penghindaran pajak berganda

10
PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA DISUSUN OLEH : TASYA MEIVINA V 135030400111040 NUR AZIZAH 135030400111048 LUIS NAUFAL R 135030400111051 KEVIN ATHAR P.P 135030400111062 ANDHIKA DEBY H 135030400111084 TIKANTARA HENNYSETIYANA 135030401111016 CANTISSA ALKHADIANY 135030401111091 PROGRAM STUDI S1 PERPAJAKAN FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

description

perpajakan

Transcript of penghindaran pajak berganda

Page 1: penghindaran pajak berganda

PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA

DISUSUN OLEH :

TASYA MEIVINA V 135030400111040

NUR AZIZAH 135030400111048

LUIS NAUFAL R 135030400111051

KEVIN ATHAR P.P 135030400111062

ANDHIKA DEBY H 135030400111084

TIKANTARA HENNYSETIYANA 135030401111016

CANTISSA ALKHADIANY 135030401111091

PROGRAM STUDI S1 PERPAJAKAN

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2015

Page 2: penghindaran pajak berganda

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

UU PPh mengatur, bahwa penghasilan yang diterima atau diperoleh wajib pajak

dalam negeri, dikenakan pajak menggunakan prinsip world wide income, yaitu pajak

penghasilan di Indonesia, baik atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dari

Indonesia maupun dari luar Indonesia. Konsekuensi dari ketentuan ini akan

menimbulkan dampak pajak berganda internasional, apabila wajib pajak dalam negeri

Indonesia menerima penghasilan dari luar negeri. Sedangkan di luar negeri, wajib pajak

tersebut juga telah dikenakan pajak sesuai ketentuan pajak di negara tempat

penghasilan tersebut diperoleh.

Untuk mengatasi dampak pajak berganda tersebut, negara-negara di dunia

membuat metode penghindaran pajak berganda internasional secara unilateral. Metode

penghindaran pajak berganda ini dituangkan dalam aturan domestik negara tersebut.

Berdasarkan uraian ini kami akan membahas mengenai metode penghindaran pajak

berganda.

1.2. Rumusan masalah

1. Penghindaran pajak berganda internasional secara unilateral

2. Kredit pajak pph pasal 24

1.3. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui dan memahami pengindaran pajak berganda internasional secara

unilateral

2. Untuk mengetahui dan memahami kredit pajak pph pasal 24

Page 3: penghindaran pajak berganda

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Penghindaran Pajak Berganda Internasional Secara Unilateral

1. Metode Pembebasan atau Pengecualian

Metode pembebasan (exemption) atau pengecualian (exclusion), berupaya untuk

sepenuhnya mengeliminasi pajak berganda internasional. Dalam metode pembebasan

dan pengucualian, suatu negara melepaskan hak pemajakan atas suatu penghasilan

karena sudah dipajaki oleh negara lain. Dengan kata lain, suatu negara akan mengakui

hak pemajakan secara ekslusif di negara lainnya. Metode pembebasan ini dapat

dilakukan menggunakan pendekatan-pendekatan berikut ini.

Pembebasan subjek (subject exemption)

Pembebasan objek (object exemption)

Pembebasan pajak (tax exemption)

a. Pembebasan subjek (subject exemption)

Pembebasan subjek (subject exemption) umumnya diberlakukan terhadap

anggota perwakilan diplomatik, konsulat, dan organisasi internasional. Sesuai

kelaziman internasional, para duta besar, anggota perwakilan diplomatik, dan konsulat

hanya akan dipajaki dinegara domisili. Pembebasan ini biasanya dengan

mempertimbangkan asas timbal balik (reprositas).

b. Pembebasan objek (object exemption)

Pembebasan objek (object exemption) dikenal dengan istilah full exemption

atau exemption without progression). Dalam metode ini, penghasilan luar negeri

dikeluarkan dari basis pemajakan atas wajib pajak dalam negeri di suatu negara.

c. Pembebasan pajak (tax exemption)

Metode pembebasan pajak (tax exemption) dikenal dengan istilah (exemption

with progression). Dalam metode ini, pada prinsipnya penghasilan luar negeri tetap

dibebaskan dari pengenaan pajak domestik. Namun, untuk keperluan penghitungan

pajak dan penerapan tarif pajak, maka pengaruh penghasilan luar negeri terhadap

pengenaan pajak atas penghasilan global dipertahankan.

Kelemahan :

Page 4: penghindaran pajak berganda

1. Apabila negara residen atau kependudukan memperlakukan tarif

sepadan (proporsional atau flat) , maka pengaruh prorgresi adalah

nihil.

Kelebihan

1. Progresi akan menguntungkan wajib pajak apabila penghasilan luar negri negatif

(rugi), karena kerugian tersebut dapat merupakan pengurang basis penghitungan pajak

atas penghasilan global.

2. Metode kredit pajak (full tax credit methode)

Metode kredit pajak terdiri atas beberapa metode yaitu sebagai berikut.

Metode kredit penuh ( full tax credit method)

Metode kredur biasa (ordinary atau normal credit method)

a. Metode kredit penuh

Metode kredit penuh (full tax credit method) mengurangkan pajak yang

terutang atau dibayar di luar negeri sepenuhnya terhadap pajak negeri yang dikenakan

terhadap penghasilan tersebut.

b. Metode kredit pajak biasa (ordinary atau normal credit)

Memberikan keringanan pajak berganda internasional, berupa pengurangan

pajak luar negeri atas pajak domestik yang dialokasikan pada penghasilan luar negeri

dengan batasan jumlah yang terendah, antara pajak domestik yang dialokasikan

kepada penghasilan luar negeri dan pajak yang sebenarnya dibayar di luar negeri.

2.2 Kredit Pajak PPh Pasal 24

Berdasarkan ketentuan pasal 24 ayat (1) UU PPh, maka pajak penghasilan

yang dibayar atau terutang di luar negeri atas penghasilan tersebut dapat dikreditkan

terhadap pajak penghasilan yang terutang di Indonesia. Pengkreditan pajak

penghasilan dari luar negeri dilakukan dalam tahun pajak, yaitu dengan

menggabungkan penghasilan dari luar negeri tersebut dengan penghasilan di

Indonesia.

Pajak atas penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang dapat

dikreditkan terhadap pajak yang terutang di Indonesia hanyalah pajak yang langsung

dikenakan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh wajib pajak.

Page 5: penghindaran pajak berganda

Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam penghituungan kredit pajak luar

negeri adalah perihal penentuan sumber penghasilan, karena bisa jadi sudut pandang

masing-masing negara berbeda-beda dalam melihat sumber penghasilan.

Dalam menghitung batas jumlah pajak yang boleh dikreditkan, sumber

penghasilan menurut pasal 24 ayat (3) UU PPh ditentukan sebagai berikut.

a. Penghasilan dari saham dan sekuritas lainnya serta keuntungan dari pengalihan

saham dan sekuritas lainnya adalah negara tempat badan yang menerbitkan saham

atau sekuritas tersebut didirikan atau bertempatkedudukan.

b. Penghasilan berupa bunga, royalti, dan sewa sehubungan dengan penggunaan harta

gerak adalah negara tempat pihak yang membayar atau dibebani bunga, royalti, atau

sewa tersebut bertempatkedudukan atau berada.

c. Penghasilan berupa sewa sehubungan dengan penggunaan harta tidak bergerak

adalah negara tempat harta tersebut terletak.

d. Penghasilan berupa imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan adalah

negara tempat pihak yang membayar atau dibebani imbalan tersebut

bertempatkedudukan atau berada.

e. Penghasilan bentuk usaha tetap adalah negara tempat bentuk usaha tetap tersebut

menjalankan usaha atau melakukan kegiatan.

f. Penghasilan dari pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan atau tanda turut

serta dalam pembiayaan atau permodalan dalam perusahaan pertambangan adalah

negara tempat lokasi penambangan berada.

g. Keuntungan karena pengalihan harta tetap adalah negara tempat harta tetap berada.

h. Keuntungan karena pengalihan harta yang menjadi bagian dari suatu bentuk usaha

tetap adalah negara tempat bentuk usaha tetap berada.

Pasal 24 ayat (2) UU PPh mengatur, bahwa besarnya kredit pajak luar negeri

adalah sebesar pajak penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri tetapi tidak

boleh melebihi penghitungan pajak yang terutang berdasarkan UU PPh. Ketentuan ini

dimaksudkan untuk memberikan perlakuan pemajakan yang sama, antara penghasilan

yang diterima atau diperoleh dari luar negeri dan penghasilan yang diterima atau

diperoleh di Indonesia,

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 164/KMK.03/2002 jumlah

kredit pajak tersebut paling tinggi adalah sama dengan jumlah pajak yang dibayar atau

terutang di luar negeri, tetapi tidak boleh melebihi jumlah tertentu. Jumlah tertentu

Page 6: penghindaran pajak berganda

tersebut, dihitung menurut perbandingan antara penghasilan dari luar negeri terhadap

penghasilan kena pajak, kemudian dikalikan dengan pajak yang terutang atas

penghasilan kena pajak paling tinggi, yaitu sama dengan pajak yang terutang atas

penghasilan kena pajak dalam hal penghasilan kena pajak lebih kecil dari penghasilan

luar negeri.

BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Metode pembebasan (exemption) atau pengecualian (exclusion), berupaya untuk

sepenuhnya mengeliminasi pajak berganda internasional. Metode pembebasan ini dapat

dilakukan menggunakan pendekatan-pendekatan (1) Pembebasan subjek (subject

exemption), (2) Pembebasan objek (object exemption), (3) Pembebasan pajak (tax

exemption).

Metode kredit pajak terdiri atas beberapa metode yaitu (1) Metode kredit penuh

( full tax credit method), (2) Metode kredur biasa (ordinary atau normal credit method).

Berdasarkan ketentuan pasal 24 ayat (1) UU PPh, pajak penghasilan yang dibayar atau

terutang di luar negeri atas penghasilan tersebut dapat dikreditkan terhadap pajak

penghasilan yang terutang di Indonesia. Pengkreditan pajak penghasilan dari luar negeri

dilakukan dalam tahun pajak, yaitu dengan menggabungkan penghasilan dari luar negeri

tersebut dengan penghasilan di Indonesia.

Page 7: penghindaran pajak berganda

Daftar Pustaka

Mury Kurniawan, Anang. 2011. Pajak Internasional (Beserta Contoh Aplikasinya). Bogor: Ghalia Indonesia