PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PENGAJUAN SOAL (PROBLEM POSING) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR...

12
Penggunaan Model Pembelajaran Pengajuan Soal PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PENGAJUAN SOAL (PROBLEM POSING) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS DI SMP NEGERI 1 LAMONGAN Buhadi Aziz, 127885012 Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Program Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya. Abstrak Selama ini guru dalam pembelajaran hanya mengajarkan dengan memberi contoh soal dan menyelesaikannya secara langsung, tidak memberi kesempatan siswa menunjukkan idenya sendiri secara kreatif untuk membuat pertanyaan sehingga hal ini menghambat kemampuan siswa kreatif dalam bertanya. Penelitian Tindakan Kelas dengan pendekatan diskriptif kualitatif ini bertujuan untuk menganalisis peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa pada mata pelajaran IPS kelas VIII-G di SMPN 1 Lamongan dengan menggunakan model pembelajaran pengajuan soal (problem posing). Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa (Fleksibilitas dan Kefasihan) berdasarkan jumlah pertanyaan persentase peningkatannya 18,75%, sedangkan kualitas pertanyaan 9,1% untuk pertanyaan pemahaman dan 27,77% untuk pertanyaan kausalitas. Untuk peningkatan keterlaksanaan RPP persentasenya dari 79% menjadi 86% atau meningkat 7% dan persentase aktivitas siswa dari 80% menjadi 92,5% atau meningkat 12,5%. Simpulan peneliti bahwa model pembelajaran pengajuan soal (problem posing) dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa SMP. Kata Kunci: Model Pembelajaran Pengajuan Soal (Problem Posing), Berpikir Kreatif. Abstract All this time, the teacher in learning only teach by giving a sample of question and solve it directly, do not give a chance to the student to show their idea creatively to make question, so it fences the ability of students creativity to ask a question. Class Action Research by using descriptive qualitative method has purpose to analyze the raising of thinking ability students creative in Social lesson at VIII G in SMPN 1 Lamongan by using problem posing learning model. The result of this research showed that raising students creative ability (flexibilitas and fluency) based on the total question has raising 18,75%, while the question quality 9,1% for understanding question and 27,77% for casuality question. For raising the carried out of RPP has procentage from 79% become 80% or increasing 7% and procentage of students activity from 80% become 92,5% or increasing 12,5%. Summary of the researcher that the problem posing learning model can raise to the ability of students creative thinking in SMP. Keywords: Problem Posing Learning Model, Creative Thinking. PENDAHULUAN Dalam Kurikulum IPS SMP sesuai dengan Permendiknas no. 22 tahun 2006, mata pelajaran IPS meliputi bahan kajian Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Dalam Permendiknas ini juga di jelaskan bahwa mata pelajaran IPS disusun secara sistematis dan terpadu di dalam proses pembelajarannya. 1

description

Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya, author : BUHADI AZIZ

Transcript of PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PENGAJUAN SOAL (PROBLEM POSING) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR...

Page 1: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PENGAJUAN SOAL (PROBLEM POSING)  UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA  PADA MATA PELAJARAN IPS DI SMP NEGERI 1 LAMONGAN

Penggunaan Model Pembelajaran Pengajuan Soal

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PENGAJUAN SOAL (PROBLEM POSING) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA

PADA MATA PELAJARAN IPS DI SMP NEGERI 1 LAMONGAN

Buhadi Aziz, 127885012Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Program Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya.

AbstrakSelama ini guru dalam pembelajaran hanya mengajarkan dengan memberi contoh soal dan menyelesaikannya secara langsung, tidak memberi kesempatan siswa menunjukkan idenya sendiri secara kreatif untuk membuat pertanyaan sehingga hal ini menghambat kemampuan siswa kreatif dalam bertanya. Penelitian Tindakan Kelas dengan pendekatan diskriptif kualitatif ini bertujuan untuk menganalisis peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa pada mata pelajaran IPS kelas VIII-G di SMPN 1 Lamongan dengan menggunakan model pembelajaran pengajuan soal (problem posing).Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa (Fleksibilitas dan Kefasihan) berdasarkan jumlah pertanyaan persentase peningkatannya 18,75%, sedangkan kualitas pertanyaan 9,1% untuk pertanyaan pemahaman dan 27,77% untuk pertanyaan kausalitas. Untuk peningkatan keterlaksanaan RPP persentasenya dari 79% menjadi 86% atau meningkat 7% dan persentase aktivitas siswa dari 80% menjadi 92,5% atau meningkat 12,5%. Simpulan peneliti bahwa model pembelajaran pengajuan soal (problem posing) dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa SMP.

Kata Kunci: Model Pembelajaran Pengajuan Soal (Problem Posing), Berpikir Kreatif.

AbstractAll this time, the teacher in learning only teach by giving a sample of question and solve it directly, do not give a chance to the student to show their idea creatively to make question, so it fences the ability of students creativity to ask a question. Class Action Research by using descriptive qualitative method has purpose to analyze the raising of thinking ability students creative in Social lesson at VIII G in SMPN 1 Lamongan by using problem posing learning model.The result of this research showed that raising students creative ability (flexibilitas and fluency) based on the total question has raising 18,75%, while the question quality 9,1% for understanding question and 27,77% for casuality question. For raising the carried out of RPP has procentage from 79% become 80% or increasing 7% and procentage of students activity from 80% become 92,5% or increasing 12,5%. Summary of the researcher that the problem posing learning model can raise to the ability of students creative thinking in SMP.

Keywords: Problem Posing Learning Model, Creative Thinking.

PENDAHULUANDalam Kurikulum IPS SMP sesuai dengan

Permendiknas no. 22 tahun 2006, mata pelajaran IPS meliputi bahan kajian Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Dalam Permendiknas ini juga di jelaskan bahwa mata pelajaran IPS disusun secara sistematis dan terpadu di dalam proses pembelajarannya.

Secara substansi mata pelajaran IPS pada SMP/MTs merupakan “IPS Terpadu”. Mata pelajaran tersebut disusun secara sistematis, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. IPS terpadu mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi, artinya bahwa pembelajaran IPS Terpadu dikembangkan hingga ke tingkat generalisasi yaitu hubungan antar konsep atau proposisi sebagai rumusan peryataan mengenai realita sosial.

Model pembelajaran terpadu pada hakekatnya merupakan pendekatan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip secara holistic dan

otentik (Depdikbud: dalam Pargito: 2010). Dalam kegiatan belajar mengajar adalah mengembangkan keterampilan berpikir logis, kritis, kreatif, bersikap dan bertanggung jawab pada kebiasaan dan perilaku sehari hari melalui aktifitas pembelajaran secara aktif. Guru harus bisa menciptakan suasana belajar yang bisa memberikan peluang kepada siswa untuk mengamati dan merekam data hasil pengamatan, menjawab pertanyaan dan mempertanyakan jawaban, menjelaskan sambil memberikan argumentasi dan sejumlah kegiatan penalaran lainnya.

Berdasarkan observasi yang dilakukan diketahui bahwa anak yang nilainya kurang dari KKM (80) dari 32 siswa kelas V111 G SMP Negeri 1 Lamongan pada tahun pelajaran 2013-2014 ada 19 siswa (59,4%) sedangkan 13 siswa (40,6%) nilainya di atas KKM, ini terutama pada kompetensi dasar (KD) Mendeskripsikan kondisi fisik wilayah dan penduduk pengaruhnya terhadap perubahan iklim. Setelah diidentifikasi ada beberapa kelemahan siswa, antara lain: kesulitan dalam memahami kalimat-kalimat dalam soal sehingga siswa tersebut masih ada kebingungan menjawab pertanyaan tentang pengaruh gerak semu matahari terhadap perubahan musim di

1

Page 2: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PENGAJUAN SOAL (PROBLEM POSING)  UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA  PADA MATA PELAJARAN IPS DI SMP NEGERI 1 LAMONGAN

INTERAKSI . Volume 01 Nomor 01 Tahun 2013,

Indonesia. Siswa banyak menjawab ketika musim kemarau di Indonesia peredaran posisi semu matahari berada di selatan garis katulistiwa (garis balik utara).

Diskusi dengan guru-guru IPS yang mengajar di kelas VIII SMP Negeri 1 Lamongan, menguraikan kemungkinan penyebab kelemahan mengapa siswa tidak aktif untuk bertanya, antara lain: (1) Selama ini dalam mengajarkan pemecahan masalah/soal mereka tidak melatihkan secara khusus bagaimana memahami informasi masalah. Guru mengajarkan dengan memberi contoh soal dan menyelesaikannya secara langsung, serta tidak memberi kesempatan siswa menunjukkan idenya sendiri, (2) Pola pengajaran selama ini masih dengan tahapan memberikan informasi tentang materi-materi (termasuk memotivasi secara informatif), memberikan contoh-contoh dan berikutnya latihan-latihan, dan (3) Dalam merencanakan penyelesaian masalah tidak diajarkan strategi-strategi yang bervariasi atau yang mendorong ketrampilan berpikir kreatif seperti membuat pertanyaan sendiri untuk kemudian menemukan jawabannya.

Menurut Suratno (2010) bahwa pendidikan termasuk di dalamnya IPS jangan sampai ilmu diajarkan sebagai ilmu saja, tetapi pendidikan harus membangun lulusan yang kreatif dan inovatif. Menurut Evans 1991 (dalam Siswono, 2008: 14) bahwa berpikir kreatif adalah suatu aktivitas mental untuk membuat hubungan-hubungan yang terus menerus, sehingga ditemukan kombinasi yang benar atau sampai seseorang itu menyerah. Dan berpikir kritis dan kreatif perwujudan dari berpikir tingkat tinggi (higher order thinking) (Siswono, 2008).

Cara kerja kreatif pada umumnya aktif mencari, yang ditandai dengan kelancaran, keluwesan, keorisinilan dan ketelitian. Berpikir kreatif ini berdasarkan data atau informasi yang tersedia, menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah yang penekanannya pada kuantitas ketepatgunaan, dan keragaman jawaban. Salah satu model pembelajaran yang mungkin dapat digunakan guru untuk mengatasi mengapa siswa tidak aktif bertanya dan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa adalah model pembelajaran pengajuan soal (MPPS).

Ruseffendi (1988: 177) mengatakan, untuk membantu seorang siswa dalam memahami soal dapat dilakukan dengan menulis kembali soal dengan kata-kata sendiri, menulis soal dalam bentuk lain atau dalam bentuk yang operasional. Pengajuan soal ini, meskipun tidak secara exsplisit mengatakan “pengajuan soal/problem posing” telah diteliti oleh beberapa peneliti. Soegijono dan Sunarto (1989) meneliti tentang tugas penyiapan membuat pertanyaan dan contoh sebelum tatap muka kuliah metodologi penelitian pendidikan. Hasilnya, bahwa tugas penyiapan membuat pertanyaan dan contoh yang relevan berkorelasi positif terhadap nilai ujian mahasiswa. Semakin sering memberi tugas membuat pertanyaan dan contoh yang relevan akan semakin baik hasil nilai ujiannya.

Sukardi (1989) juga meneliti mahasiswa dalam pembuatan rangkuman dan pertanyaan tentang suatu

pokok bahasan yang terdapat dalam buku ajar sebelum mengikuti kuliah. Hasilnya, mahasiswa yang melakukan tugas itu prestasinya lebih baik dari pada mahasiswa yang tidak melakukan tugas tersebut. Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa mengajukan pertanyaan/membuat soal berdampak positif terhadap prestasi mahasiswa. Bagaimana dengan siswa SMP?, hal ini perlu dilakukan penelitian karena karakter siswa dan mahasiswa berbeda.

METODEA. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan pendekatan diskriptif kualitatif yang dilakukan dalam tiga siklus. Setiap siklus diawali dengan perencanaan, kemudian dilakukan penerapan tindakan dan observasi, serta diakhiri dengan refleksi. Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2007:3). Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif, yaitu ucapan atau tulisan dan perilaku yang diamati dari subjek itu sendiri.

Subyek penelitian ini adalah 32 siswa kelas VIII-G di SMPN 1 Lamongan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa melalui penggunaan model pembelajaran pengajuan soal (problem posing) pada mata pelajaran IPS

B. Prosedur PenelitianPada penelitian ini, dilakukan berdasarkan

langkah-langkah yaitu (1) Persiapan, Pada tahap ini peneliti menyiapkan perangkat pembelajaran yang meliputi silabus, RPP, LKS, bahan ajar siswa, tes/soal berpikir kreatif, (2) Menyiapkan berbagai format pengamatan, (3) Validasi yaitu untuk mengetahui kevalidan perangkat pembelajaran yang telah direncanakan. Pada tahap ini, dilakukan validasi kepada dua validator yaitu Nasution, M.Hum., M.Ed., Ph.D. dan Mujiburahman W, M.Pd Bedasarkan hasil validasi menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran valid dengan sedikit perbaikan dan dapat diimplementasikan/digunakan dalam pembelajaran di kelas, (4) Tahap Pelaksanaan yaitu Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran problem posing, dan (5) Tahap akhir meliputi Observasi, Analisis dan Refleksi.

C. Teknik Pengumpulan Data

Ada beberapa teknik pengumpulan data pada penelitian ini. Pertama yaitu dengan dokumentasi dan observasi yang bertujuan untuk mendokumentasi proses belajar mengajar dengan menggunakan MPPS. Kedua dengan melakukan pengamatan. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan lembar-lembar pengamatan, seperti lembar keterlaksanaan pembelajaran/RPP, aktivitas siswa, dan kendala/hal-hal yang tidak sesuai dengan pembelajaran. Ketiga dengan memberikan tes yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif siswa.

2

Page 3: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PENGAJUAN SOAL (PROBLEM POSING)  UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA  PADA MATA PELAJARAN IPS DI SMP NEGERI 1 LAMONGAN

Penggunaan Model Pembelajaran Pengajuan Soal

D. Teknik Analisis Data

Data hasil penelitian dianalisis secara deskriptif kualitatif. Data-data tersebut meliputi, data hasil pengamatan keterlaksanaan RPP, aktivitas siswa, dan kendala/hal-hal yang tidak sesuai dengan pembelajaran, serta tes yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif siswa. Peningkatan tersebut ditentukan dengan membandingkan rata-rata penilaian yang diberikan kedua pengamat. Kedua, hasil tes kemampuan berpikir kreatif dianalisis dengan persentase berdasarkan kebaruan, fleksibilitas dan kefasihan baik dari segi jumlah pertanyaan maupun kualitas petanyaan yang dibuat siswa.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sebelum melakukan penelitian, dilakukan validasi terlebih dahulu terhadap perangkat pembelajaran oleh ahli pendidikan. Berdasarkan hasil validasi dari dua validator bahwa validasi ini untuk mengetahui kebenaran isi, bahasa dan format. Adapun hasil penelitian dapat di sajikan sebagai berikut:

A. Keterlaksanaan RPP dalam PembelajaranKeterlaksanaan RPP dalam proses pembelajaran

di kelas sangat ditentukan oleh pengelolaan guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Menurut Mulyasana (2011: 440) bahwa guru memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas pembelajaran, baik kualitas proses pembelajaran maupun kualitas lulusan. Hal ini sesuai dengan pendapat Omrod (2009) Pengajaran yang efektif dimulai jauh sebelum siswa memasuki ruang kelas. Ini berarti bahwa guru yang baik melakukan perencanaan terlebih dahulu. Mengidentifikasi pengetahuan dan keterampilan yang mereka inginkan untuk dikuasai oleh siswa, menentukan urutan yang tepat untuk mengajarkan pengetahuan dan keterampilan.

Dalam penelitian ini guru bertindak sebagai motivator maupun fasilitator dan sudah berupaya untuk melaksanakan RPP sesuai dengan yang sudah direncanakan. Motivator yang di maksud adalah guru memotivasi peserta didik/siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dengan membuat pertanyaan. Jadi siswa tidak hanya menjawab pertanyaan dari guru tetapi di latih untuk bisa membuat pertanyaan berdasarkan fakta-fakta atau permasalahan yang diberikan guru. Sebagai fasilitator, guru mendampingi siswa dalam menyelesaikan permasalahan yang ada melalui lembar kegiatan siswa. Dengan peran guru sebagai motivator dan fasilitator tersebut terjadi peningkatan siswa dalam membuat pertanyaan berdasarkan jumlah maupun kualitas pertanyaan.

Dalam BSNP (2006) dijelaskan bahwa keterlaksanaan pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP. Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan

kegiatan penutup. Dalam kegiatan pendahuluan, guru: menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran; mengajukan pertanyaanpertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari; menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai; menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.

Hasil ketelaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang dilakukan oleh dua pengamat pada siklus 1, siklus 2, dan siklus 3 secara ringkas dapat di sajikan pada diagram berikut ini:

Berdasarkan data hasil penelitian tersebut terjadi peningkatan terhadap keterlaksaan RPP. Peningkatan ini terjadi setelah guru berdiskusi dengan dua pengamat untuk memperbaiki pembelajaran pada siklus berikutnya. Perbaikan ini terutama terjadi pada aspek motivasi siswa dan memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya tentang pengajuan/membuat pertanyaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Siswono (2004: 77) bahwa pengajuan masalah sangat berkaitan dengan kemampuan guru dalam memotivasi siswa melalui situasi yang menantang sehingga siswa dapat mengajukan pertanyaan yang dapat diselesaikan.

B. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran

Aktivitas siswa yang di nilai dalam proses pembelajaran dengan model problem posing meliputi 6 aspek yaitu mendengarkan atau memperhatikan penjelasan guru, membawa dan membaca buku pegangan/LKS, menulis penjelasan guru yang dianggap penting/relevan terhadap proses pembelajaran, mengerjakan tugas tentang pengajuan pertanyaan (diskusi kelompok), membacakan hasil diskusi kelompok yang telah dikerjakan, dan prilaku yang tidak relevan dalam KBM.

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran problem posing dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa yaitu kefasihan, fleksibilitas, dan kebaruan dengan indikator berdasarkan pada jumlah dan kualitas pertanyaan telah dilakukan berdasarkan tahapan tiap siklusnya. Hampir semua aspek yang

3

Per

sent

ase

79

86 86

Diagram 1. Keterlaksanaan RPP

Page 4: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PENGAJUAN SOAL (PROBLEM POSING)  UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA  PADA MATA PELAJARAN IPS DI SMP NEGERI 1 LAMONGAN

INTERAKSI . Volume 01 Nomor 01 Tahun 2013,

diamati oleh pengamat tergolong baik dan sangat baik. Lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram berikut:

Aktivitas siswa pada tiap siklus selalu mengalami peningkatan mulai pendahuluan hingga penutup, karena siswa tidak mengalami kesulitan yang berarti dalam pembelajaran dan ini tidak terlepas dari siswa yang sangat antusias mengikuti pembelajaran, bahkan begitu antusiasnya pada siklus 2 menurut salah satu pengamat waktu diskusi melebihi waktu yang dialokasikan.

Pemilihan model pembelajaran problem posing di kelas di maksudkan untuk mengambangkan dan memaksimalkan kemampuan berpikir dengan merangsang kerja otak secara maksimal. Kemampuan tersebut dapat ditumbuhkan dengan mengembangkan rasa ingin tau melalui aktivitas berpikir kreatif yang salah satunya adalah dengan membuat/menyusun pertanyaan berdasarkan materi hubungannya dengan permasalahan atau fakta-fakta yang di rasakan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sejalan dengan teori yang di kemukakan oleh Brown dan Walter (dalam Rahmawaty, 2013:101) tentang membuat siswa sadar tentang apa yang akan mereka pelajari membantu mereka membuat hubungan antara suatu pelajaran tertentu dengan relevansinya terhadap kehidupan mereka sendiri. Berdasarkan teori tersebut, pada penelitian ini siswa mempunyai kemampuan untuk membuat pertanyaan-pertanyaan berdasarkan materi pelajaran yang dihubungakan dengan fakta/permasalahan yang dirasakan dalam kehidupan nyata setiap hari. Hal ini membuat siswa menyadari bahwa materi yang di pelajari sangat relevan dengan kehidupan yang dirasakan sehari-hari.

Pembelajaran dengan problem posing ini juga sesuai dengan teori pembelajaran sosial Vygotsky (Slavin, 2006) bahwa dalam teori pembelajaran sosial terdapat konsep tentang scaffolding, yaitu pemberian bantuan pada anak selama tahap-tahap perkembangannya dan mengurangi bantuan tersebut secara bertahap serta memberi anak kesempatan untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah anak dapat melakukannya. Berdasarkan teori tersebut bahwa penelitian ini guru memberikan bimbingan dan arahan pada saat diskusi untuk meyelesaikan suatu persoalan serta memberi kesempatan pada siswa untuk lebik kreatif dan kritis

terhadap suatu permasalahan, dalam hal ini siswa diberi kesempatan untuk membuat pertanyaan baik berdasarkan jumlah maupun kualitasnya sesuai fakta/persoalan yang diberikan guru.

Peningkatan aktivitas siswa pada setiap siklus pada penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Irwan (2011) bahwa secara keseluruhan terjadi peningkatan aktivitas belajar mahasiswa dengan menggunakan metode problem posing. walaupun Penelitian Irwan tersebut yang menjadi subyeknya adalah mahasiswa, dan penelitian ini subyeknya siswa, namun yang di ukur sama yaitu aktivitas belajar yang menunjukkan adanya peningkatan.

C. Kendala dan Hal-hal yang ditemukan serta Pendapat Siswa dalam Pembelajaran

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), merupakan perencanaan jangka pendek untuk memproyeksikan apa yang akan dilakukan dalam pembelajaran. Dengan demikian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan upaya untuk melakukan tindakan yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. Salah satunya adalah model pembelajaran yang dipilih untuk diterapkan dalam kelas yaitu model pembelajaran pengajuan soal (problem posing).

Berdasarkan data hasil penelitian dengan model pembelajaran problem posing ini ada beberapa kendala yang disampaikan oleh dua pengamat setiap siklusnya. Pada siklus 1 yaitu Siswa dalam membuat pertanyaan kebanyakan hanya bersifat pengertian dan masih kesulitan dalam membuat pertanyaan yang sifatnya lebih tinggi seperti pemahaman dan posisi tempat duduk siswa kurang mencerminkan kelas interaktif/posisi konvensional. Maksudnya bahwa siswa dalam kelompok belum berhadap-hadapan tetapi masih kelompok berderet/berjajar 4 siswa dan sudah dirubah pada siklus selanjutnya dengan saling berhadap-hadapan membentuk segi empat tanpa merubah anggota kelompok.

Pada siklus 2 ada temuan dari pengamat bahwa Pada waktu diskusi kelompok memperhatikan waktu yang tersedia. Hal ini terjadi karena guru terlalu lama dalam membimbing masing-masing kelompok sehingga kurang menyadari waktu yang tersedia, hal ini dimaksudkan agar guru dapat optimal dalam membimbing siswa. Solusi yang diberikan pengamat adalah Mengarahkan dan menjelaskan pentingnya penggunaan waktu dalam diskusi kelompok.

Pada siklus 3, hal-hal yang ditemukan dalam pembelajaran menurut pengamat yaitu Siswa cenderung kebingungan didalam membuat pertanyaan karena beberapa pertanyaan dengan soal/permasalahan terbatas karena sama dan masih ada siswa yang tidak membawa LKS. Kebingungan yang di maksudkan karena awal mengerjakan soal pada siklus 3 ini siswa merasa sudah membuat beberapa pertanyaan pada

4

Per

sent

ase

75 8092,5

Diagram 2. Aktivitas Siswa

Page 5: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PENGAJUAN SOAL (PROBLEM POSING)  UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA  PADA MATA PELAJARAN IPS DI SMP NEGERI 1 LAMONGAN

Penggunaan Model Pembelajaran Pengajuan Soal

siklus sebelumnya. Ada salah satu siswa yang bertanya pada saat itu “Pak, apa boleh dihubungkan dengan kejadian yang terjadi di Indonesia, maksudnya peristiwa alam?”. Pertanyaan ini menjadi perhatian semua siswa. Setelah guru memberikan penjelasan dan motivasi secara singkat, siswa mengerjakan soal.

Pada pertemuan terakhir siswa diminta untuk menuliskan pendapatnya tentang pembelajaran dengan model problem posing yang telah dilakukan di lembar pengamatan. Hasilnya menunjukkan bahwa siswa memberi respon positif terhadap pembelajaran yang dibuktikan dengan antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran. Mereka mengatakan membuat soal sendiri menyenangkan karena ia dapat mencoba dan menggunakan ide sendiri., menyebabkan materi pelajaran maupun cara menyelesaikan soal mudah diingat, menjadi yakin dapat mempelajari cara memecahkan masalah, mendorong menggunakan kemampuan berpikir kreatif. Selain itu dengan tugas pengajuan masalah mengharuskan ia memahami soal-soal sebelumnya, membantu menghubungkan materi dengan kondisi alam dalam kehidupan sehari-hari. Memudahkan memahami materi yang telah dijelaskan di kelas, dan mendorongnya untuk lebih giat mempelajari materi, menuntut ia mengulang-ulang pelajaran di rumah, dan mendorongnya lebih banyak membaca materi yang akan diberikan guru.

Pengajuan masalah dengan membuat pertanyaan sendiri merupakan tugas yang baru, menarik, menyenangkan serta merupakan cara mengajar guru untuk merangsang, mengekplorasi kemampuan, ide-ide kreatif siswa agar lebih meningkat. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Thobroni (2011: 350) tentang kelebihan dengan menggunakan model problem posing ini, salah satunya adalah dapat membantu siswa untuk melihat permasalahan yang ada dan yang baru diterima sehingga diharapkan mendapatkan pemahaman yang mendalam dan lebih baik dan yang lebih penting lagi adalah merangsang siswa untuk memunculkan ide-ide yang kreatif, memperluas wawasan pengetahuan serta dapat memahami soal/pertanyaan untuk diselesaikan.

D. Kemampuan Berpikir Kreatif

Berdasarkan fleksibilitas, kefasihan dan kebaruan, kemampuan berpikir kreatif adalah (1) Seberapa banyak (variasi/beragam) pertanyaan yang dibuat siswa berdasarkan soal tentang permasalahan/fakta-fakta. Fleksibilitas yang dimaksud adalah jumlah pertanyaan yang dibuat siswa tiap pertemuan/siklus lebih dari satu. Jika pertanyaan hanya satu berarti tidak ada variasi maka kefasihan tidak tercapai. Sedangkan untuk kebaruan dilihat dari pertanyaan tersebut tidak sama dengan pertanyaan sebelumnya (tiap pertemuan/siklus). (2) Berdasarkan kualitasnya yaitu pertanyaan yang dibuat siswa setiap

pertemuan/siklus berdasarkan kriteria yang telah ditentukan.

Hasil penelitian pada siklus pertama, kedua dan ketiga menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif berdasarkan banyaknya/jumlah pertanyaan yang dibuat siswa mengalami fluktuasi/naik turun yaitu dari membuat pertanyaan salah/tidak sesuai pada siklus 1 dan siklus 2 ada 2 siswa (6,25%) meningkat menjadi 3 siswa (3,12 %) pada siklus 3. Berdasarkan jawaban kedua siswa tersebut terjadi karena kurang teliti dalam memahami soal yang diberikan peneliti sehingga jawabannya kurang bisa dipahami maksudnya dan tidak sesuai dengan soal yang diberikan guru.

Pada pertanyaan hanya satu dan benar sesuai materi dari siklus 1 ke siklus 2 meningkat dari 5 siswa menjadi 14 siswa atau meningkat sebesar 28,12% dan turun lagi pada siklus 3 menjadi 7 siswa (21,87%). Peningkatan jumlah siswa dari siklus 1 ke siklus 2 tersebut berpengaruh terhadap jumlah siswa untuk kemampuan membuat pertanyaan lebih dari satu dan benar sesuai materi yaitu dari 25 siswa pada siklus 1 menjadi 16 siswa pada siklus 2 atau turun sebesar 28,12%.

Memperhatikan data tersebut dapat dijelaskan bahwa pada siklus 1 siswa masih mempunyai kesempatan berpikir lebih leluasa untuk membuat pertanyaan sebanyak-banyaknya sesuai keinginan dan kemampuan siswa dalam membuat pertanyaan sesuai soal yang diberikan dan memang selama ini dalam pembelajaran siswa biasanya hanya mengerjakan/menjawab soal/pertanyaan yang diberikan guru. Pada siklus ke 2 ini siswa harus berpikir lebih keras karena pertanyaan yang akan di buat tidak sama dengan pertanyaan yang sudah di buat pada siklus 1.

Pada siklus ke 3 jumlah siswa yang membuat pertanyaan lebih dari satu dan benar sesuai materi meningkat dari siklus ke 2 yaitu dari 16 siswa menjadi 22 siswa atau meningkat sebesar 18,75%. Peningkatan ini tentunya berdasarkan refleksi pada siklus 3 yaitu Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa antusias siswa masih sangat baik selama proses belajar berlangsung dan kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik, hal ini dapat dilihat dari jumlah dan petanyaan yang berkualitas setiap siklusnya.

Hasil penelitian kemampuan berpikir kreatif berdasarkan kualitas pertanyaan pada siklus 1, siklus 2, dan siklus 3 tiap kriteria/itemnya peningkatannya bervariasi yaitu kualitas pertanyaan yang dibuat siswa pada kriteria tidak ada pertanyaan/pertanyaan tidak sesuai, persentasenya mengalami peningkatan tiap siklusnya yaitu dari siklus 1 ke siklus 2 sebesar 0,12% dan dari siklus 2 ke siklus 3 sebesar 2,44%, ini terjadi karena siswa kurang teliti dalam memahami soal yang

5

Page 6: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PENGAJUAN SOAL (PROBLEM POSING)  UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA  PADA MATA PELAJARAN IPS DI SMP NEGERI 1 LAMONGAN

INTERAKSI . Volume 01 Nomor 01 Tahun 2013,

diberikan peneliti sehingga jawabannya kurang bisa dipahami maksudnya dan tidak sesuai dengan soal.

Pada kualitas pertanyaan berupa pemahaman dan sebab akibat (kausalitas) dari siklus 1 ke siklus 2, dan ke siklus 3 mengalami peningkatan yaitu untuk pertanyaan pemahaman 8,24% dari siklus 1 ke siklus 2 dan 2,44% dari siklus 2 ke siklus 3, sedangkan pertanyaan kausalitas sebesar 9,99% dari siklus 1 ke siklus 2 dan 9,76% dari siklus 2 ke siklus 3.

Peningkatan ini sejalan dengan pendapat Herdian (2009) bahwa Problem posing merupakan model pembelajaran yang mengharuskan siswa menyusun pertanyaan sendiri atau memecah suatu soal menjadi pertanyaan-pertanyaan yang lebih sederhana yang mengacu pada penyelesaian soal tersebut. Siswa harus memahami atau menguasai materi, hal tersebut akan dicapai jika siswa memperkaya khazanah pengetahuannya tak hanya dari guru melainkan perlu belajar secara mandiri dalam konteks kehidupan sehari-hari.

Peningkatan tersebut juga tidak terlepas dari peran guru sebagai motivator dalam pembelajaran untuk selalu mengingatkan pada siswa untuk berpikir dan selalu berpikir dalam membuat pertanyaan sesuai soal yang diberikan dan ini sejalan dengan Siswono (2004:77) bahwa pengajuan masalah sangat berkaitan dengan kemampuan guru dalam memotivasi siswa melalui situasi yang menantang sehingga siswa dapat mengajuakan pertanyaan yang dapat diselesaikan dan berakibat pada peningkatan dalam memecahkan masalah.

Dari hasil penelitian berdasarkan jumlah pertanyaan yang dijawab siswa dapat diketahui fleksibilitas, kefasihannya, dan kebaruan seperti pada tabel berikut.

Tabel 1. Kemampuan Berpikir Kreatif (Fleksibilitas dan Kefasihan) berdasarkan Jumlah Pertanyaan

SiklusJumlah Siswa

%

1 25 78,122 16 503 22 68,75

Berdasarkan tabel tersebut bahwa fleksibilitas dan kefasihan yang dicapai oleh siswa mengalami fluktuasi, walaupun demikian pada siklus 3 mengalami peningkatan. Pada siklus 1 sebesar 78,12%, siklus 2 yaitu 50%, dan siklus 3 yaitu 68,75%. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Siswono (2005) tentang upaya meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa seiring dengan kemampuan pengajuan masalah dan menunjukkan bahwa pengajuan masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif terutama pada aspek kefasihan dan kebaruan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram berikut.

Pada unsur kebaruan bahwa siklus 1, siklus 2, dan siklus 3 sudah memenuhi unsur kebaruan karena sebelum siswa mengerjakan soal untuk membuat pertanyaan di setiap siklusnya, peneliti/guru sudah menginformasikan bahwa pertanyaan tersebut jangan sama dengan pertanyaan sebelumya. Hal ini untuk mengarahkan siswa berpikir lebih kreatif dalam membuat pertanyaan.

Peningkatan ini juga terjadi pada kemampuan berpikir kreatif tentang fleksibilitas dan kefasihan berdasarkan kualitas pertanyaan yang di buat siswa yaitu dari siklus 2 ke siklus 3 sebesar 11,7%. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2. Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa (Fleksibilitas dan Kefasihan) berdasarkan Kualitas Pertanyaan

Skls

Definisix 1

Pmhman x 2

KauslitasX 3 Jml %

Jml % Jml % Jml %

1 18 62.1 28 31.8 9 16.7 55 32.16

2 7 24.1 26 29.5 15 27.8 48 28.07

3 4 13.8 34 38.6 30 55.5 68 39.77

Jml 29 100 88 100 54 100 171 100

Peningkatan fleksibilitas dan kefasihan berdasarkan jumlah dan kualitas pertanyaan yang terjadi pada siklus 3 karena pada siklus ini siswa sudah mempunyai pengalaman membuat pertanyaan pada siklus sebelumnya dan pemahaman meteri sudah mengalami kemajuan sehingga jumlah siswa yang dapat membuat pertanyaan pada tingkat hubungan sebab akibat mengalami peningkatan yaitu 11,7 %. Lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram berikut.

6

Per

sent

ase

78,1

50

68,7

Diagram 3. Kemampuan Berpikir Kreatif (Fleksibilitas dan Kefasihan) berdasar- kan Jumlah Pertanyaan

Page 7: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PENGAJUAN SOAL (PROBLEM POSING)  UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA  PADA MATA PELAJARAN IPS DI SMP NEGERI 1 LAMONGAN

Penggunaan Model Pembelajaran Pengajuan Soal

Keterangan: 1= Definisi 2= Pemahaman 3= Kausalitas

KESIMPULAN

A. Simpulan

Berdasarkan data hasil penelitian dan diskusi hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran pengajuan soal (problem posing) dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa (Fleksibilitas, Kefasihan, dan Kebaruan) baik berdasarkan jumlah pertanyaan maupun kualitas pertanyaan.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa ada beberapa hal yang merupakan saran yang harus diperhatikan dalam menerapkan model pembelajaran pengajuan soal (problem posing) untuk meningkatkan kemampuan Berpikir Kreatif Siswa yaitu:1. Persiapan guru harus lebih, karena harus menyiapkan

informasi atau permasalahan/fakta-fakta yang akan disampaikan ke siswa.

2. Sebaiknya diterapkan pada kemampuan siswa/kelas-kelas atas

3. Tidak semua peserta didik terampil untuk membuat pertanyaan terutama pada pertanyaan tingkat tinggi misalnya sebab akibat/hubungan kausalitas

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

BSNP. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan.

Hardian. 2009. Model Pembelajaran Problem Posing. http://herdy07.wordpress.com/2009/04/19/model-pembelajaran-problem-posing/ di akses pada tanggal 29 mei 2013

Irwan. 2011. “Pengaruh Model Problem Posing dengan Pendekatan Search, Solve, Create and Share (SSCS) dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Mahasiswa”. Jurnal Penelitian Pendidikan. Vol.12 No.1. Pp 1-13.

Moleong, Lexi J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Mulyasana, Dedy. 2011. Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing. Jakarta: Rosda.

Nasution. 2011. Kajian Pembelajaran IPS di Sekolah. Surabaya: Unesa University Press.

NCSS. 1994. Expectation of Excellence: Curriculum Standards for Social Studies. Washington.

Omrod, J.E. 2009. Psikologi Pendidikan Edisi Keenam Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Omrod, J.E. 2009. Psikologi Pendidikan Edisi Keenam Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor. 22 tahun 2006. Tentang standard isi.

Rahmawaty. 2013. Peningkatan Hasil Belajar Menghitung Dana Kas Kecil melalui Model Pembelajaran dengan Pendekatan Problem Posing di Kelas X Akuntansi 2 SMK Negeri 1 Tarakan. Tesis. PPs Unesa Surabaya.

Russefendi, E.T. 1988. Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.

Siswono, Tatag Y.E. 2004. Mendorong Berpikir Kreatif Siswa melalui Pengajuan Masalah (Problem Posing). Konferensi Nasional Matematika XII, Universitas Udayana, Denpasar. Bali.

Siswono, Tatag Y.E. & Novitasari, Whidia. 2007. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif melalui Pemecahan Masalah tipe “what’s Another Way”. Jurnal Pendidikan Matematika “Transformasi”. Oktober 2007.

Siswono, Tatag Y.E. 1999. Metode Pemberian Tugas Pengajuan Soal (Problem Posing) dalam Pembelajaran Matematika Pokok Bahasan Perbandingan di MTs Negeri Rungkut Surabaya. Tesis PPs Unesa Surabaya. Tidak dipublikasikan.

Siswono, Tatag Y.E. 2008. Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pengajuan dan Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif. Surabaya: Unesa University Press.

Slavin, Robert E. 2006. Educational Psychology. Boston: Pearson.

Soegijono, N & Sunarto. 1989. Menyiapkan Pertanyaan dan Contoh sebelum berlangsung Acara Tatap Muka dalam Upaya Meningkatkan Pemahaman Metodologi Penelitian pada Jurusan Teknologi pendidikan, FIP IKIP

7

Per

sent

ase

Diagram 4. Kemampuan Berpikir Kreatif (Fleksibilitas dan Kefasihan) berdasar- kan Kualitas Pertanyaan

Page 8: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PENGAJUAN SOAL (PROBLEM POSING)  UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA  PADA MATA PELAJARAN IPS DI SMP NEGERI 1 LAMONGAN

INTERAKSI . Volume 01 Nomor 01 Tahun 2013,

Surabaya semester Ganjil tahun 1988/1989. Laporan Penelitian, Pusat Penelitian IKIP Surabaya.

Sukardi. 1989. Peningkatan Hasil Belajar Mahasiswa dengan Cara Membuat Ringkasan dan Pertanyaan tentang Suatu Pokok Bahasan yang terdapat dalam Buku Ajar sebelum Mahasiswa mengikuti Kuliah. Laporan Penelitian, Pusat Penelitian IKIP Surabaya.

Suratno. 2010. “Kreativitas, Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial dan Pendidikan Karakter Bangsa”, Jumadi dkk. Pendidikan Karakter dan Integritas Publik. Makalah Internasional. Himpunan Sarjana Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial Indonesia (HISPISI) Sulewesi Selatan 13-14 Juli 2010.

Thobroni, Muhammad dan Arif Mustofa. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: AR-Ruzz Media.

8

Page 9: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PENGAJUAN SOAL (PROBLEM POSING)  UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA  PADA MATA PELAJARAN IPS DI SMP NEGERI 1 LAMONGAN