PENGGUNAAN MADU SEBAGAI PROFILAKSIS TRAVELLER’S DIARRHEA BAGI WISATAWAN YANG BERKUNJUNG KE...

28
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia memiliki banyak potensi dan sumber daya alam yang belum dikembangkan secata maksimal, termasuk di dalamnya sektor pariwisata. Indonesia menawarkan berbagai macam objek wisata baik objek wisata alam, wisata pantai, maupun wisata budaya meliputi kebudayaan, adat istiadat, serta makanan yang seluruhnya sangat indah dan menarik. Keindahan ini membuat Indonesia dikenal sebagai salah satu tujuan wisata yang digemari. Hal ini dibuktikan dengan tingginya angka kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia yang mencapai 7,6 juta pada tahun 2011 dan peningkatan daya saing pariwisata Indonesia pada tahun 2011 ke peringkat 74 dari peringkat ke-81 pada tahun 2010. 1 Salah satu daya tarik utama yang dicari-cari oleh wisatawan mancanegara maupun lokal adalah wisata kulinernya. Indonesia dikenal sebagai “negara surga makanan”, luasnya citra rasa, mulai dari yang manis sampai yang pedas, mulai dari makanan kudapan hingga hidangan utama yang khas dan lezat hingga tidak mungkin dilewatkan oleh wisatawan. 2 Tingginya variasi makanan yang ada disertai variasi tingkat keamanan makanan. Keamanan makanan ini mencakup kualitas makanan, penyajian, cara pengolahan makanan, pelayanan, bahan baku hingga tingkat kebersihan. 3 Belum ada dan sulitnya melakukan standardisasi keamanan makanan ini dapat menyebabkan tingginya kasus keracunan makanan serta tingginya angka penyakit infeksi yang ditransmisikan lewat makanan. Menurut Centers for Disease Control and Prevention, infeksi akibat makanan terjadi pada 48 juta penduduk Amerika, menyebabkan 128.000 orang harus dirawat dan 3000 orang meninggal. 4 Salah satu kejadian infeksi yang sangat sering terjadi adalah diare pada wisatawan, yang disebut juga traveller’s diarrhea.

description

PENGGUNAAN MADU SEBAGAI PROFILAKSIS TRAVELLER’S DIARRHEA BAGI WISATAWAN YANG BERKUNJUNG KE INDONESIA

Transcript of PENGGUNAAN MADU SEBAGAI PROFILAKSIS TRAVELLER’S DIARRHEA BAGI WISATAWAN YANG BERKUNJUNG KE...

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    I.1 Latar Belakang

    Indonesia memiliki banyak potensi dan sumber daya alam yang belum dikembangkan

    secata maksimal, termasuk di dalamnya sektor pariwisata. Indonesia menawarkan

    berbagai macam objek wisata baik objek wisata alam, wisata pantai, maupun wisata

    budaya meliputi kebudayaan, adat istiadat, serta makanan yang seluruhnya sangat

    indah dan menarik. Keindahan ini membuat Indonesia dikenal sebagai salah satu

    tujuan wisata yang digemari. Hal ini dibuktikan dengan tingginya angka kunjungan

    wisatawan mancanegara ke Indonesia yang mencapai 7,6 juta pada tahun 2011 dan

    peningkatan daya saing pariwisata Indonesia pada tahun 2011 ke peringkat 74 dari

    peringkat ke-81 pada tahun 2010.1 Salah satu daya tarik utama yang dicari-cari oleh

    wisatawan mancanegara maupun lokal adalah wisata kulinernya. Indonesia dikenal

    sebagai negara surga makanan, luasnya citra rasa, mulai dari yang manis sampai

    yang pedas, mulai dari makanan kudapan hingga hidangan utama yang khas dan lezat

    hingga tidak mungkin dilewatkan oleh wisatawan.2

    Tingginya variasi makanan yang ada disertai variasi tingkat keamanan makanan.

    Keamanan makanan ini mencakup kualitas makanan, penyajian, cara pengolahan

    makanan, pelayanan, bahan baku hingga tingkat kebersihan.3 Belum ada dan sulitnya

    melakukan standardisasi keamanan makanan ini dapat menyebabkan tingginya kasus

    keracunan makanan serta tingginya angka penyakit infeksi yang ditransmisikan lewat

    makanan. Menurut Centers for Disease Control and Prevention, infeksi akibat

    makanan terjadi pada 48 juta penduduk Amerika, menyebabkan 128.000 orang harus

    dirawat dan 3000 orang meninggal.4 Salah satu kejadian infeksi yang sangat sering

    terjadi adalah diare pada wisatawan, yang disebut juga travellers diarrhea.

  • 2

    Travellers diarrhea yang terjadi hingga 40% wisatawan yang berkunjung ke negara

    berkembang biasanya disebabkan oleh konsumsi makanan dan minuman yang

    terkontaminasi dengan bakteri, virus, atau parasit yang masuk dan mengganggu kerja

    sistem pencernaan hingga menyebabkan peningkatan motilitas dan kegagalan

    penyerapan beberapa jenis bahan makanan.5 Normalnya diare ini bersifat ringan dan

    dapat sembuh dengan sendirinya, namun sangat mengganggu aktivitas dan

    kenyamanan dalam berwisata. Bahkan menderita travellers diarrhea terkadang

    mengharuskan wisatawan untuk istirahat total di kamar hotel atau di rumah sakit.6

    Travellers diarrhea yang tidak tertangani pun dapat berlanjut kepada keadaan yang

    lebih berat hingga dehidrasi dan gangguan elektrolit yang membutuhkan perawatan

    intensif. Terganggunya jadwal liburan maupun ketidaknyamanan dalam perjalanan ini

    bisa jadi sangat menjengkelkan dan menimbulkan kekecewaan terhadap kondisi

    pariwisata Indonesia yang dapat berujung pada penurunan daya saing pariwisata

    Indonesia kedepannya. Maka dari itu, perlu dilakukan berbagai daya upaya untuk

    menghindari terjadinya travellers diarrhea.

    Pencegahan travellers diarrhea yang paling efektif adalah dengan sangat berhati-hati

    dalam mengonsumsi, baik makanan maupun minuman, serta membatasi diri dalam

    mengonsumsi kudapan lezat dan menarik. Namun tentu saja hal tersebut sangat sulit

    dilakukan, apalagi dengan tawaran makanan yang sangat lezat saat berwisata. Cara

    lain yang dapat dilakukan untuk mencegah travellers diarrhea adalah dengan

    menggunakan profilaksis. Profilaksis yang paling efektif dalam mencegah travellers

    diarrhea adalah penggunaan antibiotik. Sayangnya penggunaan antibiotik sangat

    tidak dianjurkan karena dapat meningkatkan resistensi mikroba dan terjadinya efek

    samping yang tidak diinginkan.7 Oleh karena itu diperlukan alternatif profilaksis yang

    lebih aman dengan efektifitas yang sama seperti antibiotik. Salah satu cara yang dapat

    dilakukan adalah dengan menggunakan produk alami, seperti penggunaan madu.

  • 3

    Madu sudah lama dikenal dan ternyata memiliki aktivitas antibakteri dan antiparasit,

    berbagai karakteristiknya yang lain pun dapat menguntungkan sehingga madu

    memiliki potensi yang besar sebagai profilaksis. Maka dari itu, penulis ingin

    mengetahui manfaat penggunaan madu sebagai profilaksis travellers diarrhea bagi

    wisatawan baik asing maupun lokal yang berkunjung ke berbagai daerah di

    Indonesia.

    I.2 Perumusan Masalah

    Dari latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

    - Apakah madu dapat digunakan sebagai profilaksis travelers diarrhea?

    I.3 Tujuan

    I.3.1. Tujuan Umum

    Menurunkan angka kejadian travelers diarrhea di Indonesia sehingga

    dapat meningkatkan kenyamanan dan potensi pariwisata di Indonesia

    secara umum.

    I.3.1. Tujuan Khusus

    1. Diketahuinya potensi penggunaan madu sebagai profilaksis travelers

    diarrhea.

    I.4 Hasil

    Hasil karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat

    bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang travel medicine, khususnya tentang

    travelers diarrhea dan manfaat madu sebagai profilaksisnya serta dapat

    diaplikasikan bagi wisatawan asing maupun lokal yang berkunjung ke berbagai

    daerah di Indonesia.

  • 4

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    II.1 Travelers Diarrhea

    II.1.1 Definisi

    Travelers diarrhea didefinisikan sebagai defekasi dengan tinja berbentuk cair

    dan frekuensi lebih dari tiga kali sehari disertai dengan setidaknya satu gejala

    gangguan gastrointestinal seperti mual, muntah, kram perut, kembung, defekasi

    yang tidak bisa ditahan, tenesmus, atau tinja berdarah dan berlendir pada orang

    yang sedang berwisata.8

    II.1.2 Epidemiologi

    Travelers diarrhea merupakan masalah kesehatan utama yang terjadi pada

    wisatawan.5

    Setiap tahunnya 20-50% wisatawan internasional atau sekitar 10

    juta orang mengalami diare. Travelers diarrhea umumnya terjadi pada minggu

    pertama wisata namun bisa juga terjadi kapan saja ketika berwisata bahkan

    setelah selesai wisata.7

    II.1.3 Etiologi

    Penyebab Travelers diarrhea terutama adalah bakteri (85%), parasit (10%)

    dan virus (5%). Bakteri utama penyebab travelers diarrhea adalah

    Enterotoxigenic Escherichia coli (ETEC), meskipun di beberapa belahan dunia

    Campylobacter lah yang mendominasi. Penyebab umum lainnya adalah

    Salmonella, Shigella, rotavirus, dan Norwalk agent. Masalah yang sekarang

    berkembang adalah naiknya tingkat resistensi antibiotik bakteri patogen,

    termasuk resistensi strain dari Campylobacter terhadap quinolones dan strain

    dari E.coli, Shigella, dan Salmonella terhadap trimethoprimsulfamethoxazole.

  • 5

    Sedangkan untuk parasit, penyebab utama travelers diarrhea adalah Giardia

    lamblia.6

    II.1.4 Faktor Risiko

    Risiko utama dari penyakit ini adalah tujuan wisata. Tujuan wisata dengan

    risiko tinggi merupakan negara berkembang seperti Amerika Latin, Afrika, dan

    Asia.7 Insiden per 2 minggu perjalanan wisata sekitar 8% di negara industri dan

    55% di negara berkembang. Risiko ini sangat berhubungan dengan geografis,

    iklim, sanitasi, dan kebiasaan higienis masyarakatnya.6

    Gambar 1. Gambaran Daerah Risiko Traveller's Diarrhea

    http://www.travmed.com/health_guide/ch6.htm

    Indonesia yang merupakan negara tropis tentunya memiliki tingkat

    mikroorganisme yang sangat banyak jumlahnya. Selain itu sanitasi dan

    kebiasaan higienis masyarakat Indonesia yang masih rendah meningkatkan

    risiko terkontaminasinya makanan dan minuman dengan dengan berbagai

    bakteri dan parasit penyebab diare. Salah satu penelitian di Jakarta Utara

    menemukan bahwa tingkat kontaminasi makanan tersaji oleh E.coli sebesar

    12,2%, kontaminasi makanan baru matang 7,5%, kontaminasi bahan makanan

    40%, kontaminasi air 12,9%, kontaminasi tangan pengolah 12,5%, dan

  • 6

    kontaminasi pewadahan 16,9%. Tingkat kontaminasi tersebut sangat terutama

    pada pedagang kaki lima (PdgK5), walaupun ternyata tingkat kontaminasi di

    restoran juga cukup tinggi (Rst/RM).9

    Gambar 2. Perbandingan tingkat kontaminasi E. coli

    dari tiga jenis tempat pengelolaan makanan

    Djaja IM. Kontaminasi E. Coli Pada Makanan Dari Tiga Jenis Tempat Pengelolaan

    Makanan (TPM) di Jakarta Selatan 2003. Makara Kesehatan. 2008 Jun 1; 12(1): 36-41

    II.1.5 Gejala Klinis

    Kebanyakan travelers diarrhea terjadi secara tiba-tiba, ditandai dengan

    peningkatan frekuensi, volume, dan perubahan konsistensi tinja disertai dengan

    gejala gangguan gastrointestinal. Pada beberapa kasus, gejala penyerta ini

    sangat mengganggu dan membuat pasien mencari pertolongan kesehatan

    walaupun tanpa memenuhi kriteria defekasi dengan tinja cair lebih dari tiga

    kali.8 Kebanyakan kasus sembuh sendiri dalam 3-5 hari tanpa terapi.

    7 Meskipun

    demikian, 40% wisatawan yang mengalaminya harus mengubah jadwal wisata

    mereka bahkan 20% nya harus beristirahat total (bed rest). Meskipun sembuh

    dengan sendirinya dan mampu diatasi dengan antibiotik, beberapa kasus diare

    bisa terjadi secara persisten. Patogen utama penyebab diare yang persisten ini

    adalah Giardia lamblia.6

  • 7

    II.1.6 Pencegahan

    Pencegahan utama adalah dengan menghindari makanan dan minuman yang

    dijual di jalanan, toko, atau restauran yang kondisinya tidak higienis;

    menghindari daging dan seafood yang belum matang; serta buah maupun sayur-

    sayuran yang tidak higienis. Air keran, es batu, susu yang tidak dipasteurisasi,

    dan produk dari susu juga meningkatkan risiko travelers diarrhea. Meskipun

    para wisatawan sudah diperingatkan, namun berdasarkan banyak penelitian

    98% wisatawan akan tetap makan dan minum sembarangan dalam 72 jam

    pertama setelah mereka sampai ke tujuan wisata.6

    II.1.7 Profilaksis

    Profilaksis paling efektif untuk travelers diarrhea adalah dengan antibiotik,

    namun Center for Disease Control and Prevention tidak merekomendasikan hal

    tersebut. Penggunaan rutin profilaksis antibiotik meningkatkan risiko efek

    samping dan resistensi mikroorganisme.7

    Alternatif lain adalah dengan menggunakan bismuth subsalicylate, namun

    hanya 60% efektif (dibandingkan efektivitas antibiotik yang mencapai 90%).6

    Penggunaan bismuth harus dihindari pada pasien yang alergi aspirin, hamil, dan

    pasien yang meminum obat lain (seperti antikoagulan, probenecid, dan

    methotrexate). Bismuth juga menyebabkan tinja dan lidah berwarna kehitaman

    serta telinga yang berdengung. Dikarenakan efek sampingnya, penggunaan

    profilaksis ini tidak boleh diberikan lebih dari 3 minggu.7 Selain itu harga

    bismuth subsalicylate juga relatif mahal yaitu Rp.69.576,00/kemasan.10

    Penggunaan rifamixin juga mulai banyak digunakan sebagai profilaksis, namun

    rifamixin hanya efektif terhadap E.coli saja.

    II.1.8 Tatalaksana

  • 8

    Walaupun pemilihan makanan dan minuman sudah sangat teliti, travelers

    diarrhea masih sering juga terjadi. Oleh karena itu wisatawan seharusnya

    membawa obat-obatan pribadi. Untuk diare ringan dan sedang, loperamide dan

    penggantian cairan tubuh mungkin cukup. Sedangkan untuk diare yang berat

    diperlukan antibiotik. Regimen standart nya adalah kuinolon yang diminum 2

    kali sehari selama 3 hari.6

    II.2 Madu

    II.2.1 Definisi

    Madu didefinisikan sebagai cairan yang banyak mengandung zat gula pada

    sarang lebah atau bunga dengan rasa yang manis.11

    Sarang lebah merupakan

    tempat tinggal koloni lebah madu yang terdiri dari 20.000 hingga 60.000 lebah.

    Koloni besar ini memiliki pembagian tugas, dimana peran dalam pengumpulan

    madu dilakukan oleh lebah pekerja. Lebah pekerja mengumpulkan nektar

    berupa larutan gula (sukrosa) dari bunga yang satu ke bunga yang lain sambil

    melakukan polinisasi, kemudian mengumpulkannya dalam sarang lebah.

    Setelah menghisap nektar, lebah madu akan memfermentasi nektar di dalam

    perutnya dengan mengubah sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa oleh enzim

    invertase yang dikeluarkan kelenjar di tenggorokannya. Sekembalinya ke

    sarang, lebah akan menyalurkan cairan nektar ke sarang lewat belalainya ke

    dalam sisir madu (honeycomb). Lebah di sarang kemudian akan melanjutkan

    proses fermentasi dengan menelan dan mengeluarkan cairan nektar berulang

    kali. Pada saat ini, terjadi proses ekstraksi air dan pembersihan nektar dsari

    racun dan mikroba, serta penambahan asam amino, lipid, dan elemen lainnya.

    Proses pembentukan ini juga dapat dikenali sebagai proses regurgitasi.12

    Kemudian lebah akan menguapkan air dari nektar hingga kadar air hanya

    berkisar antara 18,6% dengan tujuan untuk mengurangi kadar air,

    meningkatkan konsentrasi gula dan mencegah fermentasi, dan mulai disebut

    madu. Pada masa ini, madu akan disimpan dalam sarang, ditutup dengan lilin

  • 9

    lebah (beeswax). Karakteristik warna dan rasa madu sendiri cukup dipengaruhi

    oleh jenis tanaman yang diambil nektarnya.13

    Pada saat ini, lebah telah dapat

    diternak dengan memindahkan ratu lebah dan pekerja ke dalam sarang artifisial,

    untuk kemudian diambil madunya.14

    II.2.2 Karakteristik madu

    Karakteristik madu cukup bervariasi bergantung pada tanaman yang menjadi

    sumber utama madu, suhu dan proporsi gula spesifik pada madu. Madu segar

    memiliki kandungan air yang jauh lebih sedikit dibandingkan setelah didiamkan

    pada suhu ruang.12

    Pada suhu ruang, madu berbentuk cair dengan kondisi kurang stabil. Titik

    lelehnya berkisar antara 40 hingga 50 0

    C, pada penyimpanan dibawah suhu

    tersebut, madu bersifat metastabil maupun labil, sehingga dapat mengkristal

    secara spontan pada penambahan gula. Kecepatan kristalisasi ini bergantung

    pada rasio fruktosa dengan glukosa, serta kandungan dekstrin. Sedangkan pada

    penyimpanan dengan suhu dibawah 5 oC, madu bersifat sangat stabil dan tidak

    akan mengkristal, sehingga tekstur dan rasa asli dapat dipertahankan.12

    Rasa

    manis yang terdapat pada madu berasal dari gula monosakarida berupa fruktosa

    dan glukosa dengan aroma yang berbeda bergantung pada tanaman sumber

    utama nektar madu.14

    Madu memiliki aktivitas air yang rendah yaitu sekitar 0,6. Rendahnya

    aktivitas air ini menjadikan suasana yang kurang kondusif bagi mikroorganisme

    untuk berkembang, walau begitu endospora bakteri Clostridium botulinum

    masih dapat bertahan dalam kondisi dorman, menjadikannya berbahaya bagi

    anak bayi. Aktivitas air ini dapat dipengaruhi oleh kelembaban lingkungan,

    karena sifat higroskopis yang dimiliki madu, yang akan mengikat air dari

    udara.14, 15

  • 10

    II.2.3 Keamanan dan Efek samping

    Penggunaan madu sendiri telah disetujui oleh U.S. Food and Drug

    Administration (FDA), dimana madu harus dilabel berdasarkan nama tanaman

    atau jenis bunga yang menjadi sumber utama madu, juga sebagai identitas

    warna serta rasa madu tersebut.16

    Pada beberapa individu, madu dapat menunjukkan efek samping yang amat

    minimal. Penelitian di American Journal of Clinical Nutrition tahun 1995

    melaporkan konsumsi madu pada orang normal dapat menimbulkan diare atau

    gangguan perut. Hal ini mungkin disebabkan kandungan fruktosa madu yang

    cukup tinggi. Tingginya fruktosa madu pada beberapa orang dapat

    menyebabkan gangguan penyerapan yang disebut malabsorpsi fruktosa. Hal ini

    cukup merepotkan bagi orang-orang dengan pencernaan yang sensitif. Namun,

    menurut penelitian tersebut, madu justri memiliki efek menguntungkan untuk

    orang dengan keluhan susah buang air besar karena efek laksatifnya. 17

    Madu, walaupun telah dinyatakan aman, memiliki beberapa kondisi yang

    memungkinkan terjadinya kontaminasi madu. Kontaminasi madu dapat terjadi

    jika dilakukan penyemprotan pestisida pada lahan tanaman maupun

    penggunaan obat-obatan untuk pengusir tungau dan binatang lain oleh petani

    madu walau secara umum penggunaan pestisida ini dapat membunuh koloni

    dan tidak memungkinkan diproduksinya madu. Namun, pada kadar yang

    rendah, lebah masih dapat bertahan, sehingga penggunaan obat-obatan ini perlu

    sangat dihindari.13

    Keracunan madu juga dapat terjadi sebagai akibat kontaminasi spora

    Clostridium botulinum pada suplementasi madu yang tidak diproses pada diet

    balita, menyebabkan infeksi botulinum, dan dapat berbahaya dengan imunitas

    yang belum matang. Beberapa jenis madu pun memiliki toksin yang cukup

  • 11

    berbahaya akibat nektar yang diambil beracun, misalnya pada madu dari

    tumbuhan Rhododendron ponticum yang mengandung andrometoksin. Namun,

    industri madu sudah maju dan dapat mendeteksi terlebih dahulu madu yang

    beracun hingga tidak akan lolos sampai ke konsumen 17

    II.2.4 Penggunaan Madu

    Madu telah dikenal sejak zaman mesolithikum dan telah mendapat tempat

    dalam pengobatan tradisional setidaknya sejak abad ke 4 sebelum masehi oleh

    penduduk mesir kuno untuk mengobati berbagai keluhan seperti pada demam,

    luka, nyeri, kehausan, maupun untuk mengatasi demam. Bentuk pemberian pun

    beragam, mulai dari diminum langsung, dicampurkan dengan air, dicampur

    dengan cuka (oxymel), dicampurkan dengan obat lain.

    Penggunaan madu

    bahkan telah mewarnai kebudayaan berbagai agama, hingga digunakan dalam

    ritual agama hindu dan buddha, serta dituliskan dalam kitab suci agama islam

    dan kristen.12

    Sempat ada beberapa kontroversi dalam komunitas mengenai

    penggunaan madu, namun telah ditemukan berbagai keuntungan dalam

    penggunaan madu, diantaranya:

    II.2.4.1 Madu Sebagai Bahan Makanan Dalam Memasak

    Madu dapat digunakan untuk memasak, memanggang, dicampurkan

    dengan roti, dijadikan bahan tambahan dalam minuman seperti teh

    maupun minuman lain berdasarkan sifatnya yang manis dan beraroma.

    Madu juga dapat digunakan sebagai bahan dasar maupun sebagai bahan

    penambah rasa dalam pembuatan minuman beralkohol.14

    II.2.4.2 Nutrisi

    Bahan dasar madu adalah gula yang kemudian digabungkan dengan

    senyawa lainnya. Kandungan karbohidrat madu secara umum adalah

    sekitar 38,5% fruktosa dan 31,0% glukosa.12

    Jenis karbohidrat lain yang

    terkandung pada madu diantaranya maltosa, fruktosa, maupun

    karbohidrat kompleks lainnya. Madu juga mengandung beberapa jenis

  • 12

    asam amino esensial, vitamin dan mineral serta komponen lain yang

    bersifat antioksidan seperti chrysin, ponobanksin, vitamin C, katalase, dan

    pinocembrin.17, 18

    Kandungan vitamin dan mineral dalam madu diantaranya vitamin A,

    betakaroten, vitamin B kompleks, vitamin C, D, E, dan K. Madu pun

    mengandung mineral yang cukup lengkap dan bervariasi seperti zat besi,

    kalium, kalsium, magnesium, tembaga, mangan, natrium dan fosfor. Zat

    lainnya adalah barium, seng, sulfur, klorin, yodium, zirconium, gallium,

    vanadium, cobalt dan molybendenum yang proporsinya dilampirkan.

    Biasanya madu berwarna gelap maupun madu multiflora lebih kaya akan

    mineral.17

    Madu memiliki indeks glikemik sekitar 31 hingga 78, bergantung pada

    jenisnya dengan berat jenis 1,36 kg tiap liter.17

    II.2.4.3 Efek antibakteri dan antifungi

    Madu dapat berfungsi sebagai antibakteri dan antifungi pada beberapa

    organisme seperti Staphylococcus aureus, patogen enteral, Candida

    albicans dalam madu yang dicairkan. Madu dengan konsentrasi 40%

    bersifat bakterisidal pada berbagai jenis bakteri gram negatif maupun

    positif seperti Salmonella shigella, Escherichia coli dan Vibrio cholera

    yang merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia.14,15

    Berbagai penelitian untuk memastikan efektifitas penggunaan madu

    sebagai antibaktreri dan antifungi telah dilakukan, dan menunjukkan hasil

    yang seirama, bahwa madu memiliki kemampuan antibiotic dan antifungi,

    bahkan lebih baik dibandingkan penggunaan antibiotik seperti

    sefalosforin, ampisilin, gentamisin, nitrofurantoin, asam nalidixic dan

    kotrimoxazole.

  • 13

    Efek antibakteri dan antifungi ini didasari oleh beberama mekanisme,

    diantaranya:

    II.2.4.3.1 Efek osmotik

    Madu terdiri dari campuran 84% gula dengan kadar air sekitar 15

    20 % sehingga sangat tinggi kadar gulanya. Sedikitnya kandungan

    air dan interaksi aor dengan gula akan membuat bakteri tak dapat

    hidup. Bahkan tidak ada bakteri yang mampu hidup pada kadar air

    kurang dari 17%. Berdasarkan efek ini, seharusnya madu yang

    diencerkan hingga kadar gulanya menurun akan mengurangi efek

    antibakteri. Namun kenyataannya, ketika madu dioleskan pada

    permukaan luka yang basah dan tercampur dengan cairan luka, efek

    antibakterinya tidak hilang. Beberapa jenis madu masih dapat

    membunuh bekteri meskipun diencerkan hingga 7 14 kali.17

    II.2.4.3.2 Aktivitas hidrogen peroksida

    Selain efek osmotik, madu mengandung dan memproduksi hidrogen

    peroksida. Dulu, hidrogen peroksida dikenal sebagai zat inhibine.

