Pengukuran Teknik
-
Upload
putri-ika-wahyu -
Category
Documents
-
view
42 -
download
0
description
Transcript of Pengukuran Teknik
ABSTRAK
Sebuah hasil produksi atas benda kerja dapat dikatakan sama dengan yang kita inginkan apabila sudah dilakukan pengukuran dan hasilnya tidak melebihi daerah toleransi. Pengukuran ini dapat berupa pengukuran panjang, massa, sudut dan lain-lain. Untuk lebih memahami cara-cara pengukuran dan jenis-jenis alat ukur maka dilakukan percobaan ini.
Percobaan ini dilakukan dengan mengunakan 4 jenis alat ukur yaitu micrometer, jangka sorong, dial indicator, dan bevel protactor. Pada alat ukur micrometer digunakan untuk mengukur diameter luar, kedalaman dan diameter dalam yaitu dengan cara membersihkan benda yang akan diukur kemudian alat ukur dikalibrasi dahulu kemudian benda ukur diukur dengan , jangka sorong untuk mengukur diameter dalam , diameter luar, dan kedalaman sedangkan bevel protactor untuk mengukur sudut, dan dial indicator untuk mengukur ketinggian dan height gauge untuk mengukur diameter luar dan semua pengukuran dilakukan sebanyak 5 kali.
Setelah melakukan praktikum ini maka hasil yang didapat adalah berupa diameter dalam, diameter luar, susut, dan ketinggian.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam suatu pengerjaan bahan atau hasil produksi tidak semuanya dapat dikatakan hasil yang baik dan tidak sesuai dengan harapan beberapa diantaranya ada yang cacat, kecacatan ini dapat berupa cacat material, geometri dan lain-lain.
Untuk mengklasifikasikan hasil produksi yang cacat atau tidak salah satunya adalah dengan cara pengukuran.O leh karena itu pengukuran ini dilakukan untuk lebih memahami cara-cara pengukuran yang benar, serta membaca skala yang ada di alat ukur.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam percobaan ini ada beberapa permasalahan yaitu:
1.Bagaimanan cara mengukur kedalaman, diameter luar, diameter dalam, ketinggiann dan sudut .
2.Bagaimana cara membaca skala utama dan skala nomious pada masing-masing alat ukur.
3.Bagaimana angka ketelitian dari masing-masing alat ukur.
1.3 Tujuan
Tujuan dilakukanya praktikum ini adalah:
1.Untuk menetahui cara mengukur kedalaman diameter dalam,diameter luar, ketinggian dan sudut
2.Untuk mengetahui cara membaca skala utama dan skala nomious pada masing-masing alat ukur
3.Untuk mengetahui angka ketelitian masing-masing alat ukur.
1.4 Batasan Masalah
1.4.1 Batasan masalah pada micrometer
a) Alat ukur sudak dikalibrasi
b) Kondisi lingkungan yang konstan
1.4.2 Batasan masalah pada jangka sorong
a) Alat ukur sudak dikalibrasi
b) Kondisi lingkungan yang konstan
1.4.3 Batasan masalah pada dial indicator
a) Alat ukur sudak dikalibrasi
b) Kondisi lingkungan yang konstan
c) Permukaan meja dianggap rata
1.4.4 Batasan masalah pada bevel protactor
a) Alat ukur sudak dikalibrasi
b) Kondisi lingkungan yang konstan
c) Permukaan meja dianggap rata
14.5 Batasan masalah pada height gauge
a) Alat ukur sudak dikalibrasi
b) Kondisi lingkungan yang konstan
c) Permukaan meja dianggap rata
BAB II
DASAR TEORI2.1.1 Mikrometer
Pada pengukuran micrometer, hasil pengukuran dengan mengunakan micrometer biasanya lebih presisi dari pada mengunakan jangka sorong. Akan tetapi jangkauan ukuran micrometer lebih kecil yaitu sekitar 25mm. Mikrometer memiliki ketelitian sampai dengan 0.01mm. Jangkauan ukur micrometer adalah 0-25mm,25-50mm, 50-75mm, dan seterusnya dengan selang 25mm. Cara membaca skala micrometer secara singkat sebagai berikut :
1.Baca skala utama
2.Baca skala nomiuos
3.Jumlahkan angka yang diperoleh
2.1.2 Jangka Sorong
Jangka sorong adalah alat ukur yang ketelitiannya dapat mencapai seper seratus millimeter. Terdiri dari dua bagian, bagian diam dan bagian bergerak, pembacaan hasil pengukuran sangat bergantung pada keahlian dan ketelitian penguna maupun alat. Sebagian keluaran terbaru sudah dilengkapi dengan display digital pada versi analog. Umumnya ketelitian nya adalah 0.05mm untuk jangka sorong dibawah 30cm dan 0.01 untuk yang di atas 30cm.
2.1.3 Dial Indikator
Dial indicator adalah sebuah perangkat yang digunakan untuk mengukur increment sangat kecil, hal ini digunakan dalam proses permesinan untuk mengukur bagian logam presisi, pada umumnya ada 3 jenis pengukuran incremental digunakan oleh dial indicator kenaikan terbesar adalah 0.005mm terkecil adalah 0.001 dan pengukuran paling akurat adalah 0.001
Di dalam sebuah dial indicator terdapat sebuah komponen sebuah rak sederhana dan peralatan system sayap naik tidak terhubung dengan ke pinggir gigi pinion ke tangan. Pembebanan pegas pluger adalah bagian dari mekanis yang melawan permain dan reaksi dari dalam sistem gearing.mekanisme ini tidak efektif pada batas perjalanan pluger terakhir pada setiap kualitas pada tempat semua perjalanan diluar batas-batas tentang pengukuran yang ditentukan.
2.1.4 Bevel Protactor
Bevel protaktor adalah pengembangan dari protactor dengan sebuah atau dua buah lengan yang biasa berputar. Alat ini digunakan untuk mengukur sudut yang berbeda dengan besar derajat yang mengukur sudut antara dua garis yang berhubungan dan dibatasi oleh sudut maksimum 180 derajat.Bevel protactor ini dapat mengukur benda kerja tanpa harus diketahui titik potongnya.Bevel protactor juga dapat mengukur objek dengan sudut maksimal 360 derajat karena alat ini dilengkapi dengan lengan bergerak 360 derajat.
Bevel protactor ini banyak digunakan pada gambar arsitektur dan mesin sebelum perangkat lunak CAD banyak digunakan. Bentuk lain bevel protactor adalah bevel protactor mekanis yang banyak dipakai adalah proses permesinan.
2.1.5 Height Gauge
Height gauge adalah sebuah alat pengukuran yang berfungsi mengukur tinggi terhadap suatu acuanatau bisa juga memberikan tanda goresan secara berulang terhadap benda kerja sebai acuan dalam proses permesinan.
Untuk meningkatkan keakuratan pengukuran dengan mengurangi defleksi pada bidang kerja height gauge sering dipasangkan dengan dial probe, dial indicator, selain itu dengan menambahkan probe dua arah. Height gauge mampu mengukur diameter luar, diameter dalam dari sebuah lubang posisi horizontal.
2.2 SIFAT-SIFAT ALAT UKUR
a) Rantai kalibrasi dan keterlacaan
Kalibrasi adalah membandingkan suatu besaran dengan besaran standar. Jika suatu prosedur kalibrasi diangap suatu satu mata rantai, rantai kalibrasi akan mencakup :
Tingkat 1 : kalibrasi alat ukur kerja dengan alat ukur standar kerja
Tingkat 2 : Kalibrasi alat ukur standar kerja dengan alat ukur standar
Tingkat 3 : Kalibrasi alat ukur standar dengan alat ukur standar nasional
Tingkat 4 : Klaibrasi alat ukur standar nasional dengan alat ukur internasional
Keterlacaan adalah sejauh mana mata rantai kalibrasi dirangkai
b) Kecermatan
Kecermataan alat ukur ditentukan oleh kecermatan skala dengan cara membacanya.Kecermatan dirancang sesuai dengan rancanagan bagian pengubah dan penunjuk alat ukur dengan memperhatikan kepekaan, keterlacaan, dan kapasitas alat ukur
c) Kepekaan
Kepekaan alat ukur ditentukan terutama oleh bagian pengubah sesuai dengan prinsip kerja yang diterapkan padanya. Dan kepekaan adalah kemampuan alat ukur untuk menerima, mengubah, dan meneruskan isyarat sensor atau dari sensor meneju yang lain.
d) Keterbacaan
Keterbacaan secara khusus tewlah dikaitkan pada bagian penunjuk dengan skala karena pengamat lebih mudah, cepat membaca hasil, penunjuk digital mempunyai keterbacaan yang tinggi dari pada skala jarum.
e) Histerisis
Histerisis adalah perbedaan atau penyimpanagan yang timbul sewaktu dilakukan pengukuran secara berkisinambungan dari dua arah yang berlawanan boleh dikatakan pengukuran dimulai dari skala nol hingga skala maxsimal dan dari skla maxsimal ke skala nol dan teryata munculah perbedaan.
f) Kepasifan
Kepasifan adalah dengan waktu yang digunakan perjalanan isyarat mulai dari sensor sampai pada penunjuk.
g) Pergeseran
Pergeseran adalah suatu penyimpangan yang membesar dengan berjalannya waktu. Pergeseran terjadi bila jarum penunjuk bergeser dari prinsip yang semestinya.
h) Kesetabilan nol
Kesetabilan nol adalah kemampuan suatu alat ukur untuk kemali ke posisi nol setelah pengukuran. Kesetabilan nol juga menjadi penyebab penyimpanangan tetapi dengan harga yang tetap atau berubah- ubah secara rambang tak stabil.
i) Pengambangan
Pengambangan terjadi jarum penunjuk selalu berubah posisinya (bergetar) atau angka terakhir penunjuk digital berubah-ubah. 2.3 Faktor Kesalahan Pengukuran2.3.1 Kesalahan yang Berasal Dari Alat Ukur
Alat ukur yang digunakan harus mendapat tera teliti. Dengan demikian, proses pengkuran akan bebas dari penyimpangan yang merugikan yang biasanya berasal ( bersumber ) dari alat ukur. Apabila alat ukur sering dipakai dan belum dikalibrasi ulang ada kemungkinan timbul sifat sifat yang merugikan seperti histerisi, kepasifan, pergeseran dan kestabilan nol yang jelek.2.3.2 Kesalahan yang Berasal Dari Benda Ukur
Setiap benda elastik akan mengalami deformasi ( perubahan bentuk ) apabila ada beban yang beraksi padanya. Beban ini dapat disebabkan oleh tekanan sensor kontak alat ukur, berat benda ukur sendiri ( yang diletakkan di antara tumpuan ) , dan tekanan penjepit penahan benda ukur. Meskipun harga deformasi ini dianggap kecil dan sering diabaikan dalam hal perhitungan kekuatan, dalam hal pengukuran geometric yang cermat membuat deformasi ini menjadi bermakna untuk diperhitungkan dan dapat menjadi sumber keslahan sistematik.2.3.3 Kesalahan yang Berasal Dari Posisi Pengukuran
Prinsip ABBE : Garis ukur harus berhimpit dengan garis dimensi.
Bagi pengukuran objek ukur geometric prinsip ABBE sedapat mungkin diikuti. Apabila garis ukur, yaitu garis pada mana skala ukur dibuat atau garis gerakan sensor, tidak berhimpit dengan garis dimensi objek ukur melainkan membuat sudut sebesar , hasil pengukuran akan lebih besar daripada dimensi sebenarnya. Semakin besar sudut , kesalahn ini akan membesar sesuai dengan membesarnya sisi miring pada segitiga siku siku mengikuti rumus kosinus. Oleh karena itu , kesalahn ini sering dinamakan sebagai kesalahan kosinus ( cosine error ).2.3.4 Kesalahan yang Berasal Dari Lingkungan
Lingkungan harus memberikan kenyamanan bagi pengukur.
Jika persyaratan ini dipenuhi, pada umumnya akan memenuhi persyaratan yang diminta alat ukur dan benda ukur.
- kebersihanKita menyenanginya dan demikian pula yang diminta oleh alat ukur dan benda ukur. Debu, geram, serpihan yang sering terlihat di daerah mesin produksi perlu disingkirkan dari daerah pengukuran.
-tingkat kebisingan yang rendahSemua menyenangi. Getaran lemah yang tak membisingkan pun tidak disenangi oleh alat ukur cermat dan peka sebab akan menimbulkan pengambangan ( ketidakpastian, floating ).
Pencahayaan yang mencukupiSupaya operator mampu melaksanankan pengukuran dan membaca hasil pengukuran.
Temperatur 25-27C Bagi alat ukur temperatur berapapun sebenarnya tak dipentingkan asalkan harganya tidak berubah ubah ( berfluktuasi ). Jadi kesamaan dan ketetapan temperature bagi seluruh komponen dalam sistem pengukuran perlu diperhatikan.
Kelembaban 70 75%Kelembaban sebenarnya juga tidak berperan dalam pengukuran geometri. Akan tetpai , kelembaban yang terlalu tinggi dalam jangka waktu lama merupakan medi yang baik bagi perkembangan proses korosi. Kebanyakan komponen alat ukur maupun benda kerja yang terbuat dari baja ( kecuali stainless steel ) yang permukaannya ternodai oleh asam ( termasuk yang berasal dari keringat manusia ) lewat tangan tangan kotor akan mengalami proses korosi.
2.3.5 Kesalahan yang Berasal Dari Operator
Dua orang yang melakukan pengukuran secara bergantian dengan menggunakan alat ukur dan benda ukur serta kondisi lingkungan yang dianggap tak berubah mungkin menghasilkan data yang berbeda. Sumber perbedaan ini dapat berasal dari cara mereka mengukur yang dipengaruhi oleh pengalaman , keahlian, kemampuan, dan ketrampialn serta perangai masing masing pengukur. Pengukuran adalah suatu pekerjaan yag memerlukan kesksamaan.BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Peralatan yang Digunakan
3.1.1 Mikrometer
3.1.2 Jangka Sorong
3.1.3 Dial Indikator
3.1.4 Bevel Protactor
3.2 Langkah langkah Percobaan
3.2.1 Mikrometer
1. Tentukan ketelitian alat ukur yang dipakai.2. Permukaan benda ukur dan mulut ukur harus dibersihkan terlebih dahulu menggunakan alcohol dan tisu halus.
3. Periksa kedudukan titik nol dari micrometer, bila tidak segaris maka harus disetel terlebih dahulu.
4. Buka mulut ukur sampai melebihi dimensi benda ukur. Gunakan poros ukur untuk membuka mulut ukur, jangan sekali kali menggunakan rahang micrometer.
