiga, bersifat permanen. Jika dibandingkan dengan media lain

seperti film misalnya, komik memberikan informasi yang dapat diingat

lebih lama untuk permanen karena komik memberikan waktu yang

cukup bagi pembaca untuk mengeksplorasi gambar dan teks secara

lebih detail.

Dengan kelebihan-kelebihan komik seperti yang disebutkan di

atas, pembelajaran diharapkan lebih efektif sekaligus efisien.

2. Kekurangan komik

Selain kelebihan-kelebihan komik yang telah dijelaskan di atas,

terdapat pula kekurangan-kekurangan dari komik. Kekurangan tersebut

adalah: komik membatasi bahkan memungkinkan menumpulkan

imajinasi, memungkinkan pembaca tidak mampu menikmati dan

mengapresiasi karya-karya sastra, komik menimbulkan efek adikatif,

dan komik lebih ekplisit menggambarkan adegan.39

Lebih lengkapnya

seperti yang dijelaskan berikut ini:

Pertama, komik membatasi bahkan memungkinkan menumpulkan

imajinasi. Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa komik merupakan

gambar bercerita atau gamcer, yang artinya bahwa cerita yang ingin

disampaikan divisualisasikan dalam bentuk gambar, teks atau tulisan

hanya berperan sebagai pelengkap gambar. Kita langsung bisa

menikmati cerita komik tanpa harus berpikir membayangkan

penggambarn atas cerita tersebut karena semuanya telah

tervisualisasikan dengan gambar, hal inilah yang lama-kelamaan

39

http://uuntriwahyudi.blogspot.com/2013/08/komik-sebagai-media-pembelajaran-

2.html di akses pada tanggal 8 agustus pukul 10.30 WIB

27

membuat imajinasi menjadi tumpul karena pembaca terpaku dengan apa

yang sedang dinikmatinya.

Pada penerapannya, guru dituntut untuk dapat mendesain

pembelajaran dengan media komik ini dengan cara membuat dan

menyusun sebuah cerita bergambar dengan mengacu pada materi yang

sudah ditetapkan dalam kurikulum bahasa yang telah ada. Dengan

inovasi semacam ini diharapkan dapat menambah motivasi, semangat,

gairah, dan ketertarikan siswa dalam belajar, khususnya belajar Bahasa

Indonesia.

Peranan pokok dari komik dalam proses pembelajaran adalah

kemampuannya dalam menciptakan minat para siswa. Penggunaan

komik yang dipadu dengan metode mengajar akan dapat menjadikan

komik sebagai media pembelajaran yang efektif.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan dengan dengan penelitian ini adalah:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Syaiful Hadi, “Pembelajaran Konsep

Pemecahan Menggunakan Media Komik Dengan Strategi Bermain

Peran”. Universitas Malang. 2007. Hasil penelitian tersebut menunjukan

bahwa siswa merasa senang dengan media pembelajaran komik yang

digunakan, mereka merasa belajar lebih santai (tidak tegang) dan lebih

memahami soal yang disajikan dalam bentuk komik.

2. Judul Skripsi: Peningkatan keterampilan Membaca Pemahaman Cerpen

dengan Metode SQ3R, penulisnya Ahmad Syaeful Rahman mahasiswa

Universitas Islam (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Terbukti dengan

meningkatkan kemampuan membaca siswa dengan menggunakan

metode SQ3R Pada hasil pretest yaitu 52,88 atau berada pada tingkat

penguasaan 52,88% menjadi 86,35 atau berada pada tingkat penguasaan

86,52%. perbedaan skripsi ini dengan judul skripsi karya Ahmad Syaeful

Rahman yakni peningkatan keterampilan membaca pemahaman cerpen

28

degan metode SQ3R sedangkan penulis berfokus pada peningkatan

keterampilan membaca siswa melalui media komik.

3. Persamaan terletak pada jenis penelitian, instrumen yang digunakan, dan

analisis data. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan

kelas, instrumen yang digunakan berupa instrumen tes dan non tes,

analisis data berupa analisis kuantitatif. Perbedaan penelitian masih

dengan peneliti terletak pada masalah yang dikaji, tujuan penelitian,

media penelitian, dan metode penelitian yang digunakan dalam

pembelajaran.

C. Kerangka Berpikir

Keterampilan membaca merupakan hal yang perlu dimiliki oleh setiap

peserta didik, dalam hal ini sering kali menemukan siswa mengalami

kesulitan membaca pada mata pelajaran khususnya Bahasa Indonesia.

Mengingat betapa peran penting membaca dalam keberhasialan

seseorang. Maka upaya dalam menumbuhkan minat dan kebiasaan membaca

harus ditangani sejak dini sehingga siswa dapat memiliki keterampilam

membaca dengan baik.

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang harus andil dalam

menentukan keberhasilan anak didiknya terutama dalam keterampilan

membaca. Untuk meningkatkan keterampilan membaca, guru sebagai

pendidik harus mempersiapkan suasana pembelajaran yang menyenangkan.

Dengan demikian guru senantiasa berupaya dengan berbagai strategi agar

anak berhasil dalam belajar. Strategi tersebut diantaranya dengan

menggunakan media, media yang digunakan adalah media yang dapat

merangsang agar mudah memahami suatu pembelajaran diantaranya adalah

media komik.

Dengan media komik yang sifatnya menghibur, dekat dengan dunia

anak,dan dapat memperkuat dunia anak, dan dapat memperkuat pemahaman

belajar siswa akan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Dengan

begitu diharapkan komik mampu menjadi alternatif media yang dapat

29

digunakan untuk meningkatkan keterampilam membaca siswa dalam

pembelajaran Bahasa Indonesia.

D. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah penggunaan media komik

dapat meningkatkan keterampilan membaca pada siswa kelas III MI

Hidayatul Mubtadi‟aat Gondrong Tahun Pelajaran 2013/2014.

30

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Madrasah Ibtidaiyah Hidayatul Mubtadi'aat,

Gondrong, Tangerang pada bulan November 2013 sampai bulan Desember

2013 Semester 1.

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian

Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Penelitian Tindakan Kelas

(Classroom Action Research) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di

dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk

memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga proses pembelajaran dapat

berjalan dengan baik, dan hasil belajar siswa meningkat. 1

Peneliti menggunakan metode PTK, karena peneliti memiliki peranan

yang sangat penting dan strategis untuk meningkatkan mutu pembelajaran

dengan memberikan tindakan kuratif (perbaikan) secara langsung atas

masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran jika diimplementasikan

dengan baik dan benar. Diimplementasikan dengan baik artinya pihak terlibat

dalam PTK yang dalam hal ini adalah guru mencoba dengan sadar

mengembangkan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah

yang terjadi dalam pembelajaran di kelas melalui tindakan bermakna yang

diperhitungkan dapat memecahkan masalah atau memperbaiki situasi dan

kemudian secara cermat mengamati pelaksanaannya untuk mengukur tingkat

keberhasilannya. Dilaksanakan dengan benar artinya sesuai dengan kaidah-

kaidah PTK.2

1 Hamzah, B. Uno, dkk, Menjadi Peneliti PTK yang Profesional, (Jakarta: Bumi

Aksara, 2011), h. 41 2 Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas , (Jakarta: Rajawali Press,

2008), Cet. Ke-1, h. 41

31

1. Fokus Masalah

Fokus masalah pada penelitian ini adalah kemampuan membaca

Bahasa Indonesia siswa

2. Solusi masalah

Solusi masalah yang digunakan pada penelitian ini adalah

Penggunaan Media Komik.

3. Prosedur Tindakan

Model tindakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain

PTK model Kemmis dan Mc.Taggart. Menurut Kemmis dan Mc.Taggart

terdapat empat aspek pokok dalam PTK, yaitu:

1. Perancanaan (Planning)

2. Tindakan (Acting)

3. Pengamatan (Observation)

4. Refleksi (Reflection)

Gambar 2

Siklus Pelaksanaan PTK

Kriteria

keberhasilan tercapai

Permasalahan baru

hasil refleksi

Permasalahan

kurangnya keterampilan

membaca siswa

Refleksi

Pengamatan/

pengumpulan data

Refleksi I

Pengamatan/

pengumpulan data

Perencanaan

Tindakan II

Pelaksanaan

Tindakan II

Perencanaan

Tindakan I

Pelaksanaan

Tindakan I

32

C. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas III Semester 1 Madrasah

Ibtidaiyah Hidayatul Mubtadi'at, Gondrong, Tangerang yang berjumlah 25

siswa.

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

Peran dan posisi dalam penelitian adalah bertindak sebagai guru dan

sekaligus sebagai peneliti. Peneliti membuat perencanaan kegiatan melakukan

pengamatan, mengumpulkan, dan menganalisa data serta melaporkan hasil

penelitian. Dalam penelitian ini peneliti dibantu oleh rekan guru yang

bertindak sebagai kolaborator.

E. Tahapan Intervensi Tindakan

Prosedur penelitian ini merupakan siklus yang dilaksanakan sesuai

perencanaan tindakan. Penelitian ini diperlukan observasi awal untuk

mengetahui sejauh mana tingkat keterampilan membaca siswa dan observasi

awal sebagai upaya untuk menemukan fakta-fakta yang dapat digunakan

untuk melengkapi kajian teori yang ada dan untuk menyusun perencanaan

tindakan yang tepat dalam upaya meningkatkan keterampilan membaca

siswa.

Tindakan kelas yang dilaksanakan berupa pengajaran di kelas secara

sistematis tanpa mengganggu kegiatan belajar siswa dengan tindakan

pengelolaan kelas melalui tindakan yang telah disusun sebelumnya. Setiap

tindakan dalam penelitian ini, peneliti dan kolaborator akan mengamati reaksi

siswa dalam setiap tindakan pengajaran yang dilakukan di dalam kelas.

Dalam setiap tindakan biasanya muncul permasalahan atau pemikiran baru

yang perlu mendapat perhatian sehingga siklus tersebut harus terus berulang

sampai permasalahan tersebut teratasi.

Penelitian tindakan ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus

dilaksanakan sebanyak 1 kali pertemuan. Alokasi waktu untuk setiap kali

pertemuan 2x40 menit. Setiap siklus terdapat dua kali perlakuan atau

33

implementasi tindakan penggunaan media komik dalam pembelajaran Bahasa

Indonesia. Pelaksanaan dari masing-masing siklus mengikuti tahap-tahap

yang ada dalam penelitian tindakan kelas yaitu perencanaan, implementasi

tindakan, observasi, dan refleksi.

Prosedur penelitian ini dapat digambarkan seperti terlihat pada tabel

berikut:

Tabel 1

Prosedur Penelitian Tindakan Kelas

1. Pendahuluan

Tahap intervensi tindakan Kegiatan Pendahuluan

KEGIATAN PENDAHULUAN

1. Menghubungi kepala sekolah

2. Mengurus surat izin penelitian

3. Penentukan kelas penelitian

4. Observasi proses pembelajaran di kelas penelitian dan diperoleh tingkat

keterampilan membaca siswa

5. Sosialisasi pembelajaran bahasa Indonesia melalui media komik

2. Alur Penelitian

Siklus 1

Perencanaan

1. Membuat rencana pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan

media komik

2. Mendiskusikan rencana pembelajaran Bahasa Indonesia dengan guru

kolaborator

3. Membuat/menyiapkan media pembelajaran

4. Menyiapkan instrumen (post tes, lembar observasi wawancara 1)

5. Menyiapkan alat dokumentasi

34

Tindakan

1. Melaksanakan post tes untuk mengetahui keterampilan siswa dalam

membaca.

2. Melakukam langkah-langkah pembelajaran yang telah disusun

3. Melakukan tes awal untuk mengetahui kemampuan awal siswa

Pengamatan/Observasi

Observer mengamati, mencatat dan mendokumentasikan proses yang terjadi

selama pembelajaran siklus I

Refleksi

Bersama observer, peneliti berdiskusi tentang kelebihan dan kekurangan hasil

dari pengamatan untuk menentukan keberhasilan atau ketidakberhasilan dari

tindakan tersebut. Jika belum berhasil maka dilanjutkan pada siklus II

Siklus 2

Perencanaan

1. Membuat rencana pembelajaran Bahasa Indonesia dengan

mengunakan media komik dengan melihat hasil refleksi dari siklus I

2. Membuat/menyiapkan media pembelajaran dan mempersiapkan

icebreaking.

3. Menyiapkan instrumen post tes

4. Menyiapkan alat dokumentasi

Tindakan

1. Melakukan langkah-langkah pembelajaran yang telah disusun diantaranya

melakukan tes untuk mengetahui kemampuan belajar siswa.

Pengamatan/Observasi

Observer mengamati, mencatat dan mendokumentasikan proses yang terjadi

selama pembelajaran siklus II

35

Refleksi

Bersama observer, peneliti berdiskusi tentang kelebihan dan kekurangan hasil

dari pengamatan untuk menentukan keberhasilan atau ketidakberhasilan dari

tindakan tersebut. Jika belum berhasil maka dilanjutkan pada siklus III dan

seterusnya. Jika intervensi tindakan sudah tercapai maka siklus dihentikan.

F. Hasil Intervensi Tindakan

Hasil penelitian yang diharapkan pada penelitian ini adalah bahwa

melalui media komik dapat meningkatkan keterampilan membaca siswa

dengan indikator sebagai berikut:

1. Hasil belajar siswa dari penelitian ini bahwa keterampilan membaca siswa

pada pelajaran Bahasa Indonesia diakhir siklus menunjukan skor rata-rata

75%

2. Tes yang diberikan setiap siklus menunjukan bahwa setiap siswa

mendapatkan nilai lebih dari 65 yang ditentukan oleh sekolah.

G. Jenis dan Sumber Data

Data dan sumber yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dari

siswa dan guru kelas, data untuk analisis kebutuhan terhadap proses

pembelajaran diambil dari laporan hasil belajar. Data proses saat proses

pembelajaran berlangsung diambil dari observasi siswa yang berjumlah 25

orang.

H. Instrumen pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah:

1. Tes banyak digunakan untuk mendapatkan hasil belajar siswa dalam

meningkatkan keterampilan membaca siswa pada mata pelajaran Bahasa

Indonesia pada setiap akhir siklus

2. Observasi dilakukan untuk mengamati aktivitas belajar siswa selama

proses belajar berlangsung

36

3. Dokumentasi

Dokumentasi yang dimaksud berupa foto, foto digunakan untuk

mendokumentasikan kegiatan yang berlangsung pada siklus 1 dan 2

selama proses pembelajaran.

I. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik tes

dan non tes.

1. Teknik Tes

Untuk memperoleh data yang akurat, peneliti menggunakan teknik

pengumpulan data dengan tes. Tes dilakukan pada awal dan akhir

kegiatan. Jenis tes yang digunakan adalah tes lisan. Hal ini dilakukan

dengan maksud untuk mengukur hasil belajar siswa dan tingkat

kemampuan membaca siswa terhadap teks bacaan dalam komik yang telah

dibacanya. Dengan demikian, peneliti akan mudah mengetahui

keterampilan siswa dalam membaca melalui media komik.

2. Teknik Non Tes

Teknik non tes dilakukan guna memperoleh data untuk mengetahui

respon siswa dan keadaan siswa yang terjadi selama proses pembelajaran

siklus I dan siklus II. Teknik non tes yang digunakan dalam penelitian ini

meliputi observasi, wawancara dan dokumentasi foto.

a. Observasi

Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang

keadaan dan lingkungan madrasah. Selain itu observasi juga dilakukan

untuk melihat keadaan pada saat proses pembelajaran Bahasa

Indonesia di kelas.

b. Wawancara

Metode wawancara yaitu metode pengumpulan data dengan

mengadakan tanya jawab secara tatap muka dengan responden. Metode

ini digunakan untuk memperoleh keterangan tentang permasalahan

yang akan diteliti, yaitu tentang pola yang digunakan dalam

37

pembelajaran Bahasa Indonesia. Wawancara juga dilakukan kepada

kepala sekolah, dan staf-staf lainnya untuk mendapatkan informasi

tentang hal-hal yang berkaitan dengan gamabaran umum madrasah.

c. Dokumentasi Foto

Metode ini digunakan untuk memperoleh data mengenai struktur

organisasi, keadaan guru, karyawan, keadaan siswa, serta sarana dan

prasarana yang ada di madrasah.

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan

Data hasil pada setiap kegiatan observasi dsri pelaksanaan siklus

penelitian dianalisis secara deskriftif dengan menggunakan teknik presentasi,

Untuk melihat kecendrungan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran

sebagai berikut:

1. Hasil belajar dengan menganalisis rata-rata post tes kemudian

dikatagorikan, tuntas atau tidak tuntas

75% = Tuntas

75% = Tidak tuntas

2. Aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar dengan menganalisis

menggunakan media komik kemudin dibandingkan perubahannya dari

setiap siklus dengan cara mempresentasekan.

3. Mengolah dan menganalisis kembali data yang sudah terkumpul.

K. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis

Data yang diperoleh dari instrumen penelitian dianalisis menggunakan

analisis deskriptif. Data yang diperoleh berupa kalimat-kalimat yang diubah

menjadi kalimat-kalimat yang bermakna dan ilmiah.

1. Mereduksi data atau menulis kembali data yang ada dengan menambah

atau mengurangi catatan yang ada tanpa mengubah maksud dan inti

catatan yang diperoleh. Data tersebut disingkat dan disusun secara

sistematis

38

2. Menyimpulkan, memverifikasi dan merefleksi. Data yang sudah

direduksi selanjutnya diverifikasi atau dilakukan pengujian terhadap

temuan penelitian sehingga diperoleh kesimpulan akhir. Hasil

kesimpulan akhir dilakukan refleksi untuk menyusun rencana tindakan

selanjutnya.

Analisis dan pengolahan data yang ditempuh peneliti dalam penelitian

ini adalah teknik kuantitatif dan kualitatif.

1. Analisis kuantitatif

Data kuantitatif dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif

berupa persentase, dan penyajian dengan menggunakan tabel.

2. Analisis kualitatif

Data yang diperoleh berupa informasi yang memberikan gambaran

tentang keterampilan membaca siswa dengan menggunakan media komik

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan

Setelah siklus pertama selesai dilakukan dan hasil yang diharapkan

belum mencapai kriteria keberhasilan yaitu peningkatan keterampilan

membaca siswa dengan menggunakan media komik maka akan ditindak

lanjuti untuk melakukan tindakan selanjutnya sebagai rencana perbaikan

pembelajaran.

39

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum MI Hidayatul Mubtadi’aat

1. Sejarah Berdirinya

Madrasah Ibtidaiyah Hidayatul Mubtadi’aat yang beralamat di jalan Ki

Hajar Dewantoro RT 01 RW 06 Kelurahan Gondrong, Kecamatan Cipondoh,

Tangerang, berstatus swasta. Luas bangunan madrasah ini 500 m2, berdiri di

atas tanah seluas 600 m2 yang merupakan tanah wakaf dari H. Aselih.

Bangunan yang tersedia terdiri dari 6 ruang kelas, 1 ruang kepala sekolah, 1

ruang guru, 1 ruang Lab Komputer, 2 ruang WC, ditambah lapangan seluas

100 m2.

Pada awalnya madarasah ini didirikan atas inisiatif sang empunya tanah

yaitu H. Aselih. Dia ingin mengembangkan pengajaran agamanya di bidang

pendidikan. Di samping itu juga daerah sekitar rumah masih sangat jarang

sekolah yang bernuansa Islam sekitar hanya ada 1 madrasah di lingkungan

itu. Dengan alasan itulah maka didirikanlah sebuah Madrasah Ibtidaiyah

Hidayatul Mubtadi’aat dengan tujuan sebagai berikut:

a. Sekolah yang tidak dapat menampung seluruh siswa sehingga banyak

anak-anak kurang mampu yang tidak sekolah.

b. Untuk memberantas buta huruf dan anak-anak di lingkungan sekitar dapat

mempelajari agama lebih dalam lagi.

Dengan semakin berkembangnya madrasah ini yang sudah berjalan

hampir 8 tahun, madrasah ini semakin mendapat kepercayaan dari warga

sekitar. Ini dapat terlihat dari data siswa yang semakin meningkat walaupun

tidak banyak.

40

Tabel 2

Data Siswa

Kelas Laki-Laki Perempuan Jumlah

I 10 20 30

II 9 18 27

III 7 18 25

IV 8 12 20

V 6 14 20

VI 5 11 16

Jumlah 45 93 138

Dari data ini menunjukkan minat dan kepercayaan masyarakat yang

begitu besar terhadap Madrasah Ibtidaiyah ini, sehingga Madrasah ini bisa

tetap eksis hingga saat ini. Akan tetapti banyak hal yang menjadi kesulitan

dalam perkembangannya yaitu terbatasnya jumlah lokal kelas dan keadaan

bangunan madrasah yang kurang dijaga dengan rapi. Hal ini adalah karena

keterbatasan dana dan tempat sekolah untuk menambah lokal kelas dan

sarana-sarana lainnya yang dapat menunjang terciptanya kondisi belajar yang

nyaman dan kondusif.

2. Sarana dan Prasarana

Secara geografis Madrasah Ibtidaiyah Hidayatul Mubtadi’aat terletak

di jalan Ki Hajar Dewantoro RT 01 RW 06 Kelurahan Gondrong, Kecamatan

Cipondoh, Tangerang. Dengan sarana dan prasarana yang tersedia meliputi :

41

3. Keadaan Siswa

Jumlah siswa Madrasah Ibtidaiyah Hidayatul Mubtadi’aat pada tahun

pelajaran 2013-2014 sebanyak 138 Siswa dengan perincian sebagai berikut :

Tabel 3

Data Siswa

Kelas Laki-Laki Perempuan Jumlah

I 10 20 30

II 9 18 27

III 7 18 25

IV 8 12 20

V 6 14 20

VI 5 11 16

Jumlah 45 93 138

4. Keadaan Kurikulum dan Kegiatan Belajar Mengajar

a. Intra Kurikuler

Kurikulum yang digunakan di Madrasah Ibtidaiyah Hidayatul

Mubtadi’aat mengikuti kurikulum yang telah ditetapkan oleh pemerintah

yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Hal ini guna

menyesuaikan dengan tujuan pendidikan nasional dan untuk lebih

meningkatkan kualitas pendidikan dilingkungan Madrasah Ibtidaiyah.

Dalam penerapannya sistem pengajaran yang dilaksanakan di

Madrasah Ibtidaiyah Hidayatul Mubtadi’aat menggunakan dua sistem,

yaitu sistem guru kelas dan sistem guru mata pelajaran yang sesuai dengan

situasi dan kondisi serta sarana dan prasarana yang tersedia di Madrasah.

b. Kegiatan Ekstrakurikuler

Kegiatan belajar mengajar di Madrasah Ibtidaiyah Hidayatul

Mubtadi’aat tidak hanya mengikuti kurikulum pokok di dalam kelas, tetapi

42

juga ditunjang oleh kegiatan ekstrakurikuler untuk menunjang juga

pendidikan yang sudah ada agar siswa mampu mendewasakan diri melalui

kegiatan-kegiatan tersebut. Di antara kegiatan ekstrakurikuler yang

dilaksanakan dan sudah berjalan selama ini adalah kegiatan pramuka dan

kegiatan olahraga, kesenian (Marawis), Qira’at dan sebagainya.

c. Bimbingan dan Penyuluhan

Dalam perkembangan siswa dan anak-anak mereka sangat

membutuhkan bimbingan dan pengarahan dari para guru dan orang tuanya

untuk mengarahkan mereka pada hal-hal yang positif dan bermanfaat bagi

dirinya dan masyarakat di masa yang akan datang. Oleh karena itu, di

Madrasah Ibtidaiyah Hidayatul Mubtadi’aat guru memberikan bimbingan

secara khusus kepada seluruh siswanya agar dapat berkembang dalam

aspek sosial karir dan tuntunan masyarakat.

Sebagai madrasah yang memiliki ciri khas Islam, Madrasah

Ibtidaiyah memiliki tanggung jawab yang besar dalam membina para

siswanya dalam masalah agama. Untuk meningkatkan pemahaman

terhadap agama maka para siswa dibimbing setiap hari dengan membaca

Al-Qur’an dan nasihat-nasihat yang ada di dalamnya, sedangkan untuk

siswa lain khususnya dari kelas I – III diberi bimbingan berupa bacaan

Iqra’ untuk memudahkan siswa belajar Al-Qur’an di kelas-kelas

berikutnya oleh guru kelasnya masing-masing.

d. Administrasi dan Tata Usaha

Administrasi sekolah yang ada meliputi Buku Induk, Buku

Pengumuman, Buku Khusus, Buku Notulen Rapat, Jumlah lulusan yang

melanjutkan ke jenjang menengah pertama.

43

e. Struktur Kurikulum

Tabel 4

Struktur Kurikulum MI Hidayatul Mubtadi’aat

Komponen Kelas I-II Kelas III Kelas IV,

V, dan VI

A. Mata Pelajaran

1. Pendidikan Agama

a. Al-Qur’an Hadits

b. Aqidah Akhlak

c. Fiqih

d. SKI

e. Bahasa Arab

2. Pendidikan

Kewarganegaraan

3. Bahasa Indonesia

4. Matematika

5. Ilmu Pengetahuan Alam

6. Ilmu Pengetahuan Sosial

7. Seni Budaya dan

Keterampilan

8. Pendidikan Jasmani dan

Olahraga Kesehatan

B. Muatan Lokal

1. BTQ

2. Bahasa Inggris

C. Pengembangan Diri

1. Pramuka

2

2

2

2

5

5

3

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

5

5

4

3

2

2

2

2

2

2

2

2

2

5

5

4

4

2

2

2

2

Jumlah Jam Perminggu 29 35 38

B. Deskripsi Data

1. Pra Siklus

Pelaksanaan penelitian yang dilakukan pada pra siklus yaitu tanggal

19 Nopember 2013, dengan menggunakan metode konvensional.

Sedangkan pada nilai hasil tes pada pra siklus diperoleh dari tes lisan

dengan cara membaca naskah yang bertemakan “Kerja Bakti di Sekolah”.

Hasil itu dapat dilihat pada tabel berikut:

44

Tabel 5

Lembar observasi

(Tema : Kerja Bakti di Sekolah)

Pra Siklus

Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Kelas/Semester : III/I

Hari/Tanggal : Selasa, 19 Nopember 2013

No. Nama Siswa

Komponen yang diamati

Perhatian

Penuh

Kurang

Perhatian

Tidak Ada

Perhatian

1 Aisyah Dwi Hasanah √

2 Ardiva √

3 Ayu Sulis √

4 Cahyo Adi Nugraha √

5 Devi Ariani √

6 Endang Agustin √

7 Eria Riskia √

8 Fahri Akbar √

9 Galih Nugroho √

10 Ilham Kurniawan √

11 Koko Kurnia √

12 Krissinta Ayu

13 Lailatul S. √

14 M. Zaki

15 Nabillah

16 Novi Oktavia √

17 Octania Yulianti √

18 Rafli Huwaidi

19 Rahmat Hidayat

20 Rayhan Hakim √

21 Salman Harun √

22 Salsabilla Tapalona

23 Sarah Amelia √

24 Syawal

25 Velissa Sandra √

Jumlah 9 7 9

Persentase 36% 28% 36%

45

Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa rata-rata respon siswa

terhadap membaca dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia pra siklus

dilihat dari perhatian penuh ketika kegiatan siswa berlangsung masih

sangat kurang baru mencapai 9 siswa dari 25 siswa atau 36%.

Tabel 6

Nilai siswa pada hasil keterampilan Membaca pada Mata Pelajaran

Bahasa Indonesia

No. Nama Siswa Lafal Intonasi

Total Hasil B C K B C K

1 Aisyah Dwi Hasanah 70 65 135 68

2 Ardiva 50 60 110 55

3 Ayu Sulis 50 65 115 58

4 Cahyo Adi Nugraha 65 50 115 58

5 Devi Ariani 60 70 130 65

6 Endang Agustin 70 70 140 70

7 Eria Riskia 40 50 90 45

8 Fahri Akbar 50 50 100 50

9 Galih Nugroho 50 50 100 50

10 Ilham Kurniawan 50 70 120 60

11 Koko Kurnia 70 65 135 68

12 Krissinta Ayu 60 70 130 65

13 Lailatul S. 75 75 150 75

14 M. Zaki 70 60 130 65

15 Nabillah 70 70 140 70

16 Novi Oktavia 50 50 100 50

17 Octania Yulianti 50 65 115 58

18 Rafli Huwaidi 40 50 90 45

19 Rahmat Hidayat 50 50 100 50

20 Rayhan Hakim 50 50 100 50

21 Salman Harun 60 70 130 65

22 Salsabilla Tapalona 70 65 135 68

23 Sarah Amelia 70 50 120 60

24 Syawal 50 70 120 60

25 Velissa Sandra 70 65 135 68

46

Jumlah 1493

Rata-Rata 59,70

KKM 65

Nilai Tertinggi 75

Nilai Terendah 45

Dari tabel tersebut diketahui ketuntasan belajar siswa pada pra siklus

baru mencapai 11 siswa dari 25 siswa atau 44 %. Sedangkan nilai rata-rata

baru mencapai 59,70.

Dari data di atas menunjukkan dalam pra siklus ini masih banyak

siswa yang kurang berminat dalam membaca naskah. Maka dengan

kejadian seperti itu perlu adanya metode atau media yang bisa merangsang

siswa untuk gemar membaca. Di sini peneliti akan mencoba menggunakan

media komik untuk menarik minat siswa dalam membaca.

2. Siklus I

a. Tahap Perencanaan (Planning)

Tahap perencanaan pada siklus ini dimulai dengan menyiapkan kelas

penelitian. Selanjutnya menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP), alat peraga/media pembelajaran, materi ajar, lembar observasi, soal

tes akhir siklus dan alat dokumentasi.

Rencana pembelajaran dibuat dan didiskusikan bersama dengan guru

kolaborator agar sesuai dengan kurikulum yang telah ditetapkan di MI

Hidayatul Mubtadi’aat, alat peraga media yaitu berupa media komik yang

dibuat oleh peneliti yang disesuaikan dengan materi ajar yang akan

dilaksanakan.

Adapun materi ajar yang diberikan adalah yang bertemakan

“Membaca” dengan judul materi “Ikan Mas Ade” (Terlampir). Indikator

dari materi ini adalah rasa senang atau suka dalam pelajaran Bahasa

Indonesia dengan menggunakan media komik.

47

b. Tahap Tindakan

Tahap tindakan ini guru berusaha menerapkan kegiatan

pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan media komik yang

disesuaikan dengan materi ajar. Langkah-langkah tindakan ini sebagai

berikut :

1. Guru mengawali pelajaran dengan mengecek kehadiran siswa.

2. Guru membacakan hasil tes pra siklus agar siswa mengetahui

keterampilan membaca siswa masing-masing, serta memotivasi siswa

agar siswa mampu melakukan dengan lebih baik lagi pada siklus I dan

siklus II.

3. Menentukan bahan pembelajaran dan merumuskan tujuan

4. Mengarahkan dan membimbing siswa dalam belajar menggunakan

media komik

5. Menanamkan prinsip dan konsep melalaui metode yang direncanakan

6. Membimbing siswa menumbuhkan kepercayaan diri dengan cara

mendemonstrasikannya

7. Guru meminta siswa untuk membaca komik yang berjudul “Ikan Mas

Ade” dengan media komik.

8. Siswa mempraktekkan membaca dengan media komik.

Gambar 2

Para siswa sedang membaca komik yang dibuat oleh peneliti

48

9. Melakukan tanya jawab sekitar materi yang disampaikan

10. Menyimpulkan materi yang telah disampaikan selanjutnya

memberikan post tes.

Tabel 7

Lembar observasi pada penggunaan media komik

(Tema : Ikan Mas Ade)

Siklus I

Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Kelas/Semester : III/I

Hari/Tanggal : Selasa, 26 Nopember 2013

No. Nama Siswa

Komponen yang diamati

Perhatian

Penuh

Kurang

Perhatian

Tidak Ada

Perhatian

1 Aisyah Dwi Hasanah √

2 Ardiva √

3 Ayu Sulis √

4 Cahyo Adi Nugraha √

5 Devi Ariani √

6 Endang Agustin √

7 Eria Riskia √

8 Fahri Akbar √

9 Galih Nugroho √

10 Ilham Kurniawan √

11 Koko Kurnia √

12 Krissinta Ayu √

13 Lailatul S. √

14 M. Zaki √

15 Nabillah √

16 Novi Oktavia √

17 Octania Yulianti √

18 Rafli Huwaidi √

19 Rahmat Hidayat √

20 Rayhan Hakim √

21 Salman Harun √

49

22 Salsabilla Tapalona √

23 Sarah Amelia √

24 Syawal √

25 Velissa Sandra √

Jumlah 12 8 5

Persentase 48% 32% 20%

Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa rata-rata respon siswa

terhadap penggunaan media komik dalam proses pembelajaran Bahasa

Indonesia siklus I dilihat dari perhatian penuh ketika kegiatan siswa

berlangsung baru mencapai 12 siswa atau 48%.

Tabel 8

Nilai siswa pada hasil keterampilan Membaca pada Mata Pelajaran

Bahasa Indonesia

No. Nama Siswa Lafal Intonasi

Total Hasil B C K B C K

1 Aisyah Dwi Hasanah 75 65 140 70

2 Ardiva 75 60 135 68

3 Ayu Sulis 50 70 120 60

4 Cahyo Adi Nugraha 70 50 120 60

5 Devi Ariani 60 70 130 65

6 Endang Agustin 75 70 145 73

7 Eria Riskia 50 50 100 50

8 Fahri Akbar 50 50 100 50

9 Galih Nugroho 50 50 100 50

10 Ilham Kurniawan 70 70 140 70

11 Koko Kurnia 75 65 140 70

12 Krissinta Ayu 60 70 130 65

13 Lailatul S. 80 80 160 80

14 M. Zaki 75 60 135 68

15 Nabillah 70 70 140 70

16 Novi Oktavia 50 50 100 50

17 Octania Yulianti 75 70 145 73

50

18 Rafli Huwaidi 50 50 100 50

19 Rahmat Hidayat 50 50 100 50

20 Rayhan Hakim 50 50 100 50

21 Salman Harun 60 70 130 65

22 Salsabilla Tapalona 75 70 145 73

23 Sarah Amelia 70 50 120 60

24 Syawal 50 70 120 60

25 Velissa Sandra 70 70 140 70

Jumlah 1568

Rata-Rata 62,70

KKM 65

Nilai Tertinggi 80

Nilai Terendah 50

Dari tabel tersebut diketahui ketuntasan belajar siswa pada siklus I

baru mencapai 14 Siswa atau 56 % dari 25 siswa. Sedangkan nilai rata-rata

baru mencapai 62,70.

c. Tahap Pengamatan (Observasi)

Dari hasil pengamatan pada siklus I ini, keterampilan membaca

menggunakan media komik pada siswa kelas III masih ada pada kategori

rendah belum mencapai target yang diharapkan, adapun kategori yang

ingin dicapai adalah 75% dari jumlah siswa yang mencapai nilai KKM

yang ditentukan oleh madrasah 65, sedangkan hasil pengamatan pada

siklus I ini hasil belajar siswa baru mencapai nilai rata-rata 62,70 dari 25

siswa dengan rincian 14 siswa dari 25 siswa atau 56% yang dinyatakan

tuntas dan 11 Siswa dari 25 siswa atau 44% dinyatakan belum tuntas.

d. Tahap Refleksi (Reflekction)

Pada tahap refleksi ini dilakukan perencanaan kembali apa yang

telah dilakukandan dampaknya bagi proses belajar siswa. Hasil refleksi

yang didapat bahwa belum ada peningkatan yang signifikan dalam

51

membaca siswa baru mencapai 56%. Maka dari itu perlu melakukan tindak

lanjut pada siklus II.

3. Siklus II

a. Tahap Perencanaan (Planning)

Tahap perencanaan pada siklus II ini merupakan perbaikan tindakan

pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I. Tahap ini dimulai dengan

menyiapkan rencana pembelajaran, materi ajar, dan media, lembar

observasi, soal tes akhir siklus II. Materi ajar yang disampaikan pada

siklus II ini sama dengan siklus I yaitu membaca lancar teks pendek

dengan lafal dan intonasi yang benar. Target pada siklus II ini

menunjukkan peningkatan kemampuan membacanya dari hasi tes 75%

dari jumlah siswa memperoleh nilai di atas KKM.

Adapun materi ajar yang diberikan adalah yang bertemakan

“Membaca” dengan judul materi “Pak Belalang dan Si Kluntung”

(Terlampir). Indikator dari materi ini adalah rasa senang atau suka dalam

pelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan media komik.

b. Tahap Tindakan

Pada tahap tindakan ini guru masih menerapkan gambar yang

bertuliskan kata-kata yang disesuaikan dengan bahan ajar. Langkah-

langkah tindakan ini sebagai berikut :

1. Persiapan guru melakuka pre test sebelum pelajaran berlangsung

dengan cara melakukan tanya jawab

2. Persiapan kelas menyiapkan alat peraga berupa media komik dan

mengkondisikan kelas agar perhatian anak fokus pada pembelajaran

52

Gambar 3

Guru mengkondisikan kelas agar perhatian anak fokus pada pembelajaran

3. Mengarahkan dan membimbing serta memotivasi siswa dalam

melakukan tanya jawab seputar materi ajar

4. Langkah lanjutan, menyuruh salah seorang siswa untuk

mempraktekkan membaca ke depan menggunakan media komik.

Gambar 4

Siswa mempraktekkan membaca ke depan menggunakan media komik

53

Tabel 9

Lembar observasi penggunaan media komik

(Tema : Pak Belalang)

Siklus II

Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Kelas/Semester : III/I

Hari/Tanggal : Selasa, 2 Desember 2013

No. Nama Siswa

Komponen yang diamati

Perhatian

Penuh

Kurang

Perhatian

Tidak Ada

Perhatian

1 Aisyah Dwi Hasanah √

2 Ardiva √

3 Ayu Sulis √

4 Cahyo Adi Nugraha √

5 Devi Ariani √

6 Endang Agustin √

7 Eria Riskia √

8 Fahri Akbar √

9 Galih Nugroho √

10 Ilham Kurniawan √

11 Koko Kurnia √

12 Krissinta Ayu √

13 Lailatul S. √

14 M. Zaki √

15 Nabillah √

16 Novi Oktavia √

17 Octania Yulianti √

18 Rafli Huwaidi √

19 Rahmat Hidayat √

20 Rayhan Hakim √

21 Salman Harun √

22 Salsabilla Tapalona √

23 Sarah Amelia √

24 Syawal √

25 Velissa Sandra √

Jumlah 19 4 2

Persentase 76% 16% 8%

54

Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa rata-rata respon siswa

terhadap penggunaan media komik dalam proses pembelajaran Bahasa

Indonesia siklus II sudah mencapai 76%. Ini menunjukkan peningkatan

yang sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari perhatian siswa dalam

mengikuti kegiatan proses pembelajaran yaitu 19 siswa atau 76% perhatian

penuh, 4 siswa atau 16% siswa kurang perhatian, dan 2 siswa atau 8%

siswa tidak ada perhatian dalam kegiatan pembelajaran.

Tabel 10

Nilai siswa pada hasil keterampilan Membaca pada Mata Pelajaran

Bahasa Indonesia

No. Nama Siswa Lafal Intonasi

Total Hasil B C K B C K

1 Aisyah Dwi Hasanah 60 50 110 55

2 Ardiva 80 80 160 80

3 Ayu Sulis 75 75 150 75

4 Cahyo Adi Nugraha 75 75 150 75

5 Devi Ariani 75 75 150 75

6 Endang Agustin 80 80 160 80

7 Eria Riskia 80 70 150 75

8 Fahri Akbar 75 75 150 75

9 Galih Nugroho 60 50 110 55

10 Ilham Kurniawan 75 75 150 75

11 Koko Kurnia 80 80 160 80

12 Krissinta Ayu 75 75 150 75

13 Lailatul S. 80 80 160 80

14 M. Zaki 75 75 150 75

15 Nabillah 75 75 150 75

16 Novi Oktavia 50 60 110 55

17 Octania Yulianti 80 75 155 78

18 Rafli Huwaidi 75 75 150 75

19 Rahmat Hidayat 75 75 150 75

20 Rayhan Hakim 60 50 110 55

21 Salman Harun 75 75 150 75

22 Salsabilla Tapalona 80 75 155 78

55

23 Sarah Amelia 60 60 120 60

24 Syawal 50 60 110 55

25 Velissa Sandra 75 75 150 75

Jumlah 1785

Rata-Rata 71,40

KKM 65

Nilai Tertinggi 80

Nilai Terendah 55

Dari tabel tersebut dapat dilihat dari ketuntasan belajar siswa sudah

mencapai 76% atau 19 siswa dari 25 siswa. Sedangkan nilai rata-rata hasil

belajar siswa dalam keterampilan membaca siswa mencapai 71,40.

Tabel 11

Lembar observasi penggunaan media komik

(Tema : Si Kluntung)

Siklus II

Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Kelas/Semester : III/I

Hari/Tanggal : Rabu, 3 Desember 2013

No. Nama Siswa

Komponen yang diamati

Perhatian

Penuh

Kurang

Perhatian

Tidak Ada

Perhatian

1 Aisyah Dwi Hasanah √

2 Ardiva √

3 Ayu Sulis √

4 Cahyo Adi Nugraha √

5 Devi Ariani √

6 Endang Agustin √

7 Eria Riskia √

8 Fahri Akbar √

9 Galih Nugroho √

10 Ilham Kurniawan √

11 Koko Kurnia √

12 Krissinta Ayu √

56

13 Lailatul S. √

14 M. Zaki √

15 Nabillah √

16 Novi Oktavia √

17 Octania Yulianti √

18 Rafli Huwaidi √

19 Rahmat Hidayat √

20 Rayhan Hakim √

21 Salman Harun √

22 Salsabilla Tapalona √

23 Sarah Amelia √

24 Syawal √

25 Velissa Sandra √

Jumlah 20 3 2

Persentase 80% 12% 8%

Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa rata-rata respon siswa

terhadap penggunaan media komik dalam proses pembelajaran Bahasa

Indonesia siklus II sudah mencapai 80%. Ini menunjukkan peningkatan

yang sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari perhatian siswa dalam

mengikuti kegiatan proses pembelajaran yaitu 20 siswa atau 80% perhatian

penuh, 3 siswa atau 12% siswa kurang perhatian, dan 2 siswa atau 8%

siswa tidak ada perhatian dalam kegiatan pembelajaran.

Tabel 12

Nilai siswa pada hasil keterampilan Membaca pada Mata Pelajaran

Bahasa Indonesia

No. Nama Siswa Lafal Intonasi

Total Hasil B C K B C K

1 Aisyah Dwi Hasanah 75 75 150 75

2 Ardiva 80 80 160 80

3 Ayu Sulis 75 75 150 75

4 Cahyo Adi Nugraha 80 80 160 80

5 Devi Ariani 75 75 150 75

6 Endang Agustin 80 80 160 80

57

7 Eria Riskia 80 70 150 75

8 Fahri Akbar 75 75 150 75

9 Galih Nugroho 80 80 160 80

10 Ilham Kurniawan 75 75 150 75

11 Koko Kurnia 80 80 160 80

12 Krissinta Ayu 75 75 150 75

13 Lailatul S. 80 80 160 80

14 M. Zaki 75 75 150 75

15 Nabillah 80 80 160 80

16 Novi Oktavia 75 75 150 75

17 Octania Yulianti 80 75 155 78

18 Rafli Huwaidi 75 75 150 75

19 Rahmat Hidayat 75 75 150 75

20 Rayhan Hakim 60 60 120 60

21 Salman Harun 80 80 160 80

22 Salsabilla Tapalona 80 75 155 78

23 Sarah Amelia 60 60 120 60

24 Syawal 60 60 120 60

25 Velissa Sandra 75 75 150 75

Jumlah 1875

Rata-Rata 75,00

KKM 65

Nilai Tertinggi 80

Nilai Terendah 60

Dari tabel tersebut dapat dilihat dari ketuntasan belajar siswa sudah

mencapai 88% atau 22 siswa dari 25 siswa. Sedangkan nilai rata-rata hasil

belajar siswa dalam keterampilan membaca siswa mencapai 75,00.

c. Tahap Pengamatan (Observasi)

Dari hasil pengamatan pada siklus II ini mengalami peningkatan

yang sangat signifikan dilihat dari hasil observasi ketika kegiatan

pembelajaran. Siswa begitu perhatian dan semangat ketika dalam

membaca teks dengan judul “ Pak Belalang dan Si Kluntung “, ketika

siswa diminta untuk membacakan teks tersebut dengan semangatnya siswa

mau membacakannya dengan suara lantang dan lafal yang bagus, dan

58

terlihat pula dari hasil belajar siswa di akhir siklus II menunjukkan

peningkatan yang sangat baik dibanding pada siklus I. Hal ini dapat kita

lihat dari hasil belajar siswa yang mencapai nilai rata-rata untuk “Pak

Belalang” 71,40 atau 76% dari 19 siswa dan untuk “Si Kluntung” 75,00

atau 88% dari 22 siswa yang dinyatakan tuntas memiliki keterampilan

membaca lancar dilihat dari aspek yang dinilai yaitu lafal dan intonasi,

d. Tahap Refleksi (Reflekction)

Dari hasil penelitian siklus II bahwa kegiatan pembelajaran Bahasa

Indonesia melalui media komik mengalami peningkatan. Ini terlihat dari

data observasi yang telah mencapai indikator keberhasilan yang

ditentukan, seluruh siswa menunjukkan keaktifannya yang begitu besar

sehingga kegiatan penelitian kelas dalam rangka upaya meningkatkan

keterampilan membaca siswa melalui media komik pada mata pelajaram

Bahasa Indonesia dengan kompetensi membaca bersuara (lancar)

dihentikan sampai siklus ini.

C. Analisis Data

Berdasarkan hasil penelitian siklus II diperoleh bahwa hasil belajar

siswa mengalami penigkatan dari siklus I. Dari siklus II ini dapat disimpulkan

bahwa hasil belajar siswa pada konsep memahami teks pendek dengan

membaca lancar telah memenuhi indikator yang peneliti harapkan, hasil rata-

rata akhir siklus II siswa mengalami kenaikan yang sudah memuaskan,

ketuntasan belajar siswa sudah mencapai lebih dari kualifikasi yang

ditentukan dan respon siswa terhadap penggunaan media komik mengalami

kemajuan yang sangat baik. Oleh karena itu, peneliti memutuskan untuk

menghentikan pemberian tindakan. Hal ini dapat dilihat kembali melalui

diagram di bawah ini dari siklus I dan II.

59

Grafik 1

Grafik Hasil Observasi Pada Penggunaan Media Komik

Grafik 2

Grafik Nilai Rata-Rata Hasil Kegiatan Pembelajaran

Bahasa Indonesia pada Penggunaan Media Komik

Ikan Mas Ade

Pak Belalang

Si Kluntung

75

73

71

69

67

65

63

61

57

Siklus I Siklus II

75,00

71,40

62,70

Ikan Mas Ade

Pak Belalang

Si Kluntung

90 %

80 %

70 %

60 %

50 %

40 %

30 %

20 %

10 %

0 %

Siklus I Siklus II

48 %

76 % 80 %

60

Grafik 3

Grafik Persentase Ketuntasan Belajar dalam Pembelajaran

Bahasa Indonesia pada Penggunaan Media Komik

D. Pembahasan

Dari hasil penelitian dalam upaya meningkatkan keterampilan membaca

siswa melalui media komik dengan konsep mampu membaca dan memahami

teks pendek dengan cara membaca lancar (bersuara) beberapa kalimat

sederhana, sebelum dilakukan tindakan pembelajaran menggunakan alat

peraga berupa media komik, pembelajaran Bahasa Indonesia banyak

dilakukan dengan metode ceramah sehingga siswa kurang perhatian selama

proses pembelajaran, bahkan banyak siswa yang tidak konsentrasi dalam

mengikuti pembelajaran. Banyak dari mereka yang bercanda dan melakukan

aktivitas yang tidak ada hubungannya dengan kegiatan pembelajaran. Setelah

dilakukan penelitian tindakan kelas yaitu dengan menerapkan pembelajaran

Bahasa Indonesia dengan menggunakan media komik pada konsep mampu

membaca lancar (bersuara) beberapa kalimat sederhana, hasil belajar siswa

mengalami peningkatan serta siswa dapat belajar lebih aktif dan konsentrasi

dalam mengikuti pembelajaran khususnya Bahasa Indonesia.

Ikan Mas Ade

Pak Belalang

Si Kluntung

90 %

80 %

70 %

60 %

50 %

40 %

30 %

3 20 %

10 %

Siklus I Siklus II

88 %

76 %

56 %

61

Hasil belajar siswa diperoleh dengan cara menggunakan siklus, siklus

yang digunakan siklus I dan II. Hasil belajar siswa pada siklus I belum

mencapai kriteria yang diharapkan, maka peneliti pun melanjutkan pada

siklus yang ke II, pada siklus II ini mengalami peningkatan yang diharapkan,

akhirnya penelitian dihentikan pada siklus II.

Peningkatan respon siswa terhadap penggunaan media komik mulai dari

pra siklus hingga akhir siklus II skor rata-ratanya meningkat. Skor rata-rata

pada pra siklus sebesar 36% (9 siswa dari 25 siswa), kemudian menjadi 80%

(20 siswa dari 25 siswa). Jika dilihat dari nilai rata-rata ketuntasan belajar

mulai dari pra siklus hingga akhir siklus II skor rata-ratanya meningkat juga.

Nilai rata-rata pada pra siklus sebesar 59,70 kemudian meningkat menjadi

75,00 pada akhir siklus II. Jika dilihat dari persentase ketuntasan ketuntasan

belajar juga meningkat. Persentase pada pra siklus 44 % (11 siswa dari 25

siswa) kemudian meningkat menjadi 88 % (22 siswa dari 25 siswa).

Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan media komik

sangat membantu siswa terutama dalam upaya meningkatkan keterampilan

membaca pada pembelajaran Bahasa Indonesia. Karena penggunaan media

komik ini lebih menarik perhatian dan tidak menimbulkan kebosanan

terhadap siswa apalagi siswa kelas III MI Hidayatul mubtadi’aat.

62

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada

bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa membaca melalui media komik

dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dapat meningkatkan keterampilan

membaca siswa kelas III MI Hidayatul Mubtadi’aat. Peningkatan keterampilan

membaca siswa tampak pada kualitas proses pembelajaran yang ditunjukkan

dengan berkurangnya atau bahkan hilangnya kebiasaan-kebiasaan buruk atau

faktor-faktor yang dapat menghambat kegiatan membaca siswa. Siswa yang pada

saat pra siklus masih melakukan kebiasaan-kebiasaan yang kurang perlu dan

justru mengurangi kualitas membaca mereka, pada siklus I dan siklus II kebiasaan

tersebut sudah banyak berkurang dan ada sebagian yang telah berhasil

dihilangkan.

Peningkatan tersebut dapat diketahui dari hasil tes keterampilan membaca

siswa. Di tiap kategori skor rata-rata keterampilan membaca siswa mengalami

peningkatan. Beberapa siswa memang mengalami penurunan skor. Namun, hal

tersebut tidak menyebabkan penurunan skor rata-rata secara keseluruhan atau

pada skor rata-rata kelas.

Peningkatan keterampilan membaca dapat dilihat di tiap kategori. Kategori

tersebuat yaitu lafal dan intonasi dalam membaca. Selain itu, secara keseluruhan

peningkatan tersebut terlihat jelas pada peningkatan skor rata-rata keterampilan

membaca siswa.

Pada siklus I respon siswa terhadap penggunaan media komik 48% (Tema:

Ikan Mas Ade) meningkat menjadi 76% (Tema: Pak Belalang) dan 80% (Tema: Si

Kluntung) pada siklus II. Sama halnya dengan skor rata-rata tes kemampuan

membaca siswa meningkat dari siklus I 62,70 (Tema: Ikan Mas Ade) menjadi

71,40 (Tema: Pak Belalang) dan 75,00 (Tema: Si Kluntung) pada akhir siklus II.

63

Berdasarkan indikator keberhasilan, penelitian tindakan kelas dalam upaya

meningkatkan keterampilan membaca siswa melalui media komik bagi siswa

kelas III MI Hidayatul Mubtadi’aat ini dikatakan berhasil. Secara proses, siswa

terlihat antusias terhadap proses pembelajaran, konsentrasi siswa pada saat

membaca meningkat, siswa berperan aktif selama proses pembelajaran

berlangsung, kebiasaan-kebiasaan buruk atau faktor penghambat siswa dalam

membaca berkurang, dan siswa memiliki respon positif terhadap digunakannya

media komik dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia.

Secara produk, skor rata-rata keterampilan membaca siswa telah mencapai

skor 75. Hal tersebut mengindikasikan bahwa secara produk penelitian ini bisa

dikatakan berhasil. Secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

menggunakan media komik dapat meningkatkan keterampilan membaca siswa

dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran dengan

menggunakan media komik terbukti lebih efektif dibandingkan apabila tanpa

menggunakan media komik. Hal ini dapat dijadikan bahan evaluasi bagi bagian

kurikulum MI Hidayatul Mubtadi’aat yang selama ini proses pembelajaran di

sekolah tersebut pada umumnya belum menggunakan media pembelajaran.

Khusus untuk pembelajaran membaca siswa di MI Hidayatul Mubtadi’aat, hasil

penelitian ini menjadi jawaban atas masalah rendahnya minat atau antusias siswa

terhadap pembelajaran membaca, rendahnya skor kemampuan membaca, serta

kurang bervariasinya media pembelajaran membaca siswa.

B. Saran

Adapun beberapa saran yang dapat disampaikan dengan hasil penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Hendaknya guru mampu menggunakan media pembelajaran yang dapat

meningkatkan belajar siswa

2. Hendaknya pihak madrasah mendukung pada pengembangan pembelajaran

Bahasa Indonesia dalam meningkatkan keterampilan membaca siswa melalui

penggunaan media komik

64

3. Guru tidak boleh berhenti belajar, hendaknya harus selalu memperluas

keilmuannya

4. Hendaknya selalu memberikan dorongan dalam setiap kegiatan pembelajaran

guna menumbuhkan kepercayaan diri pada siswa

5. Memberikan suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan

6. Jangan cepat berpuas diri dengan hasil yang sudah dicapai.

65

DAFTAR PUSTAKA

Alex, H. Achmad H.P. Buku Ajar Bahasa Indonesia. Jakarta: FITK Press. 2009.

Arifin, E. Zaenal dan S. Arman Tamsai. Cermat Bebahasa Indonesia: Untuk

Perguruan Tinggi. Jakarta: Akademika Pressindo. 2000.

Arsyad, Azhar. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers. 2010.

Cahyani, Isah dan Khodijah. Kemampuan Berbahasa Indonesia di Sekolah Dasar.

Bandung: UPI Press. 2007.

Chaer, Abdul. Psikologi Kajian Teoritik. Jakarta: Rineka Cipta. 2003.

Chaer, Abdul. SOSIOLINGUISTIK: Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.

2004.

Dardjowidjojo, Soenjono. Psikolingustik: Pengantar Pemahaman Bahasa

Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. 2008.

Daryanto. Media Pembelajaran. Bandung: Satu Nusa. 2010.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zaini. Strategi Belajar Mengjar. Jakarta:

Rineka Cipta. 2010.

Ensiklopedia Nasional Indonesia. Jakarta: Delta Pamungkas. 1997.

Fatra, Maifalinda dan Abdul Rojak. Bahan Ajar Penelitian Tindakan Kelas.

Jakarta: FITK UIN Jakarta. 2010.

66

Finoza, Lamuddin. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia.

2010.

Gani, Ramlan A. dan Mahmudah Fitriyah Z.A. Pembinaan Bahasa Indonesia.

Jakarta: FITK PRESS. 2010.

Guruindo.blogspot.com/komok-sebagai-media-pembelajaran.html di akses pada

tanggal 10 Agustus 2014 pukul 11.00 WIB

Hartanti, Tatat, dkk. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas Rendah.

Bandung: UPI Press. 2006.

Hindun. Dalam daeng Nurjamal. Pembelajaran Bahasa Indonesia Berkarakter di

MI/SD. Jakarta: Nufa Citra Mandiri. 2013.

http://uuntriwahyudi.blogspot.com/2013/08/komik-sebagai-media-pembelajaran-

2. html di akses pada tanggal 8 Agustus 2014 pukul 10.30 WIB

http://pbsindonesia.fkip-uninus.ore/media.php?module=detailmateri&id=6

22 Maret 2011 Pukul 19.00 WIB

Kunandar. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Rajawali Press.

2008.

Masdiono, Toni. 14 Jurus Membuat Komik. Jakarta: Creative Media. 2003.

Munadhi, Yudhi. Media Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada Press. 2008.

Nuryata, Budi, dkk. Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Jakarta: Rineka Cipta.

2007.

67

Nuryanto, Budi Y, dkk. Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Jakarta:

Universitas Terbuka. 2008.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta: Balai Pustaka. 2003.

Resmini, Novi, dkk. Membaca dan Menulis di SD Teori dan Pengajaran.

Bandung: UPI Press. 2006.

Standar Kompetensi Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan

Nasional, 2003.

Sumarsono. Sosiolinguistik. Jakarta: Pustaka Pelajar. 2012.

Tim penyusun kamus pusat pembinaan dan pengembangan bahasa Departemen

pendidikan dan kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:

Balai Pustaka. 1999.

Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan. Jakarta: Direktorat

Jenderal Pendidikan Islam Departemen Pendidikan Islam Depag RI,

2006.

Uno, Hamzah, B., dkk. Menjadi Peneliti PTK yang Profesional. Jakarta: Bumi

Aksara. 2011.

W., Solchan T., dkk. Dalam I GUSTI Ngurah Oka. Pendidikan Bahasa Indonesia

di SD. Jakarta: Universitas terbuka. 2008.

Yamin, Martinis. Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta: Tim Gaung Persada Press

Jakarta. 2010.