Penggunaan Tato pada Masyarakat (Studi Terhadap Tato...
Transcript of Penggunaan Tato pada Masyarakat (Studi Terhadap Tato...
1
Penggunaan Tato pada Masyarakat
(Studi Terhadap Tato Sebagai Bentuk Komunikasi Non Verbal)
Makalah Non-Seminar
Disusun oleh
Bidari Medi Sibuea
1006710520
FakultasIlmu Sosial & Ilmu Politik
Universitas Indonesia
2014
Penggunaan tato ..., Bidari Medi S, FISIP UI, 2014
2
Penggunaan tato ..., Bidari Medi S, FISIP UI, 2014
3
Penggunaan tato ..., Bidari Medi S, FISIP UI, 2014
4
Penggunaan tato ..., Bidari Medi S, FISIP UI, 2014
5
Penggunaan tato ..., Bidari Medi S, FISIP UI, 2014
6
Penggunaan Tato pada Masyarakat
(Studi Terhadap Tato Sebagai Bentuk Komunikasi Non Verbal)
Bidari Medi Sibuea
Departemen Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Universitas
Indonesia
ABSTRAK
Komunikasi non verbal adalah bagian dari komunikasi yang selalu dilakukan oleh
masyarakat. Komunikasi non verbal bisa berupa simbol, salah satunya adalah tato. Tato
adalah sebuah karya yang mempunyai beragam sejarah, tetapi penggunaannya sebagai
penghantar pesan tidak berubah sampai sekarang. Penulis ingin memaparkan motivasi
seseorang dalam menato dirinya, bentuk kelompok yang menjadi dasar dari tato, konteks
budaya dalam hadirnya tato, dan evaluasi terhadap konvensi tato pada media massa. Penulisan
ini berguna untuk menjabarkan tato sebagai bagian dari komunikasi non verbal yang sudah
sering digunakan oleh masyarakat. Informan yang digunakan untuk membantu dalam
penulisan ini berusia 20-30 tahun, laki-laki dan perempuan dengan latar belakang profesi
yang berbeda. Hasilnya adalah motivasi seseorang membuat tato karena ingin menyatakan
karakter dirinya dan menimbulkan persepsi yang sama dengan orang di sekitarnya.
Kata kunci: komunikasi non verbal; tato; motivasi; budaya; media massa
Abstrack
Non-verbal communication is part of everyday language that is commonly practiced
in the society. It can materialize in the form of symbolism, and tattoo being one of them.
Tattoo is an art that has many historical background attached to it, but its usefulness as a
message-deliverer has remain unchanged until now. The author proposes to explore the
motivation that drives people to have their body tattoed, the types of society that determine
the tattoo, the cultural context behind the tattoo, and the evaluation on tattoo's convention on
Penggunaan tato ..., Bidari Medi S, FISIP UI, 2014
7
mass media. This paper is particularly useful in analysing tattoo as an important part of the
non-verbal communication that is widely used by the society. The participants involved in the
writing of this paper range between twenty to thirty years old in age, both men and women
with various background professions. The result shows us that what motivates a person to
have tattoo is the need to display his or her character, as well as to generate a similar
perception with those around them.
PENDAHULUAN
Setiap manusia memiliki caranya masing-masing dalam mengekspresikan dan
merepresentasikannya. Misalkan seseorang yang menyocokkan baju yang digunakan dengan
suasana hatinya saat itu. Ada pula yang mengambil keputusan untuk mendekorasikan
tubuhnya, bukan hanya dengan pakaian tetapi dengan aksesoris lainnya, seperti tindikan, tato
atau tanda-tanda lainnya. Dalam literatur “Skin Stigma: Expectancy Violations Theory and
Attitudes Toward Tattoos” yang ditulis oleh Nick Woodward, Central Michigan University,
dinyatakan aksesoris tambahan pada tubuh, menurut Gritton adalah emblem diri, sedangkan
menurut Gathercole adalah status sosial. Secara tidak langsung hal ini menjadi bahasa non
verbal yang digunakan manusia untuk merepresentasikan identitas dirinya. Albert Mehrabian
(2006) menyatakan dalam buku Communication and Human Behavior, Fifth Edition, bahwa
bahasa non verbal adalah proses penyampaian pesan-pesan oleh seseorang yang dilakukan
tidak dengan kata-kata atau bahasa verbal, melainkan melalui petunjuk-petunjuk atau tanda-
tanda lain yang terjadi pada tubuh seseorang. Contoh dari bahasa non verbal adalah
paralanguage, face, body, external cues.
Penulis ingin memaparkan tentang tato yang dipergunakan sebagai komunikasi non
verbal. Penelitian memfokuskan pada beberapa topik, yaitu motivasi seseorang dalam menato
dirinya, bentuk kelompok yang menjadi dasar dari tato, konteks budaya dalam hadirnya tato,
dan evaluasi pada konvensi tato pada media massa. Tato menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah gambar atau lukisan pada tubuh. Sedangkan menato adalah melukis pada
kulit tubuh dengan cara menusuki kulit dengan jarum halus kemudian memasukkan zat warna
ke dalam bekas tusukan itu. Dikutip dari www.magazine.foxnews.com, dalam artikel berjudul
“Guidelines For a Tattoo Virgin” Khani Zulu, pemilik Zulu Tattoo di Los Angeles,
memaparkan media apa saja yang dibutuhkan untuk menato dan bagaimana tahapannya.
Media yang digunakan untuk menato tubuh adalah tubuh manusia sebagai tempat melukis,
sedangkan alat- alat yang digunakan antara lain Tommy Gun , Tip, Tube, Grip, Spring,
Penggunaan tato ..., Bidari Medi S, FISIP UI, 2014
8
Needle, Clipcord & Footswitch, Power Supply Set, Tips, tips open, skin cribe, Tips Brush,
medipack, mask, gel, Disposable tips, mesin tattoo, skin candy ink, Power Supply Digital,
primer ink, Thermal paper. Dijelaskan juga bagaimana cara pelukis tato atau sebutan
lainnya tattoo artist membuat karya seninya adalah dengan menggambar basic design setelah
itu mengoleskan cairan ke bagian tubuh yang akan dirajah dan menjiplakan gambar tersebut,
setelah basic design siap di bagian yang akan dirajah, pelukis tato bisa memulai melukis.
