Rencana Induk Perkeretaapian Indonesia Pengkajian Pasar

33
Rencana Induk Perkeretaapian Indonesia Pengkajian Pasar Peranan kereta api dalam sistem transportasi di Indonesia

Transcript of Rencana Induk Perkeretaapian Indonesia Pengkajian Pasar

Page 1: Rencana Induk Perkeretaapian Indonesia Pengkajian Pasar

Rencana Induk Perkeretaapian Indonesia

Pengkajian Pasar

Peranan kereta api dalam sistem transportasi di Indonesia

Page 2: Rencana Induk Perkeretaapian Indonesia Pengkajian Pasar

2

Kerangka

Latar belakang• Peran kereta api dalam sistem transportasi• Gambaran performa• Keunggulan kereta api• Dampak kebijakan sektoral

Dampak bagi kajian pasar• Jalur penumpang utama Jawa• Jalur penumpang Jabotabek• Angkutan barang Jawa• Angkutan batubara Sumatra Selatan• Angkutan batubara baru

Page 3: Rencana Induk Perkeretaapian Indonesia Pengkajian Pasar

3

Pendekatan pada Kajian Pasar

Prinsip utama– Harga: tidak mungkin memperkirakan permintaan tanpa

mempertimbangkan harga dan kompetisi– Biaya: tidak mungkin mempertimbangkan harga tanpa

mengetahui biaya– Di sini: biaya ekonomi bukan merupakan biaya finansial.

Karena sudut pandang• Pemerintah • Efisiensi ekonomi

Pertanyaan – Keunggulan kereta api: apa peran kereta api dalam sistem

transportasi– Permintaan atas kereta api dalam pasar transportasi dengan

pertimbangan biaya dan harga

Page 4: Rencana Induk Perkeretaapian Indonesia Pengkajian Pasar

4

Peran kereta api dalam sistem transportasi

2 pendekatan untuk mengidentifikasi peran kereta api

Performa di pasar– Berdasarkan jalur/fungsi bisnis utama

• Berdasarkan pendapatan

– Pertumbuhan penumpang/km dan ton/km

Perbandingan biaya untuk bermacam jalur– Analisis skenario– Biaya ton/km dengan kereta vs. jalan

Page 5: Rencana Induk Perkeretaapian Indonesia Pengkajian Pasar

5

Gambaran PerformaPendapatan PTKA berdasarkan jalur bisnis utama tahun 2008

Page 6: Rencana Induk Perkeretaapian Indonesia Pengkajian Pasar

6

Angkutan penumpang utama Jawapenumpang/km dan pendapatan

Penurunan keseluruhan sebesar 3% penumpang/tahun sejak tahun 2000

– Lalu lintas turun tajam dari awal tahun 2000an tapi mulai membaik sejak tahun 2004

Highlight tahun 2000 - 2008 – eksekutif: + 0.7 % dengan pendapatan dan jarak yang baik– bisnis: - 4.4 % dengan pendapatan lebih rendah – ekonomi: -3.8 % pendapatan rendah ditutup dengan PSO– lokal: + 7.2 % pendapatan rendah ditutup dengan PSO– Kesimpulan: kehilangan pasar – kecuali untuk angkutan lokal

Ini membutuhkan analisis mendalam – penelitian pasar– Kapan titik tertinggi dicapai– Apa dampak deregulasi pada moda yang saling bersaing– Apa dampak kompetisi performa yang agresif– Apa dampak krisis ekonomi– Faktor-faktor lain???

Page 7: Rencana Induk Perkeretaapian Indonesia Pengkajian Pasar

7

Layanan penumpang Jabotabek penumpang/km dan pendapatan

1981 – 2008 : – Secara keseluruhan meningkat 7.1 % penumpang/tahun – Tapi sebesar 2.8 % sejak 2000

Highlight tahun 2000 -2008– ekonomi: sedikit menurun sebesar 0.3 % penumpang/tahun –

pendapatan yang sangat rendah dikompensasi denganPSO– Penurunan dikompensasi dengan dibukanya layanan A/C dan

komersial– Pendapatan lebih baik untuk kereta ekonomi A/C dan komersial– Pendekatan komersial dari PTKA

Segmen pasar Jabotabek juga perlu analisis– Kemungkinan pembedaan layanan yang lebih jauh – pendapatan

lebih tinggi• Komersial Rp 250/penumpang/km dibandingkan Rp

43/penumpang/km untuk ekonomi– Kemungkinan pembentukan pasar baru dalam konteks

pembangunan kereta api sub-urban yang terintegrasi dengan pembangunan wilayah urban

Page 8: Rencana Induk Perkeretaapian Indonesia Pengkajian Pasar

8

Angkutan barang Jawa

Highlight– Angkutan barang Jawa = 8 % dari pendapatan PTKA– Puncak mungkin terjadi tahun 1996: 1,440 ton/km– Sejak tahun 1996: lalu lintas - 2.1 % per tahun– Komposisi lalu lintas sudah sangat berubah– Pendapatan per ton/km: Rp. 254 – Biaya per ton/km: Rp 500 ? Rp 600 ?– Kerugian per ton/km: Rp. 250 ? Rp 350 ?

Pertanyaan: kargo yang punya masa depan– Perlu detail pembiayaan angkutan– Fokus pada layanan yang menguntungkan– Strategi untuk layanan yang tidak menguntungkan

Page 9: Rencana Induk Perkeretaapian Indonesia Pengkajian Pasar

9

Angkutan batubara Sumatra SelatanHighlight

2008: 10.5 juta ton – 4.4% per tahun sejak 1991Angkutan batubara = 27% dari pendapatan PTKABatubara > daripada 91% pendapatan barang di Sumatra SelatanPendapatan Rp/ton/km: Suralaya: 250; Kertapati 313Jarak angkut (km): 409 162

Pertanyaan: mengapa dipisah secara vertikal

Page 10: Rencana Induk Perkeretaapian Indonesia Pengkajian Pasar

10

Jalur batubara baruBeberapa studi dan proposal untuk jalur baruSumatra:

– Tujuan: mengantisipasi kenaikan produksi– Bagian dari rantai logistik baru dari tambang ke titik bongkar

muat kapal– Contoh: jalur baru untuk mengirim batubara Bukit Assam ke

pelabuhan Tanjung Api Api, yang juga membutuhkan konstruksi jembatan di atas Sungai Musi 3 investasi besar!

Kalimantan:– Bagian rantai logistik tambang baru (atau sekelompok tambang

baru) ke titik bongkar muat kapal– Contoh: proposal untuk jalur Kalimantan

Keberhasilan tergantung pada perkiraan pasar batubara dan kemampuan untuk memperoleh perjanjian jual-beli yang kuatTantangan pelaksanaan

– Seluruh elemen rantai logistik harus dibangun– Persetujuan dari bermacam instansi pemerintah pusat dan

daerah

Page 11: Rencana Induk Perkeretaapian Indonesia Pengkajian Pasar

11

Keunggulan kereta api dibandingkan jalanDampak volume dan jarak

•Kereta – total biaya operasional•Angkutan barang Jawa: Rp/t/km ?? •Batubara Sumatra: Rp/t/km ??

•Mengapa biaya di Jawa 2 kali lebih tinggi?

Page 12: Rencana Induk Perkeretaapian Indonesia Pengkajian Pasar

12

Page 13: Rencana Induk Perkeretaapian Indonesia Pengkajian Pasar

13

Kereta api vs. Jalan – dampak volume jarak 500 km - Rp/ton/km

•Analisis skenario – kereta vs. jalan– Jalan berbiaya rendah pada volume rendah– Semakin tinggi volume, biaya unit kereta

menurun

•Kereta: siding ke siding– Kereta api berbiaya lebih rendah dibanding

jalan baru pada volume 5 juta ton

•Kereta: biaya antar-jemput– Jalan tetap lebih murah bahkan pada volume 5

juta ton

Page 14: Rencana Induk Perkeretaapian Indonesia Pengkajian Pasar

14

Page 15: Rencana Induk Perkeretaapian Indonesia Pengkajian Pasar

15

Kereta vs. Jalan – dampak jarak Jarak angkut 250 km - Rp/ton/km

•Analisis skenario– Biaya antar-jemput

• Kereta tidak bisa bersaing dengan jalan pada volume 5 juta ton

•Angkutan barang Jawa – kondisi umum– Jarak angkut 250 km– total volume < 5 juta ton – kargo campuran!– Kebanyakan kargo butuh layanan antar jemput

•Masa depan kereta??– Harus sangat selektif

Page 16: Rencana Induk Perkeretaapian Indonesia Pengkajian Pasar

16

Teori dan kenyataanmengapa kereta mengangkut barang yang akan berbiaya lebih murah jika lewat jalan?

Kombinasi faktor•Tidak ada kutipan infrastruktur

– Kereta dan jalan bersaing berdasarkan biaya operasional mereka

– Biaya infrastruktur kereta yang lebih tinggi tidak tertutup

•Pembiayaan angkutan tidak terperinci– Kereta mungkin tidak menyadari biaya nyata beberapa

angkutannya – pengusahaan multi-produk– Depresiasi historis– Kontribusi pemerintah di masa lalu

•business as usual – warisan masa lalu• Tidak berkelanjutan• Biaya “di atas jalur” mungkin tidak tercukupi

Page 17: Rencana Induk Perkeretaapian Indonesia Pengkajian Pasar

17

Bagaimana memastikan kereta memainkan perannyaMenjalankan fungsi yg paling tepat

•Konteks – ekonomi pasar• Perusahaan swasta untuk moda-moda lain terus

berinovasi dan mengurangi biaya• Penumpang dan pemilik kargo membuat pilihan

•Mudah jika harga/tarif merefleksikan biaya ekonomi• Termasuk biaya eksternal

•Pada akhirnya merupakan isu kebijakan sektoral• Investasi infrastruktur• Kutipan infrastruktur – persaingan yg seimbang• Pengaturan harga/tarif• Peraturan langsung dan tidak langsung untuk semua

moda•Kebijakan yg mempengaruhi pembagian moda

Page 18: Rencana Induk Perkeretaapian Indonesia Pengkajian Pasar

18

Page 19: Rencana Induk Perkeretaapian Indonesia Pengkajian Pasar

19

Page 20: Rencana Induk Perkeretaapian Indonesia Pengkajian Pasar

20

Page 21: Rencana Induk Perkeretaapian Indonesia Pengkajian Pasar

21

Page 22: Rencana Induk Perkeretaapian Indonesia Pengkajian Pasar

22

Layanan komersial penumpang Jawa•Pendekatan untuk memperkirakan permintaan - mikro

– Berdasarkan pasar – layanan – OD– Apa manfaat kompetisi– Harga relatif – kualitas layanan– Ukuran elastisitas– Memahami perubahan permintaan

•Dampak– Peran utama – PTKA/operator kereta– Perlu data biaya yg lebih akurat untuk layanan/unit

bisnis– Perlu koordinasi antara infrastruktur dan operasional– Fokus pada kebutuhan kapasitas di tingkat fasilitas dan

koridor

Page 23: Rencana Induk Perkeretaapian Indonesia Pengkajian Pasar

23

Page 24: Rencana Induk Perkeretaapian Indonesia Pengkajian Pasar

24

Page 25: Rencana Induk Perkeretaapian Indonesia Pengkajian Pasar

25

Layanan penumpang ekonomi JawaPendekatan untuk perkiraan permintaan – mikro

– BUT– Permintaan tergantung pada tarif– Tarif tergantung pada biaya dan subsidi PSO

Dampak– Perlu kesepakatan kuat antara pemerintah dan

PTKA/operator kereta untuk tingkat subsidi (PSO)– Perlu data biaya angkutan berdasarkan layanan/unit

bisnis– Pemerintah/Dephub agar membangun konsep: (i)

populasi target; (ii) tingkat dukungan yang sah; (iii) mekanisme pemberian PSO

– Perlu koordinasi antara infrastruktur dan operasional– Fokus pada kapasitas di tingkat fasilitas & koridor

Page 26: Rencana Induk Perkeretaapian Indonesia Pengkajian Pasar

26

Angkutan barang Jawa

Pendekatan perkiraan permintaan – mikro– Berdasarkan pasar, layanan, dan OD– Pengetahuan tentang: kompetisi, biaya dari pintu-ke-

pintu, kualitas layanan, inisiatif melalui kompetisi– Perubahan lokasi industri

Dampak– Peran utama – PTKA/operator kereta– Perlu data biaya yg akurat berdasarkan layanan/unit

bisnis untuk mendukung keputusan strategi produksi dan penerapan harga

– Perlu koordinasi antara infrastruktur dan operasional kereta

– Fokus pada kebutuhan kapasitas pada tingkat fasilitas dan koridor – kurangi hambatan

Page 27: Rencana Induk Perkeretaapian Indonesia Pengkajian Pasar

27

Layanan penumpang JabotabekKereta komuter sub-urban

•Kebutuhan transportasi metropolis yang efisien• Integrasi sistem multi-moda• Berdasarkan asas saling melengkapi antar moda• Yang dibutuhkan dari pemerintah wilayah metropolitan

