PENGGUNAAN MEDIA KOMIK UNTUK MENINGKATKAN SKRIPSI …
Transcript of PENGGUNAAN MEDIA KOMIK UNTUK MENINGKATKAN SKRIPSI …
PENGGUNAAN MEDIA KOMIK UNTUK MENINGKATKAN
PENGUASAAN KONSEP IPA PADA MATERI SISTEM PEREDARAN
DARAH KELAS V DI SDN KAMPUNG BULAK 03
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Oleh :
Rimma Rahma
NIM: 11150183000073
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDA’IYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H / 2020 M
i
ABSTRAK
Rimma Rahma (11150183000073) Penggunaan Media Komik untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep IPA Pada Materi Sistem Peredaran Darah Kelas V di SDN Kampung Bulak 03. Skripsi Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2019.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan penguasaan konsep IPA siswa pada materi sistem peredaran darah dengan menggunakan media komik. Penelitian ini dilaksanakan pada tahun ajaran 2018-2019 bulan November di kelas V SDN Kampung Bulak 03. Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes berupa pilihan ganda, serta instrumen non tes berupa lembar observasi aktivitas guru, siswa dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan terdapat peningkatan penguasaan konsep IPA siswa pada materi sistem peredaran darah. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan penguasaan konsep pada siklus I dan II. Pada siklus I, terdapat 69% siswa yang memperoleh nilai di atas KKM dengan rata-rata nilai siswa sebesar 70. Kekurangan dan kelemahan pada siklus I dapat diperbaiki sehingga terjadi peningkatan pada siklus II. Pada siklus II, penguasaan konsep siswa meningkat hingga mencapai kriteria ketuntasan yang diharapkan, yaitu terdapat 84% siswa memperoleh nilai di atas KKM dengan rata-rata sebesar 79. Berdasarkan hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa penggunaan komik dapat meningkatkan penguasaan konsep IPA siswa pada materi sistem peredaran darah. Kata Kunci: Media Komik, Peningkatan Penguasaan Konsep
ii
ABSTRACT
Rimma Rahma (11150183000073) The Use of Comic to Increase Mastery of
Science Concepts in 5th Grade of Circulatory System Material in SDN
Kampung Bulak 03. Thesis Studies Program Faculty of Madrasah Ibtidaiyah
Teacher Education and Teaching Tarbiyah Syarif Hidayatullah State Islamic
University Jakarta, 2019.
This research aims to determine the increase in mastery of the science
concepts of students in the circulatory system material using comic media. This
research was conducted in the academic year 2018-2019 in November in class V
SDN Kampung Bulak 03. The research method used was Classroom Action
Research (CAR). The instrument used in this research was a multiple choice test,
and a non-test instrument in the form of an observation sheet for teacher, student
and interview activities. The results showed an increase in the mastery of science
concepts in students on the circulatory system material. This is proven by the
increase in mastery of concepts in cycles I and II. In the first cycle, there were
69% of students who scored above the KKM with an average student score of 70.
Weaknesses and weaknesses in the first cycle could be improved so that there was
an increase in the second cycle. In cycle II, students 'mastery of concepts
increased to achieve the expected completeness criteria, namely 84% of students
scored above KKM with an average of 79. Based on the results of the research
showed that the use of comics can improve students' mastery of science concepts
in the circulation system material blood.
Keyword: The Media of Comic, Increased Mastery of Concept
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahirobbil’alamiin, puji syukur penulis kepada Allah SWT, yang
senantiasa memberikan rahmat, petunjuk, dan segala ke Agungannya sehingga
sehingga penulis dapat menyelesaika tugas akhir perkuliahan dengan membuat
skripsi berjudul “Penggunaan Media Komik Untuk Meningkatkan
Penguasaan Konsep IPA Pada Materi Sistem Peredaran Darah Kelas V di
SDN Kampung Bulak 03”. Sholawat serta salam selalu tercurah kepada baginda
Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para sabahat, dan para umatnya yang
semoga mendapatkan syafa’at di yaumil akhir.
Skirpsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata
(S1) pendidikan pada program studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtida’iyah
Universitas Islam Negeri Syarief Hidayatullah Jakarta. Pembuatan skirpsi ini
terlaksana berkat bimbingan, dukungan dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan
terimakasih setulus-tulusnya kepada:
1. Dr. Sita Ratnaningsih, Siti Masyithoh, M.Pd. dan Rohmat Widiyanto, M.Pd
selaku Dosen Pembimbing yang senantiasa meluangkan waktu, memberikan
masukan, saran, dukungan, dan motivasi kepada penulis dengan penuh
kesabaran selama proses bimbingan penyusunan skripsi.
2. Mufida Awalia Putri, M.Pd., selaku Dosen Mata Kuliah bidang IPA yang
telah banyak membimbing dan mengarahkan dalam pembuatan proposal
skipsi kepada penulis.
3. Dina Rahma F, M.Pd., selaku Dosen validator instrumen yang telah
memberikan kritik dan saran kepada penulis selama proses validasi.
4. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtida’iyah UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan segala ilmu dalam proses
perkuliahan semoga semua ilmu yang telah Bapak dan Ibu berika mendapat
keberkahan dan balasan dari Allah SWT.
iv
5. Pundi Ary Setiawati, S.Pd., selaku guru kelas V SD Negeri Kampung Bulak
03 yang telah meluangkan waktunya untuk membantu penulis selama
melakukan penelitian.
6. Teristimewa untuk kedua orangtua saya tercinta, Mama Rabiah Susi dan
Ayah Drs. Ridwan Kinana, MBA yang selalu memberikan kasih sayang,
motivasi, semangat, doa, dan dukungan baik moril maupun materil yang tak
henti-hentinya dari awal perkuliahan hingga penyusunan skripsi ini.
7. Kakak-kakak dan Adik-adik saya, Fouqil Rais, Bani Yardha, M. Rayyan, M.
Raa, M. Rizqi, Riru Rahimah, A. Rahman, A. Rahim, A. Rauf, A. Razaq,
dan Raudatul Jannah.
8. Sahabat-sahabat saya, Ayu Fauziah, Resty Jelita, Mamisya Yunia, Firda
Aulia, Amelya Razak Siti Nur Aftika, Muhammad Ramadhan, dan Rachel
Rivanti yang selalu membantu dan bersama saya di waktu senang maupun
sulit.
9. Teman-teman pendidikan PGMI angkatan 2015 yang selalu memberikan
motivasi dan saran kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
10. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini namun
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, tanpa mengurangi rasa hormat,
penulis ucapkan terimakasih telah membantu dalam penyusunan skripsi ini,
jazakumullah.
Akhir kata penulis ucapkan mohon maaf atas segala kekurangan. Oleh karena itu,
penulis menerima kritik dan saran untuk kebaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini
dapat memberikan manfaat kepada pembaca. Aamiin.
Jakarta, 20 Januari 2020
Penulis
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................................. 6
C. Pembatasan Masalah ................................................................................. 6
D. Perumusan Masalah................................................................................... 7
E. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 7
F. Manfaat Penelitian .................................................................................... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teoritik...................................................................................... 8
B. Hasil Penelitian yang Relevan ................................................................. 31
C. Kerangka Berpikir ................................................................................... 32
D. Hipotesis Tindakan .................................................................................. 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................. 35
B. Metode Penelitian dan Desain Siklus Penelitian ...................................... 35
C. Subjek Penelitian ..................................................................................... 35
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ............................................... 36
E. Tahapan Intervensi Tindakan................................................................... 36
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ............................................ 37
vi
G. Data dan Sumber Data ............................................................................. 37
H. Instrumen Penelitian ................................................................................ 38
I. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 41
J. Analisis Data dan Interpretasi Data .......................................................... 41
K. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaaan ..................................................... 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Hasil Penelitian ............................................................................47
B. Pembahasan ............................................................................................ 68
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN ....................................................................................... 72
B. SARAN ................................................................................................... 72
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................74
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Siklus I ................................................................38
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Siklus II ...............................................................39
Tabel 3.3 Kategori Hasil Observasi ....................................................................42
Tabel 3.4 Nilai Gain dan Klasifikasinya .............................................................43
Tabel 3.5 Klasifikasi Koefisiensi Reabilitas .......................................................44
Tabel 3.6 Kriteria Tingkat Kesukaran Soal .........................................................45
Tabel 3.7 Kriteria Daya Pembeda Butir Soal ......................................................46
Tabel 4.1 Rekapitulasi Hasil Posttest Siklus I ....................................................56
Tabel 4.2 Presentase Hasil Perhitungan N-Gain Siklus I .....................................56
Tabel 4.3 Hasil Rekapitulasi Posttest Siklus II ...................................................66
Tabel 4.4 Presentase Hasil Perhitungan N-Gain Siklus II ...................................67
viii
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Bagan Kerangka Berpikir ..................................................................38
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Unsur-Unsur Komik Pada Halaman Isi ...........................................28
Gambar 4.1 Kegiatan Pembelajaran Siklus I......................................................51
Gambar 4.2 Kegiatan Pembelajaran Siklus II ....................................................62
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat-surat
Lampiran 2 Silabus Pembelajaran
Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Lampiran 4 Lembar Kerja Siswa (LKS)
Lampiran 5 Lembar Observasi Aktivitas Siswa dengan Penggunaan Media
Komik
Lampiran 6 Lembar Observasi Aktivitas Guru dengan Penggunaan Media Komik
Lampiran 7 Hasil Lembar Observasi Aktivitas Siswa dengan Penggunaan Media
Komik
Lampiran 8 Hasil Lembar Observasi Aktivitas Guru dengan Penggunaan Media
Komik
Lampiran 9 Lembar Validasi Instrumen Tes Penguasaan Konsep IPA
Lampiran 10 Kisi-kisi Soal Siklus I
Lampiran 11 Lembar Soal Siklus I
Lampiran 12 Hasil Lembar Soal Siklus I
Lampiran 13 Kisi-kisi Soal Siklus II
Lampiran 14 Lembar Tes Siklus II
Lampiran 15 Hasil Lembar Soal Siklus II
Lampiran 16 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Siklus I
Lampiran 17 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Siklus II
Lampiran 18 Validitas Anates Siklus I
Lampiran 19 Validitas Anates Siklus II
Lampiran 20 Hasil Ujian Tengah Semester I Siswa Kelas V
Lampiran 21 Skor Penguasaan Konsep IPA Siswa Siklus I
Lampiran 22 Skor Penguasaan Konsep IPA Siswa Siklus II
Lampiran 23 Hasil Nilai Gain Penguasaan Konsep Siswa Siklus I
Lampiran 24 Hasil Nilai Gain Penguasaan Konsep Siswa Siklus II
Lampiran 25 Pedoman Wawancara Peserta Didik
Lampiran 26 Pedoman Wawancara Guru
xi
Lampiran 27 Dokumentasi Kegiatan Proses Pembelajaran
Lampiran 28 Lembar Uji Referensi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang
sangat penting, sebab dengan adanya pendidikan manusia dapat memperoleh
suatu pengetahuan, nilai, sikap serta keterampilan agar mampu bersaing di
jaman yang semakin modern seperti sekarang ini. Pendidikan tidak terlepas
dari kegiatan belajar mengajar, sebab tanpa belajar manusia mungkin tidak
dapat mengembangkan bakat, minat, dan kepribadiannya sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki. Karena maju mundurnya suatu bangsa ditentukan
oleh mutu pendidikan itu sendiri.1
Salah satu tahapan pendidikan yang sangat penting terhadap kualitas
manusia adalah sekolah dasar. Sekolah dasar merupakan satuan pendidikan
dasar yang menjadi program wajib belajar dari pemerintah dimana proses
pendidikannya dirancang agar dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang
lebih tinggi. Agar dapat menjadi bangsa yang maju dalam penguasaan
teknologi, maka pendidikan tentang IPA diajarkan dari mulai pendidikan
dasar.2 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sendiri sering disebut dengan singkat
sebagai sains. Dalam Usman Samatowa, James Conant mendefinisikan sains
sebagai “suatu deretan konsep serta skema konseptual yang berhubungan satu
sama lain, dan yang tumbuh sebagai hasil ekspresimentasi dan observasi, serta
berguna untuk diamati dan dieksperimentasikan lebih lanjut.”3
Karakteristik dari ilmu sains sendiri merupakan konsep-konsep yang
berkaitan erat dan berguna dalam kehidupan sehari-hari. Karakteristik IPA
merupakan kumpulan dari konsep, prinsip, hukum, dan teori. Konsep-konsep
IPA tersebut haruslah dikuasai dengan baik, sehingga ketika siswa menemui
1 Suharsimi Arikunto, Manajemen Pendidikan, (Yogyakarta: Bumi Aksara, 2004), h. 17. 2 Anatri Desstya, dkk, “Refleksi Pendidikan IPA Sekolah Dasar di Indonesia (Relevansi
Model Pendidikan Paulo Freire dengan Pendidikan IPA di Sekolah Dasar), Profesi Pendidikan
Dasar, (Vol. 4, No. 1, 2017), h. 1-2 3 Usman Samatowa, Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar, (Jakarta: Indeks, 2009), h. 1.
2
permasalahan yang serupa dengan konsep tersebut maka siswa dapat
menyelesaikan permasalahan yang ada. Penguasaan konsep IPA yaitu
kemampuan siswa dalam memahami konsep IPA, baik secara teori maupun
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.4
Sesuai dengan karakteristik ilmu sains, pemberian pendidikan IPA di
sekolah bertujuan agar siswa dapat menguasai konsep alam dengan baik.
Pembelajaran IPA juga bertujuan agar siswa dapat menggunakan metode
ilmiah untuk menyelesaikan persoalan alam yang mereka temui dalam
kehidupan sehari-hari serta menjelaskan fenomena yang berhubungan dengan
konsep yang mereka miliki, oleh karena itu penguasaan konsep sangat
dibutuhkan bagi siswa.5
Realitanya, pelajaran IPA merupakan mata pelajaran yang selama ini
dianggap sulit oleh sebagian besar peserta didik, mulai dari jenjang sekolah
dasar sampai sekolah menengah. Kesulitan yang dialami oleh siswa dalam
menguasai konsep-konsep IPA disebabkan karena banyak materi IPA yang
bersifat abstrak. Anggapan sebagian besar peserta didik yang menyatakan
bahwa pelajaran IPA ini sulit juga terbukti dari hasil perolehan Ujian Akhir
Semester (UAS) yang dilaporkan oleh Depdiknas masih sangat jauh dari
standar yang diharapkan. Ironisnya, justru semakin tinggi jenjang pendidikan,
maka perolehan rata-rata nilai UAS pendidikan IPA ini menjadi semakin
rendah.6
Menurut Immanuel, penguasaan konsep IPA yang kurang ini disebabkan
oleh banyaknya istilah asing, materi yang terlalu padat, siswa terkesan mau
tidak mau harus menghafal materi, terbatasnya media pembelajaran, peserta
4 Marlina, Sugeng Utaya dan Lia Yulianti, “Penguasaan Konsep IPA Pada Siswa Sekolah
Dasar Negeri (SDN) Penanggungan Malang”, Universitas Negeri Malang, (No. 8, 2017), h. 782. 5 Lin Suciani Astuti, “Penguasaan Konsep IPA ditinjau Dari Konsep Diri dan Minat
Belajar Siswa”, Jurnal Formatif, (Vol. 7, No. 1, 2017), h. 41. 6 Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta:
Prenadamedia Group, 2013), h. 165.
3
didik terkesan susah memahami materi tanpa tersedianya media, guru yang
cenderung mendominasi pembelajaran, dan terlalu monoton.7
Keberhasilan proses pembelajaran itu sendiri dipengaruhi oleh beberapa
komponen. Media pembelajaran merupakan salah satu komponen yang
penting dalam penyampaian materi ajar kepada siswa. Penggunaan media
pembelajaran akan sangat membantu ketika guru kesulitan dalam menjelaskan
materi pelajaran tertentu yang kurang maksimal apabila hanya dijelaskan oleh
kata-kata atau ceramah. Namun hal tersebut kurang mendapat perhatian dari
guru, karena itu dianggap problem atau menambah pekerjaan terutama dengan
menciptakan media pembelajaran yang cocok dan mendukung terhadap
pembelajaran yang dilaksanakan.8
Menurut Thomas Wibowo terdapat tujuh alasan yang menyebabkan
sejumlah guru enggan menggunakan media pembelajaran. Pertama,
penggunaan media di kelas cukup repot. Kedua, media itu cenderung canggih
dan mahal. Ketiga, guru tidak terampil dalam menggunakan media. Keempat,
media itu dianggap sebagai hiburan sedangkan belajar itu serius. Kelima,
media tidak tersedia di sekolah. Keenam, terbiasanya menikmati ceramah.9
Permasalahan serupa ditemukan ketika peneliti melakukan observasi pada
tanggal 23 Juli 2019 di SDN Kampung Bulak 03 kelas V, yaitu keterbatasan
penggunaan media menjadi masalah utama dalam pembelajaran. Kegiatan
pembelajaran hanya berpusat pada guru dan penyampaian materi hanya
sebatas buku teks. Guru jarang menggunakan media dalam pembelajaran IPA.
Ketika guru meminta siswa membaca materi yang terdapat di buku LKS
Tematik, terlihat hanya beberapa siswa saja yang membacanya dengan
sungguh-sungguh. Siswa kurang termotivasi dan tertarik untuk membaca
dikarenakan buku yang mereka miliki cenderung monoton dan penuh dengan
tulisan tanpa ada gambar yang menarik. Masih banyak siswa yang kesulitan
7 Immanuel Sairo Awang, “Kesulitan Belajar IPA Peserta Didik Sekolah Dasar”, STKIP
Persada Khatulistiwa, (Vol. 6, No. 2, 2015), h. 110 8 Said Alwi, “Problematika Guru dalam Pengembangan Media Pembelajaran”, Itqan,
(Vol. 8, No. 2, 2017), h. 150 9 Thomas Wibowo Agung Sutjiono, “Pendayagunaan Media Pembelajaran”, Jurnal
Pendidkan Penabur, (No. 4, 2005), h. 80-81
4
memahami konsep-konsep IPA, hal ini ditunjukkan ketika siswa diminta
untuk menjelaskan materi yang sudah dijelaskan, siswa masih belum bisa
menjelaskannya kembali dengan bahasa sendiri. Siswa juga lebih cenderung
melakukan penghafalan materi bukan pemahaman materi. Selain itu, dilihat
dari hasil Ujian Tengah Semester I siswa pada mata pelajaran IPA
menunjukkan bahwa sebanyak 50% siswa yang mencapai standar ketuntasan
sekolah dengan standar KKM yaitu 70.
Pada saat peneliti melakukan wawancara, guru mengutarakan kendala
utama yang sering ditemui ialah penggunaan media jarang dilakukan dan
kurang bervariatif karena keterbatasan biaya sehingga siswa kurang antusias
dalam belajar. Selain itu guru juga menyampaikan bahwa siswa kesulitan
memahami materi yang masih bersifat abstrak seperti peredaran darah karena
guru tidak menggunakan media apapun. Guru juga mengutarakan, penggunaan
media pada materi peredaran darah sulit diterapkan.
Menurut Devanti, dkk, siswa masih sulit memahami konsep IPA
khususnya pada materi sistem peredaran darah, bahkan termasuk ke dalam
materi yang sulit dipelajari. Sistem peredaran darah memerlukan pengelolaan
yang baik dalam penyajiannya sebab materi ini membahas tentang proses
peredaran darah yang kompleks sehingga membutuhkan media yang inovatif
untuk mempermudah penyampaian informasi.10
Permasalahan lainnya yang masih sering ditemui ialah buku pelajaran
yang banyak digunakan siswa merupakan buku yang verbalistik, kalimat yang
disajikan cenderung kaku dan kurang komunikatif sehingga membuat siswa
mudah jenuh dan kurang termotivasi untuk membaca buku pelajaran.11 Hal
tersebut membuat siswa hanya membuka buku ketika guru memberi tugas
10 Devanti Nurharyani, Sardini, dan Jumrodah, “Pengaruh Media Animasi terhadap Hasil
Belajar Konsep Sistem Peredaran Darah Manusia Siswa Kelas VIII MTs Raudhatul Jannah Palangkaraya”, EduSains, (Vol. 3, No. 2,2015), h. 126-127.
11 Nabiela Dini Agatha, Jekti Prihatin, dan Erlia Narulita, “Pengembangan Buku Komik Pokok Pembahasan Sistem Peredaran Darah”, Jurnal Bioedukatika, (Vol. 5, No. 2, 2017), h. 59.
5
latihan dan hanya bergantung pada buku catatan saja. Hal ini menyebabkan
pengetahuan siswa terhadap IPA tidak menyeluruh dan kurang maksimal.12
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka diperlukan perbaikan dan solusi
dalam kegiatan belajar mengajar agar dapat meningkatkan penguasaan konsep
siswa. Salah satu solusinya ialah penggunaan media komik yang menarik
dalam pembelajaran sebagai kerangka yang berisi konsep-konsep yang hendak
diajarkan. Potensi komik sebagai media dalam pendidikan pun selalu diakui
oleh guru dan ahli psikologi. Banyak guru yang telah melakukan penelitian
dan bereksperimen dengan komik dalam kelasnya, dan sebagian besar
digunakan untuk membantu siswa dengan keterampilan literasi yang rendah.13
Pemahaman dan penguasaan materi pada pembelajaran pun lebih mudah
diwujudkan dengan menggunakan media pembelajaran berupa komik yang
lebih sederhana, jelas dan mudah dipahami. Komik dapat digunakan sebagai
bahan ajar karena dinilai efektif dalam proses belajar mengajar, meningkatkan
motivasi, dam minat belajar siswa untuk lebih memahami serta menguasai
konsep suatu materi. 14
Menurut Arroio, komik dapat membuat siswa berpikir tentang sains
dengan pendekatan yang berbeda dimana media ini dapat memperkenalkan
masalah ilmiah dengan cara yang menghibur dan menyenangkan dengan daya
tarik visual dari gambar. Dengan cara ini, belajar sains menjadi lebih menarik
dibandingkan hanya dengan menghapal suatu materi hanya untuk
mendapatkan keberhasilan dalam ujian.15
Menurut Cheesman (2006) dalam Koutnikova, “komik dapat digunakan
dalam semua jenjang pendidikan. Komik juga dapat digunakan untuk
mengatasi hampir semua topik IPA; dan hanya harus disesuaikan dengan usia
12 Retariandalas, “Pengaruh Minat Membaca dan Motivasi Belajar terhadap Prestasi
Belajar IPA Siswa”, Jurnal Formatif, (Vol. 7, No. 2, 2017), h. 191 13 Matteo Farniella, “The Potential of Comics in Science Communication”, Journal of
Science Communication, (Vol. 17, No. 01, 2018), h. 2 14 I Nurvianti, Astalini dan A. Syarkowi, “Penggunaan Media Komik pada Pembelajaran
Fluida Statis di Kelas XI IPA SMA Negeri 2 Kota Jambi Tahun 2017”, Jurnal Penelitian
Pembelajaran Fisika, (Vol. 9, No. 1, 2018), h. 2. 15 Agnaldo Arroio, “Comics As a Narrative In Natural Science Education”, Western Anatolia
Journal of Education Science, Dokuz Eylül Üniversitesi Eğitim Bilimleri Enstitüsü, 2011, h. 97.
6
siswa, siswa yang lebih tua, siswa yang lebih muda dan pra sekolah.”16 Selain
itu, Karen C. Webber, dkk dalam penelitiannya menjelaskan “pembuatan
komik dengan bantuan TIK dapat berperan penting dalam mendekatkan siswa
ke topik yang dianggap sulit terutama konsep tematik yang berasal dari
disiplin ilmu.”17
Berdasarkan permasalahan di atas, penulis tertarik dan merasa
berkepentingan guna memberikan alternatif pemecahan masalah terkait
penguasaan konsep siswa pada mata pelajaran IPA dengan mengadakan
penelitian tentang “Penggunaan Media Komik untuk Meningkatkan
Penguasaan Konsep IPA Pada Materi Sistem Peredaran Darah Kelas V
di SDN Kampung Bulak 03”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat diidentifikasikan
beberapa masalah sebagai berikut:
1. Rendahnya penguasaan konsep IPA siswa.
2. Rendahnya motivasi siswa untuk membaca buku pelajaran.
3. Penggunaan media yang belum variatif dalam proses pembelajaran.
4. Siswa masih lebih sering menghafal materi bukan memahami materi.
C. Pembatasan Masalah
Untuk memberi arahan yang jelas mengenai masalah yang dibahas, maka
pembatasan masalah dalam penelitian ini, yaitu:
1. Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah media komik buku.
2. Penelitian ini diterapkan pada materi sistem peredaran darah.
3. Siswa yang dimaksud adalah siswa kelas V SDN Kampung Bulak 03.
4. Penguasaan konsep IPA yang dicapai ditinjau dari ranah kognitif.
16 Marta Koutnikova, “The Application of Comics in Science Education”, Acta
Educationis Generalis, Tomas Bata University, (Vol. 7, 2017), h. 94 17 Karen, C. Webber, dkk, “Introducing Comics As an Alternative Scientific Narrative in
Chemistry Teaching”, Journal of West Anatolia Educational Sciences (BAED), Dokuz Eylül Üniversitesi Eğitim Bilimleri Enstitüsü, (Vol. 04, No. 08, 2013), h.3
7
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah
dikemukakan, maka dirumuskan masalah yang akan diteliti adalah:
Bagaimana proses pembelajaran dengan menggunakan media komik dapat
meningkatkan penguasaan konsep IPA siswa pada materi sistem peredaran
darah?
E. Tujuan Penelitian
Dari perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
penguasaan konsep IPA siswa pada materi sistem peredaran darah dengan
menggunakan media komik.
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi Siswa
Siswa diharapkan memperoleh pembelajaran IPA yang lebih menarik,
menyenangkan, aktif, bermakna dan memungkinkan dirinya untuk
menguasai konsep IPA sehingga dapat meningkatkan hasil belajarnya.
2. Bagi Guru
Diharapkan guru dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas
pembelajaran IPA serta menambah wawasan dan keterampilan yang dapat
digunakan untuk meningkatkan mutu pembelajaran.
3. Bagi Peneliti
Sebagai rekomendasi agar dapat dijadikan bahan atau ide untuk
mengadakan penelitian lanjutan dengan hal-hal yang belum terjangkau
dalam penelitian. Serta sebagai penguatan kompetensi kependidikan dan
pematangan bagi profesi keguruan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teoritik
1. Penguasaan Konsep IPA
a. Penguasaan Konsep
Penguasaan konsep merupakan ranah kognitif yang menekankan pada
aspek intelektual seperti pengetahuan, pengertian dan keterampilan
berpikir. Penguasaan konsep merupakan kemampuan seseorang dalam
memahami dan menguasai sesuatu yang telah dipelajarinya melalui
pengalaman-pengalaman atau peristiwa yang ia miliki sehingga
menghasilkan suatu produk pengetahuan. Menurut Sumaya, indikator
penguasaan konsep adalah seseorang dapat menguasai konsep ketika orang
tersebut benar-benar memahami suatu konsep yang telah dipelajarinya
sehingga dapat menjelaskan kembali dengan bahasanya sendiri sesuai
dengan pengetahuan yang telah dimilikinya, namun tidak merubah makna
yang ada didalamnya.18
Konsep mengarahkan pada konsep instrumental. Dengan konsep yang
telah kita ketahui, maka seseorang dapat menentukan tindakan-tindakan
apa yang selanjutnya perlu dikerjakan/dilakukan. Misalnya pada kegiatan
memecahkan suatu masalah dan suatu keputusan. Dengan mengetahui
konsep penyebab gangguan peredaran darah, maka kita dapat
merencanakan tindakan untuk mencegah terjadinya gangguan pada sistem
peredaran darah kita.19
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan hasil belajar tidak hanya
dilihat dari pemahaman konsep atau pengetahuan semata, namun memiliki
kemampuan kecakapan dan keterampilan dalam melihat, menganalisis dan
18 Sumaya, Sains di SD, (Bandung: Erlangga, 2014), h. 102 19 Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta:
PT Bumi Aksara, 2005), h. 165.
8
memecahkan masalah, membuat rencana dan mengadakan pembagian
kerja. 20
Belajar konsep berguna dalam rangka pendidikan siswa atau paling
tidak punya pengaruh tertentu. Adapaun kegunaan dari konsep dan prinsip,
yaitu sebagai berikut.21
1) Konsep-konsep mengurangi kerumitan lingkungan.
2) Konsep-konsep membantu mengidentifikasi objek-objek yang ada
di sekitar kita.
3) Membantu mempelajari hal baru yang lebih luas dan lebih maju.
4) Konsep dapat membantu menentukan tindakan-tindakan yang perlu
dikerjakan atau dilakukan.
5) Konsep dan prinsip memungkinkan pelaksanaan pengajaran.
6) Konsep dapat digunakan untuk mempelajari dua hal yang berbeda
dalam kelas yang sama.
Penilaian terhadap hasil penguasaan materi bertujuan untuk mengukur
penguasaan dan pemilihan konsep dasar keilmuan (content objectives)
berupa materi-materi esensial sebagai konsep kunci dan prinsip utama.
Konsep kunci dan prinsip utama keilmuan tersebut harus dimiliki dan
dikuasai siswa secara tuntas, bukan hanya dalam bentuk hafalan. Ranah
kognitif ini merupakan ranah yang lebih banyak melibatkan kegiatan
mental/otak. 22
Dimensi kognitif adalah kemampuan yang berhubungan dengan
berpikir, mengetahui, dan memecahkan masalah. Ranah kognitif
merupakan ranah yang membahas mengenai tujuan pembelajaran yang
berkenaan dengan proses mental seseorang, dimulai dari tingkat
pengetahuan sampai ke tingkat yang lebih tinggi, yaitu evaluasi.23
20 Sumaya, Op. Cit, h. 75 21 Oemar Hamalik, Op. Cit, 164-166 22 Ahmad Sofyan, Tonih Feronika dan Burhanudin Milama, Evaluasi Pembelajaran IPA
Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 11. 23 Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran Teori dan Aplikasinya, (Jogjakarta: Ar-
Ruzz Media, 2016), h. 38.
9
Ranah kognitif memiliki enam tingkatan kemampuan, diantaranya:24
1) Mengingat (Remember)
Mengingat diartikan sebagai mengeluarkan kembali
pengetahuan yang dimilikinya dari ingatan jangka panjang.
Mengingat terdiri dari 2 macam, yaitu:
a) Mengenali (recognize) yaitu mengeluarkan kembali
pengetahuan yang dimilikinya dari ingatan jangka panjang
guna membandingkan informasi yang baru diberikan.
b) Mengingat kembali (recall) yaitu mengeluarkan kembali
pengetahuan yang dimilikinya dari ingatan panjan ketika
diberi petunjuk.
2) Memahami (Understand)
Memahami yaitu mampu menjelaskan kembali pesan-pesan
pembelajaran yang mencakup komunikasi oral, tertulis, dan grafis.
Kemampuan memahami terdiri dari:
a) Menginterpretasikan, yaitu mengubah dari bentuk
representasi ke dalam bentuk lain.
b) Memberikan contoh, yaitu menemukan contoh atau
memberi gambaran dari suatu konsep yang dimilikinya.
c) Mengklasifikasikan, yaitu mengkategorikan suatu konsep
tersebut.
d) Merangkum, yaitu membuat abstraksi dari suatu tema
umum.
e) Menyimpulkan, yaitu menarik kesimpulan yang logis dari
konsep yang dimilikinya.
f) Membandingkan, yaitu menemukan hubungan antara dua
objek dari suatu konsep.
g) Menjelaskan, yaitu kemampuan menyusun dan
menggunakan suatu model sebab-akibat dari suatu sistem.
24 Lukamnul Hakim, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: CV Wacana Prima, 2009),
h. 100-103.
10
3) Menerapkan (Apply)
Menerapkan yaitu menerapkan suatu prosedur dalam suatu
situasi tertentu. Kemampuan menerapkan terdiri dari:
a) Melakukan, yaitu menerapkan suatu prosedur dalam tugas
yang sudah dikenali.
b) Mengimplementasikan, yaitu menggunakan suatu prosedur
dalam tugas yang belum dikenali.
4) Menganalisis (Analyze)
Menganalisis artinya menguraikan sesuatu ke dalam bagian-
bagian dan menentukan hubungan antara bagian tersebut dan
dengan struktur keseluruhan. Kemampuan analisis terdiri atas
kemampuan berikut:
a) Differentiating artinya memisahkan bagian-bagian yang
relevan dari yang tidak relevan, yang penting dari yang
tidak penting pada suatu materi.
b) Mengorganisasikan yaitu menentukan bagaimana suatu
elemen berfungsi dalam suatu struktur.
c) Mengatribusikan, yaitu menentukan suatu sudut pandang,
bias, nilai atau tujuan yang mendasari materi yang
disajikan.
5) Mengevaluasi (Evaluate)
Mengevaluasi artinya membuat penilaian berdasarkan suatu
standar tertentu. Kemampuan mengevaluasi terdiri atas
kemampuan berikut:
a) Mengecek, yaitu menguji atau memeriksa kesalahan dalam
suatu proses atau hasil, menentukan apakah suatu proses
atau hasil memiliki konsistensi internal, dan mendeteksi
keefektifan suatu prosedur saat diimplementasikan.
b) Mengkritik, yaitu mendeteksi inkonsistensi antara hasil
dengan kriteria eksternal, menentukan apakah suatu hasil
11
memiliki kriteria eksternal, mendeteksi kesesuaian suatu
prosedur dengan masalah tertentu.
6) Mencipta (Create)
Mencipta artinya memadukan berbagai elemen untuk
membentuk sesuatu yang berfungsi, mereorganisasi elemen-elemen
ke dalam suatu pola atau struktur baru. Kemampuan mencipta
terdiri atas kemampuan berikut:
a) Generating, yaitu menyusun hipotesis alternatif
berdasarkan pada suatu kriteria.
b) Merencanakan, yaitu merancang suatu prosedur untuk
menyelesaikan suatu tugas.
c) Memproduksi, yaitu menyusun suatu rencana untuk
memecahkan masalah yang memiliki spesifikasi tertentu.
Untuk mengetahui siswa yang telah mengetahui suatu konsep, paling
tidak ada empat hal yang dapat diperbuatnya, diantaranya adalah:25
1) Dapat menyebutkan nama contoh-contoh konsep tersebut.
2) Dapat menyatakan atau menjelaskan ciri-ciri (properties) konsep
tersebut.
3) Dapat memilih dan membedakan antara contoh-contoh dari yang
bukan contoh.
4) Mampu memecahkan masalah yang berkaitan dengan konsep
tersebut.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa penguasaan konsep
IPA merupakan kesanggupan siswa memahami konsep dalam ranah
kognitif sesuai dengan klasifikasi Bloom, mengaplikasikan konsep
tersebut dalam kehidupan sehari-hari serta menjelaskan fenomena dalam
kehidupan yang berhubungan dengan konsep yang telah dimilikinya.
Penguasaan konsep IPA diukur melalui penguasaan kurikulum konsep IPA
sesuai tingkat kemampuan kognitif siswa. Dalam penelitian ini, peneliti
memfokuskan penguasaan konsep IPA siswa pada aspek kognitif
25 Oemar Hamalik, Op. Cit, h. 166
12
berdasarkan karakteristik siswa dari tingkatan mengingat (remember),
memahami (understand), menerapkan (apply), dan menganalisis (analyze)
yang didasarkan pada kemampuan siswa di sekolah dasar yaitu pada
tingkat operasional konkrit.
b. Hakikat Pembelajaran IPA
Pendidikan IPA merupakan salah satu segi pendidikan yang
digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam Tri
Agustiana, menurut Cain dan Evans, IPA pada hakikatnya memiliki 2
komponen, yaitu komponen produk dan proses. Sebagai sebuah produk,
IPA terdiri atas sekumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep,
prinsip, dan hukum tentang gejala alam. Sebagai sebuah proses, IPA
merupakan suatu rangkaian yang terstuktur dan sistematis yang dilakukan
untuk menemukan konsep, prinsip dan hukum tentang gejala alam.
Hakikat IPA memberi arti bahwa IPA tidak hanya sebatas ilmu
pengetahuan yang mencakup alam saja, melainkan juga sebuah proses
penyelidikan dan peroleh ilmu atau suatu produk.26
Hakikat pembelajaran sains yang didefinisikan sebagai ilmu tentang
alam yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan ilmu pengetahuan laam,
dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu: ilmu pengetahuan alam
sebagai produk, proses, dan sikap. Ilmu pengetahuan alam sebagai produk,
yaitu kumpulan hasil penelitian yang telah dilakukan dalam bentuk konsep
yang telah dikai sebagai kegiatan empiris dan kegiatan analitis. Ilmu
pengetahuan sebagai proses, yaitu menggali dan memahami pengetahuan
tentang alam karena IPA merupakan kumpulan fakta dan konsep, maka
IPA membutuhkan proses dalam menemukan fakta dan konsep tersebut
yang akan digeneralisasi oleh ilmuwan. Sedangkan ilmu pengetahuan alam
sebagai sikap, yaitu sikap ilmiah yang harus dikembangkan dalam
pembelajaran sains.27
26 I Gusti Ayu Tri Agustina dan I Nyoman Tika, Op. Cit, h. 272. 27 Ahmad Susanto, Op. Cit, h. 167-169.
13
Adapun tujuan pembelajaran sains di sekolah dasar dalam Badan
Nasional Standar Pendidikan dimaksudkan untuk:
1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-
Nya.
2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep
IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran
tentang adanya hubungan yang saling memengaruhi antara IPA,
lingkungan, teknologi dan masyarakat.
4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam
sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan.
5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,
menjaga dan melestarikan lingkungan alam.
6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA
sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP.28
c. Materi Sistem Peredaran Darah
1. Alat Peredaran Darah
Sistem sirkulasi dibangun oleh darah, sebagai medium transportasi
tempat bahan-bahan yang akan disalurkan atau diendapkan, pembuluh
darah yang berfungsi sebagai saluran untuk mengarahkan dan
mendistribusikan darah dari jantung ke seluruh tubuh dan
mengembalikannya ke jantung, dan jantung yang berfungsi memompa
darah agar mengalir ke seluruh jaringan. Sistem peredaran darah pada
manusia terdiri dari darah dan alat peredaran darah. Alat peredaran darah
28 Ibid, h. 171-172.
14
terdiri dari jantung dan pembuluh-pembuluh darah yakni arteri, vena, dan
kapiler.29
a) Darah
Darah melakukan banyak fungsi penting untuk kehidupan dan
dapat mengungkapkan banyak tentang kesehatan kita. Darah
adalah jenis jaringan ikat, terdiri atas sel-sel (eritrosit, leukosit, dan
trombosit) yang terendam pada cairan kompleks plasma. Darah
membentuk sekitar 8% dari berat total tubuh. Fungsi darah
diantaranya ialah:
1) Darah adalah media transportasi utama yang mengangkut
gas, nutrisi dan produk limbah. Oksigen dari paru-paru
diangkut darah dan didistribusikan ke sel-sel.
Karbondioksida yang dihasilkan oleh sel-sel diangkut ke
pari-paru untuk dibuang setiap kali kita menghembuskan
napas. Darah juga mengangkut produk-produk limbah
lain, seperti kelebihan nitrogen yang dibawa ke ginjal
untuk dideminasi. Selain transportasi nutrisi dan limbah,
darah mengangkut hormon yang diekskresikan berbagai
organ ke dalam pembuluh darah untuk disampaikan ke
jaringan.
2) Darah berperan dalam menjaga pertahanan tubuh dari
invasi patogen dan menjaga dari kehilangan darah. Sel
darah putih tertentu menghancurkan patogen dengan cara
fagositosis. Sel darah putih lainnya memproduksi dan
mengeluarkan antibodi.
3) Darah membantu mengatur suhu tubuh dengan mengambil
panas, sebagian besar dari otot yang aktif, dan dibawa
seluruh tubuh. Jika tubuh terlalu hangat, darah diangkut ke
pembuluh darah yang melebar di kulit. Panas akan
29 Sumiyati Sa’adah, Sistem Peredaran Darah Manusia, (Bandung: UIN Sunan Gunung
Djati Bandung, 2018), h. 3
15
menyebar ke lingkungan dan tubuh mendingin kembali ke
suhu normal.30
b) Jantung
Jantung merupakan salah satu dari organ tubuh yang sangat
vital yang bertugas memompakan darah ke seluruh jaringan tubuh.
Jantung terletak di antara paru-paru kanan dan paru-paru kiri.
Jantung berfungsi untuk memompa darah ke seluruh tubuh dan
kembali lagi ke jantung melalui pembuluh darah. Jantung dibagi
menjadi 4 ruang; atrium (serambi) kanan, ventrikel (bilik) kanan,
atrium kiri, dan ventrikel kiri. Dinding atrium lebih tipis dan
dinding ventrikel tebal. Atrium berfungsi memompa darah ke
ventrikel, dan ventrikel berperan memompa darah keluar dari
jantung. Dinding ventrikel kiri lebih tebal daripada ventrikel kanan
karena berfungsi sebagai pemompa ke seluruh tubuh. Ventrikel
kanan berfungsi mengantar darah ke paru-paru. Darah dengan CO2
memasuki atrium kanan melalui vena cava superior dan vena cava
inferior. Atrium kanan menguncup lalu mendorong darah ke
ventrikel kanan melalui katup trikuspid yang menghalang darah
mengalir balik ke atrium kanan.31
Otot jantung secara umum dibagi menjadi 3 lapisan, yaitu:
1) Epikardium, yaitu lapisan luar dari otot jantung
2) Miokardium, yaitu bagian utama dari otot jantung
3) Endokardium, yaitu bagian dalam dari otot jantung32
30 Ibid, h. 3-6 31 Elis Djubaedah dan Sri Endang Purnami, Biologi untuk SMA/MA Kelas XI, (Bandung:
Grafindo Media Pratama, 2016), h. 57-58 32 Pirton Lumbantoruan, EKG Dasar, (Jakarta: Sagung Seto, 2014), h. 1-4
16
Darah di dalam jantung mengalir dalam satu arah. Dari atrium
kanan darah akan mengalir ke ventrikel kanan, darah ini
mengandung oksigen yang rendah, banyak mengandung karbon
dioksida. Kemudian darah dialirkan ke paru-paru melalui arteri
pulmonalis, untuk mendapatkan oksigen. Dari paru-paru darah
kembali ke atrium kiri antng melalui vena pulmonalis, darah ini
kaya akan oksigen karena telah mengalami oksigenasi di paru-paru.
Dari atrium kiri dialirkan ke ventrikel kiri, selanjutnya ke seluruh
tubuh melalui aorta.33
c) Pembuluh darah
Terdapat tiga jenis pembuluh darah, yaitu arteri, kapiler dan
vena. Mereka membentuk sistem tertutup berbentung tabung yang
membawa darah dari jantung ke sel-sel tubuh dan kembali ke
jantung.34
33 I Putu Adiartha Griadhi, Sistem Kardiovaskuler, (Bali: Universitas Udayana, 2016), h.
3-4 34 Elis Djubaedah dan Sri Endang Purnami, Op.Cit, h. 58
17
1) Arteri
Arteri disebut juga pembuluh nadi merupakan pembuluh yang
mengalirkan darah meninggalkan jantung menuju kapiler.
Berdinding tebal, disusun oleh tiga lapis yang terdiri atas tunica
eksterna, tunia media, dan tunica intima.
2) Pembuluh Vena
Vena disebut juga sebagai pembuluh balik, berfungsi
mengalirkan darah dari kapiler menuju jantung. Terdiri atas
lapisan (seperti halnya arteri), tetapi tunika medianya lebih
tipis. Memiliki katup yang berfungsi menahan darah supaya
tidak mengalir balik meninggalkan jantung.
3) Kapiler
Kapiler merupakan tempat pertukaran nutrisi, udara, homon,
dan metabolit. Di dalam kapiler terdapat pembuluh darah
mikroskopis kecil antara arteri dan vena yang mendistribusikan
darah kaya oksigen ke jaringan tubuh.35
2. Mekanisme Sistem Peredaran Darah Manusia
Darah manusia beredar melalui pembuluh darah. Darah akan melewati
jantung sebanyak dua kali sehingga peredaran manusia termasuk dalam
peredaran ganda.
a) Peredaran Darah Kecil (sirkulasi paru-paru):
Darah dari ventrikel kanan → arteri pulmonalis → paru-paru →
vena pulmonalis → atrium kiri.
b) Peredaran Darah Besar (sirkulasi sistemik):
Darah yang kaya O2 dari ventrikel kiri → seluruh tubuh → darah
masuk ke vena cava (miskin O2 kaya CO2 → atrium kanan.36
3. Gangguan organ peredaran darah
a) Otot jantung yang lemah
35 Ibid. 36 Ibid, h. 59
18
Penyakit ini adalah kelainan bawaan sejak lahir. Otot jantung
yang lemah membuat penderitanya tak dapat melakukan aktivitas
yang berlebihan, karena pemaksaan kinerja jantung yang
berlebihan akan menimbulkan rasa sakit di bagian dada, dan
kadangkala dapat menyebabkan tubuh menjadi nampak kebiru-
biruan.
b) Serangan jantung
Serangan jantung adalah sebuah kondisi yang menyebabkan
jantung sama sekali tidak berfungsi. Kondisi ini biasanya terjadi
mendadak, dan sering disebut gagal jantung. Penyebab gagal
jantung bervariasi, namun penyebab utamanya biasanya adalah
terhambatnya suplai darah ke otot-otot jantung, oleh karena
pembuluh-pembuluh darah yang biasanya mengalirkan darah ke
otot-otot jantung tersebut tersumbat atau mengeras.
c) Atherosclerosis
Akumulasi lemak kolestrol pada dinding pembuluh darah.
d) Stroke
Pecahnya pembuluh darah di otak sehingga otak kekurangan
oksigen bisa menyebabkan kelumpuhan dan kematian.
e) Leukimia
Leukimia yang berarti “darah putih” mengacu kepada
sekelompok kanker yang melibatkan ploriferasi leukosit yang tidak
terkendali. Sebagian besar leukosit ini abnormal atau belum
matang
f) Hemofilia
Hemofilia adalah penyakit kelainan genetik yang disebabkan
oleh kekurangan faktor pembekuan darah sehingga darah sukar
membeku.37
37 Ibid, h. 59-60
19
2. Media Pembelajaran Komik
a. Pengertian Media Pembelajaran
Kata “media” berasal dari kata latin, merupakan bentuk jamak dari
kata “medium”. Secara harfiah kata tersebut mempunyai arti perantara atau
pengantar. Akan tetapi sekarang kata tersebut digunakan, baik untuk
bentuk jamak maupun mufrad.38 Alam bahasa Arab, media berarti suatu
perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.
Secara harfiah, media berarti perantara atau pengantar. 39
Menurut Raharjo dalam Kustandi menjelaskan bahwa “media adalah
wadah dari pesan yang oleh sumbernya ingin diteruskan kepada sasaran
atau penerima pesan tersebut. Materi yang diterima adalah pesan
instruksional, sedangkantujuan yang dicapai adalah tercapainya proses
belajar.”40 Menurut Jamil, media diartikan sebagai pengantar atau
perantara, diartikan pula sebagai pengantar pesan dari pengirim kepada
penerima.41
Sedangkan pembelajaran merupakan suatu usaha sadar guru/pengajar
untuk membantu siswa atau anak didiknya, agar mereka dapat belajar
sesuai dengan kebutuhan dan minatnya. Dengan kata lain pembelajaran
adalah usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber
belajar agar terjadi proses belajar dalam diri siswa.42
Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang melibatkan seseorang dalam
upaya memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai positif
dengan memanfaatkan berbagai sumber untuk belajar.43 Dari penjelasan
tersebut maka dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan
suatu alat, sarana atau wadah sebagai penyampai pesan atau materi yang
38 Rudi Susilana dan Cepi Riyana, Media Pembelajaran, (Bandung: CV Wacana Prima,
2009), h. 8. 39 Cecep Kustandi dan Bambang Sutjipto, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ghalia
Indonesia, 2016), h. 7. 40 Ibid. 41 Jamil Suprihatiningrum, Op.Cit, h. 319. 42 Cecep Kustandi dan Bambang Sutjipto, Op. Cit, h. 5. 43 Rudi Susilana dan Cepi Riyana, Op.Cit, h. 1
20
digunakan dalam pembelajaran guna membantu serta meningkatkan
kegiatan proses belajar mengajar.
Media dapat digunakan secara efektif dalam situasi formal dimana
siswa dapat belajar secara mandiri atau guru bekerja sama dengan
kelompok siswa lainnya. Media memiliki peran penting dalam pendidikan
siswa terlebih lagi pada anak berkebutuhan khusus yang membutuhkan
perawatan khusus yang disesuaikan dengan lingkungan dan dirancang
khusus agar pembelajaran menjadi lebih efektif untuk siswa tersebut.44
Dua unsur yang amat penting dalam suatu proses pembelajaran adalah
metode mengajar dan media pembelajaran. Hamalik berpendapat dalam
Cecep Kustandi bahwa penggunaan media dalam proses pembelajaran
dapat meningkatkan minat siswa, menumbuhkan rasa ingin tahu yang
lebih, membangkitkan motivasi dan bahkan membawa pengaruh
psikologis terhadap siswa.45
b. Manfaat Media Pembelajaran
Peranan media dalam membantu siswa akan terlihat jika guru pandai
memanfaatkannya dalam proses pembelajaran. Tak hanya membantu
siswa, namun penggunaan media pun akan sangat membantu penyampaian
informasi atau materi bagi guru media yang dipilih berdasarkan kegunaan
sesuai dengan fungsi dan manfaatnya. Media pembelajaran memiliki nilai
dan manfaat, yaitu sebagai berikut:46
a) Membuat konkrit konsep-konsep yang abstrak. Konsep-konsep
yang dirasakan masih bersifat abstrak dan sulit dijelaskan secara
langsung kepada siswa bisa dikonkritkan atau disederhanakan
melalui pemanfaatan.
b) Menghadirkan objek-objek yang terlalu berbahaya atau sukar
didapat ke dalam lingkungan belajar. Misalnya guru
44 Ahsan Akhtar Naz dan Rafaqat Ali Akbar, “Use of Media for Effective Instruction its
Importance: Some Consideration”, Journal of Elementary Education, IER University of the Punjab Pakistan, (Vol. 18, No. 1-2, 2012), h. 36
45 Ibid, h. 20. 46 Rudi Susilana dan Cepi Riyana, Op. Cit, h. 9.
21
menjelaskan dengan gambar atau program telebisi tentang
binatang-binatang buas.
c) Menampilkan objek yang terlalu besar atau kecil. Misalnya guru
akan menyampaikan gambaran mengenai sebuah kapal laut,
pesawat atau menampilkan objek-objek yang terlalu kecil
seperti bakteri, virus, semut, dll.
d) Memperlihatkan gerakan yang terlalu cepat atau lambat.
Dengan menggunakan teknik gerakan lambat (slow motion)
dalam media film bisa memperlihatkan tentang lintasan peluru,
melesatnya anak panah atau memperlihatkan suatu ledakan.
c. Peran Media Pembelajaran
Kemp dan Dayton mengemukakan beberapa hasil penelitian yang
menunjukkan damapak positif dari penggunaan media sebagai bagian
integral pembelajaran di kelas atau sebagai cara utama pembelajaran
langsung, yaitu sebagai berikut:47
1) Penyampaian pelajaran tidak kaku.
2) Pembelajaran bisa lebih menarik.
3) Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan diterapkannya teori
belajar dan prinsip-prinsip psikologis yang diterima dalam hal
partisipasi siswa, umpan balik dan penguatan
4) Lama waktu pembelajaran yang diperlukan dapat dipersingkat
karena kebanyakan media hanya memerlukan waktu singkat
untuk mengantarkan pesan-pesan dan isi pelajaran dalam jumlah
yang cukup banyak, dan kemungkinan dapat diserap oleh siswa
lebih besar.
5) Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan bila integrasi kata dan
gambar sebagai media pembelajaran dapat mengkomunikasikan
elemen-elemen pengetahuan dengan cara yang terorganisasi
dengan baik, spesifik dan jelas.
47 Cecep Kustandi dan Bambang Sutjipto, Op. Cit, h. 21.
22
6) Pembelajaran dapat diberikan kapan dan dimana saja diinginkan
atau diperlukan, terutama jika media pembelajaran dirancang
untuk penggunaan secara individu.
7) Sikap positif siswa terhadap apa yang mereka pelajari dan
terhadap proses belajar dapat ditingkatkan.
8) Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif.
d. Karakteristik Media Pembelajaran
Dalam perjalanannya, perkembangan media pembelajaran mengikuti
arus perkembangan teknologi. Memasuki era globalisasi yang memiliki
persaingan antar negara maju, maka Indonesia harus ikut serta
mengembangkan keprofesionalan pada sumber daya manusianya dengan
memanfaatkan perkembangan ilmu dan teknologi. Media pembelajaran
harus menyesuaikan tuntutan perkembangan zaman.48 Setiap media
memiliki jenis-jenis dari masing-masing media tersebut yang disesuaikan
dengan fungsi media itu sendiri. Untuk mengetahui fungsi dari setiap
media pembelajaran, khususnya dalam proses belajar mengajar, guru
harus terlebih dahulu mengenal masing-masing media tersebut.
Untuk tujuan-tujuan praktis, di bawah ini akan dibahas karakteristik
beberapa jenis media yang lazim dipakai dalam kegiatan belajar
mengajar khususnya di Indonesia.49
1) Media Grafis
Media grafis adalah media visual yang menyajikan fakta, ide atau
gagasan melalui penyajian kata-kata, kalimat, angka-angka, dan
simbol/gambar. Yang termasuk media grafis antara lain:
a) Grafik
b) Diagram
c) Bagan
d) Sketsa
48 Soewarno, Hasmiana, dan Faiza, “Kendala-Kendala yang dihadapi Guru dalam
Memanfaatkan Media Berbasis Komputer di SD Negeri 10 Banda Aceh”, Jurnal Pesona Dasar,
(Vol. 2, No. 4, 2016), h. 29 49 Rudi Susilana dan Cepi Riyana, Op. Cit, h. 14-23.
23
e) Komik
f) Poster
g) Papan Flaner
h) Bulletin Board
2) Media Bahan Cetak
Media bahan cetak adalah media visual yang pembuatannya
melalui proses pencetakan/printing atau offset. Jenis media bahan
cetak ini diantaranya:
a) Buku teks
b) Modul
c) Bahan pengajaran terprogram
3) Media Gambar Diam
Media gambar diam adalah media visual yang berupa gambar
yang dihasilkan melalui proses fotografi, contohnya foto.
4) Media Proyeksi Diam
Media proyeksi diam adalah media visual yang diproyeksikan atau
media yang memproyeksikan pesan, dimana hasil proyeksinya
tidak bergerak atau memiliki sedikit unsur gerakan. Jenis media ini
diantaranya:
a) OHP dan OHT
b) Media Opaque Projector
c) Media Slide
d) Media Filmstrip
5) Media Audio
Media audio adalah media yang penyampaian pesannya hanya
dapat diterima oleh indera pendengaran. Jenis media audio ini
diantaranya:
a) Media radio
b) Media alat perekam pita magnetik
6) Media Audio Visual Diam
24
Media audio visual diam adalah media yang penyampaian
pesannya dapat diterima oleh indera pendengaran dan indera
pengelihatan, akan tetapi gambar yang dihasilkannya adalah
gambar diam atau sedikit memiliki unsur gerak.
7) Film (Motion Pictures)
Film disebut juga gambar hidup (motion pictures) yaitu
serangkaian gambar diam yang meluncur secara cepat dan
diproyeksikan sehingga menimbulkan kesan hidup dan bergerak.
8) Televisi
Televisi adalah media yang dapat menampilkan pesan secara
audiovisual dan gerak (sama dengan film). Jenis media televisi
diantaranya:
a) Media televisi terbuka
b) Media televisi siaran terbatas (TVST)
c) Media video cassete recorder (VCR)
9) Multimedia
Multimedia merupakan suatu sistem penyampaian dengan
menggunakan berbagai jenis bahan belajar yang membentuk suatu
unit atau paket.
e. Pemilihan Media
Kriteria pemilihan media bersumber dari konsep bahwa media
merupakan bagian dari sistem pembelajaran secara keseluruhan. Untuk itu,
terdapat beberapa kriteria yang patut diperhatikan dalam memilih media,
yaitu sebagai berikut:50
4) Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
5) Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep,
prinsip, atau generalisasi.
6) Praktis, luwes, dan bertahan.
7) Guru terampil menggunakannya
8) Pengelompokan sasaran
50 Cecep Kustandi dan Bambang Sutjipto, Op. Cit, h. 80-81.
25
9) Mutu teknis
f. Media Komik
Komik termasuk ke dalam media visual grafis. Komik merupakan
sebuah media visual yang memiliki fungsi menyampaikan informasi dan
pesan secara populer dan mudah dimengerti. Komik memuat teks yang
disertai gambar yang menarik si pembaca dengan suatu alur tertentu.
Gambar dari komik membuat cerita mudah diserap sedangkan alur cerita
itu sendiri membuat informasi yang disampaikan lebih mudah diikuti dan
diingat. Komik merupakan media yang efektif karena memiliki kekuatan
pada gambar dan alur cerita.51
Komik merupakan sebuah seni yang menggunakan gambar diam
atau tak bergerak yang mana tersusun dari suatu bentuk cerita. Komik IPA
dalam pembelajaran merupakan rangkaian ilustrasi cerita yang memuat
pengetahuan dalam bentuk subjek pokok sains (ilmu alam) yang disusun
dengan bahasa sehari-hari yang menarik.52
Komik dapat digunakan sebagai media dalam pembelajaran yang
dapat menarik perhatian dan motivasi belajar siswa. Sebagaimana yang
dikatakan oleh Sudjana & Rivai bahwa peranan komik dalam
pembelajaran adalah kemampuannya dalam meningkatkan minat belajar
siswa.53 Media komik juga merupakan suatu bentuk bacaan dimana peserta
didik mau membaca tanpa paksaan. Hal ini tidak terlepas dari anggapan
bahwa bacaan komik lebih mudah dicerna karena bantuan gambar yang
ada di dalamnya. Kelebihan dari komik sendiri telah dimanfaatkan di
banyak negara maju sebagai alat bantu untuk meningkatkan minat baca
pada pembelajaran, salah satunya negara Jepang.54
51 Adi Kusrianto, Pengantar Desain Komunikasi Visual, (Yogyakarta: Penerbit Andi,
2007), h. 186. 52 D. Yulianti, dkk, “Inquiry Based Science Comic Physics Series Integrated With
Character Education”, Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, Universitas Negeri Semarang, (Vol. 5, No. 1, 2016), h. 38.
53 Nana Sudjana, Penilaian Hasil dan Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Rosda Karya, 2011), h. 68.
54 Indriana Mei Listiyani, Ani Widayati, “Pengembangan Komik Sebagai Media Pembelajaran Akutansi Pada Kompetensi Dasar Persamaan Dasar Akutansi Untuk Siswa SMA
26
Komik secara nyata memberikan andil dalam ranah intelektual dan
seni. Komik memberikan pengaruh yang sangat baik dalam memberikan
pemahaman yang cepat dan mudah dimengerti oleh pembaca tentang suatu
hal yang berkaitan dengan edukasi. Gambar dan teks dengan sebuah alur
cerita di dalam buku komik ternyata mampu mentransfer pemahaman atau
informasi lebih cepat jika dibandingkan dengan menggunakan tulisan saja.
Bahkan buku pelajaran TK sudah memakai komik dalam materi
pelajarannya, meski hanya dengan visual seadanya.55
Menurut Trimo dalam Mariyanah, media komik dapat dibedakan
menjadi 2 yaitu komik (comic strip) dan buku komik (comic book). Komik
strip adalah komik yang terdiri dari beberapa lembar bingkai kolom yang
dimuat dalam suatu majalah dan biasanya ceritanya bersambung. 56
Komik merupakan salah satu media visual yang berfungsi untuk
menyampaikan informasi melalui ilustrasi gambar yang sifatnya mudah
dicerna dan mampu menarik minat si pembaca. Komik terdiri atas
beberapa unsur. Toni Masdiono (2007) membagi unsur-unsur komik atas
halaman pembuka dan halaman isi. Pada bagian halaman pembuka biasa
terdapat komponen-komponen seperti judul, credit, dan indica.57
Selanjutnya yaitu unsur-unsur yang terdapat pada halaman isi adalah
panel, gang, narasi, balon kata dan efek suara. Berikut ini penjelasan
secara mendetail:58
1) Panel, berfungsi sebagai ruang tempat diletakannya gambar-gambar
yang biasanya berbentuk kotak sehingga tercipta suatu alur cerita
yang ingin disampaikan oleh penulis. Kelas XI”, Jurnal Pendiidkan Akutansi Indonesia, Universitas Negeri Yogyakarta, (Vol. 10, No. 2, 2012), h. 82.
55 Indiria Maharsi, Komik Dunia Kreatif Tanpa Batas, (Yogyakarta: Kata Buku, 2011), h. 21
56 Nur Mariyanah, “Efektivitas Media Komik Dengan Media Gambar dalam
Pembelajaran Geografi Pokok Bahasan Perhubungan dan Pengangkutan (Studi Eksperimen Pada
Siswa Kelas II SMPN I Pegandon Kabupaten Kendal)”, Skripsi Pada Universitas Negeri Semarang, Semarang, 2005, h. 25.
57 Siti Aisah, “Pengaruh Penggunaan Media Komik dalam Pembelajaran IPS Terhadap
Penguasaan Konsep Materi Perusahaan dan Badan Usaha di MTs Daarul Hikmah Pamulang”, Skripsi Pada Universitas Negeri Islam Jakarta, Jakarta, 2011, h. 15.
58 Ibid, h. 16.
27
2) Gang, berfungsi sebagai pembatas antara satu panel dengan panel
lainnya. Melalui gang inilah imajinasi pembaca mengambil dua
gambar yang terpisah dan mengubahnya menjadi gagasan.
3) Narasi, merupakan keterangan yang menjelaskan suatu dialog, waktu
atau tempat kejadian.
4) Balon kata dan efek suara, merupakan suatu lambang yang
mengekspresikan suatu percakapan yang biasanya digunakan variasi
dengan bentuk huruf yang disesuaikan dengan bunyi-bunyi non
verbal.
Gambar 2.1 Unsur-Unsur Komik Pada Halaman Isi
a) Cara Membuat Komik
Dalam dunia komik, ada dua cara yang dapat dilakukan dalam
pembuatan komik yaitu manual dan digital. Proses membuat komik
secara manual bisa disebut juga sebagai manual production. Pada
cara manual, pembuatan komik dari mulai sket, proses penulisan
teks pada balon teks, layout sampai dengan finishing semuanya
dilakukan dengan manual tanpa bantuan komputer atau alat digital
lainnya. Sebaliknya, pada proses pembuatan komik dengan cara
digital, seluruh proses pembuatannya mulai dari sket, proses
penulisan teks pada balon teks, layout sampai dengan finishing
28
dilakukan dengan menggunakan komputer atau alat digital lainnya.
59
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan media komik
dengan cara digital. Peneliti membuat komik dengan
memanfaatkan website yang banyak disediakan oleh internet secara
gratis. Adapun pembahasan yang akan dibahas dalam sub bab ini
ialah tahap proses pembuatan media komik dengan cara digital.
1. Membuat sinopsis cerita dan storyline. Sebelum membuat
komik, terlebih dahulu menentukan tema, naskah beserta plot,
setting, jalan cerita, tokoh-tokoh utama dan urutan cerita. Plot
merupakan bagian penting dari sebuah komik karena tanpa
adanya plot, maka nantinya cerita menjadi tidak jelas dan tidak
terarah. Dalam komik penelitian ini, peneliti membuat plot
yang berkaitan dengan materi sistem peredaran darah pada
kelas V.
2. Mendaftar di website Pixton. Peneliti menggunakan website
Pixton yang dapat diakses secara gratis. Setelah berhasil
mendaftar, maka Pixton sudah dapat digunakan.
3. Memilih layout. Setelah mendaftar pada akun Pixton, maka
pengguna harus memilih layout yang akan digunakan. Tersedia
tiga layout, yaitu comic strip, storyboard, dan graphic novel.
4. Membuat komik dengan karakter yang tersedia. Langkah
selanjutnya adalah mulai membuat komik dengan storyline
yang sudah disiapkan. Pada website Pixton, karakter, latar
belakang, balon kata sudah tersedia dan pengguna hanya perlu
mendesain sesuai dengan alur cerita yang diinginkan. Pengguna
dapat merubah ekspresi dan postur tubuh sesuai dengan yang
diinginkan.
5. Setelah komik selesai dibuat sesuai dengan storyline yang
sudah dibuat sebelumnya, maka komik dapat disimpan.
59 Indiria Maharsi, Op. Cit, h. 110-119
29
6. Print out komik. Komik pada website Pixton dapat dinikmati
oleh pengguna dalam bentuk digital ataupun hard copy. Peneliti
melakukan print out pada komik yang sudah dibuat dan
dijadikan komik buku agar dapat digunakan oleh siswa maupun
guru.
b) Kelebihan dan Kekurangan Komik
Komik sebagai media visual memiliki kelebihan maupun
kekurangan dalam pembelajaran. Kelebihan media komik dalam
kegiatan belajar mengajar itu sendiri, yaitu:60
1) Komik menambah perbendaharaan kata-kata pembacanya.
2) Mempermudah peserta didik mencerna pengetahuan yang
masih abstrak.
3) Dapat mengembangkan minat baca anak dan mengembangkan
satu bidang studi yang lain.
4) Jalan cerita komik menuju pada satu hal yakni kebaikan atau
studi yang lain.
Disamping memiliki kelebihan, komik juga memiliki
kelemahan dan keterbatasan kemampuan dalam hal-hal tertentu.
Kelemahan tersebut diantaranya adalah:
1) Kemudahan membaca komik membuat orang menjadi malas
membaca buku yang tidak bergambar.
2) Ditinjau dari segi bahasa, komik hanya menggunakan kata-kata
kotor atau kalimat yang kurang dapat dipertanggungjawabkan.
3) Banyak aksi yang menonjolkan kekerasan atau tingkah laku
yang kurang prevented.
Dilihat dari kelebihan dan karakteristik komik, media visual
tersebut dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran untuk
meningkatkan minat baca siswa sehingga siswa tidak merasa
jenuh. Selain itu, komik yang dikemas sedemikian rupa juga
60 Fauzyah Aulia Rahman, “Pengaruh Media Pembelajaran Komik Strip Terhadap
Retensi Siswa Pada Konsep Sistem Pencernaan Manusia”, Skripsi Pada Universitas Islam Negeri Jakarta, Jakarta, 2018, h. 11.
30
diharapkan dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa terhadap
suatu materi tertentu.
Pada penelitian ini komik yang digunakan adalah komik buku.
Komik buku merupakan komik yang dikemas dalam bentuk buku
dan biasanya memiliki sebuah alur cerita yang utuh. Komik ini
berisi materi organ pencernaan hewan dan manusia dengan sebuah
alur cerita agar menarik minat baca siswa. Materi yang disajikan
dalam komik berupa macam-macam organ pencernaan hewan dan
manusia, manfaat organ pencernaan hewan dan manusia, organ
pencernaan hewan dan manusia yang dapat diperbaharui dan tidak
diperbaharui, perubahan bentuk energi serta hubungannya dengan
lingkungan. Selain itu, dalam komik terdapat soal-soal terkait
materi yang akan disajikan sebagai bentuk bahan evaluasi siswa.
Komik ini nantinya akan menjadi pegangan bahan belajar siswa
selain buku tematik dan digunakan dari awal hingga materi selesai.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Berdasarkan hasil penelitian yang berhubungan dengan penggunaan media
komik pada pembelajaran IPA antara lain sebagai berikut:
Siti Aisah dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Penggunaan
Media Komik dalam Pembelajaran IPS terhadap Penguasaan Konsep Materi
Perusahaan dan Badan Usaha di MTs Daarul Hikmah Pamulang”. Hasil
penelitian menunjukkan adanya peningkatan penguasaan konsep dengan
media komik yang dapat dilihat pada perbandingan nilai siswa tanpa komik
yaitu 60,90 meningkat menjadi 72,12 dengan media komik. 61
Siti Rahmah, dkk, dalam jurnalnya yang berjudul “Penguasaan Konsep
IPA Pada Siswa Sekolah Dasar”. Dalam penelitiannya, terlihat bahwa 57%
siswa belum memiliki penguasaan konsep yang baik. Oleh karena itu,
61 Siti Aisah, Op. Cit, h. 63-64.
31
diperlukan penerapan pembelajaran yang dapat membantu siswa memperoleh
penguasaan konsep yang baik dan tepat.62
Fitri Dwi Arini, dkk, dalam jurnalnya yang berjudul “The Use of Comic as
a Learning Aid to Improve Learning Interest of Slow Learner Student”.
Penelitian yang digunakan ialah experimental design dengan satu kelompok
pretest dan posttest. Dalam penelitiannya terlihat adanya peningkatan minat
belajar siswa pada pretest dengan skor 28.80 meningkat menjadi 33.40.
Penelitian ini membuktikan komik dapat meningkatkan minat belajar siswa
yang lamban dalam pembelajaran atau slow learner.63
Widdy Sukma Nugraha dalam jurnalnya yang berjudul “Peningkatan
Kemampuan Berpikir Kritis dan Penguasaan Konsep IPA Siswa SD dengan
Menggunakan Model Problem Based Learning”. Hasil penelitian
menunjukkan adanya peningkatan penguasaan konsep yang dapat dilihat
dengan rata-rata 30,70 pada kemampuan berpikir kritis dan 32,17 pada
penguasaan konsep. 64
C. Kerangka Berpikir
IPA masih dianggap sulit karena konsepnya yang masih bersifat abstrak
dan rumit. Pelaksanaan proses pembelajaran yang berlangsung di kelas hanya
diarahkan pada kemampuan siswa untuk menghafal informasi tanpa
menguasai informasi yang diperolehnya, ketidakaktifan siswa dalam proses
pembelajaran dan kurang kebermaknaan pembelajaran, sehingga
mengakibatkan rendahnya penguasaan konsep siswa.
Guna mengatasi permasalah tersebut maka diperlukan solusi yang tepat
dan sesuai. Salah satunya adalah dengan penggunaan media yang inovatif dan
efektif, salah satunya media komik. Dengan memanfaatkan komik sebagai
media pembelajaran, maka dapat menarik perhatian, menambah semangat dan
62 Siti Rahmah, Lia Yulianti, Edy Bambang Irawan, “Penguasaan Konsep IPA Pada
Siswa Sekolah Dasar”, Universitas Negeri Malang, (Vol. 3, No. 1, 2017), h. 38. 63 Fitri Dwi Ariani, dkk, “The Use of Comic as a Learning Aid to Improve Learning
Interest of Slow Learner Student”, European Journal of Special Education Research, Universitas Sebelas Maret Surakarta, (Vol. 2, No. 1, 2017), h. 74.
64 Widdy Sukma Nugraha, “Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dan Penguasaan Konsep IPA Siswa SD dengan Menggunakan Model Problem Based Learning”, Jurnal
Pendidikan Dasar, Institut Pendidikan Indonesia Garut, (Vol. 10 No. 2, 2018), h. 124.
32
membantu siswa untuk menguasai materi yang diberikan, sehingga dapat
meningkatkan penguasaan konsep suatu materi yang diberikan.
Berdasarkan kerangka berpikir di atas maka dapat disimpulkan dengan
dengan bagan berikut:
Bagan 2.1 Kerangka Berpikir
Kondisi Awal
Penggunaan media kurang variatif dan penguasaan
konsep IPA siswa rendah
Tindakan
Siklus I
a. Perencanaan menggunakan media komik dalam proses pembelajaran.
b. Pelaksanaan tindakan dan observasi.
c. Evaluasi d. Refleksi
Siklus II
a. Perencanaan menggunakan media komik dalam proses pembelajaran.
b. Pelaksanaan tindakan dan observasi.
c. Evaluasi d. Refleksi
Penguasaan konsep IPA pada materi sistem
peredaran darah sekitar kelas IV SDN Kampung
Bulak 03 meningkat.
33
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian dalam deskripsi teoritis dan kerangka berpikir di atas,
maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah dengan penggunaan
media komik dapat meningkatkan penguasaan konsep IPA siswa pada materi
sistem peredaran darah kelas V di SDN Kampung Bulak 03.
34
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Kampung Bulak 03. Waktu
penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2019/2020 yang
berlangsung pada tanggal 1-18 November 2019.
B. Metode dan Desain Siklus Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian tindakan
kelas dengan desain PTK model siklus Kemmis dan McTaggart. Model ini
terdiri atas empat komponen berikut:65
1. Plan (Rencana)
Tahapan ini berupa penyusunan rancangan tindakan untuk
mmemperbaiki dan meningkatkan apa yang hendak terjadi.
2. Act (Tindakan)
Suatu tindakan yang merupakan kegiatan praktis yang terencana dan
dilakukan peneliti sebagai upaya perbaikan, peningkatan, atau
perubahan yang diinginkan.
3. Observe (Observasi)
Pengamatan terhadap suatu treatment yang diberikan pada kegiatan
tindakan.
4. Reflect (Refleksi)
Peneliti mengkaji dan menilai kembali hasil atau dampak tindakan dari
treatment yang diberikan pada subjek/objek yang diteliti.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Kampung Bulak 03,
Ciputat, Tangerang Selatan. Jumlah siswa dalam kelas ini yaitu 26 siswa yang
terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan.
65 Ibid, h. 5-6.
35
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian
Peran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai guru sekaligus pelaku
penelitian. Peneliti membuat rancangan pembelajaran, melakukan refleksi dan
menentukan tindakan-tindakan pada siklus selanjutnya. Peneliti dibantu oleh
guru kelas V yang berperan sebagai observer. Observer bertugas mengamati
proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa tentang
pendemonstrasian materi pelajaran serta mengamati proses pembelajaran.
E. Tahapan Intervensi Tindakan
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan untuk meningkatkan penguasaan
konsep siswa pada pelajaran IPA. Adapun tahap intervensi tindakan adalah
sebagai berikut:
1. Pra penelitian
Pra penelitian merupakan refleksi awal, yaitu sebelum penelitian tindakan
siklus dilaksanakan, dilakukan kegiata sebagai berikut:
a. Menyusun format pengumpulan data objektif sekolah.
b. Melakukan observasi kegiatan pembelajaran.
c. Wawancara.
d. Mengumpulkan data objektif sekolah dengan menggunakan form pra
penelitian.
2. Siklus I
a. Perencanaan Tindakan
Peneliti menyusun perangkat pembelajaran yang akan dilaksanakan
meliputi Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar
bahan ajar (materi pembelajaran), Lembar Kegiatan Siswa (LKS),
instrumen tes, serta lembar observasi.
b. Pelaksanaan Tindakan
Peneliti melaksanakan pembelajaran atau penelitian dengan
menggunakan perangkat pembelajaran sesuai skenario pembelajaran
atau RPP yang telah disusun melalui tahapan kegiatan awal serta
kegiatan inti, yaitu kegiatan eksplorasi, kegiatan elaborasi dan kegiatan
konfirmasi.
36
c. Observasi
Pada saat pembelajaran berlangsung, peneliti dan observer melakukan
penilaian atas pelaksanaan pembelajaran di kelas menggunakan
instrumen penilaian pelaksanaan pembelajaran di kelas. Kemudian
peneliti bersama observer melakukan pengumpulan data dan
mendiskusikan tentang kelemahan atau kekurangan proses
pembelajaran yang telah dilakukan.
d. Refleksi
Data yang diperoleh setelah tahap observasi selanjutnya akan dianalisis
oleh peneliti bersama dengan guru selaku observer. Jika terdapat
kekurangan dan kelemahan dalam proses pembelajaran, maka
dilakukan perbaikan dan penyempurnaan tindakan pada siklus
selanjutnya agar proses pembelajaran dilaksanakan dengan baik dan
sesuai dengan yang diharapkan.
3. Siklus II
Siklus II dilaksanakan atas dasar hasil refleksi siklus I apabila pada siklus I
belum memenuhi KKM. Apabila indikator belum tercapai pada siklus II
maka dilaksanakan siklus berikutnya dengan alur yang sama.
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan
Hasil intervensi tindakan yang diharapkan pada penelitian ini adalah
penggunaan media komik dapat meningkatkan penguasaan konsep IPA siswa
pada materi sistem peredaran darah. Indikator keberhasilan hasil belajar secara
klasikal minimal 75% dari jumlah siswa yang mencapai KKM yang
ditetapkan.66 Tes hasil belajar yang diberikan kepada siswa setiap siklusnya
harus mencapai sama dengan atau lebih dari 70, hal ini berdasarkan KKM
yang ditetapkan oleh sekolah.
G. Data dan Sumber Data
Data dan sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini diperoleh baik
dari siswa maupun guru kelas V berupa lembar penilaian tes penguasaan
66 Saur Tampubolon, Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Pendidik
dan Keilmuan, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2014), h. 35
37
konsep pada materi sistem peredaran darah serta lembar observasi guru dan
siswa.
Sumber data penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Kampung Bulak 03,
peneliti dan guru kelas (observer).
H. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis yaitu
instrumen tes dan non tes.
1. Instrumen Tes
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, maka indikator yang
digunakan pada instrumen tes disesuaikan dengan karakteristik siswa yang
difokuskan pada aspek kognitif C1-C4. Tes dilakukan dengan tujuan untuk
menganalisis peningkatan penguasaan konsep setelah diterapkannya
penggunaan media komik selama proses pembelajaran. Peneliti melakukan
penilaian atau tes dengan bentuk soal pilihan ganda sebanyak 15 butir
untuk mengukur ketercapaian indikator-indikator penguasaan konsep IPA
siswa. Penilaian dilakukan sesudah pembelajaran setiap akhir siklusnya.
Adapun kisi-kisi instrumen yang digunakan pada siklus I dapat dilihat
pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Siklus I
Indikator Pembelajaran Indikator Soal
Nomor Soal Jumlah
Soal C1 C2 C3 C4
Menyebutkan bagian-bagian
jantung manusia
Menyebutkan letak jantung
1 1
Menyebutkan nama bagian-bagian jantung
2 3 2
Menjelaskan sistem peredaran darah
manusia
Menentukan sistem peredaran darah besar dan kecil
4 13 2
Menyebutkan kandungan darah pada sistem peredaran darah manusia
5 1
38
Mengklasifikasikan bagian-bagian
pembuluh darah manusia
Menyebutkan sel darah manusia
6 1
Menjelaskan fungsi pembuluh darah manusia
7 1
Mengklasifikasikan pembuluh balik pada peredaran darah manusia
8 1
Menentukan ciri-ciri pembuluh darah manusia
10 9 2
Menganalisis cara kerja jantung
manusia
Menelaah denyut nadi berdasarkan aktivitas
11 1
Menelaah cara kerja jantung manusia
12 1
Menyebutkan gangguan
peredaran darah manusia
Menyebutkan gangguan peredaran darah manusia
14 1
Mendiagnosis gangguan peredaran darah manusia
15 1
Adapun kisi-kisi instrumen yang digunakan pada siklus II dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Siklus II
Indikator Pembelajaran Indikator Soal
Nomor Soal Jumlah
Soal C1 C2 C3 C4
Menjelaskan sistem peredaran darah
manusia
Mengidentifikasi sirkulasi peredaran darah jantung
1 1
Menjelaskan sistem peredaran darah besar
2 1
Menjelaskan fungsi organ peredaran darah manusia
Menjelaskan fungsi darah
3 1
Menyebutkan fungsi pembuluh kapiler
4 1
Menganalisis cara kerja jantung
manusai
Menjelaskan cara kerja jantung berdasarkan aktivitas
5 1
39
Mengklasifikasikan bagian-bagian
organ peredaran darah manusia
Menentukan organ peredaran darah manusia berdasarkan ciri-ciri
6 1
Menjelaskan sistem peredaran darah
pada hewan
Menyebutkan sistem peredaran darah pada hewan tertentu
7 1
Memberi contoh sistem peredaran darah pada hewan
8 1
Menyebutkan gangguan
peredaran darah manusia
Menentukan faktor yang memengaruhi gangguan peredaran darah manusia
9, 14
2
Menelaah gangguan pada sistem peredaran darah manusia
11 10, 12,13
4
Menyebutkan cara mencegah gangguan
peredaran darah manusia
Menentukan cara pencegahan penyakit pada sistem peredaran darah
15 1
2. Instrumen non tes
Dalam instrumen non tes ini digunakan instrumen sebagai berikut:
a. Lembar observasi
Lembar observasi digunakan selama pelaksanaan proses pembelajaran
dengan menggunakan media komik berlangsung. Lembar observasi
yang digunakan ada dua, yaitu lembar observasi aktivitas guru dan
lembar observasi aktivitas siswa. Lembar obeservasi digunakan untuk
mengamati tindakan guru, aktivitas siswa serta perilaku-perilaku siswa
sebagai pengaruh terhadap tindakan yang dilakukan guru. Lembar
observasi ini bertujuan untuk menganalisis proses pembelajaran dan
merefleksi setiap siklus untuk memperbaiki pembelajaran pada siklus
berikutnya.
b. Wawancara
Wawancara dilakukan pada tahap pra penelitian dan pada akhir siklus
yang bertujuan untuk mengetahui informasi seputar sekolah, dan
40
mengetahui secara langsung mengenai proses pembelajaran serta
masalah-masalah yang dihadapi kelas.
c. Dokumentasi
Peneliti melaksanakan pengumpulan data objektif sekolah tentang data
sekolah, dan hasil belajar selama proses pembelajaran berlangsung.
Dokumentasi ini berfungsi merekam kegiatan dan partisipasi siswa
ketika proses pembelajaran berlangsung.
I. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan yang dilakukan pada penelitian ini berupa
lembar observasi aktivitas siswa dan guru, wawancara dengan guru dan
siswa, dokumentasi dan tes. Pada teknik pengumpulan data melalui tes,
peneliti melakukan uji validitas terhadap soal yang diberikan oleh peserta
didik dengan jumlah soal sebanyak 15 butir soal berupa pilihan ganda
yang diberikan setiap akhir siklus.
J. Analisis Data dan Interpretasi Data
Teknik analisis data dilakukan setelah data terkumpul dan peneliti
memberi uraian mengenai hasil penelitian. Proses analisis data terdiri atas
analisis data pada saat di lapangan yaitu pada pelaksanaan kegiatan
penelitian. Peneliti mengumpulkan data yang diperoleh dari hasil
penelitian pelaksaan pembelajaran di kelas, observasi siswa, dan hasil
belajar. Peneliti menggunakan indikator keberhasilan penelitian untuk
menentukan apakah siklus akan dilanjutkan atau dihentikan. Indikator
keberhasilan sebagai berikut:
1. Data yang didapat oleh peneliti adalah hasil observasi pada saat
pelaksanaan pembelajaran di kelas yang disajikan dalam bentuk tabel
yang kemudian dianalisis dengan nilai presentase yang menggunakan
rumus perhitungan presentase sebagai berikut:67
P = 𝑭𝒏 𝒙 100%
67 Anas Sudjino, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2008), h. 43.
41
Keterangan:
P : presentase skor observasi tiap pertemuan
F : frekuensi
N : jumlah frekuensi
Hasil perhitungan dari data observasi tersebut dapat dikategorikan
sebagai berikut:
Tabel 3.3 Kategori Hasil Observasi
No Rentang Kategori 1. 80-100% Sangat Baik 2. 70-79% Baik 3. 60-69% Cukup 4. 50-59% Kurang 5. 0-40% Kurang Sekali
2. Teknik analisis data yang digunakan dalam memperoleh data hasil
belajar siswa adalah tes tulis, kemudian dibuat presentasenya setelah
dianalisis dengan membuat rata-rata nilai tes formatif yang dihitung
dengan rumus sebagai berikut:
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑚𝑖𝑙𝑖𝑘𝑖 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑘𝑒𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑗𝑎𝑟
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑥 100%
3. Perhitungan peningkatan penguasaan konsep siswa dihitung dengan
menggunakan N-Gain, dengan persamaan:
𝑁 − 𝐺𝑎𝑖𝑛 = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑜𝑠𝑡𝑡𝑒𝑠𝑡 − 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 − 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡
Tabel 3.4 Nilai Gain dan Klasifikasinya
Gain Klasifikasi (g) ≥ 0,7 Tinggi 0,7> (g) ≥ 0,3 Sedang (g) < 0,3 Rendah
K. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaaan
Untuk mendapatkan hasil evaluasi yang baik maka diperlukan
instrumen yang baik pula. Instrumen yang baik dapat ditinjau dari
validitas. Validitas instrumen dilakukan melalui penilaian oleh dosen
42
pembimbing. Kemudian peneliti melakukan uji coba pada soal-soal yang
akan diberikan melalui uji validitas, reabilitas, taraf kesukaran dan daya
pembeda.
1. Uji validitas
Validitas instrumen penelitian adalah ukuran yang menunjukkan
tingkat kevaliditasan atau keshahihan suatu instrumen tersebut
dapat mengukur data apa yang hendak diukur.68 Tes yang
digunakan dalam penelitian perlu dilakukan uji validitas agar
ketepatan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai sesuai,
sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai. Peneliti
mengukur validitas butir soal atau validitas item pada tes
penguasaan konsep ipa dengan dosen ahli atau adjusment expert
dan menggunakan program komputer yaitu software ANATES V4.
2. Uji reabilitas
Reabilitas memiliki pengertian bahwa suatu instrument cukup data
dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena
instrumen tersebut sudah baik.69 Reabilitas merupakan sebuah
instrument yang berhubungan dengan masalah kepercayaan.
Sebuah tes dikatakan taraf kepercayaan yang tinggi jika tes
tersebut dapat memberikan hasil yang tetap.70 Hasil yang tetap
inilah disebut reliable. Suatu alat ukur memiliki reabilitas yang
baik jika alat ukur itu memiliki konsistensi yang handal walau
dikerjakan oleh siapapun (dalam level yang sama), di manapun dan
kapanpun. Pengukuran koefisien reabilitas instrumen tes
penguasaan konsep IPA menggunakan bantuan software ANATES
V4, adapun nilai koefisien dari reabilitas ini dapat dilihat sebagai
berikut:
68 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006), ed. Revisi VII, Cet. 13, h. 168 69 Ibid, h. 178 70 Ibid, h. 86
43
Tabel 3.5 Klasifikasi Koefisiensi Reabilitas
Besar 𝒓𝟏𝟏 Interpretasi 𝑟11 < 0,20 Reabilitas sangat rendah 0,20 < 𝑟11< 0,40 Reabilitas rendah 0,40 < 𝑟11< 0,70 Reabilitas sedang 0,70 < 𝑟11< 0,90 Reliabilkitas tinggi 0,90 < 𝑟11< 1,00 Reabilitas sangat tinggi
Perhitungan nilai reabilitas ini menggunakan bantuan
software ANATES V4 yang hasilnya terdapat pada lampiran.
Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh bahwa nilai reabilitas
instrumen tes pada siklus I sebesar 0,89 dan siklus II sebesar 0,80
dimana nilai ini berarti memiliki reabilitas yang tinggi. Oleh karena
itu, dapat dikatakan bahwa instrumen ini layak untuk digunakan
dalam penelitian.
3. Taraf Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak
terlalu sukar. Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya
sesuatu soal disebut indeks kesukaran (difficulty index). Besarnya
indeks kesukaran antara 0,0 sampai dengan 1,0. Rumus untuk
menghitung taraf kesukaran yaitu sebagai berikut:71
P = 𝐵
𝐽𝑆
Di mana:
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan betul
JS = jumlah seluruh siswa peserta tes
Untuk mendapatkan kesukaran suatu soal, peneliti
menggunakan bantuan software ANATES V4.
71 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h. 222-223
44
Tabel 3.6 Kriteria Tingkat Kesukaran Soal
Indeks Tingkat Kesukaran Kriteria 0 - 30 Sukar
0,31 - 0,70 Sedang 0,71 – 1,00 Mudah
>1,00 Sangat Mudah Berdasarkan perhitungan tingkat kesukaran butir soal yang
diujikan pada 25 soal siklus I diketahui bahwa terdapat 16 soal
sedang atau sebesar 63% dan 9 soal mudah atau sebesar 36%.
Sedangkan pada perhitungan tingkat kesukaran butir soal
yang diujikan pada 25 soal siklus II diketahui bahwa terdapat 1
soal sukar atau sebesar 4%, 19 soal sedang atau sebesar 76% dan 5
soal mudah atau sebesar 20%.
4. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk
membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi)
dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah). Angka yang
menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi,
disingkat D (d besar). 72 Untuk menemukan indeks diskriminasi,
maka peneliti menggunakan rumus sebagai berikut:
D = 𝐵𝐴
𝐽𝐴 - 𝐵𝐵
𝐽𝐵 = 𝑃𝐴− 𝑃𝐵
Di mana:
J = jumlah peserta tes
𝐽𝐴 = banyaknya peserta kelompok atas
𝐽𝐵 = banyaknya peserta kelompok bawah
𝐵𝐴 =banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu
dengan benar
Untuk mendapatkan daya pembeda suatu soal, peneliti
menggunakan bantuan software ANATES V4.
72 Ibid, h. 226.
45
Tabel 3.7 Kriteria Daya Pembeda Butir Soal
Besarnya Nilai D Kategori Daya Pembeda Bernilai negatif Sangat Buruk
0,00 – 0,20 Buruk 0,20 – 0,40 Cukup 0,40 – 0,70 Baik 0,70 – 1,00 Baik Sekali
Berdasarkan perhitungan daya pembeda yang diujikan pada
25 soal siklus I diketahui bahwa terdapat 3 soal buruk atau sebesar
12%, 5 soal cukup atau sebesar 20%, 15 soal baik atau sebesar
60% dan 2 soal sangat baik atau sebesar 8%.
Sedangkan perhitungan daya pembeda yang diujikan pada
25 soal siklus II diketahui bahwa terdapat 2 soal sangat buruk atau
sebesar 8%, 3 soal buruk atau sebesar 12%, 3 soal cukup atau
sebesar 12%, 14 soal baik atau sebesar 56%, dan 3 soal sangat baik
atau sebesar 12%.
46
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan selama dua siklus
dan seluruh pembahasan analisis yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran IPA dengan menggunakan media komik
dapat meningkatkan penguasaan konsep IPA siswa pada materi sistem
peredaran darah kelas V di SDN Kampung Bulak 03. Dengan penggunaan
media komik di dalam kelas, siswa sudah tidak lagi menghafal materi dan
mampu membangun pengetahuan yang dimilikinya. Media komik yang
menarik mampu membuat siswa menguasai konsep sistem peredaran
dengan lebih mudah dan menyenangkan. Peningkatan juga terjadi pada
kualitas pembelajaran dimana siswa menjadi lebih aktif pada saat kegiatan
diskusi maupun tanya-jawab, siswa semakin antusias mengikuti proses
pembelajaran hingga jam pelajaran berakhir, dan proses pembelajaran
menjadi lebih bermakna.
B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh, maka
penulis menyarankan beberapa hal berikut:
1. Guru hendaknya menggunakan media komik dalam pembelajaran
sebab penggunaan media komik dapat meningkatkan penguasaan
konsep serta mempermudah siswa memahami materi yang abstrak
karena disajikan secara ringan dan sederhana.
2. Komik yang digunakan dalam pembelajaran harus disesuaikan dengan
usia pembaca dan materi yang disampaikan. Selain itu, media komik
sebaiknya disajikan dengan bahasa yang mudah dicerna serta ilustrasi
atau gambar yang menarik.
3. Media komik sebaiknya mengandung pesan moral yang dapat dicontoh
oleh siswa. Jadi siswa tak hanya mendapat materi pelajaran saja,
72
melainkan siswa juga mendapat pesan moral yang terkandung dalam
komik.
4. Dengan adanya keterbatasan dalam penelitian ini, maka hendaknya
dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui apakah pembelajaran
dengan media komik dapat diterapkan dan memberikan hasil yang
lebih baik di semua mata pelajaran.
73
DAFTAR PUSTAKA
Agatha, Nabiela Dini, Jekti Prihatin, dan Erlia Narulita. “Pengembangan Buku
Komik Pokok Pembahasan Sistem Peredaran Darah”, Jurnal
Bioedukatika, Vol. 5, No. 2, 2017
Aisah, Siti. “Pengaruh Penggunaan Media Komik dalam Pembelajaran IPS
Terhadap Penguasaan Konsep Materi Perusahaan dan Badan Usaha di
MTs Daarul Hikmah Pamulang”, Skripsi Pada Universitas Negeri Islam
Jakarta, Jakarta, 2011
Alwi, Said. “Problematika Guru dalam Pengembangan Media Pembelajaran”,
Itqan, Vol. 8, No. 2, 2017
Ariani, Fitri Dwi, dkk, “The Use of Comic As a Learning Aid to Improve
Learning Interest of Slow Learner Student”, European Journal of Special
Education Research, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Vol. 2, No. 1,
2017
Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara,
2006
Arikunto, Suharsimi. Manajemen Pendidikan, Yogyakarta: Bumi Aksara, 2004
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta:
Rineka Cipta, 2006
Arisanti, Wa Ode Lidya, Wahyu Sopandi dan Ari Widodo. Analisis Penguasaan Konsep dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SD Melalui Project
Based Learning, Jurnal Pendidikan Dasar, Vol. 8, No. 1, 2016
Arroio, Agnaldo. Comics As a Narrative In Natural Science Education, Western
Anatolia Journal of Education Science, University of Sao Paulo, 2011
Astuti, Lin Suciani. “Penguasaan Konsep IPA ditinjau Dari Konsep Diri dan
Minat Belajar Siswa”, Jurnal Formatif, Vol. 7, No. 1, 2017
Awang, Immanuel Sairo. “Kesulitan Belajar IPA Peserta Didik Sekolah Dasar”,
STKIP Persada Khatulistiwa, Vol. 6, No. 2, 2015
Azizah, N. dan S. Khanafiyah. “Pengaruh Komik Sains dalam Pembelajaran IPA
Terhadap Pengembangan Karakter Siswa di Kecamatan Semarang
74
Tengah”, Unnes Physics Education Journal, Universitas Negeri
Semarang, Vol. 3, No. 3, 2014
Desstya, Anatri, dkk. “Refleksi Pendidikan IPA Sekolah Dasar di Indonesia
(Relevansi Model Pendidikan Paulo Freire dengan Pendidikan IPA di
Sekolah Dasar), Profesi Pendidikan Dasar, Vol. 4, No. 1, 2017
Djubaedah, Elis dan Sri Endang Purnami. Biologi untuk SMA/MA Kelas XI,
Bandung: Grafindo Media Pratama, 2016
Farniella, Matteo. The Potential of Comics in Science Communication, Journal
of Science Communication, Vol. 17, No. 01, 2018
Fathina, Dewi, Regina Lichteria, Julia. “Pengaruh Model Pembelajaran Discovery
terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IV dalam Mata Pelajaran IPA Pada
Materi Gaya”, Jurnal Pena Ilmiah, Vol. 1, No. 1, 2016
Fathurrohman, Pupuh dan Sobry Sutikno. Strategi Belajar Mengajar Melalui
Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami, Bandung: Refika
Aditama, 2007
Ghony, M. Djunaidi. Penelitian Tindakan Kelas, Malang: UIN Malang Press,
2008
Griadhi, I Putu Adiartha. Sistem Kardiovaskuler, Bali: Universitas Udayana, 2016
Hakim, Lukamnul. Perencanaan Pembelajaran, Bandung: CV Wacana Prima,
2009
Hamalik, Oemar. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem,
Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005
Indriana, Dina. Ragam Alat Bantu Media Pengajaran, Jogjakarta: DIVA Press, 2011
Koutnikova, Marta. “The Application of Comics in Science Education”, Acta
Educationis Generalis, Tomas Bata University, Vol. 7, 2017
Kusrianto, Adi. Pengantar Desain Komunikasi Visual, Yogyakarta: Penerbit
Andi, 2007
Kustandi, Cecep dan Bambang Sutjipto. Media Pembelajaran, Jakarta: Ghalia
Indonesia, 2016
75
Listiyani, Indriana Mei dan Ani Widayati. “Pengembangan Komik Sebagai Media
Pembelajaran Akutansi Pada Kompetensi Dasar Persamaan Dasar
Akutansi Untuk Siswa SMA Kelas XI”, Jurnal Pendiidkan Akutansi
Indonesia, Universitas Negeri Yogyakarta, Vol. 10, No. 2, 2012
Lumbantoruan, Pirton. EKG Dasar, Jakarta: Sagung Seto, 2014
Maharsi,Indiria. Komik Dunia Kreatif Tanpa Batas, Yogyakarta: Kata Buku, 2011
Mariyanah, Nur. “Efektivitas Media Komik Dengan Media Gambar dalam
Pembelajaran Geografi Pokok Bahasan Perhubungan dan Pengangkutan
(Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas II SMPN I Pegandon Kabupaten
Kendal)”, Skripsi Pada Universitas Negeri Semarang, Semarang, 2005
Miadi, Okta. “Penggunaan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)
untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Energi dan Usaha”, Skripsi
pada Universitas Islam Negeri Jakarta, Jakarta, 2014
Muslich,Masnur. Melaksanakan PTK Itu Mudah, Jakarta: Bumi Aksara, 2016 Naz, Ahsan Akhtar dan Rafaqat Ali Akbar. “Use of Media for Effective
Instruction its Importance: Some Consideration”, Journal of Elementary
Education, IER University of the Punjab Pakistan, Vol. 18, No. 1-2
Nugraha, Eka Arif, dkk. “Pembuatan Bahan Ajar Komik Sains Inkuiri Materi
Benda untuk Mengembangkan Karakter Siswa Kelas IV SD”, Unnes
Physics Education Journal, Universitas Negeri Semarang, Vol. 2, No. 1,
2013
Nugraha, Widdy Sukma. “Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dan
Penguasaan Konsep IPA Siswa SD dengan Menggunakan Model Problem
Based Learning”, Jurnal Pendidikan Dasar, Institut Pendidikan Indonesia
Garut, Vol. 10 No. 2, 2018
Nurharyani, Devanti, Sardini, dan Jumrodah. “Pengaruh Media Animasi terhadap Hasil Belajar Konsep Sistem Peredaran Darah Manusia Siswa Kelas VIII MTs Raudhatul Jannah Palangkaraya”, EduSains, Vol. 3, No. 2, 2015
Nurvianti,I, Astalini dan A. Syarkowi, Penggunaan Media Komik pada Pembelajaran Fluida Statis di Kelas XI IPA SMA Negeri 2 Kota Jambi Tahun 2017, Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika, Vol. 9, No. 1, 2018
OECD. PISA 2015 Results in Focus, New York: Columbia University, 2018
76
Rahman, Fauzyah Aulia. “Pengaruh Media Pembelajaran Komik Strip Terhadap
Retensi Siswa Pada Konsep Sistem Pencernaan Manusia”, Skripsi Pada
Universitas Islam Negeri Jakarta, Jakarta, 2018
Ramlawati. Sumber Belajar Penunjang PLPG 2017 Mata Pelajaran IPA BAB IV
Sistem Organ Pada Manusia, Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, 2017
Retariandalas. “Pengaruh Minat Membaca dan Motivasi Belajar terhadap Prestasi
Belajar IPA Siswa”, Jurnal Formatif, Vol. 7, No. 2, 2017
Sa’adah, Sumiyati. Sistem Peredaran Darah Manusia, Bandung: UIN Sunan
Gunung Djati Bandung, 2018
Samatowa, Usman. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar, Jakarta: Indeks, 2009
Soewarno, Hasmiana, dan Faiza. “Kendala-Kendala yang dihadapi Guru dalam
Memanfaatkan Media Berbasis Komputer di SD Negeri 10 Banda Aceh”,
Jurnal Pesona Dasar, Vol. 2, No. 4, 2016
Sofyan, Ahmad, Tonih Feronika dan Burhanudin Milama. Evaluasi Pembelajaran
IPA Berbasis Kompetensi, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006
Sudjana, Nana. Penilaian Hasil dan Proses Belajar Mengajar, Bandung: Rosda
Karya, 2011
Sudjino, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2008
Sukardi, M. Metode Penelitian Pendidikan Tindakan Kelas Implementasi dan
Pengembangannya, Jakarta: Bumi Aksara, 2013
Sumaya. Sains di SD, Bandung: Erlangga, 2014
Suparmi. “Penggunaan Media Komik dalam Pembelajaran IPA di Sekolah”,
Journal of Natural Science and Intergration, SMPN 25 Pekanbaru, Vol.
1, No. 1, 2018
Suprihatiningrum, Jamil. Strategi Pembelajaran Teori dan Aplikasinya,
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016
Suryani, Nunuk dan Leo Agung. Strategi Belajar Mengajar, Yogyakarta: Penerbit
Ombak, 2012
77
Susanto, Ahmad. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, Jakarta:
Prenadamedia Group, 2013
Susilana, Rudi dan Cepi Riyana. Media Pembelajaran, Bandung: CV Wacana
Prima, 2009
Sutjiono, Thomas Wibowo Agung. “Pendayagunaan Media Pembelajaran”, Jurnal
Pendidkan Penabur, No. 4, 2005
Syaifuddin. Anatomi Fisiologi, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2010
Utaya, Marlina Sugeng dan Lia Yulianti. Penguasaan Konsep IPA Pada Siswa Sekolah Dasar Negeri (SDN) Penanggungan Malang, Universitas Negeri
Malang, No. 8, 2017
Webber, C. Karen, dkk. “Introducing Comics as an Alternative Scientific
Narrative in Chemistry Teaching”, Journal of West Anatolia Educational
Sciences (BAED), Dokuz Eylül Üniversitesi Eğitim Bilimleri Enstitüsü,
Vol. 04, No. 08, 2013
Yulianti, D, dkk. Inquiry Based Sciene Comic Physics Series Integrated With
Character Education, Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, Universitas
Negeri Semarang, Vol. 5, No. 1, 2016
Nurvianti, I, Astalini dan A. Syarkowi. “Penggunaan Media Komik pada
Pembelajaran Fluida Statis di Kelas XI IPA SMA Negeri 2 Kota Jambi
Tahun 2017”, Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika, Vol. 9, No. 1, 2018
78