PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS...

181
PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pendidikan Agama Katolik Oleh: Anastasia Ranasita Windi Hartoyo NIM: 121124060 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS...

Page 1: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI

DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN,

PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Pendidikan Agama Katolik

Oleh:

Anastasia Ranasita Windi Hartoyo

NIM: 121124060

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2017

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada

kedua orang tua (Bernadus Hartoyo dan Anastasia Budi Winarti) dan keluarga

umat Stasi Fransiskus Xaverius Kemranggen

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

v

MOTTO

“Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu.

Dan aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan

buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku

diberikan-Nya kepadamu”

(Yohanes 15:16)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka sebagaiamana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 26 Januari 2017

Penulis

Anastasia Ranasita Windi Hartoyo

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Anastasia Ranasita Windi Hartoyo

Nomor Mahasiswa : 121124060

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan wewenang kepada

perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah penulisan yang berjudul

“PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI

STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI

SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO” beserta perangkat yang diperlukan

(bila ada). Dengan demikian penulis memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk

media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara

terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan

akademis tanpa perlu minta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada

saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian

pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 26 Januari 2017

Yang menyatakan,

(Anastasia Ranasita Windi Hartoyo)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

viii

ABSTRAK

Judul skripsi PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN

EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS

KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO

dipilih berdasarkan rasa keingintahuan penulis akan tanggapan umat mengenai

penggunaan Bahasa Jawa dalam Perayaan Ekaristi. Stasi St. Fransiskus Xaverius

Kemranggen, Paroki Kutoarjo salah satu Gereja yang sampai saat ini masih

mempertahankan Bahasa Jawa dalam Perayaan Ekaristi.

Penulis ingin menguraikan inkulturasi yang digunakan sebagai sarana

penghayatan iman umat dalam Gereja. Penulisan skripsi ini bertolak dari

Sacrosanctum Concilium (SC) no. 36 yang menyatakan bahwa penggunaan

bahasa setempat akan lebih bermanfaat bagi umat. Gereja menyatakan

keterbukaan dirinya akan dunia luar dengan inkulturasi sebagai pemanfaatan

budaya setempat untuk mempermudah menyampaikan kabar gembira dari Tuhan.

Persoalan pokok dalam penulisan skripsi ini ialah tanggapan umat

mengenai penggunaan Bahasa Jawa dalam Perayaan Ekaristi di zaman sekarang,

terutama yang dihadapi oleh kaum muda. Kaum muda di zaman sekarang ini

cenderung kurang memperhatikan budaya sendiri, mereka lebih mudah mengikuti

perkembangan zaman. Diperlukan kesadaran kaum muda untuk tetap berpegang

pada kebudayaan supaya tidak hilang tergerus oleh perkembangan zaman. Untuk

mengkaji permasalahan tersebut maka diperlukan data yang akurat untuk dapat

memperoleh gagasan-gagasan sebagai upaya untuk dapat membantu

meningkatkan penghayatan kaum muda dalam Perayaan Ekaristi.

Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh kaum muda di Stasi St.

Fransiskus Xaverius Kemranggen untuk dapat menyadarkan kaum muda agar

dapat mempelajari Bahasa Jawa sehingga mereka mampu untuk menghayati

Perayaan Ekaristi ialah dengan katekese dengan model Shared Christian Praxis.

Katekese yang digunakan ialah untuk membantu kaum muda dalam menghadapi

kesulitan-kesulitan dalan mengikuti Perayaan Ekaristi Bahasa Jawa berdasarkan

pengalaman yang mereka alami. Katekese ini berdasarkan pengalaman hidup dan

melibatkan umat secara aktif selama proses berkatekese.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

ix

ABSTRACT

The title of this undergraduate thesis is USING JAVANESE LANGUAGE IN

EUCHARIST CELEBRATION IN ST. FRANCIS XAVIER DISTRICT

KEMRANGGEN, ST. JOHN PARISH, KUTOARJO was selected to satisfy the

writer’s curiosity of people’s response about the use of Javanese in the celebration of the

Eucharist. St. Francis Xavier District Kemranggen is one of the Church until today which

still maintains the Javanese in the celebration of the Eucharist.

The writer would like to explain the inculturation used as a means of appreciation

of the faith of the Church. This was based on Sacrosanctum Concilium (SC) no. 36 which

states that the use of local languages will be more beneficial to the people. The Church

expresses her openness to the outside world as the inculturation of the local cultural use to

facilitate to convey the good news of God.

A key issue in this undergraduate thesis is the notion of people's use of Javanese

in the celebration of the Eucharist today, particularly that of young people. Young people

these days tend to pay less attention to their own culture, and they are easier to keep

abreast of the times. Needed awareness of young people need to be aware of sticking on

their own culture so that it does not disappear the times. To solve the problems it is

necessary to gain accurate data in order to obtain ideas in an effort to help increassing the

appreciation of young people of the Eucharist.

One way that can be done by young people in the St. Francis Xavier District

Kemranggen is to learn Javanese so that they are able to live in the celebration of the

Eucharist by means of catechesis with Christian Shared Praxis model. Catechesis used is

to help young people facing difficulties following the celebration of the Eucharist in

Javanese based on their experiences. This catechesis is based on experiences and involves

the people activity in the process of catechesis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah Bapa karena kasih dan penyertaanNya penulis

dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PENGGUNAAN BAHASA JAWA

DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS

XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL

KUTOARJO. Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk mengetahui pandangan

umat terhadap penggunaan Bahasa Jawa dalam Perayaan Ekaristi Stasi St.

Fransiskus Xaverius Kemranggen. Bahasa Jawa yang merupakan bahasa sehari-

hari menjadi sarana untuk mempermudah umat dalam berkomunikasi lebih

mendalam kepada Allah ditengah arus kebudayaan lain pada zaman sekarang ini.

Tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan berbagai

pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini, penulis

mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. B.A. Rukiyanto, SJ selaku dosen pembimbing utama yang telah

membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan memberikan masukan-

masukan, sehingga penulis dapat termotivasi dalam penulisan skripsi ini.

2. YH. Bintang Nusantara SFK, M.Hum selaku dosen penguji kedua yang telah

memberikan waktu dan senantiasa membimbing dengan penuh kesabaran

serta memberi masukan demi penyelesaian penulisan skripsi ini.

3. Drs. L. Bambang Hendarto Y. M.Hum selaku dosen penguji ketiga yang telah

menguji dan memberi masukan demi penyelesaian penulisan skripsi ini.

4. Segenap Staf Dosen Prodi Pendidikan Agama Katolik, Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma yang telah mendidik dan

membimbing penulis selama belajar hingga selesainya skripsi ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

xi

5. Segenap Staf Sekretariat dan Perpustakaan Prodi Pendidikan Agama Katolik,

serta seluruh karyawan bagian lain yang telah memberi dukungan kepada

penulis dalam penulisan skripsi ini.

6. Rm. Y Lasono Wibowo MSC dan Rm. Al Y Sukirdi MSC selaku romo

Paroki St. Yohanes Rasul Kutoarjo yang telah memberikan izin dan dukungan

untuk mengadakan wawancara kepada umat di Stasi St. Fransiskus Xaverius

Kemranggen.

7. Kedua orangtua (Bernadus Hartoyo dan Anastasia Budi Winarti) dan keluarga

yang telah memberikan dukungan dan perhatian kepada penulis dalam

menyelesaikan penulisan skripsi ini.

8. Agustinus Dwi Riyanto sahabat terkasih yang telah memberikan perhatian

dan dukungan dalam penulisan skripsi ini.

9. Kepada seluruh umat Stasi St. Fransiskus Xaverius yang telah meluangkan

waktu dan bersedia menjadi responden penelitian sehingga penulis dapat

memperoleh data untuk dijadikan sumber penelitian.

10. Teman-teman angkatan 2012 yang selalu memberikan dukungan dan

masukan dalam penulisan skripsi ini.

11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang selama ini

dengan tulus memberikan bantuan hingga selesainya penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman dalam

penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik

dari apara pembaca demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

xii

semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang

berkepentingan.

Yogyakarta, 26 Januari 2017

Penulis

Anastasia Ranasita Windi Hartoyo

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................................. ii

PENGESAHAN.............................................................................................. iii

PERSEMBAHAN........................................................................................... iv

MOTTO.......................................................................................................... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA......................................................... vi

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI..................................................... vii

ABSTRAK...................................................................................................... viii

ABSTRACT...................................................................................................... ix

KATA PENGANTAR.................................................................................... xi

DAFTAR ISI................................................................................................... xiii

DAFTAR SINGKATAN................................................................................ xviii

BAB I. PENDAHULUAN.............................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah.....................................................................

B. Rumusan Masalah...............................................................................

C. Tujuan Penulisan.................................................................................

D. Manfaat Penulisan...............................................................................

E. Metode Penulisan................................................................................

F. Sistematika Penulisan.........................................................................

4

4

4

5

5

5

BAB II. PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN

EKARISTI.......................................................................................

7

A. Liturgi dalam Konsili Vatikan II.........................................................

1. Konsili Vatikan II membuka Pandangan Baru.............................

2. Pembaharuan Liturgi.....................................................................

3. Maksud Pembaharuan Liturgi.......................................................

B. Inkulturasi dalam Gereja Katolik........................................................

1. Inkulturasi Gereja..........................................................................

2. Inkulturasi Liturgi.........................................................................

C. Penggunaan Bahasa Jawa dalam Liturgi Gereja Katolik....................

7

7

8

12

14

14

16

17

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

xiv

1. Bahasa Liturgi...............................................................................

2. Bahasa Jawa sebagai Bahasa Liturgi............................................

a. Bahasa Jawa............................................................................

b. Asal Mula Penggunaan Bahasa Jawa dalam Liturgi...............

D. Penggunaan Bahasa Jawa dalam Perayaan Ekaristi untuk membantu

Penghayatan Iman Umat.....................................................................

1. Perayaan Ekaristi Menurut Konsili Vatikan II..............................

a. Ekaristi sebagai Sumber dan Puncak Kehidupan Gereja........

b. Ekaristi sebagai Perayaan Gereja............................................

c. Ekaristi sebagai Pusat Liturgi.................................................

d. Ekaristi sebagai Kurban..........................................................

e. Ekaristi sebagai Perjamuan.....................................................

f. Ekaristi sebagai Sakramen......................................................

2. Memaknai dan Menghayati Perayaan Ekaristi melalui Bahasa

Jawa...............................................................................................

a. Ritus Pembuka........................................................................

b. Liturgi Sabda...........................................................................

c. Liturgi Ekaristi........................................................................

d. Ritus Penutup..........................................................................

3. Partisipasi Umat dalam Ekaristi Bahasa Jawa..............................

E. Tantangan Penggunaan Bahasa Jawa dalam Perayaan Ekaristi pada

Masa Sekarang....................................................................................

1. Menghayati Ekaristi dalam Hidup Sehari-hari.............................

2. Tantangan Penggunaan Bahasa Jawa dalam Perayaan Ekaristi....

17

18

18

20

21

21

22

23

24

24

25

26

26

27

27

29

32

35

37

37

40

BAB III. PENELITIAN TENTANG PENGGUNAAN BAHASA JAWA

DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI ST.

FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN.............................

42

A. Gambaran Umum Umat Stasi St. Fransiskus Xaverius

Kemranggen........................................................................................

1. Sejarah Singkat Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen........

2. Letak Geografis Stasi St. Fransiskus Xaverius

Kemranggen..................................................................................

3. Jumlah Umat Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen............

43

43

44

45

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

xv

4. Pelaksanaan Ekaristi di Stasi St. Fransiskus Xaverius

Kemranggen..................................................................................

5. Tantangan yang dihadapi oleh Umat di Stasi St. Fransiskus

Xaverius Kemranggen..................................................................

B. Penelitian Mengenai Penggunaan Bahasa Jawa dalam Perayaan

Ekaristi di Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen, Paroki

Kutoarjo..............................................................................................

1. Latar Belakang Fokus Penelitian..................................................

a. Keadaan Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen.............

b. Penelitian yang Relevan..........................................................

2. Rumusan Masalah.......................................................................

3. Tujuan Penelitian..........................................................................

4. Metode Penelitian.........................................................................

5. Responden Penelitian....................................................................

6. Teknik Pengumpulan Data............................................................

7. Tempat dan Waktu Penelitian.......................................................

8. Variabel Penelitian........................................................................

9. Kisi-kisi Penelitian........................................................................

C. Pembahasan Hasil Penelitian tenang Pengunaan Bahasa Jawa dalam

Perayaan Ekaristi di Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen…...

1. Hasil Penelitian ............................................................................

a. Hasil Penelitian Wawancara...................................................

b. Hasil Penelitian (Focused Group Discussion) FGD...............

2. Pembahasan Penelitian..................................................................

a. Pandangan umat Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen

tentang Penggunaan Bahasa Jawa dalam Perayaan Ekaristi...

b. Penggunaan Bahasa Jawa dan Penghayatan Perayaan

Ekaristi Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen...............

c. Usulan atau Harapan Umat terhadap Penggunaan Bahasa

Jawa dalam Perayaan Ekaristi di Stasi St. Fransiskus

Xaverius Kemranggen............................................................

D. Kesimpulan Penelitian........................................................................

45

47

48

48

48

49

51

51

51

52

53

53

54

54

57

57

57

66

74

74

80

84

86

BAB IV. KATEKESE MODEL SCP (SHARED CHRISTIAN PRAXIS)

SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PENGHAYATAN

AKAN PERAYAAN EKARISTI BAGI KAUM MUDA DI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

xvi

STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS

KEMRANGGEN............................................................................

91

A. Berbagai Upaya untuk Meningkatkan Penghayatan akan

Perayaan..............................................................................................

1. Pentingnya Penjadwalan Misa......................................................

2. Perayaan Ekaristi untuk Kaum Muda...........................................

3. Katekese bagi Kaum Muda dengan Model SCP...........................

B. Katekese bagi Kaum Muda sebagi salah satu Upaya Meningkatkan

Penghayatan akan Perayaan Ekaristi..................................................

1. Pengertian Katekese......................................................................

2. Tujuan Katekese............................................................................

3. Model Katekese............................................................................

a. Tiga komponen utama dalam SCP..........................................

b. Langkah-langkah Model SCP.................................................

C. Usulan Program Katekese dengan Model SCP...................................

1. Latar Belakang Pemilihan Program..............................................

2. Tema dan Tujuan Program............................................................

3. Petunjuk Pelaksanaan Program.....................................................

4. Penjabaran Program......................................................................

D. Contoh Satuan Program Katekese Model SCP...................................

92

92

93

94

95

95

97

99

100

102

105

105

107

109

111

114

BAB V. PENUTUP........................................................................................ 129

A. Kesimpulan.........................................................................................

B. Saran...................................................................................................

129

133

Lampiran

Lampiran 1. Surat ijin penelitian…………………………………………… (1)

Lampiran 2. Hasil wawancara………………………………………………. (2)

Lampiran 3. Teks Lagu SCP (SHARED CHRISTIAN PRAXIS)……………. (29)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

xvii

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Teks Kitab Suci

Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci

Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru: dengan pengantar dan catatan singkat.

(Dipersembahkan kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik

Departemen Agama Republik Indonesia dalam rangka PELITA IV).

Ende:Arnoldus. 1984/1985, hal. 8.

B. Singkatan Dokumen Gereja

CT :Catechesi Tradendae, Anjuran Apostoik Paus Paulus II

kepada para uskup, klerus, dan segenap umat beriman

tentang Katekese Masa Kini, 16 Oktober 1979.

GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral dalam Konsili

Vatikan II tentang Gereja di Dunia Dewasa ini, 7 Desember

1965

LG : Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatis dalam Konsili

Vatikan II tentang Gereja, 21 November 1964

PO : Presbyterium Ordinis, Dekrit dalam Konsili Vatikan II

tentang Pelayanan dan Kehidupan para Imam, 7 Desember

1965

SC : Sacrosanctum Concilium, Konstitusi dalam Konsili

Vatikan II tentang Liturgi Suci, 4 Desember 1963

C. Singkatan Lain

AYD : Asian Youth Day

EKM : Ekaristi Kaum muda

FX : Fransiscus Xaverius

FGD : Focused Group Discussion

KAS : Keuskupan Agung Semarang

KWI : Konferensi Waligereja Indonesia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

xviii

Mgr : Monsinyur

MSC : Missionari Sacratissimi Cordies Jesu (Misionaris Hati

Kudus Yesus)

OMK : Orang Muda Katolik

PIOM : Pembinaan Iman Orang Muda

PKKI : Pertemuan Kateketik Keuskupan se Indonesia

PUMR : Pedoman Umum Misale Romawi

PWI : Panitia Waligereja Indonesia

St. : Santa/Santo

SJ : Societas Jesu (Serikat Yesus)

Pr : Presbiter (Imam Diosesan)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

BAB I

PENDAHULUAN

Pada Bab I ini, penulis akan menjelaskan latar belakang penulisan,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penulisan dan

sistematika penulisan.

A. Latar Belakang

Konsili Vatikan II yang diselenggarakan pada tahun 1962 dan berakhir

tahun 1965, Paus Yohanes XXIII sebagai pemarkasa diadakannya suatu

konsili, namun beliau wafat sebelum konsili tersebut selesai, kemudian di

lanjutkan oleh Paus Paulus VI. Paus Yohanes XXIII mempunyai gagasan-

gagasan baru mengenai konsili yang akan diadakan, jika pada Konsili Vatikan

I diselenggarakan guna memecahkan masalah sengketa doktrin dan yurisdiksi

di dalam Gereja, Konsili kedua ini bersifat pastoral (Beding, 1997:21). Konsili

ini membawa Gereja ke dalam dunia modern dan masalah yang dihadapi. Paus

Yohanes XXIII juga meyakini bahwa Konsili Vatikan II ini menjadi peluang

bagi Gereja untuk memahami dan menghadapi dunia yang baru ini dengan

terang Injil Yesus Kristus, menyadari tugas perutusan ditengah dunia serta

kebudayaan semakin disekularisasikan.

Konsili Vatikan II menghasilkan 16 dokumen yang terdiri dari 4

konstitusi, 9 dekrit dan 3 pernyataan yang mencakup berbagai topik yang luas

mengenai ekumene, liturgi, pendidikan imam, misi dan kerasulan awam serta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

2

kebebasan dalam beragama. Pada akhirnya konsili yang dipimpin oleh Paus

Paulus VI sebagai pengganti Paus Yohanes XXIII menyadari apa yang

menjadi harapan dari Paus Yohanes XXIII yaitu suatu arggiornamento yaitu

suatu pembaharuan Gereja dari segi internal (Beding, 1997:21-22).

Sacrosanctum Concilium (SC) Salah satu konstitusi yang dihasilkan

oleh Konsili Vatikan II yang berbicara mengenai pembaharuan liturgi dengan

tujuan supaya umat senantiasa dapat memahami dan memperoleh berkah dari

apa yang umat rayakan secara bersama-sama, pemaharuan yang dimaksud

ialah unsur-unsur yang disesuaikan dengan keadaan umat. Seperti apa yang

menjadi keyakinan Paus Yohanes XXIII bahwa kebudayaan semakin

disekurarisasikan, tidak luput apabila bermula dari Gereja Lokal, yaitu gereja

yang tumbuh dan berakar di tengah-tengah rakyat (Madya Utama,Ig.

2010:26). Di Indonesia perlahan menjadi Gereja Lokal yang mandiri dengan

lahirnya biarawan biarawati pribumi, salah satunya yaitu Soegijapranata SJ,

beliau merupakan uskup pribumi yang pertama (Beding, 1997:24). Berbicara

Gereja Lokal maka tidak lepas dari inkulturasi di mana Gereja Lokal yaitu

Gereja yang sungguh-sungguh bertumbuh dari kebudayaan setempat,

menghargai nilai-nilai dan tradisi setempat serta bahasa yang diinkulturasikan

ke dalam tata cara Katolik.

Syarat inkultursi yang benar yaitu menyadari dan mengakui adanya

interaksi timbal balik antar agama dan kebudayaan (Kirchberger, 1995:92).

Salah satu inkulturasi yang diterima dalam Gereja Indonesia ialah penggunaan

bahasa Jawa dalam Perayaan Ekaristi yang dirasa lebih mempermudah dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

3

dimengerti oleh umat setempat serta sanara pengungkapan iman umat kepada

Allah. Demi terjalinnya suatu komunikasi dua arah antara manusia dengan

Tuhan maka harus memperhatikan bahasa, walaupun Tuhan maha mengetahui

apapun bahasa yang digunakan oleh manusia. Inkulturasi bahasa inilah yang

terjadi di Stasi Fransiskus Xaverius Kemranggen, Paroki Kutoarjo, Keuskupan

Purwokerto yang mengunakan Bahasa jawa dalam setiap Perayaan Ekaristi

maupun ibadat-ibadat lainnya. Melihat kenyataan yang terjadi bahwa

kebudayaan setempat khususnya bahasa yang semakin luntur dengan

kebudayaan baru, maka menimbulkan masalah tersendiri di dalam Perayaan

Ekaristi. Orang tua dirasa masih mahir dalam berbahasa Jawa dan dengan

mudah mengerti dan dapat membantu menghayati dalam Perayaan Ekaristi

tanpa terkendala bahasa, karena bahasa jawalah yang sejak dulu menjadi

bahasa mereka. Namun untuk anak-anak jaman sekarang ataupun umat

pendatang, mereka cenderung tidak mengerti arti bahasa jawa yang digunakan

dalam Perayaan Ekaristi sehingga tidak sungguh-sungguh memahaminya.

Konsili Vatikan tentang Liturgi yang merangkul budaya setempat telah

diterapkan oleh Gereja Indonesia. Berbagai inkulturasi dengan budaya

setempat telah masuk kedalam Gereja, seperti halnya penggunaan Bahasa

Jawa dalam perayaan Ekaristi khususnya di daerah Jawa sebagai sarana untuk

mempermudah pengungkapan iman umat. Namun, dengan melihat perubahan-

perubahan manusia dimasa modern ini, kebudayaaan setempat seringkali

tersingkirkan dan berganti dengan budaya baru. Dengan demikian apakah

kebudayaan setempat sungguh-sungguh masih dapat membantu umat dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

4

menghayati imannya di tengah arus budaya modern yang semakin menggerus

kebudayaan setempat.

Untuk dapat mengetahui tanggapan umat terhadap penggunaan Bahasa

Jawa dalam perayaan Ekaristi di Paroki Kutoarjo khususnya di Stasi

Kemranggen. Penulis mengemukakan gagasan-gagasan sesuai dengan

kenyataan yang dialami oleh umat setempat, sehingga penulis mengambil

judul: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN

EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS KEMRANGGEN,

PAROKI KUTOARJO

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pandangan umat Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen

mengenai Bahasa Jawa dalam Perayaan Ekaristi?

2. Apakah penggunaan Bahasa Jawa dapat membantu penghayatan umat

dalam mengikuti Perayaan Ekaristi?

3. Apakah yang menjadi harapan umat Stasi St. Fransiskus Xaverius

Kemranggen terhadap penggunaan Bahasa Jawa?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pendapat umat Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen

mengenai Bahasa Jawa dalam Perayaan Ekaristi.

2. Mengetahui peran Bahasa Jawa dalam Perayaan Ekaristi terhadap umat

Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

5

3. Mengetahui harapan umat Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen

terhadap penggunaan Bahasa Jawa dalam Ekaristi.

D. Manfaat Penelitian

1. Dapat mengetahui pandangan umat Stasi St. Fransiskus Xaverius

Kemranggen mengenai Bahasa Jawa dalam Perayaan Ekaristi.

2. Dapat mengetahui penghayatan umat Stasi St. Fransiskus Xaverius

Kemranggen dalam mengikuti Perayaan Ekaristi dengan menggunakan

Bahasa Jawa, sehingga Perayaan Ekaristi sungguh dirayakan oleh seluruh

umat yang hadir.

3. Mengetahui yang menjadi harapan umat Stasi St. Fransiskus Xaverius

Kemranggen terhadap penggunaan Bahasa Jawa dalam Ekaristi.

E. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penulisan ialah dengan metode

pendekatan deskriptif analisis yaitu memaparkan, menguraikan dan

menganalisis data yang ada, untuk melengkapi data digunakan metode

penelitian kualitatif. Data diperoleh melalui pengalaman dan wawancara untuk

dapat membantu memperoleh data dari lapangan.

F. Sistematika Penulisan

Secara keseluruhan penulisan ini dibagi menjadi lima bab. Perincian ialah

sebagai berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

6

BAB I: Pendahuluan yang berisi latar belakang penulisan, rumusan masalah,

tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan

sistematika penulisan.

BAB II: Bagian ini memaparkan unsur-unsur peranan penggunaan bahasa

dalam Perayaan Ekaristi meliputi dua hal pokok yaitu: liturgi dalam

Konsili Vatikan II, inkuturasi dalam Gereja Katolik, Penggunaan

Bahasa Jawa dalam Liturgi Gereja Katolik, Penggunaan Bahasa Jawa

dalam liturgi Gereja Katolik dan Penghayatan Ekaristi, Penggunaan

Bahasa Jawa dalam Perayaan Ekaristi untuk Membantu Penghayatan

Iman umat dan tantangan penggunaan Bahasa Jawa dalam masa

sekarang.

BAB III: Bab ini berisi Penggunaan Bahasa Jawa dalam Ekaristi di Stasi St.

Fransiskus Xaverius Kemranggen yang meliputi: gambaran umum

umat Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen, penggunaan bahasa

Jawa dalam Ekaristi dan penelitian serta pembahasannya.

BAB IV: Bab ini memaparkan mengenai usulan program untuk meningkatkan

penghayatan umat dalam mengikuti Ekaristi.

BAB V: Penutup yang berisi kesimpulan dan saran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

BAB II

PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI

Pada Bab II menguraikan penggunaan Bahasa Jawa dalam Ekaristi yang

meliputi dua hal pokok yaitu: penggunaan Bahasa Jawa dalam Ekaristi dan

penghayatan Sakramen Ekaristi. Berawal dengan penelitian yang sudah ada

sebelumnya. Selanjutnya pembahasan tentang penggunaan Bahasa Jawa meliputi:

liturgi dalam Konsili Vatikan II, inkulturasi dalam Gereja Katolik. Pembahasan

tentang penghayatan Sakramen Ekaristi meliputi: Penggunaan Bahasa Jawa dalam

Liturgi Gereja Katolik, Penggunaan Bahasa Jawa dalam liturgi Gereja Katolik dan

Penghayatan Ekaristi, Penggunaan Bahasa Jawa dalam Perayaan Ekaristi untuk

Membantu Penghayatan Iman umat dan tantangan penggunaan Bahasa Jawa

dalam masa sekarang. Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai penggunaan

Bahasa Jawa dalam Ekaristi dan penghayatannya.

A. Liturgi dalam Konsili Vatikan II

1. Konsili Vatikan II membuka Pandangan Baru

Konsili Vatikan II yang diprakarsai oleh Paus Yohanes XXIII telah

membuat gebrakan baru dalam sejarah Gereja. Beliau menyerahkan seluruh

agenda konsili kepada para uskup. Dengan harapan yang berkali-kali

diserukan oleh Paus Yohanes XXIII yaitu suatu pembaharuan untuk

menghadapai dan membaca tanda-tanda jaman, serta upaya menyatukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

8

kembali Gereja-Gereja Protestan. Gereja ingin melahirkan kesetiakawanan

kepada kaum miskin dan menjadi Gereja kaum miskin.

Gereja hadir bukan untuk dirinya sendiri malainkan terbuka untuk

setiap orang. Konsili yang diselenggarakan tidak hanya memecahkan doktrin-

doktrin dalam Gereja. Paus Yohanes XXIII berpandangnya membawa Gereja

kepada dunia luar dan masalah-masalahnya. Para peserta konsili membuka

konsili dengan membahas mengenai pembaharuan liturgi. Upaya

pembaharuan liturgi pada saat itu sudah mulai ditangani, sehingga mengawali

konsili dengan pembaharuan liturgi menjadi keuntungan yaitu karena

merupakan pembaharuan gerejawi yang serentak dirasakan oleh seluruh umat

Katolik sedunia.

2. Pembaharuan Liturgi

Sacrosanctum Concilium sebagai salah satu dokumen yang dihasilkan

dalam Konsili Vatikan II pada bagian tiga secara lebih rinci membahas

pembaharuan liturgi dengan tujuan supaya umat dapat memahami dan

memperoleh berkah melimpah dari apa yang mereka rayakan. Dalam liturgi

terdapat unsur-unsur yang tidak dapat diubah karena berasal dari Allah dan

ada pula unsur-unsur yang lebih baik disesuaikan dengan keadaan umat.

Dengan memperbaharui naskah-naakah dalam upacara perayaan menjadi

lebih sederhana dan jelas bagi umat, sehingga dapat diikuti secara penuh dan

aktif dengan cara khas umat (SC 21). Namun hak dan wewenang dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

9

pembaharuan liturgi ialah Tahta Apostolik dengan menurut kaidah-kaidah

(SC 22).

Pembaharuan dalam Sacrosanctum Concilium antara lain dengan

membacakan Kitab Suci dengan jelas, dan mazmur dinyanyikan. Melalui

pembacaan Kitab Suci maka umat dapat menghaturkan permohonan, doa dan

mahda-mahda liturgi (SC 24). Peninjauan buku-buku liturgi (SC 25). Liturgi

sebagai suatu perayaan bersama sebagai sakramen kesatuan, hendaknya umat

ikut serta secara aktif (SC 26). Petugas misa harus sungguh-sungguh

menghayati sepenuh hati apa yang menjadi tugas dan tanggungjawab demi

kelancaran Perayaan Liturgi (SC 29). Keaktifan umat dengan aklamasi,

jawaban-jawaban, pendarasan mazmur. Saat hening dan khidmat (SC 30).

Penggunaan bahasa pribumi yang dirasa lebih bermanfaat bagi umat dalam

menghayati apa yang mereka rayakan bersama-sama (SC 36)

Kata liturgi berasal dari kata Yunani leitorgia yang berarti pelayanan

kepada masyarakat. Artinya bahwa Allah mengikutsertakan manusai dalam

misteri Paskah melalui pewartaan dan tanda sakramental. Dengan demikian,

seseorang yang telah diselamatkan mampu mengucapkan syukur kepada

Allah. Dokumen SC menegaskan kembali bahwa liturgi bukan hanya sebagai

kegiatan manusia melaikan suatu karya Allah “melalui liturgilah, terutama

dalam kurban Ilahi Ekaristi, terlaksana karya penebusan”. Segala karya

penyelamatan Allah tertuang bagi manusia dan manusia memberi jawaban

melalui ucapan syukur dan membagikan kepada sesama. Liturgi ialah suatu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

10

perayaan bersama dimana karya penyelamatan Allah dikenangkan, dengan

ibadat maka karya Allah terlaksana (Rukiyanto, 2012: 145-150).

Paus Fransiskus dalam homilinya, mengenang 50 tahun setelah

Konsili Vatikan II menegaskan maksud dari pembaharuan liturgi, melalui

liturgi diharapkan setiap umat beriman sungguh mendengarkan suara Tuhan

yang senantiasa menuntun kearah kebenaran dan kesempurnaan dalam

beriman Kristen. Pembaharuan liturgi bermaksud untuk mengaitkan liturgi

dengan kehidupan sehari-hari, liturgi dengan Sabda Tuhan. Sehingga apa

yang telah didengarkan, dihayati dan diperoleh dalam liturgi senantiasa

diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Liturgi menjadi lebih sederhana dan

melibatkan umat untuk turut serta merayakan liturgi.

Dalam Sacrosanctum Concilium, Konstitusi Konsili Vatikan II

tentang Liturgi Suci, artikel 50 dijelaskan mengenai pembaharuan liturgi

dengan lebih sederhana dan mudah ditangkap oleh umat.

Tata perayaan Ekaristi hendaknya ditinjau kembali sedemikian rupa

sehingga lebih jelaslah makna setiap bagiannya serta hubungannya

satu dengan yang lain. Dengan demikian, umat beriman akan lebih

mudah ikut serta dengan khidmat dan aktif.maka dari itu hendaknya

upacara-upaara disederhanakan, dengan tetap mempertahankan hal-hal

yang pokok. Hendaknya dihilangkan saja semua pengulangan dan

tambahan yang kurang berguna, yang muncul dalam perjalanan

sejarah. Sementara beberapa hal, yang telah memudar karena dikikis

waktu hendaknya dihidupkan lagi selaras dengan kaidah-kaidah

semasa para Bapa Gereja, bila itu tampaknya memang berguna atau

perlu.

SC 50 membahas lebih luas terlebih mengenai keperluan pengguanaan

bahasa setempat dalam Perayaan Ekaristi. Pola menyederhanakan ini pula

bertolak dari Gereja Romawi yang lebih praktis dan mudah dipahami oleh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

11

umat, sehingga umat diharapkan akan lebih berperan aktif dalam setiap ritus

perayaan. Demi terwujudnya peran serta oleh seluruh umat yang mengikuti

perayaan Ekaristi maka dibutuhkan kesederhanaan sehingga mudah

dimengerti dan diserap oleh umat. Pembaharuan liturgi ini bertolak dari

tuntutan kebutuhan umat dalam merayakan Perayaan Ekaristi sehingga umat

dapat mengikuti secara sadar, utuh dan penuh untuk dapat menghidupi

seluruh hidup dengan menjadi umat yang ekaristis.

Demi terwujudnya SC 50 maka hal-hal praktis dalam pembaharuan

dengan kesederhanaan supaya mudah dimengerti, diawali dengan keberadaan

tempat untuk Liturgi Sabda ialah mimbar, sedangkan altar digunakan untuk

Liturgi Ekaristi. Kursi pemimpin tempat imam untuk memimpin ritus

pembuka ataupun penutup. Sabda Allah dibacakan dengan menghadap arah

umat, serta dalam penerimaan komuni disertai kata-kata “Tubuh Kristus” dan

umat menjawab dengan “Amin”. Untuk lebih mengidupi peran serta umat,

disediakanlah bahan-bahan perarakan (Cunha, 2012:111-115).

Dalam Pedoman Umum Misale Romawi (PUMR) no. 387 dikatakan

bahwa sejumlah penyesuaian liturgi menjadi wewenang Uskup diosesan atau

Konferensi Uskup. Uskup yang berwewenang haruslah menjadi penggerak,

pengatur dan pengawas kehidupan liturgi di wilayah keuskupannya. Dengan

berdasar pada kaidah-kaidah hukum yang berlaku. Hingga pada akhirnya

seluruh penyesuaian terhadap liturgi ke dalam budaya maupun bahasa

setempat dilaksanakan sesuai dengan yang tercantum dalam SC 50.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

12

3. Maksud Pembaharuan Liturgi

Pembaharuan liturgi dalam Konsili Vatikan II mengubah wajah baru

dalam hal liturgi. Pada mulanya seorang imam yang merayakan Misa,

sedangkan umat-awam hanya duduk diam sambil berdoa secara pribadi.

Seluruh Perayaan Ekaristi dibisikkan oleh pastor dalam Bahasa Latin. Posisi

duduk Pastor yang membelakangi umat, rumusan selalu sama dan sudah

baku, sehingga imam senantiasa sudah hafal namun ada pula yang masih

menggunakan buku misa. Misa berlangsung sangat singkat tidak lebih dari 20

menit karena imam membacakan rumusan dengan terburu-buru (Madya

Utama, 2015:11).

Adapun yang menjadi maksud pembaharuan liturgi bukan hanya

pembaruan demi pembaharuan melainkan seperti yang dicita-citakan dalam

SC 1 antara lain memperkembangkan hidup Kristen bagi umat beriman,

menyesuaikan tata hidup dalam dunia sekarang, mengusahakan demi

tercapainya kesatuan umat yang percaya kepada Kristus serta memperteguh

iman akan Yesus Kristus. Seluruh pembaharuan liturgi pada akhirnya

mengarah kepada penghayatan iman umat. Namun perlu disadari pula

pembaharuan liturgi bukan hanya mengenai bentuk-bentuk dan naskah liturgi

yang diubah melinkan demi keikutsertaan umat secara aktif dalam perayaan

liturgi sehingga umat dapat menghidupi kehidupan kristiani dan menemukan

sumber serta puncak dalam Perayaan Liturgi (Stolk, 1979:7-9).

Dalam homili mengenang 50 tahun Konsili Vatikan II dalam Misa

mengunakan Bahasa Italia di Paroki Segala Orang Kudus, Roma, Paus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

13

Fransiskus menegaskan kembali pembaharuan liturgi yang tercantum dalam

SC 14, pembaharuan liturgi bukan hanya memahami doktrin Gereja ataupun

suatu ritus yang harus dipenuhi, melainkan lebih dipahami sebagai sumber

kehidupan dalam perjalanan iman seluruh manusia. Liturgi merupakan suatu

perayaan kehidupan, merefleksikan kembali apa yang diimani dalam

kehidupan sehari-hari kehadapan Allah. Gereja mengundang umatnya supaya

apa yang mereka rayakan dan alami dalam kehidupan sehari-hari dapat

seimbang (Madya Utama, 2015:25-26).

Dalam hal ini liturgi menunjukan bagaimana mewujudkan dalam

hidup sehari-hari apa yang telah diterima dalam iman dan apa yang telah

dirayakan. Merayakan sakramen-sakramen terutama dalam Sakramen Ekaristi

yang diubah sedemikian dari sebelum Konsili Vatikan II. Umat tidak lagi

hanya menghadiri Perayaan Ekaristi yang diyarakan oleh imam melainkan

turut terta merayakannya Misa secara bersama-sama. Perubahan Bahasa Latin

ke bahasa setempat menyatakan cara Gereja memaknai persekutuan jemaat.

Menyambut hasil dari Konsili Vatikan II, setiap keuskupan di

Indonesia dengan penuh semangat melaksanakan sosialisasi khususnya

dokumen Sacrosanctum Concilium. Mgr. Van Bekkum, Uskup Ruteng pada

saat itu memberikan warna dan sebagai penasihat dalam pelaksaaan

pembaharuan liturgi. Gereja Indonesia disebut sebagai salah satu yang paling

awal dalam menerbitkan dan mensosialisasikan dekrit-dekrit pembaharuan

liturgi. Pengesahan SC pada tanggal 4 Desember 1963, pada Pekan Suci 1964

Pusat kateketik Indonesia sudah memberikan kebebasan dalam penggunaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

14

bahasa lokal dalam liturgi. Di Jawa sudah diterbitkan buku-buku Misa dalam

menggunakan Bahasa Jawa. Hal ini menjadi bukti bahwa Gereja Indonesia

tergolong cepat dalam mempraktekan dan mensosialisakan pembaharuan

liturgi (Martasudjita. 2014:61).

B. Inkulturasi Dalam Gereja Katolik

1. Inkulturasi Gereja

“Inkulturasi gereja adalah suatu usaha untuk mengikutsertakan

manusia dalam karya penciptaan baru dan penyelamatan yang dikerjakan oleh

Allah”. Allah senantiasa hadir, berkarya, dihayati dan diungkapkan oleh umat

melalui perbuatan dan perkataan. Dengan demikian sesuatu kebiasan baik

dalam peristiwa kehidupan sehari-hari ditafsirkan dengan iman yang

ditunjang dengan adat-istiradat yang ada dalam suatu masyarakat. Hal ini

dilakukan demi pengungkapan iman melalui kekayaan adat setempat,

sehingga umat dapat dengan bebas mengungkapkan iman dan ikut serta

dalam karya penyelamaan Allah (Sekretariat PWI Liturgi, 1980: 281)

Dalam seminar inkulturasi yang diadakan di Yogyakarta yang

digerakkan dan diatur oleh Fakultas Misiologi di Gregoriana Roma,

dirumuskan pengertian inkulturasi sebagai berikut:

Inkulturasi adalah suatu proses dimana persekutuan gereja

menghidupi iman dan pengalaman kristennya dalam konteks

kebudayaan tertentu, sehingga penghayatan ini tidak hanya dapat

diungkapkan lewat elemen-elemen kebudayaan setempat, melainkan

menjadi satu kekuatan yang menjiwai, membentuk dan secara

mendalam membaharui kebudayaan itu, sehingga terciptalah pola-pola

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

15

baru persekutuan dan komunikasi dalam kebudayaan dan di luar

kebudayaan itu sendiri (Muda, 1992:34).

Pengertian tersebut dikatakan bahwa inkulturasi merupakan relasi

dinamis antara keselamatan Kristen dengan berbagai kebudayaan. Di

dalamnya terdapat proses dua arah yaitu percampuran antar warta kristen dan

kekhasan kristiani dengan kebudayaan. Penerimaan dalam kebudayaan

terhadap warta khas kristen, sebagai sikap keterbukaan diantaranya.

“Inkulturasi tidak hanya terbatas pada cara pengungkapan iman,

melainkan harus lebih mendalam yakni pada satu perayaan/selebrasi iman”

(Muda, 1992:87). Seperti yang dihasilkan Konsili Vatikan II dalam SC yaitu

usaha inkulturasi liturgi dengan kebudayaan setempat. Hal ini menjadi

penekanan kembali penyesuaian inkulturasi dengan berbagai bangsa dan

kebudayaan di seluruh dunia. Gereja sangat mendukung penyesuaian liturgi,

karena dengan demikian Gereja ikut serta dalam mengambil bagian dalam

kebudayaan asal supaya tidak terjadinya kekeliruan dalam liturgi.

Dengan demikian, mulailah dilaksanakannya pembaharuan liturgi

dengan merevisi kitab-kitab liturgi yang memberikan tempat perbedaan

sesuai dengan berbagai kebudayaan bangsa dan daerah. Hal ini menunjukan

pula keterbukaan dalam Gereja dengan menerima dan masuk ke dalam

kebudayaan setempat guna mempermudah setiap umat dalam menghayati

iman dalam Perayaan Ekaristi. Konstitusi Liturgi dalam pembaharuannya

tidak menggunakan kata inkulturasi melainkan dengan kata penyesuaian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

16

Melalui pengesahan dokumen Sacrosanctum Concilium, Gereja secara

resmi menyatakan diri bahwa Gereja tidak terikat hanya pada satu

kebudayaan saja, misalnya kebudayaan Romawi/Latin saja yang dipakai

dalam seluruh Tata Perayaan Liturgi sebelumnya. Begitu banyak perubahan

yang terjadi dalam Liturgi, maka hal ini semakin memanfaatkan harta

kekayaan budaya setempat sebagai cara pengungkapan iman (Muda, 1992:87-

93).

2. Inkulturasi Liturgi

Kemungkinan penyesuaian adaptasi Tata Perayaan Ekaristi dilakukan

oleh dua cara yaitu: akomodasi, penyesuaian ini berkaitan dengan unsur-

unsur perayaan tanpa mengubah struktur perayaan. Dalam hal ini yang dapat

disesuaikan ialah penggunaan bahasa, pilihan bacaan, doa-doa presidensial,

juga sikap tubuh yang disesuaikan dengan situasi dalam Perayaan Ekaristi.

Kedua ialah: adaptasi, penyesuaian ini berkaitan dengan unsur-unsur budaya.

Istilah adaptasi dikenal dengan kata inkulturasi sebagai penyesuaian budaya

secara umum. Wewenang adaptasi ialah Konferensi Waligereja karena

menyangkut hal-hal yang bersifat permanen. Misalnya gerak-gerik dan sikap

badan, nyanyian pembuka dan rumusan teks. Rumusan teks dapat dimengerti

sebagai usaha menerjemahkan ungkapan kata dari Bahasa Latin kedalam

Bahasa Indonesia, Bahasa Jawa, Bahasa Dayak dan sebagainya. Namun yang

menjadi persoalan ialah apakah pengungkapan bahasa tersebut sesuai dengan

bahasa setempat. Dalam hal ini yang menjadi perhatian ialah unsur kultural

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

17

secara teologis dan unsur kultural dalam masa sekarang ini (Cunha,

2012:119-122).

Kemungkinan inkulturasi liturgi yang diperbolehkan oleh Gereja

Indonesia antara lain musik misalnya dengan mengunakan gamelan dalam

budaya jawa, penggunaan bahasa jawa, musik rebana. Gedung Gereja

diinkuturasikan dengan ciri budaya setempat misalnya dengan mengusung

arsitek lokal, misalnya terdapat tokoh dalam wayang serta ornamen dalam

budaya Jawa. Lambang dalam Tabernakel dengan lambang gunungan

wayang, serta ritus dalam Perayaan Ekaristi, misalnya dengan menggunakan

bahasa setempat, misa syukur. Ruang penyesuaian yang terjadi dalam Gereja

antara lain bahasa, musik dan kesenian lainnya, hal ini seperti yang terdapat

dalam SC 36, sebagai berikut:

Akan tetapi, dalam Misa. Dalam pelayanan sakramen-sakramen, dan

dalam bagian-bagian liturgi lainnya, tidak jarang mengunakan bahasa

pribumi dapat sangat bermanfaat bagi umat. Maka seyogyanyalah hal

ini diberi kelonggaran yang lebih luas, terutama dalam bacaan-bacaan

dan ajakan-ajakan, dalam berbagai doa dan nyanyian

Di daerah-daerah tertentu terdapat berbagai macam kesenian yang

dimiliki yang berfungsi penting dalam kelangsungan beragama dan

bermasyarakat. Begitu juga dengan bahasa yang sangat berperan sebagai alat

berkomunikasi dengan sesama, hendaknya juga sarana sebagai komunikasi

dengan Tuhan dengan bahasanya sendiri (Mariyanto, 1997:274-275).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

18

C. Penggunaan Bahasa Jawa dalam Liturgi Gereja Katolik

1. Bahasa Liturgi

Dalam Sacrosantum Concilium, Konstitusi tentang Liturgi Suci art.

36, dikatakan bahwa Bahasa Latin hendaknya dipertahankan dalam ritus-ritus

lain. Namun dalam Misa, dalam pelayanan Sakramen-sakramen, maupun

bagian liturgi lainnya, bahasa pribumi lebih bermanfaat dan lebih dikenal oleh

umat. Oleh sebab itu maka diberi kelonggaran yang lebih luas. Pengunaan

bahasa inilah hendaknya mendapatkan persetujuan ataupun pengesahan dari

Tahta Apostolik. Penyesuaian bahasa dengan Gereja setempat dimaksudkan

supaya pesan Injil sungguh nyata diterima oleh umat.

Bahasa setempat membuat liturgi lebih mudah diikuti dan dimengerti,

mulai dari doa-doa, bacaan dan nyanyian dalam liturgi bisa langsung diserap

dan dihayati oleh umat setempat. Dengan bahasa setempat juga

memungkinkan umat untuk menyusun doa spontan dengan lebih mendalam

dan ekpresif sesuai dengan apa yang diinginkan. Bahasa setempatpun

membuat umat lebih berperan aktif, misalnya untuk menjadi lektor. Karena

mengunakan bahasa setempat, bahasa yang digunakan sehari-hari maka lebih

mudah dari pada menggunakan bahasa yang asing. Begitu juga dengan

nyanyian yang telah tersedia dengan bahasa setempat dengan teks yang telah

tersedia dan telah disahkan, misalnya dengan Kidung Adi untuk Bahasa Jawa,

yang berisi doa-doa, tata Perayaan Ekaristi serta nyanyian (Mariyanto,

1997:278-279).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

19

2. Bahasa Jawa sebagai Bahasa Liturgi

a. Bahasa Jawa

Magnis Suseno dalam buku Etnologi Jawa mendefinisikan mengenai

suku bangsa Jawa yaitu sebagai berikut: Suku Jawa adalah penduduk asli

pulau Jawa bagian tengah dan timur, kecuali pulau Madura. Selain itu,

mereka yang menggunakan bahasa Jawa dalam kesehariannya untuk

berkomunikasi juga termasuk dalam suku Jawa. Asal usul suku Jawa

berkaitan juga dengan bahasa yang digunakan, yaitu bahasa Jawa. Ada dua

jenis bahasa Jawa yang digunakan oleh masyarakat Jawa, yaitu: bahasa Jawa

Ngoko yaitu bahasa Jawa yang digunakan oleh orang yang sudah akrab,

dengan usia yang sepadan ataupun kepada orang yang status sosialnya lebih

rendah. Bahasa Jawa Krama digunakan kepada orang yang belum akrab,

orang muda kepada orang yang lebih tua ataupun kepada orang yang status

sosialnya lebih tinggi (Endraswara, 2015:169).

Sifat, karakter, pendidikan dan wawasan seseorang terlihat dari tutur

kata dan pilihan dalam berbahasa. Begitu juga dalam perayaan liturgi, bahasa

menjadi sangat penting yang menjadikan simbol liturgi. Sebelum Konsili

Vatikan II, Bahasa Latin merupakan bahasa resmi yang menyatukan seluruh

umat Katolik di dunia. Namun seiring dengan kebutuhan dan keterlibatan

umat dalam liturgi, dalam SC 36 memperkenankan pengunaan bahasa

pribumi yang dirasa lebih bermanfaat bagi seluruh umat. Begitu juga bagi

masyarakat Jawa maka akan lebih bermanfaat apabila perayaan Ekaristi

dengan menggunakan Bahasa Jawa. Seringkali beberapa umat yang kurang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

20

berminat dengan liturgi yang menggunakan Bahasa Jawa walaupun mereka

orang jawa.

Namun masih banyak pula yang masih mempertahankan penggunaan

Bahasa Jawa dalam liturgi. Bahasa yang memang menjadi bahasa sehari-hari

yang tentu saja akan lebih mudah umat dalam menghayati Ekaristi.

Penggunaan Bahasa Jawa dalam liturgi menyangkut segala aspek mulai dari

nyanyian, doa, maupun khotbahnya. Tata Perayaan Ekaristi Bahasa Jawa

yang digunakan yaitu Bahasa Jawa Krama Inggil, sedangkan dalam khotbah

biasanya menggunakan bahasa yang santai yang biasa digunakan oleh umat.

b. Asal Mula Penggunaan Bahasa Jawa dalam Liturgi

Bahasa sebagai sarana komunikasi bagi manusia mendapatkan

perhatian yang tinggi di dalam masyarakat pada umumnya. Begitu juga dalam

Gereja yang senantiasa memperhatikan kebutuhan umatnya. Seperti halnya

penggunaan bahasa dalam Ekaristi di daerah Jawa yang sampai saat ini masih

dipertahankan. Hal ini bermula dari para misionaris sebagai pembawa Agama

Katolik yang menyadari bahwa keberhasilan misinya di daerah Jawa

tergantung dari penguasaan bahasanya. Romo Van Lith, SJ salah satu

misionaris dari Belanda yang datang ke Indonesia pada bulan Oktober 1896,

jauh sebelum konsili Vatikan II diadakan.

Beliau ditugaskan sebagai misionaris di Jawa Tengah, yang sejak

kedatangannya di semarang Beliau berusaha keras untuk belajar Bahasa Jawa

serta adat istiadatnya sebagai salah satu kunci penting dalam menjalankan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

21

misi perutusannya. Beliau mengecam bahwa kemacetan dalam menjalankan

misi di Jawa kerena keterbatasan tentang bahasa dan perilaku orang Jawa.

Dalam misinya di Muntilan Romo Van Lith menampilkan figur Gereja yang

menyatu dan hidup berdampingan dengan umat walaupun di sisi lain ada pula

yang menganggapnya terlalu keras kepala.

Beliau juga menerjemahkan buku pelajaran agama dan doa-doa

kedalam Bahasa Jawa bukan hanya menerjemahkan dari Bahasa Belanda dan

Latin saja melainkan lebih mendalam lagi mengenai makna dan perasaan

yang mau diungkapkannya. Hal ini memerlukan waktu yang lama karena

beliau harus berkontak langsung dengan masyarakat sampai kraton

Yogyakarta (Hendarto, 1990: 114-118).

D. Penggunaan Bahasa Jawa dalam Perayaan Ekaristi untuk Membantu

Penghayatan Iman umat

1. Perayaan Ekaristi menurut Konsili Vatikan II

Istilah Ekaristi yang dihasilkan dalam Konsili Vatikan II terdapat

dalam dokumen Sacrosanctum Concilium, Lumen Gentium, Presbyterorum

Ordinis. Konsili Vatikan II tidak secara sistematis menyampaikan tema

Ekaristi. SC 47 secara singkat merumuskan mengenai Ekaristi, sebagai

berikut:

Pada perjamuan terakhir, pada malam Ia diserahkan, Penyelamat kita

mengadakan Kurban Ekaristi Tubuh dan Darah-Nya. Dengan

demikian, Ia mengabdikan Kurban Salib untuk selamanya, dan

mempercayakan kepada Gereja, Mempelai-Nya yang terkasih,

kenangan wafat dan kebangkitan-Nya: sakramen cinta kasih, lambang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

22

kesatuan, ikatan cinta kasih, perjamuan Paskah. Dalam perjamuan itu

Kristus disambut, jiwa dipenuhi rahmat, dan kita dipenuhi jaminan

kemuliaan akan datang.

Berdasarkan artikel dari SC dapat diperoleh beberapa kesimpulan

pokok dari Ekaristi yang dihasilkan oleh Konsili Vatikan II.

a. Ekaristi sebagai Sumber dan Puncak Kehidupan Gereja

Ekaristi sebagai sumber dan puncak hidup Gereja, Sacrosanctum

Concilium menyebutkan Ekaristi sebagai ”sumber dan puncak” seluruh

kegiatan Gereja, walaupun liturgi tidak mencakup seluruh kegiatan Gereja.

Liturgi sebagai puncak seluruh kegiatan Gereja dan sebagai sumber daya-

kekuatan (SC 10). Liturgi mendorong umat beriman supaya setelah mereka

dipuaskan dengan sakramen-sakramen dipersatukan dalam persekutuan,

mereka mampu mengamalkan apa yang mereka peroleh kedalam hidup

sehari-hari. Liturgi Ekaristi sebagai sumber yang mengalirkan rahmat kepada

umatnya. Kerena hidup ialah suatu ibadah maka istilah Perayaan Ekaristi

sebagai sumber dan puncak hidup Gereja menunjuk perhatian Konsili

Vatikan II yang menghubungkan Ekaristi dengan seluruh spiritualitas hidup

Gereja.

Dalam Lumen Gentium (LG), Konstitusi Konsili Vatikan II tentang

Gereja, art. 11 menyatakan beberapa hal mengenai Ekaristi sebagai sumber

dan puncak hidup Gereja.

Dengan ikut serta dalam korban Ekaristi, sumber dan puncak seluruh

hidup kristiani, mereka mempersembahkan Anak Domba Ilahi dan diri

sendiri bersama dengan-Nya kepada Allah; demikianlah semua

menjalankan peranannya sendiri dalam perayaan liturgis, baik dalam

persembahan maupun dalam komuni suci, bukan dengan campur baur,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

23

melainkan masing-masing dengan caranya sendiri. Kemudian sesudah

memperoleh kekuatan dari tubuh Kristus dalam perjamuan suci,

mereka secara konkrit menampilkan kesatuan umat Allah yang oleh

sakramen mahaluhur itu dilambangkan dengan tepat dan diwujudkan

secara mengangumkan.

Dari artikel diatas terdapat tidak poin pokok mengenai makna Ekaristi

sebagai sumber dan puncak hidup Gereja. Pertama, melalui Perayaan Ekaristi

umat beriman mempersembahkan Kristus dan diri sendiri sebagai Gereja

kepada Allah. Kedua, dalam Ekaristi diharapkan umat beriman berpartisipasi

menurut cara dan perannya masing-masing. Ketiga, dalam Perayaan Ekaristi

umat beriman memperoleh kekuatan untuk mewujudkan kesatuan umat

melalui perutusan (Martasudjita, 2012:16).

b. Ekaristi sebagai Perayaan Gereja

”Melalui liturgi, terutama dalam kuban Ilahi Ekaristi terlaksanalah

karya penebusan kita” (SC 2). Ekaristi sebagai karya penebusan (SC 47).

Melalui Ekaristi maka Gereja memperoleh misteri penyelamatan Allah dalam

nama Kristus. Ekaristi pula yang menjadi anugerah kebersamaan dan

kesatuan dengan Allah dan dengan sesama manusia. Merayakan Ekaristi

Gereja senantiasa mengungkapkan dirinya sebagai karya keselamatan Allah.

Liturgi Ekaristi membantu umat beriman dalam menghayati misteri Kristus,

maka dari liturgi Ekaristi maka terbentunya suatu Gereja. LG 26 menegaskan

bagaimana Gereja lahir dari Ekaristi “Di setiap himpunan di sekitar altar,

dengan pelayanan suci Uskup, tampillah lambang cinta kasih dan kesatuan

Tubuh Mistik ini, syarat mutlak untuk keselamatan. Dan jemaat-jemaat itu,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

24

meskipun sering hanya kecil dan miskin, atau tinggal tersebar, hiduplah

Kristus dan berkat kekuatan-Nya terhimpunlah Gereja yang satu, kudus,

katolik dan apostolik”. Dengan demikian Gereja lahir dari Ekaristi. SC 26

menyebutkan bahwa Ekaristi bukan suatu perayaan perorangan melainkan

perayaan bersama yang dirayakan oleh seluruh Gereja (Martasudjita,

2009:298-300).

c. Ekaristi sebagai Pusat Liturgi

Ekaristi sebagai pusat seluruh liturgi memiliki kedudukan khusus

dalam beberapa tempat. Karya penebusan terlaksana dalam liturgi terutama

dalam kurban Ekaristi (SC 2). Dalam liturgi terutama bagian Ekaristi umat

beriman memperoleh rahmat dari Allah (SC 10). Kesatuan umat sebagai

Gereja menuntut adanya keikutsertaan penuh dan aktif dalam perayaan liturgi

terutama dalam bagian Ekaristi (SC 41). Ekaristi sebagai pusat liturgi

menunjukan pemahaman SC yang melihat dari dua sudut pandang antara lain

Ekaristi sebagai perwujudan tertinggi dan memandang liturgi lain dari sudut

Ekaristi. Selain memberikan Ekaristi sebagai pusat liturgi juga memberikan

kedudukan tertinggi pada perayaan Sabda dimana Kitab Suci menjadi pusat,

perayaan sakramen lain, dan ibadat harian (Martasudjita, 2009:301).

d. Ekaristi sebagai Kurban

Sacrosanctum Concilium menyebutkan Ekaristi sebagai kurban (SC

2,7,47). Kurban disini berhubungan dengan tradisi Trente. “Kristus hadir

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

25

dalam kurban Misa, baik dalam pribadi pelayan” (SC 7). Bapa Konsili

mengutip kata kurban dalam Trente. SC menghubungkan kurban Ekaristi

dengan perjamuan malam terakhir yang dilakukan oleh Yesus dan juga

kurban salib. Pada perjamuan malam terakhir Yesus sudah mengorbankan

Tubuh dan Darah-Nya. Namun hal ini tidak juga berarti bahwa perjamuan

malam terakhir ialah perjamuan Ekaristi. Perayaan Ekaristi yang pertama

baru terlaksana sesudah Yesus Kristus wafat dan bangkit. Kata kurban

Ekaristi yang diadakan oleh Yesus pada perjamuan malam terakhir

menunjukkan pada penyerahan diri Yesus kepada Bapa bagi keselamatan

dunia. Peristiwa salib Kristus itulah yang dirasakan dan dihadirkan di setiap

Perayaan Ekaristi. Maka kesatuan kurban Ekaristi dan kurban salib Kristus.

Dalam hal ini maka Ekaristi juga sebagai perayaan kenangan dimana

perjamuan malam terakhir dikenang dan diabadikan dalam Perayan Ekaristi

(Martasudjita, 2009: 293-295).

e. Ekaristi sebagai Perjamuan

SC 47 menyebutkan Ekaristi sebagai perjamuan Paskah. Istilah

perjamuan Paskah menunjukan perjamuan Ekaristi yang berasal dari

perjamuan malam terakhir yang diadakan oleh Yesus Kristus, yang disebut

perjamuan Paksah (Yahudi). Perayaan Paskah ini dimengerti secara

keseluruhan Perayaan Ekaristi, artinya Ekaristi sebagai perayaan kenangan.

Istilah Paskah mendapat penolakan oleh beberapa Bapa Konsili Vatikan II

karena bagi orang beriman istilah Paskah berarti kebangkitan Tuhan, tetapi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

26

yang dimaksudkan ialah kurban salib. Namun menurut maknanya, perjamuan

Paskah disebut sebagai keseluruhan karya penyelamatan Allah yang wafat

dan kebangkitan-Nya sebagai puncaknya (Martasudjita, 2009:297-298).

f. Ekaristi sebagai Sakramen

Kristus “mempercayakan Gereja, mempelai-Nya: sakramen cinta

kasih, lambang kesatuan ikatan cinta kasih” (SC 47). Konsili Vatikan II tidak

memisahkan sakramen dan kurban dalam Ekaristi dengan menyatakan bahwa

Ekaristi menghadirkan kurban salib Kristus disebut juga sebagai sakramen.

Hal ini menjadi suatu pembaharuan, karena sesudah Trente hingga pra-

Vatikan II, makna kurban dan sakramen dari Ekaristi dipisahkan. Sejak abad

pertengahan, gagasan sakramen dipersempit. Istilah sakramen menunjukkan

kehadiran Kristus dalam Sakramen Mahakudus atau hosti yang sudah

diberkati. Dalam SC menampilkan pembaharuan akan pendangan mengenai

Ekaristi, baik dari isi maupun caranya. Dengan demikian Ekaristi disebut

sebagai sakramen cinta kasih, lambang kasatuan dengan Allah dan dengan

sesama anggota Gereja (Martasudjita, 2009:297).

2. Memaknai dan Menghayati Perayaan Ekaristi melalui Bahasa Jawa

a) Ritus Pembuka

Penggunaan Bahasa Jawa dalam Perayaan Ekaristi meliputi seluruh

bagian. Di dalam ritus pembuka mulai dari nyanyian pembuka, tanda salib,

seruan tobat hingga doa pembuka menggunakan Bahasa Jawa. Perayaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

27

Ekaristi Bahasa Jawa dalam ritus pembuka terdapat dialog antara imam dan

umat “Tuhan sertamu, dan sertamu juga” berubah menjadi “Gusti

manunggala, kalian kula sadaya” dimana umat merasa lebih meresapi. Karl

Edmund Prier, SJ dalam buku Indonesianisasi, mengungkapkan bahwa pada

tahun 1960-an teks Latin diganti dengan Bahasa Jawa supaya liturgi lebih

mendekati rakyat (Boelaars,2005:426). Ritus pembuka sebagai penghantar

kepada Perayaan Ekaristi juga sebagai menghantar umat untuk masuk

kedalam suatu perjamuan. Seruan tobat yang didaraskan, umat cenderung

menutup mata dan sungguh mengucapkan“kawula ngakeni” dengan lantang

dan juga cepat sehingga beberapa umat yang masih membaca bisa tertinggal

begitu juga dalam mendasarkan “kawula pitados”.

Dalam pembukaan atau biasa disebut sebagai ritus pembuka Perayaan

Ekaristi terdiri dari beberapa bagian. Hal ini bertujuan supaya dapat

mempersatukan umat yang berhimpun untuk dapat mendengarkan sabda

Allah dengan khidmat dan merayakan Ekaristi dengan sungguh-sungguh.

Mengawalinya dengan membuat dan merenungkan tanda salib yang

dilakukan besama-sama. Dalam ritus pembuka ini pula mengajak umat untuk

menyadari panggilan Allah dalam satu kesatuan bersama suluruh umat tanpa

membedakan satu dengan yang lainnya (Suharyo, 2011:15-24).

Umat yang datang merupakan tanggapan dengan penuh iman akan

undangan dari Allah sebagai tuan rumah dalam Perayaan Ekaristi yang

ditujukan kepada semua orang tanpa memandang latar belakangnya.

Kehadiran rahmat Allah maka akan menghasilkan persaudaraan dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

28

kekeluargaan karena menanggapi panggilan dari Allah. Namun dengan

terbentuknya suatu ikatan persaudaraan dan kekeluargaan maka akan mudah

membuat umat menyingkirkan mereka yang tidak termasuk kedalamnya.

Melalui Imam yang memimpin Ekaristi selalu dituntut untuk menghayati dan

dapat mengembangkan semangat persaudaraan di tengah masyarakat.

Sebagai manusia yang datang dan menanggapi undangan dari Allah,

maka diharapkan pula bahwa manusia menyadari kelemahannya atas segala

dosa-dosanya. Dengan membawa segenap dosa, manusia datang dan berani

untuk mengakuinya karena percaya seperti kisah domba yang hilang, Allah

akan selalu menanti kedatangan umatnya. Pengakuan atas keberdosaan

manusia menyadari bahwa manusia makhluk ciptaan Allah dan mencari

kerahiman Allah.

b) Liturgi Sabda

Pada tahun 1629 seorang pedagang Belanda Cornelis Ruly

menerjemahkan Injil Matius dan dicetak dalam bahasa Belanda-Melayu. Hal

ini menjadi contoh pertama untuk mencetak dan menerjemahkan Alkitab

bukan dengan Bahasa Eropa demi tujuan misioner. Kemudian pada abad-abad

selanjutnya dicetak dalam berbagai bahasa di nusantara termasuk di Jawa,

hal ini dilakukan supaya dapat dengan mudah dimengerti oleh umat setempat.

Dalam hal ini digunakan terjemahan dari Protestan. Pada tahun 1974, bekerja

sama dengan pihak Protestan sebagai corak ekumene berhasil menerjemahkan

Kitab Suci lengkap dalam Bahasa Indonesia, dengan masih menerjemahkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

29

kedalam bahasa daerah, karena bagi Gereja setempat terjemahan-terjemahan

kedalam bahasa setempat sangatlah diperlukan. Hal ini karena Bahasa

Indonesia tidak selalu digunakan dalam daerah-daerah tertenu walaupun pada

kenyataannya sistem pendidikan menggunakan Bahasa Indonesia. Maka

pengungkapan Sabda Allah kedalam bahasa setempat menjadi unsur utama

dalam inkulturasi (Boelaars,2005:394).

Penggunaan Bahasa Jawa dalam Liturgi Sabda dirasa sungguh

membantu umat untuk mendengarkan, menghayati dan meresapi Sabda Allah.

Umat yang telah terbiasa menggunakan Bahasa Jawa dalam kehidupan sehari-

hari akan lebih mudah untuk memahami isi dari Sabda Allah yang dibacakan

dan homili yang disampaikan. Homili yang disampaikan oleh imam

menggunakan Bahasa Jawa membantu umat dalam memahami makna Sabda

Allah. Beberapa istilah yang tidak biasa dipakai dalam kehidupan sehari-hari

yang terdapat dalam Injil dapat dipertegas melalui homili yang dibawakan

oleh imam, sehingga apa yang telah didengarkan dapat dengan mudah di

pahami dan diresapi sehingga umat dapat menanggapinya dalam

permohoman umum. Permohonan umum diselaraskan dengan situasi yang

sedang terjadi didalam lingkungan maupun lingkup yang lebih luas.

Umat yang berhimpun dalam Perayaan Ekaristi akan mendapat

makanan rohani dengan menyadari bahwa “manusia hidup tidak dari roti saja,

tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah”. Maka dalam liturgi

sabda umat mendengarkan pengajaran Allah yang masih terus dapat

didengarkan melalui sabdaNya. Iman akan terus dihidupi dalam setiap umat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

30

yang mendengarkan sabdanya seperti yang disabdakan oleh St. Paulus “jadi,

iman timbul melalui pendengaran dan pendengaran oleh firman Kristus” (Rm

10:17). Tanggapan terhadap sabda yang diwartakan ialah iman, karena hanya

dengan imanlah manusia dapat menyadari kehadiran serta karya Kristus

dalam sakramen (Suharyo, 2011:33-53).

Melalui Liturgi Sabda pula umat disadarkan akan kegunaan dari Kitab

Suci yang bukan hanya berisi tulisan-tulisan untuk dibaca saja melainkan

undangan untuk ditanggapi dengan sepenuh hati dengan iman yang tangguh.

Dengan sabda yang dibacakan dalam Perayaan Ekaristi diharapkan dapat

meneguhkan ikatan kasih antara Kristus dengan Gereja yang merupakan

semua umat yang percaya kepadaNya. Adanya homili setelah pembacaan

Sabda Allah sebagai kesaksian dari sang pembawa homili akan cinta kasih

yang di terima dari Kristus yang diwartakan. Bacaan-bacaan yang dipilih

dalam Perayaan Ekaristi disusun berdasarkan lingkaran tahun liturgi yaitu A,

B dan C. Jadi dapat dikatakan bahwa umat yang secara terus menerus

mengikuti perayaan Ekaristi dalam 3 tahun maka sudah mendengarkan

seluruh isi Kitab Suci. Hal pengulangan ini bukanlah membosankan

melainkan sesuatu yang indah. Kisah-kisah tidak hanya perlu dimengerti

namun dikenang kembali, dengan kenangan itu pula umat dengan lagi dan

lagi diundang untuk merasakan kembali kasih Allah dan menanggapi

karyaNya.

Seluruh umat yang dengan mengenangkan kembali karya Allah akan

disatukan oleh Roh kudus dengan para pendahulu dalam iman. Umat juga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

31

disatukan dengan umat yang merayaan Ekaristi diseluruh dunia. Dengan

demikian iman yang ditimbulkan oleh Sabda Allah ialah iman seluruh umat,

maka bersama-sama akan mengalami kegembiraan, peneguhan dan

penghiburan dari kenangan bersama. Karena kuasa Sabda Allah maka tidak

boleh ada orang kritiani yang mengalami kesendirian dalam hidupnya.

Setelah Allah telah berbicara dan memberi pengajaran kepada

umatnya maka seluruh umat dengan penuh kepercayaan menanggapi dengan

mendaraskan Syahadat. Secara bersama-sama mengucapkan iman akan Yesus

Kristus yang merangkum sejarah karya penyelamatan Allah kepada manusia.

Setelah mengucapkan Syahadat maka dilanjutkan mengarahkan diri

dihadapan Allah dengan menghaturkan doa-doa permohonan yang ditujukan

untuk semua kalangan baik itu dalam lingkup Gereja maupun masyarakat.

c) Liturgi Ekaristi

Bahasa Jawa dalam Ekaristi telah membantu umat dalam memahami

Perayaan Ekaristi dan membantu umat dalam mendalami Sabda Allah yang

telah dibacakan dalam Liturgi Sabda. Liturgi Sabda telah mengenyangkan

umat dengan Sabda Yesus Kristus sebagai sabda kehidupan abadi dan kekal.

Selanjutnya Perayaan Ekaristi dilanjutkan mulai dari doa persiapan

persembahan, Doa Syukur Agung sebagai puncak dari Perayaan Ekaristi dan

diakhiri dengan doa sesudah komuni. Liturgi Ekaristi dijelaskan dalam satu

gagasan yaitu hidup dalam pengharapan (Suharyo, 2011:59).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

32

Tahun 1973 Konggres Liturgi II diputuskan bahwa supaya ada bagian

yang khas dalam PWI Liturgi, dalam hal musik (Boelaars,2005:427). Liturgi

Ekaristi menjadi pusat perayaan dimana umat mengikutinya dengan khidmat.

Oleh karena itu lagu-lagu yang dibawakan dalam Perayaan Ekaristi umumnya

lagu dengan aliran keroncong, selendro dan pelog, dimana aliran lagu tersebut

yang melekat dengan masyarakat Jawa. Lagu Rama Kawula slendro menjadi

lagu yang dinantikan oleh umat dimana umat dengan menutup mata dan

menengadahkan tangan memuji dan memuliakan Allah.

Adapun inti dari harapan manusia ialah kepenuhan makna seluruh

alam ciptaan dalam Kerajaan Allah. Dimana Allah telah memulai pekerjaan

dalam penciptaan alam raya ini dengan sungguh amat baik selanjutnya

diharapkan manusia yang akan melanjutkannya dengan baik pula. Dalam

harapan umat tidak hanya dijanjikan oleh janji kosong melainkan suatu yang

nyata dan sedang terjadi, walaupun tidak semua yang diharapkan akan

terlaksana dan nyata namun hal ini menjadikan manusia semakin menghayati

dan memberikan kesaksian tentang keutamaan harapan (Suharyo, 2011:59-

87).

Di dalam doa persiapan persembahan manusia menyatakan harapan

akan daya ilahi yang menyempurnakan ciptaan dan kerja manusia. Roti dan

anggur yang dipersiapkan sebagai hasil dari bumi dengan usaha manusia.

Menerima dengan penuh rasa syukur buah karya penyelamatan Allah maka

manusia terdorong untuk membagikan anugerah penyelamatan kepada

sesama. Dengan kuasa Roh Kudus dan kuasa ilahi kemudian roti dan anggur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

33

diubah menjadi roti kehidupan dan minuman rohani dimana Yesus sendiri

yang menjadi korban keselamatan bagi manusia. Dengan demikian roti dan

anggur semakin menyadarkan manusia akan kekayaan alam dan pentingnya

memelihara alam raya. Selain dengan menggunakan roti dan anggur, masih

ada pencampuran air ke dalam anggur dengan maksud bahwa manusia boleh

mengambil keilahian Kristus.

Doa Syukur Agung sebagai puncak dari seluruh perjamuan,

didalamnya terdapat suatu kenangan akan malam perjamuan terakhir Yesus

dengan para muridnya. Yang dikenangkan ialah sengsara dan kematian

Kristus, yang cenderung menyakitkan, namun melalui Ekaristi manusia diajak

untuk berani menghadapi dengan tabah kenangan-kenangan yang

menyakitkan. Karena dengan kenangan yang menyakitkan manusia

diharapkan bisa melihat Allah dalam kegelapan dan mendatangkan

perdamaian. Membuat manusia lebih berani dalam menghadapi kegelapan

masa lampau yang berlandaskan pada karya keselamatan akan Yesus Kristus

yang bangkit dari wafatNya. Melalui tindakan Yesus dalam perjamuan malam

terakhir, membantu siapa saja untuk hidup dalam harapan, terutama mereka

yang hidupnya tertekan oleh kenangan-kenangan yang menyakitkan ataupun

menjadi korban penghianatan.

Dalam Ekaristi kata Roh Kudus diucapkan dua kali dengan maksud

bahwa Gereja menyadarkan diri pada karya Roh Kudus yang mencurahkan

berbagai anugerah kepada setuluh umat bukan hanya umat setempat saja.

Kerana Roh adalah satu masa semua umat dipersatukan dalam suatu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

34

persekutuan. Kemudian bagian yang tidak kalah pentingnya ialah penerimaan

Tubuh dan Darah Kristus yang dilambangkan dengan roti dan anggur dalam

komuni yang juga sebagai suatu persekutuan dengan Allah.

Yesus menyebut Allah sebagai Bapa seluruh umat, sebagai Bapa tentu

saja akan selalu mendampingi dan memberi kebutuhan kepada anak-anak-

Nya. Oleh karena itu dalam doa Bapa Kami seluruh umat memuji, bersyukur

dan memohon kepada Allah Bapa. Kemudian dilanjutkan dengan salam

damai sebagai ungkapan kepercayaan seluruh umat akan cinta kasih dari

Bapa yang mengikat seluruh umat.

d) Ritus Penutup

Setelah doa sesudah komuni, itu berarti bahwa Liturgi Ekaristi telah

selesai dirayakan bersama-sama. Ditutup dengan ritus penutup yang

merupakan berkat dan perutusan, seperti halnya Yesus yang mengutus para

murid untuk memberikan kesaksian kepada setiap orang begitu juga dengan

umat yang telah selesai mengikuti Perayaan Ekaristi. Ekaristi dengan Bahasa

Jawa dianggap sungguh menyentuh umat setempat dalam aklamasi dan umat

yang menjawab salam dari Allah seperti yang terdapat dalam ritus penutup,

sebelum berkat imam menyampaikan salam “Gusti manunggala” dan umat

menjawab “kalian kula sedaya” ungkapan salam menyentuh dan

memfosukkan umat untuk mengarah dan menjawab salam yang berasal dari

Allah, dengan Bahasa Jawa maka umat merasa lebih dekat dengan Allah

karena bahasa yang digunakan ialah bahasa umat. dari Bahasa Latin diganti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

35

dengan Bahasa Jawa supaya liturgi lebih mendekati rakyat

(Boelaars,2005:426).

Dengan menerima berkat, umat Allah yang berhimpun dianugerahi

kesatuan hidup dengan persekutuan dengan Allah. Apa yang telah diperoleh

dan dialami selama mengikuti Perayaan Ekaristi juga senantiasa dibagikan

kepada sesama. Dengan perutusan membawa umat untuk secara terus

menerus meneruskan, meneguhkan dan membagikan kasaksian tentang apa

yang telah dialaminya. Perayaan Ekaristi telah selesai namun anugerah

kehadiran Yesus terus berlangsung yang menjadi kekuatan dalam menjalani

beratnya kehidupan sehari-hari (Suharyo, 2011:97-101).

Dengan demikian Gereja merupakan sang penerima dan pengemban

kabar Gembira, walaupun dalam lingkup kecil namun gereja harus senantiasa

membagikan tugas pewartaan kepada semua orang. Karena tidak ada satupun

yang dapat menghambat penyebaran Sabda Allah. Seperti yang telah

diketahui bahwa sejak awal hidup Gereja, murid Kristus telah mengalami

penindasan namun mereka tetap menyebarkan pewartaan. Dalam Kis 4:29

dikatakan bahwa para murid tidak meminta supaya mereka tidak dianiaya

melainkan meminta keberanian untuk tetap menyebarkan kabar gembira

keselamatan.

Dengan demikian melalui perutusan akan mendorong setiap manusia

untuk ikut terlibat dalam melaksanakan tugas Gereja. Berhimpun dalam

persekutuan, memberikan harapan baru, memperbaharui iman dan yang tidak

kalah penting ialah memurnikan kasih dan melanjutkan kesaksian, seperti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

36

yang telah dilakukan oleh Para Rasul, walaupun ditindas namun semangat

pewartaannya tidak akan pudar.

3. Partisipasi umat dalam Ekaristi Bahasa Jawa

Penggunaan Bahasa Jawa dalam Ekaristi membuat umat setempat

untuk lebih aktif dalam Ekaristi, dengan penggunaan bahasa sendiri

dipandang akan jauh lebih memudahkan umat dalam mengikuti dan

menghayati Perayaan Ekaristi. Umat diharapkan akan lebih aktif menggambil

bagian dalam liturgi. Segi partisipatif umat menunjuk kepada suatu Ekaristi

yang berarti sebuah perayaan bersama. Berikut dijabarkan mengenai peran

serta umat dalam Perayaan Ekaristi:

Umat diharapkan mengikuti Perayaan Ekaristi secara aktif dan sadar.

Mulai dari persiapan, pelaksanaan dan sampai akhirnya penerapan kedalam

hidup bermasyarakat. Partisipasi dimaksudkan pada keikutsertaan umat dari

awal Perayaan sampai pada akhir karena Ekaristi merupakan satu kesatuan

Perayaan Liturgi yang tidak bisa dipisahkan.

Partisipasi umat dilaksanakan dalam tingkatan, tugas serta keaktifan

umat, yang senantiasa menjalankan tugas dengan sepenuh hati menurut

kaidah-kaidah yang sudah ditetapkan. Masing-masing tugas yang diembannya

perlulah suatu koordinasi dan pengetahuan serta keterampilan masing-masing

umat menurut tugas masing-masing umat. Selain imam sebagai pemimpin

Ekaristi, dibutuhkan partisipasi yang menjadi tugas umat dalam pelayanan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

37

liturgi antara lain, lektor, pemazmur, paduan suara, pelayan komuni, pemusik,

koster, misdinar, kolektan (Martasudjita, 2009:108).

E. Tantangan Penggunaan Bahasa Jawa dalam Perayaan Ekaristi Pada

Masa Sekarang

1. Menghayati Ekaristi dalam Hidup Sehari-hari

Unsur utama dalam ritus penutup ialah berkat dan perutusan, berkat

membawa manusia kedalam persekutuan dengan Allah tritunggal, perutusan

mengajak umat untuk mewartakan apa yang telah diterima dalam merayakan

Ekaristi dan dapat hidup dalam perutusan. pewartaan tersebut bukan hanya

pewartaan kedalam akan tetapi menuntut pewartaan keluar yaitu didalam

kehidupan sehari-hari. Penghayatan Ekaristi ataupun sakramen-sakramen

yang lain berarti suatu pengalaman iman. Dalam menghayati Sakramen

Ekaristi tidak hanya menyambut dan menghormati komuni suci melainkan

ikut serta dan mengambil bagian dalam perayaan.

