Pengolahan_Mangga_Kalsel_2
-
Upload
kolonel-netrocyber -
Category
Documents
-
view
71 -
download
4
description
Transcript of Pengolahan_Mangga_Kalsel_2
-
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian 1331
PELUANG PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI
PENGOLAHAN BUAH MANGGA LOKAL
SPESIFIK KALIMANTAN SELATAN
Zahirotul Hikmah Hassan1, Danu Ismadi Saderi
1 dan S.S Antarlina
2
1 BalaiPengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan
2 Balai Penelitian Tanaman Rawa
ABSTRAK
Potensi Kalimantan Selatan akan komoditas hortikultura terutama buah-buahan lokal sangat besar.
Selain terkenal dengan jeruk Siam Banjar, Kalimantan Selatan juga kaya akan komoditas buah
lokal lain yang potensial untuk dikembangkan, seperti kuini, kasturi, hampalam, dan lain-lain.
Sayangnya keberadaan buah-buahan tersebut masih belum dimanfaatkan secara optimal, meskipun
sebenarnya buah-buahan tersebut memiliki kandungan nutrisi yang tinggi terutama vitamin A dan
vitamin C, serta sangat diminati oleh masyarakat terutama kosumen lokal di Kalimantan Selatan.
Waktu panen yang bersamaan dengan buah lain sejenis yang telah populer di pasaran, sering
menyebabkan buah-buahan ini kurang mendapat tempat dalam hal pemasarannya. Akibatnya
banyak buah-buahan tersebut yang terbuang begitu saja. Oleh karena itu, perlu adanya penanganan
pascapanen/teknologi pengolahan yang tepat bagi buah-buahan tersebut. Melalui diversifikasi
pengolahan diharapkan seluruh produksi yang ada termanfaatkan secara optimal sehingga selain
dapat meningkatkan nilai ekonominya, juga dapat memperpanjang umur simpannya, yang pada
akhirnya dapat memperluas pemasaran buah-buahan tersebut.
Kata kunci : buah mangga lokal spesifik Kalimantan Selatan, pengolahan, agroindustri
ABSTRACT
South Kalimantan has huge potential in horticulture, especially in its local fruits. Apart from Siam
Banjar, a well known type of orange, kuini (Mangifera odorata Griff), kasturi (Mangifera casturi
Delmiana), Hampalam (Mangifera sp.), etc. are among local fruits, which are highly available and
promising to be developed. In addition, they are rich in nutritional components, mainly vitamin A
and C. They have been also gaining acceptance in the local markets. Unfortunately, these fruits
have not been utilized optimally. Due to oversupply during harvest period, these fruits are often
not consumed or thrown away, especially when their harvest period takes place at the same time as
that of other popular fruits. Thus, proper postharvest handling, further processing technologies,
and appropriate management are required to (i) diversify their products, (ii) maximize their added
value, (iii) extend their shelflife, and (iv) expand their market.
Key words : South Kalimantan mangoes, processing, agroindustry
PENDAHULUAN
Potensi Kalimantan Selatan akan komoditas hortikultura terutama buah-buahan lokal
sangat besar. Beberapa buah sudah populer di pasaran, namun sebagian yang lain masih kalah
bersaing. Meskipun Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kalimantan Selatan (2004) hanya
melaporkan 12 macam buah yang tercatat informasi luas lahan dan produksinya, namun
sebenarnya masih banyak komoditas buah lain yang dimiliki oleh Kalimantan Selatan.
-
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian 1332
Buah kuini, kasturi, hampalam, rawa-rawa, dan binjai merupakan beberapa buah spesifik
Kalimantan Selatan yang termasuk dalam buah kerabat mangga yang merupakan buah langka dan
kekayaan plasmanutfah yang perlu dilestarikan. Namun, buah-buahan ini masih belum
dimanfaatkan secara optimal, dimana sebenarnya buah-buahan tersebut memiliki potensi yang
besar untuk dikembangkan.
Penanganan pascapanen sebagai salah satu sub sistem dalam rangkaian sistem pertanian
yang terdiri dari sub sistem usaha sarana produksi, produksi pertanian, teknologi pascapanen,
agroindustri dan pemasaran, mempunyai kaitan yang erat dan berkesinambungan dengan sub
sistem yang lain, dan pengembangan agroindustri merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan nilai tambah produk komoditas pertanian (Sutardi, 1996).
