Pengolahan_Mangga_Kalsel_2

download Pengolahan_Mangga_Kalsel_2

of 11

description

makalah

Transcript of Pengolahan_Mangga_Kalsel_2

  • Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian

    Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian 1331

    PELUANG PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI

    PENGOLAHAN BUAH MANGGA LOKAL

    SPESIFIK KALIMANTAN SELATAN

    Zahirotul Hikmah Hassan1, Danu Ismadi Saderi

    1 dan S.S Antarlina

    2

    1 BalaiPengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan

    2 Balai Penelitian Tanaman Rawa

    ABSTRAK

    Potensi Kalimantan Selatan akan komoditas hortikultura terutama buah-buahan lokal sangat besar.

    Selain terkenal dengan jeruk Siam Banjar, Kalimantan Selatan juga kaya akan komoditas buah

    lokal lain yang potensial untuk dikembangkan, seperti kuini, kasturi, hampalam, dan lain-lain.

    Sayangnya keberadaan buah-buahan tersebut masih belum dimanfaatkan secara optimal, meskipun

    sebenarnya buah-buahan tersebut memiliki kandungan nutrisi yang tinggi terutama vitamin A dan

    vitamin C, serta sangat diminati oleh masyarakat terutama kosumen lokal di Kalimantan Selatan.

    Waktu panen yang bersamaan dengan buah lain sejenis yang telah populer di pasaran, sering

    menyebabkan buah-buahan ini kurang mendapat tempat dalam hal pemasarannya. Akibatnya

    banyak buah-buahan tersebut yang terbuang begitu saja. Oleh karena itu, perlu adanya penanganan

    pascapanen/teknologi pengolahan yang tepat bagi buah-buahan tersebut. Melalui diversifikasi

    pengolahan diharapkan seluruh produksi yang ada termanfaatkan secara optimal sehingga selain

    dapat meningkatkan nilai ekonominya, juga dapat memperpanjang umur simpannya, yang pada

    akhirnya dapat memperluas pemasaran buah-buahan tersebut.

    Kata kunci : buah mangga lokal spesifik Kalimantan Selatan, pengolahan, agroindustri

    ABSTRACT

    South Kalimantan has huge potential in horticulture, especially in its local fruits. Apart from Siam

    Banjar, a well known type of orange, kuini (Mangifera odorata Griff), kasturi (Mangifera casturi

    Delmiana), Hampalam (Mangifera sp.), etc. are among local fruits, which are highly available and

    promising to be developed. In addition, they are rich in nutritional components, mainly vitamin A

    and C. They have been also gaining acceptance in the local markets. Unfortunately, these fruits

    have not been utilized optimally. Due to oversupply during harvest period, these fruits are often

    not consumed or thrown away, especially when their harvest period takes place at the same time as

    that of other popular fruits. Thus, proper postharvest handling, further processing technologies,

    and appropriate management are required to (i) diversify their products, (ii) maximize their added

    value, (iii) extend their shelflife, and (iv) expand their market.

    Key words : South Kalimantan mangoes, processing, agroindustry

    PENDAHULUAN

    Potensi Kalimantan Selatan akan komoditas hortikultura terutama buah-buahan lokal

    sangat besar. Beberapa buah sudah populer di pasaran, namun sebagian yang lain masih kalah

    bersaing. Meskipun Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kalimantan Selatan (2004) hanya

    melaporkan 12 macam buah yang tercatat informasi luas lahan dan produksinya, namun

    sebenarnya masih banyak komoditas buah lain yang dimiliki oleh Kalimantan Selatan.

  • Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian

    Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian 1332

    Buah kuini, kasturi, hampalam, rawa-rawa, dan binjai merupakan beberapa buah spesifik

    Kalimantan Selatan yang termasuk dalam buah kerabat mangga yang merupakan buah langka dan

    kekayaan plasmanutfah yang perlu dilestarikan. Namun, buah-buahan ini masih belum

    dimanfaatkan secara optimal, dimana sebenarnya buah-buahan tersebut memiliki potensi yang

    besar untuk dikembangkan.

