Pengenalan Peralatan Praktikum
-
Upload
faisal-pandu-laksmana -
Category
Documents
-
view
200 -
download
10
Transcript of Pengenalan Peralatan Praktikum
LAPORAN AKHIR
PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PERIKANAN
“PENGENALAN PERALATAN PRAKTIKUM”
Disusun oleh:
Faisal Pandu Laksmana
230110110060
PROGRAM STUDI PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunianya sehingga
seluruh rangkaian kegiatan praktikum dengan judul “Pengenalan Peralatan Praktikum” dapat
terlaksana hingga pada tahap penyusunan laporan akhir ini. Salam dan shalawat atas
junjungan Nabiyyullah Muhammad SAW suri teladan bagi seluruh ummat manusia di muka
bumi.
Penyusunan laporan ini merupakan salah satu persyaratan dalam mengikuti kegiatan
praktikum berikutnya pada program studi Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan,
Universitas Padjadjaran, Jatinangor. Dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan terima
kasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan yang sangat
berarti. Penyusun sepantasnya menghaturkan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya
kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Eddy Afrianto, M.Si. selaku koordinator pengajar mata kuliah mikrobiologi
perikanan
2. Ibu Ir. Evi Liviawati, M.P selaku tim pengajar mata kuliah mikrobiologi perikanan
3. Asisten dosen praktikum mikrobiologi perikanan
Penyajian laporan ini, penyusun menyadari masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana
yang diharapkan. Sehigga penyusun sangat mengharapkan masukan berupa kritik dan saran
dari pembaca demi perbaikan dan penyempurnaan laporan akhir praktikum ini. Penyusun
sangat mengharapkan laporan hasil praktikum ini dapat bermanfaat bagi pembaca untuk
pengembangan ilmu dan teknologi perikanan.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih bagi pembaca dan sekaligus permohonan
maaf bila dalam penyusunan laporan akhir praktikum terdapat kekeliruan di dalamnya sebab
itu semua datangnya dari penulis dan bila terdapat kelebihan semata-mata datangnya dari
sang Khalik.
Jatinangor, Oktober 2012
Faisal Pandu Laksmana
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
Daftar Tabel iii
Daftar Gambar iv
MATERI
I. Pendahuluan 1
II. Tujuan Praktikum 1
III. Landasan Teori 1
IV. Peralatan dan Bahan 2
V. Prosedur Kerja 9
VI. Hasil dan Pembahasan
10
VII. Pendalaman 16
DAFTAR PUSTAKA 1
ii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Hasil Praktikum 10
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Mikroskop 2
Gambar 2. Colony Counter 3
Gambar 3. Inkubator 3
Gambar 4. Hot Plate Stirrer 4
Gambar 5. Electric Shaker 4
Gambar 6. Lemari Pendingin 4
Gambar 7. Oven 5
Gambar 8. Otoklaf 6
Gambar 9. Timbangan Analitik 6
Gambar 10. Jarum ose 7
Gambar 11. Lampu spirtus 7
Gambar 12. Tabung Reaksi 7
Gambar 13. Cawan Petri 8
Gambar 14. Pipet Tetes 8
Gambar 15. Pipet Hisap 8
Gambar 16. Balon Pipet 8
Gambar 17. Mikropipet 9
iv
PENGENALAN PERALATAN PRAKTIKUM
I. Pendahuluan
Keberadaan peralatan sangat menunjang keberhasilan praktikum mikrobiologi
perikanan, karena dapat mempermudah pelaksanaan praktikum. Oleh karena itu, untuk
memperlancar pelaksanaan kegiatan praktikum perlu dilakukan sosialisasi mengenai jenis
dan pengoperasian peralatan utama yang banyak digunakan dalam kegiatan praktikum
Mikrobiologi Perikanan.
Jenis peralatan utama yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan praktikum sangat
spesifik, tergantung dari jenis praktikumnya. Untuk kegiatan praktikum Mikrobiologi
Perikanan, peralatan utama yang perlu dipelajari adalah mikroskop, autoklaf, inkubator,
colony counter, hot plate stirrer, lemari pendingin dan peralatan inokulasi mikroba.
