Penilaian Non Tes
-
Upload
ros-andriany-pakpahan -
Category
Documents
-
view
483 -
download
0
Transcript of Penilaian Non Tes
Makalah Kelompok 10 Psikologi Pendidikan
PENILAIAN NON TES
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
DEAR SANNY GIRSANG
ROS ANDRIANY PAKPAHAN
FREDDY SINAGA
KELAS A REGULER
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2010
PENILAIAN NON TES
Pendahuluan
Hasil belajar dan proses belajar tidak hanya dinilai oleh tes, baik melalui tes uraian
maupun tes objektif, tetapi juga dapat dinilai oleh alat non tes atau bukan tes. Alat-alat bukan
tes yang sering digunakan antara lain ialah angket (kuesioner) dan wawancara, skala,
observasi atau pengamatan, studi kasus, dan sosiometri. Angket dan wawancara pada
umumnya digunakan untuk menilai aspek kognitif seperti pendapat atau pandangan seseorang
serta harapan dan aspirasinya disamping aspek afektif dan perilaku individu. Observasi pada
umumnya digunakan untuk memperoleh data mengenai perilaku individu atau proses
kegiatan tertentu.
Kelebihan nontes dari tes adalah sifatnya lebih komprehensif, artinya dapat digunakan
untuk menilai berbagai aspek dari individu sehingga tidak hanya untuk menilai aspek
kognitif, tetapi juga aspek afektif dan psikomotoris.
Penggunaan nontes untuk menilai hasil dan proses belajar masih sangat terbatas jika
dibandingkan dengan penggunaan tes dalam menilai hasil belajar. Para guru di sekolah pada
umumnya lebih banyak menggunakan tes daripada nontes mengingat alatnya mudah dibuat,
penggunaannya lebih praktis, dan dinilai terbatas pada aspek kognitif berdasarkan hasil-hasil
yang diperoleh siswa setelah menyelesaikan pengalaman belajarnya.
1. OBSERVASI
Observasi merupakan proses perolehan informasi tentang sesuatu objek dengan
menggunakan alat indera dan akal pikran (sense). Observasi atau pengamatan sebagai alat
penilaian banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya
suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi
buatan. Dengan kata lain, observasi dapat mengukur atau menilai hasil dan proses belajar
misalnya tingkah laku siswa pada waktu belajar, tingkah laku guru pada waktu mengajar,
kegiatan diskusi siswa, partisipasi siswa dalam simulasi, dan penggunaan alat peraga pada
waktu belajar.
Observasi harus dilakukan pada saat proses kegiatan berlangsung. Pengamat terlebih
dahulu harus menetapkan aspek-aspek tingkah laku apa yang hendak diobservasinya, lalu
dibuat pedoman agar memudahkan dalam pengisian observasi. Melalui observasi dapat
diketahui bagaimana perilaku siswa, kegiatan yang dilakukannya, tingkat partisipasi dalam
suatu kegiatan, proses kegiatan yang dilakukannya, kemampuan, bahkan hasil yang diperoleh
dari kegiatannya.
Observasi atau pengamatan yang baik adalah jika dilakukan secara objektif. Pengamat
mencatat apa yang ditangkap melalui alat indera, bukan berdasarkan apa yang dipikirkan,
perasaan atau pengalaman tentang sesuatu yang diperoleh. Berikut adalah karakteristik yang
harus ada dalam pengamatan atau observasi:
Pengamatan dilakukan sesuai dengan kegiatan pelaksanaan program.
Pengamatan direncanakan secara sistematis.
Pengamatan menggunakan alat bantu rekam data seperti daftar cek, skala penilaian
atau catatan anekdot.
Data yang diperoleh dipilah sesuai dengan kegiatan pelaksanaan program.
Pengamatan dilakukan dengan teliti dan tuntas.
Ada tiga jenis observasi, yakni observasi langsung, observasi dengan alat (tidak
langsung), dan observasi partisipasi.
a) Observasi langsung adalah pengamatan yang dilakukan terhadap gejala atau proses
yang terjadi dalam situasi yang sebenarnya dan langsung diamati oleh pengamat.
b) Observasi tidak langsung adalah pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan
alat seperti mikroskop untuk mengamati bakteri, suryakanta untuk melihat pori-pori
kulit.
c) Observasi partisipasi adalah bahwa pengamat harus melibatkan diri atau ikut serta
dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh individu atau kelompok yang diamati.
Kelemahan yang sering terjadi di dalam observasi ada pada pengamat atau observer
itu sendiri. Misalnya kurang cermat, kurang berkonsentrasi, lekas bosan sehingga hasil
pengamatannya lebih banyak dipengaruhi pendapatnya, bukan oleh perilaku yang
ditunjukkan oleh objek yang diamatinya. Cara mengatasinya adalah dengan melakukan
observasi oleh dua orang atau lebih secara terpisah terhadap satu individu yang diamati.
Hasilnya dibandingkan dan dicocokkan untuk menentukan hasil akhir pengamatan dari semua
pengamat.
Catatan Observasi
Pencatatan pada saat melakukan observasi dapat dilakukan dengan beberapa bentuk.
Berikut adalah beberapa bentuk pencatatan observasi:
a) Catatan anekdot (anecdotal record)
Catatan anekdot adalah tulisan naratif singkat yang menjelaskan suatu peristiwa
tentang perilaku anak yang penting bagi pengamat.
Keuntungan menggunakan catatan anekdot adalah:
Pengamat tidak memerlukan pelatihan khusus untuk melakukan pencatatan.
Pengamatan bersifat terbuka.
Pengamat dapat menangkap hal-hal yang tak terduga pada saat kejadian,
pencatatan dilakukan setelah pembelajaran usai sehingga tidak meengganggu
aktivitas guru.
Pengamat dapat melihat dan mencatat tingkah laku khusus dan mengabaikan
perilaku lain.
Kerugian menggunakan catatan anekdot ini adalah:
Tidak memberikan gambaran yang lengkap karena hanya mencatat peristwa-
peristiwa yang menarik minat pengamat.
Tergantung pada daya ingat pengamat.
Kejadian bisa saja keluar dari konteks dan kemudian diinterpretasikan tidak
dengan benar atau digunakan dengan cara yang bias.
Sulit untuk memberikan analisa yang naratif.
b) Catatan cepat dan menyeluruh (running records)
Running records merupakan catatan semua perilaku peserta didik yang muncul saat
dilakukan pengamatan. Catatan ini memuat kejadian secara rinci dan berurutan. Pengamat
mencatat semua kejadian terus menerus yang dilakukan peserta didik itu. Running record
mencatat semua perilaku peserta didik bukan hanya sekedar peristiwa-peristiwa saja, dan
pencatatan dilakukan langsung, tidak menunda kemudian setelah pembelajaran selesai.
Keuntungan menggunakan catatan cepat dan menyeluruh ini adalah:
Merupakan catatan yang lengkap dan menyeluruh, tidak terbatas pada peristiwa-
peristiwa tertentu.
Merupakan catatan yang terbuka
Tidak membutuhkan pengamat yang memerlukan ketrampilan khusus, karena itu
sangat berguna bagi guru kelas.
Kerugiannya adalah:
Memerlukan waktu yang lama
Cukup sulit untuk mencatat semua hal dalam waktu yang panjang tanpa kehilangan
rincian yang mungkin juga panjang.
Sangat efektif jika hanya mengamati seorang pesertqa didik saja, bukan untuk
kelompok.
Pengamat harus menjaga diri dari peserta didik, yang kadang-kadang sulit jika
pengamat adalah guru yang sedang mengajar.
c) Catatan specimen (specimen record)
Specimen record sering digunakan oleh peneliti yang menginginkan deskripsi lengkap
dari suatu perilaku peserta didik. Specimen records menulis secara naratif perilaku atau
peristiwa saat terjadi dan deskripsi disusun berdasarkan criteria yang telah ditentukan
sebelumnya. Berikut ini beberapa pedoman dalam melakukan pencatatan:
Catat fakta-fakta saja
Catat segala sesuatu segala rinci tanpa menghilangkan apapun
Jangan menginterpretasikan selama melakukan pengamatan
Jangan mencatat apapun yang tidak kita lihat
Gunakan kata-kata deskriptif bukan labeling atau interpretasi
Catat fakta-fakta yang terjadi sesuai dengan urutan kejadiannya.
d) Time Sampling
Time Sampling merupakan catatan perilaku peserta didik yang dilakukan dalam
rentanf waktu tertentu. Time Sampling dilakukan untuk mengamati perilaku khusus dari
seorang peserta didik atau kelompok dan mencatat ada atau tidaknya perilaku tersebut dalam
interval waktu yang sudah ditentukan untuk diamati. Time Sampling merupakan metode
yang sangat berguna jika digunakan untuk mengamati peserta didik dengan alasan-alasan
berikut:
Membutuhkan waktu dan usaha yang tidak terlalu banyak dibandingkan catatan narasi
Lebih obyektif dan terkontrol
Memungkinkan pengamat mengumpulkan data dari sejumlah peserta didik ataupun
sejumlah perilaku dalam satu kali pengamatan.
Memberikan informasi yang berguna dalam interval waktu dan frekuensi tertentu.
Memberikan hasil kuantitatif yang berguna bagi analisa statistic.
e) Even Sampling
Time Sampling adalah suatu metode yang memberikan kesempatan kepada pengamat
untuk menunggu dan kemudian mencatat perilaku khusus yang sudah dipilih dahulu. Time
Sampling digunakan untuk mempelajari kondisi dimana perilaku tertentu terjadi atau sering
terjadi. Pengamat terlebih dahulu menentukan perilaku yang ingin diamati, kemudian
mempersiapkan setting yang memungkinkan perilaku tersebut muncul dan akan digunakan
untuk mengamati perilaku tersebut.
2. ANGKET/KUESIONER
Angket adalah sejumlah pertnyaan yang diberikan secara tertulis kepadan seseorang
untuk memperoleh informasi sebagaimana informasi itu dimiliki responden. Tujuan
penggunaan Kuesioner dalam kegiatan pengajaran adalah:
Untuk memperoleh data mengenai latar belakang siswa sebagai bahan dalam
menganalisis tingkah laku hasil dan proses belajarnya.
Untuk memperoleh data mengenai hasil belajar yang dicapainya dan proses belajar
yang ditempuhnya.
Untuk memeproleh data sebagai bahan dalam menyusun kurikulum dan program
belajar- mengajar.
3. WAWANCARA
Sebagai alat penilaian, wawancara dapat digunakan untuk menilai hasil dan proses
belajar. Kelebihan wawancara adalah bisa kontak langsung dengan siswa sehingga dapat
mengungkapkan jawaban secara lebih bebas dan mendalam. Lebih dari itu, hubungan dapat
dibina lebih baik sehingga siswa denganbebas mengemukakan pendapatnya. Wawancara
dapat direkam sehingga jawaban siswa bisa dicatat secara lengkap. Melalui wawancara, data
bisa diperole dalam bentuk kualitatif dan kuuantitatif. Pertanyaan yang tidak jelas dapat
diulang dan dijelaskan kembali. Sebalikny, jawaban yang belum jelas bisa diminta lagi
dengan lebih terarah dan lbih bermakna asal tdak mempengaruhi atau mengarahkan jawaban
siswa.
Ada dua jenis wawancara, yakni wawancara berstruktur dan wawancara bebas. Dalam
wawancara berstruktur kemungkinan jawaban sudah disiapkan sehingga siswa tinggal
mengkategorikannya kepada alternative jawaban yng telah dibuat. Keuntungannya ialah
mudah diolah dan dianalisis untuk dibuat kesimpulan. Sedangkan pada wawancara bebas,
jawaban tidak perlu disiapkan sehingga siswa bebas mengemukakan pendapatnya.
Keutungannya adalah informasi lebih padat dan lengkap sekalipun kita harus bekerja keras
dalam menganalisisnya sebab jawabannya eraneka ragm. Hasil atau jawaban siswa tidak bisa
ditafsirkan langsung, tetapi perlu analisis dalam bentuk kategori dimensi-dimensi jawaban,
sesuai dengan aspek yang diungkapkan.
Ada tiga aspek yang harus diperhatikan dalam melaksanakan wawancara, yakni:
a. Tahap awal wawancara bertujuan untuk mengondisikan situasi wawancara. Buatlah
situasi yang mengungkapkan suasana keakraban sehingga siswa tidak merasa takut,
dan ia terdorong untuk mengemukakan pendapatnya secara bebas dan benar atau
jujur.
b. Penggunaan pertanyaan. Pertanyaan diajukan secara bertahap dan sistematis
berdasarkan rambu-rambu yang telah dibuat sebelumnya. Apabila pertanyaan dibuat
secara berstruktur, peawancara membacakan pertanyaan dan kalau perlua alternative
jawabannya. Siswa diminta mengemukakan pendapatnya, lalu pendapat siswa
diklasifikasikan ke dalam alternative jawaban yang telah ada. Bila wawancara tak
berstruktur, baca atau ajukan pertanyaan, lalu siswa diminta menjawabnya secara
bebas.
c. Pencatatan hasil wawancara. Hasil wawancara sebaiknya dicatat saat itu juga supaya
tidak lupa. Mencatat hasil wawancara berstruktur cukup mudah sebab tinggal
memberkan tanda pada alternative jawaban. Sedangkan pada wawancara terbuka kita
perlu mencatat pokok-pokok isi jawaban siswa pada lembaran tersendiri. Yang dicatat
adalah jawaban apa adanya dari siswa, jangan tafsiran pewawancara atau ditambah
dan dikurangi.
KESIMPULAN
Alat-alat bukan tes yang sering digunakan antara lain ialah angket (kuesioner)
dan wawancara, skala, observasi atau pengamatan, studi kasus, dan sosiometri. Observasi
merupakan proses perolehan informasi tentang sesuatu objek dengan menggunakan alat
indera dan akal pikran (sense). Observasi dapat mengukur atau menilai hasil dan proses
belajar misalnya tingkah laku siswa pada waktu belajar, tingkah laku guru pada waktu
mengajar, kegiatan diskusi siswa, partisipasi siswa dalam simulasi, dan penggunaan alat
peraga pada waktu belajar. Ada tiga jenis observasi, yakni observasi langsung, observasi
dengan alat (tidak langsung), dan observasi partisipasi. Pencatatan pada saat melakukan
observasi dapat dilakukan dengan beberapa bentuk yakni catatan anekdot, catatan cepat dan
menyeluruh, catatan specimen, time sampling, dan even sampling. Angket adalah sejumlah
pertnyaan yang diberikan secara tertulis kepadan seseorang untuk memperoleh informasi
sebagaimana informasi itu dimiliki responden. Metode wawancara merupakan suatu proses
perolehan informasi yang dilakukan secara lisan. Pewawancara (guru) langsung menjumpai
dan menyampaikan pertanyaan secara lisan dan menunggu untuk memperoleh jawaban.
Penggunaan metode wawancara dalam pengumpulan informasi dilengkapi dengan pedoman
wawancara. Untuk itu, guru atau pewawancara perlu menyusun pedoman wawancara yang
menjadi acuan dalam pengumpulan informasi.
DAFTAR PUSTAKA
Nana Sudjana.1989. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.Bandung: PT.Remaja
Rosdakarya
Nana Sudjana, R. Ibrahim.1989.Penelitian dan Penilaian Pendidikan.Bandung:Sinar Baru
Tim Dosen.2011.Psikologi Pendidikan.Medan:PPs Unimed