    Penanganan pascapanen sebagai salah satu sub sistem dalam rangkaian sistem pertanian

    yang terdiri dari sub sistem usaha sarana produksi, produksi pertanian, teknologi pascapanen,

    agroindustri dan pemasaran, mempunyai kaitan yang erat dan berkesinambungan dengan sub

    sistem yang lain, dan pengembangan agroindustri merupakan salah satu upaya untuk

    meningkatkan nilai tambah produk komoditas pertanian (Sutardi, 1996).

    Suhardjo et al. (2001) menyebutkan bahwa pengolahan hasil-hasil pertanian menjadi

    berbagai produk olahan, seperti tortila jagung, sale pisang, sari buah mangga mampu

    meningkatkan nilai ekonominya. Pada tahun 2003 juga pernah dilakukan pengembangan model

    agroindustri pengolahan puree mangga dan sirsak kualitas ekspor oleh Balai Besar Penelitian dan

    Pengembangan Pascapanen Pertanian. Model tersebut telah berhasil diintroduksikan ke pabrik

    mini yang dibangun atas kerjasama antara Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen

    Pertanian dengan Pemerintah Kabupaten Cirebon (Setyadjit, 2003).

    Ada beberapa alasan yang mendasari mengapa proses pengolahan diperlukan dalam

    penanganan komoditas pertanian termasuk buah-buahan. Buah-buahan merupakan komoditas

    pertanian yang sangat mudah mengalami kerusakan (perishable), sehingga umur simpannya sangat

    singkat (Soedibjo et al., 1989). Proses pengolahan merupakan salah satu cara yang dapat

    mempertahankan buah dari kerusakan mekanis, fisiologis dan mikrobiologis sehingga mampu

    memperpanjang umur simpannya (Broto, 2003). Sebagian buah ada yang bersifat musiman atau

    dengan kata lain tidak berbuah sepanjang masa (Broto, 1994), hal ini menyebabkan pada masa

    musim panen produksi buah menjadi sangat melimpah, sedang pada masa yang lain buah-buahan

    ini sulit ditemukan. Kondisi tersebut di atas menyebabkan rendahnya nilai ekonomi beberapa

    komoditas buah pada musim panen, bahkan terkadang tidak memiliki nilai ekonomi sama sekali.

    Melalui diversifikasi produk penyajian buah akan menjadi lebih bervariasi dan juga dimungkinkan

    untuk mengeliminasi kekurangan yang dimiliki oleh buah, misalnya rasa yang kurang disukai

    apabila dikonsumsi dalam bentuk segar, bentuk fisik yang kurang menarik atau sulit dikonsumsi

    langsung. Namun sebenarnya buah tersebut memiliki keunggulan lain seperti kandungan gizi yang

    tinggi ataupun memiliki potensi manfaat dalam bidang kesehatan. Bahkan kadang-kadang

    mengkonsumsi buah dalam bentuk olahan misalnya dalam bentuk juice akan lebih baik dibanding

    dalam bentuk segar maupun dimasak (Soesilo, 2003).

    Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi sumber daya, kendala dan peluang

    yang ada, dalam rangka mendukung upaya mengembangkan pemanfaatan buah-buahan mangga

    lokal di Kalimantan Selatan.

  • Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian

    Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian 1333

    BAHAN DAN METODE

    Tempat dan Waktu

    Penelitian dilakukan di empat desa yang merupakan daerah sentra produksi buah mangga

    lokal spesifik Kalimantan Selatan, yaitu (i) Desa Anjir Muara, Kabupaten Barito Kuala sebagai

    sentra produksi kuini, (ii) Desa Matraman, Kabupaten Banjar sebagai sentra produksi kasturi, (iii)

    Desa Jam-jam, Kabupaten Hulu Sungai Utara sebagai sentra produksi hampalam dan rawa-rawa,

    dan (iv) Desa Jambu Hilir, Kabupaten Hulu Sungai Selatan sebagai sentra produksi binjai.

