Pengertian Pasien Yang Krisis

43
Pengertian pasien yang krisis Definisi dan Karakteristik pasien krisis Definisi pasien krisis adalah perubahan dalm proses yang mengindikasikan hasilnya sembuh atau mati, sedangkan dalam bahasa yunani artinya berubah atau berpisah. Definisi: pasien kritis adalah pasien dengan disfungsi atau gagal pada satu atau lebih sistem tubuh, tergantung pada penggunaan peralatan monitoring dan terapi. Suatu perawatan intensif adalah perawatan yang menggabungkan teknologi tinggi dengan keahlian khusus dalam bidang perawatan dan kedokteran gawat darurat yang dibutuhkan untuk merawat pasien sakit kritis. Pasien kritis adalah pasien yang memerlukan pemantauan yang canggih dan terapi yang intensif. Prioritas pasien yang dikatakan kritis 1. Pasien prioritas 1 kelompok ini merupakan pasien sakit kritis ,tidak stabil,yang memerlukan perawatan inensif ,dengan bantuan alat – alat ventilasi ,monitoring, dan obat – obatan vasoakif kontinyu dan lain – pain.misalnya pasien bedah kardiotorasik,atau pasien shock septik.pertimbangkan juga derajat hipoksemia, hipotensi, dibawah tekanan darah tertentu. 2. Pasien prioritas 2 pasien ini memerluakn pelayanan pemantauan canggih dari icu.jenis

description

pusing

Transcript of Pengertian Pasien Yang Krisis

Pengertian pasien yang krisis

Definisi dan Karakteristik pasien krisis Definisi pasien krisis adalah perubahan dalm proses yang mengindikasikan hasilnya sembuh atau mati, sedangkan dalam bahasa yunani artinya berubah atau berpisah.

Definisi: pasien kritis adalah pasien dengan disfungsi atau gagal pada satu atau lebih sistem tubuh, tergantung pada penggunaan peralatan monitoring dan terapi.

Suatu perawatan intensif adalah perawatan yang menggabungkan teknologi tinggi dengan keahlian khusus dalam bidang perawatan dan kedokteran gawat darurat yang dibutuhkan untuk merawat pasien sakit kritis.

Pasien kritis adalah pasien yang memerlukan pemantauan yang canggih dan terapi yang intensif.Prioritas pasien yang dikatakan kritis1. Pasien prioritas 1kelompok ini merupakan pasien sakit kritis ,tidak stabil,yang memerlukan perawatan inensif ,dengan bantuan alat alat ventilasi ,monitoring, dan obat obatan vasoakif kontinyu dan lain pain.misalnya pasien bedah kardiotorasik,atau pasien shock septik.pertimbangkan juga derajat hipoksemia, hipotensi, dibawah tekanan darah tertentu.2. Pasien prioritas 2pasien ini memerluakn pelayanan pemantauan canggih dari icu.jenis pasien ini beresiko sehingga memerlukan terapi segera,karenanya pemantauan intensif menggunakan metoda seperti pulmonary arteri cateteter sangat menolong.misalnya pada pasien penyakit jantung,paru,ginjal, yang telah mengalami pembedahan mayor.pasien prioritas 2 umumnya tidak terbatas macam terapi yang diterimanya.3. Pasien prioritas 3pasien jenis ini sakit kritis dan tidak stabil, dimana status kesehatan sebelumnya,penyakit yang mendasarinya atau penyakit akutnya, baik masing masing atau kombinasinya,sangat mengurangi kemungkinan sembuh dan atau mendapat manfaat dari terapi icu.

contoh conoh pasien ini adalah pasien dengan keganasan metastasik disertai penyulit infeksi pericardial tamponade,atau sumbatan jalan napas atau pasien menderita penyakit jantung atau paru terminal disertai komplikasi penyakit akut berat.pasien pasien prioritas 3 mungkin mendapat terapi intensif untuk mengatasi penyakit akut berat.pasien pasien prioritas 3 mungkin mendapat terapi intensif untuk mengatasi penyakit akut,tetapi usaha terapi mungkin tidak sampai melakukan intubasi dan resusitasi kardio pulmoner.

Tugas dan tanggung jawab perawat dalam penatalaksanaan pasien kritisTujuanMenyelamatkan kehidupan1.Mencegah terjadinya kondisi memburuk dan komplikasi melalui observasi dan 2.monitoring ketat disertai kemampuan menginterprestasikan setiap data yang didapat dan melakukan tindak lanjut.3.Meningkatkan kualitas hidup pasien dan mempertahankan kehidupan.4.Mengoptimalkan kemampuan fungsi organ tubuh pasien.5.Mengurangi angka kematian dan kecacatan pasien kritis dan mempercepat proses penyembuhan pasien.

TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DALAM PENATALAKSANAAN PASIEN KRITIS

Tujuan1.Menyelamatkan kehidupan

2.Mencegah terjadinya kondisi memburuk dan komplikasi melalui observasi danmonitoring ketat disertai kemampuan menginterprestasikan setiap data yang didapat dan melakukan tindak lanjut.

3.Meningkatkan kualitas hidup pasien dan mempertahankan kehidupan.4.Mengoptimalkan kemampuan fungsi organ tubuh pasien.5.Mengurangi angka kematian dan kecacatan pasien kritis dan mempercepat proses penyembuhan pasien.Tugas dan tanggung jawab

1. Mengelolapasienmengacupadastandarkeperawatanintensifdengankonsisten.2. Meghormatisesamasejawatdantimlainnya.3. Megintegrasikan kemampuan ilmiah dan ketrampilan kusus serta diikuti oleh nilai etik dan legal dalam memberikan asuhan keperawatan.4. Berespon secara terus menerus dengan perubahan lingkungan.

ASIEN KRITIS DAN KEHILANGAN

2.1 Mendampingi Pasien Yang Krisis2.1.1 Pengertian Pasien Yang KrisisKrisis merupakan suatu kejadian atau peristiwa yang terjadi secara tiba-tiba dalam kehidupan seseorang yang mengganggu keseimbangan selama mekanisme coping individu tersebut tidak dapat mecahkan masalah.Krisis juga dapat diartikan sebagai ganggaun internal yang disebabkan oleh kondisi penuh stress atau yang dipersepsikan oleh individu sebagai ancaman.Jadi pasien yang krisis merupakan pasien yang mengalami gangguankeseimbangan mekanisme coping pasien yang disebabkan oleh kondisi penuh stress dan dipersepsikan sebagai ancaman.Selama krisis, individu kesulitan dalam melakukan sesuatu, koping yang biasa digunakan tidak efektif lagi dan terjadi peningkatan kecemasan.

Konsep krisis :1. Krisis terjadi pada semua individu, tidak selalu patologis2. Krisis dipicu oleh peristiwa yang spesifik3. Krisis bersifat personal4. Krisis bersifat akut, tidak kronis, waktu singkat ( 4-6 minggu )5. Krisis berpotensi terhadap perkembangan psikologis atau bahkan akan membaik

Faktor yang berpengaruh : Pengalaman problem solving sebelumnya Persepsi individu terhadap suatu masalah Adanya bantuan atau bahkan hambatan dari orang lain Jumlah dan tipe krisis sebelumnya Waktu terakhir mengalami krisis Kelompok beresiko Sense of mastery Resilence; factor perlindungan berupa perilaku yang berkontribusi terhadap keberhasilan koping dengan stress lain. Faktor perlindungan antara lain kompetensi social, ketrampilan memecahkan masalah, otonomi, berorientasi pada tujuan, ide belajar, dukungan keluarga, dukungan social. Resilient ( individu yang tabah/ulet ) mempunyai harga diri tinggi, berdaya guna, mempunyai keterampilan memecahkan masalah, mempunyai kepuasan dalam hubungan interpersonal.

Faktor resiko : Wanita Etnik minoritas Kondisi social ekonomi rendah Problematik predisaster functioning and personality

2.1.2 karakteristik situasi krisisMacam-macam krisis :1. Krisis maturasi/krisis perkembangan Dipicu oleh stressor normal dalam proses perkembangan Terjadi pada masa transisi proses pertumbuhan dan perkembangan. Setiap tahap perkembangan tergantung pada tahap sebelumnya, setiap tahap perkembangan merupakan tahap krisis bila tidak difasilitasi untuk dapat menyelesaikan tugas perkembangan Misal : Masuk sekolah, pubertas, menikah, meninggalan rumah, menjadi orang tua, pensiun dll2. Krisis situasional Merupakan respon terhadap peristiwa traumatic yang tiba-tiba dan tidak dapat dihindari yang mempunyai pengaruh besar terhadap peran dan identitas seseorang Cenderung mengikuti proses kehilangan, seperti kehilangan pekerjaan, putus sekolah, putus cinta, penyakit terminal, kehamilan/kelahiran yang tidak diinginkan. Respon yang biasa mucul terhadap kehilangan adalah depresi Kesulitan dalam beradaptasi dengan krisis situasional ini berhubungan dengan kondisi dimana seseorang sedang berjuang menyelesaikan krisis perkembangan3. Krisis social Krisis yang terjadi di luar kemampuan individu. Adanya situasi yang diakibatkan kehilangan multiple dan perubahan lingkungan yang luas Contoh : terorisme, kebakaran, gempa bumi, banjir, perang

Tipe krisis yang lain (Townsend, 2006):1. Dispisitional crises, merupakan respon akut terhadap stressor eksternal2. Crises of anticipated life transition, suatu transisi siklus kehidupan yang normal yang diantisipasi secara berlebihan oleh individu saat merasa kehilangan kendali3. Crises resulting from traumatic stress, krisis yang dipicu oleh stressor eksternal yang tidak diharapkan sehingga individu merasa menyerah karena kurangnya atau bahkan tidak mempunyai control diri.4. Developmental crises, krisis yang terjadi sebagai respon terhadap situasi yang mencetuskan emosi yang berhubungan dengan konflik kehidupan yang tidak dapat dipecahkan5. Crises reflecting psychopathology, misalnya neurosis, schizophrenia, borderline personality6. Psychiatric emergency, krisis yang secara umum telah mengalami kerusakan yang parah terhadap fungsi kehidupan. Misalnya acute suicide, overdosis, psikosis akut, marah yang tidak terkontrol, intoksikasi alcohol, reaksi terhadap obat-obatan halusinogenik

Tahap perkembangan krisisFase 1 Individu dihadapkan pada stressor pemicu Kecemasan meningkat, individu menggunakan teknik problem solving yang biasa digunakanFase 2 Kecemasan makin meningkat karena kegagalan penggunan teknik problem solving sebelumnya Individu merasa tidak nyaman, tak ada harapan, bingungFase 3 Untuk mengatasai krisis individu menggunakan semua sumber untuk memecahkan masalah, baik internal maupun eksternal Mencoba menggunakan teknik problem solving baru, jika efektif terjadi resolusi

Fase 4 Kegagalan resolusi Kecemasan berubah menjadi kondisi panic, menurunnya fungsi kognitif, emosi labil, perilaku yang merefleksikan pola pikir psikotik.

Dampak sakit Terminal Gangguan psikologis Gangguan somatis Gangguan seksual Gangguan sosial Gangguan dalam bidang pekerjaan

2.1.3 Mendampingi Klien Dalam Keadaan Krisis (Terminal)Persiapan alat :1.Tensimeter2.Stetoskop3.Jam dengan penghitung detik4.Lampu senter / penlight5.Deppers6.Sarung tangan besih7.Bengkok8.SampiranPelaksanaan :1.Cuci tangan.2.Gunakan sarung tangan.3.Jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan.4.Atur pasien dalam posisi yang nyaman.5.Basahi bibir pasien yang kering dengan menggunakan deppers yang dibasahi air.6.Keringkan keringat pasien, kalau perlu ganti pakaian.7.Lakukan observasi tiap 30 menit (ensi, nadi, pernafasan dan suhu).8.Observasi cairan, oksigen dan berikan obat-obatan sesuai dengan indikasi.9.Anjurkan keluarga untuk berdoa, meminta kehadiran rohaniawan dan membimbing untuk berdoa.10.Lepaskan sarung tangan.11.Cuci tangan.12.Catat hasil observasi pasien.Sikap :a.Sopanb.Teliti dan hati-hatic.komunikatif

Intervensi KrisisTujuan intervensi krisis adalah resolusi, berfokus pada pemberian dukungan terhadap individu sehingga individu mencapai tingakat fungsi seperti sebelum krisis, atau bahkan pada tingkat fungsi yang lebih tinggi. Selain itu juga untuk membantu individu memecahkan masalah dan mendapatkan kembali keseimbangan emosionalnyaPeran bidan adalah membantu individu dalam :1. Menganalisa situasi yang penuh stress2. Mengungkapkan perasaan tanpa penilaian3. Mencari cara untuk beradaptasi dengan stress dan kecemasan4. Memecahkan masalah dan mengidentifikasi strategi dan tindakan5. Mencari dukungan ( keluarga, teman, komunitas )6. Menghindari stress yang akan datang dengan anticipatory guidanceIntervensi dilakukan dengan pendekatan proses perawatan yaitu melalui pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.

2.2 Mendampingi Klien Yang Kehilangana.KehilanganKehilangan adalah suatu situasi aktual maupun potensial yang dapat dialami individu ketika terjadi perubahan dalam hidup atau berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, baik sebagian ataupun keseluruhan. Rasa kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu selama kehidupannya. Sejak lahir, individu sudah mengalami kehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda. Setiap individu akan bereaksi terhadap kehilangan. Respon terakhir terhadap kehilangan sangat dipengaruhi oleh respon individu terhadap kehilangan sebelumnya (Potter dan Perry 1997).Lingkungan mempengaruhi nilai dan prioritas individu, sehingga rasa kehilangan beragam bentuknya. Lingkungan tersebut meliputi keluarga, teman, masyarakat dan budaya. Kehilangan dapat berupa kehilangan yang nyata atau kehilangan yang dirasakan. Kehilangan yang nyata merupakan kehilangan yang tidak dapat lagi dirasakan, dilihat, diraba atau dialami individu. Misalnya anggota tubuh, anak, hubungan dan peran ditempat kerja. Kehilangan yang dirasakan merpakan kehilangan yang sifatnya unik berdasarkan individu yang mengalami kedukaan, misalnya kehilangan harga diri atau rasa percaya diri.

b.Tahap kehilanganRespon individu ketika berduka terhadap kehilangan dapat melalui tahap-tahap sebagai berikut (Kuber-Rose dalam Potter dan Perry 1997).1.Tahap pengingkaran.Reaksi awal individu yang mengalami kehilangan adalah syok; tidak percaya dan tidak mengerti; atau mengingkari kenyataan bahwa kehilangan benar-bena telah terjadi. Sebagai contoh, orang atau keluarga dari orang yang menerima diagnosis terminal akan terus menerus mencari informasi tambahan.Pada tahap ini, reaksi fisik yang terjadi adalah letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernafasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah dan tidak tahu harus berbuat apa. Reaksi ini dapat berakhir dalam waktu beberapa menit atau beberapa tahun.

2.Tahap kemarahan.Pada tahap ini, individu menolak kehilangan. Kemarahan yang timbul sering diproyeksikan kepada orang lain atau dirinya sendiri. Orang yang mengalami kehilangan juga tidak jarang menunjukan perilaku agresif, berbicara kasar, menolak pengobatan dan menuduh petugas kesehatan lainnya yang tidak kompeten. Respon fisik yang sering terjadi, antara lain muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal dan lain-lain.

3.Tahap tawar-menawar.Pada tahap ini, terjadi penundaan kesadaran atas kenyataan terjadinya kehilangan. Individu bertindak seolah-olah kehilangan tersebut dapat dicegah dengan mencoba untuk membuat kesepakatan secara halus dan terang-terangan. Individu mungkin berupaya melakukan tawar-menawar dan memohon kemurahan Allah SWT.4.Tahap depresi.Pada tahap ini, pasien sering menunjukan sikap menarik diri, kadang-kadang bersikap senagai penurut, tidak mau bicara, menyatakan keputusasaan, rasa tidak berharga, bahkan bisa muncul keinginan untuk bunuh diri. Gejala fisik yang ditunjukan antara lain menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido menurun,dll.

5.Tahap penerimaan.Tahap ini berkaitan dengan reorganisasi rasa kehilangan. Pikiran yang selalu berpusat kepada objek yang hilang akan mulai berkurang atau hilang. Individu telah menerima kenyataan kehilangan yang dialaminya dan mulai memandang ke depan.

Gambaran tentang objek atau individu yang hilang akan mulai dilepaskan secara bertahap. Perhatiannya akan beralih kepada objek yang baru. Apabila individu dapat memulai tahap ter sebu dan menerima kenyataan dengan perasaan damai, maka dia dapat mengakhiri proses berduka serta dapat mengatasi kehilangan secara tuntas. Kegagalan untuk masuk ke tahap penerimaan akan mempengaruhi kemampuan individu tersebut dalam mengatasi rasa kehilangan selanjutnya.

2.3Mendampingi Klien Yang Hampir Meninggal2.3.1Sekarat (dying) dan KematianSekarat (dying) merupakan suatu kondisi pasien saat sedang menghadapi kematian, yang memiliki berbagai hal dan harapan tertentu untuk meninggal. Kematian (death) secara klinis merupakan terhentinya pernafasan, nadi dan tekanan darah serta hilangnya respon terhadap stimulus eksternal, ditandai dengan aktifitas listrik otak terhenti. Dengan kata lain, kematian merupakan kondisi terhentinya fungsi jantung, paru-paru dan kerja otak secara menetap. Sekarat dan kematian memiliki proses atau tahapan yang sama seperti pada kehilangan dan berduka. Tahapan tersebut sesuai dengan tahapan Kubler-Ross yaitu diawali dengan penolakan, kemarahan, tawar-menawar, depresi dan penerimaan.

2.3.2Diskripsi Rentang Pola Hidup Sampai Menjelang KematianMenurut martocchio dan default mendiskripsikan rentang pola hidup sampai menjelang kematian sebagai berikut :1. Pola puncak dan lembahPola ini memiliki karakteristik periodik sehat yang tinggi (puncak) dan periode krisis (lemah). Pada kodisi puncak, pasien benar-benar merasakan harapan yang tinggi/besar. Sebaliknya pada periode lemah, klien merasa sebagai kondisi yangmenakutkan sampai bisa menimbulkan depresi.

2. Pola dataran yang turunKarakteristik dari pola ini adalah adanya sejumlah tahapan dari kemunduran yang terus bertambah dan tidak terduga, yang terjadi selama/setelah perode kesehatan yang stabil serta berlangsung pada waktu yang tidak bisa dipastikan.

3. Pola tebing yang menurunKarakteristik dari pola ini adalah adanya kondisi penurunan kondisi yang menetap/stabil, yang menggambarkan semakin buruknya kondisi. Kondisi penurunan ini dapat diramalkan dalam waktu yang bisa diperkirakan baik dalam ukuran jam atau hari. Kondisi ini lazim detemui di unit khusus (ICU)

4. Pola landai yang turun sedikit-sedikitKarakteristik dari pola ini kehidupan yang mulai surut, perlahan dan hampir tidak teramati sampai akhirnya menghebat menuju kemaut.

Perawatan pasien yang akan meninggal dilakukan dengan cara memberi pelayanan khusus jasmaniah dan rohaniah sebelum pasien meninggal.perawatan ini bertujuanuntuk :a.Memberi rasa tenang dan puas jasmaniah dan rohaniah pada pasien dan keluarganya.b.Memberi ketenangan dan kesan yang baik pada pasien disekitarnya.c.Untuk mengetahui tanda-tanda pasien yang akan meninggal secara medis bisa dilihat dari keadaan umum, vital sighn dan beberapa tahap-tahap kematian.

2.3.3 Perawatan Pasien Yang Hampir MeninggalPerawatan pasien yang akan meninggal dilakukan dengan cara memberi pelayanan khusus jasmaniah dan rohaniah sebelum pasien meninggal.Perawatan ini dilakukan dengan tujuanuntuk :Memberi rasa tenang dan puas jasmaniah dan rohaniah pada pasien dan keluarganya.Memberi ketenangan dan kesan yang baik pada pasien disekitarnya.Untuk mengetahui tanda-tanda pasien yang akan meninggal secara medis bisa dilihat dari keadaan umum, vital sighn dan beberapa tahap-tahap kematian.

Persiapan alat:a. Disediakan tempat tersendirib. Alat alat pemberian O2c. Alat resusitasid. Alat pemeriksaan vital sighne. Pinsetf. Kassa, air matang, kom/gelas untuk membasahi bibirg. Alat tulis

Prosedurkerja :1. Memberitahu pada keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan2. Mendekatkan alat3. Memisahkan pasien dengan pasien yang lain4. Mengijinkan keluarga untuk mendampingi, pasien tidak boleh ditinggalkan sendiri5. Membersihkan pasien dari keringat6. Mengusahakan lingkungan tenang, berbicara dengan suara lembut dan penuhperhatian, serta tidak tertawa-tawa atau bergurau disekitar pasien7. Membasahi bibir pasien dengan kassa lembab, bila tampak kering menggunakan pinset8. Membantu melayani dalam upacara keagamaan9. Mengobservasi tanda-tanda kehidupan (vital sign) terus menerus10. Mencuci tangan11. Melakukan dokumentasi tindakan

2.4 Merawat JenazahPerawatan jenazah merupakanPerawatanyang dilakukan kepadapasien setelah meninggal dunia. Perawatan ini bertujuanuntuk : Membersihkan dan merapikan jenazah Memberikan penghormatan terakhir kepada sesama insani Memberi rasa puas kepada sesama insane

Melakukan perawatan jenazahPersiapan alat :1.Bengkok2.Kapas kering3.Kapas alkohol4.Kain kasa untuk pengikat5.Sarung tangan6.Gunting7.Formulir jenazah8.Kain panjang/ penutup jenazah

Cara pelaksanaan1.Cuci tangan2.Gunakan sarung tangan3.Tempatkan dan atur jenazah pada posisi anatomi4.Singkirkan pakaian atau kain pembungkus jenazah5.Lepaskan semua alat kesehatan6.Bersihkan tubuh dari kotoran dan noda7.Tempatkan kedua tangan jenazah di atas abdomen (bergantung dari kepercayaan dan agama)8.Tempatkan satu bantal dibawah kepala9.Tutup kelopak mata, jika tidak ditutup, bisa dengan kapas basah10.Katupkan rahang atau mulut, kemudian ikat dan letakkan gulungan handuk dibawah dagu11.Letakkan alas dibawah glutea12.Tutup sampai sebatas bahu, kepala ditutup dengan kain tipis13.Catat semua milik pasien dan berikan kepada keluarga14.Beri kartu dan tanda pengenal15.Bungkus jenazah dengan kain panjang16.Lepaskan sarung tangan17.Cuci tangan18.Catat dan isi formulir jenazah

Sikap :1.Sopan2.Teliti dan hati-hati

BAB IIIPENUTUP

3.1 KesimpulanKehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu kekurangan atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki. Kehilangan merupakan suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada menjadi tidak ada, baik sebagian atau seluruhnya. Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan.Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu dalam merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang, hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam batas normal.Elizabeth Kubler-rose,1969.h.51, membagi respon berduka dalam lima fase, yaitu : pengikaran, marah, tawar-menawar, depresi dan penerimaan.Krisis merupakan suatu kejadian atau peristiwa yang terjadi secara tiba-tiba dalam kehidupan seseorang yang mengganggu keseimbangan selama mekanisme coping individu tersebut tidak dapat mecahkan masalah.Krisis juga dapat diartikan sebagai ganggaun internal yang disebabkan oleh kondisi penuh stress atau yang dipersepsikan oleh individu sebagai ancaman.

DAFTAR PUSTAKA

Potter & Perry. 2005.Fundamental Keperawatan volume 1. Jakarta: EGC.Suseno, Tutu April. 2004.Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia: Kehilangan, Kematian danBerduka dan Proses keperawatan. Jakarta: Sagung Seto.Uliyah, Musrifaul dan Azis Alimul H. 2008.Keterampilan Dasar Praktik Klinik untuk Kebidanan edisi 1.Jakarta: Salemba MedikaUliyah, Musrifaul dan Azis Alimul H. 2008.Keterampilan Dasar Praktik Klinik untuk Kebidanan edisi 2.Jakarta: Salemba Medika

MANAJEMEN HIPERTENSI EMERGENSI

MANAJEMEN HIPERTENSIEMERGENSIJaya Mallidi, Srikanth Penumetsa dan Amir Lotfi *Divisi Kardiologi, Baystate Medical Center, Amerika Serikat

AbstrakHipertensi merupakanmasalah umum yangseringdihadapi dalam praktek klinis sehari-hari. Pasien dengan hipertensi tidak terkontrol mungkin datang ke ruang gawat darurat dengan "hipertensi emergensi", di manatekanan darah sangat tinggi (> 180/120 mmHg) yang berhubungan dengan kerusakanpadaorgan, termasuk sistem saraf, kardiovaskular atau ginjal.Kurangnyaliteratur tentang batas yang sesuai untukmenurunkan tekanan darah yang dipilih dalam mengobati pasien, serta obat yang tepat untuk digunakan. Berdasarkan pendapat ahli dan data anekdot, dianjurkan bahwa manajemen awal harusterfokus pada segera mengidentifikasi kerusakan organ yang akan datang atauyang menetapdan menurunkan tekanan darah sekitar 25% dalam 2 jam pertama, kecuali pada diseksi aorta dimana penurunan tekanan darahdengancepat dianjurkan.Tinjauaninimemberikanpendekatan yangterfokus pada manajemen keadaan hipertensi emergensi.

Kata kunci: Hipertensi, Emergensi; Urgensi

PengantarHipertensi merupakanmasalah umum yang mempengaruhi 60-70 juta orang di Amerika Serikat [1]. Dua pertiga pasien tidak menyadari bahwa merekamenderitahipertensi [2]. Sementara itu diketahui bahwa hipertensi yang tidak terkontrol merupakan faktor risiko utamapenyebabkematian akibat kardiovaskular dan serebrovaskular, peningkatan akut pada tekanan darah juga dapat menyebabkan kerusakan organ akut. Sekitar 1-2% dari semua pasien hipertensi datang ke ruang gawat darurat dengan hipertensi emergensi setidaknya sekali dalam seumur hidup mereka [3]. Mengingat tingginya prevalensi hipertensi pada masyarakat kita, keadaan hipertensi emergensi biasa ditemukan dalampraktek klinis sehari-hari [3]. Pengenalan, evaluasi dan pengobatan sangat penting dalam mencegah kerusakan organ yang permanen. Tinjauan terbaru oleh Joint National Committee (JNC) on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High BloodPressure, tidak memberikan pedomantegaspada manajemen keadaan hipertensi emergensi [4].Tinjauanartikel ini bertujuan untuk membahastentang managemen padakeadaan hipertensi emergensi didasarkan pada situasi klinis tertentu.

DefinisiJNC 7 mengklasifikasikan tekanan darah dalam kategori yang berbeda (Tabel 1) [4].Hipertensi emergensi didefinisikan sebagai "tingginya peningkatan tekanan darah (biasanya> 180/120 mmHg) dengan komplikasi akan atau terjadi disfungsi organ target progresif melibatkansistemneurologis, jantung atau sistem ginjal"[4]. Manifestasi klinis umum dari kerusakan organ pada hipertensi emergensi termasuk Sindrom Koroner Akut (ACS), dekompensasi akut gagal jantung, ensefalopati, perdarahan intraserebral dan gagal ginjal akut. Manifestasi klinis umum dari kerusakan organ pada hipertensi emergensi yang ditunjukkan pada Gambar 1.Hipertensi urgensi adalah tingginya peningkatan tekanan darahyangakut (> 180/120 mmHg) tanpa bukti kerusakan organ. Istilah "krisis hipertensi" sering digunakan untuk mencakup keadaan hipertensi emergensi dan hipertensi urgensi.

Evaluasi Klinis AwalPasiendenganhipertensi emergensi biasanya datang dengan gejala baru terkait dengan organ target yang terlibat. Anamnesis menyeluruh dan pemeriksaan fisik harus dilakukan dan strategi pengobatan yang tepat harus digunakan untuk mengatasi penyebab yang mendasar.RiwayatSemua pasien dengan hipertensi berat harus dicurigai terjadinyakerusakan organ target akut.KategoriTekanan darah sistolik (mmHg)Tekanan darah diastolik (mmHg)

Normal< 120< 80

Pre hipertensi120 13980 89

Hipertensi stadium I140 15990 99

Hipertensi stdium II160 100

Hipertensi Emergensi>180> 120 dan kerusakan organ akhir

Tabel 1. Klasifikasi tekanan darah untuk dewasa [4].Riwayat hipertensi pasien,penggunaanobat saat ini, dosis terakhir obat antihipertensi dan kepatuhandalampengobatan harus diperoleh.Riwayatpenggunaannarkoba (amfetamin, kokain, monoamine oxidase inhibitors atau phencyclidine) juga harusdiselidiki.Adanya usaha yangdilakukan untuk mengetahui tekanan darahyang biasanyauntuk setiap pasien baik di rumah atau dalam rawat jalan sebelum terjadinya krisis hipertensi. Penting untuk dipahami bahwa beberapa pasien dengan hipertensi kronis selalu memiliki tekanan darah tinggi. Bahkan, tekanan darah normal 120/80 mmHg, mungkin terlalu rendah bagi mereka. Oleh karena itu, diagnosis hipertensiemergensiatau urgensi tidak dapat dibuat hanya berdasarkan pada pengukuran tekanan darahsaja, tetapi didasarkan pada peningkatan tekanan darah akut dari baseline terkait dengan kerusakan organ.

PemeriksaanTekanan darah harus dievaluasi pada kedua lengan dengan ukuran manset yang tepat. Pemeriksaan fisik juga harus bertujuan untuk menentukan atau menjelaskan disfungsi target organ. Fokuspemeriksaan nerologis untuk menilai perubahan status mental dan defisit neurologis fokaljugaharus dilakukan. Perubahan status mental dengan pemeriksaan funduskopi yang menunjukkan adanya eksudat, perdarahan atau papiledemayangmengarah pada ensefalopati hipertensi [5]. Pemeriksaan kardiovaskuler harus terfokus pada adanya gallop (S3dan S4) dan murmur patologis (seperti regurgitasi aorta). Pulsasi vena jugularis yang meningkat dan ronki pada lapang paru menunjukkan adanya edema pulmonal dan dekompensasi gagal jantung kongestif. Nadi distal harus dipalpasi pada semua ekstremitas, dan nadi yang tidak sama seharusnya menimbulkan kecurigaan untuk terjadinya diseksi aorta.

Pemeriksaan laboratoriumElektrokardiogram harus dilakukan untuk menilai hipertropi ventrikel kiri, aritmia, iskemia akut atau infark. Urinalisis harus dilakukan untuk menilai hematuria dan proteinuria. Profilbasal metaboliktermasuk nitrogen urea dan serum kreatinin darah penting untuk menilai disfungsi ginjal. Biomarker jantung juga harus diperiksa jika dicurigai ACS.

Pemeriksaan radiografikPasien yang datang dengan perubahan status mental atau defisit neurologis fokal harus melewati pemeriksaan Computed Tomography (CT) otak untuk menilai adanya perdarahan atau infark. X ray dada sering dilakukan untuk menilai adanya edema pulmonal. Jika dicurigai adanya diseksi aorta (berdasarkan riwayat nyeri dada, nadi yang tidak sama dan/atau pelebaran mediastinum pada X ray dada), pencitraan aorta (CT angiogram/ magnetic resonance imaging/ transesophageal echocardiogram) harus dilakukan sesegera mungkin.

Terapi awalLiteratur sebelumnya pada hipertensi emergensi atau urgensi tidak memberikan bukti yang cukup berdasarkan tingkat kepentinganspesifik pada tekanan darah yang seharusnya dicapai agar mengurangi mortalitas dan morbiditas [6]. Saat ini terdapat uji coba acak terkontrol untuk menilai hasil klinis, membandingkan tingkatan berbeda dari kekuatan tekanan darah di antara pasien yang datang dengan hipertensi emergensi.Otoregulasi cerebral dari tekanan darah berubah pada keadaan hipertensi emergensi. Karena itu, hal ini telah diterimabahwa reduksi cepat tekanan darah dapat mengakibatkan penurunan perfusi cerebralmelipatgandakankerusakan organ akhir [6]. Oleh karena itu, pengawasan hemodinamik arterial invasif pada perawatan intensif dilatarbelakangidenganrekomendasi penggunaanobatantihipertensi intravena kerja singkat yang dapat dititrasi pada situasi seperti ini [6].Panduan paraktik klinis berdasarkan JNC 7 menyarankan bahwamean arterial blood pressure(tekanan darah arterialrata-rata)harus dikurangi 120 mmHg atau tekanan darah sistolik > 220 mmHg [46,47]. "Permissive" hipertensi diperbolehkan selama 24-48 jam [46]. Pada pasien yang menerima trombolitik, monitoring tekanan darah yang lebih agresif (tekanan darah sistolik