Apendiktomi ABC

20
ANALISIS BIAYA PADA TINDAKAN APENDIKTOMI DENGAN METODE KONVENSIONAL DAN LAPAROSKOPI DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TAHUN 2005 Tesis Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajad Sarjana S-2 Program Studi Ilmu Farmasi Minat Magister Majanemen Farmasi diajukan oleh : RATNA WIDI ASTUTI 13787/PS/MMF/04 kepada SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2009

description

operasi

Transcript of Apendiktomi ABC

Page 1: Apendiktomi ABC

ANALISIS BIAYA PADA TINDAKAN APENDIKTOMI DENGAN METODE KONVENSIONAL DAN LAPAROSKOPI DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

TAHUN 2005

Tesis Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Mencapai derajad Sarjana S-2

Program Studi Ilmu Farmasi

Minat Magister Majanemen Farmasi

diajukan oleh :

RATNA WIDI ASTUTI

13787/PS/MMF/04

kepada

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA 2009

Page 2: Apendiktomi ABC
Page 3: Apendiktomi ABC
Page 4: Apendiktomi ABC

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis

yang merupakan sebagian persyaratan untuk mencapai derajad Sarjana S-2 pada

Program Studi Ilmu Farmasi Minat Magister Manajemen Farmasi pada Sekolah

Pascasarjana Universitas Gadjah Mada.

Tesis berisi hasil penelitian tentang analisis biaya pada tindakan

apendiktomi dengan metode konvensional dan laparoskopi di Rumah Sakit PKU

Muhammadiyah Yogyakarta tahun 2005.

Tesis dapat terselesaikan berkat dukungan dan bantuan berbagai pihak,

oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

yang terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. Marchaban, DESS., Apt., Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Gadjah Mada.

2. Bapak Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc., PhD., selaku pembimbing utama

yang telah memberikan arahan dan bimbingan pada pelaksanaan penelitian.

3. Bapak Satibi, S.Si., M.Si., Apt., selaku pembimbing pendamping yang telah

memberikan arahan dan bimbingan pada pelaksanaan penelitian.

4. Bapak Prof. Dr. Achmad Fudholi, DEA., Apt., selaku penguji yang telah

banyak memberikan masukan pada penulisan tesis.

5. Bapak Drs. Riswaka Sudjaswadi, SU., Apt., selaku penguji yang telah

banyak memberikan masukan pada penulisan tesis.

Page 5: Apendiktomi ABC

6. Bapak Direktur RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta beserta staf, yang

telah mengijinkan dan membantu pengambilan data penelitian.

7. Bapak ketua pengelola Magister Manajemen Farmasi UGM beserta seluruh

staf, yang telah menyediakan fasilitas selama mengikuti pendidikan.

8. Bapak Kepala Balai Besar POM di Yogyakarta, bapak ibu pejabat struktural

di BBPOM di Yogyakarta, dan semua teman-teman di BBPOM di

Yogyakarta, yang telah banyak memberikan kesempatan dan dukungan.

9. Ibu, bapak, suami, putri, serta keluarga besarku yang senantiasa memberikan

dukungan moral dan material.

10. Semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat penulis sebutkan satu per

satu dalam naskah, semoga Allah SWT membalas amal kebaikan mereka,

Amin.

Penulis berharap semoga tesis dapat memberikan manfaat bagi para

pembaca. Akhirnya penulis menyadari bahwa dalam tesis masih banyak

kekurangan, maka sangat diharapkan masukan dari semua pihak.

Yogyakarta, Desember 2009

Penulis

Page 6: Apendiktomi ABC

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... ii

HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ iii

PRAKATA ...................................................................................................... iv

DAFTAR ISI ................................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ........................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... x

INTISARI ........................................................................................................ xi

ABSTRACT .................................................................................................... xii

BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................... 1

B. Perumusan Masalah ............................................................ 4

C. Manfaat Penelitian .............................................................. 4

D. Keaslian Penelitian ............................................................. 4

E. Tujuan Penelitian ................................................................ 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 6

A. Penyakit Apedisitis ............................................................. 6

1. Apendiks …………………………………………….. 6

2. Apendisitis …………………………………………... 7

3. Apendiktomi …………………………………………. 13

a. Apendiktomi Konvensional ………...……………... 14

b. Apendiktomi Laparoskopi ………..……………….. 14

4. Antibiotika untuk apendiktomi ……………………… 19

B. Evaluasi Ekonomi ……………………………………… 23

1. Ekonomi Kesehatan …………………………………. 23

2. Farmakoekonomi ……………………………………. 24

C. Landasan Teori …………………………………………... 26

Page 7: Apendiktomi ABC

D. Kerangka Konsep Penelitian ……………………………... 27

BAB III. METODE PENELITIAN ……………………………………... 29

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ………………………….. 29

B. Lokasi Penelitian ………………………………………… 29

C. Populasi Target…………………………………………... 29

D. Pengumpulan Data ……………………………………….. 29

E. Jalannya Penelitian ………………………………………. 29

F. Definisi Operasional Variabel ............................................ 32

G. Keterbatasan Penelitian ………………………………….. 34

H. Alur Jalannya Penelitian …………………………………. 34

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................... 36

A. Gambaran Umum Populasi Penelitian …………………… 36

B. Analisis Biaya Apendiktomi ……………………………... 44

1. Biaya Total ……………………..…………………… 44

2. Biaya Semua Obat …………………………………… 47

3. Biaya Khusus Antibiotik …………………………..… 48

4. Pola Penggunaan Antibiotik ………………...……….. 49

C. Hubungan antara Karakeristik Pasien dengan Biaya Total 53

D. Analisis cost-minimization.................................................. 54

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 58

A. Kesimpulan ......................................................................... 58

B. Saran ................................................................................... 59

BAB VI. RINGKASAN.............................................................................. 60

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….. 72

LAMPIRAN ………………………………………………………………. 76

Page 8: Apendiktomi ABC

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 1. Apendisitis ………………………………………………. 6

Gambar 2. Kerangka konsep penelitian …………………………….. 28

Gambar 3. Alur jalannya penelitian ………………………………… 35

Gambar 4. Distribusi pasien berdasarkan jenis kelamin ……………. 37

Gambar 5. Distribusi pasien berdasarkan kelompok umur ................. 38

Gambar 6. Distribusi pasien berdasarkan kelas perawatan ................. 39

Gambar 7. Distribusi pasien berdasarkan metode pembedahan ……. 40

Gambar 8. Gambaran biaya total pasien berdasarkan metode pembedahan .......................................................................

45

Gambar 9. Gambaran biaya total pasien berdasarkan kelas perawatan............................................................................

46

Page 9: Apendiktomi ABC

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1. Karakteristik Pasien ……………………………………... 36

Tabel 2. Frekuensi Jumlah Pasien Berdasarkan Dokter Yang Melakukan Tindakan Apendiktomi ……………………..

40

Tabel 3. Diskriptif Lama Perawatan Pasien………………………. 41

Tabel 4. Diskriptif Lama Perawatan Pasien Paska Operasi …….... 42

Tabel 5. Gambaran Biaya Pasien ………………………………… 44

Tabel 6. Macam Komponen Biaya Pasien ……………………….. 47

Tabel 7. Gambaran Biaya Obat Pasien …………………………… 47

Tabel 8. Gambaran Biaya Antibiotik Pasien ……………………... 49

Tabel 9. Frekuensi Peresepan Antibiotik Pasien …………………. 50

Tabel 10. Variasi Jenis Kombinasi Antibiotik Pasien ....................... 52

Tabel 11. Pengaruh Karakteristik Terhadap Biaya Total .................. 54

Tabel 12. Rata-Rata Biaya dan Lama Perawatan Pasien................... 55

Page 10: Apendiktomi ABC

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Lampiran 1. Tabulasi data dan biaya pasien apendiktomi konvensional ………………………………………….

77

Lampiran 2. Tabulasi data dan biaya pasien apendiktomi laparoskopi.. 82

Lampiran 3. Data komponen biaya pasien apendiktomi konvensional.......................................................................

87

Lampiran 4. Data komponen biaya pasien apendiktomi laparoskopi........................................................................

89

Lampiran 5. Tabulasi data jenis dan biaya antibiotika pasien apendiktomi konvensional…………………………….....

93

Lampiran 6. Tabulasi data jenis dan biaya antibiotika pasien apendiktomi laparoskopi ………………………………..

98

Lampiran 7. Hasil uji statistik karakteristik pasien ............................... 103

Lampiran 8. Hasil uji statistik umur pasien ........................................... 104

Lampiran 9. Hasil uji statistik lama perawatan pasien total dan paska operasi ...............................................................................

106

Lampiran 10. Hasil uji statistik biaya pasien kedua metode ................... 107

Lampiran 11. Hasil uji statistik komponen penyusun biaya pasien kedua metode ....................................................................

112

Lampiran 12. Hasil uji statistik biaya obat pada kedua metode .............. 113

Lampiran 13. Hasil uji statistik biaya antibiotik pada kedua metode 114

Lampiran 14. Hasil uji statistik hubungan karakteristik umur, jenis kelamin, kelas perawatan, lama perawatan total dan lama perawatan paska operasi pada pasien apendiktomi konvensional dengan biaya obat .......................................

115

Lampiran 15. Hasil uji statistik hubungan karakteristik umur, jenis kelamin, kelas perawatan, lama perawatan total dan lama perawatan paska operasi pada pasien Apendiktomi Laparoskopi dengan biaya obat .........................................

117

Lampiran 16. Ijin penelitian..................................................................... 119

Lampiran 17. Surat keterangan selesai penelitian................................... 120

Page 11: Apendiktomi ABC

INTISARI

Angka kejadian apendisitis hampir 10% populasi. Apendiktomi membutuhkan alokasi sumber daya yang tidak sedikit, terutama dalam hal pembiayaan pasien. Telah dilakukan penelitian di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta yang bertujuan untuk melakukan analisis biaya pada tindakan apendiktomi konvensional dan laparoskopi pada pasien apendisitis pada tahun 2005.

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif non eksperimental. Pengumpulan data menggunakan metode retrospektif, data berasal dari catatan medis pasien, catatan biaya perawatan pasien, dan catatan penggunaan obat. Populasi target penelitian ini adalah seluruh pasien yang menjalani apendiktomi di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta pada tahun 2005 yang berjumlah 310 pasien. Data diolah dan dianalisis secara kuantitatif, kualitatif, dan statistik menggunakan metode t-test independent sample, Pearson-correlation, dan one-way Anova.

Dari hasil penelitian diperoleh rata-rata biaya total pasien yang menjalani pembedahan apendiktomi konvensional sebesar Rp 4.034.864,60, sedang pada apendiktomi laparoskopi sebesar Rp_5.969.756,70. Terdapat perbedaan yang bermakna (p<0,05) terhadap biaya total pada kedua metode. Rata-rata lama rawat inap pasien yang menjalani apendiktomi konvensional selama 3,35 hari, sedangkan pada apendiktomi laparoskopi selama 3,56 hari. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada rata-rata rawat inap pasien antara kedua metode pembedahan (p>0,05). Berdasarkan analisis cost-minimization, diperoleh hasil bahwa metode apendiktomi konvensional memerlukan biaya yang lebih rendah dibandingkan dengan metode apendiktomi laparoskopi yaitu sebesar Rp_4.034.864,60.

Kata kunci : apendiktomi konvensional, apendiktomi laparoskopi, analisis

biaya

Page 12: Apendiktomi ABC

A COST ANALYSIS OF APPENDICECTOMY WITH OPEN AND LAPAROSCOPIC TEHCNIQUE AT PKU MUHAMMADIYAH

YOGYAKARTA HOSPITAL IN 2005

Ratna Widi Astuti1, Ali Ghufron Mukti2, Satibi1

ABSTRACT

The incidence of appendicitis was 10% inhabitants. Appendicectomy needs

a lot of resource, expcecially in cost of patient. A study at PKU Muhammadiyah Yogyakarta Hospital has been carried out. The puspose of this study was to analyse cost of appendicectomy with open and laparoscopic tehcnique at PKU Muhammadiyah Yogyakarta Hospital in 2005.

This was a descriptive study which used retrospective data. Data resources were included medical records, drug used records, and patients billings. Target population of this study was patients who underwent appendicectomy at PKU Muhammadiyah Yogyakarta Hospital during period in 2005, there were 310 patiens. Data were analized by quantitative, qualitative, and statistical methods using t-test independent sample, Pearson correlation, and one-way Anova.

Results of the study gave the average of total cost in open appendicectomy was Rp 4.034.864,60, the average of total cost in laparoscopic appendicectomy was Rp_5.969.756,70. Statistically significant difference (p<0,05) were found at open appendicectomy and laparoscopic appendicectomy in total cost patient. Average length of hospital stay open appendicectom was 3,35 days, laparoscopic appendicectomy was 3,56 days. There were no significant difference in length of hospital stay (p>0,05) at open dan laparoscopic appendicectomy. By cost minimization analysis, open apendicectomy has lower of total costs than laparoscopic appendicectomy and its cost Rp 4.034.864,60. Keywords : open appendicectomy, laparoscopic appendicectomy, cost analysis 1Faculty of Pharmacy, Gadjah Mada University 2Faculty of Medicine, Gadjah Mada University

Page 13: Apendiktomi ABC

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Apendisitis merupakan gangguan abdominal yang paling sering terjadi,

angka kejadiannya hampir 10% dari populasi, dan biasanya terjadi antara usia 10

sampai 30 tahun (Lawrence et al, 2004). Apendisitis terjadi paling sering pada

laki-laki usia antara 10-14 tahun dan perempuan usia antara 15-19 tahun (Krob,

2008). Hamilton dan Rose (1982) menyebutkan penyakit tersebut bisa terjadi pada

semua umur dan jenis kelamin, namun lebih sering terjadi pada anak laki-laki

pada masa pubertas hingga umur 25 tahun.

Bila segera diobati, sebagian besar pasien dapat sembuh dengan mudah.

Jika pengobatan tertunda dan terjadi perforasi, apendiks akan pecah dan masuk ke

rongga abdominal, bisa menyebabkan peritonitis, yaitu komplikasi apendisitis

yang paling sering terjadi. (Hamilton dan Rose, 1982). Apendiks yang pecah dan

berair jika tidak didiagnosis dengan cepat akan menjadi lebih sulit ditangani. Bayi,

anak-anak, dan orang tua yang berisiko paling tinggi. Pecahan apediks dapat

mengakibatkan radang selaput (peritonitis) dan abscess, bahkan kematian (Katz,

2004). Perforasi terjadi pada 20% pasien, dan harus dicurgai pada pasien dengan

nyeri selama 36 jam, demam tinggi, gejala perinoneal, dan gejala leukositosis

(Lawrence et al, 2004).

Angka kematian pada kasus apendisitis tanpa komplikasi sangat rendah,

pada apendisitis dengan perforasi mencapai 0,2%, namun pada kelompok pasien

geriatri bisa mencapai 15% populasi (Lawrence et al, 2004). Tingkat kematian

Page 14: Apendiktomi ABC

karena radang usus buntu telah menurun drastis dari waktu ke waktu. Saat ini,

tingkat kematian yang diperkirakan satu sampai dua per satu juta kasus radang

usus buntu. Kematian biasanya karena radang selaput, intra abdominal abscess

atau infeksi berat diikuti pecahnya apendiks (Krob, 2008).

Tindakan pada kasus apendisitis tanpa komplikasi adalah pembedahan

apendiktomi, bisa secara laparotomi atau menggunakan laparoskopi (Lawrence et

al, 2004). Apendiktomi adalah operasi pemotongan apendik yang mengalami

radang atau infeksi (Dipiro, 1997). Apendiktomi harus dilakukan pada pasien

dengan perforasi apendisitis, yang berkembang menjadi peritonitis (Lawrence et

al, 2004).

Berdasarkan hasil pengumpulan data pasien yang menjalani operasi

apendiktomi di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta selama tahun 2005,

terdapat 310 pasien yang menjalani apendiktomi, ternyata 197 pasien atau 63,5%

diantaranya adalah pasien perempuan, sedang sisanya atau 36,5 % adalah pasien

laki-laki.

Secara teori, banyak manfaat yang bisa diperoleh dengan menggunakan

metode laparoskopi, antara lain: bisa mengurangi angka terjadinya infeksi,

mengurangi tingkat nyeri pasien pada hari pertama setelah operasi, mengurangi

lama hari perawatan, dan waktu pasien bisa kembali bekerja (Irving dan Patel,

2002). Namun, karena pada penggunaan metode tersebut dibutuhkan alat yang

lebih canggih dan tenaga yang lebih ahli, maka dibutuhkan biaya yang makin

besar untuk tindakan operasi.

Page 15: Apendiktomi ABC

Meski metode apendiktomi laparoskopi sudah banyak digunakan, namun

masih sering menjadi perdebatan dalam hal pembiayaan dan efektivitasnya.

Beberapa penelitian sudah dilakukan, namun masih terjadi banyak perbedaan

hasil. Sebagian menyebutkan bahwa meski metode laparoskopi membutuhkan

biaya lebih besar, ternyata tidak memberikan hasil outcomes (rata-rata lama rawat

inap, waktu untuk sembuh total) yang berbeda bermakna terhadap metode

apendiktomi konvensional (Kald et al, 1999; Ignacio et al, 2004). Sebagian

peneliti berpendapat bahwa metode laparoskopi menghasilkan outcomes yang

lebih baik dengan mengurangi tingkat nyeri paska operasi, mempercepat tingkat

kesembuhan, dan menurunkan angka infeksi paska operasi (Chung et al, 1999;

Fingerhut et al, 1999; Long et al, 2001; Wullstein et al, 2006), bahkan pada anak-

anak (Lintula et al, 2004). Namun ada juga yang berpendapat bahwa dengan

apendiktomi laparoskopi dapat meningkatkan peradangan intra abdominal

(Lippert et al, 2002).

Analisis ekonomi terhadap apendiktomi telah banyak dilakukan, tetapi

penelitian serupa di Indonesia tidak banyak dilakukan, khususnya di Rumah Sakit

PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Tindakan apendiktomi membutuhkan alokasi

biaya yang tidak sedikit sehingga analisis ekonomi sangat relevan dan bermanfaat

untuk dilakukan. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis biaya tindakan

apendiktomi dengan menentukan berapa besar biaya pada tindakan apendiktomi

konvensional dan apendiktomi laparoskopi.

Page 16: Apendiktomi ABC

B. Perumusan masalah

Dari uraian latar belakang, dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu

berapa besar biaya terapi pada pasien yang menjalani apendiktomi dengan metode

konvensional dan laparoskopi di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta

pada tahun 2005?

C. Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai

berikut:

1. Bagi RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, dapat memberikan informasi

tentang perbandingan biaya pada tindakan apendiktomi konvensional dan

laparoskopi sehingga bisa menjadi rekomendasi pilihan tindakan.

2. Bagi peneliti, dapat memberikan pemahaman dan pendalaman ilmu yang

diperoleh pada Program Magister Manajemen Farmasi melalui penerapan

penelitian di rumah sakit khususnya dalam hal analisis biaya pada tindakan

apendiktomi.

D. Keaslian Penelitian

Menurut sepengetahuan peneliti, penelitian tentang analisis biaya pada

tindakan apendiktomi dengan metode konvensional dan laparoskopi di Rumah

Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta tahun 2005 belum pernah dilakukan.

Beberapa penelitian serupa telah dilakukan, contohnya penelitian oleh Kald

dan kawan-kawan yang dilakukan di University Hospital, Swedia. Penelitian

sudah dipublikasikan dengan judul : Cost-minimization analysis of laparoscopic

Page 17: Apendiktomi ABC

and open appendicectomy. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa rata-

rata lama perawatan rumah sakit, biaya tidak langsung berupa biaya kehilangan

kesempatan bekerja, dan lama penyembuhan pasien berbeda tidak bermakna pada

kedua kelompok tersebut (Kald et al, 1999).

Selain itu, tujuh hasil penelitian lain juga telah dipublikasikan dan dengan

hasil yang beragam. Satu artikel menyebutkan bahwa meski metode laparoskopi

membutuhkan biaya lebih besar, ternyata tidak memberikan outcomes (rata-rata

lama rawat inap, waktu untuk sembuh total) berbeda bermakna terhadap metode

apendiktomi konvensional (Ignacio et al, 2004). Lima artikel berpendapat bahwa

metode laparoskopi menghasilkan outcomes yang lebih baik dengan mengurangi

tingkat nyeri paska operasi, mempercepat tingkat kesembuhan, dan menurunkan

angka infeksi paska operasi (Chung et al, 1999; Fingerhut et al, 1999; Long et al,

2001; Wullstein et al, 2006), bahkan pada anak-anak (Lintula et al, 2004). Namun

ada juga yang berpendapat bahwa dengan apendiktomi laparoskopi dapat

meningkatkan peradangan intra abdominal (Lippert et al, 2002).

E. Tujuan Penelitian

1. Secara umum penelitian bertujuan untuk melakukan analisis biaya pada

tindakan apendiktomi di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta

tahun 2005.

2. Secara khusus penelitian bertujuan untuk menentukan besar biaya terapi pada

pasien yang menjalani apendiktomi konvensional dan apendiktomi

laparoskopi di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta tahun 2005.

Page 18: Apendiktomi ABC

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penyakit Apenditis

1. Apendiks

Apendiks (usus buntu) merupakan suatu tonjolan kecil berbentuk seperti

tabung (menyerupai seekor cacing), berpangkal di sekum (perbatasan antara usus

halus dan usus besar), panjang sekitar 10 cm (orang dewasa), lebarnya separo jari

kelingking, dan merupakan ruangan yang sangat sempit. Lubangnya sempit di

bagian pangkal dan melebar di bagian ujung. Lapisan yang bagian dalam apendiks

menghasilkan sedikit cairan/mukus yang mengalir sepanjang apendiks sampai

cecum. Dinding apendiks termasuk dalam jaringan limfatik yang menjadi bagian

dari sistem kekebalan tubuh (dalam pembuatan antibodi), yaitu menghasilkan

Immunoglobulin A (IgA). IgA merupakan salah satu immunoglobulin (antibodi)

yang sangat efektif melindungi tubuh dari infeksi kuman penyakit (Lee dan

Marks, 2006).

Gambar 1. Apendisitis (Lee dan Marks, 2006)

Page 19: Apendiktomi ABC

2. Apendisitis

Apendisitis adalah peradangan apendiks. Setelah terjadi peradangan, tidak

ada terapi medis yang efektif, sehingga apendisitis membutuhkan tindakan medis

darurat. Bila segera diobati, sebagian besar pasien dapat sembuh dengan mudah.

Jika pengobatan tertunda, apendiks dapat pecah, infeksi, dan bahkan

menyebabkan kematian (Katz, 2004). Apendisitis merupakan gangguan

abdominal yang paling sering terjadi, angka kejadiannya hampir 10% dari

populasi, dan biasanya terjadi antara usia 10 sampai 30 tahun (Lawrence et al,

2004). Apendisitis sejak terjadi paling sering pada laki-laki usia antara 10-14

tahun dan perempuan usia antara 15-19 tahun (Krob, 2008).

Apendisitis terjadi karena gangguan pada lumen intestinal yang disebabkan

oleh masa feses, peradangan, benda asing, atau penyempitan. Gangguan tersebut

dapat meningkatkan tekanan intraluminal dan infeksi. Gangguan tersebut

mendorong terjadinya proses inflamasi yang akan memicu terjadinya infeksi,

trombosis, nekrosis, dan perforasi (Lawrence et al, 2004).

Gejala apendisitis antara lain berupa: sakit pada bagian perut, pertama di

sekitar pusar, kemudian bergerak ke bagian kanan bawah, kehilangan nafsu

makan, mual, muntah, diare atau sembelit, ketidakmampuan untuk buang angin,

diawali demam rendah dan diikuti gejala lainnya, dan perut bengkak (Katz, 2004),

sedangkan Hamilton dan Rose (1982) menyebutkan gejala apendisitis biasanya

berupa nyeri pada abdominal bagian kanan bawah, demam, nafsu makan

berkurang, mual, dan muntah. Nyeri seringkali pada abdominal kanan bawah

(McBurney’s point) disertai dengan kejang abdominal. Kemudian gejala

Page 20: Apendiktomi ABC

selanjutnya berupa konstipasi (mungkin juga terjadi diare), demam, dan takikardi.

Rasa sakit akan terus menerus dan makin parah saat bergerak, mengambil nafas

mendalam, batuk, atau bersin. Laksatif dan obat anti nyeri sebaiknya tidak boleh

digunakan dalam situasi tersebut. Setiap orang dengan gejala-gejala tersebut perlu

segera mendapat tindakan dokter (Katz, 2004).

Pasien dengan kondisi khusus mungkin tidak mengalami gejala tersebut,

atau bahkan pada kondisi biasa juga merasakan hal tersebut. Pasien dengan

kondisi tersebut termasuk: pasien yang menggunakan immunosuppressive terapi

seperti steroids, pasien yang mengalami pemindahan organ, pasien HIV positif,

penderita diabetes, pasien kanker yang mendapatkan kemoterapi, orang yang

obesitas, ibu hamil, bayi dan anak-anak, dan pasien geriatri dengan kondisi

khusus. Nyeri perut, mual, dan muntah umum terjadi selama kehamilan dan bisa

menjadi tanda-tanda radang usus buntu. Banyak wanita hamil yang mengalami

apendisitis tidak mengalami gejala klasik. Ibu hamil yang mengalami sakit di

perut sebelah kanan perlu menghubungi dokter. Wanita hamil pada trisemester

ketiga yang paling beresiko (Katz, 2004).

Diagnosis radang usus buntu yang paling sulit dilakukan pada anak-anak

(kurang dari dua tahun) dan orang tua (Krob, 2008). Diagnosis juga harus

mempertimbangkan penyakit-penyakit dengan gejala yang mirip seperti: gastritis,

gastroentritis, kolitis, pankreatitis, kolik ginjal, infeksi saluran kemih, dan

penyakit kandungan (Hamilton dan Rose, 1982). Kadang sulit untuk

mendiagnosis apendisitis secara tepat. Adanya perpindahan gejala nyeri klasik

(dari epigastrium ke abdomen kanan bawah) dan demam seringkali seperti gejala