Joann Fletcher, peneliti dari Departemen Arkeologi, University of York, Britain,
menceritakan tentang sejarah tato dalam artikel berjudul “Tattoos: The Ancient and
Mysterious History”, yang dikutip dari www.smithsonianmag.com. Tato sudah mulai ada
sejak jaman Neolitikum. Tato digunakan untuk menandakan wilayah, derajat, pangkat bahkan
kesehatan seseorang oleh masyarakat suku terasing di suatu wilayah. Penggunaannya terdapat
di berbagai wilayah, yaitu Polinesia, Filipina, Kalimantan, Afrika, Amerika Utara, Amerika
Selatan, Mesoamerika, Eropa, Jepang, Kamboja dan Tiongkok. Tato pertama kali ditemukan
pada jenazah yang disebut Iceman, di wilayah Italia-Austria. Tato dipercaya sebagai simbol
keberuntungan, status sosial, kecantikan, kedewasaan dan harga diri.
Dr. Lars Krutak, penulis dan seorang antropologi, dalam artikel berjudul “The Origin
of Ink: Tattoos Through Time” dikutip dari www.magazine.foxnews.com, menceritakan
tentang sejarah tato di Indonesia. Di mulai dari Kepulauan Mentawai. Mereka menato dirinya
untuk simbol diri dan menjadi suatu hal yang sakral karena berfungsi sebagai simbol
keseimbangan alam. Penduduk asli wanita di Kalimantan menato dirinya karena merupakan
simbol yang menunjukkan keahlian khusus.
Nina Jablonski, dekan Departemen Antropolgi Penn State, dalam bukunya Skin: A
Natural History, mengatakan bahwa abad ke delapan belas, pengunaan tato mulai populer di
kalangan pelaut Inggris, dan sekaligus dikenalkan ke dunia barat. Di British seni tato juga
dipakai oleh King George V dan Edward VII, maka dimulailah tato diterima di kalangan
masyarakat karena penggunaannya oleh orang-orang yang memiliki status sosial tinggi. Di
daerah Timur Tengah, orang yang berduka akan menggunakan abu pembakaran jenazah ke
luka yang dilukai sendiri untuk menandai tubuhnya, sehingga yang berduka dapat membawa
bagian dari jenazah tersebut. Sedangkan bangsa Romawi menggunakan tato untuk
menandakan pelaku kriminal dan budak, hal ini diadaptasi dari kebudayaan Jepang pada abad
ke tujuh belas. Hal ini juga berlaku pada tentara Nazi yang menato tangan kaum Yahudi
berupa angka selama masa Holokus, sebagai tanda hal tidak manusiawi terhadap para
Penggunaan tato ..., Bidari Medi S, FISIP UI, 2014
9
penghuni wilayah isolasi untuk mengidentifikasi jenazah tahanan ketika meninggal. Selain itu
Jablonski mengungkapkan bahwa alasan manusia jaman sekarang menggunakan tato untuk
menceritakan cerita pribadi mereka, atau bisa karena jimat dan sebuah memori untuk yang
mereka kasihi.
Dalam literatur “Skin Stigma: Expectancy Violations Theory and Attitudes Toward
Tattoos” yang ditulis oleh Nick Woodward, Central Michigan University diceritakan
paradoks tentang tato, yang diungkapkan dalam Lombroso’s Criminal Anthropology oleh
Burgess dan Clark (2010), bahwa tato memiliki hubungan dengan deviance atau
penyimpangan, hal ini sudah berlangsung lebih dari 100 tahun. Disebutkan bahwa masyarakat
masih mengasosiasikan bahwa pengguna tato berkaitan dengan sesuatu yang negatif atau
menyimpang, misalnya kriminal. Laumann dan Derick (2009) menemukan bahwa tato
memiliki dampak penggunaan tato sangat tinggi untuk menyebabkan pemakaian obat
terlarang secara tentative. Mereka juga kerap kali dianggap pernah menghuni penjara dan
jarang menjadi anggota suatu kelompok religius dalam bentuk apapun. Margo DeMello
(1995) mengklaim bahwa tato digunakan oleh geng motor dan figur yang berhubungan
dengan penyimpangan sosial. Dari paradoks tersebut DeMello (1995) berargumen bahwa
media tidak lagi menghubungkan tato dengan sikap menyimpang, meskipun media
mengkaitkan tato dengan citra negatif. Media menyatakan bahwa dokter, pengacara dan
pemimpin-pemimpin dari masyarakat memilih untuk menato dirinya, tanpa menggubris geng
motor, pelaku kriminal, dan pelaut yang sering distereotipkan ke mereka.
Mendukung argumen DeMello (1995) dalam literatur “Skin Stigma: Expectancy
Violations Theory and Attitudes Toward Tattoos” yang ditulis oleh Nick Woodward, Central
Michigan University, media menyatakan kebangkitan dari penggunaan tato menyebar ke
seluruh kelas sosial. Menurut Downing (2004), tato secara perlahan tidak lagi dipandang
sebagai pelaku penyimpangan. Tetapi tetap saja, pro kontra dari tato terus bermunculan.
Seperti beberapa contoh di dalamnya, yang dikemukan Adams (2009b) tentang hubungan
antara tato dan afiliasi agama, tingkat edukasi. Sedangkan Goldberg dan Anderson (2009)
yang mengemukakan tentang tato dan kesehatan (misal: hepatitis). Di luar segala pro kontra
tersebut, Miller et al (2009) menyebutkan tato sebagai body art. Hal ini didukung dengan
adanya perkembangan tato tersebut.
Dalam literatur “Skin Stigma: Expectancy Violations Theory and Attitudes Toward
Tattoos” yang ditulis oleh Nick Woodward, Central Michigan University, Martin dan Dula
Penggunaan tato ..., Bidari Medi S, FISIP UI, 2014
10
(2010) menemukan banyak anak muda usia kuliah sudah mengetahui tentang stereotip dan
persepsi negatif dari tato dan mereka dengan hati-hati memilih bagian tubuh mereka yang
akan ditato, agar mudah ditutupi. Sebuah polling online yang dilakukan Kahl, pada tahun
2001, melakukan polling terhadap 1009 orang, sekitar 85% berpikir orang yang menggunakan
tato membutuhkan kesadaran bahwa tato mereka memberikan efek negatif bagi kehidupan
dan karir mereka. Terlebih lagi Miller et al. menambahkan bahwa orang-orang yang memiliki
tato lebih sedikit diterima di sebuah situasi bisnis yang membutuhkan sesi pertemuan
langsung.
Judee Burgoon menjelaskan teorinya, bagaimana sebuah reaksi ketika sebuah norma
sosial itu rusak, contohnya ketika seseorang memiliki tato adalah caranya merusak norma
sosial tersebut (Griffin,2009).
Penggemar tato didominasi oleh kalangan muda, hal ini didukung dengan sifat yang
anak muda. Dalam buku Cultural Studie: Theory and Practice, Second Edition, bab Youth,
Atyle and Resistance, Grossberg (1992) mengatakan bahwa kalangan muda mudah merasa
bosan dengan aktifitas rutinnya dan suka mencoba hal baru dalam hidupnya, termasuk yang
berpengaruh untuk masa depannya, hal ini disebut ambivalently valued. Hebdige juga
berpendapat yang sama, kalangan muda dibentuk untuk mencoba segala sesuatu yang
menyenangkan dan atau yang mengarah ke hal rebel.
Kalangan muda memiliki konsep pemikiran yang hampir sama, antar individu. Willis
(1978: 189) menyatakan bahwa hal ini disebut homologi, yang memilki dua faktor. Faktor
pertama adalah perkiraan terhadap kelompok sosial dan faktor yang kedua adalah perkiraan
terhadap item budaya yang lebih baik.
Di Indonesia sudah ada beberapa kegiatan yang mendukung keberadaan tato sebagai
seni, di antaranya adalah kampanye Levi’s 501 baru-baru ini. Dikutip dari
www.female.kompas.com, dalam artikel yang berjudul “Levi’s Menggandeng Seni Tato
Indonesia untuk Unjuk Karya” diceritakan tentang mengapa Levi’s 501 mengambil tato
sebagai bahan kampanyenya.
Levi’s 501 kembali melansir kampanye baru bertajuk 501 – STA Strong.
Lewat kampanye ini, Levi’s ingin mengajak penggunanya untuk
mengekspresikan diri mereka melalui karya seni, seperti tato.
Penggunaan tato ..., Bidari Medi S, FISIP UI, 2014
11
“Indonesia dianggap sebagai tempat kelahiran tato. Ada sejarah kuat
mengenai tato di Indonesia, khususnya di kalangan penduduk Mentawai di
Sumatera dan penduduk Dayak di Borneo. Desain tradisional tribal yang
dicerminkan tato Indonesia telah diikuti seluruh dunia,” ujar Glen Philisiano
Hanafiah, Senior Manager, Consumer Marketing PT. Levi Stauss.
Bukan hanya produk jeans, tetapi tato di Indonesia sudah diterima dengan baik,
terlebih di Solo, Jawa tengah. Pameran dengan tajuk Solo Skin Art Exhibition sudah digelar
dua kali. Pameran yang pertama digelar di GOR Manahan, Solo pada tanggal 4-5 Juni 2012.
Pameran yang kedua digelar pada tanggal 3-4 September 2013, di Pendapa TBS (Taman
Budaya Solo) atau Taman Budaya Jawa Tengah. Kegiatan Solo Skin Art Exhibiton yang
kedua mendapat sambutan hangat dari pemimpin profinsi setempat. Peserta yang ikut bukan
hanya dari lokal, tetapi juga dari manca negara seperti V Tattoo Studio dari Amerika. Agenda
kegiatan selain Tattoo Expo, terdapat Tattoo War yang menjadi ajang unjuk bakat pelukis
tato.
Keberadaan tato di Indonesia semakin diakui dengan munculnya komunitas, salah
satunya adalah Indonesian Subculture. Indonesian Subculture adalah sebuah organisasi non-
profit, didirikan pada tanggal 9 Juli 2004 di Jakarta, yang bergerak dalam bidang seni budaya
rajah/tato dan tindik tubuh. Tujuan didirikan organisasi ini adalah untuk menghadapi berbagai
macam masalah seiring dengan meningkatnya kekhawatiran masyarakat tentang kesehatan dan
keamanan dalam industri tato/tindik di Indonesia. Ketiadaan usaha spesifik dalam
mengajarkan standar prosedur dan pengetahuan dasar bagi para pekerja seni tato/tindik
mengenai hal pengendalian, pencegahan, hingga terjadinya peningkatan penyebaran penyakit,
membuat industri ini menghadapi persoalan dalam bidang hukum dan kesehatan. Peran
Indonesian Subculture penting bagi pekerja seni tato/tindik, komunitas yang mereka layani,
dan masyarakat luas. Indonesian Subculture ingin menginformasi pihak hukum & masyarakat
luas khususnya generasi muda tentang mitos dan kesalahan informasi. Walaupun Indonesian
Subculture memiliki peraturan tersendiri, namun menerima bahwa terkadang regulasi
eksternal tidak dapat dihindari.
Karya seni tato pun semakin menjamur di kalangan anak muda Indonesia, mereka
dengan percaya dirinya memiliki gambar tato di beberapa bagian tubuhnya. Hal ini bisa
menjadi simbol diri atau identitas yang ingin dibentuk dan dikenal oleh orang lain tentang
Penggunaan tato ..., Bidari Medi S, FISIP UI, 2014
12
dirinya. Tato bisa berfungsi sebagai bahasa non verbal dan memberikan persepsi untuk orang
lain tentang pengguna tato tersebut.
Beberapa pernyataan di atas mendukung adanya pro dan kontra tentang penggunaan
tato di masyarakat. Perlakuan negatif pada latar belakang sejarah yang pernah ada mendukung
adanya persepsi negatif terhadap pengguna tato. Maka tato kini sudah menjadi bagian dari
karya seni yang cukup populer di kalangan masyarakat, khususnya di kalangan anak muda.
Penggunaan tato bisa merupakan representatif dari kehidupan penggunanya atau
mengungkapkan sebuah perasaan yang emosional. Tato bisa berupa gambar atau tulisan, yang
dapat memiliki banyak arti. Sering kali kita mengetahui karakter orang dari melihat apa yang
digunakan, termasuk tato yang ada di bagian tubuhnya. Misalkan saja ada seorang lelaki yang
menato tangannya dengan tanggal tertentu, dari hal itu kita dapat memperkirakan bahwa
tanggal tersebut bersejarah bagi hidupnya. Tidak dipungkiri, tato bisa menjadi bahasa non
verbal dalam kehidupan kita. Contohnya artis-artis Indonesia yang menato dirinya dengan
alasan tato sebagai karya seni. Misalnya Fahrani sebagai model dan artis yang memiliki
banyak atato di tubuhnya.
TINJAUAN TEORITIS
Pada bagian ini penulis memaparkan tentang hal mendasar yang digunakan dalam tulisan ini,
yaitu definisi tato, makna tato, komunikasi non verbal, konsep diri dan persepsi diri.
