Pengertian Pendidikan Agama Islam menurut berbagai pakar

59
Pengertian Pendidikan Agama Islam menurut berbagai pakar a. Menurut Drs. Ahmad D. Marimba : Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan jasmani, rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran- ukuran Islam. Dengan pengertian yang lain sering kali beliau mengatakan kepribadian yang memiliki nalai-nilai agama Islam, memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam, dan bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam. b. Menurut Abdul Rahman Nahlawi; ى ل إْ ديْ ُ يْ ي ذَ ّ إلُ ّ ي ع ما ت ج لإ وإُ ّ يِ سَ فْ نُ م ل إُ م ي ظْ نَ ّ لت إَ يِ هُ ةَ ّ يِ مَ لإْ س لإ إُ ةّ ي1 ب ر لتَ إِ ةَ اعَ م جْ ل إَ وِ دْ ر فْ ل إ اة يَ ج ي ف اّ يّ كل ةَ قْ ن1 بْ طَ ت م وَ لإْ س لإ إ اقَ ن بْ ع إArtinya; “Pendidikan Islam ialah pengaturan pribadi dan masyarakat yang karenanya dapatlah memeluk Islam secara logis dan sesuai secara keseluruhan baik dalam kehidupan individu maupun kehidupan kolektif”. c. Menurut Drs. Burlian Shomad : Pendidikan Agama Islam ialah pendidikan yang bertujuan membentuk individu menjadi makhluk yang bercorak diri berderajat tinggi menurut ukuran Allah dan isi pendidikannya untuk mewujudkan tujuan itu adalah ajaran Allah. Secara rinci Beliau mengemukakan pendidikan itu baru dapat disebut Pendidikan Agama Islam apabila memiliki dua ciri khas yaitu : 1). Tujuannya untuk membentuk individu menjadi bercocok diri tertinggi menurut ukuran Al-Qur`an. 2). Isi pendidikannya ajaran Allah yang tercantum dengan lengkap dalam Al-Qur`an dan pelaksanaannya di dalam praktek kehidupan sehari-hari sebagaimana di contohkan oleh Nabi Muhammad SAW. d. Menurut Mustofa Al-Ghulayani : Bahwa Pendidikan Agama Islam ialah menanamkan akhlak yang mulia di dalam jiwa anak dalam masa pertumbuhannya dan menyiraminya dengan petunjuk dan nasihat, sehingga ahklak itu menjadi salah satu kemampuan (meresap dalam) jiwanya kemudian buahnya berwujud keutamaan, kebaikan dan cinta bekerja untuk kemanfaatan tanah air. e. Menurut Syah Muhammad A. Naquib Al-Atas : Pendidikan Agama Islam ialah usaha yang dilakukan pendidik terhadap anak didik untuk pengenalan dan pengakuan tempat-tempat yang benar dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan sehingga membimbing kearah pengenalan dan pengakuan akan tempat Tuhan yang tepat di dalam tatanan wujud dan kepribadian. f. Menurut Prof. Dr. Hasan Langgulung : Pendidikan Agama Islam ialah Pendidikan yang memiliki 4 macam fungsi, yaitu : 1). Menyiapkan generasi
  • Upload

    -
  • Category

    Documents

  • view

    4.410
  • download

    0

Transcript of Pengertian Pendidikan Agama Islam menurut berbagai pakar

Page 1: Pengertian Pendidikan Agama Islam menurut berbagai pakar

Pengertian Pendidikan Agama Islam menurut berbagai pakar

a. Menurut Drs. Ahmad D. Marimba : Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan jasmani, rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. Dengan pengertian yang lain sering kali beliau mengatakan kepribadian yang memiliki nalai-nilai agama Islam, memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam, dan bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam. b. Menurut Abdul Rahman Nahlawi; إلى �ؤ�دي� ي �ذي� ال واإلجتماعي �ف�س�ي الم�ن �ظيم� �ن لت ا ه�ي� �ة� م�ي � ال اإلس� #ة� �لتربي ا

و�ال�جم�اع�ة� د� �فر� ال ح�ياة فى #ا #ي كل �ق�ة �ط�بي وت �م ال اإلس� �اق Artinya; “Pendidikan Islam ialah pengaturan اع�تنpribadi dan masyarakat yang karenanya dapatlah memeluk Islam secara logis dan sesuai secara keseluruhan baik dalam kehidupan individu maupun kehidupan kolektif”. c. Menurut Drs. Burlian Shomad : Pendidikan Agama Islam ialah pendidikan yang bertujuan membentuk individu menjadi makhluk yang bercorak diri berderajat tinggi menurut ukuran Allah dan isi pendidikannya untuk mewujudkan tujuan itu adalah ajaran Allah. Secara rinci Beliau mengemukakan pendidikan itu baru dapat disebut Pendidikan Agama Islam apabila memiliki dua ciri khas yaitu : 1). Tujuannya untuk membentuk individu menjadi bercocok diri tertinggi menurut ukuran Al-Qur`an. 2). Isi pendidikannya ajaran Allah yang tercantum dengan lengkap dalam Al-Qur`an dan pelaksanaannya di dalam praktek kehidupan sehari-hari sebagaimana di contohkan oleh Nabi Muhammad SAW. d. Menurut Mustofa Al-Ghulayani : Bahwa Pendidikan Agama Islam ialah menanamkan akhlak yang mulia di dalam jiwa anak dalam masa pertumbuhannya dan menyiraminya dengan petunjuk dan nasihat, sehingga ahklak itu menjadi salah satu kemampuan (meresap dalam) jiwanya kemudian buahnya berwujud keutamaan, kebaikan dan cinta bekerja untuk kemanfaatan tanah air. e. Menurut Syah Muhammad A. Naquib Al-Atas : Pendidikan Agama Islam ialah usaha yang dilakukan pendidik terhadap anak didik untuk pengenalan dan pengakuan tempat-tempat yang benar dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan sehingga membimbing kearah pengenalan dan pengakuan akan tempat Tuhan yang tepat di dalam tatanan wujud dan kepribadian. f. Menurut Prof. Dr. Hasan Langgulung : Pendidikan Agama Islam ialah Pendidikan yang memiliki 4 macam fungsi, yaitu : 1). Menyiapkan generasi muda untuk memegang peranan-peranan tertentu dalam masyarakat pada masa yang akan datang. Peranan ini berkaitan erat dengan kelanjutan hidup (survival) masyarakat sendiri 2). Memindahkan ilmu pengetahuan yang bersangkutan dengan peranan-peranan tersebut dari generasi tua kepada generasi muda. 3). Memindahkan nilai-nilai yang bertujuan memelihara keutuhan dan kesatuan masyarakat yang menjadi syarat mutlak bagi kelanjutan hidup (surviral) suatu masyarakat dan peradaban. Dengan kata lain, tanpa nilai-nilai keutuhan (integrity) dan kesatuan (integration) suatu masyarakat, maka kelanjutan hidup tersebut tidak akan dapat terpelihara dengan baik yang akhirnya akan berkesudahan dengan kehancuran masyarakat itu sendiri. g. Hasil seminar pendidikan Islam se-Indonesia tanggal 7 sampai dengan 11mei 1960 di Cipayung Bogor menyatakan : “Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh, dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam.” h. Menurut M. Yusuf al-Qardhawi : Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan keterampilannya. Karena itu, pendidikan agama islam menyiapkan manusia untuk hidup baik dalam keadaan damai maupun perang, dan menyiapkannya untuk menghadapi masyarakat dengan segala kebaikan dan kejahatannya, manis dan pahitnya. i. Menurut Endang Saifuddin Anshari : Pendidikan Agama Islam adalah proses bimbingan (pimpinan, tuntunan, usulan) oleh obyek didik terhadap perkembangan jiwa (pikiran,

Page 2: Pengertian Pendidikan Agama Islam menurut berbagai pakar

perasaan, kemauan, intuisi, dan sebagainya ), dan raga obyek didik dengan bahan-bahan materi tertentu, pada jangka waktu tertentu, dengan metode tertentu, dan dengan alat perlengkapan yang ada kearah terciptanya pribadi tertentu disertai evaluasi sesuai dengan ajaran agama Islam. j. Menurut Zakiah Darajat : Pendidikan Agama Islam adalah Pendidikan mela lui ajaran-ajaran agama islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan itu ia dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran agama islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama islam sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat kelak. Dari uraian tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa para ahli didik Islam berbeda pendapat mengenai rumusan Pendidikan Agama Islam. Ada yang menitik beratkan pada segi pembentukan akhlak anak, ada pula yang menuntut pendidikan teori pada praktek, sebagian lagi menghendaki terwujudnya kepribadian muslim dan lain-lain. Namun dari perbedaan pedapat tersebut dapat di ambil kesimpulan, bahwa adanya titik persamaan yang secara ringkas dapat di kemukakan sebagai berikut: pendidikan agama Islam ialah bimbingan yang dilakukan oleh seorang dewasa kepada terdidik dalam masa pertumbuhan agar ia memiliki kepribadian muslim yang sejati. Jika direnungkan Syariat Islam tidak akan di hayati dan diamalkan orang kalau hanya diajarkan saja, tetapi harus didirikan melalui proses pendidikan.. Nabi telah mengajak orang untuk beriman dan beramal serta berakhlak baik sesuai ajaran Islam dengan berbagai metode dan pendekatan. Dari satu segi melihat, bahwa pendidikan Islam itu lebih banyak di tunjukan ke pada perbaikan sikap mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan, baik bagi keperluan diri sendiri maupun orang lain. Dari segi lainnya Pendidikan Agama Islam tidak hanya bersifat teoritis saja, tetapi juga praktis. Ajaran Agama Islam tidak memisahkan antara iman dan amal saleh. Oleh karena itu Pendidikan Agama Islam adalah sekaligus pendidikan iman dan pendidikan amal. Dan karena ajaran Islam berisi ajaran tentang sikap dan tingkah laku pribadi masyarakat. Menuju kesejahteraan hidup perorangan dan bersama, maka orang pertama yang bertugas mendidik masyarakat adalah para Nabi dan Rasul, selanjutnya para ulama dan para cendikiawan sebagai penerus tugas dan kewajiban mereka.

Page 3: Pengertian Pendidikan Agama Islam menurut berbagai pakar

Pengertian dan Tujuan Pendidikan Agama Islam

Oleh Abdul Aziz | 9 Sya'ban 1430

Pendidikan merupakan kata yang sudah sangat umum. Karena itu, boleh dikatakan bahwa setiap orang mengenal istilah pendidikan. Begitu juga Pendidikan Agama Islam ( PAI ). Masyarakat awam mempersepsikan pendidikan itu identik dengan sekolah , pemberian pelajaran, melatih anak dan sebagainya. Sebagian masyarakat lainnya memiliki persepsi bahwa pendidikan itu menyangkut berbagai aspek yang sangat luas,termasuk semua pengalaman yang diperoleh anak dalam pembetukan dan pematangan pribadinya, baik yang dilakukan oleh orang lain maupun oleh dirinya sendiri. Sedangkan Pendidikan Agama Islam merupakan pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai Islam dan berisikan ajaran Islam.

Pendidikan sebagai suatu bahasan ilmiah sulit untuk didefinisikan. Bahkan konferensi internasional pertama tentang pendidikan Muslim ( 1977 ) , seperti yang dikemukakan oleh Muhammad al-Naquib al-Attas, ternyata belum berhasil menyusun suatu definisi pendidikan yang dapat disepakati oleh para ahli pendidikan secara bulat .

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa :

"Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara" .

Sedangkan definisi pendidikan agama Islam disebutkan dalam Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam SD dan MI adalah :

"Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani, bertakwa, berakhlak mulia, mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Quran dan Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman."

Sedangkan menurut Ahmad Tafsir, Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa agar memahami ajaran Islam ( knowing ), terampil melakukan atau mempraktekkan ajaran Islam ( doing ), dan mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari ( being ).

Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam adalah untuk meningkatkan pemahaman tentang ajaran Islam, keterampilan mempraktekkannya, dan meningkatkan pengamalan ajaran Islam itu dalam kehidupan sehari-hari. Jadi secara ringkas dapat dikatakan bahwa tujuan utama Pendidikan Agama Islam adalah keberagamaan, yaitu menjadi seorang Muslim dengan intensitas keberagamaan yang penuh kesungguhan dan didasari

Page 4: Pengertian Pendidikan Agama Islam menurut berbagai pakar

oleh keimanan yang kuat.

Upaya untuk mewujudkan sosok manusia seperti yang tertuang dalam definisi pendidikan di atas tidaklah terwujud secara tiba-tiba. Upaya itu harus melalui proses pendidikan dan kehidupan, khususnya pendidikan agama dan kehidupan beragama. Proses itu berlangsung seumur hidup, di lingkungan keluarga , sekolah dan lingkungan masyarakat.

Salah satu masalah yang dihadapi oleh dunia pendidikan agama Islam saat ini, adalah bagaimana cara penyampaian materi pelajaran agama tersebut kepada peserta didik sehingga memperoleh hasil semaksimal mungkin.

Apabila kita perhatikan dalam proses perkembangan Pendidikan Agama Islam, salah satu kendala yang paling menonjol dalam pelaksanaan pendidikan agama ialah masalah metodologi. Metode merupakan bagian yang sangat penting dan tidak terpisahkan dari semua komponen pendidikan lainnya, seperti tujuan, materi, evaluasi, situasi dan lain-lain. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan Pendidikan Agama diperlukan suatu pengetahuan tentang metodologi Pendidikan Agama, dengan tujuan agar setiap pendidik agama dapat memperoleh pengertian dan kemampuan sebagai pendidik yang profesional

Guru-guru Pendidikan Agama Islam masih kurang mempergunakan beberapa metode secara terpadu. Kebanyakan guru lebih senang dan terbiasa menerapkan metode ceramah saja yang dalam penyampaiannya sering menjemukan peserta didik. Hal ini disebabkan guru-guru tersebut tidak menguasai atau enggan menggunakan metode yang tepat, sehingga pembelajaran agama tidak menyentuh aspek-aspek paedagogis dan psikologis.

Setiap guru Pendidikan Agama Islam harus memiliki pengetahuan yang cukup mengenai berbagai metode yang dapat digunakan dalam situasi tertentu secara tepat. Guru harus mampu menciptakan suatu situasi yang dapat memudahkan tercapainya tujuan pendidikan. Menciptakan situasi berarti memberikan motivasi agar dapat menarik minat siswa terhadap pendidikan agama yang disampaikan oleh guru. Karena yang harus mencapai tujuan itu siswa, maka ia harus berminat untuk mencapai tujuan tersebut. Untuk menarik minat itulah seorang guru harus menguasai dan menerapkan metodologi pembelajaran yang sesuai.

Metodologi merupakan upaya sistematis untuk mencapai tujuan, oleh karena itu diperlukan pengetahuan tentang tujuan itu sendiri. Tujuan harus dirumuskan dengan sejelas-jelasnya sebelum seseorang menentukan dan memilih metode pembelajaran yang akan dipergunakan. Karena kekaburan dalam tujuan yang akan dicapai, menyebabkan kesulitan dalam memilih dan menentukan metode yang tepat.

Setiap mata pelajaran memiliki kekhususan-kekhususan tersendiri dalam bahan atau materi pelajaran, baik sifat maupun tujuan, sehingga metode yang digunakan pun berlainan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya.

Misalnya dari segi tujuan dan sifat pelajaran tawhid yang membicarakan tentang masalah keimaman, tentu lebih bersifat filosofis, dari pada pelajaran fiqih, seperti tentang shalat umpamanya yang bersifat praktis dan menekankan pada aspek keterampilan. Oleh karena itu,

Page 5: Pengertian Pendidikan Agama Islam menurut berbagai pakar

cara penyajiannya atau metode yang dipakai harus berbeda.

Selain dari kekhususan sifat dan tujuan materi pelajaran yang dapat membedakan dalam penggunaan metode, juga faktor tingkat usia, tingkat kemampuan berpikir, jenis lembaga pendidikan, perbedaan pribadi serta kemampuan guru , dan sarana atau fasilitas yang berbeda baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Hal ini semua sangat mempengaruhi guru dalam memilih metode yang tepat dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.

Uraian singkat ini tentu tidak akan memuaskan Anda, untuk itu komentar dan opininya sangat saya harapkan.

Page 6: Pengertian Pendidikan Agama Islam menurut berbagai pakar

Pengertian Aqidah

Arti ‘Aqîdah dari segi bahasa ialah :

“Apa (sesuatu) yang dipeluk sebagai agama oleh seorang manusia dan dia

meyakininya”.

Jadi, ‘Aqîdah adalah ajaran agama yang diyakini dan dipercayai sepenuh hati oleh pemeluknya. Atau, ‘Aqîdah adalah keyakinan dan kepercayaan seorang terhadap ajaran agamanya. Seorang Yahûdî meyakini dan percaya sepenuhnya terhadap ajaran agamanya yang bersumber dari kitab Talmud. Ia yakin bahwa Allâh pernah berkelahi dengan nabi Ya’kûb dan Allâh kalah dalam perkelahian itu.

Demikian pula dengan seorang Nasrani, ia yakin dan percaya sepenuhnya terhadap ajaran agamanya yang dia katakan berasal dari kitab Injîl, meskipun di dalam kitab Injîl yang sekarang banyak terdapat kontradiksi dan perkara yang kontroversial, ia tidak perduli. Ia percaya bahwa Yesus anak Allâh yang mati disalib untuk menebus dosa, bunda Maria ibu Tuhan yang dapat mengabulkan do’a siapa saja yang berdo’a kepadanya.

Begitu juga kita, sebagai seorang muslim kita harus meyakini dan percaya sepenuhnya terhadap Al-Islâm dan seluruh ajarannya yang sempurna yang bersumber dari Al-Qur-ân dan As-Sunnah. Dengan kata-lain — sebagai muslim — ‘Aqîdah atau apa yang kita jadikan keyakinan harus berdasarkan Al-Qur-ân dan As-Sunnah, karena Al-Qur-ân dan As-Sunnah merupakan nara sumber sekaligus petunjuk (hudan) bagi kaum Muslimîn, sebagaimana sabda Rasûlullâh saw. :

“Telah aku tinggalkan dua perkara di tengah-tengah kalian, tidak akan sesat

kalian selama berpegang pada keduanya; yaitu Kitabullâh dan Sunnah Rasul-

Nya”.

(H.R. Mâlik)

Dan masih banyak lagi dalil-dalil baik dari Al-Qur-ân maupun Al-Hadits atau As-Sunnah yang menegaskan hal ini, sehingga hal ini bisa dinyatakan sebagai perkara yang qath’î (pasti). Begitu-pula penjelasan dari para ‘ulamâ’ sejak dahulu sampai sekarang, seperti misalnya Syaikh Muhammad bin Jamîl Zainû, seorang ‘ulamâ’ kelahiran Hilb, Suriya yang saat ini menjadi

Page 7: Pengertian Pendidikan Agama Islam menurut berbagai pakar

pengajar di “Dârul-Hadîts Al-Khairiiyah di Al-Makkatul-Mukarramah”. Beliau telah menyusun sebuah kitab yang diberi nama :

“Ambillah ‘Aqîdah-mu dari Al-Kitâb dan As-Sunnah”.

Adalah sangat naif, bila kaum Yahûdî dan Nasrani begitu yakin dengan kebenaran ‘Aqîdah mereka, begitu-pula dengan para pemikut agama lainnya, sementara kita sendiri tidak yakin atau ragu-ragu terhadap sumber ‘Aqîdah kita. Oleh karena itu tidak dibenarkan bagi seorang muslim mengambil ‘Aqîdah, meyakini atau mempercayai segala sesuatu — terutama yang berkaitan dengan urusan agamanya — yang tidak bersumber dari Al-Qur-ân dan As-Sunnah apalagi yang bertentangan dengan keduanya.

Sebagai contoh, Al-Qur-ân mengatakan bahwa agama yang diterima di sisi Allâh hanyalah Islâm, sebagaimana disebutkan dalam surah Âli ‘Imrân (3) ayat 19 :

“Sesungguhnya agama yang (diridhai) di sisi Allâh hanyalah Islâm”.

Dan Al-Qur-ân juga menyatakan bahwa seluruh agama selain Islâm tidak akan diterima oleh Allâh, sebagaimana dinyatakan dalam surah Âli ‘Imrân (3) ayat 85 :

“Barang-siapa yang mencari agama selain Islâm, maka sekali-kali tidaklah

akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-

orang yang rugi”.

Seorang muslim harus meyakini dan mempercayai serta membenarkan pernyataan-pernyataan dari Al-Qur-ân tersebut di atas, tidak boleh ragu-ragu sedikit pun. Karena, keraguan terhadap pernyataan tersebut merupakan penyimpangan ‘Aqîdah atau penyimpangan keyakinan yang amat berbahaya bagi orang yang bersangkutan.

Terutama sekali diakhir satu dasawarsa ini telah muncul berbagai pernyataan dari sekelompok orang yang menyebut dirinya sebagai cendikiawan Islâm, yang menyatakan bahwa agama selain Islâm juga diterima di sisi Allâh dan para pemeluknya pun berhak masuk sorga. Dalam

Page 8: Pengertian Pendidikan Agama Islam menurut berbagai pakar

berargumentasi mereka pun menggunakan ayat-ayat Al-Qur-ân yang diambil sepotong-sepotong dan ditafsirkan menurut pikiran dan hawa nafsu mereka tanpa menggunakan disiplin ilmu yang seharusnya. Lalu disajikan dengan kata-kata yang indah dan menarik sehingga orang-orang Islâm yang dangkal pengetahuan agamanya dan lemah imânnya berhasil dibuat ragu terhadap pernyataan Al-Qur-ân yang menyebutkan bahwa agama yang diterima di sisi Allâh hanyalah Al-Islâm (surah Âli ‘Imrân (3) ayat 19), dan siapa pun yang mengambil agama selain Islâm, maka tidak akan diterima ‘amal-’ibadahnya oleh Allâh dan di akhirat kelak ia akan dimasukkan ke dalam neraka (Âli ‘Imrân (3) ayat 85). Hal semacam ini jelas merupakan penyimpangan ‘Aqîdah yang sama-sekali tidak dapat dibenarkan.

Page 9: Pengertian Pendidikan Agama Islam menurut berbagai pakar

Definisi Aqidah

dari : Abdullah bin Abdul Hamid Al-Atsari

Pengertian Aqidah Secara Bahasa (Etimologi) :

Kata "‘aqidah" diambil dari kata dasar "al-‘aqdu" yaitu ar-rabth(ikatan), al-Ibraam (pengesahan), al-ihkam(penguatan), at-tawatstsuq(menjadi kokoh, kuat), asy-syaddu biquwwah(pengikatan dengan kuat), at-tamaasuk(pengokohan) dan al-itsbaatu(penetapan). Di antaranya juga mempunyai arti al-yaqiin(keyakinan) dan al-jazmu(penetapan)."Al-‘Aqdu" (ikatan) lawan kata dari al-hallu(penguraian, pelepasan). Dan kata tersebut diambil dari kata kerja: " ‘Aqadahu" "Ya'qiduhu" (mengikatnya), " ‘Aqdan" (ikatan sumpah), dan " ‘Uqdatun Nikah" (ikatan menikah). Allah Ta'ala berfirman, "Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja ..." (Al-Maa-idah : 89).

Aqidah artinya ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang mengambil keputusan. Sedang pengertian aqidah dalam agama maksudnya adalah berkaitan dengan keyakinan bukan perbuatan. Seperti aqidah dengan adanya Allah dan diutusnya pada Rasul. Bentuk jamak dari aqidah adalah aqa-id. (Lihat kamus bahasa: Lisaanul ‘Arab, al-Qaamuusul Muhiith dan al-Mu'jamul Wasiith: (bab: ‘Aqada).

Jadi kesimpulannya, apa yang telah menjadi ketetapan hati seorang secara pasti adalah aqidah; baik itu benar ataupun salah.

Pengertian Aqidah Secara Istilah (Terminologi)

Yaitu perkara yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa menjadi tenteram karenanya, sehingga menjadi suatu kenyataan yang teguh dan kokoh, yang tidka tercampuri oleh keraguan dan kebimbangan.

Dengan kata lain, keimanan yang pasti tidak terkandung suatu keraguan apapun pada orang yang menyakininya. Dan harus sesuai dengan kenyataannya; yang tidak menerima keraguan atau prasangka. Jika hal tersebut tidak sampai pada singkat keyakinan yang kokoh, maka tidak dinamakan aqidah. Dinamakan aqidah, karena orang itu mengikat hatinya diatas hal tersebut.

Aqidah Islamiyyah:

Maknanya adalah keimanan yang pasti teguh dengan Rububiyyah Allah Ta'ala, Uluhiyyah-Nya, para Rasul-Nya, hari Kiamat, takdir baik maupun buruk, semua yang terdapat dalam masalah yang ghaib, pokok-pokok agama dan apa yang sudah disepakati oleh Salafush Shalih dengan ketundukkan yang bulat kepada Allah Ta'ala baik dalam perintah-Nya, hukum-Nya maupun ketaatan kepada-Nya serta meneladani Rasulullah SAW.

Page 10: Pengertian Pendidikan Agama Islam menurut berbagai pakar

Aqidah Islamiyyah:

Jika disebutkan secara mutlak, maka yang dimaksud adalah aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah, karena itulah pemahaman Islam yang telah diridhai oleh Allah sebagai agama bagi hamba-Nya. Aqidah Islamiyyh adalah aqidah tiga generasi pertama yang dimuliakan yaitu generasi sahabat, Tabi'in dan orang yang mengikuti mereka dengan baik.

Nama lain Aqidah Islamiyyah:

Menurut Ahlus Sunnah wal Jama'ah, sinonimnya aqidah Islamiyyah mempunyai nama lain, di antaranya, at-Tauhid, as-Sunnah, Ushuluddiin, al-Fiqbul Akbar, Asy-Syari'iah dan al-Iman.

Nama-nama itulah yang terkenal menurut Ahli Sunnah dalam ilmu ‘aqidah.

Sumber: Diadaptasi dari Abdullah bin Abdul Hamid Al-Atsari, Al-Wajiiz fii Aqiidatis Salafis Shaalih (Ahlis Sunnah wal Jama'ah), atau Intisari Aqidah Ahlus Sunah wal Jama'ah), terj. Farid bin Muhammad Bathathy(Pustaka Imam Syafi'i, cet.I), hlm. 33-35.

