Pengertian metodologi studi islam

19
Pengertian Metodologi Studi Islam, Tujuan Mempelajari Serta Manfaat Pengertian metodologi studi Islam - Metodologi Studi Islam terdiri dari dua kata yaitu metodologi dan Studi Islam . Dalam bahasa Arab Metodologi Studi Islam dipahami sebagai Dirosah Islamiyah, dalam bahasa Inggris Islamic Studies, dalam istilah Jerman Islam wissenschaft. (Wissenschaft memiliki makna ganda yang utuh, sebagai ilmu (science) maupun pengetahuan (knowledge), yang tidak dijumpai padanannya dalam bahasa Inggris (Lihat R.Pumer, Religionswissenchaft or religiology, dalam numen, no. 19, 1972, 103) Metodologi berasal dari bahasa latin methodologia, methodus + -logia – logy. Istilah ini pertama kali digunakan pada tahun 1800. Metodologi dimaknai A system of broad principles or rules from which specific methods or procedures may be derived to interpret or solve different problems within the scope of a particular discipline. Unlike an algorithm, a methodology is not a formula but a set of practices. (sebagai Sebuah sistem yang luas dari prinsip atau aturan dari metode atau prosedur yang khusus diturunkan untuk menafsirkan atau memecahkan berbagai masalah dalam lingkup tertentu dari sebuah disiplin ilmu. Tidak seperti algoritma , metodologi bukanlah rumus tetapi satu set praktek. Sedangkan studi Islam dipahami sebagai kajian yang bersifat ilmiah dan objektif dalam memahami tentang Islam. (http://www.businessdictionary.com/definition/methodology.html#ixzz1o06JmZQw) Studi Islam adalah sebuah upaya yang bersifat aspektual, polimetodis, pluralistik dan tanpa batas yang tegas. Ia bersifat aspektual dalam arti bahwa Islam harus diperlakukan sebagai salah satu aspek yang eksistensi. Sedangkan studi Islam bersifat polimetodis dalam arti bahwa berbagai metode atau disiplin yang berbeda digunakan untuk memahami Islam, oleh karena itu, orang perlu memahami Islam dengan metode sejarah, penyelidikan sosiologis, fenomenologis, dan sebagainya. Ia pluralistik karena ada banyak agama-agama dan tradisi lain disamping Islam. Studi Islam mulai dikembangkan oleh Mukti Ali pada akhir dekade

description

 

Transcript of Pengertian metodologi studi islam

Page 1: Pengertian metodologi studi islam

Pengertian Metodologi Studi Islam, Tujuan Mempelajari Serta Manfaat

Pengertian metodologi studi Islam - Metodologi Studi Islam terdiri dari dua kata yaitu metodologi dan Studi Islam. Dalam bahasa Arab Metodologi Studi Islam dipahami sebagai Dirosah Islamiyah, dalam bahasa Inggris Islamic Studies, dalam istilah Jerman Islam wissenschaft. (Wissenschaft memiliki makna ganda yang utuh, sebagai ilmu (science) maupun pengetahuan (knowledge), yang tidak dijumpai padanannya dalam bahasa Inggris (Lihat R.Pumer, Religionswissenchaft or religiology, dalam numen, no. 19, 1972, 103)

Metodologi berasal dari bahasa latin methodologia,  methodus + -logia –logy. Istilah ini pertama kali digunakan  pada tahun 1800. Metodologi dimaknai A system of broad principles or rules from which specific methods or procedures may be derived to interpret or solve different problems within the scope of a particular discipline. Unlike an algorithm, a methodology is not a formula but a set of practices. (sebagai Sebuah sistem yang luas dari prinsip atau aturan dari    metode atau prosedur yang khusus  diturunkan untuk menafsirkan atau memecahkan berbagai masalah dalam lingkup tertentu dari sebuah disiplin ilmu. Tidak seperti algoritma , metodologi bukanlah rumus tetapi satu set praktek.  Sedangkan studi Islam dipahami sebagai kajian yang bersifat ilmiah dan objektif dalam memahami tentang Islam. (http://www.businessdictionary.com/definition/methodology.html#ixzz1o06JmZQw) 

Studi Islam adalah sebuah upaya yang bersifat aspektual, polimetodis, pluralistik dan tanpa batas yang tegas. Ia bersifat aspektual dalam arti bahwa Islam harus diperlakukan sebagai salah satu aspek yang eksistensi. Sedangkan studi Islam bersifat polimetodis dalam arti bahwa berbagai metode atau disiplin yang berbeda digunakan untuk memahami Islam, oleh karena itu, orang perlu memahami Islam dengan metode sejarah, penyelidikan sosiologis, fenomenologis, dan sebagainya. Ia pluralistik karena ada banyak agama-agama dan tradisi lain disamping Islam.  

