PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI PESAWAT...
Transcript of PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI PESAWAT...
i
PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI PESAWAT SEDERHANA
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT)
PADA SISWA KELAS V SD N 2 KALINANAS
KECAMATAN WONOSEGORO
KABUPATEN BOYOLALI
TAHUN 2017
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh:
DEWI SETIYAWATI
NIM: 115-13-074
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2017
iii
PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI PESAWAT SEDERHANA
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT)
PADA SISWA KELAS V SD N 2 KALINANAS
KECAMATAN WONOSEGORO
KABUPATEN BOYOLALI
TAHUN 2017
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh:
DEWI SETIYAWATI
NIM: 115-13-074
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2017
vii
MOTTO
Tugas kita bukanlah untuk berhasil. Tugas kita adalah untuk mencoba,
karena di dalam mencoba itulah kita menemukan dan belajar
membangun kesempatan untuk berhasil.
(MARIO TEGUH)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada:
1. Kedua orang tuaku tercinta (Bapak Mokan dan Ibu Pasmi) yang selalu
mendoakan, mendukung, dan memberikan kasih sayangnya yang tak
terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan studi ini, mudah-
mudahan Bapak dan Ibuku senantiasa diberikan nikmat umur panjang,
sehat, dan rezeqi yang berkah;
2. Adikku (Muhammad Wijiyanto) tersayang yang selalu memberikan
semangat, mudah-mudahan adikku senantiasa diberi nikmat umur
panjang, kemudahan dalam menuntut ilmu, dan sehat selalu.
viii
KATA PENGANTAR
بسم هللا الرحمن الرحيم
Puji syukur senantiasa penulis haturkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya, sehingga skripsi dengan judul
Peningkatan Hasil Belajar IPA Materi Pesawat Sederhana Melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) Pada Siswa Kelas
V SD Negeri 2 Kalinanas Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali Tahun
2017 bisa selesai. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan
kita, Nabi Agung Muhammad SAW semoga beliau selalu dirahmati Allah.
Penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa motivasi, bimbingan, dan
bantuan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini selesai. Oleh karena itu, penulis
sampaikan terima kasih kepada:
1. Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga;
2. Suwardi, M.Pd. selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga;
3. Peni Susapti, M.Si. selaku Ketua Jurusan PGMI IAIN Salatiga;
4. Dr. Maslikhah, M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
membimbing, memberikan saran, motivasi, arahan, dan meluangkan
waktunya untuk memberikan bimbingan dalam penulisan skripsi ini;
5. Rasimin, M.Pd. selaku dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan bimbingannya;
6. Bapak dan Ibu dosen serta seluruh staf karyawan IAIN Salatiga yang telah
memberikan ilmu dan bantuan kepada penulis;
x
ABSTRAK
Setiyawati, Dewi. 2017. Peningkatan Hasil Belajar IPA Materi Pesawat
Sederhana Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered
Head Together (NHT) Pada Siswa Kelas V SD Negeri 2 Kalinanas
Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali Tahun 2017. Skripsi.
Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Fakultas Tarbiyah
dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Dosen
Pembimbing Dr. Maslikhah, M.Si.
Kata Kunci: Hasil Belajar IPA, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered
Head Together (NHT)
Pembelajaran IPA di SD Negeri 2 Kalinanas Kecamatan Wonosegoro
Kabupaten Boyolali belum menggunakan berbagai model pembelajaran aktif dan
masih bersifat konvensional. Hal ini menyebabkan siswa cenderung pasif dan
kurangnya perhatian siswa terhadap materi yang disampaikan oleh guru terutama
materi pesawat sederhana. Terbukti dari rendahnya hasil belajar siswa yang belum
mencapai KKM 65. Rumusan masalah penelitian ini adalah apakah model
pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi
pesawat sederhana pada siswa kelas V SD Negeri 2 Kalinanas Kecamatan
Wonosegoro Kabupaten Boyolali tahun 2017?. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui peningkatan hasil belajar IPA materi pesawat sederhana melalui
model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada siswa kelas V SD Negeri 2
Kalinanas Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali tahun 2017.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan
dalam tiga siklus yang masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Subjek penelitian adalah
siswa kelas V SD Negeri 2 Kalinanas Kecamatan Wonosegoro Kabupaten
Boyolali yang berjumlah 15 siswa meliputi 8 siswa laki-laki dan 7 siswa
perempuan. Instrumen penelitian meliputi RPP, lembar observasi guru, lembar
observasi siswa, dan tes evaluasi. Metode pengumpulan data yang digunakan
yaitu wawancara, observasi, dokumentasi, dan tes. Data dianalisis secara statistik
menggunakan rumus persentase, apabila ≥ 85% siswa tuntas belajar maka siklus
dihentikan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe
NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa SD Negeri 2 Kalinanas Kecamatan
Wonosegoro Kabupaten Boyolali tahun 2017. Peningkatan siswa yang tuntas
belajar dari siklus I ke siklus II 27 % dan siklus II ke siklus III 20%. Hal ini dapat
dilihat perolehan ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I 40% siswa tuntas
belajar, siklus II 67% siswa tuntas belajar, dan siklus III 87% siswa tuntas belajar.
Siswa yang belum tuntas belajar pada siklus III akan diberikan tindakan mandiri
berupa latihan-latihan atau remidiasi yang dipantau oleh guru sehingga
diharapkan semua siswa dapat tuntas belajar.
xi
DAFTAR ISI
Sampul ........................................................................................................... i
Lembar Berlogo ............................................................................................ ii
Halaman Judul ............................................................................................... iii
Persetujuan Pembimbing ............................................................................... iv
Pengesahan Kelulusan ................................................................................... v
Pernyataan Keaslian Tulisan dan Kesediaan Publikasi ................................. vi
Motto Dan Persembahan ............................................................................... vii
Kata Pengantar .............................................................................................. viii
Abstrak .......................................................................................................... x
Daftar Isi ........................................................................................................ xi
Daftar Tabel .................................................................................................. xiv
Daftar Gambar ............................................................................................... xv
Daftar Lampiran ............................................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 6
D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan ......................... 6
E. Manfaat Penelitian ...................................................................... 7
F. Definisi Operasional .................................................................... 8
G. Metode Penelitian ........................................................................ 9
H. Sistematika Penulisan .................................................................. 16
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Hakikat Hasil Belajar
1. Belajar ................................................................................... 17
2. Hasil Belajar .......................................................................... 22
xii
B. Hakikat IPA
1. Pengertian IPA ...................................................................... 31
2. Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ......................... 32
3. Materi Pesawat Sederhana .................................................... 34
C. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT ........ 41
2. Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT ........... 43
3. Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT ......... 43
4. Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT ...... 44
5. Cara Menyiasati Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe NHT ................................................................................. 44
6. Penelitian yang Relevan ........................................................ 44
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum SD N 2 Kalinanas .......................................... 48
B. Pelaksanaan Penelitian
1. Deskripsi Siklus I .................................................................. 51
2. Deskripsi Siklus II ................................................................. 58
3. Deskripsi Siklus III ............................................................... 64
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Paparan Siklus
1. Deskripsi Data Siklus I .......................................................... 70
2. Deskripsi Data Siklus II ........................................................ 72
3. Deskripsi Data Siklus III ....................................................... 73
xiii
B. Pembahasan ................................................................................. 75
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 78
B. Saran ............................................................................................ 78
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 80
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Identitas Sekolah .......................................................................... 48
Tabel 3.2. Daftar Guru SDN 2 Kalinanas ..................................................... 49
Tabel 3.3. Daftar Jumlah Siswa SDN 2 Kalinanas ....................................... 49
Tabel 3.4. Daftar Siswa Kelas V SDN 2 Kalinanas ...................................... 50
Tabel 3.5. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ..................................................... 51
Tabel 4.1. Daftar Hasil Belajar Siswa Siklus I .............................................. 70
Tabel 4.2. Daftar Hasil Belajar Siswa Siklus II ............................................ 72
Tabel 4.3. Daftar Hasil Belajar Siswa Siklus III ........................................... 74
Tabel 4.4. Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Siklus I - Siklus III ................. 75
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Bagan Rancangan PTK ............................................................ 10
Gambar 2.1. Bagian-bagian Pengungkit ....................................................... 35
Gambar 2.2. Prinsip Kerja Pengungkit Golongan 1 ...................................... 35
Gambar 2.3. Prinsip Kerja Pengungkit Golongan 2 ...................................... 36
Gambar 2.4. Prinsip Kerja Pengungkit Golongan 3 ...................................... 36
Gambar 2.5. Katrol Tetap .............................................................................. 37
Gambar 2.6. Katrol Bebas ............................................................................. 38
Gambar 2.7. Katrol Majemuk ....................................................................... 39
Gambar 2.8. Alat-alat Menggunakan Prinsip Bidang Miring ....................... 40
Gambar 2.9. Roda Berporos .......................................................................... 40
Gambar 4.1. Diagram Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I - Siklus III .......... 77
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Riwayat Hidup Penulis ........................................................... 83
Lampiran 2. Nilai SKK Mahasiswa ............................................................ 84
Lampiran 3. Surat Tugas Pembimbing Skripsi ........................................... 87
Lampiran 4. Lembar Konsultasi Skripsi ..................................................... 88
Lampiran 5. Surat Izin Penelitian ................................................................ 90
Lampiran 6. Identitas Kolaborator .............................................................. 91
Lampiran 7. Nilai Ulangan Harian (Pra Siklus) .......................................... 92
Lampiran 8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I .......................... 93
Lampiran 9. Lembar Kerja Siswa Kelompok Siklus I ................................ 100
Lampiran 10. Soal Evaluasi Siklus I ............................................................. 101
Lampiran 11. Catatan Lapangan Pelaksanaan Siklus I ................................. 105
Lampiran 12. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ........................ 109
Lampiran 13. Lembar Kerja Siswa Kelompok Siklus II ............................... 116
Lampiran 14. Soal Evaluasi Siklus II ............................................................ 117
Lampiran 15. Catatan Lapangan Pelaksanaan Siklus II ................................ 119
Lampiran 16. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III ....................... 123
Lampiran 17. Lembar Kerja Siswa Kelompok Siklus III ............................. 130
Lampiran 18. Soal Evaluasi Siklus III .......................................................... 131
Lampiran 19. Catatan Lapangan Pelaksanaan Siklus III .............................. 133
Lampiran 20. Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian ..................................... 137
Lampiran 21. Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian ............................... 144
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu aspek penting yang menentukan
tingkat kemampuan manusia dalam menghadapi kehidupan. Pendidikan
dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia untuk menjamin
keberlangsungan pembangunan bangsa terutama pada pendidikan dasar.
Pendidikan dasar merupakan landasan bagi pendidikan selanjutnya. Mutu
pendidikan yang baik di sekolah dasar akan menentukan mutu yang baik
pula pada pendidikan tingkat selanjutnya.
Bagian terpenting dari pendidikan adalah adanya kegiatan
pembelajaran. Pembelajaran merupakan perpaduan dari dua aktivitas yaitu
belajar dan mengajar. Belajar menurut Susanto (2013: 4) adalah suatu
aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar
untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru
sehingga memungkinkan seseorang terjadinya perubahan perilaku yang
relatif tetap baik dalam berpikir, merasa, maupun dalam bertindak.
Sedangkan mengajar menurut Howard (dalam Susanto, 2013: 20) adalah
suatu aktivitas membimbing seseorang untuk mendapatkan, mengubah
atau mengembangkan keterampilan, sikap, cita-cita, pengetahuan, dan
penghargaan.
Salah satu pembelajaran yang terjadi di Sekolah Dasar (SD) adalah
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Ilmu Pengetahuan Alam
2
merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang gejala dan perubahan-
perubahan alam. Perubahan-perubahan alam tersebut merupakan tanda-
tanda kekuasaan Allah SWT yang dapat kita renungkan dan dapat kita
jadikan pelajaran yang sangat berharga untuk meningkatkan ilmu
pengetahuan. Allah SWT telah menjanjikan akan meninggikan derajat
orang yang mempelajari ilmu pengetahuan sebagaimana firman Allah
SWT dalam Qur’an Surat Al-Mujaadilah ayat 11 (Depag, 2002: 793):
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah,
niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan,
“Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat
(derajat) orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan.
Ilmu Pengetahuan Alam merupakan salah satu ilmu yang banyak
memerlukan pemahaman mengenai konsep-konsep, teori-teori, dan
hukum-hukum, bukan hanya sekadar hafalan saja. Maka dari itu, dalam
melaksanakan pembelajaran IPA harus secara aktif dan kreatif dalam
melibatkan siswa untuk dapat berpikir kritis dalam memecahkan masalah
terutama yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.
Keberhasilan pembelajaran IPA tergantung pada kreativitas guru
dalam menggunakan model pembelajaran yang tepat dan menarik.
3
Menurut Suprijono (2011: 46), model pembelajaran adalah pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas
maupun tutorial. Model pembelajaran juga dapat didefinisikan sebagai
kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Melalui model pembelajaran guru dapat membantu siswa mendapatkan
informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide.
Model pembelajaran dapat digunakan para guru untuk merencanakan
aktivitas pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat
diterapkan dalam pembelajaran IPA adalah model pembelajaran kooperatif
tipe Numbered Head Together (NHT).
Berdasarkan hasil wawancara pada hari Sabtu tanggal 18 Maret 2017
dengan guru mata pelajaran IPA kelas V SD Negeri 2 Kalinanas
Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali (Handono, S.Pd.), dalam
melaksanakan pembelajaran IPA belum menggunakan berbagai model
pembelajaran aktif dan masih bersifat konvensional. Biasanya dalam
melaksanakan pembelajaran, guru hanya menggunakan metode ceramah,
tanya jawab, dan penugasan saja. Guru lebih banyak menerangkan,
sedangkan siswa hanya menyimak melalui buku pegangannya. Setelah
selesai penyampaian materi, guru langsung memberikan tugas kepada
siswa untuk mengerjakan soal-soal latihan yang ada di lembar kerja siswa.
Guru tidak pernah meminta siswa untuk aktif berdiskusi maupun
mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan teman-temannya. Siswa
4
hanya sebagai objek penerima materi dari guru tanpa dilatih untuk
bertukar pikiran dalam menyelesaikan pokok permasalahan. Kondisi
tersebut menyebabkan siswa pasif, ada yang merasa jenuh, bosan, dan ada
yang berbicara sendiri dengan teman sebelahnya sehingga siswa kurang
perhatian terhadap materi yang disampaikan oleh guru. Menurut guru
tersebut, materi yang dianggap sulit para siswa pada semester ini adalah
materi tentang pesawat sederhana. Hal ini diakui oleh guru tersebut bahwa
dengan cara yang diterapkannya ini masih banyak siswa yang kurang
menguasai materi terutama pada materi pesawat sederhana. Terbukti dari
hasil belajar siswa pada materi pesawat sederhana masih banyak di bawah
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu dari 15 siswa hanya 4 siswa
yang dapat mencapai KKM, sedangkan 11 siswa masih di bawah KKM.
Nilai KKM mata pelajaran IPA di SD ini adalah 65.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka untuk menciptakan
pembelajaran yang lebih bermakna adalah dengan mencoba menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Numbered Head Together
adalah salah satu tipe pembelajaran yang dilakukan dengan cara setiap
siswa diberi nomor dan dibuat suatu kelompok, kemudian secara acak,
guru memanggil nomor dari siswa (Hamdani, 2011: 89). Kelebihan dari
model pembelajaran ini adalah dapat membuat siswa lebih aktif terlibat
dalam proses pembelajaran. Selain itu, siswa juga dilatih untuk saling
tukar pikiran dan melatih keberaniannya untuk mempresentasikan hasil
diskusi secara bergantian. Model pembelajaran ini diharapkan dapat
5
diterapkan salah satunya dalam mata pelajaran IPA kelas V materi pesawat
sederhana. Pemilihan kelas dan materi ini dianggap sangat tepat untuk
menerapkan model pembelajaran NHT. Kelas V merupakan kelas
persiapan masuk ke kelas VI jadi siswa harus benar-benar dilatih rasa
tanggung jawab, kemampuan bertukar pikir dalam menyelesaikan
permasalahan, dan keaktifannya dalam kegiatan belajar sehingga siswa
dapat mengikuti pembelajaran dengan baik. Materi pesawat sederhana
adalah materi yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari yang
digunakan untuk memudahkan pekerjaan manusia. Maka dalam mengikuti
pelajaran materi ini sangat diperlukan konsentrasi supaya siswa dapat
memahami, membedakan, dan menggolongkan macam-macam pesawat
sederhana sesuai dangan ciri-cirinya supaya siswa dapat menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari dengan benar. Model pembelajaran ini, siswa
dilatih berdiskusi dengan teman-temannya untuk memecahkan masalah
yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Selain itu, dengan
diberikannya nomor kepada setiap siswa dan secara acak guru memanggil
nomor siswa, akan menumbuhkan rasa tanggung jawab siswa dalam
mempelajari materi dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Oleh
karena itu, diharapkan siswa dapat memahami materi dengan baik.
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar IPA
Materi Pesawat Sederhana Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
6
Numbered Head Together (NHT) Pada Siswa Kelas V SD Negeri 2
Kalinanas Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali Tahun 2017.”
B. Rumusan Masalah
Apakah model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat
meningkatkan hasil belajar IPA materi pesawat sederhana pada siswa kelas
V SD Negeri 2 Kalinanas Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali
tahun 2017?.
C. Tujuan Penelitian
Mengetahui peningkatan hasil belajar IPA materi pesawat sederhana
melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada siswa kelas V SD
Negeri 2 Kalinanas Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali tahun
2017.
D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan
1. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan merupakan jawaban sementara terhadap
masalah yang dihadapi sebagai alternatif tindakan yang dipandang
paling tepat untuk memecahkan masalah yang telah dipilih untuk
diteliti melalui Penelitian Tindakan Kelas (Mulyasa, 2011: 105).
Hipotesis dari rumusan masalah ini adalah: jika model
pembelajaran kooperatif tipe NHT diterapkan dengan baik, dapat
meningkatkan hasil belajar IPA materi pesawat sederhana pada siswa
7
kelas V SD Negeri 2 Kalinanas Kecamatan Wonosegoro Kabupaten
Boyolali tahun 2017.
2. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan merupakan tolok ukur tingkat
ketercapaian dari tindakan yang diberikan (Daryanto, 2011: 83).
