PENGERING KAOS KAKI DENGAN MENGGUNAKAN MESIN … · JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS SAINS DAN...
Transcript of PENGERING KAOS KAKI DENGAN MENGGUNAKAN MESIN … · JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS SAINS DAN...
i
PENGERING KAOS KAKI DENGAN MENGGUNAKAN
MESIN SIKLUS KOMPRESI UAP
SKRIPSI
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
mencapai derajat S-1 Teknik Mesin
oleh :
Laurentius Rio Aditya Kurniawan
NIM :125214058
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
SOCKS DRYER USING VAPOR COMPRESSION CYCLE
FINAL PROJECT
As Partical Fullfillment of The Requirements
to Obtains Sarjana Teknik in Mechanical Engineering
By :
Laurentius Rio Aditya Kurniawan
NIM :125214058
MECHANICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM
MECHANICAL ENGINEERING DEPARTMENT
SCIENCE AND TECHNOLOGY FACULTY
SANATA DHARMA UNIVERSITY
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
ABSTRAK Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki dua musim, yaitu : musim
panas dan hujan. Tidak dapat dipungkiri bahwa dapat terjadi hujan pada saat
musim panas.
Tujuan penelitian ini adalah (a) merancang dan merakit mesin pengering
kaos kaki tanpa melibatkan energi surya (b) mengetahui waktu pengeringan dari
mesin pengering kaos kaki yang telah dibuat.
Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknik Mesin Sanata Dharma. Mesin
pengering kaos kaki bekerja dengan menggunakan siklus kompresi uap.
Komponen utama siklus kompresi uap : kompresor, evaporator, kondensor, pipa
kapiler, dan refrigerant yang dipakai R-134a. Daya komponen yang dipakai
sebesar 1,5 hp, komponen yang lain menyesuaikan. Penelitian dilakukan dengan
memasukkan jumlah kaos kaki yang dikeringkan. Mesin bekerja dengan sistem
terbuka. Penelitian ini dilakukan dengan memvariasikan metode pemerasan, yaitu
pemerasan dengan tangan dan pemerasan dengan mesin cuci.
Penelitian memberikan hasil bahwa mesin pengering kaos kaki dengan
sistem kompresi uap berhasil dibuat dan dapat bekerja sesuai fungsinya. Mesin
pengering kaos kaki ini dapat bekerja pada saat ada beban kaos kaki basah yang
dikeringkan dengan suhu kering sekitar 41,6oC dan pada suhu basah 29oC. Mesin
pengering mampu mengeringkan 25 pasang kaos kaki dewasa berbahan katun
pada saat kondisi basah dengan hasil pemerasan tangan dalam waktu 135 menit,
serta hasil pemerasan dengan mesin cuci dalam waktu 30 menit.
Kata Kunci : Mesin pengering kaos kaki, sistem terbuka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRACT
Indonesia is one country that has two seasons: summer and rainy. It is
inevitable that there could be rain in the summer.
The purpose of this study is (a) to design and assemble the dryer socks
without involving solar energy (b) determine the time of drying socks from the
dryer that has been made.
The study was conducted at the Laboratory of Mechanical Engineering
Sanata Dharma. Socks drying machine works by using the vapor compression
cycle. The main component of the vapor compression cycle: compressor,
evaporator, condenser, capillary tube, and the refrigerant R-134a used. Power
components that are used by 1,5 hp, the other components to adjust. Research
carried out by entering the number of socks dried. The engine works with open
systems. This research was conducted by varying methods of extortion, ie
blackmail and extortion by hand with a washing machine.
Research results that the dryer socks with vapor compression system has
been created and can work according to its function. Socks drying machine can
work at the moment there is a load of wet socks dried at a temperature of about
41,6°C and dried at a temperature of 29°C wet. A dryer capable of drying 25 pairs
of socks made from cotton grown in wet conditions with extortion hand within
135 minutes, as well as extortion with a washing machine in 30 minutes.
Keywords : Socks drying machine, open system.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga penyusunan Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik dan
lancar.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat wajib setiap mahasiswa untuk
mendapatkan gelar sarjana S-1 pada Prodi Teknik Mesin, Jurusan Teknik Mesin,
Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian penelitian dan penyusunan
skripsi ini melibatkan banyak pihak. Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Sudi Mungkasi, Ph. D., selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Alexius Bantono dan Bernada Indriana Nur Wijayanti sebagai orang tua
penulis, yang telah memberi motivasi dan dukungan kepada penulis, baik
secara materi maupun spiritual.
3. Ir. Petrus Kanisius Purwadi, M.T., selaku Ketua Program Studi Teknik Mesin
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta sekaligus sebagai Dosen Pembimbing
Skripsi.
4. Dr. Drs. Vet. Asan Damanik, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik.
5. Seluruh staf dan pengajar Program Studi Teknik Mesin Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah mendidik dan
memberikan berbagai ilmu pengetahuan yang sangat membantu dalam
penyusunan skripsi.
6. Doddy Purwadianto, S.T., M.T., selaku Kepala laboraturium Energi.
7. Teman – teman Teknik Mesin kelompok Skripsi mesin pengering kaos kaki
dengan menggunakan siklus kompresi uap, atas kerjasamanya selama
penelitian Skripsi.
8. Rekan-rekan mahasiswa Jurusan Teknik Mesin angkatan 2012 dan semua
pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah memberikan
dorongan dan bantuan dalam wujud apapun selama penyusunan skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………….… i
TITLE PAGE………………………………………………………………… ii
HALAMAN PERSETUJUAN……………………………………………….. iii
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……………………….. v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI………………... vi
ABSTRAK……………….…………………………………………………... vii
ABSTRACT…………………………………………………………………. viii
KATA PENGANTAR……………………………………………………….. ix
DAFTAR ISI……………………………………………………………….… xi
DAFTAR TABEL……………………………………………………………. xiii
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………… xiv
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………….… 1
1.1 Latar Belakang……………………………………………….…. 1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………….…… 2
1.3 Tujuan Penelitian……………………………………………...… 2
1.4 Batasan Masalah……………………………………………..….. 2
1.5 Manfaat Penelitian……………………………………….……... 3
BAB II DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA…………………….. 4
2.1 Dasar Teori……………………………………………………… 4
2.1.1 Metode – Metode Pengeringan Kaos Kaki….……………. 4
2.1.2 Dehumidifier……………………………………………… 6
2.1.3 Parameter Dehumidifier………………………………….. 8
2.1.4 Psychrometric Chart……………………………………... 12
2.1.5 Mesin Siklus Kompresi Uap……………………………… 16
2.2 Tinjauan Pustaka ……………………………………………….. 19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN……………………………………. 21
3.1 Obyek Penelitian………………………………………………... 21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
3.2 Variasi Penelitian……………………………………………….. 21
3.3 Alat dan Bahan Pembuatan Mesin Pengering Kaos Kaki………. 22
3.3.1 Alat Bantu Pembuatan…………………………………….. 22
3.3.2 Bahan dan Komponen Utama……………………………... 24
3.3.3 Alat Bantu Penelitian……………………………………… 29
3.4 Tata Cara Penelitian….…………………………………………. 30
3.4.1 Alur Pelaksanaan Penelitian………………………………. 30
3.4.2 Pembuatan Mesin Pengering Kaos Kaki………………….. 32
3.4.3 Proses Pengisian Refrigeran R134a………………………. 32
3.4.3.1 Proses Penelitian………………………………….. 33
3.4.3.2 Proses Pemvakuman………………………………. 33
3.4.3.3 Proses Pengisian Refrigeran R134a………………. 34
3.4.4 Skematik Pengambilan Data……………………………… 34
3.4.4.1 Cara Pengambilan Data…………………………… 36
3.5 Cara Menganalisis Hasil dan Menampilkan Hasil……………… 38
3.6 Cara Mendapatkan Kesimpulan………………………………… 39
BAB IV HASIL PENELITIAN, PERHITUNGAN, DAN PEMBAHASAN.. 41
4.1 Hasil Penelitian………………………………………………….. 41
4.2 Perhitungan…………………………………………………….... 44
4.3 Pembahasan …………………………………………………….. 49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………….. 52
5.1 Kesimpulan………………………………………………….….. 52
5.2 Saran……………………………………………………………. 52
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….. 53
LAMPIRAN…………………………...…………………………………….. 54
A Foto Alat yang Digunakan dalam Penelitian……………….…… 54
B Psychrometric chart.....................................……………….…… 55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Tabel yang dipergunakan untuk pengisian data…………......... 37
Tabel 4.1 Data hasil rata-rata untuk pengeringan kaos kaki dengan
perasan tangan……....................................................................
41
Tabel 4.2 Data hasil rata-rata untuk pengeringan kaos kaki dengan
perasan mesin cuci…….............................................................
42
Tabel 4.3 Data hasil pengeringan kaos kaki dengan cahaya matahari....... 43
Tabel 4.4 Massa air yang menguap dari kaos kaki (M1)…………............ 45
Tabel 4.5 Data hasil perhitungan pengeringan kaos kaki dengan bantuan
perasan tangan……...................................................................
49
Tabel 4.6 Data hasil perhitungan pengeringan kaos kaki dengan bantuan
perasan mesin cuci……............................................................
49
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Refrigerant dehumidifier................................................ 6
Gambar 2.2 Desiccant dehumidifier................................................... 7
Gambar 2.3 Hygrometer, termometer bola basah dan termometer
bola kering......................................................................
8
Gambar 2.4 Proses - proses yang terjadi dalam psychrometric
chart…………………....................................................
12
Gambar 2.5 Proses pendinginan dan pengembunan………………... 13
Gambar 2.6 Proses pemanasan (heating)…………………………... 14
Gambar 2.7 Proses pendinginan evaporatif………………………… 14
Gambar 2.8 Psychrometric chart…………………………………... 15
Gambar 2.9 Skematik rangkaian siklus kompresi uap……………... 16
Gambar 2.10 Siklus kompresi uap pada diagram P – h……………... 17
Gambar 2.11 Siklus kompresi uap pada diagram T – h……………... 17
Gambar 3.1 Skematik mesin pengering kaos kaki…………………. 21
Gambar 3.2 Kaos kaki……………………………………………… 22
Gambar 3.3 Besi tube………………………………………………. 24
Gambar 3.4 Styrofoam……………………………………………… 25
Gambar 3.5 Kondensor…………………………………………….. 25
Gambar 3.6 Pipa kapiler……………………………………………. 26
Gambar 3.7 Kompresor…………………………………………….. 26
Gambar 3.8 Evaporator…………………………………………….. 27
Gambar 3.9 Refrigeran R134a……………………………………... 27
Gambar 3.10 Pressure gauge............................................................... 28
Gambar 3.11 Kipas…………………………………………………... 28
Gambar 3.12 Penampil suhu digital dan termokopel………………... 29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
Gambar 3.13 Timbangan digital……………………………………... 29
Gambar 3.14 Stopwatch……………………………………………… 30
Gambar 3.15 Diagram alir untuk penelitian…………………………. 31
Gambar 3.16 Pemasangan komponen……………………………….. 32
Gambar 3.17 Katup pengisian refrigeran……………………………. 34
Gambar 3.18 Skematik pengambilan data…………………………… 35
Gambar 3.19 P – h diagram………………………………………….. 40
Gambar 4.1 Suhu kerja kondensor (Tkond) dan suhu kerja
evaporator (Tevap)………………………………………
46
Gambar 4.2 Psychrometric chart perasan tangan, 15 menit……….. 48
Gambar 4.3 Grafik penurunan massa air tiap variasi pada proses
pengeringan kaos kaki…………………………………
51
Gambar A.1 Mesin pengering kaos kaki sistem terbuka……………. 54
Gambar A.2 Mesin pengering kaos kaki sistem terbuka……………. 54
Gambar B.1 Psychrometric chart perasan tangan, 30 menit……….. 55
Gambar B.2 Psychrometric chart perasan tangan, 45 menit……….. 56
Gambar B.3 Psychrometric chart perasan tangan, 60 menit……….. 57
Gambar B.4 Psychrometric chart perasan tangan, 75 menit……….. 58
Gambar B.5 Psychrometric chart perasan tangan, 90 menit……….. 59
Gambar B.6 Psychrometric chart perasan tangan, 105 menit……… 60
Gambar B.7 Psychrometric chart perasan tangan, 120 menit……… 61
Gambar B.8 Psychrometric chart perasan tangan, 135 menit……… 62
Gambar B.9 Psychrometric chart perasan mesin cuci, 15 menit....... 63
Gambar B.10 Psychrometric chart perasan mesin cuci, 30 menit....... 64
Gambar B.11 P – h diagram perasan tangan dan perasan mesin cuci.. 65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dunia industri di Indonesia dari tahun ke tahun terus berkembang, baik dari
segi fasilitas maupun teknologi. Fasilitas yang lengkap dan memadai akan
mendukung kinerja dari tenaga kerja yang bekerja di industri. Selain dunia
industri, dunia pengobatan atau yang sering disebut industri farmasi, juga
mengalami perkembangan seiring dengan kemajuan teknologi.
Proses pembuatan obat yang diracik, membutuhkan tenaga kerja yang teliti
dan sudah menguasai permasalahan yang berkaitan dengan obat. Peraturan –
peraturan yang ada di dalam pabrik juga tidak boleh dilanggar, terutama tentang
kebersihan, keamanan, dan paling penting adalah steril dalam peracikan obat. Di
dalam pabrik obat, karyawan diberi fasilitas dan diharuskan memakai alat
keamanan yang meliputi baju laboraturium, sarung tangan steril, kaos kaki dan
sepatu khusus yang juga harus steril.
Dunia industri dan dunia pengobatan sering berkaitan, karena saling
membutuhkan untuk melayani masyarakat dan untuk melengkapi fasilitas dan
teknologi. Industri di Indonesia memberikan mesin yang canggih untuk
mendukung dunia pengobatan, oleh sebab itu dunia industri dan dunia pengobatan
saling membutuhkan. Indonesia merupakan contoh negara yang menggunakan
pengobatan dengan mesin yang canggih.
Indonesia merupakan negara yang terletak di daerah khatulistiwa, Indonesia
memiliki 2 musim yaitu musim panas dan musim hujan. Musim panas biasanya
terjadi pada bulan Maret - September dan musim hujan terjadi pada bulan
Oktober – Februari. Namun beberapa tahun terakhir ini, cuaca sangat susah untuk
diprediksi. Pada saat musim panas kadang masih turun hujan demikian juga
sebaliknya, hal ini disebabkan karena efek global warming. Persoalannya adalah
bagaimana cara mengeringkan pakaian, sarung tangan, kaos kaki, sepatu yang
dipergunakan sehari – hari oleh karyawan pabrik / industri dapat teratasi, terutama
pada saat musim hujan. Jika musim hujan, mengandalkan sinar matahari untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
dipergunakan dalam proses pengeringan jelas tidak mungkin. Oleh karena itu
diperlukan mesin khusus yang fungsinya untuk mengeringkan pakaian, sarung
tangan, kaos kaki, sepatu, dll.
Dengan latar belakang ini, penulis tertantang untuk membuat dan
melakukan penelitian tentang mesin pengering kaos kaki. Tentu saja energi yang
dipergunakan di dalam mesin pengering bukan bersumber pada energi matahari.
1.2 Rumusan Masalah
Di pasaran sulit ditemukan mesin yang dipergunakan untuk mengeringkan
kaos kaki dalam jumlah yang cukup besar. Untuk industri obat-obatan, mesin
pengering kaos kaki sangatlah diperlukan, karena kaos kaki dipergunakan
karyawan setiap hari, sehingga setiap hari kaos kaki yang disediakan dalam
keadaan bersih harus ada dalam jumlah yang banyak, diperlukan suatu inovasi
mesin pengering untuk mengeringkan kaos kaki dalam jumlah banyak.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
a. Merancang dan membuat mesin pengering kaos kaki, yang tidak
mengandalkan energi surya.
b. Mengetahui waktu pengeringan dari mesin pengering kaos kaki yang telah
dibuat.
1.4 Batasan Masalah
Batasan-batasan yang dipergunakan di dalam pembuatan mesin pengering
kaos kaki ini adalah :
a. Mesin pengering menggunakan siklus kompresi uap dengan komponen utama
: kompresor, evaporator, pipa kapiler, dan kondensor.
b. Refrigeran yang digunakan di dalam siklus kompresi uap adalah R134a.
c. Daya kompresor yang digunakan dalam siklus kompresi uap sebesar 1,5 hp.
Komponen lain seperti kondensor, evaporator, dan pipa kapiler
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
mempergunakan komponen standar yang ada di pasaran, yang besarnya sesuai
dengan daya kompresornya.
d. Mesin pengering dirancang dapat dipergunakan untuk kapasitas kaos kaki
sebanyak 25 pasang.
e. Mesin pengering bekerja dengan sistem terbuka.
1.5 Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah :
a. Hasil penelitian dapat dipergunakan untuk menambah kasanah ilmu
pengetahuan yang dapat ditempatkan di perpustakaan.
b. Hasil penelitian dapat dipergunakan sebagai acuan bagi para peneliti yang
penelitiannya terkait dengan mesin pengering.
c. Dihasilkannya alat pengering kaos kaki yang dapat difungsikan sebagai mana
mestinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
BAB II
DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Metode –Metode Pengeringan Kaos Kaki
Metode dalam pengeringan pakaian saat ini di pasaran ada beberapa macam,
diantaranya (a) Pengeringan menggunakan cahaya matahari, (b) Pengeringan
menggunakan gaya sentrifugal, (c) Pengering pakaian dengan bantuan gas LPG,
(d) Pengering dengan metode dehumidifikasi dan pemanasan udara.
a. Pengeringan menggunakan cahaya matahari
Cara pengeringan ini sudah dilakukan secara umum oleh masyarakat. Panas
yang dihasilkan matahari dapat menguapkan air yang ada pada pakaian yang
basah menjadi kering. Pengeringan dengan metode ini tidak dapat dihandalkan
pada saat musim hujan, tetapi pengeringan dengan matahari masih banyak
digunakan masyarakat.
Keuntungan pengeringan menggunakan cahaya matahari adalah murah dan
tersedia berlimpah, tidak memerlukan peralatan yang mahal, tidak perlu tenaga
kerja yang mempunyai keahlian tertentu, kecepatan pengeringan yang sama untuk
berapapun jumlah pakaian, kapasitas pengeringan yang tidak terbatas.
Kerugian pengeringan menggunakan cahaya matahari adalah pengeringan
tergantung dari cuaca, jumlah panas matahari tidak tetap, kenaikan suhu tidak
dapat diatur, waktu pengeringan tidak dapat ditentukan dengan tepat, tidak dapat
dilakukan setiap saat.
b. Pengeringan menggunakan gaya sentrifugal
Prinsip kerja metode pengering ini adalah memanfaatkan gaya sentrifugal
untuk memisahkan air dari pakaian yang masih basah. Pakaian diputar di dalam
drum dengan kecepatan penuh dari motor listrik, putaran yang tinggi tersebut
menimbulkan gaya sentrifugal yang mengakibatkan uap air terhempas keluar dari
drum dan air akan tertampung dalam bak penampungan. Kelemahan dari metode
ini adalah pakaian masih lembab tidak kering sempurna.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Keuntungan pengeringan menggunakan gaya sentrifugal adalah kecepatan
putar tinggi dan dapat mengekstraksi uap lebih banyak, sehingga proses
pengeringan lebih cepat dan tidak memerlukan tenaga pemerasan dengan tangan.
Kerugian pengeringan menggunakan gaya sentrifugal adalah kinerja
pengeringan akan menurun jika pakaian pada drum melebihi kapasitas dan tetap
membutuhkan cahaya matahari karena kaos kaki tidak kering sempurna, perlu
energi listrik, hasil pengeringan tidak siap untuk disetrika, bahan yang
dikeringkan mudah rusak.
c. Pengeringan menggunakan gas LPG
Prinsip kerja metode pengering ini yaitu memanfaatkan panas yang
dihasilkan pemanas baik dari heater atau gas LPG yang disirkulasikan ke lemari,
yang bertujuan untuk mengeringkan pakaian yang ada di lemari pengering. Panas
dari heater atau gas LPG disirkulasikan ke dalam lemari pengering menggunakan
bantuan kipas, sehingga menghasilkan udara yang bersuhu tinggi yang dapat
menguapkan air yang terkandung di dalam pakaian yang basah.
Keuntungan pengeringan menggunakan gas LPG adalah hasil pengeringan
lebih cepat dan daya listrik menjadi hemat.
Kerugian pengeringan menggunakan gas LPG adalah suhu pengeringan
yang tinggi, sehingga cepat merusak bahan yang dikeringkan, tidak ramah
lingkungan, gas hasil pembakaran menempel pada bahan yang dikeringkan, tidak
praktis, dapat menimbulkan bahaya ledakan, saat beroperasi sebaiknya perlu
dijaga.
d. Pengeringan dengan metode dehumidifikasi
Pengering pakaian jenis ini menggunakan metode dehumidifikasi, yang
bekerja dengan memanfaatkan proses dehumidifikasi dan proses pemanasan udara
yang disirkulasikan ke lemari pengering. Udara diturunkan kelembaban
spesifiknya dan dipanaskan, kemudian disirkulasikan ke lemari. Akibat dari udara
kering dan bersuhu tinggi pada ruangan, menimbulkan air dalam pakaian
menguap. Selanjutnya udara lembab ini disirkulasikan kembali ke alat penurun
kelembaban. Mesin pengering tersebut disebut dengan dehumidifier.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Keuntungan pengeringan dengan metode dehumidifikasi adalah suhu kerja
rendah sehingga tidak merusak bahan yang akan dikeringkan, ramah lingkungan,
tidak ada gas buang seperti dengan LPG, praktis, aman saat beroperasi, tidak
tergantung keadaan cuaca, dapat dilakukan kapan saja.
Kerugian pengeringan dengan metode dehumidifikasi adalah mesin
dehumidifier membutuhkan energi listrik yang banyak.
2.1.2 Dehumidifier
Dehumidifier merupakan suatu alat pengering udara yang berguna untuk
menurunkan kelembaban udara dengan cara menyerap udara yang lembab dan
memprosesnya menjadi air yang akan ditampung dalam suatu wadah. Ada dua
macam dehumidifier yang ada di pasaran saat ini refrigerant dehumidifier dan
desiccant dehumidifier.
a. Refrigerant dehumidifier
Cara kerja dehumidifier ini adalah dengan sistem kompresi uap. Udara luar
masuk melewati evaporator kemudian evaporator menyerap uap air yang ada di
udara. Udara kemudian dilewatkan kondensor agar udara menjadi panas dan
kering. Evaporator memiliki tugas untuk menurunkan suhu udara ke titik dimana
kondensasi terjadi. Kondensasi terjadi pada evaporator, kemudian air didalam
udara menetes dan tertampung pada wadah. Sedangkan kondensor bertugas untuk
menaikkan suhu udara agar udara semakin kering. Contoh proses refrigerant
dehumidifier disajikan pada Gambar 2.1
Gambar 2.1 Refrigerant dehumidifier.
Sumber : http://www.andatech.com.au/refrigerant-dehumidifiers/
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
b. Desiccant dehumidifier
Prinsip kerja dari dehumidifier adalah dengan melewatkan udara yang
mengandung banyak uap air ke disc. Disc ini dibuat dan dibentuk menyerupai
sarang lebah yang berisi bahan pengering udara (silica gel). Disc umumnya dibagi
menjadi dua saluran udara yang dipisahkan oleh sekat. Pertama bagian proses
(75% dari lingkaran) dan bagian kedua reaktivasi (25% dari lingkaran), disc
tersebut diputar perlahan-lahan menggunakan motor berdaya kecil. Kemudian uap
air pada udara akan diserap oleh disc yang terbuat dari bahan pengering dan
menghasilkan udara yang hangat dan kering. Bersamaan dengan disc pada bagian
reaktivasi akan disirkulasikan dengan udara panas dari heater.
Pemanasan pada bagian reaktivasi tersebut bertujuan untuk meregenerasi
disc (bagian proses). Kemudian air terserap oleh disc (bagian reaktivasi) dan
terlepas karena proses pemanasan. Heat exchanger bergantian kemudian
menyerap uap air tersebut dan terpisah menjadi air dan udara. Udara akan
disirkulasikan kembali ke dalam heater dan air akan menetes dan tertampung pada
tangki. Contoh proses desiccant dehumidifier disajikan pada Gambar 2.2
Gambar 2.2 Desiccant dehumidifier.
Sumber : http://www.andatech.com.au/desiccant-dehumidifiers/
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
2.1.3 Parameter Dehumidifier
Untuk memahami proses dehumidifikasi ada beberapa parameter yang harus
dipahami atau dimengerti antara lain (a) Kelembaban, (b) Kelembaban spesifik,
(c) Suhu udara, (d) Aliran udara, (e) Entalpi, (f) Volume spesifik.
a. Kelembaban
Kelembaban merupakan jumlah kandungan air dalam udara. Udara bisa
dikatakan mempunyai kelembaban yang tinggi apabila uap air yang dikandungnya
tinggi, begitu juga sebaliknya. Udara yang kurang mengandung uap air dikatakan
udara kering, sedangkan udara yang mengandung banyak uap air dikatakan udara
basah.
Kelembaban udara dapat dinyatakan sebagai kelembaban udara mutlak dan
kelembaban relatif. Kelembaban mutlak adalah banyaknya air yang dapat
terkandung di dalam 1 kg udara. Kelembaban relatif merupakan persentase
perbandingan jumlah air yang terkandung dalam 1 kg udara dengan jumlah air
maksimal yang terkandung dalam 1 kg udara dengan jumlah air maksimal yang
dapat terkandung dalam 1 kg udara tersebut. Kelembaban relatif menentukan
kemampuan udara pengering untuk menampung kadar air kaos kaki yang telah
diuapkan. Semakin rendah kelembaban relatif maka semakin banyak uap air yang
dapat diserap. Alat untuk mengukur kelembaban relatif adalah hygrometer,
sedangkan alat untuk mengukur suhu udara kering dan suhu udara basah adalah
termometer bola kering dan termometer bola basah. Gambar hygrometer dan
termometer bola basah dan bola kering disajikan pada Gambar 2.3
Gambar 2.3 Hygrometer, termometer bola basah dan termometer bola kering.
Sumber : http://hygrometer.net/types-hygrometers-multiple-uses/
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Untuk mengetahui tingkat kelembaban relatif dapat menggunakan
hygrometer atau dengan menggunakan termometer bola basah dan termometer
bola kering. Untuk mengetahui kelembaban relatif dapat menggunakan dua buah
termometer. Termometer pertama dipergunakan untuk mengukur suhu udara
kering dan termometer kedua untuk mengukur suhu udara basah. Pada termometer
bola kering, tabung air raksa pada termometer dibiarkan kering sehingga akan
mengukur suhu udara aktual. Sedangkan pada termometer bola basah, tabung air
raksa akan diberi kain yang dibasahi dengan air agar suhu yang terukur adalah
suhu saturasi atau titik jenuh, yaitu suhu yang diperlukan agar uap air dapat
terkondensasi.
b. Kelembaban Spesifik
Kelembaban spesifik adalah jumlah kandungan uap air di udara dalam setiap
kilogram udara kering atau perbandingan antara massa uap air dengan massa
udara kering. Kelembaban spesifik umumnya dinyatakan dengan gram per
kilogram dari udara kering (gr/kg) atau (kg/kg). Dalam sistem dehumidifier
semakin besar perbandingan kelembaban spesifik setelah keluar dari mesin
pengering (wH) dengan kelembaban spesifik dalam mesin pengering (wF), maka
semakin banyak massa air yang berhasil diuapkan. Massa air yang berhasil
diuapkan (Δw) dapat dihitung dengan Persamaan (2.1) :
Δw = (wH – wF) (2.1)
Pada Persamaan (2.1) :
Δw : Massa air yang berhasil diuapkan persatuan massa udara, kg/kg
wH : Kelembaban spesifik setelah keluar dari mesin pengering, kg/kg
wF : Kelembaban spesifik dalam mesin pengering, kg/kg
c. Suhu Udara
Suhu udara merupakan panas atau dinginnya udara disuatu tempat. Suhu
udara dikatakan panas jika suhu udara pada tempat dan waktu tertentu melebihi
suhu lingkungan disekitarnya dan begitu juga sebaliknya untuk suhu udara dingin.
Suhu udara sangat mempengaruhi laju pengeringan. Semakin besar
perbedaan antara suhu udara pengering dan suhu kaos kaki maka kemampuan
perpindahan kalor semakin besar, maka proses penguapan air juga meningkat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Agar bahan yang dikeringkan tidak sampai rusak, suhu udara harus diatur atau
dikontrol terus menerus. Suhu udara dibagi menjadi 2, yaitu : Suhu udara basah
dan Suhu udara kering.
Suhu udara kering adalah suhu yang ditunjukkan dengan termometer bulb
biasa dengan bulb dalam keadaan kering. Satuan untuk suhu ini biasaya dalam
Celcius, Kelvin, Fahrenheit. Seperti yang diketahui bahwa termometer
menggunakan prinsip pemuaian zat cair dalam termometer. Jika kita ingin
mengukur suhu udara dengan termometer biasa maka terjadi perpindahan kalor
dari udara ke bulb termometer. Karena mendapatkan kalor maka zat cair
(misalkan: air raksa) yang ada di dalam termometer mengalami pemuaian
sehingga tinggi air raksa tersebut naik. Kenaikan ketinggian cairan ini yang di
konversikan dengan satuan suhu (celcius, Fahrenheit, dll).
Suhu udara basah adalah suhu bola basah. Sesuai dengan namanya “wet
bulb”, suhu ini diukur dengan menggunakan termometer yang bulbnya (bagian
bawah termometer) dilapisi dengan kain yang telah dibasahi dengan air kemudian
dialiri udara yang ingin diukur suhunya. Perpindahan kalor terjadi dari udara ke
kain basah tersebut. Kalor dari udara akan digunakan untuk menguapkan air pada
kain basah tersebut, setelah itu baru digunakan untuk memuaikan cairan yang ada
dalam termometer.
Dew-point temperature adalah suhu dimana udara mulai menunjukkan aksi
pengembunan ketika didinginkan. Dew-point temperature adalah titik embun
udara, artinya suhu dimana udara mulai mengembun menimbulkan titik-titik air.
d. Aliran udara
Aliran udara pada proses pengeringan memiliki fungsi membawa udara
panas untuk menguapkan kadar air pakaian serta mengeluarkan uap air hasil
penguapan tersebut. Uap air hasil penguapan harus segera dikeluarkan agar tidak
membuat udara jenuh udara pada ruangan, yang dapat mengganggu proses
pengeringan. Semakin besar laju aliran massa udara panas yang mengalir maka
akan semakin besar kemmapuannya menguapkan kadar air dari pakaian, namun
berbanding terbalik dengan suhu udra yang semakin menurun. Untuk
memperbesar debit aliran udara (Qudara) dapat dengan memperbesar luas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
penampang (A) ataupun kecepatan aliran udara. Untuk menghitung debit aliran
dapat digunakan Persamaan (2.2) :
Qudara = A . v , m3/s (2.2)
Pada Persamaan (2.2) :
Qudara : Debit aliran udara, m3/s
A : Luas penampang, m2
v : Kecepatan udara , m/s
Untuk menghitung laju aliran massa udara pada saluran masuk ruang pengering
dapat digunakan Persamaan (2.3) :
ṁudara = Qudara . ρudara , kgudara/s (2.3)
Pada Persamaan (2.3) :
ṁudara : Laju aliran massa udara pada saluran masuk ruang pengering, kgudara/s
Qudara : Debit aliran udara, m3/s
ρudara : Densitas udara, kg/m3
Menentukan kemampuan mengeringkan massa air dapat dihitung dengan
Persamaan (2.4)
M2 = ṁudara . Δw . 3600 , kgair/jam (2.4)
Pada Persamaan (2.4) :
M2 : Kemampuan mengeringkan massa air, kg/jam
ṁudara : Laju aliran massa udara pada saluran masuk ruang pengering, kgudara/s
Δw : Massa air yang berhasil diuapkan, kgair/kgudara
e. Entalpi
Entalpi menyatakan jumlah energi internal dari suatu sistem termodinamika
ditambah energi yang digunakan untuk melakukan kerja. Entalpi (H) adalah
jumlah energi yang dimiliki sistem pada tekanan tetap. Entalpi (H) dirumuskan
sebagai jumlah energi yang terkandung dalam sistem (E) dan kerja (W).
f. Volume spesifik
Volume spesifik merupakan volume udara campuran dengan satuan meter
kubik per kilogram udara kering, dapat juga dikatakan sebagai meter kubik udara
kering atau meter kubik campuran per kilogram udara kering.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
2.1.4 Psychrometric Chart
Psychrometric chart adalah grafik yang digunakan untuk menentukan
properti-properti dari udara pada suatu tekanan tertentu. Skematis Psychrometric
chart dapat dilihat pada Gambar 2.8 dimana masing-masing kurva/garis akan
menunjukkan nilai properti yang konstan. Untuk mengetahui nilai dari properti-
properti (h, RH, W, SpV, Twb, Tdb, dan Tdp) bisa dilakukan apabila minimal dua
buah diantara properti tersebut sudah diketahui.
Proses-proses yang terjadi pada udara dalam psychrometric chart, seperti
pada Gambar 2.4 adalah sebagai berikut (a) Proses pendinginan dan penurunan
kelembaban (cooling dan dehumidifikasi), (b) Proses pemanasan (heating), (c)
Proses pendinginan evaporatif.
Gambar 2.4 Proses-proses yang terjadi dalam psychrometric chart.
Sumber : http://kawur.blogspot.com/2009_06_01_archive.html
a. Proses pendinginan dan pengembunan
Proses pendinginan dan pengembunan adalah proses penurunan kalor
sensibel dan penurunan kalor laten dari udara. Pada proses pendinginan dan
pengembunan, terjadi penurunan temperatur bola kering, temperatur bola basah,
entalpi, volume spesifik, temperatur titik embun, dan kelembaban spesifik,
sedangkan kelembaban relatif mengalami peningkatan, menjadi 100 %. Contoh
proses pendinginan dan pengembunan disajikan pada Gambar 2.5. Proses A-A’
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
adalah proses pendinginan sensibel, sedangkan proses A’-B adalah proses
pengembunan.
b. Proses pemanasan (Heating)
Proses pemanasan (heating) adalah proses penambahan kalor sensibel ke
udara. Pada proses pemanasan, terjadi peningkatan temperatur bola kering,
temperatur bola basah, entalpi, dan volume spesifik. Sedangkan temperatur titik
embun dan kelembaban spesifik tetap konstan. Namun kelembaban relatif
mengalami penurunan. Sebagai contoh dari proses pemanasan, dapat dilihat pada
Gambar 2.6 (yaitu proses dari A – B)
c. Proses pendinginan evaporatif (evaporative cooling)
Proses pendinginan evaporatif adalah proses pengurangan kalor sensibel ke
udara sehingga suhu bola kering udara tersebut menurun. Proses ini disebabkan
oleh perubahan temperatur bola kering dan rasio kelembaban. Pada proses
pendinginan evaporatif, terjadi penurunan temperatur kering dan volume spesifik.
Sedangkan temperatur titik embun, kelembaban relatif dan kelembaban spesifik
mengalami peningkatan. Namun entalpi dan temperatur bola basah tetap konstan.
Contoh proses pendinginan evaporatif dapat dilihat pada Gambar 2.7 (proses dari
kondisi titik A ke kondisi titik B). Proses pendinginan evaporatif (pada proses
pengeringan kaos kaki) terjadi pada saat udara memasuki ruang pengering kaos
kaki sampai udara keluar dari ruang pengering kaos kaki.
Gambar 2.5 Proses pendinginan dan pengembunan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Gambar 2.6 Proses pemanasan (heating)
Gambar 2.7 Proses pendinginan evaporatif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
2.1.5 Mesin Siklus Kompresi Uap
Mesin refrigerasi siklus kompresi uap merupakan jenis mesin refrigerasi
yang dipergunakan dalam dehumidifier. Terdapat berbagai jenis refrigeran yang
digunakan dalam sistem kompresi uap. Refrigeran yang umum digunakan adalah
yang termasuk ke dalam keluarga chlorinated fluorocarbons (CFCs disebut juga
freon) : R-11, R-12, R-21, R-22, R-502, R-134a, dan Musicool. Komponen utama
dari sebuah mesin siklus kompresi uap adalah kondensor, evaporator, kompresor,
dan pipa kapiler. Skematik rangkaian siklus kompresi uap disajikan pada Gambar
2.9
Gambar 2.9 Skematik rangkaian siklus kompresi uap.
Dalam siklus ini refrigeran bertekanan rendah akan dikompresi oleh
kompresor sehingga menjadi uap refrigeran bertekanan tinggi dan kemudian uap
refrigeran bertekanan tinggi diembunkan menjadi cairan refrigeran bertekanan
tinggi dalam kondensor. Kemudian cairan refrigeran bertekanan tinggi tersebut
diturunkan oleh pipa kapiler agar cairan refrigeran bertekanan rendah tersebut
dapat menguap kembali dalam evaporator menjadi uap refrigeran tekanan rendah.
Proses tersebut akan dijelaskan di dalam diagram P-h dan diagram T-s, seperti
yang disajikan pada Gambar 2.10 dan Gambar 2.11.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Gambar 2.10 Siklus kompresi uap pada diagram P - h.
Gambar 2.11 Siklus kompresi uap pada diagram T - s.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Di dalam siklus kompresi uap standar ini, refrigeran mengalami beberapa
proses yaitu : (a) Proses 1a-2, (b) Proses 2-2a, (c) Proses 2a-3, (d) Proses 3-3a,
(e)Proses 3a-4, (f) Proses 4-1, (g) Proses 1-1a.
a. Proses (1a-2) merupakan proses kompresi kering
Proses ini dilakukan oleh kompresor, refrigeran yang berupa gas panas
lanjut bertekanan rendah mengalami kompresi yang mengakibatkan refrigeran
menjadi gas panas lanjut bertekanan tinggi. Karena proses ini berlangsung secara
isentropik, suhu maksimal yang keluar dari kompresor juga meningkat menjadi
gas panas lanjut.
b. Proses (2-2a) merupakan proses penurunan suhu.
Proses ini berlangsung sebelum memasuki kondensor. Refrigeran gas panas
lanjut yang bertemperatur tinggi diturunkan sampai titik gas jenuh. Proses (2-2a)
berlangsung pada tekanan konstan. Proses ini juga dinamakan dengan desuper –
heating.
c. Proses (2a-3) merupakan proses pembuangan kalor ke udara lingkungan
sekitar kondensor pada suhu konstan.
Pada proses ini terjadi perubahan fase dari gas jenuh menjadi cair jenuh.
Perubahan fase ini terjadi karena temperatur refrigeran lebih tinggi daripada suhu
udara lingkungan sekitar kondensor. Proses (2a-3a) berlangsung pada tekanan dan
suhu yang konstan. Refrigeran tidak mengalami perubahan suhu, kalor yang
dilepas refrigeran dipergunakan untuk merubah fase.
d. Proses (3-3a) merupakan proses pendinginan lanjut.
Pada proses ini terjadi pelepasan kalor, sehingga temperatur refrigeran yang
keluar dari kondensor menjadi lebih rendah dan berada pada fase cair lanjut. Hal
ini membuat refrigeran lebih mudah mengalir dalam pipa kapiler.
e. Proses (3a-4) merupakan proses penurunan tekanan secara drastis dan
berlangsung pada entalpi yang tetap.
Proses ini terjadi di dalam pipa kapiler. Pada proses ini refrigeran berubah
fase dari cair menjadi fase campuran : cair – gas. Akibat penurunan tekanan ini,
temperatur refrigeran juga mengalami penurunan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
f. Proses (4-1) merupakan proses evaporasi.
Pada proses ini terjadi perubahan fase dari cair gas menjadi gas jenuh.
Perubahan fase ini terjadi karena temperatur refrigeran lebih rendah daripada suhu
udara lingkungan sekitar evaporator. Proses (4-1a) berlangsung pada tekanan tetap
dan suhu konstan. Kalor yang diambil dari lingkungan dipergunakan refrigeran
untuk berubah fase.
g. Proses (1-1a) merupakan proses pemanasan lanjut.
Proses ini yang terjadi karena penyerapan kalor terus menerus pada proses
(4-1a), maka refrigeran yang masuk ke kompresor berubah fase dari gas jenuh ke
gas panas lanjut. Kemudian mengakibatkan kenaikan tekanan dan temperatur
refrigeran akibat dari proses ini kompresor dapat bekerja lebih ringan.
2.2 Tinjauan Pustaka
Chao Jung Liang (1991) menggambarkan pengeringan pakaian kabinet yang
memiliki ruang pengering, kipas sirkulasi, pompa panas dan heater yang berfungsi
baik sebagai dehumidifier dan pemanas heater dan sensor yang digunakan untuk
meningkatkan dan mempertahankan suhu udara dalam ruang pengering
setidaknya sekitar 90ᵒF. kemudian condenser bertindak sebagai pemanas dan
evaporator yang bertindak sebagai dehumidifier. Udara disirkulasi oleh kipas
kedalam cabinet melalui inlet, yang sudah dipanaskan oleh kondensor, kemudian
beredar di seluruh pakaian dalam ruang pengering. Selanjutnya udara dihisap ke
saluran pendingin dimana kelembaban udara dihilangkan oleh evaporator dan air
ditampung pada wadah tampungan.
Robert E Maruka (2004) menggambarkan pengeringan pakaian cabinet yang
memiliki ruang pengering, kipas sirkulasi, dan pompa panas meliputi kompresor,
kondensor yang bertindak sebagai pemanas, dan evaporator yang bertindak
sebagai dehumidifier. Udara disirkulasi oleh kipas ke dalam kabinet melalui inet,
dipanaskan oleh condenser, beredar di seluruh pakaian dalam ruang pengering,
dan diarahkan ke saluran pendingin dimana kelembaban udara dihilangkan oleh
evaporator dan air ditampung pada wadah tampungan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Joao Pascoa Fernandes (2008) Menjelaskan pengering pakaian memiliki
lemari utama, sebuah dehumidifier dan pemanas. Udara disirkulasikan keluar
melalui sistem kipas. Sebuah sensor suhu dioperasikan untuk mengatur suhu
dalam cabinet dan exhaust ports akan membuka jika suhu diruangan terlalu tinggi.
Pakaian dapat dikeringkan pada gantungan atau rak pengeringan.
Eric Watson (2009) Menjelaskan pengering pakaian memiliki lemari yang
berfungsi sebagai pemanas, dan di dalamnya terdapat kipas yang mengeluarkan
suhu tinggi. Di pintu lemari terdapat layar dan tombol, untuk mengecek pakaian
yang dikeringkan.
Deug Hee Lee (2006) Menjelaskan tentang pengering pakaian memiliki
ruangan pengering. Pakaian digantung dan dialirkan udara bersuhu tinggi, alat
penggantung difungsikan sebagai alat pengalir udara bersuhu tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Obyek Penelitian
Obyek penelitian adalah mesin pengering kaos kaki hasil buatan sendiri.
Alat yang dipergunakan di dalam penelitian disajikan pada Gambar 3.1
Gambar 3.1 Skematik mesin pengering kaos kaki
Keterangan pada Gambar 3.1 :
a. Evaporator e. Pipa kapiler
b. Fan f. Kaos kaki
c. Kompressor g. Lemari pengering
d. Kondensor
3.2 Variasi penelitian
Penelitian dilakukan dengan memvariasikan kondisi awal kaos kaki yang
akan dikeringkan dengan variasi: (a) Hasil perasan tangan, (b) Hasil perasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
mesin cuci. Kaos kaki yang dikeringkan berjumlah 25 pasang ukuran dewasa dan
kaos kaki terbuat dari bahan katun. Gambar kaos kaki disajikan pada Gambar 3.2.
Gambar 3.2 Kaos kaki
3.3 Alat dan Bahan pembuatan mesin pengering kaos kaki
Dalam pembuatan mesin pengering kaos kaki ini diperlukan beberapa alat
dan bahan sebagai berikut: (a) Alat bantu pembuatan, (b) Bahan dan Komponen
utama, (c) Alat bantu penelitian.
3.3.1 Alat bantu pembuatan
Peralatan bantu pembuatan yang digunakan dalam proses pembuatan lemari
mesin pengering kaos kaki, antara lain :
a. Mesin las listrik
Mesin las listrik ini digunakan untuk pembuatan rangka lemari. Dengan
menggunakan proses pengelasan dalam proses penyambungan rangkanya,
diharapkan rangka yang dibuat akan memiliki konstruksi yang kuat dan tahan
lama.
b. Gerinda tangan dan gerinda potong
Gerinda digunakan untuk menghaluskan bagian permukaan benda kerja atau
digunakan untuk memotong suatu plat. Dalam proses pembuatan rangka mesin
pengering kaos kaki gerinda yang digunakan gerinda tangan dan gerinda potong.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
c. Bor dan gunting plat
Bor digunakan untuk membuat lubang. Pembuatan lubang digunakan untuk
pemasang paku rivet dan pemasangan baut. Gunting plat digunakan untuk
memotong plat seng casing mesin pengering.
d. Gergaji besi dan gergaji kayu
Gergaji besi digunakan untuk memotong besi, besi yang dipotong adalah
besi kotak berlubang (hollow) yang digunakan untuk rangka mesin pengering dan
lemari pengering. Sedangkan gergaji kayu digunakan untuk memotong papan
kayu yang digunakan utuk chasing mesin pengering dan lemari pengering.
e. Obeng dan kunci pas
Obeng digunakan untuk memasang dan mengencangkan baut. Obeng yang
digunakan adalah obeng (-) dan obeng (+). Kunci pas digunakan untuk
mengencangkan/melepas baut.
f. Meteran dan mistar
Meteran digunakan untuk mengukur panjang suatu benda. Dalam proses
pembuatan rangka meteran banyak digunakan untuk mengukur panjang plat seng
dan besi hollow. Sedangkan mistar digunakan untuk mengukur panjang suatu
benda, seperti styrofoam dan busa.
g. Pisau cutter dan cat
Pisau cutter digunakan untuk memotong benda kerja seperti Styrofoam dan
busa. Sedangkan cat digunakan untuk melapisi besi dan mencegah terjadinya
korosi.
h. Tang kombinasi
Tang kombinasi digunakan memotong, menarik, dan mengikat kawat agar
kencang.
i. Tube cutter
Tube cutter merupakan alat pemotong pipa tembaga, agar potongan pipa
yang dihasilkan rapi sehingga mempermudah proses pengelasan.
j. Gas las Hi-cook
Peralatan las yang digunakan untuk menyambung pipa kapiler dan
sambungan pipa-pipa tembaga komponen mesin pengering.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
k. Pompa vakum
Pompa vakum digunakan untuk mengosongkan gas-gas yang terjebak di
dalam mesin pengering kaos kaki, seperti udara dan uap air. Hal ini agar tidak
menyumbat refrigeran, sebab uap air yang berlebihan pada sistem pendingin dapat
membeku dan menyumbat pipa kapiler.
3.3.2 Bahan dan Komponen utama
Bahan atau komponen yang digunakan dalam proses pembuatan lemari
mesin pengering kaos kaki, antara lain : (a) Besi tube, (b) Styrofoam, (c) Busa, (d)
Roda, (e) Kondensor, (f) Pipa kapiler, (g) Kompresor, (h) Evaporator, (i) Filter, (j)
Refrigeran, (k) Pressure gauge, (l) Kipas.
a. Besi tube
Besi tube digunakan sebagai rangka mesin pengering pakaian. Pemilihan
besi tube, karena jenis besi ini sangat cocok dan kuat menahan beban dari
komponen mesin pengering. Gambar besi tube disajikan pada Gambar 3.3.
Gambar 3.3 Besi tube.
Sumber : http://asiatoko/besi/hollow//
b. Styrofoam
Styrofoam ini digunakan sebagai rongga antara bagian kompresor dan ruang
kondesor agar tidak terjadi ditribusi panas. Gambar styrofoam disajikan pada
Gambar 3.4.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Gambar 3.4 Styrofoam.
Sumber : http://www.ebay.com//styrofoam-sheet//
c. Busa
Busa digunakan untuk meminimalisi udara dan temperatur ke luar ruangan.
Busa digunakan untuk menutup celah-celah pada mesin pengering.
d. Roda
Roda digunakan untuk membantu memindahkan mesin pengering dari satu
tempat ke tempat lain.
e. Kondensor
Kondensor merupakan suatu alat pengukur kalor yang berfungsi untuk
mengkondensasikan refrigeran dari fase uap menjadi zat cair. Untuk mengubah
fase dari uap menjadi cair ini diperlukan suhu lingkungan yang lebih rendah agar
terjadi pelepasan kalor ke lingkungan kondensor. Gambar kondensor disajikan
pada Gambar 3.5.
Gambar 3.5 Kondensor.
Sumber : http://serviceactegal.blogspot.co.id/kondensor//
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
f. Pipa Kapiler
Pipa kapiler merupakan alat yang berfungsi untuk menurunkan refrigeran
dari tekanan tinggi ke tekanan rendah sebelum ke evaporator. Gambar pipa kapiler
disajikan pada Gambar 3.6.
Gambar 3.6 Pipa kapiler.
Sumber : http://serviceactegal.blogspot.co.id/pipakapiler//
g. Kompresor
Kompresor merupakan alat yang berfungsi untuk mengompresi refrigeran
ke pipa-pipa mesin siklus kompresi uap. Pada penelitian ini menggunakan
kompresor rotari yang ada di pasaran dengan daya 1,5 HP. Gambar kompresor
disajikan pada Gambar 3.7.
Gambar 3.7 Kompresor.
Sumber : http://serviceactegal.blogspot.co.id/kompresor//
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
h.Evaporator
Evaporator merupakan alat yang berfungsi untuk menguapkan refrigeran,
yang sebelumnya dari fase cair menjadi gas. Gambar evaporator disajikan pada
Gambar 3.8.
Gambar 3.8 Evaporator.
Sumber : http://serviceactegal.blogspot.co.id/evaporator//
i. Filter
Filter merupakan alat yang berfungsi untuk menyaring kotoran agar tidak
terjadi penyumbatan pada pipa kapiler, seperti kotoran akibat korosi, serbuk-
serbuk hasil pemotongan pipa.
j. Refrigeran
Refrigeran merupakan jenis fluida yang digunakan sebagai gas pendingin.
Refrigeran berfungsi untuk menyerap atau melepas kalor dari lingkungan sekitar.
Jenis yang digunakan dalam penelitian adalah R134a. Gambar refrigeran R134a
disajikan pada Gambar 3.9.
Gambar 3.9 Refrigeran R134a.
Sumber : http://orschelnfarmhome.com/r134a-refrigerant//
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
k. Pressure Gauge
Pressure Gauge digunakan untuk mengukur tekanan refrigeran dalam
sistem pendinginan baik dalam saat pengisian maupun pada saat beroperasi.
Dalam pressure gauge ini terdapat alat ukur, tekanan hisap kompresor dan
tekanan keluaran kompresor. Gambar pressure gauge disajikan pada Gambar
3.10.
Gambar 3.10 Pressure Gauge.
Sumber : http://www.omega.com/pressuregauge//
i. Kipas
Kipas digunakan untuk mensirkulasikan udara kering hasil proses
dehumidifikasi dan membuang udara jenuh dari lemari pengering. Gambar kipas
disajikan pada Gambar 3.11.
Gambar 3.11 Kipas.
Sumber : http://olx.co.id/kipas-bekas//
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
3.3.3 Alat bantu penelitian
Dalam proses pengambilan data diperlukan alat bantu penelitian sebagai
berikut :
a. Penampil suhu digital dan termokopel
Termokopel berfungsi untuk mengukur perubahan suhu atau temperatur
pada saat pengujian. Cara kerja dari alat ini dengan menempelkan atau
menggantungkan ujung termokopel pada bagian yang akan diukur, maka suhu
akan ditampilkan di layar penampil suhu digital. Gambar penampil suhu digital
dan termokopel disajikan pada Gambar 3.12.
Gambar 3.12 Penampil suhu digital dan termokopel.
Sumber : http://id.aliexpress.com/termokopel//
b. Timbangan digital
Timbangan digital diperlukan untuk mengukur berat pakaian dalam
pengujian. Gambar timbangan digital disajikan pada Gambar 3.13.
Gambar 3.13 Timbangan digital.
Sumber : http://fjb.m.kaskus.co.id/timbangan-digital//
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
c. Stopwatch
Stopwatch digunakan untuk mengukur waktu yang dibutuhkan untuk
pengujian. Waktu yang dibutuhkan setiap pengambilan data yaitu 15 menit.
Gambar stopwatch disajikan pada Gambar 3.14.
Gambar 3.14 Stopwatch.
Sumber : http://fjb.m.kaskus.co.id/stopwatch//
3.4 Tata Cara Penelitian
3.4.1 Alur pelaksanaan penelitian
Alur pelaksanaan penelitian mengikuti alur penelitian seperti diagram alir
yang tersedia pada Gambar 3.15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Tidak baik
Baik
Gambar 3.15 Diagram alir untuk penelitian.
Mulai
Perancangan mesin pengering kaos
kaki
Persiapan alat dan bahan
Pembuatan mesin pengering kaos kaki dan
lemari pengering
Pemvakuman dan pengisian refrigeran
R134a pada mesin dehumidifier
Uji coba
Pengambilan data
Pengolahan, analisis data/pembahasan,
kesimpulan, dan saran.
Selesai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
3.4.2 Pembuatan Mesin Pengering Kaos Kaki
Langkah-langkah yang dilakukan dalam pembuatan mesin pengering kaos
kaki yaitu :
a. Merancang bentuk dan model pengering kaos kaki.
b. Membuat rangka mesin pengering dan lemari pengering dari besi hollow.
c. Memasang papan kayu (triplek) sebagai alas komponen mesin siklus kompresi
uap, seperti : kompresor, evaporator, kondensor, dan kipas.
d. Pemasangan tampungan air dari evaporator dan pemasangan kipas.
e. Pemasangan komponen siklus kompresi uap yang terdiri dari evaporator,
kondensor, filter, dan kompresor. Seperti pada Gambar 3.16.
Gambar 3.16 Pemasangan komponen..
f. Pemasangan pipa kapiler, pipa-pipa tembaga, dan pengelasan sambungan antar
pipa.
g. Pemasangan pressure gauge.
h. Pemasangan pintu.
i. Pemasangan komponen kelistrikan dan perkabelan mesin pengering.
j. Pembuatan lemari pengering kaos kaki.
k. Pemasangan kipas exhaust.
l. Pembuatan dan pemasangan rangka peletakan hanger.
3.4.3 Proses Pengisian Refrigeran R134a
Sebelum pengisian refrigeran diperlukan beberapa proses yaitu proses
pemetilan dan pemvakuman agar mesin pengering dapat digunakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
3.4.3.1 Proses Pemetilan
Pemberian metil pada pipa kapiler yang telah dipasang pada mesin, dengan
cara yaitu :
a. Menghidupkan kompresor dan menutup pentil.
b. Menuang metil pada tutup botol, sampai penuh.
c. Meletakkan tutup botol metil tersebut pada ujung pipa kapiler, maka metil akan
dihisap oleh pipa kapiler tersebut, sampai habis.
d. Mematikan kompresor dan las ujung pipa kapiler pada lubang keluar filter.
3.4.3.2 Proses Pemvakuman
Merupakan proses menghilangkan uap air, udara, dan kotoran yang terjebak
dalam siklus mesin pengering. Berikut adalah langkah-langkah pemvakuman
mesin pengering:
a. Mempersiapkan Pressure gauge serta selang berwarna biru (low pressure) yang
dipasang pada pentil yang sudah dipasang pada dopnya dan selang berwarna
merah (high pressure), yang dipasang pada tabung refrigeran.
b. Pada saat pemvakuman, kran manifold diposisikan terbuka dan kran refrigeran
diposisikan tertutup.
c. Menghidupkan kompresor, maka secara otomatis udara yang terjebak pada
siklus akan keluar melalui potongan pipa kapiler yang telah dilas dengan
lubang keluar filter.
d. Memastikan udara yang terjebak dalam siklus sudah habis. Untuk memastikan
udara yang terjebak telah habis dengan cara menyalakan korek api dan ditaruh
di depan ujung potongan pipa kapiler.
e. Mencek jarum pressure gauge menunjukkan angka 0 psig.
f. Mencek kebocoran pada sambungan-sambungan pipa dan katup dengan busa
sabun. Jika terdapat gelembung-gelembung udara maka sambungan tersebut
masih mengalami kebocoran.
g. Setelah dipastikan tidak terjadi kebocoran, langkah selanjutnya mengelas ujung
potongan pipa kapiler tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
3.4.3.3 Proses Pengisian Refrigeran R134a
Langkah-langkah pengisian refrigeran pada mesin pengering :
a. Pasang salah satu selang pressure gauge berwarna biru pada katup pengisian
(katup tengah) pressure gauge, kemudian ujung selang pressure gauge satunya
pada katup refrigeran R134a. Seperti pada Gambar 3.17.
Gambar 3.17 Katup pengisian refrigeran.
Sumber : http://www.omega.com/pressuregauge//
b. Hidupkan kompresor dan buka kran pada katup tabung refrigeran secara
perlahan-lahan. Setelah tekanan pada high pressure gauge mencapai tekanan
yang diinginkan, tutup kran pada katup tabung refrigeran.
c. Setelah refrigeran terisi ke dalam siklus mesin, lepaskan selang pressure
gauge. Cek lubang katup, sambungan pipa-pipa dengan busa sabun untuk
mengetahui terjadinya kebocoran.
3.4.4 Skematik Pengambilan Data
Untuk mempermudah pemahaman tentang kerja mesin pengering kaos kaki
dan sistem kerjanya ditampilkan dalam skematik mesin pengering kaos kaki yang
diteliti tersaji pada Gambar 3.18 :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Gambar 3.18 Skematik pengambilan data.
Keterangan pada Gambar 3.18 skematik mesin pengering kaos kaki :
a. Termokopel (Tin)
Termokopel berfungsi sebagai pengukur suhu udara kering sebelum masuk
mesin pengering.
b. Termokopel (T1)
Termokopel berfungsi sebagai pengukur suhu udara kering setelah
melewati evaporator.
c. Termokopel (T2)
Termokopel berfungsi sebagai pengukur suhu udara kering setelah
melewati kompresor
d. Termokopel (T3)
Termokopel berfungsi sebagai pengukur suhu udara kering setelah melewati
kondensor.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
e. Termokopel (T4)
Termokopel berfungsi sebagai pengukur suhu udara kering yang masuk ke
dalam lemari pengering.
f. Termokopel (Tout)
Termokopel berfungsi sebagai pengukur suhu udara kering setelah keluar
dari mesin pengering.
g. Pressure gauge (P1)
Pressure gauge berfungsi untuk mengukur tekanan refrigeran yang masuk
kompresor.
h. Pressure gauge (P2)
Pressure gauge berfungsi untuk mengukur tekanan refrigeran yang keluar
kompresor.
3.4.4.1 Cara Pengambilan Data
Langkah langkah pengambilan data, dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Penelitian dilakukan di tempat terbuka dan pada musim hujan, di bulan
Desember. Perubahan suhu sekitar dan kelembaban dalam penelitian ini
diabaikan, karena suhu sekitar dan kelembabannya selalu berubah-ubah sesuai
cuaca.
b. Memastikan bahwa termokopel, dan timbangan digital yang digunakan sudah
dikalibrasi.
c. Memastikan bahwa kipas bekerja dengan baik, serta memastikan saluran
pembuangan air tidak tersumbat.
d. Meletakkan alat bantu penelitian pada tempat yang sudah ditentukan.
e. Menyalakan mesin pengering kaos kaki, kipas 1, dan kipas 2.
f. Mencatat massa kosong ( rangka dan hanger). Selanjutnya timbang dan catat
massa kaos kaki kering (MKK)
g. Menutup semua pintu lemari pengering dan ditunggu sampai 30 menit guna
mesin mencapai suhu kerja yang konstan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
h. Membasahi dan memeras kaos kaki sampai air tidak menetes kembali.
Kemudian menimbang dan catat massa kaos kaki basah (MKB).
i. Mencek tekanan P1 dan P2, kemudian menutup semua pintu.
j. Data yang dicatat per 15 menit, antara lain :
MKBt : Massa kaos kaki basah saat t, (kg).
Tin : Suhu udara kering sebelum masuk mesin pengering, (˚C).
T1 : Suhu udara kering setelah melewati evaporator, (˚C).
T2 : Suhu udara kering setelah melewati kompresor, (˚C).
T3 : Suhu udara kering setelah melewati kondensor, (˚C).
T4 : Suhu udara kering yang masuk lemari pengering, (˚C).
Tout : Suhu udara kering yang keluar dari lemari pengering, (˚C).
P1 : Tekanan refrigeran yang masuk kompresor, (Psig).
P2 : Tekanan refrigeran yang keluar kompresor, (Psig).
k. Hasil data yang diperoleh kemudian dijumlahkan hasil kalibrasi alat bantu dan
jumlah massa kaos kaki dikurangi massa kosong.
Tabel 3.1 Tabel yang dipergunakan untuk pengisian data.
Waktu
t
Massa
kaos kaki
kering
Massa kaos
kaki basah
saat t = 0
(mt)
Massa kaos
kaki basah
saat – t
(mt + Δt)
Perbedaan
massa
Δm =
mt – (mt + Δt)
Kondisi
Udara Luar
Tdb Twb
menit kg Kg kg kg ˚C ˚C
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Tabel 3.1 Lanjutan tabel yang dipergunakan untuk pengisian data.
Tekanan
Kerja
Suhu kering
udara setelah
melewati
Suhu udara
setelah
melewati
kondensor
Suhu udara
dalam ruang
pengering
kaos kaki
Suhu udara
keluar
pengering
kaos kaki Evap Komp
Pevap Pkomp T1 T2 T3 = Tdb Twb T4 = Tdb Twb T5 = Tdb Twb
Psig Psig ˚C ˚C ˚C ˚C ˚C ˚C ˚C ˚C
3.5 Cara Menganalisis Hasil dan Menampilkan Hasil
Cara yang digunakan untuk manganalisis hasil menampilkan hasil, sebagai
berikut :
a. Data yang diperoleh dari penelitian dimasukkan dalam tabel seperti Tabel 3.1.
Kemudian menghitung rata – rata dari 4 kali percobaan tiap variasinya.
b. Menghitung massa air yang menguap dari kaos kaki (M1) tiap variasinya.
Massa air yang menguap dari kaos kaki (M1) dapat dihitung dengan Persamaan
(3.1).
M1 = MKBA – MKK (3.1)
dengan M1 adalah massa air yang menguap dari kaos kaki, MKBA adalah
massa kaos kaki basah awal, dan MKK adalah massa kaos kaki kering.
c. Mencari suhu kerja kondensor dan suhu kerja evaporator dangan menggunakan
P – h diagram, seperti pada Gambar 3.19. Untuk dapat menggunakan P – h
diagram, tekanan refrigeran P1 dan P2 harus dikonversikan dari satuan Psig ke
Mpa.
d. Mencari kelembaban spesifik udara setelah melewati kondensor (wF), dan
mencari kelembaban spesifik setelah keluar dari mesin pengering (wH)
menggunakan psychrometric chart.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
e. Menghitung massa air yang berhasil diuapkan (∆w) tiap variasi. Massa air yang
berhasil diuapkan (∆w) adalah kelembaban spesifik setelah keluar dari mesin
pengering (wH) dikurangi kelembaban spesifik setelah melewati kondensor
(wF).
f. Menghitung laju aliran massa udara pada saluran masuk ruang pengering
(ṁudara) tiap variasi. Laju aliran massa udara pada saluran masuk ruang
pengering (ṁudara) adalah debit udara (Qudara) dikali densitas udara (ρudara)
sebesar 1,2 kg/m3.
g. Menghitung kemampuan mesin pengering kaos kaki untuk menguapkan massa
air (M2). Kemampuan mesin pengering kaos kaki untuk menguapkan massa air
(M2) adalah laju aliran massa udara pada saluran masuk ruang pengering
(ṁudara) dikalikan massa air yang berhasil diuapkan (∆w) dikalikan 3600 menit.
h. Untuk memudahkan pembahasan, hasil – hasil perhitungan proses pengeringan,
maka digambarkan dalam grafik. Pembahasan dilakukan terhadap grafik yang
dihasilkan, dengan mengacu pada tujuan penelitian dan hasil penelitian orang
lain.
3.6 Cara Mendapatkan Kesimpulan
Dari analisis yang sudah dilakukan akan diperoleh suatu kesimpulan.
Kesimpulan merupakan inti sari hasil analisis penelitian dan kesimpulan harus
menjawab tujuan dari penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN, PERHITUNGAN, DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Hasil yang didapatkan dalam penelitian mesin pengering kaos kaki sistem
terbuka dengan variasi perasan menggunakan tangan dan pengeringan dengan
menggunakan mesin cuci meliputi : massa kaos kaki kering, massa kaos kaki
basah awal, massa kaos kaki basah saat t, tekanan refrigeran yang masuk
kompresor (P1), tekanan refrigeran yang keluar kompresor (P2), suhu udara kering
sebelum masuk mesin pengering (Tin), suhu udara kering setelah melewati
evaporator (T1), suhu udara kering setelah melewati kompresor (T2), suhu udara
kering setelah melewati kondensor (T3), suhu udara kering di dalam lemari
pengering (T4), suhu udara kering keluar dari mesin pengering (Tout). Pengujian
dilakukan dengan 4 kali pengujian setiap variasinya, kemudian dihitung hasil rata-
ratanya. Untuk pengeringan kaos kaki dengan perasan tangan, hasil rata- rata akan
disajikan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Data hasil rata-rata untuk pengeringan kaos kaki dengan perasan tangan.
Waktu
t
Massa
kaos kaki
kering
Massa kaos
kaki basah
saat t = 0
(mt)
Massa kaos
kaki basah
saat – t
(mt + Δt)
Perbedaan
massa
Δm =
mt – (mt + Δt)
Kondisi
Udara Luar
Tdb Twb
menit kg kg kg kg ˚C ˚C
15
0,97 2,3
1,9 0,4
28 25
30 1,75 0,15
45 1,53 0,22
60 1,39 0,14
75 1,26 0,13
90 1,15 0,11
105 1,06 0,09
120 1 0,06
135 0,94 0,06
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Tabel 4.1 Lanjutan data hasil rata-rata untuk pengeringan kaos kaki dengan
perasan tangan.
Tekanan
Kerja
Suhu kering
udara setelah
melewati
Suhu udara
setelah
melewati
kondensor
Suhu udara
dalam ruang
pengering
kaos kaki
Suhu udara
keluar
pengering
kaos kaki Evap Komp
Pevap Pkomp T1 T2 T3 = Tdb Twb T4 = Tdb Twb T5 = Tdb Twb
Psig Psig ˚C ˚C ˚C ˚C ˚C ˚C ˚C ˚C
30 225
18,07 32,9 47,35
28
40,7
29
38,5
29
18,1 32,95 48,05 41,4 39,6
18,07 33,3 48,45 41,4 35,6
16,77 33 48,45 41,6 35,6
17,02 33,15 48,87 42,1 35,7
16,92 33 48,75 42 36
17,82 33,2 48,72 42 36,2
17,32 32,75 47,95 42,3 40,7
18,15 32,82 48,52 42,3 40,5
Untuk variasi pengeringan dengan bantuan mesin cuci, mesin cuci yang
digunakan adalah mesin cuci Electrolux EW-F10741 dengan kapasitas 7 kg,
kemudian kaos kaki dikeringkan dengan kecepatan 1000 rpm selama 5 menit.
Hasil rata- rata dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Data hasil rata-rata untuk pengeringan kaos kaki dengan perasan mesin
cuci
Waktu
t
Massa
kaos kaki
kering
Massa
kaos kaki
basah
saat t = 0
(mt)
Massa
kaos kaki
basah
saat – t
(mt + Δt )
Perbedaan
massa
Δm =
mt – (mt + Δt)
Kondisi Udara
Luar
Tdb Twb
menit kg kg kg kg ˚C ˚C
15 0,97 1,12
1,02 0,1 28 25
30 0,95 0,07
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Tabel 4.2 Lanjutan data hasil rata-rata untuk pengeringan kaos kaki dengan
perasan mesin cuci
Tekanan
Kerja
Suhu kering
udara setelah
melewati
Suhu udara
setelah melewati
kondensor
Suhu udara
dalam ruang
pengering kaos
kaki
Suhu udara
keluar pengering
kaos kaki Evap Komp
Pevap Pkomp T1 T2 T3 = Tdb Twb T4 = Tdb Twb T5 = Tdb Twb
Psig Psig ˚C ˚C ˚C ˚C ˚C ˚C ˚C ˚C
30 225 18,5 29,1 44,5
28 39,5
29 34,9
29 18,3 29,3 46,1 42,5 36,2
Sebagai perbandingan berikut disajikan Tabel 4.3, yang menampilkan data
pengeringan kaos kaki menggunakan sinar matahari.
Tabel 4.3 Pengeringan kaos kaki dengan cahaya matahari variasi perasan tangan
Waktu
Massa
kaos kaki
kering
Massa
kaos kaki
basah saat
t = 0
(mt)
Massa kaos
kaki basah
saat – t
(mt + Δt)
Perbedaan
Massa
Δm =
mt – (mt + Δt)
menit kg kg kg kg
15
0,97 2,3
2,12 0,18
30 1,96 0,16
45 1,84 0,12
60 1,66 0,18
75 1,52 0,14
90 1,35 0,17
105 1,2 0,15
120 1,08 0,12
135 0,99 0,09
150 0,95 0,04
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Tabel 4.3 Lanjutan pengeringan kaos kaki dengan cahaya matahari variasi perasan
mesin cuci
Waktu
Massa
kaos kaki
kering
Massa
kaos kaki
basah saat
t = 0
(mt)
Massa kaos
kaki basah
saat – t
(mt + Δt)
Perbedaan
Massa
Δm =
mt – (mt + Δt)
menit kg kg kg kg
15 0,97 1,12 1,09 0,03
30 0,97 1,12 1 0,09
45 0,97 1,12 0,96 0,04
4.2 Perhitungan
a. Perhitungan massa air yang menguap dari kaos kaki (M1).
Massa air yang menguap dari kaos kaki (M1) dapat dihitung dengan
Persamaan (3.1). Massa air yang menguap dari kaos kaki (M1) adalah massa kaos
kaki basah (MKB) dikurangi massa kaos kaki kering (MKK). Sebagai contoh
perhitungan untuk mencari nilai M1 untuk pengeringan kaos kaki dengan bantuan
perasan tangan sebagai berikut :
M1 = (MKB) - (MKK)
= (2,3 – 0,97) kg
= 1,33 kg
Hasil perhitungan untuk metode perasan mesin cuci dapat dilihat pada Tabel 4.4.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Tabel 4.4 Massa air yang menguap dari kaos kaki (M1)
Perlakuan
Jumlah
kaos kaki
(pasang)
Massa
total awal
kaos kaki
kering
Massa total awal kaos kaki
basah pada menit ke - 0
Perasan tangan dan
dikeringkan dengan
mesin pengering
25 0,97 2,3
Perasan mesin cuci
dan dikeringkan
dengan mesin
pengering
25 0,97 1,12
Perasan tangan dan
dikeringkan dengan
cahaya matahari
25 0,97 2,3
Perasan mesin cuci
dan dikeringkan
dengan cahaya
matahari
25 0,97 1,12
Tabel 4.4 Lanjutan tabel massa air yang menguap dari kaos kaki (M1)
Massa kaos kaki basah setelah mengalami
proses pengeringan selama t menit, kg
Massa air
keluar dari
kaos kaki
selama
proses
pengeringan Menit ke -
15
30
45
60
75
90
105
120
135
150
Δm, kg
1,9 1,75 1,53 1,39 1,26 1,15 1,06 1 0,94 - 1,36
1,02 0,95 - - - - - - - - 0,17
2,12 1,96 1,84 1,66 1,52 1,35 1,2 1,08 0,99 0,95 1,35
1,09 1 0,96 - - - - - - - 0,16
b. Suhu kerja kondensor (Tkond) dan suhu kerja evaporator (Tevap)
Suhu kerja kondensor (Tkond) dan suhu kerja evaporator (Tevap) dapat dicari
menggunakan P-h diagram pada Gambar 4.1. Dengan diketahui tekanan refrigeran
yang masuk ke dalam kompresor dan tekanan refrigeran keluar kompresor maka
dapat diketahui suhu kerja evaporator dan suhu kerja kondensor :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
P1 = ( 30 psi x 0,0069 MPa/psi ) + 0,101325 MPa
= 0,207 MPa + 0,101325 MPa
= 0,308 MPa
P2 = ( 225 psi x 0,0069 MPa/psi ) + 0,101325 MPa
= 1,5525 MPa + 0,101325 MPa
= 1,653 MPa
Gambar 4.1 Suhu kerja kondensor dan suhu kerja evaporator.
Dari Gambar 4.1 untuk tekanan kerja evaporator (tekanan rendah) P1 = 0,308 MPa
suhu kerja evaporator (Tevap) sebesar 2ᵒC dan untuk tekanan kerja kondensor
(tekanan tinggi) P2 = 1,653 MPa suhu kerja kondensor (Tkond) sebesar 58ᵒC.
c. Kelembaban spesifik udara masuk ruang pengering (wF) dan kelembaban
spesifik udara setelah keluar dari lemari pengering (wH).
Kelembaban spesifik udara masuk ruangan pengering (wF) dan kelembaban
spesifik udara setelah keluar dari lemari pengering (wH) dapat dicari dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
menggunakan psychrometric chart. Kelembaban spesifik udara masuk ruang
pengering (wF) dapat diketahui melalui garis kelembaban spesifik pada titik F atau
suhu udara setelah melewati evaporator dan kondensor. Kemudian kelembaban
spesifik udara setelah keluar dari mesin pengering (wH) dapat diketahui melalui
garis kelembaban spesifik pada titik H atau suhu setelah udara melewati kaos kaki
basah. Sebagai contoh menentukan kelembaban spesifik udara masuk ruangan
pengering (wF) dan kelembaban spesifik udara setelah keluar dari lemari
pengering (wH) untuk proses pengeringan kaos kaki dengan perasan tangan pada
menit ke-15 disajikan melalui Gambar 4.2 :
d. Menghitung massa air yang berhasil diuapkan (Δw)
Massa air yang berhasil diuapkan (Δw) dapat dihitung dengan menggunakan
Persamaan (2.2). Massa air yang berhasil diuapkan (Δw) adalah kelembaban
spesifik udara setelah keluar dari mesin pengering (wH) dikurangi kelembaban
spesifik udara masuk ruangan pengering (wF). Sebagai contoh perhitungan massa
air yang berhasil diuapkan (Δw) pada proses pengeringan kaos kaki dengan
perasan tangan pada menit ke-15 adalah sebagai berikut :
Δw = ( wH – wF )
= ( 0,0216 – 0,0134 ) kgair/kgudara
= 0,0082 kgair/kgudara
e. Perhitungan laju aliran massa udara pada saluran masuk ruang pengering
(ṁudara)
Laju aliran massa udara pada saluran masuk ruang pengering (ṁudara) dapat
dihitung dengan menggunakan Persamaan (2.4). Laju aliran massa udara pada
saluran masuk ruang pengering (ṁudara) adalah massa air yang diuapkan (M2)
dibagi massa air yang berhasil diuapkan (Δw) dikalikan 3600 detik. Sebagai
contoh perhitungan laju aliran massa udara pada saluran masuk ruang pengering
(ṁudara) untuk proses pengeringan kaos kaki dengan perasan tangan pada menit
ke-60 adalah sebagai berikut :
M2 = ṁudara . Δw . 3600
ṁudara = (M2 / (Δw . 3600))
= (0,91 / (0,0108 . 3600))
= 0,023 kgudara/s
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
f. Perhitungan kecepatan udara (v)
Kecepatan udara dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan (2.3),
yaitu laju aliran massa udara pada saluran masuk ruang pengering dibagi dengan
luas kipas dikalikan massa jenis udara sebesar 1,2 kg/m3. Sebagai contoh
perhitungan kecepatan udara (v) pada proses pengeringan kaos kaki dengan
perasan tangan pada menit ke-60 adalah sebagai berikut :
ṁudara = Qudara . ρudara
= ( π . r2 . v) . ρudara
v = ṁudara / ( π . r2 . ρudara)
= 0,023 / ((π . (19 cm)2 / 10000) . 1,2)
= 0,023 / 0,136
= 0,169 m/s
Gambar 4.2 Psychrometric chart perasan tangan, 15 menit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Keterangan pada Gambar 4.2 :
Titik A : Kondisi udara luar
Titik B : Suhu udara setelah melewati evaporator (T1)
Titik C : Suhu kerja evaporator
Titik D : Suhu udara setelah melewati kompresor (T2)
Titik E : Suhu kerja kondensor
Titik F : Suhu udara setelah melewati kondensor (T3)
Titik G : Suhu udara di dalam lemari pengering (T4)
Titik H : Suhu keluar lemari pengering (T5)
Tabel 4.5 Data hasil perhitungan pengeringan kaos kaki dengan bantuan
perasan tangan
No Waktu wF wH Δw M2 ṁudara v Q
menit kgair/
kgudara
kgair/
kgudara
kgair/
kgudara
kgair/
jam
kgudara/
detik m/s
m3/
detik
1 15 0,0134 0,0216 0,0082 0,4 0,013 0,095 0,011
2 30 0,0134 0,0212 0,0078 0,55 0,019 0,139 0,016
3 45 0,013 0,0228 0,0098 0,8 0,022 0,161 0,018
4 60 0,012 0,0228 0,0108 0,91 0,023 0,169 0,019
5 75 0,0124 0,0228 0,0104 1,04 0,027 0,198 0,023
6 90 0,012 0,0226 0,0106 1,15 0,03 0,22 0,025
7 105 0,0128 0,0224 0,0096 1,24 0,035 0,257 0,029
8 120 0,0124 0,0204 0,008 1,3 0,045 0,33 0,037
9 135 0,013 0,0206 0,0076 1,36 0,049 0,36 0,041
Tabel 4.6 Data hasil perhitungan pengeringan kaos kaki dengan bantuan
perasan mesin cuci
No Waktu wF wH Δw M2 ṁudara v Q
menit kgair/
kgudara
kgair/
kgudara
kgair/
kgudara
kgair/
jam
kgudara/
detik m/s
m3/
detik
1 15 0,0136 0,0232 0,0096 0,1 0,0028 0,021 0,0024
2 30 0,0132 0,0224 0,0092 0,17 0,0051 0,037 0,0042
4.3 Pembahasan
Hasil penelitian yang telah dilakukan menghasilkan mesin pengering kaos
kaki yang dapat bekerja secara baik dan terus menerus tanpa terjadi hambatan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
gangguan. Dengan kondisi udara di dalam lemari pengering sebelum penelitian
dilakukan, memiliki kondisi yang sama dengan kondisi udara luar, rata–rata
sekitar Tdb=28˚C dan Twb=25˚C. Ketika mesin bekerja kondisi udara disetiap
posisi berubah–ubah terhadap waktu sesuai dengan posisi dimana udara berada.
Kondisi udara diposisi setelah melewati evaporator dapat mencapai suhu kering
rata–rata 17,5˚C. Kondisi udara masuk lemari pengering dapat mencapai 40,7-
42,3˚C. Hal ini disebabkan karena kondisi udara setelah melewati evaporator
udara kemudian dilewatkan terlebih dahulu melalui kompresor dan kondensor.
Suhu kerja evaporator mampu mengembunkan uap air dari udara yang
melewatinya dan kompresor mampu memberikan kenaikan suhu udara yang
semula rata-rata 17,5˚C dari evaporator menjadi 33˚C. Suhu udara ini kemudian
meningkat lagi menjadi sekitar 47,35-48,87˚C setelah melewati kondesor. Udara
panas yang melewati kondensor disirkulasikan secara terus menerus ke dalam
lemari pengering dengan menggunakan kipas angin. Mesin pengering kaos kaki
ini dapat bekerja pada saat ada beban atau ada kaos kaki basah yang dikeringkan
dengan suhu kering sekitar 41,64˚C dan suhu basah sekitar 29˚C.
Pada saat lemari pengering bekerja dengan beban, kondisi udara yang
dihasilkan di dalam lemari pengering berbeda ketika mesin pengering bekerja
tanpa beban. Suhu kering yang dicapai lebih rendah dibandingkan dengan bekerja
tanpa beban, dan suhu udara basah yang dicapai lebih tinggi dibandingkan tanpa
beban, atau kelembaban udara yang dimiliki menjadi lebih tinggi. Penurunan suhu
udara kering disebabkan adanya kalor yang terserap oleh udara yang digunakan
untuk memanaskan dan juga untuk menguapkan air yang ada di dalam kaos kaki,
saat udara meningkatkan dan memanaskan kaos kaki. Sedangkan kenaikan
kelembaban udara, disebabkan karena kandungan uap air yang ada di udara
bertambah. Pertambahan ini disebabkan oleh adanya perpindahan massa air dari
kaos kaki yang basah ke udara.
Dari Tabel 4.4 dapat disimpulkan bahwa waktu yang diperlukan untuk
mengeringkan kaos kaki tergantung pada massa awal kaos kaki basah. Semakin
basah kaos kaki, maka semakin lama juga waktu yang diperlukan untuk
mengering. Waktu tercepat untuk mengeringkan kaos kaki basah adalah sebelum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
dikeringkan di dalam lemari pengering kaos kaki basah harus diperas dahulu
dengan batuan mesin cuci.
Gambar 4.3 Massa air pada proses pengeringan kaos kaki untuk beberapa kondisi.
Gambar 4.3 menunjukan bahwa waktu yang diperlukan untuk mengeringkan
25 pasang kaos kaki basah hasil perasan mesin cuci hanya sekitar 30 menit.
Sedangkan untuk mengeringkan 25 pasang kaos kaki basah hasil perasan tangan
membutuhkan waktu 135 menit. Selain itu, mesin pengering kaos kaki ini lebih
efisien dibandingkan mengeringkan kaos kaki dengan menggunakan cahaya
matahari, walaupun hanya selisih 15 menit. Jika dikeringkan dengan cahaya
matahari dengan perasan tangan, kaos kaki tersebut membutuhkan waktu sekitar
150 menit untuk mengering, sedangkan dengan perasan mesin cuci lalu
dikeringkan dengan cahaya matahari membutuhkan waktu sekitar 45 menit untuk
mengering.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Hasil dari penelitian pengering kaos kaki yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa :
a. Mesin pengering kaos kaki dengan sistem kompresi uap berhasil dibuat dan
dapat bekerja sesuai fungsinya. Mesin pengering kaos kaki ini dapat bekerja
pada saat ada beban atau ada kaos kaki basah yang dikeringkan dengan suhu
udara kering sekitar 41,64˚C dan suhu udara basah sekitar 29˚C.
b. Mesin pengering mampu mengeringkan 25 pasang kaos kaki berbahan katun
ukuran dewasa dalam kondisi basah hasil perasan tangan dalam waktu 135
menit dan mampu mengeringkan 25 pasang kaos kaki basah hasil perasan
mesin cuci dalam waktu 30 menit.
5.2 Saran
Dari hasil proses penelitian mesin pengering kaos kaki sistem kompresi uap
yang telah dilakukan ada beberapa saran yang dapat dikemukakan :
a. Perlu adanya penambahan beberapa lampu, supaya kecepatan pengeringan
bertambah besar.
b. Pada penelitian selanjutnya lebih baik menambahkan kipas untuk menyedot dan
membuang udara di dalam lemari pengering, supaya kaos kaki mendapatkan
udara kering yang baru untuk mempercepat pengeringan.
c. Pada penelitian selanjutnya lebih baik evaporator, kompresor, dan kondensor
pada mesin pengering menggunakan yang baru, agar dapat bekerja lebih bagus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
DAFTAR PUSTAKA
Deug, 2006, Composite washing system.
www.compositewashingsystem.googleapis.com/pdfs/US8,695,228.pdf
Fernandes, 2008, Moisture removal system.
www.moistureremovalsystem.googleapis.com/pdfs/US8,056,252.pdf
Liang, 1991, Cloth Drying Machine.
www.clothdryingmachine.googleapis.com/pdfs/US5,152,077.pdf
Robert, 2004, Low temperature clother dryer.
www.lowtemperatureclotherdryer.googleapis.com/pdfs/US7,191,516.pdf
Watson, 2009,Drying drawer and method of drying.
www.dryingdrawerandmethodofdrying.googleapis.com/US8.245.414.pdf
Ricardo, 2014, Rancang bangun kondensor untuk mesin pengering pakaian.
http://id-text.123doc.org/document/10484-rancang-bangun-kondesor.htm
Nur, 2008, Model pengering siklus kompresi uap.
http://mesin.polnep.ac.id/48/
Ambarita, 2000, Perancangan dan simulasi refrigerasi siklus kompresi uap.
https://www.researchgate.net/publication/42322626
Yefri, 2011, Siklus refrigerasi kompresi uap
http://blogmechanical.blogspot.co.id/2011/08/siklus-refrigerasi-kompresi/
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
LAMPIRAN
A. Foto alat yang digunakan dalam penelitian
Gambar A.1 Mesin pengering kaos kaki sistem terbuka.
Gambar A.2 Mesin pengering kaos kaki sistem terbuka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI