Makalah pengukuran teknik
-
Upload
sadilahmad -
Category
Documents
-
view
18.477 -
download
87
Transcript of Makalah pengukuran teknik
Sistem Pengukuran Teknik
1. Umum
Pengukuran (measurement )
Pengukuran adalah serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk menentukan nilai
suatu besaran dalam bentuk angka (kwantitatif). Jadi mengukur adalah suatu proses
mengaitkan angka secara empirik dan obyektif pada sifat sifat obyek atau kejadian nyata‐
sehingga angka yang diperoleh tersebut dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai
obyekatau kejadian yang diukur.
Instrumentasi (Instrumentation)
Bidang ilmu dan teknologi yang mencakup perencanaan, pembuatan dan penggunaan
instrument atau alat ukur besaran fisika atau sistem instrument untuk keperluan diteksi,
penelitian, pengukuran, pengaturan serta pengolahan data.
Metrologi (Metrology)
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang berkaitan dengan kegiatan pengukuran.
Metrologi mencakup tiga hal utama:
a. Penetapan definisi satuan satuan ukuran yang diterima secara internasional; misal:‐
meter, kilogram dsb.
b. Perwujuan satuan satuan ukuran berdasarkan metode metode ilmiah, missal‐ ‐
perwujudan nilai meter menggunakan gelombang cahaya laser.
c. Penetapan rantai ketertelusuran dengan menentukan dan merekam nilai dan akurasi
suatu pengukuran dan menyebarluaskan pengetahuan tersebut, misalnya hubungan
(perbandingan) antara nilai ukur sebuah mikrometer ulir terhadap balok ukur sebagai
standar panjang dilaboratorium.
1
1.1 Satuan‐satuan dalam Pengukuran
Satuan ”Sistem Internasional” (Le Systeme Internationale d’Unites) – SI. Satuan
Dasar adalah satuan pengukuran sebuah besaran dasar pada sebuah system besaran
phisik. Definisi dan realisasi dari setiap satuan dasar dapat berubah dengan adanya
penelitian kemetrologian yang dapat menemukan kemungkinan dicapainya definisi dan
realisasi yang lebih akurat dari besaran phisik tersebut.
Contoh: Definisi ”meter”
Th. 1889 didasarkan pada prototipe internasional X meter dari bahan Platinum‐
Iredium yang sekarang disimpan di Perancis. Th. 1960, meter berubah menjadi standar
cahaya yang difinisinya sebagai panjang gelombang dari spektral Krypton 86 Th. 1983,
pada konggres CGPM 17, didefinisikan ulang bahwa satu meter adalah jarak tempuh
dari gelombang cahaya Helium Neon pada tabung vakum dengan kecepatan 1/ 299‐
792 458 second, yang direliarisasikan dalam panjang gelombang laser yang distabilkan
dengan iodine.
1.2 Satuan Dasar SI
Besaran Satuan Turunan Simbol
Panjang Meter M
Massa Kilogram Kg
Waktu Sekon S
Arus listrik Amper A
Suhu termodinamika Kelvin K
Jumlah zat mole Mol
Intensitas cahaya candela Cd
1.2.1Definisi Satuan Dasar SI
2
Meter : panjang lintasan yang ditempuh oleh cahaya dalam tabung vakum dalam
waktu 1/ 299 792 458 second.
Kilogram : massa prototipe kilogram internasional
Sekon: durasi dari 9 192 631 770 periode radiasi yang sesuai dengan transisi antara
dua tingkat sangat halus dari ground state sebuah atom cecium 133.
Ampere: arus tetap yang jika tidak dijaga dalam dua kawat konduktor yang lurus dan
paralel dengan panjang tak terhingga dan luas penampang dapat diabaikan serta
berjarak 1 meter satu sama lain , dalam ruang hampa akan menghasilkan gaya
sebesar 2 x 10 7 newton per meter panjang kawat.‐
Kelvin: 1/ 273,16 dari suhu termodinamis titik tripel air.
Mole : jumlah zat dari sebuah sistem yang mengandung intensitas sebanyak intensitas
yang ada dalam 0,012 kg atom karbon 12.‐
Candela: intensitas luminasi pada arah tertentu dari sejumlah sumber yang
memancarkan radiasi monocromatik dengan frequensi 540 x 10 12 herz dan‐
mempunya intensitas radian pada arah tersebut sebesar 1/638 watt per steradian.
1.2.2Satuan Turunan SI
Satuan Turunan adalah sebuah satuan pengukuran dari sebuah besaran
turunan dalam sebuah sistem besaran.
Satuan turunan SI yang dinyatakan dengan satuan SI
Besaran Turunan Satuan Turunan Simbol
Luas Meter persegi m2
Volume Meter kubik m3
Kecepatan Meter per sekon m s 1‐
Percepatan Meter per sekon kuadrat m s 2‐
Kecepatan sudut Radian per sekon rad s 1‐
Percepatan sudut Radian per sekon kuadrat rad s 2‐
Densitas Kilogram per meter kubik kg m 3‐
Intensitas medan listrik Amper per meter A m 1‐
3
Densitas arus listrik Amper per meter persegi A m 2‐
Momen gaya Newton meter N m
Kekuatan medan listrik Volt per meter V m 1‐
Permeabilitas Henry per meter H m 1‐
Permisivitas Farad per meter F m 1‐
Kapasitas panas spesifik Joule per kilogram kelvin J kg 1‐ K 1‐
Konsentrasi jumlah zat Mol per meter kubik mol m 3‐
luminasi Candela per meter persegi cd m 3‐
Contoh: Dari hubungan fisik antara besaran panjang yang diukur dalam satuan m, dan
besaran waktu yang diukur dalam satuan s, maka besaran kecepatan yang diukur
dalam satuan m/s dapat diturunkan. Satuan turunan dinyatakan dalam satuan dasar
dengan simbol matematis perkalian dan pembagian.
1.2.3 Satuan Turunan SI yang nama dan simbolnya terdapat satuan turunan SI dengan
nama simbol khusus.
Besaran Turunan
Satuan
turunan SI
nama khusus
Simbol
khusus
Dalam
satuan
SI
Dalam Satuan
Dasar SI
Frequensi Herz Hz s 1‐
Gaya Newton N m.kg.s 2‐
Tekanan Pascal Pa N/m2 m 1‐ kg s‐2
Energi, kerja, jumlah panas Joule J N.m m2 kg s 2‐
Daya, fluk radian Watt W J/s m2 kg s 3‐
Muatan listrik Coulmb C s.A
Beda potensial listrik Volt V W/A m2 kg s 3A 1‐ ‐
Kapasitasi listrik Farad F C/V m2 kg 1‐ s 4‐ A2
Tahanan listrik Ohm Ω V/A m2 kg s 3‐ A 2‐
Daya hantar listrik Siemens S A/V m 2‐ kg 1‐ s3A2
Fluks magnet Webere Wb V.s m2 kg s‐2A‐1
Induktansi Henry T Wb/A m2 kg s 2‐ A 1‐
4
Fluk luminan lumen H Wb/A m2 kg s 2‐ A 2‐
Iluminasi lux lm Cd.sr m2 s 2‐ Cd = Cd
Aktifitas radio nuklida becquerel Bq s 1‐
Dosis, kerma, energi gray Gy J/kg m2 s 2‐
Setara dosis sievert Sv J/kg m2 s 2‐
Sudut bidang radian Rad m.m 1‐ = 1
Sudut ruang Steradian Sr m.m 1‐ = 1
1.2.4 Satuan dasar yang digunakan dalam besaran yang berbeda‐beda seperti pada Tabel
berikut:
Besaran Turunan Satuan Turunan SimbolDalam Satuan
Dasar SI
Viskositas dinamik pascal newton Pa.s m 1‐ kg.s 1‐
Momen gaya newton meter N.m m 2‐ kg.s 2‐
Tegangan permukaan newton per meter N/m kg.s 2‐
Kecpatan sudut radian per sekon Rad/s m.m 1‐ s 1‐ = s 1‐
Percepatan sudut radian per sekon kuadrat Rad/s2 m.m 1‐ s 2‐ = s 2‐
Densitas fluk panas watt per meter persegi W/m2 Kg.s 3‐
Kapasitan panas, entropi joule per kelvin J/K m 2‐ kg. s 2‐ .K 1‐
Kapasitas panas spesifik,
entopi spesifik
Joule per kilogram kelvin J(kh.K) m 2‐ . s 2‐ .K 1‐
Energi spesifik joule per kilogram J/kg m 2‐ . s 2‐
Konduktivitas termal watt per meter kelvin W(m.K) m.kg.s 3‐ .K 1‐
Densitas energi joule per meter kubik J/m3 m 1‐ .kg.s 2‐
Kekuatan medan listrik volt per meter V/m m.kg.s 3‐ .A 1‐
Densitas muatan listrik colomb per meter kubik C/m3 m 3‐ .s.A
Densitas fluks listrik coulom per meter persegi C/m2 m 2‐ .s.A
Permitivitas farad per meter F/m m 3‐ .kg 1 ‐ s4 A2
Permeabilitas henry per meter H/m m.kg.s 2‐ .A 2‐
Energi molar joule per mole J/mol m2.kg.s 2‐ .mol 1‐
5
Entropy molar, kapasitas
panas
joule per mole kelvin J/(mol/K) m2.kg.s 2‐ .K 1‐ mol 1‐
Paparan sinar X dan Y coulomb per kilogram C/kg kg 1‐ .s.A
gray per sekon Gy/s m2s 3‐
Intensitas radian watt per steradian W/sr m4.m 2‐ .kg.s 3‐ =
m 2‐ kg.s 3‐
radiansi watt perian meter pesegi
sterad
W/(m2‐
sr)
m2.m 2‐ .kg.s 3‐ =
kg s 3‐
Konsentrasi katalik katal per meter kubik Kat/m3 m 3‐ .s 1‐ .mol
1.2.5 Satuan‐satuan SI yang diterima untuk digunakan bersama dengan satuan SI, karena
banyak digunakan (Satuan Selain SI yang diterima)
Besaran Satuan Simbol Nilai dalam satuan SI
Waktu Menit
Jam
hari
min
h
d
1 min = 60 s
1 h = 60 min = 3600 s
1 d = 24 h
Sudut permukaan derajat
menit
sekon
nygrad
°
�
� �
gon
1° = ( π/180) rad
= (1/60 = (π/10800)1� )�
rad
= (1/60 =1 1 1 )
(π/648000)rad
1 gon = (π/2000) rad
Volume liter L,l 1 l = 1 dm3 = 10 3 m3‐
Massa ton metrik T 1 t = 103 kg
1.2.6 Satuan Satuan Selain Si Yang Digunakan Pada Bidang Bidang Tertentu‐ ‐
Besaran Satuan Simbol Nilai dalam satuan SI
Panjang Mil laut 1 mil laut = 1852 m
6
Kecepatan Knot 1 mil laut/jam = 1852/3600
m/s
Massa Karat 1 karat = 2 x 10 4‐ kg = 200 mg
Densitas linier Tex tek 1 tek = 10 6‐ kg/m = 1 mg/m
Kekuatan sistem optik Dioptri 1 dioptri = 1 m 1‐
Tekanan pada fluida
dalam tubuh manusia
Milimeter
merkuri
mmHg 1 mmHg = 133 322 Pa
Luas Are a 1 a = 100 m2
Luas Hektar ha 1 ha = 104 m2
Tekanan Bar bar 1 bar = 100 k Pa = 10 5 ‐ Pa
jarak Angtrom A 1 A = 0,1 nm = 10 10 ‐ m
penampang barn b 1 b = 10 28 ‐ m2
1.2.7 Prefiks atau Awalan Satuan SI
Faktor Nama Perfiks Simbol Faktor Nama Perfiks Simbol
101 deka da 10 1‐ desi d
102 hekto h 10 2‐ centi c
103 kilo k 10 3‐ milli m
106 mega M 10 6‐ micro μ
109 giga G 10 9‐ nano n
1012 tera T 10 12‐ pico p
1015 peta P 10 15‐ femto f
1018 exa E 10 18‐ atto a
1021 zetta Z 10 21‐ zepto z
1024 yolta Y 10 24‐ yocto y
1.3 Pengertian Metrologi dan Penerapannya
Ukuran suatu benda kerja baru dapat diketahui setelah benda tersebut diukur.
Ilmu pengetahuan teknik tentang ukur mengukur secara luas dinamakan metrologi
(metrology), sebagaimana ditulis dalam bahasa inggris “ Metrology is science of
measurement” . Pembagian Utama dalam Metrologi
7
1. Metrologi Ilmiah (Scientific Metrology) : pengukuran yang berhubungan dengan
pengaturan dan pengembangan standar standar pengukuran dan‐
pemeliharaannya.
2. Metrologi Industri (Industrial Metrology): pengukuran yang bertujuan untuk
pengendalian mutu suatu produk di industri dengan memastikan bahwa sistem
pengukuran dan alat alat ukur berfungsi dengan akurasi yang memadai, baik‐
dalam proses produksi maupun pengujiannya.
3. Metrologi Legal (Legal Metrology): pengukuran yang berkaitan dengan transaksi
perdagangan, kesehatan, keselamatan dan kepentingan umum.
Metrologi Ilmiah dan Metrologi Industri merupakan bagian dari Metrologi Teknis.
Berdasarkan sifat besaran fisiknya , metrologi dapat dibagi menjadi beberapa kelompok
kerja, yaitu :
metrologi dimensi yang berkaitan dengan pengukuran panjang, sudut, profil
permukaan, geometrik dsb.
metrologi massa menangani besaran massa, gaya, tekanan dst
metrologi mekanik yang melibatkan kecepatan, momen, getaran dst
metrologi fisik yang berhubungan dengan msalah volemetri, viskositas, densitas,
aliran dst
metrologi listrik dengan besaran dasar arus listrik dan waktu dan turunannya
sebagai komponen utamanya.
metrologi suhu melibatkan pengukuran suhu dibawah suhu 0 0 C sd ribuan 0 C.
metrologi optik pengukuran yang berkaitan dengan photometri, radiometri dan
lain lain‐
Berdasarkan bidang aplikasinya, metrologi dapat dibedakan menjadi :
metrologi industri dengan fokus pengukuran untuk pengendalian mutu produk.
metrologi medik untuk ketepatan analisis penyakit, dalam pelayanan kesehatan.
metrologi astronomi untuk kepentingan penerbangan antariksa dan ilmu falak.
metrologi akustik untuk perancangan akustik gedung, analisis kebisingan dst.
8
Jadi perlu diketahui bahwa kegiatan pengukuran tersebut tergantung pada
tujuan pemakaian, suatu jenis alat ukur yang sama dapat dikelola berdasarkan
metrologi legal atau metrologi teknis. Didalam pembahasan selanjutnya akan banyak
berkaitan dengan kegiatan pegukuran di industri yaitu metrologi teknis, yang
penerapannya pada pengukuran besaran fisik sebagai metrologi industri.
1.3.1 Pengukuran (measurement)
Kegiatan mengukur dapat diartikan sebagai proses perbandingan suatu obyek
terhadap standar yang relevan dengan mengikuti peraturanperaturan terkait dengan
tujuan untuk dapat memberikan gambaran yang jelas tentang obyek ukurnya.
Dengan melakukan proses pengukuran dapat:
membuat gambaran melalui karakteristik suatu obyek atau prosesnya.
mengadakan komunikasi antar perancang, pelaksana pembuatan, penguji mutu
dan berbagai pihak yang terkait lainnya.
memperkirakan hal hal yang akan terjadi ‐
melakukan pengendalian agar sesuatu yang akan terjadi dapat sesuai dengan
harapan perancang.
Bidang bidang dan sub bidang dengan contoh standar pengukuran yang berkaitan‐ ‐
dapat dijelaskan seperti pada Tabel 1
Bidang Sub bidang‐ Standar pengukuran yang penting
Massa dan
besaran yang
Pengukuran Massa Standar massa eimbangan standar, mass
comparator
9
terkait
Gaya dan tekanan
Load cell, dead weight tester, force,
moment and torque converter; pressure
balance oil ang gas. Universal Testing
Machine.
Volume, densitas dan
viskositas
Aerometer gelas, glassware laboratory
um, vibration densitometer, viscometer
capiler gelas, viscometer rotasi, skala
viskometri
Kelistrikan dan
kemagnitan
Kelistrikan DC
Komparator arus kriogenis, efek
Josephson dan efek Quantum Hall,
acuan diode Zener, metode
potensiometris, jembatan (bridge)
komparator
Kelistrikan AC
Pengubah (converter) AC/DC, kapasitor
standar, kapasitor udara, induktansi
standar, kompensator, watt meter.
Kelistrikan frekuensi
tinggi
Pengubah termal, calorimeter, bolo
meter
Arus kuat dan tegangan
tinggi
Transformator pengukur arus dan
tegangan, sumber tegangan tinggi acuan
Panjang
Panjang gelombang dan
interferometri
Laser stabil, interfeometri, system laser
pengukuran, komparator interfrometri
Metrologi Dimensi
Balok ukur,skala mistar, step gauge,
setting ring, plug gauge, heih master,
dial indicator, micrometer, standar
kerataan optis, CMM, scan micrometer
Pengukuran sudut Autocolimator, rotary table, balok
sudut, polygon, precision level
10
BentukKelurusan, kerataan, kesejajaran,
kesikuan, kebundaran, cylinder square
Kekasaran Permukaan
Step height and groove standard,
standar kekasaran, roughness measu
ring machine
Waktu dan
Frekuensi
Pengukuran waktuStandar frekuensi atomic sesium, alat
ukur interval waktu
Frekuensi
Standar frekuensi atomic Cecium,
isolator kuarsa, laser, pencacah
elektronik dan sinthesiser, alat ukur
geodetic.
Termometri
Pengukuran suhu secara
Kontak
Temometer gas, titik tetap, ITS 90, ter
mometer tahanan platina, temokopel
Pengukuran suhu secara
non kontak
Black body suhu tinggi, radiometer
kriogenis, pyrometer,fotodiode Si
Kelembaban
Miirror dew point meter atau
hygrometer elektronik, dobel pressure,
temperature humidity generator
Radiasi Pengion
dan Radioaktive
Dosis terserap – produk
industry tingkat tinggi
Kalorimeter, high dose rate cavity ter
kalibrasi, dosimeter dikromat.
Dosis terserap – produk
medis
Kalorimeter, kamar ionisasi.
Perlindungan terhadap
radiasi
Kamar ionisasi, berkas/medan radiasi
acuan, pencacah proposional dan
lainnya, TEPC, spektroneter neutron
Bonner
Radioaktivitas Kamar ionisasi tipe sumur (well), sum
ber radioaktivitas bersertifikat,
11
spektroskopi gama dan alpha, ditektor 4
Gamma
Serat optis Bahan acuan – serat Au
Fotometi dan
Radiometri
Radiometri opti
Radiometer kriogenis,ditektor, sumber
acuan laser stabil, bahan acuan – serat
Au
FotometriDitektor cahaya tampak, fotodioda Si,
ditektor efisiensi kuantum
Kolorimetri Spektrofotometer
Aliran Aliran gas (volume)
Bell profer, meter gas rotary,meter gas
turbin, meter transfer dengan critical
nozzle
1.3.2 Metode Pengukuran
Pada umumnya metode pengukuran adalah membandingkan besaran yang
diukaur terhadap standarnya. Bagaimana proses membandingkan dilakukan,
diantarnaya harus diketahui:
konsep dasar tentang besaran yang dilakukan
dalil fisika tentang besaran tersebut
spesifikasi peralatan yang harus digunakan pengukuran
proses pengukuran yang dilakukan
urut urut an langkah yang harus dilakukan‐
kualifikasi operator
kondisi lingkungan
1.3.3 Terminologi dan metodologi pengukuran yang standarkan meliputi sbb:
a. Metode pengukuran fundamental
Pengukuran berdasarkan besaran besaran dasar (panjang, massa, waktu‐
dsb) yang dipakai untuk mendifinisikan besaran yang diukur. Misal pengukuran
12
gravitasi dengan cara bola jatuh, diukur massa benda yang jatuh, jarak yang
ditempuh dan waktu yang diperlukan untuk menempuh jarak tersebut. Disini nilai
percepatan gravitasi langsung ditentukan dengan mengukur besaran dasar massa,
panjang dan waktu.
b. Metode pengukuran langsung
Metode pengukuran dimana nilai besaran langsung terbaca pada alat ukur
tanpa memerlukan pengukuran besaran besaran lain yang mempunyai hubungan‐
fungsional dengan besaran yang diukur. Contoh:
pengukuran panjang dengan memakai mistar.
pengukuran massa dengan neraca sama lengan
c. Metode pengukuran tidak langsung
Pengukuran yang diukur ditentukan dengan jalan mengukur besaran lain
yang mempunyai hubungan funsional dengan besaran yang diukur, Contoh:
pengukuran tekanan dengan mengukur tingginya kolom cairan didalam suatu
tabung
pengukuran suhu dengan mengukur tahanan listrik kawat platina (temometer
tahanan platina).
d. Metode perbandingan
Membandingkan besaran yang diukur dengan besaran sejenis yang telah diketahui
nilainya. Contoh:
mengukur tegangan dengan pontensio meter. Disini tegangan yang akan
diukur dibandingkan dengan tegangan sel standar
mengukur tahanan listrik dengan jembatan Wheatstone.
e. Metode subtitusi
Metode pengukuran dimana besaran yang diukur diganti oleh besaran yang
sejenis yang nilainya telah diketahui dan dipilih sedemikian rupa sehingga
menimbulkan efek yang sama terhadap penunjukkan alat ukur.
13
f. Metode deferensial
Metode dimana besaran yang diukur dibandingkan dengan besaran yang
sejenis yang telah diketahui yang nilainya hanya berbeda sedikit dengan yang
diukur adalah perbedaan itu. Contoh:
Pengukuran panjang dengan menggunakan komparator
Pengukuran distribusi suhu didalam ruangan yang suhunya hampir seragam
dengan memakai termokopel differinsial.
g. Metode nol
Metode pengukuran dimana nilai besaran yang diukur ditentukan dengan
menyetimbangkan, mengatur satu atau lebih besaran yang telah diketahui yang
dengan besaran ini mempunyai hubungan tertentu dan dalam keadaan setimbang
diketahui bentuknya. Contoh:
pengukuran impendansi dengan memakai rangkaian jembatan impendansi
pengukuran tegangan dengan memakai potensiometer.
1.3.4 Karakteristik alat ukur dan Proses Pengukuran
Proses pengukuran identik dengan proses produksi disuatu industri. Produk
proses pengukuran adalah berupa angka angka. Karakteristik yang menonjol dari‐
proses pengu kuran adalah pengukuran yang dilakukan berkalikali terhadap suatu
besaran yang konstan harganya menghasilkan yang tidak sama. Bagaimana
sempurnanya persyaratan metodenya dipenuhi selalu ada perbedaan pada hasilhasil
ukurnya. Angka mana yang dianggap benar ? Analisis statistik menyatakan bahwa nilai
yang benar akan didapat bila pengukuran dilakukan tak terhingga kali pada kondisi
yang sama Dan kita tidak akan punya waktu dan biaya untuk melakukan seperti
tersebut diatas. Karena itu harga yang benar tidak akan pernah diketahui,
kemungkinan hanya dapat angka pendekatan saja. yang berdasarkan harga rata rata‐
dari sejumlah pengamatnya. Akan tetapi harga rata rata saja tidak cukup, angka‐
tersebut harus disertai dengan keterangan yang menyatakan:
14
a. Rentang yang menyatakan berapa dekatnya nilai pendakatan tersebut terhadap
harga yang sebenarnya.
b. Jaminan atau tingkat keyakinan (Confidence Level) bahwa angka rata rata akan‐
diperoleh lagi jika kita melakukan beberapa kali terhadap besaran tersebut.
Contoh: Bila dari hasil penimbangan massa dituliskan sbb:
( 100 ± 2 ) kg pada “Confidence Level” = 95%
2. ALAT UKUR
2.1 Pengertian Alat Ukur (instrument)
Untuk melakukan kegiatan pengukuran, diperlukan suatu perangkat yang
dinamakan instrumen (alat ukur). Jadi instrumen adalah sesuatu yang digunakan
untuk membantu kerja indera untuk melakukan proses pengukuran. Misalnya pada
mobil, manometer (pressure gauge) pengukur tekanan udara dalam ban, termometer
( pengukur suhu mesin), speedometer (pengukur kecepatan) levelmeter (pengukur
bahan bakar pada tangki), pH meter (pengukur derajat keasaman dalam batere) dst.
Instrument atau alat ukur terdiri dari banyak jenis yang dapat juga
dikelompokkan melalui disiplin kerja atau besaran fisiknya. diantaranya:
alat ukur dimensi: mistar, jangka sorong, mikrometer, bilah sudut, balok ukur,
profile proyector, universal measurung machine dst.
alat ukur massa : timbangan,comparator elektronik,weight set dst
alat ukur mekanik; tachometer, torquemeter, stroboscope dll
alat ukur fisik : gelas ukur, densitometer, visosimeter, flowmeter
alat ukur listrik: voltmeter, amperemeter, jembatan Wheatstone
alat ukur suhu: termometer gelas, PRT
alat ukur optik: luxmeter,fotometer, spectrometer dan lain lain‐
2.3.1 Istilah‐istilah pada alat ukur
Rentang Ukur (Range) besarnya daerah pengukuran mutlak suatu alat ukur.
Sebuah jangka sorong mempunyai range 0 sd 150 mm
15
Dayabaca (sering disebut resolusi/atau resolution) jarak ukur antara dua garis
skala yang berdampingan pada alat ukur analog, atau perbedaan penunjukkan
terbaca dengan jelas pada alat ukur digital.
Span: besarnya kapasitas ukur suatu alat ukur, misal mikrometer luar mempunyai
span ukur 25 mm, artinya rentang ukur 0 – 25, 25 – 50, 50 – 75 …………….dst.
Kepekaan (sensitivity) perbandingan antara perubahan besarnya keluaran dan
masukkan pada suatu alat ukur setelah kesetimbangan tercapai.
Kemampuan ulang (repeatibility) kesamaan penunjukkan suatu alat ukur jika
digunakan untuk mengukur obyek yang sama, ditempat yang sama, serta dalam
waktu yang hampir tidak ada berselisih antara pengukuranpengukuran tersebut.
2.2 Bagian‐bagian dari alat ukur
Secara garis besar suatu alat dibagi menjadi 3 komponen utama yaitu :
Sensor atau peraba
Pengubah /pengolah sinyal atau tranduser
Penunjuk atau indikator/ display dan pencatat atau rekorder
1. Sensor bagian alat ukur yang merasakan adanya sinyal yang harus diukur atau
bagian yang berhubungan langsung dengan benda ukurnya. Ada dua jenis sensor,
yaitu kontak dan non kontak. Sensor kontak banyak digunakan pada prinsip alat
ukur mekanik dan elektrik, sedang sensor non kontak pada prinsip optik dan
pneumatik. Contoh sensor pada mikrometer adalah kedua permukaan ukur yang
menjepit benda ukur, pada dial indikator terletak pada ujung tangkai batang
ukurnya.
2. Tranduser berfungsi untuk memperkuat/memperjelas dengan mengubah sinyal
sinyal yang diterima dari sensor dan mengirim hasil ke penunjuk atau
indikator/rekorder maupun kontroler. Kemungkinan pada tranduser sinyal
dirubah dengan besaran lain, misalnya system mekanik menjadi elektrik
kemudian diubah kembali menjadi sistem mekanik Jadi prinsip kerja dari alat ukur
16
tergantung dari pengubahnya, yang dapat dibedakan menjadi beberapa prinsip
kerja, yaitu :
sistem mekanik
sistem elektrik
sistem optic
sistem pneumatic
sistem gabungan diantara tersebut diatas, diantaranya:
sistem optomekanik
sistem optoelektronik
sistem mekatronik dst
Contoh tranduser pada mikometer berupa sistem ulir presisi, pada dial indikator
berupa sistem rodagigi yang dapat mengubah dari gerakan linier menjadi gerakan
berputar pada indikatornya.
3. Penunjuk atau indikator bertugas untuk menayangkan data ukur yang berupa
garis garis skala pada mikrometer atau jarum yang bergerak melingkar dengan‐
menunjuk skala ukur yang melingkar juga. Rekorder dapat mencatat data ukur
dalam bentuk numerik atau grafik, sedangkan kontroler berfungsi untuk
mengendalikan besarnya nilai obyek yang diukur sesuai dengan nilai ukur yang
dikehendaki. Tidak semua alat ukur dilengkapi dengan rekorder dan atau
kontroler, namun untuk alat alat ukur yang modern yang dilengkapi dengan‐
pembacaan digital sering dilengkapi dengan pengolah data secara statistik (SPC –
statistic process control). Komponen pengolah data ini sangat membantu
khususnya bagi mereka yang bekerja dibagian pengendalian mutu produk yang
dibuat secara massa (mass product). Setiap dimensi dilakukan pengukuran
beberapa kali, langsung data data tersebut dapat diolah, sehingga operator dapat‐
memperoleh informasi tentang harga rata rata, simpangan baku dan parameter‐
statistik lainnya termasuk penayangan histogram, diagram x R dsb. ‐
17
2.3 Pengambilan data pengukuran
Pengambilan data adalah bagian dari proses pengukuran yang menuntut
ketelitian atau kesaksamaan yang tinggi, karena kegiatan ini selalu dibayangi oleh
kemungkinan sulitnya pengulangan proses pengukuran jika data yang sudah diperoleh
mengalami kekeliruan. Kesulitan pengambilan data ulang antara lain disebabkan oleh
sudah berlalunya obyek pangukuran ke pos pengerjaan berikutnya, sehingga
menyulitkan pelacakan, dan berubahnya karakteristik elemen pengukuran terhadap
waktu, misalnya perubahan suhu atau perubahan karakteristik alat ukur yang akan
mengakibatkan berubahnya nilai ukur. Oleh karena itu, proses pengambilan data
sebaiknya dilakukan hanya pada satu kesempatan sampai tuntas dan tanpa
kekeliruan.
2.4 Elemen Pengambilan data
Dalam proses pengambilan data terdapat lima elemen yang terlibat yaitu:
1. Obyek ukur
2. Standar ukur
3. Alat Ukur
4. Operator pengukuran
5. Lingkungan
Proses pengukuran tidak dapat berlangsung dengan baik bila salah satu dari
keempat elemen yang pertama tidak ada. Faktor lingkungan selalu hadir pada setiap
situasi. Kelima elemen perlu dipahami agar kesalahan yang ditimbulkan oleh setiap
elemen dapat dipelajari. Proses pengukuran dilakukan si operator dengan
membandingkan benda ukur (obyek) dengan alat ukur (standar) yang sudah diketahui
18
nilai ukurnya (kalibrasi) dengan sarana ruang dan alat bantu ukur yang memenuhi
persyaratannya.
1. Obyek ukur
Obyek ukur adalah komponen sistem pengukuran yang harus dicari
karakteristik dimensionalnya, misal panjang, jarak, diameter, sudut, kekasaran
permukaan dst, agar hasil ukurnya memberikan nilai yang aktual, maka sebelum
proses pengukuran dilakukan, obyek ukur harus dibersihkan dahulu dari debu,
minyak atau bahan lain yang menutup atau mengganggu permukaan yang akan
diukur.
2. Standar Ukur
Standar ukur adalah komponen sistem pengukuran yang dijadikan acuan
fisik pada proses pengukuran. Bagi pengukuran dimensional standar satuan
ukuran adalah standar panjang dan turunannya. Dalam proses pengukuran yang
baik menuntut standar ukur yang mempunyai akurasi yang memadai dan mampu
telusur ke standar nasional/ internasional.
3. Alat Ukur
Alat ukur adalah komponen sistem pengukuran yang berfungsi sebagai
sarana pembanding antara obyek ukur dan standar ukur, agar nilai obyek ukur
dapat ditentukan secara kuantitatif dalam satuan standarnya. Ciri ciri dari alat‐
ukur yang baik adalah yang memiliki kemampuan ulang yang ketat, kepekaan
yang tinggi, histerisis yang kecil dan linieritas yang memadai.
4. Operator pengukur
Operator pengukur adalah orang yang menjalankan tugas pengukuran
dimensional baik secara keseluruhan maupun bagian demi bagian. Tugas ini
terdiri dari pos pekerjaan, diantaranya:
19
Pemeriksaan obyek ukur (dan gambar kerja)
Pemilihan alat alat ukur (dan standar ukur)‐
Persiapan pengukuran (penjamin kebersihan, penyusunan sistem ukur,
Pemeliharaan kondisi lingkungan dan lain lain).‐
Perhitungan analisis kesalahan pengukuran (dan pembuatan interprestasi
ketidakpastian pengukuran)
Penyajian hasil pengukuran (dalam bentuk laporan pengukuran).
Seorang operator hendaknya dibekali dengan pengetahuan:
Kemampuan membaca gambar kerja
Pengetahuan tentang sistem toleransi
Kemampuan menjalankan alat/mesin ukur
Pengetahuan tentang statistika pengukuran dan teori ketidakpastian
5. Lingkungan
Proses pengukuran dapat dilakukan dimana saja: diruang terbuka maupun
diruang ysng terkondisi. Pada ruang terkondisi khususnya pengukuran
dimensional tentunya akan menjamin hasil ukur lebih akurat,dengan persyaratan
yang dipersyaratkan bagi sebuah ruang untuk keperluan pengukuran/kalibrasi
dimensional adalah sbb:
Suhu 20 ±1 0 C
Kelembaban relatif ± 50 %
2.5 Proses Pengukuran
Sebelum pengukuran dilakukan , secara administratif perlu dipersiapkan
petunjuk pemakaian alat ukur, dan grafik untuk mencatat hasil pengambilan data,
serta gambar tata letak dari sistem pengukuran. Alat ukur yang akan digunakan perlu
dilakukan pemeriksaan, yaitu uji visual, fungsional dan unjuk kerja.
20
Uji visual dimaksudkan untuk melihat kelengkapan alat ukur, dan cacat yang
dapat dilihat mata.
Uji fungsional untuk memeriksa tanggapan yang terjadi sebagai akibat input yang
diberikan dengan mengubah posisi setiap tombol.
Apabila semua fungsinya dapat bekerja alat ukur tersebut dapat digunakan
dengan catatan terdapat hasil uji unjuk kerja secara tertulis, yang berupa laporan
kalibrasi atau sertifikat kalibrasi.
Dilihat dari jumlahnya pengambilan data dapat dilakukan satu sampai beberapa
kali dimaksudkan untuk menjamin nilai kebenaran hasil ukur, data data harus diambil‐
lebih dari dua kali pada setiap posisi. Oleh karena itu pengambilan data yang
dilakukan secara berulang, sehingga dapat memiliki peluang yang lebih baik untuk
mendekati harga yang sebenarnya. Di pihak lain, jumlah obyek pendataannya sendiri
dapat hanya satu atau beberapa buah. Dengan demikian dapat terjadi kombinasi :
obyek tunggal – pengambilan data satu kali
obyek tunggal – pengambilan data berulang
obyek majemuk homogen – pengambilan data satu kali
obyek majemuk homogen – pengambilan data berulang
Dalam kasus obyek majemuk homogen baik pengambilan data satu kali maupun
berulang, dapat diperoleh proporsi status obyek. Namun untuk hasil yang lebih
akurat, lebih baik dipilih pengambilan data yang berulang. Karena cara ini akan
mengurangi kemungkinan adanya status obyek yang meragukan khususnya bagi
obyek yang berada pada nilai batas.
3. KALIBRASI (CALIBRATION)
3.1 Definisi
Kalibrasi bagian dari Metrologi kegiatan untuk menentukan kebenaran
konvensional nilai penunjukkan alat ukur dan bahan ukur. Atau Kalibrasi adalah
memastikan hubungan antara harga‐harga yang ditunjukkan oleh suatu alat ukur atau
21
sistem pengukuran, atau harga‐harga yang diabadikan pada suatu bahan ukur dengan
harga yang “sebenarnya” dari besaran yang diukur.
3.2 Kalibrasi di industry
Menjamin ketertelusuran peralatan ukur yang digunakan dalam pengukuran dan
pengujian suatu produk industri. Atau menjamin suatu hasil pengukuran, maka alat
ukur dan bahan ukur yang digunakan dalam proses pengukuran harus dikalibrasi.
3.3 Kalibrasi alat ukur
Kalibrasi adalah kegiatan untuk mengetahui kebenaran konvensional nilai
penunjukkan suatu alat ukur. Kalibrasi dilakukan dengan cara membandingkan alat
ukur yang diperiksa terhadap standar ukur yang relevan dan diketahui lebih tinggi nilai
ukurnya. Selanjutnya untuk mengetahui nilai ukur standar yang dipakai, standarnya
juga harus dikalibrasi terhadap standar yang lebih tinggi akurasinya. Dengan demikian
setiap alat ukur dapat ditelusuri (traceable) tingkat akurasinya sampai ke tingkat
standar nasional dan atau standar internasional.
Dari proses kalibrasi dapat menentukan nilai nilai yang berkaitan dengan kinerja‐
alat ukur atau bahan acuan. Hal ini dicapai dengan pembandingkan langsung terhadap
suatu standar ukur atau bahan acuan yang bersertifikat. Output dari kalibrasi adalah
sertifikat kalibrasi dan label atau stiker yang disematkan pada alat yang sudah
dikalibrasi.
Tiga alasan penting, mengapa alat ukur perlu dikalibrasi
1. Memastikan bahwa penunjukan alat tersebut sesuai dengan hasil pengukuran lain
2. Menentukan akurasi penunjukan alat.
3. Mengetahui keandalan alat,yaitu alat ukur dapat dipercaya.
3.4. Manfaat kalibrasi
Dengan kalibrasi suatu alat ukur atau standar ukur, nilai ukurnya dapat
dipantau, sehingga tindakan yang tepat dapat segera diambil bila penyimpangan yang
terjadi sudah diluar batas toleransi yang diijinkan terhadap spesifikasi standarnya.
Penggunaan alat ukur yang masih baik berdasarkan hasil kalibrasi berguna:
22
untuk pengukuran yang baik langsung atau tidak langsung menyangkut
keselamatan.
hasil produk yang cacat atau menyimpang dapat dihindari/ditekan sekecil
mungkin
untuk menjamin bahwa hasil pengukuran yang dilakukan dapat tertelusur ke
standar nasional/internasional.
Untuk menarik manfaat tersebut diatas, semua jenis alat ukur semua besaran perlu
dikalibrasi.
3.5. Interval Kalibrasi dan Sertifikasi
Alat ukur yang dikelola berdasarkan metrologi legal, interval kalibrasi (tera)
ditetapkan secara periodik berdasarkan oleh peraturan perundang undangan (UUML)‐
yang berlaku di Direktorat Metrologi (Deperindag). Untuk alat ukur yang dikelola
berdasarkan metrologi teknis, interval kalibrasi tergantung pada tingkat akurasi, lokasi
penyimpanan dan frekuensi pemakaian. Kalibrasi harus lebih sering dilakukan untuk
alat ukur yang :
tingkat akurasinya lebih rendah
lokasi pemakaian/penyimpanan yang mengakibatkan kondisi alat ukur makin
cepat memburuk.
lebih tinggi frekuensi pemakaiannya.
Setelah proses kalibrasi selesai dilakukan, Sertifikat atau laporan kalibrsi diterbitkan.
3.6. Persiapan kalibrasi
Dalam suatu proses kalibrasi, terdapat enam unsur yang terlibat yaitu:
1. Obyek kalibrasi yang berupa alat ukur
2. Standar ukur
3. Sistem kalibrasi (kalibrator)
23
4. Standar documenter
5. Operator kalibrasi
6. Lingkungan yang terkondisi (ruang ukur)
3.7. Ketertelusuran (traceability)
Kemampuan telusur (traceability) sangat erat kaitannya dengan kegiatan
kalibrasi, yaitu sifat dari alat ukur dan bahan ukur yang dapat menghubungkan ke
standar yang lebih tinggi sampai ke standar nasional dan atau internasional yang
dapat diterima sebagai system pengukuran melalui suatu mata rantai tertentu. Secara
umum semua bahan ukur, alat ukur harus tertelusur ke standar yang lebih tinggi
akurasinya, standar standar yang dipakai sebagi acuan adalah sbb: ‐
Standar Kerja (Working Standard) – merupakan pembanding dari alat-alat ukur
industri berada di Lab.Kalibrasi industri industri‐
Standar Acuan (Reference Standard) – merupakan pembanding dari standar‐
standar kerja dan berada di Pusat pusat Kalibrasi yang terakreditasi (KAN)‐
Standar Nasional (National Standard) – merupakan pembanding dari pusat pusat‐
kalibrasi (JNK). Standar tersebut berada di Puslit KIM LIPI, Serpong.‐
Standar Internasional (International Standard) – merupakan pembanding dari
Institusi Metrologi Nasional (NMI) di masing masing negara yang dikordinasikan‐
secara regional yang berpusat di BIPM, International Intercomparation
3.8. Prosedur Acuan
Prosedur acuan dapat diartikan sebagai prosedur untuk melakukan pengujian,
pengukuran dan analisis yang ditelaah dengan teliti dan dikontrol dengan ketat.
Tujuannya adalah untuk mengkaji prosedur lain untuk pekerjaan yang serupa atau
untuk menentukan sifat sifat bahan acuan (termasuk obyek acuan) atau untuk‐
menentukan suatu nilai acuan. Ketidakpastian dalam hasil kerja suatu prosedur acuan
24
harus diperkirakan dengan memadai dan sesuai untuk penggunaan yang
dimaksudkan. Prosedur acuan dapat digunakan:
1. Memvalidasi pengukuran lain atau prosedur pengujian lain yang digunakan untuk
pekerjaan yang serupa, dan mementukan ketidakpasyiannya.
2. Menentukan nilai acuan sifat sifat dari suatu bahan yang dapat disusun dalam‐
buku panduan atau pangkalan data.atau nilai acuan yang terkandung dalam
bahan acuan atau obyek acuan.
3.9. Standardisasi (Standardisation)
Jaminan untuk kelancaran kerja bagi semua pihak dalam menyatukan
pengertian teknik antar negara yang mempunyai kepentingan bersama. Khususnya
sebagai dasar yang tepat bagi pembuatan komponen dengan sifat mampu tukar
(interchangability).
Dokument standar seperti ISO / IEC bertujuan :
1. Memudahkan perdagangan internasional
2. Memudahkan komunikasi teknis
3. Memberikan petunjuk petunjuk praktis pada persoalan khusus dalam bidang‐
teknologi bagi negara berkembang.
4. INSTRUMENTASI PROSES
4.1 Fungsi instrument
Mengurangi kesalahan manusia
Mempertinggi kualitas hasil
Menurunkan biaya produksi
Cepat dan efisien
25
4.2 Jenis instrument
a. Instrument Ukur
Untuk mengetahui harga (nilai) dari besaran fisik yang diukur dari suatu
proses sedang berjalan. Pengukuran bisa dilakukan secara langsung (panjang,
berat) atau melalui fisis lain seperti pengukuran temperatur dengan thermokopel,
air raksa. Alat ukur bisa berupa alat penunjuk (indicator) transmitter (untuk
disalurkan) atau rekorder (alat pencatat).
b. Instrument pengendali (kontrol)
Untuk mengatur suatu proses sehingga nilai sesuai dengan yang dikehendaki.
Pengendalian kontinyu – feedback control
Pengendalian berurutan – sequencial control
Untuk mengatur urutan dengan waktu tertentu suatu pelaksanaan pekerjaan
(proses) sesuai dengan yang diiginkan.
4.3 Perkembangan Instrument Pengendali (Kontrol)
1. Kontrol Analog
Lokal control
Central kontrol (Kontrol Room)
Satu alat untuk satu pengendali
Butuh alat banyak
Personil banyak
Informasi terbatas.
2. Supervisori Kontrol
Kontrol analog masih digunakan sebagai kontrol utama
Komputer sebagai supervisi dan melakukan akuisisi data (mengambil,
menyiapan, dan menampilkan data)
26
Informasi lebih cepat, akurat dan variatif
Monitoring dapat diterapkan
3. Direct Digital Control (DDC)
Pengukuran dan pengendalian proses dilakukan langsung oleh komputer.
Bisa menanganni banyak loop pengendalian, 1000 loop 2000 loop.‐
Resiko tinggi, semua tergantung kepada alat.
Untuk keamanan pakai back up (redundant komputer)
Sistem stabil tidak ada driff untuk nialai parameter dan set point
Masalah rumit dapat diaplikasikan.
4. DDC terpusat
Komputer terlalu sibuk
Instalasi komplek, banyak saluran kabel
Resiko masih tinggi
Untuk lop banyak, real time menjadi lambat
5. Distributed Control System (DCS)
Mempertahankan keunggulan dan menghilangkan kelemahan system kontrol
terpusat. Mudah dikembangkan (exspand) karena moduler Capability lebih baik
Waktu proses lebih cepat Instalasi cost rendah, wiring sedikit, diganti system
komunikasi Maitein ability bagus, jenis modul sedikit, suku cadang terdiri dari :
Local Control Unit (LCU) atau Field Control Unit (FCU)
Master Control – berfungsi sebagai supervisi.
6. Jenis Lain.
Telemetri – Mengukur Jarak jauh
Telecontrol Mengontrol jarak jauh.‐
SCADA – Supervisory Control and Data Accuisision – RTU – Master.
5. PENGUJIAN
27
Pengujian adalah suatu kegiatan untuk menentukan sifat‐sifat suatu produk, proses
atau jasa, menurut suatu prosedur, metodologi atau persyaratan tertentu.
Pengujian suatu produk peralatan bertujuan untuk mengetahui kondisi peralatan
tersebut cukup baik dan sesuai dengan spesifikasi peralatan yang diminta oleh konsumen
pada saat dikirim oleh produsen pada saat dikirim oleh produsen/kontraktor. Pengujian
biasanya dilakukan pada awal penggunaan peralatan tersebut
Secara umum pengujian suatu produk dapat dibagi menjadi 3 jenis pengujian, yaitu:
Pengujian keandalan (Reliability Test)
Pengujian keamanan (Safety Test)
Pengujian Fungsi ( Fungtion Test)
Pengujian keandalan adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui unjuk kerja
dari sebuah peralatan dalam waktu yang lama. Pengujian keamanan adalah pengujian yang
dilakukan untuk mengetahui bahwa sebuah peralatan cukup aman digunakan bagi
penggunanya dan juga aman bagi peralatan itu sendiri pada tempat dia digunakan.
5.1 Pengujian Fungsi
Pengujian fungsi adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui kerja/fungsi
dari sebuah peralatan sesuai dengan spesifikasinya. Menurut jenis/item uji, pengujian
secara garis besar dibagi menjadi 3 bagian besar:
1. Efek lingkungan ( Enviromental effect)
Pengujian yang dilakukan pada sebuah peralatan dengan
mengkondisikan/mensimulasikan kondisi ruang uji seperti kondisi dimana
peralatan tersebut akan digunakan. Bagian uji efek lingkungan ini antara lain:
Efek temperature
Efek kelembaban
28
Efek tekanan
2. Efek dinamik (Dynamic effect)
Pengujian yang dilakukan pada sebuah peralatan dengan mensimulasikan
kondisi dinamik yang akan dirasakan oleh peralatan tersebut pada saat/atau
sebelum peralatan tersebut digunakan. . Bagian dari uji dinamik antara lain:
Efek getaran (vibrasi)
Efek jatuhan
Efek denyut (shock)
Efek bump
3. Efek kelistrikan (Electricity Effect)
Pengujian yang dilakukan pada sebuah peralatan dengan mensimulasikan
kondisi efek kelistrikan yang dirasakan oleh peralatan tersebut pada saat
digunakan. Bagian dari uji efek kelistrikan antara lain:
Arus denyut
Variabel voltage
On Off‐
Kebocoran arus (Current Leakage)
Efek elektro magnit (Electromagnetic Compatibility)
5.2 Kriteria Alat Uji
Persyaratan alat uji dan alat Bantu uji:
Handal: Alat uji harus dapat dioperasikan dalam waktu yang cukup lama secara
terus menerus tanpa mengalami gangguan dan penurunan kemampuan. Apabila
peralatan uji dikendalikan dengan menggunakan sistem kontrol, maka alat uji
29
tersebut harus mempunyai karakteristik yang baik walaupun dioperasikan dalam
waktu yang cukup lama.
Akurat: penujukkan alat uji harus tepat dan mempunyai kesalahan pembacaan
yang relatif kecil. Akurasi peralatan uji mutlak diperlukan untuk pengukuran point
to point ( melakukan peralatan pada titik titik ukur tertentu) maupun untuk‐
pengukuran terkontrol dan siklus tertentu dengan slope yang dipersyaratkan
(melakukan pengukuran secara kontinyu yang biasanya berupa grafik dengan
karakteristik tertentu). Pembenaran penunjukkan hasil ukur alat uji dapat
diketahuidengan melihat hasil kalibrasi alat uji tersebut. Besarnya kesalahan hasil
ukur alat uji akan menentukan klasifikasi dari alat uji.
Mampu Telusur: Semua peralatan ukur dan uji yan mempengaruhi ketelitian atau
keabsahan pengujian harus dikalibrasi dan/atau dilakukan verifikasi dan keabsahan
peralatan harus didesain dan dilaksanakan sebagai mana mestinya sehingga
menjamin pengukuran yang dilakukan oleh laboratorium kalibrasi yang dapat
ditelusuri ke standar nasional. Atau mengikuti progran uji banding antara
laboratorium atau program uji profesiensi yang sesuai. Standar pembanding
pengukuran yang memiliki laboratorium harus dipakai untuk kalibrasi saja, kecuali
jika dapat dibuktikan bahwa standar pembanding pengukuran wajib dikalibrasi
ulang dan dilakukan oleh instansi yang berwewenang.
30