Suhardjo et al. (2001) menyebutkan bahwa pengolahan hasil-hasil pertanian menjadi
berbagai produk olahan, seperti tortila jagung, sale pisang, sari buah mangga mampu
meningkatkan nilai ekonominya. Pada tahun 2003 juga pernah dilakukan pengembangan model
agroindustri pengolahan puree mangga dan sirsak kualitas ekspor oleh Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Pascapanen Pertanian. Model tersebut telah berhasil diintroduksikan ke pabrik
mini yang dibangun atas kerjasama antara Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen
Pertanian dengan Pemerintah Kabupaten Cirebon (Setyadjit, 2003).
Ada beberapa alasan yang mendasari mengapa proses pengolahan diperlukan dalam
penanganan komoditas pertanian termasuk buah-buahan. Buah-buahan merupakan komoditas
pertanian yang sangat mudah mengalami kerusakan (perishable), sehingga umur simpannya sangat
singkat (Soedibjo et al., 1989). Proses pengolahan merupakan salah satu cara yang dapat
mempertahankan buah dari kerusakan mekanis, fisiologis dan mikrobiologis sehingga mampu
memperpanjang umur simpannya (Broto, 2003). Sebagian buah ada yang bersifat musiman atau
dengan kata lain tidak berbuah sepanjang masa (Broto, 1994), hal ini menyebabkan pada masa
musim panen produksi buah menjadi sangat melimpah, sedang pada masa yang lain buah-buahan
ini sulit ditemukan. Kondisi tersebut di atas menyebabkan rendahnya nilai ekonomi beberapa
komoditas buah pada musim panen, bahkan terkadang tidak memiliki nilai ekonomi sama sekali.
Melalui diversifikasi produk penyajian buah akan menjadi lebih bervariasi dan juga dimungkinkan
untuk mengeliminasi kekurangan yang dimiliki oleh buah, misalnya rasa yang kurang disukai
apabila dikonsumsi dalam bentuk segar, bentuk fisik yang kurang menarik atau sulit dikonsumsi
langsung. Namun sebenarnya buah tersebut memiliki keunggulan lain seperti kandungan gizi yang
tinggi ataupun memiliki potensi manfaat dalam bidang kesehatan. Bahkan kadang-kadang
mengkonsumsi buah dalam bentuk olahan misalnya dalam bentuk juice akan lebih baik dibanding
dalam bentuk segar maupun dimasak (Soesilo, 2003).
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi sumber daya, kendala dan peluang
yang ada, dalam rangka mendukung upaya mengembangkan pemanfaatan buah-buahan mangga
lokal di Kalimantan Selatan.
-
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian 1333
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian dilakukan di empat desa yang merupakan daerah sentra produksi buah mangga
lokal spesifik Kalimantan Selatan, yaitu (i) Desa Anjir Muara, Kabupaten Barito Kuala sebagai
sentra produksi kuini, (ii) Desa Matraman, Kabupaten Banjar sebagai sentra produksi kasturi, (iii)
Desa Jam-jam, Kabupaten Hulu Sungai Utara sebagai sentra produksi hampalam dan rawa-rawa,
dan (iv) Desa Jambu Hilir, Kabupaten Hulu Sungai Selatan sebagai sentra produksi binjai.
Penelitian dilakukan pada bulan Maret Juni 2005.
Metode Pengambilan Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey yang memfokuskan
pada potensi sumber daya yang dimiliki, kendala yang dihadapi, serta peluang yang mungkin dapat
dilakukan untuk mendukung upaya mengembangkan pemanfaatan buah-buahan mangga lokal
spesifik Kalimantan Selatan.
Metode pengambilan data dilakukan dengan mengadakan PRA (Participatory Rural
Appraisal) untuk memperoleh informasi secara langsung dari pihak petani. Juga dilakukan
wawancara terhadap 20 responden/petani pada masing-masing desa. Pemilihan responden
dilakukan secara acak sederhana. Data/informasi sekunder yaitu sumber kepustakaan, literatur dan
lain-lain yang diperoleh dari laporan dinas terkait di Kalimantan Selatan, dan lembaga atau
instansi lain.
Metode Analisis Data
Data dan informasi yang terkumpul selanjutnya dianalisis secara deskriptif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kuini, kasturi, hampalam, rawa-rawa, dan binjai merupakan buah lokal spesifik
Kalimantan Selatan yang termasuk dalam genus Mangifera. Buah-buahan ini sangat mudah
diperoleh terutama pada musim panen. Biasanya para petani menjualnya dipinggir-pinggir jalan,
sehingga mudah dijangkau oleh konsumen.
Deskripsi Buah
Kuini (Mangifera odorata Griff)
Kuini sebagai salah satu buah lokal sangat digemari oleh masyarakat Kalimantan Selatan.
Kuini yang terdapat di Kabupaten Barito Kuala ada 2 jenis, yaitu kuini laki dan kuini bini. Bentuk
buah kuini laki lebih memanjang, warna kuning kulit buah lebih cerah, aroma lebih harum, dan
serat lebih halus dibanding kuini bini.
-
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian 1334
Gambar 1. Buah kuini
Kasturi (Mangifera casturi Delmiana)
Bentuk buah kasturi lonjong dengan ukuran lebih kecil daripada buah mangga. Warna
daging buah kuning-orange dengan tekstur buah agak berserat. Yang paling khas dari buah kasturi
adalah aroma harum yang ditimbulkan oleh buah ini. Buah kasturi paling banyak dijumpai di
Kabupaten Banjar, terutama di Kecamatan Matraman dan Astambul.
Gambar 2. Buah kasturi
-
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian 1335
Hampalam (Mangifera sp.)
Hampalam mempunyai ukuran buah yang lebih besar daripada kasturi. Warna daging buah
kuning, sedangkan tekstur buah sama dengan kasturi, yaitu agak berserat. Buah ini paling banyak
terdapat di daerah Hulu Sungai Utara.
Gambar 3. Buah hampalam
Rawa-rawa (Mangifera sp.)
Sekilas rawa-rawa mempunyai kenampakan yang sangat mirip dengan kasturi, hanya saja
rawa-rawa tidak menimbulkan aroma harum seperti kasturi. Buah ini banyak dihasilkan di daerah
Hulu Sungai Utara.
Gambar 4. Buah rawa-rawa
-
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian 1336
Binjai (Mangifera caesea Jack ex Wall)
Ada 2 jenis buah binjai, yaitu binjai manis dan binjai masam. Binjai manis berukuran
lebih kecil dan kulit buah berwarna kuning kehijauan, sedang binjai masam berukuran lebih besar
dan warna kulit buah kuning. Kabupaten Hulu Sungai Selatan merupakan sentra produksi buah
binjai.
Gambar 5. Buah binjai
Sifat Fisik Buah
Identifikasi dan karakterisasi sifat fisik terhadap buah-buahan lokal khas Kalimantan
Selatan telah dilakukan oleh Wahdah et al, (2003). Secara umum karakter sifat fisik buah kuini,
kasturi, hampalam, rawa-rawa, dan binjai hampir sama dengan buah mangga. Persamaan ini
terutama dari segi bentuk buah, warna biji buah, warna daging buah, tekstur kulit dan tekstur
daging buah. Namun, volume, panjang, lingkar dan bobot buah lebih kecil daripada mangga.
Bentuk buah-buahan ini pada umumnya adalah bulat lonjong, warna biji buah krim, warna
daging buah kuning-orange (kecuali binjai putih tulang), tekstur kulit halus, sedang tekstur daging
buah agak berserat. Sedangkan volume, panjang, lingkar dan bobot masing-masing buah dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Karakteristik fisik buah kuini, kasturi, hampalam, rawa-rawa, dan binjai.