Page 11: Pengertian Pendidikan Agama Islam menurut berbagai pakar

AKHLAK1. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP AKI-ILAKSebagaimana telak kita ketahui bahwa komponen (utama) agama Islam adalah akidah, syari'ahdan akhlak. Penggolongan itu didasarkan pada penjelasan Nabi Muhammad kepada Malaikat Jibril didepan para sahabatnya mengenai arti Islam, Iman dan Ihsan yang ditanyakan Jibril kepada Beliau.Intinya hampir sama dengan isi yang dikandung oleh perkataan akidah, syan`”ah dan akhlak. Perkataanihsan (tersebut di atas) berasal dari kata ahsana-yuhsinu-ihsanan yang berarti berbuat baik.Di dalam Al~Qur ' an terdapat kata ihsan yang artinya berbuat kebajikan atau kebaikan (antara lainpada surat an-Nahl (16) ayat 90) dan kebaikan ( pada surat ar-Rahman (55) ayat 60). Baik kebajikanmaupun kebaikan rapat hubungamrya dengan akhlakKata akhlaq (kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi akhlak) berasal dari kata khilqun, yangmengandung segi-segi persesuaian kata khaliq dan makhluq.Dari sinilah asal perumusan ilmu akhlak yang merupakan koleksi ugeran yang memungkinkantimbulnya hubtmgan yang baik antara makhluk dan Khalik serta antara makhluk dengan makhluk lain.Menurut definisi yang dikemukakan oleh Al-Ghazali, akhlak adalah; suatu sifat yang tertanamdalam jiwa (manusia) yang dapat melahirkan suatu perbuatan yang mudah dilakukan, tanpa telalu banyakpertimbangan dan pemikiran yang larna.Maka jika sifat tersebut melahirkan suatu perbuatan atau tindakan yang terpuji menurut ketentuanakal dan norma agama, dinamakan akhlak yang baik. Tetapi manakala ia melahirkan perbuatan yangjahat, maka dinamakan akhlak yang buruk. (Mahyudin; 1991 15)Kata dalam bahasa Indonesia yang lebih mendekati maknanya dengan akhlak adalah budi pekerti.Baik budi pekerti maupun akhlak mengandung makna yang ideal, tergantung pada palaksanaan ataupenerapannya melalu tingkah laku yang mungkin positif, mungkin negatif, mungkin baik mungkinburuk.Yang termasuk ke dalam pengertian positif adalah segala tingkah laku, tabiat, watak dan perangaiyang sifatnya benar, amanah, sabar, pemaaf, rendah hati dan lain-lain sifat yang baik.Sedang yang termasuk pengertian akhlak atau budi pekerti yang buruk adalah semua tingkahlaku, perangai, watak sombong, dendam, dengki, kianat, dan lain-lain sifat yang buruk. Yang menentukanapakah suatu perbuatan itu baik apa buruk adalah nilai dan norma agama, dan katakan bahwa al-haqdatangnya dari Tuhamnu.Suatu perbuatan baru dapat disebut sebagai cerminan akhlak, jika memenuhi syarat berikut ini;1. Dilakukan berulang-ulang sehingga hampir menjadi suatu kebiasaan

Page 12: Pengertian Pendidikan Agama Islam menurut berbagai pakar

Pendidikan Agama Islam 7 5

Page 22. Timbul dengan sendirinya, tanpa pertimbangan yang lama dan dipikir-pikir terlebih dahulu.Akhlak menempati posisi yang sangat penting dalam Islam. Ia dengan takwa, yang akan dibicarakannanti, merupakan “buah” pohon Islam yang berakarkan akidah, bercabang dan berdaun syari'ah.Pentingnya kedudukan akhlak, dapat dilihat dari berbagai sunnah qauliyah (sumah dalam bentukperkataan) Rasulullah. Diantaranya adalah ;

( ..wi aj) )“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak ” (HR. Ahmad)“Mukmin yang paling sempurna imanya adalah orang yang paling baik akhlaknya ” U-I.R. Tannizi).Dan, akhlak nabi Muhamad, yang diutus menyempumakan akhlak manusia itu, disebut akhlakIslam atau akhlak Islami, karena bersumber dari wahtu Allah yang kini terdapat dari Al-Qur”an yangmenjadi sumber utama agama dan ajaran Islam.Di kalangan umat Islam masalah yang penting ini sering kurang digambarkan secara baik benarkalau dibandingkan dengan penggambaran tentang syari'at, terutama yang berhubungan dengan shalat;sehingga, akibatnya, karena tidak mengenal butir-butir akhlak agama Islam, dalam praktek, tingkahlaku kebanyakan orang Islam tidak sesuai dengan akhlak Islami yang disebut di dalam Al-Qur'an dandicontohkan oleh Nabi Muhamad dalam kehidupan beliau sehari-hari.Suri teladan yang diberikan Rasulullah selama hidup beliau merupakan contoh akhlak yangtercantum dalam Al-Qur”an. Butir-butir akhlak yang baik yang disebut dalam berbagai ayat yang tersebardidalam al-Qur°an terdapat juga dalam Al-Hadits yang memuat perkataan, tindakan dan sikap diamNabi Muhammad selama kerasulan beliau 13 tahun di Mekkah dan 10 tahun di Madinah.Menurut Siti Aisyah (salah satu Isteri Rasulullah), yang banyak sekali meriwayatkan sunnahRasulullah, akhlak Nabi Muhammad adalah (seluruh) isi Al-Qur 'an. Dan di dalam Al-Qur°an punRasulullah dipuji oleh Allah dengan Firman-Nya :“Dan engkau Muhammad, sungguh memiliki akhlak yang agung.” (QS. Al-Qalam: 4)Umat Islam seharusnya bersyukur karena Allah telah mengutus seorang insan kamil (manusiasempuma) kedunia ini untuk diteladani. Sayang sekali, manusia yang sesungguhnya wajib menjadiidola kaum muslimin dan muslimat itu (seperti) kurang dikenal oleh ummat Islam sendiri karena tidakmempelajari sejarah hidup Rasulullah secara sistematis, dan benar.Dahulu, juga sekarang, pada bulan Rabi'ul awal diadakan han' lahir Nabi Muhammad, yang disebutmaulid Nabi tidak lagi dibarengi hidangan yang enak-enak, tetapi dengan acara khusus menjelaskan

Page 13: Pengertian Pendidikan Agama Islam menurut berbagai pakar

riwayat hidup Nabi Muhammad dalam berbagai aspeknya, terutama aspek akhlak yang seyogyanya diteladani oleh umat Islam baik dia muslim maupun muslimat. Dimasa lampau peringatan maulid NabiMuhammad yang semula dimaksud untuk menghormati dan mencontoh akhlaknya, dilakukan kampung-76 Pendidikan Agama Islam

Page 3kampung dengan suatu dengan suatu upacara khusus yang di akhiri dengan makan bersama menikmatimakanan sumbangan masyarakat bersangkutan di tempat.Dahulu, peringatan maulid Nabi Muhammad diselenggarakan dengan membaca kitab barzanjiyang di tulis dalam bahasa Arab yang tidak di ketahui artinya oleh pendengar. Oleh karena keadaanyademikian, pada suatu ketika, pemah, perayaan maulid Nabi Muhammad dinyatakan tidak ada gunanyadiselenggarakan. Sebabnya adalah karena akhlak Rasulullah mengenai berbagai bidang hidup dankehidupan manusia, tidak di tampilkan dalam acara tersebut.Sesungguhnya peringatan maulid Nabi Muhamrnad, baik di adakan, asal dalam setiap upacara ditampilkan, sekurang-kurangnya, secara umum akhlak beliau yang perlu di cuntoh, diteladani umat Isalarn.Akhlak adalah sikap yang melahirkan perbuatan dan tingkah laku manuisia. Karena, itu, selaindengan akidah, akhlak tidak dapat dipisahkan dengan syari”ah. Syari°ah mempunyai lima kategoripemilaian tentang perbuatan dan tingkah laku manusia, disebut al-ahkam al-khamsah seperti yang telahdi uraikan di muka. Kategori penilaian itu tidak hanya wajib dan haram, tetapi juga sunnat, makruh danmubah serta j a” iz. Wajib dan haram, tennasuk kategori hukum (duniawi) terutama, sedang sunnat, makruhdan mubah termasuk dalam kategori kesusilaan atau akhlak.Sunnat dan makruh tennasuk ke dalam kategori kesusilaan umum atau kesusilaan masyarakatsedang mubah atau ja'iz termasuk dalam kategori kesusilaan atau akhlak pribadi. Ini kentara benarkalau dihubungkan dengan ihsan dalam melakukan ibadah. Ihsan, dalam beribadat, adalah melakukanshalat, misalnya dengan baik dan khusuk (sungguh-sungguh, penuh penyerahan dan kebulatan hati,dengan kerendahan hati) seolah-olah yang melakukan shalat itu sedang melihat atau berhadapan langsungdengan Allah. Kalau tidak dapat membayangkan melihat Allah, kata Hadits Nabi yang berasal dariUmar bin Khattab itu, sekurang-kurangnya yang bersangkutan merasakan Allah melihat dia.Karena syari”ah atau hukum Islam mencakup segenap aktivitas manusia, maka ruang lingkup

Page 14: Pengertian Pendidikan Agama Islam menurut berbagai pakar

akhlak pun dalam Islam meliputi semua aktivitas manusia dalam segala bidang hidup dan kehidupan.Dalam garis besamya, seperti telah disebut di depan, akhlak dibagi dua pertama adalah akhlakterhadap Allah atau Khalik (pencipta), yang kedua adalah akhlak terhadap makhluk (semua ciptaanAllah).Akhlak terhadap Allah dijelaskan dan dikembangkan oleh Ilrnu Tasawuf dan tarikat-tarikat, sedangakhlak terhadap makhluk dijelaskan oleh ilmu akhlak, (dalam bahasa asing disebut ethics). Ilmu akhlak,dilihat dari sudut etimologi ialah upaya untuk mengenal budi pekerti, tingkah laku, atau tabi°at seorangsesuai dengan sensasinya.Dipandang dari terminologi, ilmu akhlak adalah ilmu yang menentukan batas baik dan buruk,antara yang terpuji dengan yang tercela tentang perkataan dan perbuatan manusia lahir dan batin (AsmaranAS, 1994 : 4,5).Akhlak terhadap makhluk, dapat dibagi dua yaitu ;(1) akhlak terhadap manusia dan(2) akhlak terhadap bukan manusia.Akhlak terhadap manusia dibagi lagi menjadiPendidikan Agama Islam 77

Page 4(a) akhlak terhadap diri sendiri sedang(b) akhlak terhadap orang lain dapat disebut misalnya akhlak terhadap Rasulullah, akhlak terhadaporang tua, akhlak karib terhadap kerabat, akhlak terhadap tetangga, akhlak terhadapmasyarakat.Akhlak terhadap bukan manusia dapat dipecah lagi menjadi;(i) akhlak terhadap makhluk hidup bukan manusia, misahiya akhlak terhadap tumbuh-tumbuhan(flora) dan hewan (fauna), dan(ii) akhlak terhadap makhluk (mati) bukan manusia, misalnya akhlak terhadap tanah, air, udaradan sebagainya. Akhlak terhadap manusia dan bukan manusia, kini disebut akhlak terhadaplingkungan hidup. Butir-butir masing-masing akhlak ini akan disebutkan di bawah.2. PERBANDINGAN UKURAN BAIK BURUK DALAM AKHLAK DENGAN ALIRANDALAM FILSAFAT ETIKASelain dengan kata-kata tersebut dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989), perkataan akhlaksering juga disamakan dengan kesusilaan, atau sopan santun. Bahkan, supaya kedengarannya lebih “mod-em” dan “mendunia', perkataan akhlak, budi pekerti dan lain-lain itu, kini sering diganti dengan katamoral atau etika. Penggantian itu sah-sah saja dilakukan, asal saja orang mengetahui dan memahamiperbedaan arti kata-kata dimaksud.Perkataan moral berasal dari bahasa Latin mores, jamak kata mos yang berarti adat kebiasaan.

Page 15: Pengertian Pendidikan Agama Islam menurut berbagai pakar

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tersebut di atas, moral artinya ajaran tentang baik buruk yangditerima umum mengenai perbuatan , sikap, kewajiban, budi pekerti, akhlak.Moral adalah istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas suatu sifat, perangai, kehendak,pendapat atau perbuatan yang layak dikatakan benar, salah, baik, buruk. Dimasukkannya penilaian benaratau salah ke dalam moral, jelas menunjukkan salah satu perbedaan moral dengan akhlak, sebab salahbenar adalah penilaian dipandang dari sudut hukum yang di dalam agama Islam tidak dapat diceraipisahkan dengan akhlak, seperti telah disinggung di atas.Dalam Ensiklopedi Pendidikan (1976) Sugarda Poerbakawatja menyebutkan, sesuai dengan maknaaslinya dalam bahasa Latin (mos), adat istiadat menjadi dasar untuk menentukan apakah perbuatanseseoran baik atau buruk. Oleh karena itu pula untuk mengukur tingkah laku manusia, baik atau buruk,dapat dilihat apakah perbuatan itu sesuai dengan adat istiadat yang umum diterima kesatuan sosial ataulingkungan tertentu.Karena demikian halnya, maka dapat dikatakan, baik atau buruk suatu perbuatan secara moral,bersifat lokal (Asmaran AS, 1994 : 9).Perkataan etika berasal dari bahasa Yunani ethos yang berarti kebiasaan. Yang dimaksud adalahkebiasaan baik atau kebiasaan buruk. Dalam kepustakaan, umumnya, kata etika diartikan sebagai ilrnu.Makna etika dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, misalnya, adalah ilmu tentang apa yang baik danapa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral atau akhlak.Di dalam Ensiklopedi Pendidikan tersebut di atas diterangkan bahwa etika adalah filsafat tentang73 Pendidikan Agama Islam

Page 5nilai, kesusilaan tentang baik dan buruk. Kecuali mempelajari nilai-nilai, etika merupakan pengetahuantentang nilai~nilai itu sendiri.Sebagai cabang filsafat yang mempelajari tingkah laku manusia untuk menentukan nilai perbuatanbaik atau buruk, ukuran yang dipergunakannya adalah akal pikiran. Akallah yang menentukan apakahperbuatan manusia itu baik atau buruk. Kalau moral dan etika diperbandingkan, moral lebih bersifatpraktis, sedang etika bersifat teoritis. Moral bersifat lokal, etika bersifat umum (regional).Sebelum membandingkan akhlak dengan moral dan etika, tidak ada salahnya kalau disebut jugapadanan lain akhlak yaitu kesusilaan. Kesusilaan berasal dari kata susila yang mendapat awalan ke dan

Page 16: Pengertian Pendidikan Agama Islam menurut berbagai pakar

akhiran an. Susila dalam bahasa Sansekerta terdiri dari su dan sila. Su artinya baik atau bagus dan silaberarti sikap, dasar, peraturan hidup atau nonna.Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kesusilaan artinya perihal susila (beradab, sopan, tertib),berkenaan dengan adab (kesopanan, kehalusan dan kebaikan budi pekerti) dan sopan santun, sesuaidengan norma-nonna tata susila (Asmaran AS 1994: 10), menurut kebiasaan di suatu tempat pada suatumasa.Akhlak Islami berbeda dengan moral dan etika. Perbedaannya dapat dilihat terutama dari sumberyang menentukan mana yang baik mana yang buruk.Yang baik menurut akhlak adalah segala sesuatu yang berguna, yang sesuai dengan nilai dannorma agama; nilai serta norma yang terdapat dalam masyarakat, bermanfaat bagi diri sendiri dan oranglain.Yang buruk adalah segala sesuatu yang tidak berguna, tidak sesuai dengan nilai dan nonna agamaserta nilai dan nonna masyarakat, merugikan masyarakat dan diri sendiri. Yang menetukan baik atauburuk suatu sikap (akhlak) yang melahirkan perilaku atau perbuatan manusia, di dalam agama danajaran Islam adalah Al-Qur'an yang dijelaskan dan dikembangkan oleh Rasulullah dengan sunnah beliauyang kini dapat dibaca dalam kitab-kitab hadis.Yang menentukan perbuatan baik atau buruk dalam moral dan etika adalah adat-istiadat dan pikiranmanusia dalam masyarakat pada suatu tempat di suatu masa.Oleh karena itu, dipandang dari sumbemya, akhlak Islami bersifat tetap dan berlaku untuk selama-selamanya, sedang moral dan etika berlaku selama masa tertentu di suatu tempat tertentu.Konsekuensinya, akhlak Islam bersifat mutlak, sedang moral dan etika bersifat relatif (nisbi).Perbedaan pengertian ini harus dipahami supaya kita dapat membedakan sifat dan isi akhlak, moral danetika, walupun dalam masyarakat ketiga istilah itu disinonim dan dipakai silih berganti untukmenunjukkan sesuatu yang baik atau buruk, kendatipun istilah akhlak, tampaknya, makin lama makinterdesak.3. IIVIPLEMENTASI AKI-ILAK DALAM KEHIDUPAN BERSAMA.Butir-butir akhlak di dalam Al-Qur°an dan Al-Hadits bertebaran laksana gugusan bintang-bintangdi langit. Karena banyaknya tidak semua dicatat di ruang ini. Lagi pula, selain satu butir dapat dilihatdari berbagai segi juga mempunyai kaitan bahkan persamaan dengan takwa. Dalam ruangan ini, karenaitu, hanya dicantumkan beberapa saja sebagai contoh.Pendidikan Agama Islam 79

Page 17: Pengertian Pendidikan Agama Islam menurut berbagai pakar

Page 6l. Akhlak terhadap Allah (Khalik) antara lain adalah:a. Al-Hubb, yaitu mencintai Allah melebihi cinta kepada apa dan siapapun juga denganmempergunakan firman-Nya dalam Al-Qur'an sebagai pedoman hidup dan kehidupan;Kecintaan kita kepada Allah diwujudkan dengan cara melaksanakan segala perintah danmenjauhi segala larangan-Nya;b. AI-Raja, yaitu mengharapkan karunia dan berusaha memperoleh keridaan Allah;c. As-Syukr; yaitu mensyukuri nikmat dan kanmia Allah;d. Qana'ah; yaitu menerima dengan ikhlas semua kada dan kadar Ilahi setelah berikhtiarmaksimal (sebanyak-banyaknya, hingga batas te1tinggi);e. Memohon ampun hanya kepada Allah;/T At-Taubat; bertaubat hanya kepada Allah. Taubat yang paling tinggi adalah taubat nasuhayaitu taubat benar-benar taubat, tidak lagi melakukan perbuatan sama yang dilarang Allah,dan dengan tertib melaksanakan semua perintah dan menjauhi segala larangan-Nya;g. Tawakkal (berserah diri) kepada Allah.2. Akhlak terhadap Makhluk, dibagi dua:I.Akhlak terhadap Manusia, dapat dirinci menjadi:(1). Akhlak terhadap Rasulullah (Nabi Muhammad), antara lain:a. Mencintai Rasulullah secara tulus dengan mengikuti semua sunnahnya;b. Menjadikan Rasulullah sebagai idola, suri teladan dalam hidup dan kehidupan;c. Menjalankan apa yang disuruh-Nya, tidak melakukan apa yang dilarang-Nya.(2). Akhlak terhadap Orang tua (birrul walidain), antara lain:a. Mencintai mereka melebihi cinta kepada kerabat lainnya.b. Merendahkan diri kepada keduanya diiringi perasaan kasih sayang.c. Berkomunikasi dengan orang tua dengan khidmat, mempergunakan kata-kata lemah lembut.d. Berbuat baik kepada ibu-bapak dengan sebaik-baiknya, dengan mengikuti nasehat baiknya,tidak menyinggung perasaan dan menyakiti hatinya, membuat ibu-bapak ridhae. Mendo'akan keselamatan dan keampunan bagi mereka kendatipun seorang atau kedua-duanyatelah meninggal dunia.(3) Akhlak terhadap Diri Sendiri, antara lain:a. Memelihara kesucian diri.b. Menutup aurat (bagian tubuh yang tidak boleh kelihatan, menurut hukum dan akhlak Islam).c. Jujur dalam perkataan dan berbuat Ikhlas dan rendah hati.d. Malu melakukan perbuatanjahat.e. Menjauhi dengki dan menjauhi dendam.f. Berlaku adil terhadap diri sendiri dan orang lain.g. Menj auhi segala perkataan dan perbuatan sia-sia.80 Pendidikan Agama Islam

Page 7(4.) Akhlak terhadap Keluarga, Karib Kerabat, antara lain:a. Saling membina rasa cinta dan kasih sayang dalam kehidupan keluarga.b. Saling menunaikan kewajiban untuk memperoleh hak.c. Berbakti kepada ibu-bapak.d. Mendidik anak-anak dengan kasih sayang.e. Memelihara hubungan silahturrahim dan melanjutkan silaturrahmi yang dibina orang tua yang

Page 18: Pengertian Pendidikan Agama Islam menurut berbagai pakar

telah meninggal dunia.(5). Akhlak terhadap Tetangga, antara lain:a. Saling mengunjungi.b. Saling bantu di waktu senang lebih-lebih tatkala susah.c. Saling beri-memberi, saling hormat-menghormati.d. Saling menghindari pertengkaran dan permusuhan.(6). Akhlak terhadap Masyarakat, antara lain:a. Memuliakan tamu.b. Menghormati nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat bersangkutan.c. Saling menolong dalam melakukan kebajikan dan takwa.d. Menganjurkan anggota masyarakat termasuk diri sendiri berbuat baik dan mencegah diri sendiridan orang lain melakukan perbuatan jahat (mungkar).e. Memberi makan fakir miskin dan berusaha melapangkan hidup dan kehidupamrya.f. Berrnusyawarah dalam segala urusan mengenai kepentingan bersama.g. Mentaati putusan yang telah diambil.h. Menunaikan amanah dengan jalan melaksanakan kepercayaan yang diberikan seseorang ataumasyarakat kepada kita.i. Menepati janji.II. Akhlak terhadap Bukan Manusia (Lingkungan Hidup) antara lain:a. Sadar dan memelihara kelestarian lingkungan hidup.b. Menjaga dan memanfaatkan alam terutama hewani dan nabati, fauna dan flora (hewan dantumbuh-turnbuhan) yang sengaja diciptakan Tuhan untuk kepentingan manusia dan makhluklainnya.c. Sayang pada sesama makhluk.(Mohammad Daud Ali; 1997: 458)Butir butir di atas merupakan akhlak yang baik. Ulama Akhlak menyatakan bahwa akhlak yangbaik merupakan sifat para Nabi dan orang-orang shiddiq. Sedangkan akhlak yang buruk merupakansifat syaitan dan orang-orang tercela. Dengan demikian akhlak terbagi menjadi dua jenis, yaitu;~ Akhlak baik atau terpuji (Akhlaqul Mahmudah), yakni perbuatan baik terhadap Tuhan (al-Khaliq),terhadap sesama manusia dan makhluk lainnya sebagaimana diuraikan pada butir-butir akhlakdi atas, dan~ Akhlak yang tercela (Akhlaqul Madzmumah) yakni, perbuatan buruk terhadap Tuhan (Al-Khaliq),perbuatan buruk dengan sesama manusia dan makhluk yang laimiya. (mahyuddin; 1991: 9)Pendidikan Agama Islam 31

Page 8Berikut akan diuraikan secara singkat mengenai akhlak yang buruk:Akhlak buruk terhadap Allah:a. Takabbur (Al-Kibru) yaitu sikap yang menyombongkan diri, sehingga tidak mau mengakuikekuasaan Allah di alam ini, tennasuk mengingkari nikmat Allah yang ada padanya.b. Musyrik (A I-Syirk) yaitu sikap yang mempersekutukan Allah dengan makhluk-Nya, dengan

Page 19: Pengertian Pendidikan Agama Islam menurut berbagai pakar

cara menganggapnya bahwa ada suatu makhluk yang menyamai kekuasaan-Nya.c. Murtad (Ar-Riddah) yaitu sikap yang meninggalkan atau keluar dari agama Islam, untuk menjadikafir.d Munafiq (An-Nifaaq) yaitu suatu sikap yang menampilkan dirinya bertentangan dengan kemauanhatinya dalam kehidupan beragama.e. Riya' (Ar-Riyaa ') yaitu suatu sikap yang selalu menunjuk-nunjukkan perbuatan baik yangdilakukannya. Maka ia berbuat bukan karena Allah melainkan hanya ingin dipuji oleh sesamamanusia. Jadi perbuatan ini, kebalikan dari sikap ikhlas.ff Boros atau Beifoya-foya (Al-Israaj) yaitu perbuatan yang selalu melarnpui batas-batas ketentuanagama. Tuhan melarang berrsikap boros, karena hal itu dapat melakukan dosa terhadap-Nya,merusak perekonomian manusia, merusak hubungan sosial, serta merusak diri sendiri.g. Rakus atau Tamak (Al-Hirshu atau Ath-Thama 'u) yaitu suatu sikap yang tidak pemah merasacukup, sehingga selalu ingin menambah apa yang seharusnya ia miliki, tanpa memperhatikanhak-hak orang lain. Hal ini, termasuk kebalikan dari rasa cukup (Al-Qanaa 'ah) dan merupakanakhlaq buruk terhadap Allah, karena melanggar ketentuan larangan-Nya.Akhlak Buruk terhadap Manusia ; antara lain:a. Mudah Marah (Al-Ghadhab) yaitu kondisi emosi seseorang yang tidak dapat ditahan olehkesadarannya, sehingga menonjolkan sikap dan perilaku yang tidak menyenangkan orang lain.b. Iri-hati atau Dengki (Al-Hasadu atau Al-Hiqdu) yaitu sikap kejiwaan seseorang yang selalumenginginkan agar kenikmatan dan kebahagiaan hidup orang lain bisa hilang sama sekali.c. Mengadu-adu (An-Namiimah) yaitu perilaku yang suka memindahkan perkataanseseorang kepada orang lain, dengan maksud agar hubungan sosial keduanya rusak.d. Mengumpat (Al-Ghiibah) yaitu suatu perilaku yang suka membicarakan keburukan seseorangkepada orang lain.e. Bersikap Congkak (Al-Ash 'aru) yaitu sikap dan perilaku yang menampilkan kesombongan;baik dilihat dari tingkah lakunya, maupun perkataannya.ff Sikap Kikir (Al-Bukhlu) yaitu suatu sikap yang tidak mau memberikan nilai materi dan jasakepada orang lain.g. BerbuatAniaya (Azh-Zhulmu) yaitu suatu perbuatan yang merugikan orang lain; baik kerugianmatriil maupun non-matriil. Dan ada juga yang mengatakan, bahwa seseorang yang mengambilhak-hak orang lain, termasuk perbuatan dzalim (menganiaya). (Mahyuddin; 1991 : 26-32)Pendidikan Agama Islam

Page 9Penggolongan sikap manusia dalam butir-butir akhlak tersebut di atas sebenamya merupakansebagian aplikasi dari kata taqwa, yaitu melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Untuklebih memperluasnya pengertian taqwa, berikut ini akan diuraikan mengenai taqwa .

Page 20: Pengertian Pendidikan Agama Islam menurut berbagai pakar

Aqidah adalah ilmu yang mengajarkan manusia mengenai kepercayaan yang pasti wajib dimiliki oleh setiap orang di dunia. Alquran mengajarkan akidah tauhid kepada kita yaitu menanamkan keyakinan terhadap Allah SWT yang satu yang tidak pernah tidur dan tidak beranak-pinak. Percaya kepada Allah SWT adalah salah satu butir rukun iman yang pertama. Orang yang tidak percaya terhadap rukun iman disebut sebagai orang-orang kafir.

Akhlak adalah perilaku yang dimiliki oleh manusia, baik akhlak yang terpuji atau akhlakul karimah maupun yang tercela atau akhlakul madzmumah. Allah SWT mengutus Nabi Muhammd SAW tidak lain dan tidak bukan adalah untuk memperbaiki akhlaq. Setiap manusia harus mengikuti apa yang diperintahkanNya dan menjauhi laranganNya.Akidah adalah gudang akhlak yang kokoh. Ia mampu menciptakan kesadaran diri bagi manusia untuk berpegang teguh kepada norma dan nilai-nilai akhlak yang luhur. Akan tetapi sebaliknya, akidah-akidah hasil rekayasa manusia berjalan sesuai dengan langkah hawa nafsu manusia dan menanamkan akar-akar egoisme dalam sanubarinya. Akhlak mendapatkan perhatian istimewa dalam akidah Islam. Rasulullah saww bersabda:

�ت� �ع�ث �مdم� ب �ت �ار�م� �أل �ق� م�ك �خ�ال �أل ا(Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia).Dalam hadis lain beliau bersabda: “Akhlak yang mulia adalah setengah dari agama”. Salah seorang sahabat bertanya kepada belaiu: “Anugerah apakah yang paling utama yang diberikan kepada seorang muslim?” Beliau menjawab: “Akhlak yang mulia”.

Islam menggabungkan antara agama yang hak dan akhlak. Menurut teori ini, agama menganjurkan setiap individu untuk berakhlak mulia dan menjadikannya sebagai kewajiban (taklif) di atas pundaknya yang dapat mendatangkan pahala atau siksa baginya. Atas dasar ini, agama tidak mengutarakan wejangan-wejangan akhlaknya semata tanpa dibebani oleh rasa tanggung jawab. Bahkan agama menganggap akhlak sebagai penyempurna ajaran-ajarannya. Karena agama tersusun dari keyakinan (akidah) dan perilaku. Dan akhlak mencerminkan sisi perilaku tersebut.Imam Baqir a.s. berkata:

�ن� �م�ل� إ ك� �ن� أ �ي �م�ؤ�م�ن mا ال �م�ان �ي �ه�م� إ ن �ح�س� �قmا أ ل خ�

(Mukminin yang paling sempurna imannya adalah yang paling mulia akhlaknya).Seseorang datang kepada Rasulullah saww dari arah muka dan bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah agama itu?” Rasulullah saww menjawab: ”Akhlak yang mulai”. Kemudian laki-laki itu mendatangi beliau dari arah kiri dan bertanya: “Apakah agama itu?” Beliau menjawab: “Akhlak yang mulia”. Lalu laki-laki itu mendatangi beliau dari arah kanan dan bertanya: “Apakah agama itu?” “Akhlak yang mulia”, jawab beliau untuk yang ketiga kalinya. Akhirnya lali-laki itu mendatangi beliau dari arah belakang dan bertanya: “Apakah agama itu?” Rasulullah saww menoleh kepadanya dan bersabda: “Apakah kau tidak memahami agama? Agama adalah hendaknya engkau jangan suka marah”.Amirul Mukminin a.s. berkata:

�و�ان� �ف�ة� ع�ن ي �م�ؤ�م�ن� ص�ح� �ق�ه� ح�س�ن� ال ل خ�(Sifat utama seorang mukmin adalah kemuliaan akhlaknya).

Page 21: Pengertian Pendidikan Agama Islam menurut berbagai pakar

Allamah Thabathaba’i menulis: “Akhlak tidak akan dapat membahagiakan sebuah masyarakat dan mengarahkan manusia untuk memperbaiki amalnya kecuali jika akhlak itu bersandar kepada tauhid. Yaitu keyakinan bahwa alam semesta, termasuk manusia memiliki Tuhan Yang Esa dan abadi yang segala sesuatu tidak tersembunyi dari ilmu-Nya dan tidak ada kekuatan lain yang dapat menundukkan kekuasaan-Nya. Ia mencipatakan segala sesuatu dengan aturan yang terbaik, tidak karena Ia butuh kepadanya. Ia akan membangkitkan mereka kembali dan menghisabnya. Setelah itu, Ia akan memberikan pahala kepada orang yang berbuat baik karena perbuatan baik (yang pernah ia kerjakan di dunia) dan menyiksa orang yang berbuat jelek karena kejelekan (yang pernah perbuat di dunia). Kemudian mereka akan kekal dalam nikmat atau siksa.Dan jelas, jika akhlak berlandaskan kepada akidah semacam ini, maka tugas manusia hanyalah mengharapkan keridlaan Allah dalam segala tingkah lakunya. Taqwa adalah faktor penolak internal bagi manusia dari mengerjakan dosa. Seandainya akhlak tidak bersandarkan kepada akidah ini (akidah tauhid), niscaya tujuan utama manusia dalam setiap tingkah lakunya adalah berfoya-foya dengan kenikmatan dunia yang fana dan tenggelam dalam lautan kehidupan materi.Akidah-akidah yang memiliki paham Atheisme dengan persepsinya yang memusnahkan rasa ketergantungan manusia kepada Penciptanya yang maha sempurna dan rasa bertanggungjawab kepada-Nya, sebenarnya akidah-akidah tersebut telah memusnahkan satu sumber utama nilai-nilai akhlak (dalam kehidupan manusia), dan ia tidak akan mampu menemukan sumber lain sekuat sumber itu sebagai gantinya.Akhlak adalah satu kebutuhan vital masyarakat. Akhlak adalah pengaman dari berkobarnya api kejahatan yang sudah lama tersimpan dalam diri manusia. Atas dasar ini, membangun sebuah masyarakat tanpa didukung oleh tuntunan-tuntunan akhlak bagaikan membangun sebuah bangunan di atas tumpukan pasir.Amirul Mukminin a.s. berkata:

�و� �ا ل �ن � ك ج�و� ال �ر� �ةm ن ن � ج� ى و�ال �خ�ش� ا ن mار� � ن mا و�ال �و�اب � ث mا، و�ال �ان� ع�ق�اب �ك �غ�ي� ل �ب �ن �ا ي �ن �ن� ل �ط�ل�ب� أ �ار�م� ن ، م�ك �ق� �خ�ال �أل �ه�ا ا �ن م�م�ا ف�إ �د�ل �ل� ع�ل�ى ت �ي ب �ج�اح� س� الن

(Apabila kita tidak mengharap surga dan tidak takut neraka, dan tidak mengharap pahala dan siksa, maka sepatutnya kita mencari akhlak yang mulia. Karena akhlak mulia dapat menunjukkan kepada kita jalan keselamatan).

Metode Akidah dalam Membentuk Manusia Berakhlak

Akhlak memperoleh perhatian khusus dalam ajaran-ajaran akidah Islam. Dengan ini, dalam usaha membentuk manusia berakhlak mulia dan terselamatkan dari dekadensi moral, akidah mengikuti metode-metode yang beraneka ragam demi mencapai hal itu. Metode-metode tersebut antara lain:1. Menjanjikan Pahala Ukhrawi bagi Orang yang Berakhlak Mulia.Akidah menjanjikan pahala yang besar dan derajat yang tinggi di akhirat kelak bagi orang yang berakhlak mulia, dan siksa yang pedih bagi orang yang berakhlak tidak terpuji dan menyembah hawa nafsunya. Rasulullah saww bersabda:

�ن� �د� إ �ع�ب �غ� ال �ل �ب �ي ن� ل �ح�س� �ق�ه� ب ل �م� خ� ج�ات� ع�ظ�ي ة� د�ر� �آلخ�ر� ر�ف� ا �از�ل� و�ش� �م�ن �ه� ال �ن �ف� و�إ �اد�ة� ل�ض�ع�ي �ع�ب ال(Seorang hamba dengan akhlaknya yang mulia bisa mencapai derajat akhirat yang agung dan tempat yang mulia kendatipun sedikit ibadahnya).

Page 22: Pengertian Pendidikan Agama Islam menurut berbagai pakar

Dalam hadis yang lain beliau bersabda: �ن� �خ�ل�ق� ح�س�ن� إ �غ� ال �ل �ب ج�ة� ي � د�ر� �م � الص�ائ �م �ق�ائ ال

(Orang yang berakhlak terpuji dapat menyamai derajat orang yang berpuasa dan shalat malam).Beliau berwasiat kepada Bani Abdul Muthalib:

�ا �ي ي �ن ، ع�بد� ب �م�ط�ل�ب� وا ال �ف�ش� �م� أ ال �وا الس� ح�ام� و�ص�ل ر�� �أل �ط�ع�م�وا ا �وا الط�ع�ام� و�أ ب dـ �م� و�ط�ي �ال �ك �وا ال ل �د�خ� �ة� ت ن �ج� � ال �م ال �س� ب

(Wahai Bani Abdul Muthalib, sebarkanlah salam, sambunglah tali kekerabatan, berilah makan (kepada orang-orang fakir) dan bertutur katalah yang baik, niscaya kalian akan masuk surga dengan selamat).

Beliau juga bersabda: �ن� �خ�ل�ق� إ ن� ال �ح�س� �ث� ال �م�ي �ة� ي �ئ �خ�ط�ي �م�ا ال �ث� ك �م�ي م�س� ت �د� الش� �ي ل �ج� ال

(Akhlak yang terpuji dapat mencairkan kejelekan sebagaimana matahari mencairkan es). Imam Ash-Shadiq a.s. juga berkata: “Sesungguhnya Allah SWT akan memberikan pahala kepada hambanya karena akhlaknya yang terpuji seperti Ia memberi pahala kepada seorang mujahid di jalan Allah”.Menjelaskan Efek-efek Duniawi Akhlak.Seseorang yang berakhlak terpuji akan mampu beradaptasi dengan sesamanya, hidup bahagia, tentram dan melangkah dengan mantap. Adapun orang yang tidak memiliki nilai dan prinsip-prinsip moral, ia akan jatuh dalam jurang kegelapan, hidup dalam kecemasan dan kebingungan sehingga dirinya tersiksa, tidak disenangi oleh sesamanya dan akhirnya akan terjerumus ke dalam jurang kesesatan yang tidak memiliki akibat yang terpuji.Rasulullah saww bersabda:

ن� �خ�ل�ق� ح�س� dت� ال �ب �ث �م�و�د�ة� ي ال(Akhlak yang terpuji dapat melanggengkan kecintaan).Imam Ali a.s. berkata: ع�ة� و�ف�ي ... �ق� س� �خ�ال �أل �و�ز� ا �ن اق� ك ز� ر�

� �أل ا(...Dan dalam akhlak yang mulia tersembunyi simpanan-simpanan rizki). Imam Ash-Shadiq a.s. berkata:

�ن� �ت� و�إ ئ �ن� ش� م� أ �ر� �ك ، ت �ن� ف�ل�ن� �ت� و�إ ئ �ن� ش� �ه�ان� أ ن� ت ف�اخ�ش�(Jika engkau ingin dihormati, maka berlemah lembutlah dan jika kau ingin dihina, maka bersikaplah kasar).

Page 23: Pengertian Pendidikan Agama Islam menurut berbagai pakar

IBADAH

Memahami tauhid tanpa memahami konsep ibadah adalah mustahil. Oleh karena itu mengetahuinya adalah sebuah keniscayaan. Penulis syarah Al-Wajibat menjelaskan, “Ibadah secara bahasa berarti perendahan diri, ketundukan dan kepatuhan.” (Tanbihaat Mukhtasharah, hal. 28).

Adapun secara istilah syari’at, para ulama memberikan beberapa definisi yang beraneka ragam. Di antara definisi terbaik dan terlengkap adalah yang disampaikan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Beliau rahimahullah mengatakan, “Ibadah adalah suatu istilah yang mencakup segala sesuatu yang dicintai Allah dan diridhai-Nya, baik berupa perkataan maupun perbuatan, yang tersembunyi (batin) maupun yang nampak (lahir). Maka shalat, zakat, puasa, haji, berbicara jujur, menunaikan amanah, berbakti kepada kedua orang tua, menyambung tali kekerabatan, menepati janji, memerintahkan yang ma’ruf, melarang dari yang munkar, berjihad melawan orang-orang kafir dan munafiq, berbuat baik kepada tetangga, anak yatim, orang miskin, ibnu sabil (orang yang kehabisan bekal di perjalanan), berbuat baik kepada orang atau hewan yang dijadikan sebagai pekerja, memanjatkan do’a, berdzikir, membaca Al Qur’an dan lain sebagainya adalah termasuk bagian dari ibadah. Begitu pula rasa cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, takut kepada Allah, inabah (kembali taat) kepada-Nya, memurnikan agama (amal ketaatan) hanya untuk-Nya, bersabar terhadap keputusan (takdir)-Nya, bersyukur atas nikmat-nikmat-Nya, merasa ridha terhadap qadha/takdir-Nya, tawakal kepada-Nya, mengharapkan rahmat (kasih sayang)-Nya, merasa takut dari siksa-Nya dan lain sebagainya itu semua juga termasuk bagian dari ibadah kepada Allah” (Al ‘Ubudiyah, cet. Maktabah Darul Balagh hal. 6).

Dari keterangan di atas kita bisa membagi ibadah menjadi tiga; ibadah hati, ibadah lisan dan ibadah anggota badan. Dalam ibadah hati ada perkara-perkara yang hukumnya wajib, ada yang sunnah, ada yang mubah dan adapula yang makruh atau haram. Dalam ibadah lisan juga demikian, ada yang wajib, sunnah, mubah, makruh dan haram. Begitu pula dalam ibadah anggota badan. Ada yang yang wajib, sunnah, mubah, makruh dan haram. Sehingga apabila dijumlah ada 15 bagian. Demikian kurang lebih kandungan keterangan Ibnul Qayyim yang dinukil oleh Syaikh Abdurrahman bin Hasan dalam Fathul Majid.

Ta’abbud dan Muta’abbad bihSyaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah di dalam kitabnya yang sangat bagus berjudul Al Qaul Al Mufid menjelaskan bahwa istilah ibadah bisa dimaksudkan untuk menamai salah satu diantara dua perkara berikut :

1. Ta’abbud. Penghinaan diri dan ketundukan kepada Allah ‘azza wa jalla. Hal ini dibuktikan dengan melaksanakan perintah dan menjauhi larangan yang dilandasi kecintaan dan pengagungan kepada Dzat yang memerintah dan melarang (Allah ta’ala).

2. Muta’abbad bihi. Yaitu sarana yang digunakan dalam menyembah Allah. Inilah pengertian ibadah yang dimaksud dalam definisi Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, “Ibadah adalah suatu istilah yang mencakup segala sesuatu yang dicintai Allah dan diridhai-Nya, baik berupa perkataan maupun perbuatan, baik yang tersembunyi (batin) maupun yang tampak (lahir)”.

Page 24: Pengertian Pendidikan Agama Islam menurut berbagai pakar

Seperti contohnya sholat. Melaksanakan sholat disebut ibadah karena ia termasuk bentuk ta’abbud (menghinakan diri kepada Allah). Adapun segala gerakan dan bacaan yang terdapat di dalam rangkaian sholat itulah yang disebut muta’abbad bihi. Maka apabila disebutkan kita harus mengesakan Allah dalam beribadah itu artinya kita harus benar-benar menghamba kepada Allah saja dengan penuh perendahan diri yang dilandasi kecintaan dan pengagungan kepada Allah dengan melakukan tata cara ibadah yang disyari’atkan (Al-Qaul Al- Mufid, I/7).

Pengertian ibadah secara lengkapDengan penjelasan di atas maka ibadah bisa didefinisikan secara lengkap sebagai : ‘Perendahan diri kepada Allah karena faktor kecintaan dan pengagungan yaitu dengan cara melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya sebagaimana yang dituntunkan oleh syari’at-Nya.’ (Syarh Tsalatsati Ushul, hal. 37).

Oleh sebab itu orang yang merendahkan diri kepada Allah dengan cara melaksanakan keislaman secara fisik namun tidak disertai dengan unsur ruhani berupa rasa cinta kepada Allah dan pengagungan kepada-Nya tidak disebut sebagai hamba yang benar-benar beribadah kepada-Nya. Hal itu seperti halnya perilaku orang-orang munafiq yang secara lahir bersama umat Islam, mengucapkan syahadat dan melakukan rukun Islam yang lainnya akan tetapi hati mereka menyimpan kedengkian dan permusuhan terhadap ajaran Islam.

Macam-macam penghambaanSyaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah menjelaskan bahwa penghambaan ada tiga macam :1. Penghambaan umum,2. Penghambaan khusus,3. Penghambaan sangat khusus.

Penghambaan umum adalah penghambaan terhadap sifat rububiyah Allah (berkuasa, mencipta, mengatur, dsb). Penghambaan ini meliputi semua makhluk. Penghambaan ini disebut juga ‘ubudiyah kauniyah. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Tidak ada sesuatupun di langit maupun di bumi melainkan pasti akan datang menemui Ar Rahman sebagai hamba” (QS. Maryam [19] : 93). Sehingga orang-orang kafir pun termasuk hamba dalam kategori ini.

Sedangkan penghambaan khusus ialah penghambaan berupa ketaatan secara umum. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan hamba-hamba Ar Rahman adalah orang-orang yang berjalan di atas muka bumi dengan rendah hati” (QS. Al Furqan [25] : 63). Penghambaan ini meliputi semua orang yang beribadah kepada Allah dengan mengikuti syari’at-Nya.

Adapun penghambaan sangat khusus ialah penghambaan para Rasul ‘alaihimush shalatu was salam. Hal itu sebagaimana yang Allah firmankan tentang Nuh ‘alaihissalam (yang artinya), “Sesungguhnya dia adalah seorang hamba yang pandai bersyukur” (QS. Al Israa’ [17] : 3). Allah juga berfirman tentang Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam (yang artinya), “Dan apabila kalian merasa ragu terhadap wahyu yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad)…” (QS. Al Baqarah [2] : 23). Begitu pula pujian Allah kepada para Rasul yang lain di dalam ayat-ayat yang lain. penghambaan jenis kedua dan ketiga ini bisa juga disebut ‘ubudiyah syar’iyah (Al-Qaul Al-Mufid I/16, Syarh Tsalatsatul Ushul, hal. 38-39).

Page 25: Pengertian Pendidikan Agama Islam menurut berbagai pakar

Di antara ketiga macam penghambaan ini, maka yang terpuji hanyalah yang kedua dan ketiga. Karena pada penghambaan yang pertama manusia tidak melakukannya dengan sebab perbuatannya. Walaupun peristiwa-peristiwa yang ada di dunia ini (nikmat, musibah, dsb) yang menimpanya bisa juga menyebabkan pujian dari Allah kepadanya. Misalnya saja ketika seseorang memperoleh kelapangan maka dia pun bersyukur. Atau apabila dia tertimpa musibah maka dia bersabar. Adapun penghambaan yang kedua dan ketiga jelas terpuji karena ia terjadi berdasarkan hasil pilihan hamba dan perbuatannya, bukan karena suatu sebab yang berada di luar kekuasaannya semacam datangnya musibah dan lain sebagainya (Syarh Tsalatsatil Ushul, hal. 38-39).

Page 26: Pengertian Pendidikan Agama Islam menurut berbagai pakar

PERAN,FUNGSI DAN TUJUAN IBADAH

Ibadah menurut  asal bahasanya berarti segala usaha lahir dan batin yang sesuai perintah agama yang harus dituruti pemeluknya atau upacara yang berhubungan dengan agama. Sedangkan menurut islam, ibadah mempunyai dua pengertian,yaitu:

1. Ibadah dalam pengertian khusus,yaitu “Lima Rukun Islam” yang wajib dilakukan oleh setiap Muslim dengan beberapa pengecualian pada kondisi khusus.

2. Ibadah dalam pengertian luas atau umum,yaitu segala perbuatan yang dilakukan seseorang dengan niat untuk mencari keridaan Allah, seperti seorang suami pergi ke kantor guna mencukupi kebutuhan keluarganya.

Ibadah mempunyai peran,fungsi dan tujuan dalam kehidupan manusia. Berikut adalah peran dan fungsi ibadah:

A. PERAN DAN FUNGSI IBADAH

Peran dan fungsi ibadah terbagi menjadi 2 yaitu peran dan fungsi ibadah secara umum dan secara khusus

Peran dan fungsi ibadah secara umum

Secara umum ibadah dapat berperan sebagai alat untuk menumbuhkan kesadaran pada diri manusia bahwa ia sebagai insan diciptakan Allah khusus untuk mengabdi kepada diri-Nya. Ini jelas disebutkan dalam Al Qur’an surat Az Zariyat ayat 56

56. Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku

Peran dan fungsi ibadah secara khusus

Peran dan fungsi ibadah secara khusus ini meliputi fungsi masing-masing dari jenis ibadah. Jenis-jenis ibadah ini dapat dikelompokkan menjadi lima bagian atau biasa disebut Rukun Islam yang terdiri dari syahadat,shalat,zakat,puasa, dan pergi haji jika mampu.

v      Peran dan fungsi Syahadat

Kalimat syahadat berbunyi : Asyhadu allaa ilaaha illa Allaah wa asyhadu anna Muhammad Rasuul Allaah. Yang artinya adalah Aku mengaku tidak ada tuhan selain Allah dan Aku mengaku Muhammad Utusan Allah.

Ikrar pertama yang diucapakan dalam syahadat adalah pernyataan suci penyaksian dan keyakinan yang sungguh-sungguh tentang keesaan Allah. Bagian yang pertama ini mengandung pengingkaran mutlak tentang adanya ilah-ilah,tuhan-tuhan ataupun dewa-dewa lain dalam segala bentuknya selain Allah.  Kalimat ini membebaskan manusia dari pengkultusan individu (pendewaan seseorang) Bagi orang beriman, kalimat ini sejatinya berfungsi untuk menimbulkan

Page 27: Pengertian Pendidikan Agama Islam menurut berbagai pakar

kesadaraan akan harga dirinya sebagai manusia, dengan menutup segala kemungkinan untuk menyombongkan diri,merasa lebih dari orang lain.

Ikrar selanjutnya ialah pengakuan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Mengenai ini,ajaran islam hanya memberikan tempat yang sewajarnya saja kepada Rasul Allah. Seorang muslim mengaku bahwa Nabi Muhammad adalah manusia biasa yang dipilih Allah untuk menjadi Utusan-Nya.  Seperti yang telah difirmankan  Allah dalam surat Al Kahfi ayat 110:

110. Katakanlah( Muhammad)  Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: “Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa.” Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya.”

Hal ini berfungsi untuk mencegah pegkultusan Nabi Muhammad  seperti yang telah dilakukan kaum Nasrani yang telah mengkultuskan Nabi Isa as menjadi sekutu Allah.

v      Peran dan Fungsi Shalat

Shalat adalah suatu ibadah yang mengandung beberapa ucapan dan perbuatan tertentu,yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam. Shalat adalah tiang agama,barangsiapa yang ,menegakkannya maka dia telah menegakkan agama,barangsiapa yang menghancurkannya dia menghancurkan agama. Peran dan fungsi shalat antara lain:

Shalat dapat memberikan ketentraman dan ketabahan hati,sehingga orang tidak mudah kecewa/gelisah mentalnya jika menghadapi musibah,dan tak mudah lupa daratan jika mendapat kenikmatan/kesenangan, sebagaimana firman Allah dalam surat Al- Maarij ayat 20-22

20. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, 21. dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, 22. kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat,

Mencegah seseorang melakukan pernuatan keji dan munkar,sebagaimana firman Allah dalam Al Qur’an  surat al Ankabut ayat 45:

45. Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan

Menumbuhkan Disiplin Pribadi

Dalam shalat kita dituntut untuk fokus dan selalu tepat waktu sehingga akan menumbuhkan rasa disiplin bagi setiap individu yang melaksanakan shalat.

Menyehatkan Fisik

Page 28: Pengertian Pendidikan Agama Islam menurut berbagai pakar

Ternyata tak hanya manfaat shalat tak hanya berupa manfaat ruhani tapi, manfaat shalat juga berupa manfaat fisik. Telah banyak penelitian yang dilakukan oleh para ahli yang menyatakn bahwa posisi dalam shalat sangat berguna untuk kesehatan fisik. Salah satunya adalah posisi badan ketika sujud yang dapat memperlancar darah masuk ke otak sehingga otak lebih banyak mendapat pasokan oksigen dan nutrisi. Hal ini dapat menyebabkan pikiran kita terasa lebih jernih.

Page 29: Pengertian Pendidikan Agama Islam menurut berbagai pakar

PENGERTIAN IBADAH DALAM ISLAM[1]

OlehAl-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

A. Definisi IbadahIbadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk. Sedangkan menurut syara’ (terminologi), ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan maksudnya satu. Definisi itu antara lain adalah:

[1]. Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui lisan para Rasul-Nya.

[2]. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu tingkatan tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi.

[3]. Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah Azza wa Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin. Yang ketiga ini adalah definisi yang paling lengkap.

Ibadah terbagi menjadi ibadah hati, lisan, dan anggota badan. Rasa khauf (takut), raja’ (mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal (ketergantungan), raghbah (senang), dan rahbah (takut) adalah ibadah qalbiyah (yang berkaitan dengan hati). Sedangkan tasbih, tahlil, takbir, tahmid dan syukur dengan lisan dan hati adalah ibadah lisaniyah qalbiyah (lisan dan hati). Sedangkan shalat, zakat, haji, dan jihad adalah ibadah badaniyah qalbiyah (fisik dan hati). Serta masih banyak lagi macam-macam ibadah yang berkaitan dengan amalan hati, lisan dan badan.

Ibadah inilah yang menjadi tujuan penciptaan manusia. Allah berfirman:

“Artinya : Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku. Aku tidak menghen-daki rizki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi makan kepada-Ku. Sesungguhnya Allah Dia-lah Maha Pemberi rizki Yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.” [Adz-Dzaariyaat : 56-58]

Allah Azza wa Jalla memberitahukan bahwa hikmah penciptaan jin dan manusia adalah agar mereka melaksanakan ibadah hanya kepada Allah Azza wa Jalla. Dan Allah Mahakaya, tidak membutuhkan ibadah mereka, akan tetapi merekalah yang membutuhkan-Nya, karena ketergantungan mereka kepada Allah, maka barangsiapa yang menolak beribadah kepada Allah, ia adalah sombong. Siapa yang beribadah kepada-Nya tetapi dengan selain apa yang disyari’atkan-Nya, maka ia adalah mubtadi’ (pelaku bid’ah). Dan barangsiapa yang beribadah kepada-Nya hanya dengan apa yang disyari’atkan-Nya, maka ia

Page 30: Pengertian Pendidikan Agama Islam menurut berbagai pakar

adalah mukmin muwahhid (yang mengesakan Allah).

B. Pilar-Pilar Ubudiyyah Yang BenarSesungguhnya ibadah itu berlandaskan pada tiga pilar pokok, yaitu: hubb (cinta), khauf (takut), raja’ (harapan).

Rasa cinta harus disertai dengan rasa rendah diri, sedang-kan khauf harus dibarengi dengan raja’. Dalam setiap ibadah harus terkumpul unsur-unsur ini. Allah berfirman tentang sifat hamba-hamba-Nya yang mukmin:

“Artinya : Dia mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya.” [Al-Maa-idah: 54]

“Artinya : Adapun orang-orang yang beriman sangat besar cinta-nya kepada Allah.” [Al-Baqarah: 165]

“Artinya : Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) kebaikan dan mereka berdo’a kepada Kami dengan penuh harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada Kami.” [Al-Anbiya’: 90]

Sebagian Salaf berkata [2], “Siapa yang beribadah kepada Allah dengan rasa cinta saja, maka ia adalah zindiq [3], siapa yang beribadah kepada-Nya dengan raja’ saja, maka ia adalah murji’[4]. Dan siapa yang beribadah kepada-Nya hanya dengan khauf, maka ia adalah haruriy [5]. Barangsiapa yang beribadah kepada-Nya dengan hubb, khauf, dan raja’, maka ia adalah mukmin muwahhid.”

C. Syarat Diterimanya IbadahIbadah adalah perkara tauqifiyah yaitu tidak ada suatu bentuk ibadah yang disyari’atkan kecuali berdasarkan Al-Qur-an dan As-Sunnah. Apa yang tidak disyari’atkan berarti bid’ah mardudah (bid’ah yang ditolak) sebagaimana sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.

ãóäú Úóãöáó ÚóãóáÇð áóíúÓó Úóáóíúåö ÃóãúÑõäóÇ Ýóåõæó ÑóÏøñ.

“Artinya : Barangsiapa yang beramal tanpa adanya tuntunan dari kami, maka amalan tersebut tertolak.” [6]

Agar dapat diterima, ibadah disyaratkan harus benar. Dan ibadah itu tidak bisa dikatakan benar kecuali dengan adanya dua syarat:

[a]. Ikhlas karena Allah semata, bebas dari syirik besar dan kecil.[b]. Ittiba’, sesuai dengan tuntunan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam

Syarat yang pertama merupakan konsekuensi dari syahadat laa ilaaha illallaah, karena ia mengharuskan ikhlas beribadah hanya kepada Allah dan jauh dari syirik kepada-Nya. Sedangkan syarat kedua adalah konsekuensi dari syahadat Muhammad Rasulullah, karena ia menuntut wajib-nya taat kepada Rasul,

Page 31: Pengertian Pendidikan Agama Islam menurut berbagai pakar

mengikuti syari’atnya dan meninggal-kan bid’ah atau ibadah-ibadah yang diada-adakan.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.

“Artinya : (Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, dan ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala di sisi Rabb-nya dan tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.” [Al-Baqarah: 112]

Aslama wajhahu (menyerahkan diri) artinya memurnikan ibadah kepada Allah. Wahua muhsin (berbuat kebajikan) artinya mengikuti Rasul-Nya Shallallahu 'alaihi wa sallam

Syaikhul Islam mengatakan, “Inti agama ada dua pilar yaitu kita tidak beribadah kecuali hanya kepada Allah, dan kita tidak beribadah kecuali dengan apa yang Dia syari’at-kan, tidak dengan bid’ah.”

Sebagaimana Allah berfirman.

“Artinya : Maka barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabb-nya maka hendaknya ia mengerjakan amal shalih dan janganlah ia mempersekutukan sesuatu pun dalam ber-ibadah kepada Rabb-nya.” [Al-Kahfi: 110]

Hal yang demikian itu merupakan manifestasi (perwujudan) dari dua kalimat syahadat Laa ilaaha illallaah, Muhammad Rasulullah.

Pada yang pertama, kita tidak beribadah kecuali kepada-Nya. Pada yang kedua, bahwasanya Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah utusan-Nya yang menyampaikan ajaran-Nya. Maka kita wajib membenarkan dan mempercayai beritanya serta mentaati perintahnya. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam telah menjelaskan bagai-mana cara kita beribadah kepada Allah, dan beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam melarang kita dari hal-hal baru atau bid’ah. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam mengatakan bahwa semua bid’ah itu sesat. [7]

Bila ada orang yang bertanya: “Apa hikmah di balik kedua syarat bagi sahnya ibadah tersebut?”

Jawabnya adalah sebagai berikut:[1]. Sesungguhnya Allah memerintahkan untuk mengikhlaskan ibadah kepada-Nya semata. Maka, beribadah kepada selain Allah di samping beribadah kepada-Nya adalah kesyirikan. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.

“Artinya : Maka sembahlah Allah dengan tulus ikhlas beragama kepada-Nya.” [Az-Zumar: 2]

[2]. Sesungguhnya Allah mempunyai hak dan wewenang Tasyri’ (memerintah dan melarang). Hak Tasyri’ adalah hak Allah semata. Maka, barangsiapa beribadah kepada-Nya bukan dengan cara yang diperintahkan-Nya, maka ia telah melibatkan dirinya di dalam Tasyri’.

Page 32: Pengertian Pendidikan Agama Islam menurut berbagai pakar

[3]. Sesungguhnya Allah telah menyempurnakan agama bagi kita[8] Maka, orang yang membuat tata cara ibadah sendiri dari dirinya, berarti ia telah menambah ajaran agama dan menuduh bahwa agama ini tidak sempurna (mempunyai kekurangan).

[4]. Dan sekiranya boleh bagi setiap orang untuk beribadah dengan tata cara dan kehendaknya sendiri, maka setiap orang menjadi memiliki caranya tersendiri dalam ibadah. Jika demikian halnya, maka yang terjadi di dalam ke-hidupan manusia adalah kekacauan yang tiada taranya karena perpecahan dan pertikaian akan meliputi ke-hidupan mereka disebabkan perbedaan kehendak dan perasaan, padahal agama Islam mengajarkan kebersamaan dan kesatuan menurut syari’at yang diajarkan Allah dan Rasul-Nya.

Page 33: Pengertian Pendidikan Agama Islam menurut berbagai pakar
Page 34: Pengertian Pendidikan Agama Islam menurut berbagai pakar

Pengertian Akhlak Menurut Sarjana lslam

 

a)   Imam Al-Ghazali   menyebut akhlak ialah suatu sifat

yang tertanam dalam jiwa . Daripada jiwa itu ,timbul

perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa melakukan

pertimbangan fikiran.

b)  Prof. Dr. Ahmad Amin  mendefinasikan akhlak

sebagai kehendak yang dibiasakan . Maksudnya,

sesuatu yang mencirikan akhlak itu ialah kehendak

yang dibiasakan.  Ertinya, kehendak itu apabila

membiasakan sesuatu, maka kebiasaan itu dinamakan

akhlak. Ahmad Amin menjelaskan erti kehendak itu

ialah ketentuan daripada beberapa keinginan manusia.

Manakala kebiasaan pula ialah perbuatan yang

diulang-ulang sehingga mudah melakukanya.

Daripada kehendak dan kebiasaan ini mempunyai

kekuatan ke arah menimbulkan apa yang disebut

sebagai akhlak.

Page 35: Pengertian Pendidikan Agama Islam menurut berbagai pakar

c)   Ibnu Maskawayh mengatakan akhlak ialah suatu

keadaan bagi diri atau jiwa yang mendorong (diri atau

jiwa itu) untuk melakukan perbuatan  dengan senang

tanpa didahului oleh daya pemikiran kerana sudah

menjadi kebiasaan.

 

Page 36: Pengertian Pendidikan Agama Islam menurut berbagai pakar

et 2010

Pengertian Akhlak

Pengertian Akhlak Akhlak dari kata Al-Akhlak, jamak dari Al-khuluq yang artinya kebiasaan, perangai, tabiat dan agama.

Menurut Al Gazali, kata akhlak sering diidentikkan dengan kata kholqun (bentuk lahiriyah) dan Khuluqun (bentuk batiniyah), jika dikaitkan dengan seseorang yang bagus berupa kholqun dan khulqunnya, maka artinya adalah bagus dari bentuk lahiriah dan rohaniyah. Dari dua istilah tersebut dapat kita pahami, bahwa manusia terdiri dari dua susunan jasmaniyah dan batiniyah. Untuk jasmaniyah manusia sering menggunakan istilah kholqun, sedangkan untuk rohaniyah manusia menggunakan istilah khuluqun. Kedua komponen ini memilih gerakan dan bentuk sendiri-sendiri, ada kalanya bentuk jelek (Qobi’ah) dan adakalanya bentuk baik (jamilah). Akhlak yang baik disebut adab. Kata adab juga digunakan dalam arti etiket, yaitu tata cara sopan santun dalam masyarakat guna memelihara hubungan baik antar mereka.

Akhlak disebut juga ilmu tingkah laku / perangai (Imal-Suluh) atau Tahzib al-akhlak (Filsafat akhlak), atau Al-hikmat al-Amaliyyat, atau al-hikmat al- khuluqiyyat. Yang dimaksudkan dengan ilmu tersebut adalah pengetahuan tentang kehinaan-kehinaan jiwa untuk mensucikannya. Dalam bahasa Indonesia akhlak dapat diartikan dengan moral, etika, watak, budi pekertim, tingkah laku, perangai, dan kesusilaan.

Ruang Lingkup Akhlaka) Akhlak pribadiYang paling dekat dengan seseorang itu adalah dirinya sendiri, maka hendaknya seseorang itu menginsyafi dan menyadari dirinya sendiri, karena hanya dengan insyaf dan sadar kepada diri sendirilah, pangkal kesempurnaan akhlak yang utama, budi yang tinggi. Manusia terdiri dari jasmani dan rohani, disamping itu manusia telah mempunyai fitrah sendiri, dengan semuanya itu manusia mempunyai kelebihan dan dimanapun saja manusia mempunyai perbuatan.

b) Akhlak Berkeluarga Akhlak ini meliputi kewajiban orang tua, anak, dan karib kerabat.Kewjiban orang tua terhadap anak, dalam islam mengarahkan para orang tua dan pendidik untuk memperhatikan anak-anak secara sempurna, dengan ajaran –ajaran yang bijak, islam telah memerintahkan kepada setiap oarang yang mempunyai tanggung jawab untuk mengarahkan dan mendidik, terutama bapak-bapak dan ibu-ibu untuk memiliki akhlak yang luhur, sikap lemah lembut dan perlakuan kasih sayang. Sehingga anak akan tumbuh secara istiqomah, terdidik untuk berani berdiri sendiri, kemudian merasa bahwa mereka mempunyai harga diri, kehormatan dan kemuliaan.

Seorang anak haruslah mencintai kedua orang tuanya karena mereka lebih berhak dari segala manusia lainya untuk engkau cintai, taati dan hormati. Karena keduanya memelihara,mengasuh, dan mendidik,menyekolahkan engkau, mencintai dengan ikhlas agar engkau menjadi seseorang

Page 37: Pengertian Pendidikan Agama Islam menurut berbagai pakar

yang baik, berguna dalam masyarakat, berbahagia dunia dan akhirat. Dan coba ketahuilah bahwa saudaramu laki-laki dan permpuan adalah putera ayah dan ibumu yang juga cinta kepada engkau, menolong ayah dan ibumu dalam mendidikmu, mereka gembira bilamana engkau gembira dan membelamu bilamana perlu. Pamanmu, bibimu dan anak-anaknya mereka sayang kepadamu dan ingin agar engkau selamat dan berbahagia, karena mereka mencintai ayah dan ibumu dan menolong keduanya disetiap keperluan.

c) Akhlak Bermasyarakat Tetanggamu ikut bersyukur jika orang tuamu bergembira dan ikut susah jika orang tuamu susah, mereka menolong, dan bersam-sama mencari kemanfaatan dan menolak kemudhorotan, orang tuamu cinta dan hormat pada mereka maka wajib atasmu mengikuti ayah dan ibumu, yaitu cinta dan hormat pada tetangga.

Pendidikan kesusilaan/akhlak tidak dapat terlepas dari pendidikan sosial kemasyarakatan, kesusilaan/moral timbul didalam masyarakat. Kesusilaan/moral selalu tumbuh dan berkembang sesuai dengan kemajuan dan perkembangan masyarakat. Sejak dahulu manusia tidak dapat hidup sendiri–sendiri dan terpisah satu sama lain, tetapi berkelompok-kelompok, bantu-membantu, saling membutuhkan dan saling mepengaruhi, ini merupakan apa yang disebut masyarakat. Kehidupan dan perkembangan masyarakat dapat lancar dan tertib jika tiap-tiap individu sebagai anggota masyarakat bertindak menuruti aturan-aturan yang sesuai dengan norma- norma kesusilaan yang berlaku.

d) Akhlak Bernegara Mereka yang sebangsa denganmu adalah warga masyarakat yang berbahasa yang sama denganmu, tidak segan berkorban untuk kemuliaan tanah airmu, engkau hidup bersama mereka dengan nasib dab penanggungan yang sama. Dan ketahuilah bahwa engkau adalah salah seorang dari mereka dan engkau timbul tenggelam bersama mereka.

e) Akhlak Beragama Akhlak ini merupakan akhlak atau kewajiban manusia terhadap tuhannya, karena itulah ruang lingkup akhlak sangat luas mencakup seluruh aspek kehidupan, baik secara vertikal dengan Tuhan, maupun secara horizontal dengan sesama makhluk Tuhan.

Berangkat dari sistematika diatas dengan sedikit modifikasi penulis membagi pembahasan ruang lingkup akhlak antar lain: 1. Akhlak terhadap Allah SWT2. Akhlak terhadap Rasullah Swt3. Akhlak Pribadi4. Akhlak dalam keluarga 5. Akhlak bermasyarakat6. Akhl;ak bernagara

Dalam konsep akhlak segala sesuatu dinilai baik atau buruk, terpuji atau tercela, semata-mata karena syara (Qu’an dan Sunah) yang menilainya demikian. Namun akhlak dalam ajaran agama tidak dapat disamakan dengan etika, jikqa etika dibatasi pada sopan santun antar sesame manusia, serta hanya berkaitan dengan tingkah laku lahiriah.

Page 38: Pengertian Pendidikan Agama Islam menurut berbagai pakar

Pembinaan Akhlak Pembinaan adalah suatu usaha untuk membina. Membina adalah memelihara dan mendidik, dapat diartikan sebagai bimbingan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.

Anak didik adalah anak yang masih dalam proses perkembangan menuju kearah kedewasaan. Hal ini berarti bahwa anak harus berkembang menjadi manusia yang dapat hidup dan menyesuaikan dari dalam masyarakat, yang penuh dengan aturan-aturan dan norma-norma kesusilaan. Oleh karena itu perlulah anak di didik, dipimpin kearah yang dapat dan sanggup hidup menuruti aturan-aturan dan norma-norma kesusilaan. Jadi maksud dari tujuan pendidikan akhlak atau kesusilaan adalah memimpin anak setia serta mengerjakan segala sesuatu yang baik dan meninggalkan yang buruk atas kemauan sendiri dalam segala hal dan setiap waktu.

Pada masa sekarang ini demoralisasi telah merajalela dalam kehidupan masyarakat, maka dari itu diperlukan usaha-usaha pendidikan dalam mengupayakan pembinaan akhlak terutama pada masa remaja, karena pada masa pubertas dan usia baligh anak mengalami kekosongan jiwa yang merupakan gejala kegoncangan pikiran, keragu-raguan, keyakinan agama, atau kehilangan agama. Menurut Al-Gazaly adalah menunjukkan suatu hikmah bahwa anak puber tersebut memerlukan bekal untuk mengisi kekosongan jiwanya melalui sublimasi dan “way out” dari problema yang dihindarinya.

Metode Pendidikan Akhlak Yang dimaksud dengan metode disini ialah semua cara yang digunakan dalam upaya mendidik. Adapun metode Islam dalam upaya perbaikan terhadap akhlak adalah mengacu pada dua hal pokok, yakni pengajaran dan pembiasaan. Yang dimaksud dengan pengajaran adalah sebagai dimensi teoritis dalam upaya perbaikan dan pendidikan. Sedangkan yang dimaksud dengan pembiasaan untuk dimensi praktis dalam upaya pembentukan (pembinaan) dan persiapan.

Ali Kholil Abu’Ainin didalam kitabnya : Falsafahtul Tarbiyatul Islamiyahtu Al-Qur’anil karim” mengemukakan secara panjang lebar tentang metode pendidikan Islam, yang diringkasnya menjadi 11 (sebelas) macam, yaitu :1. Pengajaran tentang cara beramal dan pengalaman / ketrampilan. Metode ini dapat dilakukan melalui ibadah shalat, zakat, puasa, haji dan ijtihad. 2. Mempergunakan akal 3. Contoh yang baik dan jujur 4. Perintah kepada kebaikan, larangan perbuatan munkar saling berwasiat kebenaran, kesabaran dan kasih sayang. 5. Nasihat-nasihat 6. Kisah-kisah 7. Tamsil 8. Menggemarkan dan menakutkan atau dorongan dan ancaman. 9. Menanamkan atau menghilangkan kebiasaan. 10. Menyalurkan bakat. 11. Peristiwa-peristiwa yang berlalu.

Page 39: Pengertian Pendidikan Agama Islam menurut berbagai pakar

Menurut al-nahlawi metode pendidikan yang diajurkan, antara lain : 1. Metode Hiwar Qur’ani dan Nabawi Hiwar (dialog) ialah percakapan silih berganti antara dua pihak atau lebih mengenai suatu topik, dan dengan sengaja diarahkan kepada satu tujuan yang dikehendaki (dalam hal ini oleh guru). Dalam percakapan itu bahan pembicaraan tidak dibatasi, dapat digunakan berbagai konsep sains, filsafat, seni, wahyu, dll. Kadang-kadang pembicaraan sampai pada satu kesimpulan, kadang-kadang tidak sampai pada kesimpulan, karena salah satu pihak tidak puas terhadap pendapat pihak lain. Yang manapun ditemukan hasilnya dari segi pendidikan tidak jauh berbeda, masing-masing mengambil pelajaran untuk menentukan sikap pada dirinya.

Metode Hiwar pada saat ini masih efektif dipakai dalam belajar mengajar, yakni sama dengan diskusi pada zaman sekarang ini, dan memang cukup efektif untuk melatih anak didik lebih mandiri karena mereka dapat berdialog dari hasil bacaan mereka sendiri pada tema yang telah di tentukan oleh gurunya.

2. Metode kisah Qur’ani dan Nabawi Dalam pendidikan Islam, terutama pendidikan agama Islam (sebagai suatu bidang studi), kisah sebagai suatu metode pendidikan amatlah penting, untuk dapat merenungkan kisahnya, yang menyentuh hati umat manusia. Kisah Qur’ani adalah untuk mendidik perasaan keimanan.

3. Metode amtsal (perumpamaan) Metode ini banyak kita temui dalam Al-qur’an, antara lain :

Dalam surah Al-Baqarah ayat 17. Perumpamaan orang-orang kafir itu adalah seperti orang yang menyalakan api.

اليبصرون ظلمت فى وتركهم بنورهم الله ذهب حوله ما اضأت فلما قدنارا استو الذي كمثل مثلهمDalam surah Al-Ankabut ayat 41 Allah mengumpamakan sesembahan atau Tuhan orang kafir dengan sarang laba-laba, Perumpamaan orang-orang yang berlindung kepada selain Allah atau seperti laba-laba yang membuat rumah, padahal rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba.

المنكبوت لبيت البيوت اوهن وان بيتا اتخذت المنكبوت كمثل اوليأ الله دون من اتخذوا الذين مثلهميعلمون لوكانوا

Kebaikan dari metode ini adalah : a) Memudahkan siswa memahami konsep yang abstrak. b) Perumpamaan dapat merangsang kesan terhadap makna yang tersirat dalam perumpamaan tersebut. c) Merupakan pendidikan agar bila menggunakan perumpamaan haruslah logis dan mudah dipahami. d) Perumpamaan Qur’ani dan Nabawi memberikan motivasi kepada pendengarnya untuk berbuat amal baik dan menjauhi kejahatan.

4. Metode Teladan Secara psikologis anak menang senang meniru, tidak saja yang baik, yang jelekpun ditirunya. Dalam teori tabula rasa (John Lock dan Francis Bacon), bahwa anak yang baru dilahirkan dapat

Page 40: Pengertian Pendidikan Agama Islam menurut berbagai pakar

di umpamakan sebagai kertas putih bersih yang belum ditulisi, segala kecakapan dan pengetahuan manusia timbul dari pengalaman yang masuk melalui alat indra.

5. Metode PembiasaanInti dari pembiasaan adalah pengulangan, metode mendidik anak murid pada masa kini. Yang menetapkan bahwa dengan cara mengulang –ngulangi pengalaman dalam berbuat sesuatu dapat meninggalkan kesan-kesan yang baik dalam jiwanya, dan dari aspek inilah anak akan mendapatkan kenikmatan pada waktu mengulang-ngulangi pengalaman yang baik itu, berbeda dengan pengalaman-pengalaman tanpa melalui praktik.

6. Metode Ibrah dan mau’idah Ibrah ialah suatu kondisi psikis yang menyampaikan manusia kepada intisari sesuatu yang disaksikan, yang dihadapi, dengan menggunakan nalar, yang menyebabkan hati mengakuinya. Adapun Mu’idah ialah nasihat yang lembut yang diterima oleh hati dengan cara menjelaskan pahala atau ancamannya.

7. Metode Targib dan Tarhib Targib ialah janji terhadap kesenangan, kenilematan akhirat yang disertai bujukan. Tarhib ialah ancaman karena dosa yang dilakukan.

Sedangkan menurut Prof. Dr.H.M Arifin Med, bahwa dalam Al-Qur’an dan sunah nabi dapat ditemukan metode-metode untuk pendidikan agama, antara lain : a) Perintah / larangan b) Cerita tentang orang-orang yang taat dan orang-orang yang berdosa (kotor) serta akibat-akibat dari perbuatannya. c) Peragaan, misalnya manusia disuruh melihat kejadian dalam alam ini, dengan melihat gunung, laut, hujan, tumbuhan dan sebagainya. d) Instruksional (bersifat pengajaran), misalnya menyebutkan sifat-sifat orang yang beriman, begini dan begitu dan lain sebainya. e) Acquisition (self : aducation), misalnya menyebutkan tingkah laku orang yang munafik itu merugikan diri mereka sendiri, dengan maksud manusia jangan menjadi munafik dan mau mendidik dirinya sendiri kearah iman yang sesungguhnya. f) Mutual Education (mengajar dalam kelompok), misalnya nabi mengajar sahabat tentang cara-cara sembah yang dengan contoh perbuatan yang mendemonstrasikannya. g) Exposition (dengan menyajikan) yang didahului dengan motivasion (menumbuhkan minat) yakni dengan memberikan muqodimah lebih dahulu, kemudian baru menjelaskan pelajarannya. h) Function (pelajaran dihidupkan dengan praktek) misalnya nabi mengajarkan tentang hukum-hukum dan syarat-syarat haji, kemudian nabi bersama-sama untuk mempraktekannya. i) Explanation (memberi penjelasan tentang hal-hal yang kurang jelas) misalnya nabi memberi penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an, seperti ayat-ayat yang memerintahkan bersembahyang dan sebagainya.

Konsep pendidikan modern saat ini sejalan dengan pandangan al-Gazaly tentang pentingnya pembiasaan melakukan suatu perbuatan sebagai suatu metode pembentukan akhlak yang utama, terutama karena pembiasaan itu dapat berpengaruh baik terhadap jiwa manusia, yang memberikan rasa nikmat jika diamalkan sesuai dengan akhlak yang telah terbentuk dalam

Page 41: Pengertian Pendidikan Agama Islam menurut berbagai pakar

dirinya.

Begitu juga metode mendidik anak pada masa kini yang menetapkan bahwa dengan cara mengulang-ulangi pengalaman dalam berbuat sesuatu dapat meninggalkan kesan-kesan yang baik dalam jiwanya, dan dari aspek inilah anak akan mendapatkan kenikmatan pada waktu mengulang-ulangi pengalaman yang baik itu, berbeda dengan pengalaman yang diperoleh dengan tanpa melalui praktek, maka kesan yang ditinggalkan adalah jelek.

Pandangan Al-Gazaly tersebut sesuai dengan pandangan ahli pendidikan Amerika Serikat, John Dewey, yang mengatakan “Pendidikan moral itu terbentuk dari proses pendidikan dalam kehidupan dan kegiatan yang dilakukan oleh murid secara terus menerus”.

Oleh karena itu pendidikan akhlak menurut John Dewey adalah pendidikan dengan berbuat dan berkegiatan (learning by doing) yang terdiri dari pada tolong menolong, berbuat kebajikan dan melayani orang lain, dapat dipercaya dengan jujur. John Dewey berpendapat bahwa akhlak (moralitas) tidak dapat diajarkan kepada anak dengan melalui cerita-cerita yang dikisahkannya, akan tetapi hanya dapat diajarkan melalui praktek yang manusiawi saja. Sehingga kebajikan dan moralitas dan pengertian yang terkandung didalam cerita-cerita tidak mungkin dipindahkan (transformasikan) kedalam jiwa anak untuk menjadi akhlaknya, yang kemudian berinteraksi dengan anak lain berdasarkan atas pemeliharaan keutamaan-keutamaannya, akhlak (moralitas) hanya dapat diajarkan dengan cara membiasakan dengan perbuatan praktis.

Tujuan Pembinaan Akhlak Akhlak dalam ajaran agama tidak dapat disamakan dengan etika, jika etika diatasi pada sopan santun antar sesama manusia, serta hanya berkaitan dengan tingkah laku lahiriah. Akhlak lebih luas maknanya daripada yang telah dikemukakan terlebih dahulu serta mencakup pula beberapa hal yang tidak merupakan sifat lahiriah. Misalnya yang berkaitan dengan sikap batin maupun pikiran. Akhlak diniah (agama) mencakup berbagai aspek, dimulai dari akhlak terhadap Allah, hingga kepada sesama makhluk (manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda tak bernyawa). a) Akhlak Terhadap Allah Titik tolak akhlak terhadap Allah atau pengukuran dan kesadaran bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji, demikian Agung sifat terpuji itu, yang jangankan manusia, malaikat pun tidak akan mampu menjunjungkan hakikatnya.

b) Akhlak Terhadap Sesama ManusiaBanyak sekali rincian yang dikemukakan Al-Qur’an berkaitan dengan perlakuan terhadap sesama manusia. Petunjuk mengenai hal ini bukan hanya dalam bentuk larangan melakukan hal-hal negatif seperti membunuh, menyakiti badan, atau mengambil harta hati dengan jalan menceritakan aib seseorang dibelakangnya, tidak peduli aib itu benar atau salah, walaupun sambil memberikan materi kepada yang disakiti hatinya itu.

البقره ( حليم غني والله يتبعهاازى صدقة من خير ومغفرة معروف )263/: 2قولArtinya : “Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik daripada sedekah yang disertai dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan sipenerima)”. (Q.S. Al-Baqarah/2 : 263).

Page 42: Pengertian Pendidikan Agama Islam menurut berbagai pakar

Disisi lain Al-Qur’an menekankan bahwa setiap orang hendaknya didudukan secara wajar. Nabi Muhammad SAW, misalnya dinyatakan sebagai manusia yang sempurna, namun dinyatakan pula sebagai Rosul yang memperoleh penghormatan melebihi manusia lain. Karena itu Al-Qur’an berpesan kepada orang-orang

Page 43: Pengertian Pendidikan Agama Islam menurut berbagai pakar