PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL …... · BAB I PENDAHULUAN ... Gambar 7. Grafik Hasil...
Transcript of PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL …... · BAB I PENDAHULUAN ... Gambar 7. Grafik Hasil...
-
PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS
ACHIEVEMENT DIVISION PADA SISWA KELAS IV B
SD MUHAMMADIYAH WONOREJO POLOKARTO
KABUPATEN SUKOHARJO
SKRIPSI
Oleh :
YUSRIKA FIRDA ISNAINI
K7106050
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
-
PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS
ACHIEVEMENT DIVISION PADA SISWA KELAS IV B
SD MUHAMMADIYAH WONOREJO POLOKARTO
KABUPATEN SUKOHARJO
SKRIPSI
Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Mendapat
Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Jurusan Ilmu Pendidikan
Oleh :
YUSRIKA FIRDA ISNAINI
K7106050
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
-
PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS
ACHIEVEMENT DIVISION PADA SISWA KELAS IV B SD
MUHAMMADIYAH WONOREJO POLOKARTO KABUPATEN
SUKOHARJO.
NAMA : YUSRIKA FIRDA ISNAINI
NIM : K7106050
Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Hari :
Tanggal :
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Drs. Chumdari, M.Pd
NIP 19560512 198111 1 001
Pembimbing II
Dra. Siti Wahyuningsih, M.Pd
NIP 19610121 198601 2 001
-
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM
ACHIEVEMENT DIVISION PADA SISWA KELAS IV B SD
MUHAMMADIYAH WONOREJO POLOKARTO KABUPATEN
SUKOHARJO.
NAMA : YUSRIKA FIRDA ISNAINI
NIM : K7106050
Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi
persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi :
Nama Terang Tanda tangan
Drs. Kartono, M.Pd
Drs. Hasan Mahfud, M.Pd
Drs. Chumdari, M.Pd
Dra. Siti Wahyuningsih, M.Pd
.
.
.
.
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Dekan
Prof. Dr. H.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd
NIP 19600727 198702 1 001
-
ABSTRAK
Yusrika Firda Isnaini. PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS
ACHIEVEMENT DIVISION PADA SISWA KELAS IV SD MUHAMMADIYAH
WONOREJO POLOKARTO KABUPATEN SUKOHARJO. Skripsi. Surakarta :
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juli
2010.
Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah memperbaiki proses
pembelajaran sehingga hasil belajar IPS dapat ditingkatkan melalui pembelajaran
kooperatif tipe Student Teams Achievement Division pada siswa kelas IV B SD
Muhammadiyah Wonorejo.
Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas IV B SD
Muhammadiyah Wonorejo, Polokarto Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran
2009 / 2010 terdiri dari 36 siswa. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus,
pada setiap siklus terdapat dua kali pertemuan. Setiap siklus meliputi tahap
perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Bentuk tindakan yang
diberikan adalah pembelajaran IPS menggunakan model kooperatif tipe Student
Teams Achievement Division. Untuk mengetahui hasil belajar siswa, diadakan tes
awal sebelum tindakan dan tes pada setiap akhir pertemuan. Teknik pengumpulan
data menggunakan teknik wawancara, observasi, tes dan dokumentasi. Teknik
analisis data yang digunakan adalah analisis diskriptif interaktif. Validitas data
yang digunakan adalah triangulasi metode dan triangulasi data.
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh nilai rata-rata hasil tes awal
sebelum tindakan yaitu 65,39, dengan ketuntasan klasikal 52,78%. Pada siklus I
menunjukkan nilai rata-rata kelas mencapai 71,83 dan ketuntasan klasikal
meningkat menjadi 72,22%. Pada siklus II nilai rata-rata kelas meningkat menjadi
79,39 dan ketuntasan klasikal meningkat menjadi 86,11%. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPS melalui model pembelajaran
kooperatif tipe Student Teams Achievement Division dapat meningkatkan hasil
belajar siswa kelas IV B SD Muhammadiyah Wonorejo, Polokarto, Kabupaten
Sukoharjo tahun ajaran 2009/2010.
Kata kunci: hasil belajar IPS, model pembelajaran kooperatif tipe Student
Teams Achievement Division
-
ABSTRACT
Yusrika Firda Isnaini. THE IMPROVEMENT OF THE SOCIAL SCIENCE
LEARNING OUTCOME THROUGH COOPERATIVE LEARNING IN TYPE
STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION OF THE 4th
B GRADE
STUDENTS OF MUHAMMADIYAH ELEMENTARY SCHOOL,
WONOREJO, POLOKARTO, SUKOHARJO. Skripsi. Surakarta: Teacher
Training and Education Faculty of Sebelas Maret University of Surakarta. Juli
2010.
The purposes of this Classroom Action Research are to improve the
learning process, so the learning outcome on the social science can be increased
through cooperative learning in type Student Teams Achievement Division on the
4th
B grade students of Muhammadiyah elementary school, Wonorejo, Polokarto,
Sukoharjo.
The subject of this Classroom Action Research are student of 4th
grade of
the class B in Muhammadiyah elementary school, Wonorejo, Polokarto,
Sukoharjo in the academic year of 2009/2010 which consist of 36 students. There
are two cycle in this research, each cycle consist of two sessions. Each of the
cycle consists of planning stage, implementation stage, observation stage, and
reflection stage. The action form that given is social science learning through
cooperative learning in type Student Teams Achievement Division. To know the
students learning outcome there were a pre test before the action and post test in
the end of every session. Data collecting technique that used were interview,
observation, test and documentation techniques. Data analizing technique that
used was the interactive descriptive analysis. Validity of the data that used was
triangulation method and triangulation data.
Based on results of the research, it was obtained that the average grade of
the pre test before the action was 65,39, with the classical completeness was
52,78%. In the first cycle, it indicates that average grade was up to 71,83 and
classical completeness was raising up to 72,22%. In the second cycle, average
grade was up to 79,39 with classical completeness was raising up to 86,11%.
Therefore, it can be concluded that social science learning through cooperative
learning in type Student Teams Achievement Division can improve the study
outcomet of the 4th
B grade students of Muhammadiyah elementary school,
Wonorejo, Polokarto, Sukoharjo in the academic year 2009/2010.
Keyword: the social science learning outcome, cooperative learning in type
Student Teams Achievement Division
-
MOTTO
Sesungguhnya sesudah kesulitan akan dating kemudahan,
maka kerjakanlah urusanmu dengan sungguh-sungguh
dan hanya kepada Alloh SWT kamu berharap.
(QS. Al-Insyirah: 6-8)
-
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya sederhana ini kepada :
Bapak dan Ibuku tercinta yang telah berjasa besar bagiku, membimbingku
dalam meraih cita-cita, selalu mendoakan dan memberiku semangat
Mbak Dyah dan Dek Khosi yang selalu membantuku dalam menyelesaikan
skripsi ini
Mas Muchsin yang selalu memberi perhatian, semangat, dan bantuan
Sahabat-sahabatku selalu menemani
Teman-teman mahasiswa S1 PGSD angkatan 2006 atas kebersamaan yang
kuat dan selalu memberikan inspirasi dan ide
UNS yang selalu kubanggakan
-
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Penulis menyadari banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan
dalam menyelesaikan skripsi ini, namun berkat rahmat-Nya akhirnya skripsi ini
dapat terselesaikan. Penulisan Skripsi ini disusun guna memenuhi sebagian
persyaratan dalam mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi telah melibatkan berbagai
pihak. Maka dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima
kasih. Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada yang terhormat:
1. Prof Dr. H.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. Rusdiana Indianto, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Drs. Kartono, M.Pd. selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Drs. Chumdari, M.Pd. selaku pembimbing I yang dengan sabar mengarahkan
dan membimbing selama penyelesaian penelitian ini.
5. Dra. Siti Wahyuningsih, M.Pd. selaku pembimbing II yang dengan sabar
mengarahkan dan membimbing selama penyelesaian penelitian ini.
6. Suroto, S.Pd. selaku Kepala SD Muhammadiyah Wonorejo, Polokarto,
Kabupaten Sukoharjo yang telah memberikan ijin untuk penelitian ini.
7. Titik Romiyati, S. Pd. selaku guru kelas IV B SD Muhammadiyah Wonorejo,
Polokarto, Kabupaten Sukoharjo yang telah membantu dalam kelancaran
pelaksanaan penelitian ini.
8. Guru-guru dan karyawan SD Muhammadiyah Wonorejo, Polokarto,
Kabupaten Sukoharjo.
9. Berbagai pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini.
-
Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari masih ada kekurangan.
Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
berkepentingan dan dunia pendidikan pada umumnya.