    Penelitian dilakukan pada bulan Maret Juni 2005.

    Metode Pengambilan Data

    Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey yang memfokuskan

    pada potensi sumber daya yang dimiliki, kendala yang dihadapi, serta peluang yang mungkin dapat

    dilakukan untuk mendukung upaya mengembangkan pemanfaatan buah-buahan mangga lokal

    spesifik Kalimantan Selatan.

    Metode pengambilan data dilakukan dengan mengadakan PRA (Participatory Rural

    Appraisal) untuk memperoleh informasi secara langsung dari pihak petani. Juga dilakukan

    wawancara terhadap 20 responden/petani pada masing-masing desa. Pemilihan responden

    dilakukan secara acak sederhana. Data/informasi sekunder yaitu sumber kepustakaan, literatur dan

    lain-lain yang diperoleh dari laporan dinas terkait di Kalimantan Selatan, dan lembaga atau

    instansi lain.

    Metode Analisis Data

    Data dan informasi yang terkumpul selanjutnya dianalisis secara deskriptif.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Kuini, kasturi, hampalam, rawa-rawa, dan binjai merupakan buah lokal spesifik

    Kalimantan Selatan yang termasuk dalam genus Mangifera. Buah-buahan ini sangat mudah

    diperoleh terutama pada musim panen. Biasanya para petani menjualnya dipinggir-pinggir jalan,

    sehingga mudah dijangkau oleh konsumen.

    Deskripsi Buah

    Kuini (Mangifera odorata Griff)

    Kuini sebagai salah satu buah lokal sangat digemari oleh masyarakat Kalimantan Selatan.

    Kuini yang terdapat di Kabupaten Barito Kuala ada 2 jenis, yaitu kuini laki dan kuini bini. Bentuk

    buah kuini laki lebih memanjang, warna kuning kulit buah lebih cerah, aroma lebih harum, dan

    serat lebih halus dibanding kuini bini.

  • Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian

    Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian 1334

    Gambar 1. Buah kuini

    Kasturi (Mangifera casturi Delmiana)

    Bentuk buah kasturi lonjong dengan ukuran lebih kecil daripada buah mangga. Warna

    daging buah kuning-orange dengan tekstur buah agak berserat. Yang paling khas dari buah kasturi

    adalah aroma harum yang ditimbulkan oleh buah ini. Buah kasturi paling banyak dijumpai di

    Kabupaten Banjar, terutama di Kecamatan Matraman dan Astambul.

    Gambar 2. Buah kasturi

  • Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian

    Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian 1335

    Hampalam (Mangifera sp.)

    Hampalam mempunyai ukuran buah yang lebih besar daripada kasturi. Warna daging buah

    kuning, sedangkan tekstur buah sama dengan kasturi, yaitu agak berserat. Buah ini paling banyak

    terdapat di daerah Hulu Sungai Utara.

    Gambar 3. Buah hampalam

    Rawa-rawa (Mangifera sp.)

    Sekilas rawa-rawa mempunyai kenampakan yang sangat mirip dengan kasturi, hanya saja

    rawa-rawa tidak menimbulkan aroma harum seperti kasturi. Buah ini banyak dihasilkan di daerah

    Hulu Sungai Utara.

    Gambar 4. Buah rawa-rawa

  • Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian

    Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian 1336

    Binjai (Mangifera caesea Jack ex Wall)

    Ada 2 jenis buah binjai, yaitu binjai manis dan binjai masam. Binjai manis berukuran

    lebih kecil dan kulit buah berwarna kuning kehijauan, sedang binjai masam berukuran lebih besar

    dan warna kulit buah kuning. Kabupaten Hulu Sungai Selatan merupakan sentra produksi buah

    binjai.

