Pengikatan Jaminan

24
Oleh: Nurjihad PENGIKATAN JAMINAN & KONSEKUENSI HUKUMNYA Disampaikan Pada Pelatihan Analisa Pembiayaan & Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah BPRS Syariah, 24-25 Oktober 2011.

Transcript of Pengikatan Jaminan

PENGIKATAN JAMINAN & KONSEKUENSI HUKUMNYA

Oleh: NurjihadDisampaikan Pada Pelatihan Analisa Pembiayaan & Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah BPRS Syariah, 24-25 Oktober 2011.

JAMINAN (zekerheid) Sesuatu yang diberikan kepada kreditur untuk menimbulkan keyakinan bahwa debitur akan memenuhi kewajiban yang dapat dinilai dengan uang yang timbul dari suatu perikatan; Segala sesuatu yang diterima kreditur dan diserahkan debitur untuk menjamin suatu hutang piutang dalam masyarakat

Persyaratan Yuridis : Jaminan harus mempunyai wujud nyata (tangiable). Jaminan harus merupakan milik debitor dengan bukti-bukti surat-surat autentiknya. Jika jaminan berupa barang yang dikuasakan, pemiliknya harus ikut menandatangani akad kredit/pembiayaan. Jaminan tidak dalam proses pengadilan. Jaminan bukan sedang dalam keadaan sengketa. Jaminan bukan yang terkena proyek pemerintah.

Persyaratan Ekonomis : Jaminan harus mempunyai nilai ekonomis pasar. Nilai jaminan kredit/ pembiayaan harus lebih besar dari pada pembiayaan. Marketability yaitu jaminan harus mempunyai pasar yang cukup luas atau mudah dijual. Ascertainability of value yaitu jaminan kredit/ pembiayaan yang diajukan oleh debitur harus mempunyai standar harga tertentu (harga pasar). Transferable yaitu jaminan kredit/pembiayaan yang diajukan debitur harus mudah dipindahtangankan baik secara fisik maupun hukum.

Jaminan Yang Baik: Yang dapat secara mudah membantu memperoleh pembiayaan/kredit itu oleh pihak yang memerlukannya. Yang tidak melemahkan potensi (kekuatan) si pencari pembiayaan/kredit untuk melakukan (meneruskan) usahanya. Yang memberikan kepastian kepada si pemberi pembiayaan/kredit, dalam arti bahwa barang jaminan setiap waktu tersedia untuk dieksekusi, yaitu bila perlu dapat mudah diuangkan untuk melunasi hutangnya si penerima (pengambil) fasilitas pembiayaan/kredit.

Menurut Hukum Islam 1. KafalahJaminan yang diberikan oleh kafiil (penanggung) kepada pihak ketiga atas kewajiban/prestasi yang harus ditunaikan pihak kedua (tertanggung). oUnsur-unsurnya: Kafiil (orang yang menjamin), Makful lah (orang yang berpiutang/berhak menerima jaminan), Makful anhu (orang yang berutang/yang dijamin), Madmun bih atau makful bih (hutang/kewajiban yang dijamin), Lafadz ijab qabul,

2. RahnHarta yang dijadikan pemiliknya sebagai jaminan utang. (Maliki) atau menjadikan materi (barang) sebagai jaminan utang, yang dapat dijadikan pembayar utang apabila orang yang berutang tidak bisa membayar utangnya itu. (Syafii) oUnsur-unsurnya: Baligh/mumayis; Shigat (lafal); Al-Marhum bihi (utang); Al-Marhun (barang jaminan);

o Syarat al-Marhun: barang jaminan itu boleh dijual dan nilainya seimbang dengan utang, barang jaminan itu bernilai dan dapat dimanfaatkan, barang jaminan itu jelas dan tertentu, jaminan itu milik sah orang yang berutang, barang jaminan itu tidak terkait dengan hak orang lain, barang jaminan itu merupakan harta yang utuh, tidak bertebaran dalam beberapa tempat, dan barang jaminan itu boleh diserahkan baik materinya maupun manfaatnya.

Menurut Hukum PositifSecara Umum Jaminan terbagi atas: 1. Jaminan Perorangan (persoolijke zekerheid) Perjanjian antara seseorang berpiutang (kreditur) dng pihak ketiga yang menjamin dipenuhinya kewajiban pihak si berutang (debitur), dengan atau tanpa sepengetahuan pihak si berutang. Termasuk jaminan perorangan ini: Penanggung (borg) adalah orang lain yang dapat ditagih; Tanggung menanggung; Perjanjian garansi.

Dalam jaminan perorangan tidak ada benda tertentu yang diikat dalam jaminan, sehingga tidak jelas benda apa dan yang mana milik pihak ketiga yang dapat dijadikan jaminan apabila debitur ingkar janji, dengan demikian para kreditur pemegang hak jaminan perseorangan hanya berkedudukan sebagai kreditur konkuren saja.Apabila terjadi kepailitan pada debitur maupun penjamin (pihak ketiga), akan berlaku ketentuan jaminan secara umum yang tertera dalam Pasal 1131 dan 1132 KUH Perdata

1131 KUHPer Segala kebendaan si berutang, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada di kemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatan perseorangan.

1132 KUHPer Kebendaan tersebut menjadi jaminan bersama-sama bagi semua orang yang mengutangkan padanya, pendapatan penjualan benda-benda itu dibagi-bagi menurut keseimbangan, yaitu besar kecilnya piutang masing-masing, kecuali apabila di antara para berpiutang itu ada alasan-alasan yang sah untuk didahulukan.

Penanggungan hutang (Borgtoght) Pasal 1820 KUH Perdo Suatu perjanjian dengan mana seorang pihak ketiga guna kepentingan si berhutang mengikatkan diri untuk memenuhi perikatan si berhutang mana kala orang tersebut tidak memenuhinya. o Jenis borgtocht al: Personal guaranty atau jaminan perorangan, yaitu jika yang ditunjuk sebagai penjamin atau penanggung adalah orang perorangan; Corporate guaranty, yaitu jika yang ditunjuk sebagai penjamin berbentuk perusahaan misalnya Perseroan Terbatas (PT), koperasi atau badan usaha lain.

o Sifat borgtocht : Bersifat accessoir artinya jaminan borgtocht bukan hak yang berdiri sendiri tetapi lahirnya, keberadaannya, atau hapusnya tergantung dari perjanjian pokoknya yaitu perjanjian kredit atau perjanjian hutang; tidak memberikan hak preferent (diutamakan); Besarnya penjaminan atau penanggungan tidak melebihi atau syarat-syarat yang lebih berat dari perikatan pokok; Penjamin memiliki hak-hak istimewa dan tangkisantangkisan. Seorang penjamin adalah cadangan yang mana penjamin baru membayar hutang debitur jika debitur tidak memiliki kemampuan lagi.

Perjanjian Garansi/indemnity (Surety Ship) Pasal 1316 KUH Perdata

Diperbolehkan untuk menanggung atau menjamin seorang pihak ketiga, dengan menjanjikan bahwa orang ini akan berbuat sesuatu, dengan tidak mengurangi tuntutan pembayaran ganti rugi terhadap siapa yang telah menanggung pihak ketiga itu atau yang telah berjanji, untuk menyuruh pihak ketiga tersebut menguatkan sesuatu jika pihak ini menolak memenuhi perikatannya.

2. Jaminan Kebendaan (zakelijke zekerheid) Perjanjian pengikatan barang sebagai jaminan utang. jaminan yang berupa hak mutlak atas sesuatu benda dengan ciri-ciri mempunyai hubungan langsung dengan benda tertentu dari debitur atau pihak ketiga sebagai penjamin, dapat dipertahankan terhadap siapapun, selalu mengikuti bendanya dan dapat diperalihkan. Jaminan kebendaan ini selain dapat diadakan antara kreditur dengan debiturnya juga dapat diadakan antara kreditur dengan pihak ketiga yang menjamin dipenuhinya kewajiban si berutang (debitur) sehingga hak kebendaan ini memberikan kekuasaan yang langsung terhadap bendanya.

Ada dua pertimbangan yang setidaknya menjadi prasyarat utama untuk sesuatu benda dapat diterima sebagai jaminan, yaitu : 1.SECURED artinya benda jaminan kredit/pembiayaan dapat diadakan pengikatan secara yuridis formal, sesuai dengan ketentuan hukum dan perundang-undangan. Jika di kemudian hari terjadi wanprestasi dari debitur, maka bank memiliki kekuatan yuridis untuk melakukan tindakan eksekusi. 2.MARKETABLE artinya benda jaminan tersebut bila hendak dieksekusi dapat segera dijual atau diuangkan untuk melunasi seluruh kewajiban debitur

Pasal 1 angka 26 UU Nomor 21 Tahun 2008

Agunan adalah jaminan tambahan, baik berupa benda bergerak maupun benda tidak bergerak yang diserahkan oleh pemilik Agunan kepada Bank Syariah dan/atau UUS, guna menjamin pelunasan kewajiban Nasabah Penerima Fasilitas.

Yang termasuk dalam jaminan kebendaan adalah : 1.Hipotik 2.Gadai 3.Hak tanggungan 4.Jaminan fidusia

HipotikDigunakan untuk jaminan kebendaan yang objek jaminannya adalah benda tidak bergerak selain tanah.Hipotik ini diatur dalam Pasal 1162 - 1178 KUHPerdata.

GADAIPasal 1150-1160 KUHPerdatao Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang berutang atau oleh orang lain atas namanya, dan yang memberikan kekuasaan kepada si berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan dari pada orang-orang berpiutang lainnya; Tahapan pembebanan gadai: 1. pembuatan perjanjian pokok berupa perjanjian kredit atau perjanjian utang; 2. Jaminan gadai dituangkan dalam akta gadai yang ditandatangani oleh kreditur sebagai penerima gadai dengan debitur sebagai pemberi atau pihak ketiga (bukan debitur) sebagai pemberi gadai. 3. penarikan benda yang digadaikan harus dari kekuasaan pemberi gadai/debitur dan kemudian benda yang digadaikan berada dalam kekuasaan kreditur sebagai pemegang/penerima gadai.

o

HAK TANGGUNGANUU NO.4 TAHUN 1996adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditor tertentu terhadap kreditor lain;

oTahapan pembebanan hak tanggungan: 1. pembuatan perjanjian pokok berupa perjanjian kredit atau perjanjian hutang; 2. pembuatan Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) oleh PPAT ditandatangani oleh kreditur dan debitur Hak Tanggungan; 3. pendaftaran APHT ke Kantor Pertanahan setempat.

JAMINAN FIDUSIAUU NO.42 TAHUN 1999 o Adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda. o Jaminan fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan yang tetap berada dalam penguasaan pemberi fidusia, sebagai acuan bagi pelunasan utang tertentu yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada penerima fidusia terhadap kreditur lainnya;

o Obyek atau benda yang dapat dibebani jaminan fidusia al: Benda bergerak berwujud, contohnya: kendaraan bermotor seperti mobil, bus, truck, sepeda motor; Barang bergerak tidak berwujud, contohnya: wesel; sertifikat deposito; saham; obligasi; deposito berjangka; Hasil dari benda yang menjadi obyek jaminan; Klaim asuransi dalam hal benda yang menjadi obyek jaminan fidusia diasuransikan; Benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan yaitu hak milik satuan rumah susun di atas tanah hak pakai atas tanah negara dan bangunan rumah yang dibangun di atas tanah orang lain; Benda-benda termasuk piutang yang telah ada pada saat jaminan diberikan maupun piutang yang diperoleh kemudian hari.

Peraturan Bank Indonesia No.8/24/PBI/2006Pasal 19 tentang penilaian agunan, mengakui dan menerima tanah tidak bersertifikat menjadi barang jaminan. Dalam pasal 20 disebutkan, untuk agunan berupa tanah, gedung, dan rumah tinggal, nilai agunan yang dapat diperhitungkan paling tinggi sebesar: a.80% dari nilai tanggungan untuk agunan berupa tanah bangunan dan rumah bersertifikat yang diikat dengan hak tanggungan; b.60% dari Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) untuk agunan berupa tanah, bangunan, dan rumah bersertifikat, hak pakai, tanpa hak tanggungan; c.50% dari Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) untuk agunan berupa tanah berdasarkan kepemilikan surat girik (letter C) dilampiri Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) selama 6 bulan.