Karakter fisik buah Kuini Kasturi Hampalam Rawa-rawa Binjai
Volume (ml)
Panjang buah (cm)
Lingkar buah (cm)
Bobot per buah (gr)
404
13,28
27,14
470
55
5,82
4,70
58,20
367
12,30
22,34
370
73
7,30
13,84
76,89
288
15,10
25,94
311
Sumber : Wahdah, et al. (2003)
-
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian 1337
0,00
0,10
0,20
0,30
0,40
0,50
0,60
Le
ma
k (
%)
Kui
ni
Kas
turi
Ham
pala
m
Raw
a-ra
wa
Bin
jai
Man
gga
Jenis buah
Kandungan lemak buah
Lemak
0,00
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
12,00
Su
kro
sa
(%
)
Kui
ni
Kas
turi
Ham
pala
m
Raw
a-ra
wa
Bin
jai
Man
gga
Jenis buah
Kandungan sukrosa buah
Sukrosa
0,00
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
Pro
tein
(%
)
Kui
ni
Kas
turi
Ham
pala
m
Raw
a-ra
wa
Bin
jai
Man
gga
Jenis buah
Kandungan protein buah
Protein
74,00
76,00
78,00
80,00
82,00
84,00
86,00
88,00
Ka
da
r a
ir (
%)
Kui
ni
Kas
turi
Ham
pala
m
Raw
a-ra
wa
Bin
jai
Man
gga
Jenis buah
Kandungan kadar air buah
Kadar air
Komposisi Kimia Buah
Kandungan gizi pada buah-buahan ini juga telah dilakukan oleh Wahdah et a., (2003). Dari
hasil analisis kandungan gizi, terlihat bahwa beberapa dari buah ini memiliki kandungan nilai gizi
yang lebih tinggi dari buah mangga. Hanya kasturi dan rawa-rawa yang memiliki kandungan
vitamin A yang lebih tinggi dari buah mangga. Sementara itu, kandungan lemak, protein dan
vitamin C semua buah ini lebih tinggi dari buah mangga. Perbandingan komposisi kimia masing-
masing buah dengan buah mangga selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 6 - 11.
Gambar 6. Kandungan sukrosa buah
Gambar 7. Kandungan lemak buah
Gambar 8. Kandungan protein buah
Gambar 9. Kandungan kadar air buah
-
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian 1338
0,00
1000,00
2000,00
3000,00
4000,00
5000,00
6000,00
7000,00
8000,00
Vit
am
in A
(IU
)
Kui
ni
Kas
turi
Ham
pala
m
Raw
a-ra
wa
Bin
jai
Man
gga
Jenis buah
Kandungan vitamin A buah
Vitamin A
0,00
0,20
0,40
0,60
0,80
1,00
1,201,40
1,60
1,80
2,00
Vit
am
in C
(%
)
Kui
ni
Kas
turi
Ham
pala
m
Raw
a-ra
wa
Bin
jai
Man
gga
Jenis buah
Kandungan vitamin C buah
Vitamin C
Gambar 10. Kandungan vitamin A buah
Gambar 11. Kandungan vitamin C buah
Potensi Produksi
Kuini merupakan salah satu buah mangga lokal yang paling banyak produksinya di
Kalimantan Selatan. Tanaman kuini pada umumnya ditanam secara turun temurun, tapi kini sudah
mulai dibudidayakan secara intensif di lahan sawah petani. Tanaman kuini mulai berproduksi
sekitar umur 5 tahun, dan dapat terus berproduksi sampai sekitar umur 20 tahun. Pada umur awal
masa berproduksi, tiap pohon dapat menghasilkan sekitar 100-150 buah, sedang pada tanaman
yang sudah berumur lebih dari 15 tahun, produksinya sekitar 700-1000 buah per pohon. Sentra
produksi kuini di Kabupaten Barito Kuala ada di 2 kecamatan, yaitu Kecamatan Anjir Muara dan
Anjir Pasar. Jumlah produksi di kedua kecamatan ini hampir mencapai 40% dari total produksi
kuini di Kabupaten Barito Kuala.
Produksi kuini pada tahun 2001-2004 yang dilaporkan Dinas Pertanian dan Peternakan
Kabupaten Barito Kuala disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Produksi kuini di Kabupaten Barito Kuala tahun 2001-2004
Tahun Luas tanam (Ha) Luas panen (Ha) Produksi (Kw)
2001 925 156 13.897
2002 983 475 50.090
2003 959 445 46.697
2004 946 446 47.287
Sumber : Dinas Pertanian dan Peternkan Kabupaten Barito Kuala (2004)
Kabupaten Banjar merupakan kawasan sentra produksi kasturi di Kalimantan Selatan. Di
kabupaten ini kasturi banyak dihasilkan di Kecamatan Mataraman, Astambul dan Sungai Pinang.
Hampir seluruh masyarakat di daerah ini memiliki tanaman ini. Tanaman kasturi yang ada
sekarang ini adalah tanaman peninggalan dari generasi sebelumnya dan tidak dibudidayakan
secara khusus. Tanaman kasturi pada umumnya mulai berbuah setelah berumur 20 tahun lebih.
