PENGENDALIAN BOBOT BERSIH PRODUK ABC DAN …

50
PENGENDALIAN BOBOT BERSIH PRODUK ABC DAN IDENTIFIKASI PENYEBAB KETIDAKSESUAIAN BOBOT DENGAN STATISTICAL PROCESS CONTROL (SPC) DI PT XYZ OLEH : JUMRY FAJRIANTI 004201205093 THESIS DISAMPAIKAN KEPADA FAKULTAS TEKNIK PRESIDENT UNIVERSITY DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN AKADEMIK MENCAPAI GELAR SARJANA TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI 2016

Transcript of PENGENDALIAN BOBOT BERSIH PRODUK ABC DAN …

Page 1: PENGENDALIAN BOBOT BERSIH PRODUK ABC DAN …

PENGENDALIAN BOBOT BERSIH PRODUK ABC DAN IDENTIFIKASI PENYEBAB KETIDAKSESUAIAN BOBOT DENGAN STATISTICAL PROCESS CONTROL (SPC)

DI PT XYZ

OLEH : JUMRY FAJRIANTI

004201205093

THESIS DISAMPAIKAN KEPADA FAKULTAS TEKNIK PRESIDENT

UNIVERSITY DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN AKADEMIK MENCAPAI GELAR SARJANA TEKNIK PROGRAM

STUDI TEKNIK INDUSTRI

2016

Page 2: PENGENDALIAN BOBOT BERSIH PRODUK ABC DAN …
Page 3: PENGENDALIAN BOBOT BERSIH PRODUK ABC DAN …

i

REKOMENDASI PEMBIMBING AKADEMIK

Laporan skripsi berjudul “ Pengendalian Bobot Bersih Produk ABC Dan Identifikasi

Penyebab Ketidaksesuaian Bobot Dengan Statistical Proces Control (SPC) Di PT XYZ”

disusun dan disampaikan oleh Jumry Fajrianti sebagai salah satu persyaratan untuk

mendapatkan gelar sarjana pada Fakultas Teknik telah diperiksa dan dianggap telah

memenuhi persyaratan sebuah skripsi, selanjutnya saya rekomendasikan untuk dilakukan

pengujian.

Cikarang, Indonesia, April, 2016

Ir. Andira Taslim M.T

Page 4: PENGENDALIAN BOBOT BERSIH PRODUK ABC DAN …

ii

PERNYATAAN KEASLIAN

Saya menyatakan bahwa skripsi ini yang berjudul “ Pengendalian Bobot Bersih

Produk ABC Dan Identifikasi Penyebab Ketidaksesuaian Bobot Dengan Statistical

Proces Control (SPC) Di PT XYZ ” merupakan hasil penelitian, pemikiran dan

pemaparan asli dari saya sendiri dan belum pernah diajukan sebagian atau

seluruhnya ke universitas lain untuk mendapatkan gelar.

Cikarang, Indonesia, April, 2016

Jumry Fajrianti

Page 5: PENGENDALIAN BOBOT BERSIH PRODUK ABC DAN …

iii

“ PENGENDALIAN BOBOT BERSIH PRODUK ABC DAN IDENTIFIKASI PENYEBAB KETIDAKSESUAIAN BOBOT

DENGAN STATISTICAL PROCES CONTROL (SPC)

DI PT XYZ”

Oleh :

Jumry Fajrianti

004201205093

Disetujui oleh :

Ir. Andira Taslim M.T

Pembimbing skripsi

Ir. Andira Taslim M.T

Kepala Jurusan Teknik Industri

Page 6: PENGENDALIAN BOBOT BERSIH PRODUK ABC DAN …

iv

ABSTRAK

Pengendalian proses satistik (SPC) adalah alat uatama yang digunakan untuk membuat produk

dengan benar sejak awal. Tujuan pokok pengendalian proses statistik adalah menyelidiki dengan

cepat terjadinya sebab-sebab terduga atau pergeseran proses sedemikian hingga penyelidikan

terhadap proses itu dan tindakan pembetulan dapat dilakukan sebelum terlalu banyak unit yang tak

sesuai diproduksi. Bagan kendali adalah teknik pengendali proses yang digunakan untuk maksud

tersebut. Dalam Penelitian ini digunakan peta Kendali X-bar dan untuk mengetahui apakah bobot

produk ABC terkendali atau tidak, dan adapun data yang diperoleh sebagai berikut : CL yng

diperoleh yaitu sebesar 150.9 g. UCL sebesar 154.070 dan LCL sebesar 147,730. Sedangkan bagan

kendali R menunjukkan hasil sebesar 11.93 g yang tertera pada central line-nya dengan UCL

sebesar 20.48 dan LCL sebesar 7.38. Setelah dilakukan identifikasi maka dapat diketahui penyebab

tidak terkendalinya bobot produk yang diperoleh yaitu dari Faktor mesin, manuisa, metode,

karakteristik dasar produk dan manajemen.

Kata Kunci : SPC, Bagan Kendali, Bagan Kendali X-bar dan R, Central Line, UCL, dan LCL

Page 7: PENGENDALIAN BOBOT BERSIH PRODUK ABC DAN …

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat serta kasih-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang mengambil judul “ Pengendalian Bobot Bersih

Produk ABC Dan Identifikasi Penyebab Ketidaksesuaian Bobot Dengan Statistical Proces

Control (SPC) Di PT XYZ ” .

Tujuan penulisan skripsi ini untuk memenuhi sebahagian syarat memperoleh gelar Sarjana Teknik

bagi mahasiswa program S-1 di program studi teknik Jurusan Teknik Industri Universitas

President. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu

penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi

kesempurnaan skripsi ini.

Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak, sehingga pada kesempatan

ini dengan segala kerendahan hati dan penuh rasa hormat penulis menghaturkan terima kasih yang

sebesar-besarnya bagi semua pihak yang telah memberikan bantuan moril maupun materil baik

langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai, terutama kepada

yang saya hormati:

1 Bapak .Dr. Drs. Chandra Setiawan, MM, PhD selaku rector Universitas President.

2 Bapak Dr.-Ing Erwin Sitompul selaku kepala fakultas teknik Universitas President.

3 Ibu Ir. Andira Taslim selaku kepala program teknik industri sekaligus dosen pembimbing

skripsi.

4 Bapak/Ibu dosen dan staff di lingkungan Fakultas Teknik Universitas President, khususnya

Program Studi Teknik Industri yang telah banyak membantu kami untuk dapat

melaksanakan penulis dalam studi.

Page 8: PENGENDALIAN BOBOT BERSIH PRODUK ABC DAN …

vi

5 Teristimewa kepada Orang Tua penulis papa Saparuddin dan mama Hasmiah yang selalu

mendoakan, memberikan motivasi dan pengorbanannya baik dari segi moril, materi kepada

penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

6 Buat sahabat – sahabat saya Ririn, Devi, Maya, Nae, Ayu, Juliana, Irwandy, Jaya, Boby,

Paul, dan Kak Kamil terima kasih atas dukungan dan doanya, i ove you all guys.

7 Terima kasih juga kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini

yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dan

penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan menjadi bahan masukan

dalam dunia pendidikan.

Cikarang, April 2016

Penulis,

Jumry Fajrianti

Page 9: PENGENDALIAN BOBOT BERSIH PRODUK ABC DAN …

vii

DAFTAR ISI

SURAT REKOMENDASI PEMBIMBING AKADEMIK ................................................... i

SURAT REKOMENDASI SUPERVISOR PERUSAHAAN .............................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................................... iii

ABSTRAK ............................................................................................................................. iv

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... v

DAFTAR ISI .......................................................................................................................... vi

DAFAR TABEL ................................................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ............................................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah .......................................................................................................... 2

1.3. Tujuan ........................................................................................................................... 2

1.4. Batasan Masalah ........................................................................................................... 2

1.5. Asumsi .......................................................................................................................... 2

1.6. Sistematika Penulisan ................................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Mutu ............................................................................................................. 4

2.2. Pengendalian Kualitas Statistik...................................................................................... 9

2.3. Pengendalian Proses Statistik ......................................................................................... 10

2.4. Bagan Kendali ................................................................................................................ 19

2.5. Analisa Penyimpangan.................................................................................................... 24

Page 10: PENGENDALIAN BOBOT BERSIH PRODUK ABC DAN …

viii

2.6. Diagram Sebab-Akibat ................................................................................................... 26

2.7. Diagram Paretp ............................................................................................................... 28

2.8 Analisa Regresi .............................................................................................................. 29

2.9. Indeks Kapabilitas Proses .............................................................................................. 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Diagram Penelitian ......................................................................................................... 35

3.2. Observasi Lapangan ....................................................................................................... 36

3.3. Pengumpulan Data ......................................................................................................... 36

3.4. Analisa dan perhitungan ................................................................................................ 36

3.5. Kesimpulan Dan Saran ................................................................................................. 39

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Obeservasi Permasalahan ............................................................................................... 40

4.2. Analisis Bagan Kendali ................................................................................................. 41

4.3. Identifikasi Faktor Permsalahan .................................................................................... 48

BAB V Kesimpulan dan Saran

5.1. Kesimpulan .................................................................................................................... 55

5.2..Saran ............................................................................................................................... 55

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 59

Page 11: PENGENDALIAN BOBOT BERSIH PRODUK ABC DAN …

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Standar Keputusan Berdasarkan Indeks Kapabilitas proses ..................................... 34 Tabel 2 Spesifikasi Produk ABC ........................................................................................... 40 Tabel 3 Data Berat Produk ABC ........................................................................................... 43

Tabel 4 Jenis Penyebab Stop Mesin ....................................................................................... 50

Tabel 5 Data Pengaruh Viskositas dan Berat Jenis Terhadap Bobot Produk ........................ 54

Page 12: PENGENDALIAN BOBOT BERSIH PRODUK ABC DAN …

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.Pemahaman Mengenai Mutu .............................................................................. 4

Gambar 2 Peta Kendali Atribut .............................................................................................. 19

Gambar 3 Gambar Bagan Kendali ................................................................................................ 21

Gambar 4 Diagram Alir Penggunaan Bagan-Bagan Kendali ................................................ 22

Gambar 5 Diagram Sebab-Akibat .......................................................................................... 27

Gambar 6 Diagram Pareto ..................................................................................................... 28

Gambar 7 Garis Regresi ......................................................................................................... 30

Gambar 8 Diagram Penelitian ................................................................................................ 35

Gambar 9 Bagan Kendali X-bar dan R .................................................................................. 45

Gambar 10 Diagram Sebab-Akibat Variasi Bobot Produk ABC........................................... 49

Gambar 11 Diagram Pareto Penyebab Stop Mesin ................................................................ 51

Page 13: PENGENDALIAN BOBOT BERSIH PRODUK ABC DAN …

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Kualitas produk merupakan faktor penting yang mempengaruhi tingkat

perkembangan dan kemajuan perusahaan. Perusahaan yang berproduksi tanpa

menekankan pada kualitas produknya, sama saja dengan menghilangkan harapan

masa depan perusahaan tersebut. Produk yang dibuat harus selalu diperiksà agar

sesuai standar yang telah ditetapkan, sehingga kerusakan-kerusakan yang terjadi

pada produk tersebut dapat dikurangi dan dihilangkan.

Mutu dalam industri manufaktur, selain menekankan pada produk yang

dihasilkan, juga perlu ditekankan mutu pada proses produksi. Sehingga bila ada

kesalahan masih dapat diperbaiki. Dengan demikian, produk akhir yang

dihasilkan merupakan produk yang bebas cacat dan tidak ada lagi pemborosan

karena produk tersebut harus dibuang atau dilakukan pengerjaan ulang (rework).

Salah satu teknik pengendalian mutu yang dapat digunakan suatu industri adalah

pengendalian mutu secara statistik (statistical process control). Statistical process

control adalah suatu cara pengendalian proses yang dilakukan melalui

pengumpulan dan analisis data kuantitatif selama berlangsungnya proses

produksi. Selanjutnya dilakukan penentuan dan interpretasi hasil-hasil

pengukuran yang telah dilakukan, sehingga diperoleh gambaran yang menjelaskan

baik tidaknya suatu proses untuk peningkatan mutu produk agar memenuhi

kebutuhan dan harapan pelanggan (Gasperz, 1998). Mutu memerlukan suatu

proses perbaikan yang terus menerus (continuous improvement). Perbaikan mutu

dapat dilakukan dengan baik jika indikator keberhasilannya merupakan suatu nilai

yang terukur. Ketidaksesuaian karakteristik mutu seperti bobot bersih produk

akan berdampak kerugian pada salah satu pihak, yaitu produsen atau konsumen.

PT. XYZ belum pernah menerapkan bagan kendali (control chart) sebagai cara

pengendalian mutu dalam proses produksi produk ABC yang dimilikinya. Saat

Page 14: PENGENDALIAN BOBOT BERSIH PRODUK ABC DAN …

melakukan penelitian pada bulan Maret 2016 mengenai kualitas produk yang

dihasilkan memang masih ditemukan beberapa jenis cacat produk yang sering

terjadi, jenis dan jumlah cacat produk tersebut dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 1. Data jumlah dan jenis cacat yang sering terjadi pada bulan Maret 2016

Dengan melihat tabel di atas dapat diketahui bahwa jenis cacat yang paling sering

terjadi selama bulan Maret adalah jenis cacat ketidaksesuaian bobot produk yang

dihasilkan. Sehingga langkah pengendalian bobot produk yang dihasilkan perlu

dilakukan. Statistical Proccess Control (SPC) merupakan alat analisis yang paling

sesuai untuk menwujudkan hal tersebut.

Pengendalian bobot bersih produk ABC dilakukan sebagai langkah awal

penerapan SPC menggunakan bagan kendali. Pengukuran dilakukan terhadap

bobot, bukan volume produk, karena disesuaikan dengan standar yang terdapat di

dalam perusahaan.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah bobot bersih produk ABC pada PT. XYZ terkendali atau tidak

2. Mengetahui Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya

ketidaksesuaian bobot bersih pada proses produksi produk ABC

1.3. Tujuan Penelitian

1. Menerapkan bagan kendali untuk mengendalikan bobot bersih produk

ABC di PT. XYZ.

NO Jenis Defect Jumlah Persentase (%) 1 Scratch 5 14.71 2 Salah Koding 7 20.59 3 NG Fib 1 2.94 4 Ketidaksesuaian bobot 12 35.29 5 Salah Batch 9 26.47

Page 15: PENGENDALIAN BOBOT BERSIH PRODUK ABC DAN …

2. Mengetahui faktor-faktor yang berpeluang menjadi penyebab

ketidaktepatan bobot bersih produk ABC di PT. XYZ.

1.4. Batasan Masalah

1. Data penelitian diambil dari data produk bulan Maret

2. Pembahasan dalam pengendalian kualitas statistik ini hanya pada proses

produksi ABC yang dilakukan pada mesin 2 dulce dalam kemasan 150 ml.

3. Variabel yang digunakan adalah banyaknya produk yang diteliti dan

banyaknya produk yang tidak sesuai.

1.5.Asumsi

1. Metode kerja dan kondisi perusahaan tidak berubah selama penelitian di

lakukan.

2. Kondisi dan pengaturan mesin dianggap sama setiap dilakukan proses

produksi.

1.6.Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, perumusan

masalah, tujuan penelitian, batasan asalah, asumsi-asumsi dan

sistematika yang digunakan dalam penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi teori-teori yang digunakan dalam penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menjelaskan mengenai tahap-tahap yang dilakukan dalam

penelitian.

BAB IV ANALISIS DATA

Bab ini berisi data yang diperoleh dari hasil penelitian yang

selanjutnya akan diproses dan analisis

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Page 16: PENGENDALIAN BOBOT BERSIH PRODUK ABC DAN …

Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan saran untuk

penelitian selanjutnya.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kualitas Produk

Produk yang berkualitas memberikan keuntungan bagi produsen serta

memberikan kepuasan bagi para konsumen, dengan menjaga dan mmberikan

perhatian terhadap kualitas produk maka akan memebrikab dampak positif bagi

produsen atau perusahaan. Di mana kualitas yang baik dapat meningkatkan

permintaan sehingga meningkat pula hasil penjualan dan dapat menambah

pendapatan produsen atau perusahaan.

Namun seringkali terjadi ketidakpuasan konsumen terhadap suatu produk

dikarenakan mutu yang dihasilkan lebih rendah atau tidak sesuai dari standar yang

ditetapkan, Maka dibutuhkan penerapan system pengendalian kualitas yang tepat

yang memiliki tujuan dan tahapan yang jelas, serta memberikan solusi dalam

melakukan pencegahan dan penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi

perusahaan. Statistical Proccess Control (SPC) merupakan salah satu metode

untuk mengevaluasi mutu produk yang dihasilkan. Pengendalian kualitas dengan

alat bantu statistic bermanfaat pula unutk mengawasi tingkat efisiensi. Jadi, dapat

digunakan sebagai alat untuk mencegah kerusakan dengan cara menolak (reject)

dan menerima (accept) berbagai produk yang dihasilkan. Dengan demikian, bisa

juga sebagai alat untuk mengawasi proses produksi sekaligus memeperoleh

gambaran kesimpulan tentang spesifikasi produk yang dihasilkan secara umum

(Prawirosentono, 2007)

2.2. Pengertian Statistical Proccess Control (SPC)

Pengendalian kualitas proses statistik (statistical process control) merupakan

teknik penyelesaian masalah yang digunakan sebagai pemonitor, pengendali,

Page 17: PENGENDALIAN BOBOT BERSIH PRODUK ABC DAN …

penganalisis, pengelola, dan memperbaiki proses menggunakan metode-metode

statistik. Filosofi pada konsep pengendalian kualitas proses statistik atau lebih

dikenal dengan pengendalian proses statistik (statistical process control) adalah

output pada proses atau pelayanan dapat dikemukakan ke dalam pengendalian

statistik melalui alat-alat manajemen dan tindakan perancangan (Ariani, 2004).

Pengendalian proses statistik merupakan penerapan metode-metode statistik untuk

pengukuran dan analisis variasi proses. Dengan menggunakan pengendalian

proses statistik ini maka dapat dilakukan analisis dan minimasi penyimpangan

atau kesalahan, mengkuantifikasikan kemampuan proses, menggunakan

pendekatan statistik dengan dasar six-sigma, dan membuat hubungan antara

konsep dan teknik yang ada untuk mengadakan perbaikan proses. Selain itu,

tujuan utama dalam pengendalian proses statistik adalah mendeteksi adanya

khusus (assignable cause atau special cause) dalam variasi atau kesalahan proses

melalui analisis data dari masa lalu maupun masa mendatang. Variasi proses

sendiri terdiri dari dua macam penyebab, yaitu penyebab umum (random cause

atau chance cause atau common cause) yang sudah melekat pada proses, dan

penyebab khusus (assignable cause atau special cause) yang merupakan

kesalahan yang berlebihan. Idealnya, hanya penyebab umum yang ditunjukkan

atau yang tampak dalam proses, karena hal tersebut menunjukkan bahwa proses

berada dalam kondisi stabil dan dapat diprediksi. Kondisi ini menunjukkan variasi

minimum (Ariani, 2004). Dalam penggunaan SPC sering digunakan 7 alat bantu

statistic atau yang sering dikenal dengan istilah QC 7 Tools yang dapat digunakan

sebagai alat bantu untuk mengendalikan mutu yaitu :

1. Lembar Pengecekan (Check Sheet)

Lembar pengecekan merupakan suatu formulir yang didesain untuk

mencatat data. Pencatatan dilakukan sehingga pada saat data diambil pola

datadapat dilihat dengan mudah

2. Diagram Sebar

Page 18: PENGENDALIAN BOBOT BERSIH PRODUK ABC DAN …

Erupakan grafik yang menampilkan hubungan antara dua variable apakah

hubungan tersebut kuat atau tidak, yaitu antara faktor proses yang

mempengaruhi proses dengan kualitas produk.

3. Diagram Sebab Akibat

Diagram Sebab Akibat juga dikenal sebagai diagram Ishikawa dan

Fishbone diagram karena bentuknya menyerupai tulang ikan. Dimana,

setiap tulang mewakili kemungkinan sumber kesalahan (Heizer dan

Render, 2006:265). Diagram ini berguna untuk memperlihatkan faktor-

faktor utama yang berpengaruh pada kualitas dan mempunyai akibat pada

masalah yang kita pelajari. Faktor-faktor penyebab utama ini dapat

dikelompokkan antara lain:

1. Bahan baku (Material)

2. Mesin (Machine)

3. Tenaga Kerja (Man)

4. Metode (Methode)

5. Lingkungan (Environment)

Gambar 1. Diagram sebab akibat

4. Diagram Pareto

Page 19: PENGENDALIAN BOBOT BERSIH PRODUK ABC DAN …

Diagram Pareto (Pareto Analysis) adalah sebuah metode untuk mengelola

kesalahan, masalah atas cacat untuk membantu memusatkan perhatian

pada usaha penyelesaian masalah, Dengan memakai diagram pareto, dapat

terlihat masalah mana yang dominan sehingga dapat mengetahui prioritas

penyelesaian masalah.

Gambar 2. Diagram Pareto

5. Diagram alir (Proccess Flow Chart)

Diagram Alir (Process Flow Chart) secara grafik menyajikan sebuah

proses atau system dengan menggunakan kotak dan garis yang saling

berhubungan. Diagram ini cukup sederhana, tetapi merupakan alat yang

sangat baik untuk mencoba memahami sebuah proses atau menjelaskan

sebuah proses (Heizer dan Render, 2006:267)

6. Histogram

Histogram menunjukkan cakupan nilai sebuah perhitungan dan frekuensi

dari setiap nilai yang terjadi. Histogram menunjukkan peristiwa yang

paling sering terjadi dan juga variasi dalam pengukuran.(Heizer dan

Render, 2006:268)

7. Peta Kendali

Page 20: PENGENDALIAN BOBOT BERSIH PRODUK ABC DAN …

Peta kendali (Control Chart) adalah gambaran grafik data sejalan dengan

waktu yang menunjukkan batas atas dan bawah proses yang ingin kita

kendalikan. Peta kendali dibangun sedemikian rupa sehingga data baru

dapat dibandingkan dengan data masa lalu secara cepat. Sampel output

proses diambil dan rata-rata sampel ini dipetakan pada sebuah diagram

yang memiliki batas. Batas atas dan bawah dalam sebuah diagram kendali

bisa dalam satuan temperatur, tekanan, berat, panjang, dan sebagainya

(Heizer dan Render, 2006:268).

Gambar 3. Jenis-jenis Peta Kendali

Peta kendali dibedakan menjadi dua golongan berdasarkan karakteristik

data yang diobservasi, yaitu Variabel dan Atribut.

1. Peta Kendali Variabel

Data variabel bersifat continyu (continuous distribution). Data ini

diukur dalam satuan-satuan kuantitatif, sebagai contoh:

1. Cycle time yang dibutuhkan untuk melakukan satu proses.

2. Diameter poros

Page 21: PENGENDALIAN BOBOT BERSIH PRODUK ABC DAN …

3. Tinggi badan 100 orang operator, dan lain-lain.

Sifat continuous distribution pada data variable menggambarkan data

berbentuk selang bilangan yang bisa terjadi dalam digit di belakang

koma hingga n digit, tidak dapat dihitung, dan tidak terhingga. Bentuk

distribusi yang rapat seperti ini lebih sensitif terhadap perubahan,

namun akan lebih sulit baik dalam mengidentifikasi apa yang harus

diukur juga dalam pengukuran aktual.

Ada beberapa jenis peta kendali yang dapat digunakan dalam data

variabel, yaitu :

1. X-bar dan R-chart

R dalam R-chart adalah “range”, yang mengukur beda nilai

terendah dan tertinggi sampel produk yang diobservasi, dan

memberi gambaran mengenai variabilitas proses.

UCL = D4Ŕ ………………………………. ( Rumus 1.1)

LCL = D3Ŕ ………………………………. (Rumus 1.2)

Ŕ=∑𝑅𝑘 ……………………………………. ( Rumus 1.3)

Dimana :

R = range

k = jumlah sampel inspeksi

X-chart atau mean chart, memvisualisasikan fluktuasi rata-rata

sampel dan rata-rata dari rata-rata sampel kemudian akan

menunjukkan bagaimana penyimpangan rata-rata sampel dari rata-

ratanya. Penyimpangan ini akan memberi gambaran bagaimana

konsistensi proses. Semakin dekat rata- rata sampel ke nilai rata-

ratanya maka proses cenderung stabil.

Page 22: PENGENDALIAN BOBOT BERSIH PRODUK ABC DAN …

ẋ= 𝑥1+𝑥2+⋯+𝑥𝑛𝑛

………………………….. ( Rumus 1.4 )

UCL = ẋ + A2Ŕ …………………………. ( Rumus 1.5 )

LCL = ẋ - A2Ŕ ………………………….. (Rumus 1.6)

Dimana :

ẋ = rata-rata

n = jumlah sampel

2. X bar dan S-chart.

S dalam S-chart adalah sigma atau Standard Deviation Chart, yang

digunakan untuk mendeteksi apakah karakteristik proses stabil.

Oleh karena itu, S-chart biasanya diplot bersama dengan X-chart

sehingga memberikan gambaran mengenai variasi proses lebih

baik.

UCL=ẋ+z σẋ ……………………….. (Rumus

1.7)

LCL=ẋ-zσẋ …………………………. (Rumus

1.8)

Dimana :

ẋ = rata-rata rangkap sampel atau nilai target yang

ditetapkan untuk proses

z = jumlah standar deviasi

σẋ = standar deviasi dari rata-rata sampel

σ = standar deviasi populasi (proses)

Page 23: PENGENDALIAN BOBOT BERSIH PRODUK ABC DAN …

n = ukuran sampel

3. MR

Menurut Gaspersz (2001), pembuatan bagan kendali individual X dan

MR (Moving Range = rentang bergerak) hanya menggunakan satu

sampel. Bagan kendali jenis ini diterapkan pada proses yang

menghasilkan produk relatif homogen, misalnya dalam cairan kimia,

kandungan mineral dalam air, makanan, 0Brix, suhu atau sampel yang

pengukurannya mahal dan lain-lain.

2. Peta Kendali Atribut

Data atribut bersifat diskrit (discrete distribution). Data ini umumnya

diukur dengan cara dihitung menggunakan daftar pencacahan untuk

keperluan pencatatan dan analisis, sebagai contoh:

1. Jumlah cacat dalam satu batch produk,

2. Jenis kelamin (laki-laki/perempuan),

3. Jenis warna (merah,hijau,biru,hitam), dan lain-lain.

Sifat discrete distribution memberi gambaran data atribut berbentuk

bilangan cacah dimana nilai data harus interger atau tidak pecahan,

dapat dihitung, dan terhingga. Pengukuran data atribut akan jauh lebih

sederhana dibandingkan dengan pengukuran data variabel karena data

diklasifkasikan sebagai cacat atau tidak cacat berdasarkan

perbandingan dengan standar yang telah ditetapkan. Pengklasifikasian

ini tentunya menjadikan kegiatan inspeksi lebih ekonomis dan

sederhana.

Ada empat jenis peta kendali yang dapat digunakan dalam data atribut,

yaitu:

1. Proportion defective control chart (P-chart).

Page 24: PENGENDALIAN BOBOT BERSIH PRODUK ABC DAN …

P-chart berarti “proportion”, yaitu proporsi unit-unit yang tidak

sesuai dalam sebuah sampel. Proporsi sampel tidak sesuai

didefinisikan sebagai rasio dari jumlah unit–unit yang tidak sesuai,

D, dengan ukuran sampel , n .(Prins,2006).

2. Number defective control chart (NP-chart).

NP-chart memonitor jumlah cacat itu sendiri. N dalam NP-chart

berarti jumlah, yaitu jumlah unit-unit yang tidak sesuai dalam

sebuah sampel. NP-chart hanya menggunakan pengukuran sampel

konstan. Montgomery (2005:279)

Pada umumnya data jumlah item cacat memang lebih disukai dan

mudah untuk diinterpretasikan dalam pembuatan laporan

dibandingkan dengan data proporsi.

3. Defects per count/subgroup control chart (C-chart).

C pada C-chart berarti ”count” atau hitung cacat, ini bermaksud

bahwa C-chart dibuat berdasarkan pada banyaknya titik cacat

dalam suatu item. C-chart menghitung banyaknya cacat dalam satu

item tersebut atau menghitung semua kerusakan pada item sampel.

C-chart didasarkan pada distribusi poisson yang pada dasarnya

mensyaratkan bahwa jumlah peluang atau lokasi potensial cacat

sangat besar (tidak terhingga) dan bahwa probability cacat di setiap

lokasi menjadi kecil dan konstan. Selanjutnya prosedur

pemeriksaan harus sama untuk setiap sampel dan dilakukan secara

konsisten dari sampel ke sampel (Montgomery,2005:289).

4. Defects per unit control chart (U-chart).

Page 25: PENGENDALIAN BOBOT BERSIH PRODUK ABC DAN …

U dalam U-chart berarti “unit” cacat dalam kelompok sampel. U-

chart menghitung titik cacat per unit laporan pemeriksaan dalam

periode yang mungkin memiliki ukuran sampel bervariasi (banyak

item yang diperiksa). U-chart digunakan dalam kasus dimana

sampel yang diambil bervariasi atau memang seluruh produk yang

dihasilkan akan diuji. Hal ini berarti bahwa U-chart digunakan jika

ukuran sampel lebih dari satu unit atau mungkin bervariasi dari

waktu ke waktu.

2.3. Analisis regresi Linear

Analisis Regresi Linear Sederhana – Regresi Linear Sederhana

adalah Metode Statistik yang berfungsi untuk menguji sejauh mana hubungan

sebab akibat antara Variabel Faktor Penyebab (X) terhadap Variabel

Akibatnya. Faktor Penyebab pada umumnya dilambangkan dengan X atau

disebut juga dengan Predictor sedangkan Variabel Akibat dilambangkan

dengan Y atau disebut juga dengan Response. Regresi Linear Sederhana atau

sering disingkat dengan SLR (Simple Linear Regression) juga merupakan

salah satu Metode Statistik yang dipergunakan dalam produksi untuk

melakukan peramalan ataupun prediksi tentang karakteristik kualitas maupun

Kuantitas.

Model Persamaan Regresi Linear Sederhana adalah seperti berikut ini :

Y = a + bX …………………………………….. ( Rumus 1.9 )

Dimana :

Y = Variabel response atau variabel akibat (Dependent)

X = Variabel predictor atau variabel faktor penyebab (Independent)

a = konstanta

Page 26: PENGENDALIAN BOBOT BERSIH PRODUK ABC DAN …

b = koefisien regresi (kemiringan); besaran response yang ditimbulkan

oleh predictor.

Nilai-nilai a dan b dapat dihitung dengan menggunakan Rumus dibawah ini :

a = (𝚺𝐲) (𝚺𝐱²) – (𝚺𝐱) (𝚺𝐱𝐲) 𝐧(𝚺𝐱²) – (𝚺𝐱)²

………………………….. ( Rumus 1.10)

b = 𝐧(𝚺𝐱𝐲) – (𝚺𝐱) (𝚺𝐲)𝐧(𝚺𝐱²) – (𝚺𝐱)²

……………………………. ( Rumus 1.11)

2.4. Kapabilitas Proses

Menurut Gaspersz (1998), kapabilitas proses adalah kemampuan dari proses

dalam menghasilkan produk yang memenuhi spesifikasi. Jika proses memiliki

kapabilitas yang baik, proses itu akan menghasilkan produk yang berada dalam

batas-batas spesifikasi. Sebaliknya, apabila proses memiliki kapabilitas yang tidak

baik, proses itu akan menghasilkan banyak produk yang berada diluar batas-batas

spesifikasi, sehingga menimbulkan kerugian karena banyak produk yang ditolak.

Apabila ditemukan banyak produk yang ditolak, hal itu mengindikasikan bahwa

proses produksi memiliki kemampuan proses yang rendah untuk menghasilkan

output sesuai dengan yang diharapkan. Berikut rumus yang digunakan untuk

menghitung indeks kapabilitas proses.

R = 𝑅𝑖𝑁

…………………………………………………... ( Rumus 1.12)

S = �𝑁∗∑𝑋𝑖2 –(∑𝑋𝑖)2

𝑁(𝑁−1) ………….………………………… (Rumus 1.13)

Cp = 𝑈𝐶𝐿−𝐿𝐶𝐿6𝑆

…………………………………………… (Rumus 1.14)

Atau

S = 𝑅𝑑2

…………………………………………………. (Rumus 1.15)

Page 27: PENGENDALIAN BOBOT BERSIH PRODUK ABC DAN …

Kriteria penilaian Cp

• Jika Cp > 1,33 , maka kapabilitas proses sangat baik

• Jika 1,00 ≤ Cp ≤ 1,33, maka kapabilitas proses baik

• Jika Cp < 1,00, maka kapabilitas proses rendah

Menghitung Indeks Cp :

Cpk = Minimum ( CPU ; CPL )

Di mana :

CPU = 𝑈𝐶𝐿−𝑋3𝑆

…………………………………………… ( Rumus 1.16 )

CPL = 𝑋−𝐿𝐶𝐿3𝑆

……………………………………………. ( Rumus 1.17 )

Keterangan :

1. CPU : Capability Process Upper

2. CPL : Capability Proccess Lower

Kriteria penilaian Cpk

1. Jika Cpk = Cp, maka proses terjadi ditengah

1. Jika Cpk = 1, maka proses menghasilan produk yang sesuai dengan

spesifikasi

1. Jika Cpk < 1, maka proses menghasilkan produk yang tidak sesuai

dengan spesifikasi

• Kondisi Ideal : Cp > 1,33 dan Cp = Cpk

Berdasarkan kriteria tersebut di atas, dapat diketahui sejauh mana kemampuan

proses menghasilkan output yang sesuai dengan spesifikasi.

Perhitungan kapabilitas proses dilakukan berdasarkan indeks kapabilitas proses

(Cp). Indeks Cp memiliki dua kekurangan besar. Pertama, tidak dapat digunakan

kecuali terdapat baik spesifikasi atas maupun bawah. Kedua, tidak dapat

menghitung data yang distribusinya tidak normal. Jika rata-rata proses tidak

berada pada garis tengah pada persyaratan perekayasaan, indeks Cp akan

memberikan hasil yang menyesatkan. Situasi ini akan lebih direfleksikan secara

akurat dengan menghitung indeks kapabilitas proses yang baru, CPK. Dalam hal

ini indeks Cp digantikan dengan CPK (Pyzdek, 2002). Untuk parameter yang

Page 28: PENGENDALIAN BOBOT BERSIH PRODUK ABC DAN …

hanya memiliki satu spesifikasi (atas atau bawah) maka yang dipakai adalah nilai

CPU (Upper Capability Indeks) dan CPL (Lower Capability Indeks).

Keputusan atau tindakan yang dapat diambil sehubungan dengan hasil

perhitungan indeks kapabilitas proses ditunjukkan oleh Tabel 2 berikut ini :

Tabel 2. Standar keputusan berdasarkan indeks kapabilitas proses

Cp Cpk Status Proses Tindakan Koreksi

Cp (*) > 1.3 CPK (*) 1.3 Kapabilitas proses baik Tidak ada

Cp (*) > 1.3 1< CPK (*) < 1.3

Kapabilitas proses baik, tapi menunjukkan proses tidak berada di tengah

Pemusatan proses dipandang perlu, tergantung dari situasi

Cp (*) > 1.3 CPK (*) < 1

Meskipun kapabilitas Proses baik, CPK mengindikasikan proses off centerdan ada kemungkinan proporsi yang keluar dari spesifikasi

Pemusatan proses diperlukan

1< Cp (*) < 1.3 1< CPK (*) < 1.3

Proses akan menimbulkan proporsi yang keluar dari spesifikasi

Tindakan koreksi diperlukan

1< Cp (*) < 1.3 CPK(*) <1 Proses akan menimbulkan proporsi yang keluar dari spesifikasi

Tindakan koreksi diperlukan

Cp (*) < 1 CPK(*) <1

Kapabilitas proses tidak baik, proses akan selalu memberikan proporsi yang tinggi terhadap produk yang keluar dari spesifikasi

Menurunkan variabilitas, melakukan peninjauan kembali terhadap nilai spesifikasi

Page 29: PENGENDALIAN BOBOT BERSIH PRODUK ABC DAN …

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Diagram Penelitian

Mulai Penelitian

Study Pustaka

Pengumpulan Data : 1. Data primer

a. Wawancara terhadap karyawan yang menjadi operator mesin b. Observasi langsung ke lapangan c. Dokumentasi data perusahaan

2. Data sekunder a. Hasil diskusi dengan beberapa stake holder perusahaan b. Buku-buku referensi

Study Lapang

Identifikasi Permasalahan : 1. Tingginya jumlah cacat

produk dengan kategori ketidaksesuaian bobot pada bulan Maret

Analisis data : 1. Diagram pareto 2. Peta kendali X-bar dan R 3. Diagram sebab akibat 4. Regeresi linear

Page 30: PENGENDALIAN BOBOT BERSIH PRODUK ABC DAN …

Gambar 4. Diagram Penelitian

3.2.Observasi Lapangan

Observasi lapangan dilakukan untuk mempelajari proses produksi dan system

pengendalian mutu, serta hubungannya dengan proses secara statistik utnutk

menentukan ruang lingkup permasalahan yang akan dikaji. Observasi ini

Identifikasi penyebab masalah ketidaksesuaian bobot

Memberikan saran tindakan pengendalian

Menghitung kapabilitas proses

Saran peningkatan kinerja

Proses terkendali ?

Ya

Tidak

Page 31: PENGENDALIAN BOBOT BERSIH PRODUK ABC DAN …

mencakup pengamatan proses produksi ABC serta mengumpulkan informasi

mengenai system pengendalian mutu untuk produk tersebut.

3.3.Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan diambil langsung dari sample produk ABC yang dikemas

dengan kemasan 150 ml. Pengamatan yang dijadikan dasar dalam pengambilan

sampel adalah mesin pengemas yang digunakan dalam lini produksi, yaitu mesin

dulce. Pengambilan sample dilakukan per pallet dengan jumlah sample masing-

masing 12 pcs yang mewakili atas, tengah dan bawah pallet.

3.4.Analisa dan Perhitungan

Beberapa jenis QC 7 tools yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :

1) Diagram pareto

2) Daigram sebab-akibat

3) Peta kendali dengan jenis peta kendali variabel, yaitu :

Bagan kendali X-bar dan R

1. Diagram Pareto

Tahapan dalam membuat diagram Pareto adalah sebagai berikut :

a. Menentukan jenis-jenis permasalahan yang ada berikut frekuensinya.

b. Membuat persentase dari jenis-jenis permasalahan tersebut dan dibuat

persentase kumulatifnya.

c. Membuat grafik batang yang mencerminkan frekuensi permasalahan dan

grafik garis yang mencerminkan persentase kumulatif.

2. Pembuatan peta kendali

a. Tentukan karakteristik kualitas yang akan di kendalikan, pada

penelitian ini data yang diperoleh bersifat variabel

b. Tentukan jenis data yang akan di analisis, pada penelitian ini akan

digunakan peta kendali x-bar dan R

c. Kumpulkan data (Xi) dan kelompokkan dalam subgroup dengan

ukuran n.

d. Untuk setiap subgroup hitung :

Page 32: PENGENDALIAN BOBOT BERSIH PRODUK ABC DAN …

• Nilai range ( R ) dengan rumus 1.3

• Nilai rata-rata subgroup dengan rumus 1.4

e. Hitung garis-garis kendali dengan rumus 1.5 dan 1.6

Indeks A2,D3, dan D4 dapat dilihat pada tabel lampiran 1.

3. Pembuatan bagan kendali X-bar dan R dengan software minitab :

Software minitab digunakan untuk menampilkan control chart bagan

kendali X-bar dan R dari data yang diperole dengan langkah-langkah

sebagai berikut :

a. Masukkan data bobot bersih produk ABC

b. Klik stat lalu control chart, variable chart for subgroup kemudian

Xbar-R

c. Masukkan subgroup size lalu pilih Xbar-R option dan masukkan

rata-rata sample kemudian klik OKlalu OK lagi hingga layar

menampilkan control chart dari data bobot bersih produk.

4. Diagram sebab-akibat

Diagram sebab akibat digunakan dalam menentukan corretive action plans

maupun saran peningkatan kinerja. Menurut Ishikawa (1989), tahapan

dalam membuat diagram sebab-akibat adalah sebagai berikut :

a. Menentukan masalah yang digambarkan dalam sebuah kotak

disebelah kanan dari garis panah utama

b. Mencari faktor-faktor yang berpengaruh dan diberi garis panah cabang

yang mengarah ke panah utama

c. Mencari lebih lanjut faktor-faktor utama tersebut, dituliskan sebelah

yang mengarah ke panah cabang

d. Mencari penyebab-penyebab utama dari diagram yang sudah lengkap.

5. Analisis Regresi Linear

Berikut ini adalah Langkah-langkah dalam melakukan Analisis Regresi

Linear Sederhana :

2. Tentukan Tujuan dari melakukan Analisis Regresi Linear Sederhana

Page 33: PENGENDALIAN BOBOT BERSIH PRODUK ABC DAN …

3. Identifikasikan variabel faktor penyebab (predictor) dan variabel

akibat (response)

4. Lakukan pengumpulan data

5. Hitung X², Y², XY.

6. Hitung a dan b berdasarkan rumus 10 dan rumus 11.

7. Buatkan model persamaan regresi linear sederhana dengan

menggunakan rumus 9 di atas.

8. Lakukan prediksi atau peramalan terhadap variabel faktor penyebab

atau variabel akibat.

6. Kapabilitas Proses

Berikut langkah-langkah untuk menghitung kapabilitas proses :

a. Tentukan upper dan lower spesification limit data

b. Hitung rata-rata dari range data dengan rumus 12

c. Hitung simpangan baku dari data dengan rumus 13

d. Hitung Cp (kemampuan proses) dengan rumus 14

e. Hitunh Cpk dengan rumus 16 dan 17

3.5. Kesimpulan dan Saran

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kesimpulan apakah data yang

diperoleh terkendali atau tidak serta memberikan saran guna perbaikan ke depan.

Page 34: PENGENDALIAN BOBOT BERSIH PRODUK ABC DAN …

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Observasi Permasalahan

PT. ABC selama ini belum pernah menerapkn teknik bagan kendali (control

chart) dalam mengendalikan mutu produk-produknya. Sebagai langkah awal,

maka dicoba diterapkan untuk menganalisa dan mengendalikan bobot bersih pada

produk ABC. ABC merupakan produk yang dikemas pada kemasan 150 ml..

Walaupun merupakan satuan volume, tetapi proses pengendalian mutu isi

bersih/netto produk dilakukan terhadap bobotnya. Hal ini dilakukan untuk

memudahkan dan mempercepat pengukuran, karena jika bobot produk yang

dihasilkan sesuai dengan spesifikasi bobot produk yang telah ditentukan, maka

volue produk pun akan sesuai dengan jumlah yang tertera pada kemasan.

Spesifikasi produk ABCdapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4. Spesifikasi Produk ABC

Page 35: PENGENDALIAN BOBOT BERSIH PRODUK ABC DAN …

Sumber : Department QC PT. XYZ

Bobot produk harus sesuai dengan spesifikasi perusahaan agar konsumen tidak

dirugikan dan produsen atau pihak perusahaan dapat dikatakan telah melakukan

proses pengendalian mutu dengan baik terhadap produknya sebelum dipasarkan.

Bobot produk yang tidak sesuai spesifikasi memiliki indikasi bahwa pihak

perusahaan belum melakukan pengendalian mutu dengan baik. Berat produk yang

kurang dari spesifikasi akan merugikan pihak konsumen, sedangkan berat produk

yang melebihi spesifikasi akan merugikan pihak produsen karena menyebabkan

penambahan biaya produksi yang sebenarnya dapat dihindari.

Selama ini, PT. XYZ hanya melakukan pengukuran data berat dari dua belas

produk ABC diambil dari tiap palet. Data tersebut untuk melihat kesesuaian berat

produk aktual yang dihasilkan dengan berat produk satandar yang sesuai dengan

spesifikasi perusahaan tanpa diolah lebih lanjut secara statistik, sehingga data-data

faktual yang diperoleh selama proses produksi berlangsung tidak dapat dianalisis.

Sebenarnya data-data faktual yang diperoleh tersebut, jika dianalisis lebih jauh

dapat menunjukkan performa proses aktual dalam menghasilkan berat produk

ABC Sehingga, jika terdapat penyimpangan-penyimpangan yang terjadi, dapat

dilakukan tindakan korektif untuk menyusun usaha pencegahan agar

penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dapat dicegah dalam proses-proses

produksi selanjutnya. Performa proses untuk menghasilkan bobot produk yang

sesuai dengan standar dianalisis berdasarkan nilai rata-rata sampel yang telah

ditimbang

Tahap awal dalam proses analisis bobot produk ABC dilaksanakan dengan

melakukan observasi secara langsung di PT. XYZ. Observasi dilakukan untuk

mengumpulkan data dan informasi faktual megenai proses produksi produk ABC

parameter proses produksi produk ABC, dan permasalahan yang sering terjadi,

Jenis Produk Standar Berat (g) Range berat (g) Berat Jenis (g/ml)

ABC 150.9 147.7-154 0.95

Page 36: PENGENDALIAN BOBOT BERSIH PRODUK ABC DAN …

khususnya untuk masalah-masalah yang dapat mempengaruhi bobot bersih

produk ABC. Data bobot produk ABC diperoleh dari hasil penimbangan produk

setelah dikemas dengan kemasan tube yang diambil dari setiap pallet.

4.2. Analisis Bagan Kendali

Teknik dasar pengendalian mutu yang digunakan adalah bagan kendali. Bagan

kendali digunakan sebagai alat untuk menganalisis secara statistik data bobot

produk yang telah diperoleh dari hasil penimbangan. Bagan kendali dapat

digunakan untuk mengetahui keadaan selama proses produksi dalam

mengendalikan suatu karakteristik mutu produk yang menunjukkan telah berada

dalam keadaan terkendali atau belum. Berdasarkan data yang diperoleh, maka

bagan kendali yang digunakan untuk menganalisis bobot produk secara statistik

adalah bagan kendali X-bar dan R. Bagan kendali X- bar dan R digunakan untuk

memantau proses yang mempunyai karakteristik berdimensi kontinyu dengan

jenis data yang diolah berupa data variabel.

Bagan kendali X-bar dan R yang digunakan menggunakan tiga sigma, yaitu

sebuah central line dan dua buah batas pengendali, masing-masing terdiri atas

satu buah batas pengendali atas dan batas pengendali bawah. Penentuan central

line/garis tengah pada bagan kendali dibuat dengan metode standard given. Hal

ini berarti central line yang terdapat pada bagan kendali merupakan nilai target

berat produk ABC yang telah ditentukan berdasarkan spesifikasi perusahaan.

Data-data yang diperoleh adalah data primer dari hasil pengukuran bobot produk

ABC yang dijadikan subjek pengamatan, yang merupakan hasil pengukuran pada

bulan Maret 2016. Bagan kendali X-bar menyatakan rata-rata berat produk ABC

pada saat proses produksi berlangsung, sedangkan bagan kendali R menyatakan

variasi berat produk ABC yang dihasilkan. Data berat produk hasil penelitian

dapat dilihat pada lampiran 1.

e. Bagan Kendali X-bar

• Nilai rata-rata subgroup

• 𝑋𝑖 = ∑𝑋𝑖𝑛𝑖

• 𝑋𝑖 = ∑45296300

Page 37: PENGENDALIAN BOBOT BERSIH PRODUK ABC DAN …

• = 150.9

• Nilai R

• 𝑅 = ∑𝑅𝑘

• 𝑅 = ∑30225

• 𝑅 = 12.08

• Nilai CL, UCL dan LCL

• 𝐶𝐿 = ∑ 𝑋𝑁

• 𝐶𝐿 = ∑3774.725

• 𝐶𝐿 = 150.9

• UCL = X + A2R

• UCL = 150.9 + 0.153*12.08

• UCL = 152.74

• LCL = X – A2R

• LCL = 150.9 – 0.153* 12.08

• LCL = 149.05

2. Bagan Kendali R

• Nilai CL, UCL dan LCL

CL = R

CL = 12.08

UCL = D4R

UCL = 1.541*12.08

UCL = 18.62

LCL = D3R

LCL = 0.459*12.08

LCL = 5.54

Page 38: PENGENDALIAN BOBOT BERSIH PRODUK ABC DAN …

Gambar 5. Bagan kendali X-bar dan R

Keterangan :

1. Garis berwarna hijau adalah central line (CL)

Untuk bagan kendali X-bar CL adalah nilai target berat produk ABC

berdasarkan spesifikasi perusahaan, sedangkan untuk bagan kendali R, CL

adalah nilai rata-rata variasi berat produk ABC yang dihasilkan.

2. Garis berwarna merah adalah batas pengendali/control limit, terdiri atas

batas pengendali atas/upper control limit (UCL) dan batas pengendali

bawah/lower control limit (LCL).

3. Titik-titik berwarna merah menunjukkan terjadi variasi penyebab khusus

(special causes variation) atau variasi penyebab umum (common cause

variation) pada proses produksi.

Berdasarkan data-data yang diperoleh, pada gambar 7 terlihat bahwa CL adalah

target bobot produk ABC yang diinginkan yaitu sebesar 150.9 g. UCL sebesar

154.070 dan LCL sebesar 147,730. Sedangkan bagan kendali R menunjukkan

nilai rata-rata variasi berat produk yang dihasilkan oleh mesin sebesar 11.93 g

Page 39: PENGENDALIAN BOBOT BERSIH PRODUK ABC DAN …

yang tertera pada central line-nya dengan UCL sebesar 20.48 dan LCL sebesar

3.43.

Bagan kendali X-bar menunjukkan proses yang belum terkendali secara statistik

karena masih terjadi variasi penyebab khusus yang terjadi selama proses. Variasi

penyebab khusus ditandai dengan terdapatnya titik yang keluar dari batas

pengendalian di mana ditemukan pada subgroup ke 18 yang berada di atas batas

kendali atas UCL. Selanjutnya untuk melakukan perhitungan kapabilitas proses

maka data yang berada di luar batas kendali harus di revisi, dalam hal ini data

dari subgroup ke 18 akan dihilangkan. Dengan menggunakan software minitab

dapat dilihat hasil bagan kendalinya sebagai berikut :

Gambar 6. Bagan kendali hasil revisi pertama

Berdasarkan bagan kendali di atas dapat diketahui bahwa CL adalah target bobot

produk ABC yang diinginkan yaitu sebesar 150.9 g. UCL sebesar 153.83dan

LCL sebesar 147,99. Sedangkan bagan kendali R menunjukkan nilai rata-rata

variasi berat produk yang dihasilkan oleh mesin sebesar 10.95 g yang tertera

pada central line-nya dengan UCL sebesar 18.80 dan LCL sebesar 3.10. Bagan

kendali X-bar menunjukkan proses yang belum terkendali secara statistik karena

masih ada data yang berada di luar batas kendali atas atau UCL yaitu pada data

ke 16, selanjutnya dilakukan revisi data kembali dengan menghilangkan data

Subgrup 16

Page 40: PENGENDALIAN BOBOT BERSIH PRODUK ABC DAN …

dari subgroup ke 16, dengan gambar bagan kendalinya dapat dilihat pada

gambar berikut :

Gambar 7. Bagan kendali hasil revisi ke dua

Dengan melihat gambar bagan kendali di atas dapat dilketahui bahwa sudah tidak

ada data yang berada di luar batas kendali atas maupun batas kendali bawah di

mana UCLnya sebesar 153.627 dan LCLnya sebesar 148.173 dan pada bagan

kendali R menunjukkan UCL sebesar 17.61 dan LCL sebesar 2.90 sehingga sudah

bisa dilakukan perhitungan kapabilitas proses.

4.3. Perhitungan Indeks Kapabilitas Proses

R = 𝑅𝑖𝑁

= 30225

= 12.08

S = �𝑁∗∑𝑋𝑖2 –(∑𝑋𝑖)2

𝑁(𝑁−1) = 𝑅

𝐷2 = 12.08

3.931= 3.0730

Cp = 𝑈𝐶𝐿−𝐿𝐶𝐿6𝑆

= 153.627−148.1736 (3.0730)

= 5.45418.438

= 0.295 CPU = 𝑈𝐶𝐿−𝑋

3𝑆 153.627−150.9

3 (3.0730)= 2.727

9.2190 = 0.2958

CPL = 𝑋−𝐿𝐶𝐿3𝑆

=150.9−148.1733 (3.0730)

= 2.7279.2190

= 0.295 Cpk = min (CPU;CPL)

Cpk = 0.295

Page 41: PENGENDALIAN BOBOT BERSIH PRODUK ABC DAN …

Dari hasil perhitungan di atas dapat diketahui nilai Cp sebesar 0.295 atau lebih

kecil (<) dari 1 maka dapat disimpulkan bahwa proses yang dilakukan belum atau

tidak capable

4.4. Identifikasi Faktor Permasalahan

Penyebab variasi bobot produk ABC dapat diidentifikasi dengan diagram sebab-

akibat, proses identifikasi dilakukan untuk mengetahui sumber permasalahan,

sehingga tindakan perbaikan dapat dilakukan dengan tepat. Faktor-faktor

penyebab keragaman berat produk ABC dikelompokkan ke dalam empat factor

utama yaitu : 1. Mesin

2. Manusia

3.Methode

4. Material

1. Mesin

Mesin filling merupakan faktor yang dapat berpengaruh terhadap variasi berat

produk ABC yang dihasilkan. Mesin filling yang digunakan telah mengalami

pengaturan/setting sedemikian rupa hingga proses produksi berlangsung secara

otomatis. Kesalahan dalam setting, cara penggunaan, maupun proses

maintenance mesin dapat berakibat secara langsung terhadap mutu produk

yang dihasilkan. Dengan menggunakan diagram sebab akibat maka dapat

diidentifikasi hal apa saja yang berhubungan dengan mesin yang dapat

menyebabkan ketidaksesuaian bobot produk.

Page 42: PENGENDALIAN BOBOT BERSIH PRODUK ABC DAN …

Gambar 8. Diagram sebab akibat penyebab ketidaksesuaian bobot dari faktor mesin

2. Manusia

Manusia memiliki peran yang sangat penting pada produk yang dihasilkan.

Kepedulian pekerja saat melakukan pekerjaan dipengaruhi oleh motivasi yang

diterima oleh karyawan tersebut. Motivasi dapat ditimbulkan karena adanya

pengawasan maupun reward yang diberikan. Melalui pengawasan karyawan

akan merasa selalu diperhatikan oleh atasannya apakah dia telah bekerja sesuai

dengan prosedur atau tidak.. Sedangkan melalui reward dapat menimbulkan

perasaan bangga karyawan terhadap pekerjaannya karena pekerjaan yang

dilakukannya dihargai oleh pihak atasan.

Page 43: PENGENDALIAN BOBOT BERSIH PRODUK ABC DAN …

Kemampuan/skill dari karyawan dapat ditentukan dari lama bekerja

(pengalaman), latihan yang diberikan (training), dan tingkat pendidikannya

(edukasi). Semakin lama masa kerja seorang karyawan, akan semakin banyak

pengalamannya dan semakin terampil dalam pekerjaannya. Tingkat pendidikan

yang telah ditempuh karyawan akan membantu pekerja untuk cepat memahami

segala hal yang menyangkut pekerjaannya, khususnya terhadap penyerapan

materi training yang diberikan maupun dalam penanganan masalah-masalah

yang sering terjadi selama proses produksi berlangsung. Training dilakukan

dalam tiga tahap, yaitu : 1) dari shift leader secara langsung pada karyawan

yang belum memperoleh training yang diperlukan, 2) dari induk perusahaan,

dan 3) sertifikasi hasil training. Evaluasi hasil training dilakukan setelah tiga

bulan training diberikan.

Pengalaman, training, dan edukasi dapat membentuk insting karyawan untuk

melakukan pengecekan-pengecekan sebelum mesin filling dijalankan maupun

ketika proses berlangsung agar produksi dapat berjalan dengan lancar. Jumlah

pekerja, khususnya karyawan yang terdapat di ruang filling dan packing harus

benar-benar diperhatikan jumlahnya agar sesuai dengan kebutuhan produksi

pada saat itu. Kekurangan jumlah pekerja di ruang filling dan packing dapat

menyebabkan mesin terpaksa harus dihentikan dan produksi ditunda. Sehingga

mengganggu jadwal produksi yang telah dibuat. Berikut diagram sebab akibat

peneyebab ketodaksesuaian bobot produk karena faktor manusia :

Page 44: PENGENDALIAN BOBOT BERSIH PRODUK ABC DAN …

Gambar 9. Diagram sebab akibat penyebab ketidaksesuaian bobot dari faktor

manusia

3. Metode

Variasi bobot produk dapat juga dipengaruhi oleh faktor metode di antaranya

masih terjadi ketidaksesuaian tahapan proses yang dilakukan di lapangan

dengan tahapan proses yang telah dibuat dalam manufacturing process produk,

selain itu teknik sampling produk yang dilakukan masih dibutuhkan

improvement, di mana setiap batch hasil produksi produk bias menghasilkan

beberapa palecon liquid. Namun pada kenyataannya liquid yang disampling

hanya beberapa saja atau belum cukup mewakili. Hal lain yang bias menjadi

factor penyebab yaitu dihilangkannya analis in line process control sehingga

kesalahan yang dihasilkan dalam proses pembuatan produk bias lebih besar.

Berikut diagram sebab akibat penyebab ketidaksesuaian bobot dari factor

metode.

Page 45: PENGENDALIAN BOBOT BERSIH PRODUK ABC DAN …

Gambar 10. Diagram sebab akibat penyebab ketidaksesuaian bobot dari faktor

metode

4. Material Produk ABC berbentuk liquid agak kental dengan standar viskositas, pH dan

berat jenis tersendiri di mana ketiga parameter tersebut juga dapat

mempengaruhi bobot dari produk, semakin rendah viskositas biasanya akan

semakin rendah pula bobot produk yang dihasilkan begitu pula dengan berat

jenisnya, di mana semakin rendah berat jenis maka semakin rendah pula bobot

yang dihasilkan selain itu adanya bubble atau busa yang dihasilkan dari proses

mixing produk juga dapat menjadi salah satu penyebab fluktuasi bobot produk.

Viskositas, pH dan berat jenis ini akan sangat dipengaruhi oleh material yang

digunakan dalam proses mixing produk, maka dari itu material juga dapat

menjadi penyebab ketidaksesuaian bobot produk yang dapat dilihat dari

diagram sebab-akibat berikut :

Page 46: PENGENDALIAN BOBOT BERSIH PRODUK ABC DAN …

Gambar 11. Diagram sebab akibat penyebab ketidaksesuaian bobot dari faktor

material

Untuk lebih jelas sejauh mana perubahan material yang mana akan

berpengaruh juga terhadap berat jenis dapat menyebabkan ketidaksesuaian

bobot produk yang dihasilkan, maka akan dilakukan analisis regresi linear

sebagai berikut :

Tabel 3. Data pengaruh berat jenis terhadap bobot produk

Subgrup Bobot Produk Berat Jenis 1 152 0.9801 2 151 0.9674 3 152 0.9779 4 150 0.9629 5 151 0.9658 6 150 0.9627 7 153 0.9882 8 150 0.9627 9 150 0.9622

Page 47: PENGENDALIAN BOBOT BERSIH PRODUK ABC DAN …

10 149 0.9511 11 151 0.9682 12 152 0.9776 13 150 0.9585 14 151 0.9712 15 150 0.9607 16 152 0.9793 17 152 0.9801 18 153 0.9896 19 152 0.9834 20 152 0.9804 21 151 0.9654 22 151 0.9634 23 151 0.964 24 150 0.961 25 150 0.9621

Dengan hasil analisis regresi linera dengan menggunakan aplikasi micrososft

excel adalah sebagai berikut :

Gambar 12. Output hasil regresi linear

Page 48: PENGENDALIAN BOBOT BERSIH PRODUK ABC DAN …

Dengan melihat output di atas berdasarkan multiple R-nya sebesar 0.9538, R

square sebesar 0.9098, adjusted R square sebesar 0.9058 dengan jumlah

observasi sebanyak 25 kali dan pada tabel ANOVA dapat dilihat nilai F hitung

dari regresinya sebesar 231.99 di mana jauh lebih besar dari significant F-ny

yaitu sebesar 1.659 * 10-13 dan hasil p-value untuk interceptnya sebesar 2.9382

*10-10 dan berat jenis sebesar 1.659 *10-13, dengan melihat hasil p-value

tersebut yang berada di bawah 0.5 maka dapat disimpulkan bahwa berat jenis

memiliki hubunganyang linear terhadap bobot produk yang dihasilkan.

Page 49: PENGENDALIAN BOBOT BERSIH PRODUK ABC DAN …

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Setelah dilakukan analisis bagan kendali data yang diperoleh belum terkendali

karena masih ditemukan adanya data yang berada di luar garis batas kendali di

mana di peroleh UCL sebesar 154.070 dan LCL sebesar 147.730 sedangkan

untuk bagan kendali R diperoleh UCL sebesar 20.48 dan LCL sebesar 3.43.

untuk dapat menghitung kapabilitas proses maka data yang berada di luar batas

kendali tersebut harus dihilangkan, diperlukan dua kali revisi data hingga

diperoleh data yang berada di dalam batas kendali dengan UCLnya sebesar

153.627 dan LCLnya sebesar 148.173 dan pada bagan kendali R menunjukkan

UCL sebesar 17.61 dan LCL sebesar 2.90

Perhitungan indeks kapabilitas proses dilakukan untuk mengetahui apakah

proses yang dilakukan sudah capable atau tidak, adapun hasil yang diperoleh

adalah :

R =12.08, S = 3.0730, Cp = 0.295, CPU = 0.2958, CPL = 0.295, dan Cpk =

0.295 dengan melihat hasil tersebut dapat disimpulkan data yang diperoleh

mesih belum capable, sehingga diperlukan perbaikan ke depannya.

Setelah dilakukan identifikasi penyebab ada beberapa factor yang

mempengaruhi bobot produk yang dihasilkan yaitu : mesin, manusia, metode

dan material.

5.2. Saran

1. Perlu diadakan pelatihan untuk meningkatkan keterampilan operator dan

dilakukan evaluasi hasil pelatihan oleh mentor, terutama terhadap faktor-

faktor yang dapat memicu terjadinya stop mesin.

2. Pengawasan perlu ditingkatkan agar kedisiplinan dan awareness para

karyawan tetap terjaga, khususnya pada shift 3.

Page 50: PENGENDALIAN BOBOT BERSIH PRODUK ABC DAN …

3. Setelah tindakan korektif dilakukan, maka perlu dilakukan evaluasi

dengan cara pengambilan data dan analisis data kembali untuk mengetahui

sudah seefektif apa tindakan korektif dilakukan.

4. Setelah proses terkendali secara statistik, kapabilitas proses perlu dihitung

untuk mengetahui kemampuan proses dalam menghasilkan produk yang

sesuai dengan spesifikasi.

5. Penerapan Statistical Process Control (SPC) untuk selanjutnya dapat

diterapkan pada kondisi-kondisi yang menyebabkan reprocess atau reject

produk.

6. Perlu dilakukan pelatihan SPC jika SPC akan diterapkan untuk proses

pengendalian mutu di masa yang akan datang.