Studi Islam mulai dikembangkan oleh Mukti Ali pada akhir dekade tahun 70-an. Kajian masih bersifat stadium awal, terfokus pada persoalan praktis menyangkut penataan, pembinaan dan pengembangan hubungan antar pemeluk agama-agama di Indonesia. Memasuki dasawarsa tahun 80-an, studi agama memasuki fase baru yang segar dimana mulai muncul kajian-kajian yang secara tematik lebih variatif dan secara kualitattif lebih intensif. Situasi ini disebabkan oleh perkembangan dunia pendidikan, teknologi komunikasi dan transportasi, yang secara langsung membantu perkembangan internal kajian agama. (Ahmad Norma Permata,( ed) Metodologi Studi Agama (yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000), 27)

Tujuan   mempelajari metodologi studi Islam. Studi Islam (Islamic Studies) adalah salah satu studi yang mendapat perhatian dikalangan ilmuwan. Jika ditelusuri secara mendalam, nampak bahwa studi Islam mulai banyak dikaji oleh para peminat studi agama dan studi-studi lainnya. Dengan demikian, studi Islam layak untuk dijadikan sebagai salah satu cabang ilmu favorit. Artinya, studi Islam telah mendapat tempat dalam percaturan dunia ilmu pengetahuan.     

Islam sebagai agama ajaran-ajaran tidak hanya mencakup persoalan yang trasedental akan tetapi mencakup pula berbagai persoalan seperti  ekonomi, social, budaya, dan dimensi-dimensi lain dalam kehidupan manusia. Jika tinjau dari perkembangan Islam masa awal  telah mengalami perkembangan, terkait erat dengan persoalan-persoalan historis cultural. Perkembangan tersebut

Page 2: Pengertian metodologi studi islam

dapat diamati dari praktek-praktek keagamaan diberbagai wilayah Islam, dimana antara wilayah yang satu dengan wilayah yang lain berbeda-beda dalam praktek social keagamaan, sehingga benang merah yang memisahkan antara wilayah agama an sich, dan wilayah-wilayah social dan budaya yang telah menyatu dengan agama itu sendiri, menjadi tidak jelas.

Islam seperti agama-agama lainnya pada level historis empiris sarat dengan berbagai kepentingan yang menempel dalam ajaran dan batang tubuh ilmu-ilmu keagamaan itu sendiri. Campur aduk dan berkait kelindannya “agama” dengan berbagai “kepentingan” social kemasyarakatan menambah rumitnya mengatasi persoalan agama.

Perjalanan panjang sejarah Islam yang terhitung mulai dari abad 7 H sampai dengan abad ke 15 H dewasa ini, menjadikan Islam sebagai agama yang merambah keberbagai wilayah didunia, karena sesuai dengan misinya sebagai agama rahmatan lil alamin. Islam pun pernah menjadi kekuatan dan  bagian penting dalam sejarah peradaban dunia.

Salah satu persoalan mendesak untuk segera dipecahkan adalah masalah metodologi. Hal ini disebabkan oleh dua hal. Pertama, kelemahan dikalangan umat Islam dalam mengkaji Islam secara komperehensif adalah tidak menguasai metodologi. Kelemahan ini semakin terasa manakala umat Islam, khususnya di indonesia, tidak menjadi produsen pemikiran akan tetapi konsumen pemikiran. Jadi kelemahan umat islam bukan terletak pada kurangnya penguasaan materi namun lebih pada cara-cara penyajian materi yang dikuasai.

Kedua, ada anggapan bahwa studi Islam dikalangan   ilmuwan telah merambah ke berbagai wilayah. Misalnya, studi Islam sudah masuk kestudi kawasan, filologi, dialog, agama, antropologi, arkeologi, dsbnya.  

Disamping itu juga, perbedaan bentuk ekspresi dan karakteristik Islam antara satu wilayah dengan yang lainnya membuka wacana mengenai hubungan antara hal-hal yang bersifat normatif dan historis dari agama. Atas dasar itu, pemahaman terhadap persoalan hubungan antara normativitas dan historisitas sangat penting dalam rangka menguraikan esensi atau substansi dari ajaran yang nota benenya sudah terlembagakan, apalagi dalam konteks saat ini.

Selain itu, untuk menghidari terjadinya pemahaman yang bersifat campur aduk, tidak dapat menunjukkan secara distingtif mana wilayah agama dan mana wilayah tradisi atau budaya. Bila pencampuradukan itu terjadi, selanjutnya tidak akan bisa dihindari munculnya pemahaman yang distortif terhadap konsep kebenaran, antara yang absolut dan relatif.

Manfaat mempelajari Metodologi Studi Islam.

Dengan mempelajari metodologi studi Islam akan memberikan ruang dalam pemikiran yang lebih kritis terhadap persoalan agama, sehingga tidak menganggap bahwa ajaran Islam klasik dianggap sebagai taken for granted. Hal ini didasari atas adanya  pujian paradoksal terhadap dunia Islam. Dikatakan, salah satu penyebab kegagalan Islam dewasa ini justru disebabkan oleh keberhasilannya yang gilang gemilang pada masa lalu. Baik karena keyakinan akan ajarannya yang sudah mutlak sempurna serta warisan budaya masa lalu yang amat kaya dan menakjubkan, maka seakan tidak ada lagi ruang bagi umat Islam dewasa ini untuk melakukan inovasi, yang ada adalah melakukan

Page 3: Pengertian metodologi studi islam

konservasi, revitalisasi, dan kembali kepada kaidah-kaidah lama yang dipersepsikan sebagai zaman keemasan. Kuatnya memori of the past yang kemudian menjadi semacam ideologi yang disakralkan, maka dunia Islam secara psikologis merasa memiliki dunia tersendiri. Sikap ketertutupan ini pada urutannya membatasi kita untuk bisa melihat dan menerima realita dunia baru. Bahwa dunia pada abad lalu bukanlah dunia yang kita huni hari ini.  

Mengimbangi alur pemikiran keagamaan yang seringkali menonjolkan warna pemikiran keagamaan yang bersifat teologis-partikularistik. Hampir semua pengamatan sosial keagamaan sepakat bahwa pemikiran teologi, seringkali membawa kearah ketersekatan’ umat. Ketersekatan dan keterkotak-kotakan yang tidak dapat terhindarkan. (Amin Abdullah, Studi

Agama, Normativitas atau Historisitas, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), 13) Lebih lanjut Amin Abdullah menjelaskan ada dua ciri menonjol corak pemikiran teologis. Pertama, pemikiran teologis menekankan perlunya personal commintment terhadap ajaran agama yang dipeluknya. Agama adalah persoalan hidup dan mati (ultimate concern). Pemeluk agama tertentu akan akan mempertahankan ajaran-ajaran agamanya dengan gigih hingga rela berkorban. Di sini agama erat kaitannya dengan emosi. Kedua, ‘bahasa” yang digunakan pemeluk agama adalah bahasa seorang pelaku” atau pemain” (actor) bukan bahasa pengamat atau peneliti dari luar (spectator). Karenanya kesetiaan pada agama berimplikasi menyeluruh terhadap kehidupannya (Ibid, 50)

Dapat mendialogkan ilmu humaniora klasik seperti Fikih, Hadits, Kalam, Ulumul Qur’an dengan ilmu-ilmu humaniora kotemporer sehingga Islam dapat dijadikan sebagai ajaran yang mampu menjadi obat mujarab dalam mengatasi masalah kekinian.

Objek Pembahasan Metodologi Studi Islam

Islam sebagai agama tidak datang ke dalam “ruangan” dan kondisi yang kosong. Islam hadir kepada suatu masyarakat yang sudah sarat dengan keyakinan, tradisi dan praktik-praktik kehidupan. Masyarakat saat itu bukan tanpa ukuran moralitas tertentu, namun sebaliknya inheren di dalam diri mereka standar nilai dan moralitas.

Kemudian Dalam perjalanan panjang Islam, Islam mengalami asimilasi, perkembangan-perkembangan akibat adanya berbagai macam pemahaman yang dikembangkan oleh para tokoh-tokoh agama, ulama, pemikir-pemikir Islam. Dalam istilah Komarudin Hidayat Wahyu  ketika dilangit bersifat maskulin (tunggal), namun ketika membumi bersifat feminis. Hal ini berarti bahwa penafsiran terhadap wahyu al-Qur’an mengalami perkembangan  tidak hanya tekstual tetapi memahami wahyu al-Qur’an secara kontekstual.

Oleh sebab itu, Obyek kajian dalam Islam tidak hanya membahas tentang persoalan trasedental namun membahas hal lain yang menyangkut persoalan-persoalan ketika agama membumi. Berikut obyek kajian dalam studi Islam :

Komunitas setiap tradisi memiliki suatu komunitas keagamaan (gereja, masjid, ummah) yang memiliki beragam cabang dan yang membawa umat beriman ke dalam suatu konteks global.

Page 4: Pengertian metodologi studi islam

Ritual yang dapat dipahami dalam tiga aspek; penyembahan yang terus menerus, sakramen, dan upacara-upacara. Sakramen biasanya berkaitan dengan perjalanan kehidupan yang luar biasa, kelahiran, inisiasi (upacara tapabrata), perkawinan dan kematian. Upacara-upacara sering merayakan tanggal kelahiran atau peristiwa-peristiwa besar lainnya dari kehidupan tokoh-tokoh-tokoh besar seperti yesus, Musa, Muhammad, Krishna dan Budha. Aktivitas penyembahan, sangat beragam dari segi frekuensi, watak, dan signifikansinya namun seluruh agama memilikinya.

Etika; seluruh tradisi memiliki keinginan mengkonseptualisasikan dan membimbing kearah kehidupan yang baik, dan  semua menyepakati persoalan-persoalan dasar seperti keharusan menghindari kebohongan, mencuri, pembunuhan, membawa aib keluarga, mengingkari cinta. Tradisi-traisi monoreistik menyerukan agar mencintai manusia dan Tuhan, sedang tradisi-tradisi timur lebih cendrung menyerukan concernetis kepada alam.

Keterliban social dan politis; komunitas-komunitas keagamaan merasa perlu terlibat dalam masyarakat yang lebih luas untuk mempengaruhi, mereformasi, atau beradaftasi dengannya kecuali jika agama dan masyarakat saling terpisah seperti dalam agama-agama primal.

