PENGGUNAAN INTERNET DAN MEDIA SOSIAL UNTUK ...penggunaan internet dan media sosial di masyarakat....

58
PENGGUNAAN INTERNET DAN MEDIA SOSIAL UNTUK PELAYANAN INFORMASI OBAT DI BEBERAPA APOTEK DAN PUSKESMAS DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Studi pelayanan informasi obat pada pasien asma) TESIS Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Farmasi (M. Farm.) Program Studi Magister Farmasi Diajukan oleh : Fajar Ira Juwita, S.Farm., Apt. NIM: 178122006 PROGRAM STUDI MAGISTER FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2020 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of PENGGUNAAN INTERNET DAN MEDIA SOSIAL UNTUK ...penggunaan internet dan media sosial di masyarakat....

Page 1: PENGGUNAAN INTERNET DAN MEDIA SOSIAL UNTUK ...penggunaan internet dan media sosial di masyarakat. Masyarakat saat ini memanfaatkan internet dan media sosial dalam memperoleh layanan

PENGGUNAAN INTERNET DAN MEDIA SOSIAL UNTUK PELAYANAN

INFORMASI OBAT DI BEBERAPA APOTEK DAN PUSKESMAS DI DAERAH

ISTIMEWA YOGYAKARTA

(Studi pelayanan informasi obat pada pasien asma)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Magister Farmasi (M. Farm.)

Program Studi Magister Farmasi

Diajukan oleh :

Fajar Ira Juwita, S.Farm., Apt.

NIM: 178122006

PROGRAM STUDI MAGISTER FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2020

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PENGGUNAAN INTERNET DAN MEDIA SOSIAL UNTUK ...penggunaan internet dan media sosial di masyarakat. Masyarakat saat ini memanfaatkan internet dan media sosial dalam memperoleh layanan

i

PENGGUNAAN INTERNET DAN MEDIA SOSIAL UNTUK PELAYANAN

INFORMASI OBAT DI BEBERAPA APOTEK DAN PUSKESMAS DI DAERAH

ISTIMEWA YOGYAKARTA

(Studi pelayanan informasi obat pada pasien asma)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Magister Farmasi (M. Farm.)

Program Studi Magister Farmasi

Diajukan oleh :

Fajar Ira Juwita, S.Farm., Apt.

NIM: 178122006

PROGRAM STUDI MAGISTER FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2020

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PENGGUNAAN INTERNET DAN MEDIA SOSIAL UNTUK ...penggunaan internet dan media sosial di masyarakat. Masyarakat saat ini memanfaatkan internet dan media sosial dalam memperoleh layanan

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka

yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.”

Roma 8 : 28

Kupersembahkan karya ini untuk Tuhan, keluarga kecilku; suami dan anak-anakku,

orang tua, semua teman dan sahabatku

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PENGGUNAAN INTERNET DAN MEDIA SOSIAL UNTUK ...penggunaan internet dan media sosial di masyarakat. Masyarakat saat ini memanfaatkan internet dan media sosial dalam memperoleh layanan

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………….……….i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………………………...…ii

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................. iii

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI .................................................................... iiiv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................................ v

HALAMAN PERSEMBAHAN…………..………………………………………...…..vi

KATA PENGANTAR ......................................................................................................vi

DAFTAR ISI ....................................................................................................................ix

DAFTAR TABEL ............................................................................................................. x

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................. xii

INTISARI ...................................................................................................................... xiii

I. LATAR BELAKANG ................................................................................................... 1

II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................... 3

III. METODE PENELITIAN ............................................................................................ 7

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................. 10

1. Hasil penelitian .................................................................................................... …10

2. Pembahasan .............................................................................................................. 14

V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................................. 18

REFERENSI .................................................................................................................... 19

Lampiran 1. Luaran Penelitian ........................................................................................ 27

Lampiran 2. Ethical Clearance ....................................................................................... 45

Lampiran 3. Surat Ijin Badan Kesatuan Bangsa dan Politik ........................................... 44

Lampiran 4. Panduan Wawancara semi terstruktur pada responden apoteker ............... 45

Lampiran 5. Lembar informasi penelitian ....................................................................... 47

Lampiran 6. Lembar konfirmasi persetujuan partisipan (Inform consent) ..................... 49

BIOGRAFI PENULIS ..................................................................................................... 50

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: PENGGUNAAN INTERNET DAN MEDIA SOSIAL UNTUK ...penggunaan internet dan media sosial di masyarakat. Masyarakat saat ini memanfaatkan internet dan media sosial dalam memperoleh layanan

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Penelitian terdahulu di negara maju dan berkembang terkait perkembangan e-

Pharmacy dan aplikasinya, termasuk pada penyakit asma ................................................ 5

Tabel 2. Variasi karakteristik partisipan apoteker (N=15).. ............................................ 10

Tabel 3. Lima tema hasil penelitian kualitatif tentang penggunaan internet dan media

sosial dalam PIO kepada pasien asma sebagai model ..................................................... 10

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: PENGGUNAAN INTERNET DAN MEDIA SOSIAL UNTUK ...penggunaan internet dan media sosial di masyarakat. Masyarakat saat ini memanfaatkan internet dan media sosial dalam memperoleh layanan

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka konsep penelitian ............................................................................. 6

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PENGGUNAAN INTERNET DAN MEDIA SOSIAL UNTUK ...penggunaan internet dan media sosial di masyarakat. Masyarakat saat ini memanfaatkan internet dan media sosial dalam memperoleh layanan

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Luaran Penelitian ........................................................................................ 27

Lampiran 2. Ethical Clearance ....................................................................................... 45

Lampiran 3. Surat Ijin Badan Kesatuan Bangsa dan Politik ........................................... 44

Lampiran 4. Panduan Wawancara semi terstruktur pada responden apoteker ............... 45

Lampiran 5. Lembar informasi penelitian ....................................................................... 47

Lampiran 6. Lembar konfirmasi persetujuan partisipan (Inform consent) ..................... 49

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PENGGUNAAN INTERNET DAN MEDIA SOSIAL UNTUK ...penggunaan internet dan media sosial di masyarakat. Masyarakat saat ini memanfaatkan internet dan media sosial dalam memperoleh layanan

xiii

INTISARI

Revolusi industri 4.0 merupakan proses digitalisasi industri yang menggiring

layanan kesehatan pada era penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang

disebut e-health. Penerapan TIK di bidang Farmasi dikenal sebagai e-pharmacy. Peran

apoteker pada Pelayanan Informasi Obat (PIO) dengan memanfaatkan TIK berpengaruh

pada literasi e-health yang pada akhirnya mendukung keberhasilan terapi pasien

termasuk bagi pasien dengan penyakit kronis yang menerima pengobatan dalam jangka

waktu lama, salah satunya adalah pasien asma. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan

menggali persepsi apoteker mengenai penggunaan internet dan media sosial untuk

pelayanan informasi obat, dengan studi kasus pelayanan pada pasien asma.

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pengambilan data

dilakukan dengan wawancara menggunakan panduan wawancara yang telah di validasi

oleh professional judgement. Wawancara dilakukan pada partisipan apoteker yang

melakukan pelayanan kefarmasian kepada pasien asma, yang dipilih secara purposif

pada bulan Maret sampai Juli 2019. Data hasil wawancara ditranskrip secara verbatim,

kemudian dilakukan analisis tematik. Ethical clearance telah diperoleh dengan nomor

945/C.16/FK/2019.

Hasil penelitian menyebutkan penggunaan internet dan media sosial

mengindikasikan potensi kapabilitas apoteker dalam layanan kesehatan dan juga

tantangan transformasi terhadap peran apoteker di era e-pharmacy. Hasil penelitian ini

juga memunculkan urgensi penetapan regulasi mengenai e-pharmacy yang dipacu oleh

teridentifikasinya kerugian dari penggunaan internet dan media sosial. Peningkatan

infrastruktur TIK bidang kefarmasian sangat diperlukan begitu pula kontribusi apoteker

dalam literasi e-health terkait PIO penyakit kronis termasuk asma.

Kata kunci : e-health, e-pharmacy, PIO, internet, media sosial, asma

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PENGGUNAAN INTERNET DAN MEDIA SOSIAL UNTUK ...penggunaan internet dan media sosial di masyarakat. Masyarakat saat ini memanfaatkan internet dan media sosial dalam memperoleh layanan

1

I. LATAR BELAKANG

Revolusi industri 4.0 pada era digital saat ini mendorong perkembangan

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dengan pesat dan pada akhirnya

memposisikan TIK menjadi bagian penting dari era ini1–3. Salah satu bidang yang terus

berkembang dan mengadopsi TIK adalah e-health4. Pengertian e-health disampaikan

oleh World Health Organization (WHO) adalah : “The use of information and

communication technologies locally and at a distance – presents a unique opportunity

for the development of public health.”5. Penerapan TIK pada e-health secara global

banyak digunakan untuk memperoleh maupun menyebarkan informasi kesehatan tanpa

terbatas jarak, juga digunakan untuk mempromosikan, mendukung dan memperkuat

seluruh rangkaian perawatan kesehatan. Perkembangan TIK yang pesat pada e-health

membawa dampak yang sama pada bidang pelayanan kefarmasian6,7. Penerapan TIK

pada bidang layanan kefarmasian disebut e-pharmacy dan yang sering dipraktekkan

adalah komunikasi secara elektronik dengan pasien dan tenaga kesehatan yang lain8–11.

Jumlah apoteker yang bekerja di apotek menempati urutan ketiga di dunia

setelah profesi dokter dan perawat 12,13, oleh karena itu apoteker mempunyai peran besar

pada perkembangan e-pharmacy. Peran apoteker mengadopsi e-pharmacy salah satunya

pada aspek pelayanan informasi obat14. Pelayanan Informasi Obat (PIO) adalah

pelayanan yang penting untuk dilakukan oleh apoteker, salah satunya kepada pasien

dengan penyakit kronis. Beberapa negara maju sudah menerapkan e-pharmacy pada

PIO kepada pasien penyakit kronis dengan menggunakan TIK; seperti di Pennsylvania

USA, terdapat alat pengingat berdasarkan penggunaan internet untuk meningkatkan

kepatuhan pengobatan pada pasien asma15, dan di Kanada, terdapat penggunaan

platform media sosial pada komunitas pasien asma yang berinteraksi satu sama lain dan

dipandu oleh tenaga profesional kesehatan16.

Indonesia sebagai negara berkembang saat ini tercatat sebagai negara urutan

kelima dalam jumlah pengguna internet17,18. Hal ini membawa pengaruh besar terhadap

penggunaan internet dan media sosial di masyarakat. Masyarakat saat ini memanfaatkan

internet dan media sosial dalam memperoleh layanan kesehatan, termasuk layanan

kefarmasian. Pemanfaatan internet dan media sosial dapat membantu peningkatan

PIO14, dan juga dapat membawa dampak pada kepatuhan pasien terutama untuk pasien

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PENGGUNAAN INTERNET DAN MEDIA SOSIAL UNTUK ...penggunaan internet dan media sosial di masyarakat. Masyarakat saat ini memanfaatkan internet dan media sosial dalam memperoleh layanan

2

dengan penyakit kronis yang harus menjalani pengobatan dalam jangka waktu lama dan

jumlah item obat cukup banyak.

Penelitian tentang implementasi TIK dalam pelayanan kefarmasian di Indonesia

belum banyak dilakukan. Penelitian tentang pelayanan kefarmasian di Indonesia lebih

banyak berfokus kepada model-model peningkatan kualitas apoteker dalam melakukan

pelayanan kefarmasian, tanpa menyinggung pemanfaatan internet. Oleh karena itu,

perlu dikembangkan model pemanfaatan internet dan media sosial untuk pelayanan

kefarmasian terutama untuk berkomunikasi secara profesional dengan pasien,

khususnya dalam pelayanan informasi obat. Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi

secara lebih mendalam pemanfaatan internet dan media sosial, terutama untuk

pelayanan informasi obat, dengan menggunakan penyakit asma sebagai model.

Penggalian informasi pada penelitian ini meliputi : 1) potensi pemanfaatan, 2)

keuntungan dan kerugian, 3) hambatan pemanfaatan, 4) harapan apoteker dalam

penggunaan internet dan media sosial untuk pelayanan informasi obat bagi pasien asma.

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menambah referensi

tentang pemanfaatan internet dan media sosial oleh apoteker untuk pelayanan informasi

obat bagi pasien asma. Secara praktis hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat

sebagai acuan untuk pengembangan platform pelayanan informasi obat yang berbasis

internet menggunakan media sosial, khususnya bagi pasien asma, dan bagi pasien

dengan penyakit kronis degeneratif pada umumnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PENGGUNAAN INTERNET DAN MEDIA SOSIAL UNTUK ...penggunaan internet dan media sosial di masyarakat. Masyarakat saat ini memanfaatkan internet dan media sosial dalam memperoleh layanan

3

II. TINJAUAN PUSTAKA

1. Posisi e-health dan e-pharmacy dalam konteks revolusi industri 4.0

Perhatian dunia saat ini tertuju pada kemajuan teknologi generasi keempat, biasa

disebut revolusi industri 4.0, yang didefinisikan sebagai proses digitalisasi industri yang

menggabungkan produksi dengan teknologi informasi dan komunikasi (TIK)

terkini1,3,19,20. Hal yang sama terjadi pada bidang pelayanan kesehatan yang saat ini

masuk pada era revolusi health 4.0, atau yang biasa disebut e-health, dimana semua

teknologi mulai dari sistem informasi, jaringan, dan perekaman medis sudah terkoneksi

dengan mengadopsi TIK. Setelah memasuki era e-health, penyebaran informasi tentang

layanan kesehatan jauh lebih cepat dan mudah4,21. Sesuai dengan definisinya, cakupan

e-health cukup luas meliputi m-health, telemedicine, e-learning dan semua penggunaan

TIK pada layanan kesehatan termasuk di dalamnya pelayanan kefarmasian6,7. Bidang

layanan kefarmasian termasuk cepat dalam menerapkan teknologi baru, sebab apoteker

sendiri telah menggunakan sistem komputer selama lebih dari 3 dekade. Apoteker

terbiasa menggunakan berbagai macam sistem perangkat lunak dalam pelayanannya,

bahkan dengan sistem yang sudah terintegrasi dengan bidang lain10,22. Penggunaan TIK

pada layanan kefarmasian era sekarang disebut e-pharmacy8, dan memiliki tiga elemen

penting, yaitu: 1) Pencatatan data pasien secara elektronik dengan mengolah big data

melalui Cyber Physical System (CPS), 2) Pelayanan electronic dispensing dan 3)

Komunikasi secara elektronik dengan pelayanan kesehatan yang lain dan pasien9–11.