5. Pada waktu mengukur, maka penekanan poros ukur pada benda ukur jangan terlalu keras. Gunakan pembatas momen putar ketika poros ukur hamper mencapai permukaan benda ukur.6. Lakukan pengukuran dan catat pada lembar data
7. Ulangi pengukuran hingga 5 kali pengambilan data.
3.2.2 Jangka Sorong
1. Tentukan kecermatan dari jangka sorong yang akan digunakan.
2. Bersihkan jangka sorong dan benda yang akan diukur sebelum dilakukan pengukuran.
3. Sebelum jangka sorong digunakan, pastikan skala nonius dapat bergeser dengan bebas.4. Pastikan angka 0 pada kedua skala bertemu dengan tepat.
5. Sewaktu mengukur usahakan benda yang diukur sedekat mungkin dengan skala utama. Pengukuran dengan ujung gigi pengukur menghasilkan pengukuran yang kurang akurat.
6. Tempatkan jangka sorong tegak lurus dengan benda yang diukur.
7. Tekanan pengukuran jangan terlalu kuat, karena akan menyebabkan terjadinya pembengkokan pada rahang ukur maupun lidah pengukur kedalaman.
8. Kencangkan baut pengunci agar rahang tidak bergeser, tetapi jangan terlalu kuat karena akan merusak ulir dari baut pengunci.9. Dalam membaca skala nonius, upayakan dilakukan setelah jangka sorong dianngkat keluar dengan hati hati dari benda ukur.
10. Lakukan pengukuran diameter luar, diameter dalam dan kedalaman.
11. Catat hasil pengukuaran pada lembar data
12. Ulangi langkah 10 sampai 11 sebanyak 5 kali untuk masing masing pengukuran.
3.2.3 Dial Indikator
1. Set alat seperti gambar2. Lakukan pengukuran ketinggian benda ukur pada suatu titik.
3. Catat hasil pengukuran pada lembar data.
4. Lakukan langkah 1 2 sebanyak 5 kali.
3.2.4 Bevel Protactor
1. Lakukan pengukuran seperti sudut pada benda seperti pada gambar.
2. Catat hasil pengukuran.
3. Ulangi langkah 2 sebanyak 5 kali.
BAB IV
ANALISA DATA dan PEMBAHASAN
4.1 Data AcuanNoAlat UkurPengukuran
1Jangka SorongDiameter luar 58,7 mm
Diameter dalam 53,4 mm
Kedalaman 40,75 mm
2MikrometerDiameter luar 5,46 mm
3Bevel ProtactorSudut 140,5
4Dial IndicatorKekasaran 683 m
4.2 Data Praktikan
D luar (jangka sorong)
12345
Hanif58.858.758.7558.858.7
Dimaz58.758.758.758.758.7
Diandra58.558.4558.4558.7558.45
Thoha58.758.758.758.758.7
Triangga53.5553.453.753.753.7
Sena58.858.758.7558.858.7
Data Acuan58.758.758.758.758.7
D dalam (jangka sorong)
12345
Hanif53.953.953.855454
Dimaz53.753.853.9553.853.95
Diandra53.953.9553.853.7553.75
Thoha53.7553.7553.753.753.8
Triangga48.148.4448.648.3548.88
Sena53.953.953.855454
Data Acuan53.453.453.453.453.4
kedalaman (jangka sorong)
12345
Hanif40.7540.7540.7540.840.75
Dimaz40.940.9540.8540.8540.95
Diandra40.940.7540.7540.840.85
Thoha4141414141
Triangga35.335.4536.2537.236.5
Sena40.7540.7540.7540.840.75
Data Acuan40.7540.7540.7540.7540.75
D luar (mikrometer)
12345
Hanif5.455.445.455.465
Dimaz5.445.435.435.425.42
Diandra5.455.465.465.455.45
Thoha5.545.545.545.545.54
Triangga5.455.455.455.465.46
Sena5.465.475.485.465.47
Data Acuan5.465.465.465.465.46
sudut (bevel protactor)
12345
Hanif140.3140.3140.2140.2140.3
Dimaz139.05139.05139139.05139
Diandra140.1139.45140.5140.1139.4
Thoha140.3140.3140.2140.2140.3
Triangga140.3140.1140.2139.55140.15
Sena140.2140.1140.5140.5140.1
Data Acuan140.5140.5140.5140.5140.5
dial indikator
12345
Hanif677683680680681
Dimaz677683680680681
Diandra676673675677674
Thoha665672674664667
Triangga674682665660667
Sena684680681679679
Data Acuan683683683683683
4.3 Contoh Perhitungan Standar Deviasi dan rata rata
Jangka sorong dalam pengukuran kedalaman. Data hasil pengukuran sebagai berikut :
Rata-Rata
Standar Deviasi
=0.054.4 Pembahasan
4.4.1 Jangka Sorong (Diameter Luar )
4.4.1.a. Grafik
4.4.1.b. One sample T
Hipotesis
H1 : 1= 0
H1 : 1 0
Data pada minitab diambil dari data Dimaz pada jangka sorong diameter luar:
Test of mu = 58,7 vs not = 58,7
Variable N Mean StDev SE Mean 95% CI T P
Hanif 5 58,7500 0,0500 0,0224 (58,6879; 58,8121) 2,24 0,089
Dimaz 5 58,7100 0,0224 0,0100 (58,6822; 58,7378) 1,00 0,374
Diandra 5 58,5200 0,1304 0,0583 (58,3581; 58,6819) -3,09 0,037
Thoha 5 58,6900 0,0224 0,0100 (58,6622; 58,7178) -1,00 0,374
Triangga 5 53,6100 0,1342 0,0600 (53,4434; 53,7766) -84,83 0,000
Sena 5 58,7500 0,0500 0,0224 (58,6879; 58,8121) 2,24 0,089
4.4.1.c. One-way ANOVA: D luar versus praktikan
Hipotesis
H1 : 1= 2= 3= 4= 5
H1 : salah satu pasangan ada yang tidak sama Data dari mimitab:Source DF SS MS F P
Factor 5 107,4544 21,4909 3145,01 0,000
Error 24 0,1640 0,0068
Total 29 107,6184
S = 0,08266 R-Sq = 99,85% R-Sq(adj) = 99,82%
Individual 95% CIs For Mean Based on
Pooled StDev
Level N Mean StDev ---+---------+---------+---------+------
Hanif 5 58,7500 0,0500 (*
Dimaz 5 58,7100 0,0224 *)
Diandra 5 58,5200 0,1304 *)
Thoha 5 58,6900 0,0224 *)
Triangga 5 53,6100 0,1342 *)
Sena 5 58,7500 0,0500 (*
---+---------+---------+---------+------
54,0 55,5 57,0 58,5
Pooled StDev = 0,0827 4.4.1.d. Pembahasan
4.4.1.d.1
Pada grafik pengukuran diameter luar pada jangka sorong, trend grafik pengukuran Dimaz mendekati data acuan, sedangkan trend grafik pengukuran Triangga jauh dari data acuan. Dari hasil perhitungan rata-rata, pengukuran Dimaz yang mendekati data acuan dengan nilai data acuan sebesar 58.7 mm. Sehingga data pengukuran Dimaz (58.7 mm) yang paling teliti. Karena hasil perhitungan rata-rata Triangga jauh dari data acuan,sehingga data pengukuran Triangga (53.61mm) yang paling tidak teliti. Dari perhitungan standar deviasi,data pengukuran Dimaz dan Thoha (S= 0.0224) yang paling kecil dan data pengukuran hr (S= 0.1342) yang paling besar .nilainya, sehingga data pengukuran Dimaz dan Thoha yang paling tepat dan data pengukuran Triangga yang paling tidak tepat.
Data pada minitab One sample T, nilai P value Diandra dan Thoha > , maka Ho gagal ditolak,sehingga hasil pengukuran Diandra dan Thoha mendekati nilai acuan.Sedangkan nilai P value Dimaz, Hanif, Sena, dan Triangga < , maka Ho ditolak, sehingga hasil pengukuran , Hanif, Sena, dan Triangga menjauhi data acuan
Hasil pengukuran yang dilakukan selama 5 kali oleh 5 orang pengukur pada minitab One-way ANOVA menghasilkan P value = 0,01. Dimana P value < , maka H0 ditolak. Sehingga hal ini dapat disimpulkan bahwa ada salah satu atau lebih pada praktikan yang pengukurannya tidak sama dengan hasil pengukuran praktikan yang lain.Analisa ketepatan
Kesalahan yang terjadi pada pengukuran diameter luar jangka sorong disebabkan adanya kesalahan pemegangan yang benar oleh praktikan, pembacaan yang tidak lurus sehingga menyebabkan kesalahan pengukuran.
4.4.2 Jangka Sorong( Diameter dalam )
4.4.2 .a. Grafik
4.4.2 .d. Pembahasan
4.4.2 d.1Grafik
Ganti nama grafik( nama praktikan
Pada grafik pengukuran diameter dalam pada jangka sorong, tren grafik pengukuran o mendekati data acuan, sedangkan tren grafik pengukuran hr jauh dari data acuan. Dari hasil perhitungan rata-rata, pengukuran o yang mendekati data acuan dengan nilai data acuan sebesar 53.4 mm. Sehingga data pengukuran O (53.60 mm) yang paling teliti. Karena hasil perhitungan rata-rata ha jauh dari data acuan,sehingga data pengukuran ha (53.90 mm) yang paling tidak teliti. Dari perhitungan standar deviasi,data pengukuran X (S= 0.061) yang paling kecil dan data pengukuran hr (S= 0.939) yang paling besar nilainya, sehingga data pengukuran x yang paling tepat dan data pengukuran hr yang paling tidak tepat. Analisa ketepatan lebih diperinci
Data pada minitab One sample T, nilai P value hr dan o > , maka Ho gagal ditolak,sehingga hasil pengukuran hr dan o mendekati nilai acuan.Sedangkan nilai P value x, i dan ha < , maka Ho ditolak, sehingga hasil pengukuran x, i dan ha menjauhi data acuan. (ada kata-kata ketelitian pada paragraf ini)
Hasil pengukuran yang dilakukan selama 5 kali oleh 5 orang pengukur pada minitab One-way ANOVA menghasilkan P value = 0,840. Dimana P value > , maka H0 gagal ditolak. Sehingga hal ini dapat disimpulkan bahwa hasil pengukuran semua praktikan antara satu dengan yang lainnya adalah sama.
Kesalahan yang terjadi pada pengukuran diameter dalam jangka sorong disebabkan kesalahan pemegangan yang benar oleh praktikan, pembacaan yang tidak lurus sehingga menyebabkan kesalahan pengukuran.4.4.3 Jangka Sorong (Kedalaman)
4.4.3 .a. Grafik
4.4.3 .d. Pembahasan
4.4.3 .d.1Grafik
Pada grafik pengukuran kedalaman pada jangka sorong, tren grafik pengukuran ha mendekati data acuan, sedangkan tren grafik pengukuran hr jauh dari data acuan. Dari hasil perhitungan rata-rata, pengukuran ha yang mendekati data acuan dengan nilai data acuan sebesar 40.75 mm. Sehingga data pengukuran ha (40.78 mm) yang paling teliti. Karena hasil perhitungan rata-rata hr jauh dari data acuan,sehingga data pengukuran hr (41.42mm) yang paling tidak teliti. Dari perhitungan standar deviasi,data pengukuran ha (S= 0.045) yang paling kecil dan data pengukuran hr (S= 0.654) yang paling besar nilainya, sehingga data pengukuran ha yang paling tepat dan data pengukuran hr yang paling tidak tepat.
Apa hr, ha itu?
Data pada minitab One sample T, nilai P value hr, x, i dan ha > , maka Ho gagal ditolak,sehingga hasil pengukuran hr, x, i dan ha mendekati nilai acuan.Sedangkan nilai P value o < , maka Ho ditolak, sehingga hasil pengukuran o menjauhi data acuan.
Ganti nama grafik( nama praktikan
Hasil pengukuran yang dilakukan selama 5 kali oleh 5 orang pengukur pada minitab One-way ANOVA menghasilkan P value = 0,007. Dimana P value < , maka H0 ditolak. Sehingga hal ini dapat disimpulkan bahwa ada salah satu atau lebih pada praktikan yang pengukurannya tidak sama dengan hasil pengukuran praktikan yang lain.
Kesalahan yang terjadi pada pengukuran kedamalaman jangka sorong disebabkan adanya alat ukur yang belum dikalibrasi,kesalahan pemegangan yang benar oleh praktikan, pembacaan yang tidak lurus sehingga menyebabkan kesalahan pengukuran.4.4.4 Mikrometer
4.4.4 .a. Grafik
4.4.4.d. Pembahasan
One-Sample T: Hanif; Dimaz; Diandra; Thoha; Triangga; Sena
Test of mu = 5,46 vs not = 5,46
Variable N Mean StDev SE Mean 95% CI T P
Hanif 5 5,3600 0,2014 0,0901 ( 5,1100; 5,6100) -1,11 0,329
Dimaz 5 5,42800 0,00837 0,00374 (5,41761; 5,43839) -8,55 0,001
Diandra 5 5,45400 0,00548 0,00245 (5,44720; 5,46080) -2,45 0,070
Thoha 5 5,54000 0,00000 0,00000 (5,54000; 5,54000) * *
Triangga 5 5,45400 0,00548 0,00245 (5,44720; 5,46080) -2,45 0,070
Sena 5 5,46800 0,00837 0,00374 (5,45761; 5,47839) 2,14 0,099
* NOTE * All values in column are identical.
One-way ANOVA: Hanif; Diandra; Dimaz; Thoha; Triangga; Sena
Source DF SS MS F P
Factor 5 0,08519 0,01704 2,51 0,058
Error 24 0,16300 0,00679
Total 29 0,24819
S = 0,08241 R-Sq = 34,32% R-Sq(adj) = 20,64%
Individual 95% CIs For Mean Based on
Pooled StDev
Level N Mean StDev --+---------+---------+---------+-------
Hanif 5 5,3600 0,2014 (-------*-------)
Diandra 5 5,4540 0,0055 (------*-------)
Dimaz 5 5,4280 0,0084 (-------*------)
Thoha 5 5,5400 0,0000 (-------*-------)
Triangga 5 5,4540 0,0055 (------*-------)
Sena 5 5,4680 0,0084 (-------*------)
--+---------+---------+---------+-------
5,30 5,40 5,50 5,60
Pooled StDev = 0,0824
4.4.4.d.1Grafik
Pada grafik pengukuran mikrometer, tren grafik pengukuran x mendekati data acuan, sedangkan tren grafik pengukuran hr jauh dari data acuan. Dari hasil perhitungan rata-rata, pengukuran x dan ha yang mendekati data acuan dengan nilai data acuan sebesar 5.46 mm. Sehingga data pengukuran x dan ha (5.456 mm) yang paling teliti. Karena hasil perhitungan rata-rata hr jauh dari data acuan,sehingga data pengukuran hr (5.42 mm) yang paling tidak teliti. Dari perhitungan standar deviasi,data pengukuran o,x dan ha (S= 0.00548) yang paling kecil dan data pengukuran hr (S= 0.01581) yang paling besar nilainya, sehingga data pengukuran o, x, dan ha yang paling tepat dan data pengukuran hr yang paling tidak tepat.
Pada grafik pengukuran kedalaman pada jangka sorong, tren grafik pengukuran x mendekati data acuan, sedangkan tren grafik pengukuran hr jauh dari data acuan. Dari hasil perhitungan rata-rata, pengukuran o yang mendekati data acuan dengan nilai data acuan sebesar 5.46 mm. Sehingga data pengukuran ha (40.78 mm) yang paling teliti. Karena hasil perhitungan rata-rata ha jauh dari data acuan,sehingga data pengukuran hr (41.42mm) yang paling tidak teliti. Dari perhitungan standar deviasi,data pengukuran ha (S= 0.045) yang paling kecil dan data pengukuran hr (S= 0.654) yang paling besar nilainya, sehingga data pengukuran x yang paling tepat dan data pengukuran hr yang paling tidak tepat.
Data pada minitab One sample T, nilai P value o, x, i dan ha > , maka Ho gagal ditolak,sehingga hasil pengukuran o, x, i dan ha mendekati nilai acuan.Sedangkan nilai P value hr < , maka Ho ditolak, sehingga hasil pengukuran hr menjauhi data acuan.
Hasil pengukuran yang dilakukan selama 5 kali oleh 5 orang pengukur pada minitab One-way ANOVA menghasilkan P value = 0,000. Dimana P value < , maka H0 ditolak. Sehingga hal ini dapat disimpulkan bahwa ada salah satu atau lebih pada praktikan yang pengukurannya tidak sama dengan hasil pengukuran praktikan yang lain.
Kesalahan yang terjadi pada pengukuran diameter luar mikrometer disebabkan adanya kesalahan pemegangan yang benar oleh praktikan, pembacaan yang tidak lurus sehingga menyebabkan kesalahan pengukuran.4.4.5 Bevel Protactor
4.4.5.a. Grafik
One-Sample T: Hanif; Dimaz; Diandra; Thoha; Triangga; Sena
Test of mu = 140,5 vs not = 140,5
Variable N Mean StDev SE Mean 95% CI T P
Hanif 5 140,260 0,055 0,024 (140,192; 140,328) -9,80 0,001
Dimaz 5 138,830 0,437 0,195 (138,288; 139,372) -8,55 0,001
Diandra 5 139,910 0,472 0,211 (139,324; 140,496) -2,79 0,049
Thoha 5 140,260 0,055 0,024 (140,192; 140,328) -9,80 0,001
Triangga 5 140,060 0,295 0,132 (139,694; 140,426) -3,34 0,029
Sena 5 140,300 0,187 0,084 (140,068; 140,532) -2,39 0,075
One-way ANOVA: Hanif; Diandra; Dimaz; Thoha; Triangga; Sena
Source DF SS MS F P
Factor 5 7,9087 1,5817 17,53 0,000
Error 24 2,1660 0,0902
Total 29 10,0747
S = 0,3004 R-Sq = 78,50% R-Sq(adj) = 74,02%
Individual 95% CIs For Mean Based on Pooled StDev
Level N Mean StDev -+---------+---------+---------+--------
Hanif 5 140,260 0,055 (----*---)
Diandra 5 139,910 0,472 (----*---)
Dimaz 5 138,830 0,437 (----*---)
Thoha 5 140,260 0,055 (----*---)
Triangga 5 140,060 0,295 (---*----)
Sena 5 140,300 0,187 (---*----)
-+---------+---------+---------+--------
138,60 139,20 139,80 140,40
Pooled StDev = 0,300
4.4.5.d. Pembahasan
4.4.5.d.1Grafik
Pada grafik pengukuran bevel protactor, tren grafik pengukuran x mendekati data acuan, sedangkan tren grafik pengukuran o jauh dari data acuan. Dari hasil perhitungan rata-rata, pengukuran x yang mendekati data acuan dengan nilai data acuan sebesar 140.830. Sehingga data pengukuran x (140.3320) yang paling teliti. Karena hasil perhitungan rata-rata o jauh dari data acuan,sehingga data pengukuran o (139.4480) yang paling tidak teliti. Dari perhitungan standar deviasi,data pengukuran i (S= 0.112) yang paling kecil dan data pengukuran x (S= 0.848) yang paling besar nilainya, sehingga data pengukuran i yang paling tepat dan data pengukuran x yang paling tidak tepat.
Data pada minitab One sample T, nilai P value x > , maka Ho gagal ditolak,sehingga hasil pengukuran x mendekati nilai acuan.Sedangkan nilai P value hr, o, i dan ha < , maka Ho ditolak, sehingga hasil pengukuran hr, o, i dan ha menjauhi data acuan.
Hasil pengukuran yang dilakukan selama 5 kali oleh 5 orang pengukur pada minitab One-way ANOVA menghasilkan P value = 0,599. Dimana P value > , maka H0 gagal ditolak. Sehingga hal ini dapat disimpulkan bahwa hasil pengukuran semua praktikan antara satu dengan yang lainnya adalah sama.(analisa salah, tidak sesuai dengan anova(pooled))
Kesalahan yang terjadi pada pengukuran sudut bevel protactor disebabkan adanya kesalahan pemegangan yang benar oleh praktikan, pembacaan yang tidak lurus sehingga menyebabkan kesalahan pengukuran.4.4.6 Dial Indicator
4.4.6.a. Grafik
dial indikatorOne-Sample T: Hanif; Dimaz; Diandra; Thoha; Triangga; Sena
Test of mu = 683 vs not = 683
Variable N Mean StDev SE Mean 95% CI T P
Hanif 5 680,200 2,168 0,970 (677,508; 682,892) -2,89 0,045
Dimaz 5 680,200 2,168 0,970 (677,508; 682,892) -2,89 0,045
Diandra 5 675,000 1,581 0,707 (673,037; 676,963) -11,31 0,000
Thoha 5 668,40 4,39 1,96 ( 662,95; 673,85) -7,43 0,002
Triangga 5 669,60 8,56 3,83 ( 658,97; 680,23) -3,50 0,025
Sena 5 680,600 2,074 0,927 (678,025; 683,175) -2,59 0,061
One-way ANOVA: Hanif; Diandra; Dimaz; Thoha; Triangga; Sena
Source DF SS MS F P
Factor 5 777,5 155,5 8,58 0,000
Error 24 435,2 18,1
Total 29 1212,7
S = 4,258 R-Sq = 64,11% R-Sq(adj) = 56,64%
Individual 95% CIs For Mean Based on
Pooled StDev
Level N Mean StDev ---+---------+---------+---------+------
Hanif 5 680,20 2,17 (------*-----)
Diandra 5 675,00 1,58 (------*------)
Dimaz 5 680,20 2,17 (------*-----)
Thoha 5 668,40 4,39 (------*------)
Triangga 5 669,60 8,56 (------*------)
Sena 5 680,60 2,07 (-----*------)
---+---------+---------+---------+------
666,0 672,0 678,0 684,0
Pooled StDev = 4,26
4.4.6.d. Pembahasan4.4.6.d.1Grafik
Pada grafik pengukuran dial indicator dengan acuan 683. Data grafik yang paling teliti adalah O (678.6 m), sedangkan yang paling tidak teliti adalah I (666.2m).Dan yang paling tepat adalah Ha (1.52), sedangkan yang paling tidak tepat adalah I (8.7)
Pada grafik pengukuran dial indikator, tren grafik pengukuran o mendekati data acuan, sedangkan tren grafik pengukuran i jauh dari data acuan. Dari hasil perhitungan rata-rata, pengukuran o yang mendekati data acuan dengan nilai data acuan sebesar 683 m. Sehingga data pengukuran o (678.6 m) yang paling teliti. Karena hasil perhitungan rata-rata i jauh dari data acuan,sehingga data pengukuran i (666.3 m) yang paling tidak teliti. Dari perhitungan standar deviasi,data pengukuran ha (S= 1.52) yang paling kecil dan data pengukuran i (S= 8.7) yang paling besar nilainya, sehingga data pengukuran ha yang paling tepat dan data pengukuran i yang paling tidak tepat.
Data pada minitab One sample T, nilai P value o > , maka Ho gagal ditolak,sehingga hasil pengukuran o mendekati nilai acuan.Sedangkan nilai P value hr, x, i dan ha < , maka Ho ditolak, sehingga hasil pengukuran hr, x, i dan ha menjauhi data acuan.
Hasil pengukuran yang dilakukan selama 5 kali oleh 5 orang pengukur pada minitab One-way ANOVA menghasilkan P value = 0,005. Dimana P value < , maka H0 ditolak. Sehingga hal ini dapat disimpulkan bahwa ada salah satu atau lebih pada praktikan yang pengukurannya tidak sama dengan hasil pengukuran praktikan yang lain.
Kesalahan yang terjadi pada pengukuran dial indikator disebabkan adanya pembacaan yang tidak lurus sehingga menyebabkan kesalahan pengukuran._1366806923.unknown
_1366806994.unknown