PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA MELALUI STRATEGI GROUP...
Transcript of PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA MELALUI STRATEGI GROUP...
PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA MELALUI STRATEGI
GROUP INVESTIGATION PADA MAPEL PKn MATERI PERUNDANG-
UNDANGAN SISWA KELAS V SD NEGERI 01 GUMENG
KECAMATAN JENAWI KABUPATEN KARANGANYAR
TAHUN PELAJARAN 2012/2013
NASKAH PUBLIKASI
Disusun sebagai persyaratan
Guna mencapai Sarjana S-1
Pendidikan Guru Sekolah Dasar
LEDY SUNARTO
A54A 100074
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
1
ABSTRAK
PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA MELALUI STRATEGI
GROUP INVESTIGATION PADA MAPEL PKn MATERI PERUNDANG-
UNDANGAN SISWA KELAS V SD NEGERI 01 GUMENG
KECAMATAN JENAWI KABUPATEN KARANGANYAR
TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Ledy Sunarto. NIM. A54A 100074. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 2013
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan belajar PKn materi
perundang-undangan melalui strategi Group Investigation pada siswa Kelas V SD
Negeri 01 Gumeng Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar tahun pelajaran
2012/2013.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas.
Subjek penelitian adalah guru dan siswa kelas V SD Negeri 01 Gumeng Kecamatan
Jenawi tahun pelajaran 2012/2013. Data dikumpulkan melalui metode observasi,
dan dokumentasi. Rancangan penelitian tindakan yang dipilih yaitu model siklus
terdiri dari dua siklus. Setiap siklus meliputi unsur perencanaan (planning),
pelaksanaan (acting), observasi (observing) dan refleksi (reflecting).
Hasil penelitian menunjukkan keaktifan belajar siswa pada Pra siklus hanya
48% dan meningkat pada siklus I menjadi 70,37% selanjutnya meningkat ke siklus
II dengan persentase 85,2%. Dari Pra siklus sampai siklus II terjadi peningkatan
keaktifan siswa yang signifikan. Jadi dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian
terbukti, yaitu “Strategi Group Investigation dapat meningkatkan keaktifan belajar
PKn materi Perundang-undangan pada siswa Kelas V SD Negeri 01 Gumeng
Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar tahun pelajaran 2012/2013”.
Kata kunci : keaktifan, group investigation.
A. PENDAHULUAN
Keberhasilan proses belajar mengajar dalam pembelajaran dapat diukur
dari keberhasilan siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran tersebut. Dalam
pembelajaran keaktifan siswa sangat diperlukan. Keaktifan siswa terhadap pelajaran
akan berdampak pada prestasi belajar siswa. Tercapainya tujuan pendidikan
nasional di atas dapat dilihat dari prestasi belajar yang didapat oleh peserta didik.
2
Prestasi belajar yang baik dipengaruhi oleh beberapa faktor baik dari dalam diri
peserta didik maupun faktor-faktor lain di luar peserta didik. Antara lain kegiatan
pembelajaran di kelas sangat berpengaruh dalam tercapainya prestasi belajar yang
baik. Perwujudan pembelajaran yang baik dapat dilihat dari aktivitas belajar siswa
dalam mengikuti pembelajaran. Dapat disimpulkan semakin tinggi aktivitas belajar
siswa akan semakin tinggi pula prestasi belajar. Perlunya dikembangkan
pembelajaran yang dapat membangun keaktifan siswa dalam proses belajar
mengajar adalah sebagai alternatif model pembelajaran yang baru. Pembelajaran
yang efektif tersebut harus diimbangi dengan kemampuan guru dalam menguasai
model pembelajaran dan materi yang akan diajarkan.
Berdasarkan fakta yang diperoleh di lapangan yaitu melalui wawancara
pada guru dan juga observasi kelas diketahui bahwa pembelajaran PKn Kelas V SD
Negeri 01 Gumeng, Jenawi belum dapat mengembangkan keaktifan belajar siswa,
selain itu penggunaan strategi pembelajaran yang menekankan penyampaian
informasi materi dalam bentuk ceramah, sehingga siswa pasif, hanya mendengarkan
penjelasan guru, keaktifan siswa masih sangat rendah. Dari keseluruhan siswa yang
berjumlah 27, hanya 13 siswa yang aktif dalam pembelajaran PKn. Keaktifan
belajar PKn baru mencapai 48%, sedangkan 52% siswa masih belum aktif dalam
pembelajaran.
Dalam paradigma baru pendidikan, tujuan pembelajaran bukan hanya
untuk mmendapatkan hasil belajar siswa yang tinggi, tetapi meningkatkan keaktifan
siswa dalam belajar sehingga penting bagi guru untuk mengembangkan
pembelajaran yang aktif. Pembelajaran aktif bertujuan untuk mengoptimalkan
penggunaan semua potensi yang dimilki oleh anak didik, sehingga semua anak
didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik
pribadi yang mereka miliki (Suprijino 2010: 6). Di samping itu pembelajaran aktif
juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa atau anak didik agar tetap tertuju
pada proses pembelajaran. Belajar yang bermakna terjadi bila siswa atau anak didik
berperan secara aktif dalam proses belajar dan akhirnya mampu memutuskan apa
yang akan dipelajari dan cara mempelajarinya. Proses pembelajaran akan berhasil
3
dengan baik jika peran para guru dalam berinteraksi dengan siswanya selalu
memberikan motivasi, dan memfasilitasinya tanpa mendominasi, memberikan
kesempatan untuk berpartisipasi aktif, membantu dan mengarahkan siswanya untuk
mengembangkan bakat dan minat mereka melalui proses pembelajaran yang
terencana.
Berkaitan dengan keaktifan siswa, menurut hasil penelitian Siti Lestari
(2012) menunjukkan bahwa dengan menerapkan strategi Group Investigation dapat
meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran PKn. Sebelum dilakukan
pembelajaran dengan strategi Group Investigation, keaktifan siswa hanya 10 dari 25
siswa (40%) dan setelah menggunakan strategi Group Investigation keaktifan siswa
meningkat menjadi 20 siswa dengan persentase 80%. Selanjutnya penelitian Siti
Lestari Wahyuningsih (2012) membuktikan bahwa strategi Group Investigation
dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa dari 40% sebelum dilakukan tindakan
menjadi 90% pada siklus II, dari 20 siswa 18 siswa yang aktif.
Berdasarkan hal tersebut perlu dikembangkan strategi pembelajaran yang
mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran salah satunya
strategi Group Investigation yang mampu menyajikan materi menjadi menarik
sehingga mendorong siswa untuk mengembangkan potensi kreatifitasnya dapat
membangkitkan keinginan dan motivasi belajar. Hal ini terbukti pada penelitian Siti
Lestari (2012) yang menyimpulkan bahwa penerapan strategi Group Investigation
dapat meningkatkan hasil belajar PKn siswa memenuhi indikator keberhasilan yaitu
dengan perolehan ketuntasan belajar siswa pada siklus II sebesar 85%. Penggunaan
strategi pembelajaran adalah tahap orientasi pengajaran akan membantu keefektifan
proses pembelajaran dan penyampaian pesan, isi pelajaran pada saat itu. Peneliti
mengkaji penggunaan Group Investigation yaitu strategi pembelajaran yang
melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun
mempelajarinya. Strategi Group Investigation menuntut para siswa untuk memiliki
kemampuan yang baik dalam berkomunikasi dan kemampuan dalam keterampilan
proses kelompok.
4
B. Kajian Teori
Kajian teori yang dikemukakan dalam penelitian ini mecakup konsep-
konsep tentang belajar, keaktifan belajar, dan strategi Group Investigation dalam
meningkatkan keaktifan belajar siswa.
1. Konsep Belajar
Konsep belajar mencakup pengertian belajar, hakikat belajar, teori-teori
yang dikemukakan para ahli tentang belajar, faktor yang mempengaruhi belajar,
prinsip belajar, serta peran guru dalam proses belajar siswa.
a. Pengertian belajar
Belajar adalah proses perubahan perilaku sebagai hasil dari suatu
pengalaman belajar. Belajar merupakan proses dalam organisme untuk mengubah
perilakunya dari hasil pengalaman (Gagne dan Berliner dalam Catharina 2005: 2),
atau merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman (Slavin
dalam Catharina 2005: 2). Dirumuskan pula sebagai suatu proses perubahan yaitu
perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya. Dengan
demikian seseorang dikatakan belajar apabila terjadi perubahan pada dirinya akibat
adanya latihan dan pengalaman melalui interaksi dengan lingkungan. Proses
perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya (Slameto dalam Hamdani 2011: 20).
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa
pengertian belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
b. Hakikat belajar
Belajar pada hakekatnya merupakan aktivitas yang utama dalam
serangkaian proses pendidikan di sekolah. Hal ini dapat dipahami karena berhasil
atau tidaknya tujuan pendidikan adalah dominan bergantung pada bagaimana proses
belajar mengajar itu berlangsung. Belajar adalah sebagai suatu proses usaha yang
dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
5
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya dalam interaksi dengan
lingkungannya (Hamdani 2011: 15). Dapat disimpulkan bahwa hakikat belajar
yaitu: 1) Belajar akan membawa perubahan tingkah laku, 2) Dengan belajar
seseorang akan mendapatkan pengetahuan baru, dan 3) Perubahan tingkah laku dan
pengetahuan itu diperoleh melalui suatu usaha atau pengalaman.
c. Teori - teori belajar
Teori belajar merupakan suatu pendapat, ide, atau gagasan mengenai
pengertian belajar dalam hubungannya dengan proses belajar seseorang. Teori-teori
belajar yang terkenal antara lain (Ngalim Purwanto 2011: 89) :
1) Teori Conditioning
2) Teori Connectionism dari Edward L. Thorndike
3) Teori Gestalt
d. Faktor yang mempengaruhi belajar
Proses belajar suatu individu berbeda dengan individu lainnya. Hal ini
dipengaruhi oleh faktor-faktor belajar yang menyebabkan seseorang melakukan
proses belajar. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses belajar seseorang
antara lain (Slameto 2003:25) :
1) Minat. Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal
atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh minat pada dasarnya adalah
penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendir dengan suatu di luar dir.
Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut semakin besar minat.
2) Kecerdasan. Kecaerdasan atau intelegensi adalah properti dari pikiran yang
mencakup banyak kemampuan mental yang terkait, seperti kapasitas untuk
berpikir, merencanakan, memecahkan masalah, berpikir abstrak, memahami
gagasan dan bahasa, dan belajar
3) Bakat. Bakat merupakan faktor yang besar pengruhnya terhadap proses dan
hasil belajar seseorang. Hampir tidak ada yang membantah , bahwa belajar pada
bidang yang sesuai dengan bakat memperbesar kemungkinan berhasilnya usaha
itu.
6
4) Motivasi. Motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu. Jadi motivasi untuk belajar adalah kondisisi psikologis yang
mendorong seorang untuk belajar. Penemuan-penemuan penelitian menunjukan
bahwa hasil belajar pada umumnya meningkat jika motivasi untuk belajar
bertambah.
5) Kemampuan Kognitif. Dimana orang menyadari bahwa pengetahuannya berasal
dari masa lampau atau atau berdasarkan kesempatan yang diperoleh di masa
lampau (Slameto 2003:28).
e. Prinsip belajar
1) Perhatian dan motivasi. Perhatian terhadap belajar akan timbul pada siswa
apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya. Apabila bahan pelajaran
itu dirasakan sebagai sesuatu yang dibutuhkan, diperlukan utntuk belajar lebih
lanjut, akan membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya. Motivasi
mempunya peranan penting dalam kegiatan belajar. Motivasi adalah tenaga
yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang. Motivasi
mempunyai kaitan erat dengan minat.
2) Keaktifan. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa
dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak
aktif mengalami sendiri. Dalam setiap proses belajar, siswa selalu
menampakkan keaktifan. Mulai dari kegiatan fisik yang berupa membaca,
menulis, mendengarkan, berlatih ketermapilan hingga kegiatan psikis seperti
memecahkan masalah, menyimpulkan hasil percobaan, membandingkan satu
konsep dengan konsep yang lain, dan sebagainya.
3) Keterlibatan langsung atau pengalaman. Dalam belajar melalui pengalaman
langsung siswa tidak sekedar mengalami secara langsung tetapi ia harus
menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggung jawab
terhadap hasilnya.
4) Pengulangan. Menurut Teori Psikologi Daya, belajar adalah melatih daya-daya
yang ada pada manusia yang terdiri atas daya mengamati, menanggap,
mengingat, mengkhayal, merasakan, berpikir, dan sebagainya. Teori Psikologi
7
Conditioning yang merupakan perkembangan dari teori Koneksionisme
menyatakan perilaku individu dapat dikondisikan, dan belajar merupakan upaya
mengkondisikan suatu perilaku atau respon terhadap sesuatu.
5) Tantangan dan semangat belajar. Siswa dalam situasi belajar barada dalam
suatu medan atau lapangan psikologis. Dalam situasi belajar siswa menghadapi
suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan yaitu
mempelajari bahan belajar, maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan
itu, yaitu dengan mempelajari bahan belajar tersebut.
6) Balikan dan penguatan. Siswa akan belajar lebih semangat apabila mengetahui
dan mendapatkan hasil yang baik. Hasil yang baik akan merupakan balikan
yang menyenangkan dan berpengaruh baik bagi usaha belajar selanjutnya.
7) Perbedaan individual. Perbedaan individual berpengaruh terhadap cara dan
hasil belajar siswa. Karenanya, perbedaan individual perlu diperhatikan oleh
guru dalam upaya pembelajaran.
f. Peran Guru dalam Belajar Siswa
Seorang guru harus berpacu dalam pembelajaran, dengan memberikan
kemudahan belajar bagi seluruh peserta didik, agar dapat mengembangkan
potensinya secara optimal. Dalam hal ini, guru harus kreatif, professional dan
menyenangkan, dengan memposisikan diri sebagai (Hamdani 2011:56) :
1) Orang tua dan teman, yang penuh kasih sayang pada peserta didiknya.
2) Fasilitator, yang selalu siap memberikan kemudahan, dan melayani peserta
didik sesuai minat, kemampuan dan bakatnya.
3) Memberikan sumbangan pemikiran kepada orang tua untuk dapat mengetahui
permasalahan yang dihadapi anak dan memberikan saran pemecahannya.
4) Memupuk rasa percaya diri, berani dan bertanggung jawab.
5) Membiasakan peserta didik untuk saling berhubungan dengan orang lain secara
wajar.
6) Mengembangkan proses sosialisasi yang wajar antar peserta didik, orang lain,
dan lingkungannya.
8
Peran-peran guru tersebut sangat penting dalam menumbuhkan keaktifan
belajar siswa dalam pembelajaran. Melalui peran serta guru tersebut siswa akan
lebih aktif dan menyadari pentingnya peran guru sebagai pengajar sekaligus
pembimbing dan penyedia informasi bagi siswa.
2. Keaktifan Belajar
Keaktifan belajar merupakan tindakan atau aspek-aspek yang dilakukan
oleh siswa berkaitan dengan pengaruh siswa dalam pembelajaran di kelas.
Keaktifan belajar mencakup konsep pengertian keaktifan, jenis keaktifan, faktor
yang mempengaruhi keaktifan, serta peran guru dalam keaktifan belajar siswa.
a. Pengertian Keaktifan
Belajar merupakan proses perubahan pada diri individu kearah yang lebih
baik yang bersifat tetap berkat adanya interaksi dan latihan” (KBBI, 1992:17),
sedangkan keaktifan belajar adalah “aktifitas yang bersifat fisik maupun mental”
(Sardiman, 2001: 99). Hal tersebut termanifestasi pada karakter “individu
merupakan manusia belajar yang selalu ingin tahu (Keachi dalam Dimyanti dan
Mujiono 1999:45). Jadi keaktifan belajar adalah suatu kegiatan individu yang dapat
membawa perubahan kearah yang lebih baik pada diri individu karena adanya
interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungan.
b. Jenis-jenis Keaktifan
Keaktifan dibedakan menjadi beberapa jenis menurut kegiatan yang
dilakukan berhubungan dengan aspek keaktifan siswa tersebut. Jenis keaktifan yang
diteliti dalam penelitian ini adalah keaktifan dalam oral activities yaitu mengatakan,
merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, diskusi.
c. Faktor yang Mempengaruhi Keaktifan
Keaktifan belajar suatu individu berbeda dengan individu lainnya. Hal ini
dipengaruhi oleh beberapa faktir yang menyebabkan perbedaan tingkat keaktifan
seseorang. Keaktifan belajar siswa dipengaruhi oleh ada enam faktor yaitu (Wina
Sanjaya 2009: 94):
1) Adanya keterlibatan siswa baik secara fisik, mental, emosional maupun
intelektual dalam setiap proses pembelajaran.
9
2) Siswa belajar secara langsung (experintial Learning).
3) Adanya keinginan siswa untuk menciptakan iklim belajar yang kondusif.
4) Keterlibatan siswa dalam mencari dan memanfaatkan setiap sumber belajar
yang tersedia yang dianggap relevan dengan tujuan pembelajaran.
5) Adanya keterlibatan siswa dalam melakukan prakarsa. Terjadinya interaksi
yang multi arah, baik antara siswa dengan siswa atau antara guru dengan siswa.
Faktor yang sangat mempengaruhi keaktifan belajar siswa selain hal di atas
adalah faktor guru, keluarga, dan motivais masing-masing individu (Duprijono
2010:38). Disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi keaktifan belajar siswa
mencakup faktor dalam yaitu motivasi siswa dan faktor luar mencakup keluarga,
guru, dan masyarakat.
d. Peran Guru dalam Mendorong Keaktifan Siswa
Agar siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran, maka diperlukan
berbagai upaya dari guru untuk dapat membangkitkan keaktifan mereka. Beberapa
bentuk upaya yang dapat dilakukan guru dalam mengembangkan keaktifan belajar
siswa antaranya dengan meningkatkan minat siswa, membangkitkan motivasi
siswa, menerapkan prinsip individualitas siswa, serta menggunakan media dalam
pembelajaran (Ilham 2009: 1):
Sebagai upaya untuk mengembangkan keaktifan belajar siswa dalam proses
pembelajaran, hendaknya guru dapat menggunakan media dalam pembelajaran, di
samping untuk memperjelas materi yang disampaikan juga akan dapat menarik
minat siswa.
e. Indikator Keaktifan Belajar
Indikator keaktifan belajar merupakan aspek-aspek yang dapat diamati
dalam diri siswa berkaitan dengan keaktifan belajar siswa tersebut. Menurut
Sudjana (1988:72), mengemukakan keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar
mengajar dapat dilihat dalam :
1) Perhatian siswa terhadap penjelasan guru (awal, inti, akhir)
2) Kerja sama antara siswa dalam kelompok.
3) Kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapatnya sendiri
10
4) Keberanian siswa dalam mengemukakan pertanyaan
5) Memberikan pendapat atau gagasan yang cemerlang
6) Saling membantu dalam menyelesaikan masalah dalam diskusi kelompok
7) Mendengarkan dengan baik ketika teman berpendapat.
Penelitian ini membahas kelima indikator tersebut yang berhubungan
dengan aspek siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan strategi Group
Investigation. Indikator-indikator tersebut digunakan untuk menilai sejauh mana
peningkatan keaktifan belajar siswa melalui strategi strategi Group Investigation.
3. Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah strategi
Group Investigation sebagai strategi yang digunakan dalam meningkatkan keaktifan
belajar siswa. Strategi pembelajaran yang dibahas dalam penelitian ini mencakup
pengertian, pendekatan dalam strategi pembelajaran, dan macam-macam strategi
pembelajaran.
a. Strategi Pembelajaran Aktif
Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya untuk mengarahkan anak
didik ke dalam proses belajar sehingga mereka dapat memperoleh tujuan belajar
sesuai dengan apa yang diharapkan. Pembelajaran hendaknya memperhatikan
kondisi individu anak karena merekalah yang akan belajar. Pembelajaran yang
kurang memperhatikan perbedaan individual anak dan didasarkan pada keinginan
guru, akan sulit untuk dapat mengantarkan anak didik ke arah pencapaian tujuan
pembelajaran. Menyadari kenyataan seperti ini para ahli berupaya untuk mencari
dan merumuskan strategi yang dapat merangkul semua perbedaan yang dimiliki
oleh anak didik. Strategi pembelajaran yang ditawarkan adalah strategi belajar aktif
(active learning strategy).
b. Strategi Group Investigation
Strategi Group Investigation merupakan strategi pembelajaran kooperatif
yeng menempatkan siswa ke dalam kelompok untuk melakukan investigasi
terhadap suatu topik. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa strategi GI
11
mempunyai fokus utama untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik atau
objek khusus.
Tahapan-tahapan kemajuan siswa di dalam pembelajaran yang
menggunakan strategi Group Investigation untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel berikut, (Slavin dalam Maesaroh (2005:29-30):
Tabel 1. Tahap Strategi Group Investigation
Tahap Kegiatan
Tahap I
(Grouping) Mengidentifikasi
topik dan membagi siswa ke
dalam kelompok.
Guru memberikan kesempatan bagi siswa untuk
memberi kontribusi apa yang akan mereka selidiki.
Kelompok dibentuk berdasarkan heterogenitas.
Tahap II
(Planning) Merencanakan
tugas
Kelompok akan membagi sub topik kepada
seluruh anggota. Kemudian membuat perencanaan
dari masalah yang akan diteliti, bagaimana proses
dan sumber apa yang akan dipakai.
Tahap III
(Investigation) Membuat
penyelidikan
Siswa mengumpulkan, menganalisis dan
mengevaluasi informasi, membuat kesimpulan dan
mengaplikasikan bagian mereka ke dalam
pengetahuan baru dalam mencapai solusi masalah
kelompok.
Tahap IV
(Organiting) Mempersiapkan
tugas akhir
Setiap kelompok mempersiapkan tugas akhir yang
akan dipresentasikan di depan kelas.
Tahap V
(Presenting)
Mempresentasikan tugas akhir
Siswa mempresentasikan hasil kerjanya.
Kelompok lain tetap mengikuti.
Tahap VI
(Evaluating) Evaluasi
Soal ulangan mencakup seluruh topik yang telah
diselidiki dan dipresentasikan.
(Slavin dalam Maesaroh (2005:29-30)
c. Group Investigation untuk Peningkatan Keaktifan Belajar
Strategi Group Investigation dapat melatih siswa untuk menumbuhkan
kemampuan berfikir mandiri. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai
dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran (Suprijono 2010: 93). Pada
pembelajaran ini guru mengarahkan, membantu para siswa menemukan informasi,
dan berperan sebagai salah satu sumber belajar, yang mampu menciptakan
12
lingkungan sosial yang dicirikan oleh lingkungan demokrasi dan proses ilmiah.
Dengan demikian siswa akan aktif dalam pembelajaran di bawah bimbingan dan
pengarahan dari guru Depdiknas (2007:18).
Sifat keaktifan dalam kooperatif tipe GI ditandai oleh proses diskusi yang
menghasilkan keputusan-keputusan yang dikembangkan atau setidaknya diperkuat
oleh pengalaman kelompok dalam konteks masalah yang menjadi titik sentral
kegiatan belajar. Guru dan murid memiliki status yang sama dihadapan masalah
yang dipecahkan dengan peranan yang berbeda. Jadi tanggung jawab utama guru
adalah memotivasi siswa untuk bekerja secara kooperatif dan memikirkan masalah
sosial yang berlangsung dalam pembelajaran serta membantu siswa mempersiapkan
sarana pendukung.
d. Group Investigation untuk Keaktifan dalam Pembelajaran PKn
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu
mata pelajaran pokok di sekolah yang bertujuan untuk mengembangkan kecerdasan
warga negara dalam dimensi spiritual, rasional, emosional dan sosial,
mengembangkan tanggung jawab sebagai warga negara, serta mengembangkan
anak didik berpartisipasi sebagai warga negara supaya menjadi warga negara yang
baik. Kemampuan menguasai strategi pembelajaran dalam pembelajaran PKn
merupakan salah satu persyaratan utama yang harus dimiliki guru (Winataputra,
dkk (2007: 5.52). Strategi yang dipilih dalam pembelajaran PKn harus disesuaikan
dengan karakteristik tujuan pembelajaran PKn, karakteristik materi pembelajaran
PKn, situasi dan lingkungan belajar siswa, tingkat perkembangan dan kemampuan
belajar siswa, waktu yang tersedia dan kebutuhan siswa itu sendiri.
e. Group Investigation untuk Keaktifan dalam Pembelajaran PKn Materi
Peraturan Perundang-undangan
Materi yang digunakan adalah materi peraturan perundang-undangan,
dengan Standar Kompetensi : Memahami peraturan perundang-undangan
tingkat pusat dan daerah, serta Kompetensi Dasar : Menjelaskan pengertian dan
pentingnya peraturan perundang-undangan tingkat pusat dan daerah dan
Memberikan contoh peraturan perundang-undangan tingkat pusat dan daerah.
13
Keberhasilannya meliputi Menyebutkan pengertian peraturan dan tujuan dibuatnya
peraturan, Menjelaskan perbedaan dan contoh peraturan pusat dan daerah,
Menyebutkan proses pembuatan peraturan pusat dan daerah, dan Memahami dan
menjelaskan cara-cara mentaati peraturan baik dalam lingkungan negara,
masyarakat, keluarga, dan sekolah, serta Tujuan Pembelajaran : Siswa dapat
mengetahui dan meyebutkan berbagai macam perundang-undangan yang berlaku di
Indonesia, tingkat pusat dan daerah dan Siswa dapat mengetahui dan menyebutkan
perbedaan fungsi tiap peraturan yang berlaku di tingkat pusat dan daerah.
C. METODE PENELITIAN
Tempat penelitian ini adalah di SD Negeri 01 Gumeng Kecamatan Jenawi
Tahun Pelajaran 2012/2013. Pemilihan tempat tersebut didasarkan pada
pertimbangan bahwa peneliti mengajar di sekolah tersebut, sehingga memudahkan
peneliti untuk melakukan tindakan dan memperoleh data-data yang dibutuhkan
dalam penelitian. Tahap pelaksanaan kegiatan mulai dari persiapan sampai dengan
penulisan laporan penelitian secara keseluruhan dilakukan selama empat bulan,
yaitu bulan Oktober 2012 sampai dengan bulan Januari 2013 sesuai dengan waktu
pembelajaran materi PKn yang digunakan dalam penelitian.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Berikut ini adalah
bagan prosedur Penelitian Tindakan Kelas. PTK memiliki empat tahapan utama
yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), observasi (observing), dan
refleksi (reflecting) Planning (Rencana). Dalam tahap ini peneliti menjelaskan
tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut
dilakukan. Penelitian tindakan yang ideal sebetulnya dilakukan secara berpasangan
antara pihak yang melakukan tindakan dan pihak yang mengamati proses jalannya
tindakan (apabaila dilaksanakan secara kolaboratif).
Subjek penelitian dalam PTK ini meliputi kepala sekolah, guru PKn, siswa
kelas V SD Negeri 01 Gumeng, dan peneliti. Kepala sekolah SD Negeri 01
Gumeng sebagai subjek yang membantu dalam memberikan izin penelitian
tindakan kelas ini. Guru PKn kelas V SD Negeri 01 Gumeng sebagai subjek yang
14
memberikan tindakan dan mengawasi jalannya penelitian tindakan kelas ini. Siswa
kelas V SD Negeri 01 Gumeng sebagai subjek penelitian yang menerima tindakan,
sedangkan peneliti sebagai subjek yang bertugas merencanakan, melaksanakan
tindakan, mengumpulkan data, menganalisis data, dan membuat kesimpulan
penelitian.
Jenis data dalam penelitian ini termasuk ke dalam kategori data menurut
sifatnya yaitu data kualitatif, karena data tidak berbentuk angka atau terdiri dari
kata-kata atau tindakan. Berkaitan dengan hal tersebut jenis data diperoleh dari
observasi dan hasil wawancara dengan guru PKn dan tindakan yang dilakukan
siswa dalam pembelajaran PKn.Sumber data adalah sumber dari mana data
diperoleh, baik berupa manusia, tingkah laku, dokumen, arsip, dan benda-benda
lain (Maryadi dkk, 2010:13). Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini
berasal dari : 1) Informan atau nara sumber yaitu guru mata pelajaran PKn dan
siswa kelas V SD Negeri 01 Gumeng Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar
Tahun Pelajaran 2012/2013, 2) Tempat dan peristiwa berlangsungnya kegiatan
pembelajaran PKn yaitu di kelas V SD Negeri 01 Gumeng Kecamatan Jenawi
Kabupaten Karanganyar, DAN 3) Dokumen atau arsip antara lain silabus, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar pengamatan keaktifan belajar siswa.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi
keaktifan belajar siswa. Lembar observasi ini digunakan untuk menilai tingkat
keaktifan belajar siswa melalui stategi Group Investigation.
D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Tindakan kelas siklus I dilaksanakan dengan alokasi waktu sebanyak
2x40 menit. Jumlah siswa yang hadir adalah 27 siswa atau semua siswa kelas V
hadir dalam pembelajaran. Dalam pelaksanaan tindakan kelas ini, peneliti
sekaligus melaksanakan kegiatan observasi dibantu oleh seorang 2 orang
observer. Pada pembelajaran menggunakan strategi siklus I ditemukan kendala-
kendala dalam pembelajaran diantaranya siswa masih kesulitan dalam
melaksanakan pembelajaran dengan strategi Group Investigation, karena baru
15
pertama kali mengenalnya. Siswa juga belum fokus dalam pembelajaran yang
dilakukan, sehingga siswa masih belum memeperhatikan saat guru
menyampaikan materi di depan kelas. Selain itu, pembagian kelompok yang
dilakukan oleh guru masih belum dilakukan secara heterogen, sehingga ada
beberapa kelompok yang terdiri dari siswa-siswa pandai saja. Hal ini
menyebabkan siswa yang kurang pandai enggan aktif dalam pembelajaran, karena
penguasaan pembelajaran oleh siswa yang lebih pandai. Berdasarkan hasil
observasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus I
ini masih belum berjalan dengan optimal.
Persentase keaktifan siswa dalam pembelajaran siklus I berdasarkan
indikator yang digunakan mencapai 70,37%. Hasil ini sudah menunjukkan
peningkatan dibandingkan sebelum pembelajaran menggunakan strategi Group
Investigation, sehingga pelaksanaan pembelajaran pada siklus I belum dapat
dikatakan optimal. Keaktifan siswa dalam pembelajaran PKn siklus I masih
belum menunjukkan peningkatan signifikan, yang diketahui dengan
membandingkan keaktifan siswa sebelum dan sesudah penerapan strategi Group
Investigation.
Pada perencanaan siklus kedua peneliti berupaya meningkatkan keaktifan
siswa dalam pembelajaran PKn dengan memperbaiki pelaksanaan proses
pembelajaran dengan strategi Group Investigation. Sebelum melakukan tindakan,
hal-hal yang dilakukan oleh peneliti adalah menyusun instrumen penelitian yaitu
silabus, RPP, bahan atau materi ajar PKn, dan lembar observasi keaktifan siswa
dalam pembelajaran strategi Group Investigation. Alokasi yang direncanakan
adalah 2 jam pelajaran masing-masing sebanyak 40 menit untuk setiap jam
pelajaran.
Pada pelaksanaan pembelajaran siklus kedua ini peneliti tidak menemui
kendala dalam pembelajaran. Siswa telah fokus dan aktif dalam pembelajaran.
Siswa juga menyukai pembelajaran dengan strategi Group Investigation sehingga
keaktifan siswa pun meningkat dibandingkan siklus pertama. Berdasarkan uraian
16
di atas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus kedua berjalan
lancar dan hasilnya menunjukkan adanya peningkatan yang cukup signifikan.
Persentase keaktifan siswa meningkat dari siklus pertama dengan
persentase 85,2%. Hal tersebut juga diketahui dari pembelajaran siklus kedua di
mana siswa tampak lebih aktif, fokus, dan termotivasi dalam mengikuti
pembelajaran strategi Group Investigation. Siswa telah menunjukkan keaktifan
dengan melakukan beberapa indikator yang telah dirumuskan di atas. Jumlah
siswa yang melakukan indikator tersebut rata-rata lebih dari 23 siswa untuk
masing-maisng indikator. Hal ini menunjukkan hasil yang sangat begus, dengan
perolehan persentase 85,2% telah memenuhi indikator keberhasilan penelitian
yang telah dirumuskan.
Hasil observasi siklus II jumlah siswa yang aktif rata-rata ada 23 siswa,
sedangkan jumlahn siswa yang pasif hanya 4 siswa. Persentase keaktifan siswa
pada siklus II mencapai haisl optimal yaitu 85,2%. Berdasarkan hasil refleksi
pada pembelajaran siklus II ini pembelajaran dengan strategi Group Investigation
dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran PKn pada materi
peraturan perundang-undangan dengan persentase 85,2%.
Berdasarkan hasil refleksi diketahui persentase keaktifan siswa dalam
pembelajaran PKn siklus kedua ini meningkat menjadi 85,2%. Sebelum dilakukan
tindakan persentase keaktifan siswa baru mencapai 48%, pada siklus I meningkat
menjadi 70,37%. Ringkasan hasil perbandingan tersebut dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 2. Perbandingan Keaktifan Siswa Sebelum Tindakan, Siklus I, dan Siklus II
Sebelum Tindakan Siklus I Siklus II
Jumlah
Skor Persentase
Jumlah
Skor Persentase
Jumlah
Skor Persentase
117 48% 171 70,37% 207 85,2%
17
Hasil raingkasan penelitian pada tahap sebelum tindakan, siklus I, dan
siklus II dapat digambarkan seperti di bawah ini:
Gambar 1. Grafik Peningkatan Keaktifan Siswa Melalui Strategi Group
Investigation
Tabel 3. Analisis Indikator Keaktifan Siswa pada Sebelum Tindakan, Siklus
I, dan Siklus II
No Indikator Keaktifan
Sebelum Tindakan Siklus I Siklus II
Siswa Aktif Siswa Aktif Siswa Aktif
Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase
1.
Perhatian siswa
terhadap penjelasan
guru
a.Kegiatan Awal
b.Kegiatan Inti
c.Kegiatan Akhir
16 siswa
18 siswa
16 siswa
59% 66,7%
59%
20 siswa
19 siswa
19 siswa
74% 70,4% 70,4%
20 siswa
26 siswa
22 siswa
74,1% 96,3% 81,5%
2.
Kerja sama antara
siswa dalam
kelompok.
8 siswa
30%
17 siswa 63%
22 siswa
81,5%
3.
Kemampuan siswa
dalam
mengemukakan
pendapatnya sendiri
11 siswa
41%
19 siswa
70,4%
25 siswa
92,6%
4.
Keberanian siswa
dalam
mengemukakan
pertanyaan
16 siswa 59% 20 siswa 74%
26 siswa 96,3%
5.
Memberikan pendapat atau
gagasan yang
cemerlang
15 siswa
56%
18 siswa
66,7%
27 siswa
100%
6.
Saling membantu
dalam
menyelesaikan
masalah dalam
diskusi kelompok
9 siswa 33,3% 19 siswa 70,4% 23 siswa 85,2%
7.
Mendengarkan
dengan baik ketika
teman berpendapat.
8 siswa 29,6% 20 siswa 74,1% 16 siswa 59,2%
Rata-rata 13siswa 48% 19 siswa 70,37% 23 siswa 85,2%
18
E. SIMPULAN
Berdasarkan keseluruhan proses penelitian tindakan yang dilakukan dapat
dilihat adanya peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran PKn pada siswa
kelas V SD Negeri 01 Gumeng kecamatan Jenawi tahun pelajaran 2012/2013.
Bertitik tolak dari tindakan yang telah dilaksanakan pada penelitian ini, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Penerapan strategi Group Investigation dapat meningkatkan keaktifan siswa
dalam pembelajaran Pknmateri peraturan perundang-undangan hingga 85,2% dari 27
siswa kelas V SD Negeri 01 Gumeng.
2. Keaktifan siswa sebelum adanya penelitian tindakan kelas melalui penerapan
strategi Group Investigation hanya 48%, selanjutnya setelah melakukan tindakan
penelitian siklus I persentase keaktifan siswa meningkat menjadi 70,37%.
Selanjutnya pada tindakan siklus II keaktifan siswa meningkat menjadi 85,2% dan
telah memenuhi indikator keberhasilan kinerja.
F. DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu dan Widodo S. 1991. Psikologi Belajar. Jakarta: PT.Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
Darsono, Max. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press.
Depdikbud. 2003. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Semarang: Aneka Ilmu.
Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta.
Gagne, Robert. 1976. Essential of Learning for Instruction. New York. Alih Bahasa
Agus Gerrad.
Hamalik, Oemar. 2004. Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Pustaka Setia.
19
Ilham. 2009. Upaya Guru Membangkitkan Keaktifan Siswa. Online at:
bangilham.wordpress.com/2009/03/31/pentingnya-upaya-guru-
dalammengembangkan-keaktifan-belajar-siswa/.
Kemmis S dan Mc. Taggart. 1992. The Action Research Planner. Victoria: Deakrin
University.
Mochtar. 2009. Strategi Pembelajaran IPS. Universitas Pendidikan Indonesia.
Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan, Jakarta: Kencana.
Sardiman, A. M. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Slameto.2005.Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta:Rineka Cipta.
Suprijono, Agus. 2010. Cooperative Learning. Yogyakarta. Pustaka Media.
Udin Winataputra,. 2002. Pendekatan Pembelajaran Kelas Rangkap. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.