PENILAIAN STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN...
Transcript of PENILAIAN STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN...
1
PENILAIAN STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN BERAT BADAN TERHADAP UMUR
DI KECAMATAN CIPUTAT BULAN SEPTEMBER TAHUN 2009
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN
OLEH :
Fikriyah Fuadiyah NIM 106103003466
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H/2009 M
2
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 4 November 2009
Fikriyah Fuadiyah
3
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
PENILAIAN STATUS GIZI BALITA
BERDASARKAN BERAT BADAN TERHADAP UMUR DI KECAMATAN CIPUTAT
BULAN SEPTEMBER TAHUN 2009
Laporan Penelitian Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked)
Oleh Fikriyah Fuadiyah NIM 106103003466
Pembimbing
dr. Yanti Susianti, Sp.A
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1430 H/2009 M
4
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Laporan Penelitian berjudul PENILAIAN STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN BERAT BADAN TERHADAP UMUR DI KECAMATAN CIPUTAT BULAN SEPTEMBER TAHUN 2009 yang diajukan oleh Fikriyah Fuadiyah (NIM : 106103003466), telah diujikan dalam sidang di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada 4 November 2009. Laporan penelitian ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) pada Program Studi Pendidikan Dokter.
Jakarta, 4 November 2009
DEWAN PENGUJI
Ketua Sidang Pembimbing Penguji
Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR dr. Yanti Susianti, Sp.A dr. Witri Ardini, M. Gizi, Sp.GK
PIMPINAN FAKULTAS
Dekan FKIK UIN Kaprodi PSPD FKIK UIN
Prof. Dr(hc). dr. MK. Tadjudin, Sp.And Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR
5
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan petunjuk-Nya sehingga
laporan penelitian ini akhirnya rampung disusun. Shalawat dan salam senantiasa
disanjungkan kepada Rasulullah SAW sebagai suri tauladan umat manusia hingga
akhir zaman. Laporan penelitian ini disusun sebagai syarat kelulusan Program Studi
Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, untuk memenuhi
persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kedokteran. Penulis menyadari bahwa tanpa
bimbingan dan dukungan berbagai pihak, maka penyelesaian laporan penelitian ini
tidaklah mudah. Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. (hc) dr. M. K. Tadjudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terima kasih atas
bimbingan beliau selama menimba ilmu di kampus tercinta ini.
2. Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp,KFR selaku Kaprodi Pendidikan Dokter,
yang telah bermurah hati mengizinkan pengajuan penelitian ini.
3. dr. Yanti Susianti, Sp.A selaku dosen pembimbing dan dosen penguji, yang
telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran, dan data-data acuan penelitian untuk
mengarahkan penulis dalam pembuatan laporan penelitian di tengah
kesibukan beliau. Semoga kritik dan saran yang diberikan selalu menjadi
motivasi tersendiri bagi penulis.
4. dr. Witri Ardini, Sp.GK selaku dosen penguji, yang berkenan memberikan
kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan laporan penelitian ini.
5. dr. Abdillah Assegaf, Kepala Puskesmas Ciputat; dr. Muchlis Lubis, Sp.OG,
pemilik RSIA Buah Hati; Bidan Ny. Marlina Pratowo, yang telah bermurah
hati mengizinkan pengambilan sampel penelitian.
6
6. Para dosen pengajar dari FKIK UIN, FKUI, dan rumah sakit pendidikan.
Semoga ilmu pengetahuan dan bimbingan yang diberikan senantiasa
bermanfaat untuk masa mendatang.
7. Seluruh mahasiswa PSPD angkatan 2006, terutama untuk kelompok riset
(Dhimas Naufal, Endah Purbasari, Harry Agung Pratama, dan Ullia
Rahmatika) dan teman sepermainan terbaik (Gianisa Adisaputri, Gita
Ruryatesa, Santi MD, dan Zuhriyah Rosa).
8. Ibunda, Hj. Triyana Hawiyah, dan ayahanda, H. Endang Samlawi, terima
kasih atas doa dan kesabaran yang tak kenal lelah serta sumbangan
semangatnya untuk penulis.
9. Kakak-kakak penulis, Akbar Sutanto dan istri Diah Syahbar Viana serta kedua
anaknya, Enuh Nugraha dan istri Della Sarah Distrianda beserta ketiga
anaknya, serta Djam’an Nur dan istri Retno Pujiati, yang selalu menjadi
semangat hidup.
10. Septian Noor Cahyo, serta keluarga besar, terima kasih atas dukungannya
selama penyusunan laporan penelitian.
11. Berbagai pihak yang menyempatkan waktu, dukungan moril dan materiil,
terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan dengan tulus. Semoga
Allah SWT senantiasa membalas kebaikan yang tulus dengan kebaikan pula.
Penulis berharap semoga laporan penelitian ini dapat memberikan manfaat di
kemudian hari bagi berbagai pihak atau penelitian di masa mendatang.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Ciputat, 4 November 2009
Penulis
7
ABSTRAK
Fikriyah Fuadiyah, Pendidikan Dokter, Penilaian Status Gizi Balita Berdasarkan Berat Badan Terhadap Umur di Kecamatan Ciputat Bulan
September Tahun 2009
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesehatan balita di Kecamatan Ciputat. Parameter status gizi balita yang terdiri dari status gizi buruk, status gizi kurang, status gizi baik, dan status gizi lebih dinilai berdasarkan pengukuran berat badan terhadap umur. Metode Penelitian ini menggunakan studi potong-lintang deskriptif. Data berat badan akan diplot dalam kurva pertumbuhan. Kurva pertumbuhan yang digunakan adalah kurva pertumbuhan berat badan terhadap umur CDC-NCHS 2000. Sampel yang diambil adalah balita di kecamatan Ciputat pada bulan September 2009. Sampel penelitian berjumlah 241 subyek, yang terdiri dari 141 subyek laki-laki dan 100 subyek perempuan. Hasil penelitian didapatkan bahwa prevalensi balita dengan status gizi buruk sebanyak 1.2% (3 subyek), status gizi kurang 15.8% (38 subyek), status gizi baik 52.3% (126 subyek), dan status gizi lebih 30.7% (74 subyek). Pada penelitian ini juga digambarkan status gizi balita berdasarkan jenis kelamin. Kata Kunci : Status gizi balita, Kecamatan Ciputat, studi potong-lintang, kurva pertumbuhan CDC-NCHS 2000.