2. Perkembangan literasi dan penerapan TIK pada e-health dan e-pharmacy

Di era e-health, kemampuan seseorang untuk mencari, menemukan, memahami,

dan menilai informasi kesehatan dari sumber elektronik dan menerapkan pengetahuan

yang diperoleh untuk mengatasi atau memecahkan masalah kesehatan disebut literasi e-

health23–25. Pada pelayanan kefarmasian kita juga mengenal istilah literasi e-pharmacy

yang dinilai dari dua sudut pandang yaitu dari tenaga kefarmasian dan dari pasien atau

masyarakat26–28. Survei global ketiga oleh WHO pada tahun 2017 terkait literasi e-

health menyebutkan hampir 80% dari seluruh negara di dunia menggunakan media

sosial untuk promosi kesehatan28. Hasil survei lain menyebutkan 70% setuju bahwa

internet adalah alat yang baik untuk meningkatkan pengetahuan mereka tentang

kesehatan29.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PENGGUNAAN INTERNET DAN MEDIA SOSIAL UNTUK ...penggunaan internet dan media sosial di masyarakat. Masyarakat saat ini memanfaatkan internet dan media sosial dalam memperoleh layanan

4

Internet telah lama digunakan baik di negara maju maupun di negara

berkembang seperti Indonesia30. Jumlah pengguna internet di Indonesia sampai dengan

tahun 2017 telah mencapai 143,26 juta jiwa atau setara dengan 54,68 % dari total

jumlah penduduk Indonesia17, dan hal itulah yang menempatkan Indonesia sebagai

pengguna internet terbanyak urutan ke lima di dunia18. Melihat kondisi pengguna

internet yang semakin bertambah, maka diperlukan peningkatan penyebaran literasi

seputar penerapan TIK pada e-health maupun e-pharmacy 31.

3. Peran apoteker dalam penerapan TIK pada pasien kronis di era e-pharmacy

Apoteker sebagai kelompok profesi kesehatan terbesar ketiga di dunia setelah

dokter dan perawat dalam hal jumlah, mengalami evolusi terkait perannya di

masyarakat. Tahapan evolusinya mulai dari peran tradisional (drugs compounding)

beralih sebagai “care giver”, hingga tahap pelayanan yang berorientasi pada pasien

disebut Pharmaceutical care13,32. Era saat ini konsep Pharmaceutical care mengadopsi

penerapan TIK pada aspek e-procurement, e-prescribing, e-dispensing, barcode for

medicine identification, monitoring kepatuhan minum obat, dan pelayanan informasi

obat untuk memastikan penggunaan obat-obatan berkualitas mencakup keefektifan obat,

keamanan obat, meminimalkan kejadian efek samping obat, meningkatkan kepatuhan

pengobatan, dan meningkatkan kualitas hidup pasien 13,14,33,34. Peran apoteker dalam

pelayanan kesehatan di era e-pharmacy ini, berevolusi dengan cepat dan TIK yang

berbasis internet menjadi penggerak utama untuk transisi ini1.

Peran apoteker sangat berpengaruh pada perkembangan e-pharmacy. Apoteker

sebagai tenaga profesional kesehatan perlu meningkatkan perannya dalam pemanfaatan

teknologi digital untuk mendukung upaya peningkatan kesehatan masyarakat dan

keselamatan pasien (patient safety)35, salah satunya adalah pasien penyakit kronis.

Pasien penyakit kronis sangat memerlukan layanan khusus agar dapat meningkatkan

kualitas hidupnya, seperti contohnya, layanan monitoring kepatuhan minum obat.

Umumnya pasien tersebut mengkonsumsi obat dalam jangka waktu yang lama, serta

jenis obat yang cukup banyak. Salah satu contoh penyakit kronis adalah asma, dimana

di Indonesia terjadi peningkatan prevalensi yang signifikan12. Penggunaan TIK berbasis

internet untuk PIO oleh apoteker pada era e-pharmacy diharapkan dapat memfasilitasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PENGGUNAAN INTERNET DAN MEDIA SOSIAL UNTUK ...penggunaan internet dan media sosial di masyarakat. Masyarakat saat ini memanfaatkan internet dan media sosial dalam memperoleh layanan

5

kepatuhan pengobatan pasien, sehingga manajemen penyakit kronis yang efektif dapat

tercapai36.

4. Penelitian-penelitian terdahulu terkait perkembangan e-pharmacy dan

aplikasinya, termasuk pada penyakit asma (state of the art)

Tabel 1. Penelitian terdahulu di negara maju dan berkembang terkait perkembangan e-

Pharmacy dan aplikasinya, termasuk pada penyakit asma

Nama peneliti dan judul

penelitian

Rancangan

penelitian dan

analisis data

Subyek penelitian Ringkasan hasil penelitian

Benetoli, et al (2017)

Do pharmacists use social

media for patient care?

Kualitatif

dengan

wawancara

mendalam,

dianalisis

dengan

content

analysis

Apoteker di

Australia, New

Zealand, United

States, Brazil,

Germany,

Nigeria, Thailand,

Philippines,

United Kingdom

1. Apoteker menggunakan media sosial

(Facebook atau Twitter) untuk

meningkatkan kesadaran masyarakat

tentang kesehatan

2. Memberikan saran kesehatan melalui

media online dan menangani informasi

kesehatan yang tidak jelas kebenarannya

dan tersebar di jejaring sosial.

Hammar, et al (2015)

Implementation of

information systems at

pharmacies – A case

study from the re-

regulated pharmacy

market in Sweden

Kualitatif

dengan

rancangan

studi mixed-

methods

Apoteker 1. Penerapan system e-Health baru bernama

Electronic Expert Support (EES) yang

diatur oleh lembaga khusus e-Health

2. Resep elektronik (menggunakan bar-

code) terintegrasi dalam satu dispensing

system, sehingga lebih praktis (apoteker

tidak perlu re-entry resep)

Mooranian, et al (2013)

The introduction of the

national e-health record

into Australian

community pharmacy

practice: pharmacists’

perceptions

Kualitatif

dengan

wawancara

terstruktur

Apoteker di Perth,

Australia

1. Memperkenalkan program Personally

Controlled Electronic Health Records

(PCEHRs) pada apoteker di apotek

komunitas

2. PCEHRs merupakan catatan kesehatan

elektronik pribadi yang terkendali

terdapat ringkasan pengobatan pasien

secara lengkap

Letourneau, et al (2012)

Impact of online support

for youth with Asthma

and Allergies: Pilot Study

Kualitatif

dengan

rancangan

studi mixed-

methods

Pasien penderita

asma dengan

rentang usia 11-16

tahun (remaja)

1. Media online grup bisa memfasilitasi

kebutuhan pasien akan dukungan dan

perhatian antar sesama remaja penderita

asma.

2. Intervensi dukungan online dapat

diakses cepat dan tepat waktu serta

berdampak positif terhadap kemajuan

pasien penderita asma usia remaja

Wan, et al (2017)

Community pharmacists’

perspectives of online

health-related

information: A qualitative

insight from Kuala

Lumpur, Malaysia

Kualitatif

dengan

wawancara

semi

terstruktur

Apoteker 1. Apoteker komunitas mampu

menggunakan situs web terkait

kesehatan yang telah ditetapkan untuk

informasi

2. Apoteker komunitas merekomendasi

perlunya pelatihan dalam literasi

informasi online

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PENGGUNAAN INTERNET DAN MEDIA SOSIAL UNTUK ...penggunaan internet dan media sosial di masyarakat. Masyarakat saat ini memanfaatkan internet dan media sosial dalam memperoleh layanan

6

Revolusi Industri 4.0

5. Kerangka konsep penelitian

Keterangan:

IoT : Internet of Things

CPS : Cyber Physical System

EHR : Electronic Health Record

HT : Hipertensi

DM : Diabetes Melitus

PIO : Pelayanan Informasi Obat

Gambar 1. Kerangka konsep penelitian penggunaan internet dan media sosial pada

pelayanan informasi obat, studi pada pasien asma

IoT

Big data

Smart factory

CPS

E-health

E-pharmacy

E-pharmacy

E-Drug

Information EHR

E-prescribing

1. Potensi

2. Keuntungan dan

kerugian

3. Hambatan

4. Harapan

Pemanfaatan

internet dan media

sosial bagi pasien

asma

Penyakit kronis degeneratif

Asma DM HT

E-health

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PENGGUNAAN INTERNET DAN MEDIA SOSIAL UNTUK ...penggunaan internet dan media sosial di masyarakat. Masyarakat saat ini memanfaatkan internet dan media sosial dalam memperoleh layanan

7

III. METODE PENELITIAN

1. Jenis dan Variabel Penelitian

Jenis penelitian ini adalah observasional deskriptif dengan pendekatan

kualitatif37. Pendekatan kualitatif pada penelitian ini bertujuan untuk menggali

informasi spesifik terkait dengan penggunaan internet dan media sosial untuk pelayanan

informasi obat bagi pasien asma oleh apoteker di apotek-apotek DIY.

Variabel dalam penelitian ini adalah pemanfaatan internet dan media sosial oleh

apoteker untuk pelayanan informasi obat bagi pasien asma, yang akan digali mendalam

pada aspek berikut:1) potensi pemanfaatan, 2) keuntungan dan kerugian pemanfaatan, 3)

hambatan dan harapan dalam pemanfaatan.

2. Metode dan waktu pengambilan data

Metode pengambilan data pada penelitian ini adalah dengan wawancara semi

terstruktur yang salah satu keuntungannya adalah terjadinya komunikasi timbal balik

yang baik antara pewawancara dan partisipan, serta mampu memberikan ruang kepada

partisipan untuk berekspresi verbal secara individu38. Waktu pengambilan data

dilakukan pada bulan Maret sampai Juli 2019.

3. Instrumen penelitian

Instrumen utama yang digunakan dalam pengambilan data pada penelitian ini

berupa panduan wawancara39,40 dan divalidasi menggunakan pendekatan professional

judgement, yaitu uji kelayakan konten dan kelayakan bahasa melalui penilaian dari

seseorang yang profesional di bidangnya, dalam hal ini adalah apoteker yang

berpengalaman dengan pemanfaatan internet dan media sosial41,42. Umpan balik dari uji

kelayakan konten maupun uji pemahaman bahasa telah digunakan sebagai revisi dari

panduan wawancara. Hal ini dilakukan untuk menghindari kesalahpahaman dan

memastikan bahwa panduan wawancara tersebut mencakup tujuan pada studi ini41.

4. Sampel dan teknik pemilihan sampel

Sampel pada penelitian ini disebut partisipan yang terdiri dari apoteker dengan

kriteria inklusi yaitu apoteker yang bekerja di farmasi komunitas (apotek) di Yogyakarta

yang melayani pasien asma minimal 1 bulan sebelumnya. Teknik pemilihan partisipan

pada penelitian ini menggunakan teknik non random purposif43. Pada penelitian ini,

ditetapkan dua tujuan (purpose) terkait dengan pemilihan partisipan apoteker yaitu : 1)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PENGGUNAAN INTERNET DAN MEDIA SOSIAL UNTUK ...penggunaan internet dan media sosial di masyarakat. Masyarakat saat ini memanfaatkan internet dan media sosial dalam memperoleh layanan

8

memilih partisipan apoteker yang diharapkan dapat memberikan informasi terperinci

berdasarkan pengetahuan atau pengalamannya terkait dengan penggunaan internet dan

media sosial untuk pelayanan informasi obat bagi pasien asma di apotek-apotek DIY, 2)

memilih partisipan apoteker dengan karakteristik yang variasi (usia, pengalaman

praktek, lokasi praktek, dll), sehingga diharapkan dapat menyampaikan informasi yang

cukup bervariasi.

5. Rekrutmen partisipan

Rekrutmen partisipan pada penelitian dikerjakan sebagai berikut: 1) Mendata

calon partisipan apoteker yang memenuhi kriteria inklusi. Dari langkah ini diperoleh

data calon partisipan apoteker yang memenuhi kriteria inklusi. 2) Menghubungi calon

partisipan tersebut melalui telepon atau media sosial untuk membuat perjanjian waktu

pertemuan, kemudian dilakukan pendekatan. Setelah dijelaskan kepada partisipan

mengenai penelitian ini secara singkat, termasuk hak dan kewajiban partisipan jika

bersedia terlibat di dalam penelitian ini, calon partisipan yang menyatakan bersedia

berpartisipasi diminta untuk menandatangani inform-consent sebagai bukti kesukarelaan

dalam berpartisipasi. Selain itu peneliti juga menjelaskan bahwa identitas partisipan,

data dan informasi yang diperoleh dari pastisipan dijamin kerahasiaannya dan hanya

digunakan untuk keperluan penelitian semata.

6. Proses pengumpulan data

Proses pengumpulan data dilakukan secara tatap muka dengan langkah –

langkah sebagai berikut ini : 1) Melakukan konfirmasi kepada partisipan apoteker.

Konfirmasi dilakukan melalui telepon atau WhatsApp. Konfirmasi meliputi waktu dan

tempat pelaksanaan wawancara yang disetujui oleh partisipan. 2) Menemui partisipan

untuk pelaksanaan wawancara sesuai dengan waktu dan tempat yang telah disepakati.

Wawancara dilakukan dengan mengacu ke panduan wawancara dengan lama waktu

berkisar 45–60 menit per-partisipan. Wawancara direkam berdasarkan persetujuan

partisipan dan juga dicatat untuk melengkapi data rekaman.

Proses pengumpulan data pada penelitian ini dihentikan ketika sudah mencapai

saturasi data. Saturasi data merupakan keadaan dimana data yang diperoleh tidak lagi

mendapatkan penambahan informasi baru walau terdapat penambahan partisipan yang

diwawancarai. Hal ini terjadi karena terdapat kejenuhan informasi44. Konfirmasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PENGGUNAAN INTERNET DAN MEDIA SOSIAL UNTUK ...penggunaan internet dan media sosial di masyarakat. Masyarakat saat ini memanfaatkan internet dan media sosial dalam memperoleh layanan

9

pencapaian saturasi data pada penelitian ini dilakukan dengan cara setiap tiga hasil

wawancara segera diolah dengan merumuskan kodenya, hasil ada pada lampiran 5.

