Pengendalian Level Cairan
-
Upload
angga-gunawan -
Category
Documents
-
view
431 -
download
19
description
Transcript of Pengendalian Level Cairan
LAPORAN PRAKTIKUM
INSTRUMENTASI & PENGENDALIAN PROSES
PENGENDALIAN LEVEL CAIRAN
OLEH :Sulistiyono103242004
JURUSAN TEKNIK KIMIAPROGRAM STUDI MIGAS
POLITEKNIK NEGERI LHOKSEUMAWE2012
LEMBAR TUGAS
Judul Praktikum : Pengendalian level cairan
Laboratorium : Komputasi dan Pengendalian Proses
Jurusan / Prodi : T. Kimia / Migas
Nama : Sulistiyono
Kelas / Semester : 2 M / IV ( Empat )
NIM : 103242004
Anggota Kelompok VI :
Cut Icha Yuna Kumala
Mustafa Kamal
Iqbal Hidayat
Sulistiyono
Uraian Tugas1. Gunakan pengendali on-off untuk upper level 85% dan lower level 75%,
gambarkan zona netral.2. Tentukan karakteristik pengisian dan pengosongan tangki cairan,
pengambilan data (f,Vs,t) baik pengosongan tangki maupun pengisian tangki serta gambarkan grafik masing masing.
3. Bandingkan hasil percobaan dengan perhitungan neraca massa total secara teoritis.
Buketrata, 4 April 2012
Ka. Laboratorium Dosen Pembimbing
Ir. Syafruddin. MSi Ir. Harunsyah. M.Eng,Sc
NIP : 19650819 199802 1 001 NIP : 19650330 199305 1 001
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Praktikum : Pengendalian level cairan
Mata Kuliah : Praktek Instrumentasi dan Pengendalian Proses
Nama : Sulistiyono
NIM : 103242004
Kelas / Semester : 2 M / IV ( Empat )
Nama Dosen Pembimbing : Ir. Syafruddin. MSi
NIP : 19650819 199802 1 001
Ka Laboratorium : Ir. Harunsyah, M.Eng.Sc
NIP : 19650330 199305 1 001
Tanggal Pengesahan :
Buketrata, 11 April 2012 Ka. Laboratorium Dosen Pembimbing
Ir. Syafruddin. MSi Ir. Harunsyah. M.Eng,Sc
NIP : 19650819 199802 1 001 NIP : 19650330 199305 1 001
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Tujuan percobaan.
Dapat mengetahui konsep-konsep dasar pengendalian level.
Dapat mengetahui dan memahami unit-unit pengendalian level.
Dapat mengendalikan suatu level ketinggian cairan.
Dapat mengetahui dan memahami konfigurasi suatu pengendalian .
1.2. Alat yang digunakan
Seperangkat alat pengendalian level (CRL/control regulation level).
Stopwatch.
1.3. Bahan yang digunakan
Air (aquadest).
Udara.
1.4. Prosedur kerja
1.4.1. Prosedur pengendali on-off Cek power supplay ke CRL dan PC kabelnya dalam keadaan tidak
tersambung.
Cek semua modul pada CRL berada di dalam rangkaiannya.
Buka katub tekanan udara dan atur tekanan sebesar 2 bar
Atur pengendali on-off dengan upper level 85% dan lower level 75%
Hubungkan kabel power pada controller CRL unit ke panel listrik,
kemudian hidupkan main switch pada panel controller CRL unit.
Hidupkan stopwatch dan catat waktunya, lakukan sebanyak 10 kali
pengulangan
Hitung waktu rata-ratanya
Gambarkan zona netralnya
1.4.2. Prosedur pengisian air dalam tangki
Masukkan air dalam tangki
Hidupkan stopwatch dan catat waktunya tiap kenaikan 5% level air dalam
tangki.
Hitung waktu rata-ratanya
Hitung waktu akumulasinya
Plot kurva antara waktu akumulasi dan level tangki
1.4.3. Prosedur pengosongan air dalam tangki
Buka kran pengosongan tangki.
Hidupkan stopwatch dan catat waktunya tiap penurunan 5% level air dalam
tangki.
Hitung waktu rata-ratanya.
Hitung waktu akumulasinya.
Plot kurva antara waktu akumulasi dan level tangki.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian
Kata “Sistem Pengendalian Proses” adalah terjemahan dari kata proses control
system. Ketiga suku kata tersebut, yaitu proses, pengendalian dan sistem, biasa dipakai
secara umum, namun gabungan ketiga suku kata ini mempunyai kata yang sifatnya
spesifik teknik. Hampir semua proses dalam industri membutuhkan peralatan –
peralatan otomatis untuk mengendalian paramater – parameter prosesnya. Otomatisasi
tidak saja diperlukan demi kelancaran operasi, keamanan, ekonomi maupun mutu
produk, tetapi lebih merupakan kebutuhan pokok. Tidak mungkin menjalankan suatu
proses industri tanpa system pengendalian. Ada banyak parameter yang harus
dikendalikan didalam suatu proses. Diantaranya, yang paling umum adalah tekanan
(pressure) didalam sebuah vessel atau pipa, suhu (temperature) di unit proses seperti
heat exchanger atau permukaan zat cair atau level dalam sebuah tangki. Ada beberapa
parameter lain diluar keempat parameter diatas yang cukup penting dan juga perlu
dikendalikan karena dibutukan spesifik proses, diantaranya ; pH di industri petrokimia,
warna produk disuatu fasilitas pencairan gas (NGL), dsb. Gabungan serta kerja alat – alat
pengendalian otomatis itulah yang dinamai system pengendalian proses (process control
system).