II. Tujuan Praktikum
Setelah melaksanakan kegiatan praktikum, praktikan diharapkan dapat memahami dan
memiliki kemampuan dalam mengoperasikan peralatan praktikum.
III. Landasan Teori
Pemahaman prinsip dan cara kerja peralatan dapat meningkatkan keberhasilan kegiatan
praktikum. Penggunaan peralatan secara benar dapat meningkatkan kualitas hasil pekerjaan.
Penggunaan secara benar artinya sesuai prosedur.
Kualitas pekerjaan selama kegiatan praktikum berlangsung, sangat ditentukan oleh
bahan baku dan peralatan yang digunakan, prosedur pelaksanaan yang benar dan
keterampilan penggunaan peralatan. Bahan baku yang digunakan dalam kegiatan praktikum
harus sesuai standar yang digunakan, baik jenis, ukuran, sumber, tingkat kesegaran atau
lainnya.
Peralatan yang digunakan dalam kegiatan praktikum harus berfungsi secara benar dan
akurasi. Beberapa peralatan perlu dikalibrasi terlebih dahulu sebelum digunakan, seperti pH
meter dan timbangan analitis.
Prosedur persiapan dan pelaksanaan praktikum harus dilakukan secara benar. Gunakan
prosedur baku yang telah disediakan secara benar. Kesalahan menerapkan prosedur dapat
berakibat terjadinya kesalahan dan kegagalan praktikum atau kerusakan peralatan.
Keterampilan penggunaan peralatan praktikum sangat menentukan keberhasilan
pekerjaan selama kegiatan praktikum berlangsung. Keterampilan penggunaan peralatan oleh
1
praktikan dapat ditingkatkan melalui kegiatan pengenalan dan simulasi peralatan tersebut.
Keterampilan penggunaan peralatan dapat mencegah terjadinya kerusakan peralatan dan
kegagalan praktikum.
IV. Peralatan dan Bahan
Peralatan utama yang digunakan dalam kegiatan praktikum mikrobiologi perikanan
terdiri dari peralatan yang berkaitan dengan inokulasi mikroba dan sterilisasi. Adapun prinsip
kerja dan kegunaan peralatan tersebut adalah sebagai berikut :
a)Mikroskop adalah alat untuk memperbesar kenampakan objek sehingga mempermudah
melakukan pengamatan.
Gambar 1. Mikroskop dan bagian-bagiannya
b) Colony counter adalah peralatan yang dilengkapi dengan kuadran penghitungan,
lampu dan kaca pembesar untuk mempermudah penghitungan mikroba.
Cara menggunakannya yaitu memencet tombol “on” , kemudian meletakkan cawan
petri yang berisi bakteri atau jamur ke dalam kamar hitung, dan mengatur alat
penghitung pada posisi dan mulai menghitung dengan menggunakan jarum penunjuk
sambil melihat jumlah pada layar hitung (Taiyeb,2001).
2
Gambar 2. Colony Counter
c) Inkubator adalah peralatan yang dilengkapi dengan sistim untuk mempertahankan
suhu dan kelembaban selama masa inkubasi sehingga mikroba dapat tumbuh secara
baik.
Cara penggunaan inkubator adalah semua medium yang sudah dimasukan ke dalam
cawan petri dan terbungkus kertas dimasukan ke dalam inkubator selama 24
jam dengan suhu konstan sesuai dengan yang diinginkan.
Gambar 3. Inkubator
d) Hot plate stirrer adalah alat yang dilengkapi fasilitas pengaduk dan pemanas sehingga
dapat digunakan untuk membantu pengadukan agar suspensi tidak mengendap dan
pendistribusian mikroba dalam media kaldu atau media fermentasi, baik pada suhu
kamar maupun suhu yang lebih tinggi.
Alat ini digunakan untuk mengocok media cair sambil dipanasi. Alat ini juga dapat
dipakai untuk melarutkan ferri tartrat yang tidak mudah dilarutkan. Dilakukan dengan
cara menambah air pada ferri tartrat lalu meletakkannya di atas hot plate. Setelah
dihubungkan dengan arus listik, alat ini akan menghomogenkan sekaligus
memanaskannya (Lahay, 2004)
3
Gambar 4. Hot Plate Stirrer
e) Electric shaker adalah alat yang dapat digerakkan kearah depan dan belakang atau
melingkar sehingga dapat digunakan untuk membantu pengadukan larutan dan
pendistribusian mikroba dalam media kaldu atau media fermentasi.
Gambar 5. Electric Shaker
f) Lemari pendingin adalah lemari yang dilengkapi sistim penurunan suhu sehingga
dapat digunakan untuk mengendalikan aktivitas dan pertumbuhan mikroba dalam
media kultur
Gambar 6. Lemari pendingin
g) Oven adalah alat pemanas yang dapat digunakan untuk sterilisasi peralatan secara
kering.
Prinsip kerjanya yaitu alat-alat yang ingin disterilkan dibungkus dalam kertas
kemudian dalam oven lalu ditutup. Setelah itu mengaktifkan tombol power dan
mengatur suhu yang diinginkan umumnya 180°C selama 2 jam. (Ali dan Hala,2008).
4
Gambar 7. Oven
h) Otoklaf adalah alat yang dilengkapi sistim peningkatan suhu sehingga dapat mengubah
air menjadi uap panas. Otoklaf dapat digunakan untuk melakukan sterilisasi basah,
baik peralatan maupun media kultur.
Cara menggunakan otoklaf:
i. Sebelum melakukan sterilisasi cek dahulu banyaknya air dalam otoklaf. Jika
air kurang dari batas yang ditentukan, maka dapat ditambah air sampai batas
tersebut. Gunakan air hasil destilasi, untuk menghindari terbentuknya kerak
dan karat.
ii. Masukkan peralatan dan bahan. Jika mensterilisasi botol beretutup ulir,
maka tutup harus dikendorkan.
iii. Tutup otoklaf dengan rapat lalu kencangkan baut pengaman agar tidak ada
uap yang keluar dari bibir autoklaf. Klep pengaman jangan
dikencangkan terlebih dahulu.
iv. Nyalakan otoklaf, diatur timer dengan waktu minimal 15 menit pada
suhu 121oC.
v. Tunggu sampai air mendidih sehingga uapnya memenuhi kompartemen
otoklaf dan terdesak keluar dari klep pengaman. Kemudian klep
pengaman ditutup (dikencangkan) dan tunggu sampai selesai. Penghitungan
waktu 15’ dimulai sejak tekanan mencapai 2 atm.
vi. Jika alarm tanda selesai berbunyi, maka tunggu tekanan dalam
kompartemen turun hingga sama dengan tekanan udara di lingkungan
(jarum pada preisure gauge menunjuk ke angka nol). Kemudian klep-
klep pengaman dibuka dan keluarkan isi autoklaf dengan hati-hati.
5
Gambar 8. Otoklaf
i) Timbangan analitik adalah alat ukur yang dapat digunakan untuk menentukan bobot
sampel dengan ketelitian tinggi.
Prinsip kerjanya yaitu meletakkan bahan pada timbangan tersebut kemudian melihat
angka yang tertera pada layar, dan angka itu merupakan massa dari bahan yang
ditimbang. (Ali dan Hala, 2008)
Gambar 9. Timbangan analitik
j) Peralatan untuk memudahkan proses inokulasi, isolasi maupun transfer mikroba.
Peralatan ini teridiri dari :
1) Jarum ose adalah alat berupa kawat baja berujung tajam atau membulat yang
digunakan untuk mengambil mikroba yang akan diinkubasi, diisolasi atau
ditransfer ke media kultur lain.
Prinsip kerjanya yaitu ose disentuhkan pada bagian mikrobia kemudian
menggosokkan pada kaca preparat untuk diamati (Taiyeb, 2001).
6
Gambar 10. Jarum ose (lurus dan bulat)
2) Lampu spirtus adalah lampu berbahan bakar spirtus yang digunakan untuk
sterilisasi panas dan mempertahankan sterilisasi ruang inokulasi, isolasi dan
transfer mikroba
Gambar 11. Lampu Spirtus
3) Tabung reaksi adalah tabung berbahan gelas atau plastik yang digunakan sebagai
wadah media kultur berupa agar tegak dan agar miring.
Untuk membuat agar miring, perlu diperhatikan tentang kemiringan media yaitu
luas permukaan yang kontak dengan udara tidak terlalu sempit atau tidak terlalu
lebar dan hindari jarak media yang terlalu dekat dengan mulut tabung karena
memperbesar resiko kontaminasi.Tabung reaksi yang disterilkan di dalam autoklaf
harus ditutup dengan kapas dan aluminium foil (Taiyeb, 2001).
Gambar 12. Tabung Reaksi
4) Cawan petri adalah cawan berbahan gelas atau plastik yang digunakan sebagai
wadah media kultur dalam bentuk lempeng agar.
Cawan petri biasanya disterilkan bersama dengan kertas saring di dalamnya.
Cawan petri perlu dicuci bersih kemudian dikeringkan, setelah kering dibungkus
7
dengan kertas putih cokelat untuk disterilisasi dengan oven. Alat ini berfungsi
untuk pembuatan kultur media (Hala, 2009).
Gambar 13. Cawan Petri
5) Pipet tetes adalah pipet yang memiliki alat penghisap berbahan karet dan
digunakan untuk memindahkan cairan dalam jumlah kecil
Gambar 14. Pipet Tetes
6) Pipet hisap adalah pipet yang berkerja dengan cara dihisap sehingga cairan akan
memasuki pipet sebanyak yang diinginkan. Pipet hisap digunakan untuk
memindahkan cairan dalam jumlah relatif lebih banyak
Gambar 15. Pipet Hisap
7) Balon pipet adalah bola terbuat dari bahan karet yang dipasang di bagian pangkal
pipet hisap. Balon pipet digunakan untuk menghisap cairan yang akan
dipindahkan ke media lainnya menggunakan pipet hisap
Gambar 16. Balon pipet
8
8) Mikropipet
Mikropipet adalah alat untuk memindahkan cairan yang bervolume cukup kecil,
biasanya kurang dari 1000 µL. banyak pilihan kapasitas dalam mikropipet,
misalnya mikropipet yng dapat diukur volume pengambilannya (adjustable
volume pipette) antara 1-20 µL, atau mikropipet yang tidak bisa diatur
volumenya, hanya tersedia satu pilihan volume (fixed volume pipette) misalnya
mikropipet 5 µL.
Cara penggunaan: 1. Sebelum digunakan Thumb Knop sebikny ditekan berkali-
kali untuk memastikan lancarnya mikropipet, 2. Masukkan tip bersih ke dalam
nozzle/ujung mikropipet, 3. Tekan Thumb knop sampai hambatan pertama/first
stop, jangan ditekan lebih ke dalam lagi, 4. Masukkan tip ke dalam cairan sedalam
3-4 mm, 5. Tahan pipet dalam posisi vertikal kemudian lepaskan tekanan dari
thumb knop maka cairan akan masuk ke tip, 6. Pindahkn ujung tip ke tempat
penampung yang diinginkan 7. Tekan Thumb knop sampai hambatan
kedua/second stop atau tekan semaksimal mungkin maka semua cairan akan
keluar dari ujung tip, 8. Jika ingin melepas tip putar Thumb knop searah jarum
jam dan ditekan maka tip akan terdorong keluar dengan sendirinya.
Gambar 17. Mikropipet
V. Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja yang harus dilakukan oleh praktikan adalah sebagai berikut :
1) Praktikan mencari informasi dari berbagai sumber (perpustakaan atau internet)
mengenai prinsip kerja peralatan praktikum tersebut di atas
2) Praktikan menyerahkan hasil telusuran prinsip kerja peralatan praktikum tersebut
kepada asisten praktikum pada saat memasuki ruang laboratorium
3) Praktikan mendengarkan dan melihat peragaan penggunaan peralatan praktikum
mikrobiologi perairan
9
4) Praktikan mencatat informasi yang disampaikan selama kegiatan praktikum
berlangsung
5) Praktikan telah selesai melaksanakan kegiatan praktikum apabila telah menyerahkan
laporan kegiatan harian.
6) Laporan lengkap kegiatan praktikum diserahkan kepada asisten seminggu setelah
praktikum dilaksanakan
VI. Hasil dan Pembahasan
VI.1. Hasil
Data yang telah diperoleh dari hasil penelusuran dan informasi selama kegiatan praktikum
disajikan dalam tabel berikut ini.