1. Tato
Tato menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah gambar atau lukisan pada
tubuh. Sedangkan menato adalah melukis pada kulit tubuh dengan cara menusuki kulit
dengan jarum halus kemudian memasukkan zat warna ke dalam bekas tusukan itu. Dalam
literatur “Skin Stigma: Expectancy Violations Theory and Attitudes Toward Tattoos” yang
ditulis oleh Nick Woodward, Central Michigan University, Gustafon, Jones dan van Gulik
menyatakan bahwa tato adalah simbol untuk menandai hukuman pada kriminal. Vassileva &
Hristakieva menyatakan bahwa tato adaah rekonstruksi untuk pengobatan kulit dan kosmetik
permanen untuk wajah. Hal ini disebabkan karena prosedur dan penggunaan alat tinta yang
dimasukkan ke dalamnya. Tetapi untuk Atkinson, tato dilihat dari sosial dan tergantung pada
konteks penggunaannya.
2. Komunikasi Non Verbal
Albert Mehrabian menyatakan dalam buku Communication and Human Behavior,
Fifth Edition, bahwa bahasa non verbal adalah proses penyampaian pesan-pesan oleh
Penggunaan tato ..., Bidari Medi S, FISIP UI, 2014
13
seseorang yang dilakukan tidak dengan kata-kata atau bahasa verbal, melainkan melalui
petunjuk-petunjuk atau tanda-tanda lain yang terjadi pada tubuh seseorang. Contoh dari
bahasa non verbal adalah paralanguage, face, body, external cues. Dalam literatur “Skin
Stigma: Expectancy Violations Theory and Attitudes Toward Tattoos” yang ditulis oleh Nick
Woodward, Central Michigan University, menyatakan Luhmann bahwa media komunikasi
dapat beragam. Tato dimasukkan ke dalam kategori media komunikasi yang dapat di gunakan
untuk menghantarkan pesan. Sedari dulu tato sering digunakan untuk menandai sesuatu pada
kulit manunsia atau pun binatang, begitu jaman sekarang, tato digunakan untuk
menghantarkan pesan yang ada.
3. Konsep Diri
Charles Horton Cooley menyatakan bahwa manusia memiliki cerminan diri, yang
disebut looking glass self. Tahap pertama yang dilakukan adalah membayangkan bagaimana
diri tampak pada orang lain, berikutnya adalah membayangkan bagaimana orang lain menilai
diri, yang terakhir ketika merasa bangga atau kecewa atau sedih atauu malu akan pernilaian
orang terhadap diri.
Gambaran dan penilaian diri disebut konsep diri. William D. Brooks
mendefinisikan konsep diri sebagai “those physical, social, and psychological perceptions of
ourselves that we have derived from experiences and our interaction with others”. Jadi
konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Ada dua komponen yang
mempengaruhi konsep diri, yaitu komponen kognitif dan komponen afektif. Komponen
kognitif disebut juga citra diri (self image) sedangkan komponen afektif disebut juga harga
diri (self esteem), dikutip dari buku Psikologi Komunikasi, karangan Drs. Jalaluddin Rakhmat
M.Sc.
Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri orang lain dan reference group. Harry
Stack Sullivan menjelaskan bahwa jika seseorang merasa diterima orang lain, dihormati, dan
disenangi karena keadaannya, maka orang tersebut akan cenderung bersikap menghormati
dan menerima keberadaanya dirinya. Sebaliknya bila orang lain selalu meremehkan
seseorang, menyalahkan dan menolak keberadaannya maka seseorang tersebut akan
menyenangi keberadaan dirinya. Menurut George Herbert Mead, orang yang paling
berpengaruh dalam pembentukan konsep diri seseorang adalah orang yang paling dekat, yang
disebut significant others. Sedangkan Richard Dewey dan W.J. Humber menamainya
Penggunaan tato ..., Bidari Medi S, FISIP UI, 2014
14
affective others. Dalam buku Psikologi Komunikasi, karangan Drs. Jalaluddin Rakhmat
M.Sc., reference group adalah kelompok masyarakat tempat berkumpulnya sebuah komunitas
atau dikarenakan sebuah ikatan formal di dalamnya. Kelompok tersebut tentunya memiliki
norma-norma yang berlaku dan masyarakat di dalamnya akan terbiasa dan mengikuti norma
yang ada.
Self confidence atau percaya diri adalah sikap terbuka dan berani dari seseorang
untuk menunjukkan keberadaan dirinya. Dalam hal perubahan konsep diri, hal ini
menentukkan akan bagaimana keberadaan seseorang selanjutnya. Untuk contoh tato, tentunya
orang-orang yang menggunakan tato adalah orang-orang yang dengan percaya diri mau
menunjukkan ekspresi dan kreatifitasnya kepada masyarakat.
4. Persepsi Interpersonal
Tato dapat menjadi media komunikasi dengan banyak ragam. Hal ini diungkapkan
oleh Luhmann yang menganalisis partikular media dan forms dari sistem komunikasi. Pada
akhirnya sistem teori berfungsi sebagai faktor pembantu teori untuk memahami fenomena
sosial, seperti tato dan arti dari tato tersebut. Selain dilihat dari sisi simbol penggunaan tato,
terdapat faktor persepsi dari tato. Dalam buku Psikologi Komunikasi, karangan Drs.
Jalaluddin Rakhmat M.Sc., persepsi sosial menurut McDavid dan Harari adalah “the role of
socially generated influences on the basic processes of perception”. Sedangkan persepsi
interpesonal adalah persepsi yang dilakukan manusia dengan manusia, bukan dengan sebuah
benda atau objek. Persepsi interpersonal menjadi penting dalam sebuah sistem komunikasi,
karena persepsi interpersonal adalah cara kita menanggapi manusia dengan segala cirinya, dan
bagaimana manusia tersebut menanggapi pernyataan kita dan bisa merubah persepsi kita
tentang keadaannya.
Persepsi interpersonal dapat didukung dari apa yang dilihat dari petunjuk eksternal,
misalnya petunjuk proksemik, kinesik, wajah, paralinguistik, dan artifaktual. Faktor-faktor
tersebut termasuk dalam petunjuk non verbal. Petunjuk artifaktual meliputi segala penampilan
dari bentuk tubuh, kosmetik, baju, tas, aksesoris. Aksesoris termasuk tato di dalamya. Apa
yang kita tunjukkan pada diri kita akan memberi kesan kepada orang lain. Erving Goffman
mengatakan persona stimuli berusaha menampilkan petunjuk-petunjuk tertentu untuk
menimbulkan kesan tertentu pada diri penanggap, yang disebut dengan pengelolaan kesan
(impression management).
Penggunaan tato ..., Bidari Medi S, FISIP UI, 2014
15
Persepsi interpersonal yang dimiliki seseorang dapat mempengaruhi komunikasi
interpersonal. Persepsi yang dipercaya akan mempengaruhi bagaimana berkomunikasi dengan
orang tersebut. Misalkan seseorang percaya bahwa orang yang berato adalah orang yang
jahat, maka cara orang tersebut menanggapi interaksi yang terjadi dengan orang yang berato
tentu tidak seramah dengan orang yang tidak menggunakan tato. Hal ini disebut dengan self-
fulfilling prophecy.
METODE PENELITIAN
Hal yang coba diungkapkan peneliti melalui literatur yang digunakan dan observasi
yang dilakukan. Pengumpulan data studi literatur dilakukan sebagai pedoman terhadap tato
sebagai non verbal, yang telah dilakukan sebelumnya oleh beberapa peneliti. Observasi akan
dilakukan kepada pria dan wanita yang memiliki latar belakang berbeda, dengan demikian
peneliti dapat membandingkan situasi yang terjadi.
Observasi akan dilakukan kepada pria dan wanita yang berumur 20-30 tahun, karena
dianggap sudah cukup dewasa dalam menentukan pilihan dan sudah cukup mengerti tentang
persepsi orang yang mereka hadapi. Untuk orang-orang yang menato dirinya, peneliti ingin
menggali lebih dalam, mengapa orang tersebut menato dirinya, apa pesan yang ingin
dihantarkan dari tato tersebut.
HASIL PENELITIAN
Dalam artikel Tattoo: a mulifaceted medium of communication yang ditulis oleh
Christian Wymann, beliau meyakini adanya fungsi lain sebuah tato untuk
mengkomunikasikan sesuatu secara non verbal, karena tato digambarkan sebagai simbol.
Terlepas dari diperbolehkan atau tidaknya tato tersebut.
Dalam artikel itu dibahas bagaimana tato menjadi media komunikasi. Dibahas juga
bagaimana Niklas Luhmann melihat tato dari pandangan masyarakat modern dan perbedaan
fungsi sistem, seperti ekonomi, seni, science, politik, hukum dan lainnya. Tato bukan hanya
termasuk seni dan ekonomi dari sebuah ekononomi, tetapi juga termasuk mengoperasikan
media.
Penelitian memfokuskan pada beberapa topik, yaitu motivasi seseorang dalam
menato dirinya, bentuk kelompok yang menjadi dasar dari tato, konteks budaya dalam
hadirnya tato, dan evaluasi pada konvensi tato pada media massa. Para ahli memiliki beberapa
Penggunaan tato ..., Bidari Medi S, FISIP UI, 2014
16
deinisi untuk tato. Gustafon, Jones dan van Gulik menyatakan bahwa tato adalah simbol
untuk menandai hukuman pada kriminal. Vassileva & Hristakieva menyatakan bahwa tato
adaah rekonstruksi untuk pengobatan kulit dan kosmetik permanen untuk wajah. Hal ini
disebabkan karena prosedur dan penggunaan alat tinta yang dimasukkan ke dalamnya. Tetapi
untuk Atkinson, tato dilihat dari sosial dan tergantung pada konteks penggunaannya.
Bagi Luhmann, media komunikasi dapat beragam. Tato dimasukkan ke dalam
kategori media komunikasi yang dapat di gunakan untuk menghantarkan pesan. Sedari dulu
tato sering digunakan untuk menandai sesuatu pada kulit manunsia atau pun binatang, begitu
jaman sekarang, tato digunakan untuk menghantarkan pesan yang ada.
Steward menyatakan bahwa tato juga bisa membuat sebuah persepsi. Hal ini
ditunjukkan dari bagaimana orang yang ingin ditato mendeskripsikan gambar yang dimaksud
ke pelukis tato. Pada awal abad dua puluh, pelukis tato hanya bisa menggambar beberap jenis
saja, tetapi sekarang seiring berjalannya waktu, pelukis tato dapat mewujudkan semua gambar
yang diinginkan konsumen.
Tato sebagai hasil karya seni memberikan persepsi dan proses dalam komunikasi
melalui permintaan tipe dan keputusan dari hal itu. Komunikasi artistik memiliki medium
dalam sebuah aturan yang memberikan persepsi dan komunikasi tentang hal itu. Tanpa
disadari tato memiliki dua fungsi komunikasi sekaligus, komunikasi dalam hal ekonomi dan
komunikasi dalam hal seni.
Pada paragraf sebelumnya sudah dijelaskan bahwa tato apada awalnya adalah untuk
memberikan tanda dan juga untuk alasan kesehatan. Hal ini sama dengan memberikan pesan
di dalamnya. Tato dibuktikkan bisa menjadi medium yang beragam. Komunikasi yang terjadi
antara ekonomi dan seni, kemudian komunikasi antara pelukis tato dengan konsumen, dan
komunikasi yang diciptakan oleh tato itu sendiri. Hal ini disebut juga teori paralaks, yaitu
sesuatu yang bisa dilihat dari segala arah (point of view).
Observasi yang dilakukan penulis pada seorang wanita berumur 23 tahun, berinisial
EW, mengatakan bahwa tato salib yang ada di tangan kirinya merupakan tato pertamanya dan
hal yang membanggakan dalam hidupnya, karena ia bisa menunjukkan identitasnya sebagai
orang Kristiani. EW mengatakan bahwa keluarganya untuk pertama kali sempat menolak dan
mengatakan bahwa tato memiliki makna negatif, begitu juga untuk kehidupan mendatangnya.
Orang tua EW khawatir, anaknya akan sulit mendapat pekerjaan yang tepat dengan adanya
Penggunaan tato ..., Bidari Medi S, FISIP UI, 2014
17
tato di lengan kirinya dan gampang terlihat, dan orang tua EW juga memikirkan bahwa akan
sulit bagi EW untuk mendapatkan pasangan yang mau menerimanya karena memiliki tato.