    Gambar 5. Buah binjai

    Sifat Fisik Buah

    Identifikasi dan karakterisasi sifat fisik terhadap buah-buahan lokal khas Kalimantan

    Selatan telah dilakukan oleh Wahdah et al, (2003). Secara umum karakter sifat fisik buah kuini,

    kasturi, hampalam, rawa-rawa, dan binjai hampir sama dengan buah mangga. Persamaan ini

    terutama dari segi bentuk buah, warna biji buah, warna daging buah, tekstur kulit dan tekstur

    daging buah. Namun, volume, panjang, lingkar dan bobot buah lebih kecil daripada mangga.

    Bentuk buah-buahan ini pada umumnya adalah bulat lonjong, warna biji buah krim, warna

    daging buah kuning-orange (kecuali binjai putih tulang), tekstur kulit halus, sedang tekstur daging

    buah agak berserat. Sedangkan volume, panjang, lingkar dan bobot masing-masing buah dapat

    dilihat pada Tabel 1.

    Tabel 1. Karakteristik fisik buah kuini, kasturi, hampalam, rawa-rawa, dan binjai.

    Karakter fisik buah Kuini Kasturi Hampalam Rawa-rawa Binjai

    Volume (ml)

    Panjang buah (cm)

    Lingkar buah (cm)

    Bobot per buah (gr)

    404

    13,28

    27,14

    470

    55

    5,82

    4,70

    58,20

    367

    12,30

    22,34

    370

    73

    7,30

    13,84

    76,89

    288

    15,10

    25,94

    311

    Sumber : Wahdah, et al. (2003)

  • Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian

    Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian 1337

    0,00

    0,10

    0,20

    0,30

    0,40

    0,50

    0,60

    Le

    ma

    k (

    %)

    Kui

    ni

    Kas

    turi

    Ham

    pala

    m

    Raw

    a-ra

    wa

    Bin

    jai

    Man

    gga

    Jenis buah

    Kandungan lemak buah

    Lemak

    0,00

    2,00

    4,00

    6,00

    8,00

    10,00

    12,00

    Su

    kro

    sa

    (%

    )

    Kui

    ni

    Kas

    turi

    Ham

    pala

    m

    Raw

    a-ra

    wa

    Bin

    jai

    Man

    gga

    Jenis buah

    Kandungan sukrosa buah

    Sukrosa

    0,00

    0,50

    1,00

    1,50

    2,00

    2,50

    Pro

    tein

    (%

    )

    Kui

    ni

    Kas

    turi

    Ham

    pala

    m

    Raw

    a-ra

    wa

    Bin

    jai

    Man

    gga

    Jenis buah

    Kandungan protein buah

    Protein

    74,00

    76,00

    78,00

    80,00

    82,00

    84,00

    86,00

    88,00

    Ka

    da

    r a

    ir (

    %)

    Kui

    ni

    Kas

    turi

    Ham

    pala

    m

    Raw

    a-ra

    wa

    Bin

    jai

    Man

    gga

    Jenis buah

    Kandungan kadar air buah

    Kadar air

    Komposisi Kimia Buah

    Kandungan gizi pada buah-buahan ini juga telah dilakukan oleh Wahdah et a., (2003). Dari

    hasil analisis kandungan gizi, terlihat bahwa beberapa dari buah ini memiliki kandungan nilai gizi

    yang lebih tinggi dari buah mangga. Hanya kasturi dan rawa-rawa yang memiliki kandungan

    vitamin A yang lebih tinggi dari buah mangga. Sementara itu, kandungan lemak, protein dan

    vitamin C semua buah ini lebih tinggi dari buah mangga. Perbandingan komposisi kimia masing-

    masing buah dengan buah mangga selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 6 - 11.

    Gambar 6. Kandungan sukrosa buah

    Gambar 7. Kandungan lemak buah

    Gambar 8. Kandungan protein buah

    Gambar 9. Kandungan kadar air buah

  • Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian

    Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian 1338

    0,00

    1000,00

    2000,00

    3000,00

    4000,00

    5000,00

    6000,00

    7000,00

    8000,00

    Vit

    am

    in A

    (IU

    )

    Kui

    ni

    Kas

    turi

    Ham

    pala

    m

    Raw

    a-ra

    wa

    Bin

    jai

    Man

    gga

    Jenis buah

    Kandungan vitamin A buah

    Vitamin A

    0,00

    0,20

    0,40

    0,60

    0,80

    1,00

    1,201,40

    1,60

    1,80

    2,00

    Vit

    am

    in C

    (%

    )

    Kui

    ni

    Kas

    turi

    Ham

    pala

    m

    Raw

    a-ra

    wa

    Bin

    jai

    Man

    gga

    Jenis buah

    Kandungan vitamin C buah

    Vitamin C

    Gambar 10. Kandungan vitamin A buah

    Gambar 11. Kandungan vitamin C buah

    Potensi Produksi

    Kuini merupakan salah satu buah mangga lokal yang paling banyak produksinya di

    Kalimantan Selatan. Tanaman kuini pada umumnya ditanam secara turun temurun, tapi kini sudah

    mulai dibudidayakan secara intensif di lahan sawah petani. Tanaman kuini mulai berproduksi

    sekitar umur 5 tahun, dan dapat terus berproduksi sampai sekitar umur 20 tahun. Pada umur awal

    masa berproduksi, tiap pohon dapat menghasilkan sekitar 100-150 buah, sedang pada tanaman

    yang sudah berumur lebih dari 15 tahun, produksinya sekitar 700-1000 buah per pohon. Sentra

    produksi kuini di Kabupaten Barito Kuala ada di 2 kecamatan, yaitu Kecamatan Anjir Muara dan

    Anjir Pasar. Jumlah produksi di kedua kecamatan ini hampir mencapai 40% dari total produksi

    kuini di Kabupaten Barito Kuala.

    Produksi kuini pada tahun 2001-2004 yang dilaporkan Dinas Pertanian dan Peternakan

    Kabupaten Barito Kuala disajikan pada Tabel 2.

    Tabel 2. Produksi kuini di Kabupaten Barito Kuala tahun 2001-2004

    Tahun Luas tanam (Ha) Luas panen (Ha) Produksi (Kw)

    2001 925 156 13.897

    2002 983 475 50.090

    2003 959 445 46.697

    2004 946 446 47.287

    Sumber : Dinas Pertanian dan Peternkan Kabupaten Barito Kuala (2004)

    Kabupaten Banjar merupakan kawasan sentra produksi kasturi di Kalimantan Selatan. Di

    kabupaten ini kasturi banyak dihasilkan di Kecamatan Mataraman, Astambul dan Sungai Pinang.

    Hampir seluruh masyarakat di daerah ini memiliki tanaman ini. Tanaman kasturi yang ada

    sekarang ini adalah tanaman peninggalan dari generasi sebelumnya dan tidak dibudidayakan

    secara khusus. Tanaman kasturi pada umumnya mulai berbuah setelah berumur 20 tahun lebih.

    Tanaman kasturi yang ada sekarang berumur sekitar 50-75 tahun. Produksi kasturi di Kabupaten

    Banjar tahun 2003 dapat dilihat pada Tabel 3.

  • Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian

    Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian 1339

    Tabel 3. Produksi kasturi di Kabupaten Banjar tahun 2003

    No

    Kecamatan

    Jumlah tanaman

    menghasilkan

    (pohon)

    Produksi (kw)

    Produktivitas

    (kw/pohon)

    1.

    2.

    3.

    4.

    Astambul+Mataraman

    Simpang Empat

    Pengaron

    Sungai Pinang

    100

    100

    100

    100

    50

    40

    40

    50

    0,50

    0,40

    0,40

    0,50

    Kabupaten Banjar 400 180 0,45

    Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Banjar (2003)

    Kawasan sentra produksi hampalam dan rawa-rawa ada di Kabupaten Hulu Sungai Utara.

    Tanaman hampalam dan rawa-rawa yang ada di daerah ini sudah berumur ratusan tahun. Sama

    halnya dengan kuini dan kasturi, tanaman hampalam dan rawa-rawa juga merupakan tanaman

    turun-temurun. Masyarakat di daerah ini mengusahakan tanaman hampalam dan rawa-rawa

    dengan cara yang lebih intensif dibanding kasturi. Dinas Pertanian setempat belum berhasil

    mencatat berapa jumlah produksi hampalam dan rawa-rawa. Namun dari hasil identifikasi

    masyarakat, diperkirakan tanaman hampalam yang ada sekarang berjumlah sekitar 12 ribu pohon.

    Pada umur 20 tahun, hampalam mulai berbuah, dengan produksi sekitar 1000 buah per pohon.

    Masih dari hasil identifikasi masyarakat, untuk rawa-rawa, produksinya lebih sedikit dibanding

    hampalam.

    Buah binjai banyak dihasilkan di Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Binjai merupakan

    tanaman buah lokal yang ada secara turun temurun dan tidak dibudidayakan secara khusus. Umur

    tanaman binjai didaerah ini sebagian besar lebih dari 50 tahun. Tanaman binjai sudah mulai

    berproduksi pada umur sekitar 5 tahun, dan produksinya sekitar 2000-3000 buah per pohon,

    bahkan kadang-kadang mencapai 5000 buah per pohon.

    Pemanfaatan

    Hingga saat ini, buah-buahan ini banyak dikonsumsi oleh masyarakat dalam bentuk segar.

    Namun pada musim panen raya, yaitu ketika produksi mencapai peak season, dan karena sifatnya

    yang mudah rusak (perishable), banyak buah-buahan ini yang busuk dan terbuang begitu saja.

    Buah kuini banyak dikonsumsi masyarakat dalam bentuk segar. Namun karena rasa gatal

    pada buah ini, maka kuini kalah bersaing dengan buah-buah lain di pasaran. Petani kuini kini

    sudah mulai mencoba mengolah kuini. Pengolahan yang sudah pernah dilakukan terhadap buah

    kuini yang telah masak adalah diolah menjadi selai, juice dan kolak. Sedang untuk buah yang

    masih mentah biasanya diolah menjadi cacapan/acar.

    Kasturi juga lebih banyak dikonsumsi dalam bentuk segar. Sudah mulai dilakukan usaha

    pengolahan terhadap buah kasturi. Petani biasanya mengolah buah kasturi sisa penjualan menjadi

    selai. Pengolahan dilakukan dengan teknologi yang sangat sederhana, yaitu dengan cara memotong

    buah kasturi kecil-kecil, menambahkannya dengan gula pasir, lalu memasaknya hingga mengental.

  • Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian

    Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian 1340

    Hampalam dan rawa-rawa dikonsumsi oleh masyarakat hanya buah yang sudah masak

    dalam bentuk bentuk segar, yaitu sebagai cacapan. Belum ada bentuk olahan lain yang dilakukan

    terhadap kedua buah ini.

    Buah binjai yang banyak dikonsumsi adalah buah binjai yang masih muda, dan biasanya

    pemanfaatannya untuk cacapan/campuran sambal. Sedangkan pengolahan yang telah ada terhadap

    buah binjai adalah untuk tempoyak, yaitu buah binjai diiris dan dicampur dengan buah durian.

    Nilai Ekonomi Buah

    Dari hasil penelitian diketahui bahwa harga jual buah-buahan ini sangat rendah, bahkan

    terkadang karena nilai yang diperoleh dari penjualan buah lebih rendah dibanding dengan biaya

    yang harus dikeluarkan untuk panen, maka beberapa petani enggan mengusahakan buah-buahan

    ini secara serius.

    Pada musim panen, yaitu pada bulan Agustus-Desember, harga kuini berkisar antara Rp

    400-1.300,- per buah untuk kuini laki, dan berkisar antara Rp 250-700,- per buah untuk kuini bini.

    Buah kasturi yang biasanya panen pada bulan Agustus hingga Oktober, harganya Rp 800,-

    per buah. Namun harga ini tidak berlangsung lama, karena begitu panen raya harga kasturi terus

    menurun hingga Rp 75,- per buah.

    Musim panen hampalam bisa sampai 3 kali dalam setahun, yaitu pada bulan Maret, Juni

    dan November. Harga tertinggi hampalam Rp 1.200,- per buah, sedang harga terendah Rp 100,-

    per buah. Sedang musim panen rawa-rawa sekitar bulan Januari-Maret dengan harga Rp 100,- per

    buah.

    Buah binjai biasanya panen pada sekitar bulan Februari. Harga buah binjai berkisar antara

    Rp 500-1000,- per buah. Diluar musim panen harganya bisa mencapai Rp 5.000,- per buah, tapi

    pada musim panen raya harganya turun hingga Rp 100,- per buah.

    KESIMPULAN

    1. Potensi Kalimantan Selatan terhadap buah-buahan mangga lokal spesifik Kalimantan Selatan

    sangat besar.

    2. Belum ada pemanfaatan untuk produk olahan terhadap buah mangga tersebut.

    3. Tersedianya teknologi pengolahan untuk buah mangga merupakan peluang bagi buah mangga

    lokal Kalimantan Selatan untuk dimanfaatkan sebagai salah satu komoditas pertanian guna

    mendukung pengembangan agroindustri daerah.

  • Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian

    Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian 1341

    DAFTAR PUSTAKA

    Broto, W. 1994. Budidaya dan Pasca Panen Mangga. Pusat Perpustakaan Pertanian dan

    Komunikasi Penelitian, Bogor.

    Broto, W., 2003. Mangga : Budidaya, Pasca Panen dan Tata Niaganya. Agromedia Pustaka.

    Jakarta.

    Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Kalimantan Selatan. 2004. Laporan Tahunan.

    Banjarbaru.

    Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Kalimantan Selatan. 1998. Laporan Tahunan Dinas

    Pertanian Tanaman Pangan Daerah Tingkat I Kalimantan Selatan. Banjarbaru.

    Dinas Pertanian Kabupaten Banjar. 2003. Laporan Tahunan Dinas Pertanian Tanaman Pangan

    Kabupaten Banjar.

    Setyadjit. 2003. Pengembangan Model Agroindustri Pengolahan Puree Mangga dan Sirsak

    Kualitas Ekspor. Balai Besar Pascapanen. Jakarta.

    Soedibyo, M., Roosmani-ABST, dan Purnomo. 1989. Pengolahan dan Pemanfaatan Buah.

    Produksi Mangga di Indonesia eds. Surachmat-Kusumo, Ismiyati, Hendro-Sunarjono, Riati. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Jakarta.

    Soesilo. 2003. Optimalisasi Potensi Permintaan Hortikultura Melalui Program SEHAT dengan

    Sari Buah dan Sayuran Nasional. Buletin Sinar Tani Edisi 19-25 Nopember 2003 No.

    3023 Tahun XXXIV.

    Suhardjo, Yuniarti, Suhardi. 2001. Hasil Pengkajian Teknologi Paska Panen Untuk Mendukung

    Agroindustri. Prosiding Seminar dan Ekspose Hasil Penelitian/ Pengkajian BPTP Jawa

    Timur. BPTP Jawa Timur.

    Sutardi. 1996. Peranan Teknologi Pengolahan Dalam Era Pengembangan Agroindustri. Agritech

    16 (u): 7-13.

    Wahdah, R., C. Nisa, dan B.F. Langai. 2003. Karakterisasi Sifat Fisik Buah dan Kandungan Gizi

    Buah-buahan di Lahan Kering Kalimantan Selatan. Fakultas Pertanian Unlam bekerja

    sama dengan BPTP Kalimantan Selatan, Banjarbaru. 122h.