PENGKAJIAN PUISI INDONESIA

download PENGKAJIAN PUISI INDONESIA

of 5

description

PARAFRASE PUISI "PERSETUJUAN DENGAN BUNG KARNO" KARYA CHAIRIL ANWAR

Transcript of PENGKAJIAN PUISI INDONESIA

TUGAS MATA KULIAH PENGKAJIAN PUISI INDONESIA PARAFRASE PUISI PERSETUJUAN DENGAN BUNG KARNO KARYA CHAIRIL ANWAR

INGEU WIDYATARI HERIANA 180110110055 SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS PADJADJARAN 2012

Persetujuan Dengan Bung KarnoAyo ! Bung Karno kasi tangan mari kita bikin janji Aku sudah cukup lama dengan bicaramu dipanggang diatas apimu, digarami lautmu Dari mulai tgl. 17 Agustus 1945 Aku melangkah ke depan berada rapat di sisimu Aku sekarang api aku sekarang laut Bung Karno ! Kau dan aku satu zat satu urat Di zatmu di zatku kapal-kapal kita berlayar Di uratmu di uratku kapal-kapal kita bertolak & berlabuh 1948 (Chairil Anwar, 1948)

Berikut ini merupakan parafrase puisi Chairil Anwar yang berjudul Persetujuan dengan

Bung Karno yang telah dicairkan menjadi sebuah prosa. Ayo! Bung Karno kasihkan (berikan) tanganmu, mari kita membuat (membikin) perjanjian (kesepakatan). Aku sudah lama menunggu dengan hanya mendengarkan perkataanmu. Dipanggang di atas apimu, digarami lautmu (sudah muak dengan janji-janjimu, semua perkataanmu). Dari mulai kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, aku melangkah ke depan berada rapat disisimu, bersamamu, mengikutimu. Aku sekarang menjadi api dan sekarang aku juga menjadi laut (hanya mengikuti dan menerima keputusanmu dengan pasrah). Bung Karno! Kau dan aku satu zat dan satu urat berasal dari nenek moyang (keturunan, rumpun) yang sama. Di zatmu dan di zatku terasa seperti ada kapal-kapal berlayar, pendirian dan tekadku berkibar seperti layar kapal. Di uratmu dan di uratku seperti ada kapal-kapal bertolak (berserakan, ada yang hendak pergi berlayar, diam, dan ada yang datang) dan berlabuh (macam-macam pikiran, gagasan, keinginan, dan cita-cita namun, menetap atau pada satu tujuan dan ideologi yang sama).

HASIL PARAFRASE PUISI PERSETUJUAN DENGAN BUNG KARNO

Sang pengarang, Chairil Anwar, ingin menyampaikan makna puisi tersebut kepada pembaca mengenai apa yang sedang dirasakaanya pada zaman saat menulis puisinya. Dalam baris pertama, larik yang berbunyi Ayo! Bung Karni kasi tangan mari kita bikin janji, si tokoh secara tegas menyerukan atau mengajak kepada Bung Karno untuk membuat perjanjian, kepastian, atau sebuah kesepakatan karena tokoh aku merasa jenuh menunggu perlakuan dari Bung Karno yang selama ini ngomong doang istilah kasarnya yang biasa digunakan oleh masyarakat Indonesia. Bung Karno hanya mengutarakan keinginannya saja dan mengumbar-umbar harapan untuk menuju kebebasan, dalam hal ini kemerdekaan Republik Indonesia. Hal ini disebabkan sejarah sebelum tahun 1948, saat puisi ini dibuat. Berikut kronologinya. Golongan pemuda menculik Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok, Karawang, yang disebut dengan Peristiwa Rengasdengklok, agar tidak dipengaruhi oleh pihak Jepang. Pada masa itu, PPKI sebagai organisasi bentukan Jepang sangat berpengaruh terhadap kemerdekaan Republik Indonesia, maka golongan pemuda mendesak golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia karena golongan pemuda tidak ingin kemerdekaan Indonesia dirasakan pemberian dari Jepang. Mereka menginginkan kemerdekaan asli hasil dari perjuangan rakyat Indonesia. Pascakemerdekaan, tahun 1948, walaupun sudah merdeka, rakyat Indonesia masih dalam kungkungan kekuasaan penjajah yang belum mengakui dan mematenkan kemerdekaan Indonesia, yaitu Belanda. Hal tersebut dibuktikan dengan penggalan puisi berikut ini.

...

dipanggang diatas apimu, digarami lautmu Dari mulai tgl. 17 Agustus 1945 Aku melangkah ke depan berada rapat di sisimu Aku sekarang api aku sekarang laut ... Tokoh aku dalam puisi sebagai perwakilan rakyat Indonesia hanya mengikuti dan menerima segala keputusan pemerintah pada zaman itu. Pengarang memanfaatkan tokoh aku ingin menyerukan lewat karya sastra kepada pemerintah, Bung Karno sebagai simbol dalam puisi ini bahwa baik pemerintah maupun rakyat harus bersatu, Dalam pendirian dan keinginan rakyat Indonesia tersimpan tujuan untuk maju, berkembang, memiliki semangat yang berkobar bagai api, berkibar bagai layar kapal. Pengarang lewat tokoh aku juga ingin menyampaikan Bung Karno dan dirinya memiliki Ideologi, perasaan, keinginan, harapan, dan tujuan yang sama untuk mengarah pada kemajuan masa depan bangsa yang lebih baik.