Pengolahan Citra

download Pengolahan Citra

of 10

description

Pengolahan Citra

Transcript of Pengolahan Citra

  • Jurnal TIF, Vol. 1 No. 2, Desember 2010

    149

    PENGGUNAAN PENGOLAHAN CITRA DIGITAL PADA PEMERIKSAAN PAP

    SMEAR DALAM PENDETEKSIAN KANKER SERVIKS

    Suprapto

    Teknik Informatika Universitas Brawijaya

    ABSTRAK

    Di negara berkembang diperkirakan terdapat 200.000 hingga 300.000 pasien kanker meninggal setiap

    tahunnya karena kanker kanker leher rahim. Deteksi dini melalui Pap Smear merupakan salah satu cara

    untuk mengurangi tingkat morbiditas dan mortalitas karena kanker serviks. Saat ini hasil pemeriksaan tes

    Pap Smear masih diperoleh angka negatif palsu yang berkisar antara 5-50%. Salah satu penyebab

    munculnya negatif palsu yaitu kesalahan dalam interpretasi. Kesalahan yang disebabkan kesalahan

    interpretasi dapat diminimalkan dengan menggunakan bantuan komputer menggunakan program yang

    berbasis pada Medical Imaging (pengolahan dan analisis citra digital untuk aplikasi kedokteran). Tujuan

    Penelitian ini untuk mengimplementasikan pengolahan dan analisis citra digital untuk aplikasi kedokteran

    dalam pemeriksaan Pap Smear. Dengan harapan angka negatif palsu semakin berkurang. Aplikasi medical

    imaging dalam pemeriksaan Pap Smear dilakukan dengan tahapan : membuat antarmuka antara skrining

    hasil Pap Smear sehingga menjadi citra digital, membuat program pengolahan citra, membuat program

    komputer yang dapat memudahkan proses analisis citra sediaan. Dari simulasi dan eksekusi program

    diperoleh data pasien jenis diagnosis yang paling banyak yaitu Radang non spesifik, tidak ditemukan sel

    ganas sebanyak 48 kasus, diikuti dengan diagosa Trichomonas vaginalis infection dengan sel-sel radang

    padat sebanyak 12 kasus. Sedangkan indikasi adanya infeksi karena sel ganas terdapat 8 kasus. Sementara

    untuk kasus-kasus lain nilainya dibawah 8 kasus. Dilihat dari usia, maka usia antara 36 dan 45 terdapat 43

    pasien sedang untuk usia 46 sampai 60 terdapat 33 pasien.

    Kata Kunci : Pap Smear, Pengolahan Citra Digital, kanker seviks.

    ABSTRACT

    In the developing countries be estimated there are 200.000 until 300.000 women die every year

    because cervical cancer. Early detection with Pap Smear is one of the test that can be used to decrease

    morbidity and mortality rate because of cervical cancer. From result of research of Pap Smear test this time,

    there is a point of false negative which range from 5-50%. One of its cause is mistake in interpretation.The

    mistake of interpretation can be minimalize by using softwere based on Medical Imaging (software of digital

    image analysis and processing for the medical application). The ain of this activity is to implementation the

    using of Medical Imaging software in inspection of Pap Smear test. Application of Medical imaging in

    inspection of Pap Smear conducted with some steps : making interface between result of Pap Smear so that

    become digital image, making a software digital image processing, making computer software able to

    facilitate process analysis of medical image. From simulation and execute program is obtained patient data

    diagnosed which at most that is Chafing the non specific and not be found ferocious cell counted 48 cases,

    followed with Trichomonas vaginalis infection diagnosed with cell chafe solid counted 12 cases. While

    indication existence of infection because ferocious cell there are 8 case. For other case value of under 8 case

    Keyword : Pap Smear, Digital Image Processing.