Kajian teks dan Kitab suci, termasuk mite atau sejarah suci dalam kitab suci atau tradisi oral yang dengannya masyarakat hidup, dengan mengenyampingkan agama-agama primal, kebanyakan tradisi memiliki kitab-kitab sebagai suatu canon (peraturan-peraturan). (Di Jerman, hingga hari ini, kajian-kajian terhadap bahasa, budaya dan agama merupakan inti dari studi Islam yang dipelajari, dan di universitas lebih dikenal sebagai Orientalische Seminar. Diantara pemula pakar bahasa Arab dari Jerman adalah Johan Jokab Reiske (1716-1774). Kajian-kajian bahasa Arab berkembang secara luas di Eropa sejak permulaan abad ke-19. Salah satu dari ahli-ahli dalam bidang ini adalah seorang sarjana Perancis A.I. Sylvestre de Sacy. Lihat Jacques Waardenburg, Studi Islam di Jerman, dalam Azim Nanji (ed),   Peta Studi Islam (Yogyakarta: Fajar Pustaka baru, 2003), 3)

Konsep atau doktrin

Estetika; dalam tingkat akar rumput di sepanjang sejarah, estetika merupakan hal yang signifikan. Ikonografi di taj mahal dan parmadani di Persia

Spiritualitas yang menekankan sisi dalam (batin) dari agama. (Frank Whaling, Pendekatan Teologis,

dalam Peter Connoly (ed.) Aneka Pendekatan Studi Agama, (Yogyakarta: LKIS, 1999), 321) Spritualitas Muslim dalam makna luas dengan jelas mengekpresikan dirinya dalam berbagai cara dan bentuk yang sangat berbeda, dari kesalehan yang lebih tradisional kepada bentuk-bentuk pengalaman mistik pribadi, dalam berbagai ekspresinya yang berbeda, dari pengalaman Hadis kepada puisi yang mengisyaratkan pada yang absolut. Meskipun selalu ada banyak referensi bagi ‘’isyarat-isyarat” Tuhan, isyarat-isyarat tersebut memainkan peran yang sangat berbeda dalam berbagai cara yang berbeda pula.

Page 5: Pengertian metodologi studi islam

Pengertian metodologi

Menurut bahasa (etimologi), metode berasal dari bahasa Yunani, yaitu meta (sepanjang),

hodos (jalan). Jadi, metode adalah suatu ilmu tentang cara atau lanhkah-langkah yang di tempuh

dalam suatu disiplin tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Metode berarti ilmu cara

menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Metode juga disebut pengajaran atau penelitian.

Menurut istilah (terminologi), metode adalah ajaran yang memberi uraian, penjelasan,

dan penentuan nilai. Metode biasa digunakan dalam penyelidikan keilmuan. Hugo F. Reading

mengatakan bahwa metode adalah kelogisan penelitan ilmiah, sistem tentang prosedur dan teknik

riset.

Ketika metode digabungkan dengan kata logos maknanya berubah. Logos berarti “studi

tentang” atau “teori tentang”. Oleh karena itu, metodologi tidak lagi sekedar kumpulan cara yang

sudah diterima(well received) tetapi berupa berupa kajian tentang metode. Dalam metodologi

dibicarakan kajian tentang cara kerja ilmu pengetahuan. Pendek kata, bila dalam metode tidak

ada perbedaan, refleksi dan kajian atas cara kerja ilmu pengetahuan, sebaliknya dalam

metodologi terbuka luas untuk mengkaji, mendebat, dan merefleksi cara kerja suatu ilmu. Maka

dari itu, metodologi menjadi menjadi bagian dari sistematika filsafat, sedangkan metode tidak.[2]

Metodologi adalah ilmu cara- cara dan langkah- langkah yang tepat ( untuk menganalisa

sesuatu) penjelasan serta menerapkan cara.[3]

Istilah metodologi studi islam digunakan ketika seorang ingin membahas kajian- kajian

seputar ragam metode yang biasa digunakan dalam studi islam. Sebut saja misalnya kajian atas

metode normative, historis, filosofis, komparatif dan lain sebagainya. Metodologi studi islam

mengenal metode- metode itu sebatas teoritis. Seseorang yang mempelajarinya juga belum

menggunakannya dalam praktik. Ia masih dalam tahap mempelajari secara teoritis bukan praktis.

2.      Ruang lingkup studi Islam:

Agama sebagai obyek studi minimal dapat dilihat dari segi sisi:

a.       Sebagai doktrin dari Tuhan yang sebenarnya bagi para pemeluknya sudah final dalam arti

absolute, dan diterima apa adanya.

Page 6: Pengertian metodologi studi islam

b.      Sebagai gejala budaya, yang berarti seluruh yang menjadi kreasi manusia dalam kaitannya

dengan agama, termasuk pemahaman orang terhadap doktrin agamanya.

c.       Sebagai interaksi social, yaitu realitas umat Islam.

Bila islam dilihat dari tiga sisi, maka ruang lingkup studi islam dapat dibatasi pada tiga sisi

tersebut. Oleh karena sisi doktrin merupakan suatu keyakinan atas kebenaran teks wahyu, maka

hal ini tidak memerlukan penelitian didalamnya.

B. Pendekatan-pendekatan dalam metodologi studi islam

Dewasa ini kehadiran agama semakin dituntut agar ikut terlibat secara aktif diberbagai

masalah yang dihadapi umat manusia. Agama tidak boleh hanya dijadikan sekadar menjadi

lambang kesalehan atau berhenti sekadar disampaikan dalam khotbah, melainkan secara

konsepsional menunujukkan cara-cara yang paling efektif dalam memecahkan masalah. .