Subjek observasi kedua adalah AY, pria berumur 28 tahun, pekerjaan koki restoran
cepat saji. AY memiliki dua buah tato, yang diletakkan di lengan tangan kiri dan punggung
atas. Tato yang dimilikinya di lengan tangan kiri berbentuk tulisan Cina, yang merupakan arti
dari namanya. Penggunaan nama sebagai tato, dikarenakan AY ingin orang lain tau nama
Chinese miliknya. Sedangkan gambar naga dikarenakan AY ingin mengikuti artis idolanya
yang berasal dari Hongkong. Beda halnya dengan Vanty, AY diperingatkan tentang tato
namanya, dikarenakan bisa diculik karena salah paham (mirip dengan kelompok mafia yang
menggunakan tato sebagai simbol kelompok). Menurut orang lain, tato AY baik-baik saja,
tidak ada tanggapan negatif, tetapi bagi keluarganya, tidak demikian. Keluarga AY sempat
kecewa dengan tindakannya untuk menato dirinya selama kurang lebih setahun. Sementara
saat ia mencari kerja, tidak menemukan kendala bagi pria yang berdomisili di Melbourne ini.
Sebelumnya AY pernah bekerja sebagai salesman di Indonesia. AY sempat merasakan
sulitnya mencari kerja, terlebih saat interview. AY harus pintar menutupi lengannya dengan
lengan panjang. Tetapi saat ia berada di Indonesia, banyak yang menganggap tato
menakutkan dan mendapat pandangan berbeda dari orang lain. Rasa puas yang diterimanya
setelah di tato pun setara dengan rasa sakit selama tiga sampai tujuh hari setelah menato
dirinya.
PEMBAHASAN
Fenomena tato sudah menjadi bagian dari kelompok masyarakat tertentu. Pro dan
kontra tato di masyarakat juga masih ada. Beberapa orang di antaranya berpikir bahwa tato
memiliki makna yang buruk bagi si pengguna, tetapi ada pula yang menganggap tato adalah
karya seni yang bisa juga menghantarkan pesan, layaknya karya seni yang ada. Media lukis
yang menggunakan jarum dan kulit manusia/ binatang mungkin membuat hal ini menjadi
lebih menyeramkan dibandingkan seni lukis yang hanya menggunakan kanvas dan kuas.
Penggunaan tato berbeda-beda seiring jalannya waktu. Pada awalnya tato digunakan
untuk penyembuhan, menunjukkan wilayah kekuasaan dan hal positif lainnya. Tetapi seiring
jalannya waktu, tato digunakan oleh masyarakat yang tingkat sosialnya di bawah, digunakan
Penggunaan tato ..., Bidari Medi S, FISIP UI, 2014
18
untuk menandakan perbudakan. Setelah adanya globalisasi, tato berubah fungsi menjadi karya
seni yang bisa mengandung makna positif.
Makna positif yang terkandung di dalamnya, dikarenakan makna yang tersimpan di
balik tulisan atau gambar tersebut. Selain itu juga tato menjadi industri bisnis baru yang
membuahkan banyak hasil karya dan memiliki penggemarnya sendiri. Untuk
mengembangkan bisnis tato ini, banyak pelukis tato yang juga mengembangkan bakat
melukisnya, agar dapat memberikan inspirasi baru untuk pelanggannya dan membarikan hasil
yang baik. Sebagai pelanggan tentunya mempunyai hak untuk mengutarakan keinginannya
untuk ditato dan di bagian mana yang ia siap untuk ditato. Hal ini mencakup komunikasi atau
diskusi anatar pelanggan dengan pelukis tato.
Terdahulunya menggunakan tato sebagai tanda atau simbol yang digunakan untuk
memberikan informasi kepada yang melihat. Contohnya pada jaman Nazi yang menato kaum
Yahudi berupa angka, hal ini dilakukan untuk memberikan informasi tentang siapa pemilik
nomor tersebut, walaupun dalam artian negatif. Demikian pula pada kelompok Yakuza yang
ada di Jepang, mereka menato anggota kelompoknya sesuai dengan posisi mereka dan hal ini
menjadi simbol kelompok mereka. Sehingga masyarakat dengan mudah dapat mengenali
anggota kelompok Yakuza. Berlaku pula pada jaman sekarang yang menato dirinya dengan
gambar yang mereka sukai atau tulisan yang menggambarkan hal-hal yang berkaitan dengan
kehidupan mereka, contohnya nama orang yang mereka cintai, tanggal lahir, atau pun pesan-
pesan yang penting dalam hidup mereka. Tak jarang pula beberapa orang dengan percaya diri
menggambar simbol keagamaan yang mereka anut, sehingga memberikan informasi siapa
mereka.
Melihat fenomena ini tentunya ada peran komunikasi di dalamnya, karena ada pesan
yang ingin disampaikan dari apa yang tertera. Komunikasi ini disebut komunikasi non verbal
karena menggunakan simbol dan tidak menggunakan pesan lisan. Pesan yang ada terlihat
implisit. Pengguna tato sengaja memilih gambra yang bermakna untuk mereka, untuk
memberikan pesan kepada orang luar tentang tatonya tersebut.
Dalam teori konsep diri, dijelaskan bahwa seorang individu memiliki cara untuk
menonjolkan dirinya, untuk membentuk karakternya di masyarakat. individu ersebut memiliki
cermin diri untuk melihat bagaimana pandangan orang terhadap dirinya, sehingga individu
tersebut dapat membentuk dirinya sesuai keinginannya dan tetap diterima oleh masyarakat.
begitu juga dengan orang bertato, mereka mikirkan apa yang mereka senangi dan melihat
Penggunaan tato ..., Bidari Medi S, FISIP UI, 2014
19
reaksi dari sekitarnya. Hal ini berkaitan dengan self image dan self esteem yang dibentuk oleh
individu tersebut. Tato menjadi self image penggunanya, berkaitan erat dengan self esteem
yang dihasilkan karena tanggapan dari sekitarnya. Contohnya pada kaum Yahudi yang
dinomori oleh Nazi, merupakan bentuk self image yang buruk bagi kaum Yahudi, begiu juga
dengan self esteem yang dirasakannya. Mereka merasakan bahwa nomor yang ada di tubuh
mereka adalah sebuah tanda bahwa mereka diperlakukan tidak manusiawi oleh Nazi. Maka
harga diri mereka pun merasa direndahkan. Berbeda dengan halnya kaum wanita dari suku
pedalaman Kalimantan yang menato dirinya dan hal itu merupakan lambang kecantikan dan
menunjukkan bahwa mereka memiliki kemampuan khusus. Tentunya citra diri mereka
menjadi baik di masyarakat dan di mata mereka, dan hal ini membangun kembali harga diri
mereka.
Pengguna tato saat mengambil keputusan untuk menato dirinya, pada skala tertentu
pelaku mendapatkan dukungan dari luar dirinya. Harry Stack Sullivan mengatakan bahwa
orang lain atau faktor di luar individu memiliki pengaruh besar dalam pembentukan konsep
diri seseorang. Hal ini dibuktikkan dalam kasus tato. Dukungan yang diterima pengguna tato
saat inigin membuat tato dari orang-orang terdekatnya membuat pengguna tato semakin
percaya diri dengan apa yang ia lakukan. Bukan hanya dari orang terdekat, tetapi dari
kelompok atau komunitas, disebut juga reference group, dapat menjadi alasan mengapa
seorang individu dapat bersikap demikian. Pengguna tato selain mendapat dukungan dari
orang terdekat, ada kemungkinannya diantara orang-orang tersebut yang memiliki tato dan
menarik perhatian pengguna tato untuk memilkinya juga. Komunitas atau kelompok yang
semakin banyak dan semakin spesifik bisa membentuk individu tersebut. Individu tersebut
dapat memilih akan mengikuti norma komunitas yang mana, yang cocok dengan dirinya dan
dirinya merasa nyaman.
Setelah terbentuknya konsep diri pada seorang individu, orang tersebut akan
berusaha menunjukkannya dalam masyarakat dan menjadikannya jembatan komunikasi
dengan masyarakat. Contohnya pada seorang yang bertato, orang tersebut akan berusaha
menunjukkan bahwa menato diri bukanlah hal yang buruk dan tato bukanlah sebuah simbol
untuk kalangan rendah. DeMello menjelaskan bahwa orang-orang dengan tingkat sosial yang
tinggi, seperti dokter, pengacara dan lainnya, sudah memiliki tato dan menganggap bahwa hal
ini bukanlah simbol tingkat sosial yang rendah, tetapi simbol untuk menunjukkan karakter
diri. Ditunjukkan pula pada kampanye Levi’s 501 yang menggunakan tato sebagai bentuk
karya seni dan dianggap bisa menarik perhatian anak muda untuk membeli produk tersebut.
Penggunaan tato ..., Bidari Medi S, FISIP UI, 2014
20
Konsep diri dibagi menjadi dua jenis, yaitu positif dan negatif. Ciri orang dengan
konsep diri negatif menrut William D. Brooks dan Philip Emmert adalah :
a) Peka terhadap kritik. Individu ini mudah marah akan segala kritik yang ia terima. Bagi
individu ini, kritik merupakan cara orang lain untuk menjatuhkan harga dirinya.
b) Responsif sekali terhadap pujian. Individu ini sangat senang apabila ada seseorang
yang memberikan pujian terhadap apa yang ia lakukan.
c) Bersikap hiperkritis. Individu ini tidak bisa menerima kenyataan ada orang lain yang
lebih hebat dari dia. Maka ia sering mencela, menghina, mengeluh dan meremehkan
orang lain.
d) Cenderung merasa tidak disenangi orang lain. Hal ini membuat individu ini merasa
bahwa ia tidak diperhatikan dan menganggap orang lain sebagai musuh. Ia justru
selalu menempatkan dirinya sebagai korban dari sistem sosial yang tidak beres.
e) Bersika pesimis terhadap kompetisi. Individu ini enggan bersaing dan menganggap
tidak akan berdaya melawan persaingan yang merugika dirinya.
Sedangkan konsep diri positif memiliki ciri :
a) Yakin akan kemampuan mengatasi masalah
b) Merasa setara dengan orang lain
c) Menerima pujian tanpa rasa malu
d) Menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku
yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat
e) Mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek
kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubahnya.
Konsep diri lahir karena komunikasi interpersonal yang dilakukan. Bila konsep dirinya
positif, dikarenakan komunikasi interpersonal yang positif pula. Hal ini bisa terjadi pada
pengguna tato, mereka bisa merasa diterima masyarakat dan tidak ragu akan tindakan yang
mereka ambil untuk menato diri mereka, karena terjadi komunikasi interpersonal positif
dengan masyarakat sekitarnya.
Selain itu faktor kepercayaan diri menjadi faktor berikutnya yang dimiliki individu.
Ketakutan untuk melakukan komunikasi dikenal sebagai communication apprehension.
Penelitian di Amerika menunjukkan 10% - 20% mahasiswa di Amerika mengalami aprehensi
komunikasi oleh Hunt, Scott, McCroskey. Menerangkan bahwa orang-orang yang aprehensif
Penggunaan tato ..., Bidari Medi S, FISIP UI, 2014
21
dalam komunikasi, cenderung dianggap tidak menarik oleh orang lain, kurang kredibel, dan
sangat jarang menduduki jabatan pemimpin. Hal ini bisa berlaku bagi pengguna tato yang
diberikan persepsi negatif oleh masyarakat. Mereka mungkin saja berubah menjadi sangat
tidak percaya diri karena mengalami tekanan dari luar individu. Mereka merasa tersingkirkan
oleh persepsi-persepsi negatif yang diberikan oleh orang lain. Sebelumnya mereka sangat
percaya diri dengan tato yang melekat pada tubuh mereka, tetapi rasa kepercayaan diri bisa
saja hilang karena mendapat perlakuan negatif dari sekitarnya. Beda halnya dengan jaman
sekarang yang semakin menerima tato menjadi hasil karya seni. Ditunjukkan oleh Indonesian
Subculture. Sebuah komunitas yang hadir untuk menunjukkan eksistensi tato sebagasi hasil
karya seni dan membuat acara Skin Art Exhibition yang menampilkan tatoo artist dari
berbagai kalangan. Hal ini bisa menimbulkan kepercayaan diri bagi pelukis tato dan pengguna
tato, sehingga mereka bisa menunjukkan keberadaan mereka tanpa mereasa tersingkirkan oleh
masyarakat.
Persepsi negatif sering kali dilayangkan oleh masyarakat dari tato yang terlihat dari
pengguna tato. Persepsi negatif itu pun sering menutupi makna non verbal yang ada di dalam
tato tersebut. Misalkan saja AY yang menaruh nama Chinese miliknya. Tato milik AY
memiliki arti namanya, dengan demikian orang lain bisa mengetahui nama AY dalam bahasa
Cina.