Nama
PeralatanPrinsip Kerja Prosedur Kerja
1) Mikroskop memperbesar
kenampakan
objek
1. Meletakkan mikroskop di atas meja
dengan cara memegang lengan
mikroskop sedemikian rupa sehingga
mikroskop berada persis di hadapan
pemakai
2. Memutar revolver sehingga lensa
obyektif dengan perbesaran lemah
berada pada posisi satu poros dengan
lensa okuler yang ditandai bunyi klik
pada revolver
3. Mengatur cermin dan diafragma untuk
melihat kekuatan cahaya masuk, hingga
dari lensa okuler tampak terang
berbentuk bulat (lapang pandang).
4. Menempatkan preparat pada meja
benda tepat pada lubang preparat dan
jepit dengan penjepit obyek/benda
5. Mengaturlah fokus untuk memperjelas
gambar obyek dengan cara memutar
pemutar kasar, sambil dilihat dari lensa
okuler. Untuk mempertajam putarlah
10
pemutar halus
6. Apabila bayangan obyek sudah
ditemukan, maka untuk memperbesar
dengn mengganti lensa obyektif dengan
ukuran dari 10 X,40 X atau 100 X,
dengan cara memutar revolver hingga
bunyi klik.
7. Apabila telah selesai menggunakan,
bersihkan mikroskop dan simpan pada
tempat yang tidak lembab.
2) Colony
counter
mempermudah
penghitungan
mikroba
1. memencet tombol “on”
2. meletakkan cawan petri yang berisi
bakteri atau jamur ke dalam kamar
hitung,
3. mengatur alat penghitung pada posisi
dan mulai menghitung dengan
menggunakan jarum penunjuk sambil
melihat jumlah pada layar hitung
3) Inkubator
Menumbuhkan
bakteri dengan
menjaga suhu
dan
kelembabannya.
memasukkan semua medium yang sudah
dimasukan ke dalam cawan petri dan
terbungkus kertas ke dalam inkubator
selama 24 jam dengan suhu konstan sesuai
dengan yang diinginkan
4) Hot plate
stirrer
untuk membantu
pengadukan agar
suspensi tidak
mengendap dan
pendistribusian
mikroba dalam
media tumbuh
1. menambahkan air pada ferri tartrat,
2. meletakkannya di atas hot plate.
3. Setelah dihubungkan dengan arus
listik, alat ini akan menghomogenkan
sekaligus memanaskannya
5) Electric
Shaker
membantu
pengadukan
larutan dan
1. meletakkannya di atas hot plate.
2. Setelah dihubungkan dengan arus
listik, alat ini akan
11
pendistribusian
mikroba dalam
media tumbuh
menghomogenkannya.
6) Lemari
pendingin
mengendalikan
aktivitas dan
pertumbuhan
mikroba dalam
media kultur
1. Meletakkan media kultur mikroba pada
lemari pendingin
2. Setelah dihubungkan dengan arus
listrik, alat ini akan
mendinginkan/mengawetkan hasilnya
7) Oven
sterilisasi
peralatan secara
kering
1. membungkus alat-alat yang ingin
disterilkan,
2. memasukkan alat-alatnya ke dalam
oven lalu ditutup,
3. mengaktifkan tombol power dan
mengatur suhu yang diinginkan
umumnya 180°C selama 2 jam
8) Otoklaf melakukan
sterilisasi basah
1. melakukan pengecekan dahulu
banyaknya air dalam otoklaf. Jika air
kurang dari batas yang ditentukan,
maka dapat ditambah air sampai batas
tersebut. Gunakan air hasil destilasi
untuk menghidari terbentuknya kerak
dan karat.
2. Masukkan peralatan dan bahan. Jika
mensterilisasi botol beretutup ulir,
maka tutup harus dikendorkan.
3. menutup otoklaf dengan rapat lalu
mengencangkan baut pengaman agar
tidak ada uap yang keluar dari bibir
autoklaf. Klep pengaman jangan
dikencangkan terlebih dahulu.
4. menyalakan otoklaf kemudian
mengatur timer dengan waktu
minimal 15 menit pada suhu 121oC.
12
5. menunggu sampai air mendidih
sehingga uapnya memenuhi
kompartemen otoklaf dan terdesak
keluar dari klep pengaman.
6. Kemudian menutup klep pengaman
dan tunggu sampai selesai.
Penghitungan waktu 15’ dimulai sejak
tekanan mencapai 2 atm.
7. Jika alarm tanda selesai berbunyi,
maka tunggu tekanan dalam
kompartemen turun hingga sama
dengan tekanan udara di lingkungan
(jarum pada preisure gauge
menunjuk ke angka nol).
8. Kemudian membuka klep-klep
pengaman dan mengeluarkan isi
autoklaf dengan hati-hati.
9) Timbangan
analitik
menentukan
bobot sampel
dengan ketelitian
tinggi
meletakkan bahan pada timbangan tersebut
kemudian melihat angka yang tertera pada
layar, dan angka itu merupakan massa dari
bahan yang ditimbang
10) Jarum ose
mengambil
mikroba yang
akan diinkubasi,
diisolasi atau
ditransfer ke
media kultur lain
1. menyentuhkannya pada bagian
mikrobia ,
2. menggosokkan pada kaca preparat
untuk diamati
11) Lampu
spirtus
sterilisasi panas
dan
mempertahankan
sterilisasi ruang
inokulasi, isolasi
menyulut api pada alat ini, maka lampu spirtus
ini siap digunakan
13
dan transfer
mikroba
12) Tabung
reaksi
wadah media
kultur berupa
agar tegak dan
agar miring
Memasukkan agar dengan menggunakan pipet
tetes biasanya untuk kepentingan mikrobiologi
digunakan pipet tetes berbahan plastik
13) Cawan Petri
(petri dish)
sebagai wadah
media kultur
dalam bentuk
lempeng agar
1. menyeterilkan petri dish ini terlebih
dahulu bersama kertas saring di
dalamnya
2. mencucinya terlebih dahulu dan
dikeringkan
3. setelah steril alat ini sudah bisa
digunakan untuk kultur mikroba
14) Pipet tetes
memindahkan
cairan dalam
jumlah kecil
1. memasukkan pipet ke dalam media
kultur,
2. tekan bagian atas pipet guna
mengambil sampelnya
3. tekan pipet agar cairan yang terambil
keluar dari pipet ke tempat lain
15) Mikropipet memindahkan
cairan yang
bervolume
cukup kecil yang
didalamnya telah
terdapat mikroba
1. Sebelum digunakan Thumb Knop sebikny
ditekan berkali-kali untuk memastikan
lancarnya mikropipet
2. Masukkan tip bersih ke dalam nozzle/ujung
mikropipet
3. Tekan Thumb knop sampai hambatan
pertama/first stop, jangan ditekan lebih ke
dalam lagi
4. Masukkan tip ke dalam cairan sedalam 3-4
mm
5. Tahan pipet dalam posisi vertikal kemudian
lepaskan tekanan dari thumb knop maka cairan
akan masuk ke tip
6. Pindahkn ujung tip ke tempat penampung
14
yang diinginkan
7. Tekan Thumb knop sampai hambatan
kedua/second stop atau tekan semaksimal
mungkin maka semua cairan akan keluar dari
ujung tip
8. Jika ingin melepas tip putar Thumb knop
searah jarum jam dan ditekan maka tip akan
terdorong keluar dengan sendirinya
VI.2. Pembahasan
Dari hasil yang diperoleh dapat diketahui berbagai fungsi atau prinsip kerja setiap
alat yang ada di laboratorium mikrobiologi. Alat-alat ini terdiri dari alat non gelas
berupa ; sendok tanduk, spoit, labu semprot, hand spray. Alat gelas berupa; Cawan petri,
batang pengaduk,pipet gondok, gelas ukur, pipet volume, tabung durham,dan erlenmeyer.
Alat instrumen berupa; oven, inkubator, Electric Shaker, Neraca analitik, Autoklaf. Alat
lain berupa; Ose lurus, Ose bulat, dan Enkas.
Alat- alat laboratorium mikrobiologi ini memiliki teknik sterilisasi yang tidak semuanya
sama antara lain :
1. Alat gelas : Alat- alat gelas ini disterilkan dengan menggunakan oven, atau disebut juga
hot air sterilization. Alat- alat gelas disterilkan oleh udara panas di dalam oven. Alat- alat
yang disterilkan dengan menggunakan oven adalah alat yang tahan terhadap panas.
2. Alat non gelas: Alat- alat non gelas ini disterilkan dengan menggunakan autoklaf yaitu
dengan menggunakan uap air panas bertekanan tinggi. Alat- alat yang disterilkan dngan
otoklaf adalah alat yang tidak tahan terhadap panas/ mudah meleleh.
3. Alat- alat lain: -Ose bulat dan ose lurus : Alat ini disterilkan dengan menaruh benda
pada nyala api bunsen sampai merah membara.
-Enkas : Alat ini disterilkan dengan cara menyemprotkan alkohol pada dinding dan dasr
enkas dengan handspray dan didiamkan sekitar 30 menit kemudian menyalakan bunsen
selama pengerjaan.
Selain itu, diperoleh hasil bahwa syarat utama bekerja dengan mikrobiologi
adalah sterilitas, baik sterilitas diri maupun alat-alat yang digunakan. Sebelum dan
15
sesudah praktikum, kita menggunakan alkohol untuk mensterilkan tangan dan meja kerja
sedangkan untuk alat-alat yang digunakan sterilisasi dilakukan tergantung dari bahan dan
jenis alat-alat itu sendiri. Hal ini dikarenakan alat-alat tersebut memiliki karakter dan
perlakuan yang berbeda, serta memiliki fungsi yang spesifik tergantung jenis alatnya.
Melakukan pengkulturan mikroba, misalnya mengambil atau memindahkan
mikroba, menuangkan media, kita harus melakukannya dekat api lampu spirtus/bunsen
spirtus. Hal ini bertujuan agar area sekitar kita bekerja bebas dari mikroba.
VII. Pendalaman
1. Apa yang dimaksud dengan sterilisasi kering dan sterilisasi basah ? Jelaskan apa
perbedaan dan kesamaan diantara keduanya?
Jawab: a. Sterilisasi kering adalah sterilisasi dengan udara panas dilakukan
dengan menggunakan oven pada suhu 121°C terhadap bahan-bahan
dan alat-alat yang tahan terhadap temperatur tinggi selama 20
menit.
b. Sterilisasi basah adalah sterilisasi dengan uap bertekanan
menggunakan otoklaf. Cara ini digunakan untuk mensterilkan bahan
bahan atau material seperti air, medium dan sebagainya dengan
temperatur mencapai 121°C selama 20 menit
c. Perbedaan antara keduanya adalah pada sterilisasi kering tidak
menggunakan air sama sekali dan alat yang digunakannya pun
berbeda. Pada sterilisasi kering digunakan oven sedangkan pada
sterilisasi basah digunakan otoklaf.
2. Jelaskan oleh Anda perbedaan utama antara prinsip kerja dan kegunaan peralatan hot
plate stirrer dengan electric shaker.
Jawab: Hot plate stirrer dapt mengaduk (meghomogenkan) cairannya saja sedangkan
pada electric shaker kita dapat mengaduk cairan berisi mikroba dan juga
alat/media nya misalkan labu erlemneyer.
3. Jelaskan oleh Anda, prinsip kerja dari balon pipet. Apa kerugian yang mungkin
dihadapi apabila tidak menggunakan balon pipet tersebut?
16
Jawab: a. Prinsip kerja dari balon pipet adalah untuk menghisap cairan dari suatu
media ke media lainnya dengan pipet hisap. Alat ini hanya sebagai alat
bantu untuk pipet hisap (tenaga penghisap).
b. Kerugian apabila tidak menggunakan pipet hisap maka kita harus
melakukan pemindahan (penghisapan) cairan dengan cara manual, yakni
dengan mulut kita sendiri.
4. Coba Anda sebutkan dan jelaskan prinsip kerja peralatan yang digunakan untuk
sterilisasi basah.
Jawab:
17
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto, E. 2012. Modul Praktikum: Pengenalan Peralatan Praktikum Program studi
Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Sumedang: Universitas
Padjadjaran
Lay, B. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Pelczar, Michael J..1986. Dasar-dasar mikrobiologi. Jakarta: Universitas Indonesia
http://antiserra.wen.su/alkes.html diakses Senin, 14 Oktober 2012
http://garuda7info.blogspot.com/2012/09/Mikroskop.html diakses Senin, 14 Oktober 2012
18