pengobatan tradisional jepang

download pengobatan tradisional jepang

of 3

description

dgsgbg

Transcript of pengobatan tradisional jepang

Pengobatan Tradisional Jepang

Oleh: Mangestuti AgilJAWA POS, Maret 2010

PENGOBATAN tradisional Tiongkok, ayurveda dari India, dan jamu dari Indonesia sudah sering kita dengar. Tapi, belum banyak orang yang mendengar kampo medicine, yaitu pengobatan tradisional Jepang yang sejak abad ke-20 mengalami perubahan konsep agar dapat digunakan secara berdampingan dengan sistem pengobatan modern yang maju pesat.

Praktik integrasi pengobatan modern dan tradisional kampo dilaksanakan di sebuah rumah sakit modern di Jepang, yaitu Toyama Medical and Pharmaceutical University. Integrasi itu berdasar kebijakan pemerintah Jepang untuk melestarikan penggunaan sistem pengobatan tradisional mereka, terutama sejak sistem tersebut diterima di masyarakat.

Saat ini Toyama Medical and Pharmaceutical University sudah punya Departemen Pengobatan Kampo (Department of Japanese-Oriental Medicine), yang rata-rata dikunjungi 90 pasien setiap hari. Secara umum, pasien terbagi ke dalam dua kelompok. Yaitu, penderita penyakit yang sudah tidak ada obat modern yang efektif terhadapnya dan kelompok yang kesulitan menggunakan obat modern.

Rasa tidak enak di daerah dada yang sulit dilacak penyebabnya, penurunan berat badan yang tidak dapat dipastikan penyebabnya, sirosis hati, gagal ginjal kronis, dan kerusakan paru-paru kronis adalah contoh gangguan kesehatan yang sulit dicarikan pengobatan modern yang efektif. Hipersensitivitas dan efek samping obat, gangguan kesehatan yang sangat kompleks sehingga pengobatan untuk satu organ akan mengganggu organ lain, hilangnya kepercayaan terhadap obat modern, serta kelainan yang berhubungan dengan bodi dan spirit adalah contoh gangguan kesehatan yang dialami orang yang kesulitan menggunakan obat modern.

Pada pelayanan kesehatan primer, saat ini kampo medicine memegang peran penting. Selain itu, obat kampo digunakan untuk pengobatan penunjang pada kasus-kasus lifestyle relating diseases, seperti hipertensi, flu, sakit kepala, artritis, neuralgia, asma bronkial, hepatitis kronis, diabetes melitus, dan gangguan ginjal.

Di antara lebih kurang 260.000 dokter di Jepang, hanya 3.500 orang yang punya spesialisasi pengobatan kampo. Mereka yang sudah memiliki keahlian itu memang menggunakan kampo sebagai obat utama pada praktik sehari-hari. Sementara itu, dokter lain hanya menggunakannya dalam situasi yang sangat mendesak, seperti hepatitis kronis.

Sampai saat ini, hanya Toyama Medical and Pharmaceutical University yang memasukkan mata ajaran kampo medicine ke dalam sistem pendidikan mereka. Hal tersebut dipandang perlu, mengingat praktik pengobatan kampo hanya dapat dilakukan secara optimal melalui pemahaman yang sangat dalam terhadap konsep dasarnya.

Dokter yang tidak mendapatkan pelajaran kampo bisa mengambil kursus yang khusus diadakan oleh ahli kampo yang memperoleh pengetahuan itu secara turun-temurun. Praktik pendidikan seperti itu memang berbeda dengan sistem pendidikan kedokteran di Tiongkok dan Korea, di mana pendidikan untuk dokter pengobatan tradisional dan pengobatan Barat diadakan di sekolah yang berbeda. Jadi, di Tiongkok dan Korea dijumpai dokter khusus obat tradisional dan dokter obat modern.

Periode Transisi

Apa yang mendasari sikap pemerintah Jepang untuk mengikutsertakan pengobatan tradisional dalam sistem kesehatan primer? Semua berawal dari Sidang Umum Ke-23 Kongres Kedokteran Jepang (Japan Medical Congress) di Kyoto pada 1991, yang memberikan catatan penting bagi perkembangan pengobatan modern dan Timur di Jepang.

Sidang bertema utama The Transition Period of Medicine itu berusaha membahas keberhasilan penanganan kesehatan, problem baru yang muncul, dan sikap yang harus diambil selanjutnya. Pembahasan mengenai hal tersebut dirasakan perlu setelah keberhasilan dunia kedokteran modern mengatasi penyebaran berbagai jenis penyakit menular yang mengancam jiwa manusia serta penemuan berbagai jenis vaksin.

Ternyata, keberhasilan itu bukan akhir dari segalanya. Sebab, manusia dihadapkan pada masalah kesehatan yang lebih sulit diatasi secara klinis. Misalnya tumor ganas, autoimmune diseases, gangguan atau penyakit pada organ hati yang semakin rumit, penyakit pada saluran napas, dan penyakit pada usia tua. Patologi penyakit itu sedemikian rumit sehingga tidak mudah untuk menemukan satu penyebab saja. Karena itu, cara pengobatan yang diketahui sebelumnya tidak dapat lagi mengatasi masalah.

Keadaan itulah yang melahirkan peran baru dari kampo medicine. Melalui kampo, jiwa dan raga manusia diobati secara bersamaan dengan mempertimbangkan semua faktor subjektif pasien. Seperti filosofi yang dianut kampo, gangguan kesehatan sebenarnya merupakan akibat disharmoni dalam tubuh. Prinsip itu tidak berbeda dengan filosofi pengobatan tradisional Tiongkok, yakni penyakit timbul sebagai akibat terganggunya keseimbangan yin-yang.

Namun, ternyata pengobatan kampo tidak mempunyai metode yang dapat digunakan untuk melakukan deteksi awal kanker atau identifikasi gangguan struktur darah yang memang tidak dapat diuraikan sendiri oleh pasien. Artinya, pengobatan tersebut tidak lengkap. Keadaan itulah yang melahirkan ilmu pengobatan kampo dengan pendekatan baru, yaitu mengombinasikannya dengan sistem pengobatan Barat untuk saling mengisi kekurangan. Konsep itu langsung mendapatkan respons dari Kementerian Pendidikan dan lahirlah kurikulum pendidikan kampo di Toyama.

Pengalaman dan sikap pemerintah Jepang terhadap pengobatan asli mereka hendaknya menjadi referensi bagi negara lain dalam mencapai cita-cita mewujudkan masyarakat sehat jasmaniah dan rohaniah.

*)Dr Mangestuti Agil Apt MS, staf pengajar pada Departemen Farmakognosi dan Fitokimia Fakultas Farmasi Universitas Airlangga

SUMBER: JAWA POS