KESIMPULAN
Setelah membahas tentang sejarah dan teori yang terkait perihal tato pada paragraf
sebelumnya, dapat diambil beberapa kesimpulan. Motivasi orang menato dirinya kurang lebih
untuk memberikan oesan kepada orang lain tentang karakter dalam dirinya. Misalkan pada
informan AY yang menato lengannya dengan namanya, AY ingin memberikan pesan kepada
masyarakat bahwa AY memiliki nama Chinese. Sedangkan EW yang menato lengannya
dengan gambar salib, ingin memberikan pesan bahwa EW adalah umat Kristiani.
Teori dan pernyataan yang diungkapkan para ahli mengatakan adanya pengaruh
kelompok dalam membuat tato. Pengaruh yang diterima tidak hanya dari orang terdekat saja,
tetapi bisa juga dari orang luar lainnya. Misalnya dengan sikap AY yang menato pundaknya
dengan tato naga seperti yang dimiliki artis Hongkong favoritnya. Konsep diri yang dimiliki
AY saat itu ingin merasa sama dengan aktor favoritnya. Begitu juga dengan keputusan saat
Penggunaan tato ..., Bidari Medi S, FISIP UI, 2014
22
ingin menato, pengguna tato mendapat dorongan dari pihak luar yang memantapkan hatinya
akan menato dirinya.
Sejarah mengatakan bahwa tato digunakan untuk menyatakan beberapa hal, misalkan
saja bagi suku terasing tato digunakan untuk menunjukkan wilayah kekuasaan dan bagi
wanita, tato menunjukkan kecantikan dan keahlian khusus yang dimilikinya. Hal ini berjalan
sampai pada jaman Nazi yang menggunakan tato sebagai penanda kaum Yahudi sebagai
tawanannya. Begitu pula di Jepang, bagi kelompok mafia Yakuza, tato menjadi identitas
dirinya. Sehingga bila ada orang yang melihat mereka, akan mengetahui siapa mereka
sebenarnya.
Tato digunakan sebagai komunikasi non verbal dari awal penggunaannya. Seiring
berjalannya waktu, media massa berperan menyebarkan kegunaan tato sebagai komunikasi
non verbal. Pada awalnya media berperan untuk meluruskan bahwa tato dapat digunakan
berbagai kalangan, bukan hanya masyarakat dari kelas sosial rendah. Pada jaman sekarang
media yang digunakan semakin banyak, contohnya kampanye yang dijalankan Levi’s 501
yang memakai tato sebagai bagian dari kampanye produk baru mereka. Hal ini dapat merubah
pandangan masyarakat.
SARAN
Penulisan ini membutuhkan saran akademik yang berkaitan dengan bahan studi
berikutnya, yang berhubungan dengan penggunaan tato sebagai komunikasi non verbal.
Untuk mendukung hal tersebut diharapkan penelitian selanjutnya menggunakan informan
yang lebih beragam, sehingga bisa mendapatkan jawaban yang lebih valid. Berikutnya saran
praktis yang dapat diberikan adalah dari pemahaman masyarakat tentang tato dan masih
terbayang-bayang sejarah masa lalu dengan penggunaan tato di masyarakat kelas bawah.
Dengan demikian diharapkan tato dapat diterima di kalangan masyarakat tanpa mendapat
Penggunaan tato ..., Bidari Medi S, FISIP UI, 2014
23
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Drs. Jalaluddin Rakhmat M. Sc, 2001, “Psikologi Komunikasi”, PT. Remaja Rosdakarya
Stewart, Ruben. 2006. Communication and Human Behavior, Fifth Edition. Allyn And Bacon
Chris Barker, 2003, “Cultural Studies Theory and Practice” Second Edition, SAGE
Publications Ltd
Website
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=8&ved=0CHEQFjAH
&url=http%3A%2F%2Fmedia.wix.com%2Fugd%2F5b1ec2_8ffe6fbc3de6428f139e660f5b9b
6b82.docx%3Fdn%3DSkin%2BStigma%2B-%2Bpaper.docx&ei=OP6-
Uo7YHYPTrQeRhYGwBA&usg=AFQjCNEFHuTcUHmT-
1LYwQAQe6w1twLYsA&sig2=E3WX65WSp4IcOrCiINmu8g&bvm=bv.58187178,d.bmk
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=0CDcQFjAA
&url=http%3A%2F%2Fojs.statsbiblioteket.dk%2Findex.php%2Fmediekultur%2Farticle%2F
viewFile%2F2529%2F3372&ei=OP6-
Uo7YHYPTrQeRhYGwBA&usg=AFQjCNFcMcysYkvVxGWjYmHJDQw2HeJK7A&sig2=
N77NVbvE1rUrFzodQKh2-A&bvm=bv.58187178,d.bmk
http://www.acrwebsite.org/search/view-conference-proceedings.aspx?Id=8195
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=0CDEQFjAA
&url=http%3A%2F%2Fhome.comcast.net%2F~lukeythetruck%2Fdjole%2FSchoolPage%2F
SPSCC%2FEssay%2520Readings%2FChristianStudentTattoos.pdf&ei=GQO_UsfPDMK3rg
ed_4Bg&usg=AFQjCNEFD5u3FS4JgNlSH2nKU906F9JJCQ&sig2=NpLiJciforWjzz4aUjpq
DQ&bvm=bv.58187178,d.bmk
http://kbbi.web.id/tato
http://news.psu.edu/story/141345/2008/06/20/research/probing-question-what-history-
tattooing
http://female.kompas.com/read/2013/12/16/1419008/Levi.s.Menggandeng.Seni.Tato.Indonesi
a.untuk.Unjuk.Karya.
Penggunaan tato ..., Bidari Medi S, FISIP UI, 2014
24
http://www.solopos.com/2013/09/04/solo-skin-art-exhibition-2013-hari-kedua-pameran-164-
seniman-tato-jor-joran-di-tbs-443932
http://www.lintas.me/article/tempo.co/surakarta-gelar-pameran-tato-untuk-pertama-
kali?utm_source=LATEST&utm_medium=LATEST_2&utm_campaign=LATEST
http://indonesiansubculture.com/p/about.html
http://travel.okezone.com/read/2012/01/13/409/556937/baru-museum-tato-di-amsterdam
http://economy.okezone.com/read/2010/01/31/320/299292/studio-tato-beromzet-jutaan
http://celebrity.okezone.com/read/2010/04/22/34/325247/fahrani-punya-35-tato-di-seluruh-
tubuhnya
http://magazine.foxnews.com/style-beauty/guidelines-tattoo-virgin
http://magazine.foxnews.com/style-beauty/origin-ink-tattoos-through-time
http://www.smithsonianmag.com/history/tattoos-144038580/
Penggunaan tato ..., Bidari Medi S, FISIP UI, 2014