7. Pengolahan dan analisis data

Pengolahan data diawali dengan melakukan transkripsi hasil wawancara secara

verbatim. Pengertian verbatim adalah hasil wawancara secara utuh dari hasil rekaman

suara ditranskripsi menjadi sekumpulan kalimat sebagaimana audio asli dari hasil

wawancara45. Transkripsi verbatim dari hasil wawancara dianalisis dengan teknik

analisis tematik (thematic analysis). Analisis tematik adalah jenis analisis kualitatif

yang digunakan untuk menganalisis klasifikasi dan menyajikan tema (pola) yang

berhubungan dengan data, serta mengilustrasikan data secara detail dan berhubungan

dengan beragam subjek melalui interpretasi46,47. Langkah-langkah yang dilakukan

dalam analisis tematik adalah sebagai berikut47: membaca berulang hasil transkripsi

verbatim, menandai temuan ide pada transkrip sebagai temuan kode awal. Kode awal

berupa topik atau makna tertentu yang muncul berulang diambil dengan variasi

sebanyak mungkin, dikelompokkan dan ditandai dengan kode yang berbeda. Kode yang

sudah dikelompokkan dianalisa dan diintepretasikan lalu disusun menjadi beberapa

tema. Kode-kode yang berisi berbagai tema digabung untuk membentuk tema yang

lebih luas dan menyeluruh mencakup tema utama dari penelitian dengan mengacu pada

kerangka teori The capability, opportunity and motivation model of behaviour (COM-

B)48. Tema utama dikaji dengan cara menggabungkan dan memisahkan (di ekstrak)

kemudian dianalisis lebih mendalam dengan peta tematik. Peta tematik dikaji lebih

dalam, apakah sudah merepresentasikan makna yang akurat sesuai dengan tujuan

penelitian, kemudian didefinisikan dengan memberi nama tema untuk kemudian diberi

narasi dan yang terkahir adalah melaporkan tema secara tertulis terkait deskripsi data,

dan argumen yang menjawab pertanyaan pada penelitian ini.

8. Ethical clearance

Penelitian dilakukan setelah mendapat surat kelayakan etik (Ethical Clearance)

dari Komisi Etik Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana

dengan nomer 945/C.16/FK/2019 dan rekomendasi ijin penelitian dari pemerintah

setempat melalui Badan Kesatuan Bangsa dan Politik DIY dengan nomer surat

074/2052/Kesbangpol/2019.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PENGGUNAAN INTERNET DAN MEDIA SOSIAL UNTUK ...penggunaan internet dan media sosial di masyarakat. Masyarakat saat ini memanfaatkan internet dan media sosial dalam memperoleh layanan

10

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil penelitian

Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 15 orang. Seperti yang terlihat pada

Tabel 1, karakteristik partisipan cukup bervariasi. Hal ini sesuai dengan yang

diharapkan agar dicapai variasi informasi dari partisipan.

Tabel 2. Variasi karakteristik partisipan apoteker (N=15)

Partisipan apoteker

Karakteristik Variasi Jumlah (N)

Usia apoteker < 35 tahun

≥ 35 tahun

7

8

Jenis kelamin Pria

Wanita

1

14

Lama berpraktek sebagai Apoteker < 10 tahun

≥ 10 tahun

5

10

Jenis apotek tempat berpraktek Apotek non jaringan

Apotek jaringan

Puskesmas

7

4

4

Pengguaan internet dan media sosial pada

PIO pasien asma

Experience

Expectation

8

7

Lima tema dari perspektif apoteker mengenai penggunaan internet dan media

sosial untuk memberikan informasi obat kepada pasien asma sebagai model yang

digarisbawahi pada penelitian kualitatif ini dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Lima tema hasil penelitian kualitatif tentang penggunaan internet dan media

sosial dalam PIO kepada pasien asma sebagai model

T

E

M

A

Tema 1

Kapabilitas apoteker dalam

memanfaatkan internet dan

media sosial untuk

menunjang pelayanan

Sebagai sarana komunikasi dan media belajar

Sebagai sarana sosialisasi

Sebagai sarana pencarian informasi

Untuk mendukung ketentuan pelayanan farmasi lainnya

Tema 2

Tantangan transformasi

peran apoteker di era e-

pharmacy

Sebagai informan yang handal

Sebagai penanggung jawab apotek online

Sebagai pendidik dalam meningkatkan literasi kesehatan

masyarakat

Tema 3 Kontribusi apoteker pada literasi e-health di masyarakat terkait penyakit kronis

Tema 4 Meningkatkan fasilitas TIK layanan kefarmasian

Tema 5 Urgensi regulasi mengenai e-pharmacy (farmasi on line)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PENGGUNAAN INTERNET DAN MEDIA SOSIAL UNTUK ...penggunaan internet dan media sosial di masyarakat. Masyarakat saat ini memanfaatkan internet dan media sosial dalam memperoleh layanan

11

Setelah dilakukan analisis secara tematik terhadap data yang diperoleh dari hasil

wawancara, maka dapat dijabarkan lima tema sebagai berikut ini.

1.1. Tema pertama: Kapabilitas apoteker dalam memanfaatkan internet dan

media sosial untuk menunjang pelayanan

a) Sebagai sarana komunikasi dan media belajar

Partisipan dalam penelitian ini mengungkapkan rata-rata menggunakan media

sosial WhatsApp (WA) dalam berkomunikasi dengan pasien (termasuk juga pada pasien

asma), bahkan juga memberi informasi pengobatan pada pasien, dalam bentuk foto,

gambar atau leaflet elektronik.

“…. soalnya kalau telepon gitu kan sudah tidak jamannya, mahal juga, kalau sms juga

tidak bisa memuat gambar, tapi kalau wa itu kan bisa lebih fleksibel apapun bisa

dimasukkan kesitu….” (R13J)

“Kalau kemarin dengan Bu P. A (pasien asma rutin) ini justru kita malah via

Whatsapp (WA). Itu saya hubungi dan beliau juga udah kasih nomornya ke saya, lalu

saya hubungi via WA.” (R6P)

Partisipan juga menyebutkan bahwa mereka dapat berdiskusi dan belajar tentang

ilmu layanan kefarmasian tidak hanya dengan rekan sejawat dalam satu kota, namun

juga di kota lain dengan cepat, luas, tidak terbatas ruang dan waktu.

“bagusnya itu, media sosial membahas tentang kayak pertemuan-pertemuan ilmiah

rutin. Tapi lewat medsos kan tidak terbatas ruang dan waktu to? daripada harus ada

pertemuan ke tempat itu itu, butuh waktu.” (R2NJ)

b) Sebagai sarana sosialisasi

Beberapa partisipan memasang status di WA pribadinya berisi informasi seputar

layanan kesehatan maupun pengobatan dengan tujuan untuk mensosialisasikan pada

masyarakat secara luas, mudah dan praktis.

“…..whatsapp itu kan apabila kita upload story tentang PIO itu akan sangat mudah

menyebar dan dibaca oleh yang punya kontak kita, dan mereka bisa kembali menshare

kepada yang lain seperti itu.” (R15P)

Internet dan media sosial juga dipandang partisipan sebagai peluang besar dalam

memperkenalkan profesi apoteker kepada masyarakat luas.

“….. informasi yang diberikan dari kita (apoteker) itu bisa sih di media sosial, lewat

media sosial untuk memperkenalkan apoteker juga bisa” (R12NJ)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PENGGUNAAN INTERNET DAN MEDIA SOSIAL UNTUK ...penggunaan internet dan media sosial di masyarakat. Masyarakat saat ini memanfaatkan internet dan media sosial dalam memperoleh layanan

12

c) Sebagai sarana pencarian informasi

Semua partisipan mengungkapkan bahwa internet membantu pekerjaan

pelayanan dalam pencarian informasi obat-obatan di apotek secara cepat, global, dan tak

terbatas.

“Kalo keuntungannya (penggunaan internet) sih kita bisa tau apa-apa ya mb. Ditanya

sama pasien gitu kan kita bisa langsung cari (obatnya), langsung nemu.. (R5J)

d) Untuk mendukung ketentuan pelayanan farmasi lainnya

Penelitian ini menunjukkan rata-rata apotek sudah dilengkapi dengan jaringan

internet (Wifi) sehingga akses pencarian informasi menjadi cepat, praktis, dan luas,

sebagai contoh pemanfaatan platform marketplace obat untuk meningkatkan penjualan

apotek.

“Terus untuk mencari obat baru tapi di sini gak ada obatnya ya kita searching dengan

bantuan wifi atau internet, ya banyak dimudahkan lah dengan adanya wifi kita untuk

searching informasi.” (R11NJ)

“Kalau jualan online, kami kerjasama sama HaloDoc. Untuk meningkatkan omset

sangat bermanfaat.” (R1NJ)

1.2. Tema kedua: Tantangan transformasi peran apoteker di era e-pharmacy

a) Sebagai informan yang handal

Partisipan mengungkapkan bahwa pasien lebih mempercayai informasi obat di

internet dari pada ke apotek dan konsultasi dengan apoteker. Hal ini dipandang sebagai

kerugian oleh partisipan.

“Kadang orang tidak mau bertanya kepada tenaga kesehatan, mereka lebih memilih

untuk cari dulu di internet, nah ketika sumber yang dicari itu tidak punya basic secara

ilmu kesehatan kadang kan berbeda cara pandangnya.” (R1NJ)

b) Sebagai penanggungjawab layanan apotek online

Partisipan menyampaikan bahwa sudah ada divisi khusus yang menangani

pelayanan apotek online yang berisi apoteker dan diberi nama tim digital marketing,

sebagai salah satu bentuk transformasi peran apoteker di era e-pharmacy.

“…. jadi tugas kami ini ada pengenalan produk (iklan), produk diskon, lalu job karir,

dll, memang itu apoteker semua mbak yang mengerjakan. Kami ada transformasi

mbak, salah satunya digital marketing, tugasnya ya itu tadi untuk membuat PIO (salah

satunya).” (R13J)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PENGGUNAAN INTERNET DAN MEDIA SOSIAL UNTUK ...penggunaan internet dan media sosial di masyarakat. Masyarakat saat ini memanfaatkan internet dan media sosial dalam memperoleh layanan

13

c) Sebagai pendidik dalam meningkatkan literasi kesehatan masyarakat

Partisipan menyebutkan, apoteker diharapkan mempunyai kemampuan untuk bisa

memilah dan menyaring informasi apa saja yang diperoleh dari internet maupun media

sosial yang layak disampaikan kepada masyarakat.

“Kalau kekurangan nya sih itu tadi kalau kita (apoteker) tidak bisa menyaring

informasi, kita (apoteker) jadi memberikan informasi yang salah. Makanya itu

menjadi tepat dan cepat kalau kita (apoteker) bisa memilih sumber informasi yang

benar dari internet gitu.” (R12NJ)

1.3. Tema ketiga: Kontribusi apoteker pada literasi e-health di masyarakat

terkait penyakit kronis

Partisipan menyatakan apoteker dapat berkontribusi dalam peningkatkan literasi

masyarakat terkait e-health contohnya tentang kesehatan, penyakit, atau kepatuhan obat

yang diperoleh secara luas, mudah dan murah dengan memanfaatkan internet dan media

sosial.

“Bisa untuk lebih meningkatkan tingkat pemahaman dari masyarakat ya tentang

kesehatan, penyakit, dan pengobatannya. Terutama juga tentang kepatuhan dalam hal

melakukan terapi itu harapannya sih dan bisa diakses secara luas, mudah, murah gitu

ya.” (R2NJ)

Partisipan mengungkapkan penyampaian informasi obat pada pasien

menggunakan internet diharapkan tetap dalam kendali apoteker, hal ini dilakukan agar

masyarakat tahu peran apoteker dalam meningkatkan kualitas hidup pasien, termasuk

pasien asma.

“Saya berharap dengan adanya pasien tahu informasi obat di internet, ya walaupun

masih dalam kendali kita (apoteker). Berharap pasien ini quality of life nya tetap

bagus.” (R13J)

“…karena kalau asma kan tidak bisa disembuhkan, hanya bisa dikontrol.

Meningkatkan kualitas hidup aja sih. Dan ketika dia mendapatkan informasi yang

sesuai, dia akan bisa menjaga dirinya, menjauhkan diri dari allergen, dsb.” (R1NJ)

1.4. Tema keempat: Meningkatkan fasilitas TIK layanan kefarmasian

Partisipan menyampaikan terdapat kendala terkait koneksi jaringan internet yang

sering terganggu di sistem layanan kefarmasian terutama saat mati listrik, dan

terbatasnya infrastruktur internet di daerah tertentu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PENGGUNAAN INTERNET DAN MEDIA SOSIAL UNTUK ...penggunaan internet dan media sosial di masyarakat. Masyarakat saat ini memanfaatkan internet dan media sosial dalam memperoleh layanan

14

“Untuk kendalanya apa ya, kayaknya ya internet. Internet cukup apa ya namanya,

akses datanya juga lancar, mungkin kalau pas mati listrik aja karena wifi disini pakai

jaringan listrik.” (R15NJ)

“Terkait dengan akses informasi artinya di Puskesmas sendiri di setiap desa belum

tentu menggunakan internet yang memiliki akses yang cepat, infrastruktur internet

masih sangat terbatas.” (R14P)

1.5. Tema kelima: Urgensi regulasi mengenai e-pharmacy (farmasi online)

Partisipan menyampaikan bahwa saat ini banyak sekali beredar toko online obat

yang bahkan juga menjual obat keras namun tidak terdapat penanggungjawab pengelola

obatnya. Oleh karena itu, partisipan menyatakan penetapan regulasi yang mengatur

tentang penjualan obat online sangat urgen untuk segera ditetapkan oleh Kemenkes.

“Kalau mau ada online sih oke, tetapi betul-betul harus di handle oleh orang yang

memang berwenang di situ dan yang berkompeten di situ. Jangan hanya penjual lepas.

Regulasinya harus betul-betul ketat dan tegas. Bagus kalau ini bisa berlaku secara

nasional ada peraturan perundang-undangan lah atau dari Kementerian Kesehatan

seperti itu kan?” (R2NJ)

Partisipan juga menyampaikan kekhawatirannya tentang kemungkinan internet dan

media sosial dimanfaatkan untuk kasus kejahatan oleh pihak tertentu disebabkan tidak

adanya aturan yang jelas dari pemerintah.

“Menurut saya negatifnya adalah karena di situ (toko online) ini tidak menutup

kemungkinan digunakan untuk kasus-kasus kejahatan tertentu, atau mungkin bisa juga

pemanfaatan penipuan dan sebagainya, ini yang sangat tidak diharapkan.” (R2NJ)

2. Pembahasan

Kapabilitas apoteker dalam pemanfaatan internet dan media sosial merupakan

sebuah kekuatan yang didasari oleh pengetahuan dan keterampilan yang memadai

terutama dalam penerapan teknologinya48. Cara berkomunikasi dengan menggunakan

internet dan media sosial (komunikasi online) ini dimanfaatkan oleh apoteker untuk

berhubungan dengan masyarakat luas (termasuk pasien asma) meskipun terpisah secara

geografis4. Prinsip yang sama dilakukan partisipan apoteker, yaitu menggunakan

teknologi tersebut dalam bertukar informasi, belajar dan menambah ilmu dengan

sesama apoteker bahkan juga dengan rekan pelayanan kesehatan yang lain dengan

cepat, luas, tidak terbatas ruang dan waktu10,49. Seiring dengan perkembangan teknologi

informasi yang sangat pesat dan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan informasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PENGGUNAAN INTERNET DAN MEDIA SOSIAL UNTUK ...penggunaan internet dan media sosial di masyarakat. Masyarakat saat ini memanfaatkan internet dan media sosial dalam memperoleh layanan

15

yang akurat, tepat dan terkini, mendorong apoteker dalam penguasaan teknologi

tersebut 49. Penyebaran informasi oleh apoteker secara luas dan cepat yang dulu sulit

dilakukan, menjadi sangat mudah pada era “Internet of Things” saat ini 27. Kemampuan

internet berinteraksi dalam banyak hal salah satunya dimanfaatkan oleh apoteker untuk

sosialisasi dan konseling pasien asma di apotek, misalnya video YouTube tentang

penggunaan obat asma seperti inhaler, turbuhaler, dll50. Hal lain terkait teknologi

internet yang sudah dan sering dimanfaatkan apoteker adalah pencarian informasi obat

secara cepat, terutama saat apoteker pelayanan di apotek maupun di Puskesmas. Sebagai

sumber informasi yang profesional, apoteker harus mendukung pasien untuk mengambil

bagian dalam perolehan informasi kesehatan yang akurat dan efektif51. Teknologi

internet juga diterapkan pada sistem manajemen pengelolaan apotek, terbukti cukup

banyak layanan apotek sudah dilengkapi wifi sebagai faktor penunjang pelayanan

berbasis online 26.

Studi ini mengindikasikan peran apoteker dalam pelayanan kesehatan di era e-

pharmacy saat ini mengalami transformasi dan TIK yang berbasis internet menjadi

penggerak utama untuk perubahan ini1. Tantangan transformasi peran apoteker pada

layanan kefarmasian secara digital dipacu dengan meningkatnya penggunaan internet

dan media sosial oleh masyarakat dalam pencarian informasi obat dan pengobatan.

Seperti yang disampaikan Crilly et al, 201952, media sosial saat ini menjadi alternatif

sumber informasi yang disukai pasien ketika kesulitan berkonsultasi secara tatap muka

dengan apoteker, namun tidak semua pasien memiliki kemampuan membedakan mana

saja informasi yang sahih sumbernya. Hasil observasi pada apoteker menyebutkan,

kecenderungan masyarakat berbagi pengalaman mereka menggunakan berbagai bentuk

media sosial53, menyebabkan pasien lebih mempercayai sumber informasi yang berasal

dari internet. Hal krusial lain yang harus diwaspadai adalah adanya sebaran informasi

palsu atau hoax di masyarakat, misalnya hoax seputar obat tradisional54. Berdasarkan

penggalian informasi pada apoteker, maka diindikasikan tantangan transformasi peran

apoteker yang pertama adalah sebagai sebagai informan yang handal. Apoteker

diharapkan secara konsisten mampu menyaring informasi yang benar serta mampu

membuat informasi tertulis maupun informasi digital (seperti video YouTube)

berlandaskan bukti ilmiah seperti misalnya informasi yang berasal dari jurnal-jurnal

ilmiah kesehatan, seminar ilmiah, buku ilmiah agar tujuan kesehatan masyarakat dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PENGGUNAAN INTERNET DAN MEDIA SOSIAL UNTUK ...penggunaan internet dan media sosial di masyarakat. Masyarakat saat ini memanfaatkan internet dan media sosial dalam memperoleh layanan

16

skala global tercapai26. Tantangan transformasi peran apoteker yang kedua adalah

sebagai penanggungjawab apotek online. Di masa depan apoteker juga tertantang

mampu menguasai teknologi digital, mampu menyesuaikan sistem perangkat lunak

yang sudah tersedia dengan profesi pelayanan kesehatan lain, mampu berkolaborasi

dengan staf IT (Information Technology) serta mempunyai skill dan kompetensi

berbasis digital10,26. Peran apoteker secara cepat akan bertransfomasi menjadi apoteker

digital, apoteker tidak bisa berperan sendiri dalam hal ini, namun akan lebih baik jika

ada kolaborasi apoteker dengan tenaga kesehatan lain membentuk tim kesehatan digital.

Sebagai contoh, pemerintah Skotlandia berinvestasi besar-besaran dalam menambah

apoteker, beberapa di antaranya bertransformasi pada pengelolaan e-prescribing, dan

sebagian lagi bergabung dengan tim kesehatan lain mengelola electronic health record

(EHR) sehingga mempunyai akses ke catatan kesehatan pasien26. Tantangan

transformasi apoteker yang ketiga adalah sebagai pendidik dalam meningkatkan literasi

kesehatan masyarakat. Salah satu kemajuan e-pharmacy dinilai dari kemampuan

apoteker dalam menggunakan teknologi untuk meningkatkan literasi e-pharmacy pada

masyarakat26

Apoteker sebagai ahli ilmu kefarmasian diperlengkapi dengan baik untuk

berkontribusi pada peningkatan pelayanan informasi obat (PIO) di media sosial,

mempelajari aktivitas online konsumen, dan merancang cara-cara baru dalam

memberikan PIO kepada masyarakat khususnya pasien50. Peningkatan penerapan e-

health di bidang farmasi memiliki potensi untuk mendukung pengembangan literasi e-

health pada apoteker yang pada gilirannya dapat mendukung peningkatkan literasi e-

health pada masyarakat umum26. Hal yang sama terindikasi oleh apoteker yang

menyebutkan bahwa di era sekarang ini apoteker diharapkan mampu meningkatkan

pemahaman masyarakat tentang penyakit, pengobatan serta kepatuhan pengobatan

termasuk asma. Asma adalah salah satu jenis penyakit kronis degeneratif yang

membutuhkan terapi pengobatan yang lama dan dibutuhkan kepatuhan obat untuk

mencegah kekambuhannya. Data rumah sakit yang dikumpulkan pada tahun 2016 di

Provinsi Yogyakarta menunjukkan bahwa asma adalah salah satu dari sepuluh alasan

utama rawat inap dan alasan paling umum kedua kehadiran pasien di klinik rawat jalan

rumah sakit57. Apoteker di era e-health berkontribusi meningkatkan pengetahuan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PENGGUNAAN INTERNET DAN MEDIA SOSIAL UNTUK ...penggunaan internet dan media sosial di masyarakat. Masyarakat saat ini memanfaatkan internet dan media sosial dalam memperoleh layanan

17

masyarakat tentang obat, kepatuhan obat (termasuk obat asma) sehingga terjadi

peningkatkan quality of life dari masyarakat.

Sesuai dengan pengertian e-health oleh WHO6,28, TIK memudahkan komunikasi

online tentang masalah medis dan diagnosis penyakit dengan menghubungkan praktisi

medis yang terpisah secara geografis. Teknologi informasi dan komunikasi memiliki

potensi untuk mengubah cara layanan kesehatan termasuk di dalamnya pelayanan

informasi obat4. Penelitian ini menyebutkan apoteker rata-rata sudah menerapkan TIK

pada pelayanan informasi obat di apotek, sebagai contoh penggunaan gadget khusus di

apotek untuk pelayanan pasien secara online. Seperti halnya pada studi sebelumnya

mengungkapkan di Texas mayoritas (98%) responden apoteker melaporkan bahwa

akses internet tersedia di apotek mereka56. Namun saat ini masih banyak ditemukan

gangguan terkait koneksi jaringan internet di apotek yang menyebabkan penerapan TIK

pada layanan apotek masih belum maksimal, oleh karena itu diperlukan peningkatan

infrastruktur TIK di bidang kefarmasian50.

Penjualan obat melalui media online saat ini menawarkan pasar yang lebih luas,

harga lebih murah, dan lebih cepat. Munculnya situs-situs toko obat online tanpa ada

penanggungjawab apoteker dapat memberikan resiko terjadinya pemilihan obat yang

tidak benar dan pada akhirnya pasien dirugikan55. Hal serupa terindikasi oleh apoteker

dan menyebutkan bahwa penjualan obat melalui media online yang bebas saat ini sangat

rentan terjadi penyalahgunaan obat di masyarakat, bahkan yang lebih buruk dapat

dimanfaatkan pihak tertentu untuk melakukan tindak kejahatan seperti contohnya

pemalsuan obat. Hal ini secara signifikan dapat membahayakan kesehatan pasien

mengingat bahwa banyak toko obat online bersedia mengeluarkan obat keras tanpa

resep yang valid. Pasien yang membeli obat keras melalui media online tanpa konsultasi

dengan apoteker sangat beresiko, sebab perlindungan pasien akan keamanan

penggunaan obat sama sekali tidak ada27. Apoteker pada penelitian ini menyampaikan

tentang urgensi penetapan regulasi mengenai e-pharmacy di Indonesia. Seperti pada

studi sebelumnya oleh Benetoli et al, 2017 50 menyebutkan bahwa hanya produk-produk

non resep yang dapat dijual dan dipromosikan melalui situs penjulan obat online.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PENGGUNAAN INTERNET DAN MEDIA SOSIAL UNTUK ...penggunaan internet dan media sosial di masyarakat. Masyarakat saat ini memanfaatkan internet dan media sosial dalam memperoleh layanan

18

V. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Penelitian ini menyimpulkan bahwa melalui penggalian informasi penggunaan

internet dan media sosial untuk pelayanan informasi obat pada pasien asma,

mengindikasikan ada beberapa potensi kapabilitas apoteker dalam pemanfaatan internet

dan media sosial yaitu: sebagai sarana komunikasi dan media belajar, sebagai sarana

sosialisasi, sebagai sarana pencarian informasi, dan kapabilitas dalam pemanfaatan

teknologi sebagai penunjang pelayanan farmasi. Tantangan transformasi di era e-

pharmacy terhadap peran apoteker dalam pelayanan informasi obat yang muncul dalam

penelitian ini adalah: sebagai penyedia informasi online yang sahih, sebagai

penanggungjawab layanan apotek online, dan sebagai narasumber untuk meningkatkan

literasi masyarakat tentang obat. Urgensi penetapan regulasi mengenai e-pharmacy oleh

pemerintah saat ini dipacu oleh teridentifikasinya kerugian dari penggunaan internet dan

media sosial terkait penjualan obat online pada penelitian ini. Hambatan akan penerapan

penggunaan internet dan media sosial oleh apoteker pada penelitian ini memacu

peningkatan infrastruktur TIK bidang kefarmasian. Kontribusi apoteker dalam literasi e-

health terkait PIO penyakit kronis termasuk asma sangat dibutuhkan baik sekarang

maupun di masa depan.

2. Saran

Saran pertama yaitu untuk penelitian selanjutnya adalah melengkapi data

penggunaan internet dan media sosial untuk pelayanan informasi obat secara umum.

Saran kedua yaitu berdasarkan hasil penelitian ini perlu dilakukan kampanye agar

apoteker Indonesia lebih meningkatkan perannya dalam peningkatan literasi e-health

bagi masyarakat umum. .

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PENGGUNAAN INTERNET DAN MEDIA SOSIAL UNTUK ...penggunaan internet dan media sosial di masyarakat. Masyarakat saat ini memanfaatkan internet dan media sosial dalam memperoleh layanan

19

VI. REFERENSI

1. Bigirimana S, Chinembiri M. Towards E-Pharmacy: The Future Information and

Communication Technologies Needs for Community Pharmacies in Harare,

Zimbabwe. Int J Econ Commer Manag. 2015;III(4):1-26.

2. Rußmann M, Lorenz M, Gerbert P, et al. Industry 4.0: The Future of Productivity

and Growth in Manufacturing Industries. Bus Inf Syst Eng. 2015;6(4):239-242.

doi:10.1007/s12599-014-0334-4

3. Hermann M. Design Principles for Industrie 4.0 Scenarios: A Literature Review.

4. Ruxwana NL, Herselman ME, Conradie DP. ICT applications as e-health

solutions in rural healthcare in the Eastern Cape Province of South Africa. HIM

J. 2010;39(1):17-26. doi:10.1177/183335831003900104

5. Board E. eHealth: Report by the Secretariat (Executive Board EB115/39 115th

Session, Provisional agenda item 4.13). 2004;(1):1-6.

http://www.who.int/healthacademy/media/en/eHealth_EB-en.pdf?ua=1.

6. Lee J-Y, Lim J-Y. The Prospect of the Fourth Industrial Revolution and Home

Healthcare in Super-Aged Society. Ann Geriatr Med Res. 2017;21(3):95-100.

7. World Health Organization. Regional Strategy for Strengthening eHealth in the

South-Asia Region 2014-2020. 2015.

8. European commission THE. EU eHealth Action Plan 2012 to 2020. 2012.

http://ec.europa.eu/information_society/activities/health/policy/ehtask_force/inde

x_en.htm.

9. Nanji KC, Cina J, Patel N, Churchill W, Gandhi TK, Poon EG. Overcoming

Barriers to the Implementation of a Pharmacy Bar Code Scanning System for

Medication Dispensing: A Case Study. J Am Med Informatics Assoc.

2009;16(5):645-650. doi:10.1197/jamia.M3107

10. Webster L, Spiro RF. Health information technology: A new world for pharmacy.

J Am Pharm Assoc. 2010;50(2):e20-e34. doi:10.1331/JAPhA.2010.09170

11. Malathi S, Priadarsini M, Dharshana M, Agathiya T. Big Data and CPS ( Cyber

Physical System ) used in Pharmacy to Alert on Expiration of Medicine.

2018;8(4):16946-16948.

12. Widayati A, Maria D, Heru C, et al. Research in Social and Administrative

Pharmacy Pharmacists ’ views on the development of asthma pharmaceutical

care model in Indonesia : A needs analysis study. Res Soc Adm Pharm.

2018;(September 2017):0-1. doi:10.1016/j.sapharm.2018.01.008

13. Mossialos E, Courtin E, Naci H, et al. From “retailers” to health care providers:

Transforming the role of community pharmacists in chronic disease management.

Health Policy (New York). 2015;119(5):628-639.

doi:10.1016/j.healthpol.2015.02.007

14. Goundrey-Smith S. Examining the role of new technology in pharmacy: now and

in the future. https://www.pharmaceutical-journal.com/examining-the-role-of-

new-technology-in-pharmacy-now-and-in-the-future/11134174.article. Published

2014.

15. Pool AC, Kraschnewski JL, Poger JM, et al. Impact of online patient reminders

to improve asthma care: A randomized controlled trial. PLoS One. 2017;12(2):1-

17. doi:10.1371/journal.pone.0170447

16. Letourneau N, Stewart M, Masuda JR, et al. Impact of Online Support for Youth

With Asthma and Allergies: Pilot Study. J Pediatr Nurs. 2012;27(1):65-73.

doi:10.1016/j.pedn.2010.07.007

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PENGGUNAAN INTERNET DAN MEDIA SOSIAL UNTUK ...penggunaan internet dan media sosial di masyarakat. Masyarakat saat ini memanfaatkan internet dan media sosial dalam memperoleh layanan

20

17. Kominfo. Jumlah Pengguna Internet 2017 Meningkat, Kominfo Terus Lakukan

Percepatan Pembangunan Broadband.

https://kominfo.go.id/content/detail/12640/siaran-pers-no-53hmkominfo022018-

tentang-jumlah-pengguna-internet-2017meningkat--kominfo-terus-lakukan-

percepatan-pembangunan-broadband/0/siaran_pers/. Published 2017. Accessed

November 23, 2018.

18. Internet World Stats. Internet World Stats. Internet World Stats. doi: World

internet users statistics usage and world population stats.

http://www.internetworldstats.com/stats.htm, 2012

19. Liao Y, Deschamps F, Loures E de FR, Ramos LFP. Past, present and future of

Industry 4.0 - a systematic literature review and research agenda proposal. Int J

Prod Res. 2017;55(12):3609-3629. doi:10.1080/00207543.2017.1308576

20. Gilchrist A. Industry 4.0. Ind 40. 2016;60(3):121-123. doi:10.1007/978-1-4842-

2047-4

21. Khan DS. The Health 4.0 Revolution.

https://health.economictimes.indiatimes.com/news/health-it/the-health-4-0-

revolution/59187378. Published 2017. Accessed November 8, 2018.

22. Westerling AM, Haikala V, Airaksinen M. The role of information technology in

the development of community pharmacy services: Visions and strategic views of

international experts. Res Soc Adm Pharm. 2011;7(4):430-437.

doi:10.1016/j.sapharm.2010.09.004

23. Levin-Zamir D, Bertschi I. Media health literacy, Ehealth literacy, and the role of

the social environment in context. Int J Environ Res Public Health. 2018;15(8).

doi:10.3390/ijerph15081643

24. Zakaria N, Alfakhry O, Matbuli A, et al. Development of Saudi e-health literacy

scale for chronic diseases in Saudi Arabia: Using integrated health literacy

dimensions. Int J Qual Heal Care. 2018;30(4):1-8. doi:10.1093/intqhc/mzy033

25. Witten NAK, Humphry J. The Electronic Health Literacy and Utilization of

Technology for Health in a Remote Hawaiian Community: Lana‘i. Hawai’i J

Med Public Heal. 2018;77(3):51-59.

26. MacLure K, Stewart D. A qualitative case study of ehealth and digital literacy

experiences of pharmacy staff. Res Soc Adm Pharm. 2018;14(6):555-563.

doi:10.1016/j.sapharm.2017.07.001

27. Chaturvedi A, Kumar A, Noida G. Online pharmacy: an e-strategy for

medication. 2015;(April 2011).

28. WHO. Global Diffusion of EHealth: Making Universal Health Coverage

Achievable .; 2017. papers3://publication/uuid/6D2CF35D-81C1-4FEC-8B56-

1601403D4BD7.

29. European Commission TP& S. Flash Eurobarometer 404. European Citizens’

Digital Health Literacy.; 2014. doi:10.2759/86596

30. Fantom N, Serajuddin U. The World Bank’s Classification of Countries by

Income. 2016;(January):52. doi:10.1596/1813-9450-7528

31. Kementrian Kes Republik Indonesia. MENKES Harapkan KEMKOMINFO

Dukung Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di Bidang

Kesehatan. 31 Desember 2014. 2014:4-6. www.depkes.go.id.

32. Viberg N. Selling Drugs or Providing Health Care ?; 2009.

33. John C. The changing role of the pharmacist in the 21st century.

https://www.pharmaceutical-journal.com/your-rps/the-changing-role-of-the-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PENGGUNAAN INTERNET DAN MEDIA SOSIAL UNTUK ...penggunaan internet dan media sosial di masyarakat. Masyarakat saat ini memanfaatkan internet dan media sosial dalam memperoleh layanan

21

pharmacist-in-the-21st-century/20204131.article. Published 2018. Accessed

November 8, 2018.

34. Robert J. Cipolle, Linda M. Strand PCM. Pharmaceutical Care Practice: The

Patient-Centered Approach to Medication Management. Third Edit.; 2012.

35. Soemitro D. Tantangan e-Kesehatan di Indonesia. Bul Jendela Data dan Inf

Kesehat. 2016:1-16. doi:ISSN 2088-270X

36. Nutbeam D. The evolving concept of health literacy. Soc Sci Med.

2008;67(12):2072-2078. doi:10.1016/j.socscimed.2008.09.050

37. FHI IFH. Qualitative Research Methods: A Data Collector’s Field Guide. 2005.

doi:10.2307/3172595

38. Kallio H, Pietilä AM, Johnson M, Kangasniemi M. Systematic methodological

review: developing a framework for a qualitative semi-structured interview

guide. J Adv Nurs. 2016;72(12):2954-2965. doi:10.1111/jan.13031

39. Department of Sociology. Strategies for Qualitative Interviews. Harward Univ.

2017:1-4. doi:10.1117/12.698334

40. World Health Organization. Interview tool. 2012.

41. Andreassen HK, Trondsen MV. How to Use Qualitative Interviews in E-Health

Research. eTELEMED 2015 Seventh Int Conf eHealth, Telemidicine Soc Med.

2015;(c):20-25.

42. Chan EKH. Standards and Guidelines for Validation Practices : Development and

Evaluation of Measurement Instruments. 2014. doi:10.1007/978-3-319-07794-9

43. Etikan I. Comparison of Convenience Sampling and Purposive Sampling. Am J

Theor Appl Stat. 2016;5(1):1. doi:10.11648/j.ajtas.20160501.11

44. Saunders B, Sim J, Kingstone T, et al. Saturation in qualitative research:

exploring its conceptualization and operationalization. Qual Quant.

2018;52(4):1893-1907. doi:10.1007/s11135-017-0574-8

45. Mahpur M. Memantapkan Analisis Data Melalui Tahapan Koding. Repos Univ

Islam Negeri Malang. 2009:1-17. http://repository.uin-

malang.ac.id/800/2/koding.pdf.

46. Alhojailan M. Thematic Analysis: A Critical Review of Its Process and

Evaluation. West East J Soc Sci. 2012;1(1):39-47.

doi:10.1177/1525822X02239569

47. Virginia Braun and, Victoria Clarke. Using thematic analysis in psychology.

Qual Res Psychol. 2006;3:77-101. doi:10.1191/1478088706qp063oa

48. Eliasson L, Barber N, Weinman J. Applying COM-B to medication adherence

work tended to focus on the role and its effects on patient. 2011:7-17.

49. Leonita E, Jalinus N. Peran Media Sosial dalam Upaya Promosi Kesehatan :

Tinjauan Literatur. 2018;18(2):25-34.

50. Benetoli A, Chen TF, Schaefer M, Chaar B, Aslani P. Do pharmacists use social

media for patient care? Int J Clin Pharm. 2017;39:364-372. doi:10.1007/s11096-

017-0444-4

51. Lalitaphanit T. Factors affecting community pharmacy customers’ decision to use

personal health records via smartphone. Thai J Pharm Sci. 2016;42.

doi:10.1134/S0965545X11100087

52. Crilly P, Hassanali W, Khanna G, et al. Research in Social and Administrative

Pharmacy Community pharmacist perceptions of their role and the use of social

media and mobile health applications as tools in public health. Res Soc Adm

Pharm. 2019;15(1):23-30. doi:10.1016/j.sapharm.2018.02.005

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PENGGUNAAN INTERNET DAN MEDIA SOSIAL UNTUK ...penggunaan internet dan media sosial di masyarakat. Masyarakat saat ini memanfaatkan internet dan media sosial dalam memperoleh layanan

22

53. Bhaskaran N, Kumar M, Janodia MD. Use of Social Media for Seeking Health

Related Information – An Exploratory Study. 2017;9(2):267-271.

doi:10.5530/jyp.2017

54. Prasanti D. Literasi Informasi Kesehatan sebagai Upaya Pencegahan Informasi

Hoax dalam Penggunaan Obat Tradisional di Era Digital Health Information of

Literation as Prevention Processes of Hoax Information in the Use of Traditional

Medicine in Digital Era. 2018;3(1):45-52.

55. Ebner N. Electronic copy available at: http://ssrn.com/abstract=2170559. Signal.

2012;27(2):10-14. doi:10.1111/imr.12031

56. Shcherbakova N, Shepherd M. Community pharmacists, Internet and social

media: An empirical investigation. Res Soc Adm Pharm. 2014;10(6):75-85.

doi:10.1016/j.sapharm.2013.11.007

57. Anonim. Data Sepuluh Besar Penyakit RS Respira.

http://rsprespira.jogjaprov.go.id/data-penyakit/data-10-besar-penyakit/. Published

2017. Accessed January 22, 2020.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PENGGUNAAN INTERNET DAN MEDIA SOSIAL UNTUK ...penggunaan internet dan media sosial di masyarakat. Masyarakat saat ini memanfaatkan internet dan media sosial dalam memperoleh layanan

23

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PENGGUNAAN INTERNET DAN MEDIA SOSIAL UNTUK ...penggunaan internet dan media sosial di masyarakat. Masyarakat saat ini memanfaatkan internet dan media sosial dalam memperoleh layanan

24

Lampiran 1. Luaran penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PENGGUNAAN INTERNET DAN MEDIA SOSIAL UNTUK ...penggunaan internet dan media sosial di masyarakat. Masyarakat saat ini memanfaatkan internet dan media sosial dalam memperoleh layanan

25

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PENGGUNAAN INTERNET DAN MEDIA SOSIAL UNTUK ...penggunaan internet dan media sosial di masyarakat. Masyarakat saat ini memanfaatkan internet dan media sosial dalam memperoleh layanan

26

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PENGGUNAAN INTERNET DAN MEDIA SOSIAL UNTUK ...penggunaan internet dan media sosial di masyarakat. Masyarakat saat ini memanfaatkan internet dan media sosial dalam memperoleh layanan

27

THE USE OF INTERNET AND SOCIAL MEDIA FOR DRUG INFORMATION

SERVICES IN PHARMACIES IN YOGYAKARTA PROVINCE: A STUDY OF

ASTHMA CARE

Fajar Ira Juwita1, Aris Widayati1*), Enade Perdana Istyastono1

1Faculty of Pharmacy, University of Sanata Dharma, Kampus III Paingan

Maguwoharjo Depok Slema Yogyakarta, 55281, Indonesia

* Corresponding author: Aris Widayati

email: [email protected]

Authors’ email:

Fajar Ira Juwita: [email protected]

Enade Perdana Istyastono: [email protected]

ABSTRAK

Revolusi industri 4.0 merupakan proses digitalisasi industri yang menggiring

layanan kesehatan pada era penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang

disebut e-health. Penerapan TIK di bidang Farmasi dikenal sebagai e-pharmacy. Peran

apoteker pada Pelayanan Informasi Obat (PIO) dengan memanfaatkan TIK berpengaruh

pada literasi e-health yang pada akhirnya mendukung keberhasilan terapi pasien. Hal ini

sangat penting bagi pasien dengan penyakit kronis yang menerima pengobatan dalam

jangka waktu lama, salah satunya adalah pasien asma. Oleh karena itu, penelitian ini

bertujuan menggali persepsi apoteker mengenai penggunaan internet dan media sosial

untuk pelayanan informasi obat, dengan studi kasus pelayanan pada pasien asma.

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pengambilan data

dilakukan dengan wawancara menggunakan panduan wawancara yang telah di validasi

secara professional judgement. Wawancara dilakukan pada partisipan apoteker yang

melakukan pelayanan kefarmasian kepada pasien asma, yang dipilih secara purposif

pada bulan Maret sampai Juli 2019. Data hasil wawancara ditranskrip secara verbatim,

kemudian dilakukan analisis tematik. Ethical clearance telah diperoleh dengan nomor

945/C.16/FK/2019.

Hasil penelitian menyebutkan penggunaan internet dan media sosial

mengindikasikan potensi kapabilitas apoteker dalam layanan kesehatan dan juga

tantangan transformasi terhadap peran apoteker di era e-pharmacy. Penelitian ini juga

menyebutkan urgensi penetapan regulasi mengenai e-pharmacy yang dipacu oleh

teridentifikasinya kerugian dari penggunaan internet dan media sosial. Peningkatan

infrastruktur TIK bidang kefarmasian sangat diperlukan begitu pula kontribusi apoteker

dalam literasi e-health terkait PIO penyakit kronis termasuk asma.

Kata kunci : e-health, e-pharmacy, PIO, internet, media sosial, asma

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PENGGUNAAN INTERNET DAN MEDIA SOSIAL UNTUK ...penggunaan internet dan media sosial di masyarakat. Masyarakat saat ini memanfaatkan internet dan media sosial dalam memperoleh layanan

28

Introduction

The use of Information and Communication Technology (ICT) has been

growing up incredibly. This phenomenon is part of the era of industrial revolution 4.0 1–

3. The use of ICT in health services is known as e-health, which also has been

developing extremely (Ruxwana et al. 20105). E-health covers supportive, promotive,

preventive, and curative, also rehabilitative activities 6,7.

Pharmacist is one of health professionals who has been familiar with the use of

ICT for the services, especially for purchase and storage of medicines 10,22. The use of

ICT in pharmaceutical areas is known as e-pharmacy 8. Examples of e-pharmacy

includes e-purchasing, e- prescribing, and e-dispensing 9–11. The use of ICT in

pharmaceutical services can help to improve patient’s medication adherence through

drug information services 14. For example, a reminder tool based on internet use has

been developed in Pennsylvania USA to improve medication adherence for asthma

patients 15. In Canada, there has been a community of asthma patients who interact each

other through a social media platform with a health professional as a guide 16.

Indonesia is one of the top five most populated countries in the world. As a

consequence, a huge amount of internet users resides in Indonesia 17,18. In the health

care context, especially pharmaceutical care services, the use of internet could help in

improving health services to people. Patients with chronic disease are a group of

population who requires a special service to improve their quality of life. Since they

commonly receive more than three types of medicines for long duration of medication,

the use of internet for drug information service could facilitate patient’s medication

adherence. Asthma is one of chronic diseases in Indonesia with a prevalence escalation,

and therefore it requires more attention. The use of ICT on asthma care seems

promising, as has been done in the USA and Canada mentioned earlier. Drug

information service for asthma patients applying an internet platform is required to be

developed. However, study on the use of ICT on asthma care in the Indonesia context is

very rare. Therfore, this study aimed in exploring pharmacists’ perceptions on the use of

ICT platform to provide drug information service, with asthma pharmaceutical care as a

model in this study.

Methods

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: PENGGUNAAN INTERNET DAN MEDIA SOSIAL UNTUK ...penggunaan internet dan media sosial di masyarakat. Masyarakat saat ini memanfaatkan internet dan media sosial dalam memperoleh layanan

29

Study design and variables

This is an observational study with a qualitative approach 37. The qualitative

approach applied in this study aimed to explore in more details regarding the use of

internet and social media for providing drug information to asthma patients from the

perspectives of pharmacists who practice in pharmacies in Yogyakarta.

Exploration on the use of internet and social media to provide drug information

for asthma patients from pharmacists’ perspectives were focused on these variables: 1)

capability of use; 2) advantages and disadvantages of use; 3) barriers and exppectations

of use.

Data collection technique

Data were gathered using interview technique. This technique provides

opportunity for participants to give their thought regarding the topics questioned freely

and responsively 38. An interview guideline was formulated based on a theoretical

framework named COM-B (Capacity, Opportunity, Motivation to perform a Behavior)

48. This theoretical framework was applied to assist in guiding questions to explore

perceptions on the use of internet and social media to deliver drug information to

asthma patients based on pharmacists’ views. The interview guideline was assessed

using a professional judgement approach. A pharmacist who is expert in using this

theoretical framework and is familiar with pharmacist’s standard of practice, especially

in delivering drug information was asked to assess the guideline.

Sampling technique and recruitment of the participants

Participants of this study were pharmacists who met the inclusion criteria, which

is those who practice in pharmacies in Yogyakarta and had served their asthma patients

at least one month before. The participants were selected non-random purposively. The

purposes in selecting the participants were: 1) selecting those who would provide

detailed explanation on the use of internet and social media for drug information

service, especially for their asthma patients; 2) selecting those to fulfil variations as

much as possible, in term of gender, age, experience, and location of the pharmacies.

Recruitment of the participants was conducted followed these steps: 1) identified

pharmacists who met the inclusion criteria and listed as potential participants; 2)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: PENGGUNAAN INTERNET DAN MEDIA SOSIAL UNTUK ...penggunaan internet dan media sosial di masyarakat. Masyarakat saat ini memanfaatkan internet dan media sosial dalam memperoleh layanan

30

contacted the potential participants and approached them to confirm their voluntary

participation in this study; 2) made appointment for interview with those who agreed to

participate in this study.

Data collection process

Interviews were conducted during March to July 2019. A trained interviewer

met a potential participant in a scheduled time. A brief information of this study were

delivered to the potential participant. After that, the potential participant was asked to

sign an inform consent to confirm her/his voluntary participantion. Interviews were

done face-to-face for about 45 to 60 minutes per-participant. Interviews were audio-

taped subject to participants’ approval. The process of data collection was discontinued

after data saturation was achieved. This mean that there is no new type of information

given by at least the last three interviewees 44.

Data analysis

Results of the interviews were transcribed verbatim and were analysed

thematically. The steps of thematic data analysis are as follows: 1) repetitive reading of

the verbatim; 2) coding ideas found in the reading; 2) grouping the almost similar ideas

with a new code; 3) extracting the grouped ideas into a theme and drawing the emerged

themes into a theme’s map. Since constructs of the COM-B theoretical framework

informed the interview guideline, the theme’s map were reffered to those constructs.

Ethical clearance and research permit

Ethical clearance was obtained from the Ethic Commiittee of the Faculty of

Medicine Duta wacana Christian University (UKDW) with No. 945/C.16/FK/2019.

Research permit was sought from Badan Kesatuan Bangsa dan Politik DIY with No.

074/2052/Kesbangpol/2019.

Results

Participants involved in this study were 15 pharmacists. Participants’

characteristic were described in Table 1.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: PENGGUNAAN INTERNET DAN MEDIA SOSIAL UNTUK ...penggunaan internet dan media sosial di masyarakat. Masyarakat saat ini memanfaatkan internet dan media sosial dalam memperoleh layanan

31

Table 1. Participants’ characteristics of the study of pharmacists’ perception in

using internet on social media to deliver drug information to asthma patients in

Yogyakarta

Characteristics Number (N=15)

Age

< 35 years

≥ 35 years

7

8

Gender

Male

Female

14

1

Length of practice as a pharmacist

< 10 year

≥ 10 year

5

10

Type of the pharmacy

Individual pharmacy

Chain pharmacy

Pharmacy at Primary Health Centre

7

4

4

Themes emerged through the interviews were defined as follows:

1. The first theme: Pharmacist’s capability in using internet and social media to support

the services

Results of the study indicate several potencies in using internet and social media

to support the provision of services.

a. To support communication to patiens, pharmacists, and other health care

professionals

All participants in this study stated that they preferred to use particular social

media, i.e.: WhatsApp, to communicate with their patients. The WhatsApp platform

allows them to provide information to their patients in the various ways, such as photos,

pictures, or other types of interesting visual media.

“…. soalnya kalau telepon gitu kan sudah tidak jamannya, mahal juga, kalau SMS

[Short Message Service] juga tidak bisa memuat gambar, tapi kalau WA [WhatsApp]

itu kan bisa lebih fleksibel apapun bisa dimasukkan kesitu….” (R13J)

Several participants even stated that they have been communicating regularly

with their asthma patients.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: PENGGUNAAN INTERNET DAN MEDIA SOSIAL UNTUK ...penggunaan internet dan media sosial di masyarakat. Masyarakat saat ini memanfaatkan internet dan media sosial dalam memperoleh layanan

32

“Kalau kemarin dengan Bu P. A [nama pasien asma rutin] ini justru kita malah via

Whatsapp.... Itu saya hubungi dan beliau juga sudah kasih nomornya ke saya, lalu saya

hubungi via WA [Whatsapp].” (R6P)

All participants also mentioned that they can benefit from the use of social media

to improve their knowledge by reading some specific information shared by other

pharmacists from around the country, with no barriers of time and place.

“Terus mungkin juga bagusnya itu, … soalnya media sosial membahas tentang kayak

pertemuan-pertemuan ilmiah rutin. Tapi lewat medsos kan tidak terbatas ruang dan

waktu … lebih fleksibe lah istilahnya, daripada harus ada pertemuan itu, harus ke

tempat itu, butuh waktu.” (R2NJ)

b. To support advertisements of pharmacy and pharmacist’s activities

Some of the participants put a particular information in their media social status

or profil picture, such as in Instagram, Facebook, Whatsapp. They used the speficic

feature in the social media as a tool to spread their activities related to their service

provisions.

“…..Whatsapp itu kan apabila kita minta nomer kontaknya (pasien) terus sengaja kita

upload story tentang PIO [Pelayanan Informasi Obat] itu akan sangat mudah

menyebar dan dibaca oleh yang punya kontak kita, kalau ada keluarga atau ada teman

atau ada sanak saudara yang membutuhkan mereka bisa kembali men-share kepada

yang bersangkutan….” (R15P)

Intrenet and social media as also seen by all the participants as an opportunity to

introduce pharmacists’ role to society.

“Yang maksud satu arah itu contohnya itu kayak informasi yang diberikan itu arah dari

kita (apoteker) itu bisa sih di media sosial lewat media sosial untuk memperkenalkan

apoteker juga bisa” (R12NJ)

c. To support searching of sources of drug informartion

All the participants agreed that internet helped them in searching information

easily and quickly.

“Kalau keuntungannya [penggunaan internet] sih kita bisa tau apa-apa ya …. Ditanya

sama pasien gitu kan kita bisa langsung cari [informasi], langsung nemu... (R5J)

d. To support other pharmaceutical service provisions

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: PENGGUNAAN INTERNET DAN MEDIA SOSIAL UNTUK ...penggunaan internet dan media sosial di masyarakat. Masyarakat saat ini memanfaatkan internet dan media sosial dalam memperoleh layanan

33

Most of the participants mentioned that their pharmacy has been supported by

wireless internet connection. They conviced that such facility can help to provide

services in their pharmacy.

“Terus pelayanan informasi obat untuk mencari obat baru misalnya ada permintaan

resep tapi di sini gak ada obatnya ya kita searching dengan bantuan wifi atau internet,

bisa dicari lewat komputer atau pakai handphone. Ya banyak dimudahkan lah dengan

adanya wifi kita untuk searching informasi.” (R11NJ)

Some participants said that they did partnership with a particular provider of

internet-based marketing platform to improve their sales; for example, the HaloDoc.

“Kalau jualan online, kami kerjasama sama HaloDoc. Untuk meningkatkan omset

sangat bermanfaat.” (R1NJ)

2. The second theme: Challenges of pharmacist’roles transformation in the era of e-

pharmacy

a. As a reliable drug informer

Some participants said that mostly patients prefer to search drug information

through internet, especially for self medication instead of having consultation with

pharmacists. Participants see this fact as a potential disadvantage of the use of internet

as information accessed through the internet is not always valid and reliable.

“Kadang orang tidak mau bertanya kepada tenaga kesehatan, mereka lebih memilih

untuk cari dulu di internet, nah ketika sumber yang dicari itu istilahnya tidak punya

basic secara ilmu kesehatan kadang kan berbeda cara pandangnya.” (R1NJ)

“Jadi kalau ruginya itu terkait apa yang mereka buka sendiri di internetnya. Kadang

ada informasi yang belum valid nah mereka kadang cuma baca aja dan mereka bilang

mau ini [obat tertentu].” (R8J)

The fake and misleading health information potentially leads to jeopardise to the

society.

“Kerugiannya adalah kalau saya melihat secara umum atau untuk kasus ini, ya kadang

terdapat berita yang simpang siur atau hoax gitu ya. Yang malah bingung. kita

[apoteker] itu sudah betul-betul on the track apa belum, jadi kita [apoteker] bingung

sendiri, ini bener nggak sih?” (R2NJ)

b. As an authority person of online pharmacy

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: PENGGUNAAN INTERNET DAN MEDIA SOSIAL UNTUK ...penggunaan internet dan media sosial di masyarakat. Masyarakat saat ini memanfaatkan internet dan media sosial dalam memperoleh layanan

34

Participants who work at a chain pharmacy mentioned that there is a special

group of pharmacists in their corporation, who has a specific duty regarding digital

marketing. This team is specifically responsible to the management of online pharmacy.

“…..memang itu apoteker semua mbak, jadi tugas kami ini ada pengenalan produk

(iklan) kemudian ada produk diskon, lalu job karir ya macam-macam itu apoteker

semua yang mengerjakan. Digital marketing ini istilahnya, kami ada transformasi

mbak, transformasi untuk dibuat job-job apa yang harus dilakukan salah satunya

digital marketing, tugasnya ya itu tadi [salah satunya] untuk membuat PIO [Pelayanan

Informasi Obat].” (R13J)

c. As an educator to improve society’s health literacy

Participants mentioned that pharmacist should have capability and capacity to

select a qualified information retrieved from the websites or social media. They have to

assure that information obtained through the internet must be qualified, valid, and

reliable to be share to the society.

“Kalau kekurangan nya sih itu tadi kalau kita [apoteker] tidak bisa menyaring

informasi, kita [apoteker] jadi memberikan informasi yang salah. Makanya itu menjadi

tepat dan cepat kalau kita [apoteker] bisa memilih sumber informasi yang benar dari

internet gitu.” (R12NJ)

3. The third theme: urgency of regulation regarding e-pharmacy (online pharmacy)

Most participants stated that there are a lot of online shops that sell medicines,

not only the over-the-counter medicines but also the prescription only medicines which

must be obtained using prescription. Even, the online shops are run without supervision

from an authorized person, i.e.: pharmacist. Further, participants stated that regulation

regarding online pharmacy is urgent.

“Bahwa itu enggak tepat kalau seperti itu itu loh, kalau mau ada online sih oke, tetapi

betul-betul harus di handle oleh orang yang memang berwenang di situ dan yang

berkompeten di situ itu. Jangan hanya penjual lepas gitu kan, tidak ada kejelasan

apapun dan sebagainya. Regulasinya harus betul-betul ketat dan tegas. Tapi kan lebih

bagus kalau ini bisa berlaku secara nasional ada peraturan perundang-undangan lah

atau dari Kementerian Kesehatan seperti itu kan?” (R2NJ)

Further, participants expressed their concern regarding the missuse of the internet for

selling medicines in a website.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: PENGGUNAAN INTERNET DAN MEDIA SOSIAL UNTUK ...penggunaan internet dan media sosial di masyarakat. Masyarakat saat ini memanfaatkan internet dan media sosial dalam memperoleh layanan

35

“Terus juga kalau menurut saya negatifnya adalah karena di situ [toko online] ini tidak

menutup kemungkinan juga untuk pemanfaatan media sosial dan internet ini juga untuk

untuk kasus-kasus kejahatan tertentu juga, atau mungkin bisa juga pemanfaatan

penipuan dan sebagainya, ini yang sangat tidak diharapkan.” (R2NJ)

4. The fourth theme: improving the ICT facilities

Participants who work in Primary Health Centre (PHC) said that there are

barriers in using internet and social media to support their pharmaceutical care service.

The main barrier they mentioned are the unstable internet connection that causes delay

or suboptimal of the service.

“Tapi kadang kendalanya ya mungkin ada kendala jaringan juga. Sehingga itu yang

dirasa kita sebagai kerugiannya, misalkan pas ada kendala-kendala... Jadi bisa tidak

cepat juga, kayak gitu, kalau ketika ada kendala seperti itu.” (R6P)

They also convinced that there are still many PHCs in remote rural areas that

have not been reached by the internet, in other words internet network infrastructure is

still limited.

“Terkait dengan akses informasi artinya di Puskesmas sendiri di setiap desa belum

tentu menggunakan internet yang memiliki akses yang cepat, hanya orang-orang

tertentu yang bisa mengakses internet itu masih sangat terbatas sehingga untuk

infrastruktur internet masih sangat terbatas.” (R14P)

5. The fifth theme: pharmacist’s contribution on people’s e-health literacy regarding

chronic diseases.

Participants in this study stated that pharmacists can contribute on the

improvement of people’s literacy regarding health and the use of internet and social

media to search qualified health information. For example, information about

medication adherence.

“Bisa untuk lebih meningkatkan tingkat pemahaman dari dari masyarakat ya tentang

kesehatan, tentang penyakit, tentang pengobatannya. Kemudian ya terus terutama juga

tentang bisa memberikan masukan juga tentang kepatuhan. Kepatuhan dalam hal

melakukan terapi itu harapannya sih seperti itu dan bisa diakses secara luas dan secara

mudah, secara murah gitu ya.” (R2NJ)

Some participants who work at pharmacy expexted to use internet and social

media to support their professional role. They expected that the use of internet and

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: PENGGUNAAN INTERNET DAN MEDIA SOSIAL UNTUK ...penggunaan internet dan media sosial di masyarakat. Masyarakat saat ini memanfaatkan internet dan media sosial dalam memperoleh layanan

36

social media would help them to improve patients’ knowledge regarding medicines and

medication, to improve patient’s medication adherence, including asthma medication.