Adapun pendekatan yang dimaksud di sini (bukan dalam konteks penelitian), namun cara

pandang atau paradigma yang terdapat dalam satu bidang ilmu yang selanjutnya digunakan

dalam memahami agama

Diketahui bahwa islam sebagai agama yang memiliki banyak dimensi, yaitu mulai dari

dimensi keimanan, akal pikiran, ekonomi, politik, ilmu pengetahuan dan teknologi, lingkungan

hidup, sejarah, perdamaian, sampai pada kehidupan rumah tangga, dan masih banyak lagi. Untuk

memahami berbagai dimensi ajaran islam tersebut jelas memerlukan berbagai pendekatan yang

digali dari berbagai disiplin ilmu. Di dalam Alqur’an yang merupakan sumber ajaran Islam,

misalnya dijumpai ayat- ayat tentang proses pertumbuhan dan perkembangan anatomi tubuh

manusia. Untuk menjelaskan masalah ini jelas memerlukan dukungan ilmu anatomi tubuh

manusia. Selanjutnya untuk membahas ayat- ayat yang berkenaaan dengan masalah tanaman dan

tumbuh- tumbuhan jelas memerlukan bantuan ilmu pertanian.

Berkenanaan dengan pemikiran diatas, maka kita perlu mengetahui dengan jelas

pendekatan-pendekatan yang dapat digunakan dalam memahamai agama. Hal ini perlu

dilakukan, karena melalui pendekatan tersebut kehadiran agama secara fugsional dapat dirasakan

Page 7: Pengertian metodologi studi islam

oleh penganutnya. Sebaliknya tanpa mengetahui berbagai pendekatan tersebut, tidak mustahil

agama menjadi sulit dipahami oleh masyarakat, tidak fungsional, dan akhirnya masyarakat

mencari pemecahan masalah kepada selain agama, dan hal ini tidak boleh terjadi. Untuk lebih

jelasnya pendekatan tersebut dapat kita pelajari sebagai berikut:

a.          Pendekatan Sosiologis

Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat dan

menyelidiki ikatan-ikatan antara manusia yamng menguasai hidupnya. Sosiologi mencoba

mengerti sifat dan maksud hidup bersama, cara yang terbentuk dan tumbuh serta berubahnya

perserikatan-perserikatan hidup itu serta pula kepercayaannya, keyakinan yang memberi sifat

tersendiri kepada cara hidup bersama itu dalam tiap persekutuan hidup manusia.

Harus ditegaskan disini bahwa orang yang pertama kali menggagas sekaligus

memperaktikkan sosiologi sebagai sebuah disiplin ilmu baru yang mandiri adalah ibn khaldun.

Namun, sebagian besar sosiolog memandang kontribusi ibn khaldun begitu kecil dalam

sosiologi. Mereka lebih mengakui karl max dan august comte sebagai seorang yang yang paling

berjasa bagi disiplin ilmu sosiologi.[4]

Pendekatan sosiologis dibedakan dari pendekatan studi agama lainnya karena fokus

perhatiannya pada interaksi antara agama dan masyarakat. Teori sosiologis tentang watak agama

serta kedudukan dan signifikansinya dalam dunia sosial, mendorong di tetapkannya serangkaian

kategori-kategori sosiologis, meliputi:

1.      Stratifikasi sosial, seperti kelas dan etnisitas

2.      Kategori bisosial, seperti seks, gender perkawinan, keluarga masa kanak-kanak dan usia

3.      Pola organisasi sosial, meliputi politik, produksi ekonomis, sistem-sistem pertukaran dan

birokrasi.

4.      Proses sosial, seperti formasi batas, relasi intergroup, interaksi personal, penyimpangan, dan

globalisasi.[5]

Dalam al-quran terdapat tuntunan yang banyak membicarakan realitas tertinggi yang

menunjukan bahwa ia, secara filosofis, tidak menerima selainnya. Namun disisi lain (sosiologis),

ia juga dengan sangat toleran menerima kehadiran keyakinan lain (lakum dinukum waliyaddin).

[6]

Page 8: Pengertian metodologi studi islam

b.         Pendekatan Historis

Sejarah atau historis adalah suatu ilmu yang membahas berbagai peristiwa dengan

memperhatikan unsur tempat, waktu, objek, latar belakang, dan pelaku dari peristiwa tersebut.

Menurut ilmu ini, segala peristiwa dapat dilacak dengan melihat kapan peristiwa itu terjadi,

dimana, apa sebabnya, siapa yang terlibat dalam peristiwa tersebut, dan lain sebagainya.[7]

Pendekatan kesejarahan ini amat dibutuhkan dalam memahami agama, karena agama itu

sendiri turun dalam situasi yang kongkrit bahkan berkaitan dengan kondisi social

kemasyarakatan. Dalam kontek ini Kuntowijaya telah melakukan studi yang mendalam terhadap

agama yang dalam hal ini islam menurut pendekatan sejarah. Ketika ia mempelajari Al-qur’an, ia

sampai pada kesimpulan bahwa dasarnya kandungan Al-qur’an itu menjadi dua bagian. Bagian

pertama berisi konsep-konsep dan bagian kedua berisi kisah-kisah sejarah dan perumpamaan.

