Pengertian Sar

11
PENGERTIAN SAR Hakekat “Search And Rescue” (SAR) adalah suatu kegiatan kemanusiaan yang dijiwai oleh falsafah Pancasila dan merupakan kewajiban bagi setiap WNI. Kegiatan tersebut meliputi segala upaya dan usaha pencarian, pemberian pertolongan, dan penyelamatan jiwa manusia dan harta benda yang bernilai. VISI : “ Berhasilnya pelaksanaan operasi SAR pada setiap waktu dan tempat dengan cepat handal dan aman” MISI “ Menyelenggrakan kegiatan operasi SAR yang efektif dan efisien melalui upaya tindak awal yang maksimal serta pengerahan potensi SAR yang didukung oleh sumber daya manusia yang profesional, fasilitas SAR yang memadai, dan prosedur kerja yang mantap dalam rangka mewujudkan VIsi Badan SAR Nasional” TUGAS BASARNAS Badan SAR NAsional mempunyai tugas melaksanakan pembinaan, pengkoordinasian dan pengendalian potensi SEARH AND RESCUE (SAR) dalam kegiatan SAR terhadap orang dan material yang hilang atau dikhawatirkan hilang, atau menghadapi bahaya dalam pelayaran dan atau penerbangan, serta memberikan bantuan SAR dalam penanggulangan bencana dan musibah lainnya sesuai dengan peraturan SAR Nasional dan Internasional. SEJARAH PERKEMBANGAN SAR DI INDONESIA 1. Tahun 1950 Indonesia masuk sebagai anggota ICAO (International Civil Aviation Organization), dengan masuknya sebagai anggota ICAO maka Indonesia mempunyai kewajiban untuk menyelenggarakan SAR terhadap musibah penerbangan yang terjadi di wilayah Indonesia. 2. Tahun 1955 Para pejabat di berbagai instansi penerbangan melakukan koordinasi dan menghasilkan gagasan betapa pentingnya penanganan tugas-tugas kemanusiaan, maka dibentuklah Panitia SAR berdasarkan PP Nomor 5 Tahun 1955. Panitia SAR atau Panitia Pencari dan Pemberian Pertolongan bila terjadi musibah ini dibentuk oleh Dewan Penerbangan.Penitia tersebut kemudian mempunyai tugas pokok yaitu: Membentuk Badan Gabungan SAR Menentukan Pusat Regional Membuat anggaran pembiayaan dan material 3. Tahun 1959 Berkenaan tidak adanya tindakan nyata dari Panitia SAR, maka para pejabat penerbangan sipil dan militer mengadakan pembicaraan kembali, untuk membentuk organisasi SAR Nasional, tetapi usaha inipun tidak menuai hasil karena : Tidak tersedianya anggaran pembiayaan dan material. Adanya perubahan politik dalam negeri. Adanya perubahan organisasi dalam pemerintahan 4. Tahun 1966 Dengan Keppres Nomor 203 Tahun 1966 negara Indonesia terdaftar sebagai anggota IMCO (Intergovermental Maritime Consultative Organization), sekarang IMO (International Maritime Organization). Sebagai konsekuensi-nya Indonesia harus mempunyai organisasi

description

SAR

Transcript of Pengertian Sar

Page 1: Pengertian Sar

PENGERTIAN SAR

 Hakekat “Search And Rescue” (SAR) adalah suatu kegiatan kemanusiaan yang dijiwai oleh falsafah Pancasila dan 

merupakan kewajiban bagi setiap WNI. Kegiatan tersebut meliputi segala upaya dan usaha pencarian, pemberian

pertolongan, dan penyelamatan jiwa manusia dan harta benda yang bernilai.

 VISI :

“ Berhasilnya pelaksanaan operasi SAR pada setiap waktu dan tempat dengan cepat handal dan aman”

 MISI

“ Menyelenggrakan kegiatan operasi SAR yang efektif dan efisien melalui upaya tindak awal yang maksimal serta

pengerahan potensi SAR yang didukung oleh sumber daya manusia yang profesional, fasilitas SAR yang memadai,

dan prosedur kerja yang mantap dalam rangka mewujudkan VIsi Badan SAR Nasional”

 

TUGAS BASARNAS

Badan SAR NAsional mempunyai tugas melaksanakan pembinaan, pengkoordinasian dan pengendalian potensi

SEARH AND RESCUE (SAR) dalam kegiatan SAR terhadap orang dan material yang hilang atau dikhawatirkan

hilang, atau menghadapi bahaya dalam pelayaran dan atau penerbangan, serta memberikan bantuan SAR dalam

penanggulangan bencana dan musibah lainnya sesuai dengan peraturan SAR Nasional dan Internasional.

 

SEJARAH PERKEMBANGAN SAR DI INDONESIA

 1.    Tahun 1950

Indonesia masuk sebagai anggota ICAO (International Civil Aviation Organization), dengan masuknya sebagai

anggota ICAO maka Indonesia mempunyai kewajiban untuk menyelenggarakan SAR terhadap musibah

penerbangan yang terjadi di wilayah Indonesia.

 2.    Tahun 1955

Para pejabat di berbagai instansi penerbangan melakukan koordinasi dan   menghasilkan gagasan betapa

pentingnya penanganan tugas-tugas kemanusiaan, maka dibentuklah Panitia SAR berdasarkan PP Nomor 5 Tahun

1955. Panitia SAR atau Panitia Pencari dan Pemberian Pertolongan bila terjadi musibah ini dibentuk oleh Dewan

Penerbangan.Penitia tersebut kemudian mempunyai tugas pokok yaitu:

Membentuk Badan Gabungan SAR

Menentukan Pusat Regional

Membuat anggaran pembiayaan dan material

 3.    Tahun 1959

Berkenaan tidak adanya tindakan nyata dari Panitia SAR, maka para pejabat penerbangan sipil dan militer

mengadakan pembicaraan kembali, untuk membentuk organisasi SAR Nasional, tetapi usaha inipun tidak menuai

hasil  karena :

Tidak tersedianya anggaran pembiayaan dan material.

Adanya perubahan politik dalam negeri.

Adanya perubahan organisasi dalam pemerintahan

 4.    Tahun 1966

Dengan Keppres Nomor 203 Tahun 1966 negara Indonesia terdaftar sebagai anggota IMCO (Intergovermental

Maritime Consultative Organization), sekarang IMO (International Maritime Organization). Sebagai konsekuensi-nya

Indonesia harus mempunyai organisasi SAR Nasional yang mampu menangani berbagai musibah pelayaran baik

nasional maupun internasional.

 5.    Tahun 1968

Instansi sipil dan militer sudah mulai melakukan operasi SAR karena mereka telah memiliki berbagai sarana dan

sistem komunikasi, tetapi pelaksanaannya masih dilakukan sendiri-sendiri menyebabkan usaha tersebut tidak

Page 2: Pengertian Sar

berhasil secara maksimal. Menyadari hal tersebut para pejabat dari beberapa instansi kembali bersepakat untuk

membentuk organisasi SAR Nasional yang terkoordinir dibawah satu komando.

Sehubungan dengan kegiatan SAR di Indonesia yang merupakan salah satu dari 6 proyek dalam South East

Coordinating Committee on Transport and Communication, Indonesia dijadikan Umbrella project untuk Negara Asia

Tenggara, maka telah tiba tim ahli dari US Coast Guard Amerika Serikat untuk melakukan survey. Tim ini bertugas  :

Mengumpulkan dan mempelajari data dan informasi dari semua fasilitas dan menyempurnakan kegiatan SAR di

Indonesia. Membantu dan meningkatkan dan menyempurnakan kegiatan SAR di Indonesia.

Meningkatkan koordinasi SAR di Indonesia dengan Negara-negara tetangga.

 6.    Tahun 1969

Kegiatan SAR di Indonesia mulai menjadi perhatian Negara-negara tetangga, bahkan ada yang bermaksud

memprakarsai pembentukan  organisasi SAR Asia Tenggara karena organisasi yang ada masih belum sempurna.

Sebagai anggota ICAO telah ditetapkan bahwa Negara itu harus mempunyai organisasi SAR sendiri atau bila tidak

mampu harus bergabung dengan organisasi SAR yang sudah dibentuk oleh Negara lain.

 7.    Tahun 1972

Luas wilayah Negara Republik Indonesia, serta adanya perkembangan teknologi dan meningkatnya penggunaan

jasa angkutan laut maupun udara maka dunia internasional  mengharapkan jaminan dari pemerintahan Indonesia

bagi keselamatan penerbangan dan pelayaran di wilayah Republik Indonesia. Untuk mencegah kemungkinan yang

kurang menguntungkan di mata dunia internasional maka penyempurnaan kegiatan SAR di Indonesia harus segera

dilakukan. Akhirnya setelah sekian lama mematuhi hukum-hukum dan peraturan internasinal dari ICAO dan SOLAS

(Safery Of Life At Sea)  maka dengan Keppres Nomor 11 Tahun 1972 terbentuklah organisasi SAR Nasional

bernama Badan SAR Indonesia yang disingkat BASARI.

BASARI berkedudukan dan bertanggungjawab Kepada Presiden, dimana dalam susunan organisasinya terdiri dari :

Unsur pimpinan

Pusat SAR Nasional ( Pusarnas )

Pusat-pusat Koordinasi Rescue ( PKR )

Sub-Sub Koordinasi Rescue ( SKR )

Unsur-unsur Search and Rescue ( Unsur-unsur SAR )

 Pusat koordinasi SAR Nasional dan Pusat Koordinasi Rescue diwilayah merupakan pelaksanaan operasi dalam

kegiatan SAR.

 8.    Tahun 1973

Sebagai Realisasi Keppres No. 11 Tahun 1972, maka Pusat Koordinasi SAR Nasional yang kemudian dikenal

dengan nama PUSARNAS mulai berfungsi aktif dan dikelola oleh 3 orang personil dengan menggunakan ruangan

pinjam pakai di LEMHAMNAS kemudian ke Mabes TNI-AU.

 9.    Tahun 1974

Dengan ditetapkannya Keppres No. 44 dan 45 Tahun 74 tentang susunan Organisasi dan Tata kerja Departemen.

PUSARNAS berada di bawah Departemen Perhubungan.

 Sebagai pelaksanaan Keppres No. 44 dan 45 Tahun 1974, maka telah dikeluarkan Keputusan Menteri Perhubungan

No. KM 415/U/Phb-75 pada tanggal 2 September 1975. Di dalamnya berisi Susunan Organisasi dan tata kerja

Departemen Perhubungan dan peraturan dalam organisasi.   

 Dengan adanya perwujudan yang nyata maka NASAR ( National Association of SAR ) yang bermarkas di Amerika,

menerima PUSARNAS resmi menjadi anggota.

 Unsur-unsur Departemen Perhubungan yang menyelenggarakan SAR adalah :

Pusat SAR Nasional

Direktorat KPLP- Ditjen Perhubungan laut

Page 3: Pengertian Sar

Direktorat Keselamatan Penerbangan- Ditjen Hubud

 10.  Tahun 1976

Upaya peningkatan kemampuan dan eksistensi terus dilakukan pembaruan dengan mengikuti  Working Group on

Global Satelite Aided Search and Rescue dari IAF (International Astronautical Federation) yang bermarkas di Paris.

Federasi yang bersifat teknologis dan non governmental ini melakukan kegiatan riset tentang penggunaan satelit

untuk kepentingan kemanusiaan.

 11.  Tahun 1976

Upaya peningkatan kemampuan dan eksistensi terus dilakukan pembaruan dengan mengikuti  Working Group on

Global Satelite Aided Search and Rescue dari IAF (International Astronautical Federation) yang bermarkas di Paris.

Federasi yang bersifat teknologis dan non governmental ini melakukan kegiatan riset tentang penggunaan satelit

untuk kepentingan kemanusiaan.

 12.  Tahun 1978

Dalam usaha menangani masalah SAR di daerah Menteri Perhubungan selaku ketua BASARI mengeluar-kan

instruksi No. IM.4/KP/Phb-78 untuk membentuk satuan tugas SAR pada KKR (Kantor Koordinasi Rescue).

Kecepatan tindakan dalam setiap operasi SAR selalu diusahakan baik melakukan penataan perangkat lunak maupun

menyiapkan perangkat kerasnya. Hal ini direalisasikan dengan terbitnya Keputusan Menteri Perhubungan selaku

Ketua BASARI No. SK.5/K.104/ Phb-78 yang berisi penunjukan Kepala Pusat SAR Nasional sebagai Kuasa Ketua

BASARI dalam kegiatan operasi SAR di lapangan.

13. Tahun 1979

Untuk menghindari terjadinya permasalahan saat terjadi musibah yang menyangkut dua negara tetangga,  maka

pada tahun 1979 telah dilakukan penandatanganan kerjasama SAR antara Indonesia dan Singapura serta

Indonesia-Australia.

Penataan Organisasi pun terus dilakukan guna memaksimalkan kinerja Pusat SAR Nasional dalam operasi

penyelamatan maupun koordinasi. Maka pemerintah memandang perlu  untuk meningkatkan eselon PUSARNAS

setingkat lebih tinggi, dengan Keppres 47 Tahun 1979  maka ditetapkan PUSARNAS menjadi BASAR-NAS (Badan

SAR Nasional) eselon I setingkat dengan Dirjen.

 12.  Tahun 1980

Dengan adanya peningkatan eselonisasi Badan SAR Nasional, maka diatur pula tugas pokok dan fungsinya serta

Unit Pelaksana Teknis, dimana wilayah SAR dibagi menjadi 4 wilayah sesuai FIR (Flight Information Region) yang

ditetapkan ICAO, untuk Kantor Koordinasi Rescue dan 13 unit untuk kantor Sub Koordinasi Rescue, sebagaimana

diatur dalam Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM.164/OT.002/ Phb-80

 13.  Tahun 1987

Dengan bertambahnya personil dan aktifitas yang harus diemban seiring dengan laju perkembangan moda

transportasi baik sarana maupun prasarana dalam mendukung peningkatan ekonomi maka kantor Basarnas yang

menempati eks Direksi Kit Jakarta International Airport di Halim PK dinilai sudah tidak memadai lagi. Oleh sebab itu

Basarnas pindah  menempati Gedung 628 Bandara Inter-nasional Soekarno – Hatta Cengkareng.

 14.  Tahun 1990

Dalam penanganan masalah penanggulangan bencana, pemerintah melihat indikasi perlunya penyempurnaan di

berbagai aspek. Oleh sebab itu pemerintah menerbitkan Keppres No. 43 Tahun 1990 yang mengatur Badan

Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana Alam (revisi Keppres No. 28 Tahun 1979).

 15.Tahun 1993

Dengan bertambahnya kesadaran masyarakat tentang keselamatan jiwa  maka semakin tinggi  pula permintaan jasa

SAR. Peningkatan ini dibuktikan dengan pedulinya wakil  rakyat kita mencantumkan dalam GBHN hasil sidang tahun

1993 yang menyatakan :

 “ Pencarian dan penyelamatan manusia sebagai akibat dari musibah, bencana alam, dan bencana lainnya

merupakan tugas nasional, dan harus dilaksanakan secara terkoordinasi oleh berbagai pihak yang perlu

terus dimantapkan melalui  peningkatan kemampuan organisasi, kualitas sumber daya manusia, manajemen,

serta sarana dan prasarananya agar mampu menyelenggarakan bantuan penyelamatan dengan cepat dan

tepat “

Page 4: Pengertian Sar

 Dengan pernyataan  dalam GBHN ini berarti tugas SAR tidak hanya penerbangan dan pelayaran, namun sudah

lebih luas lagi yaitu bencana dan musibah lainnya.

 16. Tahun 1998

Upaya peningkatan  kinerja Badan SAR Nasional terus dilaksanakan antara lain dengan menyempurnakan struktur

organisasinya. Dengan Keputusan  Menteri Perhubungan Nomor KM 80 Tahun 1998 tentang Struktur Organisasi 

maupun tugas pokok dan fungsi Badan SAR Nasional kembali mengalami penyempurnaan.

Sedangkan untuk organisasi dan tata kerja Kantor Search and Rescue diatur dalam Keputusan Menteri Perhubungan

Nomor KM 81 Tahun 1998.

 17. Tahun 2002

Guna meningkatkan pelayanan jasa SAR Badan SAR Nasional melalui Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 79

Tahun 2002 terdapat penambahan UPT, dari 23 UPT menjadi 24 UPT.

 A.   KANTOR SAR TIPE A :

1. Kantor SAR Medan

2. Kantor SAR Jakarta

3. Kantor SAR Surabaya

4. Kantor SAR Denpasar

5. Kantor SAR Makasar

6. Kantor SAR Biak

 B.   KANTOR SAR TIPE B :

1.

1. Kansar Banda Aceh         

2. Kansar Padang

3. Kansar Pekanbaru

4. Kansar Tanjung Pinang

5. Kansar Palembang

6. Kansar Semarang

7. Kansar Mataram

8. Kansar Kupang

9. Kansar Pontianak

10. Kansar Balikpapan

11. Kansar Banjarmasin

12. Kansar Kendari

13. Kansar Manado

14. Kansar Ambon

15. Kansar Sorong

16. Kansar Jayapura

17. Kansar Timika

18. Kansar Merauke

 

Page 5: Pengertian Sar

 

 

Sumber : Materi Gladi Mantap UBALOKA Jateng 2007

ESAR  (Explorer Search And Rescue) merupakan salah satu ilmu SAR yang dikembangkan untuk menangani situasi

darurat (tersesat/hilang), atau tertimpa musibah saat melakukan penjelajahan di alam bebas. Atau dengan kata lain

adalah teknik pencarian korban hilang atau tersesat di alam bebas (Hutan/ Gunung). Penekanan ESAR  lebih pada

teknik pencarian yang dikerjakan oleh SRU Darat (Ground Unit) sehingga Navigasi Gunung menjadi sesuatu yang

mutlak untuk dikuasai.

Page 6: Pengertian Sar

ESAR dibagi dalam 5 Mode Pencarian yang merupakan tahapan dalam melaksanakan operasi Explore Search And

Rescue. Lima tahapan atau Mode ESAR antara lain :

1. Preliminary Mode (Pendataan)

Mengumpulkan informasi awal, saat dimulai dari tim pencari dimintai bantuan sampai kedatangan di lokasi, formasi

dan rencana pencarian, Penentuan POD (Probability Of Detection), rute dan peta, data korban, perhitungan-

perhitungan dan kemungkinan-kemungkinan, dll.

2. Confinement Mode (Pembatasan)

Membuat pembatasan pada area pencarian untuk mengurung atau membatasi kemungkinan pergerakan korban

agar tetap dalam area pencarian yang diinginkan. Pemikiran yang melatar belakangi confinement adalah menjebak

Subyek di dalam satu area yang kita ketahui batas-batasnya sampai area itu dapat di sapu oleh tim pencari

(dilakukan pencarian). Di dalam praktek, Confinement mungkin tidak mudah di capai, tetapi untuk daerah pencarian

yang luas, ini akan sangat berharga dan suatu kerja yang ada dasarnya.

Confinement Mode terdiri dari :

TRAIL BLOCK

ROAD BLOCK

LOOK OUT

CAMP IN

TRACK TRAP

STRING LINE

TRAIL BLOCK

Trail Block adalah pemblokiran jalan setapak. Tim kecil harus mencatat / mendata setiap orang yang masuk / keluar

jalan setapak yang sudah diblokir, dan memberitahu orang-orang yang melewati jalan setapak tersebut bahwa ada

orang yang hilang. Tempat ini tidak boleh kosong, minimal pada ujung tertentu ditempatkan satu orang pencari /

petugas.

Trail block harus tetap di awasi sepanjang waktu sampai OSC/SMC memerintahkan dalam bentuk lain. Trail Block di

gunung bisa dilakukan dengan memblokir jalur-jalur setapak yang dijadikan pintu keluar-masuk oleh para pendaki,

dan jalur-jalur setapak yang biasa digunakan oleh warga setempat untuk keluar-masuk hutan saat mencari rumput

ataupun kayu bakar.

 

Ilustrasi Trail Block

ROAD BLOCK

Page 7: Pengertian Sar

Atau pemblokiran jalan.Satu kelompok tim pencari diberi tugas memblokir jalan yang diperkirakan dilewati korban.

Tugas ini biasanya diberikan kepada tim pencari dengan mobilitas yang didukung sarana / kendaraan yang

memadai. Jadi pada dasarnya sama dengan Trail Block. Road Block dapat dikerjakan oleh tenaga sukarela dengan

memblokir jalan-jalan desa atau perkebunan dengan maksud apabila Subyek lewat di jalur ini segera dapat

tertangkap oleh tim pencari. Road Block di gunung dapat dilakukan dengan menghadang di jalan lingkar yang

menyabuk di kaki gunung yang dicurigai kemungkinan Subyek melalui jalur tersebut setelah lolos dari hutan.

 

Ilustrasi Road Block

 

LOOK OUT

Sering ada tempat-tempat di sekitar batas dari search area yang memberikan pandangan yang luas ke dalam

lembah atau sungai di sebelahnya. Sebuah tim kecil di tempatkan pada posisi itu sehingga dapat mengawasi daerah

sekitarnya dengan teropong, dan ada kemungkinan dapat mendeteksi Subyek bila ia bergerak lewat di sana.

Beberapa bentuk peralatan (asap, bunyi-bunyian, lampu, bendera) dapat di gunakan untuk menarik perhatian

Subyek. Dapat juga dilakukan dengan tetap menempatkan seorang pengamat, sementara tim kecil lain bergerak

memeriksa beberapa lokasi lain dan obyek-obyek mencurigakan yang berada di dalam jarak pandang pengamat.

 

Page 8: Pengertian Sar

Ilustrasi Look Out

 

CAMP IN

Sebuah camp-in dapat juga berbentuk Look Out (pos pengamat), Trail block, radio relay (penghubung radio), atau

situasi lain dimana satu tim kecil menempati lokasi-lokasi tertentu dimana posisinya mempunyai luas pandangan

yang baik, cabang/pertemuan dari jalan-jalan setapak, ataupun pertemuan sungai. Pergunakan alat-alat yang dapat

menarik perhatian Subyek seperti pada Look Out.

 

Ilustrasi Camp In

 

TRACK TRAP

Adalah upaya dari tim pencari untuk menjebak Subyek sehingga meninggalkan tanda-tanda apabila lewat di lokasi

ini. Posisi pemasangan track traps harus di informasikan kepada tim pencari di lapangan agar mengetahui lokasi

track traps. Debu atau lumpur dapat dipergunakan untuk mendeteksi jejak sepatu Subyek apabila dia melewatinya,

dan harus diperiksa secara berkala.

 

STRING LINE

Look out dan camp in akan lebih efektif di daera yang terbuka dimana jarak pandang cukup baik. Jika di daerah yang

lebat dan bersemak, maka perlu penggunaan tali sebagai pembatas area pencarian sekaligus penunjuk arah bagi

pencari dan korban.

3. Detection Mode

Pemeriksaan tempat-tempat yang dicurigai bila dirasa perlu dan pencarian dengan cara menyisir / menyapu yang

diperhitungkan untuk menemukan orang yang hilang atau barang-barang yang tercecer. Detection Mode ada

beberapa Tipe, antara lain:

Pencarian  Tipe  1 ( Hurry Searching )

1. Pemeriksaan di daerah spesifik yang dimungkinkan korban berada.

2. Diperoleh data tentang area pencarian.

3. Digunakan pada awal operasi dan atau secara berulang untuk memastikan daerah yang mungkin terlewati /

teridentifikasi.

4. Tim beranggotakan SDM yang bermobilitas tinggi, yang mengenal medan, mampu menyisir semak, sungai, jalan

setapak, gua, gubuk, dll.

Pencarian  Tipe  2 ( Open Grid )

Page 9: Pengertian Sar

1. Pencarian cepat di area yang luas dan tidak ada wilayah yang teridentifikasi

2. Digunakan pada awal operasi, terutama bila korban dikhawatirkan kemampuan bertahannya lemah.

3. Bersifat cepat, praktis dan efisien namun tidak efektif apabila jumlah tim pencari dibandingkan luas area pencarian

tidak sepadan.

Pencarian  Tipe  3 ( Close Grid )

1. Pencarian yang cermat atas area yang spesifik / sudah teridentifikasi

2. Digunakan apabila prosentase penemuan korban pada Tipe 2 kecil

3. Area pencarian kecil sedangkan jumlah tim pencari berlebih

4. Pencarian bukti – bukti yang pasti

SIKAP DAN MENTAL PENCARI

Cepat tanggap

Cermat dan teliti

Mandiri

Selalu melihat ke belakang

 MARKER

 SIFAT

Warna mencolok

Tulisan jelas, singkat, padat

Bentuk sederhana

Ditempatkan pada posisi yang mudah terlihat

 MANFAAT MARKER

Penanda area pencarian

Penunjuk arah bagi korban

4. Tracking Mode

Tracking merupakan usaha melacak jejak Subyek, atau tanda-tanda yang ditinggalkan oleh Subyek (catatan:

Tracking diperlukan personil yang terlatih, atau bisa juga digunakan anjing pelacak yang dilatih secara khusus untuk

terlibat dalam operasi pencarian).

5. Evacuation Mode

Usaha memberi perawatan darurat dan memindahkan Subyek ke tempat penampungan yang layak (catatan: untuk

operasi ESAR di gunung sebaiknya disediakan tim khusus untuk Evakuasi Medan Sulit mengingat situasi medan di

gunung).

 

Dari pengalaman operasi pencarian di gunung, penentuan POD untuk orang hilang di gunung akan lebih efectif dan

relevan dengan membaca peta topografi, dan memperhitungkan analisa kecenderungan pergerakan Subyek

berdasar informasi dari para pendaki yang berpengalaman dengan area dimana telah terjadi musibah orang

tersesat/hilang. Perhitungan matematis untuk penentuan POD hanya sesuai untuk medan datar

Hanya saja sebagai gambaran perlu dipahami bahwa pendaki yang sehat dapat bergerak dengan cepat turun ke

bawah mengikuti kontur sehingga area menjadi melebar ke arah Hilir (Untuk Gunung-gunung tertentu perlu

secepatnya dilakukan pemagaran awal sebelum Subyek bergerak makin jauh terutama di daerah landai/datar setelah

dia menghabiskan kontur hingga kaki gunung)

Page 10: Pengertian Sar

Ketepatan dan kecepatan nampaknya sudah menjadi sesuatu yang tidak bisa ditawar dalam upaya menemukan

subyek yang hilang di gunung dan harus bertahan untuk tetap hidup, khususnya berjuang melawan hipothermia.

Upaya pemasyarakatan ESAR di Indonesia yang dimulai oleh Wanadri, kemudian juga dari beberapa pengalaman

operasi SAR di Gunung penggunaan sistem ESAR dengan benar akan lebih efectif sehingga ESAR perlu

dikembangkan bagi para penggiat petualang alam bebas, khususnya para pendaki gunung yang sering terlibat dalam

operasi SAR di Gunung.