• (1) persiapkan rencana transportasi metropolitan yang terkoordinasi; (2) berikan sistem yg terintegrasi; (3) sediakan layanan yg terintegrasi

•Peran kereta komuter Jabotabek dalam transportasi metropolitan

– Sediakan transportasi komuter sub-urban bervolume tinggi

•Isu-isu • Kereta komuter sangat mahal – bagaimana perannya dioptimalisasi• Pengalaman menunjukkan bahwa pendapatan tiket tidak bisa menutup

biaya operasional• Pendanaan harus mendapat tambahan dari pemasukan kota lainnya,

idealnya dari sektor yang mendapat keuntungan dari aglomerasi ekonomi

Page 28: Rencana Induk Perkeretaapian Indonesia Pengkajian Pasar

28

Layanan penumpang JabotabekPendekatan untuk memperkirakan permintaan

• Identifikasi peran kereta komuter dalam keseluruhan sistem transportasi

• Berdasarkan biaya relatif tiap moda• Pendekatan model makro

• Berdasarkan O-D dan sebaiknya dengan pembagian moda• Perencanaan sudah dimulai

• The Study on Integrated Transportation Masterplan for Jabodetabek

• Rekomendasi terperinci untuk investasi & tindakanDampak

– Perlu unit bisnis terpisah untuk operasional kereta Jabotabek – otonomi secara operasional dan finansial

– Klien unit bisnis = instansi perhubungan metropolitan– Fokus kuat pada biaya pengangkutan untuk menyokong tingkat subsidi– Kumpulan dana yang stabil dari bermacam sumber/moda

Page 29: Rencana Induk Perkeretaapian Indonesia Pengkajian Pasar

29

Integrasi tata guna lahan dan perencanaan transportasi

Tujuan Untuk mengembangkan peran kereta api dalam

transportasi metropolitanBagaimana

– Pembangunan urban/sub-urban yg berorientasi pada transport

– Konsep utama: AKSESIBILITAS – Promosi angkutan umum

Dalam praktik (Jabotabek Masterplan Study)– Perbaikan kualitas layanan kereta– Peningkatan koneksi ke stasiun & antarmoda– Pembangunan kawasan pemukiman berkepadatan tinggi

di dekat stasiun-stasiun kereta

Page 30: Rencana Induk Perkeretaapian Indonesia Pengkajian Pasar

30

Concept for railway catchment area

Page 31: Rencana Induk Perkeretaapian Indonesia Pengkajian Pasar

31

Batubara Sumatra Selatan

Pendekatan perkiraan – status quo institusiJangka panjang – hanya ada satu klien utama

• ideal: kontrak jangka panjang• TAPI: kredibilitas komitmen pembelian jangka panjang

oleh perusahaan tambang

Jangka menengah – koordinasi/sinkronisasi• Perencanaan produksi pertambangan• Perencanaan kapasitas transportasi kereta api• Kesepakatan antar 3 pihak atas

• Volume• Prosedur operasional pada titik bongkar muat• Indikator operasional• Pembagian pembiayaan sarana

Page 32: Rencana Induk Perkeretaapian Indonesia Pengkajian Pasar

32

Jalur (batubara) baru di Kalimantan (1)Hambatan pelaksanaan di masa lalu

– Jarak pendek– Kolaborasi antar perusahaan pertambangan untuk volume

minimum– Pembangunan terkoordinasi untuk SELURUH rantai logistik:

tantangan– Kurangnya kerangka hukum dan peraturan untuk pembiayaan

sektor swastaPrinsip

– Bagian integral dari skema pertambangan (ijin pertambangan mencakup transportasi)

– Perusahaan pertambangan sepenuhnya bertanggung jawab untuk• Mengindentifikasi rantai logistik paling murah• Membangun, membiayai, dan mengoperasikan seluruh

elemen rantai logistik– Pemerintah = fasilitator

Page 33: Rencana Induk Perkeretaapian Indonesia Pengkajian Pasar

33

Jalur kereta (batubara) baru (2)

Gambarannya membaik– Volume minimum (5-10 juta ton)

• Pada dasarnya tersedia di Kalimantan• Di Sumatra seandainya ada peningkatan besar pada hasil

di lokasi saat ini

– Kerangka hukum tersedia

Isu-isu/tantangan – Ketersediaan peraturan pelaksana– Kolaborasi untuk komitmen perjanjian pembelian

minimum– Fasilitasi dan koordinasi pemerintah selama tahap

pembangunan• Koordinasi satu atap