Surakarta, Juni 2010
Penulis
-
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................. ii
PERSETUJUAN ............................................................................................. iii
PENGESAHAN ............................................................................................... iv
ABSTRAK ...................................................................................................... v
ABSTRACT .................................................................................................... vi
MOTTO ........................................................................................................ vii
PERSEMBAHAN ........................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian .................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian .................................................................. 5
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................... 6
A. Tinjauan Pustaka ..................................................................... 6
1. Tinjauan Tentang Hasil Belajar IPS .................................. 6
2. Tinjauan Tentang Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Student Teams Achievement Division ................................ 22
B. Hasil Penelitian yang Relevan ................................................ 33
C. Kerangka Berpikir ................................................................... 34
D. Hipotesis .................................................................................. 37
-
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 38
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................. 38
B. Subjek Penelitian .................................................................... 38
C. Bentuk dan Strategi Penelitian ................................................ 39
D. Sumber Data ........................................................................... 40
E. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 40
1. Observasi .......................................................................... 40
2. Wawancara ........................................................................ 41
3. Tes ..................................................................................... 41
4. Dokumentasi ..................................................................... 41
F. Validitas Data ......................................................................... 42
G. Teknik Analisis Data .............................................................. 42
H. Indikator Kerja ........................................................................ 43
I. Prosedur Penelitian ................................................................. 44
1. Rancangan Siklus 1 ........................................................... 44
2. Rancangan Siklus II .......................................................... 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 51
A. Deskripsi Tempat Penelitian ................................................... 51
B. Deskripsi Hasil Penelitian ....................................................... 54
1. Siklus I .............................................................................. 54
2. Siklus II ............................................................................. 63
C. Temuan dan Pembahasan Hasil Penelitian ............................. 72
1. Hasil Observasi Kegiatan Siswa Selama Proses
Pembelajaran IPS Melalui Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division
............................................ .............................................. 72
2. Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD ................................................. .... 73
-
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN .................................... 79
A. Simpulan ................................................................................. 79
B. Implikasi .................................................................................. 80
C. Saran ........................................................................................ 81
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 83
LAMPIRAN
-
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Lambang Koperasi Indonesia ....................................................... 17
Gambar 2. Kerangka Berpikir .......................................................................... 36
Gambar 3. Analisis Deskriptif Interaktif Model Miles dan Huberman .......... 43
Gambar 4. Prosedur Penelitian ....................................................................... 44
Gambar 5. Grafik Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV B SD Muhammadiyah
Wonorejo Sebelum Tindakan ....................................................... 54
Gambar 6. Grafik Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV B SD Muhammadiyah
Wonorejo pada Siklus I ................................................................. 63
Gambar 7. Grafik Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV B SD Muhammadiyah
Wonorejo pada Siklus II ............................................................... 72
Gambar 8. Grafik Frekuensi Peningkatan Hasil Belajar dari Sebelum
Tindakan, Setelah Tindakan Siklus I dan Siklus II ....................... 74
Gambar 9. Grafik Rata-rata Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV B SD
Muhammadiyah Wonorejo Sebelum Tindakan, Setelah Tindakan
Siklus I dan Siklus II ...................................................................... 75
Gambar 10. Grafik Prosentase Ketuntasan Klasikal Siswa Kelas IV B SD
Muhammadiyah Wonorejo Sebelum Tindakan, Setelah Tindakan
Siklus I dan Siklus II ...................................................................... 76
-
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Silabus Sekolah Dasar Kelas IV Semester Dua ................................ 16
Tabel 2. Rubrik Observasi Siswa oleh Suprijono ........................................... 26
Tabel 3. Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif dengan Metode
Kelompok Konvensional .................................................................. 27
Tabel 4. Pedoman Pemberian Skor Perkembangan Individu .......................... 30
Tabel 5. Data Frekuensi Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV B SD
Muhammadiyah Wonorejo Sebelum Tindakan ................................. 53
Tabel 6. Data Frekuensi Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV B SD
Muhammadiyah Wonorejo pada Siklus I .......................................... 62
Tabel 7. Data Frekuensi Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV B SD
Muhammadiyah Wonorejo pada Siklus II ........................................ 71
Tabel 8. Frekuensi Peningkatan Hasil Belajar dari Sebelum Tindakan,
Setelah Tindakan Siklus I dan Siklus II ............................................ 74
Tabel 9. Rata-rata Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV B SD Muhammadiyah
Wonorejo Sebelum Tindakan, Setelah Tindakan Siklus I dan Siklus
II ........................................................................................................ 75
Tabel 10. Prosentase Ketuntasan Klasikal Siswa Kelas IV B SD
Muhammadiyah Wonorejo Sebelum Tindakan, Setelah Tindakan
Siklus I dan Siklus II ......................................................................... 76
Tabel 11. Skor Perkembangan Individu Siswa Kelas IV B SD
Muhammadiyah Wonorejo dalam Pembelajaran IPS Melalui Model
Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division pada Siklus I
dan Siklus II ...................................................................................... 77
Tabel 12. Skor Perolehan Kelompok dalam Pembelajaran IPS Melalui Model
Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division pada Siklus I
dan Siklus II ...................................................................................... 78
-
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Panduan Wawancara untuk Guru Sebelum Diterapkan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement
Division ...................................................................................... 86
Lampiran 2 Hasil Tes Awal Siswa Kelas IV B SD Muhammadiyah
Wonorejo pad Mata pelajaran IPS Pokok Bahasan Koperasi ..... 90
Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ............................. 92
Lampiran 4a Lembar Pengamatan Proses Pembelajaran Oleh Guru Melalui
Model Kooperatif Tipe STAD pada Kelas IV B SD
Muhammadiyah Wonorejo pada Siklus I Pertemuan Pertama ... 103
Lampiran 4b Lembar Pengamatan Proses Pembelajaran Oleh Guru Melalui
Model Kooperatif Tipe STAD pada Kelas IV B SD
Muhammadiyah Wonorejo pada Siklus I Pertemuan Kedua ...... 107
Lampiran 5a Lembar Pengamatan Kegiatan Siswa Dalam Proses
Pembelajaran IPS Model Kooperatif Tipe STAD pada Kelas IV
B SD Muhammadiyah Wonorejo Siklus I Pertemuan Pertama .. 111
Lampiran 5b Lembar Pengamatan Kegiatan Siswa Dalam Proses
Pembelajaran IPS Model Kooperatif Tipe STAD pada Kelas IV
B SD Muhammadiyah Wonorejo Siklus I Pertemuan Kedua ..... 114
Lampiran 6 Perolehan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV B SD
Muhammadiyah Wonorejo Setelah Menggunakan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Siklus I ................. 117
Lampiran 7 Skor Perkembangan Individu Siswa Kelas IV B SD
Muhammadiyah Wonorejo pada Pembelajaran IPS Melalui
Model Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division
Siklus I ........................................................................................ 119
-
Lampiran 8 Skor Perolehan Kelompok Siswa Kelas IV B SD
Muhammadiyah Wonorejo pada Pembelajaran IPS Melalui
Model Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division
pada Siklus I ............................................................................... 121
Lampiran 9 Foto Kegiatan Pembelajaran Siklus I ......................................... 143
Lampiran 10 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ............................ 124
Lampiran 11a Lembar Pengamatan Proses Pembelajaran Oleh Guru Melalui
Model Kooperatif Tipe STAD pada Kelas IV B SD
Muhammadiyah Wonorejo pada Siklus II Pertemuan Pertama .. 136
Lampiran 11b Lembar Pengamatan Proses Pembelajaran Oleh Guru Melalui
Model Kooperatif Tipe STAD pada Kelas IV B SD
Muhammadiyah Wonorejo pada Siklus II Pertemuan Kedua ..... 140
Lampiran 12a Lembar Pengamatan Kegiatan Siswa Dalam Proses
Pembelajaran IPS Model Kooperatif Tipe STAD pada Kelas IV
B SD Muhammadiyah Wonorejo Siklus II Pertemuan Pertama . 144
Lampiran 12b Lembar Pengamatan Kegiatan Siswa Dalam Proses
Pembelajaran IPS Model Kooperatif Tipe STAD pada Kelas IV
B SD Muhammadiyah Wonorejo Siklus II Pertemuan Kedua .... 147
Lampiran 13 Perolehan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV B SD
Muhammadiyah Wonorejo Setelah Menggunakan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Siklus II ................ 150
Lampiran 14 Skor Perkembangan Individu Siswa Kelas IV B SD
Muhammadiyah Wonorejo pada Pembelajaran IPS Melalui
Model Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division
Siklus II ...................................................................................... 152
-
Lampiran 15 Skor Perolehan Kelompok Siswa Kelas IV B SD
Muhammadiyah Wonorejo pada Pembelajaran IPS Melalui
Model Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division
Siklus II ....................................................................................... 154
Lampiran 16 Foto Kegiatan Pembelajaran Siklus II ........................................ 156
Lampiran 17 Perijinan Penelitian
-
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan yang baru secara keseluruhan sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 1995:
2). Dalam pembenahan proses belajar mengajar diharapkan dapat meningkatkan
hasil belajar dan peningkatan kualitas pembelajaran akan terlihat dalam hasil
belajar yang diperoleh siswa. Proses belajar mengajar yang baik menuntut siswa
untuk lebih aktif sehingga proses belajar mengajar mencerminkan komunikasi dua
arah, tidak semata-mata merupakan pemberian informasi searah dari guru tanpa
mengembangkan mental siswa. Begitu pula pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial di sekolah dasar.
Pembelajaran IPS di sekolah dasar merupakan mata pelajaran yang
mengaitkan permasalahan dan perkembangan masyarakat dari masa lampau
hingga masa kini. IPS sebagai salah satu bidang studi yang memiliki tujuan
membekali siswa untuk mengembangkan penalarannya di samping aspek nilai dan
moral, banyak memuat materi sosial sehingga pengetahuan dan informasi yang
diterima siswa sebatas produk hafalan (Winataputra dkk, 2007: 9.4). Sifat materi
pelajaran IPS tersebut membawa pengaruh terhadap proses pembelajaran yang
didominasi dengan pendekatan ekspositori, terutama guru menggunakan metode
ceramah sehingga siswa kurang terlibat dalam pembelajaran dan cenderung pasif.
Hal itu selaras dengan hasil wawancara peneliti dengan guru kelas IV SD
Muhammadiyah Wonorejo menyatakan bahwa selama ini guru masih
menggunakan metode ceramah dan penugasan. Guru menyadari bahwa belum
memahami betul serta kurang adanya sosialisasi mengenai model pembelajaran
inovatif. Dominasi kegiatan selama proses pembelajaran berada pada guru. Siswa
menjadi pasif, kurang terlibat dalam proses pembelajaran, serta lebih banyak
mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru. Hal itu mengakibatkan siswa
cenderung bosan pada saat proses pembelajaran dan siswa hanya menghafalkan
-
materi pada saat menjelang ulangan, sehingga hasil belajar IPS masih rendah.
