Pengertian Aksiologi dan Ilmu.doc

7
A Pengertian Aksiologi dan Ilmu 1 Definisi Aksiologi Aksiologi adalah istilah yang berasal dari kata Yunani yaitu; axios yang berarti sesuai atau wajar. Sedangkan logos yang berarti ilmu. Aksiologi dipahami sebagai teori nilai. Menurut John Sinclair, dalam lingkup kajian filsafat nilai merujuk pada pemikiran atau suatu sistem seperti politik, social dan agama. Sistem mempunyai rancangan bagaimana tatanan, rancangan dan aturan sebagai satu bentuk pengendalian terhadap satu institusi dapat terwujud. 2 Definisi Ilmu Ilmu adalah istilah yang berasal dari kata Yunani yaitu scientia yang berarti ilmu. Atau dalam kaidah bahasa Arab berasal dari kata ‘ilm yang berarti pengetahuan. Ilmu atau sains adalah pengakajian sejumlah penrnyataan-pernyataan yang terbukti dengan fakta-fakta dan ditinjau yang disusun secara sitematis dan terbentuk menjadi hukun- hukum umum. B Teori Bebas Nilai Perkembangan yang terjadi dalam pengetahuan ternyata melahirkan sebuah polemik baru karena kebebasan pengetahuan terhadap nilai atau yang bisa kita sebut sebagai netralitas pengetahuan (value free). Sebaliknya ada jenis pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai atau yang lebih dikenal sebagai value bound. Bagi ilmuwan yang menganut faham bebas nilai kemajuan

description

Uploaded from Google Docs

Transcript of Pengertian Aksiologi dan Ilmu.doc

Page 1: Pengertian Aksiologi dan Ilmu.doc

A Pengertian Aksiologi dan Ilmu

1 Definisi Aksiologi

Aksiologi adalah istilah yang berasal dari kata Yunani yaitu; axios yang berarti sesuai

atau wajar. Sedangkan logos yang berarti ilmu. Aksiologi dipahami sebagai teori nilai.

Menurut John Sinclair, dalam lingkup kajian filsafat nilai merujuk pada pemikiran

atau suatu sistem seperti politik, social dan agama. Sistem mempunyai rancangan

bagaimana tatanan, rancangan dan aturan sebagai satu bentuk pengendalian terhadap

satu institusi dapat terwujud.

2 Definisi Ilmu

Ilmu adalah istilah yang berasal dari kata Yunani yaitu scientia yang berarti ilmu.

Atau dalam kaidah bahasa Arab berasal dari kata ‘ilm yang berarti pengetahuan. Ilmu

atau sains adalah pengakajian sejumlah penrnyataan-pernyataan yang terbukti dengan

fakta-fakta dan ditinjau yang disusun secara sitematis dan terbentuk menjadi hukun-

hukum umum.

B Teori Bebas Nilai

Perkembangan yang terjadi dalam pengetahuan ternyata melahirkan sebuah polemik

baru karena kebebasan pengetahuan terhadap nilai atau yang bisa kita sebut sebagai

netralitas pengetahuan (value free). Sebaliknya ada jenis pengetahuan yang

didasarkan pada keterikatan nilai atau yang lebih dikenal sebagai value bound.

Bagi ilmuwan yang menganut faham bebas nilai kemajuan perkembangan ilmu

pengetahuan akan lebih cepat terjadi. Karena ketiadaan hambatan dalam melakukan

penelitian. Baik dalam memilih objek penelitian, cara yang digunakan maupun

penggunaan produk penelitian (Bebas Mutlak). Sedangkan bagi ilmuwan penganut

faham nilai terikat, perkembangan pengetahuan akan terjadi sebaliknya. karena

dibatasinya objek penelitian, cara, dan penggunaan oleh nilai.

Kendati demikian paham pengetahuan yang disandarkan pada teori bebas nilai

ternyata melahirkan sebuah permasalahan baru. Dari yang tadinya menciptakan

pengetahuan sebagai sarana membantu manusia, ternyata kemudian penemuannya

tersebut justru menambah masalah bagi manusia.

Jika dipahami kembali, makna bebas dapat memeiliki dua makna. Pertama,

kemungkinan unutuk memilih. Kedua, kemampuan atau hak untuk menentukan

Page 2: Pengertian Aksiologi dan Ilmu.doc

subjeknya.

C Kebenaran Keilmuan

Sifat ilmu yang tak akan pernah selesai adalah merupakan sama dengan hasrat

manusia yang tanpa henti ingin tahu segalanya. Jika dihubungkan dengan etika,

manusia ibarat memiliki logos, itu tidak berarti manusia sekedar ditabiati oleh akal.

Pada saat tersebut ketika dikumpulkan dengan ethos, maka logos akan berarti sikap

hidup yang menyadari sesuatu. Sehubungan dengan ini maka ilmu adalah usaha

manusia untuk mendengarkan jawaban-jawaban yang keluar dari dunia yang

dihuninya. Semakin garis batas dari ilmu dicari, maka yang tersisa adalah perspektif

baru yang membuka hal baru untuk diteliti.

Ilmu lengket dengan keberadaan manusia yang transenden dengan kata-kata lain

keresahan ilmu bertalian erat dengan hasrat yang terdapat dalam diri manusia.

D Ilmu dan Humaniora

1 Humaniora

Menurut Elwood, humaniora merupakan seperangkat sikap dan perilaku moral

terhadap sesamanya. Definisi ini menyiratkan bahwa manusia merupakan

makhluk yang mempunyai kedudukan amung (unik) di dalam ekosistem

sekaligus bergantung pada ekosistem itu sendiri bahkan merupakan bagiannya.

Karena itu makna humaniora yang mendatar menjadi hubungan trisula: hubungan

manusia dengan Khalik ,dengan sesama manusia dan alam, maupun dengan benda

mati.

2 Ilmu

Dalam tulisan ini ilmu merupakan semua pengetahuan yang terhimpun lewat

metode keilmuan. Tegasnya pengetahuan yang diperoleh sebagai hasil rentetan

daur induksi, deduksi dan verifikasi yang terus menerus tak kunjung usai.

(Kemeny, 1959).

3 Hubungan Ilmu dengan Humaniora

Jika ‘perilaku moral’ da;am definisi humaniora di atas boleh diartikan sebagai

perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai dasar, maka ilmu merupakan bagian dari

humaniora. Karena definisi ilmu juga adalah suatu latihan dalam mencari

meresapkan dan menghayati nilai-nilai dasar.

Page 3: Pengertian Aksiologi dan Ilmu.doc

Kebenaran adalah tidak mutlak, tidak samad, langgeng, melainkan bersifat nisbi,

sementara dan hanya merupakan pendekatan. Kebenaran yang saat ini dipegang

dengan taguh pada masa yang akan datang bisa jadi hanya pendekatan kasar saja

dari suatu kebenaran yang lebih jati lagi. Atau bahkan kebenaran yang sekarang

kita agungkan terpaksa akan dicampakan, sebab ternyata tak lebih dari keyakinan

salah.

● Budi luhur / Kebajikan (Virtue)

Untuk membuka tabir rahasia keilmuan, diperlukan budi luhur/kebajikan agar

kebenaran ditemukan. Budi luhur ini misalnya kapasitas kerja keras, ketabahan,

atau kegigihan, ketekunan, kesetiaan pada tugas, keterbukaan untuk bekerja sama,

saling mernghargai. Hal ini yang akan mengingkatkan kemampuan manusia untuk

berkomunikasi dengan sesamanya dan untuk secara wajar justru menunjukan

sikap dan perilaku moral terhada sesamanya dan terhadap dunia alam. Kesediaan

untuk belajar saling percaya dan menghargai menimbulkan harapan bahwa dengan

bekerja bahu-membahu, memadukan bakat, dana dan sumber daya untuk

menangani tantangan, masalah-maslah pokok yang bersifat mondial kita dapat

paling tidak berhasil pada taraf pertama: berkomunikasi. Dan berkomunikasi pada

hakekatnya adalah tujuan humaniora.

● Ilmu dan Etika

Berbicara masalah ilmu dan moral memang sudah sangat tidak asing lagi,

keduanya memiliki keterkaitan yang sangat kuat. Ilmu bisa menjadi malapetaka

kemanusiaan jika seseorang yang memanfaatkannya “tidak bermoral” atau paling

tidak mengindahkan nilai-nilai moral yang ada. Tapi sebaliknya ilmu akan

menjadi rahmat bagi kehidupan manusia jika dimanfaatkan secara benar dan tepat,

tentunya tetap mengindahkan aspek moral.

Dengan demikian kekuasaan ilmu ini mengharuskan seseorang ilmuan yang

memiliki landasan moral yang kuat, ia harus tetap memegang moral dan etika

dalam mengembangkan dan memanfaatkan keilmuannya. Tanpa landasan dan

pemahaman terhadap nilai-nilai moral, maka seorang ilmuan bisa menjadi

“monster” yang setiap saat bisa menerkam manusia, artinya bencana kemanusiaan

bisa setiap saat terjadi. Kejahatan yang dilakukan oleh orang yang berilmu itu jauh

lebih jahat dan membahayakan dibandingkan kejahatan orang yang tidak berilmu

Page 4: Pengertian Aksiologi dan Ilmu.doc

(boboh).

Hanya dengan bersikap penuh tanggung jawab etis terhadap masyarakat (baik

masyarakat dewasa ini maupun akngkatan-angkatan yang akan datang) ilmu dapat

menghindarkan diri dari kehilangan hak istimewanya untuk mengabdi pada

kemanusiaan.

● Berwawansabda dengan Sang Pencipta

Ilmu adalah tidak bergantung pada asas normatif, karena pertimbangan

berdasarkan nilai-nilai yang merupakan saripati dari etika dan estetika, terleteak di

luar ranah ilmu. Namun, bukan berarti ilmu sama sekali tidak relevan bagi etika

dan estetika. Sebabnya ialah, karena bedasarkan pertimbangan berdasarkan nilai

saja tidak cukup. Apa guna pertimbangan muluk berdasarkan nilai luhur kalau

tidak tahu bagaimana merealisasikan nilai-nilai itu.

Ilmu menyediakan alternatif-alternatif, dan menyediakan pula sarana dan alat-alat

untuk melaksanakan alternatif yang dipilih. Dengan berkomunikasi kita dapat

menentukan mana yang paling baik dan paling diinginkan banyak orang. Tetapi

sekali pilhan itu telah jatuh, maka lagi-lagi tak ada pilihan lain kecuali berpaling

pada ilmu untuk mengetahui dan menyediakan jalan dan cara untuk

merealisasikan hal tersebut.

Pada kenyataannya setiap usaha kegiatan keilmuan senantiasa berpangkal tolak

dari anggapan atau andaian dasar tertentu, termasuk juga yng sifatnya metafisis

dan bahwa perspektif iman mempengaruhi pemilihan andaian-andaian itu.

Pengembangan selanjutnya karya keilmuan itu tak hanya tergantung pada objek

telaahnya saja,yaitu alam, melainkan sampai batas-batas tertentu juga tergantung

pada faktor subjektif, yakni individu sendiri beserta falsafah hidup dan keyakinan

iman.

Jikalau manusia mau terbuka dan tidak congkak dengan menganggap bahwa

manusia berada di strata tertinggi dalam kehidupan, ilmu tidak akan lagi

merupakan bagian dari humaniora. Dalam arti bahwa ilmu tak menopang upaya

humaniora untuk mencapai tujuannya, yakni memungkinkan insan

berwawansabda dengan sang Penciptanya.