  • Suprapto, Penggunaan Pengolaan Citra Digital pada Pengujian PAP Smear

    150

    PENDAHULUAN

    Sejak lebih dari 60 tahun yang lalu

    Pap Smear telah dilakukan sebagai cara

    dignostik kanker serviks. Di negara maju

    kejadian kanker seviks cenderung menurun

    karena program deteksi dini sudah

    sedemikian meluasnya, sehingga kejadian

    sebelum kanker atau pra kaker sudah dapat

    ditemukan dan ditangani lebih awal,

    sehingga angka kematian kanker seviks

    menurun hingga 50-60%. Di Indonesia

    program tersebut masih belum meluas dan

    baru dapt dinikmati oleh golongan

    masyarakat tertentu. Selain dari segi biaya,

    tenaga yang masih terbatas, serta

    kepedulian petugas kesehatan terhadap

    kanker servix masih jauh dari memadai,

    sehingga deteksi dini masih sulit dilakukan

    dan kebanyakan kasus baru ditemukan

    sudah dalam stadium lanjut dengan

    konsekuensi penanganan/pengobatan

    menjadi lebih sulit dan mahal, dibutuhkan

    sarana dan petugas khusus dan angka

    kesembuhan rendah.

    Beberapa keuntungan bila ditemukan

    pada stadium pra kanker adalah: dapat

    sembuh total, dapat dengan hanya berobat

    jalan, tindakan tidak memerlukan

    ketrampilan tinggi, kemampuan seksual

    tidak banyak dipengaruhi, dan tidak

    memerlukan rehabilitasi yang lama

    (Lestadi, 1998). Kendala Tes Pap Smear

    sekarang adalah tingginya angka negatif

    palsu yang berkisar antara 5-50%, yang

    dapat disebabkan : cara pengambilan yang

    tidak memadai, kesalahan dalam

    pewarnaan, kesalahan skrining dan

    kesalahan interpretasi. Kesalahan diagnosis

    yang disebabkan karena cara pengambilan

    yang tidak memadai, kesalahan dalam

    pewarnaan dan kesalahan skrining dapat

    diatasi dengan pembuatan petunjuk

    prosedur tetap dan pelatihan bagi

    paramedis yang terkait dengan pelaksanaan

    tes Pap Smear. Sedangkan kesalahan yang

    disebabkan kesalahan interpretasi dapat

    diminimalkan dengan menggunakan

    bantuan komputer menggunakan program

    yang berbasis pada Medical Imaging

    (pengolahan dan analisis citra digital untuk

    aplikasi kedokteran).

    Program medical image analysis

    merupakan program pengolahan citra

    digital yang dibuat khusus untuk keperluan

    menganalisis gambar/citra dari sediaan

    yang sedang diamati. Dengan program

    tersebut dapat diatur fokus dari citra, level

    kotras maupun brightness, pembesaran

    gambar, melakukan segmentasi dan

    pengenalan pola yang ada pada citra.

    Dengan segmentasi dan pengenalan pola

    dapat diperoleh jumlah sel yang tampak,

    melihat mutu sel, dan melihat pola sel-sel

    tertentu secara otomatis (Ghassan, 2001).

    Dalam penelitian ini dilakukan

    tahapan aktivitas : membuat antarmuka

    antara skrining hasil Pap Smear sehingga

    menjadi citra digital, membuat program

    pengolahan citranya tidak sekedar

    mendeteksi ketidaknormalan sel, tetapi juga

    mengidentifikasikan ketidak-normalan

    tersebut pada beberapa katagori (misalnya

    sel normal, Radang non spesifik - tidak

    ditemukan sel ganas, Trichomonas vaginalis

    infection, infeksi karena sel ganas, Infeksi

    jamur, inveksi bakteri, infeksi virus HPV

    dan lain sebagainya).

    Ketepatan diagnosis sitologi Tes Pap

    cukup baik untuk mendignosis kelainan

    pada traktus genitalis. Laboratorium

    sitologi berpengalaman mendapat korelasi

    lebih dari 90% dengan hasil histopatologi

    dari biopsy, terutama bila kelainan tersebut

    adalah displasia berat atau karsinoma in

    situ, namun demikin Tes Pap juga

    mempunyai angka kasalahan yang disebut

    dengan negatif palsu yaitu dilaporkan

    negatif tapi sebenarnya positif . Hasil

    negatif palsu berkisar 5-50% yang meliputi

    62% akibat kesalahan pengambilan sample,

    15% akibat kesalahan skrining, dan 23%

    akibat kesalahan interpretasi.