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT ini dikatakan
efektif apabila indikator yang diharapkan tercapai. Indikator
ketuntasan siswa adalah sebagai berikut:
a. Secara Individu
Siswa dapat mencapai skor ≥ 65 pada materi pesawat sederhana.
b. Secara Klasikal
Siklus akan berhenti apabila ≥ 85% dari total siswa dalam satu
kelas mendapat nilai ≥ 65.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan yang ilmiah
bagi pengembangan IPA;
b. Memberi masukan dalam khasanah keilmuan untuk perkembangan
kemajuan dalam bidang pendidikan;
c. Menambah wawasan dalam bidang penelitian dan pembuatan
karya ilmiah, serta memberikan sumbangan pikiran bagi lembaga
dimana tempat mahasiswa menimba ilmu.
8
2. Manfaat Praksis
a. Bagi Siswa
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan pengalaman
yang baru serta suasana belajar yang aktif sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pesawat sederhana
melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada proses
pembelajaran IPA di SD/MI.
b. Bagi Guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada proses
pembelajaran IPA di SD/MI.
c. Bagi Sekolah
Mengangkat nama baik sekolah karena dapat
mengembangkan dan menggunakan model pembelajaran yang
tepat sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.
F. Definisi Operasional
Penjelasan dari judul peningkatan hasil belajar IPA materi pesawat
sederhana melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada siswa
kelas V SD Negeri 2 Kalinanas Kecamatan Wonosegoro Kabupaten
Boyolali tahun 2017, penulis paparkan sebagai berikut:
9
1. Hasil Belajar
Hasil belajar yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri
siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor
sebagai hasil dari kegiatan belajar. Guru menetapkan tujuan belajar
dalam kegiatan pembelajaran. Anak yang berhasil dalam belajar adalah
yang berhasil mencapai tujuan pembelajaran (Susanto, 2013: 5).
2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang
dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki
tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik (Fathurrohman,
2012: 97). Numbered Head Together dilakukan dengan cara setiap
siswa diberi nomor dan dibuat suatu kelompok, kemudian secara acak,
guru memanggil nomor dari siswa (Hamdani, 2011: 89).
G. Metode Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas
(PTK). Istilah dalam bahasa Inggris adalah Classroom Action
Research (CAR). berdasarkan namanya sudah menunjukkan isi yang
terkandung di dalamnya, yaitu sebuah kegiatan penelitian yang
dilakukan di dalam kelas. Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu
pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang
10
sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama
(Arikunto, 2014: 2-3).
Alasan peneliti menggunakan jenis PTK adalah untuk
memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran yang dilakukan
oleh guru di dalam kelas dengan cara menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat
terutama pada mata pelajaran IPA materi pesawat sederhana.
Penelitian Tindakan Kelas yang digunakan adalah jenis kolaboratif,
dimana peneliti bertindak sebagai pengamat.
Arikunto, dkk (2014: 16) mengemukakan empat tahapan dalam
pelaksanaan PTK, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3)
pengamatan, dan (4) refleksi. Tahapan tersebut dapat ditampilkan pada
gambar 1.1.
Gambar 1.1. Bagan Rancangan PTK
(Sumber: Arikunto, dkk, 2014: 16)
Perencanaan
Pengamatan
SIKLUS I
SIKLUS II
Pelaksanaan
Pelaksanaan
Pengamatan
Refleksi
Refleksi
?
Perencanaan
11
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 2
Kalinanas Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali pada mata
pelajaran IPA materi pesawat sederhana. Jumlah siswa kelas V ada 15
siswa meliputi 8 siswa laki-laki dan 7 siswa perempuan dengan
kolaboratornya guru kelas V yaitu bapak Handono. Peneliti dapat
berkolaborasi dengan guru (Handono, S.Pd.) sehingga model
pembelajaran ini dapat diterapkan dalam pelajaran IPA.
3. Langkah-langkah Penelitian
a. Perencanaan
Tahap perencanaan menjelaskan tentang apa, mengapa,
kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut
dilakukan. Penelitian yang ideal sebetulnya dilakukan secara
berpasangan antara pihak yang melakukan tindakan dan pihak yang
mengamati proses jalannya tindakan. Istilah untuk cara ini adalah
penelitian kolaborasi. Cara ini dikatakan ideal karena adanya upaya
untuk mengurangi unsur subjektivitas pengamat serta mutu
kecermatan amatan yang dilakukan (Arikunto, dkk, 2014: 17).
Tahapan dalam perencanaan ini terdiri dari:
1) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe NHT;
2) Menyiapkan sarana pendukung yang diperlukan saat proses
pembelajaran berlangsung;
12
3) Menyiapkan lembar observasi guru dan siswa untuk
mengetahui kondisi saat proses pembelajaran berlangsung;
4) Perencanaan tindakan pembelajaran menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT;
5) Melakukan evaluasi terhadap pembelajaran menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
b. Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan merupakan tahap implementasi atau
penerapan isi rancangan yaitu mengenakan tindakan di kelas. Hal
yang perlu diingat pada tahap ini adalah bahwa pelaksana guru
harus ingat dan berusaha menaati apa yang sudah dirumuskan
dalam rancangan, tetapi harus pula berlaku wajar, tidak dibuat-buat
(Arikunto, dkk, 2014: 18). Implementasi tindakan pada prinsipnya
merupakan realisasi dari suatu tindakan yang sudah direncanakan
sebelumnya. Strategi apa yang digunakan, materi apa yang akan
diajarkan atau dibahas dan sebagainya (Kusumah, 2010: 39).
Pelaksanaan tindakan pada penelitian ini akan diterapkan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT sebagai alat bantu dalam
menyampaikan materi.
c. Pengamatan
Tahap pengamatan sebenarnya berjalan bersamaan dengan
tahap pelaksanaan tindakan. Pengamat melakukan pengamatan dan
mencatat semua hal-hal yang diperlukan dan terjadi selama
13
pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengumpulan data ini
dilakukan dengan menggunakan lembar observasi atau evaluasi
yang telah disusun. Data yang dikumpulkan dapat berupa data
kuantitatif (hasil tes, ulangan harian, presentasi, dll) dan data
kualitatif yang menggambarkan keaktifan siswa, partisipasi siswa
dalam pembelajaran, dan lain-lain (Daryanto, 2011: 27).
d. Refleksi
Tahap refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan
kembali apa yang sudah dilakukan. Istilah refleksi berasal dari kata
bahasa Inggris reflection, yang artinya pemantulan. Kegiatan
refleksi sangat tepat dilakukan ketika guru pelaksana sudah selesai
melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti untuk
mendiskusikan implementasi rancangan tindakan (Arikunto, 2014:
19-20). Tahap refleksi ini dilakukan analisis data mengenai proses,
masalah, hambatan yang dijumpai, dan dilanjutkan dengan refleksi
terhadap dampak pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan (Aqib,
2008: 32). Apabila indikator belum tercapai, maka PTK akan
dilanjutkan siklus berikutnya pada waktu dan materi yang berbeda
melalui tahap sama dengan siklus sebelumnya.
4. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat yang digunakan oleh guru atau observer
untuk mengukur dan mengambil data yang akan dimanfaatkan untuk
menetapkan keberhasilan dari rencana tindakan yang dilakukan.
14
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe NHT;
b. Lembar tes evaluasi mata pelajaran IPA materi pesawat sederhana;
c. Lembar observasi guru pada saat menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT;
d. Lembar observasi siswa pada saat proses pembelajaran model
pembelajaran kooperatif tipe NHT.
5. Pengumpulan Data
Data merupakan informasi-informasi tentang objek penelitian.
Data digunakan untuk menjawab masalah-masalah yang telah
dirumuskan dan untuk menguji hipotesis. Pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan metode:
a. Wawancara
Wawancara adalah komunikasi secara langsung antara yang
mewawancarai dengan yang diwawancarai (Djamarah, 2000: 220).
Wawancara digunakan untuk mendapatkan data tentang materi
pokok khususnya pada mata pelajaran IPA yang kurang memenuhi
KKM dan untuk mendapatkan informasi mengenai metode yang
sering digunakan guru dalam pembelajaran sebelum menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
15
b. Observasi
Observasi digunakan untuk memperoleh informasi yang
berhubungan dengan kegiatan siswa selama proses pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Hasil pengamatan dituliskan dalam catatan lapangan.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan salah satu alat untuk
mengumpulkan data. Dokumentasi digunakan untuk memotret
kegiatan yang berlangsung saat pembelajaran dan untuk
menemukan gambaran tentang SD Negeri 2 Kalinanas Kecamatan
Wonosegoro kabupaten Boyolali.
d. Tes
Tes digunakan untuk menilai kemampuan siswa yang
mencakup pengetahuan dan keterampilan sebagai hasil kegiatan
belajar mengajar (Djamarah, 2000: 218). Tes digunakan untuk
mengetahui hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 2 Kalinanas
pada mata pelajaran IPA materi pesawat sederhana dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
6. Analisis Data
Analisis data adalah analisis data yang telah terkumpul guna
mengetahui seberapa besar keberhasilan tindakan dalam penelitian
untuk perbaikan belajar siswa (Suyadi, 2010: 85). Analisis data
dilakukan dalam setiap siklusnya dengan cara memberikan soal tes
16
formatif pada setiap akhir pelaksanaan pembelajaran. Data yang
terkumpul dianalisis per siklus untuk mengetahui peningkatan hasil
belajar yang dicapai siswa. Hal ini untuk membuktikan hipotesis
tindakan maka hasil penelitian dianalisis menggunakan statistik untuk
menghitung ketuntasan klasikal. Apabila hasil belajar siswa secara
klasikal mencapai ≥ 85% maka siklus dihentikan. Rumus untuk
menghitung persentase ketuntasan klasikal adalah sebagai berikut:
× 100% (Daryanto, 2011: 192)
H. Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan. Bab ini memuat tentang latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis tindakan dan
indikator keberhasilan, manfaat penelitian, definisi oprasional, metode
penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II Kajian Pustaka. Bab ini memuat tentang hakikat hasil
belajar, hakikat IPA, model pembelajaran kooperatif tipe NHT, dan
penelitian yang relevan.
BAB III Pelaksanaan Penelitian. Bab ini memuat tentang gambaran
umum SD Negeri 2 Kalinanas dan pelaksanaan penelitian.
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. Bab ini memuat tentang
deskripsi hasil penelitian per siklus dan pembahasan.
BAB V Penutup. Bab ini memuat tentang simpulan dan saran.
17
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hakikat Hasil Belajar
1. Belajar
a. Pengertian Belajar
Belajar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (dalam
Baharuddin, 2008: 13), secara etimologis belajar memiliki arti
berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Definisi ini memiliki
pengertian bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai
kepandaian atau ilmu.
Belajar merupakan aktivitas yang sangat penting bagi
perkembangan individu. Belajar akan terjadi setiap saat dalam diri
seseorang, dimanapun dan kapanpun proses belajar dapat terjadi.
Belajar tidak hanya terjadi di bangku sekolah, tidak hanya terjadi
ketika siswa berinteraksi dengan guru, tidak hanya terjadi ketika
seseorang belajar membaca, menulis, dan berhitung (Sriyanti,
2013: 15).
Masalah pengertian belajar ini, para ahli psikologi dan
pendidikan mengemukakan rumusan yang berlainan sesuai dengan
bidang keahlian masing-masing. James O. Whittaker (dalam
Djamarah, 2011: 12) merumuskan belajar sebagai proses di mana
tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau
pengalaman. Cronbach (dalam Djamarah, 2011: 13) berpendapat
18
bahwa learning is shown by change in behavior as a result of
experience. Belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Howard L.
Kingskey (dalam Djamarah, 2011: 13) mengemukakan bahwa
learning is the process by which behavior (in the broader sense) is
originated or changed through practice or training. Belajar adalah
proses di mana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau
diubah melalui praktik atau latihan.
Berdasarkan beberapa pendapat tentang pengertian belajar di
atas dapat dipahami bahwa belajar adalah proses untuk
memperoleh ilmu atau perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman yang terjadi pada setiap diri seseorang kapanpun dan
di manapun ia berada.
b. Tujuan Belajar
Sardiman (2009: 26-28) berpendapat tentang tujuan belajar
yang terdiri dari tiga jenis yaitu mendapatkan pengetahuan,
penanaman konsep dan keterampilan, dan pembentukan sikap.
1) Mendapatkan Pengetahuan
Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir. Pemilikan
pengetahuan dan kemampuan berpikir sebagai yang tidak dapat
dipisahkan. Hal ini berarti tidak dapat mengembangkan
kemampuan berpikir tanpa bahan pengetahuan, sebaliknya
kemampuan berpikir akan memperkaya pengetahuan.
19
2) Penanaman Konsep dan Keterampilan
Penanaman konsep atau merumuskan konsep juga
memerlukan suatu keterampilan. Jadi soal keterampilan yang
bersifat jasmani maupun rohani. Keterampilan jasmaniah
adalah ketrampilan-keterampilan yang dapat dilihat, diamati,
sehingga akan menitikberatkan pada keterampilan gerak atau
penampilan dari anggota tubuh seseorang yang sedang belajar.
Sedangkan keterampilan rohani lebih rumit, karena tidak selalu
berurusan dengan masalah-masalah keterampilan yang dapat
dilihat bagaimana ujung pangkalnya, tetapi lebih abstrak,
menyangkut persoalan-persoalan penghayatan, dan
keterampilan berpikir serta kreativitas untuk menyelesaikan
dan merumuskan suatu masalah atau konsep;
3) Pembentukan Sikap
Upaya untuk menumbuhkan sikap mental, perilaku dan
pribadi anak didik, guru harus lebih bijak dan hati-hati dalam
pendekatannya. Maka dari itu, dibutuhkan kecakapan dalam
mengarahkan motivasi dan berpikir dengan tidak lupa
menggunakan pribadi guru itu sendiri sebagai contoh.
Pembentukan sikap mental dan perilaku anak didik, tidak
akan terlepas dari soal penanaman nilai-nilai. Oleh karena itu,
guru tidak sekadar pengajar, tetapi betul-betul sebagai pendidik
yang akan memindahkan nilai-nilai itu kepada anak didiknya.
20
c. Ciri-ciri Belajar
Baharuddin dan Wahyuni (2008: 15-16) mengemukakan
beberapa ciri belajar, yaitu:
1) Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku. Ini
berarti, bahwa hasil dari belajar hanya dapat diamati dari
tingkah laku, yaitu adanya perubahan tingkah laku, dari tidak
tahu menjadi tahu, dari tidak terampil menjadi terampil. Tanpa
mengamati tingkah laku hasil belajar, kita tidak akan dapat
mengetahui ada tidaknya hasil belajar;
2) Perubahan perilaku relative permanent. Ini berarti, bahwa
perubahan tingkah laku yang terjadi karena belajar untuk waktu
tertentu akan tetap atau tidak berubah-ubah. Tetapi, perubahan
tingkah laku tersebut tidak akan terpancang seumur hidup;
3) Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada
saat proses belajar sedang berlangsung, perubahan tingkah laku
tersebut bersifat potensial;
4) Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau
pengalaman;
5) Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan. Sesuatu
yang memperkuat itu akan memberikan semangat atau
dorongan untuk mengubah tingkah laku.
21
d. Prinsip-prinsip Belajar
Hosnan (2014: 8-9) berpendapat bahwa prinsip-prinsip
belajar terdiri dari perhatian dan motivasi siswa, keaktifan,
keterlibatan langsung, pengulangan, tantangan, balikan dan
penguatan, serta perbedaan individual. Masing-masing prinsip
tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1) Perhatian dan motivasi siswa
Seorang guru dalam merencanakan dan melaksanakan
pembelajaran dituntut untuk dapat menimbulkan perhatian dan
motivasi belajar siswa.
2) Keaktifan
Proses pembelajaran yang dilaksanakan haruslah
terhindar dari dominasi guru yang cenderung menimbulkan
sikap pasif anak didik;
3) Keterlibatan langsung
Guru perlu mengupayakan agar siswa terlibat langsung
secara aktif dalam pembelajaran, baik individual maupun
kelompok.
4) Pengulangan
Guru perlu menekankan pentingnya pengulangan untuk
melatih berbagai daya yang ada pada diri siswa, yakni daya
mengingat, mengamati, menanggapi, merasakan, berpikir, dan
sebagainya.
22
5) Tantangan
Guru perlu berupaya memberikan bahan belajar atau
materi pelajaran yang dapat menantang dan menimbulkan
gairah belajar siswa.
6) Balikan dan penguatan
Melalui prinsip balikan dan penguatan diupayakan siswa
belajar dengan sungguh-sungguh agar mendapatkan nilai yang
baik dalam ulangan, dan nilai yang baik itu akan mendorong
anak untuk belajar lebih giat lagi.
7) Perbedaan individual
Siswa harus dipandang sebagai individual yang unik dan
berbeda satu sama lain. Perbedaan itu dengan sendirinya
berpengaruh terhadap cara dan hasil belajar siswa, sehingga
proses pembelajaran yang bersifat klasikal perlu
memperhatikan perbedaan ini, antara lain dengan penggunaan
metode atau strategi belajar mengajar yang bervariasi.
2. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah
melalui kegiatan belajar. Kegiatan belajar yang terprogram dan
terkontrol yang disebut kegiatan pembelajaran atau kegiatan
instruksional, tujuan belajar telah ditetapkan terlebih dahulu oleh
23
guru, anak yang berhasil dalam belajar adalah anak yang berhasil
mencapai tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional.
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku baik
peningkatan pengetahuan, perbaikan sikap, maupun peningkatan
keterampilan yang dialami siswa setelah menyelesaikan kegiatan
pembelajaran. Hasil belajar sering disebut juga dengan prestasi
belajar tidak dapat dipisahkan dari perbuatan belajar, karena belajar
merupakan suatu perubahan sikap dan tingkah laku seseorang
berdasarkan pengalamannya (Hosnan, 2014: 158).
Hasil belajar yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada
diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar. Pengertian tentang
hasil belajar sebagaimana diuraikan tersebut dipertegas lagi oleh K.
Brahim (dalam Susanto, 2013: 5) yang menyatakan bahwa hasil
belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam
mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam
skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi
pelajaran tertentu.
Hosnan (2014: 159-160) mengemukakan bahwa hasil belajar
secara keseluruhan biasanya akan tampak berupa berikut ini:
1) Terciptanya berpikir rasional dan kritis, yakni menggunakan
prinsip-prinsip dan dasar-dasar pengertian dalam menjawab
pertanyaan kritis seperti bagaimana dan mengapa;
24
2) Terciptanya keterampilan, seperti menulis dan berolahraga
yang meskipun sifatnya motorik, keterampilan-keterampilan itu
memerlukan koordinasi gerak yang teliti dan kesadaran yang
tinggi;
3) Adanya proses pengamatan, yakni proses menerima,
menafsirkan, dan memberi arti rangsangan yang masuk melalui
indera-indera secara objektif sehingga peserta didik mampu
mencapai pengertian yang benar.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah perubahan yang terjadi pada diri siswa baik
peningkatan aspek kognitif, afektif, maupun psikomotoriknya
sebagai hasil dari kegiatan belajar.
b. Macam-macam Hasil Belajar
Susanto (2013: 6-11) berpendapat bahwa hasil belajar
meliputi pemahaman konsep (aspek kognitif), keterampilan proses
(aspek psikomotor), dan sikap siswa (aspek afektif). Berikut
penjelasan macam-macam hasil belajar:
1) Pemahaman Konsep
Pemahaman menurut Bloom (dalam Susanto, 2013: 6)
diartikan sebagai kemampuan untuk menyerap arti dari materi
atau bahan yang dipelajari. Pemahaman menurut Bloom ini
adalah seberapa besar siswa mampu menerima, menyerap, dan
memahami pelajaran yang diberikan oleh guru kepada siswa,
25
atau sejauh mana siswa dapat memahami serta mengerti apa
yang ia baca, yang dilihat, yang dialami, atau yang ia rasakan
berupa hasil observasi langsung yang ia lakukan;
2) Keterampilan Proses
Usman dan Setiawati (dalam Susanto, 2013: 9)
mengemukakan bahwa keterampilan proses merupakan
keterampilan yang mengarah kepada pembangunan
kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai
penggerak kemampuan yang lebih tinggi dalam diri individu
siswa. Keterampilan berarti kemampuan menggunakan pikiran,
nalar, dan perbuatan secara efektif dan efisien untuk mencapai
suatu hasil tertentu, termasuk krativitasnya;
3) Sikap
Sardiman (dalam Susanto, 2013: 11) mengemukakan
bahwa sikap merupakan kecenderungan untuk melakukan
sesuatu dengan cara, metode, pola, dan teknik tertentu terhadap
dunia sekitarnya baik berupa individu-individu maupun objek-
objek tertentu. Sikap merujuk pada perbuatan, perilaku, atau
tindakan seseorang.
Hubungannya dengan hasil belajar siswa, sikap ini lebih
diarahkan pada pengertian pemahaman konsep. Pemahaman
konsep berarti domain yang sangat berperan adalah domain
kognitif.
26
c. Faktor-faktor yang Memengaruhi Hasil Belajar
Baharuddin dan Wahyuni (2008: 24-28) berpendapat tentang
faktor-faktor yang memengaruhi hasil belajar dibedakan menjadi
dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
1) Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari
dalam diri individu dan dapat memengaruhi hasil belajar
individu. Faktor internal meliputi faktor fisiologis dan
psikologis.
a) Faktor Fisiologis
Faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang
berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor ini
dibedakan menjadi dua macam, yaitu keadaan tonus
jasmani dan keadaan fungsi jasmani atau fisiologi.
Pertama, keadaan tonus jasmani. Keadaan tonus jasmani
pada umumnya sangat memengaruhi aktivitas belajar
seseorang. Keadaan fisik yang sehat dan bugar akan
memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar
individu. Kondisi fisik yang lemah atau sakit akan
menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal.
Kedua, keadaan fungsi jasmani. Selama proses belajar
berlangsung, peran fungsi fisiologi pada tubuh manusia
sangat memengaruhi hasil belajar, terutama pancaindra;
27
b) Faktor Psikologis
Faktor psikologis adalah keadaan psikologis
seseorang yang dapat memengaruhi proses belajar.
Beberapa faktor psikologis diantaranya adalah sebagai
berikut:
(1) Kecerdasan atau Inteligensi Siswa
Kecerdasan diartikan sebagai kemampuan psiko-
fisik dalam mereaksi rangsangan atau menyesuaikan
diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat.
Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling
penting dalam proses belajar siswa, karena itu
menentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi
tingkat inteligensi seorang individu, semakin besar
peluang individu tersebut meraih sukses dalam belajar.
Semakin rendah tingkat inteligensi individu, semakin
sulit individu itu mencapai kesuksesan belajar;
(2) Motivasi
Motivasi adalah salah satu faktor yang
memengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa
(Baharuddin dan Wahyuni, 2008: 19-22). Motivasi
belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong
terjadinya proses belajar. Motivasi belajar pada diri
siswa dapat menjadi lemah. Lemahnya motivasi, atau
28
tiadanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan
belajar. Selanjutnya, mutu hasil belajar akan menjadi
rendah. Oleh karena itu, motivasi belajar pada diri siswa
perlu diperkuat terus menerus. Agar siswa memiliki
motivasi belajar yang kuat, pada tempatnya diciptakana
suasana belajar yang menggembirakan (Dimyati dan
Mudjiono, 2002: 239);
(3) Minat
Minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang
tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.
Minat sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi,
karena memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar;
(4) Sikap
Sikap siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh
perasaan senang atau tidak senang pada performan
guru, pelajaran, atau lingkungan sekitar;
(5) Bakat
Bakat adalah kemampuan seseorang yang menjadi
salah satu komponen yang diperlukan dalam proses
belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai
dengan bidang yang sedang dipelajari, maka bakat itu
akan mendukung proses belajarnya sehingga
29
kemungkinan besar ia akan berhasil (Baharuddin dan
Wahyuni, 2008: 24-25).
2) Faktor Eksternal
Baharuddin dan Wahyuni (2008: 25) menjelaskan bahwa
faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri
individu. Faktor tersebut meliputi lingkungan sosial dan
lingkungan non sosial.
1) Lingkungan Sosial
a) Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi,
dan teman-teman sekelas dapat memengaruhi proses
belajar seorang siswa. Hubungan yang harmonis antara
ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk
belajar lebih baik di sekolah;
b) Lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan
masyarakat tempat tinggal siswa akan memengaruhi
belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak
pengangguran, dan anak terlantar juga dapat
memengaruhi aktivitas belajar siswa;
c) Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat
memengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga,
sifat-sifat orang tua, letak rumah, pengelolaan keluarga,
semuanya dapat memberi dampak terhadap aktivitas
belajar siswa. Hubungan antara anggota keluarga, orang
30
tua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan
membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan
baik.
2) Lingkungan Non Sosial
a) Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar,
tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu
silau atau kuat, atau tidak terlalu lemah atau gelap,
suasana yang sejuk dan tenang. Apabila kondisi
lingkungan alam tidak mendukung maka proses belajar
siswa akan terhambat;
b) Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat
digolongkan dua macam. Pertama, hardware, seperti
gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar,
lapangan olahraga dan lain sebagainya. Kedua,
software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-
peraturan sekolah, buku panduan, dan silabi.
c) Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa).
Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia
perkembangan siswa, begitu juga dengan metode
mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi
perkembangan siswa. Oleh karena itu, agar guru dapat
memberikan kontribusi yang positif terhadap aktivitas
belajar siswa, maka guru harus mengusai materi
31
pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat
diterapkan sesuai dengan kondisi siswa.
B. Hakikat IPA
1. Pengertian IPA
Ilmu Pengetahuan Alam adalah ilmu yang mempelajari tentang
kenyataan alam semesta, mulai dari hukum fisika dasar, sistem, dan
mekanisme biologi makhluk hidup sampai perubahan-perubahan reaksi
kimia yang terjadi di dalamnya. Jenjang pendidikan yang masih
menggunakan istilah IPA adalah jenjang Sekolah Dasar (Arifin, 2012:
52-53).
Ilmu Pengetahuan Alam merupakan rumpun ilmu, memiliki
karakteristik khusus yaitu mempelajari fenomena alam yang faktual
(factual), baik berupa kenyataan atau kejadian dan sebab-akibatnya.
Cabang ilmu yang termasuk anggota rumpun IPA saat ini antara lain
Biologi, Fisika, IPA, Astronomi atau Astrofisika, dan Geologi.
Ilmu Pengetahuan Alam merupakan ilmu yang pada awalnya
diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan, namun pada
perkembangan selanjutnya IPA juga diperoleh dan dikembangkan
berdasarkan teori (Wisudawati, 2014: 22). Menurut Susanto (2013:
168-169) ada tiga hal yang berkaitan dengan IPA, yaitu IPA sebagai
produk (berupa fakta-fakta, prinsip, hukum, dan teori IPA), IPA
sebagai proses (seperti mengamati, mengukur, mengklasifikasikan, dan
32
menyimpulkan), dan IPA sebagai sikap (sikap ingin tahu, sikap kerja
sama, bertanggung jawab, berpikir bebas, dan kedisiplinan diri).
Ilmu Pengetahuan Alam terdiri dari tiga kata yaitu “ilmu”,
“pengetahuan”, dan “alam”. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang
diketahui manusia. Banyak sekali pengetahuan yang dimiliki dalam
kehidupan manusia. Pengetahuan tentang agama, pendidikan,
kesehatan, ekonomi, politik, sosial, dan alam sekitar adalah contoh
pengetahuan yang dimiliki manusia. Pengetahuan alam berarti
pengetahuan tentang alam semesta beserta isinya. Ilmu adalah
pengetahuan yang ilmiah. Pengetahuan yang diperoleh secara ilmiah
artinya diperoleh dengan metode ilmiah. Dua sifat utama ilmu adalah
rasional dan objektif. Rasional artinya masuk akal, logis, atau dapat
diterima akal sehat. Sedangkan objektif artinya sesuai dengan
objeknya, sesuai dengan kenyataannya, atau sesuai dengan kenyataan
(Wisudawati, 2014: 23).
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan
bahwa IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang fakta-fakta
yang ada di alam semesta berdasarkan pengamatan dan percobaan.
2. Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Pembelajaran sains di sekolah dasar dikenal dengan
pembelajaran IPA. Konsep IPA di sekolah dasar merupakan konsep
yang masih terpadu, karena belum dipisahkan secara tersendiri, seperti
mata pelajaran kimia, biologi, dan fisika.
33
Tujuan pembelajaran sains di sekolah dasar menurut Badan
Standar Nasional Pendidikan (dalam Susanto, 2013: 171-172),
dimaksudkan untuk:
a. Siswa memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang
Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan
alam ciptaan-Nya;
b. Siswa mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-
konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari;
c. Siswa mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan
kesadaran tentang adanya hubungan yang saling memengaruhi
antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat;
d. Siswa mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki
alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan;
e. Siswa meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam
memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam;
f. Siswa meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan;
g. Siswa memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan
IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP.
34
3. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Materi Pesawat Sederhana
Pesawat sederhana merupakan salah satu materi pelajaran IPA
yang terdapat pada kelas V Sekolah Dasar. Uraian materi tentang
pesawat sederhana adalah sebagai berikut:
Pesawat Sederhana
Semua jenis alat yang digunakan untuk memudahkan pekerjaan
manusia disebut pesawat. Kesederhanaan dalam penggunaannya
menyebabkan alat-alat tersebut dikenal dengan sebutan pesawat
sederhana (Sulistyanto dan Wiyono, 2008: 109). Pesawat sederhana
dapat membantu pekerjaan dengan mengurangi gaya yang diperlukan
untuk memindahkan benda. Alat ini mengurangi gaya yang diperlukan
dengan menambah jarak dari benda yang digerakkan. Misalnya,
sebuah meja ingin diangkat ke atas truk yang tingginya satu meter.
Sebenarnya, meja hanya perlu digerakkan sejauh satu meter ke atas.
Agar mudah melakukannya, meja didorong melalui bidang miring
yang jaraknya lebih jauh (Kusnin, 2007: 112).
Pesawat sederhana dibagi menjadi empat macam, yaitu
pengungkit, bidang miring, katrol, dan roda berporos.
a. Pengungkit atau Tuas
Pengungkit atau tuas merupakan alat untuk mengangkat atau
mengungkit benda. Misalnya saat kita ingin memindahkan batu
yang besar, kita memerlukan sebatang kayu atau besi. Kayu atau
besi itulah yang disebut juga pengungkit. Batang kayu atau besi
35
tersebut bertumpu pada suatu tempat yang disebut titik tumpu.
Tempat gaya yang bekerja disebut titik kuasa. Tempat beban
berada disebut titik beban. Jarak antara titik tumpu dan titik kuasa
disebut lengan kuasa, sedangkan jarak antara titik beban dengan
titik tumpu disebut lengan beban (Kholil dan Dini, 2009: 129).
Gambar tentang bagian-bagian pengungkit ditampilkan pada
gambar 2.1.
Gambar 2.1. Bagian-bagian Pengungkit
(Sumber: Maryanto dan Purwanto, 2009: 108)
Pengungkit atau tuas digolongkan menjadi tiga golongan.
Penggolongan itu berdasarkan posisi kuasa, beban, dan titik tumpu.
1) Pengungkit golongan pertama, yaitu pengungkit yang
penumpunya antara beban dan kuasa. Contohnya: pencabut
paku, jungkat-jungkit, gunting, dan linggis. Gambar prinsip
kerja penggungkit golongan 1 ditampilkan pada gambar 2.2.
Gambar 2.2. Prinsip Kerja Pengungkit Golongan 1
(Sumber: Azmiyawati, dkk, 2008: 99)
36
2) Pengungkit golongan kedua, yaitu pengungkit di mana titik
beban terletak antara penumpu dan kuasa. Contohnya: pemecah
kemiri, pembuka tutup botol, dan gerobak dorong. Gambar
prinsip kerja penggungkit golongan 2 ditampilkan pada gambar
2.3.
Gambar 2.3. Prinsip Kerja Pengungkit Golongan 2
(Sumber: Azmiyawati, dkk, 2008: 99)
3) Pengungkit golongan ketiga, yaitu pengungkit yang letak
kuasanya diantara titik tumpu dan beban. Contohnya: alat
pancing, sekop, stapler, dan pinset (Sulistyowati dan Sukarno,
2009: 86-87). Gambar prinsip kerja penggungkit golongan 3
ditampilkan pada gambar 2.3.
Gambar 2.4. Prinsip Kerja Pengungkit Golongan 3
(Sumber: Azmiyawati, dkk, 2008: 100)
b. Katrol
Katrol merupakan roda yang berputar pada porosnya.
Biasanya katrol digunakan untuk mengangkat benda yang berat.
37
Katrol dapat mengubah arah gaya yang digunakan untuk menarik
atau mengangkat benda. Berdasarkan prinsipnya katrol sama
dengan tuas, karena mempunyai titik tumpu, beban, dan kuasa
(Kholil dan Dini, 2009: 135).
Katrol digolongkan menjadi tiga, yaitu katrol tetap, katrol
bebas, dan katrol majemuk.
1) Katrol Tetap
Katrol tetap merupakan katrol yang posisinya tidak
berubah. Katrol jenis ini dipasang di tempat yang tetap dan
kukuh. Contoh katrol tetap yang mudah ditemui adalah katrol
pada sumur timba. Cara yang dilakukan adalah dengan menarik
ujung tali yang tidak terikat pada beban, maka beban akan
terangkat, kuasa yang dibutuhkan sama dengan berat beban itu
sendiri. Menarik beban ke atas dengan menggunakan katrol
lebih mudah daripada mengangkat beban secara langsung.
Gambar katrol tetap ditampilkan pada gambar 2.5.
Gambar 2.5. Katrol Tetap
(Sumber: Sulistyanto dan Wiyono, 2008: 117)
38
2) Katrol Bebas
Katrol bebas merupakan katrol yang posisinya selalu
berubah. Katrol bebas dapat bergerak dan tidak dipasang pada
tempat tertentu. Katrol bebas beban yang diangkat digantung
pada katrol. Salah satu ujung tali diikatkan pada tempat yang
tetap dan ujung tali yang lain ditarik ke atas. Katika tali ditarik,
katrol dan beban akan naik. Keuntungan menggunakan katrol
bebas adalah gaya yang diperlukan untuk menarik benda lebih
kecil daripada jika menggunakan katrol tetap. Katrol bebas
ditampilkan pada gambar gambar 2.6.
Gambar 2.6. Katrol Bebas
(Sumber: Sulistyanto dan Wiyono, 2008: 118)
3) Katrol Majemuk
Katrol majemuk merupakan perpaduan antara katrol
bebas dengan katrol tetap yang dihubungkan dengan tali.
Biasanya, beban dikaitkan pada katrol bebas, salah satu ujung
tali diikatkan pada katrol tetap dan ujung tali yang lain ditarik.
Akibat tarikan itu, beban dan katrol bebas akan terangkat ke
39
atas. Makin banyak jumlah katrol, maka gaya yang diperlukan
makin kecil (Kholil dan Dini, 2009: 135-136). Gambar katrol
majemuk ditampilkan pada gambar 2.7.
Gambar 2.7. Katrol Majemuk
(Sumber: Sulistyanto dan Wiyono, 2008: 118)
c. Bidang Miring
Bidang miring adalah suatu permukaan yang miring dan ini
termasuk pesawat sederhana. Bidang miring bermanfaat untuk
mengurangi gaya yang diperlukan saat memindahkan benda.
Semakin landai bidang miring, gaya yang diperlukan semakin
kecil. Namun demikian, lintasan beban yang digerakkan semakin
jauh (Kusnin, 2007: 114).
Contoh bidang miring menurut Sulistyowati dan Sukarno
(2009: 85) adalah:
1) Tangga untuk naik ke tempat yang lebih tinggi;
2) Papan yang dimiringkan untuk memudahkan pekerjaan;
3) Jalan di pegunungan yang dibuat berkelok-kelok;
4) Sekrup merupakan bidang miring yang melingkar;
5) Baji, pahat, mata gergaji, pisau, dan lain-lain.
40
Contoh alat-alat yang menggunakan prinsip bidang miring
ditampilkan pada gambar 2.8.
Gambar 2.8. Alat-alat menggunakan prinsip bidang miring
(Sumber: Sulistyanto dan Wiyono, 2008: 118)
d. Roda Berporos
Roda berporos merupakan pesawat sederhana yang berbentuk
bundar dengan poros di bagian tengahnya. Bagian poros biasanya
dilengkapi dengan bantalan peluru. Penggunaan bantalan peluru
bertujuan untuk mengurangi gesekan antar poros dengan as roda.
Jika ada gaya, roda akan mudah berputar. Contoh peralatan yang
menggunakan roda antara lain, sepeda, gerobak, becak, dan stir
mobil. Penggunaan roda sangat berguna untuk memindahkan
benda. Roda juga digunakan berbagai benda agar mudah digeser-
geser. Misalnya, kursi kantor, alas lemari es, dan meja TV (Kholil
dan Dini, 2009: 137).
Gambar 2.9. Roda Berporos pada Sepeda
(Sumber: Sulistyanto dan Wiyono, 2008: 119)
41
C. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together
(NHT)
1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang
mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan
belajar (Jihad dan Haris, 2013: 30). Pembelajaran kooperatif tidak
sama dengan sekadar belajar dalam kelompok. Ada unsur dasar
pembelajaran kooperatif yang membedakan dengan pembelajaran
kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prinsip dasar
pokok sistem pembelajaran kooperatif dengan benar akan
memungkinkan guru mengelola kelas dengan lebih efektif (Rusman,
2011: 203).
Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model
pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok.
Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat
kemampuan yang berbeda-beda dan jika memungkinkan anggota
kelompok berasal dari ras, budaya, suku, yang berbeda serta
memperhatikan kesetaraan jender. Proses pembelajaran dengan model
pembelajaran kooperatif, siswa didorong untuk bekerja sama pada
suatu tugas bersama dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya
untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Tujuan model
pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa
meningkat dan dapat menerima berbagai keragaman dari temannya,
42
serta pengembangan keterampilan sosial (Daryanto dan Rahardjo,
2012: 241-242).
Salah satu tipe model pembelajaran kooperatif adalah NHT.
Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang
dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki
tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik (Fathurrohman,
2012: 97). Pendapat ini dipertegas oleh Trianto (2012: 82) bahwa NHT
atau penomoran berpikir bersama adalah merupakan jenis
pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk memengaruhi pola
interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas
tradisional. Numbered Head Together pertama kali dikembangkan oleh
Spenser Kagen untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah
materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman
mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Numbered Head Together
dilakukan dengan cara setiap siswa diberi nomor dan dibuat suatu
kelompok, kemudian secara acak, guru memanggil nomor dari siswa
(Hamdani, 2011: 89). Tujuan dari pembelajaran ini adalah memberi
kesempatan kepada siswa untuk saling berbagi gagasan dan
mempertimbangkan jawaban yang paling tepat (Huda, 2014: 203).
43
2. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
Trianto (2012: 82-83) berpendapat bahwa dalam mengajukan
pertanyaan kepada seluruh kelas, guru menggunakan struktur empat
fase sebagai sintaks NHT:
a. Fase 1: Penomoran
Guru membagi siswa ke dalam kelompok 3-5 orang dan kepada
setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5;
b. Fase 2: Mengajukan pertanyaan
Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa;
c. Fase 3: Berpikir bersama
Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan dan
meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim;
d. Fase 4: Menjawab
Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang
nomornya sesuai mengangkat tangannya dan mencoba untuk
menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.
3. Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
a. Setiap siswa menjadi siap semua;
b. Siswa dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh;
c. Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai
(Hamdani, 2011: 90);
d. Meningkatkan rasa percaya diri siswa;
e. Setiap siswa termotivasi untuk menguasai materi;
44
f. Melatih tanggung jawab siswa;
g. Mampu memperdalam pemahaman siswa (Kurniasih dan Sani,
2016:30).
4. Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
Hamdani (2011: 90) mengemukakan kekurangan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT sebagai berikut:
a. Kemungkinan nomor yang dipanggil, akan dipanggil lagi oleh
guru;
b. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.
5. Cara Menyiasati Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe NHT
Peneliti berpendapat bahwa cara yang dapat dilakukan untuk
menyiasati kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
adalah sebagai berikut:
a. Guru memberikan tanda pada nomor yang telah dipanggil sehingga
tidak dipanggil ulang;
b. Guru mengajukan pertanyaan minimal sesuai jumlah siswa dalam
kelompok.
D. Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Dessi, 2015
Judul penelitian tentang “Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) untuk Meningkatkan
45
Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Matematika Pokok Bahasan
Hubungan Antar Satuan Kelas III di MI Nurul Huda Raji Demak
Tahun Ajaran 2014/2015”. Rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
dapat meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran matematika
pokok bahasan hubungan antar satuan kelas III di MI Nurul Huda Raji
Demak tahun ajaran 2014/2015?, sedangkan tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa mata
pelajaran matematika pokok bahasan hubungan antar satuan setelah
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada siswa kelas
III di MI Nurul Huda Raji Demak tahun ajaran 2014/2015. Penelitian
ini menggunakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam
tiga siklus dengan subjek siswa kelas III MI Nurul Huda Raji Demak
yang berjumlah 25 siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat
meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran matematika pokok
bahasan hubungan antar satuan kelas III di MI Nurul Huda Raji
Demak tahun ajaran 2014/2015. Hal ini terbukti dari hasil siklus I
terdapat 8 siswa atau 34,78% siswa yang tuntas belajar dengan nilai
rata-rata 49,13, siklus II jumlah siswa yang tuntas belajar ada 16 siswa
atau 66,7% dengan nilai rata-rata 62,5, dan siklus III terdapat 22 siswa
yang tuntas belajar atau 91,67% dengan nilai rata-rata 85,20.
46
Penelitian yang dilakukan oleh Dessi ini memiliki kesamaan
dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu penggunaan
model pembelajaran kooperatif tipe NHT untuk meningkatkan hasil
belajar, sedangkan perbedaannya terdapat pada subjek, materi
pelajaran, tempat, dan waktu pelaksanaan penelitian.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Yorisno, 2013
Judul penelitian tentang “Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA
dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
(Numbered Heads Together) Siswa Kelas 4 SDN Randuacir 02
Salatiga Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013”. Tujuan penelitian ini
adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada mata pelajaran IPA.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari
dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu:
perencanaa, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Subjek penelitian
ini adalah siswa kelas 4 SD Negeri Randuacir 02 Kecamatan
Argomulyo Kota Salatiga dengan jumlah 28 siswa. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa yaitu pada prasiklus
ketuntasan belajar mencapai 64%, siklus I ketuntasan belajar adalah
82%, dan siklus II ketuntasan belajar adalah 100%.
Penelitian yang dilakukan oleh Yorisno ini memiliki kesamaan
dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu meningkatkan
47
hasil belajar IPA dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe NHT, sedangkan perbedaannya terdapat pada subjek, tempat, dan
waktu penelitian.
Berdasarkan dua hasil penelitian tentang penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT di atas, semua menunjukkan adanya
peningkatan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif
tipe NHT. Sedangkan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah
penelitian dengan judul peningkatan hasil belajar IPA materi pesawat
sederhana melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada siswa
kelas V SD N 2 Kalinanas Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali
tahun 2017.
48
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Sekolahan
1. Identitas Sekolah
Tabel 3.1. Identitas Sekolah
No. Identitas Keterangan
1. Nama SD N 2 Kalinanas
2. Akreditasi B
3.
Alamat:
Dusun Gebang
Kelurahan Kalinanas
Kecamatan Wonosegoro
Kabupaten Boyolali
Provinsi Jawa Tengah
Kode Pos 57382
(Sumber: Administrasi Sekolah)
2. Visi dan Misi
Visi SD Negeri 2 Kalinanas Kecamatan Wonosegoro Kabupaten
Boyolali:
Terciptanya sumber daya manusia yang bertaqwa pada Tuhan Yang
Maha Esa, yang handal, cerdas, terampil, kreatif, dan inovatif, serta
berbudi pekerti luhur.
Misi SD Negeri 2 Kalinanas Kecamatan Wonosegoro Kabupaten
Boyolali:
a. Mengoptimalkan kondisi dan situasi kerja secara efektif dengan
mengutamakan kerja tim yang dilandasi semangat kekeluargaan;
b. Meningkatkan efektivitas proses belajar mengajar;
c. Meningkatkan dan mengembangkan prestasi melalui bimbingan
belajar dan kegiatan ekstrakurikuler;
49
d. Mengembangkan sistem pendidikan nasional melalui pola
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan pembelajaran yang aktif,
kratif, efektif, dan menyenangkan;
e. Menyelenggarakan program pembelajaran yang berakar pada nilai-
nilai agama, adat istiadat, dan budaya masyarakat.
3. Keadaan Guru
Keadaan guru SD Negeri 2 Kalinanas Kecamatan Wonosegoro
Kabupaten Boyolali dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2. Daftar Guru SD N 2 Kalinanas
No. Nama Jabatan
1. Sutarno, S.Pd. Kepala Sekolah
2. Sami’in, S.Pd. Guru Agama
3. Rohis Mundariyati, S.Pd. SD Guru Kelas VI
4. Handono, S.Pd. Guru Kelas V
5. Rukayah, S.Pd. SD Guru Kelas IV
6. Sri Suyatmi Guru Kelas III
7. Sri wahyuningsih, S.Pd. Guru Kelas II
8. Rumiyati Guru Kelas I
(Sumber: Administrasi Sekolah)
4. Keadaan Siswa
SD Negeri 2 Kalinanas Kecamatan Wonosegoro Kabupaten
Boyolali pada tahun 2017 mempunyai 76 siswa dengan rincian pada
Tabel 3.3 berikut:
Tabel 3.3. Daftar Jumlah Siswa SD N 2 Kalinanas
Kelas
Jumlah Siswa Jumlah
Siswa Laki-laki Perempuan
I 6 6 12
II 7 3 10
III 10 8 18
IV 5 6 11
Bersambung...
50
Sambungan.
V 8 7 15
VI 5 5 10
Jumlah 41 35 76
(Sumber: Administrasi Sekolah)
5. Karakteristik Siswa
Siswa yang dijadikan subjek penelitian adalah siswa kelas V
yang berjumlah 15 siswa, yang terdiri dari 8 siswa laki-laki dan 7
siswa perempuan. Rincian data siswa kelas V dapat dilihat pada Tabel
3.3.
Tabel 3.3. Daftar Siswa Kelas V SD N 2 Kalinanas
No. Nama Siswa Jenis Kelamin
1. M. Yusuf Yoga Febriyanto Laki-laki
2. Hengki Pratama Laki-laki
3. Tio Pramata Laki-laki
4. Bagas Saputra Laki-laki
5. Ariska Juniarto Laki-laki
6. Febri Dwi Andika Laki-laki
7. Sindi Yulitasari Perempuan
8. Siti Aminah Perempuan
9. Siti Hidayanti Perempuan
10. Deni Saputra Laki-laki
11. Jumini Nita Sari Perempuan
12. Melia Sofiana Perempuan
13. Ica Amilia Pramisti Perempuan
14. Feri Herdiansa Laki-laki
15. Juwitasari Perempuan
(Sumber: Administrasi Sekolah)
6. Kolaborator Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini menggunakan jenis penelitian
kolaboratif. Guru kelas yang melakukan kegiatan proses pembelajaran
dan peneliti sebagai pengamat. Peneliti membantu guru dalam
menyiapkan media pembelajaran dan melakukan pengamatan terhadap
51
kegiatan yang dilakukan guru dan siswa selama proses pembelajaran di
dalam kelas dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
NHT.
7. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan 3 kali pertemuan (3 siklus) di SD
Negeri 2 Kalinanas. Waktu pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada
Tabel 3.4:
Tabel 3.4. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
No. Siklus Pelaksanaan Penelitian
1. Siklus I Selasa, 18 April 2017
2. Siklus II Sabtu, 29 April2017
3. Siklus III Sabtu, 06 Mei 2017
(Sumber: Data Primer)
B. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan tiga siklus penelitian.
Masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Uraian dari ketiga siklus tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Deskripsi Siklus I
a. Perencanaan
Kegiatan yang dilaksanakan peneliti pada tahap perencanaan
tindakan adalah sebagai berikut:
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata
pelajaran IPA materi pesawat sederhana jenis pengungkit
dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT;
52
2) Menyiapkan soal tes evaluasi;
3) Menyiapkan media pembelajaran berupa lembar kerja siswa
dan topi bernomor;
4) Menyiapkan lembar observasi guru;
5) Menyiapkan lembar observasi siswa.
b. Pelaksanaan
Penelitian tindakan kelas siklus I dilaksanakan pada hari
Selasa, 18 April 2017 pukul 07.55 sampai 09.05 WIB di ruang
kelas V SD Negeri 2 Kalinanas Kecamatan Wonosegoro
Kabupaten Boyolali dengan jumlah siswa sebanyak 15 siswa dan
seluruh siswa hadir. Penelitian ini berlangsung selama satu kali
tatap muka (2 x 35 menit). Materi yang diajarkan pada tahap ini
adalah tentang pengungkit. Berikut adalah langkah-langkah
pelaksanaan siklus I:
1) Kegiatan Awal (10 menit)
a) Guru mengucapkan salam dan mengajak siswa berdoa;
b) Guru menyapa siswa dan melakukan presensi;
c) Guru melakukan tanya jawab yang berkaitan dengan materi
pesawat sederhana jenis pengungkit;
d) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
53
2) Kegiatan Inti (50 menit)
a) Eksplorasi
(1) Guru menjelaskan garis besar materi tentang pesawat
sederhana dan macam-macamnya;
(a) Pengertian Pesawat Sederhana
Pesawat sederhana adalah alat yang digunakan
untuk memudahkan pekerjaan manusia dalam
bentuk yang sederhana.
(b) Jenis-jenis Pesawat Sederhana
Pesawat sederhana dibagi menjadi empat
macam, yaitu pengungkit, bidang miring, katrol, dan
roda berporos.
(2) Guru menjelaskan materi tentang pengungkit atau tuas.
Berikut materi tentang pesawat sederhana jenis
pengungkit (tuas):
(a) Pengertian Pengungkit
Pengungkit atau tuas merupakan alat untuk
mengangkat atau mengungkit benda.
(b) Bagian-bagian Pengungkit
Pengungkit terdiri dari titik tumpu, titik beban,
titik kuasa, lengan beban, dan lengan kuasa. Titik
tumpu yaitu suatu titik dimana pengungkit
bertumpu. Titik beban yaitu titik dimana beban
54
berada. Titik kuasa, yaitu titik dimana gaya bekerja
pada pengungkit. Lengan beban yaitu jarak antara
titik tumpu dan titik beban. Lengan kuasa yaitu
jarak antara titik tumpu dan titik kuasa.
(c) Macam-macam dan Contoh Pengungkit
Pengungkit terdiri dari tiga macam yaitu
pengungkit golongan pertama, golongan kedua, dan
golongan ketiga. Pengungkit golongan pertama,
yaitu pengungkit yang penumpunya antara beban
dan kuasa, contohnya jungkat-jungkit dan gunting.
Pengungkit golongan kedua yaitu pengungkit di
mana titik beban terletak antara penumpu dan kuasa,
contohnya pembuka tutup botol dan gerobak
dorong. Pengungkit golongan ketiga yaitu
pengungkit yang letak kuasanya diantara titik tumpu
dan beban, contohnya stapler dan pinset.
b) Elaborasi
(1) Siswa dibagi dalam 3 kelompok dengan cara berhitung,
masing-masing kelompok terdiri dari 5 siswa;
(2) Guru memberikan topi bernomor 1-5 pada tiap-tiap
kelompok;
(3) Guru menyampaikan langkah-langkah pembelajaran
dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT;
55
(4) Guru memberikan satu lembar kerja siswa kelompok
yang sama pada setiap kelompok tentang materi
pesawat sederhana jenis pengungkit;
(5) Guru meminta tiap-tiap kelompok untuk saling
berdiskusi dan berpikir bersama menyatukan
pendapatnya untuk menemukan jawaban yang dianggap
paling benar dan memastikan semua anggota kelompok
mengetahui jawaban tersebut;
(6) Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa
yang nomornya sesuai, mengangkat tangannya dan
mencoba menjawab pertanyaan di depan kelas.
c) Konfirmasi
(1) Guru mencocokkan soal dan jawaban dari masing-
masing kelompok tentang materi pesawat sederhana
jenis pengungkit;
(2) Guru memberikan soal tes formatif pada tiap-tiap siswa
tentang materi pesawat sederhana jenis pengungkit;
(3) Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan
kesalahan pemahaman, memberikan penguatan, dan
kesimpulan tentang materi pesawat sederhana jenis
pengungkit.
56
3) Kegiatan Akhir (10 menit)
a) Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah
dibahas yaitu tentang materi pesawat sederhana jenis
pengungkit;
b) Guru menyampaikan materi yang akan dibahas pada
pertemuan yang akan datang tentang materi pesawat
sederhana jenis katrol;
c) Guru menutup pelajaran dengan doa dan salam penutup.
c. Pengamatan
Selama proses pembelajaran, peneliti secara langsung
melakukan pengamatan dengan lembar pengamatan yang telah
disusun. Lembar pengamatan digunakan untuk mengetahui
keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan partisipasi siswa
selama proses pembelajaran. Hasil pengamatan akan dituliskan
dalam lembar catatan lapangan yang terlampir.
d. Refleksi
Hasil pelaksanaan penelitian pada siklus I dapat dilakukan
refleksi untuk mengetahui kelemahan kegiatan yang dilakukan
guru dengan siswa sehingga dapat digunakan untuk perbaikan pada
siklus berikutnya untuk mencapai indikator keberhasilan belajar.
Kelemahan-kelemahan yang dihadapi yaitu:
1) Guru kurang menginformasikan tujuan pembelajaran;
57
2) Guru kurang mengondisikan siswa sehingga masih terdapat 9
siswa yang berbicara saat pembelajaran dimulai;
3) Pembelajaran belum dapat menggunakan alokasi waktu secara
tepat;
4) Penataan tempat duduk untuk diskusi kurang tertata rapi;
5) Terdapat 8 siswa yang pasif saat diskusi kelompok dan ragu-
ragu dalam mempresentasikan hasil diskusi.
Cara mengatasi kendala pada siklus I peneliti bersama guru
melakukan diskusi untuk merencanakan perbaikan pada siklus
berikutnya pada waktu yang telah ditentukan. Hal ini dilakukan
supaya pada siklus berikutnya tidak terjadi lagi kelemahan yang
sama. Rencana perbaikan tersebut yaitu:
1) Guru menginformasikan tujuan pembelajaran;
2) Guru mengendalikan kelas saat pembelajaran akan dimulai;
3) Membatasi waktu agar semua kegiatan pembelajaran dapat
terlaksana sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan;
4) Mengubah posisi tempat duduk supaya antara kelompok satu
dengan yang lainnya tidak saling berdekatan dan tidak
mengganggu;
5) Guru perlu mengawasi secara seksama supaya siswa aktif
semua dan memberikan penghargaan pada kelompok yang aktif
pada siklus berikutnya.
58
Kelemahan-kelemahan tersebut merupakan salah satu
komponen yang menyebabkan indikator keberhasilan belum
terpenuhi, untuk itu pada siklus II diharapkan melalui model
pembelajaran kooperatif tipe NHT pada pembelajaran IPA materi
pesawat sederhana hasil belajar siswa dapat meningkat.
2. Deskripsi Siklus II
a. Perencanaan
Kegiatan yang dilaksanakan peneliti pada tahap perencanaan
tidakan adalah sebagai berikut:
1) Menyusun RPP mata pelajaran IPA materi pesawat sederhana
jenis katrol dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT;
2) Merencanakan pembagian kelompok sesuai tingkat prestasi
siswa;
3) Menyiapkan soal tes evaluasi;
4) Menyiapkan media pembelajaran berupa lembar kerja siswa
dan topi bernomor;
5) Menyiapkan lembar observasi guru;
6) Menyiapkan lembar observasi siswa.
b. Pelaksanaan
Penelitian tindakan kelas siklus II dilaksanakan pada hari
Sabtu, 29 April 2017 pukul 07.55 sampai 09.05 WIB di ruang kelas
V SD Negeri 2 Kalinanas Kecamatan Wonosegoro Kabupaten
Boyolali dengan jumlah siswa sebanyak 15 siswa dan seluruh
59
siswa hadir. Penelitian ini berlangsung selama satu kali tatap muka
(2 x 35 menit). Materi yang diajarkan pada tahap ini adalah
pesawat sederhana jenis katrol. Berikut adalah langkah-langkah
pelaksanaan siklus II:
1) Kegiatan Awal (10 menit)
a) Guru mengucapkan salam dan mengajak siswa berdoa;
b) Guru mengondisikan kelas supaya siswa tenang;
c) Guru menyapa siswa dan melakukan presensi;
d) Guru melakukan tanya jawab yang berkaitan dengan materi
pesawat sederhana jenis katrol;
e) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dengan jelas.
2) Kegiatan Inti (50 menit)
a) Eksplorasi
(1) Guru mengulas materi pelajaran sebelumnya;
(2) Guru menjelaskan materi tentang pesawat sederhana
jenis katrol.
Berikut materi tentang katrol:
(a) Pengertian Katrol
Katrol merupakan roda yang berputar pada
porosnya yang digunakan untuk mengangkat benda
yang berat.
60
(b) Macam-macam Katrol dan Contohnya
Katrol dibedakan menjadi tiga yaitu katrol tetap,
bebas, dan majemuk. Katrol tetap merupakan katrol
yang posisinya tidak berubah, contohnya katrol
tetap adalah katrol pada sumur timba. Katrol bebas
merupakan katrol yang posisinya selalu berubah,
contohnya pada alat pengangkut bahan bangunan di
pembangunan gedung bertingkat. Katrol majemuk
merupakan perpaduan antara katrol bebas dengan
katrol tetap yang dihubungkan dengan tali,
contohnya mobil derek dan pemanjat tebing.
b) Elaborasi
(1) Guru membagi siswa dalam 3 kelompok berdasarkan
prestasi di kelasnya, masing-masing kelompok terdiri
dari 5 siswa;
(2) Siswa diminta berkumpul sesuai kelompoknya dengan
posisi tempat duduk yang tidak berdekatan dengan
kelompok yang lain;
(3) Guru memberikan topi bernomor 1-5 pada tiap-tiap
kelompok;
(4) Guru menyampaikan langkah-langkah pembelajaran
dengan NHT;
61
(5) Guru memberikan satu lembar kerja siswa kelompok
yang sama pada setiap kelompok tentang materi
pesawat sederhana jenis katrol;
(6) Guru meminta tiap-tiap kelompok untuk saling
berdiskusi dan berpikir bersama menyatukan
pendapatnya untuk menemukan jawaban yang dianggap
paling benar dan memastikan semua anggota kelompok
mengetahui jawaban tersebut;
(7) Guru mengawasi jalannya diskusi dan memberi batasan
waktu saat diskusi kelompok;
(8) Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa
yang nomornya sesuai, mengangkat tangannya dan
mencoba menjawab pertanyaan di depan kelas.
c) Konfirmasi
(1) Guru mencocokkan soal dan jawaban dari masing-
masing kelompok tentang materi pesawat sederhana
jenis katrol;
(2) Guru memberi tanda bintang pada lembar kerja siswa
kelompok yang aktif;
(3) Guru memberikan soal tes formatif pada tiap-tiap siswa
tentang materi pesawat sederhana jenis katrol;
(4) Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan
kesalahan pemahaman, memberikan penguatan, dan
62
kesimpulan tentang materi pesawat sederhana jenis
katrol.
3) Kegiatan Akhir (10 menit)
a) Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah
dibahas yaitu tentang materi pesawat sederhana jenis katrol;
b) Guru menyampaikan materi yang akan dibahas pada
pertemuan yang akan datang yaitu materi pesawat
sederhana jenis bidang miring dan roda berporos;
c) Guru menutup pelajaran dengan doa dan salam penutup.
c. Pengamatan
Selama proses pembelajaran, peneliti secara langsung
melakukan pengamatan dengan lembar pengamatan yang telah
disusun sebagaimana pada siklus I. Lembar pengamatan digunakan
untuk mengetahui keterampilan guru dalam mengelola
pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
NHT dan partisipasi siswa selama proses pembelajaran. Tindakan
siklus II ini peneliti mengamati apakah ada perubahan tingkah laku
dan hasil belajar siswa dari siklus sebelumnya (siklus I). Hasil
pengamatan akan dituliskan dalam lembar catatan lapangan yang
terlampir.
d. Refleksi
Pelaksanaan tindakan pada siklus II sudah cukup baik. Hal ini
terbukti dari hasil belajar siswa yang 67% sudah tuntas belajarnya.
63
Namun demikian hasil belajar belum memenuhi target yang
diharapkan dan pada siklus II ini ternyata masih ada kelemahan-
kelemahan yang ditemukan yaitu:
1. Saat guru memberikan penjelasan mengenai materi, terdapat
enam siswa yang kurang memperhatikan;
2. Terdapat lima siswa yang tidak memperhatikan saat temannya
menyampaikan hasil diskusi di depan kelas;
3. Terdapat tiga siswa yang bertanya kepada temannya saat
mengerjakan soal.
Cara mengatasi kelemahan pada siklus II, peneliti bersama
guru melakukan diskusi untuk merencanakan perbaikan pada siklus
berikutnya pada waktu yang telah ditentukan. Hal ini dilakukan
supaya pada siklus berikutnya tidak terjadi lagi kelemahan yang
sama. Rencana perbaikan tersebut yaitu:
1. Guru memberikan motivasi kepada siswa agar memperhatikan
dan mengikuti pembelajaran dengan tenang;
2. Guru meminta dua siswa dari masing-masing kelompok untuk
menanggapi hasil diskusi yang dipresentasikan;
3. Mengamati setiap siswa saat mengerjakan soal dan memberi
teguran apabila ada yang bertanya kepada temannya.
64
3. Deskripsi Siklus III
a. Perencanaan
Kegiatan yang dilaksanakan peneliti pada tahap perencanaan
tindakan adalah sebagai berikut:
1) Menyusun RPP mata pelajaran IPA materi pesawat sederhana
jenis bidang miring dan roda berporos dengan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT;
2) Merencanakan pembagian kelompok berdasarkan prestasi
siswa;
3) Menyiapkan soal tes evaluasi;
4) Menyiapkan media pembelajaran berupa lembar kerja siswa,
gambar stiker, dan topi bernomor;
5) Menyiapkan lembar observasi guru;
6) Menyiapkan lembar observasi siswa.
b. Pelaksanaan
Penelitian tindakan kelas siklus III dilaksanakan pada hari
Sabtu, 06 Mei 2017 pukul 07.55 sampai 09.05 WIB di ruang kelas
V SD Negeri 2 Kalinanas Kecamatan Wonosegoro Kabupaten
Boyolali dengan jumlah siswa sebanyak 15 siswa dan seluruh
siswa hadir. Penelitian ini berlangsung selama satu kali tatap muka
(2 x 35 menit). Materi yang diajarkan pada tahap ini adalah
pesawat sederhana jenis bidang miring dan roda berporos. Berikut
adalah langkah-langkah pelaksanaan siklus III:
65
1) Kegiatan Awal (10 menit)
a) Guru mengucapkan salam dan mengajak siswa berdoa;
b) Guru mengondisikan kelas supaya siswa tenang;
c) Guru menyapa siswa dan melakukan presensi;
d) Guru memberikan motivasi kepada siswa agar
memperhatikan dan mengikuti pembelajaran dengan
tenang;
e) Guru melakukan tanya jawab yang berkaitan dengan materi
pesawat sederhana jenis bidang miring dan roda berporos;
f) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
2) Kegiatan Inti (50 menit)
a) Eksplorasi
(1) Guru mengulas materi pelajaran sebelumnya;
(2) Guru menjelaskan materi tentang bidang miring;
(a) Pengertian Bidang Miring
Bidang miring adalah suatu permukaan yang salah
satu ujungnya lebih tinggi daripada ujung yang lain
(miring).
(b) Contoh Bidang Miring
Baji, pahat, mata gergaji, pisau, sekrup, dan tangga.
66
(3) Guru menjelaskan materi tentang roda berporos.
(a) Pengertian Roda Berporos
Roda berporos merupakan pesawat sederhana yang
berbentuk bundar dengan poros di bagian
tengahnya.
(b) Contoh Roda Berporos
Sepeda, gerobak, becak, dan stir mobil, kursi kantor,
alas lemari es, dan meja TV.
b) Elaborasi
(1) Guru membagi siswa dalam 3 kelompok berdasarkan
prestasi di kelasnya, masing-masing kelompok terdiri
dari 5 siswa;
(2) Siswa diminta berkumpul sesuai kelompoknya dengan
posisi tempat duduk yang tidak berdekatan dengan
kelompok yang lain;
(3) Guru memberikan topi bernomor 1-5 pada tiap-tiap
kelompok;
(4) Guru menyampaikan langkah-langkah pembelajaran
dengan NHT;
(5) Guru memberikan satu lembar kerja siswa kelompok
yang sama pada setiap kelompok tentang materi
pesawat sederhana jenis bidang miring dan roda
berporos;
67
(6) Guru meminta tiap-tiap kelompok untuk saling
berdiskusi dan berpikir bersama menyatukan
pendapatnya untuk menemukan jawaban yang dianggap
paling benar dan memastikan semua anggota kelompok
mengetahui jawaban tersebut;
(7) Guru mengawasi jalannya diskusi dan memberi batasan
waktu saat diskusi kelompok;
(8) Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa
yang nomornya sesuai, mengangkat tangannya dan
mencoba menjawab pertanyaan di depan kelas;
(9) Guru meminta beberapa siswa untuk menanggapi hasil
diskusi yang dipresentasikan.
c) Konfirmasi
(1) Guru mencocokkan soal dan jawaban dari masing-
masing kelompok tentang materi pesawat sederhana
jenis bidang miring dan roda berporos;
(2) Guru memberi gambar stiker pada lembar kerja siswa
kelompok yang aktif;
(3) Guru memberikan soal tes formatif pada tiap-tiap siswa
tentang materi pesawat sederhana jenis bidang miring
dan roda berporos;
(4) Guru mengamati setiap siswa saat mengerjakan soal
dan memberi teguran jika ada yang menyontek;
68
(5) Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan
kesalahan pemahaman, memberikan penguatan, dan
kesimpulan tentang materi pesawat sederhana jenis
bidang miring dan roda berporos.
3) Kegiatan Akhir (10 menit)
a) Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah
dibahas yaitu tentang materi pesawat sederhana jenis
bidang miring dan roda berporos;
b) Guru menyampaikan materi yang akan dibahas pada
pertemuan yang akan datang;
c) Guru menutup pelajaran dengan doa dan salam penutup.
c. Pengamatan
Selama proses pembelajaran, peneliti secara langsung
melakukan pengamatan dengan lembar pengamatan yang telah
disusun sebagaimana pada siklus I dan siklus II. Lembar
pengamatan digunakan untuk mengetahui keterampilan guru dalam
mengelola pembelajaran menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT dan partisipasi siswa selama proses
pembelajaran. Tindakan pada siklus III ini, peneliti mengamati
apakah ada perubahan tingkah laku dan hasil belajar siswa dari
siklus sebelumnya. Hasil pengamatan dituliskan dalam lembar
catatan lapangan yang terlampir.
69
d. Refleksi
Pelaksanaan siklus III ini siswa mengikuti pembelajaran
dengan baik. Kelemahan-kelemahan yang terjadi di siklus II juga
dapat diatasi pada siklus III ini. Penelitian dihentikan sampai siklus
III karena hasil belajar siswa sudah menunjukkan indikator
ketuntasan klasikal yang diharapkan yaitu ≥ 85% siswa tuntas
belajar. Siswa yang belum tuntas pada siklus III akan diberikan
tindakan mandiri berupa latihan-latihan atau remidiasi yang
dipantau oleh guru sehingga diharapkan semua siswa dapat tuntas
belajar.
70
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Paparan Siklus
1. Deskripsi Data Siklus I
Penelitian siklus I dilaksanakan pada hari Selasa, 18 April 2017.
Pembelajaran berlangsung selama 70 menit (2 x 35 menit). Materi
pokok yang diajarkan pada siklus I adalah pesawat sederhana jenis
pengungkit. Hasil pengamatan pada siklus I, peneliti mendapat
gambaran bahwa para siswa terlihat antusias dalam mengikuti
pembelajaran dengan model NHT, meskipun belum semua siswa
memperhatikan penjelasan guru dan juga belum aktif dalam mengikuti
diskusi. Akan tetapi, dalam pelaksanaan proses pembelajaran sudah
dianggap berjalan cukup baik dan lancar. Nilai hasil belajar siswa pada
siklus I dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Daftar Hasil Belajar Siswa Siklus I
No. Nama Siswa Nilai Keterangan
1. M. Yusuf Yoga Febriyanto 100 Tuntas
2. Hengki Pratama 80 Tuntas
3. Tio Pramata 70 Tuntas
4. Bagas Saputra 40 Belum Tuntas
5. Ariska Juniarto 40 Belum Tuntas
6. Febri Dwi Andika 70 Tuntas
7. Sindi Yulitasari 60 Belum Tuntas
8. Siti Aminah 60 Belum Tuntas
9. Siti Hidayanti 80 Tuntas
10. Deni Saputra 60 Belum Tuntas
11. Jumini Nita Sari 40 Belum Tuntas
12. Melia Sofiana 50 Belum Tuntas
13. Ica Amilia Pramisti 60 Belum Tuntas
14. Feri Herdiansa 50 Belum Tuntas
Bersambung...
71
Sambungan.
15. Juwitasari 80 Tuntas
Nilai Tertinggi 100
Nilai Terendah 40
Rata-rata 62,67
(Sumber: Data Primer)
Keterangan:
Tuntas = 6 siswa
Belum Tuntas = 9 siswa
Persentase ketuntasan dihitung berdasarkan rumus berikut:
= 40%
Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan bahwa nilai rata-rata yang
dicapai siswa pada siklus I mencapai 62,67 dari jumlah siswa kelas V.
Siswa yang tuntas belajar (mencapai KKM) terdapat 6 siswa (40%),
sedangkan siswa yang belum tuntas belajar 9 siswa (60%). Siklus I ini
secara klasikal pembelajaran belum tuntas belajar, karena siswa yang
memperoleh nilai ≥ 65 (nilai KKM) hanya mencapai 40% dari jumlah
siswa secara keseluruhan. Hasil persentase belum mencapai indikator
keberhasilan yaitu ≥ 85% dari jumlah seluruh siswa tuntas belajarnya,
jadi harus dilaksanakan siklus selanjutnya yaitu siklus II pada waktu
yang telah ditentukan.
72
2. Deskripsi Siklus II
Penelitian siklus II dilaksanakan pada hari Sabtu, 29 April 2017.
Pembelajaran berlangsung selama 70 menit (2 x 35 menit). Materi
pokok yang diajarkan pada siklus II adalah pesawat sederhana jenis
katrol. Kelemahan-kelemahan yang terjadi pada siklus I diperbaiki
pada siklus II. Hasil pengamatan pada siklus II, peneliti mendapat
gambaran bahwa masih ada enam siswa yang kurang memperhatikan
saat pembelajaran berlangsung dan saat mengerjakan soal evaluasi ada
tiga siswa yang bertanya kepada temannya. Pembelajaran pada siklus
II masih ditemui kelemahan, namun secara keseluruhan pembelajaran
pada siklus II sudah berjalan lebih baik daripada siklus I. Nilai hasil
belajar siswa pada siklus II dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Daftar Hasil Belajar Siswa Siklus II
No. Nama Siswa Nilai Keterangan
1. M. Yusuf Yoga Febriyanto 90 Tuntas
2. Hengki Pratama 100 Tuntas
3. Tio Pramata 80 Tuntas
4. Bagas Saputra 50 Belum Tuntas
5. Ariska Juniarto 60 Belum Tuntas
6. Febri Dwi Andika 80 Tuntas
7. Sindi Yulitasari 70 Tuntas
8. Siti Aminah 80 Tuntas
9. Siti Hidayanti 90 Tuntas
10. Deni Saputra 80 Tuntas
11. Jumini Nita Sari 60 Belum Tuntas
12. Melia Sofiana 80 Tuntas
13. Ica Amilia Pramisti 80 Tuntas
14. Feri Herdiansa 60 Belum Tuntas
15. Juwitasari 60 Belum Tuntas
Nilai Tertinggi 100
Nilai Terendah 50
Rata-rata 74,67
(Sumber: Data Primer)
73
Keterangan:
Tuntas = 10 siswa
Belum Tuntas = 5 siswa
Persentase ketuntasan dihitung berdasarkan rumus berikut:
= 66,67%
= 67% (Pembulatan)
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa nilai rata-rata yang dicapai siswa
pada siklus II 74,67. Siswa yang sudah tuntas belajar terdapat 10 siswa
(67%), sedangkan yang belum tuntas belajar 5 siswa (33%). Siklus II
ini secara klasikal siswa belum tuntas belajar karena siswa yang
memperoleh nilai ≥ 65 hanya 67%, sedangkan kriteria ketuntasan
klasikal ≥ 85%. Jadi peneliti akan melaksanakan siklus selanjutnya
yaitu siklus III.
3. Deskripsi Siklus III
Penelitian siklus III dilaksanakan pada hari Sabtu, 06 Mei 2017.
Pembelajaran berlangsung selama 70 menit (2 x 35 menit). Materi
pokok yang diajarkan pada siklus III adalah pesawat sederhana jenis
bidang miring dan roda berporos. Kelemahan-kelemahan pada siklus II
berhasil diperbaiki pada pembelajaran siklus III. Pembelajaran pada
siklus III dapat berlangsung sesuai yang telah direncanakan. Proses
74
pembelajaran pada siklus III sudah berjalan dengan baik. Nilai hasil
belajar siswa pada siklus III dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Daftar Hasil Belajar Siswa Siklus III
No. Nama Siswa Nilai Keterangan
1. M. Yusuf Yoga Febriyanto 90 Tuntas
2. Hengki Pratama 90 Tuntas
3. Tio Pramata 70 Tuntas
4. Bagas Saputra 60 Belum Tuntas
5. Ariska Juniarto 90 Tuntas
6. Febri Dwi Andika 90 Tuntas
7. Sindi Yulitasari 80 Tuntas
8. Siti Aminah 90 Tuntas
9. Siti Hidayanti 90 Tuntas
10. Deni Saputra 80 Tuntas
11. Jumini Nita Sari 50 Belum Tuntas
12. Melia Sofiana 70 Tuntas
13. Ica Amilia Pramisti 80 Tuntas
14. Feri Herdiansa 70 Tuntas
15. Juwitasari 80 Tuntas
Nilai Tertinggi 90
Nilai Terendah 50
Rata-rata 78,67
(Sumber: Data Primer)
Keterangan:
Tuntas = 13 siswa
Belum Tuntas = 2 siswa
Persentase ketuntasan dihitung berdasarkan rumus berikut:
= 86,67%
= 87% (Pembulatan)
75
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari jumlah seluruh
siswa kelas V adalah 78,67. Siklus III siswa yang tuntas belajar
terdapat 13 siswa (87%), sedangkan siswa yang belum tuntas belajar
ada 2 siswa (13%). Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa
pada siklus III pembelajaran sudah dianggap tuntas karena sudah
mencapai kriteria ketuntasan klasikal yang telah ditetapkan yaitu ≥
85% dari jumlah siswa memperoleh nilai ≥ 65. Pembelajaran pada
siklus III dianggap berhasil sehingga penelitian dihentikan sampai
siklus III.
B. Pembahasan
Berdasarkan analisis pengumpulan data maka diperoleh kesimpulan
tentang data hasil belajar siswa. Rekapitulasi hasil belajar siswa dapat
dilihat pada Tabel 4.4 berikut:
Tabel 4.4. Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Siklus I - Siklus III
Siklus Rata-
rata Kategori Jumlah Persentase
I 62,67 Tuntas 6 40%
Belum Tuntas 9 60%
II 74,67 Tuntas 10 67%
Belum Tuntas 5 33%
III 78,67 Tuntas 13 87%
Belum Tuntas 2 13%
(Sumber: Data Primer)
Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa adanya peningkatan hasil
belajar siswa setelah dilakukan tindakan. Peningkatan hasil belajar siswa
dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
76
NHT adalah sebagai bukti keberhasilan penggunaan model pembelajaran
ini.
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada siklus I
terdapat 6 siswa (40%) tuntas belajar dan 9 siswa (60%) belum tuntas
belajar dengan nilai rata-rata 62,67. Berdasarkan hasil tersebut belum
memenuhi kriteria ketuntasan yang telah ditetapkan, maka penelitian
dilanjutkan pada siklus II dengan materi dan waktu yang berbeda.
Hasil belajar siklus II diperoleh data 10 siswa (67%) tuntas belajar
dan 5 siswa (33%) belum tuntas belajar dengan nilai rata-rata 74,67.
Berdasarkan perolehan nilai tersebut, dapat diketahui bahwa hasil belajar
dari siklus I ke siklus II terjadi peningkatan 27%. Akan tetapi, hasil belajar
yang diperoleh siswa pada siklus II pun juga belum memenuhi kriteria
ketuntasan klasikal yang telah ditetapkan yaitu ≥ 85% dari jumlah seluruh
siswa tuntas belajar, sehingga penelitian ini dilanjutkan pada siklus III
dengan materi dan waktu yang berbeda.
Hasil belajar siswa pada siklus III terdapat 13 siswa (87%) tuntas
belajar dan 2 siswa (13%) belum tuntas belajar dengan nilai rata-rata
78,67. Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa nilai hasil belajar
siswa dari siklus II ke siklus III ternyata mengalami peningkatan lagi 20%.
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus III sudah memenuhi kriteria
ketuntasan belajar yang telah ditetapkan yaitu 87% dari jumlah seluruh
siswa sudah tuntas belajar sehingga penelitian tindakan kelas dihentikan
pada siklus III ini. Siswa yang belum tuntas pada siklus III akan diberikan
77
tindakan mandiri berupa latihan-latihan atau remidiasi yang dipantau oleh
guru sehingga diharapkan semua siswa dapat tuntas belajar.
Pembahasan tersebut dapat digambarkan dengan menggunakan
gambar 4.1.
Gambar 4.1. Diagram Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I - Siklus III
(Sumber: Data Primer)
Gambar 4.1 menunjukkan bahwa hasil belajar siswa setelah
diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT terjadi peningkatan
dari siklus I 40% siswa tuntas belajar, siklus II 67% siswa tuntas belajar,
dan siklus III 87% siswa tuntas belajar. Peningkatan siswa yang tuntas
belajar dari siklus I ke siklus II 27 % dan siklus II ke siklus III 20%.
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Siklus I Siklus II Siklus III
78
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasar hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran Numbered Head Together NHT dapat meningkatkan hasil
belajar IPA materi pesawat sederhana pada siswa kelas V SD Negeri 2
Kalinanas Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali tahun 2017.
Peningkatan siswa yang tuntas belajar dari siklus I ke siklus II 27 % dan
siklus II ke siklus III 20%. Hal ini dapat dilihat dari perolehan ketuntasan
hasil belajar siswa pada siklus I 40% siswa tuntas belajar, siklus II 67%
siswa tuntas belajar, dan siklus III 87% siswa tuntas belajar. Siswa yang
belum tuntas pada siklus III akan diberikan tindakan mandiri berupa
latihan-latihan atau remidiasi yang dipantau oleh guru sehingga
diharapkan semua siswa dapat tuntas belajar.
B. Saran
1. Siswa
a. Memperhatikan penjelasan guru baik teori yang diberikan maupun
teknik pembelajaran yang dilaksanakan;
b. Aktif dalam mengikuti proses pembelajaran maupun dalam diskusi
kelompok;
c. Percaya diri saat mempresentasikan hasil diskusi dan saat
mengerjakan tugas.
79
2. Guru
a. Guru menerapkan model pembelajaran NHT pada mata pelajaran
IPA melalui pokok bahasan yang lain, karena hasil penelitian
tindakan kelas model NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa;
b. Guru memberikan petunjuk teknis tentang langkah-langkah NHT
agar siswa mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan
model NHT yang dipilih.
3. Sekolah
Pihak sekolah melakukan pembinaan terhadap guru untuk
melatih kreativitas guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan
inovasi metode pembelajaran yang aktual.
80
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: YRAMA WIDYA.
Arifin, Zainul. 2012. Menyulap Siswa Kaya Prestasi di Dalam dan Luar Sekolah.
Jogjakarta: Flash Books.
Arikunto, Suharsimi, Suhardjono dan Supardi. 2014. Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Azmiyawati, Choiril, Wigawati Hadi Omegawati dan Rohana Kusumawati. 2008.
IPA Salingtemas untuk Kelas V SD/MI. Jakarta: Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional.
Baharuddin, dan Nur Wahyuni. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran.
Yogyakarta: Ar-ruzz Media.
Daryanto. 2011. Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Tindakan Sekolah.
Yogyakarta: Gava Media.
Daryanto dan Mulyo Rahardjo. 2012. Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta:
Gava Media.
Departemen Agama RI. 2002. Al–Quran dan Terjemahnya 30 Juz. Solo: PT
Qomari Prima Publisher.
Dessi, Langga Cintia. 2015. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Numbered Head Together (NHT) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Mata Pelajaran Matematika Pokok Bahasan Hubungan Antar Satuan
Kelas III di MI Nurul Huda Raji Demak Tahun Ajaran 2014/2015. Skripsi.
Tidak diterbitkan. Salatiga: IAIN Salatiga.
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.
Jakarta: Rineka Cipta.
81
. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Fathurrohman, Muhammad dan Sulistyorini. 2012. Belajar dan Pembelajaran:
Meningkatkan Mutu Pembelajaran Sesuai Standar Nasional. Yogyakarta:
Teras.
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Pustaka Setia.
Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran
Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia.
Huda, Miftahul. 2014. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Jihad, Asep dan Abdul Haris. 2013. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi
Pressindo.
Kholil, Munawar dan Dini. 2009. Ilmu Pengetahuan Alam 5 untuk SD/MI Kelas
V. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Kurniasih, Imas dan Berlin Sani. 2016. Ragam Pengembangan Model
Pembelajaran untuk Peningkatan Profesionalitas Guru. Yogyakarta: Kata
Pena.
Kusnin. 2007. Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD dan MI Kelas 5. Jakarta: Piranti
Darma Kalokatama.
Kusumah, Wijaya dan Dedi Dwitagama. 2010. Mengenal Penelitian Tindakan
Kelas, Edisi Kedua. Jakarta: PT Indeks.
Maryanto dan Purwanto. 2009. Ilmu Pengetahuan Alam 5 untuk SD/MI Kelas 5.
Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Mulyasa. 2011. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
82
Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme
Guru. Jakarta: Rajawali Pers.
Sardiman. 2009. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.
Sriyanti, Lilik. 2013. Psikologi Belajar. Yogyakarta: Anggota IKAPI.
Sulistyanto, Heri dan Edy Wiyono. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD dan
MI Kelas V. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Sulistyowati dan Sukarno. 2009. Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Dasar
Kelas V. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Suprijono, Agus. 2011. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Suyadi. 2010. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Jogjakarta: DIVA Press.
Trianto. 2012. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep,
Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Wisudawati, Asih Widi dan Eka Sulistyowati. 2014. Metodologi Pembelajaran
IPA. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Yorisno, Florianus. 2013. Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA dengan
Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered
Heads Together) Siswa Kelas 4 SDN Randuacir 02 Salatiga Semester 2
Tahun Pelajaran 2012/2013. Skripsi. Tidak diterbitkan. Salatiga: UKSW
Salatiga.
84
DAFTAR NILAI SKK
Nama : Dewi Setiyawati
NIM : 115-13-074
Fakultas/ Jurusan : FTIK/ PGMI
Dosen PA : Rasimin, M.Pd.
No. Nama Kegiatan Pelaksanaan Status Nilai
1. Sertifikat OPAK STAIN Salatiga
2013.
26-27 Agustus 2013 Peserta 3
2. Sertifikat OPAK Tarbiyah 2013. 29 Agustus 2013 Peserta 3
3. Sertifikat User Education UPT
Perpustakaan Salatiga.
16 September 2013 Peserta 2
4. Piagam Penghargaan Sarasehan
Akbar Bersama Tokoh Nasional
“Komitmen Politik Islam dalam
Menata Arah Masa Depan
Bangsa Indonesia”
15 Maret 2014 Peserta 2
5. Piagam Penghargaan dalam
Acara IPSI (Islamic Public
Speaking Training)
9 Juni 2014 Peserta 2
6. Sertifikat Training Pembuatan
Makalah oleh LDK Darul Amal
17 September 2014 Peserta 2
7. Sertifikat PLCPP XXIV “PLCPP
sebagai Langkah Rekonstruktif
Karakter Pandega dalam
Membangun Racana yang Loyal
dan Bermartabat”
26-29 September
2014
Peserta 2
8. Sertifikat Seminar Nasional
“Perlindungan Hukum Terhadap
Desember 2014 Peserta 8
85
Usaha Mikro Menghadapi Pasar
Bebas ASEAN”
9. Seminar Regional “Membumikan
Peran dan Tantangan Pemuda
dalam Masyarakat Ekonomi
ASEAN”
22 April 2015 Peserta 4
10. Sertifikat IAIN Salatiga
Bersholawat “Menyemai Nilai-
nilai Islam Indonesia untuk
Memperkokoh NKRI dalam
Mewujudkan Baldatun
Toyyibatun Warobbun Ghofur”
03 November 2015 Peserta 2
11. Sertifikat Seminar Nasional HMJ
PGMI “Pendidikan Karakter
untuk Melahirkan Pemimpin
Masa Depan”
17 November 2015 Peserta 8
12. Sertifikat Seminar Nasional LDK
Fathir Ar Rasyid “Muslimah
Sejati Bertabur Inspirasi”
29 November 2015 Peserta 8
13. Sertifikat Seminar Nasional
“Penguatan Wawasan
Kebangsaan dan Nasionalisme”
28 April 2016 Peserta 8
14. Sertifikat Seminar Nasional HMJ
PGMI “Indonesia Budayaku
Indonesia Warisanku”
02 Juni 2016 Peserta 8
15. Sertifikat Seminar Nasional
“Optimalisasi Sumber Daya
Insani dalam Menghadapi Dunia
Wirausaha”
29 September 2016 Peserta 8
16. Sertifikat Seminar Nasional HMJ 12 Oktober 2016 Peserta 8
91
IDENTITAS KOLABORATOR
1. Nama : Handono, S.Pd.
2. NIP : 197811152011011008
3. TTL : Boyolali, 15 November 1978
4. Jenis Kelamin : Laki-laki
5. Agama : Islam
6. Alamat : Dusun Tempuran Desa Kalinanas Kec. Wonosegoro Kab.
Boyolali
7. Pekerjaan : PNS
8. Jabatan : Wali Kelas V dan Operator Sekolah
92
NILAI ULANGAN HARIAN (PRA SIKLUS)
No. Nama Siswa KKM Nilai Keterangan
1. M. Yusuf Yoga Febriyanto 65 85 Tuntas
2. Hengki Pratama 65 90 Tuntas
3. Tio Pramata 65 55 Belum Tuntas
4. Bagas Saputra 65 30 Belum Tuntas
5. Ariska Juniarto 65 45 Belum Tuntas
6. Febri Dwi Andika 65 65 Tuntas
7. Sindi Yulitasari 65 60 Belum Tuntas
8. Siti Aminah 65 60 Belum Tuntas
9. Siti Hidayanti 65 70 Tuntas
10. Deni Saputra 65 50 Belum Tuntas
11. Jumini Nita Sari 65 30 Belum Tuntas
12. Melia Sofiana 65 55 Belum Tuntas
13. Ica Amilia Pramisti 65 60 Belum Tuntas
14. Feri Herdiansa 65 40 Belum Tuntas
15. Juwitasari 65 60 Belum Tuntas
Nilai Tertinggi 90
Nilai Terendah 30
Rata-rata 57
Tuntas 4 Siswa
Persentase Ketuntasan 27%
Tidak Tuntas 11 Siswa
Persentase Tidak Tuntas 73%
93
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
SIKLUS 1
Satuan Pendidikan : SD N 2 Kalinanas
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Kelas/Semester : V/II
Materi Pokok : Pesawat Sederhana (Pengungkit)
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit
A. Standar Kompetensi
Memahami hubungan antara gaya, gerak, dan energi, serta fungsinya.
B. Kompetensi Dasar
Menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih
mudah dan lebih cepat.
C. Indikator
1. Mengidentifikasi berbagai jenis pesawat sederhana (pengungkit atau
tuas).
2. Menyebutkan contoh penggunaan pesawat sederhana (pengungkit atau
tuas) dalam kehidupan sehari-hari.
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah belajar dengan model pembelajaran Numbered Head Together
(NHT) siswa diharapkan dapat:
1. Mengidentifikasi pesawat sederhana jenis pengungkit atau tuas dengan
benar.
2. Menyebutkan contoh dari macam-macam pengungkit atau tuas dalam
kehidupan sehari-hari dengan benar.
E. Materi Ajar
Semua jenis alat yang digunakan untuk memudahkan pekerjaan
manusia disebut pesawat. Kesederhanaan dalam penggunaannya
menyebabkan alat-alat tersebut dikenal dengan sebutan pesawat sederhana.
Pesawat sederhana dapat membantu pekerjaan dengan mengurangi gaya
94
yang diperlukan untuk memindahkan benda. Alat ini mengurangi gaya
yang diperlukan dengan menambah jarak dari benda yang digerakkan.
Misalnya, sebuah meja ingin diangkat ke atas truk yang tingginya satu
meter. Sebenarnya, meja hanya perlu digerakkan sejauh satu meter ke atas.
Agar mudah melakukannya, meja didorong melalui bidang miring yang
jaraknya lebih jauh.
Pesawat sederhana dibagi menjadi empat macam, yaitu pengungkit,
bidang miring, katrol, dan roda berporos.
1. Pengungkit atau Tuas
Pengungkit atau tuas merupakan alat untuk mengangkat atau
mengungkit benda. Misalnya saat kita ingin memindahkan batu yang
besar, kita memerlukan sebatang kayu atau besi. Kayu atau besi itulah
yang disebut juga pengungkit. Batang kayu atau besi tersebut
bertumpu pada suatu tempat yang disebut titik tumpu. Tempat gaya
yang bekerja disebut titik kuasa. Tempat beban berada disebut titik
beban. Jarak antara titik tumpu dan titik kuasa disebut lengan kuasa,
sedangkan jarak antara titik beban dengan titik tumpu disebut lengan
beban.
Gambar 1. Bagian-bagian Pengungkit
Pengungkit atau tuas digolongkan menjadi tiga golongan.
Penggolongan itu berdasarkan posisi kuasa, beban, dan titik tumpu.
a) Pengungkit golongan pertama, yaitu pengungkit yang penumpunya
antara beban dan kuasa. Contohnya: pencabut paku, jungkat-
jungkit, dan gunting.
95
Gambar 2. Prinsip Kerja Pengungkit Golongan 1
b) Pengungkit golongan kedua, yaitu pengungkit di mana titik beban
terletak antara penumpu dan kuasa. Contohnya: pemecah kemiri,
pembuka tutup botol, dan gerobak dorong.
Gambar 3. Prinsip Kerja Pengungkit Golongan 2
c) Pengungkit golongan ketiga, yaitu pengungkit yang letak kuasanya
diantara titik tumpu dan beban. Contohnya: alat pancing, sekop,
stapler, dan pinset
Gambar 4. Prinsip Kerja Pengungkit Golongan 3
F. Langkah-Langkah Pembelajaran
1. Kegiatan Awal (10 menit)
a. Guru mengucapkan salam dan mengajak siswa berdoa;
b. Guru menyapa siswa dan melakukan presensi;
c. Guru melakukan tanya jawab yang berkaitan dengan materi
pesawat sederhana jenis pengungkit;
d. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
2. Kegiatan Inti (50 menit)
a. Eksplorasi
1) Guru menjelaskan garis besar materi tentang pesawat
sederhana dan macam-macamnya.
96
2) Guru menjelaskan tentang pengungkit atau tuas.
b. Elaborasi
1) Siswa dibagi dalam 3 kelompok dengan cara berhitung,
masing-masing kelompok terdiri dari 5 siswa;
2) Guru memberikan topi bernomor 1-5 pada tiap-tiap kelompok;
3) Guru menyampaikan langkah-langkah pembelajaran dengan
model pembelajaran kooperatif tipe NHT;
4) Guru memberikan satu lembar kerja siswa kelompok yang
sama pada setiap kelompok tentang materi pesawat sederhana
jenis pengungkit;
5) Guru meminta tiap-tiap kelompok untuk saling berdiskusi dan
berpikir bersama menyatukan pendapatnya untuk menemukan
jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan semua
anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut;
6) Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang
nomornya sesuai, mengacungkan tangannya dan mencoba
menjawab pertanyaan di depan kelas.
c. Konfirmasi
1) Guru mencocokkan soal dan jawaban dari masing-masing
kelompok tentang materi pesawat sederhana jenis pengungkit;
2) Guru memberikan soal tes formatif pada tiap-tiap siswa tentang
materi pesawat sederhana jenis pengungkit;
3) Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan
pemahaman, memberikan penguatan, dan kesimpulan tentang
materi pesawat sederhana jenis pengungkit.
3. Kegiatan Akhir (10 menit)
a. Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dibahas
yaitu tentang materi pesawat sederhana jenis pengungkit;
b. Guru menyampaikan materi yang akan dibahas pada pertemuan
yang akan datang tentang materi pesawat sederhana jenis katrol;
c. Guru menutup pelajaran dengan doa dan salam penutup.
97
G. Metode Pembelajaran
1. NHT
2. Ceramah
3. Tanya jawab
4. Demonstrasi
5. Penugasan
H. Media dan Sumber Pembelajaran
Media: Topi bernomor dan Lembar Kerja Siswa
Sumber Belajar:
1. Buku paket IPA untuk SD dan MI Kelas 5 karya Kusnin tahun 2007
2. Buku paket lain yang relevan
I. Penilaian
1. Bentuk penilaian: tes
2. Jenis penilaian: tes tertulis
3. Instrumen penilaian: soal pilihan ganda, soal isian, dan soal uraian.
A. Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c, atau d pada jawaban
yang paling benar!
1) Pesawat sederhana digunakan untuk.....
a. Menciptakan gaya
b. Mempersingkat waktu
c. Memudahkan pekerjaan
d. Mempersingkat perjalanan
2) Bagian yang ditunjukkan oleh huruf b adalah...
a. Tumpu
b. Kuasa
c. Beban
98
d. Lengan kuasa
3) Contoh dari pengungkit golongan pertama adalah....
a. Gunting, pinset, dan alat pancing
b. Stapler, pinset, dan timbangan
c. Gunting, sekop, dan tang
d. Gunting, linggis, dan tang
4) Contoh dari pengungkit golongan ke dua adalah.....
a. Pemotong kertas
b. Gergaji kayu
c. Jungkat-jungkit
d. Alat pemancing
5)
Jarak antara titik a dan titik b disebut.....
a. Titik kuasa
b. Titik beban
c. Lengan kuasa
d. Lengan beban
B. Isilah titik-titik di bawah ini!
1) Pengungkit golongan ke dua adalah pengungkit yang.....
terletak antara.....dan.....
C. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan tepat!
1) Termasuk pengungkit golongan berapakah lengan manusia?
Jelaskan jawabanmu!
Kunci Jawaban
A.
1) C
A C
B
105
CATATAN LAPANGAN PELAKSANAAN SIKLUS I
A. Lembar Pengamatan Guru
Nama Sekolah : SDN 2 Kalinanas Kec. Wonosegoro Kab. Boyolali
Guru : Handono, S.Pd.
Mata Pelajaran : IPA
Materi Pokok : Pesawat Sederhana (Pengungkit)
Kelas/semester : V/II
Waktu Pelaksanaan : Selasa, 18 April 2017 (Pukul 07.55 - 09.05)
Petunjuk : Skor diisi dengan memberi tanda cek (√) sesuai
dengan kinerja guru saat proses pembelajaran berlangsung.
No. Aspek yang Diamati Skor
A B C D
Kemampuan Guru Membuka Pelajaran
1. Memeriksa kesiapan siswa √
2. Memberikan motivasi awal √
3. Memberikan apersepsi (kaitannya dengan materi) √
4. Menyampaikan tujuan pembelajaran √
5. Memberikan acuan bahan pelajaran yang akan
dipelajari √
Sikap Guru Dalam Proses Pembelajaran
6. Kejelasan artikulasi suara √
7. Kemampuan mengendalikan kelas √
8. Antusiasme dalam penampilan √
9. Menarik perhatian siswa dalam proses pembelajaran
menggunakan model Numbered Head Together √
10. Memberikan perhatian yang sama antar kelompok √
Penguasaan Materi Pelajaran
11. Bahan belajar disajikan sesuai dengan langkah-langkah
yang direncanakan dalam RPP √
12. Kejelasan dalam menjelaskan materi ajar √
13. Kejelasan dalam memberikan contoh dari materi ajar √
Kegiatan Belajar Mengajar
14. Penyajian materi ajar sesuai dengan tujuan dan
indikator yang telah ditetapkan √
15. Mendemonstrasikan langkah-langkah kegiatan belajar
melalui Numbered Head Together √
16. Memfasilitasi siswa selama kegiatan belajar melalui
Numbered Head Together √
Bersambung...
106
Sambungan.
17. Ketepatan dalam penggunaan alokasi waktu yang
disediakan √
Evaluasi Pembelajaran
18. Penilaian relevan dengan tujuan yang telah ditetapkan √
19. Penilaian yang diberikan sesuai dengan RPP √
Kemampuan Menutup Kegiatan Pembelajaran
20. Meninjau kembali materi yang telah diberikan √
21. Memberi kesempatan untuk bertanya dan menjawab
pertanyaan √
22. Memberikan kesimpulan kegiatan pembelajaran √
Tindak Lanjut
23. Memberikan tugas kepada siswa baik secara individu
maupun kelompok √
24. Menginformasikan materi yang akan dipelajari
berikutnya √
25. Memberikan motivasi untuk selalu terus belajar √
Total 75
Kategori Sedang
Keterangan:
Skor Nilai Rentang Kategori:
A = 4 (baik sekali) 88 – 100 = baik
B = 3 (baik) 75 – 87 = sedang
C = 2 (cukup) 62 – 74 = kurang
D = 1 (kurang) 49 – 61 = sangat kurang
B. Lembar Pengamatan Siswa
No. Aspek yang Diamati
Nilai
A B C D
1. Merespon terhadap apersepsi yang diberikan guru √
2. Mengetahui tujuan pembelajaran √
3. Memperhatikan penjelasan guru √
4. Memahami petunjuk guru tentang langkah-langkah
pelaksanaan pembelajaran NHT √
5. Antusias siswa terhadap pembelajaran NHT √
6. Keaktifan dalam diskusi kelompok √
Bersambung...
107
Sambungan.
7. Keberanian dalam mempresentasikan hasil diskusi di
depan kelas √
8. Berani bertanya kepada guru tentang hal-hal yang
belum diketahui √
9. Menyimpulkan tentang materi pelajaran √
10. Terciptanya suasana yang kondusif di kelas √
Total 19
Kategori Kurang
Keterangan:
Skor Nilai Rentang Kategori:
A = 4 (baik sekali) 33 – 40 = baik
B = 3 (baik) 25 – 32 = sedang
C = 2 (cukup) 17 – 24 = kurang
D = 1 (kurang) 09 – 16 = sangat kurang
C. Deskripsi Hasil Pengamatan
Kegiatan pembelajaran siklus I dilaksanakan pada hari Selasa, 18
April 2017 dimulai pukul 07.55. Materi yang diberikan pada siklus I
adalah tentang pesawat sederhana jenis pengungkit atau tuas.
Pembelajaran dimulai dengan guru mengucapkan salam dan berdoa
bersama. Selesai berdoa, guru menyapa siswa, dan memberikan apersepsi
kepada siswa dengan menanyakan kepada siswa siapa yang tahu tentang
pesawat sederhana. Namun pada siklus I ini guru belum memberikan
motivasi dan juga belum menyampaikan tujuan pembelajaran secara jelas
kepada siswa.
Guru menjelaskan bahwa siswa akan belajar dengan menggunakan
model pembelajaran NHT. Guru menyampaikan materi tentang pesawat
sederhana jenis pengungkit. Guru bertanya jawab dengan siswa mengenai
contoh penggunaan pengungkit dalam kehidupan sehari-hari. Namun
belum semua siswa ikut merespon pertanyaan dari guru dan terdapat
sembilan siswa yang kurang memperhatikan.
109
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
SIKLUS 2
Satuan Pendidikan : SD N 2 Kalinanas
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Kelas/Semester : V/II
Materi Pokok : Pesawat Sederhana (Katrol)
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit
A. Standar Kompetensi
Memahami hubungan antara gaya, gerak, dan energi, serta fungsinya.
B. Kompetensi Dasar
Menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih
mudah dan lebih cepat.
C. Indikator
1. Mengidentifikasi berbagai jenis pesawat sederhana (katrol).
2. Menyebutkan contoh penggunaan pesawat sederhana (katrol) dalam
kehidupan sehari-hari.
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah belajar dengan model pembelajaran Numbered Head Together
(NHT) siswa diharapkan dapat:
3. Mengidentifikasi pesawat sederhana jenis katrol dengan benar.
4. Menyebutkan contoh dari macam-macam katrol dalam kehidupan
sehari-hari dengan benar.
E. Materi Ajar
KATROL
Katrol merupakan roda yang berputar pada porosnya. Biasanya
katrol digunakan untuk mengangkat benda yang berat. Katrol dapat
mengubah arah gaya yang digunakan untuk menarik atau mengangkat
benda. Pada prinsipnya katrol sama dengan tuas, karena mempunyai titik
tumpu, beban, dan kuasa.
110
Katrol digolongkan menjadi tiga, yaitu katrol tetap, katrol bebas, dan
katrol majemuk.
1. Katrol Tetap
Katrol tetap merupakan katrol yang posisinya tidak berubah.
Katrol jenis ini dipasang di tempat yang tetap dan kukuh. Contoh
katrol tetap yang mudah ditemui adalah katrol pada sumur timba. Cara
kerja katrol tetap adalah dengan menarik ujung tali yang tidak terikat
pada beban, maka beban akan terangkat, kuasa yang dibutuhkan sama
dengan berat beban itu sendiri. Menarik beban ke atas dengan
menggunakan katrol lebih mudah daripada mengangkat beban secara
langsung.
Gambar 1. Katrol Tetap
2. Katrol Bebas
Katrol bebas merupakan katrol yang posisinya selalu berubah.
Katrol bebas dapat bergerak dan tidak dipasang pada tempat tertentu.
Beban yang diangkat pada katrol bebas digantung pada katrol. Salah
satu ujung tali diikatkan pada tempat yang tetap dan ujung tali yang
lain ditarik ke atas. Ketika tali ditarik, katrol dan beban akan naik.
Keuntungan menggunakan katrol bebas adalah gaya yang diperlukan
untuk menarik benda lebih kecil daripada jika menggunakan katrol
tetap. Contohnya pada alat pengangkut bahan bangunan pada
pembangunan gedung bertingkat.
111
Gambar 2. Katrol Bebas
3. Katrol Majemuk
Katrol majemuk merupakan perpaduan antara katrol bebas
dengan katrol tetap yang dihubungkan dengan tali. Biasanya, beban
dikaitkan pada katrol bebas, salah satu ujung tali diikatkan pada katrol
tetap dan ujung tali yang lain ditarik. Akibat tarikan itu, beban dan
katrol bebas akan terangkat ke atas. Makin banyak jumlah katrol, maka
gaya yang diperlukan makin kecil. Contohnya pada mobil derek dan
pemanjat tebing.
Gambar 3. Katrol Majemuk
F. Langkah-Langkah Pembelajaran
1. Kegiatan Awal (10 menit)
a. Guru mengucapkan salam dan mengajak siswa berdoa;
b. Guru mengondisikan kelas supaya siswa tenang;
c. Guru menyapa siswa dan melakukan presensi;
d. Guru melakukan tanya jawab yang berkaitan dengan materi
pesawat sederhana jenis katrol;
e. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
2. Kegiatan Inti (50 menit)
a. Eksplorasi
1) Guru mengulas materi pelajaran sebelumnya;
112
2) Guru menjelaskan materi tentang katrol.
b. Elaborasi
1) Guru membagi siswa dalam 3 kelompok berdasarkan prestasi
di kelasnya, masing-masing kelompok terdiri dari 5 siswa;
2) Siswa diminta berkumpul sesuai kelompoknya dengan posisi
tempat duduk yang tidak berdekatan dengan kelompok yang
lain;
3) Guru memberikan topi bernomor 1-5 pada tiap-tiap kelompok;
4) Guru menyampaikan langkah-langkah pembelajaran dengan
NHT;
5) Guru memberikan satu lembar kerja siswa kelompok yang
sama pada setiap kelompok tentang materi pesawat sederhana
jenis katrol;
6) Guru meminta tiap-tiap kelompok untuk saling berdiskusi dan
berpikir bersama menyatukan pendapatnya untuk menemukan
jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan semua
anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut;
7) Guru mengawasi jalannya diskusi dan memberi batasan waktu
saat diskusi kelompok;
8) Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang
nomornya sesuai, mengangkat tangannya dan mencoba
menjawab pertanyaan di depan kelas.
c. Konfirmasi
1) Guru mencocokkan soal dan jawaban dari masing-masing
kelompok tentang materi pesawat sederhana jenis katrol;
2) Guru memberi tanda bintang pada lembar kerja siswa
kelompok yang aktif;
3) Guru memberikan soal tes formatif pada tiap-tiap siswa tentang
materi pesawat sederhana jenis katrol;
113
4) Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan
pemahaman, memberikan penguatan, dan kesimpulan tentang
materi pesawat sederhana jenis katrol.
3. Kegiatan Akhir (10 menit)
a. Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dibahas
yaitu tentang materi pesawat sederhana jenis katrol;
b. Guru menyampaikan materi yang akan dibahas pada pertemuan
yang akan datang yaitu materi pesawat sederhana jenis bidang
miring dan roda berporos;
c. Guru menutup pelajaran dengan doa dan salam penutup.
G. Metode Pembelajaran
1. NHT;
2. Ceramah;
3. Tanya jawab;
4. Demonstrasi;
5. Penugasan.
H. Media dan Sumber Pembelajaran
Media: Topi bernomor dan Lembar Kerja Siswa
Sumber belajar:
1. Buku paket IPA untuk SD dan MI Kelas 5 karya Kusnin tahun 2007;
2. Buku paket lain yang relevan
I. Penilaian
1. Bentuk penilaian: tes
2. Jenis penilaian: tes tertulis
3. Instrumen penilaian: soal pilihan ganda, soal isian, dan soal uraian.
A. Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c, atau d pada jawaban
yang paling benar!
1) Pesawat sederhana yang digunakan untuk mengangkat atau
menarik benda ke atas adalah.....
a. Tuas
b. Katrol
c. Bidang miring
d. Roda berporos
114
2) Berikut yang menggunakan katrol bebas adalah.....
a. c.
b. d.
3) Mobil derek menggunakan jenis katrol.....
a. Katrol tetap
b. Katrol bebas
c. Katrol majemuk
d. Katrol takal
4) Katrol yang digunakan untuk menimba air di sumur adalah.....
a. Majemuk
b. Bebas
c. Takal
d. Tetap
5) Katrol yang salah satu ujung talinya diikatkan pada tempat
yang tetap adalah.....
a. Tetap
b. Bebas
c. Majemuk
d. Takal
B. Isilah titik-titik di bawah ini!
1) Katrol majemuk merupakan perpaduan antara..... dan.....
C. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan tepat!
1) Berikan contoh dari katrol tetap, katrol bebas, dan katrol
majemuk!
Kunci Jawaban
B.
1) B
2) A
119
CATATAN LAPANGAN PELAKSANAAN SIKLUS II
A. Lembar Pengamatan Guru
Nama Sekolah : SDN 2 Kalinanas Kec. Wonosegoro Kab. Boyolali
Guru : Handono, S.Pd.
Mata Pelajaran : IPA
Materi Pokok : Pesawat Sederhana (Katrol)
Kelas/semester : V/II
Waktu Pelaksanaan : Sabtu, 29 April 2017 (Pukul 07.55 - 09.05)
Petunjuk : Skor diisi dengan memberi tanda cek (√) sesuai
dengan kinerja guru saat proses pembelajaran berlangsung.
No. Aspek yang Diamati Skor
A B C D
Kemampuan Guru Membuka Pelajaran
1. Memeriksa kesiapan siswa √
2. Memberikan motivasi awal √
3. Memberikan apersepsi (kaitannya dengan materi) √
4. Menyampaikan tujuan pembelajaran √
5. Memberikan acuan bahan pelajaran yang akan
dipelajari √
Sikap Guru Dalam Proses Pembelajaran
6. Kejelasan artikulasi suara √
7. Kemampuan mengendalikan kelas √
8. Antusiasme dalam penampilan √
9. Menarik perhatian siswa dalam proses pembelajaran
menggunakan model Numbered Head Together √
10. Memberikan perhatian yang sama antar kelompok √
Penguasaan Materi Pelajaran
11. Bahan belajar disajikan sesuai dengan langkah-langkah
yang direncanakan dalam RPP √
12. Kejelasan dalam menjelaskan materi ajar √
13. Kejelasan dalam memberikan contoh dari materi ajar √
Kegiatan Belajar Mengajar
14. Penyajian materi ajar sesuai dengan tujuan dan
indikator yang telah ditetapkan √
15. Mendemonstrasikan langkah-langkah kegiatan belajar
melalui Numbered Head Together √
16. Memfasilitasi siswa selama kegiatan belajar melalui
Numbered Head Together √
Bersambung...
120
Sambungan.
17. Ketepatan dalam penggunaan alokasi waktu yang
disediakan √
Evaluasi Pembelajaran
18. Penilaian relevan dengan tujuan yang telah ditetapkan √
19. Penilaian yang diberikan sesuai dengan RPP √
Kemampuan Menutup Kegiatan Pembelajaran
20. Meninjau kembali materi yang telah diberikan √
21. Memberi kesempatan untuk bertanya dan menjawab
pertanyaan √
22. Memberikan kesimpulan kegiatan pembelajaran √
Tindak Lanjut
23. Memberikan tugas kepada siswa baik secara individu
maupun kelompok √
24. Menginformasikan materi yang akan dipelajari
berikutnya √
25. Memberikan motivasi untuk selalu terus belajar √
Total 86
Kategori Sedang
Keterangan:
Skor Nilai Rentang Kategori:
A = 4 (baik sekali) 88 – 100 = baik
B = 3 (baik) 75 – 87 = sedang
C = 2 (cukup) 62 – 74 = kurang
D = 1 (kurang) 49 – 61 = sangat kurang
B. Lembar Pengamatan Siswa
No. Aspek yang Diamati
Nilai
A B C D
1. Merespon terhadap apersepsi yang diberikan guru √
2. Mengetahui tujuan pembelajaran √
3. Memperhatikan penjelasan guru √
4. Memahami petunjuk guru tentang langkah-langkah
pelaksanaan pembelajaran NHT √
5. Antusias siswa terhadap pembelajaran NHT √
6. Keaktifan dalam diskusi kelompok √
Bersambung...
121
Sambungan.
7. Keberanian dalam mempresentasikan hasil diskusi di
depan kelas √
8. Berani bertanya kepada guru tentang hal-hal yang
belum diketahui √
9. Menyimpulkan tentang materi pelajaran √
10. Terciptanya suasana yang kondusif di kelas √
Total 28
Kategori Sedang
Keterangan:
Skor Nilai Rentang Kategori:
A = 4 (baik sekali) 33 – 40 = baik
B = 3 (baik) 25 – 32 = sedang
C = 2 (cukup) 17 – 24 = kurang
D = 1 (kurang) 09 – 16 = sangat kurang
C. Deskripsi Hasil Pengamatan
Kegiatan pembelajaran siklus II dilaksanakan pada hari Sabtu, 29
April 2017 dimulai pukul 07.55. Materi yang diberikan pada siklus II
adalah tentang pesawat sederhana jenis katrol.
Pembelajaran dimulai dengan guru mengucapkan salam dan berdoa
bersama. Selesai berdoa, guru menyapa siswa, dan mengulas sedikit materi
yang telah dipelajari pada siklus sebelumnya. Guru memberikan apersepsi
kepada siswa dengan menanyakan kepada siswa siapa yang tahu tentang
katrol. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran secara jelas kepada
siswa.
Guru menjelaskan bahwa siswa akan belajar dengan menggunakan
model pembelajaran NHT kembali. Guru menyampaikan materi tentang
pesawat sederhana jenis katrol. Guru bertanya jawab dengan siswa
mengenai contoh penggunaan katrol dalam kehidupan sehari-hari dan
sebagian besar siswa merespon pertanyaan guru. Akan tetapi, masih
terdapat enam siswa yang kurang memperhatikan.
123
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
SIKLUS 3
Satuan Pendidikan : SD N 2 Kalinanas
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Kelas/Semester : V/II
Materi Pokok : Pesawat Sederhana (Bidang Miring & Roda Berporos)
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit
A. Standar Kompetensi
Memahami hubungan antara gaya, gerak, dan energi, serta fungsinya.
B. Kompetensi Dasar
Menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih
mudah dan lebih cepat.
C. Indikator
1. Mengidentifikasi berbagai jenis pesawat sederhana (bidang miring dan
roda berporos).
2. Menyebutkan contoh penggunaan pesawat sederhana (bidang miring
dan roda berporos) dalam kehidupan sehari-hari.
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah belajar dengan model pembelajaran Numbered Head Together
(NHT) siswa diharapkan dapat:
1. Mengidentifikasi pesawat sederhana jenis bidang miring dan roda
berporos dengan benar.
2. Menyebutkan contoh dari bidang miring dan roda berporos dalam
kehidupan sehari-hari dengan benar.
E. Materi Ajar
1. Bidang miring adalah suatu permukaan yang miring dan ini termasuk
pesawat sederhana. Bidang miring bermanfaat untuk mengurangi gaya
yang diperlukan saat memindahkan benda. Semakin landai bidang
124
miring, gaya yang diperlukan semakin kecil. Namun demikian,
lintasan beban yang digerakkan semakin jauh.
Contoh bidang miring adalah:
a. Tangga untuk naik ke tempat yang lebih tinggi.
b. Papan yang dimiringkan untuk memudahkan pekerjaan.
c. Jalan di pegunungan yang dibuat berkelok-kelok.
d. Sekrup merupakan bidang miring yang melingkar.
e. Baji, pahat, mata gergaji, pisau, dan lain-lain
Gambar 1. Alat-alat yang menggunakan prinsip bidang miring
2. Roda berporos
Roda berporos merupakan pesawat sederhana yang berbentuk bundar
dengan poros di bagian tengahnya. Pada bagian poros biasanya
dilengkapi dengan bantalan peluru. Penggunaan bantalan peluru
bertujuan untuk mengurangi gesekan antar poros dengan as roda. Jika
ada gaya, roda akan mudah berputar. Contoh peralatan yang
menggunakan roda antara lain, sepeda, gerobak, becak, dan stir mobil.
Penggunaan roda sangat berguna untuk memindahkan benda. Roda
juga digunakan berbagai benda agar mudah digeser-geser. Misalnya,
kursi kantor, alas lemari es, dan meja TV.
Gambar 2. Roda Berporos
125
F. Langkah-Langkah Pembelajaran
1. Kegiatan Awal (10 menit)
a. Guru mengucapkan salam dan mengajak siswa berdoa;
b. Guru mengondisikan kelas supaya siswa tenang;
c. Guru menyapa siswa dan melakukan presensi;
d. Guru memberikan motivasi kepada siswa agar memperhatikan dan
mengikuti pembelajaran dengan tenang;
e. Guru melakukan tanya jawab yang berkaitan dengan materi
pesawat sederhana jenis bidang miring dan roda berporos;
f. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
2. Kegiatan Inti (50 menit)
a. Eksplorasi
1) Guru mengulas materi pelajaran sebelumnya;
2) Guru menjelaskan materi tentang bidang miring;
3) Guru menjelaskan materi tentang roda berporos.
b. Elaborasi
1) Guru membagi siswa dalam 3 kelompok berdasarkan prestasi
di kelasnya, masing-masing kelompok terdiri dari 5 siswa;
2) Siswa diminta berkumpul sesuai kelompoknya dengan posisi
tempat duduk yang tidak berdekatan dengan kelompok yang
lain;
3) Guru memberikan topi bernomor 1-5 pada tiap-tiap kelompok;
4) Guru menyampaikan langkah-langkah pembelajaran dengan
NHT;
5) Guru memberikan satu lembar kerja siswa kelompok yang
sama pada setiap kelompok tentang materi pesawat sederhana
jenis bidang miring dan roda berporos;
6) Guru meminta tiap-tiap kelompok untuk saling berdiskusi dan
berpikir bersama menyatukan pendapatnya untuk menemukan
jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan semua
anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut;
126
7) Guru mengawasi jalannya diskusi dan memberi batasan waktu
saat diskusi kelompok;
8) Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang
nomornya sesuai, mengacungkan tangannya dan mencoba
menjawab pertanyaan di depan kelas;
9) Guru meminta beberapa siswa untuk menanggapi hasil diskusi
yang dipresentasikan.
c. Konfirmasi
1) Guru mencocokkan soal dan jawaban dari masing-masing
kelompok tentang materi pesawat sederhana jenis bidang
miring dan roda berporos;
2) Guru memberi gambar stiker pada lembar kerja siswa
kelompok yang aktif;
3) Guru memberikan soal tes formatif pada tiap-tiap siswa tentang
materi pesawat sederhana jenis bidang miring dan roda
berporos;
4) Guru mengamati setiap siswa saat mengerjakan soal dan
memberi teguran jika ada yang menyontek;
5) Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan
pemahaman, memberikan penguatan, dan kesimpulan tentang
materi pesawat sederhana jenis bidang miring dan roda
berporos.
3. Kegiatan Akhir (10 menit)
a. Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dibahas
yaitu tentang materi pesawat sederhana jenis bidang miring dan
roda berporos;
b. Guru menyampaikan materi yang akan dibahas pada pertemuan
yang akan datang;
c. Guru menutup pelajaran dengan doa dan salam penutup.
127
G. Metode Pembelajaran
1. NHT;
2. Ceramah;
3. Tanya jawab;
4. Demonstrasi;
5. Penugasan .
H. Media dan Sumber Pembelajaran
Media:
1. Topi Bernomor;
2. Lembar Kerja Siswa;
3. Gambar stiker.
Sumber Belajar:
1. Buku paket IPA untuk SD dan MI Kelas 5 karya Kusnin tahun 2007;
2. Buku paket lain yang relevan
I. Penilaian
1. Bentuk penilaian: tes
2. Jenis penilaian: tes tertulis
3. Instrumen penilaian:
a. Soal pilihan ganda;
b. Soal isian;
c. Soal uraian.
A. Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c, atau d pada jawaban
yang paling benar!
1) Bidang miring adalah.....
a. Papan yang memiliki permukaan
b. Papan datar yang sama tinggi
c. Papan yang terbuat dari kayu
d. Papan datar yang salah satu ujungnya lebih tinggi
2) Prinsip bidang miring diterapkan pada.....
a. Gunting
128
b. Sekrup
c. Sekop
d. Pinset
3) Gambar berikut menggunakan prinsip kerja.....
a. Katrol
b. Roda berporos
c. Pengungkit
d. Bidang miring
4) Contoh alat yang menggunakan prinsip roda berporos.....
a. Stir mobil, becak, dan kursi kantor
b. Alat penimba, derek mobil, dan meja TV
c. Becak, derek mobil, dan alat penimba
d. Derek mobil, alat penimba, dan meja TV
5) Gergaji kayu menggunakan prinsip kerja....
a. Pengungkit
b. Katrol
c. Bidang miring
d. Roda berporos
B. Isilah titik-titik di bawah ini!
1) Roda yang berbentuk bundar dan memiliki poros ditengahnya
adalah.....
133
CATATAN LAPANGAN PELAKSANAAN SIKLUS III
A. Lembar Pengamatan Guru
Nama Sekolah : SDN 2 Kalinanas Kec. Wonosegoro Kab. Boyolali
Guru : Handono, S.Pd.
Mata Pelajaran : IPA
Materi Pokok :Pesawat Sederhana (Bidang Miring & Roda
Berporos)
Kelas/semester : V/II
Waktu Pelaksanaan : Sabtu, 06 Mei 2017 (Pukul 07.55 - 09.05)
Petunjuk : Skor diisi dengan memberi tanda cek (√) sesuai
dengan kinerja guru saat proses pembelajaran berlangsung.
No. Aspek yang Diamati Skor
A B C D
Kemampuan Guru Membuka Pelajaran
1. Memeriksa kesiapan siswa √
2. Memberikan motivasi awal √
3. Memberikan apersepsi (kaitannya dengan materi) √
4. Menyampaikan tujuan pembelajaran √
5. Memberikan acuan bahan pelajaran yang akan
dipelajari √
Sikap Guru Dalam Proses Pembelajaran
6. Kejelasan artikulasi suara √
7. Kemampuan mengendalikan kelas √
8. Antusiasme dalam penampilan √
9. Menarik perhatian siswa dalam proses pembelajaran
menggunakan model Numbered Head Together √
10. Memberikan perhatian yang sama antar kelompok √
Penguasaan Materi Pelajaran
11. Bahan belajar disajikan sesuai dengan langkah-langkah
yang direncanakan dalam RPP √
12. Kejelasan dalam menjelaskan materi ajar √
13. Kejelasan dalam memberikan contoh dari materi ajar √
Kegiatan Belajar Mengajar
14. Penyajian materi ajar sesuai dengan tujuan dan
indikator yang telah ditetapkan √
15. Mendemonstrasikan langkah-langkah kegiatan belajar
melalui Numbered Head Together √
Bersambung...
134
Sambungan.
16. Memfasilitasi siswa selama kegiatan belajar melalui
Numbered Head Together √
17. Ketepatan dalam penggunaan alokasi waktu yang
disediakan √
Evaluasi Pembelajaran
18. Penilaian relevan dengan tujuan yang telah ditetapkan √
19. Penilaian yang diberikan sesuai dengan RPP √
Kemampuan Menutup Kegiatan Pembelajaran
20. Meninjau kembali materi yang telah diberikan √
21. Memberi kesempatan untuk bertanya dan menjawab
pertanyaan √
22. Memberikan kesimpulan kegiatan pembelajaran √
Tindak Lanjut
23. Memberikan tugas kepada siswa baik secara individu
maupun kelompok √
24. Menginformasikan materi yang akan dipelajari
berikutnya √
25. Memberikan motivasi untuk selalu terus belajar √
Total 91
Kategori Baik
Keterangan:
Skor Nilai Rentang Kategori:
A = 4 (baik sekali) 88 – 100 = baik
B = 3 (baik) 75 – 87 = sedang
C = 2 (cukup) 62 – 74 = kurang
D = 1 (kurang) 49 – 61 = sangat kurang
B. Lembar Pengamatan Siswa
No. Aspek yang Diamati
Nilai
A B C D
1. Merespon terhadap apersepsi yang diberikan guru √
2. Mengetahui tujuan pembelajaran √
3. Memperhatikan penjelasan guru √
4. Memahami petunjuk guru tentang langkah-langkah
pelaksanaan pembelajaran NHT √
5. Antusias siswa terhadap pembelajaran NHT √
Bersambung...
135
Sambungan.
6. Keaktifan dalam diskusi kelompok √
7. Keberanian dalam mempresentasikan hasil diskusi di
depan kelas √
8. Berani bertanya kepada guru tentang hal-hal yang
belum diketahui √
9. Menyimpulkan tentang materi pelajaran √
10. Terciptanya suasana yang kondusif di kelas √
Total 33
Kategori Baik
Keterangan:
Skor Nilai Rentang Kategori:
A = 4 (baik sekali) 33 – 40 = baik
B = 3 (baik) 25 – 32 = sedang
C = 2 (cukup) 17 – 24 = kurang
D = 1 (kurang) 09 – 16 = sangat kurang
C. Deskripsi Hasil Pengamatan
Kegiatan pembelajaran siklus III dilaksanakan pada hari Sabtu, 06
Mei 2017 dimulai pukul 07.55. Materi yang diberikan pada siklus III
adalah tentang pesawat sederhana jenis bidang miring dan roda berporos.
Pembelajaran dimulai dengan guru mengucapkan salam dan berdoa
bersama. Selesai berdoa, guru menyapa siswa, dan mengulas sedikit materi
yang telah dipelajari pada siklus sebelumnya. Guru memberikan apersepsi
kepada siswa dengan menanyakan kepada siswa siapa yang tahu tentang
bidang miring dan roda berporos. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran secara jelas kepada siswa. Pada pembelajaran ini guru
memberikan motivasi kepada siswa supaya benar-benar mengikuti
pembelajaran dengan tenang.
Guru menjelaskan bahwa siswa akan belajar dengan menggunakan
model pembelajaran NHT kembali. Guru menyampaikan materi tentang
pesawat sederhana jenis bidang miring. Guru bertanya jawab dengan siswa
137
DOKUMENTASI PELAKSANAAN PENELITIAN
Gambar 1. Papan Nama Sekolah
Gambar 2. Wawancara Sebelum Tindakan
Gambar 3. Kegiatan Awal Pembelajaran Siklus I
138
Gambar 4. Guru Menjelaskan Langkah-
Langkah NHT Siklus I
Gambar 5. Guru Membagikan Lembar
Kerja Siswa Kelompok Siklus I
Gambar 6. Siswa Berdiskusi Siklus I
139
Gambar 7. Siswa Yang Dipanggil Guru
Mempresentasikan Jawaban Pada Siklus I
Gambar 8. Siswa Mengerjakan Soal Evaluasi Siklus I
Gambar 9. Kegiatan Awal Pembelajaran Siklus II
140
Gambar 10. Guru Memantau Tiap Kelompok
Pada Siklus II
Gambar 11. Siswa yang Dipanggil Guru Mempresentasikan
Jawaban Pada Siklus II
Gambar 12. Siswa Mengerjakan Soal Evaluasi Siklus II
141
Gambar 13. Kondisi Awal Pembelajaran Siklus III
Gambar 14. Siswa Berdiskusi
Gambar 15. Siswa Yang Dipanggil Guru
Mempresentasikan Jawaban Pada Siklus III
142
Gambar 16. Siswa Diminta Menanggapi Hasil Diskusi Siklus III
Gambar 17. Guru Memberikan Gambar Stiker Pada LKS Siklus III