Padahal seharusnya kegiatan belajar tidak hanya sekedar menghafal, tetapi
mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik (taksonomi Bloom dalam
Sardiman, 2009: 23). Dalam ranah kognitif, pembelajaran IPS mengenai manusia
dan lingkungannya harus dapat dinalar agar dapat dijadikan alat pengambilan
keputusan yang rasional, jadi bahan kajian IPS bukan hanya sekedar hafalan.
Dalam ranah afektif, perolehan pengetahuan dan pemahaman yang telah dimiliki
siswa diharapkan dapat mendorong tindakan yang berdasarkan nalar, selanjutnya
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam ranah psikomotorik,
pengetahuan, nilai, dan sikap yang telah dimiliki siswa dapat dikembangkan
dalam keterampilan-keterampilan seperti keterampilan berkomunikasi,
bersosialisasi, atau bekerjasama.
Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang memadukan
konsep-konsep dari berbagai ilmu sosial yang disusun melalui pendekatan
pendidikan dan psikologis serta kelayakan dan kebermaknaannya bagi siswa dan
kehidupannya (Faqih dan Bunyamin, 2001:1). Menurut Etin dan Raharjo
(2008:15) pada dasarnya tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan
memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai
dengan bakat, minat, kemampuan dan lingkungannnya, serta sebagai bekal bagi
siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Penekanan
pembelajaran IPS bukan sebatas pada upaya membekali siswa dengan sejumlah
konsep yang bersifat hafalan belaka, melainkan terletak pada upaya agar mereka
mampu menjadikan apa yang telah dipelajarinya sebagai bekal dalam memahami
dan ikut serta dalam menjalani kehidupan di masyarakat, serta sebagai bekal bagi
siswa untuk melanjutkan jenjang pendidikan selanjutnya. Salah satu kompetensi
dasar yang tercantum dalam silabus mata pelajaran IPS kelas IV semester dua
adalah pokok bahasan Koperasi. Pada pokok bahasan Koperasi siswa-siswa kelas
IV dikenalkan pada pentingnya peranan koperasi dalam meningkatkan
kesejahteraan rakyat (Silabus IPS kelas IV SD). Pentingnya siswa dikenalkan
pada koperasi agar siswa dapat melatih bekerjasama dalam mewujudkan cita-cita
bersama. Apabila materi pokok bahasan koperasi tidak diajarkan secara
-
mendalam, maka dampak pada siswa yaitu tidak dapat meneladani pentingnya
sebuah kerja sama dalam mewujudkan cita-cita bersama terutama pada organisasi
koperasi yang merupakan soko guru perekonomian Indonesia. Dalam
penyampaian materi koperasi guru dapat memulai dari contoh-contoh koperasi
yang ada di sekitar lingkungan siswa seperti koperasi sekolah.
Hasil belajar IPS kelas IV B SD Muhammadiyah Wonorejo Kabupaten
Sukoharjo untuk mata pelajaran IPS pokok bahasan koperasi menunjukkan belum
mencapai hasil yang maksimal. Indikator rendahnya kualitas belajar tersebut
berdasarkan hasil nilai tes awal yang diadakan sebelum tindakan yaitu nilai
tertinggi 85 dan nilai terendah 45 dengan nilai rata-rata kelas 65,39. Kriteria
Ketuntasan Minimal yang harus dicapai siswa untuk mata pelajaran IPS adalah
67. Dari keseluruhan siswa yang berjumlah 36, hanya 52,78% yang sudah
mencapai KKM dan masih ada 17 siswa yang belum mencapai KKM.
Penelitian Tindakan Kelas merupakan sarana yang sesuai untuk
memperbaiki pembelajaran IPS dengan pendekatan yang sistemik (Semiawan,
2002: 116). Dengan melakukan inovasi pada pendekatan atau model pembelajaran
diharapkan kualitas proses maupun hasil belajar dapat ditingkatkan. Model
pembelajaran yang dimaksud adalah model pembelajaran kooperatif tipe Student
Teams Achievement Division yang dikembangkan oleh Robert Slavin pada tahun
1970. Model pembelajaran ini menekankan pada adanya aktivitas dan interkasi
diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai
materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal (Isjoni, 2009: 51). Suatu
model yang memungkinkan siswa dapat berinteraksi, berdiskusi, bertukar
pendapat dan mengekspresikan ide-idenya secara lebih leluasa dengan temannya
bahkan kepada guru. Di dalam model ini guru lebih berperan sebagai fasilitator
dan pengarah daripada sebagai penguasa dan pemberi materi kepada siswa. Siswa
diberi kesempatan untuk berdiskusi dan eksplorasi dengan teman satu timnya.
Sementara itu, dalam pembelajaran konvensional dengan metode ceramah
interaksi antara guru dan siswa hanya satu arah. Di sisi lain siswa lebih bersifat
pasif, mendengarkan dan memperhatikan guru, mencatat materi, dan menunggu
perintah guru.
-
Berdasarkan fakta tersebut dapat diidentifikasi bahwa masalah-masalah
yang muncul yaitu metode pembelajaran yang digunakan guru kurang bervariasi;
interaksi guru dengan murid hanya satu arah sehingga siswa belum aktif dalam
pembelajaran; kegiatan siswa hanya mendengarkan penjelasan guru dan
mengerjakan soal latihan atau tugas dari guru; serta hasil belajar siswa dalam mata
pelajaran IPS pada pokok bahasan koperasi kelas IV B SD Muhammadiyah
Wonorejo masih rendah. Untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar
melalui pendekatan pembelajaran yang lebih menarik dan memberikan porsi lebih
besar terhadap keterlibatan siswa, peneliti merasa perlu mengadakan penelitian
mengenai Student Teams Achievement Division yang diberi judul
PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT
DIVISION PADA SISWA KELAS IV B SD MUHAMMADIYAH WONOREJO
POLOKARTO KABUPATEN SUKOHARJO.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut:
Apakah melalui model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams
Achievement Division hasil belajar IPS siswa Kelas IV B SD Muhammmadiyah
Wonorejo, Polokarto, Kabupaten Sukoharjo dapat ditingkatkan?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini penulis laksanakan dengan tujuan:
Untuk memperbaiki proses pembelajaran sehingga hasil belajar IPS
dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams
Achievement Division pada siswa kelas IV B SD Muhammadiyah Wonorejo,
Polokarto, Kabupaten Sukoharjo.
-
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan tujuan penelitian di atas, maka manfaat
penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Memberi sumbangan positif untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan
dalam ilmu pendidikan khususnya mengenai inovasi model pembelajaran.
b. Sebagai dasar teori bagi pengembangan penelitian yang relevan lebih
lanjut.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa, memungkinkan siswa menjadi aktif dan lebih mudah
memahami materi IPS pada pokok bahasan koperasi karena siswa terlibat
langsung dalam pembelajaran sehingga hasil belajar IPS dapat meningkat.
b. Bagi guru, diharapkan dapat memberikan pengalaman baru untuk
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams
Achievement Division dalam proses pembelajaran khususnya untuk mata
pelajaran IPS pada pokok bahasan koperasi.
Bagi sekolah, untuk mengembangkan model pembelajaran kooperatif tipe Student
Teams Achievement Division agar diterapkan dalam proses pembelajaran IPS
sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.
-
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Tentang Hasil Belajar IPS
a. Pengertian Belajar
Wetherington menyatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan di
dalam kepribadian yang mengatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi yang
berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau suatu pengertian (http://
id.answers.yahoo.com, diakses pada tanggal 24 Oktober 2009). Belajar
merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 1995: 2).
Morgan (dalam Suprijono, 2009:2) memberikan definisi mengenai
belajar sebagai berikut Learning is any relatively permanent change in behavior
that is a result of past experience. Ini berarti bahwa belajar adalah perubahan
perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman. Jadi, belajar
adalah perubahan serta peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang
diberbagai bidang yang terjadi akibat melakukan interaksi terus menerus dengan
lingkungannya.
Sedangkan Ngalim Purwanto dalam http: //id.answers.yahoo. com/
(diakses pada tanggal 24 Oktober 2009), memberikan definisi belajar dari
beberapa elemen :
1) Belajar adalah merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik tetapi
ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk.
2) Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh
pertumbuhan atau tidak dianggap sebagai hasil belajar seperti
perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi.
3) Belajar adalah perubahan relatif mantap, harus merupakan akhir dari pada suatu priode waktu yang cukup panjang.
4) Belajar merupakan perubahan tingkah laku yang menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis seperti : perubahan dalam
-
pengertian, pemecahan suatu masalah, berpikir, keterampilan,
kecakapan, kebiasaan ataupun sikap.
Analisis dari definisi-definisi belajar tersebut pada dasarnya belajar
dapat mempengaruhi tingkah laku seseorang yang berhubungan dengan belajar.
Di dalam proses belajar terdapat suatu perubahan. Untuk memperoleh suatu
perubahan, seseorang memerlukan suatu periode waktu dan harus dilatih dalam
berbagai tingkah laku sehingga diperoleh suatu pola tingkah laku yang otomatis.
Berdasarkan beberapa pengertian belajar di atas dapat disimpulkan
belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku seseorang sebagai hasil suatu
pengalaman seseorang dalam suatu periode waktu tertentu.
b. Prinsip Belajar
Ada tiga prinsip belajar yang dikemukakan oleh Suprijono (2009:4)
yaitu prinsip perubahan perilaku, prinsip belajar merupakan proses, dan prinsip
belajar merupakan pengalaman. Penjelasan prinsip-prinsip belajar tersebut adalah
sebagai berikut:
1) Prinsip perubahan perilaku, dengan ciri-ciri antara lain:
Sebagai hasil tindakan rasional instrumental, berkesinambungan,
fungsional, berakumulasi, aktif (direncanakan dan dilakukan), permanen,
bertujuan dan terarah, serta mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan.