2.2. Pengendalian level
Unit ini memungkinkan untuk menganalisis perilaku loop control, dimana
kuantitas yang dikontrol adalah tingkat (level) air dalam tangki. Perilaku kuantitas
dikontrol dapat diikuti secara visual sehingga mahasiswa dapat memahami konsep-
konsep dasar kontrol dan teknik pengontrolan secara intuitif.
Mahasiswa dapat memeriksa efek dari parameter kontrol yang berbeda
terhadap kinerja rantai kontrol dan stabilitas sistem, selanjutnya, mereka dapat menjadi
lebih akrab dengan komponen yang umumnya dipakai dalam aplikasi industri moderen,
karena sistem yang seluruhnya terbuat dari komponen kualitas industri .
Unit ini memiliki dua versi, di mana elemen kontrol terdiri dari katup pneumatik
(CRL) atau katup listrik bermotor (CRL / E).
1. Komposisi
Unit CRL terdiri dari:
Proses rig dengan katup pneumatik dan peralatan listrik
Kontrol dan monitoring software CRS
Opsional minireg regulator elektronik
Opsional MRRP pneumatik mengendalikan dan merekam modul
Opsional listrik-kompresor dengan peredam
Unit CRL/E terdiri dari:
Proses rig dengan katup listrik dan peralatan listrik
Kontrol dan monitoring software CRS
Opsional MiniReg regulator elektronik
Komponen opsional dijelaskan dalam lembaran data terpisah
2. Deskripsi
Tujuan dari proses ini adalah untuk mengontrol tingkat (level) air di dalam tangki
dengan adanya gangguan aliran output. Tingkat (level) air yang diperoleh dengan suatu
tranduser tekanan, diubah menjadi sinyal listrik dan dialirkan ke peralatan listrik.
Tingkat (level) air dikendalikan dengan menyesuaikan jumlah air dimasukkan ke
dalam tangki dengan pompa sentrifugal. Di unit CRL hal ini dilakukan dengan cara katup
pneumatik dan di unit CRL/E melalui katup listrik bermotor. Kontrol loop tertutup dapat
dilakukan dengan cara yang berbeda:
Via perangkat lunak, dengan menggunakan program perangkat lunak CRS pada
computer (PC) :
Melalui sistem probe tahan dimasukkan ke dalam tangki
Melalui regulator elektronik opsional, MiniReg
Melalui regulator pneumatik opsional, MRRP (tidak pada tersedia di CRL/E)
Salah satu tindakan kontrol adalah dari tipe PID (Proporsional Integral Derivatif)
atau On-Off, dan dicapai dengan membandingkan sinyal yang sesuai ke tingkat yang
sebenarnya dengan sinyal titik setel dipilih oleh pengguna.
Sebagai fungsi kontrol logika, regulator menghasilkan sinyal penggerak yang
bekerja pada katup atau dan memodifikasi kuantitas air masuk tangki. Selain itu,
komputer (PC) dapat mengontrol gangguan aliran air yang meninggalkan tangki dengan
menghasilkan sinyal yang bekerja pada katup solenoid.
Peralatan listrik termasuk kontrol untuk komponen listrik utama unit, sebuah
AD/DA konversi papan untuk antarmuka dengan komputer (PC) melalui jalur serial
RS232, indikator digital untuk menampilkan tingkat air.
Perangkat lunak kontrol dan pemantauan, dijalankan melalui MS-Windows,
memungkinkan untuk melakukan pengontrolan PID ataupun ON-OFF melalui perangkat
lunak. Parameter Kontrol dapat diatur secara independen dan secara real time dan
sehingga dapat karakteristik dari set point dan sinyal gangguan.
Perangkat lunak ini memungkinkan untuk mengamati proses secara real time
dengan menampilkan pada layar diagram jumlah dikendalikan, sinyal pelaksanaan, sinyal
set point dan sinyal gangguan sebagai fungsi waktu. Diagram ini dapat dicetak setiap
saat, sedangkan sampel sinyal dan parameter kontrol dapat disimpan dalam sebuah file,
dalam format ASCll, atau dicetak.
Hal ini juga memungkinkan untuk menggunakan perangkat lunak hanya untuk
mengamati proses, menggunakan regulator eksternal (misalnya MiniReg opsional).
Dalam hal ini, adalah mungkin untuk mengirimkan set point ke regulator melalui
perangkat lunak.
2.3. Pengendalian level oleh manusia
Gambar di bawah ini menunjukkan bagaimana seorang operator mengendalikan
level (permukaan zat cair) di sebuah tangki. Air yang masuk ke dalam tangki dipompa
dari sebuah sumur, dan air yang keluar dari tangki dipakai untuk keperluan pabrik.
Andaikata level di tangki dikehendaki selalu 50% dari ketinggian tangki, maka operator
harus selalu menambah atau mengurangi bukaan valve apabila level tidak berada di
50%. Bila level kurang dari 50%, operator harus menambah flow dengan lebih membuka
valve. Sebaliknya, bila level lebih tinggi dari 50%, operator harus mengurangi dengan
lebih menutup valve. Pada pengendalian semacam ini, operator harus selalu waspada
dan siap untuk membuka dan menutup valve agar level tetap berada pada 50%.
Gambar 1. Pengendalian level oleh manusia
Pengendalian seperti diatas disebut pengendalian oleh manusia (manual
control). Sistem pengendalian manual masih tetap dipakai pada beberapa aplikasi
tertentu. Biasanya proses ini dipakai pada proses-proses yang tidak banyak mengalami
perubahan beban (load)
atau pada proses yang tidak krisis. Load (beban) di dalam contoh pengendalian di atas
adalah flow pemakaian air pada pabrik. Kalau pemakaian air oleh pabrik tidak sering
berubah-ubah, operator tidak perlu terus-menerus mengamati level dan menambah
atau mengurangi bukaan valve. Tetapi kalau load selalu berubah-ubah, operator
terpaksa harus
mengamati level dan segera melakukan koreksi terhadap naik turunnya level.
Keteledoran operasi akan menyebabkan air tumpah, atau sebaliknya tangki menjadi
kosong. Dari keadaan di atas, dapat dengan mudah dimengerti bahwa dasar utama
pemilihan pengendalian manual adalah karena keperluan proses memang
memungkinkan untuk pengendalian manual. Dari segi ekonomi, instrumentasi
pengendalian manual tentu lebih murah dari instrumentasi pengendalian otomatis,
karena instrumentasi yang dibutuhkan memang lebih sederhana, namun bukan berarti
demi menghemat investasi maka system pengendalian bisa dibuat manual.
Pengendalian manual hanya dapat dipakai kalau operasi proses memang memungkinkan
hal itu. Ada beberapa kebutuhan operasi prosses bahwa pengendalian manual tidak
memungkinkan. Contoh paling sederhana dapat kembali diambil dari gambar 2. kalau
pemakaian air oleh pabrik berubah-ubah secara terus-menerus, keteledoran operator
kemungkinan besar menyebabkan tumpahnya air dan kosongnya tangki. Operator,
sebagai manusia biasa sangat mudah dipengaruhi oleh menurunnya konsentrasi kerja,
rasa jemu dan keadaan lainnya. Kalau pengendalian operasi proses yang jauh lebih kritis
dari contoh diatas mengandalkan manusia sebagai sarana pengendalian, akan
bagaimana jadinya. Untuk itu, sistem harus dibuat otomatis. Peran operator dalam
sistem pengendalian manual digantikan oleh sebuah alat yang disebut controller. Tugas
membuka dan menutupnya valve tidak lagi dikerjakan oleh operator, tetapi atas
perintah controller. Untuk keperluan pengendalian otomatis, valve harus dilengkapi
dengan alat yang disebut actuator sehingga unit valve sekarang menjadi suatu unit yang
disebut control valve. Semua peralatan pengendalian inilah yang disebut sebagai
instrumentasi pengendalian proses.
2.4. Prinsip prinsip pengendalian proses
Sistem pengendalian pada gambar 1, operator harus mengamati ketinggian
level, kemudian mengevaluasi apakah level yang ada sudah sesuai dengan yang
dikehendakinya. Kalau level tak sama dengan yang dikehendakinya, operator harus
memperkirakan seberapa banyak valve harus lebih ditutupi atau dibuka. Selanjutnya
operator harus benar-benar mengubah bukaan valve sesuai dengan yang diperkirakan
tadi.
Dalam mengendalikan proses operator mengerjakan empat langkah berikut,
yaitu
1. mengukur
2. membandingkan
3. menghitung
4. mengoreksi .
Pada waktu operator mengamati ketinggian level, yang ia kerjakan sebenarnya
adalah langkah mengukur proses variabel. Proses variabel pertama kali diperkenalkan
disini sebagai besaran parameter proses yang dikendalikan. Pada contoh proses pada
gambar 2 , proses variabelnya adalah level. Kemudian operator membandingkan apakah
hasil pengukuran tadi sesuai dengan apa yang dikehendakinya. Besar proses variabel
yang di kehendaki tadi disebut set point . penyimpangan antara set point dengan
peubah yang dikendalikan disebut error
Error + set point = proses variable
Proses variabel bisa lebih besar atau lebih kecil daripada set point. Oleh karena
itu, menentukan ke arah mana dan seberapa besar koreksi bukaan valve perlu
dilakukan. Bila negatif (berarti proses variabel lebih besar dari set point atau level
diperbesar 50%)operator
harus mengurangi flow dengan lebih menutup valve. Sebaliknya bila error positif (berarti
proses variabel lebih kecil dari set point atau level dibawah 50%). Operator harus
menambah flow dengan lebih membuka valve.
Seorang operator yang berpengalaman tak akan sembarangan membuka atau
menutup valve. Ia juga akan memperkirakan seberapa banyak valve perlu lebih dibuka
atau lebih ditutup. Pada tahapan ini operator sebenarnya berada pada langkah
menghitung. Langkah berikutnya yang perlu dilakukan untuk operator adalah mengubah
bukaan valve sesuai hasil perbandingan dan perhitungan tadi. Langkah terakhir inilah
yang disebut langkah mengoreksi.
Keempat langkah yang dilakukan oleh operator tadi, yaitu ; mengukur,
membandingkan, menghitung , dan mengoreksi ; seluruhnya dapat dilakukan oleh
instrumentasi. Manusia kemudian sama sekali tidak menentukan keempat langkah tadi.
Operator hanya menentukan besarnya set point, dan semuanya akan dikerjakan secara
otomatis oleh instrumentasi. Sistem pengendalian semacam inilah yang disebut system
pengendalian otomatis ( automatic control system ). Keempat tahapan pengendaliannya
sepenuhnya dilakukan oleh instrumen. Mata rantai pengendaliannya kemudian disebut
mata rantai tertutup, dan sistemnya juga disebut system pengendalian tertutup atau
closed loop system.
2.5. Diagram kotak
Diagram kotak diciptakan para ilmuwan sebagai alat bantu untuk
mempermudah dalam mempelajari ilmu sistem pengendalian.
Ada dua macam diagram kotak yang biasa dipakai dalam ilmu sistem
pengendalian, yaitu diagram kotak simbolis dan diagram kotak matematis. Di kedua
diagram kotak itu, masingmasing elemen yang ada di dalam sistem diwakili oleh sebuah
kotak. Pada diagram kotak simbolis, sebuah kotak dibubuhi nama atau simbol-simbol.
Pada diagram kotak matematis, setiap kotak dibubuhi fungsi matematis yang
merupakan hubungan input dan output elemen. Lihatlah bentuk kedua diagram input
dan output tersebut pada gambar 2 dan gambar 3. Bila valve dan tangki (proses) pada
gambar 1 digambarkan dalam diagram kotak ; akan diperoleh bentuk diagram sebagai
berikut:
Gambar 2. Diagram kotak proses untuk contoh pada gambar 2
Setiap kotakpada gambar 2 mempunyai sebuah input dan outputyang
digambarkan dalam bentuk anak panah. Kotak valve mempunyai input bukaan valve (0-
100%) dan mempunyai output aliran air masuk ke tangki (juga 0-100%).
Kotak berikutnya adalah kotak yang mewakili tangki (proses). Pada contoh
dalam gambar 1 kotak ini mewakili tangki dalam bentuk input berupa flow air yang
masuk ketangki, output berupa level. Perhatikan pada gambar 2 itu, output kotak
pertama merupakan input kotak kedua. Jadi output kotak pertama (flow air masuk ke
tangki) juga merupakan input kotak kedua (tangki). Kotak yang lain adalah yang mewakili
beban (load). Kotak ini menumjukkan bahwa load juga mempengaruhi besarnya proses.
Pada contoh ini load adalah banyaknya pemakaian air oleh pabrik. Bila permukaan air
bertambah, permukaan tangki akan menurun. Dan bila permukaan air menurun maka
permukaan air dalam tangki akan naik.
Selain kedua kotak yang telah diterangkan tadi, ada elemen lain dengan tanda
lingkaran kecil, yang diberi tanda positif (+) dan negatif (-). Elemen ini disebut summing
junction. Elemen ini mewakili fungsi penjumlahan atau pengurangan besan sinyal. Dalam
contoh ini tanda positif menyatakan penjumlahan dan level akan bertambah jika aliran
air yang masuk kedalam tangki bertambah dan level akan turun jika permukaan air
(load) bertanbah. Tanda pada summing junction bisa keduanya positif, negatif, dan bisa
juga positif negatif seperti pada gambar 2. Diagram kotak seperti pada gambar 2 inilah
yang disebut diagram kotak simbolis. Bila diagram kotak ini digambarkan secara
matematis, masing masing kotak akan berisi fungsi matetatis yang menyatakan
hubungan input dan output. Fungsi matematis tersebut disebut fungsi transfer. Bentuk
matematis sebuah fungsi transfer bisa sederhana misalnya bilangan bulat atau pecahan,
bisa juga berbentuk persamaan differensial yang kompleks.
Perhatikan sistim tinggi cairan dalam berikut dibawah ini. Sistem ini disebut
Single Prosses Capacity karena hanya memiliki satu unit proses yaitu sistem tinggi cairan
dalan tangki. Sistem pengendalian ini juga disebut linier open loap system, karena
mempunyai satu unit proses yang dikendalikan secara manual.
Gambar 3. Sistem tinggi cairan dalam tangki
Bagaimana bentuk fungsi transfer untuk sistem pengendalian diatas? Dan
bagaimana pula blok diagam sistem sistem pengendalian diatas ? Untuk menjawab
kedua pertanyaan diatas, adalah sangat penting dibuat dan ditentukan input, output,
proses serta hubungan matematisnya. Untuk itu harus dibuat keseimbangan massa
cairan pada tangki proses. Pada bab ini kedua pertanyaan diatas akan dijawab dengan
menggunakan transformasi laplace seperti berikut ini:
Neraca untuk tangki diatas adalah:
Asumsikan harga dimensi adalah konstan. Maka persamaan 1) diatas dapat dituliskan
sbb:
Dalam keadaan steady state, persamaan 2) diatas dapat dituliskan sbb:
Tanda s pada persamaan 3) diatas menyatakan kecepatan aliran flida yang masuk dam
keluar pada keadaan stedy state.Deviasi keadaan unstedy state dan keadaaan stedy
stste dapat didefinisikan sebagai:
Dimana:
Maka persamaan 4) dapat dituliskan sebagai:
Karena aliran fluida bersifat laminer, Q0 mempunyai hubungan linear terhadap H, maka:
Dengan menggabungkan persamaan 5) dan 6) dihasilkan persamaan 7) dibawah ini:
Dimana τ = A.R = tetapan waktu (time konstan atau lag time)
A = luas penampang tangki
Dengan transformasi laplace, persamaan 7) dapat digunakan untuk menentukan bentuk
fungsi transfer dan blok diagram sistem pengendalian di atas.
Persamaan 7) berubah menjadi :
Transformasi laplace persamaan 6) menghasilkan :
Dengan menggabungkan persamaan 8) dan 10) dapat persamaan 11) sbb :
Tanda s pada persamaan 11) di atas menyatakan persamaan masih dalam bentuk
transformasi laplace dan dapat dirobah ke dalam bentuk fungsi dengan invers
tansformasi laplace.
Pada persamaan 11) input proses dalam bentuk transformasi laplace adalah Q(s) dan
output proses adalah Q0 (s). Dalam ilmu sistem mengendalikan proses, fungsi transfer
dinyatakan sbb :
Maka fungsi transfer sistem pengendalian di atas adalah :
Dan blok diagram sistem penngendalian di atas dapat dituliskan sbb :
Perlu ditegaskan bahwa fungsi transfer pada persamaan 13) di atas adalah
bentuk fungsi transfer yang umum dan khas bagi single capacity proses, yang dikontrol
secara secara manual dan akan berubah tergantung dari input proses yang masuk.
2.6. Jenis peubah pengendali
1. Masukan
Masukan pengendali berasal dari peubah yang dikendalikan dan set point (harga
peubah yang dikehendaki). Set point ditentukan oleh operator dengan cara
memasukkan harga yang diinginkan ke pengendali. Peubah yang dikendalikan
berasal dari proses, misalnya temperatur, tekanan, kecepatan aliran, dan
sebagainya. Besaran ini dideteksi oleh sensor, kemudian diubah transduser menjadi
besaran arus.
Selisih antara set point dan peubah yang dikendalikan dinamakan galat yang
selanjutnya menjadi masukan pengendali. Masukan ini, biasanya, dikonversikan
menjadi arus 4-20 mA.
2. Keluaran
Apabila alat pengendali menerima masukan berupa galat (E), pengendali akan
memberikan respon yang disebut keluaran yang selanjutnya akan mengaktifkan
elemen pengendali akhir. Keluaran pengendali selain dinyatakan sebagi besaran arus
4-20 mA juga dapat dinyatakan dalam persen keluaran. Arus 4 mA ekivalen dengan
keluaran 0%, sedangkan 20 mA ekivalen dengan 100%.
3. Galat
Galat adalah penyimpangan peubah yang dikendalikan dan set point. Pada
sistem pengendali galat dinyatakan dalam satuan arus atau persen. Untuk dapat
lebih memahami pengertian masing-masing peubah di atas berikut ini diberi
beberapa contoh.
2.7. Jenis atau mode pengendali
Secara garis besar pengendali dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :
1. Pengendali tidak menerus
2. Pengendali menerus
Berikut ini dijelaskan masing-masing jenis alat pengendali, serta logika cara kerjanya.
1. Alat pengendali (on-off) atau tidak menerus
Cara kerja pengendali yang paling dasar adalah mode on-off atau yang sering
disebut mode dua posisi. Jenis pengendali on-off ini merupakan contoh dari mode
pengendali tidak menerus (diskontinyu). Mode ini paling sederhana, murah dan
seringkali bisa dipakai untuk mengendalikan proses-proses yang penyimpangannya
dapat ditoleransi. Sebagai cotoh adalah pengendali temperatur ruangan dengan
memakai AC. Secara matematis pengendali on-off bisa dituliskan.
P = 100% untuk E < 0
0% untuk E > 0
Dengan, P = keluaran dan E= galat
Dari pernyataan matematis di atas dapat disimpulkan bahwa jenis pengendali
on-off hanya dapat mengeluarkan keluaran 0 dan 100%. Pemakaian jenis pengendali on-
off jarang dijumpai pada industri karena pengendalian dengan menggunakan jenis
pengendali ini menghasilkan penyimpangan-penyimpangan yang cukup besar. Pada
industri kimia peubah yang dikendalikan, pada umumnya, tidak boleh memiliki galat
yang terlalu besar.
Pada jenis pengendali on-off untuk memberikan batas rentang maksimum dan
minimum saat pengendali bekerja dibatasi daerah netral.
Keluaran
Daerah Netral
(-) E = 0 (+) Kesalahan
Gambar 4. Daerah netral on-off kendali
Pengertian daerah netral dapat dijelaskan sebagai berikut:
Misalkan pengendali off pada posisi E = 0 (Gambar 4.5). apabila pengedali off, peubah
yang dikendalikan turun ke bawah harga yang diinginkan galat bergerak dari E = 0
menuju daerah E yang bertanda (-). Pada saat tepat mencapai titik yang bertanda (-)
pengendali akan on menyebabkan yang dikendalikan mulai naik. Galat berubah dari titik
yang bertanda (-) menuju titik yang bertanda (+). Tepat pada saat E mencapai titik (+)
alat pengendali off, demikian seterusnya. Daerah rentang bekerjanya alat mulai titik E(-)
sampai E(+) disebut Daerah Netral atau Daerah Diferensial. Makin sempit daerah netral
semakin cepat pengendali bekerja dari posisi on ke posisi off, demikian juga sebaliknya.
2. Mode pengendali menerus
Pengendali on-off baru bekerja apabila galatnya telah melewati rentang daerah
netral yang ditentukan. Pengendali jenis ini hanya bekerja pada dua posisi dengan
keluaran 0% dan 100%. Pada pengendali menerus keluarannya terus menerus. Setiap
menerima masukkan galat, pengendali memberikan keluaran yang bergeser pada
rentang 0% sampai 100% sebanding dengan galatnya.
Mode pengendali menerus ada 4 macam, yaitu
1. Mode proposional (P);
2. Mode proposional integral (PI);
3. Mode proposional derivatif (PD);
4. Mode proposional integral derivatif (PID).
1. Mode proposional
Keluaran pengendali proposional sebanding dengan galatnya. Bila dituliskan
dalam bentuk matematis adalah :
P = KcE + Po
Dengan,
P = keluaran
Po = keluaran pengendali pada E = 0
Kc = gain pengendali
E = error (galat)
Seringkali istilah gain pengendali dinyatakan dalam bentuk proposional band
(Band Width) yang diberikan notasi Pb.
Hubungan Pb dan Kc adalah :
Harga Pb berkisar = 0 – 500
Pengertian proposional band adalah rentang galat maksimum sebagai masukan
pengendali yang dapat menyebabkan pengendali memberikan keluaran pada
rentang maksimumnya. Pengertian ini akan lebih mudah difahami dengan contoh
4.6 dibawah ini.
Contoh
Suatu pengendali proposional digunakan untuk mengendalikan temperatur pada
rentang maksimum 60 sampai 100 F. pengendali diprogram, sehingga keluarannya
ekivalen dengan 3 psig (kran terbuka penuh) sampai 15 psig (kran penutup penuh),
pada saat temperatur yang dikendalikan berubah berubah dari 71 – 75 F.
Pertanyaan
Berapa besarnya gain dan proposional bandnya?
Penyelesaian :
Pb = = 10%
Gain =
Bila proposional band diubah menjadi 75%, berapakah gain dan rentang
temperatur yang dikendalikan pada saat keran terbuka dan tertutup penuh.
Penyelesaian
∆T = (Proposional band). (Rentang maksimum)
= 0,75 x 40
= 30 F
Gain =
= 0,4 psig/oF
Pengertian gain = 0,4psig/F pada contoh soal 4.6 adalah apabila terjadi galat
sebesar
1F, keluaran pengendali adalah 0,4 psig.
Proposional band dapat juga dinyatakan dalam satuan %, seperti terlihat pada
gambar di bawah ini :
100% Pb = 50% Pb = 100%
Persen Keluaran
p
0 (-) E=O (+) Kesalahan
Gambar 5. Daerah proposional
Bila kita amati gambar 4.4 pada daerah Pb = 100% (garis putus-putus), berarti
setiap 1% error (galat) akan memberikan keluaran pengendali.
Bila Pb = 100% kc = 1, harga gain atau kc sendiri ditunjukkan dari tangen arah garis
proposional.
2. Mode proposional –integral (PI)
Mode pengendali ini mempunyai hubungan matematis sebagai berikut :
P = Kc.E + E dt + P0
Kc = gain
τi = waktu integral (Integral Action)
Po = keluaran pada E = 0
Pada mode PI ditambahkan persamaan :
E dt
Hal ini berarti keluaran pengendali proposional dengan integral galatnya. Untuk
melihat respon pengendali jenis PI dapat dilihat pada gambar 4.5. misalnya alat
pengendali PI diberi masukan berupa fungsi step (unit step) E = 1 akan diperoleh
persamaan :
P(t) = Kc + t + Po
Apabila digambarkan akan memperoleh sebagai berikut
Kc
P i
Kc
Po
≈ I
E
0 t
Gambar 6. Respon PI dengan masukkan satuan step
Tidak seperti halnya pada mode proposional, pada mode PI, selama pengendali masih
mendeteksi adanya galat, pengendali masih memberikan keluaran mengikuti bentuk
integral sampai galatnya = 0
Fungsi alih PI adalah :
3. Mode proposional derivative (PD)
Mode PD ini bila dinyatakan dalam bentuk matematis sebagai berikut :
P = Kc.E + Kc + τ d + Po
Kc = gain
τd = waktu derivative, menit
Po = keluaran pengendali, pada E = 0
Pada mode PD keluaran pengendali proposional dengan derivatif galatnya yang terlihat
dari persamaan :
Kc + .τd. dE/dt.
Respon pengendali PD apabila memperoleh masukan galat fungsi Ramp E(t) = At dapat
dilihat pada gambar 4.6
P AKcτd
Po
E
0 t
Gambar 7. Respon P-D dengan masukan fungsi ramp
Bila kita amati gambar 4.6 respon tiba-tiba berubah sebesar A Kc.τD sebagai
akibat dari derivatif kemudian berubah secara linier dengan kecepatan AKc.
Fungsi alih PD :
= Kc (1 + τD s)
4. Mode proposional integral-derivatif (PID)
Mode ini merupakan mode gabungan ketiga jenis pengendali P, I dan D. Persamaan
matematisnya adalah :
P = Kc.E + Kc τ D + E dt + P0
Harga Kc, τD dan τi dapat diubah-ubah dengan knop pada pengendali.
Fungsi Alih PID adalah sebagai berikut :
= Kc ( 1 + τDs +
Tujuan penambahan mode integral dan derivatif
Setelah mempelajari bermacam-macam jenis pengendali dan karakteristiknya,
sekarang kita coba menganalisa tujuan penambahan mode integral arah derivatif.
Gambar 4.7 dapat digunakan melihat perbedaan respon dari keempat macam mode
pengendali.
Variable yangdikendalikan
1. Tanpa pengendali 2. proposional 3. proposional integral4. P-I-D
1 2
3 4
Gambar 8. Respon empat jenis mode alat penggerak
Apabila dibayangkan pada proses sesungguhnya misalkan pada proses
pengendalian temperatur cairan dalam tangki adalah sebagai berikut. Pada awalnya
proses dalam keadaan mantap sesaat apabila ada gangguan misalkan kenaikan
temperatur umpan, temperatur dalam tangki naik. Jika proses tersebut tidak
dikendalikan, temperatur dalam tangki akan mencapai kondisi mantap yang baru seperti
pada kurva 1. dengan penambahan pengendali diharapkan peubah proses yang
dikendalikan dapat kembali ke harga semula (set point). Pemakaian mode proposional
tidak dapat menghasilkan galat = 0, karena karekteristik utama proposional adalah
masih adanya offset atau galat sisa yang merupakan selisih harga mantap yang baru dan
harga mula-mula terlihat pada gambar 4.7 kurva 2.
Penambahan mode integral dapat menghilangkan offset, sehingga peubah yang
dikendalikan dapat kembali ke harga semula, seperti terlihat pada kurva 3. Kelemahan
penambahan mode integral adalah osilasi prosesnya makin banyak. Untuk mengatasi
kelemahan kedua mode P dan PI dapat ditambahkan mode derivatif karena dapat
mempercepat respon dan menekan terjadinya osilasi (kurva 4).
Pemilihan ketiga jenis alat ini tergantung proses yang dikendalikan. Jika
keberadaan galat (error) masih diperbolehkan lebih baik tak digunakan mode
proposional karena mode paling sederhana dan murah. Tetapi bila offset tidak
diperbolehkan, mode PI yang dipilih. Demikian juga, halnya jika diinginkan respon yang
mempunyai sedikit osilasi, maka perlu ditambah mode derivatif.
BAB III
DATA PENGAMATAN DAN PENGOLAHAN DATA
Data pengamatan pengosongan air dalam tangki
Tabel 3.1 Pengosongan Tangki
No.% T
% I Waktu (det)Waktu
Akumulasi1 2 3Rata-rata
1 2 3Rata-rata
1. 100 109.5 109.5 109.5 109.5 0 0 0 0 02. 90 109.5 109.5 109.5 109.5 10.94 10.21 10.49 10.54 10.543. 80 106 105.1 105.3 105.4 12.55 12.47 12.16 12.39 22.034. 70 96 95 95.3 95.4 12.88 12.76 12.86 12,82 35.755. 60 86 85.3 85.1 85.4 14,04 13.48 13.20 13.57 49.326. 50 75 75.1 75.2 75.1 15.74 15.19 15.35 15.42 64.747. 40 65.6 64.9 64.4 64.7 17.04 16.65 17.13 16.94 81.688. 30 55.1 54.9 54 54.5 19.67 18.95 18.55 19.05 100.739. 20 44 44.8 44.9 44.5 23.05 22.15 21.80 22.33 123.0610. 10 35.0 35 34.9 34.9 30.04 27.16 29.96 29.05 152.11
Gambar 3.1 Grafik Pengosongan Tangki
Data pengamatan pengisian air dalam tangki
Tabel 3.2 Pengisian tangki
No.% T
% I Waktu (det)Waktu
Akumulasi1 2 3Rata-rata
1 2 3Rata-rata
1. 10 34.8 34.5 34.5 34.6 0 0 0 0 02. 20 44.1 44.0 44.6 44.3 15.42 16.45 15.39 15.75 15.173. 30 54.9 54.7 54.5 54.7 15.42 14.00 14.51 14.57 30.324. 40 64.9 64.9 64.4 64.6 14.44 14.63 15.10 14.72 45.045. 50 74.9 74.6 74.6 74.6 15.11 15.14 15.04 15.09 60.136. 60 84.9 84.5 84.5 84.6 15.05 15.05 14.75 14.95 75.087. 70 94.8 94.6 94.6 94.7 15.01 14.80 14.56 14.79 89.878. 80 104.7 104.3 104.3 104.5 14.27 14.68 15.32 14.82 104.699. 90 109.5 109.5 109.5 109.5 15.79 15.77 15.10 15.55 120.2410. 100 109.5 109.5 109.5 109.5 13.82 14.23 14.14 14.06 134.3
gambar 3.2 Grafik Pengisian Tangki
3.1. Pengolahan Data1. Menghitung berat jenis air
2. Menghitung volume silinderDik : Diameter silinder = 14 cmTinggi silinder = 42,5 cmDit : V silinderJawab : = 3,14 . (7 cm)2 . 42,5 cm 6539,05 cm3
3. Menghitung dan /dt
/dt
4. Menghitung waktu untuk pengisian dan pengosongan tangki a. Pengisian tangki
Data hasil praktikum adalah 57,82 detik b. Pengosongan tangki
Data hasil praktikum adalah 72,78 detik
BAB IV
PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN
4.1 Pembahasan
Pada praktikum ini, kami melakukan percobaan pengendalian level dengan
menggunakan CRL (Control Regulation Level), dimana air dalam tangki akan di control
levelnya, air di masukkan ke dalam tangki dengan menggunakan pompa sentrifugal yang
di atur oleh pneumatic valve yang selanjutnya di kirim ke kolom, apabila terjadi
kelebihan level atau kekurangan level maka operator lah yang harus mengontrolnya, hal
ini di sebabkan karena praktikum kali ini dilakukan secara manual.
Percobaan dilakukan sebanyak 6 kali dengan metode manual dengan ketetapan
lower 10% dan upper 100%. Pada saat air mencapai 100% maka kran harus ditutup
secara manual oleh operator dan begitu juga pada saat air turun 10% karena praktikum
ini secara manual.
Waktu yang diperoleh dari upper 100% turun ke lower 10% pada praktikum ini
adalah 152,11 detik, sedangkan waktu yang diperlukan dari lower 10% naik ke upper
100% diperoleh 134,3 detik. Dapat dilihat bahwa waktu yang di butuhkan untuk mengisi
dari 10% ke 100% lebih sedikit ketimbang waktu yang diperlukan untuk pengosongan.
Perbedaan ini dapat di asumsikan bahwa banyaknya waktu untuk pengosongan karena
laju alir pengisian lebih besar daripada laju alir pengosongan. Hal ini didapatkan karena
praktikum kali ini adalah secara manual bukan metode on-off.
Setelah dilakukan perhitungan neraca massa total secara teoritis dan hasilnya juga
di dapat.
4.2. Kesimpulan
Pengisian air dalam tangki dari level 10% ke 100% diperoleh waktu sebanyak
134,3 detik.
Pengosongan air dalam tangki dari level 100% ke 10% diperoleh waktu
sebanyak 152,11 detik
Pengosongan air dalam tangki lebih lama daripada waktu yang di perlukan
untuk pengisian air dalam tangki
Perbedaan ini di sebabkan laju alir untuk pengisian lebih besar daripada laju
alir pengosongan
Pengaruh ini di dapat karena praktikum yang telah dilakukan secara
manual,maka operator lah yang harus mengendalikan level tersebut,dan hasil
nya pun kurang efisien
DAFTAR PUSTAKA
http://majarimagazine.com/2008/02/pengendalian proses 1/ . Diakses pada tanggal
28 Maret 2012
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1347/1/kimia-yusuf3.pdf . Diakses
pada tanggal 28 Maret 2012
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/1347 . Diakses pada tanggal 28 Maret
2012
htpp://www.didacta.it.Automation and Prosess Control. Diakses pada tanggal 01
April 2012