Ekaristi merupakan pertemuan pribadi dalam iman dengan Kristus,

dalam iman tersebut seseorang dipersatukan dengan Kristus dan dengan

sesama. Rasul Paulus menuliskan “Bukankah piala ucapan syukur, yang

diatasnya kita ucapkan syukur, berarti persekutuan dengan darah Kristus?

Bukahkan roti yang kita pecah-pecahkan berarti persekutuan dengan tubuh

Kristus?” (1Kor 10:16). Ekaristi berarti persekutuan dengan Kristus yang

merupakan pula persekutuan iman, persekutuan antar jemaat sebab secara

bersama-sama menghayati iman Gereja. Ekaristi sebagai pusat dan puncak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

38

semua sakramen merupakan suatu perayaan bersama, dimana yang menjadi

pusatnya bukanlah roti dan anggur melainkan Kristus yang karena iman hadir

dalam seluruh umat (KWI,1996:412).

Mewujudkan Ekaristi dalam kehidupan sehari-hari bertolak pada

paham dan penghayatan akan Allah yang mengasihi dan berbelas kasih

kepada seluruh umat manusia bukan Allah yang menghukum mereka yang

berbuat dosa. Menghayati kegiatan sehari-hari dengan berpangkal pada kasih

Allah, menaburkan suka cita kepada sesama, peduli kepada yang

berkekurangan berarti bahwa misteri Ekaristi sungguh terwujud dan

diwartakan kepada setiap umat yang melakukan tindakan kasih tersebut.

Misteri Allah yang terletak pada perayaan dan penghadiran kasih Allah

kepada seluruh umat. Dengan menyadari dan menghayatinya dalam setiap

keputusan, perkataan dan perbuatan, maka apa yang sudah di rayakan dalam

Ekaristi terwujud dalam kehidupan sehari-hari (Martasudjita, 2016:128).

Menghayati Ekaristi bukan hanya menyangkut perwujudan hidup

yang ekaristis dalam kehidupan sehari-hari. Melainkan bagaimana

menerapkan hidup yang berkualitas dalam pewartaan iman kepada sesama.

Pewartaan sukacita Injil berawal dari ketertarikan kepada Sabda Allah

sebagai penerang seluruh hidup umat beriman, maka pewartaan bertolak dari

pengalaman perjumpaan dan dikasihi oleh Sang pemberi Terang. Perjumpaan

dengan Tuhan Yesus akan terwujud melalui misteri Ekaristi dalam Perayaan

Ekaristi. Perjumpaan dengan Yesus berarti pula pengalaman dikasihi oleh

Yesus. Apabila hal ini sungguh disadari maka akan muncul perasaan ingin

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

39

mewujudkan dan membagikan kasih Allah kepada sesama. Yesus Kristus

sebagai juru selamat manusia, maka seluruh kegiatan, aktifitas serta perilaku

umat manusia senantiasa dipusatkan pada usaha memperkenalkan Kristus

kepada sesama.

Tuhan hadir dan menyapa umatNya dengan berbagai bentuk dalam

setiap waktu dan dengan iman seseorang dalam merasakan dan merasa bahwa

Tuhan senantiasa tinggal bersama dengan umatNya. Melalui iman

memungkinkan bahwa Ekaristi menyatukan seluruh umat dengan Tuhan dan

dengan sesama. Gereja merupakan suatu persekutuan umat yang tergantung

dari kondisi anggota-anggotanya, Gereja haruslah dapat hidup sebagaimana

mestinya sebuah persekutuan umat Allah bukan hanya hidup sebagai

tampaknya saja tanpa adanya suatu persekutuan. Untuk mewujudkan hidup

Gereja yang ekaristi seperti yang dicita-citakan oleh Gereja ialah dengan

menjadi orang beriman yang rendah diri. Kerendahan hati akan kasih Yesus

Kristus yang begitu besar yang akan membuat iman semakin bermakna dan

berdaya, terutama dalam Ekaristi dimana Yesus Kristus membagikan diriNya

kepada seluruh umat. Dengan demikian seperti ketaatan Yesus kepada Bapa

begitu juga umatNya yang senantiasa taat seperti Kristus. Ketaatan kepada

seseorang merupakan suatu kasih sayang yang murni, seperti Allah Bapa

yang membiarkan PuteraNya menderita dengan begitu beratnya untuk

menunjukan bukti ketaatNya kepadaNya (Hadisumarta, 2013:87-94).

Ekaristi merupakan roti dan anggur yang telah diubah menjadi tubuh

dan darah Kristus yang sungguh-sungguh hadir dan mengorbankan diriNya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

40

bagi keselamatan umat manusia dengan dibagikannya kepada seruruh umat.

Kristus telah membagikan diriNya untuk keselamatan manusia, oleh sebab itu

manusia yang telah menerima Tubuh dan Darah Kristus juga diharapkan

dapat membagikan diri kepada sesamanya tanpa kenal batas. Dalam

kehidupan sekarang ini Ekaristi terjadi dalam hidup manusia apabila manusia

rela berbagi diri dengan orang lain tanpa pamrih maupun perbedaan, terutama

kepada mereka yang membutuhkan. “Lakukanlah ini untuk mengenangkan

Daku” perintah Yesus yang selalau di ucapkan kembali oleh imam setiap kali

dalam perayaan Ekaristi bukan hanya untuk mengenangkan akan peristiwa

masa lampau. Hal ini dilakukan imam untuk menghadirkan Yesus di tengah-

tengah mereka supaya semua orang yang mengikuti Ekaristi mau berbagi

kepada orang lain (Hadisumarta, 2013:100).

2. Tantangan Pengguanaan Bahasa Jawa dalam Perayaan Ekaristi

Inkulturasi sebagai upaya gereja untuk mengikutsertakan manusia

dalam mengungkapkan iman melalui kekayaan adat istiadat setempat

memiliki beberapa tantangan yang harus dihadapai dalam dunia sekarang ini.

tantangan tersebut antara lain:

a. Kurang pengertian ataupun penghargaan terhadap adat istiadat, simbol

simbol keagamaan tradisional kurang dipahami oleh sebagian umat,

terutama kaum muda yang besikap acuh tak acuh terhadap budayanya

sendiri di modern ini, kaum muda lebih mudah menangkap nilai baru dari

luar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

41

b. Kurangnya partisipasi umat dalam liturgi, serta kurangnya kesadaran akan

penyadaran liturgi kepada umat. Umat beranggapan bahwa liturgi

hanyalah sebagai rutinitas sebagai seorang Katolik yang hanya cukup

dengan hadir dan merayakan Ekaristi.

c. Berhadapan dengan umat heterogen dari kalangan tua-muda,

berpendidikan, sehingga memicu terjadinya perbedaan pendapat.

Berhubungan dengan inkulturasi ke dalam adat istiadat setempat maka

pihak tua muda yang saling bertentangan. Di pihak kaum dewasa

inkulturasi ke dalam budaya setempat dapat membantu pengayatan iman,

namun bagi kaum muda untuk saat ini kurang menyentuh hati mereka.

d. Dengan perkembangan zaman saat ini menimbulkan krisis identitas oleh

umat akan adat istiadatnya sendiri. Budaya baru yang terus bermunculan

dengan mudahnya dari berbagai sudut semakin menggantikan kebudayaan

asli karena tergantikan dengan budaya baru yang lebih kekinian.

e. Perlunya pelayan umat menghayati liturgi secara mendalam, sehingga

dapat memimpin dengan benar dan dapat dipahami oleh setuluh umat.

Sebagai pelayan umat, baik prodiakon maupaun kepala stasi, lingkungan

serta wilayah pengalaman hidup sehari-hari menjadi contoh seluruh

umatnya. Penghayatan akan liturgipun menjadi panutan umatnya, maka

sudah seharusnya memiliki contoh yang baik untuk bisa membagikan

kepada setiap umat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

BAB III

PENELITIAN TENTANG PENGGUNAAN BAHASA JAWA

DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO

FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN

Bab III menguraikan penelitian mengenai pengunaan Bahasa Jawa

dalam Perayaan Ekaristi di Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen. Bab ini

dibagi menjadi tiga pokok bagian yaitu: gambaran umum umat Stasi Fransiskus

Xaverius Kemranggen, penggunaan bahasa Jawa dalam Ekaristi dan penelitian

serta pembahasannya. Gambaran umum umat Stasi St. Fransiskus Xaverius

Kemranggen meliputi: sejarah singkat Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen,

letak geofrafis, jumlah umat dan tantangan yang dihadapi oleh umat.

Pengunaan bahasa Jawa dalam Ekaristi meliputi: pelaksanaan Ekaristi di

Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen. Sedangkan penelitian tentang

pengaruh penggunaan bahasa Jawa terhadap penghayatan umat dalam Ekaristi di

Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen terdiri atas: latarbelakang penelitian,

rumusan penelitian, tujuan penelitian, metode penelitian, responden, tehnik

pengumpulan data, tempat dan waktu, variabel penelitian dan kisi-kisi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

43

A. Gambaran Umum Umat Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen

1. Sejarah singkat Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen

Pada tahun 1970 untuk pertama kalinya daerah ini kenal dengan

Agama Katolik ketika seorang guru Sekolah Dasar yang mempersunting putri

dari Bapak Lurah/Kepala Desa Kemranggen. Namun kerena pasangan

tersebut tidak menetap di Desa Kemranggen maka Agama Katolik masih

kurang berkembang. Awal tahun 1975 barulah mulai diadakan kelompok

Misa di salah satu keluarga, walaupun pada saat itu umat yang hadir ialah

pendatang dari Purworejo dan Kutoarjo. Pada tahun itu pula dilakukan

pembaptisan pertama oleh Romo Yitno, sejak saat itu mulai diadakan

kunjungan-kunjungan oleh Romo Yitno dan Romo Sayadi. Di tahun 1983

salah satu keluarga yang kembali kekampung halamannya setelah merantau di

Purbalingga. Dari sinilah Agama Katolik mulai berkembang.

Kehidupan sebagai seorang Katolik mulai banyak berpengaruh nyata

dalam masyarakat setempat pada masa itu. Hal ini sangat berpengaruh pada

pertambahan jumlah umat yang ingin menjadi Katolik. Pada saat diadakan

Misa disalah satu kediaman umat di kecamatan Bruno, umat dari

Kemranggen datang untuk mengikutinya. Pada saat itu pula salah satu umat

dari Kemranggen meminta untuk sering dikunjungi dan mendapat pelajaran

agama Katolik. Antusiasme yang tinggi dari umat mendapat respon dari

Gereja, untuk itu Romo Diakon Riyanto mengadakan kunjungan pertama

untuk bertemu simpatisan yang ingin menjadi Katolik. Pada perayaan Natal

pada tahun 1983 dilakukan misa Natal disalah satu kediaman umat yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

44

dihadiri oleh simpatisan dan mulai saat itu pula mulai diadakan kunjungan

tetap oleh Romo. Pada awal terbentuknya perkumpulan sembahyangan

tercatat ada 9 orang yang mengikutinya dan kemudian bertambah menjadi 30

orang, yang terdiri dari orang tua, remaja dan anak-anak Sekolah Dasar.

Pada Januari 1985 diadakan perkawinan secara Katolik pertama yang

dihadiri oleh katekumen dan simpatisan yang mulai bertambah banyak dari

daerah Kesodan desa Pamriyan. Banyaknya katekumen di daerah Kesodan

mereka membentuk kelompok sembahyangan sendiri dan meminta pelajaran

agama dari umat di Kemranggen. Perkembangan yang menggembirakan

tersebuat tidak selamanya berjalan dengan mulus, banyak hambatan dan

ejekan dari orang yang tidak suka dengan penyebaran agama Katolik di

daerah Kemranggen. Hal ini dijadikan kekuatan iman untuk menjadi seorang

Katolik (Budi Haryanto,V. 2010:27-18).

2. Letak Geografis Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen

Stasi St. Fransiskus Xaverius terletak di Desa Kemranggen,

Kecamatan Bruno, Kabupaten Purworejo. Umat Stasi Kemranggen berasal

dari tiga desa, yaitu Desa Pamriyan, Desa Karang Gedang dan dari Desa

Kemranggen, dari ketiga desa tersebut dibagi menjadi 2 wilayah. Stasi

Kemranggen berada di bagian paling utara dari Kabupaten Purworejo masuk

dalam Paroki Yohanes Rasul Kutoarjo yang jarak dari Paroki berkisar 46 km.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

45

3. Jumlah Umat Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen

Berdasarkan data Umat tahun 2015 Stasi St. Fransiskus Xaverius

Kemranggen memiliki jumlah 65 umat dari 22KK yang terdiri dari 7 balita,

43 orang tua, 11 remaja, dan 4 anak-anak yang sudah komuni pertama.

Pekerjaan utama umat Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen ialah

sebagai petani.

4. Pelaksanaan Ekaristi di Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen

Sakramen Ekaristi di Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen

dilaksanakan dua kali dalam satu bulan, yaitu pada minggu kedua dan

keempat. Pada minggu pertama, ketiga dan kelima dilaksanakan ibadat yang

dipimpin oleh salah satu prodiakon Stasi. Agama Katolik masuk ke daerah

Kemranggen dan sekitarnya pada tahun 1975. Berdasarkan wawancara

dengan Bapak Bernadus Hartoyo sejak semula Romo dan guru agama yang

datang ke Kemranggen menggunakan Bahasa Jawa dalam memperkenalkan

agama Katolik termasuk dalam Perayaan Ekaristi yang selalu mengunakan

Bahasa Jawa. Sampai saat ini Perayaan Ekaristi masih menggunakan bahasa

Jawa. Pada tahun 2003-2007 ketika ada Pastor paroki yang berasal dari

Menado yaitu Romo Jovinus Rahail, MSC atau lebih akrab disapa dengan

Romo Nus. Ketika Romo Nus berkarya di Paroki Kutoarjo umat Stasi

Kemranggen diperkenalkan dengan Perayaan Ekaristi yang menggunakan

Bahasa Indonesia, supaya umat Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen

tidak hanya dapat mengikuti Ekaristi dengan Bahasa Jawa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

46

Namun setelah Romo Nus pindah dari Paroki Kutoarjo, umat Stasi St.

Fransiskus Xaverius Kemranggen tidak pernah misa mengunakan Bahasa

Indonesia. Beberapa umat mengaku kesulitan dalam melantunkan doa,

syahadat, nyanyian dengan menggunakan Bahasa Indonesia. Namun disisi

lain para orang tua mengajarkan anak-anaknya doa-doa dengan Bahasa

Indonesia dengan alasan mudah dihafal dalam jaman sekarang, begitu pula

pada saat menerima pelajaran agama di sekolah. Hal ini menjadi rancu karena

dalam mengikuti Ekaristi semua mengunakan Bahasa Jawa.

Ketergantungan dengan Bahasa Jawa membuat umat kurang terbiasa

apabila teks misa pada hari raya Natal dan Paskah apabila tidak menggunakan

Bahasa Jawa, kemudian salah satu umat menerjemahkan kedalam Bahasa

Jawa. Kendala lain yang dihadapi oleh umat yaitu jika ada pastor paroki yang

tidak bisa Bahasa Jawa. Pengucapan kata dalam Bahasa Jawa tentu tidak

sama dengan tulisan, akan berarti beda jika salah dalam membacanya. Hal ini

yang sering dilakukan oleh romo yang tidak mengerti Bahasa Jawa.

5. Tantangan yang dihadapi oleh umat di Stasi St. Fransiskus Xaverius

Kemranggen

Agama Katolik merupakan agama yang sangat minoritas dan berada

di tengah-tengah umat beragama Muslim yang menjadi mayoritas. Beberapa

tantanganpun harus dihadapi oleh umat di Stasi St. Fransiskus Xaverius

Kemranggen. Tantangan yang dihadapi oleh umat dijadikan sebagai batu uji

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

47

bagi kemurnian niat dan sekaligus kekuatan iman untuk menjadi orang

Katolik, walaupun tidak semua umat dapat menghadapinya.

Kenyataan yang harus dihadapi oleh umat ialah mengenai jarak rumah

umat dengan Gereja dan antar umat yang berjauhan. Umat yang berada di

Desa Pamriyan harus menempuh jarak 4 km untuk ke Gereja dengan berjalan

kaki dan dari Desa Karang Gedang menempuh jarak 2 km. Umat sendiri

menyadari bahwa jarak menjadi salah satu tantangan terbesar untuk bisa

berkumpul dan mengadakan doa-doa di luar misa hari minggu yang biasanya

dilaksanakan pada malam hari yang dirasa kurang efektif bagi umat yang

rumahnya jauh. Jarak dan waktu tempuh menjadi kendala yang paling utama,

umat harus menempuh dua jam perjalanan pada siang hari karena misa

dimulai dari jam dua siang. Misa di Stasi Kemranggen mendapat jadwal dua

kali dalam satu bulan yaitu pada minggu kedua dan keempat, pada minggu

biasa diadakan ibadat yang dipimpin oleh salah satu prodiakon dari Stasi

Kemranggen. Umat yang rumahnya jauh dan menempuh perjalanan yang

panjang harus datang lebih awal untuk istirahat.

Kurangnya kesadaran umat untuk mengikuti Misa setiap hari minggu

juga menjadi pemicu lunturnya iman umat sehingga mudah untuk

meninggalkan Gereja. Pihak orang tua yang kurang menyadari untuk

melibatkan anak dalam Ekaristi sehingga perkembangan iman anak juga tidak

diperhatikan. Hal ini menyebabkan beberapa kaum muda yang meninggalkan

iman Katolik karena memperoleh pasangan yang berbeda agama. Selain itu

beberapa pasangan yang menikah beda agama kurang memperhatikan iman

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

48

anak, dengan tidak membaptiskan anak. Anak-anak dari pasangan beda

agama juga tidak dibaptis.

Hidup ditengah-tengah umat beragama lain, bahkan tidak jarang

beberapa tahun belakangan ini diketahui ada beberapa keluarga yang

memutuskan untuk meninggalkan Gereja. Umat yang memutuskan

meninggalkan Gereja beralasan karena lebih menguntungkan dan lebih

banyak teman apabila mengikuti mayoritas. Anak-anak dirasa akan lebih

mudah mencari jodoh yang seiman karena dari pihak mayoritas.

B. Penelitian Mengenai Penggunaan Bahasa Jawa dalam Perayaan Ekaristi

di Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen, Paroki Kutoarjo

1. Latar Belakang Fokus Penelitian

a. Keadaan Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen

Bahasa memiliki peranan yang sangat penting dalam berkomunikasi

dengan sesama, begitu juga sarana komunikasi dengan Sang Pencipta. Bahasa

yang digunakan ialah bahasa sendiri, yang dapat mewakili apa saja yang

hendak disampaikan kepada Tuhan. Dalam kehidupan sehari-hari umat di

Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen menggunakan Bahasa Jawa.

Dengan demikian, Perayaan Ekaristi sebagai sakramen kesatuan dengan Allah

dengan menggunakan Bahasa Jawa dirasa akan lebih sesuai dengan umat

setempat. Penggunaan Bahasa Jawa di Stasi St. Fransiskus Xaverius

Kemranggen mencakup seluruh kegiatan liturgis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

49

Berdasarkan pengamatan dan pengalaman penulis menyatakan bahwa

tidak semua umat mengerti dengan Bahasa Jawa yang digunakan dalam

Perayaan Ekaisti. Hal ini terjadi pada kalangan anak-anak dan kaum muda.

Umat orang dewasa pada umumnya hafal rumusan doa-doa dan nyanyian

dengan Bahasa Jawa, namun untuk anak-anak akan lebih mudah menghafal

rumusan doa dengan mengunakan Bahasa Indonesia seturut yang diajarkan

oleh guru disekolah. Dengan demikian, Kaum muda dan anak-anak

cenderung tidak mengerti arti bahasa yang digunakan. Keterbatasan akan

memahami arti bahasa yang digunakan dalam Perayaan Ekaristi menjadikan

umat yang kurang mengerti tidak akan sampai kepada menghayati Perayaan

Ekaristi. Berdasarkan kenyataan tersebut penulis hendak meneliti penggunaan

Bahasa Jawa dalam Perayaan Ekaristi. Penelitian ini dilakukan untuk

mendapatkan data yang akurat dan mengetahui faktor pendukung dan

penghambat dalam mengikuti Perayaan Ekaristi dengan menggunakan Bahasa

Jawa. Dengan demikian penulis akan mengerti keadaan yang sebenarnya.

b. Penelitian yang Relevan

Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan inkulturasi dalam

Perayaan Ekaristi dilakukan oleh Yuni Suciningsih mahasiswa Fakultas

Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta dengan judul: “Inkuturasi

Musik Gamelan Jawa Pada Musik Liturgi dalam Ekaristi di Gereja Hati

Kudus Yesus Pugeran Yogyakarta”. Gereja secara terbuka menerima

inkulturasi sebagai sarana pengungkapan iman berdasarkan adat istiadat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

50

setempat. Salah satu inkulturasi yang diterapkan dalam Gereja Hati Kudus

Yesus Pugeran Yogyakarta ialah dengan inkulturasi musik gamelan Jawa

dalam mengiringi Perayaan Ekaristi. Penerapan dan pelaksanaan musik

gamelan Jawa pada Ekaristi di Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus Pugeran

mengarah pada Konsili Vatikan II. Dengan fokus permasalahan dalam

penelitian ialah sejarah inkulturasi gamelan Jawa, penerapan pada

pelaksanaan Perayaan Ekaristi dan tanggapan umat tentang penggunaan

gamelan Jawa.

Eksistensi gamelan Jawa sampai sekarang masih tetap teguh

dilaksanakan dengan tanggapan umat yang beragam, mulai dari anak-anak,

kaum muda dan orang dewaasa. Dari masing-masing kelompok usia,

mempunyai prosentasi tingkat kesenangan dalam mengikuti Perayaan

Ekaristi. 58,3% anak-anak merasa senang, 16,67% anak muda merasa senang

dan 66,67% orang muda yang merasa senang. Namun secara keseluruhan

penggunaan musik gamelan Jawa dalam Ekaristi membantu umat dalam

menghayati Perayaan Ekaristi yaitu sebesar 83,33%. Dengan demikian

inkulturasi musik gamelan Jawa dalam musik liturgi tidak merusak

kekudusan dalam Misa maupun merusak nilai gamelan Jawa melainkan

dianggapap sebagai pendukung atau penunjang umat dalam menghayati

Perayaan Ekaristi, sehingga umat sungguh-sungguh dapat mengungkapkan

iman melalui budaya setepat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

51

2. Rumusan Masalah

Bertolak dari latar belakang penelitian di atas, penulis merumuskan

rumusan permasalahan sebagai berikut:

a. Bagaimana tanggapan umat mengenai penggunaan Bahasa Jawa dalam

Perayaan Ekaristi di Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen?

b. Sejauh mana penggunaan Bahasa Jawa membantu umat dalam menghayati

Perayaan Ekaristi Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen?

c. Apa yang menjadi usulan/harapan umat Stasi St. Fransiskus Xaverius

Kemranggen terhadap penggunaan Bahasa Jawa dalam Ekaristi?

3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan rumusan masalah, ialah

sebagai berikut:

a. Mengetahui tanggapan umat mengenai penggunaan Bahasa Jawa dalam

Perayaan Ekaristi di Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen.

b. Mengetahui sejauh mana penggunaan Bahasa Jawa dapat membantu umat

dalam Perayaan Ekaristi di Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen.

c. Mengetahui usulan atau harapan umat terhadap penggunaan Bahasa Jawa di

Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen.

4. Metode

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan bantuan dari metode

penelitian kualitatif yang bersifat Ex- post Facto yang dilaksanakan melalui

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

52

pengumpulan data di lapangan. “Metodologi kualitatif didefinisikan sebagai

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati”

(Moleong, 2007:6).

5. Responden

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang mempunyai kualitas

dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan sample adalah bagian dari

jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiono,

2014:117-118). Dari pengertian tersebut maka sampel merupakan bagian dari

populasi yang diteliti. Dalam penelitian ini peneliti mengunakan teknik

sampling yaitu purposive sampling. Ialah teknik pengambilan sampel sumber

data dengan pertimbangan tertentu. Dalam pertimbangan yakni bahwa orang -

orang yang dianggap sudah tahu untuk melengkapi data (Sugiono, 2014:

300).

Responden yang akan diteliti yaitu 1 romo paroki, 6 pengurus stasi, 7

kaum muda dan 5 umat. Dengan jumlah seluruh umat Stasi St. Fransiskus

Xaverius Kemranggen ialah 65 dengan 7 balita yang tidak termasuk kedalam

responden yang akan diteliti. Orang tua berjumlah 43 orang, remaja yang

berjumlah 10 orang, dan anak-anak yang sudah mendapat komuni pertama

berjumlah 4 orang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

53

6. Teknik Pengumpulan Data

“Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai

sumber, dan berbagai cara” (Sugiono, 2014: 193). Berdasarkan tehnik

pengumpulan data, penulis menggunakan wawancara dan Focused Group

Discussion (FGD). Wawancara yang digunakan ialah wawancara terstruktur.

Adalah wawancara yang diandaikan bahwa peneliti telah mengetahui

informasi apa yang akan diperoleh, oleh karena itu peneiti menyiapkan

intrumen berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif

jawabannyapun telah disiapkan4 (Sugiono, 2014:197). Wawancara akan

dilakukan kepada romo paroki, pengurus stasi dan beberapa umat.

Focused Group Discussion adalah ”proses pengumpulan data atau

informasi data yang sistematis mengenai suatu permasalahan tertentu yang

sangat spesifik melalui diskusi kelompok” (Irwanto, 2006:3). Pelaksanaan

FGD jumlah peserta merupakan faktor penting karena tidak boleh sedikit dan

tidak boleh terlalu banyak, jumlah ideal ialah 7-11 orang. Fasilitator tidak

selalu bertanya, tugasnya ialah untuk mengemukakan suatu persoalan sebagai

bahan diskusi. FGD yang akan dilaksanakan kepada kaum remaja dengan

jumlah yang telah ditentukan yaitu 7-11 orang.

7. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen,

Paroki Kutoarjo. Penulis memilih Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen

menjadi tempat penelitian karena merupakan Stasi dengan letak terjauh dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

54

Paroki dan masih menggukan Bahasa Jawa dalam Perayaan Ekaristi.

Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2016.

8. Variabel Penelitian

Menurut Sugiono (2014:60) secara teoritis, variabel ialah sebagai

atribut seseorang atau obyek, yang masing-masing mempunyai variasi antar

obyek dengan obyek lain atau antara orang dengan orang lain. Penelitian ini

penulis merumuskan tiga variabel yang akan diteliti, ialah sebagai berikut:

a. Tanggapan umat Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen terhadap

penggunaan Bahasa Jawa dalam Perayaan Ekaristi.

b. Penggunaan Bahasa Jawa dapat membantu umat dalam menghayati

Perayaan Ekaristi di Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen.

c. Usulan atau harapan umat terhadap penggunaan Bahasa Jawa dalam

Perayaan Ekaristi di Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen.

9. Kisi-kisi Penelitian

No Aspek Indikator Jumlah

soal

Nomor

1 Tanggapan

umat

terhadap

penggunaan

Bahasa Jawa

a. Praktek penggunaan

Bahasa Jawa dalam

Perayaan Ekaristi

b. Tanggapan umat tentang

penggunaan Bahasa Jawa

3

2

1,2,3

4,5

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

55

dalam

Perayaan

Ekaristi

dalam Perayaan Ekaristi

2 Penggunaan

Bahasa Jawa

membantu

umat dalam

Perayaan

Ekaristi

a. Peranan Bahasa Jawa

dalam Ekaristi

b. Penggunaan Bahasa Jawa

membantu penghayatan

umat dalam merayakan

Ekaristi

2

3

6,7

8,9,10,

11

3 Usulan atau

harapan umat

terhadap

penggunaan

Bahasa Jawa

dalam

Perayaan

Ekaristi

a. Harapan umat terhadap

Bahasa Jawa dalam

Ekaristi

1

12

Pertanyaan wawancara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

56

1. Sejak kapan Bahasa jawa digunakan dalam Perayaan Ekaristi di Stasi St.

Fransiskus Xaverius Kemranggen? Mengapa

2. Apakah yang menjadi alasan awal mula Bahasa Jawa digunakan dalam

Perayaan Ekaristi?

3. Apakah Bahasa Jawa senantiasa digunakan dalam Perayaan Ekaristi di

Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen?

4. Bagaimana tanggapan umat terhadap penggunaan Bahasa Jawa dalam

Perayaan Ekaristi?

5. Bagaimana tanggapan bapak/ibu/saudara terhadap penggunaan Bahasa

Jawa dalam Perayaan Ekaristi?

6. Apakah penggunaan Bahasa Jawa berpengaruh terhadap kehadiran umat

dalam Perayaan Ekaristi? Mengapa?

7. Apakah pengggunaan Bahasa Jawa mendorong partisipasi

Bapak/ibu/saudara dalam mengikuti Perayaan Ekaristi? Bagaimana bentuk

partisipasinya?

8. Apakah penggunaan Bahasa Jawa membantu Bapak/ibu/saudara pada saat

pembacaan Kitab Suci dan homili?

9. Apakah penggunaan Bahasa Jawa dapat membantu Bapak/ibu/saudara

dalam menghayati Perayaan Ekaristi dalam Liturgi Ekaristi?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

57

10. Apakah penggunaan Bahasa Jawa dapat membantu Bapak/ibu/saudara

dalam mendaraskan doa pribadi dan doa bersama?

11. Apakah penggunaan Bahasa Jawa dapat membantu Bapak/ibu/saudara

untuk memaknai Ekaristi dalam hidup sehari-hari?

12. Apa usulan Bapak/ibu/saudara terhadap penggunaan Bahasa Jawa dalam

Perayaan Ekaristi di Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen?

Mengapa?

C. Hasil dan Pembahasan Penelitian tentang Pengunaan Bahasa Jawa

dalam Ekaristi di Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen

1. Hasil Penelitian

Penulis akan menjabarkan hasil dari penelitian tentang Penggunaan

Bahasa Jawa dalam Perayaan Ekaristi di Stasi Fransiskus Xaverius

Kemranggen. Penelitian dilakukan melalui wawancara kepada umat dan

menggunakan metode Focused Group Discussion (FGD) kepada kaum

muda. Penelitian tersebut dilaksanakan sejak Hari Sabtu, 15 sampai dengan

23 Oktober 2016.

a. Hasil Penelitian Wawancara

Pada bagian ini penulis akan melaporkan hasil penelitan melalui

wawancara dengan pastor paroki, pengurus stasi dan umat di Stasi St.

Fransiskus Xaverius Kemranggen. Responden dalam penelitian ini ialah 1

romo paroki yang sudah cukup lama bertugas di Paroki Kutoarjo, 5 pengurus

stasi, 6 umat [Lampiran 3: (5)].

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

58

Tabel.1

Pandangan umat tentang penggunaan Bahasa Jawa dalam Perayaan Ekaristi.

No Pertanyaan Jawaban Responden

1. Menurut Bapak/ibu sejak

kapan Bahasa jawa

digunakan dalam Perayaan

Ekaristi di Stasi St.

Fransiskus Xaverius

Kemranggen?

Penggunaan Bahasa Jawa

dalam Perayaan Ekaristi

dimulai sejak masuknya

agama Katolik, simpatisan

menerima pelajaran dengan

menggunakan Bahasa Jawa.

R3, R4, R8

Sejak menikah (tahun 1988)

ataupun memilih dengan

kehendak hati menjadi orang

Katolik (tahun 1990), mulai

mengikuti Perayaan Ekaristi

di Stasi Kemranggen sudah

menggunakan Bahasa Jawa.

R2, R5, R6,

R7,R9, R10

Sejak kecil (1979 dan 1980)

dalam Perayaan Ekaristi

sudah menggunakan Bahasa

Jawa.

R11, R12

2 Apakah yang menjadi

alasan awal mula Bahasa

Stasi yang berada di desa dan

jaraknya paling jauh serta

R1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

59

Jawa digunakan dalam

Perayaan Ekaristi?

masih memegang teguh

budaya Jawa terutama Bahasa

Jawa, sehingga para

misionaris menggunakan

Bahasa Jawa yang dirasa

akan jauh lebih mengena hati

umat dan mempermudahkan

umat dalam mengahayai iman

Katolik

Alasan penggunaan Bahasa

Jawa dalam Perayaan Ekaristi

karena bahasa sehari-hari

yang digunakan umat,

sehingga lebih mempermudah

umat dalam menanggapi iman

Katolik.

R2, R3, R5,

R8, R9, R10

Penggunaan Bahasa Jawa

dalam Perayaan Ekaristi turut

serta dalam melestarikan

budaya Jawa, supaya tidak

kehilangan identitas sebagai

orang Jawa.

R4, R6, R7,

R11, R12

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

60

3

Apakah Bahasa Jawa

senantiasa digunakan

dalam Perayaan Ekaristi di

Stasi St. Fransiskus

Xaverius Kemranggen?

Bahasa Jawa tidak selalu

digunakan dalam Perayaan

Ekaristi, ketika ada seorang

Romo dari Manado pernah

mengunakan Bahasa

Indonesia untuk melatih umat

supaya tidak hanya bisa

menggunakan Bahasa Jawa

saja.

R2, R3, R4,

R5, R6, R7,

R8, R9,

R10, R11,

R12

4. Bagaimana tanggapan

umat terhadap penggunaan

Bahasa Jawa dalam

Perayaan Ekaristi?

Tanggapan umat terhadap

penggunaan Bahasa Jawa

ialah umat merasa lebih

khidmat apabila mengikuti

Perayaan Ekaristi dan dapat

mengikuti dengan baik.

R1, R2, R3,

R4, R5, R6,

R7, R8

Beberapa istilah yang kurang

dipahami namun karena dari

awal menggunakan Bahasa

Jawa dan maka sudah

terbiasa dan senantiasa dapat

mengikuti.

R9, R10,

R11, R12

5. Bagaimana tanggapan Tanggapan masing-masing R1, R2, R3,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

61

bapak/ibu terhadap

penggunaan Bahasa Jawa

dalam Perayaan Ekaristi?

pribadi terhadap penggunaan

bahasa Jawa yakni lebih

membantu dalam menghayati,

lebih khusuk, dapat

memahami dan lebih mantab

dalam mengikuti Perayaan

Ekaristi.

R4, R5, R6,

R7, R8, R11

Penggunaan Bahasa Jawa

dalam Perayaan Ekaristi

dirasa akan jauh lebih pantas

dan lebih sopan digunakan

sebagai sarana komunikasi

dengan Tuhan

R2, R5, R9

Perayaan Ekaristi dengan

Bahasa Indonesia lebih

mudah dimengerti, karena

zaman sekarang Bahasa

Indonesia umum digunakan.

R10, R12

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

62

Tabel. 2

Pengunaan Bahasa Jawa dan Penghayatan umat akan Perayaan Ekaristi

No Pertanyaan Jawaban Responden

6 Apakah penggunaan

Bahasa Jawa berpengaruh

terhadap kehadiran umat

dalam Perayaan Ekaristi?

Mengapa?

Penggunaan bahasa dalam

Perayaan Ekaristi tidak

berpengaruh dan bahasa tidak

menjadi kendala bagi

kehadiran umat.

R2, R3, R4,

R5, R6, R7,

R8, R9,

R10, R11,

R12, R13

Penggunaan bahasa Jawa tidak

menjadi kendala melainkan

cuaca yang berpengaruh dalam

kehadiran umat, mengingat

bahwa jarak rumah umat

dengan Gereja yang cukup

jauh.

R11, R12

7 Apakah pengggunaan

Bahasa Jawa mendorong

partisipasi Bapak/ibu

dalam mengikuti Perayaan

Ekaristi? Bagaimana

bentuk partisipasinya?

Penggunaan Bahasa Jawa

mendorong umat untuk

senantiasa aktif dalam dalam

menjadi lektor, mazmur, doa

umat, serta menjawab dialog

dalam Misa maupun lagu serta

R2, R3, R4,

R5, R6, R7,

R8, R9,

R10, R11,

R12

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

63

mazmur yang dinyanyikan.

8. Apakah penggunaan

Bahasa Jawa membantu

Bapak/ibu pada saat

pembacaan Kitab Suci dan

homili?

Kitab Suci yang didengarkan

dapat diterima dan mudah

dipahami. Homili yang

disampaikan dapat membantu

untuk lebih memahami.

R1, R2, R3,

R4, R5, R6,

R11

Bacaan Kitab Suci dengan

Bahasa Jawa dapat dimengerti

tetapi lebih mudah apabila

menggunakan Bahasa

Indonesia. Cenderung

mendengarkan Bacaan Kitab

Suci pada hari minggu saja,

maka haruslah sunguh-sungguh

dihayati

R10, R12

Bahasa Jawa dapat dipahami,

kendalanya apabila romonya

tidak pandai Bahasa Jawa

maka penyampaiannya kurang

tepat.

R7, R8, R9

9. Apakah penggunaan Perayaan Ekaristi jauh lebih R1, R2, R3,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

64

Bahasa Jawa dapat

membantu Bapak/ibu

dalam menghayati

Perayaan Ekaristi dalam

Liturgi Ekaristi?

khidmat dan khusuk dengan

mengunakan Bahasa Jawa

yang dirasa sangat menyentuh

hati umat dalam mengikuti

Perayaan Ekaristi.

R4, R5, R6,

R7, R8, R9,

R11

Dapat mengikuti karena sudah

terbiasa, namun Bahasa

Indonesia dirasa akan lebih

mudah dimengerti.

R10, R12

10. Apakah penggunaan

Bahasa Jawa dapat

membantu Bapak/ibu

dalam mendaraskan doa

pribadi dan doa bersama?

Dalam doa bersama maupaun

doa pribadi senantiasa

menggunakan Bahasa Jawa

karena lebih akrab digunakan

dan lebih mudah diucapkan

R2,R3, R4,

R5, R6, R7,

R8, R9, R11

Walaupun terbiasa

menggunakan Bahasa Jawa

dalam Perayaan Ekaristi

namun, dalam doa pribadi

mengunakan Bahasa Indonesia.

R10, R12

11. Apakah penggunaan

Bahasa Jawa dapat

Umat Katolik dapat hidup dan

menyesuaikan dalam

R1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

65

membantu Bapak/ibu

untuk memaknai Ekaristi

dalam hidup sehari-hari?

masyarakat, dan senantiasa

menanamkan rasa saling

menghargai dan menghormati

satu sama lain.

Umat senantiasa berusaha

menjadi orang Katolik yang

sejati ditengah-tengah

masyarakat tanpa membeda-

bedakan, namun sebagai

manusia banyak pula godaan

dan kekurangannya.

R2, R3, R4,

R5, R7, R8,

R9, R11,

R12

Nilai-nilai Kristiani dapat

diterapkan dalam masyarakat,

namun sebagai kaum minoritas

tidak dengan mudah

menerapkannya.

R6, R10

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

66

Tabel 3

Usulan dan harapan umat terhapat Bahasa Jawa dalam Perayaan Ekaristi

No Pertanyaan Jawaban Responden

12. Apa usulan Bapak/ibu

terhadap penggunaan

Bahasa Jawa dalam

Perayaan Ekaristi di Stasi

St. Fransiskus Xaverius

Kemranggen? Mengapa?

Usulan kedepannya bahasa

Jawa harus senantiasa

digunakan mengingat umat

lebih merasa menghayati,

dengan tidak menutup

kemungkinan dilaksanakan

kembali Perayaan Ekaristi

dengan Bahasa Indonesia,

namun hal ini membutuhkan

waktu karena tidak semua umat

setuju dengan penggunaan

Bahasa Indonesia.

R1, R2, R5,

R6, R7, R8,

R9, R10,

R11, R12

Tidak meninggalkan Bahasa

Jawa sebagai identitas orang

Jawa.

R3, R4, R8

b. Hasil Penelitian (Focused Group Discussion) FDG

Pada bagian ini, penulis akan melaporkan hasil penelitan melalui

metode Focused Group Discussion (FGD) kepada kaum muda di Stasi St.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

67

Fransiskus Xaverius Kemranggen. Responden dalam penelitian ini ialah 7

kaum muda yang memperoleh data melalui metode FGD [Lampiran 3: (5)].

Tabel. 4

Pandangan umat tentang penggunaan Bahasa Jawa dalam Perayaan Ekaristi.

No Pertanyaan Jawaban Responden

1 Menurut saudara sejak

kapan Bahasa jawa

digunakan dalam Perayaan

Ekaristi di Stasi St.

Fransiskus Xaverius

Kemranggen?

Sejak kecil (1999-2006)

Ekaristi sudah menggunakan

Bahasa Jawa.

R13, R14,

R15, R16,

R17, R18,

R19

2. Apakah yang menjadi

alasan awal mula Bahasa

Jawa digunakan dalam

Perayaan Ekaristi?

Alasan penggunaan Bahasa

Jawa yaitu karena bahasa

sehari-hari yang digunakan,

sebagai sarana untuk lebih

mempermudah umat dalam

menanggapi Sabda Tuhan.

R13, R14,

R15, R16,

R17, R18,

R19

3. Apakah Bahasa Jawa

senantiasa digunakan

dalam Perayaan Ekaristi di

Stasi St. Fransiskus

Di Stasi Kemranggen Pernah

menggunakan Bahasa

Indonesia ketika ada seorang

Romo dari Manado supaya

R13, R14,

R15, R16,

R17, R18,

R19

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

68

Xaverius Kemranggen? umat tidak hanya terbiasa

mengguanakan Bahasa Jawa.

4. Bagaimana tanggapan

umat terhadap penggunaan

Bahasa Jawa dalam

Perayaan Ekaristi?

Umat lebih merasa khidmat

apabila mengikuti Perayaan

Ekaristi dengan

menggunakan Bahasa Jawa

dan dapat mengikuti dengan

baik.

R13, R14,

R15, R16,

R17, R18,

R19

5 Bagaimana tanggapan

saudara terhadap

penggunaan Bahasa Jawa

dalam Perayaan Ekaristi?

Perayaan Ekaristi dengan

Bahasa Jawa sulit dimengerti,

karena zaman lebih akrab

menggunakan Bahasa

Indonesia.

R13, R14,

R15, R16,

R17, R18,

R19

Tabel. 5

Pengunaan Bahasa Jawa dan Penghayatan umat tentang Perayaa Ekaristi

No Pertanyaan Jawaban Responden

6. Apakah penggunaan

Bahasa Jawa berpengaruh

terhadap kehadiran umat

dalam Perayaan Ekaristi?

Mengapa?

Penggunaan Bahasa dalam

Perayaan Ekaristi tidak

berpengaruh terhadap

kehadiran umat.

R14, R16,

R18

Hal yang menjadi kendala R13, R15,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

69

ialah rasa malas karena

mementingkan acara pribadi

ataupun apabila ada acara

dalam sekolah menjadi

alasan untuk tidak hadir

dalam Perayaan Ekaristi

R17, R19

7.

Apakah pengggunaan

Bahasa Jawa mendorong

partisipasi saudara dalam

mengikuti Perayaan

Ekaristi? Bagaimana

bentuk partisipasinya?

Penggunaan Bahasa Jawa

kurang mendorong

parisipasi dalam tugas di

Gereja karena tidak percaya

diri dan takut salah, namun

dalam lagu-lagu dan Dialog

antar romo dengan umat

dapat mudah diikuti.

R13, R14,

R15, R16,

R17, R18,

R19

8. Apakah penggunaan

Bahasa Jawa membantu

saudara pada saat

pembacaan Kitab Suci dan

homili?

Bahasa Kitab Suci tentu

sangat berbeda dengan

bahasa yang biasa

digunakan. Sulit dimengerti

apa yang hendak

disampaikan melalui Sabda

Tuhan, namun homili dari

romo menggunakan bahasa

R13, R14,

R15, R16,

R17, R18

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

70

yang biasa digunakan

sehingga dapat diterima dan

sangat membantu dalam

memahami Sabda Tuhan.

9. Apakah penggunaan

Bahasa Jawa dapat

membantu saudara dalam

menghayati Perayaan

Ekaristi dalam Liturgi

Ekaristi?

penggunaan bahasa Jawa

yang sejak awal digunakan

maka senantiasa dapat

mengerti walau kadang-

kadang ada beberapa istilah

yang kurang dipahami.

R13, R14,

R15, R16,

R17, R18,

R19

10. Apakah penggunaan

Bahasa Jawa dapat

membantu saudara dalam

mendaraskan doa pribadi

dan doa bersama?

Sebagai kaum muda yang

lebih akrab dengan Bahasa

Indonesia, walaupun dari

kecil selalu mengikuti

Perayaan Ekaristi dengan

Bahasa Jawa, namun untuk

doa pribadi menggunakan

Bahasa Indonesia. pada saat

doa bersama dengan umat

lain tentu saja harus

mengikuti dengan

menggunakan Bahasa Jawa.

R13, R14,

R15, R16,

R17, R18,

R19

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

71

Dalam doa pribadi

mengunakan Bahasa

Indonesia. Bagi anak

sekolah, pada saat menerima

pelajaran di sekolah yang

selalu mengunakan Bahasa

Indonesia.

R13, R15,

R17, R19

11. Apakah penggunaan

Bahasa Jawa dapat

membantu saudara untuk

memaknai Ekaristi dalam

hidup sehari-hari?

Bagi kaum muda yang

masih sekolah terutama

sekolah di sekolah negeri

yang sebagian muslim dirasa

sulit untuk menerapkannya

walaupun senantiasa

berpegang teguh pada iman

yang diyakini sejak lahir.

Tidak jarang pula timbul

rasa takut dan kurangnya

rasa percaya diri karena

tidak punya banyak teman

yang seiman.

R13, R14,

R15, R16,

R17, R18,

R19

Bagi yang sekolah di

sekolah swasta Katolik hal

R15, R10

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

72

ini akan sangat mudah

dilaksanakan karena

mayoritas muridnya Katolik.

Selain apa yang teah

diterima dan dirayakan

dalam Perayaan Ekaristi,

situasi sekolah juga sangat

mendukung untuk

menanamkan nilai-nilai

kristiani ditengah

masyarakat

Sebagian yang lainnya

menanamkan nilai kritiasni

tidaklah mudah mengingat

sekeliling dan juga teman

sebaya yang hampir

seluruhnya muslim, dalam

hal mencari jodoh juga

menjadi kendala.

R14, R16,

R17, R18,

R19

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

73

Tabel. 6

Usulan atau Harapan Umat terhadap Bahasa Jawa dalam Perayaa Ekaristi

No Pertanyaan Jawaban Responden

12. Apa usulan saudara

terhadap penggunaan

Bahasa Jawa dalam

Perayaan Ekaristi di Stasi

St. Fransiskus Xaverius

Kemranggen? Mengapa?

Dijadwalkan kembali

Perayaan Ekaristi dengan

menggunakan Bahasa

Indonesia untuk

memberikan kesempatan

kepada kaum ikut

berpartisipasi.

R14, R15,

R16, R18,

R19

Perayaan Ekaristi

menggunakan Bahasa

Indonesia dirasa sangat

penting untuk dilatih sejak

dini mengingat banyak

remaja yang keluar dari

daerah dan mengikuti

Perayaan Ekaristi dengan

menggunakan Bahasa Jawa.

R13, R10,

R17

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

74

2. Pembahasan Penelitian

Pada bagian ini penulis akan menguraikan hasil penelitian yang telah

dilakukan di stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen. Tujuan dari

penelitian yang lakukan ialah mengetahui pandangan umat mengenai

penggunaan Bahasa Jawa dalam Perayaan Ekaristi di Stasi St. Fransiskus

Xaverius Kemranggen, mengetahui sejauh mana penggunaan Bahasa Jawa

dapat membantu umat dalam Perayaan Ekaristi di Stasi St. Fransiskus

Xaverius Kemranggen, Mengetahui usulan atau harapan umat terhadap

penggunaan Bahasa Jawa di Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen.

a. Pandangan umat Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen tentang

penggunaan Bahasa Jawa dalam Perayaan Ekaristi.

Berdasarkan tabel 1 umat Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen

memandang penggunaan Bahasa Jawa dalam Perayaan Ekaristi dimulai sejak

adanya Agama Katolik masuk dalam wilayah Kemranggen. Kemudian pada

tabel 4, kaum muda menyebutkan bahwa dari sejak awal mengikuti Perayaan

Ekaristi sudah menggunakan Bahasa Jawa. Dalam hal ini dapat dikatakan

bahwa para misionaris dari Paroki Kutoarjo telah mengikuti perkembangan

ajaran Gereja, sepuluh tahun kemudian setelah Konsili Vatikan II barulah

Agama Katolik mulai masuk ke dalam wilayah Kemranggen pada tahun

1980. Hal ini ditegaskan oleh jawaban dari responden 4 yang menyataka:

Pada awal mula ada seorang pastor yang datang kewilayah

Kemranggen, beliau senantiasa menggunakan Bahasa Jawa, mulai dari

mengenalkan doa-doa sampai kepada tataperayaan Ekaristi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

75

menggunakan bahasa Jawa. Hal ini sesuai dengan keadaan umat,

walaupun awalnya Misa dilakukan keliling dari rumah kerumah yang

lain dan masih sangat jarang dilaksanakan. (R4)

Kemudian dipertegas dengan responden 8 sebagai orang Katolik

generasi pertama, mengemukakan bahwa Bahasa Jawa digunakan sejak

masuknya Agama Katolik ke wilayah Kemranggen pada waktu itu. Seorang

pastor membawa dan mengajarkan agama Katolik dengan menggunakan

Bahasa Jawa termasuk dalam Tata Perayaan Ekaristi. Responden 1, 2, 5, 6, 7,

9, dan 10 menyampaikan bahwa menjadi orang Katolik sejak menikah pada

tahun 1988 dan pilihan pribadi pada tahun 1990, mulai mengikuti Perayaan

Ekaristi sudah menggunakan Bahasa Jawa. Responden 11, 12, dan FGD

sebagai orang katolik sejak lahir dan mengingat saat mulai mengikuti

Perayaan Ekaristi kira-kira pada saat berusia 7 tahun sudah menggunakan

Bahasa Jawa.

Menurut responden yang menjadi alasan awal mula Bahasa Jawa

digunakan dalam Perayaan Ekaristi ialah, responden 1 mengungkapkan

bahwa:

Stasi Kemranggen merupakan stasi didesa yang telaknya paling jauh

dari Paroki dan masih memegang teguh budaya Jawa khususnya

Bahasa Jawa, sehingga Bahasa Jawa digunakan dalam menyampaikan

dan sebagai sarana pengungkapan iman umat, hal ini diniai sangat

cocok dengan keadaan dan situasi yang dialami oleh para misioner

pada waktu itu. R1

Pernyataan dari responden 1 ditegaskan kembali oleh sebagian

responden yaitu responden 2, 3, 5, 8, 9, 10 dan FGD yang menyatakan bahwa

Bahasa Jawa bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari umat,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

76

sehingga mempermudahkan umat dalam menanggapai Sabda Tuhan serta

melihat umat yang dihadapi sebagian besar ialah orang tua. Alasan

penggunaan Bahasa Jawa diperkuat lagi dengan jawaban dari responden 4, 6,

7, 11, dan 12 yaitu urut serta dalam melestarikan budaya Jawa, supaya tidak

kehilangan identitas sebagai orang jawa. Dengan demikian maka

tercapainyalah apa yang terdapat dalam SC 36 dimana dikatakan bahwa

“bahasa pribumi akan jauh bermanfaat bagi umat setempat”.

Pernyataan bahwa Bahasa Jawa menjadi bahasa sehari-hari dipertegas

dengan jawaban umat mengenai Bahasa Jawa yang senantiasa digunakan

dalam setiap Perayaan Ekaristi. Responden 3 menjawab bahwa:

Bahasa Jawa selalu digunakan dalam setiap Perayaan Ekariti di Stasi

Kemranggen, namun pada saat ada seorang Romo yang dari Manado,

Stasi Kemranggen mendapat jadwal Perayaan Ekaristi dengan

menggunakan Bahasa Jawa, pada saat itulah umat diperkenalkan

dengan Ekaristi dengan Bahasa Indonesia. Hal ini bertujuan agar umat

juga bisa mengikuti Perayaan Ekaristi dengan Bahasa Indonesia pada

saat mengikuti Ekaristi di Paroki. Namun setelah romo pindah,

Perayaan Ekariti kembali lagi dengan menggunakan Bahasa Jawa.

(R3)

Semua responden menjawab sama bahwa Bahasa Jawa senantiasa

digunakan dalam setiap Perayaan Ekaristi, namun pada saat ada seorang

Romo dari Manado yang kurang paham dengan Bahasa Jawa mulai

memperkenalkan penggunaan Bahasa Indonesia dalam Misa dengan tujuan

supaya umat dapat mengikuti Perayaan Ekaristi dengan menggunakan Bahasa

Indonesia saat mengikuti Misa di Paroki pada setiap Hari Raya pada saat itu.

Namun setelah Romo tersebut pindah tugas, Stasi Kemranggen kembali

menggunakan Bahasa Jawa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

77

Menurut responden bagaimana tanggapan umat tentang penggunaan

Bahasa Jawa dalam Perayaan Ekaristi. Responden 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 dan

FGD mengungkapkan bahwa umat merasa lebih khidmat dan dapat mengikuti

dengan baik Perayaan Ekaristi. Sedangkan resonden 9, 10, 11 dan 12

mengungkapkan karena terbiasa menggunakan Bahasa Jawa dalam Perayaan

Ekaristi yang menjadikan umat dapat memahami dibandingkan dengan

Perayaan Ekarisi dengan Bahasa Indonesia yang dirasa kurang menyentuh

hati umat karena tidak terbiasa. Hal ini berdasarkan dengan “asal usul suku

Jawa yang juga berkaitan dengan bahasa yang digunakan, yaitu Bahasa Jawa”

(Endraswara, 2015:169).

Pernyataan tanggapan masing-masing umat terhadap Perayaan

Ekaristi Bahasa Jawa dipertegas lagi dengan jawaban mengenai tanggapan

umat pribadi terhadap penggunaan Bahasa Jawa dalam Perayaan Ekaristi.

Responden 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 11 menyatakan bahwa dengan Bahasa

Jawa dapat lebih membantu dalam menghayati, lebih khusuk serta lebih

mantab mengikuti Perayaan Ekaristi. Diperkuat dengan pernyataan responden

2 yang menyatakan bahwa:

Akan jauh lebih menyentuh hati apabila mengikuti Perayaan Ekaristi

dengan menggunakan Bahasa Jawa, bahkan pada saat melihat

Perayaan Ekaristi pada hari besar melalui siaran televisi apabila ada

yang menggunakan Bahasa Jawa, maka hatipun lebih tersentuh dan

lebih mantab walaupun itu hanya melihat melalui televisi. (R2)

Pertanyaan dari responden 2 dilengkapi kembali dengan responden 5,

dan 9 yang mengungkapkan bahawa Bahasa Jawa yang digunakan dirasa jauh

lebih sopan dengan tingkatan dalam Bahasa Jawa dalam menyampaikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

78

kepada setiap golongan yang berbeda. Secara resmi ada dua jenis Bahasa

Jawa yang diguanakan oleh masyarakat suku Jawa, yaitu Bahasa Jawa Ngoko

dan Bahasa Jawa Krama, dalam Perayaan Ekaristi digunakan Bahasa Jawa

Krama yang digunakan kepada orang yang status sosialnya lebih tinggi

(Endraswara, 2015:169). Namun lain halnya dengan responden 10, 12, dan

FGD yang berbeda dalam menanggapi Bahasa Jawa yang digunakan, mereka

cenderung lebih memilih dan mudah memahami dengan pengguanaan Bahasa

Indonesia. Mereka beranggapan bahwa untuk sekarang ini Bahasa Indonesia

umum digunakan dan lebih akrab didengar khususnya dalam kalangan anak

muda dan anak-anak pada waktu disekolah maupun dalam lingkungan. Dalam

lingkungan sekolah guru bahasa mengajarkan agar para muridnya terampil

menggunakan bahasa Indonesia, karena dengan terampil berbahasa maka

murid maka dapat diharapkan akan bisa berkomunikasi dengan ornag lain

dengan baik dan lancar (Taringan, 2009).

Bertolak dari tanggapan umat terhadap penggunaa Bahasa Jawa,

kemudian apakah penggunaan bahasa berpengaruh terhadap kehadiran umat

dalam mengikuti Perayaan Ekaristi. “Bahasa bukanlah menjadi kendala

kehadiran umat dalam mengikuti Perayaan Ekaristi, pada umumnya cuaca

yang menjadi kendala utama” (R11). Berdasarkan keaktifan “umat yang

beriman yang secara sadar dan aktif dalam seluruh Perayaan Ekaristi, sejak

persiapan, saat pelaksanaan” (Martasudjita, 2009:108). Pernyataan responden

11 dipertegas dengan penyataan seluruh responden yang menyatakan bahwa

bahasa tidak berpengaruh terhadap kehadiran umat, karena untuk saat ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

79

setiap Perayaan Ekaristi selalu menggunakan Bahasa Jawa maka mau tidak

mau umat senantiasa mengikuti bahwa mereka yang lebih memilih bahasa

Indonesiapun aktif mengikuti Perayaan Ekaristi. Responden 11 dan FGD

menambahkan jawaban yang menyatakan cuaca menjadi penguruh utama

dalam kehadiran umat karena jarak rumah umat dengan Gereja yang cukup

jauh. Sedangkan yang dihasilkan FGD oleh para remaja menyatakan kadang

kala lebih mementingkan acara pribadi ataupun bersama teman-teman lain

yang menjadi kendala untuk tidak hadir dalam Perayaan Ekaristi.

Menurut responden apakah penggunaan Bahasa Jawa yang sebagian

umat menjawab bahwa Bahasa Jawa ialah Bahasa yang digunakan setiap hari

dan karena terbiasa, apakah hal tersebut mendorong partisipasi umat dalam

mengikuti Perayaan Ekaristi serta bagaimanakah bentuk partisipasinya.

Semua responden menjawab dapat mengikuti aktif dalam lagu, menanggapi

mazmur, doa maupun dialog dengan romo. Hal ini berkaitan dengan

“partisipati umat beriman dalam liturgi berdasarkan tugas dan tanggungjawab

di dalam Perayaan Ekaristi. Selain petugas tertasbih, diantara umat beriman

juga dipilih petugas liturgi dan ambil bagian dalam pelayan liturgi, seperti

mazmur, lektor, pemandu lagu, koster” (Martasudjita, 2009:109). Partisipasi

umat tersebut juga mencerminkan pembaharuan dalam Konsili Vatikan II

bahwa Perayaan Ekaristi bukan hanya urusan pastor dan koster saja

(Mariyanto, 1997: 227). Namun hasil dari FGD menyatakan bahwa kadang

kala ketinggalan dengan doa yang didaraskan karena sebagian umat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

80

cenderung lebih fasih dan cepat dalam mengucapkannya. Adapun bentuk

partisipasinya ialah sebagai berikut. Responden 2 menjawab bahwa ”

Dengan bahasa yang digunakan akan turut mendorong partisipasi

dalam Perayaan Ekaristi terutama dalam mazmur walaupun masih

terus belajar namun tetap berusaha untuk tampil sejauh bisa

dilaksanakan, terkadang meminta bantuan kepada saudara yang bukan

Katolik yang bisa membaca not balok, hal ini tidak membuat malu

justru memotivasi untuk lebih berusaha lagi. (R2)

Pernyataan dari responden 2 mendapat dukungan dari responden 9

yang juga kadang kala menggantikan menjadi mazmur. Stasi St. Fransiskus

Xaverius Kemranggen memang belum lama mengggunakan mazmur yang

dinyanyikan, namun beberapa tahun belakangan mendapat dukungan dari

paroki untuk menyanyikan mazmur. Partisipasi yang paling banyak yaitu

lektor serta doa umat yang dijawab oleh responden 3, 5, 6, 9, 11 dan 12.

Sedangkan responden 10 dan FGD mengemukakan bahwa merasa kurang

yakin apabila ingin bertugas karena sudah ada petugasnya, namun apabila

Misa dengan Bahasa Indonesia tidak menutup kemungkinan untuk dapat

bertugas sebagai lektor. Responden 4 dan 8 keran sudah sepuh maka merasa

sudah tidak sanggup lagi untuk ikut berpartisipasi mengingat banyak yang

lebih muda untuk dapat bertugas.

b. Penggunaan Bahasa Jawa dan Penghayatan Perayaan Ekaristi di Stasi

St. Fransiskus Xaverius Kemranggen.

Berdasarkan tabel 2 tentang penggunaan Bahasa Jawa dan

penghayatan Perayaan Ekaristi di Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

81

dapat ditemukan bahwa penggunaan Bahasa Jawa dapat membantu umat

dalam mengerti dan menghayati pada saat pembacaan Kitab Suci dan homili.

Hal ini berkaitan dengan apa yang telah disampaikan oleh Ernes Mariyanto

dalam bukunya “Gereja Katolik Pasca Konsili II” “bahasa setempat yang

akan lebih muda diikuti dan dimengerti”. Namun berbeda dengan tabel 5,

kaum muda apa yang dikemukanan oleh kaum remaja, mereka cenderung

lebih memilih Bahasa Indonesia dalam Perayaan Ekaristi.

Sebagai orang Jawa tulen saya merasa bahwa Kitab Suci dengan

Bahasa Jawa akan sanat mudah dipahami, berbeda dengan bacaan

Kitab Suci dengan Bahasa Indonesia, walaupun sekarang ini bahasa

Indonesia lumrah digunakan dalam setiapkalangan namun apabila

mendengarkan ataupun membaca Kitab Suci dengan bahasa Jawa

akan sangat menyentu hati. (R 3)

Pernyataan dari responden 3 mendapat dukungan dari sebagian besar

responden yakni responden 1, 2, 4, 5, 6 dan 11 yang senantiasa menyatakan

bahwa bacaan dan homili dengan menggunakan Bahasa Jawa dapat dengan

mudah diterima dan dipahami karena sudah terbiasa, walaupun kadangkala

ada beberapa istilah yang kurang dipahami dalam namun dengan homili yang

disampaikan romo dapat memperjelas maksud yang ingin disampaikan dalam

Kitab Suci. Responden 7, 8, dan 9 memperkuat lagi dengan pernyataan bahwa

Bahasa Jawa bukanlah menjadi kendala karena sejak dulu akrab didengarkan,

namun apabila romonya kurang paham Bahasa Jawa maka penyampaianya

kurang tepat dan terkesan menjadi lucu sehingga mengurangi konsentrasi.

Berbeda dengan renponden yang lain, responden 10, 12, dan FGD

berpendapat bahwa mengerti namun lebih mudah dipahami apabila

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

82

menggunakan Bahasa Indonesia. Umat tersebut menyatakan bahwa

mendengarkan Kitab Suci cenderung hanya pada saat di Gereja pada setiap

hari minggu sehingga haruslah sungguh-sungguh dihayati dengan baik.

Pengaruh Bahasa Jawa dalam Perayaan Ekaristi dipertegas lagi

melalui jawaban mengenai apakah penggunaan Bahasa Jawa membantu umat

dalam menghayati Perayaan Ekaristi dalam Liturgi Ekaristi. Sebagian besar

responden dari 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 11 menyatakan bahwa Bahasa Jawa

dalam Perayaan Ekaristi sangat membantu dalam menghayati dan lebih

menyentuh hati umat pada saat mengikuti Perayaan Ekaristi dengan demikian

maka tercapailah apa yang dikemukakan dalam SC 36 yang menyatakan

bahwa dalam Misa maupun dalam bagian-bagian liturgi, bahasa pribumi akan

jauh lebih bermanfaat dan sudah sewajarnya apabila mendapat keleluasaan.

Hal ini ditekankan kembali oleh responden 11 menyatakan bahwa “setiap

mengikuti Perayaan Ekaristi selalu menggunakan Bahasa Jawa sehingga

sudah akrab apabila berdoa kepada Tuhan dalam doa pribadi selalu

menggunakan Bahasa Jawa”. Responden 12, dan FGD kembali menyatakan

dan tetap berpegang bahwa mereka lebih memilih Bahasa Indonesia

walaupun sudah terbiasa dengan Bahasa Jawa.

Menurut responden apakah penggunaan Bahasa Jawa dalam Perayaan

Ekaristi berpengaruh dalam mendaraskan doa pribadi maupun doa bersama.

Dalam bukunya Ernes Mariyanto kembali mengungkapkan bahwa “Doa-doa

dan bacaan yang didengar langsung dapat ditangkap maksudnya. Bahasa

setempat juga memungkinkan jemaat untuk menyusun doa sendiri dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

83

memanjatkannya dengan lebih ekspresif”. Berkaitan dengan hal tersebut

responden 2 menjawab bahwa kebiasaan dengan Bahasa Jawa dalam

Perayaan Ekaristi juga berpengaruh pada saat mendaraskan doa pribadi dan

doa bersama, kecuali dalam doa Malaikat Tuhan yang lebih mudah dihafal

dan merasa lebih singkat dengan menggunakan Bahasa Indonesia. Reponden

3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 11 juga menyatakan hal yang demikian, karena

keterbiasaan menggunakan Bahasa Jawa dalam Misa menjadikan lebih

mudah mengucapkan doa pribadi muapun doa bersama dengan Bahasa Jawa.

Lain halnya dengan responden 10,12 dan FGD yang masih pada jawaban

bahwa menggunakan Bahasa Indonesia dirasa lebih mudah diucapkan karena

akrab mendengarkan Bahasa Indonesia.

Menurut hasil wawancara dengan umat, apakah Perayaan Ekaristi

dengan Bahasa Jawa dalam membantu umat untuk memaknai Ekaristi dalam

kehidupan sehari-hari. Kesadaran secara bebas dan aktif dalam mengikuti

Perayaan Ekaristi diharapkan akan sampai kepada pengalaman misteri iman

dalam kehidupan sehari-hari (Martasudjita, 2009:108).

Umat Katolik di Stasi Kemranggen mendapatkan tempat di kalangan

masyarakat setempat dengan turut terlibat menjadi dalam perangkat

desa maupun pemerintahan, hal ini membuktikan bahwa umat Katolik

dapat senantiasa menyesuaikan diri dalam masyarakat yang

memunculkan rasa saling menghargai dan menghormati satu sama lain

antar umat beragama. (R1)

Pernyataan dari responden 1 mendapat dukungan dari responden 10

yang merupakan sekretaris desa yang hampir 90% warganya ialah Muslim.

Namun dalam bertugas senantiasa mengutamakan nilai-nilai Kristiani yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

84

sudah lama dianutnya. Kemudian responden 3 menambahkan lagi bahwa

dalam lingkungan kerjanya hanya seorang diri yang beragama Katolik, tidak

ada yang merasa keberatan bahkan dalam lingkungan menjadi ketua RT, hal

ini tentu saja suatu penghargaan sebagai kaum minoritas. Responden 2, 4, 5,

7, 8, 9, 11, dan 12 senantiasa berusaha untuk dapat menerapkan nilai-nilai

Kristiani kedalam hidup bermasyarakat tanpa membeda-bedakan satu dengan

yang lain, namun sebagai manusia yang lemah dan banyak kekurangan maka

hal itu tidak dapat sepenuhnya dilaksanakan. Ditambah dengan jawaban dari

respoden 6 yang menyatakan bahwa umat Katolik di Stasi Kemranggen

merupakan umat yang sangat minoritas sehingga tidak dengan mudah dapat

diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat. Hasil dari FGD yang

diungkapkan oleh kaum muda juga menyatakan bahwa menerapkan nilai

Kristiani tidak mudah dengan berhadapan dengan kaum yang mayoritas

terutama dalam lingkungan sekolah bagi yang sekolah di sekolah Negeri,

namun lain halnya bagi yang sekolah di sekolah Katolik yang selalu diajarkan

untuk hidup berdasarkan nilai-nilai Kristiani setiap saat dan lingkungan

sekolahpun dapat mendukung.

c. Usulan atau Harapan Umat terhadap Penggunaan Bahasa Jawa dalam

Perayaan Ekaristi di Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen.

Berdasarkan tabel 3 harapan umat terhadap penggunaan Bahasa Jawa

dalam Perayaan Ekaristi di Stasi St. Fransiskus Xaverus Kemranggen,

penggunaan Bahasa Jawa dalam Perayaan Ekaristi sangat membantu umat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

85

dalam segi penghayatan. Dengan demikian umat tetap berharap supaya

Bahasa Jawa akan tetap digunakan. Namun tidak menutup kemungkinan

dengan penggunaan bahasa Indonesia. Hal tersebut juga diperoleh dari tabel 6

yang menyebutkan bahwa kaum muda juga mengharapkan adanya selingan,

tidak hanya menggunakan Bahasa Jawa saja namun tidak meninggalkannya.

Sebagai orang tua tentu saja mengerti kebutuhan yang dirasakan oleh

anak-anak dan remaja yang pada umumnya keluar dari daerah

Kemranggen. Berdasarkan pengalaman mereka, tentu saja tidak atau

pernah sesekali mengikuti Perayaan Ekaristi dengan Bahasa Indonesia

sehingga pada saat mengikuti Perayaan Ekaristi Bahasa Indonesia

sedikit kesulitan padahal mereka akan jauh lebih mengerti apabila

menggunakan Bahasa Indonesia, sehingga akan lebih baik jika

kembali dijadwalkan Ekaristi Bahasa Indonesia, namun hal itu butuh

proses, karena sebagian besar umat sudah terbiasa dan lebih

membantu menghayati, sehingga tidak semua umat setuju

menggunakan Bahasa Indonesia. (R 6)

Pernyataan dari R6 tersebut mendapat dukungan dari hampir semua

responden yang menyatakan bahwa tetap mempertahankan Bahasa Jawa

karena memang dirasa sangat membantu dalam segi penghayatan. Responden

1, 2, 3, 7, 8, 9, 10, 11, 12 dan FGD menghendaki Bahasa Jawa harus tetap

dipakai dalam Perayaan Ekaristi, namun ada kalanya juga adanya Perayaan

Ekaristi dengan menggunakan Bahasa Indonesia walaupun tidak harus setiap

bulan. Demi terbuka dengan bahasa lain dan supaya umat juga senantiasa

dapat mengikuti Perayaan Ekaristi dengan Bahasa Indonesia pada saat

mengikuti Perayaan Ekaristi di Gereja manapun, namun tidak serta merta

meninggalkan Bahasa Jawa yang sudah ditetapkan di stasi Kemranggen. Hal

ini juga memerlukan waktu yang tepat supaya umat juga siap menggunakan

Bahasa Indonesia karena tidak semua umat akan setuju.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

86

Dari kaum muda sangat mengharapkan adanya Perayaan Ekaristi

dengan menggunakan Bahasa Indonesia. walaupun tidak rutin namun

tetap memberikan kesempatan kepada kaum muda untuk bisa lebih

menghayati dengan menggunakan Bahasa Indonesia serta dapat ikut

berperan didalamnya seperti misalnya menjadi lektor. (FGD)

Pernyataan tersebut dinyatakan oleh salah satu peserta FGD yang

sebagian besar dari mereka sangat menghendaki adanya Perayaan Ekaristi

dengan menggunakan Bahasa Indonesia. Sedangkan responden 3, 4, dan 8

tidak menyebutkan bahwa adanya selingan dengan Bahasa Indonesia namun

lebih menyatakan supaya tidak meninggalkan Bahasa Jawa dan tetap

menggunakan Bahasa Jawa, supaya tidak kehilangan identitas sebagai orang

Jawa.

D. Kesimpulan Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, penulis

menyimpulkan bahwa penggunaan Bahasa Jawa membantu umat dalam

menghayati Perayaan Ekaristi. Hal ini dapat diperoleh dari jawaban

responden yang menyatakan bahwa penggunaan Bahasa Jawa membantu

umat dalam menanggapai Sabda Tuhan serta memperdalam iman Kristiani.

Stasi St. Fransiskus Xaverius menggunakan Bahasa Jawa dalam Perayaan

Ekaristi sejak masuknya Agama Katolik ke dalam wilayah Kemranggen dan

mulai diadakan kelompok Misa sejak tahun 1980. Para misionaris datang

mewartakan Kerajaan Allah dengan menggunakan Bahasa Jawa sesuai

dengan ajaran Konsili Vatikan II yang dilaksanakan sepuluh tahun sebelum

Agama Katolik masuk dalam wilayah Kemranggen. Hal ini dinilai sangat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

87

sesuai dengan keadaan dan kondisi umat setempat yang senantiasa

menggunakan Bahasa Jawa dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa Jawa

dianggap lebih sopan sebagai sarana mendekatkan diri kepada Tuhan, namun

hal ini berbeda dengan apa yang dirasakan oleh kaum muda. Melihat tujuan

awal penggunaan bahasa daerah supaya membantu umat ternyata tidak

sepenuhnya terlaksana dan dirasakan oleh kaum muda.

Sampai saat ini Perayaan Ekaristi di Stasi St. Fransiskus Kemranggen

selalu menggunakan Bahasa Jawa, hal tersebut menjadikan umat sulit untuk

mengikuti Perayaan Ekaristi dengan menggunakan Bahasa Indonesia,

walaupun pernah diperkenal Perayaan Ekaristi dengan Bahasa Indonesia pada

saat ada seorang romo dari Manado. Romo tersebut selain kurang pandai

Bahasa Jawa, juga bertujuan supaya pada saat umat Stasi St. Fransiskus

Xaverius mengikuti Perayaan Ekaristi pada hari besar di Paroki ataupun pada

saat mengikuti dengan menggunakan Bahasa Indonesia, umat senantiasa aktif

dalam mengikuti dan dapat memahaminya. Namun, setelah romo tersebut

pindah tugas, umat Stasi Kemranggen tidak lagi menggunakan Bahasa

Indonesia dalam Perayaan Ekaristi.

Penggunaan Bahasa Jawa tidak hanya dalam Perayaan Ekaristi

melainkan dalam mendaraskan doa pribadi maupun doa bersama oleh umat.

Bahasa Jawa yang digunakan tidak berpenggaruh terhadap kehadiran umat

dalam mengikuti Perayaan Ekaristi, bagi umat yang lebih memilih Bahasa

Indonesia pun akan tetap mengikuti Perayaan Ekaristi pada hari minggu.

Kendala yang paling utama ialah cuaca, mengingat jarak rumah umat dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

88

Gereja yang cukup jauh. Kaum muda mengungkapkan kendalanya ialah

karena lebih mengutamakan acara pribadi maupun acara sekolah. Meskipun

kaum muda lebih memilih dengan menggunakan Bahasa Indonesia namun

mereka senantiasa datang dan tidak menjadikan bahasa sebagai alasan untuk

tidak hadir. Sebagai orang Jawa maka penggunaan Bahasa Jawa dirasa sangat

efektif sebagai sarana berkomunikasi dengan Sang Pencipta. Hal ini

dibuktikan dengan masih eksisnya Bahasa Jawa dihati umat Stasi St.

Fransikus Xaverius Kemranggen. Bahasa Jawa yang mampu menggerakkan

hati umat untuk berusaha ikut ambil bagian dalam Perayaan Ekaristi, selain

aktif dalam mengikuti langkah demi langkah juga dalam tugas seperti

mazmur, doa umat, serta lektor. Bagi kaum muda hal ini tidak bisa

sepenuhnya dirasakan, mereka lebih akrab mendengarkan dan menggunakan

bahasa Indonesia sehingga akan jauh lebih mengerti dan menghayatinya.

Umat menyadari bahwa Bacaan Kitab Suci umumnya hanya

didengarkan pada saat hari minggu saja membuat umat menyadari pentingnya

untuk sungguh-sungguh dapat menangkap maksud dari Bacaan yang

disampaikan. Homili yang disampaikan oleh romo dapat membantu umat

dalam memahami dan dapat membantu penerapan dalam kehidupan di

masyarakat. Melalui bahasa yang merupakan bahasa umat, namun umat juga

menyampaikan adanya beberapa kalimat Kitab Suci yang kurang dipahami.

Penggunaan Bahasa Jawa dalam Perayaan Ekaristi menjadikan umat lebih

akrab pula dalam mendaraskan doa pribadi maupun dalam doa bersama.

Umat Stasi St. Fransiskus Xaverius menyadari keberadaan sebagai minoritas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

89

di kalangan masyarakat setempat. Hal ini tidak membatasi umat dalam ikut

serta dalam kegiatan maupun terlibat dalam kepengurusan dalam Desa. Umat

Katolik cukup mendapat tempat di masyarakat setempat. Terbukti dengan

adanya umat Katolik yang menjadi ketua RT, RW ataupun perangkat desa.

Pada saat hari besar dirayakan Natal maupun Paskah, umat Katolik senantiasa

mengundang perangkat desa untuk menyampaikan sambutan serta ramah

tama bersama umat setelah Perayaan Ekaristi selesai. Pagelaran seperti kuda

lumping, wayang, serta keroncong juga pernah ditampilkan untuk

memeriahkan perayaan, tidak jarang pula umat dari agama lain yang meminta

untuk menampilkan kebudayaan lain. Hal ini mendapat tanggapan positif dan

baik untuk terus dilestarikan untuk semakin menumbuhkan rasa menghormati

dan menghargai antar umat beragama.

Sebagai orang Jawa yang turut serta dalam melestarikan budaya Jawa

melalui Bahasa Jawa yang akan senantiasa luntur digerus zaman apabila tidak

digunakan. Identitas orang jawa salah satunya dengan bahasa Jawa yang

digunakan sehingga sejak dini Bahasa Jawa sudah seharusnya diajarkan

kepada anak cucu sebagai generasi penerus. Walaupun dari awal sudah

menggunakan Bahasa Jawa, pada kenyataannya hal ini tidak membantu kaum

muda dalam menghayati Perayaan Ekaristi, mereka cenderung memilih

Bahasa Indonesia. Oleh sebab itu tidak menutup kemungkinan terhadap

penggunaan Bahasa Indonesia dalam Perayaan Ekaristi. Dengan demikian

sebagian umat terutama kaum muda mengharapkan supaya Stasi St.

Fransiskus Xaverius diadakan kembali jadwal Perayaan Ekaristi dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

90

Bahasa Indonesia, dengan tidak meninggalkan Bahasa Jawa, namun hal ini

diperlukan adanya kesepakatan dengan seluruh umat untuk kembali

menjadwalkan Bahasa Indonesia dalam Perayaan Ekaristi sebagai selingan

dengan Bahasa Jawa, karena tidak semua umat setuju dengan hal itu. Melihat

kenyataan bahwa Bahasa jawa sangat membantu umat dalam menghayati

Perayaan Ekaristi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

BAB IV

KATEKESE MODEL SCP (SHARED CHRISTIAN PRAXIS) SEBAGAI

UPAYA MENINGKATKAN PENGHAYATAN AKAN PERAYAAN

EKARISTI BAGI KAUM MUDA DI STASI SANTO FRANSISKUS

XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI KUTOARJO

Berdasarkan hasil penelitian, penulis mengetahui bahwa penggunaan

Bahasa Jawa ditanggapai berbeda antara orang dewasa dengan kaum muda.

Penggunaan Bahasa Jawa dalam Perayaan Ekaristi dapat membantu penghayatan

umat orang dewasa di Stasi St. Frasiskus Xaverius. Kemranggen. Usaha Gereja

untuk membantu penghayatan umat dengan menggunakan bahasa setempat

ternyata tidak dirasakan oleh kaum muda. Kaum muda cenderung hanya

mengikuti dan tingkat penghayatannya kurang mendalam. Mereka tidak memiliki

pilihan lain dan menganggap Perayaan Ekaristi hanya rutinitas yang harus

dipenuhi sebagai seorang Katolik yang mau tidak mau harus senantiasa mengikuti

Perayaan Ekaristi dengan Bahasa Jawa. Hal ini diperoleh dari hasil FGD yang

telah dilaksanakan kepada kaum muda.

Dalam bab IV ini akan diuraikan usulan program katekese bagi kaum

muda di Stasi St. Farnsiskus Xaverius Kemranggen. Usulan program ini sebagai

usaha untuk meningkatkan penghayatan iman kaum muda dalam Perayaan

Ekaristi. Susunan dalam bab ini terdiri dari empat bagian yaitu: Berbagai upaya

untuk meningkatkan penghayatan akan Perayaan Ekaristi, katekese kaum muda

sebagai salah satu upaya meningkatkan penghayatan akan Perayaan Ekaristi,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

92

usulan program katekese dengan model SCP, Contoh Satuan Program Katekese

Model SCP.

A. Berbagai Upaya untuk Meningkatkan Penghayatan akan Perayaan

Ekaristi

1. Pentingnya Penjadwalan Misa

Sebagai upaya meningkatkan penghayatan umat akan Perayaan

Ekaristi dengan Bahasa Jawa di Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemrangen,

ialah pentingnya memperhatikan penjadwalan misa. Penggunaan Bahasa

Jawa dalam Perayaan Ekaristi senantiasa membantu umat dalam

menghayatinya. Hal ini sesuai dengan rumusan dari SC 36 yang menyebutkan

bahwa di dalam Misa maupun bagian liturgi lainnya, bahasa setempat dirasa

lebih bermanfaat bagi umat. Namun, kaum muda tidak sunggung-sungguh

menghayati Perayaan Ekaristi dengan Bahasa Jawa. Berdasarkan hasil

penelitian, kaum mudah lebih memahami Perayaan Ekaristi dengan

menggunakan Bahasa Indonesia yang dirasa sesuai dengan situasi yang

mereka alami.

Berdasarkan pengalaman tidak semua pastor yang bertugas di Paroki

Kutoarjo berasal dan tahu bahasa Jawa serta dapat memimpin misa dengan

bahasa Bahasa Jawa. Maka alangkah lebih baik apabila penjadwalan Misa

menyesuaikan dengan pastor yang bertugas supaya umat dapat mengikuti dan

menghayati Perayaan Ekaristi dengan baik tanpa ada kendala bahasa dari

pastor. Dengan demikian maka pentingnya penjadwalan misa berhubungan

dengan penggunaan bahasa yang digunakan, baik bahasa Jawa maupun

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

93

Bahasa Indonesia. Hal tersebut bertujuan untuk memberikan kesempatan

kepada kaum muda serta memberi pelayanan sehingga mereka merasa tersapa

dan mendapat perhatian dan dapat menghayati Perayaan Ekaristi dengan

mendalam. Penjadwalan misa juga dimaksudkan supaya seluruh umat, baik

orang tua maupun kaum muda senantiasa menghayati Perayaan Ekaristi serta

dapat turut berperan aktif didalamnya.

2. Perayaan Ekaristi untuk Kaum Muda

Sebagai upaya untuk meningkatkan penghayatan kaum muda akan

Perayaan Ekaristi di Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen, ialah dengan

diadakannya Perayaan Ekaristi untuk kaum muda. Ekaristi Kaum Muda

(EKM) merupakan hal baru bagi kaum muda di Stasi St. Fransiskus Xaverius

Kemranggen, dengan memberikan nuansa baru diharapkan dapat membantu

meningkatkan penghayatan kaum muda dalam Perayaan Ekaristi. Dari

penelitian diperoleh data bahwa kaum muda merasa tidak sesuai dengan

bahasa yang digunakan dalam Perayaan Ekaristi, mereka beranggapan bahwa

bahasa tersebut tidak cocok dengan kondisi saat ini. Perayaan Ekaristi

merupakan suatu perayaan, di dalamnya terdapat orang-orang dengan penuh

syukur, begitu juga dengan kaum muda. Kaum muda dengan penuh syukur

merayakan dengan terlibat didalamnya. Pemilihan tema Misa seharusnya

ditentukan bersama serta masing-masing petugas begitu juga dengan pastor

yang memimpin, serta keterlibatan kaum muda sangat dibutuhkan. Dengan

demikian EKM menjadi ajang sebagai suatu pemberdayaan kaum muda untuk

terlibat berperan dalam Perayaan Ekaristi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

94

EKM bertujuan untuk memberikan kemungkinan kaum muda untuk

merayakan iman serta membantu kaum muda dalam menghayati Perayaan

Ekaristi dengan menggunakan gaya kaum muda. Mulai dari pakaian, ekspresi,

lagu, serta pastor yang memimpin supaya disesuaikan dengan kondisi kaum

muda. EKM memberikan tempat kepada mereka untuk dapat merayakan dan

sungguh menghayati Perayaan Ekaristi dengan nuansa yang sesuai dengan

mereka. Dengan suasana yang disesuaikan dengan kaum muda, diharapkan

supaya dapat membantu dalam penghayatan Perayaan Ekaristi. Inilah ruang

bagi kaum muda untuk dapat mengekspresikan secara bebas kehendak hati

dalam mengungkapkan iman mereka seturut dengan apa yang mereka alami

dan zamannya (http://gerejakaummuda.wordpress.com/2010/11/25/ekm-

ekaristi-kaum-muda).

3. Katekese bagi Kaum Muda dengan Model SCP

Sebagai upaya meningkatkan penghayatan kaum muda di Stasi St,

Fransiskus Xaverius Kemranggen, ialah dengan katekese bagi kaum muda.

Bertolak dari penelitian yang telah dilakukan, penghayatan kaum muda

terhadap Perayaan Ekaristi masih kurang mendalam. Salah satu kendalanya

ialah penggunaan Bahasa Jawa dalam Perayaan Ekaristi, kaum muda merasa

bahwa bahasa yang digunakan tidak sesuai dengan keadaan dan situasi

sekarang ini. Guna membantu kaum muda dalam meningkatkan penghayatan

akan Perayaan Ekaristi dengan menggunakan Bahasa Jawa ialah dengan

katekese bagi kaum muda. Katekese yang dipilih ialah model SCP, yaitu

menekankan proses berkatekese yang bersifat dialogal dan partisipasi yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

95

dimaksudkan mendorong peserta untuk menemukan pengalaman hidupnya

dengan Tradisi Kristiani demi terwujudnya keterlibatan baru.

Katekese dengan model SCP menjadi salah satu upaya untuk

meningkatkan penghayatan akan Perayaan Ekaristi bagi kaum muda. Melalui

katekese, kaum muda dapat saling mensharingkan apa yang menjadi

kerinduan yang dirasakan selama ini terutama dalam hal penghayatan Ekaristi

Bahasa Jawa. Sehingga apa yang mereka rayakan bersama tidak hanya

berhenti pada mengerti maksudnya saja melainkan dapat sungguh-sunggguh

memahami dan menghayati Perayaan Ekaristi serta dapat terlibat di

dalamnya. Dengan demikian kaum muda turut serta dalam proses pewartaan

kepada sesama dan upaya Gereja yang terdapat dalam SC mengenai tujuan

digunakannya bahasa setempat dapat sungguh terlaksana dan mampu

menggerakkan kaum muda untuk dapat terlibat aktif dalam Perayaan Ekaristi.

B. Katekese bagi Kaum Muda Sebagai Salah Satu Upaya Meningkatkan

Penghayatan Akan Perayaan Ekaristi

1. Pengertian Katekese

Paus Yohanes Paulus II dalam Catechesi Tradendae (CT) art. 18

mendefinisikan arti dari katekese sebagai berikut “... katekese ialah

pembinaan anak-anak, kaum muda dan orang-orang dewasa dalam iman,

yang khususnya mencakup penyampaian ajaran Kristen, yang pada umumnya

diberikan secara organis dan sistematis, dengan maksud mengantar para

pendengar memasuki kepenuhan hidup Kristen”. Dengan ini katekese ialah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

96

suatu pembinaan iman yang mencakup penyampaian ajaran Kristen yang

diberikan secara sistematis dan organis dengan tujuan supaya dapat

memenuhi kehidupan Kristen. Melalui katekese, Gereja berusaha untuk

membantu umat beriman supaya lebih memahami dan menghayati hidup

Kristen dengan harapan dapat diwujudkannyatakan dalam kehidupan sehari-

hari. Terdapat tiga pokok yang disampaikan oleh Paus Yohanes Paulus II

dalam CT ialah: pembinaan iman kepada anak-anak dan orang dewasa,

penyampaian ajaran Kristen, dengan harapan mengantarkan pendengar

katekese supaya hidup secara Kristen sungguh dapat dipenuhi.

PPKI II (Lalu, 2007: 12) mendefinisikan ketekese yang lebih akrab

dengan katekese umat sebagai suatu komunikasi iman atau tukar pengalaman

iman. Masing-masing peserta katekese membawa kesaksian sebagai orang

kristiani yang kemudian saling bertukar dan saling meneguhkan dan

memperkaya satu sama lain. Pengalaman dikasihi oleh Yesus Kristus yang

secara bebas dan kehendak hati untuk mengimani Yesus Kristus. Dengan

kesaksian akan sabda Allah yang telah tersampaikan dan kemudian

ditanggapai oleh umat itu sendiri. Dalam hal ini yang bekatekse ialah umat

yang senantiasa berkumpul atas nama Yesus Kristus.

Katekese ialah salah satu bentuk perwujudan Gereja, yang bermaksud

menerangi existensi manusia, sebagai tindakan penyelamatan Allah,

dengan memberikan kesaksian tentang rahasia Kristus dalam bentuk

permakluman sabda, yang bertujuan mengunggah dan memupuk iman

serta menolong manusia untuk menghayati imannya dalam situasi

hidup sehari-hari yang konkrit (Soetawan, 1974:5).

Katekese ialah salah satu bentuk perwujudan Gereja, ialah umat Allah

yang melalui bimbingan Roh Kudus yang menghadapkan kepada kehidupan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

97

konkrit kepada keselamatan Allah. Bentuk perwujudan Gereja antar lain

perayaan liturgi, permakluman sabda dan usaha-usaha sosial dan keutamaan-

keutamaan yang lain.

2. Tujuan Katekese

Berdasarkan dari definisi katekese dapat dikatakan bahwa katekese

bertujuan untuk membantu umat Kristiani lebih memaknai ajaran Kristus

sehingga dapat semakin beriman kepada Yesus Kristus. Paus Yohanes Paulus

II dalam CT art. 25 memaparkan tujuan katekese sebagai berikut:

Pada intinya katekese sungguh perlu baik bagi pendewasaan iman

maupun bagi kesaksian umat Kristen ditengah masyarakat: tujuannya

ialah mendampingi umat Kristen untuk meraih kesatuan iman serta

pengertian akan Putera Allah, kedewasaan pribadi manusia, dan

tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus. Katekese

bertujuan juga menyiapkan mereka untuk membela diri terhadap

siapapun, yang meminta pertanggungjawaban mereka atas harapan

yang ada pada mereka.

Dengan ini tujuan katekese ialah supaya semakin mendewasankan

iman umat beriman supaya kepenuhan hidup Kristen sungguh dirasakan dan

tersampaikan dalam kehidupan. Umat senantiasa dapat beriman yang penuh

sehingga tidak mudah tergoyahkan dengan hal-hal yang mungkin akan

menghampiri. Suasana yang terjadi hendaknya saling terbuka dan saling

menghargai serta saling mendengar antar peserta. Berkatekese tidak hanya

cukup dilaksanakan sekali atau dua kali melainkan upaya untuk mempertebal

iman yang dilakukan terus menerus.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

98

Dalam PKKI II yang dilaksanakan pada tanggal 29 Juni s.d 5 Juli

1980 di Klendar Jakarta Yosep Lalu merumuskan tujuan katekese sebagai

berikut:

1) Supaya dalam terang injil kita semakin meresapi arti pengalaman-

pengalaman kita sehari-hari

2) Dan kita bertobat (metanoia) kepada Allah dan semakin menyadari

kehadiran-Nya dalam kenyataan hidup sehari-hari

3) Dengan demikian kita semakin sempurna beriman, berharap,

mengamalkan cinta kasih dan makin dikukuhkan hidup kristiani kita

4) Pula kita masing bersatu dalam Kristus, makin menjemaat, makin

tegas mewujudkan tugas Gereja setempat dan mengokohkan Gereja

semesta

5) Sehingga kita sanggup memberi kesaksian tentang Kristus dalam

hidup kita di tengah masyarakat

Berdasarkan rumusan dari tujuan katekese yang telah dicantumkan

diatas, maka tujuan katekese yang akan dilakukan kepada kaum muda di Stasi

St. Fransiskus Xaverius Kemrangge, ialah untuk membantu kaum muda

dalam meningatkan penghayatan akan Perayaa Ekaristi dengan menggunakan

Bahasa Jawa. Melalui katekese peserta diharapkan mempunyai kedasaran

untuk mampu mempelajari bahasa Jawa supaya dengan sungguh-sungguh

dapat membantu meningkatkan penghayatan umat dalam Perayaan Ekaristi.

Sehingga tujuan yang katekese untuk mendewasakan iman dan memebri

kesaksian ditengah masyarakat sungguh dapat terwujud.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

99

3. Model Katekese

Dalam PKKI III menyebutkan beberapa unsur dalam ketekese antara

lain: proses penyadaran pengalaman hidup, hal ini menjadi pokok dalam

suatu katekese karena proses katekese berpangkal dari kenyataan hidup yang

dialami oleh umat. Proses penyadaran pengalaman hidup dengan terang Kitab

Suci dan Tradisi Gereja, dimana umat memadukan pengalamnnya dengan

pengalaman iman dalam Kitab Suci, dengan artian bahwa umat melihat

campur tangan Tuhan dalam setiap pengalamannya. Yang terakhir ialah

proses penyadaran akan keterlibatan untuk pembaharuan masyarakat atau

keterlibatan baru, setelah umat menyadari pangilana sebagai murid maka

mereka pun siap untuk menjalankan perutusan. Katekese dibagi menjadi tiga

model yaitu model pengalaman hidup, model blibis, dan model campuran

(Sumarno DS, 2005:11). Model-model tersebut merupakan alternatif yang

digunakan dalam berkatekese seturut dengan perkembangan zaman. Dalam

menyusun program yang akan dilaksanakan bagi umat di Stasi Kemranggen

menggunakan model Shered Christian Praxis (SCP). Model ini bermula dari

model pengalaman hidup umat yang kemudian direfleksikan secara kritis

dengan pengalaman iman dan visi misi kristiani supaya muncul sikap

kesadaran baru. Katekese model SCP mengutamakan peserta sebagai subyek

yang senantiasa akan membagikan pengalaman hidupnya untuk saling

menguatkan yang kemudian diteguhkan melalui kitab suci atau Tradisi

Gereja.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

100

a. Tiga komponen utama dalam Shered Christian Praxis (SCP).

1) Praxis

Praxis dalam Shared Shristian Praxis diartikan sebagai suatu tindakan

yang sudah direfleksikan. Praxis sebagai tindakan meliputi seluruh

keterlibatan manusia dalam dunia, segala sesuatu yang diperbuat oleh

manusia dengan tujuan tertentu, yaitu suatu perubahan hidup yang meliputi

kesatuan praktek dan teori, antara refleksi kritis dan histori yang mengarah

kepada keterlibatan baru. Praxis merupakan suatu praktek yang didukung

oleh refleksi teoritis dan sekaligus refleksi teoritis yang didukung oleh

praktek. Yang merupakan ungkapan pribadi meliputi fisik, emosional,

intelektual, spiritualitas dari hidup kita. Menyangkut 3 unsur pembentuk yang

saling berkaitan yaitu: aktivitas, refleksi dan kreativitas (Sumarno DS,

2005:15).

2) Christian

Corak kehidupan Kristiani terdapat dalam Tradisi Gereja, yaitu: Kitab

Suci tertulis, ajaran Gereja resmi, tafsir, ajaran para teolog, praktek suci,

ibadat, sakramen, simbol, ritus, peringatan, lukisan atau hiasan yang menjadi

ekspresi iman akan pengalamannya kepada Allah, peristiwa historis

khususnya kehadiran Allah dalam peristiwa hidup, mati dan kebangkitan

Kristus. Tradisi dalam Gereja Katolik merupakan pengalaman iman dalam

bentuk apapun dan telah dibakukan oleh Gereja dalam menanggapi

pewahyuan Allah didunia. Tidak semua tradisi dapat di sebut Tradisi, bahkan

Tradisi tidak dapat diciptakan begitu saja oleh seseorang. Setiap orang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

101

memiliki pengalaman dan sejarah masing-masing serta memiliki tradisinya

sendiri. Dalam hal ini setiap orang mencipakan tradisinya sendiri sebagai

orang beriman. Pengalamn kontrit yang dialami oleh setiap orang inilah yang

dimaksud dengan tradisi (dengan huruf t kecil).

3) Shared

Sharing mengungkapkan berbagai rasa, pengalaman, pengetahuan

serta saling mendengarkan pengalaman orang lain, shared bukan berarti

peserta terus menerus harus berbicara. Dalam dialog ini meliputi untuk

penting (to tell) membicarakan yang tidak sama dengan berbicara yang

didasari oleh sikap keterbukaan dan kejujuran serta kerendahan hati untuk

mengungkapkan pengalaman nyata yang terjadi. Dan (to listen)

mendengarkan dengan hati dan rasa tentang apa yang dikomunikasikan oleh

orang lain. Ketentuan sharing dalam berkatekese model SCP ialah rasa cinta

kasih kepada dunia dan manusia yang menjadi dasar dalam berkomunikasi,

sikap kerendahan hati dan mau menerima dan menghargai pribadi yang lain,

suasana saling berharap akan kekuatan dan dukungan dengan peserta yang

lain, bijaksana atas apa yang akan disharingkan. Sehingga dalam sharing

diharapkan terjadinya dialog antar peserta dengan Tuhan bukan hanya anatar

peserta yang lain.

b. Langkah-langkah Model Shered Christian Praxis (SCP).

1) Langkah 0 (Awal) : Pemusatan Aktivitas

Langkah awal ini dimaksudkan agar mendorong peserta untuk

menemukan topik pertemuan yang bertolak dari kehidupan konkret yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

102

selanjutnya diangkat menjadi tema pertemuan. Dengan demikian tema yang

diangkat sungguh-sungguh mencerminkan kehidupan umat sendiri. Langkah

awal ini tidak selalu dan bahkan jarang digunakan karena sebagian besar

pemandu katekese umat sudah mempersiapkan tema yang akan digunakan

dalam berkatekese. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh data bahwa kaum

muda kurang menghayati Perayaan Ekaristi bahasa Jawa. Maka, tema sudah

ditentukan sesuai dengan keprihatinan tersebut, supaya kaum muda dapat

meningkatkan penghayatan akn Perayaan Ekaristi bahasa Jawa.

2) Langkah 1 (Pertama) : Mengungkapkan Pengalaman Hidup Peserta

Dalam langkah awal telah dibahas tentang bagaimana membuat tema

yang mencerminkan hidup umat sendiri sehingga mereka mampu tersapa

dengan tema yang diambil. Pada langkah pertama ini pendamping bisa

membagikan teks cerita yang sesuai dengan tema ataupun video yang mampu

mengantar umat, sehingga umat dapat lebih terlibat aktif untuk

mensharingkan pengalamannya. Dalam langkah ini pendamping tidak boleh

menanggapi sebagai suatu laporan tetapi dengan sabar, ramah dan hormat

untuk mendengarkan sharing dari umat sekalian tentang pengalaman hidup

yang mereka alami. Dalam langkah ini peserta mengungkapkan pengalaman

kenyataan hidup yang dialami sesuai dengan tema yang dibahas. Sesuai

dengan tema yang telah dipilih, peserta diharapkan dapat mengungkapkan

pengalaman selama mengikuti Perayaan Ekaristi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

103

3) Langkah II (Kedua) : Mendalami Pengalaman Hidup Peserta.

Dalam Langkah pertama telah mendengar sharing dari umat mengenai

pengalaman hidup yang mereka alami. Pada Langkah kedua ini tidak terlepas

dari langkah pertama dimana para peserta diajak untuk lebih mendalami

pengalaman yang mereka alami dengan panduan pertanyaan yang mampu

membawa umat untuk lebih mendalami pengalaman tersebut. Supaya lebih

memperdalam pada saat refleksi dan mengantar peserta untuk sampai kepada

kesadaran kritis akan pengalaman hidup dan tindakannya. Dalam langkah ini

peserta diajak untuk dapat mensharingkan dan saling menguatkan satu sama

lain dengan bantuan pertanyaan untuk menggali pengalaman, namun tidak

memaksa peserta untuk berbicara. Setelah peserta mengungkapkan

pengalaman konkrit mengenai keterlibatan dalam Perayaan Ekaristi kemudian

peserta diajak untuk mendalami dan merefleksikan pengalamannya tersebut.

4) Langkah III (Ketiga) : Menggali Pengalaman Iman Kristiani

Dalam langkah ini bertujuan untuk mengkomunikasikan nilai-nilai

Tradisi dan visi kristiani supaya lebih terjangkau dan lebih mengena kepada

kehidupan peserta yang memiliki latarbelakang yang berbeda. Dalam setiap

pengalaman yang kita alami Tuhan selalu ada bersama kita. Oleh karena itu,

pada langkah ketiga ini peserta diajak untuk mampu memaknai dan

merefleksikan pengalaman yang dialami dengan terang Injil maupun Tradisi

Gereja sehingga peserta mampu menemukan makna hidup sejati. Pemandu

kateseke sebagai fasilitator memberikan tafsiran Kitab Suci untuk lebih

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

104

menguatkan apa yang telah dibahas dalam katekese, sehingga iman umat

semakin diteguhkan. Pengalaman peserta yang sudah direfleksikan kemudian

dihubungan dengan Tradisi Gereja. Hal ini dimaksudkan supaya peserta

diteguhkan, sehingga mulai muncul kesadaran sehingga mampu

menggunakan unsur budaya setempat dapat digunakan untuk membantu

menghayati Perayaan Ekaristi.

5) Langkah IV (Keempat) : Menerapkan Iman Kristiani dalam situasi

peserta konkrit.

Mengajak peserta untuk menemukan bagi dirinya sendiri nilai hidup

yang hendak di garisbawahi, sikap-sikap pribadi yang picik di hilangkan dan

nilai-nilai baru yang hendak di perkembangkan. Dalam langkah keempat

peserta mendialogkan apa yang telah diperoleh selama berkatekese dari

langkah pertama hingga langkah ketiga, dan fasilitator mengundang umat

untuk melangkah kepada kehidupan yang lebih baik dengan semangat dan

iman yang baru. Langkah keempat ini peserta mereflesikan kembali sambil

merenungkan selama proses yang telah berlangsung dan diarahkan untuk

menemukan sikap baru berkaitan dengan tema yang telah didalami, sehingga

peserta semakin mampu untuk belajar untuk mempelajari dan tidak begitu

saja kehilangan Bahasa Jawa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 123: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

105

6) Langkah V (Kelima) : Mengusahakan suatu aksi konkrit

Mengajak peserta agar sampai pada keputusan praksis yang dipahami

sebagai tanggapan jemaat terhadap pewahyuan Allah dan nantinya mereka

mampu untuk membuat aksi baik dalam bentuk kelompok/komunitas maupun

secara individu sehingga mereka mampu menjawab kebutuan masyarakat

disekitar dan terlibat didalamnya. Bertolak dari keprihatinan yang dialami oleh

kaum muda sebagai peserta, dan setelah menemukan niat baru secara pribadi,

kemudian peserta secara bersama-sama mengusahakan aksi yang akan

dilakukan guna meningkatkan penghayatan akan Perayaan Ekaristi dengan

menggunakan Bahasa Jawa.

C. Usulan Program Katekese dengan Model SCP

1. Latar Belakang Pemilihan Program

Setelah melakukan penelitian di Stasi St. Fransiskus Xaverius

Kemranggen, Paroki Santo Yohanes Rasul Kutoarjo, dari hasil wawancara

kepada kaum muda dan orang tua, penulis menemukan fakta bahwa orang

dewasa senantiasa merasa terbantu dengan penggunaan bahasa Jawa dalam

Perayaan Ekaristi. Tanggapan yang berbeda dirasakan oleh kaum muda yang

mengerti bahasa Jawa tetapi tidak sungguh-sungguh menyentuh hati mereka.

Kaum muda berpandangan bahwa Perayaaan Ekaristi merupakan formalitas

sebagai orang Katolik dan mereka tidak merasa terbantu dengan penggunaan

bahasa Jawa. Dengan demikian, maka semangat SC yang menyatakan bahwa

bahasa pribumi akan lebih bermanfaat kurang dirasaka oleh kaum muda. Hal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 124: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

106

ini tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan zaman sangat berpengaruh

terhadap gaya hidup kaum muda tidak terkecuali dalam hal bahasa. Walaupun

pada kenyataannya Bahasa Jawa digunakan dalam komunikasi dalam

kehidupan sehari-hari oleh umat di Stasi St. Fransiskus Xaverius

Kemranggen. Perayaan Ekaristi yang dilaksanakan di Gereja Stasi St.

Fransiskus Xaverius Kemranggen menggunakan Bahasa Jawa, maka tidak

ada pilihan lain bagi umat untuk tidak mengikuti Ekaristi maupun ibadat.

Kaum muda yang datang cenderung hanya mengikuti saja tanpa mengetahui

dan memahami setiap ritus yang ada.

Melihat kenyataan tersebut, penulis mengusulkan katekese dengan

model Shared Christian Praxis (SCP). Katekese SCP dipilih untuk membantu

kaum muda dalam memahami dan menghayati Perayaan Ekaristi secara

mendalam, dengan mengenal unsur-unsur dalam Liturgi Ekaristi. Katekese

SCP dimaksudkan supaya kaum muda dapat berdialog mengsharingkan dan

mengungkapkan apa yang dirasakan sehubungan dengan penggunaan Bahasa

Jawa dalam Perayaan Ekaristi, karena unsur utama dalam katekese SCP ini

ialah sharing pengalaman yang direfleksikan dengan pengalaman iman dan

visi kristiani. Katekese ini pula mengajak kaum muda untuk senantiasa dapat

dengan sungguh-sungguh menghayati apa yang mereka rayakan sehingga

iman mereka selalu berkembang, apapun bahasa yang digunakan dalam

Perayaan Ekaristi. Dengan demikian akan muncul keterlibatan kaum muda

dalam partisipasi aktif dalam Perayaan Ekaristi, seperti lektor maupun doa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 125: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

107

umat. Pesan Kitab Suci yang diterima dapat tersampaikan dengan baik

melalui bahasa yang digunakan dalam Perayaan Ekaristi.

2. Tema dan Tujuan Program

Tema yang dipilih bertujuan untuk membantu kaum muda dalam

menghayati Ekaristi dengan Bahasa Jawa supaya sunggguh-sungguh

menyentuh hati kaum muda serta menyadarkan mereka akan pentingnya

menghayati bukan sekedar mengerti dan mengikuti, sehingga iman akan

Yesus Kristus semakin mampu diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari.

Tema yang dianggat dalam usulan program ini ialah “Menjadi pribadi

yang ekaristis dengan tidak tercabut dari akar budaya Jawa” Penulis memilih

tema tersebut berdasarkan kenyataan yang dialami oleh kaum muda yang

merasa belum sepenuhnya terbantu dalam menghayati Perayaan Ekaristi

dengan menggunakan Bahasa Jawa. Oleh karena itu tema tersebut merujuk

kepada cara untuk dapat menghayati Perayaan Ekaristi yang diharapkan dapat

diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari.

Tujuan dari tema tersebut ialah Memahami makna serta simbol dalam

Perayaan Ekaristi, sehingga kaum muda sungguh menghayati dan menjadi

pribadi yang ekaristis dengan berakar dari budaya Jawa. Dengan demikian

mengayati Perayaan Ekaristi tidak berhenti pada pemahaman saja.

Tema Umum : Menjadi pribadi yang ekaristis dengan tidak tercabut dari

akar budaya Jawa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 126: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

108

Tujuan

Umum

: Memahami makna serta simbol dalam Perayaan Ekaristi,

sehingga kaum muda sungguh menghayati dan menjadi

pribadi yang ekaristis dengan berakar dari budaya Jawa

Tema I : Ekaristi sebagai sumber dan puncak kehidupan

Tujuan I : Kaum muda menyadari makna Perayaan Ekaristi sebagai

sumber dan puncak keselamatan, sehingga kaum muda

memiliki kesadaran untuk berbagi demi mewujudkan

keselamatan dalam kehidupan.

Tema II : Ekaristi sebagai satu kesatuan yang utuh

Tujuan II : Menyadari bahwa Perayaan Ekaristi merupakan satu

kesatuan yang tidak dapat dipisahkan

Tema III : Berekaristi dengan bahasaku

Tujuan III : Menyadarkan kaum muda akan makna berinkulturasi

dalam Perayaan Ekaristi sebagai sarana untuk

mengungkapkan iman sehingga kaum muda semakin

disadarkan terlibat aktif dalam kehidupan menggereja.

Tema IV : Keterlibatan dalam Perayaan Ekaristi

Tujuan IV : Menyadarai pentingnya keterlibatan sehingga dapat

memunculkan kesadaran baru untuk dapat terlibat dalam

Perayaan Ekaristi

Tema V : Mewujudkan pribadi yang ekaristi dalam hidup pribadi

dan bersama

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 127: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

109

Tujuan V : Dengan menghayati Perayaan Ekaristi secara sungguh-

sungguh, mampu menggerakkan dan meyentuh hati kaum

muda sehingga dapat diterapkan dalam diri sendiri

maupun sesama

3. Petunjuk pelaksanaan Program

Sasaran program ini ialah kaum muda Stasi St. Fransiskus Xaverius.

Mengingat kaum muda masih kurang terbantu dengan Perayaan Ekaristi

Bahasa Jawa, maka, bersama-sama dengan orang tua supaya saling adanya

perhatian sehingga akan saling membantu. Sebagai orang Jawa sudah

seharusnya menjaga warisan budaya Jawa dan menjadi penerus yang tidak

meninggalkan identitasnya. Bahasa Jawa sudah semestinya dilestarikan

supaya tidak mudah tergerus oleh perkembangan zaman. Katekese

dilaksanakan setiap malam minggu ke 2 dan 4 selama dua bulan. Hal ini juga

dimaksudkan dalam rangka pembaharuan hidup yang bertepatan pula dengan

AYD (Asian Youth Day). AYD yang ketujuh ditahun 2017 mengambil tema

“Joyful Asian Youth! Living the Gospel in Multicultural Asia” sebagai Gereja

yang hadir ditengah-tengah masyarakat yang memiliki keanekaragaman

budaya agama maupun masyarakat multikultur. Berpangkal dari hal tersebut

para Uskup Asia merumuskan keprihatinan utama ialah berevangelisasi bagi

Gereja Asia, yang artinya berpusat pada pembangaunan Gereja dengan

berdialog dengan keberagaman budaya yang berakhir pada usaha

menghadirkan Kerajaan Allah (http://asianyouthday.org/). Dengan demikian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 128: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

110

tema katekese yang diambil berhubungan dengan tema AYD bagi kaum muda

untuk senantiasa berakar dari budaya setempat. Melalui budaya kaum muda

diharapkan dapat semakin terlibat dalam kehidupan menggereja sekaligus

turut serta dalam melestarikan budaya.

Berikut ini penulis akan memaparkan salah satu contoh persiapan

katekese dengan model SCP. Katekese akan dilaksanakan lima kali

pertemuan dengan judul yang berbeda namun tetap mengacu kepada tema

yang terlah ditentukan, dengan tujuan supaya kaum muda dapat lebih

menyadari pentingnya untuk menghayati Perayaan Ekaristi sehingga iman

mereka senantiasa diperkuat dan dapat diterapkan dalam lingkungan sekitar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 129: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

111

4. Penjabaran Program

Tema Umum : Menjadi pribadi yang ekaristis dengan tidak tercabut dari akar budaya Jawa.

Tujuan Umum : Memahami makna serta simbol dalam Perayaan Ekaristi, sehingga kaum muda sungguh-sungguh

menghayati dan sungguh-sungguh menjadi pribadi yang ekaristis dengan berakar dari budaya Jawa.

No Tema Tujuan Pertemuan Judul Pertemuan Uraian Materi Metode Sarana Sumber

Bahan

1 Menyadari

makna serta

simbol-simbol

Ekaristi,

sehingga kaum

muda semakin

menjadi pribadi

yang ekaristis

dengan berakar

dari budaya

Jawa

Kaum muda

menyadari makna

Perayaan Ekaristi

sebagai sumber dan

puncak keselamatan,

sehingga kaum

muda memiliki

kesadaran untuk

berbagi demi

mewujudkan

keselamatan.

Ekaristi sebagai

sumber dan

puncak kehidupan

Pengertian

Sakramen

Ekaristi

Sumber

kehidupan

Sharing

Informasi

Refleksi

kritis

Diskusi

Tanya

jawab

Kidung

Adi

Laptop

Kitab

Suci

LCD

Rm 12:1-8

Yak 1:26-

27

Yoh 4:1-25

2 Menyadari bahwa

Perayaan Ekaristi

Ekaristi sebagai

satu kesatuan

Bagian-bagian

Ekaristi

Sharing

Informasi

Kidung

Adi

1 kor 12:12-

31

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 130: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

112

merupakan satu

kesatuan yang tidak

dapat dipisahkan

yang utuh Refleksi

kritis

Diskusi

Tanya

jawab

Kitab

Suci

Laptop

LCD

1 Kor 12:1-

11

3 Menyadarkan kaum

muda akan makna

berinkulturasi dalam

Perayaan Ekaristi

sebagai sarana untuk

mengungkapkan

iman sehingga kaum

muda semakin

disadarkan terlibat

aktif dalam

kehidupan

menggereja.

Berekaristi

dengan bahasaku

Pengertian

budaya

Unsur-unsur

budaya

Inkulturasi

Sharing

Informasi

Refleksi

kritis

Diskusi

Tanya

jawab

Kidung

Adi

Kitab

Suci

Laptop

LCD

Ibr 11:1-40

Kis 2:5-12

4 Menyadari

pentingnya

keterlibatan

sehingga dapat

Keterlibatan

dalam Perayaan

Ekaristi

Macam-macam

keterlibatan

Kesadaran untuk

terlibat

Sharing

Informasi

Refleksi

kritis

Kidung

Adi

Kitab

Suci

Luk 10:38-

42

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 131: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

113

memunculkan

kesadaran baru

untuk dapat terlibat

dalam Perayaan

Ekaristi

Diskusi

Tanya

jawab

Laptop

LCD

5 Dengan menghayati

Perayaan Ekaristi

secara sungguh-

sungguh, mampu

menggerakkan dan

meyentuh hati kaum

muda sehingga dapat

diterapkan dalam

diri sendiri maupun

sesama

Mewujudkan

pribadi yang

ekaristi dalam

hidup pribadi dan

bersama

Pribadi ekaristis

Macam-macam

contoh

perwujudan

Sharing

Informasi

Refleksi

kritis

Diskusi

Tanya

jawab

Kidung

Adi

Kitab

Suci

Laptop

LCD

1 Yoh 4:7-

21

Kis 4:30-37

Kis 2:40-47

Luk 9:57-

62

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 132: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

114

D. Contoh Satuan Program Katekese Model SHARED CHRISTIAN

PRAXIS

Identitas pelaksanaan SCP

1. Tema : Berekaristi dengan bahasaku

2. Tujuan :Menyadarkan kaum muda akan makna berinkulturasi

dalam Perayaan Ekaristi sebagai sarana untuk

mengungkapkan iman sehingga kaum muda semakin

disadarkan terlibat aktif dalam kehidupan menggereja.

3. Peserta : Kaum muda Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen

4. Waktu : 60 menit

5. Model : SCP

6. Metode :

- Sharing

- Refleksi kritis

- Diskusi

- Informasi

- Tanya jawab

7. Sarana :

- Teks pertanyaan pendalaman

- Cuplikan video Misa Bahasa Jawa

- Teks Kitab Suci

- Laptop

- LCD

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 133: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

115

- Lilin dan Salib

- Kidung Adi

8. Sumber Bahan:

- Kitab Suci Kisah Para Rasul 2:5-12

- Bergant, Dianne & Karris, Robert. (2002), Tafsir Injil Alkitab

Perjanjian Baru, Yogyakarta: Kanisius.

Pemikiran Dasar

Sebagai manusia yang memiliki latar belakang budaya dan adat

istiadat sudah seharusnya ikut serta dalam melestarikannya supaya tidak

luntur begitu saja. Hal tersebut sebagai bentuk penghormatan kepada nenek

moyang yang telah mewariskannya kepada kita. Namun berbudaya saja tidak

cukup tanpa percaya kepada Sang pencipta budaya tersebut. Beragama

tidaklah menjadi alasan untuk menghilangkan unsur budaya. Setiap umat

akan hidup dalam budayanya masing-masing, walaupun tidak dapat

dipungkiri bahwa kebudayaan luar dengan mudah masuk dengan semakin

berkembangnya zaman. Namun bagaimana kita dapat kritis terhadap setiap

budaya baru yang muncul bersama dengan perembangan zaman. Bagaimana

kita bisa bertahan dengan kebudayaan yang telah kita miliki, untuk senantiasa

dijaga sekaligus sebagai sarana pengungkapan iman. Melalui budaya masing-

masing agama dapat masuk dan kian berkembang didalamnya. Maka tidak

heran apabila terdapat banyak unsur-unsur budaya yang masuk kedalam

agama, misalnya dari sisi bagunan, alat musik, serta bahasa. Seperti halnya di

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 134: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

116

Jawa khususnya di Paroki Kutoarjo, Stasi St. Fransiskus Xaverius

Kemranggen yang masih memegang teguh penggunaan bahasa Jawa dalam

Perayaan Ekaristi serta penggunaan gamelan pada hari-hari tertentu, seperti

hari raya Natal paumun Paskah. Namun pada kenyataannya hal ini kurang

menjadi perhatian khusus terhadap kaum muda di Stasi St. Fransiskus

Xaverius Kemranggen. Mereka beranggapan bahwa menggunakan Bahasa

Jawa tidak lagi sesuai dengan perkembangan zaman sekarang ini, sehingga

mereka cenderung hanya mengikuti tanpa sungguh-sungguh menghayatinya.

Padahal hal ini menjadi salah satu upaya untuk melestarikan budaya Jawa.

Perikop dalam Kisah Para Rasul 2:5-12 menguraikan peristiwa jemaat

yang berkumpul dalam suasana doa, banyak peziarah Yahudi yang datang ke

Yerusalem. Kemudian setelah semua dipenuhi oleh Roh Kudus, mereka

mulai berbicara menggunakan bahasa-bahasa yang diberikan oleh Roh Kudus

kepada mereka. “mereka masing-masing mendegar rasul-rasul itu berkata-

kata dengan bahasa mereka sendiri”(2:6b). Bahasa Roh yang diberikan

sebagai pewartaan kebenaran akan Allah. Hal ini mengandung unsur misioner

bahwa sudah seharusnya apabila seorang misioner mengerti akan berbagai

bahasa. Kita dihantar untuk semakin beriman melalui budaya yang telah

menjadi warisan kita dari nenek moyang yang digunakan sebagai sarana

pengungkapan iman. Dengan demikian berbudaya dan beriman sangat erat

kaitannya dan saling adanya keterbukaan satu sama lain. Melalui bahasa yang

telah kita gunakan sehari-hari maka sudah sewajarnya hal tersebut semkin

membantu kita dalam menghayati dengan sungguh-sungguh.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 135: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

117

Kita diharapkan untuk semakin mampu menanggapi dan memahami

ajaran Yesus Kristus sebagai murid yang sejati. Sehingga apa yang telah kita

terima tidak hanya untuk diri kita pribadi melainkan untuk kita wartakan dan

sampaikan kepada ornag lain, dengan demikian haruslah untuk menyadari

dengan sungguh-sungguh supaya apa yang kita bagikan kepada sesama

tidaklah omongan tanpa arti. Sebagai generasi penerus yang menerima

warisan dari nenek moyang, patutlah untuk terus dan turut serta dalam

melektarikan budaya Jawa, supaya tidak mudah luntur dan tidak akan punah

oleh zaman. Menjadi murid Yesus maka berani untuk memberi kesaksian

kepada sesama, memberikan keteladanan dan ikut aktif dalam masyarakat

dengan tetepa berpegang teguh kapada-Nya.

PENGEMBANGAN LANGKAH-LANGKAH

1. Pembukaan

a. Pengantar

Teman teman yang terkasih dalam Yesus Kristus, kita berkumpul di

tempat ini karena kasih dan kesetiaan Allah kepada kita. Kita berkumpul

bersama sebagai satu keluarga, sebagai seorang Jawa serta pilihan Allah

untuk menjadi murid-murid-Nya, dengan satu tujuan bersama.

Seperti yang telah kita ketahui, bahwa semua umat diseluruh dunia

hidup dengan berbagai budaya masing-masing, bahkan di Indonesia

sendiri mempunyai berbagai macam budaya dalam setiap daerahnya. Hal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 136: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

118

ini tentu saja budaya sangat memegang peran penting dalam proses

pewartaan Injil supaya sampai dan tepat sasaran. Unsur-unsur budaya yang

ada menjadi sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang

hendak disampaikan kepada umat. dengan hal tersebut maka, umat akan

merasa terbantu dalam menerima apa yang disampaikan. Di wilayah Jawa

tentu saja Bahsa Jawa senantiasa digunakan dalam masyarakatnya begitu

pula di Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemraggen yang senantiasa

menggunakan Bahsa Jawa dalam Perayaan Ekaristi. Hal ini dianggap akan

lebih membantu dalam proses menghayati serta mempertebal iman

kepercayaan kepada Yesus Kristus. Karena asal mengerti saja tidak cukup,

harus disertai dengan menghayati secara sungguh-sungguh. Hal ini juga

sebagai sarana pelestarian budaya supaya tidak luntur begitu saja.

Untuk itu sebagai satu keluarga dalam budaya yang sama ialah

budaya Jawa, marilah kita bersyukur atas semuanya dan marlah pulakita

memohon rahmat Tuhan supaya senantiasa menyertai kita dalam

pertemuan kali ini.

b. Lagu Pembuka: Memujia Pangeran KA 156

c. Doa Pembuka

Bapa yang penuh kasih, kami bersyukur dan berterimakasih atas kasih

serta penyertaan-Mu yang telah Engkau berikan kepada kami semua

ditempat ini. Tidak lupa kami mengucap terimakasih, karena

kesempatan ini kami Engkau kumpulkan dalam ikatan persaudaraan

anak-anak-Mu. Saat ini kami akan bersama-sama menggali dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 137: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

119

merefleksikan sejauh mana kita menyadari pentingnya menghayati

Perayaan Ekaristi melalui budaya Jawa yang kami miliki. Kami

percaya atas penyelenggaraan-Mu bagi kami, sehingga kami mampu

untuk turut serta dalam melestarikan budaya kami ini. Untu itu, pada

kesempatan ini kamu mohon berkat-Mu bagi kami semua dengan

melalui budaya yang kamu miliki mampu untuk semakin beriman dan

percaya kepada-Mu sebagai murid yang sejati. Nama-Mu kami puji

kini dan sepanjang masa. Amin.

2. Langkah I: Mengungkapkan Pengalaman Hidup peserta

a. Pendamping mengajak peserta untuk bersama-sama melihat cuplikan

video Misa bahasa Jawa

b. Pendamping meminta salah satu peserta untuk mengungkapkan apa

yang tertera dalam cuplikan video Misa Bahasa Jawa

c. Pengungkapan pengalaman: peserta diajak untuk mendalami gambar

tersebut dengan beberapa pertanyaa:

1) Unsur budaya seperti apa yang digunakan dalam cuplikan video

Misa Bahasa Jawa?

2) Ceritakanlah pengalaman teman-teman sehubugan dengan mengikuti

Perayaan Ekaristi dengan menggunakan Bahasa jawa di Stasi St.

Fransiskus Xaverius Kemranggen?

d. Suatu contoh arahan rangkuman

Melalui video terdapat beberapa unsur Budaya Jawa yang digunakan

dalam Misa yang telah kita saksikan bersama-sama, mulai dari busana

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 138: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

120

yang dikenakan oleh romo. Iringan musik gamelanpun digunakan untuk

menambah suasana Jawa menjadi lebih kelihatan, tidak ketinggalan pula

dengan penggunaan bahasa Jawa. Unsur-unsur budaya yang digunakan

dimaksudkan untuk membantu menghayati Perayaan Ekaristi memalui

budaya sendiri supaya lebih mudah masuk dalam ke dalam hati umat.

Namun ada kalanya sebagai kaum muda merasakan bahwa unsur-

unsur dalam badaya Jawa sudah tidak sesuai lagi dengan zaman sekarang

ini yang sudah semakin modern, sehingga dalam mengikuti Perayaan

Ekaristi cenderung hanya mengikuti saja tanpa sungguh-sungguh

menghayatinya. Sebagai seoarng Jawa sudah pasti mengerti bahasa Jawa

karena bahasa Jawa senantiasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari,

namun mengerti tanpa menghayati maka tidak berarti apa-apa. Karena

merasa tidak sesuai itulah yang menjadikan kita enggan untuk menghayati

dengan baik dan cenderung hanya mendengarkan saja.

3. Langkah II:Mendalami Pengalaman hidup Peserta

a. Peserta diajak untuk merefleksikan sharing pengalaman atau cerita

diatas dengan dibantu pertanyaan berikut:

1) Bagaimana teman-teman mengatasi kesulitan yang kalian alami?

b. Dari jawaban yang telah diungkapkan oleh peserta, pendamping

memberikan arahan rangkuman singkat, misalnya:

Sebagai manusia yang hidup bersama dengan orang lain, baik

dengan keluarga, teman, sahabat bahkan orang yang baru dikenalnya, kita

senantiasa hidup bersama dengan mereka dan tidak ingin ada masalah,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 139: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

121

mereka yang selalu menemani hari-hari kita. Namun dalam setiap

perjalanan hidup kita tidak akan selalu mulus dan lurus tanpa menemukan

hambatan serta rintangan didalamnya. Sering kali kita menemukan

kenyataan dimana ada dalam suatu keluarga, persahabatan, masyarakat

yang tidak setia pada komintmen awal mereka dan berujung penghianatan

terhadap sesuatu yang baru. Begitu juga dalam suatu kebudayaan,

seringkali warisan leluhur begitu saja dilupakan karena sudah digantikan

dengan budaya baru yang datang bersama dengan perkembangan zaman.

Begitulah yang sering diamali oleh kaum muda pada zaman sekarang ini.

Sehingga budaya jawa baik itu bahasa maupun musiknya sudah tidak

digemari lagi dilakanganya zaman sekarang. Namun untuk berani

mencoba menyadari bahwa itu semua bagian dari kehidupan sebagai orang

Jawa yang harus dilestarikan, maka kita berusaha untuk menghargai dan

ikut melestarikannya. Kesulitan yang dialami mungkin nuansa Jawa yang

dirasa tidak sesuai lagi, terutama dalam hal bahasa. Namun hal ini dapat

diatas dengan misalnya melihat lambang-lambang yang ada serta bertanya

kepada yang lebih tahu supaya kita sungguh-sungguh mau untuk

menghayatinya.

4. Langkah III: Menggali Pengalaman iman Kristiani

a. Salah satu peserta dimohon bantuannya untuk membaca perikop

langsung dari Kitab Suci, Kisah Para Rasul 2:5-12. (Lampiran)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 140: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

122

b. Peserta diberi waktu beberapa menit untuk hening sambil secara

pribadi merenungkan dan menanggapi bacaan Kitab Suci dengan

bantuan beberapa pertanyaan, sebagai berikut:

1) Ayat manakah yang menunjukan adanya penyesuaian bahasa?

2) Apakah makna yang ingin diungkapkan dari penyesuaian bahasa

tersebut?

3) Apa yang hendak disampaikan/ditanamkan melalui perikop tersebut?

Peserta diajak untuk sendiri mencari dan menemukan pesan inti dari

perikop sehubungan dengan jawaban atas 3(tiga) pertanyaan b diatas.

c. Pendamping memberikan tafsir dari Kisah Para Rasul 2:5-12 dan

menghubungkan dengan taggapan peserta dalam hubungan dengan

tema dan tujuan, misalnyasebagai berikut:

Teman-teman yang terkasih, pada perikop 2:5-12, Paulus ingin

menyampaikan pada hari pentakosta yang digambarkan dalam perikop

sebelumnya, banyak peziarah-peziarah Yahudi yang datang ke Yerusalem

untuk merayakan Petakosta. Dalam ayat 6b dikatankan “mereka masing-

masing mendegar rasul-rasul itu berkata-kata dengan bahasa mereka

sendiri”. Melalui ayat tersebut ingin menggambarkan karunia kenabian

dengan segi mosioner. Betapa akan membantu bila para misioner dapat

kemampuan untuk mewartakan Sabda Allah dalam banyak bahasa. Para

rasul nerbicara menggunakan bahasa yang dimengerti oleh semua orang,

yaitu yang berasal dari Pertia, Media, Mezoponamia, Yudea, Kapodokia,

Pontus dan Asia serta orang Kreta dan orang Arab (2:9). Paulus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 141: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

123

Menggabarkan bahwa para Rasul memberoleh karunia dari Allah untuk

berbicara dengan bahasa masing-masing dari mereka. Hal ini dilakukannya

supaya para Rasul bisa menyambaikan kebaikan-kebaikan yang

diwartakan oleh Allah (2:11).

Pada Kisah Para Rasul ini, dikisahkan bahwa, Allah memberikan

karunia kepada rasul-rasul untuk mewartakan kebaikan-kebaikan ataupun

perbuatan-perbuatan besar yang telah dilakukan oleh Allah. Melalui

bahasa yang yang dapat dimengerti oleh semua orang sehingg apa yang

hendak disampaikan dapat tersampaikan dengan baik dan membuat orang

percaya. Begitu juga dalam masyarakat dalam menyampaikan kabar

gembira tentu saja para misioner menyempaikan melalui bahasa yang

sesuai dengan bahasa setempat supaya dapat diterima dengan baik. Orang-

orang akan menjadi percaya apabila mengerti maksud apa yang hendak

disampaikan, dengan demikian maka muncul rasa untuk menghayati apa

yang telah diterimanya. Bahasa yang digunakan ialah suatu cara untuk

menyampaikan ajaran dan perbuatan Allah. Melalui para rasul Allah

bertindak supaya jemaatnya dapat mengerti dan turut serta melakukan

berbuatan sesaui dengan kehendaknya. Dengan demikian, pewartaan

dengan bahasa setempat dapat menjadikan semakin percaya kepada Allah,

sebagai orang Jawa ialah dengan bahasa Jawa. Umat setempat menyakini

bahwa Perayaan Ekaristi Bahasa Jawa mampu menyentuh kedalaman hati

umat sehingga dapatdihayati dengan baik. hal ini akan sangat membantu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 142: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

124

umat dalam menghayati yang merupakan sumber dan puncak kehidupan,

sehingga iman mereka semakin berkembang.

5. Langkah IV: Menerapkan iman Kristiani dalam situasi peserta

konkrit

a. Pengantar

Teman-teman yang terkasih dalam pembicaraan tadi kita sudah

menemukan sikap-sikap yang ditujukan oleh Yesus melalui Paulus dalam

Kitab Suci kepada kita, banyak hal yang mampu menyadarkan kita, baik

itu dari gambar, sharing pengalaman masing-masing maupun dari Kitab

Suci. Kita diajak untuk merenungkan dan memeriksa diri kita masing-

masing sejauh mana kita percaya kepada kasih Allah kepada kita.

Pewartaan akan keselamatan Allah diwartakan melalui budaya yang telah

melekat dan menjadi milik kita sejak lahir. Kepercayaan yang ada dalam

diri kita masing-masing bukanlah diperoleh secara instant begitu saja

melainkan melalui setiap proses kehidupan yang kita alami. Sebagai kaum

muda seringkali kurang percaya diri untuk mengekspresikan iman serta

mewartakan menggunakan bahasa sendiri. Namun yang terpenting ialah

bagaimana sikap kita terhadap iman yang kita miliki untuk terus dapat

dihidupi sehingga akan muncul rasa ingin menyampaikan kebaikan Tuhan

yeng telah kita terima kepada sesama kita. Marilah kita bersama-sama

untuk berani menjadi murid yang sejati dengan berani memperbaharui

iman kepercayaan kita dengan sungguh-sungguh menghayati Perayaan

Ekaristi dan menyebarkan kebaikan dan kasih Allah kepada sesama kita.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 143: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

125

b. Sebagai bahan refleksi agar kita dapat semakin memahami bahwa

Allah senantiasa berkarya dalam budaya yang kita miliki maka kita

mencoba membangun sikap hidup di sekitar kita. Melalui pertanyaa-

pertanyaan berikut:

1) Sikap mana yang hendak kita perjuangkan agar semakin mampu

memahami peran budaya Jawa sebagai sarana mempertebal iman

kepercayaan kita kepada Tuhan dalam keterlibatan yang diwujudkan

melalui keterlibatan dalam mengikuti Perayaan Ekaristi?

2) Saat hening diiringi dengan musik instrumen Jawa untuk mengiringi

renungan secara pribadi dengan panduan pertanyaan reflesksi diatas.

Kemudian peserta diberi kesempatan untuk mengungkapkan hasil

renungannya. Kemudian sebagai bahan renungan dalam langkah ini

pendamping memberikan arahan rangkuman singkat sesuai dengan

hasil-hasil renungan pribadi mereka, sebagai berikut:

Menjadi murid Yesus yang sejati, kita percaya bahwa penyertaan-

Nya tidak pernah hilang. Melalui budaya yang telah kita miliki menjadikan

sarana untuk memudahkan kita dalam memperdalam ikatan dengan Yesus.

Dengan demikian sebagai generasi penerus yang harus kita lakukan ialah

melestarikan dan menjaga budaya kita di Stasi St. Fransiskus Xaverius

Kemranggen, maka kita akan merasa lebih dekat dengan sang pencipta dan

iman kepercayaan kita akan senantiasa bertambah.

6. Langkah V: mengusahakan suatu aksi konkrit

a. Pengantar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 144: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

126

Teman-teman yang terkasih dalam Kristus pada awal pertemuan kita

telah melihat cuplikan video Misa Bahasa Jawa. Sebagai seorang Jawa

maka unsur-unsur dalan budaya Jawa sudah tidak asing lagi bagi kita,

tergantung kita pernah menggunakannya atau tidak atau malah

melupakannya.

Setelah kita bersama-sama menggali pengalaman hidup bersama

sebagai orang Jawa yang menjadi murid Yesus yang sejati dan turut serta

dalam melestarikan budaya Jawa, ternyata kita semakin diperkaya dan

diteguhkan. Dalam proses didalamnya ternyata kita sebagai kaum muda

merasa kesulitan dalam menghayati Perayaan Ekaristi yang merupakan

sumber dan puncak kehidupan seturuh umat, kita menyadari bahwa

mengerti saja tidak cukup tanpa menghayatinya. Kesulitan yang kita alami

karena masih mengurung diri dan merasa takut akan kesalahan-kesalahan

yang mungkin terjadi. Dalam Kitab Suci Allah bersabda melalui Paulus

yang mengatakan bahwa para rasul yang datang dalam suasana perayaan

berbicara menggunakan bahasa jemaat masing-masing padahal para rasul

orang Galilea, namun kuasa Allah yang mengaruniakan kepada mereka

bahasa yang dapat dimengerti oleh para jemaat supaya mereka mengerti

apa yang diwartakan tentang perbuatan-perbuatan Allah. Kita semua telah

menerima pewartaan dengan menggunakan bahasa sendiri supaya kita

mengerti dan memahami apa yang diwartakan kepada kita. Untuk itu

marilah kita memikirkan niatdan tindakan apa yang dapat kita buat untuk

dapat semakin beriman melalui kebudayaan yang kita miliki.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 145: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

127

b. Peserta diajak untuk memikirkan niat-niat sebagai bentuk

keterlibatan baru untuk semakin beriman melalui budaya Jawa,

dengan dibantu dengan pertanyaan sebagai berikut:

1) Niat-niat apa yang dapat kita buat agar dapat semakin beriman dan

sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan melalui budaya Jawa di

Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen?

2) Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam mewujudkan niat-

niat tersebut?

c. Niat-niat dapat diungkapkan dalam kelompok untuk saling

meneguhkan satu sama lain.

d. Pendamping mengajak peserta untuk membicarakan dan

mendiskusikan secara bersama-sama guna menentukan niat konkrit

bersama yang akan segera diwujudkan, agar semakin

memperbaharui sikap bersama sebagai murid Yesus yang sejati

dengan semakin menghayati Perayaan Ekaristi secara sungguh-

sungguh melalui budaya sendiri yaitu bahasa Jawa di zaman

sekarang. Hingga akhirnya kita semua dapat membagikan kasih

karunia Allah kepada sesama kita supaya mereka juga akan

mengalami kasih yang telah kita dapatkan.

Penutup

a. Setelah merumuskan niat pribadi dan bersama, pendamping

meletakkan salib dan lilin ditengah peserta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 146: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

128

b. Pendamping mengajak peserta untuk hening mengungkapkan doa

umat yag diawali oleh pendamping dengan menghubungkan sesuai

dengan situasi hidup peserta. Setelah itu doa disusul secara spontan

oleh peserta lain. Akhir doa peserta secara bersama-sama mendoakan

doa “Rama Kawula” dan doa penutup dari pendamping.

c. Doa penutup

Tuhan Yesus Kristus, kami mengucap syukur atas kehadiran serta

penyertaanMu ditengah-tengah kami. Engkau mengajarkan kamu

untuk membangun sikap kepercayaan dalam menghadapi segala

kesulitan-kesulitan hidup kami. Bapa kami memiliki berbagai

kekayaan budaya yang mendukung dalam pewartaan Sabda-Mu

terutama dalam hidup menggereja. Ya Bapa semoga dengan

pertemuan yang telah kami laksanakan ini memampukan kami

melihat kelemahan dalam diri kami masing-masing sehingga kami

mampu memperbaiki dan menggerakan hati kami untuk sungguh-

sungguh beriman kepadaMu dan memiliki kesadaran untuk mampu

mempelajari Bahasa Jawa sebagai upaya meningkatkan penghayatan

akan Perayaan Ekaristi turut serta dalam melestarikan budaya Jawa.

Demi Kristus Tuhan dan Pengantara kami. Amin

d. Lagu penutup: Tan Ana Kang Luwih Endah KA 213

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 147: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

BAB V

PENUTUP

Pada bagian penutup penulisan skripsi ini, penulis akan mengemukakan

kesimpulan dan saran yang berkaitan dengan penggunaan Bahasa Jawa dalam

Perayaan Ekaristi di Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen, Paroki Kutoarjo.

Bagian kesimpulan ini, penulis akan merangkum bab I sampai bab IV. Sedangkan

pada bagian saran, penulis akan mengemukakan saran-saran berdasarkan

kesimpulan yang diperoleh sebagai masukan untuk Pastor Paroki, pengurus Stasi

serta umat Stasi St. Fransisiku Xaverius Kemranggen.

A. Kesimpulan

Agama dan kebudayaan merupakan suatu yang saling berkaitan satu

dengan yang lain, kedua aspek tersebut saling berpengaruh dalam masyarakat.

Dengan kekayaan kebudayaan yang terdapat dalam masyarakat, Gereja selalu

terbuka akan hal tersebut sebagai pengungkapan iman melalui kebudayaan

yang ada. Gereja mulai mengangkat budaya setempat, Sacrosanctum

Concilium mengawali Konsili sebagai perubahan secara menyeluruh dan

serentak dalam liturgi. Dengan demikian Perayaan Liturgi yang sebelum

Konsili Vatikan II hanya dirayakan oleh Imam dengan berbisik-bisik, setelah

Konsili Vatikan II seluruh umat dalam secara bersama-sama merayakan

Ekaristi dengan bahasa setempat pula. Inkulturasi yang dilakukan oleh Gereja

antara lain yaitu pengunaan bahasa dalam liturgi serta penggunaan alat musik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 148: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

130

misalnya gamelan. Mengingat bahwa bahasa memiliki peranan yang sangat

penting dalam kehidupan manusia sebagai sarana berkomunikasi.

Dalam suku Jawa tentu saja bahasa Jawa merupakan bahasa yang

digunakan di sebagian besar masyarakat Jawa, dengan demikian bahasa Jawa

dalam liturgi dirasa lebih memberikan makna dalam menghayati Sakramen

Ekaristi, walaupun tidak semua orang masih memegang teguh bahasa Jawa

dan memilih mengunakan Bahasa Indonesia. SC 36 menegaskan bahwa

bahasa pribumi dalam liturgi dirasa lebih bermanfaat dan dekat dengan umat

sehingga dapat mempermudah umat dalam menangkap dan meresapi. Bahasa

sangat berperan penting sebagai alat berkomunikasi dengan sesama,

hendaknya juga sarana sebagai komunikasi dengan Tuhan dengan bahasanya

sendiri (Mariyanto, 1997:275). Sehingga umat yang mengikuti Perayaan

Ekaristi tidak hanya sekedar hadir, mendengarkan, menghormati dan

menyambut komuni saja melainkan ikut terlibat dalam perayaan.

Sacrosanctum Concilium mengemukakan beberapa pandangan

mengenai Ekaristi, antara lain: Ekaristi sebagai sumber dan puncak kehidupan

Gereja, Ekaristi sebagai perayaan Gereja,. Ekaristi sebagai pusat liturgi,

Ekaristi sebagai kurban, Ekaristi sebagai perjamuan dan Ekaristi sebagai

sakramen. Beberapa pandangan tersebut yang diharapkan mampu menyentuh

hati umat serta dapat sunggung terwujud melalui Perayaan Ekaristi yang

dirayakan. Penggunaan Bahasa Jawa dalam Perayaan Ekaristi dimaksudkan

pula untuk dapat membantu umat dalam menghayati nilai-nilai kristiani yang

kemudian dapat diterapkan daam kehidupan sehari-hari. Tingkat keaktifan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 149: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

131

umat dalam kehidupan menggerja yang turut serta dalam tugas dan peran

dalam liturgi diharapkan semakin meningkat dan memunculkan kesadaran

terhadap masing-masing umat. Dengan demikian, sungguh terwujud pribadi

yang ekaristis yang dapat sepenuhnya menerapkan nilai-nilai kristiani tanpa

merendahkan orang lain serta dapat menerapkan apa yang telah dirayakan

secara bersama-sama dalam Perayaan Ekaristi.

Setelah melakukan penelitian, peneliti memperoleh fakta bahwa

penggunaan Bahasa Jawa dapat membantu umat dalam menghayati Perayaan

Ekaristi. Usaha Gereja untuk terbuka kepada kebudayaan guna

mempermudah umat dalam menghayati Perayaan Ekaristi dapat diterima

dengan baik dan sesuai dengan harapan. Hal tersebut dibuktikan dengan

jawaban umat yang menyatakan bahwa penggunaan bahasa Jawa membantu

umat dalam menanggapai Sabda Tuhan serta memperdalam iman kristiani.

Namun tanggapan lain dialami oleh kaum muda, mereka berpandangan

bahwa budaya Jawa yaitu Bahasa Jawa yang digunakan dalam Perayaan

Ekaristi sudah tidak sesuai dengan zaman sekarang. Bagi mereka, bahasa

Indonesia lebih akrab dan lebih muda dipahami melihat perkembangan zaman

pada sekarang ini. Oleh karena itu kaum muda cenderung hanya mengikuti

saja tanpa menghayati dengan sungguh-sungguh.

Bertolak dari hasil penelitian yang telah dilakukan, penulis

mengusulkan suatu program katekese dengan model SCP sebagai salah satu

cara untuk membantu kaum muda dalam menghayati Perayaan Ekaristi

melalui budaya. Katekese SCP mengandung unsur sharing pengalaman yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 150: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

132

direfleksikan dengan pengalaman iman dan visi kristiani. Katekese yang

dipilih ialah model SCP dimana dalam katekese terdapat beberapa unsur

yaitu: sharing pengalaman, refleksi kritis akan sharing pengalaman hidup

yang kemudian diteguhkan melalui Tradisi Kristiani sehingga muncul

kesadaran dan sikap baru, sehingga kaum muda mampu untuk mempelajari

Bahasa Jawa sebagai upaya untuk mengingkatkan penghayatan akan

Perayaan Ekaristi.

B. Saran

Bertitik tolak dari keseluruhan pembahasan yang telah diuraikan

dalam setiap bab, pada akhirnya penulis mengungkapkan saran-saran kepada

Romo Paroki, pengurus stasi serta umat Stasi St. Fransiskus Xaverius

Kemranggen.

1. Kepada Romo Paroki St. Yohanes Rasul Kutoarjo dan pengurus Stasi St.

Fransiskus Xaverius Kemranggen

a. Romo Paroki supaya lebih memotivasi umat terutama kaum remaja dalam

kehidupan menggereja. Dengan demikian umat merasa tersapa dan

tergerak hatiya untuk terlibat aktif dalam tugas-tugas didalam Gereja.

mengingat Stasi St. Fransiskus Xaverius merupakan stasi yang tertelak

paling jauh dari Paroki, maka perhatian khusus sangatlah dibutuhkan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 151: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

133

b. Romo paroki supaya meninjau kembali penjadwalan Misa dengan

menggunakan Bahasa Indonesia sehingga kaum muda tetap mampu

menghayati Perayaan Ekaristi.

c. Pengurus Stasi St. Fransiskus Xaverius supaya lebih peduli terhadap umat

lain juga kepada kaum muda. Seringkali yang terjadi ialah kaum muda

merasa terabaikan, terutama dalam pendalaman iman, sehingga

keterlibatan kaum muda masih kurang. Dalam memilih petugas liturgi

hendaknya lebih merata sehingga tidak berkesan hanya itu-itu saja

sehingga umat lain juga ikut merasakan.

d. Pengurus stasi hendaknya memberikan pendampingan khusus Bahasa

Jawa kepada kaum muda, sehingga kaum muda mempunyai kesadaran

untuk belajar Bahasa Jawa sehingga dapat menghayati Peraraan Ekaristi.

2. Kepada umat Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen

a. Kaum muda hendaknya lebih meningkatkan keterlibatan dalam kehidupan

menggereja serta menjalin persaudaraan dengan sesama kaum muda.

Pertemuan rutin dihidupkan kembali untuk saling menguatkan satu sama

lain dan semakin menumbuhkan iman mereka.

b. Kaum muda diharapkan untuk saling menghargai dan termotivasi untuk

belajar bahasa Jawa sebagai bahasa yang tetap digunakan dalam Perayaan

Ekaristi serta dapat dengan sungguh-sungguh menghayatinya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 152: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

DAFTAR PUSTAKA

Beding, M. “Situasi Gereja Indonesia Pasca Vatikan II”, Gereja Indonesia Pasca-

Vatikan II: Refleksi dan Tantangan. Yogyakarta: Kanisius. 1997, hlm 21-

32.

Bergant, Dianne & Karris, Robert. (2002), Tafsir Injil Alkitab Perjanjian Baru,

Yogyakarta: Kanisius.

Boelaars, H. (2005). Indonesianisasi. Yogyakarta: Kanisius.

Budi Haryanto, D. (2010). Buku kenangan 75 tahun Paroki Yohanes Rasul

Kutoarjo. Yogyakarta: Cahaya Timur Offset.

Chunha, B. D. (2012). Ekaristi, Memahami Misa Kudus demi Penghayatan yang

Utuh. Jakarta: Obor.

Endraswara, S. (2015). Etnologi Jawa. Yogyakarta: CAPS.

Hardisumarta, F. (2013). Ekaristi. Jakarta: Obor.

Heru Hendarto,Y. (1990). Romo Frans Van Lith, SJ Pembaharu Karya Missi

Gereja Di Jawa Tengah. Rohani, Th. XXXVII, 6, h.214-218.

Tema Asian Youth Day 2017, http://asianyouthday.org/tthasianyouthday2017-

logo-tentangAYD-pre-event, diakses pada Desember 10, 2016.

Widada Prayitna, Yr. Ekaristi Kaum Muda ,

http://gerejakaummuda.wordpress.com/2010/11/25/ekm-ekaristi-kaum-

muda, diakses pada Desember 14, 2016.

Kirchberger, Georg. (1995). Gereja Berwajah Asia. Flores: Nusa Indah.

Konferensi Waligereja Indonesia. (1996). Iman Katolik: Buku Informasi dan

Referensi. Yogyakarta-Jakarta: Kanisius.

__________. (2002). Pedoman Umum Misale Romawi. (Komisi Liturgi KWI,

Penerjemah). Flores: Nusa Indah (Dokumen Asli diterbitkan 1970).

Konsili Vatikan II. (1993). Dokumen Konsili Vatikan II (R. Hardawiryana,

Penerjemah). Jakarta: Obor. (Dokumen asli diterbitkan tahun 1966).

Lalu, Y. (2012). Katekese Umat. Yogyakarta: Kanisius.

Madya Utama, Ig L. (2015). Maju-Mudur Konsili Vatikan II.Yogyakarta: Pusat

Pastoral Yogyakarta.

__________. (2010). Gereja Partisipatif. Seri Pastoral 442 No. 3&4, hlm 26.

Mariyanto, E. Praktek Liturgi Pasca Vatikan II. Gereja Indonesia Pasca-Vatikan

II: Refleksi dan Tantangan. Yogyakarta: Kanisius. 1997, hlm 271-303.

Martasudjita, E. (2009). Ekaristi, Tinjauan Teologis Liturgis dan Pastoral.

Yogyakarta: Kanisius.

__________. (2012). Dimensi Eklesial-Sosial Penghayatan Ekaristi Umat Paroki

Pugeran. Jurnal Teologi, Vol 01, No. 01, 2012, hlm. 15.

__________. (2014). “Implementasi 50 Tahun Sacrosantum Concilium di Gereja

Katolik Indonesia”. Orientasi Baru,Vol 23, No.1, 2014, hlm. 57-78.

__________. (2016). Ekaristi Sumber Peradaban Kasih. Yogyakarta: Kanisius.

Moleong, L. (2007). Dasar Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: PPY.

Muda, H. (1992). Inkulturasi. Flores : Pustaka Misionaloa Candraditya.

Prior, J. M. (2015). Maju Mundur Konsili Vatikan II. Yogyakarta: Pusat Pastoral

Yogyakarta.

Rukiyanto, B. (2015). Pewartaan di Zaman Modern. Yogyakarta: Kanisius.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 153: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

135

Sekretariat PWI Liturgi (1980). Inkulturasi Liturgi. Spektrum, No. 4, th X, 1980,

hlm 235.

Soetiawan, I. B. (1974). Katekese untuk Anak Remaja. Yogyakarta: PUSKAT.

Soetomo, G. (2002). Ekaristi dan Pembebasan. Yogyakarta: Kanisius.

Sugiono. (2014). Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suharyo, I. (2011). Ekaristi: Meneguhkan Iman Membangun Persaudaraan

Menjiwai Pelayanan. Yogyakarta: Kanisius.

Sumarno Ds., M (2012). Program pengalaman Lapangan Pendidikan Agama

Katolik Paroki. Diktat mata kuliah Program Pengalaman Pendidikan

Agama Katolik untuk Mahasiswa Semester IV, Program Studi Ilmu

Pedidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Stolk, H.C. (1979). Pembaharuan Liturgi. Seri Pastoral, No. 7, hlm 7-10.

Yohanes Paulus II. (1992). Catechesi Tradendae. (R. Hardawiryana, Penerjemah).

Jakarta: Dokpen KWI (Dokumen asli diterbitkan tahun 1979).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 154: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

(2)

Lampiran 2: Hasil Wawancara

Identitas Responden

No Nama Usia/keterngan

1. Aluysius Sukirdi 74/ R1

2. Budi Winarti 44/ R2

3. Bernardus Hartoyo 58/ R3

4. Yohanes Sumedi 67/ R4

5. Yustinus Suyono 61/ R5

6. Matius Bejo Prayitno 41/ R6

7. Fransiska Sugiyatmi 48/ R7

8. Sisilia Manise 57/ R8

9. Brigita Sutiti 28/ R9

10. Maria Goreti Tri Ernawati 56/ R10

11. Fransiskus Xaverius Onny Suprantiyo 39/ R11

12. Yoana Fransiska Yaneka Febtyas M 36/ R12

13. Iis Cristiyanti 17/ R13

14. Leonardus Windho 24/ R14

15. Hedwigis Elena 15/ R15

16. Yohanes Probo 18/ R16

17. Atanasia Raya 14/ R17

18. Antonius Rendra 25/ R18

19. Vitalis Redi Soraya 19/ R19

Wawancara R1

1. Apakah yang menjadi alasan awal mula Bahasa Jawa digunakan dalam

Perayaan Ekaristi?

Alasan yang mendasar awal mula penggunaan Bahasa Jawa dalam Perayaan

Ekaristi ialah karena umat setempa senantiasa meggunakan Bahasa Jawa

dalam berkomunikasi. Stasi yang berada di dasa dan paling jauh dari paroki

yang masih kental menggunakan Bahasa Jawa, dengan melihat kenyataan dan

situsasi yang terjadi di lapangan, maka misionaris pada saat itu menyakini

bahwa menggunakan Bahasa Jawa akan jauh lebih mudah untuk sampai

kepada hati umat.

2. Bagaimana tanggapan umat terhadap penggunaan Bahasa Jawa dalam

Perayaan Ekaristi?

Bertolak dari alasan awal mula menggunakan Bahasa Jawa dalam Perayaan

Ekaristi, penggunaan Bahasa Jawa dapat membantu penghayatan umat

demikian tujuan awal penggunaan Bahasa Jawa sunguh tercapai. Menetapkan

Bahasa Jawa dalam Perayaan Ekaristi bertolak dari kebutuhan umat yang

dapat semakin membantu dalam meningkatkan iman umat, sehingga dalam

keseluruhan menggunakan Bahasa Jawa.

3. Apakah penggunaan Bahasa Jawa dapat membantu umat untuk

memaknai Ekaristi dalam hidup sehari-hari?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 155: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

(3)

Dalam kehidupan sehari-hari umat Katolik mempunyai tempat dalam

masyarakat sebagai kelompok minoritas. Hal ini terbukti dengan umat

Katolik di Stasi Kemranggen yang menjadi sekretaris desa, ketua RT, ketua

RW maupun perangkat desa lainnya. Partisipasi dalam masyarakat tersebut

dengan harapan bahwa hidup Kristiani senatiasa dibawa dalam masyarakat.

Dengan demikian umat Katolik di Stasi Kemranggen juga senantiasa

membuka diri kepada masyarakat, misalanya pada saat hari besar Gereja

mengundang perangkat desa dan menampilkan budaya jawa seperti wayang,

kudalumping, keroncong. Hal tersebut menambah kerukunan umat beragama

untuk salaing menghagai dan menghayati.

4. Apa usulan romo terhadap penggunaan Bahasa Jawa dalam Perayaan

Ekaristi di Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen? Mengapa?

Tujuan utama penggunaan Bahasa Jawa dalam Perayaan Ekaristi ialah untuk

mempermudah umat dalam menghayati Perayaan Ekaristi yang dirayakan

secara bersama-sama. Menjadi orang Jawa yang turut melestarikan budaya

Jawa untuk tidak ditinggalkan begitu saja maka menetapkan Perayaan

Ekaristi dengan Bahasa Jawa sangatlah dipegang teguh melihat perubahan

zaman yang akan turut menggerus budaya termasuk bahasa. Namun gereja

tidak menutup diri dari dunia luar, seperti halnya penggunaan Bahasa

Indonesia dalam Perayaan Ekaristi supaya umat juga dapat mengikutinya

pada saat misa di paroki yang menggunakan Bahasa Indonesia. penggunaan

Bahasa Indonesia dapat dilaksanakan di Stasi Kemranggen atas persetujuan

dan kesepakatan bersama seluruh umat.

Wawancara R2

1. Menurut Bapak/ibu/saudara sejak kapan Bahasa jawa digunakan dalam

Perayaan Ekaristi di Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen?

Sejak menikah dengan orang Katoli, dalam mengikuti Perayaan Ekaristi

sudah mengunakan Bahasa Jawa. Pastor yang datang untuk menyebarkan

Agama Katolik menggunakan Bahasa Jawa dalam menyampaikan

pewartaannya. Sejak awal mula umat setempat menggunakan Bahasa Jawa

dalam Perayaan Ekaristi.

2. Apakah yang menjadi alasan awal mula Bahasa Jawa digunakan dalam

Perayaan Ekaristi?

Bahasa Jawa digunakan dalam Perayaan Ekaristi karena bahasa Jawa

merupakan bahasa sehari-hari yang digunakan oleh umat setempat. Dengan

demikian dapat mempermudah menerima Sabda Tuhan.

3. Apakah Bahasa Jawa senantiasa digunakan dalam Perayaan Ekaristi di

Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen?

Dalam Perayaan Ekaristi pernah mengunakan Bahasa Indonesia ketika ada

seorang Romo dari Manado dengan tujuan melatih umat apabila mengikuti

Perayaan Ekaristi di Paroki yang menggunakan Bahasa Indonesia umat

senantiasa dapat mengikutinya.

4. Bagaimana tanggapan umat terhadap penggunaan Bahasa Jawa dalam

Perayaan Ekaristi?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 156: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

(4)

Akan jauh lebih menyentuh hati apabila mengikuti Perayaan Ekaristi dengan

menggunakan Bahasa Jawa, bahkan pada saat melihat Perayaan Ekaristi pada hari

besar melalui siaran televisi apabila ada yang menggunakan Bahasa Jawa, maka

hatipun lebih tersentuh dan lebih mantab walaupun itu hanya melihat melalui

televisi.

5. Bagaimana tanggapan bapak/ibu/saudara terhadap penggunaan Bahasa

Jawa dalam Perayaan Ekaristi?

Sebagai orang Jawa, Perayaan Ekaristi dengan menggunakan Bahasa Jawa

sangat menyentuh dan jauh lebih khidmat dan khusuk dalam mengikutinya.

Bahasa Jawa yang digunakan dalam Perayaan Ekaristi dirasa lebih sopan dan

halus sebagai sarana untuk berkomunikasi dengan Sang Pencipta.

6. Apakah penggunaan Bahasa Jawa berpengaruh terhadap kehadiran

umat dalam Perayaan Ekaristi? Mengapa?

Di dalam Stasi Kemranggen untuk saat ini selalu menggunakan Bahasa Jawa

dalam Perayaan Ekaristi maupun doa-doa bersama, namun hal ini tidak

berpengaruh terhadap kehadiran umat dalam mengikuti Perayaan Ekaristi.

7. Apakah pengggunaan Bahasa Jawa mendorong partisipasi

Bapak/ibu/saudara dalam mengikuti Perayaan Ekaristi? Bagaimana

bentuk partisipasinya?

Dengan bahasa yang digunakan akan turut mendorong partisipasi dalam

Perayaan Ekaristi terutama dalam mazmur walaupun masih terus belajar

namun tetap berusaha untuk tampil sejauh bisa dilaksanakan, terkadang

meminta bantuan kepada saudara yang bukan Katolik yang bisa membaca not

balok, hal ini tidak membuat malu justru memotivasi untuk lebih berusaha

lagi.

8. Apakah penggunaan Bahasa Jawa membantu Bapak/ibu/saudara pada

saat pembacaan Kitab Suci dan homili?

Sebagai orang Jawa maka penggunaan Bahasa Jawa sangat membantu dalam

menangkap dan mengerti Sabda Tuhan yang diperjelas dengan homili dari

Romo.

9. Apakah penggunaan Bahasa Jawa dapat membantu Bapak/ibu/saudara

dalam menghayati Perayaan Ekaristi dalam Liturgi Ekaristi?

Perayaan Ekaristi merupakan perjumpaan dengan Tuhan terutama dalam

Liturgi Ekaristi, maka pada kesempatan itu pula berusaha untuk dapat

sungguh-sungguh menjadi waktu bersama Tuhan, dibantu dengan bahasa

sendiri maka hal ini sangat membantu dalam menghayati dan mendalaminya.

10. Apakah penggunaan Bahasa Jawa dapat membantu Bapak/ibu/saudara

dalam mendaraskan doa pribadi dan doa bersama?

Dalam doa pribadi maupun doa bersama selalu mengunakan Bahasa Jawa

karena lebih mudah diucapkan dan karena sudah terbiasa menggunakan

Bahasa Jawa. Kecuali dalam doa Malaikat Tuhan yang menggunakan Bahasa

Indonesia karena lebih singkat dan mudah dihafal.

11. Apakah penggunaan Bahasa Jawa dapat membantu Bapak/ibu/saudara

untuk memaknai Ekaristi dalam hidup sehari-hari?

Berusaha menjadi orang Katolik yang sejati ditengah-tengah masyarakat

tanpa membeda-bedakan, namun sebagai manusia banyak pula godaan dan

kekurangannya. Menyadari bahwa kemampuan manusia terbatas, oleh sebab

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 157: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

(5)

itu iman senantiasa ditimba terus menerus dengan menikuti Perayaan Ekaristi

maupun ibadat.

12. Apa usulan Bapak/ibu/saudara terhadap penggunaan Bahasa Jawa

dalam Perayaan Ekaristi di Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen?

Mengapa?

Usulan kedepannya alangkah lebih baiknya apabila di Stasi Kemranggen

penggunaan Bahasa Indonesia juga sesekali digunakan supaya apabila

mengikuti Misa di manapun dengan Bahasa Indonesia dapat umat mengikuti

Perayaan Ekaristi. selain itu juga memberi kesempatan kepada kaum muda

ataupun umat yang kurang paham akan Bahasa Jawa.

Wawancara R3

1. Menurut Bapak/ibu/saudara sejak kapan Bahasa jawa digunakan dalam

Perayaan Ekaristi di Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen?

Sejak adanya umat Katolik di Stasi Kemranggen dalam Perayaan Ekaristi

menggunakan Bahasa Jawa. Dalam mewartakan/menyebarkan Agama

Katolik seorang Pastor yang datang senantiasa menggunakan Bahasa Katolik.

Dengan demikian banyak umat yang dengan pilihan pribadi ikut dan tergerak

hatinya untuk menjadi orang Katolik.

2. Apakah yang menjadi alasan awal mula Bahasa Jawa digunakan dalam

Perayaan Ekaristi?

Yang menjadi alasan penggunaan Bahasa Jawa dalam Perayaan Ekaristi ialah

bermula dari pada saat umat berkenalan dengan Agama Katolik sudah

menggunakan Bahasa Jawa karena pada saat itu umat yang dihadapi

kebanyakan dari kalangan orang tua yang kurang paham akan Bahasa

Indonesia dan jauh lebih mudah dalam penyampaiannya apabila

menggunakan Bahasa Jawa.

3. Apakah Bahasa Jawa senantiasa digunakan dalam Perayaan Ekaristi di

Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen?

Bahasa Jawa selalu digunakan dalam setiap Perayaan Ekariti di Stasi

Kemranggen, namun pada saat ada seorang Romo yang dari Manado, Stasi

Kemranggen mendapat jadwal Perayaan Ekaristi dengan menggunakan

Bahasa Jawa, pada saat itulah umat diperkenalkan dengan Ekaristi dengan

Bahasa Indonesia. Hal ini bertujuan agar umat juga bisa mengikuti Perayaan

Ekaristi dengan Bahasa Indonesia pada saat mengikuti Ekaristi di Paroki.

Namun setelah romo pindah, Perayaan Ekariti kembali lagi dengan

menggunakan Bahasa Jawa.

4. Bagaimana tanggapan umat terhadap penggunaan Bahasa Jawa dalam

Perayaan Ekaristi?

Sejauh ini umat mengikuti Perayaan Ekaristi dengan baik dan mampu

memahami karena bahasa yang digunakan ialah bahasa sendiri yang dirasa

jauh lebih dimengerti.

5. Bagaimana tanggapan bapak/ibu/saudara terhadap penggunaan Bahasa

Jawa dalam Perayaan Ekaristi?

Sebagai orang Jawa tulen saya merasa bahwa Kitab Suci dengan Bahasa Jawa

akan sanat mudah dipahami, berbeda dengan bacaan Kitab Suci dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 158: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

(6)

Bahasa Indonesia, walaupun sekarang ini bahasa Indonesia lumrah digunakan

dalam setiapkalangan namun apabila mendengarkan ataupun membaca Kitab

Suci dengan bahasa Jawa akan sangat menyentu hati.

6. Apakah penggunaan Bahasa Jawa berpengaruh terhadap kehadiran

umat dalam Perayaan Ekaristi? Mengapa?

Penggunaan bahasa tidak berpengaruh terhadap kehadiran umat dalam

mengikuti Perayaan Ekaristi. Kesadaran diri sendiri untuk mengikuti

Perayaan Ekaristi tanpa dipengaruhi oleh bahasa, namun untuk memahami

dan menyentuh lebih memilih dengan menggunakan Bahasa Jawa.

7. Apakah pengggunaan Bahasa Jawa mendorong partisipasi

Bapak/ibu/saudara dalam mengikuti Perayaan Ekaristi? Bagaimana

bentuk partisipasinya?

Secara keseluruhan daam aktif mengikuti setiap bagian dalam Perayaan

Ekaristi, misalnya dalam lagu, doa maupun menjawab dialog dari romo.

Adapun bentuk partisipasi salah satunya dengan menjadi lektor sebelum

digantikan oleh yang lebih muda. Pergantian tugas merupakan salah satu cara

supaya umat lain juga terlibat dalam Perayaan Ekaristi.

8. Apakah penggunaan Bahasa Jawa membantu Bapak/ibu/saudara pada

saat pembacaan Kitab Suci dan homili?

Kitab Suci dengan Bahasa Jawa mudah dimengerti dan mudah ditangkap,

namun apabila pastornya kurang paham Bahasa Jawa maka penyampaiannya

kurang tepat, namun karena menggunakan Bahasa Jawa umat dapt dengan

mudah mengerti maksud dari yang disampaikan oleh pastor.

9. Apakah penggunaan Bahasa Jawa dapat membantu Bapak/ibu/saudara

dalam menghayati Perayaan Ekaristi dalam Liturgi Ekaristi?

Liturgi Ekaristi merupakan yang paling pokok dalam Perayaan Ekaristi

dimana umat akan menerika tubuh dan darah Kristus dalam komuni, Bahasa

Jawa membantu untuk dapat masuk kedalam keheningan sebelum menerima

komuni, karena bahasa mewakili diri sendiri yang mengucapkan/berbicara

kepada Tuhan.

10. Apakah penggunaan Bahasa Jawa dapat membantu Bapak/ibu/saudara

dalam mendaraskan doa pribadi dan doa bersama?

Doa pribadi ataupun doa bersama selalu menggunakan Bahasa Jawa karena

lebih mantab dan bahasa yang sopan yang diucapkan kepada Tuhan. Bahasa

Jawa krama yang digunakan semakin memeberikan tempat tertinggi untuk

berkomunikasi dengan Tuhan.

11. Apakah penggunaan Bahasa Jawa dapat membantu Bapak/ibu/saudara

untuk memaknai Ekaristi dalam hidup sehari-hari?

Agama Katolik merupakan agama yang sangat minoritas di kalangan

masyarakat Kemranggen. Namun hal ini tidak menjadi hambatan dalam

memaknai hidup seornag Katolik ditengah-tengah masyarakat. Berusaha

untuk menampakkan kekatolikan dan tidak membedakan satu sama lain dan

selalu menghargai sesama. Kepedulian terhadap sesama tidak dilihat dari

agama namun dari sesama manusia yang senantiasa harus saling peduli dan

menghargai satu sama lain. Walaupun menjadi minoritas tatapi tidak menjadi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 159: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

(7)

kendala untuk tetap ikut terlibat aktif dalam kegiatan dan menjadi ketua RT

dalam masyarakat.

12. Apa usulan Bapak/ibu/saudara terhadap penggunaan Bahasa Jawa

dalam Perayaan Ekaristi di Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen?

Mengapa?

Sebagai seorang Jawa supaya tidak meninggalkan identitas kejawaannya

maka Bahasa Jawa tidak boleh ditinggakan,namun terbuka terhadap

kemungkinan bahasa Indonesia dalam Perayaan Ekaristi, supaya umat tidak

hanya terbiasa hanya menggunakan Bahasa Jawa, dan dapat mengikuti

Perayaan Ekaristi yang menggunakan Bahasa Indonesia seperti tujuan yang

disampaian oleh Romo yang pernah memperkenalkan Ekaristi dengan Bahasa

Indonesia.

Wawancara R4

1. Menurut Bapak/ibu/saudara sejak kapan Bahasa jawa digunakan dalam

Perayaan Ekaristi di Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen?

Pada awal mula ada seorang pastor yang datang kewilayah Kemranggen,

beliau senantiasa menggunakan bahasa Jawa, mulai dari mengenalkan doa-

doa sampai kepada tataperayaan Ekaristi menggunakan bahasa Jawa. Hal ini

sesuai dengan keadaan umat, walaupun awalnya Misa dilakukan keliling dari

rumah kerumah yang lain dan masih sangat jarang dilaksanakan

2. Apakah yang menjadi alasan awal mula Bahasa Jawa digunakan dalam

Perayaan Ekaristi?

Bahasa Jawa digunakan dalam Perayaan Ekaristi kerena Bahasa Jawa

merupakan bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari serta untuk

melestarikan budaya Jawa. Dari awal mula para misionaris menggunakan

Bahasa Jawa yang dirasa akan sangat mudah masuk kedalam hati umat yang

saat itu kebanyakan dari kalangan orang tua bahkan ada yang sudah

menginjak sepuh.

3. Apakah Bahasa Jawa senantiasa digunakan dalam Perayaan Ekaristi di

Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen?

Bahasa Jawa selalu digunakan dalam Perayaan Ekaristi sesuai dengan apa

yang telah diajarkan dari awal mula, umat senantiasa terbiasa dengan Bahasa

Jawa yang digunakan dalam Perayaan Ekaristi maupun dalam ibadat yang

lainnya. Namun pada saat ada seorang romo dari Manado, umat di Stasi

Kemranggen mulai diperkenalkan dengan Perayaan Ekaristi Bahasa

Indonesia. Inilah kali pertama umat mendapat jadwal Ekaristi menggunakan

Bahasa Indonesia. Tujuannya supaya umat dapat mengikuti Ekaristi di Paroki

atau dimanapun dengan menggunakan Bahasa Indonesia.

4. Bagaimana tanggapan umat terhadap penggunaan Bahasa Jawa dalam

Perayaan Ekaristi?

Umat di Stasi Kemranggen sudah terbiasa dengan mengikuti Perayaan

Ekaristi dengan menggunkan Bahasa Jawa, oleh sebab itu umat akan mudah

menangkap dan memahaminya. Keterbiasaan inilah yang membuat umat

kesulitan apabila menggunakan Bahasa Indonesia dalam Perayaan Ekaristi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 160: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

(8)

5. Bagaimana tanggapan bapak/ibu/saudara terhadap penggunaan Bahasa

Jawa dalam Perayaan Ekaristi?

Penggunaan bahasa dalam Ekaristi sangat berpengaruh terhadap tingkat

pemahaman umat dalam menghayati Ekaristi, keterbiasaan menggunakan

Bahasa Jawa sangat membantu dalam menghayati Perayaan Ekaristi.

menggunakan Bahasa Jawa juga sebagai sarana untuk melestarikan budaya

sebagai orang Jawa.

6. Apakah penggunaan Bahasa Jawa berpengaruh terhadap kehadiran

umat dalam Perayaan Ekaristi? Mengapa?

Pengguanaan bahasa tidak perbengaruh terhadap kehadiran umat melainkan

berpengaruh terhadap tinggat pemahaman umat akan Ekaristi. Dengan

demikian kehadiran umat dipandang sebagai kesadaran umat untuk

menghidupi iman kristianni. Karena setiap Perayaan Ekaristi di Stasi

Kemranggen saat ini selalu menggukan Bahasa Jawa maka mau tidak mau

umat harus senantiasa hadir.

7. Apakah pengggunaan Bahasa Jawa mendorong partisipasi

Bapak/ibu/saudara dalam mengikuti Perayaan Ekaristi? Bagaimana

bentuk partisipasinya?

Menjadi orang Katolik tidak hanya ikut terlibat aktif didalamnya, karena akan

percuma kalau ikut terlibat aktif tetapi tidak menghayatinya dengan sungguh-

sungguh. Penghayatan tersebut dengan ikut serta dalam menyanyi maupun

doa dalam Perayaan Ekaristi. Maka dari itu berhubung sudah beranjak sepuh

dan banyak yang muda-muda, kesempatan diberikan kepada yang lebih muda.

8. Apakah penggunaan Bahasa Jawa membantu Bapak/ibu/saudara pada

saat pembacaan Kitab Suci dan homili?

Bahasa Jawa sangat umum digunakan baik dalam kehidupan sehari-hari

maupun dalam Perayaan Ekaristi maka dari itu Kitab Suci akan jauh lebih

mudah dipahami dengan menggunakan Bahasa Jawa pula. Bahkan apabila

ada seorang pastor yang kurang paham dengan menggunakan Bahasa Jawa

dan kurang tepat pada saat penyampainnya akan lebih mudah dipahami

karena umat jauh lebih mengerti bahasa yang digunakan.

9. Apakah penggunaan Bahasa Jawa dapat membantu Bapak/ibu/saudara

dalam menghayati Perayaan Ekaristi dalam Liturgi Ekaristi?

Perjumpaan dengan Tuhan salah satunya dengan Perayaan Ekaristi,

mengikuti Perayaan Ekaristi apabila tidak mengerti arti dari bahasa yang

digunakan maka tidak ada artinya. Dengan demikian Bahasa Jawa yang

digunakan sangat membantu dalam menghayati dan masuk kedalam suasana

keheningan bersama Tuhan.

10. Apakah penggunaan Bahasa Jawa dapat membantu Bapak/ibu/saudara

dalam mendaraskan doa pribadi dan doa bersama?

Keterbiasaan menggunakan Bahasa Jawa dalam setiap Perayaan maka,

membuat umat juga terbiasa dengan bahasa yang digunakan. Oleh karenanya

setiap doa senantiasa menggunakan Bahasa Jawa. Karena dirasa akan sangat

membantu sarisegi pengucapan maupun dari maksud yang akan disampaikan.

11. Apakah penggunaan Bahasa Jawa dapat membantu Bapak/ibu/saudara

untuk memaknai Ekaristi dalam hidup sehari-hari?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 161: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

(9)

Sebagai manusia tentu saja keterbatasan untuk melakukan segala perintah dan

laranganya itu selalau ada, namun berusaha untuk dapat mengamalkan nilai-

nilai Kristiani ditengah hidup bermasyarakat tanpa memandang apapun

latarbeakangnya. Dalam kegiatan masyarakat walaupun menjadi kelompok

minoritas tetapi dipercaya untuk turut menjadi pernagkat desa.

12. Apa usulan Bapak/ibu/saudara terhadap penggunaan Bahasa Jawa

dalam Perayaan Ekaristi di Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen?

Mengapa?

Sebagai orang Jawa yang ikut melestarikan budaya Jawa hendaknya untuk

kedepannya Bahasa Jawa tetap digunakan dan tidak begitu saja ditinggalkan

dalam Perayaan Ekaristi. Mengingat untuk masa mendatang mungkin saja

bahasa daerah akan hilang berjalannya arus modern yang kian berkembang.

Dengan demikian baik apabila tetap melestarikannya sebagai sarana

berkomunikasi dengan Tuhan.

Wawancara R5

1. Menurut Bapak/ibu/saudara sejak kapan Bahasa jawa digunakan dalam

Perayaan Ekaristi di Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen?

Dari awal Bahasa Jawa digunakan mulai dari pewartaan hingga dalam

tatacara perayaan. Misionaris yang datang senatiasa menggunakan Bahasa

Jawa dalam memperkenalkan Kristus kepada umat di Stasi Kemranggen.

Sejak awal berdirinya dan mulai melaksanakan Perayaan Ekaristi sudah

mennggunakan Bahasa Jawa. Ikut dalam Perayaan Ekaristi dan menjadi orang

Katolik merupakan pilihan pribadi, walaupun tidak bergabung sejak awal

masuknya agama Katolik.

2. Apakah yang menjadi alasan awal mula Bahasa Jawa digunakan dalam

Perayaan Ekaristi?

Alasan yang paling mendasar mengapa menggunakan Bahasa Jawa ialah

karena Bahasa Jawa merupakan bahasa sehari-hari sehingga akan jauh lebih

memudahkan umat dalam memahaminya dan sungguh-sungguh masuk

kedalam hati umat serta mampu menyentuh hati umat. Dengan demikian

umat yang baru saja diperkenalkan dengan Kristus akan lebih mengerti.

3. Apakah Bahasa Jawa senantiasa digunakan dalam Perayaan Ekaristi di

Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen?

Pada saat ini Bahasa Jawa senantiasa digunakan dalam Perayaan Ekaristi

maupun dalam doa-doa lainnya. Namun sebelumnya pernah

diperkenalkan/diajarkan tatacara Perayaan Ekaristi dengan Bahasa Jawa oleh

seorang Romo yang berasal dari Manado, hal ini bukan hanya karena romo

tersebut tidak bisa Bahasa Jawa, melainkan untuk membiasakan umat agar

tidak hanya bisa mengikuti Perayaan Ekaristi dengan Bashasa Jawa. Romo

berharap supaya ketika umat mengikuti Perayaan Ekaristi di Paroki umat

Stasi Kemranggen juga bisa sepenuhnya mengikuti.

4. Bagaimana tanggapan umat terhadap penggunaan Bahasa Jawa dalam

Perayaan Ekaristi?

Sebagian besar umat Stasi Kemranggen bisa dan dapat mengikuti Perayaan

Ekaristi Bahasa Jawa dengan khidmat karena sudah terbiasa sejak awal.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 162: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

(10)

Apabila menggunakan Bahasa Indonesia umat cenderung kurang hafal

dengan doa-doa maupun nyanyiannya. Mengingat sebagian besar umat di

Stasi ialah orang tua bahkah yang dari generasi pertama masih ada.

5. Bagaimana tanggapan bapak/ibu/saudara terhadap penggunaan Bahasa

Jawa dalam Perayaan Ekaristi?

Sebagai orang Jawa sudah seharusnya turut serta dalam melestarikan dan

memegang teguh budaya Jawa, salah satunya dengan bahasa yang kapan saja

bisa luntur oleh zaman. Mengungkapkan iman kepada Tuhan dengan

menggunakan bahasa sendiri yang sehari-hari digunakan meningkatkan rasa

percaya diri serta lebih mantab dalam melaksanakan dan mengikuti Perayaan

Ekaristi.

6. Apakah penggunaan Bahasa Jawa berpengaruh terhadap kehadiran

umat dalam Perayaan Ekaristi? Mengapa?

Sejauh adanya Gereja Stasi Kemranggen, Bahasa yang digunakan dalam

Perayaan Ekaristi tidak berpengaruh terhadap kehadiran umat. Umat tidak

hadir bukan karena bahasa yang digunakan melainkan ada keperluan lain atau

ada halangan lainnya. Walaupun umat setempat senantiasa lebih akrab

bahkan Bahasa Jawa dalam Perayaan Ekaristi sudah melekat dalam hati umat

tetapi umat tidak akan menutup diri ataupun menghindar apabila diadakan

Perayaan Ekaristi dengan Bahasa Indonesia sejauh memungkinkan bagi umat.

7. Apakah pengggunaan Bahasa Jawa mendorong partisipasi

Bapak/ibu/saudara dalam mengikuti Perayaan Ekaristi? Bagaimana

bentuk partisipasinya?

Sebagai manusia lemah dan banyak berbuat salah, kadang kala kesadaran

umat untuk mengikuti Perayaan Ekaristi tidak selalu disadari oleh umat.

Sehingga apabila umat yang biasanya bertugas lektor ataupun doa umat tidak

hadir, maka dengan senang hati menggantikan. Namun untuk terlibat aktif

dalam lagu, menjawab Mazmur maupun doa senantias dapat diikuti dengan

baik.

8. Apakah penggunaan Bahasa Jawa membantu Bapak/ibu/saudara pada

saat pembacaan Kitab Suci dan homili?

Kitab Suci yang dibacakan dengan menggunakan Bahasa Jawa akan jauh

lebih mantab dibandingkan apabila dengan Bahasa Indonesia. kemungkinan

besar umat mengerti maksud apabila menggunakan Bahasa Indonesia namun

lebih mengena dengan Bahasa Jawa, tentunya dirasa lebih sopan dengan

tingkatan bahasa dalam Bahasa Jawa.

9. Apakah penggunaan Bahasa Jawa dapat membantu Bapak/ibu/saudara

dalam menghayati Perayaan Ekaristi dalam Liturgi Ekaristi?

Secara keseluruhan Bahasa Jawa membantu dalam menghayati dan mampu

menghantarkan umat dalam keheningan. Menggunakan kesempatan untuk

bersama Tuhan dalam Perayaan Ekaristi, dimana umat menerima komuni. Hal

ini sudah seharusnya menjadi pusat dalam Perayaan Ekaristi dan umat

senantiasa memberikan hati sepenuhnya dengan bantuan Bahasa yang

membantu umat menghayatinya.

10. Apakah penggunaan Bahasa Jawa dapat membantu Bapak/ibu/saudara

dalam mendaraskan doa pribadi dan doa bersama?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 163: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

(11)

Dalam setiap kesempatan untuk berdoa baik secara bersama maupun pribadi

selalu menggunakn Bahasa Jawa. Hal ini dikarenakan Bahasa Jawa

merupakan bahasa sendiri sehingga dengan mudah melantunkan setiap kata

yang hendak dihaturkan kepada Tuhan.

11. Apakah penggunaan Bahasa Jawa dapat membantu Bapak/ibu/saudara

untuk memaknai Ekaristi dalam hidup sehari-hari?

Umat Katolik merupakan umat yang sangat minoritas di Stasi Kemranggen,

pasang surut pernah terjadi dalam Gereja. Beberapa keluarga mengundurkan

diri dari Katolik dan mengikuti yang menjadi mayoritas, namun hal ini tidak

menyurutkan sebagian umat yang masih bertahan. Godaan dari luar selalu ada

namun, sebagai pengikut Kristus yang sejati berusaha untuk berpegang teguh

dan mencoba menampilkan jadi diri seorang Katolik tanpa merasa malu.

Berusaha untuk mengamalkan dan menanamkan rasa cinta kasih kepada

sesama tanpa membeda-bedakan.

12. Apa usulan Bapak/ibu/saudara terhadap penggunaan Bahasa Jawa

dalam Perayaan Ekaristi di Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen?

Mengapa?

Demi mewujudkan dan melestarikan Bahasa Jawa alangkah lebih baiknya

agar penggunaan Bahasa Jawa dalam Perayaan Ekaristi tidak begitu saja

ditinggalkan. Mengingat untuk zaman sekarang bahasa Indonesia selalu

digunakan maka lebih baik pula jika sesekali menggunakan Bahasa Indonesia

seperti yang telah dipaparkan oleh seorang romo dari Manado supaya umat

dapat mengikuti Perayaan Ekaristi dengan menggunakan Bahasa Indonesia,

dengan tidak meningalkan Bahasa Jawa.

Wawancara R6

1. Menurut Bapak/ibu/saudara sejak kapan Bahasa jawa digunakan dalam

Perayaan Ekaristi di Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen?

Sejak adanya umat Katolik di Stasi Kemranggen, Bahasa Jawa selalu

digunakan dalam Perayaan Ekaristi. Setelah menjadi Katolik umat setempat

sudah menggunakan Bahasa Jawa mulai dari pelajaran sampai pada Parayaan

Ekaristi yang diadakan oleh umat. Dalam penyebaran Agama Katolik seorang

Pastor menggunakan Bahasa Jawa.

2. Apakah yang menjadi alasan awal mula Bahasa Jawa digunakan dalam

Perayaan Ekaristi?

Umat Stasi Kemranggen senantiasa menggunakan Bahasa Jawa untuk

berkomunikasi, sehingga penyebaran agama dengan Bahasa Jawa akan jauh

lebih memudahkan umat untuk memahami dan mengerti maksud yang

disampaikan. Mulai dari memperkenalkan Kristus sampai tatacara dalam

Perayaan Ekaristi, umat diajarkan dengan menggunakan Bahasa Jawa. Oleh

sebab itu sampai sekarang Bahasa Jawa tetap digunakan dalam Perayaan

Ekaristi.

3. Apakah Bahasa Jawa senantiasa digunakan dalam Perayaan Ekaristi di

Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen?

Perayaan Ekaristi selalu menggunakan Bahasa Jawa untuk saat ini, namun

sebelumnya pernah menggunakan Bahasa Indonesia ketika seorang romo

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 164: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

(12)

yang dari Manado tugas di Paroki Santo Yohanes Rasul Kutoarjo. Untuk

pertama kalinya umat di Stasi Kemranggen menggunakan Bahasa Indonesia.

Dibantu buku panduan umat diajarkan mengikuti Perayaan Ekaristi dengan

Bahasa Indonesia, hal ini bertujuan supaya umat dapat mengikuti Perayaan

Ekaristi dengan Bahasa Indonesia. namun setelah romo pindah tugas, umat

Stasi Kemrangen meninggalkan Bahasa Indonesia dan kembali menggunakan

Bahasa Jawa dalam setiap Perayaan Ekaristi.

4. Bagaimana tanggapan umat terhadap penggunaan Bahasa Jawa dalam

Perayaan Ekaristi?

sejauh ini penggunaan Bahasa Jawa dalam Ekaristi masih mendapat respon

yang baik oleh umat. Umat dapat dengan mudah mengikuti karena Bahasa

Jawa sebagai bahasa sehari-hari dan sudah terbiasa sejak dulu. Sehingga akan

merasa kesulitan apabila mengikuti Perayaan Ekaristi dengan Bahasa

Indonesia, walaupun dapat mengerti namun sulit untuk ikut berperan aktif.

5. Bagaimana tanggapan bapak/ibu/saudara terhadap penggunaan Bahasa

Jawa dalam Perayaan Ekaristi?

Keterbiasaan dengan bahasa yang digunakan maka dengan mudah diikuti dan

lebih merasa mantab serta mengena dihati umat. Bahasa Jawa dalam Perayaan

Ekaristi juga mendapat persetujuan dan respon yang positif dari dewan paroki

juga romo paroki.

6. Apakah penggunaan Bahasa Jawa berpengaruh terhadap kehadiran

umat dalam Perayaan Ekaristi? Mengapa?

Penggunaan Bahasa dalam Perayaan Ekaristi tidak berpengaruh terhadap

bahasa yang digunakan. Mengingat pada saat ini Perayaan Ekaristi selalu

menggunakan Bahasa Jawa maka umat mau tidak mau senantiasa mengikuti.

Umat dapat mengerti maksud dengan bahasa yang digunakan baik itu Bahasa

Indonesia maupun Bahasa Jawa yang biasa digunakan, namun untuk dapat

mengikuti aktif dalam doa maupun pujiannya, umat cenderung akan memilih

menggunakan Bahasa Jawa.

7. Apakah pengggunaan Bahasa Jawa mendorong partisipasi

Bapak/ibu/saudara dalam mengikuti Perayaan Ekaristi? Bagaimana

bentuk partisipasinya?

Setiap mengikuti Perayaan Ekaristi senantiasa ikut terlibat aktif apapun

bahasa yang digunakannya. Keterlibatannya antara lain memandu lagu

maupun doa umat. Tugas-tugas dalam Ekaristi sudah ditetapkan namun, tidak

menutup kemungkinan untuk siapa saja yang akan ikut terlibat aktif terutama

dari kalangan muda-mudi.

8. Apakah penggunaan Bahasa Jawa membantu Bapak/ibu/saudara pada

saat pembacaan Kitab Suci dan homili?

Kitab Suci yang dibacakan senantiasa dapat dimengerti dan mudah dipahami

dengan menggunakan bahasa, baik Bahasa Indonesia maupun Bahasa Jawa.

Dengan homili yang disampaikan oleh romo akan memperkuat bacaan yang

telah disampaikan. Keterbiasaan menggunakan Bahasa Jawa mambuat bacaan

yang digunakan akan terasa umum dan familiar ditelinga umat.

9. Apakah penggunaan Bahasa Jawa dapat membantu Bapak/ibu/saudara

dalam menghayati Perayaan Ekaristi dalam Liturgi Ekaristi?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 165: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

(13)

Secara keseluruhan Perayaan Ekaristi dengan Bahasa Jawa sepenuhnya dapat

membantu dalam menghayati setiap bagian Ekaristi. Liturgi Ekaristi

mendapat tempat tersendiri dalam seluruh perayaan, maka sudah seharusnya

apabila mendapat waktu khusus untuk bersama Tuhan.

10. Apakah penggunaan Bahasa Jawa dapat membantu Bapak/ibu/saudara

dalam mendaraskan doa pribadi dan doa bersama?

Dalam setiap doa baik pribadi maupun doa bersama selalu menggunakan

Bahasa Jawa, karena akan lebih mudah dalam mengucapkannya.

Keterbiasaan dalam Perayaan Ekaristi yang menggunakan Bahasa Jawa

membatu dalam setiap doayang dipanjatkan kepada Tuhan.

11. Apakah penggunaan Bahasa Jawa dapat membantu Bapak/ibu/saudara

untuk memaknai Ekaristi dalam hidup sehari-hari?

80% nilai-nilai Kristiani dapat diterapkan dalam kehidupa sehari-hari,

mengingat bahwa manusia tidaklah sempurna dan masih banyak kesalahan

dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

12. Apa usulan Bapak/ibu/saudara terhadap penggunaan Bahasa Jawa

dalam Perayaan Ekaristi di Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen?

Mengapa?

Sebagai orang tua tentu saja mengerti kebutuhan yang dirasakan oleh anak-

anak dan remaja yang pada umumnya keluar dari daerah Kemranggen.

Berdasarkan pengalaman mereka, tentu saja tidak atau pernah sesekali

mengikuti Perayaan Ekaristi dengan Bahasa Indonesia sehingga pada saat

mengikuti Perayaan Ekaristi Bahasa Indonesia sedikit kesulitan padahal

mereka akan jauh lebih mengerti apabila menggunakan Bahasa Indonesia,

sehingga akan lebih baik jika kembali dijadwalkan Ekaristi Bahasa Indonesia,

namun hal itu butuh proses, karena sebagian besar umat sudah terbiasa dan

lebih membantu menghayati, sehingga tidak semua umat setuju

menggunakan Bahasa Indonesia.

Wawancara R7

1. Menurut Bapak/ibu/saudara sejak kapan Bahasa jawa digunakan dalam

Perayaan Ekaristi di Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen?

Sejak menikah dana menjadi seorang Katolik Perayaan Ekaristi di Stasi

Kemranggen sudah menggunakan Bahasa Jawa. Mulai dari memberikan

pelajaran ataupaun memperkanalkan Agama Katolik, selalu menggunaan

Bahasa Jawa.

2. Apakah yang menjadi alasan awal mula Bahasa Jawa digunakan dalam

Perayaan Ekaristi?

Alasan utama penggunaan Bahasa Jawa ialah karena umat Stasi Kemranggen

ilaha penduduk asli Jawa. Salah satu bentuk melestarikan Bahasa Jawa dan

menggunakannya sebagai sarana untuk memperkenalkan dengan Tuhan.

Sehingga umat akan merasa lebih mengena dan dengan sangat mudah dipahai

oleh umat.

3. Apakah Bahasa Jawa senantiasa digunakan dalam Perayaan Ekaristi di

Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 166: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

(14)

Dalam setiap kesempatan, Bahasa Jawa senantiasa digunakan dalam Perayaan

Ekaristi kerena umat sudah terbiasa sehingga akan kesulitan apabila

menggunakan bahasa lain, misalnya Bahasa Jawa. Ketika ada Romo Nus,

seorang romo dari Manado bertugas di Paroki Kutoarjo, beliau

memperkenalkan dan memberikan jadwal Misa dengan menggunakan Bahasa

Jawa supaya umat tidak hanya terbiasa dan hanya bisa mengikuti Perayaan

Ekaristi dengan Bahasa Jawa saja. Namun ketika beliau pindah tugas, umat

Kemranggen tidak pernah lagi menggunakan Bahasa Indonesia dalam

Perayaan Ekaristi.

4. Bagaimana tanggapan umat terhadap penggunaan Bahasa Jawa dalam

Perayaan Ekaristi?

Umat senantiasa mengerti dan memahami baik dengan Bahasa Jawa maupun

Bahasa Indonesia, namun karena keterbiasaan menggunakan Bahasa jawa

sehingga tidak mudah untuk meninggalkan kebiasaan tersebut. Bahasa Jawa

bagi umat Stasi Kemranggen dirasa akan lebih menggugah hati umat dan

umat dapat dengan aktif mengikuti setiap bagiannya.

5. Bagaimana tanggapan bapak/ibu/saudara terhadap penggunaan Bahasa

Jawa dalam Perayaan Ekaristi?

Di zaman sekaranag tidak menampik kenyataan yang ada bahwa Bahasa

Indonesia lebih akrab didengarkan. Tanpa mengurangi rasa hormat kepada

Bahasa Jawa, Perayaan Ekaristi dengan menggunakan kedua bahasa tersebut

dapat diterima dan dipahami dengan baik. hal yang menjadi kendala ialah

apabila romo yang bertugas kurang mengerti Bahasa Jawa dan menimbulkan

kesan yang lucu sehingga perlu konsentrasi tinggi untuk dapat memahami dan

menyembunyikan reaksi yang tidak diinginkan.

6. Apakah penggunaan Bahasa Jawa berpengaruh terhadap kehadiran

umat dalam Perayaan Ekaristi? Mengapa?

Kehadiran umat di stasi Kemranggen dalam Perayaan Ekaristi tidak

ditentukan dengan bahasa yang digunakan, mengingat untuk saat ini Perayaan

Ekaristi selalu menggunakan Bahasa Jawa. Ketidakhadiran umat berkaitan

dengan halangan-halangan lain yang mendesak. Umat tidaka pernah melihat

adanya faktor yaang menghambat kehadiran yang berasal dari dalam Gereja

melainkan dari luar Gereja, misalnya ada acara dalam masyarakat ataupun

acara lain.

7. Apakah pengggunaan Bahasa Jawa mendorong partisipasi

Bapak/ibu/saudara dalam mengikuti Perayaan Ekaristi? Bagaimana

bentuk partisipasinya?

Partisipasi dalam Perayaan Ekaristi tidak setiap umat dapat mengikutinya

walaupun menggunakan bahasa sendiri, namun untuk aktif dalam lagu

maupun menjawab dialog romo senantiasa dilakukan oleh seluruh umat yang

mengikuti Perayaan Ekaristi. Tugas-tugas tersebut diberikan kepada yang

lebih muda, namun tidak menutup kemungkinan apabila yang bertugas tidak

bisa hadir maka dengan senang hati bida menggantikan.

8. Apakah penggunaan Bahasa Jawa membantu Bapak/ibu/saudara pada

saat pembacaan Kitab Suci dan homili?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 167: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

(15)

Apapun bahasa yang digunakan baik itu Bahasa Jawa maupun Bahasa

Indonesia dapat membantu menangkap Sabda Tuhan, karena dari Sabda

Tuhanlah iman akan semakin ditambah dan diperkut, sehingga apabila tidak

megerti artinya akan percuma saja. Homili yang disampaikan romo akan

mempertegas lagi untuk mengerti dan menerakannya dalam kehidupan sehari-

hari.

9. Apakah penggunaan Bahasa Jawa dapat membantu Bapak/ibu/saudara

dalam menghayati Perayaan Ekaristi dalam Liturgi Ekaristi?

Secara keseluruhan Perayaan Ekaristi dapat diikuti dan dipahami dengan baik

dengan bantuan bahasa yang dapat dimengerti baik Bahasa Jawa maupun

Bahasa Indonesia. Liturgi Ekaristi merupakan yang paling pokok dan harus

sungguh-sungguh dipahami dan dihayati dengan baik dan benar pula.

10. Apakah penggunaan Bahasa Jawa dapat membantu Bapak/ibu/saudara

dalam mendaraskan doa pribadi dan doa bersama?

Bahasa Jawa senantiasa digunakan dalam setiap Perayaan Ekaristi, namun

dalam buku-buku doa pribadi sebagian besar menggunakan Bahasa

Indonesia. sehingga dalam setiap doa pribadi senantiasa menggunakan

Bahasa Indonesia, entah itu doa spontan ataupun rumusan doa lainnya.

11. Apakah penggunaan Bahasa Jawa dapat membantu Bapak/ibu/saudara

untuk memaknai Ekaristi dalam hidup sehari-hari?

Menajadi orang Kristian sudah seharusnya dapat membawa sukacita dan

dapat mengamalkan cinta kasih kepada sesama tanpa membeda-bedakan.

Namun kelemahan manusia selalu ada maka, sebisa mugkin berusaha untu

mewujudkan dalam kehidupan sehari-hari, bertindak peduli dan mengasihi

sesama dan berusaha bergaul dengan yanglain untuk memperkaya

pengetahuan dan wawasan sehingga akan lebih menghagai sesama.

12. Apa usulan Bapak/ibu/saudara terhadap penggunaan Bahasa Jawa

dalam Perayaan Ekaristi di Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen?

Mengapa?

Sebagai orang Jawa maka tidak bisa meninggalkan Bahasa jawa, namun

kembali lagi kepada yang telah disampaikan oleh Romo Nus, supaya umat

juga bisa mengikuti Misa dengan Bahasa Indonesia, sesekali baik apabila

Perayaan Ekaristi menggunakan Bahasa Indonesia dan tidak meninggalkan

Bahasa Jawa.

Wawancara R8

1. Menurut Bapak/ibu/saudara sejak kapan Bahasa jawa digunakan dalam

Perayaan Ekaristi di Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen?

Bahasa Jawa digunakan dalam Perayaan Ekaristi digunakan sejak awal mula

adanya Gereja dan mengadakan Perayaan Ekaristi. Seorang Pastor yang

datang untuk memperkenalkan Agama Katolik senantiasa menggunakan

Bahasa jawa dalam pewartaannya sehingga umat Katolik di Kemranggen

diajarkan tatacara Perayaan Ekaristi dengan menggunakan Bahasa Jawa.

2. Apakah yang menjadi alasan awal mula Bahasa Jawa digunakan dalam

Perayaan Ekaristi?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 168: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

(16)

Alasan penggunaan Bahasa Jawa dalam perayaan Ekaristi ialah karena

Bahasa Jawa menjadi bahasa umat Kemranggen. Dengan demikian akan lebih

mudah sampai kepada umat apabila pewartaanya juga menggunakan bahasa

setempat. Umat akan merasa bebas berkomunikasi dengan Tuhan dengan

bahasa sendiri.

3. Apakah Bahasa Jawa senantiasa digunakan dalam Perayaan Ekaristi di

Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen?

Setiap Perayaan Ekaristi di Stasi Kemranggen selalu menggunakan Bahasa

Jawa. Tahun 2003 pada saat ada Romo Nus bertugas di Paroki, Stasi

Kemranggen mendapat jadwal menggunakan Bahasa Indonesia dalam

Perayaa Ekaristi. Namun setelah Romo Nus pindah Bahasa Indonesia kembali

ditinggalkan, salah satu alasannya ialah umat lebih akrab dengan Bahasa

Jawa. Sampai saat ini dalam setiap Misa senantiasa menggunakan Bahasa

Jawa.

4. Bagaimana tanggapan umat terhadap penggunaan Bahasa Jawa dalam

Perayaan Ekaristi?

Umat senantiasa dapat mengerti dan memahami, kecuali anak-anak dan kaum

muda kemungkinan yang kurang begitu memahami kerena zaman sekarang

ini bagi mereka Bahasa Indonesia lebih sering didengar baik disekolah

maupun setiap acara televisi. Namun untuk orang dewasa yang sudah terbiasa

akan snagat membantu untuk menghayati Perayaan Ekaristi.

5. Bagaimana tanggapan bapak/ibu/saudara terhadap penggunaan Bahasa

Jawa dalam Perayaan Ekaristi?

Bahasa Jawa sudah menjadi kebiasaan dalam mengikuti Perayaan Ekaristi

maka akan terlihat aneh dan kurang bisa diikuti apabila menggunakan bahasa

lain seperti Bahasa Indonesia. Dengan demikian Bahasa Jawa dapat

membantu untuk menghayati dan menangkap setiap bagian dari Perayaan

Ekaristi.

6. Apakah penggunaan Bahasa Jawa berpengaruh terhadap kehadiran

umat dalam Perayaan Ekaristi? Mengapa?

Tidak berpengaruh, orang Katolik harus mengikuti setiap Perayaan Ekaristi,

maka apapun bahasa yang digunakan akan senantiasa dihadiri oleh umat.

Walaupun masih banyak umat yang tidak aktif ke gereja dengan berbagai

macam alasan. Namun untuk umat yang sungguh menyadari dan aktif ke

gereja tentu saja tidak mempersoalkan bahasa yang digunakan sejauh umat

dapat mengerti.

7. Apakah pengggunaan Bahasa Jawa mendorong partisipasi

Bapak/ibu/saudara dalam mengikuti Perayaan Ekaristi? Bagaimana

bentuk partisipasinya?

Mengingat usia yang sudah tidak muda lagi maka, tugas-tugas dalam Gereja

diberikan kepada yang lebih muda. Menginjak usia yang mulai sepuh untuk

dapat pergi ke Gereja pun sudah sangat bersyukur karena jarak dari rumah ke

Gereja yang cukup jauh. Namun tetap aktif dalam lagu maupun menanggapi

mazmur yang dinyanyikan serta doa-doa dalam Perayaan Ekaristi.

8. Apakah penggunaan Bahasa Jawa membantu Bapak/ibu/saudara pada

saat pembacaan Kitab Suci dan homili?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 169: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

(17)

Pembacaan Kitab Suci dapat diterima denga bantuan bahasa yang merupakan

bahasa sendiri. Kemudian dipertegas dengan homili yang disampaikan oleh

romo untuk semakin menghayati hidup sebagai orang Kristiani. Sebagai

manusia yang banyak kekurangan dalam homili yang diberikan tidak selalu

dapat diterima karena rasa ngantuk dan terkadang merasa bosan.

9. Apakah penggunaan Bahasa Jawa dapat membantu Bapak/ibu/saudara

dalam menghayati Perayaan Ekaristi dalam Liturgi Ekaristi?

Seperti hal nya dalam pembacaan Kitab Suci, dalam Liturgi Ekaristi pada

umumnya umat dapat memahami dan menghayati namun beberapa kendala

yang sering dihadapi ialah teriakan dan suara gaduh anak kecil yang membuat

konsentrasi terganggu.

10. Apakah penggunaan Bahasa Jawa dapat membantu Bapak/ibu/saudara

dalam mendaraskan doa pribadi dan doa bersama?

Keterbiasaan menggunakan Bahasa Jawa dan karena bahasa sendiri yang

dirasa lebih mudah dalam menyampaikan kepada Tuhan. Bahasa Jawa

membuat rasa percaya diri lebih tinggi dan tidak takut salah dalam

mengucapkannya doa secara pribadi maupun doa bersama.

11. Apakah penggunaan Bahasa Jawa dapat membantu Bapak/ibu/saudara

untuk memaknai Ekaristi dalam hidup sehari-hari?

Dalam menjalani kehidupan sehari-harisebagai seornag Kristiani sudah

seharusnya mengamalkan nilai-nilai Kristiani tanpa memandang

latarbelakang. Hidup sebagai kelompok yang sangat mayoritas tidak

menyurutkan niat untuk selalu hidup sesuai aturan orang Kristen. Namun

manusia menyadari kelemahan sehingga tidak dapat sepenuhnya diterapkan.

12. Apa usulan Bapak/ibu/saudara terhadap penggunaan Bahasa Jawa

dalam Perayaan Ekaristi di Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen?

Mengapa?

Bahasa Jawa sudah sangat melekat dan seakan tidak bisa dipisahkan lagi oleh

umat di Stasi Kemranggen, namun demi mengikuti perkembangan zaman dan

supaya umat juga dapat mengikuti Perayaan Ekaristi dengan Bahasa

Indonesia, maka dapat diadakan kembali Perayaan Ekaristi dengan Bahasa

Indonesia.

Wawancara R9

1. Menurut Bapak/ibu/saudara sejak kapan Bahasa jawa digunakan dalam

Perayaan Ekaristi di Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen?

Menginjak tahun ke delapan menjadi orang Katolik, yang dirasa masih belum

cukup lama. Sejak memilih untuk menikah dengan orang Katolik dan

mengikuti pelajaran, semuanya diterima dengan menggunakan Bahasa Jawa.

Perayaan Ekaristi pertama yang diikuti juga menggunakan Bahasa Jawa

sampai saat ini.

2. Apakah yang menjadi alasan awal mula Bahasa Jawa digunakan dalam

Perayaan Ekaristi?

Terhitung sebagai umat baru dalam Gereja Katolik di Stasi Kemranggen

mengemukakan pendapat bahwa yang menjadi alasan penggunaan Bahasa

Jawa dalam Perayaan Ekaristi ialah Bahasa Jawa menjadi bahasa sehari-hari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 170: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

(18)

umat Kemranggen. Dengan menggunakan bahasa sendiri maka akan lebih

menguntungkan umat dalam menangkap dan memahami apa yang mereka

rayakan dalam Misa.

3. Apakah Bahasa Jawa senantiasa digunakan dalam Perayaan Ekaristi di

Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen?

Sejauh mengenal Agama Katolik dan mengikuti setiap Perayaan Ekaristi pada

hari minggu walaupun tidak setiap minggu ada Misa dan diganti dengan

ibadat Sabda senantiasa menggunakan Bahasa Jawa. Hal ini membuat umat

stasi dapat dengan mudah mengikuti karena terbiasa sejak dulu menggunakan

Bahasa Jawa. Dengan demikian akan sangat membantu umat untuk

menghayatinya.

4. Bagaimana tanggapan umat terhadap penggunaan Bahasa Jawa dalam

Perayaan Ekaristi?

Bahasa Jawa yang digunakan dalam Perayaan Ekaristi merupakan bahasa

yang sangat sopan untuk menghadap Tuhan dan menghaturkan segala pujian

kepada Tuhan. Maka dengan penuh khidmat dan rasa sopan penggunaan

Bahasa Jawa membuat umat yang mengikutinya semakin khusuk dalam

mengkuti Perayaan Ekaristi.

5. Bagaimana tanggapan bapak/ibu/saudara terhadap penggunaan Bahasa

Jawa dalam Perayaan Ekaristi?

Pada awal mengikuti Perayaan Ekaristi dengan menggunakan Bahasa Jawa

membutuhkan konsentrasi untuk dalam mengikuti kerena belum terbiasa.

Namun lambat laun hal tersebut dapat diikuti karena sebelumnya sekolah di

yayasan Katolik sehingga lebih mudah untuk beradaptasi dengan agama

Katolik. Namun untuk penggunaan bahasa tentu saja berbeda dengan apa

yang telah diketahui dan diperoleh dari sekolah, misalnya sering mendengar

rumusan doa dalam Bahasa Indonesia. berjalannya waktu penggunaan Bahasa

Jawa sebagai sarana menghadap Tuhan dirasa sangat sopan dan dapat diikuti.

6. Apakah penggunaan Bahasa Jawa berpengaruh terhadap kehadiran

umat dalam Perayaan Ekaristi? Mengapa?

Bagi umat Stasi Kemranggen bahasa yang digunakan dalam Perayaan

Ekaristi sama sekali tidak berpengaruh teradap kehadiran umat. Walaupun

sebagian besar umat memilih menggunakan Bahasa jawa dalam Perayaan

Ekaristi tatapi sejauh ini apabila mengikuti Misa di paroki yang menggunakan

Bahasa Indonesia tidak menyurutkan niat untuk tidak ke Gereja. kesadaran

penuh yang dirasakan umat sejauh masih mengerti arti membuat umat

semakin diperkaya dengan mengikuti Misa yang seain menggunakan Bahasa

Jawa.

7. Apakah pengggunaan Bahasa Jawa mendorong partisipasi

Bapak/ibu/saudara dalam mengikuti Perayaan Ekaristi? Bagaimana

bentuk partisipasinya?

Sesuatu kebangga tersendiri, mengingat bahwa menjadi orang Katolik belum

cukup lama, mendapat kepercayaan untuk menjadi lektor. Menjadi lektor

harus mempu membacakan untuk orang lain sehingga harus dengan jelas cara

membacanya. Bahasa Jawa dalam membacakan tidak lurus seperti yang

tertulis, hal ini yang mambuat keraguan untuk menerima tugas menjadi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 171: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

(19)

lektor. Namun dengan berusaha semaksumal mungkin untuk

bertanggungjawab atas tugas yang diberikannya dan dengan senang hati

mendapat kepercayaan dan dapat ikut terlibat dalam Perayaan Ekaristi.

8. Apakah penggunaan Bahasa Jawa membantu Bapak/ibu/saudara pada

saat pembacaan Kitab Suci dan homili?

Sebagai salah satu pembaca dalam bacaan Kitab Suci, maka membuat

keuntungan tersendiri yaitu lebih mengetahui bacaan karena sebelumnya

sudah membaca dan mempersiapkan diri. Bahasa Jawa mempermudah umat

dalam mengerti dan menangkap isi dan intidari bacaan kemudian dipertegas

lagi dengan homili yang dibawakan oleh romo. Hal ini semakin menambah

pengetahuan dan lebih mengerti maksud dari bahasa Kitab Suci yang

terkadang sulit diterima.

9. Apakah penggunaan Bahasa Jawa dapat membantu Bapak/ibu/saudara

dalam menghayati Perayaan Ekaristi dalam Liturgi Ekaristi?

Secara menyeluruh Penggunaan Bahasa Jawa sangat membantu umat dalam

Perayaan Ekaristi, bahkan diliar Perayaan Ekaristi misalnya dalam doa

Rosario umat senantiasa menghayatinya. Pada awalnya sulit mengikuti

kerena umat yang sudah terbiasa dalam mendarasakan doa cenderung sangat

cepat. Namun karena terbiasa mengikuti maka dapat pula mengimbangi umat

yang lain.

10. Apakah penggunaan Bahasa Jawa dapat membantu Bapak/ibu/saudara

dalam mendaraskan doa pribadi dan doa bersama?

Pelajaran yang diperoleh sebelum menjadi orang Katolik dengan

menggunakan Bahasa Jawa, sehingga terbiasa menggunakan Bahasa Jawa

dalam doa pribadi maupun doa bersama-sama yang sejak dulu menggunakan

Bahasa Jawa. Namun untuk mengajari anak-anak menggunakan Bahasa

Indonesia karena mudah dihafalkan.

11. Apakah penggunaan Bahasa Jawa dapat membantu Bapak/ibu/saudara

untuk memaknai Ekaristi dalam hidup sehari-hari?

Menjadi orang Katolik merupakan pilihan dari dalam diri, masih harus terus

belajar bagaimana menjadi orang Katoik yang baik. tanggapan orang lain

tentu saja bermacam-macam dan tidak dengan mudah menerima, namun

dengan ikut terlibat aktif dan rajin mengikuti Perayaan Ekaristi menjadi cara

supaya tidak dengan mudah diremehkan oleh orang lain. Berusaha untuk

menyakinkan bahwa menjadi seorang Katolik yang baik tanpa membedakan

dan lebih menghargai sesama.

12. Apa usulan Bapak/ibu/saudara terhadap penggunaan Bahasa Jawa

dalam Perayaan Ekaristi di Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen?

Mengapa?

Melihat anak-anak zaman sekarang ini yang lebih mudah diajarkan dengan

bahasa Indonesia, maka lebih baik jika dijadwalkan Perayaan Ekaristi dengan

Bahasa Indonesia, namun tidak meninggalkan Bahasa Jawa. pada saat

mengikuti Misa diparoki pada hari Raya maupun acara perayaan liannya,

umat dapat mengikuti dengan baik serta dapat menjawab dialog serta doa-doa

dengan Bahasa Indonesia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 172: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

(20)

Wawancara R10

1. Menurut Bapak/ibu/saudara sejak kapan Bahasa jawa digunakan dalam

Perayaan Ekaristi di Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen?

Sejak menjadi orang Katolik Perayaan Ekaristi di Stasi Kemranggen sudah

menggunakan Bahasa Jawa. Hal ini sesuai dengan keadaan dan kondisi umat

yang dihadapi pada saat itu, yang umunya ialah orang tua. Sehingga sangatlah

cocok dan memudahkan umat untuk mengenal dan menghayati iman

Kristiani.

2. Apakah yang menjadi alasan awal mula Bahasa Jawa digunakan dalam

Perayaan Ekaristi?

Sebagai orang jawa yang pada umumnya menggunakan Bahasa Jawa menjadi

alasan utama dalam penggunaan Bahasa Jawa dalam Perayaan Ekaristi pada

awal mula sampai sekarang. Hal ini tetap dipegang teguh untuk tidak

meninggalkan Bahasa Jawa dalam kehidupan sehari-hari yang pada saat ini

mulai luntur.

3. Apakah Bahasa Jawa senantiasa digunakan dalam Perayaan Ekaristi di

Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen?

Bahasa Jawa sennatiasa digunakan dalam setiap Perayaan Ekaristi di Stasi

Kemranggen dari awal mula sampai saat ini, namun duu pernah

menggunakan Bahasa Indonesia. karena setiap mengikuti Misa di Paroki

selalu menggunakan Bahasa Indonesia maka umat Stasi Kemranggen juga

diperkenalkan dengan Perayaan Ekaristi meggunakan Bahasa Indonesia.

supaya umat dapat mengikuti Peryaan Ekaristi dengan mengguakan Bahasa

Indonesia pada saat itu yang setiap hari raya Natal maupun Paskah seluruh

umat diundang untuk mengikuti Perayaan Ekaristi di Paroki. Namun hal itu

tidak berlangsung lama dan sampai sekarang selalu menggunakan Bahasa

Jawa dalam Perayaan Ekaristi.

4. Bagaimana tanggapan umat terhadap penggunaan Bahasa Jawa dalam

Perayaan Ekaristi?

Sebagian besar umat dapat mengikuti karena menggunakan bahasa sendiri

yang sudah akrab ditelinga. Sehingga dengan mudah menghayati dana masuk

kedalam diri umat masing-masing. Pandangan bahwa umat katoik harus sealu

ke greja selalu dipegang teguh oleh seluruh umat apalagi bahwa bahasa

menjadi prioritas untuk senantiasa digunakan dalam Perayaan Ekaristi.

sebagai orang Jawa tentu saja hal ini menjadi kebanggaan tersendiri karena

mendapat pengakuan dalam Gereja.

5. Bagaimana tanggapan bapak/ibu/saudara terhadap penggunaan Bahasa

Jawa dalam Perayaan Ekaristi?

Sesuai dengan alasan awal mula dalam penggunaan Bahasa Jawa dalam Stasi

Kemranggen, supaya dapat menyatu dan merupakan bahasa sendiri maka, hal

ini lah yang dirasakan oleh sebagian besar umat. Namun tidak semua umat

setuju dengan hal itu. walaupun sudah terbiasa dengan Bahasa Jawa tetapi

Perayaan Ekaristi dengan menggunakan Bahasa Indonesia lebih mudah

diterima. Hal iniberkaitan dengan perkembangan zaman pada saat sekarang

yang Bahasa Indonesiapun digunakan oleh orang yang di desa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 173: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

(21)

6. Apakah penggunaan Bahasa Jawa berpengaruh terhadap kehadiran

umat dalam Perayaan Ekaristi? Mengapa?

Sejauh ini kehadiran umat tidak sama sekali berpengaruh terhadap bahasa

yang digunakan. Bahkan yang cenderung memilih Bahasa Indonesiapun tetap

ikut Misa dengan Bahasa Jawa karena hanya ada Misa menggunakan Bahasa

Jawa di Stasi Kemraggen, namun karena sudah menjadi kebiasaan makan

tidak menjadi kendala untuk tidak mengikuti Perayaan Ekaristi.

7. Apakah pengggunaan Bahasa Jawa mendorong partisipasi

Bapak/ibu/saudara dalam mengikuti Perayaan Ekaristi? Bagaimana

bentuk partisipasinya?

Bahasa Jawa selalu digunakan namun untuk tugas dalam Perayaan Ekaristi

diberikan kepada yang lebih muda. Pengguanaan Bahasa Jawa yang tulisan

dengan cara membacanya tidak sama menjadikan ragu-garu apabila salah

baca padaa saat tugas dengan demikian memilih untuk tidak ikut

berpartisipasi. Namun tetap mengikuti dengan baik setiap bagian dari

Perayaan Ekaristi.

8. Apakah penggunaan Bahasa Jawa membantu Bapak/ibu/saudara pada

saat pembacaan Kitab Suci dan homili?

Sering kali yang terjadi ialah mendengarkan Bacaan Kitab Suci hanya pada

saat Misa maka, haruslah di terima dan diresapi. Bacaan Kitab Suci menjadi

pokok dimana Tuhan bersabda dan melalui homili, romo menyampaikan

maksud dari bacaan yang dibacana pada saat itu. dengan demikian umat dapat

menangkap dengan mudah supaya dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-

hari untuk menjadi murid Kristus. Bahasa sangat membantu penghayatan

umat, sebagai orang Jawa yang umunya menggunakan Bahasa Jawa.

9. Apakah penggunaan Bahasa Jawa dapat membantu Bapak/ibu/saudara

dalam menghayati Perayaan Ekaristi dalam Liturgi Ekaristi?

Sejauh ini pengunaan Bahasa Jawa dalam Perayaan Ekaristi sangat membantu

umat dalam mengikuti dan memahaminya serta dapat dengan mudah dalam

menjawab dialog pastor saat mengikuti Perayaan Ekaristi. namun menurut

diri pribadi lebih mengerti apabila menggunakan Bahasa Indonesia.

10. Apakah penggunaan Bahasa Jawa dapat membantu Bapak/ibu/saudara

dalam mendaraskan doa pribadi dan doa bersama?

Selama ini Bahasa Jawa senatiasa digunakan dalam Misa maupun dalam doa

bersama, namun mengingat bahawa pada masa sekarang Bahasa Indonesia

lebih sering dan akrab didengarkan maka dalam doa pribadi cenderung

menggunakan Bahasa Indonesia.

11. Apakah penggunaan Bahasa Jawa dapat membantu Bapak/ibu/saudara

untuk memaknai Ekaristi dalam hidup sehari-hari?

Sebagai seorang Kristiani sudah sewajarnya menerapkan nilai-nilai dan hidup

seturut dengan apa yang telah diperoleh selama menjadi orang Katolik. Hal

ini tidaklah mudah dalam menerapkannya, mengingat bahwa umat Katolik

menjadi umat yang sangat minoritas. Namun hal ini tidak melemahkan niat,

walaupun tidak sepenuhnya dapat diterapkan. Kepercayaan yang diberikan

masyarakat untuk menjadi sekretaris desa menjadi salah satu bukti bawa umat

Katolik masih dipandang dan mendapat tempat dalam masyarakat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 174: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

(22)

12. Apa usulan Bapak/ibu/saudara terhadap penggunaan Bahasa Jawa

dalam Perayaan Ekaristi di Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen?

Mengapa?

Untuk melatih umat supaya tidak hanya terbiasa dan tidah hanya bisa

mengikuti Perayaan Ekaristi dengan Bahasa Jawa maka, lebih baik apabila

mulai lagi dijadwalkan Misa dengan Bahasa Indonesia. Misa dengan Bahasa

Indonesia tidak harus sebulan sekali namun melihat kondisi umat. hal ii

menjadikan variasai terhadap Perayaan Ekaristi sehingga tidak hanya

cenderung Bahasa Jawa namun tidak begitu saja meninggalkan Bahasa Jawa.

Wawancara R11

1. Menurut Bapak/ibu/saudara sejak kapan Bahasa jawa digunakan dalam

Perayaan Ekaristi di Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen?

Bahasa Jawa digunakan dalam Perayaan Ekaristi sejak pertama kali

mengikuti Perayaan Ekaristi di stasi Kemranggen. Sebagai orang Jawa dan

ornag Katolik sejaklahir maka hal ini menjadi wajar dan akan sangat

membantu umat dalam mengikuti dan menghayati iman Katolik.

2. Apakah yang menjadi alasan awal mula Bahasa Jawa digunakan dalam

Perayaan Ekaristi?

Alasan menggunakan Bahasa Jawa ialah karena ornag jawa yang dalam

kehidupan sehari-hari menggunakan Bahasa Jawa. Supaya ornag jawa tidak

kehilangan identitas sebagai ornag jawa makan hal ini dijadikan oleh

misionaris sebagai sarana untuk menyebarkan agama Katolik.

3. Apakah Bahasa Jawa senantiasa digunakan dalam Perayaan Ekaristi di

Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen?

Iya. Bahasa Jawa senantiasa digunakan dalam Perayaan Ekaristi. Namun

pernah menggunakan Bahasa Indonesia pada beberapa tahun lalu. Dengan

alasan supaya umat Katolik juga bisa mengikuti Perayaan Ekaristi dengan

Bahasa Indonesia. tetapi hal itu tidak berlangsung lama dan umat memilih

kembali menggunakan Bahasa Jawa dalam Perayaan Ekaristi.

4. Bagaimana tanggapan umat terhadap penggunaan Bahasa Jawa dalam

Perayaan Ekaristi?

Umat senantiasa merasa cocok dan sesuai dengan bahasa umat sendiri.

Karena sudah terbiasa menggunakan Bahasa Jawa memudahkan umat untuk

menghayatinya. Bahkan akan merasa kesulitan apabila meggunakan Bahasa

Indonesia walaupun umat akan mengerti artinya.

5. Bagaimana tanggapan bapak/ibu/saudara terhadap penggunaan Bahasa

Jawa dalam Perayaan Ekaristi?

Keterbiasaan menggunakan Bahasa Jawa menjadikan Perayaan Ekaristi

menjadi lebih mendalam dan mudah dihayati. Walaupun dengan

menggunakan Bahasa Indonediapun akan mudah saja diikuti dan dimengerti

tetapi akan jauh lebih meresap kahati apabila menggunakan Bahasa Jawa.

6. Apakah penggunaan Bahasa Jawa berpengaruh terhadap kehadiran

umat dalam Perayaan Ekaristi? Mengapa?

Bahasa yang digunakan dalam Perayaan Ekaristi tidak berpengaruh terhadap

kehadiran umat dalam Perayaan Ekarsiti. Karena umat akan cenderung akan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 175: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

(23)

lebih banyak yang mengikuti apabila Perayaan Ekaristi dibandingkan dengan

Ibadat Sabda. Umat senantiasa lebih memberikan prioritas kepada Perayaan

Ekaristi. jarak yang jaub serta cuaca terkadang yang menjadi kendala bagi

umat untuk mengikuti Perayaan Ekaristi.

7. Apakah pengggunaan Bahasa Jawa mendorong partisipasi

Bapak/ibu/saudara dalam mengikuti Perayaan Ekaristi? Bagaimana

bentuk partisipasinya?

Baik menggunakan Bahasa Jawa maupun Bahasa Indonesia senantiasa siap

dengan senang hati untuk dapat terlibat aktif, bentuk partisipasinya ialah

sebagai pembaca bacaan. Bahasa Jawa menjadikan kepercayaan diri semakin

bertambah karena sudah terbiasa dan sebagai bahasa sehari-hari.

8. Apakah penggunaan Bahasa Jawa membantu Bapak/ibu/saudara pada

saat pembacaan Kitab Suci dan homili?

Kitab Suci menjadi pusat yang harus sungguh-sungguh didengarkan, bahkan

sebagian besar umat mendengarkan Kitab Suci pada hari minggu saja. Namun

sebagai lektor yang hampir setiap hari minggu bertugas menjadikan

keuntungan tersendiri untuk mempelajari dan membacanya sebelum

dibacakan dalam Perayaan Ekaristi. Homili yang disampaikan oleh romo

lebih memperkuat apa yang telah disabdakan oleh Tuhan melalui bacaan pada

saat itu.

9. Apakah penggunaan Bahasa Jawa dapat membantu Bapak/ibu/saudara

dalam menghayati Perayaan Ekaristi dalam Liturgi Ekaristi?

Secara keseluruhan pengguanaan Bahasa Jawa menyangkut doa, lagu maupun

bacaan dalam Perayaan Ekaristi. Hal ini digunakan supaya umat dapat lebih

memahami karena mengguakan bahasa sendiri. Liturgi Ekaristi menjadi

pokok dimana umat meneria tubuh dan darah Kristus, maka mendapat tempat

khusus untuk lebih memahaminya.

10. Apakah penggunaan Bahasa Jawa dapat membantu Bapak/ibu/saudara

dalam mendaraskan doa pribadi dan doa bersama?

Kebiasaan menggunakan Bahasa Jawa dalam Perayaan Ekaristi menjadikan

Bahasa Jawa akrab digunakan dalam setiap doa. Baik dalam doa bersama

maupun doa pribadi selalu menggunakan Bahasa Jawa. Dengan alasan lebih

mudah diucapkan karena sudah terbiasa digunakan dalam hal-hal doa dan

dalam hal berkomunikasi dengan Tuhan memalui Perayaa Ekaristi.

11. Apakah penggunaan Bahasa Jawa dapat membantu Bapak/ibu/saudara

untuk memaknai Ekaristi dalam hidup sehari-hari?

Hidup secara Katolik sudah ditanamkan sejak menjadi orang Katolik, namun

tidak semua rencana dan niat akan berjalan dengan lancar sesuai harapan.

Mengingat bahwa manusia mudah terjerumus kedalam dosa karena

kelemahan yang dimiliki manusia, hal ini membuat tidak semua dapat

diterapkan. Menjadi minoritas jugamenjadi salah satu tantangan untuk tetap

berusaha menjadi orang Katolik dan terlibat dalam kegiatan masyarakat.

12. Apa usulan Bapak/ibu/saudara terhadap penggunaan Bahasa Jawa

dalam Perayaan Ekaristi di Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen?

Mengapa?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 176: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

(24)

Sebagai orang Jawa sudah menjadi kewajiban untuk turut dalam melestarikan

budaya jawa salah satunya dengan tetap menggunakan Bahasa Jawa dalam

Perayaan Ekaristi. Dengan demikian maka indenritas sebagai ornag jawa

tidak akan hilang begitu saja. Namun dengan tidak menutup kepada diri

kepada dunia luar, maka bisa sesekali menggunakan Bahasa Indonesia dalam

Perayaan Ekaristi supaya lebih variatif.

Wawancara R12

1. Menurut Bapak/ibu/saudara sejak kapan Bahasa jawa digunakan dalam

Perayaan Ekaristi di Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen?

Menjadi orang Katolik sejak lahir dan mengingat dari awal mula Perayaan

Ekaristi selalu menggunakan Bahasa Jawa. Hal ini sesuai dengan keadaan

umat yang merupakan ornag Jawa yang masih memegang teguh budaya jawa

dan melestarikan bahasa Jawa supaya tidak luntur digerus zaman.

2. Apakah yang menjadi alasan awal mula Bahasa Jawa digunakan dalam

Perayaan Ekaristi?

Alasan utama ialah karena ornag jawa yang dalam kehidupan sehari-hari

menggunakan Bahasa Jawa dalam berkomunikasi. Hal ini mempermudah

umat dalam megahayati iman Kristiani sesuai dengan bahasa yang digunakan.

3. Apakah Bahasa Jawa senantiasa digunakan dalam Perayaan Ekaristi di

Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen?

Bahasa Jawa selalu digunakan dalam setiap Perayaan Ekarristi maupun dalam

Ibadat Sabda. Pernah beberapa tahun yang lalu menggunakan bahasa

Indonesia pada Perayaan Ekaristi, namun hal itu hanya berlangsung beberapa

saat saja kemudian Stasi Kemranggen kembali menggukan Bahasa Jawa

dalam setiap Perayaan Ekaristi di Stasi Kemranggen.

4. Bagaimana tanggapan umat terhadap penggunaan Bahasa Jawa dalam

Perayaan Ekaristi?

Sejauh ini penggunaan Bahasa Jawa dirasa sangat cocok dan sesui dengan

keadaan umat setempat. Umat dapat mengungkapkan iman mereka melalui

bahasa yag digunakan. Tanggapan umat pun akan berbeda apabila Misa

menggunaka Bahasa Indonesia karena sudah terbiasa dengan Bahasa Jawa.

5. Bagaimana tanggapan bapak/ibu/saudara terhadap penggunaan Bahasa

Jawa dalam Perayaan Ekaristi?

Berdasarkan pengalaman, mengikuti Perayaan Ekaristi dengan meggunakan

Bahasa Jawa dan Indonesia, lebih mudah dimengerti dengan menggunakan

Bahasa Indonesia walaupun paham dengan Bahasa Jawa.

6. Apakah penggunaan Bahasa Jawa berpengaruh terhadap kehadiran

umat dalam Perayaan Ekaristi? Mengapa?

Kehadiran umat dalam mengikuti Perayaan Ekaristi tidak berpengaruh

terhadap bahasa yang digunakan. Umat menyadari bahwa Perayaan Ekaristi

wajib diikuti oleh seluruh umat Katolik, sehingga apapun bahasanya selagi

masih dapat dimengerti, hal ini tidak berpengaruh terhadap kehadiran umat.

Pada umumnya yang menjadi kendala uatama ialah cuaca mengingat jarak

rumah umat dengan Gereja yang cukup jauh.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 177: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

(25)

7. Apakah pengggunaan Bahasa Jawa mendorong partisipasi

Bapak/ibu/saudara dalam mengikuti Perayaan Ekaristi? Bagaimana

bentuk partisipasinya?

Sebelum memiliki anak kecil berusaha untuk aktif terlibat dalam tugas yang

diberikan dan senatiasa memberikan diri entah untuk doa umat maupun

lektor. Namun karena mempunyai anak kesil dan susa ditinggalkan maka,

kesempatan itu diberikan kepada yang lain, namun tetap ikut dalam Perayaan

Ekaristi dan aktif mengikutinya. Hal ini tidak menutup kemungkinan untuk

dapat terlibat lagi kelak kemudian hari.

8. Apakah penggunaan Bahasa Jawa membantu Bapak/ibu/saudara pada

saat pembacaan Kitab Suci dan homili?

Mendengarkan Sabda Tuhan sering kali hanya pada saat hari minggu, maka

hal ini menjadi perhatian khusus, walaupun lebih memahami apabila

menggunakan Bahasa Indonesia. namun homili yang disampaikan oleh romo

membantu untuk lebih memahami dan mengerti maksud yang hendak

disampaikan dalam bacaan.

9. Apakah penggunaan Bahasa Jawa dapat membantu Bapak/ibu/saudara

dalam menghayati Perayaan Ekaristi dalam Liturgi Ekaristi?

Kendala utama ialah mempunyai anak kecil yang cenderung akan aktif

sendiri dan harus menjaganya, sehingga akan mengganggu dalam mengikuti

Perayaan Ekaristi. Hal ini pun menjadi maklum karena masih anak-anak dan

membiasakan mengajak anak-anak sejak kecil selalu ditanamkan dan tidak

pernah untuk tidak diajak. Walaupun menjadi kendala tetapi tetap berusaha

untuk mengikuti dan memberikan waktu khusus untuk dapat mengikuti dalam

keheningan.

10. Apakah penggunaan Bahasa Jawa dapat membantu Bapak/ibu/saudara

dalam mendaraskan doa pribadi dan doa bersama?

Bahasa Jawa selalu digunakan dalam perayaan Ekaristi, namun pada saat doa

pribadi lebih memilih menggunakan Bahasa Indonesia karena lebih sering

menggunakan Bahasa Inodonesia pada kehidupan sehari-hari terutama dalam

lingkup sekolah. Hal ini cukup berpengaruh pada zaman sekarang ini dan

akan jauh mudah diucakpan dengan menggunakan Bahasa Indonesia.

11. Apakah penggunaan Bahasa Jawa dapat membantu Bapak/ibu/saudara

untuk memaknai Ekaristi dalam hidup sehari-hari?

Sebagai orang minoritas menjadi tantangan terbesar dalam menjalani

kehidupan sebagai seorang Katolik bahkan dilingkungannya hanya sendiri

yang Katolik. Sebagai orang tua dan menjadi Katolik sejak lahir hal ini tidak

menyurutkan iman dan tetap berusaha hidup dalam nilai Kristiani. Namun

berbeda dalam mendidik anak yang berada dalam kalangan muslim, sebagai

anak-anak akan cenderung untuk mengikuti teman-temannya. Dalam hal

mendidik anak lah yang mendapat perhatian besar untuk tetap menjaga dan

memperkembangkan iman anak.

12. Apa usulan Bapak/ibu/saudara terhadap penggunaan Bahasa Jawa

dalam Perayaan Ekaristi di Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen?

Mengapa?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 178: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

(26)

Melihat generasi penerus yang masih kanak-kanak dan pada umumnya

kurang mengerti Bahasa Jawa, alangkah baiknnya pabila sesekali

menggunakan Bahasa Indonesia untuk memudahkan anak dalam menangkap

dan mengerti apa yang mereka ikuti dalam Perayaan Ekaristi dan tidak hanya

modal datang ke Gereja, dengan tidak meninggalkan bahasa Jawa.

Wawancara R13 FDG

1. Menurut saudara sejak kapan Bahasa jawa digunakan dalam Perayaan

Ekaristi di Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen?

- Sejak mengikuti Perayaan Ekaristi sudah menggunakan Bahasa Jawa.

- Mengenal dan mengingat pada saat mengikuti Perayaan Ekaristi sudah

menggunakan Bahasa Jawa.

2. Apakah yang menjadi alasan awal mula Bahasa Jawa digunakan dalam

Perayaan Ekaristi?

- Sebagai orang Jawa sudah seharusnya menggunakan Bahasa Jawa.

- Bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari walaupun tidak sama

persis seperti yang digunakan dalam Perayaan Ekaristi.

- Untuk mempermudah dalam menyebarkan Agama Katolik pada waktu itu.

- Umat yang dihadapi sebagian besar ialah orang tua.

3. Apakah Bahasa Jawa senantiasa digunakan dalam Perayaan Ekaristi di

Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen?

- Bahasa Jawa selalu digunakan dalam Perayaan Ekaristi sampai saat ini. Dulu

sempat menggunakan Bahasa Indonesia dalam Perayaan Ekaristi, namun

tidak berlangsung lama dan sampai sekarang tidak pernah lagi menggunakan

Bahasa Indonesia.

4. Bagaimana tanggapan umat terhadap penggunaan Bahasa Jawa dalam

Perayaan Ekaristi?

- Sebagian besar umat terutama orang tua akan lebih mengerti dengan Bahasa

Jawa yang digunakan, namun untuk kaum muda akan jauh lebih mengerti

apabila menggunakan Bahasa Indonesia, walau terbiasa dengan Bahasa Jawa.

- Sebagai orang jawa akan lebih memahami Misa dengan Bahasa Jawa, hal ini

sesuai dengan yang terlihat bahwa ornag tua lebih khusuk dalam mengikuti

Perayaan Ekaristi.

5. Bagaimana tanggapan saudara terhadap penggunaan Bahasa Jawa

dalam Perayaan Ekaristi?

- Karena terbiasa dengan Bahasa Jawa yang digunakan dalam Perayaan

Ekaristi sehingga mau tidak mau harus mengerti dan memahaminya.

- Dibandingkan dengan bahasa Indonesia, akan jauh lebih mudah dimengerti

dan dipahami dengan bahasa Indonesia walau ada beberapa doa dengan

Bahasa Indonesia yang tidak hafal karena jarang mengikuti Misa dengan

Bahasa Indonesia.

6. Apakah penggunaan Bahasa Jawa berpengaruh terhadap kehadiran

umat dalam Perayaan Ekaristi? Mengapa?

- Karena senantiasa menggunakan Bahasa Jawa dalam Misa maka,

pengguanaan bahasa tidak berpengaruh terhadap bahasa yang digunakan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 179: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

(27)

- Rasa malas dan lebih memilih kegiatan lain menjadi pengaruh dalam

kehadiran Perayaan Ekaristi.

- Adanya kegiatan sekolah.

7. Apakah pengggunaan Bahasa Jawa mendorong partisipasi

Bapak/ibu/saudara dalam mengikuti Perayaan Ekaristi? Bagaimana

bentuk partisipasinya?

- Keaktifan dalam ikut bernyanyi maupun menjawab dialog romo senatiasa

dapat dikuti namun dalam doa kadang kal ketinggalan dengan umat karena

umat lebih fasih dan cepat dalam mendaraskannya.

- Kurang percaya diri dan takut salah dalam menjalankan tugasmaka memilih

untuk tidak ikut berpartisipasi.

- Paksaan dari luar untuk tugas mejadi lektor sesekali.

- Apabila menggunakan Bahasa Indonesia akan dengan senang hati turut

menjadi lektor.

8. Apakah penggunaan Bahasa Jawa membantu saudara pada saat

pembacaan Kitab Suci dan homili?

- Bahasa yang digunakan dalam bacaan maupun lagu sangatlah berbeda dengan

bahasa sehari-hari. Hal ini menjadi sulit untuk mengerti, tetapi homili dari

romo menggunakan bahasa biasa yang digunakan sehari-hari yang

memperjelas apa yang maksud dari bacaan.

9. Apakah penggunaan Bahasa Jawa dapat membantu saudara dalam

menghayati Perayaan Ekaristi dalam Liturgi Ekaristi?

- Bahasa yang digunakan merupakan bahasa yang digunakan orang jawa dalam

berkomunikasi, namun penggunaannya berbeda dan terkadang sulit

dimengerti.

- Tidak jarang mengikuti Perayaan Ekaristi hanya sekedar datang, namun jika

diikuti dengan baik maka akan dapat menghayati dan memahami.

- Apapun bahasa yang digunakan tetapi harus tetap berusaha untuk mengayati

dan memberi tampat khusus dalam menerima komuni.

10. Apakah penggunaan Bahasa Jawa dapat membantu saudara dalam

mendaraskan doa pribadi dan doa bersama?

- Doa pribadi selalu menggunakan Bahasa Indonesiakarena jauh lebih mudah

diucapakan, baik doa spontan maupun doa rumusan.

- Dalam doa bersama dengan orang tua cenderung menggunakan Bahasa Jawa,

tidak jarang pula anak-anak ataupun kaum muda kesulitan untuk mengikuti

orang tua dalam mendasarkan doa terlalu cepat karena sudah terbiasa dan

fasih dalam mendasarkannya.

11. Apakah penggunaan Bahasa Jawa dapat membantu saudara untuk

memaknai Ekaristi dalam hidup sehari-hari?

- Sebagai minoritas yang sekolah di sekolah negeri terkadang susah mengikuti

apabila berada di lingkungan sekolah yang umumnya umat mislim.

- Berbeda dengan yang sekolah di negeri yang sekolah di yayasan Katolik

sangat terbantu untuk menjalankan nilai-nilai Kristiani.

- Secara keseluruhan terus berusaha untuk menjadi ornag Katolik yang sejati.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 180: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

(28)

- Berada di lingkungan muslim maka berpengaruh terhadap sulinya mencari

jodoh yang seiman, namun berusaha untuk tidak meninggalkan iman yang

telah diikuti sejak lahir.

12. Apa usulan saudara terhadap penggunaan Bahasa Jawa dalam Perayaan

Ekaristi di Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen? Mengapa?

- Sebagai generasi penerus hendaknya orang tua juga memperhatikan kaum

muda dengan memberi kesempatan untuk mendapat mengikuti Perayaan

Ekaristi dengan Bahasa Indonesia. Mengingat kaum muda sebagian besar

lebih setuju dan mengerti dengan Misa menggunakan Bahasa Indonesia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 181: PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM … BAHASA JAWA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN, PAROKI SANTO YOHANES RASUL KUTOARJO S K R I P S I Diajukan untuk

(29)

Lampiran 3: Teks Lagu SCP

Teks lagu pembuka “Memujia Pangeran”

Memujia Pangeran Maha Agung

Kang ngatoni jagad alam sawegung

Caos ana rerepen gendhing kidung

Iringana gender gong saron demung

Kebeh umat pada keplok suraka

Caos bekti puji pangalembana

Konjuk Gusti kanti bungah gambira

Awit nyata tansah paring nugraha

Teks lagu penutup “Tan ana kang luwih endah” Rinonce sulur niat suci

Amerta kembang kang asri

Rinengga arum arum janji

Sumebar ngebaki ati

Tan ana kang luwih mranani

Tan ana kang luwih endah

Mung tulus iklas kang gumelar

Jroning atur sembah bekti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI