Pengertian Sekolah Islam

26
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan globalisasi telah dengan nyata melanda kehidupan kita. Suka ataupun tidak suka, ummat islam harus menghadapinya dengan segala implikasinya. Ciri-ciri kehidupan global antara lain : Pertama, terjadinya pergeseran dari konflik ideologi dan politik kearah persaingan perdagangan, investasi dan informasi; dari keseimbangan kekuatan (balance of power ) kearah keseimbangan kepentingan (balance of interest). Kedua, hubungan antar Negara/ bangsa secara structural berubah dari sifat ketergantungan (dependency), kearah saling ketergantungan i(interdependency), hubungan yang bersifat primordial berubah menjadi sifat tergantung kepada posisi tawar-menawar (bargaining position). Ketiga batas-batas geografis hampir kehilangan arti operasionalnya. Kekuatan suatu Negara ditentukan oleh kemampunanya memamanfaatkan keunggulan komparatif (comparative advantage) dan keunggulan kompetitif ( competitive advantage). Keempat, perasiangan antar Negara sangat diwarnai oleh perang penguasaan teknologi tinggi. Setiap Negara terpaksa menyediakan dana yang besar bagi penelitian dan pengembangan. Kelima, terciptanya budaya dunia yang cenderung mekanistik, efisien, tidak menghargai nilai dan norma yang secara ekonomi tidak efisien. Pergaulan global dengan cirinya seperti diuraikan diatas, disamping mendatangkan sejumlah kemudahan bagi

Transcript of Pengertian Sekolah Islam

Page 1: Pengertian Sekolah Islam

I.  PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

Kehidupan globalisasi telah dengan nyata melanda kehidupan kita. Suka ataupun

tidak suka, ummat islam harus menghadapinya dengan segala implikasinya. Ciri-ciri

kehidupan global antara lain : Pertama, terjadinya  pergeseran dari konflik ideologi dan

politik kearah persaingan  perdagangan, investasi dan informasi; dari  keseimbangan 

kekuatan (balance of power ) kearah keseimbangan  kepentingan (balance of interest). Kedua,

hubungan antar Negara/ bangsa secara structural  berubah dari sifat ketergantungan

(dependency), kearah  saling ketergantungan i(interdependency), hubungan yang bersifat

primordial berubah menjadi  sifat tergantung  kepada posisi tawar-menawar (bargaining

position).  Ketiga batas-batas geografis hampir kehilangan arti operasionalnya.  Kekuatan

suatu Negara ditentukan oleh kemampunanya memamanfaatkan  keunggulan komparatif

(comparative advantage) dan keunggulan kompetitif ( competitive advantage). Keempat,

perasiangan antar Negara sangat  diwarnai  oleh perang penguasaan  teknologi tinggi.  Setiap

Negara  terpaksa menyediakan dana  yang besar bagi penelitian dan pengembangan.  Kelima,

terciptanya budaya dunia yang cenderung mekanistik, efisien, tidak menghargai nilai dan

norma yang secara ekonomi tidak efisien.

Pergaulan global dengan cirinya  seperti diuraikan  diatas, disamping mendatangkan

sejumlah kemudahan  bagi manusia, juga mendatangkan  sejumlah efek negatif  yang dapat

merugikan dan dapat mengancam kehidupan.  Dampak negatif tersebut antara lain : Pertama,

pemiskinan nilai spiritual. Tindakan social yang  tidak mempunyai  implikasi materi (tidak

produktif) dianggap  sebagai tindakan tidak rasional.  Kedua, kejatuhan manusia dari mahluk

spiritual  menjadi mahluk material,  yang menyebabkan nafsu  hayawaniayah menjadi

pemandu  kehidupan manusia.  Ketiga, peran agama bergeser menjadi urusan akhirat 

sedangkan  urusan dunia menjadi urusan sains (sekuleristik).  Keempat, Tuhan hanya hadir

dalam pikiran, lisan dan tulisan,  tetapi tidak hadir dalam perilaku dan tindakan.  Kelima,

gabungan ikatan primordial  dengan sistem politik modern melahirkan nepotisme,

birokratisme, dan otoriterisme.  Keenam, individualistic.   Keluarga pada umumnya

kehilangan  fungsinya  sebagai unit terkecil  pengambil keputusan.  Seseorang bertanggung

jawab pada dirinya sendiri, tidak lagi bertanggung jawab pada keluarga.  Ikatan moral pada

keluarga semakin lemah,  dan keluarga dianggap sebagai lembaga teramat tradisional. 

Page 2: Pengertian Sekolah Islam

Ketujuh, terjadinya frustasi eksistensialisme dengan cirri-cirinya : a).  hasrat yang berlebihan

untuk berkuasa (the will power), bersenag-senang untuk berkuasa, bersenang-senang untuk

mencari kenikmatan (the will pleasure) yang biasanya tercermindalam  perilaku yang

berlebihan  untuk mengumpulkan uang (the will to money), untuk bekerja (the will to work),

dan mengejar kenikmatan seksual (the will to sex); b).  kehampaan berupa eksistensi  berupa

perasaan serba hampa, hidupnya tidak bermakna, dan lain-lain; c). Neurosis nogenik,

perasaan  hidup tanpa arti, bosan apatis, tidak mempunyai tujuan, dan sebagainya.  Keadaan

semacam  ini semakin banyak  melanda manusia, hari demi hari. Kedelapan,  terjadinya

ketegangan-ketegangan informasi dikota dan di desa, kaya dan miskin,  konsumerisme, 

kekurangan dan sebagainya.

Pendidikan islam memainkan peranan yang sangat penting  dalam mempersiapkan

generasi  menghadai era yang penuh dengan tantangan. Pendidikan islam  harus mampu 

menyelengarakan proses pembekalan pengetahuan, penanaman nilai, pembentukan sikap dan

karakter, pengembangan bakat, kemampuan dan keterampilan, menumbuhkembangkan

potensi akal, jasmani dan rohani yang optimal, seimbang  dan sesuai dengan tuntuan zaman.

Kenyataanya pendidikan islam khusunya diindonesia telah berjalan dalam lorong

krisis yang panjang.  Pendidikan islam telah kehilangan pijakan filosofisnya yang hakiki,

yang kemudian  berdampak pada  tidak jelasnya arah  dan tujuan yang hendak dicapai. 

Pendidikan islam juga  tertatih-tatih dan gagap dalam menghadapi laju perkembangan zaman

dan arus globalisasi.  Akibatnya, output pendidikan  islam, yang mestinya melahirkan

generasi  “imamul mutaqien” malah melahirkan generasi yang gagap: gagap teknologi, gagap

pergaulan global, gagap zaman bahkan gagap moral.  Perlu strategi yang tepat  dalam

membangun pendidikan islam yang sebenarnya. Melihat permasalahan yang ada maka dalam

tulisan ini kami mencoba untuk membahas masalah konsep pendidikan  islam terpadu yang

akhir-akhir ini sedang tumbuh  dan berkembang dan mungkin menjadi harapan baru untuk

kebangkitan pendidikan islam di Indonesia.

B.  Tujuan

Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu

1. Untuk  mengatahui konsep pendidikan yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh muslim

Page 3: Pengertian Sekolah Islam

2. mengetahui konsep pendidikan yang diterapkan pada sekolah islam terpadu di Indonesia.

C. Pembatasan masalah

Dalam penulisan makalah ini masalah yang akan kami bahas dibatasi pada :

1. Bagaimana konsep pendidikan yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh muslim ?

2. Konsep pendidikan yang seperti apakah yang diterapkan di sekolah islam terpadu di

Indonesia ?

II.  PEMBAHASAN

2.1.  Konsep Pendidikan Islam  Menurut Tokoh muslim

2.1.1.  Konsep Pendidikan Islam Menurut Ibnu Khaldun

Ibn Khaldun berpandangan bahwa manusia sebagai makhluk berfikir, dengan

kemampuannya dapat memetik dan memahami hal-hal yang berada di luar dirinya. Pada

mulanya, kemampuan itu masih berbentuk potensi. Dia menjadi actual (mencapai suatu titik

perkembangan) melalui al-ta‘lim (pendidikan) dan al-riyadat (latihan) yang sesuai dengan

gerak perkembangan fizikal dan mentalnya. Atas dasar inilah, pengaruh dunia luar

terprogram dan dapat mengoptimalkan potensi manusia ke arah yang lebih sempurna.

Secara semula  potensi manusia tumbuh dan berkembang dalam tahap demi tahap.

Proses tersebut berlangsung berlanjutan sejak dalam kandungan sampai meninggal dunia.

Searah dengan itu, pendidikan bertujuan mengoptimalkan pertumbuhan dan

perkembangannya. Oleh itu, Ibn Khaldun meletakkan pendidikan dalam kerangka tamadun

(al-‘Umran). Pendidikan merupakan bahagian yang tidak dapat dipisahkan dari tamadun.

Tamadun itu sendiri adalah isi pendidikan. Tamadun merupakan konsekuensi logik aktivitas

manusia. Melalui kemampuan berfikirnya, manusia bukan hanya membuat kehidupannya,

tetapi juga menaruh perhatian kepada pelbagai cara memperoleh arti hidup. Proses inilah

yang melahirkan upaya pendidikan dan tamadun. Daya olah fikiran manusia dibentuk oleh

persekitaran, lama kelamaan membentuk suatu sistem. Kristalisasi sistem itulah membentuk

kebudayaan.

Page 4: Pengertian Sekolah Islam

Bagi Ibn Khaldun, kebudayaan (al-thaqafat) adalah suatu aspek kemanusian.

Kebudayaan mengacu pada masyarakat. Dengan kata lain, kebudayaan terbentuk sebagai

hasil kecenderungan semula jadi manusia untuk bekerja sama. Dia merupakan alat untuk

keperluan manusia. Melalui penciptaan budaya manusia meningkatkan kondisi hidup sesuai

dengan persekitarannya. Dari segi ini pendidikan dituntut untuk dapat memajukan

kebudayaan dan tamadun umat. Pendidikan dapat mengarah pada pencapaian tingkat hidup

yang lebih baik dengan tingkat kebudayaan dan tamadun lebih maju. Berdasarkan pemikiran

Ibn Khaldun tersebut, maka dapat diketahui bahawa dia mempunyai pemikiran pendidikan

yang optimis. Pemahaman ini didasarkan pada pendapatnya, bahawa manusia mempunyai

potensi yang dapat tumbuh dan dikembangkan melalui pendidikan. Demikian pula

pendidikan merupakan salah satu sarana perubahan budaya, yang dapat mengubah aturan

hidup menjadi lebih baik.

2.1.2.  Konsep Pendidikan Islam Menurut Murtadha Mutahhari

Murtadha Mutahhari seorang ulama, filosof dan ilmuan Islam sebagaimana dikutif

oleh Mulyana yusuf dalam tulisanya Konsep pendidikan dalam islam menjelaskan bahwa

iman dan sains merupakan karakteristik insani, di mana manusia mempunyai kecenderungan

untuk menuju kearah kebenaran dan wujud-wujud suci dan tidak dapat hidup tanpa

menyucikan dan memuja sesuatu ini adalah kecenderungan iman yang merupakan fitrah

manusia.  Tetapi di lain pihak  manusia selalu ingin dan memahami semesta alam, serta

memiliki kemampuan untuk memandang masa lalu, sekarang dan masa mendatang (yang

merupakan cirri khas sains).

Berdasarkan uraian tersebut, dapat kita tangkap karena iman dan ilmu  merupakan

karakteristik insani  yang bagaikan dua sisi mata uang yang tak dapat dipisahkan,  maka

pemisahan antara keduanya justru akan menurunkan martabat manusia.  Di samping itu

adanya kemunduran adagium bahwa iman tanpa ilmu akan mengakibatkan fanatisme  dan

kemunduran, takhayul serta kebodohan dan sebaliknya ilmu tanpa iman akan digunakan

untuk mengumbar nafsu, kerakusan, ekspansionisme, ambisi, kesombongan, penindasan,

pebudakan, penipuan dan kecurangan semakin menguatkan pendapat di atas.   Dengan kata

lain, iman tanpa ilmu akan menjadi lemah sebaliknya ilmu tanpa iman  akan menjadi buta.

Pemisahan dan pengotakan antara agama dan sains jelas akan menimbulkan

kepincangan dalam proses pendidikan, agama jika tanpa dukungan sains akan menjadi  tidak

Page 5: Pengertian Sekolah Islam

mengakar pada realitas dan penalaran, sedangkan sains yang tidak dilandasi  oleh asas agama

dan akhlak atau etika yang baik akan  berkembang menjadi liar dan menimbulkan dampak

yang merusak.  Karenanya konsep pendidikan  dalam islam menawarkan suatu sistem 

pendidikan yang holistic dan memposisikan agama dan sains sebagai suatu hal yang

seharusnya saling menguatkan satu sama lain.

2.1.3.  Konsep Pendidikan Menurut Mohammad Natsir

Pemikiran Muhammad Natsir tentang pendidikan islam adalah berlandaskan kepada :

pertama, landasan normative yaitu pemikiran yang berlandaskan pemikiran islam yang

memisahkan antara yang haq dan yang batil, menegakan yang haq dan mencegah yang batil. 

Kedua, landasan historis yaitu  pemikiran yang diterapkan merupakan pengalaman yang

didapat semasa hidup Muhammad Natsir, pendidikan dalam menuntut ilmu, pendidikan yang

tidak membedakan kasta, ras ekonomi dan lain sebagainya, serta tidak ada dikotomi dalam

menuntut ilmu. Ketiga kebenaran filosofis yaitu kebenaran yang hakiki adalah kebenaran

Tuhan yang bersumber pada Al-Qur’an dan As-Sunnah namun setiap muslim wajib berijtihat

untuk mencari kebenaran jika dalam Al-Qur’an dan As Sunnah tidak ditemukan dasar

hukum, dan seorang muslimin tidak diperbolehkan taqlid buta.

Muhammad Natsir merumuskan pendidikan yaitu : universal, integral dan harmonis.

Pendidikan integralistik tersebut berdasarkan tauhid dan bertujuan untuk menjadikan manusia

yang  mengabdikan diri kepada Allah dalam arti yang seluas-luasnya dengan misi mencari

kebahagiaan dunia dan akhirat.  Muhammad Natsir memandang Islam  bukan hanya dalam

pengertian yang sempit melainkan ajaran tentang tata hubungan manusia dengan tuhan

(Hablumminallah), pandangan hidup dan sekaligus jalan hidup way of  life.

Konsep pendidikan tersebut memang berasal dari ijtihad dan renungan Muhammad

Natsir yang digali langsung dari Al-Qur’an dan Hadist.  Serta  berbagai tuliasan di majalah

dan surat kabar dan didalam  konteks yang berbeda-beda disamping ceramah.  Akan tetapi 

disisi lain adalah karena reaksi dan refleksi dari kenyataan histories dan sosiologis yang

Muhammad Natsir temui yakni dimana konsep tersebut secara empiris sudah dilaksanakan di

masa klasik tetapi saat itu sudah  jarang ditemui dimasyarakat islam dimana-mana.

Akibat dunia islam sekian lama berada didalam kegelapan karena di dominasi oleh

pemikiran tasawuf  dan berada dalam penjajahan barat selama berabad-abad, maka konsep

Page 6: Pengertian Sekolah Islam

yang dipakai justru sebaliknya.  Yang ditemukan bukanlah universal, integral dan harmonis,

tetapi konsep aprochcial, differensial, dikotomis dan disharmonis.

2.1.4. Konsep Pendidikan Menurut An Nahlawi

Memang tidak diragukan bahwa ide mengenai konsep-konsep dasar pendidikan

banyak tertuang dalam ayat-ayat al Qur’an dan hadits nabi. Dalam hal ini akan dikemukakan

ayat ayat atau hadits hadits yang dapat mewakili dan mengandung ide tentang konsep-konsep

dasar tersebut, dengan asumsi dasar, seperti dikatakan an Nahlawi bahwa pendidikan sejati

atau maha pendidikan itu adalah Allah yang telah menciptakan fitrah manusia dengan segala

potensi dan kelebihan serta menetapkan hukum hukum pertumbuhan, perkembangan, dan

interaksinya, sekaligus jalan yang harus ditempuh untuk mencapai tujuannya. Konsep-konsep

tersebut adalah sebagai berikut

Pertama, Konsep Integrasi. Suatu konsep yang seharusnya dianut adalah bahwa dunia

ini merupakan jembatan menuju kampung akhirat. Karena itu, mempersiapkan diri secara

utuh merupakan hal yang tidak dapat dielakkan agar masa kehidupan di dunia ini benar benar

bermanfaat untuk bekal yang akan dibawa ke akhirat. Perilaku yang terdidik dan nikmat

Tuhan apapun yang didapat dalam kehidupan harus diabdikan untuk mencapai kelayakan

kelayakan itu terutama dengan mematuhi keinginan Tuhan. Allah Swt Berfirman, “Dan

carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) kampung

akhirat, dan janganlah kanu melupakan kebahagiaanmu dari kenikmatan duniawi…” (QS.

Al Qoshosh: 77). Ayat ini menunjukkan kepada konsep integritas di mana diri dan segala

yang ada padanya dikembangkan pada satu arah, yakni kebajikan dalam rangka pengabdian

kepada Tuhan.

Kedua, konsep Keseimbangan. Karena ada konsep integrasi, konsep  keseimbangan

merupakan kemestian, sehingga dalam pengembangan dan pembinaan manusia tidak ada

kepincangan dan kesenjangan. Keseimbangan antara material dan spiritual, unsur jasmani dan

rohani. Pada banyak ayat al-Qur’an Allah menyebutkan iman dan amal secara bersamaan.

Tidak kurang dari enam puluh tujuh ayat yang menyebutkan iman dan amal secara besamaan,

secara implisit menggambarkan kesatuan yang tidak terpisahkan. Diantaranya adalah QS. Al-

Ashr: 1-3, “Demi masa, sesungguhnya manusia dalam kerugian kecuali mereka yang

beriman dan beramal sholeh.”

Page 7: Pengertian Sekolah Islam

Ketiga, konsep Persamaan. konsep ini berakar dari konsep dasar tentang manusia

yang mempunyai kesatuan asal yang tidak membedakan derajat, baik antara jenis kelamin,

kedudukan sosial, bangsa, maupun suku, ras, atau warna kulit. Sehingga budak sekalipun

mendapatkan hak yang sama dalam pendidikan. Nabi Muhammad Saw bersabda

“Siapapun di antara seorang laki laki yang mempunyai seorang budak

perempuan, lalu diajar dan didiknya dengan ilmu dan pendidikan yang baik

kemudian dimerdekakannya lalu dikawininya, maka (laki laki) itu mendapat dua

pahala” (HR. Bukhori).

Keempat, Konsep Pendidikan Seumur Hidup. Sesungguhnya konsep ini bersumber

dari pandangan mengenai kebutuhan dasar manusia dalam kaitan keterbatasan manusia di

mana manusia dalam sepanjang hidupnya dihadapkan pada berbagai tantangan dan godaan

yang dapat menjerumuskandirinya sendiri ke jurang kehinaan. Dalam hal ini dituntut

kedewasaan manusia berupa kemampuan untuk mengakui dan menyesali kesalahan dan

kejahatan yang dilakukan, disamping selalu memperbaiki kualitas dirinya. Sebagaimana

firman Allah, “Maka siapa yang bertaubat sesuadah kedzaliman dan memperbaiki (dirinya)

maka Allah menerima taubatnya…” (QS. Al Maidah: 39).

Kelima, konsep Keutamaan. Dengan konsep ini ditegaskan bahwa pendidikan

bukanlah hanya proses mekanik melainkan merupakan proses yang mempunyai ruh dimana

segala kegiatannya diwarnai dan ditujukan kepada keutamaan-keutamaan. Keutamaan-

keutamaan tersebut terdiri dari nilai nilai moral. Nilai moral yang paling tinggi adalah tauhid.

Sedangkan nilai moral yang paling buruk dan rendah adalah syirik. Dengan prinsip

keutamaan ini, pendidik bukan hanya bertugas menyediakan kondisi belajar bagi subjek

didik, tetapi lebih dari itu turut membentuk kepribadiannya dengan perlakuan dan

keteladanan yang ditunjukkan oleh pendidik tersebut. Nabi Saw bersabda, “Hargailah anak

anakmu dan baikkanlah budi pekerti mereka,” (HR. Nasa’i)

Dari keempat konsep pendidikan di atas dalam konteks pendidikan islam dapat

disimpulkan bahwa pendidikan hendaknya menjadikan Al-quran dan Assunnah sebagai

rujukan dan manhaj asasi  (pedoman dasar) bagi penyelenggaraannya dan proses pendidikan.

Memadukan antara agama dan sains sebagai suatu yang saling berkaitan dan saling

mendukung, harus bersifat universal, integral, harmonis, dan berlangsung sepanjang hayat

Page 8: Pengertian Sekolah Islam

2.2.  Konsep Pendidikan  Islam Pada Sekolah Islam Terpadu

2.2.1  Pengertian Sekolah Islam Terpadu

Sekolah islam terpadu pada hakekatnya adalah sekolah yang meng implementasikan konsep

pendidikan islam berlandaskan Al-Qur’an dan As Sunnah. Dalam aplikasinya sekolah islam

terpadu diartikan sebgai sekolah yang menerapkan pendekatan penyelenggaraan  dengan

memadukan  pendidikan umum dan pendidikan agama menjadi suatu jalinan kurikulum.

Sekolah islam terpadu juga menekankan  keterpaduan dalam metode pembelajaran  sehingga

dapat mengoptilmalkan ranah kognitif, afektif dan konatif. Sekolah islam terpadu juga

memadukan  pendidikan aqliyah, ruhiyah dan jasaddiyah.  Dalam penyelenggaraannya 

memadukan keterlibatan dan partisipasi aktif  lingkungan belajar yaitu sekolah, rumah dan

masyarakat.

Dengan sejumlah pengertian diatas dapatlah ditarik suatu pengetian umum yang

komprehensif bahwa sekolah  islam terpadu adalah sekolah islam  yang diselenggarakan

dengan memadukan  secara integrative  nilai dan ajaran islam  dalam bangunan kurikulum

dengan pendekatan pembelajaran yang  efektif  dan pelibatan  yang optimal  dan koperatif

antara guru dan orang tua, serta masyarakat  untuk membina karakter dan kompetisi murid.

Sekolah Islam Terpadu yang muncul sebagai alternatif solusi dari keresahan sebagian

masyarakat muslim yang menginginkan  adanya sebuah institusi pendidikan islam yang

berkomitmen mengamalkan  nilai-nilai islam  dalam sistemnya, dan bertujuan agar siswanya

mempunyai kompetensi seimbang antara ilmu kauniayah dengan ilmu qauliyah, antara

fikriyah, Ruhiyyah dan Jasadiyyah, sehingga mampu  melahirkan generasi muda muslim

yang berilmu, berwawasan luas dan bermanfat bagi ummat.  Dengan tujuan menciptakan

siswa yang memiliki  kecerdasan  Intelektual (Intelegen Quotient/IQ), Kecerdasan

Emosional ( Emotional Quotient/EQ) dan kecerdasan Spritual (Spritual Quotient/SQ) yang

tinggi serta  kemampuan beramal (kerja) yang ihsan.

2.2.2.  Karakteristik Sekolah Islam Terpadu

Dengan pengertian sebagaimana diuraikan diatas, maka sekolah islam

terpadu memiliki karakteristik  utama yang  memberikan penegasan akan

keberadaanya.  Karakteristik yang dimaksud adalah :

Page 9: Pengertian Sekolah Islam

a. Menjadikan islam sebagai landasam filosofis.

b. Mengintegrasikan  nilai islam ke dalam bangunan kurikulum.

c. Menerapkan dan mengembangkan metode pembelajaran  untuk

mengoptimalisasi proses belajar mengajar.

d. Mengedepankan  qudwah hasanah dalam membentuk  karakter peserta

didik.

e. Menumbuhkan biah solihah dalam iklim  dan lingkungan sekolah :

menumbuhkan kemaslahatan  dan meniadakan kemaksiatan  dan

kemungkaran.

f. Melibatkan  peran serta  orang tua dan masyarakat  dalam mendukung

tercapainya tujuan pendidikan.

g. Mengutamakan nilai ukhuwah dalam semua interaksi antar warga

sekolah.

h. Membagun budaya rawat, resik, runut, rapi, sehat dan asri.

i. Menjamin seluruh proses kegiatan  sekolah untuk selalu berorientasi 

pada mutu.

j. Menumbuhkan budaya profesionalisme yang tinggi dikalangan  tenaga

pendidik dan tenaga kependidikan.

Kesepuluh ciri atau karakteristik tersebut menjadi acuan bagi

sekolah islam terpadu untuk mengembangkan  dirinya menjadi sekolah 

yang diinginkan  dan dimaksudkan  oleh gerakan pemberdayaan sekolah

islam terpadu yang digelorakan oleh pengurus  Jaringan Sekolah Islam

Terpadu (JSIT) yang merupakan suatu gerakan da’wah berbasis

pendidikan.

2.2.3  Tujuan Umum Pendidikan Sekolah Islam Terpadu

Page 10: Pengertian Sekolah Islam

Tujuan umum pendidikan sekolah islam terpadu  adalah membina 

peserta didik  untuk menjadi insan muttaqien yang cerdas, berakhlak

mulia  dan memiliki  keterampilan  yang memberi manfaat dan maslahat

bagi ummat manusia, dengan rincian karakter (muwashofat) sebagai

berikut :

1. Aqidah yang bersih (salimul Aqidah)

Menyakini Allah Swt sebagai pencipta, pemilik, pemelihara dan

penguasa alam semesta dan menjauhkan diridari segala  fikiran, sikap,

perilaku bid’ah, khurafat dan syirik.

2. Ibadah yang benar (shahihul Ibadah)

Terbiasa dan gemar melaksanakan ibadah yang meliputi sholat,

shoum, tilawah al-Qur’an, dzikir dan doa sesuai petunjuk Al-Qur’an dan

AsSunnah.

3. pribadi yang  matang (matinul khuluq)

Menampilkan perilaku yang santun, tertib, dan disiplin, peduli terhadap

sesama dan lingkungan  serta sabar, ulet dan pemberani dalam

menghadapi masalah hidup sehari-hari.

4. Mandiri (Qadirun Alal Kasbi)

Mandiri dalam memenuhi segala keperluan hidupnya dan memiliki 

bekal yang cukup  dalam pengetahuan, kecakapan dan keterampilan

dalam usaha memenuhi kebutuhan nafkahnya.

5. Cerdas dan Berpengetahuan ( Mutsaqoful fikri)

Memiliki kemampuan berfikir  yang kritis, logis, sistematis dan kreatif 

yang menjadikan dirinya  berpengaruh  luas dan menguasai  bahan

ajar dengan sebaik-baiknya dan cermat serta cerdik dalam mengatasi

segala problem  yang dihadapi.

Page 11: Pengertian Sekolah Islam

6. Sehat dan Kuat (Qowiyul Jismi)

Memiliki badan dan jiwa yang sehat dan bugar, stamina dan daya 

tahan tubuh  yang kuat, seta keterampilan  beladiri yang cukup  untuk

menjaga diri dari kejahatan  pihak lain.

7. Bersungguh-sungguh dan disiplin ( Mujahidul Linafsihi)

Memiliki  kesungguhan dan motivasi  yang tinggi  dalam memperbaiki 

diri dan lingkungannya yang ditujukan dengan etos dan kedisiplinan

kerja yang baik.

8. Tertib dan cermat (Munazhzhom Fi Syu’unihi)

Tertib dalam menata segala pekerjaan, tugas dan kewajiban; berani 

dalam  mengambil resiko  namun tetap cermat dan penuh perhitungan

dalam melangkah.

9. Efisien ( Harisun ’Ala Waqtihi)

Selalu memanfaatkan wak tu dengan pekerjaan yang bermanfaat,

mampu mengatur jadwal kegiatan  sesuai skala prioritas.

10. Bermanfaat (Nafiun Lighoirihi)

Peduli  kepada sesama dan memiliki kepekaan dan keterampilan 

untuk  membantu orang lain  yang memerlukan pertolongan.

2.2.4.  Konsep Pendidikan Yang Diterapkan Pada Sekolah Islam

Terpadu.

Membangun suatu sistem pendidikan yang baik berarti

menyelenggarakan kegiatan pendidikan yang mampu membentuk

kepribadian  peserta didik.  Dan kepribadian seseorang itu ditentukan oleh

kualitas  dan kuantitas  pengalaman  belajarnya.  Dengan demikian 

kegiatan pendidikan yang baik menunyut konsekuensi agar terbentuk 

lingkungan  belajar  yang kondusif.  Arena (area) belajar yang baik  secara

Page 12: Pengertian Sekolah Islam

sengaja direkayasa  sedemikian rupa  sehingga  dapat membentuk 

pengetahuan, sikap keterampilan yang ditargetkan.  Untuk membangun

sekolah yang menggairahkan, maka seluruh proses kegiatan belajar

mengajar mestilah dibangun dalam enam konsep  umum yaitu

rabbaniyah, integratif, stimulatif, fasilitatif, inovatif dan motivatif.

1. Rabbaniyah

Sejarah islam membuktikan bahwa generasi rabbani adalah generasi

yang mampu menjadi ummat yang terbaik.  Sebuah generasi rabbani

akan menjadi solusi bagi umat dan zamannya.  Seorang generasi

rabbani adalah sekumpulan  orang yang sempurna iman dan

takwanya.  Al-Qur’an  surat Ali Imron ayat 79 menyatakan bahwa

generasi rabbani senantiasa mengajarkan al kitab.

” Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya al

kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada

manusia :”Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku  bukan

penyembah Allah”. Akan tetapi (dia berkata) : ” hendaklah  kamum

menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan al kitab

dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya” (Q.S. Ali Imron : 79).

Pribadi rabbani akan sangat dekat dengan Allah dalam kondisi apapun 

baik dalam keadaan berdiri, duduk maupun dalam keadaan berbaring. 

Generasi rannabi akan mampu mengaplikasikan  nilai-nilai cinta

kepada rosulnya dalam  tataran amal yang konkrit (Al-Qur’an berjalan).

Dalam prakteknya, kegiatan belajar mengajar di sebuah sekolah islam 

terpadu hendaklah mengacu pada nilai-nilai rabbani.  Aktivitas

rabbaniyah hendaknya berlangsung terus menerus  selama proses

pembelajaran.  Bentuk aktivitas rabbaniyah  meliputi aplikasi dzikir,

fikir, tadabur, dan aplikasi amal.  Sebagai contoh ketika  menjelaskan

fenomena alam  seperti hujan, banjir, gempa bumi, energi dan 

sebagainya dikaitkan  dengan keagungan, kebesaran Allah  dan

isyarat-isyarat dalam Al-qur’an dan hadist.  Contoh lain ketika seorang

Page 13: Pengertian Sekolah Islam

guru ekonomi menjelaskan  tentang perdagangan maka dijelaskan juga

aturan  dan nilai-nilai islam  yang berkenaan dengan  adab dagang.

Dengan proses yang berlangsung demikian maka diharakan dapat

mencetak  generasi yang memiliki seimbangan  dan penguasaan nilai-

nilai kauniyah dan kauliyah.

2. Integratif

Konsep umum pembelajaran yang kedua ialah integratif.  Konsep

integratif dapat berarti bahwa  dalam proses pembelajaran 

memadukan secara utuh ranah kognitif, afektif, dan konatif. 

Konsekuensinya, kegiatan belajar harus menstimulasi  ketiga ranah

tersebut dengan menggunkan berbagai pendekatan,  metode dan

sarana belajar.  Belajar tidak hanya berlaku pada pembahasan konsep-

konsep  dan teori belaka.  Setiap pokok bahasannya  serta

membimbing mereka  untuk masuk  pada aplikasinya.

Oleh karena itu pendekatan yang dilakukan  mesti;ah berbasis studen

active learning.  Siswa mesti dirangsang untuk terlibat aktif dalam

setiap aktivitas  dan guru lebih pada  fungsi fasilitator  dan motivator. 

Dalam konteks ini, belajat melaui pengalaman  (experiental learning) 

menjadi suatu pendekatan  yang sangat perlu mendapat perhatian dari

pengelola sekolah.  Dengan pendekatan yang sangat perlu  mendapat

perhatian  dari pengelola sekolah.  Dengan pendekatan langsung pada

praktek yang memberikan  pengalaman nyata pada  anak didik

tentang pokok bahasan.  Experiental  learning juga akan 

menumbuhkan semangat  dan motivasi belajar  yang tinggi karena

suasana menyenangkan dan menantang akan selalu mereka dapatkan.

Selain itu, konsep integratif juga menuntut agar  dalam pembelajaran

seseorang  guru memperhatikan  potensi kecerdasan  yang dimiliki

murid-muridnya.  Proses pembelajaran integratif  menuntut guru

untuk  melibatkan  berbagai dimensi  kecerdasan manusia.  Dengan

deminian maka dalam proses pembelajaran dapat  mengoptimalkan

Page 14: Pengertian Sekolah Islam

potensi  kecerdasan  yang menonjol  pada seorang siswa serta

mengembangkan potensi kecerdasan lainnya.  Beberapa pendekatan

yang dapat dikembangkan  untuk memicu seluruh  sisi intelegensia

antara lain dengan menggunakan model ” case study, project, service

learning, thematic learning, dan perpormance learning.

3. Stimulatif

Kegiatan belajar yang efektif haruslah mampu  memberikan

stimulasi yang optimal kepada peserta didik.  Memberi stimulasi yang

optimal  sebaiknya menyesuaikan diri  dengan bagaimana  sifat-sifat

dan gaya koggnitif bekerja,  dalam hal ini psikologi kognitif  dapat

memberikan  sumbangan yang berarti  dalam upaya mengoptimalkan 

kemampuan  daya serap anak dalam kontek belajar.  Riding (2002)

dalam Tim JSIT Idonesia : memaparkan bahwa strategi belajar

hendaknya mempertimbangkan bagaimana memory bekerja (working

memory)   dan bagaimana gaya kognitif seseorang (kognitive style). 

Kerja memori sangat mempengaruhi  performance seorang anak dalam

menyelesaikan tugas-tuganya  yang melibatkan  kemampuan problem 

solving, reasoning, penyerapan perbendaharaan  kata baru,  dan

reading comprehension.

Sweller (1998) dalam Tim JSIT Idonesia: melakukan riset yang

mendalam bagaimana sebaiknya proses belajar mengajar (instructional

process)  memperhatikan masalah kognitive load  dengan rekayasa

media belajar yang efektif.  Ia menyimpulkan bahwa belajar  akan

mendapatkan hasil yang optimal apabila proses instructional 

memperhatika split attention, redudancy effect, worked examples dan

penggunaan multimedia.

Sementara itu, gaya kognitif seorang berbeda.  Riidng dan Cheema

(1991) menyimpulkan bahwa gaya  setiap orang berfikir  terbagi atas

dua gaya  fundamental yaitu : the wholist-analytic yaitu dimensi gaya

berfikir yang cenderung mengelola sesuatu  dalam keseluruhan atau

Page 15: Pengertian Sekolah Islam

dalam bagian-bagian, dan the verbal imagery.; dimensi gaya berfikir

yang cenderung  menamoilkan  proses berfikirnya secara verbal  atau

dalam  bentuk mental pictures.  Dengan dua dimensi cognitive-style

tersebut muncullah berbagai kombinasi gaya kognitif siswa,  seperti

analytic verbaliser, analytic bimodal, analytic imager, intermediate

verbaliser, intermediet bimodal, intermediet bimodal,  intermediet

imager,  wholist verbaliser, wholist bimodal, wholist imager. 

Sementara itu Lauren Bradway & barbara Albers Hill (1993)

mengemukakan tiga jenis anak  dalam konteks bagaimana ia meyerap

pelajaran, yaitu litsener, looker dan mover.

4. Fasilitatif

Kegiatan belajar mengajar  harus mampu meyediakan seluas-

luasnya  sumber dan media belajar.  Belajar tidak hanya terpaku pada

ruang kelas dan sumber belajar tradisional.  Sumber dan media belajar

haruslah diperluas tidak hanya dilingkungan  sekolah namun juga

dilingkungan  alam sekitarnya, masyarakat, instansi/lembaga,

keluarga, mesjid, pasar, tokoh dan lain sebagainya.  Berbagai kegiatan

informal juga  dijadikan media bagi proses belajar mereka, seperti :

dalam  hal berpakaian, aktivitas makan dan jajan, aktivitas  ibadah,

aktivitas kebersihan, aktivitas sosial.  Dengan memperluas sumber dan

media belajar,  maka peserta didik akan mendapatkan  pengalaman

yang membentuk kepribadian.

5. Inovatif

Materi pelajaran sangatlah variatif jenis dan sifatnya.  Sebagai

contoh dalam pembelajaran sains ada yang bersifat teoritis ada juga

yang bersifat praktek.  Yang bersifat teoritis dan praktek  masing-

masing memiliki gradasinya sendiri-sendiri.  Oleh karena itu sangatlah

tidak mungkin sebuah model dan metode pembelajaran berlaku sama

untuk semua pokok bahasan.  Dengan demikian maka guru dituntut

Page 16: Pengertian Sekolah Islam

untuk  dapat kreatif dan inovatif dalam  pengembangan metode dan

media pembelajaran.

Dalam sebuah inovasi pembelajaran, sebuah inovasi hendaklah 

mengarahkan desain pembelajaran untuk selalu bervariatif dan

dinamis.  Dalam membuat inovasi pembelajaran guru dituntut untuk 

menemukan dan menuangkan ide-ide baru tentang  model

pembelajaran  yang dibingkai dengan nilai-nilai islam.  Sejalan dengan

hal tersebut berbagai kegiatan belajar mengajar  perlu didesain  untuk

menciptakan  memlihara konsentrasi dan ketertarikan belajar siswa. 

Proses inovasi pembelajaran. Misalnya  dimulai dari beragam langkah

pembelajaran, media belajar atau evaluasi.

Istilah inovasi tiada henti sangat relevan dengan yang telah digunakan

perlu dievaluasi keefektifannya.  Apabila dirasa belum efektif,  maka

perlu  terus menerus diupayakan  kebaikannya sehingga akan

terkumpul  banyak metode pembelajaran  efektif.  Metode-metode

tesebut dapat di share dengan guru lain atau menjadi koleksi untuk

digunakan pada masa-masa yang akan datang.  Disisi lain,  apabila

sebuah metode pembelajaran telah terbukti efektif, maka seorang

guru  inovatif akan terus berupaya  mencari metode baru untuk

diterapkan dalam pokok bahasan  yang berbeda atau pokok bahasan 

yang sama untuk dilihat tingkat keefektifannya.

6. Motivatif

Kegiatan belajar mengajar harus mampu membangkitkan motivasi berprestasi  pada

peserta didik.  Dengan tumbuhnya need aghievement pada setiap siswa, maka dia akan selalu 

menjadikan seluruh aktivitasnya untuk meraih prestasi.  Untuk dapat membangkitkan 

kebutuhan untuk selalu  meraih prestasi,  maka setiap pengalaman belajar anak haruslah

dirasakan sebagai suatu pengalaman  yang menyenangkan sekaligus menantang.

Kegiatan belajar mengajar harus dirancang sedemikian rupa sehngga terjadi proses

yang interaktif antara peserta didik  dengan sumber dan media belajar.  Disinilah pentingnya

kemampuan guru untuk  membuat suasana dan cara belajar  dengan menggunakan berbagai

Page 17: Pengertian Sekolah Islam

pendekatan yang atraktif, yang pada dasarnya adalah merangsang  seluruh indera peserta

didik dan memanipulasi ranah kognitif, afektif, serta konatif sekaligus.

Berbagai pendekatan atraktif antara lain : simulasi, role playing, eksperimen,

eksplorasi,observasi, kompetisi, kooperasi (team work), proyek, brainstorming, diskusi dan

seminar, lokakarya.  Semua metode dapat diterapkan  dengan menggununakan  problem

solving based   learning, research based learning.  Sebaliknya, kegiatan belajar mengajat yang

mengandalkan stimulasi kognitif cenderung akan membosankan , dan potensial mengancam

runtuhnya need of achievement  pada peserta didik.  Apalagi bila muatan  kurikulum terasa

berat, sehingga belajar menjadi suatu beban yang melelahkan dan menjemukan.

Lingkungan belajar yang motivatif juga harus memunculkan iklim sekolah yang sehat

yang ditandai dengan pola  interaksi dan pergaulan  yang hangat bersahabat antara seluruh

tenaga pendidik dengan anak didik tanpa kehilangan  dan kewibawaan mereka.

III.  PENUTUP

3. 1. Kesimpulan

1. Kesimpulan yang dapat ditarik dari isi pembahasan makalah ini yaitu pendidikan

hendaknya menjadikan Al-quran dan Assunnah sebagai rujukan dan manhaj asasi 

(pedoman dasar) bagi penyelenggaraannya dan proses pendidikan. Memadukan

antara agama dan sains sebagai suatu yang saling berkaitan dan saling mendukung,

harus bersifat universal, integral, harmonis, dan berlangsung sepanjang hayat

2. konsep pendidikan yang diterapkan pada sekolah islam terpadu yaitu rabbaniyah,

integratif, stimulatif, fasilitatif, inovatif dan motivatif

3.2.  Saran

Kebangkita dan kejayaan suatu kaum tidak akan pernah  sukses kalau

sendi dan pilar pendidikannya rapuh.  Menjayakan sekolah merupakan 

suatu keniscayaan (compulsory) yang tidak terbantahkan baik ditinjau

dari aspek logis, idelais dan filosofis maupun historis.  Sekolah islam 

seharusnya memainkan peranan  yang penting dalam memajukan  mutu

pendidikan, baik untuk dirinya maupun dalam konteks pendidikan

Page 18: Pengertian Sekolah Islam

nasional.  Pendidikan islam bersendikan pada pengembangan model

sekolah yang mengacu  kepada azas-azas pendidikan sebagaimana

disyaratkan dalam Al-Qur’an dan As Sunnah, dan di inspirasi oelh temuan-

temuan riset pendidikan  dan pengalaman sekolah-sekolah modern kelas

dunia.

Setidaknya, dikalangan masyarakat, upaya peningkatan mutu  sekolah

islam mulai bergerak dengan munculnya sekolah islam terpadu. 

Beberapa pihak mulai menyadari pentingnya membangun sekolah/

lembaga islam yang berwawasan visioner dan global.  Demikian pula

komunikasi jaringan antar sekolah-sekolah islam mulai marak di 5 tahun

terakhir.  Upaya-upaya yang ada, meskipun belum membuahkan hasil

yang optimal, paling tidak ada kesadaran kolektif akan pentingnya

membangun  pendidikan islam yang bermutu, guna menyiapkan generasi

yang beriman, bertajwa, cerdas dan terampil. Perlu mendapat dukungan

semua pihak.

DAFTAR PUSTAKA

Al- Hadist

Al-Qur’an

Al-Juhra.  2008.  Konsep Pendidikan Islam Di Indonesia Menurut Muhammad Natsir (Relevansi Pemikiran Muhammad Natsir Terhadap Pendidikan Islam Di Indonesia Secara Integral. Yogyakarta. Universitas Islam Indonesia

Primarnie, Armie.  2005. Membangun kerangka pendidikan islam menuju konsep pendidikan monokotomik holistic. Seri Kajian Pendidikan Islam. Jakarta.

_ _ _ _ _. 2006.  Sekolah Islam Terpadu (Konsep dan Aplikasinya). Jakarta. JSIT Indonesia

Riza, syahrul. 2008. Konsep Pendidikan Islam Menurut Pemikiran Ibnu Khaldun : Suatu Kajian Tentang Elemen-Elemen Masyarakat Islam. Pulau Penang, Malaysia.  Universitas sains Malaysia

Umam, Khoirul H.  2006. Menyusuri Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam Indonesia. Jakarta.  Rajawali Press

Wafa. M Agus Khoirul.  2009.  Tujuan dan Sasaran Pendidikan Islam. Yogyakarta. Universitas Islam Indonesia.

Page 19: Pengertian Sekolah Islam