ABSTRACT
Fikriyah Fuadiyah, Medical Doctor, Assessment of Toddler’s Nutritional Status Based On Weight For Age At Kecamatan Ciputat On September 2009
This research describes toddler’s health level at Kecamatan Ciputat. Toddler’s nutritional status parameters were assessed based on weight-for-age measurement. Methods Research method uses descriptive cross-sectional study. Data of weight will be plotted on growth curve of weight-for-age CDC-NCHS 2000 curve. Sample’s taken are toddlers at kecamatan Ciputat on September 2009. The samples were 241 subjects, consisting of 141 male subjects and 100 female subjects. Results The results showed that the prevalence of children with poor nutritional status as much as 1.2% (3 subjects), 15.8% moderate malnutrition (38 subjects), good nutritional status of 52.3% (126 subjects), and overweight nutritional status 30.7% (74 subjects). This research also describes nutritional status based on gender. Keywords : Toddler’s nutritional status, Kecamatan Ciputat, cross-sectional methode, CDC-NCHS 2000 growth curve.s
8
DAFTAR ISI
Halaman Judul i Lembar Pernyataan Keaslian Karya ii Lembar Persetujuan Pembimbing iii Lembar Pengesahan iv Kata Pengantar v Abstrak vii Abstract viii Daftar Isi ix Daftar Gambar, Tabel, dan Lampiran xi BAB 1 PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 1.2 Rumusan Masalah 3 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 3 1.3.1 Tujuan Penelitian 3 1.3.2 Manfaat Penelitian 3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 2.1 Landasan Teori 5 2.1.1 Penilaian Status Gizi Secara Langsung 6 2.1.1.1 Antropometri 6 2.1.1.2 Klinis 13 2.1.1.3 Biokimia 13 2.1.1.4 Biofisik 14 2.1.2 Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung 14 2.1.2.1 Survei Konsumsi Makanan 14 2.1.2.2 Statistik Vital 14 2.1.2.3 Faktor Ekologi 15 2.1.3 Parameter Status Gizi Balita 15 2.2 Kerangka Konsep 15 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 16 3.1 Desain Penelitian 16 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 16 3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 16 3.4 Kriteria Penelitian 16 3.4.1 Kriteria Inklusi 16 3.4.2 Kriteria Ekslusi 17
9
3.5 Besar Sampel Penelitian 17 3.6 Cara Kerja Penelitian 18 3.6.1 Alur Kerja Penelitian 18 3.6.2 Variabel Penelitian 18 3.6.3 Manajemen Data 18 3.6.3.1 Pengolahan, Interpretasi, dan Penyajian Data 19 3.6.3.2 Pelaporan Hasil Penelitian 19 3.7 Definisi Operasional 19 3.7.1 Batasan Operasional 20 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 21 4.1 Hasil Penelitian 21 4.2 Keterbatasan Penelitian 23 4.3 Pembahasan Penelitian 25 BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 26 5.1 Simpulan 26 5.2 Saran 26 Daftar Pustaka 27 Lampiran 30
10
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Status Gizi Balita di Kabupaten Tangerang Tahun 2005-2007 2 Gambar 2. Faktor Ekologi yang Erat Hubungannya dengan Terjadinya Malnutrisi 14 Gambar 3. Kerangka Konsep Penelitian 15
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Prevalensi Status Gizi Balita Berdasarkan Berat Badan Terhadap Umur (BB/U) di Pulau Jawa Tahun 2007 2 Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin 21 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Kelompok Umur 21 Tabel 4.3 Distribusi Prevalensi Status Gizi Balita 22 Tabel 4.4 Distribusi Status Gizi Berdasarkan Jenis Kelamin 23 Tabel 4.5 Distribusi Status Gizi Pada Kelompok Umur 23
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kurva Pertumbuhan (CDC-NCHS 2000) 30 Gambar 4. Grafik Pengukuran Standar Persentil Anak Laki-Laki Umur 0-36 Bulan 30 Gambar 5. Grafik Pengukuran Standar Persentil Anak Laki-Laki Umur 2-20 Tahun 31 Gambar 6. Grafik Pengukuran Standar Persentil Anak Perempuan Umur 0-36 Bulan 32 Gambar 7. Grafik Pengukuran Standar Persentil Anak Perempuan Umur 2-20 Tahun 33 Lampiran 2. Kurva Pertumbuhan z-scores 34 Gambar 8. Perhitungan Berat Badan Terhadap Umur Berdasarkan Standar Deviasi z-scores Untuk Anak Perempuan Umur 0-6 bulan 34 Gambar 9. Perhitungan Berat Badan Terhadap Umur Berdasarkan Standar Deviasi z-scores Untuk Anak Laki-laki Umur 0-6 bulan 34 Gambar 10. Perhitungan Berat Badan Terhadap Umur Berdasarkan Standar Deviasi z-scores Untuk Anak Perempuan Umur 6 bulan – 2 tahun 35
11
Gambar 11. Perhitungan Berat Badan Terhadap Umur Berdasarkan Standar Deviasi z-scores Untuk Anak Laki-laki Umur 6 bulan – 2 tahun 35 Gambar 12. Perhitungan Berat Badan Terhadap Umur Berdasarkan Standar Deviasi z-scores Untuk Anak Perempuan Umur 2 – 5 tahun 36 Gambar 13. Perhitungan Berat Badan Terhadap Umur Berdasarkan Standar Deviasi z-scores Untuk Anak Laki-laki Umur 2 – 5 tahun 36 Lampiran 3. Data Penelitian 37 Lampiran 4. Riwayat Penulis 44
12
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Status gizi balita merupakan hal penting yang harus diketahui oleh setiap
orang tua. Perlunya perhatian lebih dalam tumbuh kembang di usia balita
didasarkan fakta bahwa kurang gizi yang terjadi pada masa emas ini bersifat
ireversibel (tidak dapat pulih). (Khomsan A, 2007)
Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun
penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan
pelayanan kesehatan saja. Penyebab timbulnya masalah gizi adalah multifaktor,
oleh karena itu pendekatan penanggulangannya harus melibatkan berbagai sektor
yang terkait. (Konsep Masalah Gizi, 2009)
Status gizi balita merupakan salah satu indikator yang menggambarkan
tingkat kesejahteraan masyarakat. (Depkes, 2005) Pada dasarnya ada beberapa
penyebab perubahan status gizi balita, bukan hanya disebabkan oleh kondisi
kesehatan saja, tetapi juga oleh faktor-faktor lain di luar kesehatan sangat
mempengaruhi, seperti kesejahteraan, pendidikan, lapangan kerja, dan lain-lain.
(Dinkes Kabupaten Tangerang, 2008)
Menurut Susenas 1989-2003, prevalensi status gizi kurang pada balita di
Indonesia pada tahun 2000 sebanyak 24.7% (17.904.128 dari 203.456.005
balita), mengalami peningkatan menjadi 26.1% (18.134.208 dari 206.070.543
balita) pada tahun 2001. Tahun 2003 prevalensi gizi kurang pada balita sebesar
27,5% (18.608.762 dari 211.463.203 balita), kondisi ini jauh lebih baik
dibandingkan dengan tahun 1989 yaitu sebesar 37,5%, atau terjadi penurunan
sebesar 10 %. (Azrul A, 2004) Tahun 2007, terjadi peningkatan perbaikan status
gizi Nasional sehingga prevalensi status gizi kurang menurun menjadi 13%.
(Riskesdas, 2007)
13
Tabel 1.1 Prevalensi Status Gizi Balita Berdasarkan Berat Badan Terhadap Umur (BB/U) di Pulau Jawa Tahun 2007 (Riskesdas, 2007)
No Provinsi Status Gizi Balita (%)
Gizi Buruk Gizi Kurang Gizi Baik Gizi Lebih 1 DKI Jakarta 2.9 10 80.6 6.5 2 Jawa Barat 3.7 11.3 81.5 3.5 3 Jawa Tengah 4 12 80.4 3.6 4 DI Yogyakarta 2.4 8.5 85 4 5 Jawa Timur 4.8 12.6 78 4.5 6 Banten 4.4 12.2 79.9 3.4
Ciputat merupakan sebuah kecamatan di Kota Tangerang Selatan, Provinsi
Banten, Indonesia. Sebelum Kota Tangerang Selatan menjadi kota otonom pada
tahun 2008, Ciputat merupakan kecamatan dari Kabupaten Tangerang.