“Ayo bikin ini, untuk diposting, misalkan seperti itu. Pada prinsipnya tetap ingin

menggunakan internet sebagai media untuk kita bisa terus memberikan informasi obat

kepada masyarakat, kepada pasien sehingga bisa ikut meningkatkan kepatuhan

penggunaan obat dan juga meningkatkan pengetahuan tentang obat gitu ya, terhadap

asma juga.” (R5P)

Participants stated that pharmacists must increase their contribution on

delivering drug information using an internet and social media. They expected that

through the use of internet and social media to communicate with patients and people

and improve patient’s quality of life, the role of pharmacist will be appreciated by

society.

“Saya berharap dengan adanya pasien tahu informasi obat di internet, ya walaupun

masih dalam kendali kita ya, artinya tidak seluruhnya. Apoteker dalam membuat ini itu

semuanya disampaikan. Berharap pasien ini quality of life nya tetap bagus ya.” (R13J)

“Semoga pasien asma bisa mengontrol kondisi kesehatannya karena kalau asma kan

tidak bisa disembuhkan, hanya bisa dikontrol. Meningkatkan kualitas hidup aja sih…

dan ketika dia mendapatkan informasi yang sesuai, dia akan bisa menjaga, istilahnya

menjaga menjauhkan diri dari alergen atau dapat tahu cara penggunaan inhaler

maupun alat yang digunakan untuk kesehatannya dengan baik.” (R1NJ)

Participants were aware that information regarding chronic diseases, including

asthma, is easily searched via internet. However, they underlined that further detailed

consultation must be handled by pharmacists as a health professional who are expert in

medicines.

“Misalnya mencari kata Asma ya pakai yang mudah dipahami masyarakat terus

kemudian bisa disitu penanggungjawabnya boleh sih kalau misalnya itu jadi ada

kontak, mungkin beberapa udah ada ya misalnya kayak contact person atau registrasi

email jadi kalo kita mau berhubungan dengan orang yang memposting informasi itu.”

(R9P)

Discussion

This qualitative study underlines five themes from pharmacists’ perspectives

regarding the use of internet and social media to deliver drug information to asthma

patients as a model. The five themes are: 1) Pharmacist’s capability in using internet

and social media to support the services; 2) Challenges of pharmacist’roles

transformation in the era of e-pharmacy; 3) Urgency of regulation regarding e-pharmacy

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: PENGGUNAAN INTERNET DAN MEDIA SOSIAL UNTUK ...penggunaan internet dan media sosial di masyarakat. Masyarakat saat ini memanfaatkan internet dan media sosial dalam memperoleh layanan

37

(online pharmacy); 4) improving the ICT facilities; 5) Pharmacist’s contribution on

people’s e-health literacy regarding chronic diseases.

The first theme emerged through this study is pharmacist’s capability in using

internet and social media to support pharmaceutical care practice. Pharmacist’s

capability in using internet and social media is a strength, especially in the era of

“internet of things”. On the other side, there is a big need from society to receive

reliable information regarding medicines, especially through online communication 49.

For examples: the use of video uploaded in a website to educate asthma patients

regarding the use of inhaler and other asthma medical devices 50 and the use of internet-

based integrated information system in hospital and community pharmacy to improve

health services, including pharmaceutical care services 51. Internet and social media also

provide a huge opportunity for pharmacists to improve and share their knowledge with

their colleagues, even with other health professionals without any significant boundaries

10,49. Online communication using internet can minimize barriers of time and location 4.

Therefore, pharmacists should equip themselves with adequate knowledge and skill

regarding the use of internet and social media to deliver drug information to their

patients as well as to have professional communication with other health professionals

48.

The second theme is the need of transformation of pharmacist’s role from “off-

line pharmacist” to “online pharmacist”. In the era of “internet of things” there is a need

and challenge for pharmacists to transform their roles, especially regarding the use of

ICT to improve pharmaceutical care services 1. The need of transformation is trigerred

by the increase of internet used by society to search information regarding medication

and medicines. Social media and website become the most popular sources of health

information accessed by people. The online and user friendly sources of information

become a popular choice when people got difficulty in meeting pharmacists face-to-face

52. There is also a tendency of people to share their experiences regarding their own

health problems. Information shared by lay people based on their own experience tend

to be trusted by society 53. However, there is a crucial problem when people are not able

to differentiate between qualified information and false information 54. Therefore,

pharmacist must take a role in helping people to get a valid and reliable information

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: PENGGUNAAN INTERNET DAN MEDIA SOSIAL UNTUK ...penggunaan internet dan media sosial di masyarakat. Masyarakat saat ini memanfaatkan internet dan media sosial dalam memperoleh layanan

38

they search via internet. In this case, pharmacists must play their role as an educator to

improve people’s health literacy using internet-based platforms 26. Further, challenge of

the pharmacist transformation role is how to develop pharmaceutical care service using

internet-based platforms 10,26. For example, in Scotland pharmacists has been supported

by government to transform in managing e-prescribing and e-Health Record in

collaboration with other health professional in hospital 26.

The third theme is urgency of regulation regarding e-pharmacy. Authorized

online pharmacy has been growing up very fast. On the other hand, selling medicines on

the websites illegaly is also common 55. Obtaining medicines sold in illegal websites

will jeopardize consumers, especially regarding the risk of selecting and using the

purchased medicines inappropriately 27. Therefore, there is an urgent need to regulate

online medicines trading via websites.

The fourth theme is the prerequisite to improve ICT facilities. The ICT will

revolutionize the way to deliver pharmaceutical care services the patients 4. However,

ICT infrastructures in some extends is still inadequate 50. In the Indonesia context, fast

connection remains a problem of the ICT facilities.

The fifth theme is pharmacist’s contribution regarding people’s e-health literacy

especially in managing chornic diseases. Pharmacists must take their role as an educator

to improve people’s health literacy. Pharmacist must also design and develop new ways

to engage with society members to improve people knowledge and awareness regarding

the use of medicines safely 50. The use of internet creates a huge opportunity for

pharmacists to get involve in improving the society’s literacy regarding health 26.

This study is not without its limitation. The nature of interview method in

gathering data would likely to provide a big chance for participants to answer the

question openly and freely. This could lead to a response bias. In this study, although

questions were queried using a guideline with emphasizing on asthma care, yet

participants tended to answer using a perspective of chronic diseases as general. The

inclusion criteria of recruitment of participants, which was pharmacists who had

experience in delivering pharmaceutical care service to asthma patients within a month

before the interview, was an anticipating approach to minimize such a response bias,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: PENGGUNAAN INTERNET DAN MEDIA SOSIAL UNTUK ...penggunaan internet dan media sosial di masyarakat. Masyarakat saat ini memanfaatkan internet dan media sosial dalam memperoleh layanan

39

however. Furthermore, as asthma care in this study only becomes a model, the

participants’ responses could possibly describe chronic diseases as general.

Conclusion

Using the asthma care as a model this study concludes that the use of internet and

social media to support pharmaceutical care services is promising. There are challenges

and opportunities for pharmacists to take an advanced role in the era of “internet of

things” to improve patient’s quality of life. Further research is needed to develop new

and appropriate internet-based platforms that can be used to support the pharmaceutical

care services.

Acknowledgement

The authors would like to thank you the participants involved in this study

voluntary and to the thesis examiner panel of the Master of Pharmacy Study Program at

Faculty of Pharmacy Sanata Dharma University for the valuable advices. The authors

declare that this study was funded by Kemenristek DIKTI through “Hibah Penelitian

Tesis Magister tahun 2019” (No. 029/Penel./LPPM_USD/IV/2019) with Aris Widayati,

M.Si., Apt., PhD as the Principal Investigator.

References

1. Bigirimana S, Chinembiri M. Towards E-Pharmacy: The Future Information and

Communication Technologies Needs for Community Pharmacies in Harare,

Zimbabwe. Int J Econ Commer Manag. 2015;III(4):1-26.

2. Rußmann M, Lorenz M, Gerbert P, et al. Industry 4.0: The Future of Productivity

and Growth in Manufacturing Industries. Bus Inf Syst Eng. 2015;6(4):239-242.

doi:10.1007/s12599-014-0334-4

3. Hermann M. Design Principles for Industrie 4.0 Scenarios: A Literature Review.

4. Ruxwana NL, Herselman ME, Conradie DP. ICT applications as e-health

solutions in rural healthcare in the Eastern Cape Province of South Africa. HIM

J. 2010;39(1):17-26. doi:10.1177/183335831003900104

5. Board E. eHealth: Report by the Secretariat (Executive Board EB115/39 115th

Session, Provisional agenda item 4.13). 2004;(1):1-6.

http://www.who.int/healthacademy/media/en/eHealth_EB-en.pdf?ua=1.

6. Lee J-Y, Lim J-Y. The Prospect of the Fourth Industrial Revolution and Home

Healthcare in Super-Aged Society. Ann Geriatr Med Res. 2017;21(3):95-100.

7. World Health Organization. Regional Strategy for Strengthening eHealth in the

South-Asia Region 2014-2020. 2015.

8. European commission THE. EU eHealth Action Plan 2012 to 2020. 2012.

http://ec.europa.eu/information_society/activities/health/policy/ehtask_force/inde

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: PENGGUNAAN INTERNET DAN MEDIA SOSIAL UNTUK ...penggunaan internet dan media sosial di masyarakat. Masyarakat saat ini memanfaatkan internet dan media sosial dalam memperoleh layanan

40

x_en.htm.

9. Nanji KC, Cina J, Patel N, Churchill W, Gandhi TK, Poon EG. Overcoming

Barriers to the Implementation of a Pharmacy Bar Code Scanning System for

Medication Dispensing: A Case Study. J Am Med Informatics Assoc.

2009;16(5):645-650. doi:10.1197/jamia.M3107

10. Webster L, Spiro RF. Health information technology: A new world for pharmacy.

J Am Pharm Assoc. 2010;50(2):e20-e34. doi:10.1331/JAPhA.2010.09170

11. Malathi S, Priadarsini M, Dharshana M, Agathiya T. Big Data and CPS ( Cyber

Physical System ) used in Pharmacy to Alert on Expiration of Medicine.

2018;8(4):16946-16948.

12. Widayati A, Maria D, Heru C, et al. Research in Social and Administrative

Pharmacy Pharmacists ’ views on the development of asthma pharmaceutical

care model in Indonesia : A needs analysis study. Res Soc Adm Pharm.

2018;(September 2017):0-1. doi:10.1016/j.sapharm.2018.01.008

13. Mossialos E, Courtin E, Naci H, et al. From “retailers” to health care providers:

Transforming the role of community pharmacists in chronic disease management.

Health Policy (New York). 2015;119(5):628-639.

doi:10.1016/j.healthpol.2015.02.007

14. Goundrey-Smith S. Examining the role of new technology in pharmacy: now and

in the future. https://www.pharmaceutical-journal.com/examining-the-role-of-

new-technology-in-pharmacy-now-and-in-the-future/11134174.article. Published

2014.

15. Pool AC, Kraschnewski JL, Poger JM, et al. Impact of online patient reminders

to improve asthma care: A randomized controlled trial. PLoS One. 2017;12(2):1-

17. doi:10.1371/journal.pone.0170447

16. Letourneau N, Stewart M, Masuda JR, et al. Impact of Online Support for Youth

With Asthma and Allergies: Pilot Study. J Pediatr Nurs. 2012;27(1):65-73.

doi:10.1016/j.pedn.2010.07.007

17. Kominfo. Jumlah Pengguna Internet 2017 Meningkat, Kominfo Terus Lakukan

Percepatan Pembangunan Broadband.

https://kominfo.go.id/content/detail/12640/siaran-pers-no-53hmkominfo022018-

tentang-jumlah-pengguna-internet-2017meningkat--kominfo-terus-lakukan-

percepatan-pembangunan-broadband/0/siaran_pers/. Published 2017. Accessed

November 23, 2018.

18. Internet World Stats. Internet World Stats. Internet World Stats. doi: World

internet users statistics usage and world population stats.

http://www.internetworldstats.com/stats.htm, 2012

19. Liao Y, Deschamps F, Loures E de FR, Ramos LFP. Past, present and future of

Industry 4.0 - a systematic literature review and research agenda proposal. Int J

Prod Res. 2017;55(12):3609-3629. doi:10.1080/00207543.2017.1308576

20. Gilchrist A. Industry 4.0. Ind 40. 2016;60(3):121-123. doi:10.1007/978-1-4842-

2047-4

21. Khan DS. The Health 4.0 Revolution.

https://health.economictimes.indiatimes.com/news/health-it/the-health-4-0-

revolution/59187378. Published 2017. Accessed November 8, 2018.

22. Westerling AM, Haikala V, Airaksinen M. The role of information technology in

the development of community pharmacy services: Visions and strategic views of

international experts. Res Soc Adm Pharm. 2011;7(4):430-437.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: PENGGUNAAN INTERNET DAN MEDIA SOSIAL UNTUK ...penggunaan internet dan media sosial di masyarakat. Masyarakat saat ini memanfaatkan internet dan media sosial dalam memperoleh layanan

41

doi:10.1016/j.sapharm.2010.09.004

23. Levin-Zamir D, Bertschi I. Media health literacy, Ehealth literacy, and the role of

the social environment in context. Int J Environ Res Public Health. 2018;15(8).

doi:10.3390/ijerph15081643

24. Zakaria N, Alfakhry O, Matbuli A, et al. Development of Saudi e-health literacy

scale for chronic diseases in Saudi Arabia: Using integrated health literacy

dimensions. Int J Qual Heal Care. 2018;30(4):1-8. doi:10.1093/intqhc/mzy033

25. Witten NAK, Humphry J. The Electronic Health Literacy and Utilization of

Technology for Health in a Remote Hawaiian Community: Lana‘i. Hawai’i J

Med Public Heal. 2018;77(3):51-59.

26. MacLure K, Stewart D. A qualitative case study of ehealth and digital literacy

experiences of pharmacy staff. Res Soc Adm Pharm. 2018;14(6):555-563.

doi:10.1016/j.sapharm.2017.07.001

27. Chaturvedi A, Kumar A, Noida G. Online pharmacy: an e-strategy for

medication. 2015;(April 2011).

28. WHO. Global Diffusion of EHealth: Making Universal Health Coverage

Achievable .; 2017. papers3://publication/uuid/6D2CF35D-81C1-4FEC-8B56-

1601403D4BD7.

29. European Commission TP& S. Flash Eurobarometer 404. European Citizens’

Digital Health Literacy.; 2014. doi:10.2759/86596

30. Fantom N, Serajuddin U. The World Bank’s Classification of Countries by

Income. 2016;(January):52. doi:10.1596/1813-9450-7528

31. Kementrian Kes Republik Indonesia. MENKES Harapkan KEMKOMINFO

Dukung Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di Bidang

Kesehatan. 31 Desember 2014. 2014:4-6. www.depkes.go.id.