    Bila madu bereaksi dengan air, maka produksi hidrogen peroksida

    akan meningkat. Konsentrasi hidrogen peroksida pada madu sekitar

    1 mmol/L, 1000 kali lebih kecil dibandingkan larutan hidrogen

    peroksida 3% yang biasa dipakai sebagai antiseptik. Meski

    konsentrasinya kecul, efektivitasnya tetap baik sebagai pembunuh

    kuman.15,17

    II.2.4.3.3 Sifat asam madu

    Ciri khas madu yang lain adalah bersifat asam dengan pH antara 3,2

    4,5 cukup rendah untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang

    berkembang biak rata-rata pada pH 7,2 7,4.17

  • 14

    II.2.4.3.4 Faktor fitokimia

    Pada beberapa jenis madu juga ditemukan zat antibiotik. Zat

    tersebut disebut faktor non-peroksida. Madu yang selama ini telah

    diteliti memiliki faktor tersebut adalah madu manuka

    (Leptospernum scoparium) yang berasal dari Selandia Baru. Di

    Australia, madu dari spesies Leptospermum yang lain, seperti

    Jellybush, juga ditemukan memiliki kandungan zat ini.18

    II.2.4.3.5 Aktivitas fagositosis dan meningkatkan limfosit

    Madu dapat meningkatkan pembelahan sel limfosit, juga dapat

    meningkatkan produksi sel monosit sehingga berbagai sitokin,

    TNF-alfa, interleukin 1 dan 6 , dapat mengaktifkan respon daya

    tahan tubuh terhadap infeksi. Kandungan glukosa dan keasaman

    madu juga secara sinergis ikut membantu sel fagosit

    menghancurkan bakteri.19

    II.2.4.4 Perawatan luka dan luka bakar

    Penggunaan madu untuk perawatan luka sudah dilakukan sejak ribuan

    tahun yang lalu. Dunia kedokteran modern saat ini telah banyak

    membuktikan madu sebagai obat penyembuh luka yang unggul. Sebuah

    laporan menunjukkan luka yang dibalut dengan madu menutup pada 90%

    kasus. Pada luka bakar derajat ringan, penyembuhan oleh madu

    berlangsung lebih cepat. Madu juga dapat digunakan untuk terapi luka

    infeksi dan sukar sembuh, misalnya pada gangren diabetik. Madu dapat

    merangsang pembentukan kulit baru dan lebih sehat serta dapat

    mengurangi peradangan yang ditandai dengan berkurangnya nyeri

    bengkak dan luka yang mengering. Hal ini didasari oleh osmolaritasnya

    yang tinggi hingga dapat menyerap air dan memperbaiki sirkulasi serta

    pertukaran udara di area luka.18

  • 15

    II.2.4.5 Manfaat lain

    Madu juga berguna untuk memperbaiki berbagai kondisi pencernaan

    seperti sakit maag, diare. Selain itu, madu juga dapat digunakan sebagai

    sumber antioksidan, meredakan alergi, mengatasi kekurangan kalsium,

    memperbaiki gangguan pengelihatan, mengatasi insomnia, mengatasi

    kejang otot dan kedutan, menghilangkan batuk dan flu, mabuk alkohol,

    bermanfaat dalam perbaikan penyakit jantung. Dengan kandungannya

    yang beragam, madu pun memiliki potensi sebagai terapi nutrisi sebagai

    sumber nutrisi dan energi, sumber vitamin dan mineral, dikonsumsi oleh

    diabetisi dan hiperkolesterolemia.17,18

    Dalam mengatasi kekurangan kalsium, konsumsi madu dapat

    menguntungkan karena dapat meningkatkan penyerapan kalsium.

    Semakin tinggi kadar madu, maka semakin meningkat penyerapan

    kalsium. Hal ini dapat dimanfaatkan untuk mencegah osteoporosis.17,18

    II.2.5 Anjuran penggunaan

    Untuk mendapat manfaat dari madu, mengonsumsi madu sebaliknya sejumlah

    dosis yang direkomendasikan dengan dicampurkan dalam segelas air hangat,

    diminum tiga kali sehari dengan total 100-200 gram sehari. Konsumsi di pagi

    hari sebanyak 30 60 gram, siang 40 80 gram, dan malam 30 60 gram.

    Disarankan satu jam setengah atau dua jam atau dua jam sebelum makan atau

    tiga jam sesudah makan. Untuk anak-anak, dosis mdu adalah 30 gram sehari.

    Jumlah ini bisa disesuaikan apabila terjadi gangguan seperti intoleransi maupun

    diare.18

    Pencampuran dengan air hangat mempermudah proses pencernaan dan

    meningkatkan bioavailabilitas di darah, jaringan hingga ke sel-sel tubuh.

    Karena kadar gulanya yang tinggi, madu tidak boleh dikonsumsi berlenbbihan

  • 16

    karena pada dosis yang tinggi dapat meningkatkan kadar gula darah dan

    memperberat kerja hormon insulin.17,18

    II.2.6 Jenis madu di Indonesia

    Terdapat banyak jenis madu menurut karakteristiknya, dimana komponen yang

    paling membedakan karakteristik madu berdasarkan sumber nektar, letak

    geografi dan teknologi pemrosesannya. Karakteristik madu disesuaikan dengan

    sumber nektar, yaitu flora, ekstraflora, dan madu embun. Dikenal pula madu

    monoflora yang berarti hanya berasal dari saru jenis tumbuhan dan poliflora

    yang berasal dari nektar beberapa jenis bunga.20

    Di Indonesia sendiri, madu cukup mudah ditemukan, dan telah menjadi

    komoditas lokal, dengan jumlah produksi mencapai 1.538 ton pada tahun

    1999.20

    Hal ini didasari oleh musim berbunga sepanjang tahun di Indonesia,

    memungkinkan produksi yang terus menerus, juga dengan banyaknya lahan

    perkebunan di Indonesia.18

    Jenis madu yang dapat ditemukan di Indonesia digolongkan berdasarkan bunga

    sumber nektar, misalnya madu bunga kapuk (randu), madu bunga karet, madu

    bunga kopi, madu bunga lengkeng, madu bunga sonokeling, madu bunga

    durian, madu bungan rambutan, madu bunga apel, madu bunga jambu air, madu

    bunga mangga, madu bunga mahoni, madu bunga jambu mede, dan madu

    hutan.18

  • 17

    Tabel 1. Kandungan mineral dan vitamin dalam madu

    Nutrisi Unit

    Jumlah rata-

    rata dalam

    100 gram

    madu

    Rekomendasi

    kebutuhan

    sehari (RDA)

    Kalori kkal 304 2.8

    Vitamin:

    A IU - 5

    B1 (thiamin) mg 0,004 -

    0,006

    1,5

    B2 (riboflavin) mg 0,002 - 0,06 1,7

    Asam nikotinat

    (niasin)

    mg 0,11 - 0,36 20

    B6 (piridoksin) mg 0,008 - 0,32 2,0

    Asam pantotenat mg 0,02 - 0,11 10

    Asam folat ug - 0,4

    B12

    (sianokobalamin)

    mg - 6

    C IU 2,2 - 2,4 60

    D IU - 400

    E (tokoferol) - 30

    Biotin - 0,3

    Mineral:

    Kalsium mg 4 - 30 1

    Klorin mg 2 - 20 -

    Tembaga mg 0,01 - 0,12

    Yodium mg - 0,15

    Besi mg 1 - 3,4 18

    Magnesium mg 0,7 - 13 400

    Fosfor mg 2 - 60 1

    Kalium mg 10-470 -

    Natrium mg 0,6 - 40 -

    Seng mg 0,2 - 0,5 15

    Suranto A. Terapi Madu.Jakarta: Penebar Plus; 2007. P. 16-18; 26-40

  • 18

    BAB III

    METODE PENULISAN

    III.1. Metodologi Penulisan

    Metode penulisan yang digunakan adalah metode studi kepustakaan. Sumber-sumber

    kepustakaan yang dipergunakan adalah jurnal kedokteran, buku teks, dan informasi

    dari internet. Metode pemilihan sumber menggunakan kaidah penulisan karya tulis

    ilmiah.

    III.2. Sistematika Penulisan

    Karya tulis ini terdiri dari 5 bab, berisi bab pendahuluan, bab tinjauan pustaka, bab

    metode penulisan, bab pembahasan dan bab penutup. Pada bab I akan dibahas

    pendahuluan karya tulis ini, mulai dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan

    penulisan, baik secara umum maupun khusus, serta manfaat penulisan bagi berbagai

    kalangan dan institusi. Bab II akan lebih membahas teori dan pengetahuan yang ada

    tentang masalah yang dibahas, meliputi pembahasan travellers diarrhea dan madu,

    serta peranannya sebagai profilaksis travellers diarrhea. Bab III metode penulisan

    berisi pemaparan metode penulisan yang digunakan dalam karya tulis ini untuk

    menginformasikan pembaca mengenai metode pembuatan karya tulis yang penulis

    gunakan. Selanjutnya, pembahasan mengenai hubungan aspek-aspek dalam karya ini

    hingga dapat menghasilkan sebuah paradigma baru akan dipaparkan secara jelas pada

    bab IV. Bab terakhir, yakni bab V akan menuliskan simpulan dan saran yang

    diberikan penulis berdasarkan topik yang dibahas, yaitu penggunaan madu sebagai

    profilaksis travellers diarrhea pada wisatawan, baik lokal maupun internasional,

    diikuti daftar pustaka yang mendasari penulisan ini.

  • 19

    BAB IV

    ANALISIS DAN SINTESIS

    IV.1. Profilaksis Travelers Diarrhea dengan Madu

    Sampai saat ini profilaksis yang digunakan untuk travelers diarrhea adalah dengan

    menggunakan bismuth subsalicylate dan rifamixin. Namun keefektivitasan dari

    penggunaan bismuth hanya sekitar 60%. Selain itu harganya yang mahal dan efek

    samping yang ditimbulkan mungkin membuat wisatawan enggan untuk

    meminumnya. Sedangkan untuk rifamixin, walaupun efektif namun obat ini hanya

    mampu mencegah TD yang disebabkan oleh E.coli saja. Alternatif lain yang bisa

    digunakan untuk profilaksis travelers diarrhea adalah menggunakan madu.6

    Madu telah lama dikenal memiliki aktivitas antibakteri yang kemampuannya bisa

    disetarakan dengan antibiotik. Faktor faktor yang membuat madu bersifat antibakteri

    adalah tinggginya osmolaritas (kandungan gula dalam madu mencapai 80%),

    keasaman (pH rendah), kadar hidrogen peroksida (H2O2) yang tinggi dan komponen

    non-peroksida seperti methylglyoxal (MGO). Aktivitas antibakteri ini terutama

    didominasi oleh hidrogen peroksida di mana konsentrasinya ditentukan oleh kadar

    relatif glucose oxidase yang disintesis oleh lebah dan katalase yang berasal dari

    serbuk sari bunga. Kebanyakan madu akan menghasilkan H2O2 ketika diencerkan

    karena terjadi aktivasi enzim glucose exidase yang mengoksidasi glukosa menjadi

    asam glukonat dan H202. H2O2 merupakan agen oksidator kuat (radikal bebas) yang

    memiliki kemampuan merusak sel. Dalam larutan cair, H2O2 berperan seperti asam

    dan dapat mengoksidasi berbagai senyawa dengan menerima elektron bebas yang

    berpasangan. Hal ini menyebabkan terbentuknya radikal bebas lainnya yang

    menyebabkan terganggunya struktur biologis dan semakin merusak sel. Namun,

    dalam beberapa kasus, aktivitas peroksidase ini bisa dihambat dengan mudah oleh

    panas dan katalase.21

  • 20

    Di samping H202, beberapa faktor non-peroksidase juga menimbulkan aktivitas

    antibakteri. Hal ini membuat madu mampu mempertahankan aktivitas antibakterinya

    walaupun terdapat katalase (tidak adanya glucose oxidase), jenis madu ini disebut

    dengan non-peroxide honey. Beberapa komponen diketahui berkontribusi dalam

    aktivitas non-peroksidase seperti methyl syringate dan methylglyoxal. 21

    Madu juga bersifat asam dengan pH antara 3,2 sampai 4,5 di mana cukup rendah

    untuk menghambat pertumbuhan beberapa bakteri patogen. Hal ini dikarenakan pH

    mempengaruhi bentuk enzim, sehingga bisa menyebabkan protein terdenaturasi.

    Kadar pH minimum yang dibutuhkan oleh bakteri patogen antara lain : E.coli (4,3),

    Salmonella (4,0), P.Aeruginosa (4,4), S.Pyogenes (4,4).21

    Madu juga memiliki kadar karbonidrat yang tinggi dalam bentuk monosakarida yang

    menyebabkan madu memiliki aktivitas air (water activity) yang rendah. Aktivitas air

    artinya jumlah air yang ada di lingkungan lebih rendah dibandingkan dengan kadar

    solusinya. Rendahnya aktivitas air ini membuat madu mampu menghambat bakteri

    melalui efek osmosis. Kadar gula yang tinggi menyebabkan air di dalam sel berdifusi

    keluar melalui dinding dan membran sel. Hal ini membuat sel menjadi dehidrasi dan

    mengerut. Proses ini disebut dengan plasmolisis dan dapat menyebabkan kematian

    sel.21

    Kemampuan madu dalam menghambat pertumbuhan bakteri dapat diuji dengan

    menggunakan metode disc difussion, yaitu suatu tes kualitatif untuk mendeteksi

    sukseptibilitas bakteri terhadap suatu senyawa antimikroba. Madu terbukti efektif

    dalam mencegah pertumbuhan bakteri-bakteri penyebab utama diare seperti

    Eschericia coli dan Salmonella.21

    Sebuah studi in vitro untuk mengetahui efek bakteri pada diare juga sudah dilakukan

    di Nigeria. Madu yang digunakan adalah madu dari lokasi budidaya lebah di Obafemi

  • 21

    Awolowo University Teaching Complex (OAUTHC), dinamakan dengan madu A

    dan madu B, sedangkan spesies bakteri yang diteliti antara lain Salmonella

    enterocolitis, Campylobacter jejuni,Escherichia coli and Shigella dysenteriae. Dari

    penelitian tersebut didapatkan bahwa efek inhibisi tertinggi madu adalah terhadap

    Escherichia coli dan diikuti dengan Salmonella enterocolitis dan Shigella

    dysenteriae. Efek inhibisi tersebut didapatkan dengan Minimum Inhibitory

    Concentration (MIC) 1:8 madu dalam air suling untuk Escherichia coli dan 1:2 untuk

    Salmonella enterocolitis dan Shigella dysenteriae.22

    Tabel 2. Perbandingan aktivitas antibakteri madu A dibandingkan dengan antibiotik

    konvensional

    Adebolu TT. Effect of natural honey on local isolates of diarrhea causing bacteria

    in southwestern Nigeria. African Journal of Biotechnology. 2005 Oct; 4(10):1172-1174

    Tabel 3. Perbandingan aktivitas antibakteri madu B dibandingkan dengan antibiotik

    konvensional

    Adebolu TT. Effect of natural honey on local isolates of diarrhea causing bacteria

    in southwestern Nigeria. African Journal of Biotechnology. 2005 Oct; 4(10):1172-1174

  • 22

    IV.2. Keuntungan dan efek praktis penggunaan madu di Indonesia

    IV.2.1. Ketersediaan dan harga

    Indonesia merupakan salah satu negara penghasil madu, dimana angka

    produksinya mencapai 1.538 ton per tahun.23

    Madu dan produknya sangat

    mudah ditemukan baik di warung-warung, di toko-toko, di supermarket hingga

    pembelian lewat toko online. Harga yang ditawarkan pun sangat bervariasi,

    bergantung pada kemasan, berat, jenis madu, kualitas, hingga daerah tempat

    penjualan yang berkisar antara Rp. 33..000,- hingga Rp. 1.700.000,- per

    kilogramnya.24,25

    Harga ini cukup terjangkau, jika dihubungkan dengan

    penggunaan harian yang dianjurkan sebanyak 100 hingga 200 gram per hari,

    maka pengeluaran harian untuk memenuhi kebutuhan madu berkisar antara Rp.

    3.300,- (sebanding dengan 35 sen USD) Rp. 340.000,- (USD 36) sesuai

    dengan kemampuan dan kebutuhan.

    IV.2.2. Mudah dibawa

    Madu memiliki sifat kental dalam suhu ruang, dan walaupun kurang stalbil

    dalam suhu ruang, madu tidak akan membentuk kristal secara spontan dalam

    wadah yang kedap ataupun tanpa penambahan gula.18

    Sifat ini membuat

    khasiatnya tidak berkurang maupun menjadi rusak apabila di bawa-bawa dalam

    tas untuk masyarakat dengan aktivitas dan mobilitas yang tinggi.

    Saat ini madu telah dikemas dalam berbagai kemasan dan ukuran, untuk

    berbagai tujuan. Kemasan ditujukan untuk pemakaian harian di rumah dalam

    botolan besar hingga kemasan yang mudah dibawa berupa kemasan sachet 20

    ml maupun botolan 185 ml yang berukuran lebih kecil dari akua gelas.26

    IV.2.3. Bermanfaat bagi diare dengan resistensi beberapa antibiotik

    Penelitian in vitro yang dilakukan oleh Professor Rose Cooper di University of

    Wales Institute menunjukkan bahwa sifat antimikroba yang dimiliki madu

    manuka dapat menghambat pertumbuhan dari Pseudomonas aeruginosa,

  • 23

    Streptokokus grup A, dan Meticilin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA).

    Dalam pengamatannya terhadap bakteri MRSA, ditemukan bahwa madu dapat

    meningkatkan sensitivitas bakteri ini terhadap antibiotik seperti oksasilin,

    sehingga secara efektif membalikkan resistensi antibiotik.27

    Penggunaannya

    bersama dengan antibiotik dalam upaya penyembuhan pun menjadi sangat

    efektif.

    Madu juga memiliki keunggulan, dimana tidak seperti antibiotik pada

    umumnya, pemberian madu manuka tidak menyebabkan adanya selektifitas

    bakteri hingga meningkatkan strain bakteri yang resisten pada madu seperti

    preparat antibiotik. Walau begitu, belum dilakukan penelitian efek antimikroba

    madu jenis lain terhadap bakteri-bakteri yang telah resisten.27

    IV.2.4. Bertahan lama

    Madu dapat bertahan dalam kondisi baik dalam jangka waktu yang cukup lama,

    yaitu sekitar 2 3 tahun, bahkan setelah 3 tahun, madu masih dapat bertahan.

    Dapat diperharikan bahwa kebanyakan mikroorganisme tidak dapat tumbuh

    dalam medium madu. Hal ini terlihat pada penggunaannya dalam metode

    pengawetan mumi firaun di mesir. Namun, memang kondisi terbaik madu

    didapatkan selama kurang dari 3 tahun setelah panen.18

    Hal ini sesuai dengan pengetahuan bahwa bakteri maupun jamur membutuhkan

    kondisi yang tepat untuk bertumbuh, yaitu pada keadaan cukup air, makanan,

    dan lingkungan yang nyaman. Dalam madu, hanya terdapat gula yang

    terkonsentrasi. Walaupun gula merupakan medium yang baik bagi bakteri untuk

    tumbuh, namun komponen krusial lain seperti air tidak tersedia. Terbukti bahwa

    madu yang disimpan dalam wadah kedap dapat bertahan selama bertahun-tahun

    hingga berabad-abad, walaupun akan mengalami perubahan sifat fisis dan kimia

    seperti perubahan warna, aroma, dan rasa selama proses penyimpanannya.

    Namun, madu perlu disimpan dalam wadah yang kedap, sehingga madu yang

  • 24

    bersifat higroskopis tidak akan menarik air, sehingga kadar air dalam madu

    dipertahankan rendah. Rendahnya kadar air ini tidak memungkinkan bakteri

    maupun jamur untuk tumbuh.17

    IV.2.5. Keuntungan sebagai Komoditas

    Meskipun dalam hal teknik budidaya lebah madu, angka produksi madu setiap

    tahun dan tingkat konsumsi madu, Indonesia sudah tertinggal dua sampai tiga

    dekade dari negara lain, perlebahan masih menjadi salah satu komponen penting

    dalam pembangunan sektor pertanian dan kehutanan berkelanjutan. Secara

    ekologis dan ekonomis, peran lebah madu dalam penyerbukan tanaman juga

    cukup menguntungkan bagi kelestarian flora dan peternakan lebah.28

    Ditinjau dari kekayaan alam, Indonesia menyimpan potensi besar bagi

    pengembangan usaha perlebahan. Bahkan, enam dari tujuh spesies lebah madu

    di dunia terdapat di Indonesia, dan sudah dimanfaatkan oleh masyarakat. Belum

    lagi melihat luasnya lahan perkebunan di Indonesia yang berpotensi menjadi

    lahan budidaya lebah madu.20

    Dengan ditingkatkannya konsumsi madu oleh wisatawan, maka kebutuhan akan

    produksi madu akan meningkat, sehingga industri madu akan lebih hidup dan

    berdampak pada perbaikan kesejahteraan masyarakat.

    IV.3 Anjuran penerapan konsumsi madu pada wisatawan di Indonesia

    IV.3.1 Kerjasama dengan Penginapan di Seluruh Indonesia

    Madu, bahan makanan yang memiliki berbagai manfaat, terutama sebagai

    antimikroba tanpa risiko resistensi, dapat digunakan, baik sebagai agen

    profilaksis maupun sebagai agen yang membantu treatmen infeksi bakteri di

    saluran pencernaan, dalam hal ini diare. Oleh karena itu, madu dapat digunakan

    secara rutin pada wisatawan, dengan jumlah anjuran 100 200 gram per hari

    dibagi dalam tiga kali dosis, pagi-siang dan sore.

  • 25

    Konsumsi harian ini cukup dimungkinkan melihat karakteristik madu yang

    memiliki rasa manis dan khas, juga dapat dikonsumsi dengan berbagai cara,

    baik sebagai bahan tambahan dalam makanan yang dimasak maupun

    dipanggang, dicampurkan dengan roti, dicampurkan dengan minuman lain

    hingga dikonsumsi secara langsung. Penggunaan yang fleksibel dan beraneka

    cara ini memungkinkan konsumsi madu harian menjadi menarik dan tidak

    membosankan untuk dikonsumsi secara rutin. Baik di pagi hari, siang hingga

    malam hari.

    Sulitnya menghimbau wisatawan secara rutin untuk mengonsumsi madu

    sebanyak tiga kali sehari secara rutin selama masa perjalanan cukup sulit dan

    membutuhkan kepatuhan yang tinggi. Rendahnya kepatuhan ini dapat diatasi

    jika bekerjasama dengan tempat penginapan di Indonesia, berkaitan dengan

    penyediaan dan penggunaan madu dalam menu harian. Hal ini selaras dengan

    kenyataan bahwa besar wisatawan yang sedang berkunjung, baik wisatawan

    lokal maupun wisatawan asing tinggal di penginapan selama masa perjalanan

    mereka, yang biasanya memiliki fasilitas restauran maupun fasilitas pake makan

    pagi.

    Melihat keuntungan lain penggunaan madu disamping profilaksis infeksi seperti

    tambahan asupan nutrisi yang dapat meningkatkan viabilitas, mengobati

    gangguan sistem gastrointestinal lain, sumber antioksidan, meredakan alergi,

    mengatasi kekurangan kalsium, perbaikan pengelihatan, dan berbagai manfaat

    yang lain merupaka poin tambahan yang dapat dijadikan daya jual tersendiri

    bagi pariwisata Indonesia apabila penggunaan dan penyediaan madu dalam

    menu harian di penginapan dapat diimplementasikan dengan baik.

    IV.3.2. Fungsi Bawa Praktis

    Penyediaan dan penggunaan madu oleh rumah makan di penginapan acapnya

    cukup efektif untuk memenuhi kebutuhan madu harian dalam rangka profilaksis

  • 26

    infeksi saluran pencernaan. Namun, diluar waktu istirahat malam dan sarapan

    pagi, sebagian besar waktu wisatawan dihabiskan di luar penginapan, sehingga

    pengonsumsian madu sebaiknya dapat dilakukan secara praktis di berbagai

    tempat.

    Untungnya, madu saat ini telah sangat mudah ditemui di berbagai toko maupun

    supermarket di seluruh Indonesia, walaupun begitu, tidak mungkin wisatawan

    untuk selalu membeli madu setiap kali berpergian, terutama jika sedang

    berkunjung ke daerah yang cukup perifer. Maka dari itu, wisatawan dapat

    dihimbau untuk selalu membawa persediaan madu sendiri. Hal ini sangat

    dimungkinkan, karena saat ini madu telah dikemas dalam berbagai kemasan

    sachet maupun botolan kecil yang mudah dibawa-bawa.

    Membawa madu kemana-mana secara praktis dapat pula membawa manfaat, hal

    ini berdasarkan bahwa madu memiliki kandungan kalori yang cukup, bila dalam

    peralanan mengalami kesulitan mencari tempat makan, madu dapat digunakan

    sebagai sumber nutrisi sementara dan dapat menghindari kondisi hipoglikemi

    maupun kelaparan. Kegunaannya dalam menyembuhkan luka dan antiinfeksi

    dengan penggunaan topikal pun sangat bermanfaat dalam keadaan mendesak.

    Tentunya, hal ini tidak akan memberatkan bagi wisatawan untuk membawa

    madu multifungsi dalam tas mereka.

  • 27

    BAB V

    SIMPULAN DAN SARAN

    V.1 Simpulan

    Berdasarkan uraian pada tinjauan pustaka dan pembahasan di atas, secara garis

    besar dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

    1. Dengan efek bakterinya, madu dapat digunakan sebagai profilaksis diare. Efek ini

    dilandaskan oleh sifat madu, yaitu memiliki osmolaritas yang tinggi (kandungan

    gula dalam madu mencapai 80%), keasaman (pH rendah), kadar hidrogen

    peroksida (H2O2) yang tinggi dan komponen non-peroksida seperti

    methylglyoxal (MGO).

    2. Sampai saat ini, penelitian efektifitas madu sebagai profilaksis terhadap diare

    pada wisatawan sendiri belum mencapai tahap clinical trial. Hal ini cukup

    disayangkan, karena jika dambah dengan bukti penelitian uji klinis, maka, nilai

    dan efektifitas penggunaannya telah terbukti dan dapat lebih diimplementasikan

    dalam kehidupan sehari-hari

    V.2 Saran

    Adapun saran yang dapat diberikan adalah melakukan uji klinis mengenai peran

    madu sebagai profilaksis diare pada wisatawan. Apabila hasil yang ditemukan sejalan

    dengan hasil pada penelitian invitro, maka dapat dilakukan beberapa upaya,

    diantaranya dengan mensosilisasikan dan menerapkan penggunaan madu secara rutin

    pada wisatawan baik wisatawan lokal maupun mancanegara sebagai profilaksis

    travellers diarrhea.

    - bekerjasama dengan managemen penginapan di Indonesia dalam

    pengaplikasian penggunaan madu sebagai salah satu bahan makanan wajib di

    tempat makan, terutama pada waktu makan pagi

  • 28

    - Wisatawan lokal maupun internasional disarankan untuk mengonsumsi madu

    secara rutin

    - Dengan keuntungan madu yang praktis dibawa-bawa, mudah diolah, dengan

    kandungan gizi yang baik, dan harga yang terjangkau, penggunaan madu

    dapat dijadikan pilihan utama dalam upaya profilaksis travellers diarrhea