    Kesalahan laboratorium seperti

    dalam pewarnaan sediaan dan dan

    kesalahn skrining serta kesalahn

    interpretasi juga memberikan kontribusi

    hasil negatif palsu yang tinggi. Suatu

    laboratorium sitologi yang baik tidak akan

    memberikan hasil negatif palsu lebih dari

    10%. Laboratorium sitologi dalam

  • Jurnal TIF, Vol. 1 No. 2, Desember 2010

    151

    kaitannya dengan kesalahankesalahan

    tersebut, maka sebaiknya selalu

    memperhatikan pengawasan kualitas antara

    lain dengan melakukan pemeriksaan ulang

    dari 10% hasil sitologi normal baik secara

    manual maupun dengan komputer,

    pendidikan untuk perningkatan kualitas.

    Dengan semakin majunya teknologi

    komputer, maka dengan teknik pengolahan

    citra digital dapat membantu untuk

    mendapatatkan ketepatan diagnosis sitologi

    Tes Pap. Dengan pengolahan citra digital

    gambar hasil tes Pap yang kurang jelas

    dapat diperjelas dengan mengatur level

    kontras dan brightness.

    Untuk dapat mengenali objek-objek yang

    ada dalam suatu citra, maka diperlukan

    beberapa proses analisa citra lebih dahulu.

    Secara umum proses analisa citra/gambar

    ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu :

    1. Low level processing.

    2. Intermediate level processing.

    3. High level processing.

    Low level processing merupakan

    proses yang paling awal dari keseluruhan

    analisa citra. Tujuannya dari proses ini yaitu

    untuk mempermudah pengolahan citra

    pada tahap berikutnya. Yang termasuk

    dalam katagori low level processing yaitu :

    transformasi gambar, perbaikan citra

    menggunakan methoda filtering, proses

    histrogram, restorasi citra dan kompresi

    citra.

    Proses analisa yang kedua yaitu

    intermediate level processing. Pada proses

    mencakup : segmentasi, representasi dan

    diskripsi. Tujuan dari proses intermedate

    level yaitu untuk melakukan ekstraksi citra

    dan membentuk komponen karakteristik

    dari citra.

    Level terakhir dari proses analisa

    gambar yaitu high level processing yang

    terdiri dari dua proses yaitu proses

    pengenalan dan penterjemahan

    MATERI DAN METODOLOGI

    Untuk mengetahui pasien menderita

    kanker serviks atau tidak, maka dilakukan

    pemeriksaan Pap Smear yang diawali

    dengan pengambilan sediaan dan

    pembuatan skrining untuk dilihat melalui

    mikroskop. Mikroskop yang digunakan

    menggunakan mikroskop yang sudah

    terhubung dengan system komputer

    menggunakan video vision, sehingga

    skrining sedian dapat diubah menjadi citra

    digital secara langsung.

    Program aplikasi pengolahan citra

    berbasis kecerdasan syaraf tiruan untuk

    mendeteksi sel kanker serviks berisi

    beberapa tahapan proses:

    (1) Tahapan pengolahan dan perbaikan

    citra yang berisi proses perbaikan level

    kontras dan level brightness citra;

    (2) Tahapan Region Growing dan

    Segmentasi deteksi tepi. Dalam

    tahapan ini dibedakan antara objek

    berupa sel dan bukan sel serta

    membuat pemodelan sel normal dan

    sel abnormal;

    (3) Tahapan ektraksi ciri digunakan untuk

    membedakan jenis sel-sel abnormal;

    (4) Tahapan pembuatan modul software

    untuk analisis citra menggunakan JST

    (jaringan syaraf tiruan);

    (5) Tahapan analisis citra dan

    pembuatan resume bagi pasien;

    Gambar 1. Proses Pengubahan dari Skrining

    Sedian menjadi Citra Digital

    Tahap awal pengolahan dan

    perbaiakn citra dilakukan dengan

    mengkonversi citra berwarna ke citra gray

    scale. Pengubahan citra berwarna ke dalam

    citra gray level dalam hal ini dilakukan

    sebelum proses kontras dan brightness.