2) Belajar merupakan proses
Belajar adalah proses sistemik yang dinamis, konstruktif, dan organik
sehingga belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai komponen
belajar.
3) Belajar merupakan bentuk pengalaman
Pengalaman pada dasarnya adalah hasil interaksi antara siswa dengan
lingkungannya.
Dalam suatu usaha belajar terdapat perubahan pada perilaku seseorang
dan memerlukan proses serta tahapan-tahapan tertentu. Belajar yang dilaksanakan
melalui praktik atau pengalaman seseorang secara langsung akan lebih efektif
-
mampu membina sikap, keterampilan, cara berpikir kritis seseorang bila
dibandingkan dengan belajar hafalan saja.
c. Tujuan Belajar
Tujuan belajar sebenarnya sangat banyak dan bervariasi, seperti yang
disampaikan Sardiman (2009: 26) terdapat dua tujuan belajar yaitu instructional
effects dan nurturant effects. Berikut ini adalah penjabaran dari tujuan-tujuan
belajar tersebut:
1) Instructional effects adalah tujuan-tujuan belajar yang eksplisit diusahakan
untuk dicapai melalui tindakan instruksional dalam bentuk pengetahuan
dan keterampilan.
2) Nurturant effects adalah tujuan yang layaknya menyertai tujuan tindakan
instruksional, berupa kemampuan berpikir kritis dan kreatif, bersikap
terbuka dan demokratis, dapat menerima pendapat orang lain, dan
sebagainya.
Jadi dalam proses belajar, guru harus dapat merancang perencanaan
pembelajaran yang baik beserta strategi dalam penyampaiannya agar tujuan
belajar dapat dicapai dengan maksimal.
d. Hasil Belajar
Menurut Suprijono (2009:5) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan,
nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Hasil
belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari
sisi guru (Dimyati dan Mudjiono dalam http: //indramunawar. blogspot. com
/2009/06/, diakses pada tanggal 24 Oktober 2009). Dari sisi siswa, hasil belajar
merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada
saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-
jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil
belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran. Dari segi hasil, proses
pembelajaran dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan perilaku yang positif
-
pada diri peserta didik seluruhnya atau setidaknya sebagian besar (75%)
(Mulyasa, 2006: 102).
Berdasarkan teori taksonomi Bloom (dalam Suprijono, 2009: 6) hasil
belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga ranah/domain, yaitu ranah
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Masing-masing domain/ranah tersebut dirinci
lagi menjadi beberapa kemampuan sebagai berikut:
1) Ranah Kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu
pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.
2) Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang
kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi
dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.
3) Ranah Psikomotor
Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi
neuromuscular (menghubungkan, mengamati).
Dari penjelasan di atas dapat disimpilkan hasil belajar adalah keluaran
dari suatu interaksi tindak mengajar atau tindak belajar yang mempengaruhi
tingkat perkembangan mental seseorang meliputi kognitif, afektif, dan
psikomotorik.
e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar itu dapat dibagi
menjadi 2 bagian besar yaitu faktor internal dan faktor eksternal (indra munawar,
http://indramunawar. blogspot.com/ 2009 /06 /, diakses tanggal 24 Oktober 2009).
1) Faktor Internal
a) Faktor biologis (jasmaniah)
Keadaan jasmani yang perlu diperhatikan, pertama kondisi fisik
yang normal atau tidak memiliki cacat sejak dalam kandungan sampai
sesudah lahir. Kondisi fisik normal ini terutama harus meliputi
keadaan otak, panca indera, anggota tubuh. Kedua, kondisi kesehatan
-
fisik. Kondisi fisik yang sehat dan segar sangat mempengaruhi
keberhasilan belajar. Di dalam menjaga kesehatan fisik, ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan antara lain makan dan minum yang teratur,
olahraga serta istirahat yang cukup.
b) Faktor Psikologis
Faktor psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar
meliputi segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang.
Kondisi mental yang dapat menunjang keberhasilan belajar adalah
kondisi mental yang mantap dan stabil. Faktor psikologis ini meliputi
intelegensi, kemauan, dan bakat. Pertama, intelegensi atau tingkat
kecerdasan dasar seseorang memang berpengaruh besar terhadap
keberhasilan belajar seseorang. Kedua, kemauan dapat dikatakan
faktor utama penentu keberhasilan belajar seseorang. Ketiga, bakat
tidak menentukan mampu atau tidaknya seseorang dalam suatu bidang,
melainkan lebih banyak menentukan tinggi rendahnya kemampuan
seseorang dalam suatu bidang.
2) Faktor Eksternal
a) Faktor lingkungan keluarga
Faktor lingkungan rumah atau keluarga merupakan lingkungan
pertama dan utama dalam menentukan keberhasilan belajar seseorang.
Suasana lingkungan rumah yang cukup tenang, adanya perhatian
orangtua terhadap perkembangan proses belajar dan pendidikan anak-
anaknya dapat mempengaruhi keberhasilan belajarnya.
b) Faktor lingkungan sekolah
Lingkungan sekolah sangat diperlukan untuk menentukan
keberhasilan belajar siswa. Hal yang paling mempengaruhi
keberhasilan belajar para siswa di sekolah mencakup metode
pembelajaran, kurikulum, hubungan guru dengan siswa, hubungan
siswa dengan siswa, pelajaran, waktu sekolah, tata tertib atau disiplin
yang ditegakkan secara konsekuen dan konsisten.
-
c) Faktor lingkungan masyarakat
Seorang siswa hendaknya dapat memilih lingkungan masyarakat
yang dapat menunjang keberhasilan belajar. Masyarakat merupakan
faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa karena
keberadannya dalam masyarakat. Lingkungan yang dapat menunjang
keberhasilan belajar diantaranya adalah lembaga-lembaga pendidikan
nonformal, seperti kursus bahasa asing, bimbingan tes, organisasi
remaja dan lain-lain.
Dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut diharapkan dapat
meningkatkan hasil belajar seseorang dan dapat mencegah siswa dari
penyebab-penyebab terhambatnya pembelajaran.
f. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial
Ilmu Pengetahuan Sosial adalah ilmu pengetahuan yang memadukan
sejumlah konsep pilihan dari cabang-cabang ilmu sosial dan ilmu lainnya serta
kemudian diolah berdasarkan prinsip pendidikan dan didaktik untuk dijadikan
program pengajaran pada tingkat persekolahan (Taneo, 2009: 1-14). Menurut
Faqih dan Bunyamin (2001: 1), Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata
pelajaran yang memadukan konsep-konsep dari berbagai ilmu sosial yang disusun
melalui pendekatan pendidikan dan psikologis serta kelayakan dan
kebermaknaannya bagi siswa dan kehidupannya.
Menurut National Council for Social Studies dalam Agus Badrudin
(http://beduatsuko.blogspot.com/, diakses pada tanggal 24 Oktober 2009),
mendifisikan IPS sebagai berikut:
Social studies is the integrated study of the science and humanities to
promote civic competence. Within the school program, social studies
provides coordinated, systematic study drawing upon such disciplines as
anthropology, economics, geography, history, law, philosophy, political
science, psychology, religion, and sociology, as well as appropriate content
from the humanities, mathematics, and natural sciences. The primary
purpose of social studies is to help young people develop the ability to make
informed and reasoned decisions for the public good as citizen of a
culturally diverse, democratic society in an interdependent world.
http://beduatsuko.blogspot.com/
-
Jarolimek dalam Taneo (2009: 1-14) mengatakan bahwa The social
studies as a part of the elementary school curriculum draw subject matter content
from the social science, history, sociology, political, science, social psychology,
anthropology and economic. Dapat diartikan bahwa ilmu sosial adalah suatu
bagian dari kurikulum SD yang menggambarkan materi pokok dari ilmu sosial,
sejarah, sosiologi, ilmu politik, psikologi sosial, antropologi, dan ekonomi.
Jadi, pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial adalah bidang studi yang
mempelajari, menelaah dan menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat
dinjau dari berbagai aspek kehidupan secara terpadu. Memang pengetahuan sosial
itu diperoleh secara alamiah dari kehidupan sehari-hari dan telah ada pada diri kita
masing-masing, namun hal ini belum cukup mengingat kehidupan masyarakat
dengan segala permasalahannya semakin berkembang. Untuk menghadapi
keadaan demikian pengetahuan sosial yang diperoleh secara alamiah tidak cukup.
Maka diperlukan pendidikan formal khususnya pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial.
g. Karakteristik Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
Karakteristik Pendidikan IPS terutama di sekolah dasar dapat dilihat dari
berbagai pandangan. Berikut ini dikemukakan karakteristik IPS dilihat dari materi
dan strategi penyampaiannya.
1) Materi IPS SD
Materi IPS dapat bersumber dari segala aspek kehidupan praktis
sehari-hari di masyarakat (Hidayati dkk, 2008: 26). Ada 5 macam sumber
materi IPS untuk sekolah dasar, yaitu:
a) Segala sesuatu atau apa saja yang ada dan terjadi di sekitar siswa
dimulai dari lingkup keluarga, sekolah, desa, kecamatan hingga
lingkungan yang lebih luas yaitu negara dan dunia dengan berbagai
permasalahannya.
b) Kegiatan-kegiatan manusia misalnya: mata pencaharian, ekonomi
pendidikan, keagamaan, produksi, komunikasi, dan transportasi.
-
c) Lingkungan geografi dan budaya meliputi segala aspek geografi dan
antropologi yang terdapat sejak dari lingkungan tempat tinggal siswa
yang terdekat sampai wilayah yang lebih jauh.
d) Kehidupan masa lampau, perkembangan kehidupan manusia, sejarah
yang dimulai dari sejarah lingkungan terdekat sampai yang terjauh,
tentang tokoh-tokoh dan kejadian-kejadian yang penting.
e) Siswa sebagai sumber materi belajar meliputi berbagai segi, dari
makanan, pakaian, permainan, keluarga, dan lain sebagainya.
2) Strategi Penyampaian Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
Karkteristik penyampaian pengajaran IPS sebagaian besar adalah
didasarkan pada suatu tradisi, yaitu materi disusun dalam suatu urutan:
anak (diri sendiri), keluarga, masyarakat/tetangga, kota, daerah, negara,
hingga dunia. Tipe kurikulum seperti ini disebut The Wedining Horizons
or Expanding Environment Curriculum (Mukminan dalam Agus
Badrudin, 2009: http:// beduatsuko. blogspot.com/, diakses pada tanggal
24 Oktober 2009).
Menurut Hidayati, dkk (2008: 29) ada beberapa karakteristik yang
dapat diidentifikasi pada siswa sekolah dasar berdasarkan tingkatan kelas-
kelasnya.
Karakteristik pada masa kelas rendah SD (Kelas 1, 2, dan 3):
a) Ada hubungan kuat antara keadaan jasmani dan prestasi sekolah
b) Suka memuji diri sendiri
c) Apabila tidak dapat menyelesaikan sesuatu, hal itu dianggapnya tidak
penting
d) Suka membandingkan dirinya dengan anak lain dalam hal yang
menguntungkan dirinya
e) Suka meremehkan orang lain
Karakteristik pada Masa Kelas Tinggi SD (Kelas 4, 5, dan 6);
a) Perhatianya tertuju pada kehidupan praktis sehari-hari
b) Ingin tahu, ingin belajar, dan realistis
c) Timbul minat pada pelajaran-pelajaran khusus
-
d) Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi
belajarnya di sekolah.
Dalam teori belajar kognitivisme Jean Piaget (Lapono, 2008: 19), usia
siswa SD (7-12 tahun) tingkat berpikirnya berada pada stadium
operasional konkrit. Oleh karena itu guru harus mampu merancang
pembelajaran yang dapat membangkitkan siswa, misalnya melalui model
pembelajaran yang membuat siswa aktif, peristiwa belajar yang bervariasi,
dan yang tidak kalah pentingnya sajian materi menggunakan media
menarik bagi siswa.
Dengan memperhatikan materi dan strategi penyampaian pembelajaran
IPS SD, guru dapat menentukan perencanaan pembelajaran yang dapat
disesuaikan dengan karakteristik dan tingkat perkembangan siswa SD.
h. Fungsi IPS
Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial berfungsi untuk
mengembangkan nilai, sikap, dan keterampilan siswa tentang masyarakat, bangsa
dan negara Indonesia (Hidayati, dkk, 2008:45)
Menurut Sofa dalam http://massofa.wordpress.com /2007 /12/21/
hakekat -ips-sebagai program -studi/, diakses pada tanggal 24 Oktober 2009)
fungsi IPS sebagai pendidikan adalah membekali anak didik dengan pengetahuan
sosial yang berguna, ketrampilan sosial dan intelektual dalam membina perhatian
serta kepedulian sosialnya sebagai sumber daya manusia yang bertanggung jawab
dalam merealisasikan tujuan nasional.
Dengan demikian, Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai salah satu mata
pelajaran di SD berfungsi mengembangkan pengetahuan sosial dan keterampilan
sosial siswa untuk melihat kenyataan sosial yang dihadapi siswa dalam kehidupan
sehari-harinya.
i. Tujuan Pembelajaran IPS
The purpose of social studies in the elementary school curriculum is to
introduce children to the world of people. Students enter school with random
-
knowledge and ideas about people. They know some history and some geography,
and they have some knowledge about culture patterns (Arthur Ellis, 1998: 1).
Diartikan bahwa tujuan dari Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah dasar adalah
untuk mengenalkan dunia manusia kepada anak-anak. Siswa-siswa masuk sekolah
dengan pengetahuan dan pemikiran yang berbeda-beda tentang manusia. Mereka
mengetahui beberapa sejarah dan geografi, serta meraka mempunyai pengetahuan
mengenai pola budaya.
Tujuan mempelajari Ilmu Pengetahuan Sosial di Indonesia untuk
memberikan pengetahuan yang merupakan kemampuan untuk mengingat dan
mengenal kembali ide-ide atau penemuan yang telah dialami dalam bentuk yang
sama atau dialami sebelumnya (Taneo, 2009: 26).
Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan, mata pelajaran IPS
bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.
1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat
dan lingkungannya.
2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,
inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.
3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan.
4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi
dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.
Jadi, tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial adalah mengenalkan konsep-
konsep kehidupan manusia dan lingkungannya dan untuk membekali siswa agar
memiliki kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan
sekitarnya.
j. Ruang Lingkup Pembelajaran IPS
Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan Sekolah Dasar tahun 2006,
ruang lingkup mata pelajaran IPS sekolah dasar meliputi aspek-aspek sebagai
berikut:
-
1) Manusia, Tempat, dan Lingkungan
2) Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan
3) Sistem Sosial dan Budaya
4) Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan.
Aspek yang digunakan untuk materi pembelajaran dalam penelitian ini
adalah perilaku ekonomi dan kesejahteraan khususnya pada koperasi.
k. Materi Pokok Pembelajaran IPS SD
Untuk memperjelas materi pembelajaran IPS di kelas IV SD semester
dua berikut dikemukakan rincian berdasarkan silabus kelas IV SD, pada tebel 1.
Tabel 1. Silabus Sekolah Dasar kelas IV semester dua
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
2. Mengenal sumber daya alam,
kegiatan ekonomi, dan
kemajuan teknologi di
lingkungan kabupaten/kota
dan provinsi.
2.2 Mengenal pentingnya koperasi
dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
Sumber : Silabus IPS Kelas IV Sekolah Dasar
Uraian materi IPS pokok bahasan Koperasi kelas IV sebagai berikut:
1) Pengertian Koperasi
Negara Indonesia mempunyai pandangan yang khusus tentang
perekonomiannya. Hal ini tercantum dalam UUD 1945, Bab XIV Pasal 33
ayat (1) yang menyebutkan bahwa Perekonomian disusun sebagai usaha
bersama berdasar atas azas kekeluargaan. Menurut para ahli ekonomi,
lembaga atau badan perekonomian yang paling cocok dengan maksud Pasal
33 ayat (1) UUD 1945 adalah koperasi.
Koperasi berasal dari kata co yang berarti bersama dan operare yang
berarti bekerja atau berkarya (Hisnu & Winardi, 2008: 157). Unsur dasar
pengertian koperasi sudah terlihat dari kata dasarnya itu. Jadi, koperasi berarti
kelompok atau perkumpulan orang/badan yang bersatu dalam cita-cita atas
-
dasar kekeluargaan dan gotong-royong untuk mewujudkan kemakmuran
bersama.
Koperasi Indonesia didirikan pada tanggal 12 Juli 1960 oleh Drs. Moh.
Hatta. Pada waktu itu beliau menjabat sebagai Wakil Presiden. Menurut beliau
ekonomi kerakyatanlah yang bisa mensejahterakan rakyat Indonesia. Karena
kesetiaannya dalam mengembangkan koperasi di Indonesia, Drs. Muhammad
Hatta mendapat anugerah gelar sebagai Bapak Koperasi Indonesia. Pemikiran
Drs. Muhammad Hatta tentang koperasi dituangkan dalam buku yang berjudul
Membangun Koperasi dan Koperasi Membangun (Pujiati&Umi Yuliati,
2008: 155). Tanggal 12 Juli ditetapkan sebagai Hari Koperasi.
Semangat dasar koperasi Indonesia, dapat kita lihat dalam lambang
koperasi. Lambang ini adlah lambang yang biasanya digunakan oleh koperasi
di Indonesia.
Gambar 1. Lambang Koperasi Indonesia
Sumber: http://ronisme.blogs.friendster.
com/my_blog/images/200pxlogo_gerakan_koperasi.gif
diakses pada tanggal 24 Oktober 2009
Makna simbol-simbol dalam lambang Koperasi:
a) Pohon beringin, melambangkan sifat kemasyarakatan dan persatuan
yang kokoh.
b) Bintang dan perisai, melambangkan Pancasila sebagai landasan idiil.
c) Timbangan, melambangkan sifat adil.
d) Gerigi roda, melambangkan kerja atau usaha yang terus-menerus.
e) Padi dan kapas, melambangkan kemakmuran yang hendak dicapai.
-
f) Rantai, melambangkan persahabatan dan persatuan yang kuat.
g) Warna merah dan putih, melambangkan sifat nasional koperasi.
h) Tulisan Koperasi Indonesia, melambangkan kepribadian koperasi
rakyat Indonesia.
2) Tujuan dan Asas Koperasi
Koperasi mempunyai tujuan sebagai berikut:
a) Meningkatkan kesejahteraan anggota.
b) Menyediakan kebutuhan anggota.
c) Mempermudah anggota koperasi untuk memperoleh modal usaha.
d) Mengembangkan usaha para anggota koperasi.
e) Menghindarkan anggota koperasi dari praktek rentenir atau lintah
darat.
Usaha koperasi dilakukan atau dijalankan secara bersama. Koperasi
dibangun dengan modal bersama. Dengan demikian, diharapkan koperasi akan
lebih maju dibandingkan dengan badan usaha lainnya.
Koperasi dijalankan secara bersama sesuai dengan asas koperasi, yakni
kekeluargaan dan gotong royong. Artinya, dalam menjalankan perekonomian,
rakyat secara bersama atau berkelompok membentuk suatu badan usaha.
Caranya dengan mengelola modal bersama. Badan usaha yang didirikan
bersama ini disesuaikan dengan kebutuhan para anggotanya.
3) Fungsi Koperasi
Fungsi koperasi menurut Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992
(Sadiman&Shendy Amalia, 2008:91) sebagai berikut.
a) Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi
anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk
meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial.
b) Koperasi berperan secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas
kehidupan manusia dan masyarakat.
c) Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan
ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai soko
gurunya.
-
d) Mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional
berdasarkan asas kekeluargaan.
4) Prinsip Koperasi
Koperasi merupakan kegiatan dalam bidang ekonomi, mempunyai
prinsip (Sadiman&Shendy Amalia, 2008:91), sebagai berikut:
a) Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka.
b) Pengelolaan dilakukan secara demokratis.
c) Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) dilakukan secara adil sebanding
dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota.
d) Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal.
e) Kemandirian, pendidikan, dan kerja sama antara koperasi.
Anggota koperasi adalah pemilik dan sekaligus pengguna jasa
koperasi. Keanggotaan koperasi dicatat dalam buku anggota koperasi. Syarat
untuk dapat menjadi anggota koperasi adalah setiap WNI yang dapat
memenuhi syarat. Syarat-syarat tersebut telah ditetapkan dalam anggaran
dasar. Keanggotaan koperasi didasarkan pada kesamaan kepentingan ekonomi.
5) Jenis-jenis Koperasi dan Bidang Usahanya
Dilihat dari jenis usahanya, koperasi dapat dibedakan menjadi tiga,
yakni koperasi konsumsi, koperasi kredit, dan koperasi produksi.
a) Koperasi konsumsi
Koperasi konsumsi adalah koperasi yang menyediakan kebutuhan
pokok para anggota. Contoh kebutuhan pokok yang disediakan adalah
beras, gula, kopi, tepung, dan sebagainya. Barang-barang yang disediakan
harganya lebih murah dibandingkan toko lainnya.
b) Koperasi kredit
Koperasi kredit disebut juga koperasi simpan pinjam. Anggota
koperasi mengumpulkan modal bersama. Modal yang terkumpul
dipinjamkan kepada anggota. Koperasi simpan pinjam membantu para
anggota untuk memperoleh kredit atau pinjaman uang.
-
c) Koperasi produksi
Koperasi produksi membantu usaha anggota koperasi. Koperasilah
yang melakukan suatu jenis usaha bersama-sama. Ada bermacam-macam
koperasi produksi. Misalnya koperasi produksi para petani, koperasi
produksi peternak sapi, koperasi produksi pengrajin, dan sebagainya.
Koperasi produksi membantu anggota menghadapi kesulitan-kesulitan
dalam berusaha. Misalnya koperasi membantu menyediakan bahan baku
untuk kerajinan, menyediakan bibit dan pupuk untuk petani, dan lain-lain.
Selain itu, anggota koperasi mencari jalan keluar dari permasalah secara
bersama-sama. Koperasi produksi juga menampung hasil usaha
anggotanya.
Dilihat dari keanggotaannya dikenal beberapa bentuk koperasi, antara
lain:
a) Koperasi pertanian
Koperasi ini beranggotakan para petani, buruh tani, dan orang-orang
yang terlibat dalam usaha pertanian. Koperasi pertanian melakukan
kegiatan yang berhubungan dengan pertanian, misalnya penyuluhan
pertanian, pengadaan bibit unggul, penyediaan pupuk, obat-obatan, dan
lain-lain.
b) Koperasi pensiunan
Koperasi pensiunan beranggotakan para pensiunan pegawai negeri.
Koperasi ini bertujuan meningkatkan kesejahteraan para pensiunan dan
menyediakan kebutuhan para pensiunan.
c) Koperasi pegawai negeri
Koperasi ini beranggotakan para pegawai negeri. Koperasi ini
didirikan untuk meningkatkan kesejahteraan para pegawai negeri
d) Koperasi sekolah
Koperasi ini beranggotakan para warga suatu sekolah. Koperasi
sekolah menyediakan kebutuhan warga sekolah, misalnya buku tulis, pena,
penggaris, pensil, dan lain-lain. Koperasi sekolah diusahakan dan diurus
oleh siswa. Di samping menyediakan kebutuhan sekolah, koperasi sekolah
-
juga merupakan tempat untuk latihan berorganisasi, latihan bekerja sama,
latihan bertanggung jawab, dan latihan mengenal lingkungan.
e) Koperasi Unit Desa
Koperasi Unit Desa beranggotakan masyarakat pedesaan. KUD
melakukan kegiatan usaha di bidang ekonomi. Beberapa usaha KUD,
misalnya: menyalurkan sarana produksi pertanian seperti pupuk, obat-
obatan, alat-alat pertanian, dan memberikan penyuluhan teknis bersama
dengan petugas penyuluh lapangan kepada para petani.
6) Ketentuan Pokok dalam Koperasi
a) Organisasi koperasi terdiri atas rapat anggota, pengurus, dan
pengawas.
b) Kekuasaan tertinggi dalam koperasi adalah rapat anggota. Rapat
tersebut dihadiri oleh anggota yang pelaksanaannya telah diatur dalam
anggaran dasar. Rapat anggota dilaksanakan paling sedikit sekali
dalam satu tahun.
c) Untuk pengesahan pertanggungjawaban pengurus dan pengawas paling
lambat 6 bulan.
d) Persyaratan, tata cara, dan tempat penyelenggaraan rapat anggota dan
rapat anggota luar biasa, diatur dalam anggaran dasar.
e) Untuk meningkatkan usaha koperasi harus dilakukan secara produktif,
efektif, dan efisien. Hal ini dapat memberikan nilai tambah dan
manfaat yang sebesar-besarnya pada anggota yang tetap. Seperti
memperoleh sisa hasil usaha yang wajar.
f) Agar koperasi dapat mewujudkan fungsi dan perannya, usaha yang
dikembangkan adalah usaha dalam kehidupan ekonomi rakyat. Salah
satu di antaranya adalah simpan pinjam.
7) Koperasi Sekolah
Koperasi sekolah adalah koperasi yang didirikan di lingkungan
sekolah. Anggota-anggotanya terdiri atas siswa sekolah. Koperasi sekolah
dapat didirikan pada berbagai tingkatan sesuai jenjang pendidikan. Sebagai
contoh, koperasi sekolah dasar, koperasi sekolah menengah pertama, dan
-
seterusnya. Pengurus dan pengelola koperasi sekolah dilakukan oleh para
siswa di bawah bimbingan kepala sekolah dan guru-guru. Tanggung jawab ke
luar koperasi sekolah dilakukan oleh kepala sekolah. Pembinaan terhadap
koperasi sekolah dilaksanakan bersama antara Kantor Menteri Negara
Koperasi Usaha Kecil dan Menengah serta Departemen Pendidikan Nasional.
Koperasi sekolah tidak berbadan hukum seperti koperasi-koperasi
lainnya karena siswa belum mampu melakukan tindakan hukum. Koperasi
sekolah diharapkan menjadi sarana bagi pelajar untuk belajar melakukan
usaha, mengembangkan kemampuan berorganisasi, mendorong untuk
berinovasi, dan sebagainya.
2. Tinjauan Tentang Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Student Teams Achievement Division
a. Pengertian Model Pembelajaran
Model adalah bentuk representasi akurat sebagai proes aktual yang
memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan
model itu (Mills dalam Suprijono, 2009: 45).
Model pembelajaran menurut Joice dan Weil (dalam Isjoni, 2009: 50)
adalah suatu pola atau rencana yang sudah direncanakan sedemikian rupa dan
digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi
petunjuk kepada pengajar di kelasnya. Suprijono (2009: 46) mendefinisikan
model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar.
Model merupakan cara-cara yang ditempuh guru untuk menciptakan
situasi pembelajaran yang benar-benar menyenangkan dan mendukung bagi
kelancaran proses belajar dan tercapainya prestasi belajar yang memuaskan.
Untuk mencapai hal-hal tersebut maka guru harus dapat memilih dan
mengembangkan model pembelajaran yang tepat, efisien dan efektif sesuai
dengan kebutuhan siswa serta materi yang diajarkan. Pemilihan model
pembelajaran yang tepat akan mempengaruhi belajar sehingga siswa benar-benar
-
memahami materi yang diberikan. Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan
bahwa model pembelajaran adalah suatu cara efektif yang digunakan dalam
proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.
b. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua
jenis kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau
diarahkan oleh guru (Suprijono, 2009:54). Secara umum pembelajaran kooperatif
dianggap lebih diarahkan oleh guru, di mana guru menetapkan tugas dan
pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang
dirancang untuk membantu peserta didik.
Dalam jurnal internasional yang ditulis oleh Johnson&Johnson (2000: 2,
diakses pada tanggal 27 Desember 2009) menyatakan bahwa cooperative
learning exists when students work together to accomplish shared learning
goals. Diartikan bahwa pembelajaran kooperatif ada ketika siswa-siswa bekerja
bersama untuk berbagi dalam menyelesaikan tujuan pembelajaran. Model
pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran siswa dalam
kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda-beda. (Faiq
Dzaki, 2009: http://penelitian tindakankelas.blogspot.com/ diakses pada tanggal
19 Maret 2009). Dalam perbedaan itu siswa-siswa dapat saling asah, asih, dan
asuh sehingga tercipta masyarakat belajar (Learning Community) yang saling
mencerdaskan. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling kerja
sama dan membantu untuk memahami suatu bahan pelajaran. Robert Slavin
(1984) dalam Sholihatin dan Raharjo (2008:4) mengatakan bahwa In cooperative
learning methods, students work together in four member teams to master
material initially presented by teacher. Dapat diartikan bahwa pembelajaran
kooperatif adalah suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja
dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4
sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen.
Pembelajaran kooperatif yaitu sistem pembelajaran yang memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam
-
tugas-tugas yang terstruktur (Lie dalam Isjoni, 2009:16). Dalam jurnal
internasional yang ditulis Jacobs&Hannah (dalam http://www.georgejacobs.net/
cooperative.html, diakses pada tanggal 29 Desember 2009) menyatakan bahwa
cooperative learning, also known as collaborative learning, is a body of concepts
and techniques for helping to maximize the benefits of cooperation among
students. Artinya, pembelajaran kooperatif yang juga dikenal sebagai
pembelajaran kolaboratif, adalah suatu bentuk dari konsep dan tehnik untuk
membantu memaksimalkan keuntungan-keuntungan kerjasama diantara siswa.
Dengan demikian dapat disimpulkan cooperative learning mengandung
pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau
membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam
kelompok. Dalam pembelajaran kooperatif keberhasilan kerja sangat dipengaruhi
oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Pembelajaran
kooperatif mempunyai tiga konsep sentral yang dikemukakan oleh Slavin (2005),
tiga konsep tersebut yaitu:
1) Penghargaan Kelompok
Dalam pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan-tujuan kelompok
untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diperoleh
jika kelompok mencapai skor di atas kriteria yang ditentukan. Keberhasilan
kelompok didasarkan pada perolehan individu sebagai anggota kelompok
dalam menciptakan hubungan antar personal yang saling mendukung, saling
membantu, dan saling peduli.
2) Pertanggungjawaban Individu
Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran individu dari
seluruh anggota kelompok untuk saling membantu pada saat belajar dalam
kelompok. Adanya pertanggungjawaban individu juga menjadikan setiap
anggota bersiap untuk mengerjakan tes individu tanpa bantuan dari anggota
kelompoknya.
http://www.georgejacobs.net/%20cooperative.htmlhttp://www.georgejacobs.net/%20cooperative.html
-
3) Kesempatan yang Sama untuk Mencapai Keberhasilan
Di dalam pembelajaran kooperatif menggunakan metode skoring yang
mencakup nilai perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang
diperoleh siswa pada setiap pertemuan. Dengan menggunakan metode skoring
ini setiap siswa baik yang berprestasi rendah, sedang, atau tinggi sama-sama
memperoleh kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang terbaik bagi
kelompoknya.
Berdasarkan tiga konsep dalam model pambelajaran kooperatif tersebut
diharapkan para siswa memiliki persepsi bahwa mereka harus bersama-sama,
memiliki tanggung jawab diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi,
berpandangan bahwa mereka semuanya memiliki tujuan yang sama, membagi
tugas dan berbagi tanggung jawab sama besarnya diantara anggota kelompok,
serta mempertanggungjawabkan secara individu materi yang dipelajari.
c. Keterampilan dalam Model Pembelajaran Kooperatif
Dalam model pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi
saja, tetapi siswa juga harus mempelajarai keterampilan-keterampilan khusus yang
disebut keterampilan kooperatif (Lundgren, 1994). Keterampilan kooperatif ini
berfungsi untuk melancarkan hubungan kerja dan tugas (Isjoni, 2009:46).
Keterampilan-keterampilan tersebut antara lain:
1) Keterampilan kooperatif tingkat awal, meliputi: menggunakan
kesepakatan; menghargai kontribusi; mengambil giliran dan berbagi tugas;
berada dalam kelompok; berada dalam tugas; mendorong partisipasi;
mengundang orang lain; menyelesaikan tugas dalam waktunya; serta
menghormati perbedaan individu.
2) Keterampilan tingkat menengah, meliputi: menunjukkan penghargaan dan
simpati; mengungkapkan pendapat; mendengarkan dengan bijaksana;
bertanya; membuat ringkasan; dan menafsirkan.
3) Keterampilan tingkat mahir, meliputi: berkolaborasi; memeriksa dengan
cermat; menanyakan kebenaran; menetapkan tujuan; dan berkompromi.
-
d. Observasi dalam Proses Pembelajaran Kooperatif
Selama proses pembelajaran kooperatif berlangsung, guru hendaknya
juga mengamati kegiatan siswa untuk menilai sikap kooperatif siswa dalam
berdiskusi. Rubrik yang digunakan dalam observasi kegiatan siswa dapat dalam
bentuk sebagai berikut (Suprijono, 2009: 157):
Tabel 2. Rubrik dalam observasi kegiatan siswa oleh Suprijono
No Keterampilan Kooperatif Bobot Skor Nilai
1 Menghargai pendapat orang lain 15
2 Mengambil giliran dan berbagi tugas 15
3 Mendorong orang lain untuk berpartisipasi 15
4 Mendengarkan secara aktif 5
5 Bertanya 15
6 Berada dalam tugas 15
7 Memeriksa ketepatan 5
8 Memberi respons 15
Jumlah 100
Sumber: Suprijono (2009: 157)
Rubrik observasi keterampilan kooperatif siswa ini dapat dikembangkan
sendiri oleh guru disesuaikan dengan pengalaman yang dimiliki guru.
e. Kelebihan dan Kekurangan dalam Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif dapat memotivasi belajar siswa sehingga
kekurangan yang mungkin terjadi dapat diminimalisirkan. Namun di samping
memiliki kelebihan, model pembelajaran kooperatif juga memiliki beberapa
kekurangan (Faiq Dzaki, http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/03/:
diakses tanggal 14 Oktober 2009).
Beberapa kelebihan model pembelajaran kooperatif , antara lain:
1) Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial
2) Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan,
informasi, pandangan-pandangan, dan perilaku sosial.
-
3) Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial sehingga
memingkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan
komitmen bersama.
4) Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois.
5) Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia.
6) Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasa lebih
baik.
7) Mengembangkan hubungan antara pribadi yang positif antara siswa yang
berasal dari latar belakang yang berbeda.
Kelemahan model pembelajaran kooperatif, yaitu:
1) Guru khawatir bila akan terjadi kekacauan di dalam kelas.
2) Perasaan was-was pada anggota kelompok akan hilangnya karakteristik
atau keunikan pribadi karena harus menyesuaikan diri dengan kelompok.
3) Kemungkinan tugas tidak akan terbagi rata atau secara adil.
Perbedaan model pembelajaran kooperatif dengan metode kelompok
konvensional dikemukakan oleh Lundgren (1994: 5) dapat dilihat pada tebel 3.
Tabel 3. Perbedaan Model Kooperatif dengan Metode Konvensional
Kelompok Belajar Kooperatif Kelompok Belajar Konvensional
1) Kepemimpinan bersama.
2) Ada saling ketergantungan positif antar
anggota kelompok.
3) Keanggotaan bersifat heterogen
4) Mempelajari keterampilan kooperatif.
5) Tanggung jawab terhadap hasil belajar
seluruh anggota kelompok.
6) Menekankan tugas dan hubungan
kooperatif.
7) Ditunjang oleh guru.
8) Satu hasil kelompok.
9) Evaluasi kelompok.
1) Satu pemimpin.
2) Tidak ada saling ketergantungan
antar anggota kelompok.
3) Keanggotaan bersifat homogen.
4) Asumsi adanya keterampilan-
keterampilan sosial yang efektif.
5) Tanggung jawab terhadap hasil
belajar sendiri.
6) Hanya menekankan pada tugas.
7) Diarahkan oleh guru.
8) Beberapa hasil individual.
9) Evaluasi individu.
Sumber: Lundgren (1994: 5)
-
f. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievements Division
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement
Division adalah salah satu metode pambelajaran yang dikembangkan oleh Robert
Slavin pada tahun 1970. Metode ini sebagai salah satu tipe kooperatif yang
menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi di antara siswa untuk saling
memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna
mencapai hasil belajar yang maksimal. Metode pembelajaran ini merupakan teori
belajar kognitif, dalam hal ini para guru berfungsi sebagai fasilitator dan bukan
sebagai pemberi informasi. Guru cukup menciptakan kondisi lingkungan belajar
yang kondusif bagi para siswa. Menurut teori ini siswa akan lebih mudah
menemukan pengertian akan konsep-konsep yang sulit jika mereka dapat
membicarakan masalah tersebut dengan temannya.
Menurut jurnal internasional yang ditulis oleh Abu dan Flower (dalam
http://scholar.lib.vt.edu/ejournals/, diakses tanggal 27 Desember 2009)
menyatakan bahwa Allen and Van Sickle (1984) used STAD as the experimental
treatment in a study involving low achieving students. They found that the
cooperative learning group scored significantly higher on a world geography
test. Dalam jurnal tersebut menyatakan bahwa penelitian yang dilakukan oleh
Allen dan Van Sickle (1984) menggunakan Student Teams Achievement Division
sebagai perlakuan eksperimen di sebuah pembelajaran menyatakan prestasi yang
rendah. Mereka menemukan bahwa pembelajaran kelompok kooperatif
menghasilkan skor yang signifikan lebih tinggi pada tes geografi.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan, pembelajaran kooperatif tipe
Student Teams Achievement Division adalah pembelajaran yang
mengorganisasikan siswa dalam suatu kelompok, di dalam kelompok tersebut
semua anggota berperan dalam menguasai materi belajar, tanggung jawab
individu sangat berpengaruh dalam mencapai keberhasilan kelompok.
1) Komponen Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams
Achievement Division
../../../referensi%20internet/international%20journal/Abu.html#Allen
-
Dalam proses pembelajarannya, metode Student Teams
Achievement Division memiliki lima komponen utama yaitu a) tahap
penyajian materi; b) tahap kegiatan kelompok; c) tahap tes individual;
d) tahap perhitungan skor perbaikan/perkembangan individu; dan e)
tahap pemberian penghargaan kepada kelompok (Slavin, 2009: 147).
Penjelasannya adalah sebagai berikut:
a) Tahap penyajian materi
Guru memulai dengan menyampaikan indikator yang harus dicapai
pada hari itu dan memberi motivasi rasa ingin tahu siswa tentang materi
yang akan dipelajari, dalam penelitian ini adalah dalam pokok bahasan
koperasi. Dilanjutkan dengan memberikan persepsi dengan tujuan
mengingatkan siswa terhadap materi prasarat yang telah dipelajari, agar
siswa dapat menghubungkan materi yang akan disajikan dengan
pengetahuan yang telah dimilikinya. Mengenal teknik penyajian materi
pelajaran dapat dilakukan secara klasikal. Lamanya presentasi dan berapa
kali harus dipresentasikan bergantung pada kekompleksan materi yang
akan dibahas.
b) Tahap kerja kelompok
Menurut Savage&Amstrong (1996: 221) mengatakan bahwa each
team includes some high achievers, some lo achievers, some boys, and
some girls, ideally from different cultural and ethnic background.
Diartikan bahwa, setiap tim terdiri dari beberapa siswa yang terdiri dari
siswa dengan prestasi rendah, siswa dengan prestasi tinggi, siswa laki-
laki, dan siswa perempuan, serta dari suku atau etnik yang berbeda. Fungsi
utama dari tim adalah membentuk semua tim agar mengingat materi yang
telah diberikan dan lebih memahami materi yang nantinya digunakan
dalam persiapan mengerjakan kuis sehingga dapat mengerjakan dengan
baik. Dalam kerja tim, siswa saling berbagi tugas dan saling membantu
memberikan penyelesaian agar semua anggota kelompok dapat memahami
materi yang dibahas. Pada tahap ini guru berperan sebagai fasilitator dan
motivator kegiatan tiap tim.
-
c) Tahap tes individu
Setelah melaksanakan kerja tim, siswa diberikan evaluasi untuk
dikerjakan secara individu. Siswa tidak diperkenankan meminta bantuan
pada siswa lain. Hal ini digunakan untuk mengetahui penguasaan materi
setiap individu dan mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar telah
dicapai. Skor perolehan individu ini akan digunakan pada perhitungan
perolehan skor kelompok.
d) Skor perbaikan/perkembangan individu
Maksud dari skor perbaikan/perkembangan individu ini adalah
memberikan nilai pada setiap siswa yang dapat dicapai jika mereka
bekerja keras dan mengerjakannya hingga selesai. Masing-masing siswa
diberi skor dasar yang berasal dari rata-rata siswa pada kuis yang sama.
Setelah siswa mendapatkan nilai, maka siswa berhak mendapatkan urutan
tingkatan nilai dari skor kuis dan berusaha untuk melampaui skor dasar.
Adapun perhitungan skor perkembangan individu pada penelitian ini
diambil dari penskoran perkembangan individu yang dikemukakan Slavin
seperti terlihat pada tabel 4.
Tabel 4. Pedoman pemberian skor perkembangan individu
Skor tes Skor Perkembangan
Individu
a. Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5
b. 10 hingga 1 poin di bawah skor awal 10
c. Skor awal sampai 10 poin di atasnya 20
d. Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30
e. Nilai sempurna
(tidak berdasarkan skor awal)
30
Sumber: Slavin (dalam Isjoni, 2009: 53)
e) Penghargaan kelompok
Setelah melakukan kuis, perhitungan skor perkembangan individu
dan skor kelompok dilakukan. Skor individu setiap anggota kelompok
memberi sumbangan pada skor kelompok berdasarkan skor pada kuis
-
sebelumnya dengan skor kuis terakhir. Perhitungan skor kelompok
dilakukan dengan cara menjumlahkan masing-masing perkembangan skor
individu dan hasilnya dibagi sesuai jumlah anggota kelompok (Isjoni,
2009: 53). Penghargaan untuk kelompok dibagi menjadi tiga kategori yaitu
kelompok baik, kelompok hebat, dan kelompok super.
Kriteria penentuan pemberian penghargaan:
Kelompok dengan skor rata-rata 15 sebagai kelompok baik,
kelompok dengan skor rata-rata 20 sebagai kelompok hebat, kelompok
dengan skor rata-rata 25 sebagai kelompok super.
2) Persiapan dalam Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Student Teams Achievement Division.
Dalam pengguanaan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team
Achievement Divisions, guru perlu mempersiapkan hal-hal sebagai berikut:
a) Bahan ajar
Bahan ajar dapat dibuat oleh guru berupa penentuan pokok bahasan
dan materi pembelajaran yang akan dibahas. Selain itu guru juga
menggunakan buku sumber yang relevan dan guru mempersiapkan soal
latihan untuk tiap inti atau kompetensi dasar yang telah direncanakan.
b) Pemantapan siswa dalam tim/kelompok
Sebuah tim dalam Student Teams Achievement Division merupakan
sebuah kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa yang heterogen baik dalam
kemampuan akademik (tinggi, sedang, rendah), jenis kelamin, dan
sebagainya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan
bantuan dan siapa yang memberikan bantuan.
c) Penentuan skor dasar awal
Skor awal siswa dapat diambil dari skor rata-rata siswa pada kuis
sebelumnya. Apabila sebelumnya belum pernah diadakan kuis, maka skor
dasar dapat diambil dari nilai final siswa dari tahun yang lalu. Tujuan dari
dibuatnya skor awal dan poin kemajuan adalah untuk memungkinkan
semua siswa memberikan poin maksimum bagi kelompok mereka, berapa
pun tingkat kinerja mereka sebenarnya (Slavin, 2009: 159)
-
3) Langkah-langkah Pembelajaran dalam Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Student Teams Achievement Division
a) Para siswa di dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok atau tim,
masing-masing terdiri atas 4 atau 5 anggota kelompok. Tiap tim
memiliki anggota yang heterogen, baik jenis kelamin, ras, etnik,
maupun kemampuan (tinggi, sedang, dan rendah)
b) Tiap anggota tim menggunakan lembar kerja akademik kemudian
saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau
diskusi antar sesama anggota tim.
c) Secara individual atau tim, pada setiap pertemuan guru memberikan
evaluasi untuk mengetahui penguasaan mereka terhadap materi yang
telah dipelajari.
d) Tiap siswa dan tiap tim diberi skor atas penguasaannya terhadap materi
belajar dan untuk siswa secara individu atau tim yang meraih prestasi
tinggi atau memperoleh skor sempurna diberi penghargaan.
4) Pembelajaran IPS Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student
Teams Achievement Division
Pembelajaran IPS dapat dilaksanakan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe Student Teams Achievement Division, karena di dalam
kegiatan tim STAD terdapat interaksi antar siswa yang dapat melatih siswa
untuk mengembangkan kemampuan berpikir, menumbuhkan tanggung
jawab, menghargai pendapat orang lain, dan berpartisipasi dalam
lingkungan sosial siswa yaitu tim kelompoknya.
Dengan melaksanakan pembelajaran cooperative learning dapat
melatih siswa untuk memiliki keterampilan, baik keterampilan berpikir
(thinking skill) maupun keterampilan social (social skill), seperti
keterampilan untuk mengemukakan pendapat, bekerja sama, dan setia
kawan (Stahl dalam Isjoni, 2009: 23).
Pembelajaran IPS dengan model pembelajaran kooperatif tipe
Student Teams Achievement Division dilaksanakan melalui beberapa
tahapan, yaitu:
-
a) Tahap penyajian materi yang dilakukan guru secara klasikal, yaitu
sebelum siswa berkelompok, terlebih dahulu guru menyampaikan
pengenalan materi yang akan dipelajari serta memeberikan orientasi
tugas yang akan dikerjakan saat siswa berkelompok.
b) Tahap kerja kelompok, siswa berdiskusi, mempelajari materi, bertanya
jawab, atau bertukar pikiran dengan teman satu timnya mengenai
materi IPS pokok bahasan koperasi. Di sini guru berperan sebagai
motivator dan fasilitator.
c) Tahap tes individu, kegiatan yang dilakukan yaitu guru membagikan
soal tes individu mengenai materi pokok bahasan koperasi dan siswa
mengerjakan soal tes dengan kemampuan sendiri.
d) Tahap perhitungan skor perkembangan individu, guru melakukan
perhitungan skor perkembangan individu didasarkan pada skor awal
yaitu nilai hasil evaluasi pada setiap akhir siklus. Setelah itu, guru
melakukan perhitungan skor kelompok.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Berikut adalah hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini, antara
lain:
1. Hasil Penelitian Tindakan Kelas oleh Sukarni dalam skripsinya dengan
menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement
Division (STAD) menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar IPS siswa
kelas V SD N 03 Lalung terbukti rata-rata hasil pratindakan 66,1 atau 72 % di
atas KKM, pada siklus I menjadi 69,5 atau 86 % di atas KKM, pada siklus II
menjadi 73,4 atau 90 % di atas KKM, dan pada siklus III nilai rata-rata 80,
atau 100 % di atas KKM.
2. Hasil penelitian Yona Kristianto Mutiasmoro dalam skripsinya dengan
menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achieve