Melalui pendekatan sejarah ini seseorang diajak menukik dari alam idealis ke alam yang

bersifat empirism dan mendunia. Dari kedaan ini seseorang akan melihat adanya kesenjangan

atau keselarassan antara yang terdapat dalam alam idealis dengan yang ada dalam empiris dan

historis. Pendekatan kesejarahan ini amat dibutuhkan dalam memahami agama, karena Agama

itu sendiri turun dalam situasi yang konkret bahkan berkaitan dengan kondisi sosial

kemasyarakatan.

c.          Pendekatan Antropologis

Pendekatan ini dapat diartikan sebagai salah satu upaya dalam memahamai agama

dengan cara melihat wujud praktek keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat.

Melalui perndekatan ini agama tamapak lebih akrab dan dekat dengan masalah-masalah yang

dihadapi manusia dan berupaya menjelaskan dan memberikan jawabannya.

Dalam berbagai penelitian antropologi. Agama dapat ditemukan adanya hubungan positif

antara kepercayaan agama dengan kondisi ekonomi dan politik golongan masyarakat yang

kurang mampu pada umumnya lebih tertarik kepada gerakan-gerakan keagamaan yang mesianis,

yang menjanjikan perubahan tatanan sosial masyarakat. Sedangkan golongan orang yang kaya

lebih cenderung untuk mempertahankan tatanan masyarakat yang sudah mapan secara ekonomi

lantaran tatanan itu menguntungkan pihaknya.

Melalui pendekatan antropologi sosok agamayang berada pada daratan empiric akan

dapat dilihat serat-seratnya dan latar belakang mengapa ajaran agama tersebut muncul dan

Page 9: Pengertian metodologi studi islam

dirumuskan. Antropologi berupaya melihat hubungan antara agama dengan berbagai pranata

yang terjadi dimasyarakat.[8]

Dalam pendekatan ini kita melihat bahwa agama ternyata berkorelasi dengan etos kerja

dan perkembangan ekonomi suatu masyarakat. Dalam hubungan ini, jika ingin mengubah

pandangan dan sikap etos kerja seseorang maka dapat dilakukan dengan cara mengubah

pandangan keagamaan. Selanjutnya melalui pendekatan antropologis ini, kita dapat melihat

agama dalam hubungannya dengan mekanisme pengorganisasian.

Salah satu konsep kunci terpenting dalam antropologi adalah modern adalah holisme,

yakni pandangan bahwa prakyik-praktik sosial harus diteliti dalam konteks dan secara esensial

dilihat sebagai praktik yang berkaitan dengan yang lain dalam masyarakat yang sedang diteliti.

Para antropologis harus melihat agama dan praktik-praktik pertanian, kekeluargaan dan politik,

magic dan pengobatan (secara bersama-sama maka agama tidak bisa dilihat sebagai system

otonom yang tidak terpengaruh oleh praktik-praktik sosial lainnya.[9]

d.            Pendekatan Psikologi

Psikologi atau ilmu jiwa adalah jiwa yang mempelajari jiwa seseorang melalui gejala

perilaku yang dapat diamatinya. Menurut Zakiah Daradjat, perilaku seseorang yang tampak

lahiriah terjadi karena dipengaruhi oleh keyakinan yang dianutnya. Ilmu jiwa agama

sebagaimana yang dikemukakan Zakiah Daradjat, tidak akan mempersoalkan benar tidaknya

suatu agama yang dianut seseorang, melainkan yang dipentingkan adalah bagaimana keyakinan

agama tersebut terlihat pengaruhnya dalam perilaku penganutnya.

Dengan ilmu jiwa ini seseorang selain akan mengetahui tingkat keagamaan yang dihayati,

dipahami dan diamalkan seseorang juga dapat digunakan sebagai alat untuk memasukkan agama

ke dalam jiwa seseorang sesuai dengan tingkatan uasianya. Dengan ilmu agama akan

menemukan cara yang tepat dan cocok untuk menanamkannya.

Label “psikologi agama” seolah menunjukan bahwa bidang ini merupakan cabang

psikologi yang concern dengan subjek agama, sejajar dengan psikologi pendidkan, atau psikologi

olahraga, atau psikologi klinis. Akan tetapi kenyataanya, psikologi agama berada di bagian luar

mainstream psikolog

Page 10: Pengertian metodologi studi islam

PENGERTIAN, TUJUAN, DAN FUNGSI METODOLOGI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

A.    Pendahuluan

Metodologi merupakan hal yang sangat penting dalam Pendidikan Agama Islam (PAI). Semakin baik metode yang digunakan, maka akan semakin efektif dan efisien pula pencapaian tujuannya. Dalam metode  mangajar,   faktor   guru,   siswa,   bahan   yang   akan  diajarkan,   situasi,   sarana,   prasarana,   serta fasilitas-fasilitas   lainnya   sangat   besar   pengaruhnya.   Dengan   banyaknya   faktor-faktor   yang mempengaruhi   di   dalam   penggunaan   suatu   metode,   maka   disini   seorang   guru   dituntut   untuk menetapkan metode yang paling baik dan harus dipakai di dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam agar pembelajaran tersebut berhasil.

B.     Pengertian MPAI

Metodologi   terdiri   dari   kata   metodo   dan   logi.   Metode   berasal   dari  bahasa greek ‘metha’ (melalui/melewati) dan ‘hodos’ (jalan/cara).  Metode berarti  jalan atau  cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu. Logi berasal dari kata ‘logos’ yang artinya ilmu. Jadi, metodologi berarti ilmu yang membahas tentang jalan atau cara yang harus dilalui untuk  mencapai tujuan tertentu.

Metodologi   pendidikan   agama   Islam  berarti   cara-cara   yang   tepat   dipakai   untuk  membentuk kepribadian agama Islam kepada peserta didik, melalui contoh teladan, pembiasaan, ganjaran ataupun hukuman.   Sedangkan   metodologi   pengajaran   agama   adalah   cara-cara   yang   tepat   dipakai   untuk mengajarkan   agama   kepada   peserta   didik,   agar  memiliki   pengetahuan   agama.  Adapun  metodologi Pengajaran Agama adalah cara-cara yang tepat digunakan agar peserta didik belajar agama, dalam arti berusaha melakukan perubahan perilaku dengan mengikuti tuntunan agama yang dipeluknya.

Sebagai   ilmu,   metodologi   pengajaran  merupakan   salah   satu   cabang   dari   pedagogik   yang membahas tentang pengajaran, yang disebut didaktik , didaktik ini dibagi mnjadi dua, yaitu:

1.      Didaktik   umum,   yang  membahas   prinsip-prinsip umum mengajar   yang   berlaku   untuk   semua  mata pelajaran.

2.      Didaktik khusus, yang membahas pelaksanaan cara-cara mengajar yang disebut dengan metodik.Metodik dalam pembahasan ini akan dibagi lagi menjadi dua, yaitu:

1.      Metodik umum, yang berlaku untuk semua mata pelajaran. Hal ini berarti tidak membedakan antara pendidikan umum dan pendidikan Agama.

2.      Metodik   khusus,   yang   hanya   berlaku   untuk   mata   pelajaran   tertentu,   misalnya   Metodik   Khusus Pendidikan Agama Islam (MKPAI), yang kini disebut dengan Metodologi Pendidikan Agama Islam

C.    Ruang lingkup, ilmu-ilmu bantu,m dan manfaat MPAI

Dalam pembahasan ini, ruang lingkup MPAI ini meliputi:1.      Tujuan pendidikan dan pengajaran agama2.      Materi atau bahan pelajaran agama3.      Metode pengajaran agama4.      Alat/ media/ sumber pendidikan agama, dan.

Page 11: Pengertian metodologi studi islam

5.      Evaluasi pendidikan agamaSedangkan, Ilmu-ilmu bantu bagi MPAI adalah sebagai berikut:

1.      Filsafat, memberikan sumbangannya dalam hal merumuskan tujuan, pendidikan/ pengajaran agama2.      Psikologi, memberikan penjelasan kondisi sikologis peserta didik3.       pedagogik   dan   didaktik,   memberikan   sumbangan   dalam   hal  pemilihan   dan  penentuan   metode 

pembelajaran yang akan pakai4.      Sosiologi, memberikan sumbangan penjelasan terkait  dengan  lingkungan masyarakat  sebagai  sumber 

belajar.Manfaat mempelajari MPAI bagi guru agama islam dan peserta didik sebagai berikut:

1.      Guru Agama Islam. MPAI dapat digunakan sebagai pedoman bagi guru dalam proses belajar mengajar. Dalam hal pemilihan dan penentuan metode mengajar yang akan dipakai agar berhasil dengan baik.

2.      Peserta didik. Hasil pembelajaran akan mudah dipahami, dimengerti, dan berarti bagi kehidupan peserta didik. Dan dapat menggunakannya dalam berbagai situasi, dalam kehidupan sehari-hari.

D.    Fungsi Pendidikan Agama Islam

Menurut john sealy (Chabib Thaha, dkk, 1999), pendidikan  agama, termasuk PAI dapat diarahkan untuk   mengemban   salah   satu   atau   gabungan   dari   beberapa   fungsi,   yaitu:   konfensional,   neo konfensional, konfensional tersembunyi, implisit dan non konfensional.  Untuk lebih jelasnya :

1.      Konfensional,   artinya   pendidikan   agama   dimaksudkan   untuk  mningkatkan   komitmen   dan   perilaku keberagaman peserta didik.

2.      Neo konfensional,  yakni  pendidikan  agama dimaksudkan untuk  meningkatkan keberagaman peserta didik sesuai dengan keyakinannya.

3.      Konfensinal   tersembunyi,   artinya  pendidikan   agama   menawarkan   sejumlah   ajaran   agama   dengan harapan peserta didik  nantinya akan memilih salah satunya yang dianggap paling benar atau sesuai dengan dirinya, tanpa ada arahan pada salah satu diantaranya.

4.      Implisit, artinya pendidikan agama dimaksudkan untuk mengenalkan kepada peserta didik ajaran agama secara terpadu dengan seluruh aspek kehidupan, melalui berbagai subyek pelajaran.

5.      Non konfension, artinya pendidikan agama dimaksudkan sebahai alat untuk memahami keyakinan atau pandangan hidup yang dianut orang lain.

