Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar IPA Melalui Metode...
Transcript of Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar IPA Melalui Metode...
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Pengertian Keaktifan
Slameto (2010: 36) Keaktifan merupakan suatu tindakan yang dilakukan
oleh siswa yaitu menjalankan perintah, melaksanakan tugas, membuat grafik,
diagram, inti sari dari pelajaran yang disajikan oleh guru, bila siswa menjadi
partisipasi yang aktif, maka ia memiliki ilmu atau pengetahuan itu dengan baik.
Moh Uzer Usman (1990: 20) mengemukakan “kadar keaktifan siswa itu
dalam interaksi diantara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa lainnya”.
Sedangkan menurut Jamal Ma’mur Asmani (2011: 60) Aktif dimaksudkan
“bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana
sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan
mengemukakan gagasan”
Dimyati (2009: 51) berpendapat bahwa keaktifan sebagai “Primus
motor” dalam kegiatan pembelajaran maupun kegiatan belajar, siswa dituntut
untuk selalu aktif memproses dan mengolah perolehan belajarnya. Untuk itu
siswa dituntut untuk aktif secara fisik dan intelektual.
Berdasarkan beberapa pendapat dari para ahli diatas dapat dikaji bahwa
keaktifan merupakan tindakan yang dilakukan oleh siswa dengan melibatkan
seluruh aktivitas fisik maupun intelektual melalui interaksi diantara siswa dengan
guru maupun siswa dengan siswa lainnya dengan menciptakan kondisi yang
memungkinkan terjadinya proses interaksi yang baik dengan siswa, agar siswa
dapat melakukan berbagai aktivitas belajar dengan efektif sehingga terpacu untuk
aktif dalam belajar agar memperoleh hasil yang diinginkan.
6
2.1.1.1 Pentingnya Keaktifan Siswa
Keaktifan merupakan hal penting dalam proses pembelajaran melalui
peran guru dengan menciptakan kondisi yang mampu membuat siswa aktif
sehingga proses pembelajaran menjadi lebih efektif dengan melibatkan siswa
secara keseluruhan baik fisik maupun intelektual sehingga siswa terpacu untuk
aktif dalam memperoleh hasil yang diinginkan.
Menurut Nana Sudjana (2012:61) keaktifan siswa dalam mengikuti
proses belajar mengajar dapat dilihat dalam:
1. Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya. 2. Terlibat dalam pemecahan masalah. 3. Bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak memahami
persoalan yang dihadapinya. 4. Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk
memecahkan masalah. 5. Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru. 6. Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperoleh. 7. Melatih diri dalam memecahkan masalah soal atau masalah yang
sejenis. 8. Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperoleh
dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya di lingkungan sekolah.
2.1.2 Pengertian Hasil Belajar
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:3) hasil belajar merupakan
tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat
sebelum belajar. Sedangkan menurut Agus Suprijono (2009:7) hasil belajar
adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya seluruh aspek
potensi kemanusiaan saja.
Bloom (dalam Sudjana, 2005: 22-23) mendifinisikan hasil belajar sebagai
hasil perubahan tingkah laku yang meliputi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah
afektif, dan ranah psikomotor. Ranah kognitif meliputi pengetahuan, pemahaman,
aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Pengetahuan, pemahaman dan aplikasi,
digolongkan sebagai tingkat kognitif rendah. Analisis, sintesis dan evaluasi
7
disebut sebagai tingkat kognitif tinggi. Ranah afektif meliputi penerimaan,
perhatian, penanggapan, penyesuaian, penghargaan dan penyatuan. Ranah
psikomotor meliputi peniruan, penggunaan, ketelitian, koordinasi, dan
naturalisasi.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar adalah hasil dimana suatu proses usaha seseorang untuk memperoleh
perubahan tingkah laku di dalam diri manusia yang ditandai adanya perubahan
pada diri seseorang sebagai tanda dari hasil proses belajar seperti perubahan
pengetahuan, sikap dan tingkah laku, ketrampilan, serta perubahan aspek –
aspek lainnya berkat adanya pengalaman yang diperoleh melalui interaksi dengan
lingkungan.
2.1.2.1 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Slameto (2010:54) menyatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar ada dua, yaitu sebagai berikut:
a) Faktor-faktor intern yaitu faktor yang berasal dari diri siswa, terbagi
menjadi tiga faktor yaitu :
1. Faktor Jasmaniah, meliputi: faktor kesehatan dan faktor cacat tubuh. 2. Faktor Psikologis, meliputi: inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif,
kematangan, kesiapan. 3. Faktor Kelelahan, meliputi: kelelahan jasmani dan kelelahan
rohani. b) Faktor-faktor yaitu faktor yang berasal dari luar siswa. Faktor ini
antara lain sebagai berikut:
1. Faktor Keluarga, meliputi: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan.
2. Faktor Sekolah, meliputi: metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran dai atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah.
3. Faktor Masyarakat, meliputi: kegiatan siswa dalam mayarakat, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.
8
Faktor intern dan ekstern akan sangat mempengaruhi hasil belajar,
dan untuk memperoleh hasil belajar yang baik, maka siswa harus
memperhatikan faktor-faktor inten dan ekstern. Untuk meningkatkan hasil
belajar maka siswa dituntut untuk memiliki kebiasaan belajar yang baik.
2.1.3 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
2.1.3.1 Latar Belakang IPA
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu
tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-
prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA
diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan
alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya
didalam kehidupan sehari-hari (Permendiknas No. 22 Tahun 2006).
Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman
langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami
alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat
sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih
mendalam tentang alam sekitar (Permendiknas No. 22 Tahun 2006).
IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi
kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat
diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak
berdampak buruk terhadap lingkungan. Ditingkat SD diharapkan ada penekanan
pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang
diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu
karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara
bijaksana (Permendiknas No. 22 Tahun 2006).
Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific
inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap
9
ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup.
Oleh karena itu, pembelajaran IPA diSD menekankan pada pemberian
pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan
keterampilan proses dan sikap ilmiah (Permendiknas No. 22 Tahun 2006).
2.1.3.2 Tujuan IPA
Mata Pelajaran IPA di SD bertujuan agar siswa memiliki kemampuan
sebagai berikut (Permendiknas No. 22 Tahun 2006).
1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-nya.
2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.
4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelediki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.
5. Meningkatkan kesadaran untuk peranserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.
6. Meningkatkan kesadaran untuk mengahrgai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTS
2.1.3.3 Ruang Lingkup IPA
Ruang Lingkup bahan kajian IPA untuk SD meliputi aspek-aspek berikut
(Permendiknas No. 22 Tahun 2006).
1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.
2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas. 3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,
cahaya dan pesawat sederhana. 4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-
benda langit lainnya.
10
2.1.3.4 SK dan KD IPA
Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD
mencakup standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh siswa
dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum disetiap satuan
pendidikan. pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan siswa
untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang
difasilitasi oleh guru. Secara rinci SK dan KD untuk mata pelajaran IPA kelas 4
disajikan melalui Tabel 2.2 berikut ini ( Permendiknas No. 22 Tahun 2006).
2.1.4 Hakekat Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
2.1.4.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Rusman (2011: 202) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif
merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat
sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Sedangkan
menurut Isjoni (2012: 12) Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar
dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat
kemampuaannya berbeda. Dalam menyelesaiakan tugas kelompoknya, setiap
siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk
memahami materi pembelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar
dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum mengusai
bahan pelajaran.
Slavin (2005: 100) pembelajaran kooperatif bukan hanya sebuah teknik
pengajaran yang ditujukan untuk meningkatkan pencapaian prestasi para siswa,
ini juga merupakan cara untuk menciptakan keceriaan, lingkungan yang pro-sosia
di dalam kelas, yang merupakan salah satu manfaat penting untuk memperluas
perkembangan interpersonal dan keefektifan.
Sunal dan Hans (2000) dalam Isjoni (2012: 12) mengemukakan bahwa
pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian
strategi khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar
bekerja sama selama proses pembelajaran.
11
Menurut Jonhson & Jonhson (Isjoni, 2012:17) berpendapat bahwa
“kooperatif learning adalah mengelompokkan siswa di dalam kelas kedalam
suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan
maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam
kelompok tersebut”.
2.1.4.2 Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Eggen and Kauchak (dalam Trianto, 2009:58) Pembelajaran kooperatif
merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa
bekerja secara kolaboratif untuk mencapai tujuan bersama. Pembelajaran
koopertif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa,
memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat
keputusan dalam kelompok, serta memberikan kepada siswa untuk
berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya.
2.1.5 Metode STAD
Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) didalamnya terdapat
berbagai tipe dari model tersebut, yang salah satunya adalah STAD (Student
Team Achievement Division). STAD (Student Team Achievement Division)
adalah “salah satu strategi aktif dalam pembelajaran kooperatif yang
mendorong peserta didik agar saling membantu untuk menguasai keterampilan
yang diajarkan oleh guru” Zainal Arifin (2012: 82).
Tipe ini dikembangkan oleh Slavin (dalam Isjoni, 2012: 82) “merupakan
salah satu tipe kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi
diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai
materi pelajaran guna mencapai hasil yang maksimal”.
STAD merupakan salah satu tipe kooperatif yang dengan menggunakan
kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-5 orang siswa secara heterogen.
STAD diawali dengan penyampaian tujuan dan motivasi, pembagian kelompok,
presentasi dari guru, kegiatan belajar dalam (kerja tim), kuis/evaluasi,
penghargaan prestasi tim Rusman (2011: 215).
12
2.1.5.1 Langkah – Langkah Metode STAD Menurut Rusman (2011:215) adapun beberapa langkah-langkah dalam
pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai berikut:
1. Penyampaian Tujuan dan Motivasi 2. Pembagian Kelompok 3. Presentasi dari Guru 4. Kegiatan Belajar dalam Tim (Kerja Tim) 5. Kuis 6. Penghargaan Prestasi Tim
Langkah - langkah dalam pembelajaran dengan metode STAD dimulai dari
siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok, dimana setiap kelompoknya
terdiri dari 4-5 siswa yang memprioritaskan heterogenitas kelas dalam prestasi
akademik, jenis kelamin, ras. Dilanjutkan dengan penyampaian materi pelajaran
oleh guru dan terlebih dahulu menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai serta pentingnya pokok bahasan tersebut dipelajari dan guru memberi
motivasi siswa agar dapat belajar dengan aktif dan kreatif. Selanjutnya siswa
belajar dalam keolmpok yang telah dibentuk dan guru menyiapkan lembaran
kerja sebagai pedoman bagi siswa untuk kerja kelompok, sehingga semua anggota
menguasai dan masing-masing memberikan kontribusi. Guru mengevaluasi hasil
belajar melalui pemberian kuis tentang materi yang dipelajari dan juga melakukan
penilain terhadap presentasi hasil kerja masingmasing kelompok. Setelah
pelaksanaan kuis, guru memeriksa hasil kerja siswa dan diberikan penilaian
dan selanjutnya pemberian penghargaan atas keberhasilan kelompok.
2.1.5.2 Kelebihan dan Kelemahan Metode STAD
Menurut Ahmad Slavin (1995:17) pembelajaran kooperatif Tipe STAD
juga memiliki kelebihan, yaitu sebagai berikut:
1. Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi normanorma kelompok.
2. Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama.
3. Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok.
4. Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat.
13
Selain itu dalam pembelajaran Tipe STAD adapun kekurangan-
kekurangan menurut Dess (1991:411) , yaitu sebagai berikut:
1. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk siswa sehingga sulit mencapai target kurikulum.
2. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk guru sehingga pada umumnya guru tidak mau menggunakan pembelajaran kooperatif.
3. Membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak semua guru dapat melakukan pembelajaran kooperatif.
4. Menuntut sifat tertentu dari siswa, misalnya sifat suka bekerja sama
2.1.6 Hakekat Media Pembelajaran
Hamalik (1994: 12) media pendidikan adalah alat, metode dan teknik yang
digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara
guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Sedangkan
menurut Yudhi Munadi (2008:7) mengungkapkan media dapat dipahami sebagai
segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber
secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif dimana
penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif.
Nasional Education Association ( NEA) (Arief Sidharta, 2006:5) media
adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, merangsang pikiran,
perasaan, dan kemauan sehingga siswa terdorong terjadinya proses belajar pada
dirinya. Gagne dan Briggs (dalam Arsyad, 2002:4) mengatakan media
pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi
materi pengajaran mislanya buku, tape-recorder, kaset, film, slide, animasi dan
lain-lain.
Pengertian media pembelajaran yang telah dikemukakan pada dasarnya
sama, yaitu sarana, alat, metode, maupun teknik komunikasi yang digunakan
untuk menyampaikan pesan atau isi materi pelajaran dalam bentuk seperti buku,
video, film, animasi dan sebagainya agar lebih efektif dan efisien dalam
merangsang pikiran, perasaan dan kemauan sehingga siswa terdorong terjadinya
proses belajar pada dirinya.
Dalam Penelitian ini, peneliti menggunakan media pembelajaran dalam
bentuk animasi pewer point. Media animasi power point dapat menjadi sarana
komunikasi maupun penyajian materi yang membuat siswa merasa tertarik dan
14
lebih antusias dalam pembelajaran, karena dengan media animasi dapat
merangsang keaktifan siswa dan media animasi power point juga bersifat konkret
artinya media animasi power point dapat memperjelas atau mempermudah
pemahaman siswa, mengenai materi pelajaran yang masih bersifat abstrak
menjadi lebih realistis dan berwujud, sehingga siswa tidak hanya membayangkan
saja
2.1.6.1 Animasi Powerpoint
Salah satu media pembelajaran yang digunakan adalah dengan
menggunakan media animasi powerpoint. Menurut Munir (2013: 334)
menyebutkan “visual animasi adalah proses penciptaan efek gerak atau efek
perubahan bentuk yang terjadi selama beberapa waktu”. Sedangkan Arsyad
(2009: 91) menyebutkan “media berbasis visual animasi (image atau
perumpamaan) memegang peranan yang sangat penting dalam proses
pembelajaran”.
Microsof Office Powerpoint adalah “program untuk membuat
presentasi yang menggunakan slide sebagai perencanaan dan layout
presentasi” menurut Hadi (dalam Susanti, R. 2014). Dilihat dari pembelajaran,
media powerpoint dapat digunakan sebagai penunjang kegiatan pembelajaran
guna mencapai hasil belajar yang optimal. Salah satu aspek media pembelajaran
yang diunggulkan yang dipercaya mampu meningkatkan hasil belajar adalah
bersifat multimedia, yaitu gabungan dari berbagai unsur media seperti teks,
gambar, animasi, video.
Menurut Istiningsih (2012:119) manfaat microsoft powerpoint dalam
pembelajaran antara lain penyampaian materi, pembelajaran lebih menarik,
menciptakan pembelajaran yang efektif dan efisien dan materi pembelajaran
disampaikan secara utuh melalui pointer-pointer materi.
Power point merupakan salah satu media jenis proyektor. Keunggulan
powerpoint adalah : (1) mudah menggunakannya, (2) mudah dan dapat diproduksi
oleh guru sendiri, (3) dapat digunakan secara individu, (4) dapat diulang-ulang
sehingga lebih efisien, (5) biaya tidak mahal, (6) memiliki daya tarik, (7) fleksibel
15
penggunaannya, (8) dapat digunakan beberapa kali untuk kelas yang sama
maupun berbeda. Hasil penelitian Angeline dan Utomo (2012) media powerpoint
dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Media animasi powerpoint dapat menumbuhkan minat siswa dan dapat
memberikan hubungan antara isi pelajaran dengan dunia nyata sehingga dapat
memperjelas pemahaman dan memperkuat ingatan. Karena media animasi
merupakan sebuah kumpulan gambar yang berisikan gerakan maupun perubahan
bentuk, perubahan warna maupun gerak sebuah objek dari tempat satu
ketempat yang lain.
Menurut Munadi Yudhi (2008:150) ada beberapa kelebihan dari
multimedia animasi ini, yakni:
1. Mampu menampilkan objek-objek yang sebenarnya tidak ada secara fisik atau diistilahkan dengan imagery. Secara kognitif pembelajaran dengan menggunakan mental imagery akan meningkatkan retensi siswa dalam mengingat materi-materi pelajaran.
2. Memiliki kemampuan dalam menggabungkan semua unsur media seperti teks, video, animasi, image, grafik dan sound menjadi satu kesatuan penyajian yang terintegrasi.
3. Memiliki kemampuan dalam mengakomodasi peserta didik sesuai dengan modalitas belajarnya, terutama bagi mereka yang memiliki visual, auditif, kinestetik atau yang lainnya.
4. Mampu mengembangkan materi pembelajaran terutama memabaca dan mendengarkan secara mudah.
2.2 Kajian Hasil – Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian ini juga didasarkan pada hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh Seno (2012). Menyimpulkan bahwa menggunakan model
pembelajaran STAD dapat meningkatkan hasil belajar IPA dari kondisi awal
47,60 atau 30% meningkat menjadi 66,40 atau 80% setelah dilakukan tindakan.
Selain itu juga didukung dengan penelitian Praminah (2012) dengan
penerapan model pembelajaran model STAD dapat meningkatkan keaktifan
dan hasil belajar siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari keaktifan siswa
selama proses pembelajaran berlangsung ketika guru memberikan pertanyaan
16
dan pada saat mereka melakukan kegiatan berkelompok. Selain itu dapat dilihat
dari keberanian dalam mengungkapkan pendapat dan berinteraksi dengan
temannya melalui kerjasama yang baik. Dalam penelitian tersebut diperoleh
rata-rata aktivitas siswa dari siklus I mencapai 76% meningkat pada silus II
menjadi 89%. Sedangkan nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I
adalah 73 dan meningkat lagi pada siklus ke II menjadi 81. Dalam
penelitiannya tersebut Praminah menyimpulkan bahwa penerapan model STAD
dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA
dengan materi pemeliharan panca indra.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Seno (2012), dan
Praminah (2012) tentang penerapan model pembelajaran kooepratif tipe STAD
dalam kegiatan pembelajaran dapat diperoleh kesimpulan bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran IPA. Peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat dari perubahan
angka ketuntasan dari siklus I hingga siklus II. Selain itu penelitian Praminah
(2012) juga menyimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD juga dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa.
Dengan demikian penggunaan model pembelajaran STAD dapat
meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa sesuai dengan
penelitianpenelitian yang telah dilakukan sebelumnya.
2.3 Kerangka Berpikir
Rasional penggunaan model pembelajaran STAD dapat meningkatkan
keaktidan dan hasil belajar siswa karena model ini dapat membuat siswa menjadi
aktif dan dapat beinteraksi di antara siswa untuk saling memotivasi dan saling
membantu dalam mengusai materi pelajaran guna mencapai hasil belajar yang
maksimal.
Dari skema kerangka berpikir di atas dapat dijelaskan bahwa pada kondisi
awal guru menggunakan model pembelajaran yang monoton
ceramah dan pemberian tugas, sehingga siswa menjadi bosan dan malas
memperhatikan penjelasan dari guru. Akibatnya hasil belajar siswa menjadi
rendah.
Dari keadaan itu kemudian dilakukan tindakan berupa penggunaan
STAD. Dengan mod
siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam mengusai materi
pelajaran guna mencapai hasil belajar yang maksimal
hasil belajar siswa akan meningkat dan semua siswa mencapai nilai KKM.
2.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis tindakan dalam penelitia
animasi dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar
siswa kelas 4 SD Negeri 2 Mrisi
Tahun Pelajaran 2014/2015.
Kondisi Awal
Dari skema kerangka berpikir di atas dapat dijelaskan bahwa pada kondisi
awal guru menggunakan model pembelajaran yang monoton hanya sebatas pada
ceramah dan pemberian tugas, sehingga siswa menjadi bosan dan malas
memperhatikan penjelasan dari guru. Akibatnya hasil belajar siswa menjadi
Dari keadaan itu kemudian dilakukan tindakan berupa penggunaan
Dengan model ini, siswa diajak untuk aktif dan berinteraksi di antara
siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam mengusai materi
pelajaran guna mencapai hasil belajar yang maksimal Sehingga pada akhirnya
hasil belajar siswa akan meningkat dan semua siswa mencapai nilai KKM.
Hipotesis Penelitian
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah metode STAD
dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar
siswa kelas 4 SD Negeri 2 Mrisi Kecamatan Tanggungharjo Kabupaten Grobogan
Tahun Pelajaran 2014/2015.
17
Dari skema kerangka berpikir di atas dapat dijelaskan bahwa pada kondisi
hanya sebatas pada
ceramah dan pemberian tugas, sehingga siswa menjadi bosan dan malas
memperhatikan penjelasan dari guru. Akibatnya hasil belajar siswa menjadi
Dari keadaan itu kemudian dilakukan tindakan berupa penggunaan metode
interaksi di antara
siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam mengusai materi
Sehingga pada akhirnya
hasil belajar siswa akan meningkat dan semua siswa mencapai nilai KKM.
STAD berbantuan
dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar
Kecamatan Tanggungharjo Kabupaten Grobogan