(Wikipedia, 2010) Dari gambaran status gizi balita di Kabupaten Tangerang pada
tahun 2005-2007 menunjukkan bahwa penurunan untuk gizi kurang menjadi
6,33% dibandingkan pada tahun sebelumnya yaitu 19,61%. (Dinkes Kabupaten
Tangerang, 2008)
Gambar 1. Status Gizi Balita di Kabupaten Tangerang Tahun 2005-2007
(Dinkes Kabupaten Tangerang, 2008)
Keadaan gizi buruk ini sebenarnya dapat dapat diawali dengan antisipasi
pada balita dengan status rawan gizi yaitu status gizi kurang. Penyebab lain
terjadinya kurang gizi adalah keengganan orang tua untuk membawa balitanya
ke posyandu untuk diperiksa perkembangan kesehatannya. (Siswono, 2006)
Pada tahun 2008, sekitar 43 balita di wilayah Kecamatan Ciputat
mengalami gizi buruk. Sikap para orang tua kerap kali masih malu untuk
14
mendatangi Puskesmas atau Posyandu ketika anaknya dinyatakan gizi buruk.
Padahal dengan adanya keterbukaan tersebut orang tua nantinya bisa mengubah
pola hidup untuk meningkatkan kesehatan anaknya. (Positive Deviance Resource
Center, 2008) Penulis mengadakan penelitian di wilayah Kecamatan Ciputat
karena wilayah mudah terjangkau dan untuk membaktikan diri bagi masyarakat
sekitar kampus.
1.2 Rumusan Masalah
• Bagaimana cara pengukuran status gizi balita di wilayah Kecamatan Ciputat?
• Bagaimana penilaian status gizi balita di wilayah Kecamatan Ciputat?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan Umum :
•••• Mengetahui tingkat kesehatan balita di wilayah Kecamatan Ciputat
Tujuan Khusus :
•••• Mengetahui prevalensi status gizi balita di wilayah Kecamatan Ciputat
yang mencakup status gizi lebih, status gizi baik, status gizi kurang,
dan status gizi buruk.
•••• Mengetahui kelompok umur dengan status rawan gizi di wilayah
Kecamatan Ciputat.
1.3.2 Manfaat Penelitian
•••• Mengetahui tingkat kesehatan balita berdasarkan status gizi balita di
wilayah Kecamatan Ciputat pada bulan September 2009.
•••• Sebagai data tambahan untuk penelitian selanjutnya mengenai status
gizi balita di wilayah Kecamatan Ciputat.
15
•••• Sebagai gambaran untuk upaya lebih lanjut institusi pelayanan
kesehatan terhadap kelompok umur dengan rawan gizi di wilayah
Kecamatan Ciputat.
16
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
Masalah gizi dapat terjadi pada seluruh kelompok umur, bahkan masalah
gizi pada suatu kelompok umur tertentu akan mempengaruhi pada status gizi
pada periode siklus kehidupan berikutnya. Masa balita sering dinyatakan sebagai
masa kritis dalam rangka mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas,
terlebih pada periode 2 tahun pertama merupakan masa emas untuk pertumbuhan
dan perkembangan otak yang optimal. (Azwar A, 2004)
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang
dikonsumsi normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan,
metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ,
serta menghasilkan energi. Status gizi adalah ekspresi dari keadaan
keseimbangan atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu.
(Supriasa, 2002)
Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh status keseimbangan
antara asupan zat gizi dan kebutuhan zat gizi oleh tubuh untuk berbagai proses
biologis. Kurang gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh kurangnya intake zat
gizi dibandingkan dengan kebutuhannya, sedangkan lebih gizi adalah keadaan
yang diakibatkan oleh intake zat gizi yang berlebih dibandingkan dengan
kebutuhannya. Keadaan gizi yang baik adalah jika intake zat gizi sesuai dengan
kebutuhan. Oleh karena itu sering juga disebut dengan gizi seimbang. (Tumbuh
Kembang Anak Di Bawah Usia 2 Tahun, 2009)
Pada dasarnya penilaian status gizi dapat dibagi dua yaitu secara langsung
dan tidak langsung. Proses riwayat alamiah terjadinya penyakit yang diterapkan
pada masalah gizi (gizi kurang) melalui berbagai tahap yaitu diawali dengan
terjadinya interaksi antara pejamu, sumber penyakit, dan lingkungan.
17
Ketidakseimbangan ketiga faktor ini, misalnya terjadinya ketidakcukupan
zat gizi dalam tubuh, maka simpanan zat gizi akan berkurang dan lama-kelamaan
simpanan menjadi habis. Apabila keadaan ini dibiarkan maka akan terjadi
perubahan faali dan metabolisme, dan akhirnya memasuki ambang klinis. Proses
itu berlanjut sehingga menyebabkan orang sakit. Tingkat kesakitannya dimulai
dari sakit tingkat ringan sampai berat. (Riwayat Alamiah Penyakit Gizi, 2009)
Patogenesis gizi kurang melalui 5 tahapan. Pertama diawali dari
ketidakcukupan gizi yang bila berlangsung lama maka persediaan cadangan
jaringan akan digunakan untuk memenuhi ketidakcukupan itu, kedua penurunan
berat badan, ketiga terjadi perubahan biokimia yang dapat dideteksi dengan
pemeriksaan laboratorium, keempat terjadi perubahan fungsi yang ditandai
dengan tanda yang khas, dan kelima terjadi perubahan anatomi yang dapat
dilihat dari munculnya tanda yang klasik. (Supriasa, 2002)
2.1.1 Penilaian Status Gizi Secara Langsung
Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat
penilaian yaitu: antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Masing-
masing penilaian tersebut akan dibahas secara umum sebagai berikut.
2.1.1.1 Antropometri
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia.
Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi
berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh
dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.
Antropometri dapat digunakan untuk melihat ketidakseimbangan
asupan protein dan energi. Hal ini terlihat pada pola pertumbuhan
fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah
air dalam tubuh. (Supriasa, 2002)
18
Parameter yang digunakan dalam antropometri :
1) Umur
Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi.
Kesalahan penentuan umur dapat mengakibatkan interpretasi
status gizi salah. Batasan umur yang digunakan (Puslitbang
Gizi Bogor, 1980) :
• Tahun umur penuh (completed year)
Contoh : 6 tahun 2 bulan, dihitung 6 tahun
5 tahun 11 bulan, dihitung 5 tahun
• Bulan usia penuh (completed month) untuk anak umur
0-2 tahun
Contoh : 3 bulan 7 hari, dihitung 3 bulan
2 bulan 26 hari, dihitung 2 bulan
2) Berat Badan (BB)
Merupakan ukuran antropometri terpenting dan paling
sering digunakan pada bayi baru lahir (neonatus). Selain itu
dapat digunakan sebagai indikasi:
• Digunakan untuk mendiagnosis bayi normal atau BBLR.
• Pada masa bayi-balita berat badan dapat dipergunakan
untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi,
kecuali terdapat kelainan klinis (dehidrasi, asites, edema,
atau adanya tumor).
• Dapat digunakan sebagai dasar perhitungan dosis obat
dan makanan.
• Menggambarkan jumlah protein, lemak, air, dan mineral
pada tulang.
• Pada remaja, lemak cenderung meningkat dan protein
otot menurun.
19
• Pada pasien dengan edema dan asites, terjadi
penambahan cairan dalam tubuh.
• Adanya tumor dapat menurunkan jaringan lemak dan
otot, khususnya terjadi pada orang kekurangan gizi.
Pengukuran berat badan merupakan pemilihan terbaik,
dikarenakan :
• Parameter yang paling baik, mudah terlihat perubahan
dalam waktu singkat karena perubahan konsumsi
makanan dan kesehatan.
• Memberikan gambaran status gizi sekarang, jika
dilakukan periodik memberikan gambaran pertumbuhan.
• Umum dan luas dipakai di Indonesia.
• Ketelitian pengukuran tidak banyak dipengaruhi oleh
keterampilan pengukur.
• Digunakan dalam KMS.
• Berat Badan terhadap Tinggi Badan (BB/TB) merupakan
indeks yang tidak tergantung umur
• Alat ukur dapat diperoleh di pedesaan dengan ketelitian
tinggi : dacin. (Pengukuran Antropometri Gizi, 2009)
Alat yang digunakan untuk mengukur berat badan terdiri
dari beam balance untuk anak kurang dari 2 tahun, setelah
umur tersebut digunakan timbangan injak atau elektronik.
Prosedur pengukuran berat badan bayi :
• Dilakukan oleh 2 orang, yaitu orang pertama mengukur
berat bayi sambil menjaga agar tidak jatuh dan orang
kedua mencatat hasil pengukuran.
• Bayi dalam keadaan tanpa pakaian atau hanya
menggunakan popok yang kering.
• Tempatkan bayi di tengah alat timbangan.
20
• Lakukan pembacaan dengan ketelitian 0,01 kg.
Prosedur pengukuran berat anak / remaja :
• Timbangan sebaiknya diletakkan di ruangan tertutup.
• Pakaian dilepaskan, hanya menggunakan pakaian dalam
saja.
• Anak/remaja berdiri tegak di tengah alat timbangan.
• Lakukan pembacaan dengan ketelitian 0,01 kg. (Standar
Pelayanan Medis Kesehatan Anak, 2004)
3) Tinggi Badan (TB)
Tinggi Badan merupakan antropometri yang
menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. (Pengukuran
Antropometri Gizi, 2009) Untuk bayi, pengukuran
pertumbuhan linear adalah panjang badan; untuk anak yang
lebih tua, pengukurannya berdasarkan tinggi badan. (Nelson,
2004) Tinggi Badan merupakan parameter paling penting
bagi keadaan yang telah lalu dan keadaan sekarang, jika
umur tidak diketahui dengan tepat, serta dapat digunakan
sebagai ukuran kedua yang penting, karena dengan
menghubungkan BB terhadap TB (quack stick) faktor umur
dapat dikesampingkan. (Supriasa, 2002)
Alat ukur tinggi badan meliputi :
• Alat pengukur panjang badan bayi : untuk bayi atau anak
yang belum dapat berdiri.
• Microtoise : untuk anak yang sudah dapat berdiri.
4) Lingkar Lengan Atas
Pengukuran ini dapat memberikan gambaran tentang
keadaan jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit. Lingkar
21
lengan atas mencerminkan cadangan energi, sehingga dapat
mencerminkan :
• Status KEP pada balita
• KEK pada ibu hami : risiko bayi BBLR
Lingkar lengan atas menggunakan alat : pita pengukur
dari fiberglass atau sejenis kertas tertentu berlapis plastik.
Ambang batas (Cut of Points) :
• LLA WUS dengan risiko KEK di Indonesia : < 23,5 cm
• Pada bayi 0-30 hari : ≥9,5 cm
• Balita dengan KEP : <12,5 cm
5) Lingkar Kepala
Lingkar kepala dihubungkan dengan ukuran otak dan
tulang tengkorak. Ukuran otak meningkat secara cepat selama
tahun pertama, tetapi besar lingkar kepala tidak
menggambarkan keadaan kesehatan dan gizi. Dalam
antropometri gizi rasio Lingkar Kepala dan Lingkar Dada
cukup berarti dan menentukan KEP pada anak. Lingkar
Kepala juga digunakan sebagai informasi tambahan dalam
pengukuran umur.
6) Lingkar Dada
Biasa digunakan pada anak umur 2-3 tahun, karena
pertumbuhan Lingkar Dada pesat sampai anak berumur 3
tahun. Rasio Lingkar Dada dan Kepala dapat digunakan
sebagai indikator KEP pada balita.
7) Tinggi Lutut
Tinggi lutut erat kaitannya dengan tinggi badan, sehingga
data tinggi badan didapatkan dari tinggi lutut bagi orang tidak
dapat berdiri atau lansia.
22
8) Jaringan Lunak
Otot dan lemak merupakan jaringan lunak yang
bervariasi. Antropometri dapat dilakukan pada jaringan
tersebut untuk menilai status gizi di masyarakat. Salah satu
jenis yang diukur adalah lemak subkutan (subcutaneous fat).
Metode yang digunakan untuk menilai komposisi tubuh
(jumlah dan distribusi lemak subkutan) :
• Ultrasonik
• Densitometri (melalui penempatan air pada densitometer
atau underwater weighting)
• Teknik Isotop Dilution
• Metode Radiologi
• Total Electrical Body Conduction (TOBEC)
• Antropometri (pengukuran berbagai tebal lemak
menggunakan caliper atau skin-fold calipers) (Pengukuran
Antropometri Gizi, 2009)
Ambang batas antropometri diperlukan untuk interpretasi
hasil pengukuran. Ambang batas dapat disajikan dalam 3 cara :
• Persen Terhadap Median
Nilai median adalah nilai tengah dari suatu populasi.
Dalam antropometri gizi, median sama dengan persentil
50. Nilai median ini dinyatakan dengan 100% (untuk
standar). Setelah itu dihitung persentase terhadap nilai
median untuk mendapatkan ambang batas.
Menurut Berat Badan terhadap Umur (BB/U), ambang
batasnya adalah :
- Status Gizi Buruk : ≤ 60%
- Status Gizi Kurang : 61-80%
- Status Gizi Baik : > 80%
23
- Status Gizi Lebih : > 100%
Contohnya : berat badan anak umur 2 tahun adalah 12
kg, maka 80% terhadap median = 9,6 kg, 60 median = 7,2
kg. jika 60% dan 80% dianggap sebagai batas, maka anak
umur 2 tahun mempunyai berat badan antara 7,2 – 9,6 kg
(60-80% median) berstatus gizi kurang, dan di bawah 7,2
kg (<60 % median) dinyatakan berstatus gizi buruk.
• Persentil
Persentil 50 sama dengan median dan nilai tengah dari
jumlah populasi. NCHS merekomendasikan persentil ke-5
sebagai batas gizi baik dan kurang, dan persentil 95
sebagai batas gizi lebih dan baik.
Contoh : ada 100 anak diukur tingginya kemudian
diurutkan dari yang terkecil. Ali berada pada urutan 15
berarti persentil 15, 14 anak berada di bawahnya dan 85
anak berada di atasnya.
• Standar Deviasi (SD-Unit) atau z-scores
SD disebut juga z-scores. WHO menyarankan
menggunakan cara ini untuk meneliti dan memantau
pertumbuhan. Ambang batasnya :
- 1 SD Unit (1 z-scores) sama dengan 11 dari median
Berat Badan terhadap Umur (BB/U).
- 1 SD Unit (1 z-scores) kira-kira 10% dari median Berat
Badan terhadap Tinggi Badan (BB/TB)
- 1 SD Unit (1 z-scores) kira-kira 5% dari median Tinggi
Badan terhadap Umur (TB/U). (Pengukuran
Antropometri Gizi, 2009)
Salah satu cara penilaian status gizi balita adalah
pengukuran secara antropometrik yang menggunakan
24
indeks berat badan menurut umur balita kemudian
disetarakan dengan standar baku rujukan WHO-NCHS
utuk mengetahui status gizinya.
Ada 4 status gizi balita yang ditentukan menurut Berat
Badan/Umur (BB/ U). Diantaranya adalah :
• Gizi Buruk : < - 3 SD
• Gizi Kurang : - 3 SD sampai – 2 SD
• Gizi Baik : - 2 SD sampai + 3 SD
• Gizi Lebih : > + 3 SD (Depkes, 2005)
2.1.1.2 Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk
menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas
perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan
ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel
(superficial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut, dan
mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan
tubuh seperti kelenjar tiroid. Penggunaan metode ini umumnya
untuk survei klinis secara cepat (rapid clinical surveys). Survei ini
dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum
dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Survey juga
digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan
melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala
(symptom) atau riwayat penyakit. (Supriasa, 2002)
2.1.1.3 Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan
spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada
berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan
25
antara lain : darah, urin, tinja, dan juga beberapa jaringan tubuh
seperti hati dan otot. Metode ini digunakan untuk suatu peringatan
bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih
parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka
penentuan kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk
menentukan kekurangan gizi yang spesifik. (Supriasa, 2002)
2.1.1.4 Biofisik
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan
status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya
jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan. Umumnya
dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja
epidemik (epidemic of night blindnes), Cara yang digunakan
adalah tes adaptasi gelap. (Supriasa, 2002)
2.1.2 Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung
Penilaian status gizi secara tidak langsung terdiri dari survei
konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologi.
2.1.2.1 Survei Konsumsi Makanan
Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status
gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat
gizi yang dikonsumsi. Pengumpulan data konsumsi makanan
dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi
pada masyarakat, keluarga, dan individu. Survei ini dapat
mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat gizi.
26
2.1.2.2 Statistik Vital
Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan
menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka
kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat
penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan
gizi. Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari
indikator tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat. (PSG
Secara Langsung, 2009)
2.1.2.3 Faktor Ekologi
Schrimshaw melaporkan bahwa malnutrisi merupakan
masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik,
biologis, dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia
sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah,
irigasi, dan lain-lain. Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat
penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi di suatu
masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi
gizi (Schrimshaw, 1964).
2.1.3 Parameter Status Gizi Balita
Parameter yang umum digunakan untuk menentukan status gizi pada
balita adalah berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala. (Khomsan A,
2007) Data yang digunakan untuk pengukuran dapat berupa :
(1) Berat Badan terhadap Umur
(2) Tinggi Badan (panjang dan t
(3) Lingkar Kepala Terhadap Umur
(4) Berat Badan Terhadap Tinggi Badan (panjang dan tinggi) (BB/TB)
(5) Body Mass Indeks
27
Gambar 2. Faktor Ekologi yang Erat Hubungannya dengan
Terjadinya Malnutrisi (Supriasa, 2002)
Parameter Status Gizi Balita
Parameter yang umum digunakan untuk menentukan status gizi pada
balita adalah berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala. (Khomsan A,
2007) Data yang digunakan untuk pengukuran dapat berupa :
Berat Badan terhadap Umur (BB/U)
Tinggi Badan (panjang dan tinggi) Terhadap Umur (TB/U)
Lingkar Kepala Terhadap Umur
Berat Badan Terhadap Tinggi Badan (panjang dan tinggi) (BB/TB)
Body Mass Indeks (BMI) / Indeks Massa Tubuh (IMT)
Ekologi
Penyakit
Infeksi
Sosial
Ekonomi
Produksi
Pangan
Pelayanan
Kesehatan &
Pendidikan
Hubungannya dengan
Terjadinya Malnutrisi (Supriasa, 2002)
Parameter yang umum digunakan untuk menentukan status gizi pada
balita adalah berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala. (Khomsan A,
2007) Data yang digunakan untuk pengukuran dapat berupa :
inggi) Terhadap Umur (TB/U)
Berat Badan Terhadap Tinggi Badan (panjang dan tinggi) (BB/TB)
Indeks Massa Tubuh (IMT). (Nelson, 2004)
Konsumsi
Makanan
Pengaruh
Budaya
2.2 Kerangka Konsep
Status Gizi Buruk
Jenis Kelamin
28
Kerangka Konsep
Gambar 3. Kerangka Konsep Penelitian
Status Gizi
Status Gizi Buruk Status Gizi Kurang Status Gizi Baik
Kurva BB/U CDC-NCHS 2000
Ambang Batas Persen Terhadap Median
Balita
Jenis Kelamin Berat Badan Kelompok Umur
Status Gizi Lebih
Kelompok Umur
29
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian yang akan digunakan adalah studi potong-lintang.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif terhadap penilaian status gizi pada
balita di Wilayah Kecamatan Ciputat September 2009.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian adalah Balai Pengobatan Anak Puskesmas Kecamatan
Ciputat, Poli Anak RSIA Buah Hati, dan RB Marlina di wilayah Kecamatan
Ciputat. Waktu penelitian adalah bulan September 2009.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi target adalah semua balita yaitu anak dengan umur 0-59 bulan.
Populasi terjangkau adalah balita yang berobat di wilayah Kecamatan Ciputat.
Sampel yang diambil adalah balita yang memeriksakan diri ke Balai Pengobatan
Anak Puskesmas Kecamatan Ciputat, Poli Anak RSIA Buah Hati, dan RB
Marlina di wilayah Kecamatan Ciputat pada bulan September 2009.
3.4 Kriteria Penelitian
3.4.1. Kriteria Inklusi
- Balita yang memeriksakan diri ke Balai Pengobatan Anak
Puskesmas Kecamatan Ciputat, Poli Anak RSIA Buah Hati, dan RB
Marlina.
- Balita yang dapat dilakukan pengukuran berat badan secara objektif
menggunakan timbangan.
30
3.4.2. Kriteria Ekslusi
- Balita yang tidak kooperatif dalam pengukuran berat badan.
- Balita dengan orang tua yang tidak memberikan informed consent.
3.5 Besar Sampel Penelitian
Pada penentuan rumus besar sampel, terdapat faktor yang harus diambil
dari kepustakaan dan juga terdapat faktor yang ditetapkan oleh peneliti. Faktor
yang berasal dari kepustakaan adalah faktor yang nilainya tergantung dari data
sebelumnya (misalnya prevalensi pada penelitian terdahulu yang berkaitan).
Faktor yang ditetapkan oleh peneliti adalah faktor yang nilainya ditetapkan oleh
peneliti berdasarkan pertimbangan statistik dan pertimbangan klinis (misalnya
tingkat ketepatan absolut yang dikehendaki harus memenuhi syarat jumlah
sampel (n) dikalikan proporsi atau keadaan yang dicari (p) harus lebih dari 5,
jika prevalensi penelitian sebelumnya kurang dari 20%). (Dahlan MS, 2005)
Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan perhitungan
dengan rumus untuk metode studi potong-lintang dekriptif kategorik
(Sastroasmoro S, 2004) yaitu :
� =(Zα)�p. q
��
Keterangan
n = jumlah sampel yang diperlukan
α = tingkat kemaknaan/tingkat kesalahan
= 1.96
p = proporsi/keadaan yang akan dicari (prevalensi sebesar 6.33%
berdasarkan Dinkes, 2007)
= 0.06
q = (1 – p)
= 0.94
d = tingkat ketepatan absolut yang dikehendaki (n x p > 5, jika d
bernilai 0.03)
Maka jumlah sampel
3.6. Cara Kerja Penelitian
3.6.1. Alur Kerja Penelitian
3.6.2. Variabel Penelitian
Variabel
badan dan umur subyek. Variabel terikat
kelamin subyek, karena terkait dengan kurva pertumbuhan berdasarkan
berat badan terhadap umur CDC
interpretasi data pengukuran berat badan.
3.6.3. Manajemen Data
Pengumpulan data dilakukan dengan pengukuran berat badan balita
yang dicatat pada waktu dan tempat penelitian. Responden dengan balita
yang masuk kriteria inklusi akan diminta persetujuan dan dilakukan
pengukuran berat badan sang anak. Pengumpulan data dilakukan sampai
memenuhi jumlah sampel minimal yang diperlukan, kemudia
dilakukan pengolahan dan interpretasi data. Manajemen data dilakukan
oleh penulis. Urutan manajemen data adalah pengkodean (
pemasukan data ke komputer (
Pengukuran Berat Badan Terhadap Umur (BB/U) Pada Balita
31
� =(1.96���0.06�. �0.94�
�0.03��
� � 241
Maka jumlah sampel minimal yang diperlukan adalah 241 balita.
Cara Kerja Penelitian
Alur Kerja Penelitian
Variabel Penelitian
Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini
badan dan umur subyek. Variabel terikat yang digunakan adalah j
subyek, karena terkait dengan kurva pertumbuhan berdasarkan
berat badan terhadap umur CDC-NCHS 2000 yang digunakan untuk
interpretasi data pengukuran berat badan.
Manajemen Data
Pengumpulan data dilakukan dengan pengukuran berat badan balita
dicatat pada waktu dan tempat penelitian. Responden dengan balita
yang masuk kriteria inklusi akan diminta persetujuan dan dilakukan
pengukuran berat badan sang anak. Pengumpulan data dilakukan sampai
memenuhi jumlah sampel minimal yang diperlukan, kemudia
dilakukan pengolahan dan interpretasi data. Manajemen data dilakukan
oleh penulis. Urutan manajemen data adalah pengkodean (
pemasukan data ke komputer (entry).
Pengukuran Berat Badan Terhadap Umur (BB/U) Pada
Plot Data Dalam Kurva Pertumbuhan CDC-NCHS 2000
Interpretasi Data Berdasarkan Ambang Batas Persen Terhadap Median
Pembagian Kategori Status Gizi
minimal yang diperlukan adalah 241 balita.
yang digunakan dalam penelitian ini adalah berat
yang digunakan adalah jenis
subyek, karena terkait dengan kurva pertumbuhan berdasarkan
NCHS 2000 yang digunakan untuk
Pengumpulan data dilakukan dengan pengukuran berat badan balita
dicatat pada waktu dan tempat penelitian. Responden dengan balita
yang masuk kriteria inklusi akan diminta persetujuan dan dilakukan
pengukuran berat badan sang anak. Pengumpulan data dilakukan sampai
memenuhi jumlah sampel minimal yang diperlukan, kemudian akan
dilakukan pengolahan dan interpretasi data. Manajemen data dilakukan
oleh penulis. Urutan manajemen data adalah pengkodean (coding) dan
Pembagian Kategori Status Gizi
Penilaian Status Gizi Balita Di Kecamatan Ciputat Bulan September Tahun 2009
32
3.6.3.1 Pengolahan, Interpretasi, dan Penyajian Data
Data pengukuran berat badan akan dikode (coding)
berdasarkan persen terhadap median. Data umur anak akan
dikode berdasarkan kelompok umur, dan juga pengkodean data
jenis kelamin.
Data yang sudah dikode kemudian dimasukkan ke
komputer (entry) dengan program SPSS for Windows versi 15,0.
Tabulasi data yang telah lengkap disusun sesuai dengan variabel
yang dibutuhkan lalu dimasukkan ke dalam tabel distribusi
frekuensi (tabulating). Interpretasi data dilakukan secara
dekriptif kategorik.
Data pengukuran berat badan yang diplot dalam kurva
pertumbuhan diinterpretasikan berdasarkan berdasarkan ambang
batas persen terhadap median, dikategorikan menjadi status gizi
buruk, status gizi kurang, status gizi baik, dan status gizi lebih.
Kemudian data berupa prevalensi status gizi balita disajikan
dalam bentuk tekstular dan tabular.
3.6.3.2 Pelaporan Hasil Penelitian
Pelaporan hasil penelitian akan disusun dalam bentuk
karya tulis ilmiah.
3.7. Definisi Operasional
Balita adalah kelompok anak dengan usia 0 bulan hingga 59 bulan. Status
gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan atau perwujudan dari nutriture
dalam bentuk variabel tertentu. Ambang batas antropometri terdiri dari persen
terhadap median, persentil, dan standar deviasi unit (z-scores). Parameter
antropometri dapat diukur berdasarkan Berat Badan Terhadap Umur (BB/U),
33
Tinggi Badan Terhadap Umur (TB/U), Berat Badan Terhadap Tinggi Badan
(BB/TB), Lingkar Kepala Terhadap Umur (LK/U), dan Indeks Massa Tubuh
(IMT).
3.7.1 Batasan Operasional
- Penilaian status gizi akan dilakukan berdasarkan parameter Berat
Badan terhadap Umur (BB/U).
- Balita di bawah 2 tahun akan diukur berat badannya pada timbangan
bayi, balita berusia 2 tahun atau lebih akan diukur berat badannya
pada timbangan injak.
- Kurva pertumbuhan yang digunakan untuk memplot berat badan
terhadap umur adalah kurva CDC-NCHS 2000
- Interpretasi status gizi akan dinilai berdasarkan persen terhadap
median.
- Status gizi balita dikategorikan menjadi status gizi lebih, status gizi
baik, status gizi kurang, dan status gizi buruk.
34
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
4.1 Hasil Penelitian
Penelitian dilakukan di Balai Pengobatan Anak Puskesmas Ciputat, Poli
Anak RSIA Buah Hati, dan RB Marlina yang berada di wilayah Kecamatan
Ciputat sejak 1 September 2009 sampai 6 Oktober 2009. Pengambilan sampel
dilakukan sampai jumlah sampel minimal penelitian tercukupi.
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%) Laki-laki 141 58.5 Perempuan 100 41.5 Total 241 100
Besar sampel yang dapat dikumpulkan dalam kurun waktu tersebut
sebanyak 241 subyek, terdiri dari 141 subyek laki-laki (58,5%) dan 100 subyek
perempuan (41,5%). (Tabel 4.1) Pada penelitian faktor-faktor yang berhubungan
dengan status gizi balita di Propinsi Bangka Belitung tahun 2007 didapatkan
53,1% bayi laki-laki mengalami gizi kurang.
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Kelompok Umur
Kelompok Umur (bulan) Jumlah Persentase (%) 0-12 95 39.4 13-24 65 27.0 25-36 40 16.6 37-48 26 10.8 49-59 15 6.2 Total 241 100
Penelitian ini membagi subjek menjadi lima kelompok umur, yaitu
kelompok umur 0-12 bulan sebanyak 95 subyek (39,4%), kelompok umur 13-24
bulan sebanyak 65 subyek (27%), kelompok umur 25-36 bulan sebanyak 40
35
subyek (16,6%), kelompok umur 37-38 bulan sebanyak 26 subyek (10,8%), dan
kelompok umur 49-59 bulan sebanyak 15 subyek (6,2%). (Tabel 4.2)
Tabel 4.3. Distribusi Prevalensi Status Gizi Balita
Status Gizi Balita Jumlah Persentase (%) Gizi Buruk 3 1.2 Gizi Kurang 38 15.8 Gizi Baik 126 52.3 Gizi Lebih 74 30.7 Total 241 100
Dari keseluruhan kelompok umur dalam sampel penelitian, balita dengan
status gizi buruk sebanyak 3 subyek (1,2% dari total sampel penelitian), balita
dengan status gizi kurang sebanyak 38 subyek (15,8% dari total sampel
penelitian), balita dengan status gizi baik sebanyak 126 subyek (52,3% dari total
sampel penelitian), balita dengan status gizi lebih sebanyak 74 subyek (30,7%
dari total sampel penelitian). (Tabel 4.3)
Pada penelitian hubungan pengetahuan dan perilaku ibu buruh pabrik
tentang keluarga sadar gizi dengan status gizi anak balita di Kabupaten Ungaran
didapatkan 15,4% balita termasuk kategori kurus pada kelompok umur 12-36
bulan. Pada penelitian faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi balita
di Propinsi Bangka Belitung Tahun 2007 didapatkan 18% dari 1148 balita
mengalami gizi kurang. Kelompok umur terbanyak adalah 13-36 bulan yaitu
sebanyak 43,5%.
Pada penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan status
gizi balita pada kelompok umur 12-60 bulan di Kecamatan Klapanunggal
Kabupaten Bogor tahun 2009, ditemukan 65,8% balita dengan status gizi baik,
11,89% balita dengan status gizi kurang, dan 1,3% balita dengan status gizi
buruk.
36
Tabel 4.4 Distribusi Status Gizi Berdasarkan Jenis Kelamin
Status Gizi Balita Laki-laki Perempuan
Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%) Gizi Buruk 1 0.7 2 2 Gizi Kurang 21 14.9 17 17 Gizi Baik 73 51.8 53 53 Gizi Lebih 46 32.6 28 28 Total 141 100 100 100
Tabel 4.5 Distribusi Status Gizi Pada Kelompok Umur
Status Gizi Balita Kelompok Umur (bulan) Jumlah %
0-12 % 13-24 % 25-36 % 37-48 % 49-59 % Gizi Buruk 1 0 2 0 0 3 Gizi Kurang 7 13 9 5 4 38 Gizi Baik 48 40 19 12 7 126 Gizi Lebih 39 12 10 9 4 74 Jumlah 95 39.4 65 27 40 16.6 26 10.8 15 6.2 241 100
Dari 3 balita dengan status gizi buruk (1,2%), 1 subyek laki-laki dan 2
subyek perempuan, paling banyak terdapat pada kelompok umur 25-36 bulan
(16,6%). Dari status gizi kurang sebanyak 38 subyek (15,8%), 21 subyek laki-
laki dan 17 subyek perempuan, paling banyak terdapat pada kelompok umur 13-
24 bulan (27%). Dari status gizi baik sebanyak 126 subyek (52,3%), 73 subyek
laki-laki dan 53 subyek perempuan, paling banyak terdapat dalam kelompok
umur 0-12 bulan (39,4). Dari 74 subyek status gizi lebih (30,7%), 46 subyek
laki-laki dan 28 subyek perempuan, paling banyak terdapat dalam kelompok
umur 0-12 bulan (39,4%). Tidak nampak adanya perbedaan mencolok pada
prevalensi status gizi buruk, gizi kurang, gizi baik, dan gizi lebih baik antara
balita laki-laki dan perempuan. (Tabel 4.4 dan 4.5)
4.2 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan dalam keakuratan data sampel.
Pengambilan data berat badan anak seharusnya dilakukan oleh peneliti langsung
atau pengambilan data primer namun pengambilan data berat badan juga diambil
dari rekam medis anak atau pengambilan data sekunder. Kendala dalam
37
pengambilan data di lapangan sebenarnya dapat menjadi bias dalam penelitian
yang dilakukan, diantaranya :
1. Hasil penimbangan dapat dipengaruhi beberapa hal, yaitu anak yang
berpegangan pada orang tua pada saat ditimbang, pakaian anak cukup tebal,
pampers telah dipakai dalam jangka waktu lama, dan anak sedang sakit.
2. Waktu responden yang terbatas mengakibatkan pengukuran data berat badan
dilakukan secara tergesa-gesa sehingga mengabaikan keakuratan pengukuran
pada saat anak bergerak-gerak di timbangan.
3. Keterbatasan waktu penelitian membuat pengambilan sampel hanya
memenuhi jumlah batas minimal sampel.
4. Peneliti tidak mengetahui sudah berapa lama alat ukur timbangan berat badan
tidak ditera atau dikalibrasi.
Penelitian ini tidak meneliti faktor yang mempengaruhi status gizi pada
sampel, baik dari banyaknya asupan nutrisi, pengaruh penyakit seperti diare,
infeksi kronis seperti tuberkulosis, yang dapat mempengaruhi berat badan
sehingga diperlukan penelitian lanjutan untuk analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi status gizi di wilayah Kecamatan Ciputat.
Dalam penelitian status gizi balita, data pengukuran berat badan terhadap
umur (BB/U) sebaiknya diikuti oleh data pengukuran lain, yaitu tinggi badan
terhadap umur (TB/U), berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB), dan lingkar
lengan atas (LILA) sehingga analisis data status gizi memberikan gambaran yang
lebih objektif dibandingkan penghitungan berdasarkan data pengukuran berat
badan terhadap umur saja.
Distribusi pengambilan sampel yang tidak merata di wilayah Kecamatan
Ciputat seharusnya dapat ditanggulangi dengan lebih banyaknya lokasi
pengambilan sampel dan waktu pengambilan sampel yang lebih lama.
38
4.3 Pembahasan Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan balita dengan status gizi kurang terbanyak
pada kelompok umur 13-24 bulan. Hal ini dapat disebabkan karena penurunan
nafsu makan akibat periode penyapihan. Orang tua dan pengasuh sering cemas
akan nutrisi anak. Anak biasanya mengatur asupan makanan mereka berdasarkan
kebutuhan somatik akan perasaan lapar dan kenyang. Asupan makan harian si
anak akan beragam, tetapi asupan dalam periode mingguan biasanya relatif
stabil. Keinginan orang tua untuk mengendalikan asupan makan si anak sering
membuat anak mengadakan mekanisme penerimaan atau penolakan diri terhadap
tekanan orang tua. Hal ini kemudian menimbulkan keadaan makan berlebih atau
kurang dalam asupan makanan. Masa ini disebut sebagai second years
transitional. Orang tua dan pengasuh sebaiknya mengantisipasi hal ini agar
keadaan rawan gizi sang anak tidak berkelanjutan. (Nelson, 2004 dan Supriasa,
2002)
Pada balita dengan status gizi buruk dan status gizi lebih terdapat pada
kelompok umur 0-12 bulan. Hal ini memerlukan analisis diagnosis lebih lanjut
karena berat bayi lahir rendah (BBLR) atau berat berat bayi lahir lebih juga
dipengaruhi faktor prenatal sang ibu selama masa kehamilan. Namun, karena
penelitian ini tidak membahas masalah tersebut di atas, maka faktor tersebut
dapat dianalisis pada penelitian lain.
39
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
1. Prevalensi status gizi balita dengan status gizi buruk sebanyak 3 orang
(1,2%), status gizi kurang sebanyak 38 orang (15,8%), status gizi baik
sebanyak 126 orang (52,3%), dan status gizi lebih sebanyak 74 orang
(30,7%).
2. Kelompok balita rawan gizi paling banyak berada pada kelompok umur 13-
24 bulan sebanyak 13 orang (31,7%), dengan rata-rata berat badan balita
adalah 10,5 kg. Rata-rata berat badan balita di kelompok umur 13-24 bulan
dengan jenis kelamin laki-laki adalah 10,35 kg dan 10,66 kg untuk jenis
kelamin perempuan.
5.2 Saran
1. Dengan penambahan jangka waktu pengambilan sampel, maka penelitian
dapat dikembangkan untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi
status gizi pada balita.
2. Modifikasi penelitian yang dapat dilakukan adalah perluasan lokasi
pengambilan sampel dengan tujuan pemerataan distribusi pengambilan
sampel berdasarkan pembagian wilayah di Kecamatan Ciputat.
3. Selain itu dapat dilakukan penambahan data pengukuran status gizi balita
lain misalnya berat badan terhadap tinggi badan agar penilaian status gizi
balita menjadi lebih objektif.
4. Data pengukuran berat badan sebaiknya dilakukan secara pengambilan
primer untuk menghindari terjadinya bias pada penelitian.
5. Alat ukur timbangan berat badan yang digunakan sebaiknya ditera atau
dikalibrasi secara teratur.
40
DAFTAR PUSTAKA
Azrul Azwar. Kecenderungan masalah gizi dan tantangan di masa datang. 2004.
Diakses 21 Sept 2009. Disadur dari :
http://www.gizi.net/makalah/Makalah%20Dirjen-Sahid%202.PDF
Behrman, et al. Nelson Textbook of Pediatrics. 17th ed. London : Saunders Elseviers.
2004. h195-203.
Depkes. 2005. BAB III profil kesehatan provinsi kalimantan tengah. Diakses 20 Sept
2009. Diunduh dari :
http://www.depkes.go.id/downloads/profil/kalteng/narasi_profil05/narasi_profil05/B
AB%20III_profil.doc
Dinkes Kabupaten Tangerang. Derajat kesehatan [Online]. 2008. Diakses 20 Sept
2009. Diunduh dari : http://dc314.4shared.com/doc/rSZW6TsD/preview.html
Empat Puluh Tiga Balita di Ciputat Alami Gizi Buruk [Online]. 2008. Diakses 26
Sept 2009. Diunduh dari :
http://www.pdrc.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=139&Itemid=
51
Kecamatan Ciputat. 2009 [Online]. 2009. Diakses 21 Sept 2009. Diunduh dari :
http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Istimewa:Buku&bookcmd=download&coll
ection_id=77ec7afe4be64d8e&writer=rl&return_to=Ciputat%2C+Tangerang+Selatan
Khomsan Ali. Status gizi balita. [Online]. 2007. Diakses 20 Sept 2009. Diunduh dari :
http://www.medicastore.com
Konsep masalah gizi [Online]. 2009. Diakses 20 Sept 2009. Diunduh dari :
http://statusgizi.blogspot.com/2009/06/konsep-masalah-gizi.html
41
Menghitung Besar Sampel. Dalam : Dahlan MS. Besar sampel dalam penelitian
kedokteran dan kesehatan (Evidence based medicine seri 2). Jakarta: Arkans. 2005.
h20.
Metode PSG [Online]. 2009. Diakses 22 Sept 2009. Diunduh dari :
http://statusgizi.blogspot.com/2009/01/metode-psg.html
Pengukuran antropometri gizi. [Online]. 2009. Diakses 25 Sept 2009. Disadur dari :
http://www.scribd.com/doc/32188804/pengukuran-antropometri-gizi
PSG secara langsung. [Online]. 2009. Diakses 23 Sept 2009. Diunduh dari :
http://statusgizi.blogspot.com/2009/01/psg-secara-langsung.html
Pusponegoro, et al. Standar pelayanan medis kesehatan anak. Ed 1. Jakarta : Badan
Penerbit IDAI. 2004. h36-7.
Riskesdas 2007. Diakses 21 Sept 2009. Diunduh dari :
http://www.gizi.net/download/statgizi-nas-riskesdas%202007.pdf
Riwayat alamiah penyakit gizi. [Online]. 2009 . Diakses 26 Sept 2009. Diunduh dari : http://statusgizi.blogspot.com/2009/01/riwayat-alamiah-penyakit-gizi.html
Siswono. Ribuan balita kurang gizi [Online]. 2006. Diakses 26 Sept 2009. Diunduh
dari: http://www.gizi.net/cgibin/berita/fullnews.cgi?newsid1166689548,57463
Studi cross-sectional. Dalam : Sastroasmoro Sudigmo. Metodologi riset dan
penelitian. Jakarta : EGC. 2004. h97-107.
Supariasa IDN, Bakri Bachyar, Fajar Ibnu. Penilaian status gizi. Jakarta : EGC. 2002. h8-25, h173-90.
42
Lampiran 1
Gambar 4. Grafik Pengukuran Standar Persentil Anak Laki-Laki Umur 0-36 Bulan
43
Gambar 5. Grafik Pengukuran Standar Persentil Anak Laki-Laki Umur 2-20 Tahun
44
Gambar 6. Grafik Pengukuran Standar Persentil Anak Perempuan Umur 0-36 Bulan
45
Gambar 7. Grafik Pengukuran Standar Persentil Anak Perempuan Umur 2-20 tahun
46
Lampiran 2
Gambar 8. Perhitungan Berat Badan Terhadap Umur Berdasarkan Standar
Deviasi z-scores Untuk Anak Perempuan Umur 0-6 bulan
Gambar 9. Perhitungan Berat Badan Terhadap Umur Berdasarkan StandarDeviasi z-scores Untuk Anak Laki-laki Umur 0-6 bulan
47
Gambar 10. Perhitungan Berat Badan Terhadap Umur Berdasarkan Standar Deviasi z-scores Untuk Anak Perempuan Umur 6 bulan – 2 tahun
Gambar 11. Perhitungan Berat Badan Terhadap Umur Berdasarkan Standar Deviasi z-scores Untuk Anak Laki-laki Umur 6 bulan – 2 tahun
48
Gambar 12. Perhitungan Berat Badan Terhadap Umur Berdasarkan Standar Deviasi z-scores Untuk Anak Perempuan Umur 2 – 5 tahun
Gambar 13. Perhitungan Berat Badan Terhadap Umur Berdasarkan Standar Deviasi z-scores Untuk Anak Laki-laki Umur 2 – 5 tahun
Lampiran 3
Kelompok Umur 0-12 Bulan (Laki
49
Data Penelitian
12 Bulan (Laki-laki)
50
Kelompok Umur 0-12 Bulan (Perempuan)
51
12 Bulan (Perempuan)
52
Kelompok Umur 13-24 Bulan (Laki-laki)
53
Kelompok Umur 13-24 Bulan (Perempuan)
54
Kelompok Umur 25-36 Bulan (Laki-laki)
Kelompok Umur 25-36 Bulan (Perempuan)
55
Kelompok Umur 37-48 Bulan (Laki-laki)
Kelompok Umur 37-48 Bulan (Perempuan)
56
Kelompok Umur 49-59 Bulan (Laki-laki)
Kelompok Umur 49-59 Bulan (Perempuan)
Data Statistik Berat Badan Berdasarkan Kelompok Umur
Kelompok Umur (bulan)
0-12 13-24 25-36 37-48 49-59
Jenis Kelamin L P L P L P L P L P Mean (kg) 7,1 6,9 10,3 10,6 12,4 12,6 18,6 13,9 19,6 13,3 Modus (kg) 10 7,6 10 10 12 11 10 15 17 15 Median (kg) 7,3 6,9 10 10,5 12 11,2 16 14 17,5 13,5
57
Lampiran 4
RIWAYAT PENULIS
Identitas:
Nama : Fikriyah Fuadiyah
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, tanggal lahir : Tangerang, 19 Februari 1989
Alamat : Jl. Prabu Siliwangi Raya No. 141 RT 007/014
Perumnas 4 Tangerang 15138
No. Telpon : +62878 789 25204
+6221 5565 8244
Email : [email protected]
Pendidikan:
2006-sekarang : Pendidikan Dokter FKIK UIN SH Jakarta
2003-2006 : SMA Negeri 1 Tangerang
2000-2003 : SMP Negeri 9 Tangerang
1995-2000 : SD Negeri Karawaci 10 Tangerang