Dari   berbagai   fungsi   diatas,   perlu  dikonfirmasikan  dengan undang-undang Republik   Indonesia, nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional  penjelasan pasal 37 ayat 1 pendidikan agama dimaksudkan   untuk  menjadi manusia   yang   beriman   dan   bertakwa  kepada   Tuhan   Yang Maha   Esa. Menurut Malik Fajar  (1998),   fungsi  pendidikan agama di  sekolah adalah memberikan  landasan yang mampu menggugah kesadaran dan mendorong peserta didik melakukan perbuatan yang mendukung pembentukan pribadi muslim yang kuat (Pemeluk agama yang taat), landasan itu meliputi:

1.      Landasan  motivasional, yaitu  pemupukan sifat positif  peserta  didik untuk menerima ajaran agamanya dan sekaligus bertanggung jawab terhadap pengamalannya dalam kehidupan sehari-hari.

2.      Landasan etik, yaitu tertanamnya norma-norma keagamaan peserta didik sehingga perbuatannya selalu diacu oleh isi, jiwa dan semangat akhlakul karimah.

3.      Landasan moral, yaitu tersusunya tata nilai (value system) dalam diri peserta didik yang bersumber dari ajaran agamanya sehingga memiliki daya tahan dalam menghadapi setiap tantangan dan perubahan.

Page 12: Pengertian metodologi studi islam

Berdasarkan acuan pedagogis, penanaman motivasi, etik dan moral itu, pada dasarnya pendidikan agama adalah menanamkan seperangkat nilai, yaitu iman, amal dan takwa.

Agar di masa depan agama tetap berada dalam bingkai misi profetiknya, dibutuhkan pemahaman dan penghayatan yang utuh kepada agama. R. Stark dan C.Y. Lock, mengungkap lima dimensi agama yang penting, yaitu:

1.      Dimensi keyakinan. Inilah yang menjadi prioritas utama, selain syari’ah dan akhlak.2.      Dimensi praktek agama, terutama dalam bentuk spiritual, seperti sholat, puasa, zakat, dan haji3.      Dimensi pengalaman, artinya tanggapan pemeluk agama yang melibatkan akal, perasaan dan kehendak 

hati terhadap apa yang dihayati sebagai realitas mutlak.4.      Dimensi pengetahuan dan intelektual, minimal mengenai dasar-dasar keyakinan, ritual-ritual, kitab suci, 

dan tradisi.5.      Dimensi konsekuensi, yang berarti akibat yang ditimbulkan dalam kehidupan sosial.E.     Faktor- factor

Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pemilihan metode mengajar yaitu:1.      Faktor tujuan yang dicapai2.      Peserta didik yang dihadapi3.      Guru yang mengajar4.      Situasi yang berbeda5.      Fasilitas yang tersedia

F.     Kerangka teoritik Metodologi Pendidikan Agama Islam (MPAI)

Terdapat berbagai  cara yang dapat ditempuh oleh guru dalam memilih  cara atau metode  ini, beserta bahan pelajaran yang akan disampaikan. Jadi metode itu hanyalah menentukan prosedur yang akan diikuti.

Beberapa ayat al-Qur’an yang dapat digunakan dalam metode ini antara lain:

1.      Q.S. al-Qiyamah:17-18,¨bÎ) $uZøŠn=tã ¼çmyè÷Hsd ¼çmtR#uäö�è%ur ÇÊÐÈ   #sŒÎ*sù 

çm»tRù&t �s% ôìÎ7¨?$$sù ¼çmtR#uäö�è% ÇÊÑÈ  Artinya: Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya.Apabila Kami telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu. (Q.S. al-Qiyamah:17-18)

2.      Q.S. al-‘Alaq: 1-5,ù&t �ø%$# ÉOó™$$Î/ y7În/u‘ “Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ   t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ   ù&t �ø%$# y7š/u‘ur ãPt �ø.F{$# ÇÌÈ   “Ï%©!$# 

zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ   zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷ètƒ ÇÎÈ  

Artinya: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah yang Maha pemurah.Yang mengajar (manusia)

Page 13: Pengertian metodologi studi islam

dengan perantaran kalam(tulis baca). Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (Q.S. al-‘Alaq: 1-5)

3.      Q.S. al-Furqon: 32,tA$s%ur tûïÏ%©!$# (#rã �xÿx. Ÿwöqs9 tAÌh“çR Ïmø‹n=tã 

ãb#uäö�à)ø9$# \'s#÷Häd Zoy‰Ïnºur 4 y7Ï9ºx‹Ÿ2 |MÎm7s[ãZÏ9 ¾ÏmÎ/ x8yŠ#xsèù ( çm»oYù=¨?u‘ur Wx‹Ï?ö�s? ÇÌËÈ  

Artinya: Berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa Al Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?"; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya kelompok demi kelompok (teratur dan benar). (Q.S. al-Furqon: 32).

G.    KesimpulanMetodologi   pendidikan   agama   Islam  berarti   cara-cara   yang   tepat   dipakai   untuk  membentuk 

kepribadian agama Islam kepada peserta didik, melalui contoh teladan, pembiasaan, ganjaran ataupun hukuman.

MPAI  memiliki   ilmu bantu,  yang saling   terkait  antara  satu  sama  lain.  Mempelajari  MPAI   juga bermanfaat bagi pendidik dan juga peserta didik.

Fungsi  pendidikan agama  islam adalah agar  menjadikan manusia  yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang maha esa, yang berarti memberikan landasan yang mampu menggugah kesadaran dan   mendorong   peserta   didik   melakukan   perbuatan   yang   mendukung   pembentukan   pribadi muslim yang taat beribadah.