Tanaman kasturi yang ada sekarang berumur sekitar 50-75 tahun. Produksi kasturi di Kabupaten
Banjar tahun 2003 dapat dilihat pada Tabel 3.
-
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian 1339
Tabel 3. Produksi kasturi di Kabupaten Banjar tahun 2003
No
Kecamatan
Jumlah tanaman
menghasilkan
(pohon)
Produksi (kw)
Produktivitas
(kw/pohon)
1.
2.
3.
4.
Astambul+Mataraman
Simpang Empat
Pengaron
Sungai Pinang
100
100
100
100
50
40
40
50
0,50
0,40
0,40
0,50
Kabupaten Banjar 400 180 0,45
Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Banjar (2003)
Kawasan sentra produksi hampalam dan rawa-rawa ada di Kabupaten Hulu Sungai Utara.
Tanaman hampalam dan rawa-rawa yang ada di daerah ini sudah berumur ratusan tahun. Sama
halnya dengan kuini dan kasturi, tanaman hampalam dan rawa-rawa juga merupakan tanaman
turun-temurun. Masyarakat di daerah ini mengusahakan tanaman hampalam dan rawa-rawa
dengan cara yang lebih intensif dibanding kasturi. Dinas Pertanian setempat belum berhasil
mencatat berapa jumlah produksi hampalam dan rawa-rawa. Namun dari hasil identifikasi
masyarakat, diperkirakan tanaman hampalam yang ada sekarang berjumlah sekitar 12 ribu pohon.
Pada umur 20 tahun, hampalam mulai berbuah, dengan produksi sekitar 1000 buah per pohon.
Masih dari hasil identifikasi masyarakat, untuk rawa-rawa, produksinya lebih sedikit dibanding
hampalam.
Buah binjai banyak dihasilkan di Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Binjai merupakan
tanaman buah lokal yang ada secara turun temurun dan tidak dibudidayakan secara khusus. Umur
tanaman binjai didaerah ini sebagian besar lebih dari 50 tahun. Tanaman binjai sudah mulai
berproduksi pada umur sekitar 5 tahun, dan produksinya sekitar 2000-3000 buah per pohon,
bahkan kadang-kadang mencapai 5000 buah per pohon.
Pemanfaatan
Hingga saat ini, buah-buahan ini banyak dikonsumsi oleh masyarakat dalam bentuk segar.
Namun pada musim panen raya, yaitu ketika produksi mencapai peak season, dan karena sifatnya
yang mudah rusak (perishable), banyak buah-buahan ini yang busuk dan terbuang begitu saja.
Buah kuini banyak dikonsumsi masyarakat dalam bentuk segar. Namun karena rasa gatal
pada buah ini, maka kuini kalah bersaing dengan buah-buah lain di pasaran. Petani kuini kini
sudah mulai mencoba mengolah kuini. Pengolahan yang sudah pernah dilakukan terhadap buah
kuini yang telah masak adalah diolah menjadi selai, juice dan kolak. Sedang untuk buah yang
masih mentah biasanya diolah menjadi cacapan/acar.
Kasturi juga lebih banyak dikonsumsi dalam bentuk segar. Sudah mulai dilakukan usaha
pengolahan terhadap buah kasturi. Petani biasanya mengolah buah kasturi sisa penjualan menjadi
selai. Pengolahan dilakukan dengan teknologi yang sangat sederhana, yaitu dengan cara memotong
buah kasturi kecil-kecil, menambahkannya dengan gula pasir, lalu memasaknya hingga mengental.
-
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian 1340
Hampalam dan rawa-rawa dikonsumsi oleh masyarakat hanya buah yang sudah masak
dalam bentuk bentuk segar, yaitu sebagai cacapan. Belum ada bentuk olahan lain yang dilakukan
terhadap kedua buah ini.
Buah binjai yang banyak dikonsumsi adalah buah binjai yang masih muda, dan biasanya
pemanfaatannya untuk cacapan/campuran sambal. Sedangkan pengolahan yang telah ada terhadap
buah binjai adalah untuk tempoyak, yaitu buah binjai diiris dan dicampur dengan buah durian.
Nilai Ekonomi Buah
Dari hasil penelitian diketahui bahwa harga jual buah-buahan ini sangat rendah, bahkan
terkadang karena nilai yang diperoleh dari penjualan buah lebih rendah dibanding dengan biaya
yang harus dikeluarkan untuk panen, maka beberapa petani enggan mengusahakan buah-buahan
ini secara serius.
Pada musim panen, yaitu pada bulan Agustus-Desember, harga kuini berkisar antara Rp
400-1.300,- per buah untuk kuini laki, dan berkisar antara Rp 250-700,- per buah untuk kuini bini.
Buah kasturi yang biasanya panen pada bulan Agustus hingga Oktober, harganya Rp 800,-
per buah. Namun harga ini tidak berlangsung lama, karena begitu panen raya harga kasturi terus
menurun hingga Rp 75,- per buah.
Musim panen hampalam bisa sampai 3 kali dalam setahun, yaitu pada bulan Maret, Juni
dan November. Harga tertinggi hampalam Rp 1.200,- per buah, sedang harga terendah Rp 100,-
per buah. Sedang musim panen rawa-rawa sekitar bulan Januari-Maret dengan harga Rp 100,- per
buah.
Buah binjai biasanya panen pada sekitar bulan Februari. Harga buah binjai berkisar antara
Rp 500-1000,- per buah. Diluar musim panen harganya bisa mencapai Rp 5.000,- per buah, tapi
pada musim panen raya harganya turun hingga Rp 100,- per buah.
KESIMPULAN
1. Potensi Kalimantan Selatan terhadap buah-buahan mangga lokal spesifik Kalimantan Selatan
sangat besar.
2. Belum ada pemanfaatan untuk produk olahan terhadap buah mangga tersebut.
3. Tersedianya teknologi pengolahan untuk buah mangga merupakan peluang bagi buah mangga
lokal Kalimantan Selatan untuk dimanfaatkan sebagai salah satu komoditas pertanian guna
mendukung pengembangan agroindustri daerah.
-
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian 1341
DAFTAR PUSTAKA
Broto, W. 1994. Budidaya dan Pasca Panen Mangga. Pusat Perpustakaan Pertanian dan
Komunikasi Penelitian, Bogor.
Broto, W., 2003. Mangga : Budidaya, Pasca Panen dan Tata Niaganya. Agromedia Pustaka.
Jakarta.
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Kalimantan Selatan. 2004. Laporan Tahunan.
Banjarbaru.
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Kalimantan Selatan. 1998. Laporan Tahunan Dinas
Pertanian Tanaman Pangan Daerah Tingkat I Kalimantan Selatan. Banjarbaru.
Dinas Pertanian Kabupaten Banjar. 2003. Laporan Tahunan Dinas Pertanian Tanaman Pangan
Kabupaten Banjar.
Setyadjit. 2003. Pengembangan Model Agroindustri Pengolahan Puree Mangga dan Sirsak
Kualitas Ekspor. Balai Besar Pascapanen. Jakarta.
Soedibyo, M., Roosmani-ABST, dan Purnomo. 1989. Pengolahan dan Pemanfaatan Buah.
Produksi Mangga di Indonesia eds. Surachmat-Kusumo, Ismiyati, Hendro-Sunarjono, Riati. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Jakarta.
Soesilo. 2003. Optimalisasi Potensi Permintaan Hortikultura Melalui Program SEHAT dengan
Sari Buah dan Sayuran Nasional. Buletin Sinar Tani Edisi 19-25 Nopember 2003 No.
3023 Tahun XXXIV.
Suhardjo, Yuniarti, Suhardi. 2001. Hasil Pengkajian Teknologi Paska Panen Untuk Mendukung
Agroindustri. Prosiding Seminar dan Ekspose Hasil Penelitian/ Pengkajian BPTP Jawa
Timur. BPTP Jawa Timur.
Sutardi. 1996. Peranan Teknologi Pengolahan Dalam Era Pengembangan Agroindustri. Agritech
16 (u): 7-13.
Wahdah, R., C. Nisa, dan B.F. Langai. 2003. Karakterisasi Sifat Fisik Buah dan Kandungan Gizi
Buah-buahan di Lahan Kering Kalimantan Selatan. Fakultas Pertanian Unlam bekerja
sama dengan BPTP Kalimantan Selatan, Banjarbaru. 122h.