32. Viberg N. Selling Drugs or Providing Health Care ?; 2009.

33. John C. The changing role of the pharmacist in the 21st century.

https://www.pharmaceutical-journal.com/your-rps/the-changing-role-of-the-

pharmacist-in-the-21st-century/20204131.article. Published 2018. Accessed

November 8, 2018.

34. Robert J. Cipolle, Linda M. Strand PCM. Pharmaceutical Care Practice: The

Patient-Centered Approach to Medication Management. Third Edit.; 2012.

35. Soemitro D. Tantangan e-Kesehatan di Indonesia. Bul Jendela Data dan Inf

Kesehat. 2016:1-16. doi:ISSN 2088-270X

36. Nutbeam D. The evolving concept of health literacy. Soc Sci Med.

2008;67(12):2072-2078. doi:10.1016/j.socscimed.2008.09.050

37. FHI IFH. Qualitative Research Methods: A Data Collector’s Field Guide. 2005.

doi:10.2307/3172595

38. Kallio H, Pietilä AM, Johnson M, Kangasniemi M. Systematic methodological

review: developing a framework for a qualitative semi-structured interview

guide. J Adv Nurs. 2016;72(12):2954-2965. doi:10.1111/jan.13031

39. Department of Sociology. Strategies for Qualitative Interviews. Harward Univ.

2017:1-4. doi:10.1117/12.698334

40. World Health Organization. Interview tool. 2012.

41. Andreassen HK, Trondsen MV. How to Use Qualitative Interviews in E-Health

Research. eTELEMED 2015 Seventh Int Conf eHealth, Telemidicine Soc Med.

2015;(c):20-25.

42. Chan EKH. Standards and Guidelines for Validation Practices : Development and

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: PENGGUNAAN INTERNET DAN MEDIA SOSIAL UNTUK ...penggunaan internet dan media sosial di masyarakat. Masyarakat saat ini memanfaatkan internet dan media sosial dalam memperoleh layanan

42

Evaluation of Measurement Instruments. 2014. doi:10.1007/978-3-319-07794-9

43. Etikan I. Comparison of Convenience Sampling and Purposive Sampling. Am J

Theor Appl Stat. 2016;5(1):1. doi:10.11648/j.ajtas.20160501.11

44. Saunders B, Sim J, Kingstone T, et al. Saturation in qualitative research:

exploring its conceptualization and operationalization. Qual Quant.

2018;52(4):1893-1907. doi:10.1007/s11135-017-0574-8

45. Mahpur M. Memantapkan Analisis Data Melalui Tahapan Koding. Repos Univ

Islam Negeri Malang. 2009:1-17. http://repository.uin-

malang.ac.id/800/2/koding.pdf.

46. Alhojailan M. Thematic Analysis: A Critical Review of Its Process and

Evaluation. West East J Soc Sci. 2012;1(1):39-47.

doi:10.1177/1525822X02239569

47. Virginia Braun and, Victoria Clarke. Using thematic analysis in psychology.

Qual Res Psychol. 2006;3:77-101. doi:10.1191/1478088706qp063oa

48. Eliasson L, Barber N, Weinman J. Applying COM-B to medication adherence

work tended to focus on the role and its effects on patient. 2011:7-17.

49. Leonita E, Jalinus N. Peran Media Sosial dalam Upaya Promosi Kesehatan :

Tinjauan Literatur. 2018;18(2):25-34.

50. Benetoli A, Chen TF, Schaefer M, Chaar B, Aslani P. Do pharmacists use social

media for patient care? Int J Clin Pharm. 2017;39:364-372. doi:10.1007/s11096-

017-0444-4

51. Lalitaphanit T. Factors affecting community pharmacy customers’ decision to use

personal health records via smartphone. Thai J Pharm Sci. 2016;42.

doi:10.1134/S0965545X11100087

52. Crilly P, Hassanali W, Khanna G, et al. Research in Social and Administrative

Pharmacy Community pharmacist perceptions of their role and the use of social

media and mobile health applications as tools in public health. Res Soc Adm

Pharm. 2019;15(1):23-30. doi:10.1016/j.sapharm.2018.02.005

53. Bhaskaran N, Kumar M, Janodia MD. Use of Social Media for Seeking Health

Related Information – An Exploratory Study. 2017;9(2):267-271.

doi:10.5530/jyp.2017

54. Prasanti D. Literasi Informasi Kesehatan sebagai Upaya Pencegahan Informasi

Hoax dalam Penggunaan Obat Tradisional di Era Digital Health Information of

Literation as Prevention Processes of Hoax Information in the Use of Traditional

Medicine in Digital Era. 2018;3(1):45-52.

55. Ebner N. Electronic copy available at: http://ssrn.com/abstract=2170559. Signal.

2012;27(2):10-14. doi:10.1111/imr.12031

56. Shcherbakova N, Shepherd M. Community pharmacists, Internet and social

media: An empirical investigation. Res Soc Adm Pharm. 2014;10(6):75-85.

doi:10.1016/j.sapharm.2013.11.007

57. Anonim. Data Sepuluh Besar Penyakit RS Respira.

http://rsprespira.jogjaprov.go.id/data-penyakit/data-10-besar-penyakit/. Published

2017. Accessed January 22, 2020.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: PENGGUNAAN INTERNET DAN MEDIA SOSIAL UNTUK ...penggunaan internet dan media sosial di masyarakat. Masyarakat saat ini memanfaatkan internet dan media sosial dalam memperoleh layanan

43

Lampiran 2. Ethical Clearance

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: PENGGUNAAN INTERNET DAN MEDIA SOSIAL UNTUK ...penggunaan internet dan media sosial di masyarakat. Masyarakat saat ini memanfaatkan internet dan media sosial dalam memperoleh layanan

44

Lampiran 3. Surat Ijin Badan Kesatuan Bangsa dan Politik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: PENGGUNAAN INTERNET DAN MEDIA SOSIAL UNTUK ...penggunaan internet dan media sosial di masyarakat. Masyarakat saat ini memanfaatkan internet dan media sosial dalam memperoleh layanan

45

Lampiran 4. Panduan Wawancara semi terstruktur pada responden apoteker

Langkah 1 ✓ Peneliti memperkenalkan diri dan meminta ijin untuk merekam (audio-record)

semua proses wawancara kepada partisipan apoteker

✓ Peneliti menjelaskan secara singkat kepada partisipan apoteker tentang tujuan dari

penelitian ini, yaitu :

ingin mendapatkan informasi spesifik terkait dengan penggunaan internet dan media

sosial untuk PIO bagi pasien asma.

✓ Pasien asma yang dimaksud adalah pasien yang sudah dilayani sebelumnya oleh

partisipan apoteker

✓ Peneliti meminta kesediaan partisipan apoteker menandatangani inform consent

untuk wawancara ini

Langkah 2 ✓ Peneliti mencatat identitas pasien

1. Nama :

2. Usia :

3. Jenis kelamin :

4. Lama berpraktek apoteker :

5. Alamat apotek :

6. Jenis apotek : Jaringan / Individu (coret yang tidak perlu)

7. Nama pasien asma yang dilayani :

✓ Peneliti menyampaikan pertanyaan pembuka :

Apakah Bapak/Ibu apoteker dalam melayani pasien asma(sebutkan nama pasien

asmanya) yang rutin selama ini pernah menggunakan media sosial atau tidak (baik

itu menghubungi/berkomunikasi maupun dalam mencari/menyampaikan informasi

edukasi tentang asma) ?

✓ Peneliti memisahkan jenis partisipan apoteker menjadi dua kelompok (experience

dan expectation) melalui jawaban yang diperoleh dari pertanyaan pembuka

Langkah 3 ✓ Peneliti masuk dalam wawancara inti dengan menggunakan panduan sebagai berikut

:

Variabel Experience Expectation

Lead questions Prompt question Lead questions Prompt question

Potensi

pemanfaat

an internet

dan media

sosial

➢ Mohon

diceritakan

internet/ media

sosial apa saja

yang pernah

Bapak/Ibu

gunakan dalam

berkomunikasi

dengan pasien

asma ? (sebut

nama pasiennya)

➢ Mohon pendapat

lagi, apakah juga

dapat digunakan

untuk mencari

informasi yang

terpercaya

tentang seputar

penyakit asma?

➢ Menurut

pengetahuan

Bapak/Ibu,

internet/media

sosial apa saja

yang dapat

digunakan dalam

berkomunikasi

dengan pasien

asma? (sebut

nama pasiennya)

➢ Mohon

pendapat lagi,

apakah juga

dapat

digunakan

untuk mencari

informasi yang

terpercaya

tentang seputar

penyakit asma?

➢ Menurut

pengalaman anda

selama ini, hal-

hal apa lagi yang

masih bisa

dilakukan

melalui internet

dan medsos

(kemampuan

yang bisa

dikembangkan

dari penggunaan

internet dan

medsos) dalam

➢ Ide-ide atau

gagasan yang

dipikirkan

Bapak/Ibu bisa

lakukan dengan

menggunakan

internet dan

medsos?

➢ Menurut

pendapat anda

saat ini hal-hal

apa lagi yang

masih bisa

dilakukan melalui

internet dan

medsos

(kemampuan

yang bisa

dikembangkan

dari penggunaan

internet dan

medsos) dalam

➢ Ide-ide atau

gagasan yang

dipikirkan

Bapak/Ibu

apoteker bisa

lakukan dengan

menggunakan

internet dan

medsos?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: PENGGUNAAN INTERNET DAN MEDIA SOSIAL UNTUK ...penggunaan internet dan media sosial di masyarakat. Masyarakat saat ini memanfaatkan internet dan media sosial dalam memperoleh layanan

46

PIO pada pasien

asma?

PIO pada pasien

asma?

Keuntung

an dan

kerugian pemanfaat

an internet

dan media

sosial

➢ Menurut

Bapak/Ibu apa

saja keuntungan

(hal-hal yang

bermanfaat)

selama melayani

pasien asma

(sebut namanya)

menggunakan

internet dan

media sosial?

➢ Mohon sebutkan

juga hal-hal yang

kurang atau

dirasa tidak

bermanfaat dari

internet dan

medsos.

➢ Termasuk juga

pencarian

informasi terkait

PIO pada pasien

asma maupun

sumber-sumber

informasi

terpercaya terkait

penyakit asma

➢ Menurut

Bapak/Ibu, jika

nanti melayani

pasien asma

(sebut nama

pasiennya)

menggunakan

internet dan

media sosial, apa

saja

keuntungannya

(hal-hal yang

bermanfaat)?

➢ Mohon

diceritakan juga

hal-hal yang

kurang atau

dirasa tidak

bermanfaat dari

internet dan

medsos.

➢ Termasuk juga

pencarian

informasi

terkait PIO

pada pasien

asma maupun

sumber-sumber

informasi

terpercaya

terkait penyakit

asma

Kendala

pemanfaat

an internet

dan media

sosial

➢ Menurut

pengalaman

anda, hal apa

yang

menghalangi /

membuat anda

tidak bisa

melakukan

komunikasi pada

pasien asma

(sebut namanya)

dengan

menggunakan

internet dan

medsos.

➢ Mohon

disebutkan juga

hal-hal yang

membatasi

komunikasi

menggunakan

internet dan

medsos

➢ Menurut anda,

hal apa yang

menghalangi /

membuat anda

tidak bisa

melakukan

komunikasi

menggunakan

internet dan

medsos dengan

pasien asma

(sebut namanya)

➢ Mohon

disebutkan juga

hal-hal yang

membatasi

komunikasi

menggunakan

internet dan

medsos

Harapan

apoteker

dalam

pemanfaat

an internet

dan media

sosial

➢ Apa harapan

Bapak/Ibu terkait

penggunaan

internet dan

media sosial

dalam PIO pada

pasien asma baik

sekarang maupun

di masa yang

akan datang?

➢ Termasuk juga

pencarian

informasi terkait

PIO pada pasien

asma maupun

sumber-sumber

informasi

terpercaya terkait

penyakit asma

➢ Apa harapan

Bapak/Ibu terkait

penggunaan

internet dan

media sosial

dalam PIO pada

pasien asma baik

sekarang maupun

di masa yang

akan datang?

➢ Seperti apa

komitmen

Bapak/Ibu

terhadap

pemanfaatan

internet dan

media sosial?

➢ Termasuk juga

pencarian

informasi

terkait PIO

pada pasien

asma maupun

sumber-sumber

informasi

terpercaya

terkait penyakit

asma

Langkah 4 Peneliti menutup wawancara dengan ucapan terima kasih

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: PENGGUNAAN INTERNET DAN MEDIA SOSIAL UNTUK ...penggunaan internet dan media sosial di masyarakat. Masyarakat saat ini memanfaatkan internet dan media sosial dalam memperoleh layanan

47

Lampiran 5. Lembar informasi penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: PENGGUNAAN INTERNET DAN MEDIA SOSIAL UNTUK ...penggunaan internet dan media sosial di masyarakat. Masyarakat saat ini memanfaatkan internet dan media sosial dalam memperoleh layanan

48

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: PENGGUNAAN INTERNET DAN MEDIA SOSIAL UNTUK ...penggunaan internet dan media sosial di masyarakat. Masyarakat saat ini memanfaatkan internet dan media sosial dalam memperoleh layanan

49

Lampiran 6. Lembar konfirmasi persetujuan partisipan (Inform consent)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: PENGGUNAAN INTERNET DAN MEDIA SOSIAL UNTUK ...penggunaan internet dan media sosial di masyarakat. Masyarakat saat ini memanfaatkan internet dan media sosial dalam memperoleh layanan

50

BIOGRAFI PENULIS

Penulis naskah tesis berjudul “Penggunaan Internet

dan Media Sosial untuk Pelayanan Informasi Obat di

Beberapa Apotek dan Puskesmas di Daerah

Istimewa Yogyakarta (Studi Pelayanan Informasi

Obat pada pasien asma)” bernama Fajar Ira Juwita,

S. Farm., Apt, lahir di Batam, 9 Desember 1980

merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari

pasangan Supardi dan Kusriningsih. Menikah

dengan Oktavianus Dwiatmojo dan dikaruniai dua

orang anak bernama Fanuel Estefan .W dan Lois

Chrisabel .W.

Penulis menempuh pendidikan formal dari SD Yaktapena 5 Palembang (lulus 1990),

SMP Saverius 1 Sragen (lulus 1996), SMU Negeri 1 Sragen (lulus 1999). Melanjutkan

pendidikan Sarjana (lulus 2005) dan Profesi Apoteker (lulus 2016) di Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis pernah bekerja sebagai Apoteker

Pendamping Apotek Menowo Magelang (2007), sebagai Apoteker Pengelola Apotek di

Apotek K-24 Gondomanan (2008), dan saat ini bekerja sebagai Kepala Instalasi Farmasi

Klinik Pratama Rawat Inap Multazam Wonosari sekaligus menjadi anggota Ikatan

Apoteker Indonesia cabang Gunung Kidul (2015 hingga sekarang).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI