Pengertian Etika
-
Upload
dinar-widyasmara -
Category
Documents
-
view
878 -
download
5
Transcript of Pengertian Etika
Etika, Moral, dan Akhlak
ETIKA, MORAL DAN AKHLAK
Diajukan untuk memenuhi tugas ujian tengah semester
mata kuliah Seminar Pendidikan Agama Islam.
Dosen: Ani Nur’aeni, M.Pd.
Oleh
Konsentrasi Bahasa
1. Dinar Widyasmara 0801571 (07)
2. Nita Setia Rima 0803222 (15)
3. Opik Sukmana 0801579 (19)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
KAMPUS SUMEDANG
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2010
Etika, Moral, dan Akhlak
KATA PENGANTAR
الرحيم الرحمن الله بسم
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala
puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya lah
maka kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Etika, Moral, dan Akhlak.
Makalah ini merupakan salah satu tugas Ujian Tengah Semester
perkuliahan Seminar Pendidikan Agama Islam. Dalam penulisan makalah ini,
kami banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan yang bermanfaat dari berbagai
pihak, maka pada kesempatan ini perkenankanlah kami mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan
makalah ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan-kekurangan. Hal ini bukanlah suatu kesengajaan melainkan karena
keterbatasan ilmu dan kemampuan kami. Untuk itu kami mengharapkan
tanggapan, kritikan dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata kepada-Nya jualah kita berserah diri,
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Wassalam.
Sumedang, November 2010
Penulis
Etika, Moral, dan Akhlak
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
2. Tujuan Penulisan
3. Rumusan Masalah
4. Sistematika Penulisan
BAB II. PEMBAHASAN
1. Pengertian Etika, Moral, dan Akhlak
2. Perbedaan Akhlak dengan Moral dan Etika
3. Aktualisasi Akhlak dalam Kehidupan
4. Upaya Membina Akhlak
5. Pendidikan Akhlak
6. Implementasi Pendidikan Akhlak dalam Kehidupan Sehari-hari
BAB III. PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Etika, Moral, dan Akhlak
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sikap hidup yang baik harus sesuai dengan etika, moral, dan akhlak. Etika,
moral dan akhlak merupakan sesuatu yang patut dimiliki oleh setiap manusia.
Akhlak adalah kelakuan, yang mana akhlak di sini adalah berupa
kelakuan manusia yang sangat beragam, keanekaragaman tersebut dapat
ditinjau dari berbagai sudut, antara lain nilai kelakuan yang berkaitan dengan
baik dan buruknya suatu perbuatan manusia itu sendiri. Etika merupakan ilmu
tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban
moral (akhlak). Sedangkan Moral adalah nilai-nilai dan norma-norma yang
menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur
tingkah lakunya.
Berbicara tentang Etika, Moral dan Akhlak, maka dalam makalah ini
penulis akan mencoba sedikit menguraikan tentang hal-hal trsebut.
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi permasalahannya yaitu :
1. Jelaskan pengertian etika, moral, dan akhlak!
2. Jelaskan perbedaan akhlak dengan moral dan etika!
3. Bagaimana aktualisasi akhlak dalam kehidupan?
4. Bagaimana upaya-upaya membina akhlak?
5. Jelaskan mengenai pendidikan akhlak!
6. Bagaimana implementasi pendidikan akhlak dalam kehidupan sehari-hari?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas
Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Seminar Pendidikan Agama Islam dan
supaya kita lebih mengetahui tentang Etika, Moral, dan Akhlak diantaranya :
1. Mengetahui pengertian etika, moral, dan akhlak
Etika, Moral, dan Akhlak
2. Mengetahui dan memahami perbedaan akhlak dengan moral dan etika
3. Mengetahui aktualisasi akhlak dalam kehidupan
4. Mengetahui dan memahami upaya-upaya membina akhlak
5. Mengetahui pendidikan akhlak
6. Mengetahui implementasi pendidikan akhlak dalam kehidupan sehari-hari.
D. Sistematika
Dalam makalah ini, penulis akan menjabarkan tema yang digunakan,
dimulai dari Bab Pendahuluan. Dalam Bab ini, isinya ada Latar Belakang
Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan penulisan dan sistematika. Dalam bab
kedua, penulis akan menjabarkan atau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
terdapat di dalam rumusan masalah.
Dalam Bab terakhir, Bab Penutup dalam makalah ini. Dalam ini, penulis
membuat kesimpulan dari isi bab kedua, yang menjabarkan atau menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang terdapat di rumusan masalah. Masih dalam bab
terakhir ini, penulis juga menuliskan saran.
Etika, Moral, dan Akhlak
BAB II
ETIKA, MORAL DAN AKHLAK
A. Pengertian Etika, Moral dan Akhlak
1. Etika
Etika berasal dari Bahasa Yunani “ethes”, artinya adat kebiasaan.
Beberapa ahli mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian etika,
diantaranya ada Webster’s Dict. (Dr. H. Hamzah Ya’qub, 1996: 12) ‘etika
adalah ilmu tentang tingkah laku manusia prinsip-prinsip yang
disistimatisir tentang tindakan moral yang betul.’
Ensiklopedi Winkler Prins (Dr. H. Hamzah Ya’qub, 1996:13) ‘etika
adalah bagian filsafat yang memperkembangkan teori tentang tindakan,
hujah-hujahnya dan tujuan yang diarahkan kepada makna tindakan.’
Dr. H. Hamzah Ya’qub (1996: 13), dalam bukunya sendiri menuliskan
bahwa “etika ialah ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang
buruk dengan memperlihatkan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat
diketahui oleh akal pikiran.”
Jadi bisa disimpulkan bahwa etika adalah ilmu yang membatasi mana
yang baik dan mana yang buruk sesuai dengan akal pikiran.
2. Moral
Perkataan “moral” berasal dari bahasa Latin “mores” kata jama’ dari
“mos” yang berarti adat kebiasaan. Dalam Bahasa Indonesia, moral
diterjemahkan dengan arti susila.
Dr. H. Hamzah Ya’qub (1996: 14) dalam bukunya menuliskan bahwa
“moral adalah sesuai dengan ide-ide yang umumnya tentang tindakan
manusia, mana yang baik dan mana yang wajar.”
Drs. A. Toto Suryana Af, M.Pd. dkk (2006: 188) dalam bukunya
menuliskan bahwa “moral adalah tindakan manusia yang sesuai dengan
ide-ide umum (masyarakat) yang baik dan wajar.”
Etika, Moral, dan Akhlak
Dari dua pengertian di atas, bisa disimpulkan bahwa moral adalah
penilaian bagi baik dan wajar berdasarkan keumuman yagng sudah ada di
masyarakat.
3. Akhlak
Perkataan “Akhlak” berasal dari Bahasa Arab jama’ dari “khuluqun”
yang menurut logat diartikan sebagai budi pekerti, perangai, tingkah laku
atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan
perkataan “Khalqun” yang berarti kejadian, serta erat hubungannya dengan
“Khaliq” yang berarti pencipta, dan “Makhluq” yang bersrti di ciptakan.
Prof. Dr. Ahmad Amin (Dr. H. Hamzah Ya’qub, 1996: 12) dalam
bukunya “Al-Akhlaq” merumuskan pengertian akhlak.
‘Akhlak adalah suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh setengah manusia kepada lainnya menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harus diperbuat.’
Drs. A. Toto Suryana Af, M.Pd. dkk (2006: 188) menyatakan bahwa
“Akhlak adalah pengetahuan yang menjelaskan tentang baik dan buruk,
mengatur pergaulan manusia, dan menentukan tujuan akhir dari usaha dan
pekerjaannya.”
Dari dua pengertian yang telah dikemukakan di atas, dapat
disimpulkan bahwa akhlak adalah sebuah pengetahuan yang mencakup
baik buruk tentang segala sesuatu, baik itu dalam pergaulan manusia,
usaha yang ditempuhnya dan lain sebagainya.
B. Perbedaan antara Etika, Moral dan Akhlak
Perbedaan antara akhlak dengan moral dan etika dapat dilihat dari dasar
penentuan atau standar ukuran baik dan buruk yang digunakannya. Standar
baik dan buruk akhlak berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah Rasul, sedangkan
moral dan etika berdasarkan adat istiadat atau kesepakatan yang dibuat oleh
manusia.
Etika, Moral, dan Akhlak
Suatu masyarakat jika masyarakat menganggap suatu perbuatan itu baik
maka baik pulalah nilai perbuatan itu. Dengan demikian standar nilai moral
dan etika bersifat lokal dan temporal, sedangkan standar akhlak bersifat
universal dan abadi. Dalam pandangan Islam, akhlak merupakan cermin dari
apa yang ada dalam jiwa seseorang. Karena itu akhlak yang baik merupakan
dorongan dari keimanan seseorang, sebab keimanan harus ditampilkan dalam
prilaku nyata sehari-hari. Inilah yang menjadi misi diutusnya Rasul
sebagaimana disabdakannya : “ Aku hanya diutus untuk menyempurnakan
akhlak manusia.” (Hadits riwayat Ahmad)
Secara umum dapat dikatakan bahwa akhlak yang baik pada dasarnya
adalah akumulasi dari aqidah dan syari’at yang bersatu secara utuh dalam diri
seseorang. Apabila aqidah telah mendorong pelaksanaan syari’at akan lahir
akhlak yang baik, atau dengan kata lain akhlak merupakan perilaku yang
tampak apabila syari’at Islam telah dilaksanakan berdasarkan aqidah.
C. Aktualisasi Akhlak dalam Kehidupan
1. Akhlak Terhadap Allah
Akhlak yang baik kepada Allah berucap dan bertigkah laku yang
terpuji terhadap Allah Swt., baik melalui ibadah langsung kepada Allah,
seperti shalat, puasa dan sebagainya, maupun melalui perilau-perilaku
tertentu yang mencerminkan hubungan atau komunikasi dengan Allah di
luar ibadah itu. berakhlak yang baik antara lain melalui:
a. Beriman, yaitu meyakini wujud dan keesaan Allah serta meyakini apa
yang difirmankan-Nya, seperti imam kepada malaikat, kitab-kitab,
rasul-rasul, hari kiamat dan qadha dan qadar. Beriman merupakan
fondamen dari seluruh bangunan akhlak islam. Jika iman telah
tertanam di dada, maka ia akan memancarkan kepada seluruh perilaku
sehingga membentuk kepribadian yang menggambarkan akhlak Islam.
b. Taat, yaitu patuh kepada segala perintah-Nya dan menjauhkan segala
larangan-Nya. Sikap taat kepada perintah Allah merupakan sikap yang
Etika, Moral, dan Akhlak
mendasar setelah beriman. Ia merupakan gambaran langsung dari
adanya iman di dalam hati.
c. Ikhlas, yaitu melaksanakan perintah Allah dengan pasrah dan
mengharapkan sesuatu, kecuali keridhaan Allah.
d. Khusyuk, yaitu melaksanakan perintah dengan sungguh-sungguh.
Segala bentuk perintah yang dilakukan dengan khusyuk melahirkan
kebahagian hidup.
e. Husnudzan, yaitu berbaik sangka kepada Allah. Apa saja yang
diberikan-Nya merupakan pilihan yang terbaik untuk manusia. Oleh
karena itu, seorang yang husnudzan tidak akan mengalami perasaan
kecewa atau putus asa yang berlebihan.
f. Tawakal, yaitu mempercayakan diri kepada Allah dalam melaksanakan
suatu kegiatan atau rencana.
g. Syukur, yaitu mengungkapkan rasa syukur kepada Allah atas nikmat
yang telah diberikan-Nya.
h. Bertasbih, yaitu mensucikan Allah dengan ucapan, yaitu
memperbanyak mengucapkan subhanallah (Maha Suci Allah) sera
menjauhkan perilaku yang dapat mengotori nama Allah Yang Maha
Suci.
i. Istigfar, yaitu meminta ampun kepada Allah atas segala dosa yang
pernah dilakukan.
j. Takbir, yaitu mengagungkan Allah dengan membaca Allahu Akbar.
k. Do’a, yaitu meminta kepada Allah apa saja yang diinginkan dengan
cara yang baik sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah .
2. Akhlak Terhadap Manusia
a. Akhlak Terhadap Diri Sendiri
1) Setia (al-amanah), yaitu sikap pribadi setia, tulus hati dan jujur
dalam melaksanakan sesuatu yang dipercayakan kepadanya, baik
berupa harta, rahasia, kewajiban atau kepercayaan lainnya.
2) Benar (as-Shidqatu), yaitu berlaku benar dan jujur baik dalam
perkataan maupun perbuatan.
Etika, Moral, dan Akhlak
3) Adil (al-‘adlu), yaitu menempatkan sesuatu pada tempatnya. Adil
terdiri atas adil perseorangan, yaitu tindakan memberikan hak
kepada yang mempunyai hak tanpa menguranginya. Adil dari segi
hukum atau masyarakat adalah memutuskan suatu perkara sesuai
dengan hukum, tanpa memandang latar belakang.
4) Memelihara kesucian din (al-Ifafah), yaitu menjaga dan
memelihara kesucian dan kehormatan diri dari tindakan tercela,
fitnah dan perbuatan yang dapat mengotori dirinya.
5) Malu (al-Haya), yaitu malu terhadap Allah dan diri sendiri dari
perbuatan melanggar perintah Allah.
6) Keberanian (as-Syajaah), yaitu sikap mental yang menguasai hawa
nafsu dan berbuat menurut semestinya.
7) Kekuatan (al-Quwwah) terdiri atas kekuatan fisik, jiwa atau
semangat dan pemikiran atau kecerdasan.
8) Kesabaran (as-shabru) terdiri atas kesabaran ketika ditimpa
musibah dan kesabaran dalam mengerjakan sesuatu.
9) Kasih sayang (ar-rahman), yaitu sifat mengasihi terhadap diri
sendiri, orang lain dan sesama makhluk.
10) Hemat (al-iqtishad), yaitu sikap hemat yang meliputi hemat
terhadap harta, hemat tenaga dan hemat waktu.
b. Akhlak Terhadap Keluarga
1) Akhlak Terhadap Orang Tua
Orang tua menjadi sebab adanya anak-anak, karena itu akhlak
terhadap orang tua sangat ditekankan oleh ajaran Islam. Bahkan
berdosa kepada orang tua termasuk dosa besar yang siksanya tidak
hanya diperoleh di akhirat, tetapi juga selagi hidup.
Prinsip-prinsip dalam melakukan akhlak mahmudah terhadap
orang rua adalah:
a) Patuh, yaitu menaati perintah orang tua, kecuali perntah itu
bertentangan dengan perintah Allah.
b) Ihsan, yaitu berbuat baik kepada mereka sepanjang hidupnya.
Etika, Moral, dan Akhlak
c) Lemah lembut dalam perkataan maupun tindakan.
d) Merendahkan diri dihadapannya.
e) Berterima kasih
f) Berdo’a untuk mereka atau meminta do’a kepada mereka.
2) Akhlak Terhadap Suami-Istri
Suami istri merupakan ikatan yang menghubungkan kasih
sayang laki-laki dan perempuan. Dalam keluarga hubungan itu
melahirkan komunikasi, baik dengan kata-kata maupun perilaku.
Jika komunikasi itu didasari kasih sayang yang tulus, maka akan
lahir hubungan yang harmonis. Kasih sayang ditampilkan dalam
bentuk perhatian melalui kata-kata sikap.
3) Akhlak Terhadap Anak
Akhlak terhadap anak adalah memberinya perhatian dan kasih
sayang yang sangat dibutuhkan anak. Merawat, mengasuh,
membimbing dan mengarahkan anak merupakan bagian yang
sangat penting dalam mengembangkan akhlak yang baik. Bergaul
dengan anak pada dasarnya merupakan pendidikan bagi anak-anak.
Bagaimana orang tua berkata dan bertindak akan menjadi bagian
dari conroh perilaku yang akan dilakukan anak.
c. Akhlak Terhadap Tetangga
Akhlak terhadap tetangga merupakan perilaku yang terpuji.
Tetangga merupakan orang yang paling dekat secara sosial, karena itu
menjadi prioritas unntuk diperlakukan secara baik, sehingga dapat
terjalin yang harmonis dalam bentuk tolong menolong dan sebagainya.
Berbuat baik kepada tetangga sangat dianjurkan oleh Rasulullah.
Beliau merinci hak tetanggga sebagai berikut:
Hak tetangga yaitu: kalai ia inginmeminjam hendaklah engkau
pinjamkan; kalau ia minta tolong, hendaklah engkau tolong; kalau ia
sakit, hendaklah engkau lawat; kalau ia ada keperluan, hendaklah
engkau beri; kalau ia miskin, hendaklah engkau beri bantuan; kalau ia
mendapat kesenangan, hendaklah engkau ucapkan selamat; kalau is
Etika, Moral, dan Akhlak
dapat kesusahan, hendaklah engkau hibur; kalai ia meninggal,
hendaklah engkau antar jenazahnya. Janganlah engkau bangun rumah
lebih tinggi dari rumahnya tanpa izinnya. Janganlah engkau susahkan
ia dengan bau masakanmu kecuali engkau berikan kepadanya
masakanmu itu. jika engkau beli buah-buahan hendaklah engkau
hadiahkan kepadanya, dan kalu tidak engkau beri, bawalah masuk ke
dalam rumahmu dengan sembunyi, dan jangan engkau beri anakmu
keluar buah-buahan itu, karena nanti anaknya inginkan buhan itu. (HR.
Abu Syaikh).
3. Akhlak Terhadap Lingkungan
Berakhlak kepada lingkungan alam adalah menyikapinya dengan cara
memelihara kelangsungan hidup dan kelestarianya. Agama Islam
menekankan agar manusia mengendalikan dirinya dalam mengeksploitasi
alam, sebab alam yang rusak akan dapat merugikan bahkan
menghancurkan kehidupan manusia sendiri. Seorang muslim dituntut
untuk menebarkan rahmat bagi seluruh alam, yaitu memandang alam dan
lingkungannya dengan rasa kasih sayang.
D. Upaya-upaya membina Akhlak
Minimal ada 6 (enam) metode pembinaan akhlak dalam perspektif Islam ;
metode yang diambil dari al-Qur’an dan Hadis, serta pendapat pakar
pendidikan Islam :
1. Metode Uswah (teladan)
Teladan adalah sesuatu yang pantas untuk diikuti, karena mengandung
nilai-nilai kemanusiaan. Manusia teladan yang harus dicontoh dan
diteladani adalah Rasulullah SAW, sebagaimana firman Allah SWT dalam
surah al-Ahzab ayat 21 : “Sesungguhnya terdapat dalam diri Rasulullah
itu, teladan yang baik bagimu.”
Jadi, sikap dan perilaku yang harus dicontoh, adalah sikap dan perilaku
Rasulullah SAW, karena sudah teruji dan diakui oleh Allah SWT.
Etika, Moral, dan Akhlak
Aplikasi metode teladan, diantaranya adalah, tidak menjelek-jelekkan
seseorang, menghormati orang lain, membantu orang yang membutuhkan
pertolongan, berpakaian yang sopan, tidak berbohong, tidak berjanji
mungkir, membersihkan lingkungan, dan lain-lain ; yang paling penting
orang yang diteladani, harus berusaha berprestasi dalam bidang tugasnya.
2. Metode Ta’widiyah (pembiasaan)
Secara etimologi, pembiasaan asal katanya adalah biasa. Dalam Kamus
Umum Bahasa Indonesia, biasa artinya lazim atau umum ; seperti sedia
kala ; sudah merupakan hal yang tidak terpisahkan dalam kehidupan
sehari-hari.
Dalam ilmu jiwa perkembangan, dikenal teori konvergensi, dimana
pribadi dapat dibentuk oleh lingkungannya, dengan mengembangkan
potensi dasar yang ada padanya. Salah satu cara yang dapat dilakukan,
untuk mengembangkan potensi dasar tersebut, adalah melalui kebiasaan
yang baik. Oleh karena itu, kebiasaan yang baik dapat menempa pribadi
yang berakhlak mulia.
Aplikasi metode pembiasaan tersebut, diantaranya adalah, terbiasa
dalam keadaan berwudhu’, terbiasa tidur tidak terlalu malam dan bangun
tidak kesiangan, terbiasa membaca al-Qur’ab dan Asma ul-husna shalat
berjamaah di masjid/mushalla, terbiasa berpuasa sekali sebulan, terbiasa
makan dengan tangan kanan dan lain-lain. Pembiasaan yang baik adalah
metode yang ampuh untuk meningkatkan akhlak peserta didik dan anak
didik.
3. Metode Mau’izhah (nasehat)
Kata mau’izhah berasal dari kata wa’zhu, yang berarti nasehat yang
terpuji, memotivasi untuk melaksanakannya dengan perkataan yang
lembut.
Allah berfirman dalam surah al-Baqarah ayat 232 :…”Itulah yang
dinasehatkan kepada orang-orang yang beriman diantara kalian, yang
beriman kepada Allah dan hari kemudian”…
Etika, Moral, dan Akhlak
Aplikasi metode nasehat, diantaranya adalah, nasehat dengan argumen
logika, nasehat tentang keuniversalan Islam, nasehat yang berwibawa,
nasehat dari aspek hukum, nasehat tentang “amar ma’ruf nahi mungkar”,
nasehat tentang amal ibadah dan lain-lain. Namun yang paling penting, si
pemberi nasehat harus mengamalkan terlebih dahulu apa yang
dinasehatkan tersebut, kalau tidak demikian, maka nasehat hanya akan
menjadi lips-service.
4. Metode Qishshah (ceritera)
Qishshah dalam pendidikan mengandung arti, suatu cara dalam
menyampaikan materi pelajaran, dengan menuturkan secara kronologis,
tentang bagaimana terjadinya sesuatu hal, baik yang sebenarnya terjadi
ataupun hanya rekaan saja.
Dalam pendidikan Islam, ceritera yang bersumber dari al-Qur’an dan
Hadis merupakan metode pendidikan yang sangat penting, alasannya,
ceritera dalam al-Qur’an dan Hadis, selalu memikat, menyentuh perasaan
dan mendidik perasaan keimanan, contoh, surah Yusuf, surah Bani Israil
dan lain-lain.
Aplikasi metode qishshah ini, diantaranya adalah, memperdengarkan
casset, video dan ceritera-ceritera tertulis atau bergambar. Pendidik harus
membuka kesempatan bagi anak didik untuk bertanya, setelah itu
menjelaskan tentang hikmah qishshah dalam meningkatkan akhlak mulia.
5. Metode Amtsal (perumpamaan)
Metode perumpamaan adalah metode yang banyak dipergunakan
dalam al-Qur’an dan Hadis untuk mewujudkan akhlak mulia. Allah SWT
berfirman dalam surah al-Baqarah ayat 17 : “Perumpamaan mereka
adalah seperti orang yang menyalakan api”… Dalam beberapa literatur
Islam, ditemukan banyak sekali perumpamaan, seperti mengumpamakan
orang yang lemah laksana kupu-kupu, orang yang tinggi seperti jerapah,
orang yang berani seperti singa, orang gemuk seperti gajah, orang kurus
seperti tongkat, orang ikut-ikutan seperti beo dan lain-lain. Disarankan
untuk mencari perumpamaan yang baik, ketika berbicara dengan anak
Etika, Moral, dan Akhlak
didik, karena perumpamaan itu, akan melekat pada pikirannnya dan sulit
untuk dilupakan.
Aplikasi metode perumpamaan, diantaranya adalah, materi yang
diajarkan bersifat abstrak, membandingkan dua masalah yang selevel dan
guru/orang tua tidak boleh salah dalam membandingkan, karena akan
membingungkan anak didik.
Metode perumpamaan ini akan dapat memberi pemahaman yang
mendalam, terhadap hal-hal yang sulit dicerna oleh perasaan. Apabila
perasaan sudah disentuh, akan terwujudlah peserta didik yang memiliki
akhlak mulia dengan penuh kesadaran.
6. Metode Tsawab (ganjaran)
Metode ini juga penting dalam pembinaan akhlak, karena hadiah dan
hukuman sama artinya dengan reward and punisment dalam pendidikan
Barat. Hadiah bisa menjadi dorongan spiritual dalam bersikap baik,
sedangkan hukuman dapat menjadi remote control, dari perbuatan tidak
terpuji.
Aplikasi metode ganjaran yang berbentuk hadiah, diantaranya adalah,
memanggil dengan panggilan kesayangan, memberikan pujian,
memberikan maaf atas kesalahan mereka, mengeluarkan perkataan yang
baik, bermain atau bercanda, menyambutnya dengan ramah,
meneleponnya kalau perlu dan lain-lain.
Aplikasi metode ganjaran yang berbentuk hukuman, diantaranya,
pandangan yang sinis, memuji orang lain dihadapannya, tidak
mempedulikannya, memberikan ancaman yang positif dan menjewernya
sebagai alternatif terakhir. Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Nawawi
dari Abdullah bin Basr al-Mani, ia berkata : “Aku telah diutus oleh ibuku,
dengan membawa beberapa biji anggur untuk disampaikan kepada
Rasulullah, kemudian aku memakannya sebelum aku sampaikan kepada
beliau, dan ketika aku mendatangi Rasulullah, beliau menjewer telingaku
sambil berseru ; wahai penipu”.
Etika, Moral, dan Akhlak
Dari Hadis di atas, dapat dikemukakan, bahwa menjewer telinga anak
didik, boleh-boleh saja, asal tidak menyakiti. Namun di negeri ini, terjadi
hal yang dilematis, menjewer telinga anak didik, bisa-bisa berurusan
dengan pihak berwajib, karena adanya Undang-Undang Perlindungan
Anak. Pernah terjadi seorang guru, karena menjewer telinga anak didiknya
yang datang terlambat, orang tua siswanya lalu melaporkan ke polisi, lalu
sang guru terpaksa masuk sel. Oleh karena itu ke depan, perlu pula dibuat
Undang-Undang Perlindungan Guru, sehingga guru dalam melaksanakan
tugasnya, lebih aman dan nyaman.
E. Pendidikan Akhlak
Dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945 pasal 31
ayat 3 disebutkan bahwa
“Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan
nasional yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia
dalam rangka mencerdaskan bangsa.”
Juga pada Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, seperti yang termaktub di dalam bab II, pasal 3,
menyebutkan bahwa
“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat, dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan dapat menjadi warga Negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.”
Dalam Permendiknas Nomor 39 tahun 2008 tentang Pembinaan Kesiswaan
juga disebutkan bahwa
“Tujuan pembinaan kesiswaan antara lain adalah menyiapkan siswa agar
menjadi warga masyarakat yang berakhlak mulia, demokratis, menghormati
hak azasi manusia dalam rangka mewujudkan masyarakat madani.”
Dari beberapa dasar hukum di atas, salah satu tujuan pendidikan selalu
ditekankan pada pembentukkan akhlak mulia kepada peserta didik. Akhlak
Etika, Moral, dan Akhlak
mulia diartikan sebagai tata perilaku yang didasari oleh sistem nilai-nilai
universal untuk berbuat baik dan bermanfaat bagi kehidupan berbangsa dan
bernegara. Masyarakat, orang tua dan guru tidak berharap putra putri mereka
memiliki akhlak yang tidak mulia, akan tetapi mereka berharap agar putra
putri mereka memiliki akhlak yang .
Untuk membentuk dan mempertahankan akhlak mulia tersebut, adalah
menjadi tanggung jawab masyarakat, orang tua dan sekolah sebagai orang
yang turut bertanggung jawab untuk menyelenggarakan pendidikan yang
dapat menumbuhkembangkan akhlak mulia kepada putra putri mereka.
Selanjutnya akhlak yang mulia itu dapat direalisasikan dalam kehidupan
sehari-hari, baik di sekolah, di rumah, maupun di masyarakat.
Sekolah sebagai lingkungan kedua bagi anak didik mempunyai peran yang
signifikan dalam membina perubahan perilaku anak, terutama selama anak
didik berada di lingkungan sekolah. Setiap sekolah di berbagai tingkat
pendidikan sudah mempunyai program dan kurikulum tersendiri berkenaan
dengan pembinaan akhlak, yang dituangkan dalam penyampaian mata
pelajaran di kelas maupun dalam kegiatan ekstra kurikuler.
Keberhasilan mencapai tujuan pendidikan akhlak mulia ditandai dengan
diwujudkannya akhak mulia itu dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu perlu
dukungan pihak sekolah untuk mengkondisikan kurikulum sekolah yang
memungkinkan siswa dapat memahami nilai-nilai akhlak mulia, menghayati
dan mengamalkannya dalam perilaku sehari-hari.
Sikap dan tindakan kepala sekolah, guru, dan staf tata usaha di sekolah
dapat dijadikan teladan bagi siswa di sekolah. Sebagai orang dewasa di
sekolah guru dan tenaga kependidikan dapat berperan sebagai model yang
dapat menunjukkan sikap dan perilaku akhlak mulia untuk menjadi contoh dan
panutan bagi siswa. Di samping itu, guru dan tenaga pendidikan di sekolah
dapat juga berperan sebagai fasilitator untuk membantu siswa-siswa belajar
dan mengamalkan nilai-nilai akhlak mulia yang sesuai dengan norma agama
dan masyarakat.
Etika, Moral, dan Akhlak
Nilai-nilai akhlak mulia yang telah dipelajari oleh siswa dapat
direalisasikan dalam tindakan nyata. Nilai-nilai yang telah dilaksanakan dapat
diperkuat sehingga menjadi kebiasaan baik. Penguatan dapat dilakukan
apabila siswa melakukan suatu tindakan akhlak mulia. penguatan dapat
dilakukan dengan memberikan isyarat tubuh seperti mengacungkan jempol
bagi siswa, memberikan pujian ataupun memberi hadiah bagi siswa tersebut.
Sebaliknya bagi yang melakukan suatu tindakan tidak terpuji diberikan
teguran, pengarahan atau sanksi agar mereka mengetahui bahwa tindakan
mereka salah, sehingga perlu untuk diperbaiki untuk waktu selanjutnya.
Akhlak mulia juga dapat membuat seorang muslim dicintai Allah dan
dicintai Rasulullah Saw. Di samping itu juga dengan akhlak yang mulia,
seseorang akan mendapatkan timbangan kebaikan yang berat di hari kiamat,
juga akhlak mulia akan meninggikan derajat seorang muslim di sisi Allah,
merupakan sebaik-baiknya amalan manusia dan menambah umur.
Dalam implementasi di sekolah, pendidikan akhlak mulia tidak saja
menjadi tugas dari guru Agama dan guru Pendidikan PKn saja, akan tetapi
menjadi tugas orang dewasa yang berada di sekolah baik kepala sekolah, guru
maupun tenaga pendidikan lainnya. Di samping itu perlu suatu komitmen
bersama agar pendidikan akhlak mulia dapat dilaksanakan secara optimal di
sekolah.
F. Implementasi Pendidikan Akhlak dalam Kehidupan Sehari-hari
Dari penjelasan tentang pendidikan akhlak di atas, dapat dirumuskan
beberapa implementasi dari pendidikan akhlak yang ada di sekolah.
1. Memberi salam ketika bertemu guru dan teman.
2. Belajar tepat waktu.
3. Tidak memiliki rasa benci atau dendam terhadap teman sekolah.
4. Besikap tasamuh terhadap teman.
5. Menciptakan keadaan sekolah yang tenang.
6. Selalu qana’ah dengan apa yang dimiliki.
7. Selalu bersyukur.
Etika, Moral, dan Akhlak
8. Berbakti kepada orang tua dan guru.
9. Menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda.
10. Bersabar.
11. Memiliki sikapan dan santun.
12. Tidak bersifat takabur.
13. Menghargai orang lain.
Etika, Moral, dan Akhlak
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Etika adalah ilmu yang membatasi mana yang baik dan mana yang buruk
sesuai dengan akal pikiran. Moral adalah penilaian bagi baik dan wajar
berdasarkan keumuman yagng sudah ada di masyarakat. Akhlak adalah
sebuah pengetahuan yang mencakup baik buruk tentang segala sesuatu, baik
itu dalam pergaulan manusia, usaha yang ditempuhnya dan lain sebagainya.
Perbedaan ketiganya bisa dilihat dari sumber yang digunakan untuk
menentukan baik dan buruknya. Akhlak berdasarkan Al-Quran dan Sunnah
Rasul, sedangkan yang lainnya hanya berdasarkan akal manusia dan adat
istiadat yang berlaku di sana.
Aktualisasi akhlak dalam kehidupan sehari-hari bisa dibedakan menjadi
akhlak terhadap Allah, dan manusia.
Dalam membina akhlak dalam Islam, terdapat beberapa metode, yaitu
metode Uswah (teladan), metode Tsawab (ganjaran), metode Amtsal
(perumpamaan), metode Qishshah (ceritera), metode Mau’izhah (nasehat) dan
metode Ta’widiyah (pembiasaan).
Pendidikan akhlak secara tersirat merupakan pembelajaran yang penting
dalam sistem pendidikan di Indonesia, hal ini bisa dilihat dalam peraturan-
peraturan yang dikeluarkan pemerintah. Hal ini menjadi tanggung jawab
bersama, antara pemerintah, sekolah, orang tua dan orang-orang disekitarnya.
Implementasinya berupa hal-hal kecil yang bisa dilakukan dalam
kehidupan sehari-hari, misalnya memberi salam kepada orang lain dan lain
sebagainya.
Etika, Moral, dan Akhlak
B. Saran
Etika, moral dan akhlak merupkan hal yang sangat penting dalam
kehidupan. Pendidikan akhlak harus diterapkan sejak usia dini, hal ini
bertujuan agar seseorang dapat membina dirinya lebih baik, baik hubungannya
kepada Allah SWT, maupun kepada sesama manusia. oleh karena itu, sudah
seharusnya kita melakukan pembinaan akhlak untuk diri kita sendiri pada
khususnya, dan bagi orang lain pada umunya.
Akhlak bisa diimplementasikan dalam kehihupan sehari-hari dengan
melakukan hal-hal kecil, seperti mengucapkan salam. Jadi ada baiknya kita
membiasakan diri untuk berakhlak dengan melakukan hal-hal yang sederhana.
Etika, Moral, dan Akhlak
DAFTAR PUSTAKA
Ewon.2007. Etika, Moral dan Akhlak. http://dewon.wordpress.com [online]. 28
Oktober 2010.
Firin.2006. Kisah Sedih Pendidikan Akhlak. http://www.sufinews.com [online]. 28
Oktober 2010.
Halwi, Albi.2006. Tujuan Pendidikan Akhlak. http://id.shvoong.com [online]. 28
Oktober 2010.
Hariyanto, Putut.2010. Pendidikan Akhlak Mulia di Sekolah.
http://www.smkn2banjarbaru.sch.id [online]. 9 November 2010.
Ilyas, Yasril, dkk. 2006. Islam: Doktrin dan Dinamika Umat. Bandung: Value
Press.
Mustadjib, A., dkk. 1993. Aqidah – Akhlak II. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pembinaan Kelembagaan Agama dan Universitas Terbuka.
Purwanto, Agus.2008. Pendidikan Akhlak Antara Islam dan Globalisasi.
http://byaktika.multiply.com [online]. 28 Oktober 2010.
Rusli,Nasrun, dkk. 1993. Aqidah – Akhlak I. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pembinaan Kelembagaan Agama dan Universitas Terbuka.
Suryana, A. Toto, dkk. 2006. Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi.
Bandung: Tiga Mutiara.
Ya’qub, Ahmad. 1996. Pembinaan Akhlaqulkarimah (Suatu Pengantar).
Bandung: CV. Dipenogoro.