    Setelah diubah menjadi gray scale level,

    maka proses kontras dan brightness hanya

    berdasarkan pada 256 tingkat warna.

    Sedangkan jika menggunakan citra

    Mikroskope Komputer via

    Video Vision Citra Digital

  • Suprapto, Penggunaan Pengolaan Citra Digital pada Pengujian PAP Smear

    152

    berwarna 24 bit, maka proses dilakukan

    berdasarkan 16,9 juta warna dan memakan

    waktu yang lebih lama.

    Proses kontras bertujuan untuk

    membuat agar pada citra selisih level warna

    antara objek dengan latar objek menjadi

    lebih jelas. Sehingga warna yang cenderung

    gelap akan dibuat lebih gelap, sedang

    warna yang cenderung terang akan dibuat

    lebih terang (Gonzalez, 2001).

    Proses pengaturan brightness

    bertujuan untuk mengatur pencahayaan

    pada citra. Sehingga untuk penambahan

    level brightness, setiap pixel pada citra

    ditambah dengan nilai tertentu yang

    diinginkan sehingga gambar secara

    keseluruhan menjadi lebih terang.

    Sebaliknya untuk pengurangan level

    brightness menghasilkan citra yang

    cenderung lebih gelap.

    Untuk mengidentifikasi adanya objek

    pada citra tersebut, maka dapat dilakukan

    dengan menggunakan metode region

    growing. Region growing merupakan suatu

    prosedur yang digunakan untuk

    mengelompokan pixel-pixel atau sub-sub

    region menjadi satu region. Pixel-pixel yang

    saling berdekatan dan memiliki kemiripan

    (dalam hal ini intensitas warnanya), maka

    dikelompokan dalam satu region tersendiri

    (Wani, 1999). Tujuan dari region growing

    agar setiap objek dari citra bitmap

    dipisahkan satu sama lain, diketahui

    koordinat posisinya dan setiap objek

    disimpan dalam satu file terpisah.

    Proses deteksi tepi dilakukan untuk

    memperoleh pola tepi dari objek yang ada

    di dalam citra. Deteksi tepi objek nantinya

    digunakan sebagai acuan dalam membuat

    pola signature. Persayaratan yang

    diinginkan dari proses deteksi tepi yaitu

    garis yang menelusuri tepi objek yang tidak

    boleh terputus dan lebar garis yang

    diinginkan yaitu satu pixel. Metoda deteksi

    tepi yang dipilih mengacu pada teknik teori

    Graph, karena pola deteksi tepi yang

    dihasilkan tidak terputus dan berukuran

    satu pixel.

    JST yang digunakan untuk

    mengklasifikasi jenis sel yaitu JST dengan

    model pendekatan probabilistik. Yang

    membedakan antara satu JST dengan JST

    yang lain yaitu bergantung pada paradigma

    pembelajaran jaringannya dalam

    menyesuaikan nilai bobot untuk setiap

    objek pelatihan (Schalkoff, 2000). Algoritma

    PNN mengacu pada metode Bayesian

    dalam pengklasifikasian pola. Suatu

    keputusan dengan metode bayes

    merupakan hasil seleksi dari beberapa

    pilihan kategori yang memiliki kondisi

    risiko terkecil atau minimum.( Li, 1999)

    Gambar 2 memperlihatkan Arsitektur

    JST dengan model pendekatan Probabilistik.

    Dari arsitektur jaringan tersebut terlihat

    bahwa jumlah node pada lapisan hidden

    tergantung pada banyaknya sample pada

    proses pelatihan yang digolongkan pada

    satu kelas objek. Penggolongan tersebut

    dilakukan harus berdasarkan sifat

    kemiripannya. Jika dua sample yang

    kemiripannya sangat jauh dikelompokan

    pada satu kelas, maka menyebabkan

    keluaran menjadi tidak valid (Suprapto

    1999).

    Gambar 2. Arsitektur JST Probabilistik

    Pattern

    /Hidden

    layer

    Input

    Pick The Maximum

    Output

    Output

    Unit

    Input

    Nod

    P

    1

    P

    2

    P

    m

    Q

    1

    Q

    2

    Q

    m

  • Jurnal TIF, Vol. 1 No. 2, Desember 2010

    153

    Secara garis besar JST berbasis

    probabilistik memiliki karakteristik sebagai

    berikut :

    Struktur dasar

    Memiliki tiga lapisan yaitu lapisan input,

    lapisan pola hidden dan lapisan output

    Hubungan satu-satu yang menghu-

    bungkan unit pola dengan contoh

    pelatihan

    Setiap output mewakili satu kelas.

    Inisialisasi bobot

    Vektor berat masukan dari unit pola I

    diinisialisasi ke I pola vektor yang

    dinormalisasi lebih dahulu.

    Vektor bobot masukan dari setiap unit

    keluaran diinisialisasi kedalam vektor

    semuanya satu kali.

    Perhitungan Aktivitas

    Nilai Oj dari unit pola j didefinisikan

    sebagai :

    Nilai Oj dari unit output j didefinisikan

    sebagai :

    i

    i

    jijj OWPm

    O 1

    Nilai berat tidak disesuaikan

    Jika ada contoh baru, maka unit pola

    baru ditambahkan.

    Program aplikasi Pengolahan Citra

    Digital Pada Pemeriksaan Pap Smear untuk

    mendeteksi Kanker Serviks dibuat dengan

    teknik OMT (Object Modeling Technique)

    3. Hasil dan Pembahasan

    Dari 100 sampel terdapat 53 sampel

    yang didiagnosis radang non spesifik, tidak

    ditemukan sel ganas.

    Gambar 3. Citra dengan Diagnosa Radang

    Non Spesifik

    Gambar 4.Hasil Deteksi Tepi Gambar 3.

    Gambar 3 menunjukan citra dengan

    diagnosa radang non spesifik, tidak

    ditemukan sel ganas.

    Hasil proses segmentasi region

    growing, citra biner dan deteksi tepi dari

    Gambar 3. diperoleh pada Gambar 4.

    Terlihat dalam Gambar 4. sel-sel radang

    yang dominant, namun demikian tidak

    ditemukan sel ganas.

    21exp i

    i

    jij XWO

  • Suprapto, Penggunaan Pengolaan Citra Digital pada Pengujian PAP Smear

    154

    Gambar 5. Citra dengan Diagnosa Radang

    Non Spesifik

    Dari 100 sampel terdapat 4 sample

    yang dindikasikan dan didiaknosa infeksi

    jamur. Gambar 6. menunjukan citra dengan

    infeksi jamur. Sedangkan Gambar 7

    menunjukan hasil citra invers dari citra

    pada Gambar 6.

    Gambar 6. Citra dengan Infeksi Jamur

    Gambar 7. Citra Invers dari Gambar 6.

    Setelah proses perbaikan citra pada

    domain low level, maka dilakukan proses

    segmentasi region growing untuk mendeteksi

    objek pada citra objek yang diidetifikasikan,

    kemudian dilakukan proses deteksi tepi dan

    penelusuran tepi dari objek yang nampak

    pada gambar. Hasil proses segmentasi

    region growing, deteksi tepi dan penelusuran

    tepi ditunjukka pada Gambar 8.

    (a)

    Sel Jamur

    Sel Jamur

  • Jurnal TIF, Vol. 1 No. 2, Desember 2010

    155

    (b)

    Gambar 8. a. Hasil Citra Biner dengan

    Thresholding (b). Hasil deteksi tepi

    Setelah dilakukan proses region growing

    dan dilanjutkan dengan citra biner

    menghasilkan citra seperti pada Gambar

    8.a. Sedangkan Gambar 8.b merupakan

    hasil deteksi tepi terhadap objek yang

    terdapat pada citra.

    Gambar 9. Hasil Eksekusi Program dengan

    identifikasi infeksi jamur

    Dari Gambar 8.a. terlihat bentuk dari

    sel jamur yang memanjang. Bentuk ini jauh

    berbeda dengan sel epitel dari leher rahim.

    Kesulitan untuk mengidentifikasi infeksi

    jamur yaitu jika injeksi ini disertai dengan

    sel radang yang cukup rapat.

    Gambar 10. Citra dengan Identifikasi

    Kanker

    (a)

    Sel Kanker

  • Suprapto, Penggunaan Pengolaan Citra Digital pada Pengujian PAP Smear

    156

    (b)

    Gambar 11.(a). Hasil Citra Biner dengan

    Thresholding (b). Hasil Deteksi Tepi Gambar

    10.

    Setelah proses perbaikan citra pada

    domain low level, maka dilakukan proses

    segmentasi region growing untuk

    mendeteksi objek pada citra. Langkah

    berikutnya melakukan proses deteksi tepi

    dan penelusuran tepi dari objek yang

    nampak pada gambar. Hasil proses

    segmentasi region growing, deteksi tepi dan

    penelusuran tepi diperoleh pada Gambar

    11.

    Gambar 12. Hasil Eksekusi Program dengan

    identifikasi Sek Kanker.

    Contoh citra dengan indikasi

    mengandung sel kanker ditunjukan pada

    Gambar 5.4. dari 100 sampel yang

    digunakan terdapat 8 sampel dengan

    indikasi mengandung sel kanker.

    Untuk mendapatkan hasil diagnosa

    yang bagus, maka pengolahan citra yang

    dilakukan harus menggunakan gabungan

    dari proses perbaikan kontras dan

    perbaikan level brightness. Citra yang

    cenderung gelap harus ditambah level

    brightnessnya, sedangkan citra yang

    cenderung terang, maka level brightnessnya

    dikurangi.

    Untuk citra dengan tapilan sel yang

    kurang besar, maka akan menghasilkan

    hasil yang kurang bagus. Proses zooming

    dengan software akan menghasilkan citra

    yang kurang baik. Oleh karena itu

    pembesaran dapat dilakukan secara analog

    pada mikroskop. Rata-rata dengan

    pemakaian pembesaran 400 x akan

    menghasilkan tapil sel yang secara

    langsung dapat dioleh dengan program

    medical image analisis.

    Untuk citra dengan tapilan sel yang

    kurang besar, maka akan menghasilkan

    hasil yang kurang bagus. Proses zooming

    dengan software akan menghasilkan citra

    yang kurang baik jika pembesaran

    dilakukan lebih dari 4 kali. Oleh karena itu

    pembesaran dapat dilakukan secara analog

    pada mikroskop. Rata-rata dengan

    pemakaian pembesaran 400 x akan

    menghasilkan tampilan sel yang secara

    langsung dapat dioleh dengan program

    medical image analisis.

  • Jurnal TIF, Vol. 1 No. 2, Desember 2010

    157

    Tabel 1. Data pasien berdasarkan klasifikasi

    jenis infeksi

    No Katagori Pasien Jumlah

    1 Infeksi jamur dengan sel

    radang yang padat

    4

    2 Atrophic smear dengan

    radang non spesifik.

    8

    3 Coccus infection deng-an

    sel radang padat

    2

    4 Ditemukan sel epitel

    dengan perubahan radang,

    tidak ditemukan sel ganas

    10

    5 Radang non spesifik, tidak

    ditemukan sel ganas

    53

    6 Trichomonas vaginalis

    infection dengan sel-sel

    radang padat

    12

    7 Didapat sel-sel atipik yang

    degenerasi, periksa ulang

    1

    8 Ditemukan sel-sel

    mencurigakan keganasan

    1

    9 Masih ditemukan sel sel

    Ganas Hidup

    8

    10 HPV (Human Papiloma

    Virus), tidak ditemukan sel

    ganas

    1

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Kesimpulan

    1. Dengan menggunakn teknik

    pengolahan citra digital, maka mutu

    dari hasil skrining dapat ditingkatkan,

    sehingga objek sel dapat lebih terlihat

    dengan jelas. Citra menggunakan

    pembesaran 400 menghasilkan tapilan

    sel yang mudah untuk diolah dengan

    program medical image analysis.

    2. Dengan memanfaatkan sistem

    kecerdasan buatan dalam menganalisis

    citra sediaan, maka seorang operator

    sangat terbantu karena penghitungan sel

    secara otomatis dilakukan dengan

    program komputer.

    3. Walaupun program analisis citra

    tersebut sangat membantu dalam

    pemeriksaan citra sedian dari pasiean

    Pap Smear, tetapi kemempuan seorang

    dokter sepesialis patologi anatomi

    sebagai pengambil putusan masih tetap

    diperlukan, karena program yang

    dibuat hanya dapat membedakan sel

    normal dan abnormal.

    4. Dengan memanfaatkan sistem basis

    data, hasil pemeriksaan Pap Smear dapat

    disimpan dalam sistem komputer dan

    sewaktu-waktu dapat dilihat kembali

    dengan mudah jika diperlukan.

    5. Dari data pasien jenis diagnosis yang

    paling banyak yaitu radang non spesifik,

    tidak ditemukan sel ganas sebanyak 48

    kasus, diikuti dengan diagosis

    trichomonas vaginalis infection dengan

    sel-sel radang padat sebanyak 12 kasus.

    Sedangkan indikasi adanya infeksi

    karena sel ganas terdapat 8 kasus dan

    untuk kasus-kasus lain nilainya

    dibawah 8 kasus.

    6. Dilihat dari usia, maka usia antara 36

    dan 45 terdapat 43 pasien sedang usia 46

    sampai 60 terdapat 33 pasien. Sementara

    pasien yang melakukan Pap Smear pada

    usia kurang dari 35 tahun dan lebih dari

    60 tahun berjumlah kurang dari 10

    pasien.

    Saran

    1. Untuk beberapa kasus, pembesaran 400

    belum menghasilkan gambar yang

    baik, terutama untuk mengidentifikasi

    infeksi bakteri tricomonas atau coccus

    2. Untuk mengidentifikasi sel yang

    tertutup sel radang yang padat, harus

    ditambahkan proses segmentasi

    dengan metode yang lebih baik. Hal

    tersebut dilakukan untuk mencegah

    kesalahan identifikasi.

  • Suprapto, Penggunaan Pengolaan Citra Digital pada Pengujian PAP Smear

    158

    DAFTAR PUSTAKA

    Gonzalez, Rafael C., and Woods, Richard E.,

    2001, Digital Image Processing, Addison-

    Wesley Publishing Company, Inc.

    Ghassan Hamarneh, Tim McInerney,

    Deformable Organisms for Automatic

    Medical Image Analysis, IEEE Trans.

    PAMI 13(7) , 2001 page 703-714.

    Lestadi, Julisar, 1998, Penuntun Diagnostik

    Praktis Sitologi Ginekologik Apusan

    PAP, Lab. Patologi Anatomi RSPAD

    Gatot Subroto, Jakarta.

    LiMin Fu, 1999, Neural Network in Computer

    Intelligence, McGraw-Hill Inc., Florida.

    Schalkoff, Robert J., 2000, Pattern

    Recognotion : Statistical, Structural and

    Neural Approaches, Clemson University,

    John Eiley & Sons, Inc.

    Suprapto, 1999, Aplikasi Pengolahan Citra

    Digital berbasis Jaringan Syaraf Tiruan

    Boolean Untuk mengenali Pola Tulisan ,

    Laporan Penelian DPP FT Univ.

    Brawijaya.

    Suprapto, 2002, Perancangan dan

    Pembuatan Sistem Pengenalan Pola

    berbasis Jaringan Syaraf Tiruan

    Probabilistik untuk Mengenali Obejek

    Bergerak , Laporan Penelitian Dosen

    Muda.

    Wani, M.A., and Batchelor, B.G., Edge-

    Region Based Segmentation of Renge

    Image, IEEE Trans. on Pattern Analysis

    and Machine Intelligence., vol. 16, no 3,

    March 1999.