Pengendalian Internal Atas Piutang Pelanggan Pada PT...

download Pengendalian Internal Atas Piutang Pelanggan Pada PT …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2649/2/T1_232008226_Full... · sendiri merupakan suatu sistem dengan konsep perencanaan

If you can't read please download the document

Transcript of Pengendalian Internal Atas Piutang Pelanggan Pada PT...

  • 1

    PENDAHULUAN

    Perusahaan dalam proses mencapai tujuannya tidak lepas dari kegiatan

    penjualan yaitu penyerahan suatu produk baik dalam bentuk barang maupun jasa

    kepada konsumennya. Adapun tujuan dari kegiatan perusahaan ini adalah untuk

    memperoleh pendapatan yang nantinya akan digunakan untuk menjalankan

    aktivitas perusahaan itu sendiri. Beberapa perusahaan ada yang menganut sistem

    penjualan kredit, yang nantinya akan menimbulkan akun piutang didalamnya.

    Di setiap perusahaan baik perusahaan dagang maupun jasa, piutang

    merupakan suatu proses penting yang dapat menunjukkan satu bagian yang besar

    dari harta likuid perusahaan. Piutang merupakan harta lancar perusahaan yang

    berada di pihak lain dan perusahaan berkewajiban untuk menarik kembali. PT.

    Perusahaan Listrik Negara (PLN) merupakan perusahaan yang bergerak dibidang

    jasa pelayanan penyediaan listrik di Indonesia. Tujuan dari perusahaan ini adalah

    sebagai perusahaan yang menyediakan serta melayani kebutuhan dan kepentingan

    pelanggan akan tenaga listrik. PT. PLN sebagai sebuah perusahaan publik yang

    menyediakan kebutuhan hajat hidup orang banyak harus menyediakan kualitas

    layanan jasa terbaiknya kepada para pelanggan, yaitu dapat melayani setiap

    kepentingan pelanggan.

    Disisi lain PT. PLN juga perlu mempertimbangkan dampak atau akibat

    dari piutang tersebut yang memungkinkan adanya konsumen yang menunggak

    pembayaran atas pemakaian jasa atas listrik yang sudah digunakan. Hal ini

    menimbulkan piutang tak tertagih bagi PT. PLN yang nantinya harus ada

    penanganan yang serius dari perusahaan karena kalau tidak hal ini bisa

    mengakibatkan kerugian bagi PT. PLN itu sendiri.

    Piutang merupakan akun yang sangat material jumlahnya bagi PT PLN,

    oleh karena itu diperlukan adanya pengendalian internal terhadap piutang. Hal ini

    ditujukan agar mengurangi kesalahan pada pencatatan piutang, karena apabila

    terdapat salah catat yang dilakukan oleh perusahaan bisa merugikan pihak

  • 2

    pelanggan, dan itu bisa memperburuk citra PT PLN di hadapan para

    pelanggannya.

    Pengendalian internal piutang merupakan suatu rangkaian komponen yang

    aktivitasnya dilakukan ditempat yang sama, tetapi di PT PLN (Persero) Distribusi

    Jawa Tengah dan D. I. Yogyakarta terpisah. Sebagian aktivitas pengendalian

    internal dilakukan di Kantor APJ (Area Pelayanan Jaringan) dan sebagian lagi

    dilakukan di KD (Kantor Distribusi), akan tetapi pemagang hanya menganalisi

    aktivitas pengendalian pada Kantor Distribusi saja. Maka dari itu pengendalian

    internal atas piutang usaha menjadi topik magang yang diambil oleh pemagang di

    PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Tengah dan D. I. Yogyakarta.

    Tujuan dari pengendalian internal di PT PLN (Persero) Distribusi Jawa

    Tengah & D. I. Yogyakarta sangat luas tetapi pemagang fokus kepada salah satu

    tujuan yaitu untuk keandalan pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang handal

    demi untuk mencapai tujuan perusahaan yaitu memperoleh keuntungan atau laba

    supaya dapat membiayai pengembangan perusahaan.

    Posisi magang di PT. PLN yaitu di bagian akuntansi, yang terbagi menjadi

    dua yaitu akuntansi umum dan AT PDP (aktiva tetap dan pekerjaan dalam

    pelaksanaan). Dari kedua bagian tersebut yang menarik pemagang ambil adalah

    bagian akuntansi umum dan mengambil topik piutang pelanggan. Akuntansi

    umum di PT. PLN ini adalah bagian yang berhubungan dengan verifikasi semua

    akun yang ada di neraca kecuali akun aktiva dan persediaan karena merupakan

    bagian AT PDP, aktivitas di akuntansi umum ini adalah memonitoring antara

    System Application and Product in data processing (SAP) dengan Aplikasi

    Pelayanan Pelanggan Terpusat (AP2T). SAP merupakan package software

    Enterprise Resource Planning (ERP) yang dipilih oleh PLN. Sedangkan ERP

    sendiri merupakan suatu sistem dengan konsep perencanaan dan pengelolaan

    terpadu terhadap sumber daya perusahaan. PLN menerapkan sistem ERP tersebut

    di tiga fungsi bisnis yaitu keuangan (Financial Management/FM), logistik

    (Material Management/MM), dan SDM (Human Resource Management/HRM).

  • 3

    AP2T adalah Aplikasi Pelayanan Pelanggan Terpusat untuk distribusi Jawa dan

    Bali. Nanti yang akan pemagang kerjakan disana adalah mencocokkan piutang

    antara SAP dan AP2T, jika ada perbedaan maka harus dicari penyebabnya dengan

    mengecek ulang jurnal manual. Alasan terjadinya perbedaan antara piutang di

    SAP dan AP2T diduga karena AP2T merupakan program yang masih baru

    sehingga aplikasinya masih belum sempurna, jadi unsur piutang yang ada di

    AP2T belum terinterface di SAP semua, begitupun sebaliknya. Saat ini aplikasi

    AP2T masih dalam proses penyempurnaan. Hal-hal tersebut mengakibatkan

    perbedaan saldo piutang SAP dan AP2T.

    Sejak AP2T mulai diterapkan pada tanggal 24 Mei 2011, menurut Ibu Dini

    selaku supervisor akuntansi umum kendala yang sering dihadapi adalah salah

    penginputan data yang berakibat error pada sistem, sehingga pekerjaan terganggu.

    Yang kedua adalah ketika terdapat beberapa orang yang membuka file yang sama,

    file tersebut tidak bisa dibuka, walaupun sistem memberi tahu status file yang

    ingin dibuka tersebut sedang dibuka oleh pegawai lain, tetapi pegawai akan

    membutuhkan waktu yang lama hanya untuk membuka file tersebut.

    Adapun yang menjadi tujuan melakukan magang adalah untuk mengetahui

    dan melakukan analisis serta terlibat langsung dalam salah satu kegiatan akuntansi

    yang mendukung pengendalian internal atas piutang pelanggan pada PT PLN

    (Persero) Distribusi Jawa Tengah dan D.I.Yogyakarta.

    Kegiatan yang diperoleh pemagang selama melakukan magang di PT. PLN

    (Persero) Distribusi Jawa Tengah dan D.I.Yogyakarta ini diharapkan akan

    memberikan manfaat atau kontribusi bagi pemagang yaitu memperoleh informasi,

    menambah pengetahuan dan pengalaman mengenai akuntansi di perusahaan jasa

    khususnya di bagian piutang, mampu mengembangkan dan menerapkan ilmu

    yang didapatkan dan dipelajari di bangku kuliah ke dalam dunia perusahaan.

    LANDASAN TEORI

  • 4

    Piutang menurut Ratma et al. (2010: 36), piutang adalah suatu tagihan

    terhadap perusahaan atau orang-orang tertentu yang timbul akibat penjualan

    jasa/barang secara kredit atau tagihan yang disebabkan perusahaan telah

    memberikan jasa tertentu. Sedangkan menurut Warren et al. (1999: 324) piutang

    (receivable) meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap entitas lainnya,

    termasuk individu, perusahaan, atau organisasi lainnya.

    Pada umumnya piutang bersumber dari kegiatan operasi normal

    perusahaan, tetapi selain itu masih banyak sumber-sumber yang dapat

    menimbulkan piutang. Oleh karena itu (Noviyanti, Suzy dan Rita Widayanti,

    2003: 19) menguraikan klasifikasi piutang kedalam 2 kategori, yaitu piutang

    usaha dan piutang lain-lain.

    1. Piutang usaha

    Piutang usaha adalah suatu aktiva berwujud tagihan yang timbul dari

    penjualan barang-barang atau jasa-jasa yang dihasilkan perusahaan

    dari kegiatan pokok (utama) perusahaan.

    2. Piutang lain-lain

    Piutang lain-lain adalah aktiva yang timbul dari transaksi diluar

    kegiatan pokok perusahaan. Misalnya piutang pegawai, piutang

    pesanan pembelian saham.

    Piutang termasuk dalam komponen aktiva lancar. Dalam hubungannya

    dengan penyajian piutang di dalam neraca digunakan dasar pengukuran Nilai

    Realisasi/penyelesaian (realizable/settlement value), dasar pengukuran ini

    mengatur bahwa piutang dinyatakan sebesar jumlah bruto tagihan dikurangi

    dengan taksiran jumlah yang tidak dapat diterima. Untuk melaporkan piutang

    dalam neraca adalah sebesar jumlah yang akan direalisasikan yaitu jumlah yang

    diharapkan akan dapat ditagih. Jumlah piutang yang diharapkan akan ditagih

    dihitung dengan mengurangkan jumlah yang diperkirakan akan tidak dapat ditagih

    kepada jumlah piutang. Karena neraca disusun setiap akhir periode maka setiap

    akhir tahun perlu dihitung jumlah kerugian dari piutang-piutang. Kerugian piutang

  • 5

    ini dibebankan pada periode yang bersangkutan sehingga dapat dihubungkan

    antara kerugian piutang dengan penjualan-penjualan yang mengakibatkan

    timbulnya piutang tersebut. Pencatatan kerugian piutang sebelah debit akan

    dikreditkan ke rekening cadangan kerugian piutang, sehingga tidak diperlukan

    perubahan-perubahan dalam buku pembantu piutang (Baridwan, 2004: 125).

    Piutang yang diperkirakan tidak dapat tertagih akan dicatat dengan

    menggunakan dua metode (Warren et al. 1999: 327) yaitu :

    1. Metode Penyisihan (Allowance Method)

    Kebanyakan perusahaan besar menggunakan metode penyisihan untuk

    mengestimasi besarnya piutang tak tertagih.

    a. Penghapusan Akun Penyisihan

    Apabila piutang usaha dari pelanggan dapat dipastikan tidak dapat

    tertagih sama sekali, maka piutang tersebut dihapuskan dari akun

    penyisihan. Piutang usaha yang telah dihapuskan dari akun penyisihan

    mungkin saja dapat ditagih di kemudian hari. Jika itu terjadi, piutang

    tersebut harus ditimbulkan kembali dengan ayat jurnal yang merupakan

    kebalikan dari ayat jurnal penghapusan. Kas yang diterima sebagai

    pembayaran harus dicatat sebagai penerimaan pembayaran piutang.

    b. Estimasi Piutang Tak Tertagih

    Estimasi piutang tak tertagih pada akhir periode fiskal didasarkan pada

    pengalaman perusahaan di masa lalu dan prediksi kegiatan perusahaan di

    masa depan. Estimasi piutang tak tertagih biasanya didasarkan pada :

    1. Jumlah penjualan

    Piutang usaha diperoleh dari hasil penjualan kredit. Oleh karenanya,

    jumlah penjualan kredit selama suatu periode bisa digunakan untuk

    mengestimasi jumlah beban piutang tak tertagih.

    2. Jumlah piutang seperti diperlihatkan dalam neraca akhir periode, dan

    umur piutang usaha.

  • 6

    Dalam hal ini, kita dapat menggunakan proses yang dinamakan

    penentuan umur piutang usaha (aging the receivable). Titik awal

    dalam menentukan umur piutang adalah tanggal jatuh tempo piutang

    tersebut. Jumlah hari dinyatakan telah jatuh tempo adalah ditentukan

    dari tanggal jatuh tempo sampai tanggal skedul umur piutang dibuat.

    2. Metode Penghapusan Langsung Dalam Akuntansi Untuk Piutang Tak

    Tertagih

    Jika sebuah perusahaan menjual sebagian besar barang dan jasanya secara

    tunai, maka jumlah beban dari piutang tak tertagih biasanya kecil. Dalam hal

    ini, jumlah piutang juga merupakan bagian kecil dari total aktiva lancar.

    Metode yang digunakan untuk mencatat beban piutang tak tertagih adalah

    metode penghapusan langsung (direct write-off method).

    Pengendalian internal (internal control) menurut Romney et al.

    (2011:229) adalah rencana organisasi dan metode bisnis yang dipergunakan untuk

    menjaga aset, memberikan informasi yang akurat dan andal, mendorong dan

    memperbaiki efisiensi jalannya organisasi, serta mendorong kesesuaian dengan

    kebijakan yang telah diterapkan.

    Selanjutnya, masih menurut Romney et al. Pengendalian internal

    melaksanakan tiga fungsi penting, yaitu :

    1. Pengendalian untuk pencegahan (preventive control)

    Mencegah timbulnya suatu masalah sebelum mereka muncul.

    Mempekerjakan personil akuntansi yang berkualifikasi tinggi, pemisahan

    tugas pegawai yang memadai, dan secara efektif mengendalikan akses fisik

    atas aset, fasilitas dan informasi, merupakan pengendalian pencegahan yang

    efektif. Oleh karena tidak semua masalah mengenai pengendalian dapat

    dicegah

    2. pengendalian untuk pemeriksaan (detective control)

  • 7

    Dibutuhkan untuk mengungkap masalah begitu masalah tersebut muncul.

    Contoh dari pengendalian untuk pemeriksaan adalah pemeriksaan salinan atas

    perhitungan, mempersiapkan rekonsiliasi bank dan neraca saldo setiap bulan.

    3. Pengendalian korektif (corrective control)

    Memecahkan masalah yang ditemukan oleh pengendalian untuk pemeriksaan.

    Pengendalian ini mencakup prosedur yang dilaksanakan untuk

    mengidentifikasi penyebab masalah, memperbaiki kesalahan atau kesulitan

    yang ditimbulkan, dan mengubah sistem agar masalah di masa mendatang

    dapat diminimalisasikan atau dihilangkan. Contoh dari pengendalian ini

    termasuk pemeliharaan kopi cadangan (backup copies) atas transaksi di file

    utama, dan mengikuti prosedur untuk memperbaiki kesalahan memasukkan

    data, seperti juga kesalahan dalam menyerahkan kembali transaksi untuk

    proses lebih lanjut.

    Masih dalam buku Romney at al. yang berjudul Sistem Informasi

    Akuntansi, pengendalian internal memberikan jaminan yang wajar, bukan yang

    absolute, karena kemungkinan kesalahan manusia, kolusi, dan penolakan

    manajemen atas pengendalian, membuat proses ini menjadi tidak sempurna.

    COSO (Committee of Sponsoring Organizations) adalah kelompok sektor swasta

    yang terdiri dari American Accounting Association (AAA), AICPA, Institute of

    Internal Auditors, Institute of Management Accountants, dan Financial Executives

    Institute. Penelitian COSO mendefinisikan pengendalian internal sebagai proses

    yang diimplementasikan oleh dewan komisaris, pihak manajemen, dan mereka

    yang berada di bawah arahan keduanya, untuk memberikan jaminan yang wajar

    bahwa tujuan pengendalian dicapai dengan pertimbangan hal-hal berikut :

    efektivitas dan efisiensi operasional organisasi, keandalan pelaporan keuangan,

    kesesuaian dengan hukum dan peratursan yang berlaku. Berikut adalah lima

    komponen model pengendalian internal COSO yang saling berhubungan:

    1. Lingkungan Pengendalian

    Inti dari bisnis apa pun adalah orang-orangnya ciri perorangan, termasuk

    integritas, nilai-nilai etika, dan kompetensi serta lingkungan tempat

  • 8

    beroperasi. Mereka adalah mesin yang mengemudikan organisasi dan

    dasar tempat segala hal terletak.

    2. Aktivitas Pengendalian

    Kegiatan-kegiatan pengendalian merupakan kebijakan dan peraturan yang

    menyediakan jaminan yang wajar bahwa tujuan pengendalian pihak

    manajemen, dicapai. Kegiatan-kegiatan pengendalian yang dimaksud;

    otorisasi transaksi dan kegiatan yang memadai, pemisahan tugas, desain

    dan penggunaan dokumen serta catatan yang memadai, penjagaan aset dan

    catatan yang memadai, dan pemeriksaan independensi atas kinerja.

    3. Penilaian Risiko

    Dalam hal ini akuntan memainkan peran yang penting dalam membantu

    manajemen mengontrol bisnis dengan mendesain sistem pengendalian

    yang efektif, dan mengevaluasi system yang ada untuk memastikan bahwa

    system tersebut berjalan dengan efektif.

    4. Informasi dan Komunikasi

    Tujuan utama dari SIA adalah mencatat, memproses, menyimpan,

    meringkas, dan mengkomunikasikan informasi atas suatu organisasi. Hal

    ini berarti bahwa akuntan harus memahami bagaimana (1) transaksi

    diawali, (2) data didapat dalam bentuk yang dibaca oleh mesin, atau data

    diubah dari dokumen sumber ke bentuk yang dapat dibaca oleh mesin, (3)

    file komputer diakses dan diperbarui, (4) data diproses untuk

    mempersiapkan sebuah informasi, dan (5) informasi dilaporkan ke para

    pemakai internal dan pihak eksternal.

    5. Mengawasi Kinerja

    Seluruh proses harus diawasi, dan perubahan dilakukan sesuai dengan

    kebutuhan. Melalui cara ini, sistem dapat beraksi secara dinamis, berubah

    sesuai tuntutan keadaan. Metode utama untuk mengawasi kinerja

    mencakup supervise yang efektif, pelaporan yang bertanggung jawab dan

    audit internal.

  • 9

    METODOLOGI PEMAGANGAN

    Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis untuk memperoleh dan

    mengumpulkan data adalah :

    1. Wawancara

    Pemagang melakukan wawancara langsung dengan Ibu Liana Ariadini,

    SE.Akt sebagai Supervisor Akuntansi Umum. Pemagang melakukan

    wawancara untuk mengetahui sejarah dari PT. PLN (Persero) Distribusi

    Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta.

    2. Praktek kerja

    Pemagang melakukan praktek kerja atau ikut serta secara langsung dalam

    kegiatan di lingkungan kerja (PT. PLN) khususnya di bidang akuntansi

    untuk memperoleh data tentang prosedur administrasi piutang di PT. PLN

    (Persero) Distribusi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta.

    Berikut adalah tabel aktivitas magang di PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa

    Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta

    No. Tanggal Keterangan

    1. 1 6 Mei

    2012

    Pengenalan lingkungan perusahaan, terutama staff

    bagian akuntansi

    Mempelajari Pedoman Kebijakan Akuntansi PT

    PLN (Persero)

    2. 7 13 Mei

    2012

    Mereview laporan posisi keuangan tahunan PT.

    PLN (Persero) dan dokumen-dokumen lain terkait

    piutang

    Mempelajari laporan piutang pelanggan gabungan

    per area

    Mempelajari laporan piutang pelanggan ragu-ragu

    per area

    Menghitung jumlah piutang dari nota kredit

  • 10

    3. 14 20 Mei

    2012

    Menghitung jumlah piutang dari nota kredit

    Mempelajari prosedur pencatatan piutang di PT.

    PLN

    Mempelajari metode penyisihan piutang yang tak

    tertagih di PT. PLN

    Mempelajari pengakuan piutang di PT. PLN

    (Persero)

    Mencocokkan piutang di SAP dengan AP2T

    4. 21 27 Mei

    2012

    Menghitung jumlah piutang dari nota kredit

    Membuat kertas kerja piutang per golongan

    Membantu mencocokkan gaji dibayar dimuka per

    area

    Membantu merekap realisasi biaya-biaya bulan

    Februari 2012

    5. 28 Mei 3

    Juni 2012

    Menghitung jumlah piutang dari nota kredit

    Membuat laporan rekonsiliasi piutang langganan

    berdasarkan golongan dan piutang ragu-ragu

    Membantu merekap realisasi biaya-biaya bulan

    Maret 2012

    6. 4 10 Juni

    2012

    Mencocokkan piutang di SAP dengan AP2T

    Membuat kertas kerja piutang per golongan

    Membuat laporan rekonsiliasi piutang langganan

    berdasarkan golongan dan piutang ragu-ragu

    Membantu merekap hutang pajak PPh 21 per area

    7. 11 17 Juni

    2012

    Menghitung jumlah piutang dari nota kredit

    Membuat kertas kerja piutang per golongan

    Membuat laporan rekonsiliasi piutang langganan

    berdasarkan golongan dan piutang ragu-ragu

    Merekap saldo piutang berdasarkan tingkat

    kolektibitas

  • 11

    8. 18 - 24 Juni

    2012

    Menghitung jumlah piutang dari nota kredit

    Membuat kertas kerja piutang per golongan

    Membantu entry saldo awal untuk LK semester I

    Membantu merekap rekening koran

    9. 25 Juni 1

    Juli 2012

    Membantu entry saldo awal untuk LK semester I

    Membantu mencocokkan gaji dibayar dimuka area

    purwokerto

    Membantu mencocokkan utang di Laporan dengan

    SAP

    10. 2 8 Juli

    2012

    Membuat Laporan piutang usaha berdasarkan

    unsur

    Membuat laporan penghapusan piutang tahun

    berjalan dan penerimaan kembali piutang yang

    telah dihapus

    11. 9 15 Juli

    2012

    Membuat laporan rincian piutang ragu-ragu

    Membuat perhitungan penyisihan piutang usaha

    Membuat laporan rincian piutang macam-macam

    12. 16 22 Juli

    2012

    Membuat laporan piutang pegawai PUMP KPR /

    BPRP per 30 Juni 2012

    Membuat laporan piutang usaha berdasarkan umur

    13. 23 31 Juli

    2012

    Merekap piutang Mitra Binaan Bersih

    Merekap saldo piutang berdasarkan tingkat

    kolektibitas

    Tabel 3.1 Aktivitas Magang

    HASIL KEGIATAN MAGANG

    Profil Perusahaan

    PT PLN (Perusahaan Listrik Negara) merupakan salah satu perusahaan

    milik pemerintah atau lebih dikenal dengan BUMN (Badan Usaha Milik Negara)

    yang bergerak di bidang pelayanan jasa tenaga listrik. PT PLN yang berkantor

  • 12

    pusat di Jakarta memiliki anak perusahaan. Salah satu cabang dari PT PLN

    (Persero) Distribusi Jawa Tengah & D.I.Yogyakarta yang berada di Jalan Teuku

    Umar No. 47, Semarang.

    Wilayah usaha PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Tengah &

    D.I.Yogyakarta dibagi menjadi beberapa daerah Pelayanan yang melayani

    wilayah administrasi propinsi Jawa Tengah & D.I. Yogyakarta. Karenanya PT.

    PLN (Persero) Distribusi Jawa Tengah & D.I.Yogyakarta membawahi 11 Area

    Pelayanan Jaringan (APJ) dan 1 Area Pengatur Distribusi (APD) Semarang, yaitu

    APJ Kudus, Surakarta, Yogyakarta, magelang, Purwokerto, Tegal, Semarang,

    Salatiga, Klaten, Pekalongan, Cilacap, dan APD Semarang.

    Terdapat 6 bidang di PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Tengah &

    D.I.Yogyakarta yaitu bidang perencanaan, distribusi, keuangan, Sumber Daya

    Manusia (SDM) dan organisasi, kom. Hukum dan adm, niaga. Dalam bidang

    keuangan memiliki 4 bagian, antara lain pengelola biaya, pengelola pendapatan,

    akuntansi, pengendalian anggaran. Pada bagian akuntansi telah memiliki 3 sistem

    informasi yaitu AP2T (Aplikasi Pelayanan Pelanggan Terpusat), ERP (Enterprise

    Resource Planning), dan SAP (Systems Applications Product) yang telah

    diterapkan dalam pengolahan data laporan keuangan. Karena dengan melihat area

    bisnis di PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Tengah dan D.I.Yogyakarta

    membawahi 11 Area Pelayanan Jaringan (APJ) dan 1 Area Pengatur Distribusi

    (APD) Semarang, sehingga data dari semua kantor APJ dan APD yang ada di

    seluruh wilayah Jawa Tengah dan D.I.Yogyakarta akan diverifikasi di kantor PT

    PLN (Persero) Distribusi Jawa Tengah dan D.I.Yogyakarta pada bagian

    Akuntansi.

    PLN sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berbentuk

    Perusahaan Perseroan (Persero) berkewajiban untuk menyediakan tenaga listrik

    bagi kepentingan umum dengan tetap memperhatikan tujuan perusahaan yaitu

    menghasilkan keuntungan sesuai dengan Undang-Undang No. 19/2000. Kegiatan

    usaha perusahaan meliputi :

  • 13

    Menjalankan usaha penyediaan tenaga listrik yang meliputi kegiatan

    pembangkitan, penyaluran, distribusi tenaga listrik, perencanaan dan

    pembangunan sarana penyediaan tenaga listrik.

    Menjalankan usaha penunjang dalam penyediaan tenaga listrik yang

    meliputi kegiatan konsultasi, pembangunan, pemasangan, pemeliharaan

    peralatan ketenagalistrikan. Pengembangan teknologi peralatan yang

    menunjang penyediaan tenaga listrik.

    Menjalankan kegiatan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam

    dan sumber energi lainnya untuk kepentingan penyediaan tenaga listrik.

    Melakukan pemberian jasa operasi dan pengaturan (dispatcher) pada

    pembangkitan, penyaluran, distribusi dan retail tenaga listrik. Menjalankan

    kegiatan perindustrian perangkat keras dan perangkat lunak bidang

    ketenagalistrikan dan peralatan lain yang terkait dengan tenaga listrik.

    Melakukan kerja sama dengan badan lain atau pihak lain atau badan

    penyelenggara bidang ketenagalistrikan baik dari dalam negeri maupun

    luar negeri di bidang pembangunan, operasional, telekomunikasi dan

    informasi yang berkaitan dengan ketenagalistrikan.

    Struktur Organisasi Perusahaan

    Struktur Tatanan Organisasi yang diterapkan oleh PT. PLN (Persero)

    Distribusi Jawa Tengah dan D.I.Yogyakarta adalah jenis organisasi garis lurus. Ini

    dapat dilihat dari garis wewenang mengalir dari pimpinan langsung ke pimpinan

    unit atau satuan unit di bawahnya. Masing-masing kepala satuan organisasi

    memiliki wewenang dan tanggung jawab penuh mengenai hal-hal yang terjadi

    pada bidang-bidang satuan kerja dibawahnya, sehingga dalam organisasi ini

    ketegasan perintah lebih jelas. Struktur organisasi PT. PLN (Persero) Distribusi

    Jawa Tengah dan D.I.Yogyakarta dapat dilihat pada lampiran 1. Mengingat

    pemagang melakukan magang di bagian akuntansi maka berikut adalah job

    description di bagian akuntansi PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Tengah dan

    D.I.Yogyakarta :

  • 14

    1. Deputi Manager Akuntansi

    Tugasnya adalah melaksanakan kegiatan administrasi keuangan sesuai

    dengan kebijaksanaan pimpinan, mencakup bidang-bidang penyusunan

    anggaran yang menggunakan metodologi serta data yang akurat,

    pembelanjaan dan pengendalian keuangan, baik konstruksi maupun

    pengusahaan, tata usaha 30 langganan, termasuk sistem pelaporan dan

    akuntansi juga membuat laporan dalam bidangnya.

    2. Supervisor Akuntansi Umum

    Tugasnya adalah :

    a. Mengevaluasi dan verifikasi nota masuk dan nota keluar wilayah atau

    distribusi lain.

    b. Mengevaluasi dan verifikasi hasil rekonsiliasi utang pajak, piutang

    pegawai, piutang rekening listrik, bank, dana pensiun, Yayasan

    Pendidikan dan Kesejahteraan (YPK).

    c. Mengevaluasi dan verifikasi pembuatan Laporan Kantor Distribusi

    bulanan, triwulan, semester dan tahunan.

    d. Melaksanakan inventarisasi fisik material, Aset Tetap (AT) dan

    Pekerjaan Dalam Pelaksanaan (PDP), rekening listrik, kas dan bank

    sampai pembuatan dan penandatanganan berita acara.

    3. Supervisor Akuntansi AT dan PDP (Aset Tetap dan Pekerjaan Dalam

    Pelaksanaan)

    Tugasnya adalah :

    a. Menerima laporan cabang-cabang untuk selanjutnya didistribusikan ke

    staf akuntansi AT dan PDP untuk diproses lebih lanjut.

    b. Menerima hasil verifikasi dari staf akuntansi AT dan PDP mengenai

    daftar B, C, D, E, F, DPAT dan PMAT.

    c. Meneliti usulan relokasi/penghapusan dari cabang (AE 1 + 1.1)

    diteruskan ke staf akuntansi AT dan PDP untuk dibuat dan diverifikasi

    usulan relokasinya (AE 2.2.1 dan AE 3.3.1)

  • 15

    d. Melaksanakan inventarisasi fisik material, AT dan PDP, rekening

    listrik, kas dan bank sampai pembuatan dan penandatanganan berita

    acara.

    e. Membuat laporan hasil inventarisasi.

    f. Melaksanakan tugas lainnya sesuai perintah dari atasan.

    4. Juru Utama Akuntansi Umum

    a. Memonitor piutang rekening listrik ;

    Mencocokan data akuntansi dengan data bagian niaga untuk

    selanjutnya digabung sebagai bahan menyusun Laporan Keuangan.

    b. Memonitor biaya penyambungan (BP).

    c. Memonitor uang jaminan langganan.

    d. Verifikasi LK cabang serta melaporkan hasil verifikasi kepada

    supervisor verifikasi.

    e. Melaksanakan inventarisasi fisik material, AT dan PDP, rekening

    listrik, kas dan bank sampai pembuatan dan penandatanganan berita

    acara.

    f. Melaksanakan tugas lainnya sesuai perintah dari atasan.

    5. Juru Utama Akuntansi AT dan PDP

    a. Membuat laporan aktiva tetap :

    Diinput dan diverifikasi lalu diproses ke dalam aplikasi AT-DTE.

    b. Memonitor laporan daftar F :

    Setelah dicocokan dengan LP, PMAT dan DPAT selanjutnya hasilnya

    untuk dilaporkan.

    c. Verifikasi LP dan LK cabang serta melaporkan verifikasi ke supervisor

    verifikasi.

    d. Melaksanakan inventarisasi fisik material, AT dan PDP, rekening

    listrik, kas dan bank sampai pembuatan dan penandatanganan berita

    acara.

    Pengendalian Internal atas Piutang Pelanggan pada PT PLN (Persero)

    Distribusi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta

  • 16

    Piutang pelanggan adalah kewajiban pelanggan yang harus dibayar oleh

    pelanggan kepada PLN yang berkaitan dengan penjualan tenaga listrik. Piutang

    pelanggan terdiri dari :

    a. Piutang listrik (Biaya Beban, Pemakaian kWh, kelebihan kVArh)

    b. Piutang Biaya Pemakaian Trafo /Piutang sewa trafo/sewa kapasitor

    c. Piutang Biaya Penyambungan

    Biaya yang harus dibayar kepada PLN oleh calon pelanggan atau

    pelanggan untuk memperoleh penyambungan baru atau tambah daya.

    d. Piutang Uang Jaminan pelanggan (UJL)

    Uang yang disetorkan sebagai jaminan saat pertama kali menjadi

    pelanggan. Tetapi mulai 2011 UJL dihapuskan karena dirasa tidak

    terlalu diperlukan.

    e. Piutang Tagihan Susulan

    Sebagai akibat adanya penyesuaian dengan ketentuan atau sebagai

    akibat adanya pelanggaran.

    f. Piutang Biaya Keterlambatan (BK)

    Biaya yang dibebankan pada pelanggan karena tidak memenuhi

    kewajiban membayar tagihan PLN tepat pada waktunya.

    g. Piutang Pajak Penerangan Jalan Umum (PPJU)

    Pajak yang dibayar oleh semua pelanggan PLN, dipungut oleh PLN

    dan selanjutnya disetor ke kas Pemerintah Daerah.

    h. Piutang Pajak Pertambahan Nilai (PPn)

    i. Piutang Bea Materai

    j. Piutang Biaya Pelayanan Informasi Tagihan Listrik (piutang invoice)

    Proses munculnya piutang diawali dengan pembacaan meter, pemakaian

    tenaga listrik setiap bulannya dicatat melalui angka pada KWHmeter dibangunan

    pelanggan, kemudian menghasilkan data stand meter. Data stand meter digunakan

    sebagai sumber data untuk pembuatan rekening listrik. Rekening listrik juga

    dibuat berdasarkan perhitungan Tarif Dasar Listrik yang telah ditentukan. Selain

    itu juga dikelompokkan berdasarkan golongan pelanggan umum, TNI/Polri, non

  • 17

    TNI, PEMDA, BUMN/BUMD. Setelah dihitung tagihan listriknya per pelanggan

    selanjutnya dibukukan ke bagian pembukuan dan rekap dari pembukuan tersebut

    dikirimkan ke bagian akuntansi dan bagian niaga. Pada fungsi akuntansi akan

    dicatat sebagai transaksi untuk membukukan piutang listrik, sedangkan pada

    fungsi niaga akan dicatat dalam kartu pengawasan piutang listrik. Semua piutang

    dikirimkan ke bagian penagihan untuk ditagih ke pelanggan. Fungsi pelayanan

    pelanggan, pembacaan meter, pembuatan rekening, pembukuan pelanggan,

    penagihan dan pengawasan kredit seperti yang telah dijelaskan dilakukan pada PT

    PLN (Persero) APJ di setiap wilayah. PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Tengah

    dan Daerah Istimewa Yogyakarta mencakup beberapa kantor Area Pelayanan

    Jaringan (APJ) diantaranya adalah APJ Kudus, Surakarta, Yogyakarta, magelang,

    Purwokerto, Tegal, Semarang, Salatiga, Klaten, Pekalongan, Cilacap, dan

    Semarang. Fungsi dari bagian akuntansi di PT PLN (Persero) Distribusi adalah

    melakukan monitoring terhadap piutang di 12 wilayah kantor APJ tersebut. Selain

    itu PT PLN (Persero) distribusi juga menotakan piutang dari pelanggan hanya dari

    golongan TNI/Polri dimana setiap terbit piutang bulanan langsung dikirim ke PT

    PLN (Persero) Distribusi dengan dibuat nota buku, dan untuk rekening pemakaian

    listrik kantor PLN itu sendiri diperhitungkan dengan beban kantor PLN.

    Kegiatan monitoring inilah yang dianggap sebagai pengendalian internal

    untuk piutang pelanggan pada PT PLN. Kegiatan tersebut diantaranya adalah

    mencocokkan antar Tata Usaha Pelanggan (TUL), sebelumnya TUL itu sendiri

    adalah Sistem Pelayanan Pelanggan yang meliputi kegiatan pelayanan kepada

    Pelanggan/Calon Pelanggan dan masyarakat lainnya baik dengan sistem manual

    maupun dengan sistem computer yang membutuhkan tenaga listrik serta hal hal

    yang berhubungan dengan penjualan tenaga listrik, yang terdiri dari :

    1. Pelayanan Pelanggan (TUL Fungsi I)

    2. Pelayanan Pembacaan Meter (TUL Fungsi II)

    3. Pelayanan Pembuatan Rekening (TUL Fungsi III)

    4. Pelayanan Pembukuan Pelanggan (TUL Fungsi IV)

    5. Pelayanan Penagihan (TUL Fungsi V)

  • 18

    6. Pelayanan Pengawasan Kredit (TUL Fungsi VI)

    Aktivitas dalam pengendalian internal piutang pelanggan dilaksanakan di

    Area Pelayanan Jaringan (APJ) dan Kantor Distribusi (KD). Aktivitas

    pengendalian piutang pelanggan di APJ dilakukan oleh fungsi pembukuan

    pelanggan, fungsi penagihan, dan fungsi pengawasan kredit, sedangkan di KD

    dilakukan oleh bagian akuntansi. Berikut adalah aktivitas pengendalian piutang

    pelanggan di Area Pelayanan Jaringan (APJ) :

    Fungsi Pembukuan Pelanggan

    Melakukan pengendalian terhadap piutang pelanggan (pada akhir triwulan),

    biaya keterlambatan, piutang ragu-ragu dan angsuran piutang.

    Fungsi Penagihan

    Melakukan pengendalian dalam kegiatan pengurusan penagihan piutang

    pelanggan, terhadap piutang pelanggan (pada akhir bulan), mengawasi saldo

    piutang pelanggan di tempat pembayaran, mengawasi saldo piutang di loket

    kantor PLN, mengawasi saldo piutang pelanggan di loket kantor PLN

    setelah tanggal 20.

    Fungsi Pengawasan kredit

    Melakukan pengendalian terhadap pelanggan yang telah diputus sementara

    tetapi belum membayar, memeriksa pelaksanaan pemutusan sementara,

    mengawasi penyambungan kembali, mengawasi pemutusan rampung bagi

    pelanggan yang terlambat membayar piutang pelanggan, dan menyelesaikan

    penghapusan piutang ragu-ragu yang tidak disetujui penghapusannya.

    Aktivitas pengendalian pemisahan tugas juga dilakukan di Area Pelayanan

    Jaringan, disana terdapat pemisahan tugas antara fungsi pelayanan pelanggan,

    fungsi pembacaan meter, fungsi pembuatan rekening, fungsi pembukuan

    pelanggan, fungsi penagihan, dan fungsi pengawasan kredit. Sedangkan

  • 19

    pengendalian piutang pelanggan di bagian akuntansi PT PLN (Persero) Distribusi

    dibagi menjadi 3 yaitu :

    a. Pengendalian pada Buku Besar Fungsi Akuntansi

    Pemeriksaan pada Buku Besar Piutang Pelanggan :

    o Memeriksa transaksi-transaksi yang terkait dengan perubahan

    pada Piutang Pelanggan seperti : piutang baru, piutang

    perbaikan, pembatalan piutang, dipindahkan ke piutang ragu-

    ragu, dan sebagainya. Kemudian mencocokkan dengan Daftar

    memorialnya yang diterima dari fungsi TUL.

    o Memeriksa Buku Besar Piutang dan dicocokkan dengan

    Laporan Piutang Pelanggan (TUL IV-04) dan Ikhtisar Mutasi

    Rekening Listrik (TUL V-02)

    Pemeriksaan pada Buku Besar Kas :

    o Memeriksa transaksi-transaksi yang terkait pelunasan Piutang

    Pelanggan dengan Buku Besar Piutang dan Buku Besar Kas.

    b. Pengendalian piutang ragu-ragu yang sudah dihapus.

    Penghapusan hanya pada sisi administrasi akuntansi.

    Melaksanakan pembukuan ex piutang ragu-ragu tersebut.

    Walaupun piutang tersebut sudah dihapus, namun tetap

    diusahakan penagihannya.

    Pembukuan terhadap piutang-ragu-ragu yang sudah dihapus.

    Namun apabila ex pelanggan tersebut membayar, maka

    dibukukan ke pendapatan macam-macam.

    Pencatatan ex piutang ragu-ragu digunakan sebagai alat

    pengendalian pemasangan baru.

    c. Konsolidasi dan rekonsiliasi data.

    Konsolidasi dan Rekonsiliasi data piutang pelanggan dari Kantor

    Area Pelayanan Jaringan (APJ) dilakukan sekurang-kurangnya satu

    kali setiap hari ke Kantor Distribusi, meliputi seluruh jenis pola

    pembayaran (offline dan online)

  • 20

    Setiap Kantor Distribusi membangun dan mengoperasikan sistem

    aplikasi pengelolaan Data Piutang Pelanggan (DPP) dengan

    memperhatikan proses rekonsiliasi dan konsolidasi data antara

    APJ, Kantor Distribusi dan Kantor Pusat.

    Kantor distribusi membuat laporan rekonsiliasi piutang pelanggan

    dengan mencocokkan pada bagian niaga.

    Analisis Pengendalian Internal atas Piutang Pelanggan pada PT PLN

    (Persero) Distribusi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta

    Berdasarkan hasil magang di PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Tengah &

    D. I. Yogyakarta atau bisa disebut Kantor Distribusi (KD) yang dilakukan oleh

    pemagang terhadap pengendalian internal atas piutang pelanggan, pemagang

    mengadopsi lima komponen model pengendalian internal atas piutang usaha dari

    COSO dan yang saling berhubungan, adalah sebagai berikut :

    1. Lingkungan pengendalian piutang usaha

    Berikut ini ada beberapa faktor yang membentuk lingkungan pengendalian

    piutang usaha :

    a. Integritas dan nilai-nilai etika tercermin dari sikap karyawan dalam

    menangani piutang usaha dan juga mencakup sikap terhadap

    pentingnya pengendalian internal piutang usaha. Pimpinan perusahaan

    harus memperjelas bahwa laporan piutang yang bersifat jujur lebih

    penting daripada laporan yang sesuai dengan keinginan pihak

    manajemen, maka diharapkan karyawan dapat diajak untuk bekerja

    sama menjunjung tinggi integritas dan nilai-nilai etika sehingga resiko

    yang mungkin terjadi atas piutang dapat diminimalisir.

    b. Pihak manajemen perusahaan harus memberikan tanggung jawab

    kepada karyawan yang berhubungan langsung dengan dengan akun

    piutang usaha. Tanggung jawab tersebut dapat diberikan melalui

    deskripsi pekerjaan secara formal atau berupa pelatihan karyawan

  • 21

    dimana nantinya dapat diharapkan karyawan bagian piutang dapat

    menangani segala administrasi piutang sehingga mereka dapat

    menghasilkan informasi mengenai piutang usaha dengan baik dan

    benar.

    c. Perusahaan harus mempunyai komite audit dewan komisaris yang

    independen atau yang berasal dari luar perusahaan (non pegawai) yang

    terlibat dalam lingkungan pengendalian piutang usaha. Komite audit

    dewan komisaris memonitor tingginya jumlah piutang usaha yang

    tertunggak atau bahkan yang tidak dapat tertagih. Hal ini dapat menjadi

    acuan untuk mereka dalam menilai kinerja karyawan yang diberi

    tanggung jawab atas administrasi piutang usaha.

    d. Struktur organisasi harus disusun dengan sebaik mungkin untuk

    menetapkan garis otoritas dan tanggung jawab karena akan sangat

    berpengaruh dalam pelaksanaan pengendalian internal piutang usaha.

    Dalam hal ini lebih ditekankan pada bagian penagihan piutang agar

    tidak terjadi masalah. Adanya pemisahan fungsi pada bagian piutang

    usaha sudah menunjukkan bahwa pengendalian internal di perusahaan

    tersebut sudah baik.

    2. Aktivitas pengendalian piutang usaha

    Terdapat beberapa faktor yang termasuk dalam aktivitas-aktivitas

    pengendalian piutang usaha :

    a. Otorisasi transaksi dan kegiatan yang memadai

    Otorisasi dalam transaksi adalah bagian penting dari pengendalian

    piutang usaha. Pengendalian internal yang baik mensyaratkan bahwa

    tidak ada karyawan yang diberi tanggung jawab terlalu banyak. Dalam

    pengendalian internal piutang, maka fungsi pembukuan piutang,

    penagihan piutang, dan pengawasan kredit harus dipisahkan. Hal ini

    bertujuan untuk meminimalisasi masalah yang terjadi hanya karena

    dua atau lebih fungsi tersebut merupakan tanggung jawab satu orang.

    b. Desain dan penggunaan dokumen serta catatan yang memadai

  • 22

    Penggunan dokumen dengan terkomputerisasi dan sistem online bisa

    mempermudah pengambilan data yang diperlukan kapan saja dan bisa

    diakses secara cepat. Penggunaan sistem online yaitu menciptakan

    dokumen elektronik, menstransfernya melalui internet dan hanya

    sedikit menggunakan dokumen kertas. Jadi sistem ini membantu

    manajemen untuk melakukan pengendalian yang efektif. Akses yang

    mudah dan cepat dalam memperoleh data tentang piutang pelanggan

    dan dapat menghubungi pihak-pihak terkait dengan piutang pelanggan.

    c. Penjagaan aset dan catatan yang memadai

    penggunaan sistem online membantu manajemen untuk melakukan

    pengendalian yang efektif. Akses yang mudah dan cepat dalam

    memperoleh data tentang piutang pelanggan dan dapat menghubungi

    pihak-pihak terkait dengan piutang pelanggan, dan data tersebut aman

    karena untuk mengaksesnya diperlukan password.

    d. Pemisahan tugas yang memadai

    Pengendalian internal yang baik mensyaratkan bahwa tidak ada

    karyawan yang diberi tanggung jawab terlalu banyak. Dalam

    pengendalian internal piutang, maka fungsi pembukuan piutang,

    penagihan piutang, dan pengawasan kredit harus dipisahkan. Hal ini

    bertujuan untuk meminimalisasi masalah yang terjadi hanya karena

    dua atau lebih fungsi tersebut merupakan tanggung jawab satu orang.

    Hal ini juga akan mengurangi kemungkinan terjadinya pencatatan

    piutang yang tidak wajar karena bisa saja untuk menutup-nutupi

    penyalahgunaan piutang usaha tersebut.

    e. Pemeriksaan independen atas kinerja

    Pemeriksaan internal untuk memastikan bahwa seluruh transaksi yang

    berhubungan dengan piutang diproses secara akurat adalah elemen

    pengendalian lainnya yang penting. Pemeriksaan ini harus independen,

    karena pemeriksaan umumnya akan lebih efektif apabila dilaksanakan

    oleh orang lain yang tidak bertanggung jawab atas transaksi piutang.

    Melakukan rekonsiliasi catatan satu dengan catatan lainnya yang

  • 23

    seharusmya mempunyai saldo yang sama merupakan jenis

    pemeriksaan independen.

    Melakukan review terhadap laporan piutang usaha berdasarkan umur

    piutang maka dapat terlihat posisi piutang yang sudah melewati batas

    umur piutang yang sudah ditentuka perusahaan. Jika jumlah piutang

    sudah melewatinya, maka pihak penagihan piutang harus

    mengusahakan penagihannya dengan lebih aktif lagi.

    3. Penilaian risiko piutang usaha

    Bentuk penyelewengan sering terjadi dalam pencatatan piutang, terlebih

    jika karyawan mengetahui password dari fungsi lain dan memanipulasi

    data tersebut. Bentuk resiko yang lain adalah resiko piutang tak tertagih,

    manajemen melakukan pencatatan pelanggan-pelangan yang tidak bisa

    membayar piutangny lalu catatan tersebut dijadikan pengendalian untuk

    pemasangan penyambungan listrik kembali oleh pelanggan tersebut.

    Sehingga pelanggan harus melunasi tagihan terlebih dahulu baru bisa

    melakukan penyambungan kembali.

    4. Informasi dan komunikasi tentang piutang usaha

    Penggunaan sistem online merupakan cara yang efektif bagi mereka

    memungkinkan orang-orang dalam organisasi untuk mendapat dan

    bertukar informasi yang dibutuhkan untuk melaksanakan, mengelola, dan

    mengendalikan operasinya.

    5. Pengawasan terhadap piutang usaha

    Pengawasan terhadap piutang usaha dilakukan oleh pihak internal audit

    untuk memastikan bahwa pengendalian internal piutang telah dilakukan

    sesuai aturan yang berlaku untuk memenuhi tujuan dari pengendalian

    internal yaitu keandalan dalam penyusunan laporan keuangan.

    Berdasarkan hasil magang di PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Tengah

    & D. I. Yogyakarta atau bisa disebut Kantor Distribusi (KD) yang dilakukan oleh

    penulis terhadap pengendalian internal atas piutang pelanggan, perusahaan sudah

    memberikan yang terbaik untuk pengawasan piutang pelanggan, namun masih

  • 24

    terdapat temuan yang membuat perbedaan saldo antara divisi niaga dan akuntansi.

    Perbedaan tersebut disebabkan oleh aplikasi yang digunakan oleh PT PLN

    (Persero) Distribusi masih baru, padahal aplikasi tersebut yang mendukung

    pengendalian untuk piutang pelanggan.

    Dari lima komponen yang mengadopsi dari COSO, pemagang lebih fokus

    pada salah satu komponen yaitu Aktivitas-Aktivitas pengendalian. Aktivitas

    pengendalian di Kantor Distribusi (KD) yang dilaksanakan secara komputerisasi

    merupakan salah satu komponen pengendalian dari COSO yang cukup penting

    untuk mengurangi resiko perbedaan saldo piutang pelanggan dan nantinya akan

    berpengaruh terhadap keandalan pelaporan keuangan. Aktivitas pengendalian atas

    piutang pelanggan dilakukan di dua kantor yaitu di Kantor Distribusi (KD) dan

    Area Pelayanan Jaringan (APJ). Berikut adalah tabel aktivitas-aktivitas

    pengendalian atas piutang pelanggan.

    Kategori dari komponen

    pengendalian COSO Keadaan di PT. PLN (Persero)

    Otorisasi transaksi dan

    kegiatan yang memadai

    Otorisasi di Kantor distribusi (KD) masih

    kurang memadai karena dalam mengakses data

    yang ada di sistem, semua pegawai akuntansi

    dapat mengakses yang bukan kewajibannya

    karena mereka mengetahui semua password

    termasuk password atasan mereka. Hal ini jelas

    menyimpang karena bisa saja data diotorisasi

    oleh pihak yang tidak berwenang.

    Pemisahan tugas Pada Kantor Distribusi (KD) hanya ada satu

    fungsi yang menangani piutang pelanggan,

    yaitu fungsi akuntansi, dan hanya ada satu

    orang yang menangani piutang pelanggan. Oleh

    fungsi akuntansi aktivitas pengendalian

  • 25

    monitoring dan rekonsiliasi dilakukan.

    Desain dan penggunaan

    dokumen serta catatan

    yang memadai

    Dalam hal desain dan penggunaan dokumen

    yang memadai, pada Kantor distribusi (KD)

    dokumen laporan rekonsiliasi sudah memadai

    karena sudah terkomputerisasi dan bisa

    mempermudah dalam pengendalian atas

    piutang pelanggan.

    Penjagaan aset dan catatan

    yang memadai

    PT PLN (Persero) menggunakan sistem online

    yaitu menciptakan dokumen elektronik,

    menstransfernya melalui internet dan hanya

    sedikit menggunakan dokumen kertas. Jadi

    sistem ini membantu manajemen untuk

    melakukan pengendalian yang efektif. Akses

    yang mudah dan cepat dalam memperoleh data

    tentang piutang pelanggan dan dapat

    menghubungi pihak-pihak terkait dengan

    piutang pelanggan, dan data tersebut aman

    karena untuk mengaksesnya diperlukan

    password. Tetapi pada Kantor Distribusi sering

    menghadapi masalah tentang perbedaan saldo

    piutang pelanggan, maka dari itu perlu

    dilakukan sinkronisasi.

    Pemeriksaan independen

    atas kinerja

    Adanya audit internal yang memeriksa dan

    memastikan bahwa seluruh transaksi yang

    berkaitan dengan piutang pelanggan diproses

    secara akurat. PT PLN (Persero) Distribusi

    Jawa Tengah & D. I. Yogyakarta mempunyai

    Audit Internal Bidang Keuangan yang

    bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan

    pemeriksaan pada bidang keuangan yang

  • 26

    meliputi kegiatan audit penggunaan dan

    pengelolaan anggaran, keuangan, pelayanan

    pelanggan, serta mengevaluasi hasil

    pemeriksaan Laporan Keungan yang sudah

    dilaksanakan.

    Tabel 4.1 Aktivitas pengendalian atas piutang pelanggan

    PENUTUP

    Kesimpulan

    Setelah melakukan magang kurang lebih tiga bulan di PT PLN (Persero)

    Distribusi Jawa Tengah & D.I.Yogyakarta, penulis dapat menyimpulkan bahwa :

    1. Aktivitas dalam pengendalian piutang pelanggan dilaksanakan di Area

    Pelayanan Jaringan (APJ) dan Kantor Distribusi (KD). Aktivitas

    pengendalian piutang pelanggan di APJ dilakukan oleh fungsi pembukuan

    pelanggan, fungsi penagihan, dan fungsi pengawasan kredit, sedangkan di

    KD dilakukan oleh bagian akuntansi.

    2. Pengendalian piutang pelanggan di bagian akuntansi PT PLN (Persero)

    Distribusi dibagi menjadi 3 yaitu : pengendalian pada buku besar fungsi

    akuntansi, pengendalian piutang ragu-ragu yang sudah dihapus,

    konsolidasi dan rekonsiliasi data.

    3. PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Tengah & D. I. Yogyakarta sudah

    memberikan yang terbaik untuk pengawasan piutang pelanggan, namun

    masih terdapat temuan yang membuat perbedaan saldo antara divisi niaga

    dan akuntansi. Hal ini dikarenakan sistem yang mendukung kegiatan

    pengendalian internal SAP (divisi akuntansi) dan AP2T (divisi niaga)

    masih baru sehingga aplikasinya masih belum sempurna, jadi unsur

    piutang yang ada di AP2T belum terinterface di SAP semua, begitupun

    sebaliknya program yang masih baru sehingga aplikasinya masih belum

    sempurna, jadi unsur piutang yang ada di AP2T belum terinterface di SAP

    semua, begitupun sebaliknya.

  • 27

    Implikasi Terapan

    Berdasarkan praktek kerja yang sudah dilaksanakan, pengendalian

    internal atas piutang pelanggan pada PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Tengah &

    D.I.Yogyakarta sudah memadai, namun masih ditemukan aktivitas disana yang

    menyimpang dari peraturan yang berlaku, seperti misalnya password yang

    menjadi rahasia semua pegawai. Sebaiknya para karyawan mengikuti aturan yang

    telah ditetapkan yaitu tidak menyebarluaskan password yang seharusnya menjadi

    rahasia pemakai program komputer tersebut demi keamanan data yang berada

    didalamnya dan tidak ada penyalahgunaan data tersebut diluar otorisasi.

    Keterbatasan Pemagangan

    Berikut adalah keterbatasan yang dialami pemagang selama menjalani

    magang, yaitu kesibukan yang ada setiap harinya pada setiap bagian membuat

    pemagang tidak leluasa bertanya mengenai hal-hal yang pemagang tidak mengerti

    atau tidak ketahui, pemagang juga tidak diijinkan mengakses sistem SAP yang

    digunakan oleh karena itu jika akan membuat laporan berdasarkan SAP harus di

    print terlebih dahulu, pemagang juga tidak diijinkan mengambil dokumen yang

    bersifat rahasia.

  • 28

    DAFTAR PUSTAKA

    Baridwan, Zaki, 2004, Intermediate Accounting, Edisi Kedelapan, BPFE-

    YOGYAKARTA, Yogyakarta.

    Mulyadi, 2010, Sistem Akuntansi, Salemba Empat, Jakarta.

    Munawir, S. 2005, Auditing Modern buku II, Edisi Pertama, BPFE-

    YOGYAKARTA, Yogyakarta.

    Niswonger, Warren, Reeve, Fess, 1999, Prinsip-Prinsip Akuntansi Jilid 1,

    Erlangga, Jakarta

    Noviyanti, Suzy dan Rita Widayanti, 2003, Akuntansi 2, Fakultas Ekonomi

    Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga

    Ratma B.P, Junaedi A, Suryana, 2010, Akuntansi keuangan, Ghalia Indonesia,

    Bandung.

    Romney, Marshall B. & Steimbart, Paul John, 2011. Accounting Information

    System (edisi 9), Salemba Empat, Jakarta.