pengenalan mineral BAB.docx
Transcript of pengenalan mineral BAB.docx
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Identifikasi mineral secara optik merupakan suatu kegiatan membuat deskripsi
tentang suatu mineral tertentu secara mikroskopis dengan menggunakan mikroskop
polarisasi. Setelah identifikasi dilakukan, maka kita dapat dengan jelas memberikan
nama pada mineral tersebut. Mineral adalah bahan anorganik yang terbentuk secara
alamiah , memiliki komposisi kimia tetap dan struktur kristal yang beraturan. Dialam ini
terdapat lebih dari 2000 jenis mineral yang diketahui. Tetapi, hanya beberapa mineral
saja yang dijumpai sebagai mineral pembentuk bantuan.
Terkait dengan peranan mikroskop polarisasi dalam identifikasi sifat optik
suatu mineral dan sifat-sifat cahaya dari mineral yang diamati maka dianggap perlu
untuk mampu menggunakan mikroskop tersebut. Oleh karena itu diadakanlah
praktikum untuk pengamatan nikol sejajar, nikol silang dan konoskop dalam acara
pengenalan mineral.
1.2 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dari diadakannya praktikum petrografi dengan acara pengenalan
mineral adalah untuk mengidentifikasi mineral secara optik dengan menggunakan
mikroskop polarisasi.
Tujuan dari diadakannya praktikum petrografi dengan acara pengenalan mineral adalah,
sebagai berikut:
1. Dapat mengetahui sifat-sifat optik pada pengamatan nikol sejajar dan nikol silang
mineral pada suatu batuan.
2. Dapat menentukan nama mineral berdasarkan sifat optik dan sifat cahaya mineral
yang telah di identifikasi.
1.3 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada saat praktikum adalah :
1. Mikroskop polarisasi
2. Lap kasar dan lap halus
3. Lembar kerja praktikum
4. Penuntun praktikum
5. Sampel mineral
6. Alat tulis menulis
7. Pensil warna
1.4 Prosedur Kerja
Pada saat praktikum, dilakukan beberapa tahapan dalam pengerjaannya, beberapa
tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Membuat bon alat, yang bertujuan untuk mengetahui keadaan mikroskop
sebelum ataupun setelah digunakan.
2. Menyalakan mikroskop dan menyentringkan mikroskop dan memfokuskan
medan pandang
3. Meletakkan sampel batuan pada meja objek.
4. Mengatur kedudukan sampel sehingga berada pada perpotongan benang silang
mikroskop.
5. Mengfungsikan analisator, kemudian memperhatikan warna, gejala pleokroisme
dari mineral pada saat diputar, menentukan bentuk mineral, indeks bias dengan
menggunakan metode iluminasi miring, belahan, pecahan, relief, inklusi pada
mineral, danmenentukan ukuran dari mineral .
6. Mengfungsikan polarisator lalu memperhatikan warna interfernsi maksimum,
sudut gelapan, jenis gelapan, bias rangkap, system Kristal dan komposisi kimia
mineral yang diamati.
7. Memasukkan keping gips pada kompensator sehingga sejajar dengan objek dan
amati perubahan warna yang terjadisehingga kita dapat mengetahui TRO-nya.
8. Setelah data yang didapatkan cukup, maka selanjutnya menentukan nama mineral
yang diamati.
9. Mengganti sampel mineral dengan sampelmineral yang lain.
10. Melakukan langkah 5-langkah 7 untuk sampel mineral tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengamatan Mikroskopik dengan Ortoskop tanpa Nikol
Pengamatan mikroskop polarisasi tanpa nikol dalam praktek diartikan bahwa
analisator tidak dipergunakan (berarti analisator dikeluarkan dari jalan cahaya di
dalam tubus mikroskop,atau arah analisator diputar sampai sejajar dengan arah
polarisator), sedang polarisator tetap dipasang pada tempatnya dengan arah
getarannya sejajar dengan salah satu benang silang. Sifat-sifat optik yang dapat
diamati dengan ortoskop tanpa nikol dibagi menjadi dua golongan sebagai berikut :
a) Sifat-sifat optik yang mempunyai hubungan tertentu dengan sumbu-sumbu
kristalografi yaitu yang sejajar atau yang menyudut tertentu, misalnya: bentuk,
belahan, dan pecahan. Semua sifat tersebut juga dapat diamati baik dengan
mikroskop binokular yang tidak memakai cahaya yang terpolarisir, maupun pada
contoh setangan dengan mata biasa.
b) Sifat optik yang mempunyai hubungan erat dengan sumbu-sumbu sinar/sumbu
optik pada kristal yaitu misal: index bias, relief, warna, dan pleokroisme. Perlu
diperhatikan bahwa kejadian-kejadian dari sifat-sifat tersebut yang nampak di
bawah ortoskop pada posisi meja objek tertentu adalah kejadian dari sinar atau
komponen sinar yang pada posisi tersebut bergetar searah dengan polarisator.
Sifat-sifat ini harus diamati dengan cahaya terpolarisir.
Sifat-sifat optik yang dapat diamati adalah ketembusan cahaya, inklusi, ukuran,
bentuk, belahan dan pecahan, indeks bias dan relief, warna, dan pleokroisme.
1) Ketembusan Cahaya
Berdasar atas sifatnya terhadap cahaya, mineral dapat dibagi menjadi dua
golongan yaitu mineral yang tembus cahaya/transparent dan mineral tidak tembus
cahaya /mineral opak/mineral kedap cahaya. Di bawah ortoskop semua mineral
kedap cahaya tampak sebagai butiran yang gelap/hitam. Mineral jenis ini tidak dapat
dideskripsikan dengan mikroskop polarisasi, dan dapat dipelajari lebih lanjut dengan
mikroskop pantulan. Mineral tembus cahaya dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu
mineral isotropik dan mineral anisotropik. Kedua golongan mineral tersebut hanya
dapat diketahui secara pasti pada pengamatan dengan ortoskop nikol bersilang,
walaupun pada pengamatan dengan ortoskop tanpa nikol akan berbeda juga
kenampakannya. Zat yang isotropik mempunyai satu harga indeks bias saja, karena
sinar yang berjalan ke segala arah memiliki kecepatan yang sama, maka semua sifat
optik yang berhubungan dengan lintasan cahaya yang menembus kristal akan sama
pada setiap arah. Demikian dengan mineral yang isotropik, walaupun meja objek
diputar 360o, tetap tidak mengalami perubahan sifat. Sebaliknya mineral yang
anisotropik dengan pemutaran meja objek akan memperlihatkan perubahan sifat
optik.
2) Inklusi
Pada kristal tertentu, selama proses kristalisasi sebagian material asing yang
terkumpul pada permukaan bidang pertumbuhannya akan terperangkap dalam kristal,
dan seterusnya menjadi bagian dari kristal tersebut. Material tersebut dapat berupa
kristal yang lebih kecil dari mineral yang berbeda jenisnya, atau berupa
kotoran/impurities pada magma, dapat juga berupa fluida baik cairan ataupun gas.
Kungkungan dapat dikenali di bawah mikroskop tanpa nikol apabila terdapat
perbedaan antara bahan inklusi dengan kristal yang mengungkungnya, misalnya pada
ketembusannya, relief maupun perbedaan warna. Bidang batas antara inklusi dengan
mineral yang mengungkungnya dapat bersifat seperti batas bidang kristal biasa.
3) Ukuran mineral
Ukuran mineral dapat dinyatakan secara absolut dalam mm atau cm dan
sebagainya. Pengukuran lebar dan panjang atau diameter mineral dapat dilakukan
dengan bantuan lensa okuler yang berskala.
4) Bentuk mineral
Pengamatan bentuk mineral dilakukan dengan melihat atau mengamati bidang
batas/garis batas mineral tersebut. Hal yang perlu diperhatikan adalah apakah kristal
tumbuh secara bebas di dalam media cair atau gas, ataukah pertumbuhan tersebut
terhalang oleh butir-butir mineral yang tumbuh di sekitarnya, hal ini akan
memberikan kenampakan bidang batas yang relatif berbeda.
Apabila kristal tersebut dibatasi oleh bidang kristalnya sendiri secara keseluruhan
maka kristal disebut mempunyai bentuk euhedral.
Apabila kristal tersebut dibatasi oleh hanya sebagian bidang kristalnya sendiri
maka kristal disebut mempunyai bentuk subhedral.
Apabila kristal tersebut tidak dibatasi oleh bidang kristalnya sendiri secara
keseluruhan maka kristal disebut mempunyai bentuk anhedral.
Parameter lain untuk menyatakan bentuk adalah jumlah dan perbandingan
panjang bidang-bidang batas kristal, terutama untuk kristal-kristal yang euhedral.
Istilah yang sering digunakan antara lain: prismatik, tabular, granular, lathlike,
fibrous, foliated, radiated, dan sebagainya.Untuk kristal yang dalam pertumbuhannya
terhalang oleh kristal yang lain atau juga terhalang magma yang kental, sering
menghasilkan bentuk “incipient crystals”.
5) Belahan
Belahan dalam sayatan mineral bisa terlihat dalam bentuk garis-garis yang
teratur sepanjang bidang belahannya, di mana kenampakannya bisa sangat baik, baik,
buruk atau tidak ada. Dalam hal tertentu sebaiknya orientasi belahan inii ditentukan
kedudukannya terhadap sumbu kristalnya. Belahan merupakan sifat fisikyang tetap
pada satu jenis mineral yang menunjukkan sifat khas dari struktur atom di dalamnya.
Beberapa mineral dicirikan oleh adanya belahan pada satu arah saja, misalnya
pada semua mineral mika. Bidang-bidang belahan akan nampak sebagai garis lurus
yang sejajar satu dengan yang lain pada sayatan yang dipotong miring atau sejajar
terhadap sumbu kristal atau memotong arah bidang belahan. Sedangkan sayatan yang
tegaklurus sumbu kristal atau sejajar bidang belahan, maka belahan tidak akan
nampak sama sekali.
6) Pecahan
Pecahan atau fracture adalah kecenderungan dari suatu mineral untuk pecah
dengan cara tertentu yang tidak dikontrol oleh struktur atom seperti halnya belahan.
Jenis-jenis pecahan yang khas antara lain pecahan seperti gelas (subconchoidal
fracture) pada kuarsa, pecahan memotong pada olivin, ortopiroksen dan nefelin.
7) Indeks Bias dan Relief
Relief adalah ekspresi dari cahaya yang keluar dari suatu media kemudian
masuk ke dalam media yang lain yang mempunyai harga indeks bias yang berbeda,
sehingga cahaya tersebut mengalami pembiasan pada batas kontak kedua media
tersebut. Semakin besar perbedaan harga indeks bias antara kedua media, maka
semakin jelas bidang batas natara keduanya. Sebaliknya semakin kecil perbedaan
harga indeks bias, maka kenampakan bidang batas antar mineral akan semakin kabur.
Untuk mempermudah pengamatan relief di bawah ortoskop, maka sayatan
mineral/batuan dilekatkan pada kaca dengan menggunakan media balsam kanada
yang mempunyai relief nol (sebagai standar) dengan n = 1.537.
Dalam pengamatan dan penilaian relief mineral secara relatif, maka harga
relief mineral harus dibandingkan dengan relief standar balsam kanada (n = 1.537)
atau relief kuarsa (n = 1.544). setiap mineral yang mempunyai indeks bias kurang
dari relief standar disebut memiliki relief negatif, sedangkan mineral yang memiliki
indeks bias lebih besar dari standar disebut memiliki relief positif. Cara untuk
membedakan jenis relief adalah dengan menggunakan metode garis Becke. Selain
penilaian relief positif/negatif, harga relief suatu mineral juga dinilai berdasar
tingkatan perbedaan harga indeks bias dengan n standar. Setiap mineral yang
mempunyai n relatif dekat dengan n standar yaitu antara 1.545 – 1.599 maka disebut
memiliki relief positif rendah.
8) Warna dan pleokroisme
Warna yang tampak pada mikroskop polarisasi adalah warna yang dihasilkan
oleh oleh sifat cahaya yang bergetar searah dengan arah polarisator. Pada mineral
yang bersifat isotropik hanya terdapat satu warna saja yang tidak berubah sama sekali
walaupun meja objek diputar, sedangkan pada mineral yang bersifat anisotropik,
dapat terjadi dua atau tiga warna yang berbeda tergantung pada arah sayatan mana
yang diamati.
2.2 Pengamatan Mikroskopik dengan Nikol Bersilang
Pengamatan ortoskopik nikol bersilang (crossed polarized light) dimaksudkan
bahwa dalam pengamatannya digunakan analisator bersilangan dengan polarisator
(sinar diserap dalam dua arah yang saling tegak lurus). Dengan ortoskop nikol
bersilang dapat dipelajari sifat – sifat optik hasil dari semua kejadian pada cahaya
selama perjalanannya, pertama – tama melalui polarisator kemudia melalui peraga dan
akhirnya melalui analisator. Sifat yang dapat diamati adalah sifat optik yang
berhubungan dengan kedudukan dan jumlah sumbu optik. Sifat optik yang diamati
antara lain warna interferensi, gelapan dan kedudukan gelapan serta kembaran.
1) Warna Interferensi
Warna interferensi adalah sifat optik yang sangat penting, namun
penjelasannya cukup rumit, sehingga kita harus memahami konsep dasarnya secara
bertahap. Pada posisi sumbu sinar sembarang terhadap arah getar polarisator inilah,
komponen sinar lambat dan cepat tidak diserap oleh analisator, sehingga dapat
diteruskan hingga mata pengamat. Karena perbedaan kecepatan rambat sinar cepat
dan lambat inilah, maka terjadi yang disebut sebagai beda fase atau retardasi.
Semakin besar selisih indeks bias, semakin besar beda fase/retardasinya.
Warna interferensi dapat ditentukan dengan memutar meja objek yang terdapat
sayatan mineral hingga diperoleh terang maksimal. Warna terang tersebut
dicocokkan dengan tabel interferensi Michel – Levy Chart.
2) Tanda rentang optik
Tanda rentang optik adalah istilah untuk menunjukkan hubungan antara
sumbu kristalografi (terutama arah memanjangnya kristal) dengan sumbu sinar cepat
(x) dan lambat (z). Tujuannya adalah menentukan sumbu sinar mana (x atau z) yang
kedudukannya berimpit atau dekat (menyudut lancip) dengan sumbu panjang kristal.
Dengan demikian, TRO hanya dimiliki oleh mineral yang memiliki belahan satu arah
atau arah memanjangnya mineral (sumbu c). Jenis tanda rentang optik yaitu :
Length slow (+) = sumbu c berimpit /menyudut lancip dengan arah getar sinar
lambat (sumbu z). Keadaan ini dinamakan Addisi yaitu penambahan orde warna
interferensi pada saat kompensator digunakan.
Length fast (-) = sumbu c berimpit/menyudut lancip dengan arah getar sinar cepat
(sumbu x). Keadaan ini dinamakan Substraksi yaitu pengurangan orde warna
interferensi pada saat kompensator digunakan.
Penentuan tanda rentang optik dilakukan dengan pengamatan nikol bersilang
dengan menggunakan kompensator (keping gips/baji kuarsa).
3) Kembaran
Selama pertumbuhan kristal atau pada kondisi tekanan dan temperatur tinggi,
dua atau lebih kristal intergrown dapat terbentuk secara simetri. Simetri intergrown
inilah yang dikenal sebagai kembaran.
Kembaran hanya dapat diamati pada nikol bersilang karena kedudukan kisi
pada dua lembar kembaran yang berdampingan saling berlawanan, sehingga
kedudukan gelapan dan warna interferensi maksimalnya berlainan.
Secara genesa, kembaran dapat terbentuk dalam tiga proses yang berbeda yaitu
kembaran tumbuh, transformasi, dan deformasi.
Kembaran tumbuh/Growth Twins
Kembaran ini terbentuk bersamaan pada saat kristalisasi atau
pertumbuhan kristal, di mana dua unit kristal berbagi dan tumbuh dari satu kisi
yang sama dengan orientasi berlawananJenis kembaran ini terbagi atas kembaran
kontak dan kembaran penetrasi. Contoh jenis kembaran ini adalah kembaran
carlsbad pada ortoklas dan kembaran albit pada plagioklas.
Kembaran transformasi
Kembaran ini dapat terjadi karena kristal mengalami transformasi karena
perubahan P dan T terutama karena perubahan T. Hal ini hanya dapat terjadi pada
kristal yang mempunyai struktur dan simetri yang berbeda pada kondisi P dan T
yang berbeda. Pada saat P&T berubah, bagian tertentu dari kristal ada yang stabil
ada yang mengalami perubahan orientasi kisi, sehingga terjadi perbedaan
orientasi pada bagian berbeda dari kristal. Contoh: kembaran dauphin dan
kembaran brazil pada kuarsa terbentuk karena penurunan T. Contoh lain adalah
kembaran periklin yang terjadi pada saat sanidin (monoklin, high T) berubah
menjadi mikroklin (triklin, low T).
Kembaran Deformasi/Deformation Twins
Kembaran ini terjadi setelah kristalisasi, pada saat kristal telah padat.
Karena deformasi (perubahan P) atom pada kristal dapat terdorong dari posisi
semula. Apabila perubahan posisi ini terjadi pada susunan yang simetri, akan
menghasilkan kembaran. Contoh kembaran jenis ini adalah polisintetik pada
kalsit.
4) Gelapan dan kedudukan gelapan
Pada pengamatan nikol bersilang, gelapan (keadaan di mana mineral gelap
maksimal) dapat terjadi karena tidak ada cahaya yang diteruskan oleh analisator
hingga mata pengamat. Pada zat anisotropik syarat terjadinya gelapan adalah
kedudukan sumbu sinar berimpit dengan arah getar polarisator dan/atau analisator.
Sumbu sinar = sinar cepat (x) dan sinar lambat (z). Sehingga dalam putaran 360o
akan ada empat kedudukan gelapan. Sebaliknya kedudukan terang maksimal (warna
interferensi maksimal) terjadi pada saat sumbu sinar membuat sudut 45o terhadap
arah getar PP dan AA.
Gelapan sejajar/paralel
Kedudukan gelapan di mana sumbu panjang kristal (sumbu c) sejajar dengan
arah getar PP dan/atau AA. Sehingga dapat dikatakan sumbu optik berimpit dengan
sumbu kristalografi.
Gelapan miring
Kedudukan gelapan di mana sumbu panjang kristal (sumbu c) menyudut
terhadap arah getar PP dan/atau AA. Sehingga dapat dikatakan sumbu optik
menyudut terhadap sumbu kristalografi
Gelapan bergelombang
Terjadi pada mineral yang mengalami tegangan/distorsi sehingga orientasi
sebagian kisi kristal mengalami perubahan berangsur, dan kedudukan gelapan
masing-masing bagian agak berbeda.
Gelapan bintik/mottled extinction
Umumnya terjadi pada mineral silikat berlapis (mika), hal ini terjadi karena
perubahan orientasi kisi kristal secara lokal, sehingga tidak seluruh bagian kristal
sumbu sinarnya berorientasi sama.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.1 Sampel Mineral 1
Pada pengamatan ortoskop nikol sejajar sampel mineral yang diamati
menggunakan mikroskop polarisasi, perbesaran lensa yang digunakan adalah 10 kali
dan lensa objektif adalah 5 kali, sehingga didapatkan bahwa perbesaran totalnya
adalah 50 dan bilangan skalanya adalah 0,02. Pada sampel mineral pertama,
memiliki kedudukan x yaitu 54 mm dan y yaitu 22,8 mm. Secara mikroskopis pada
pengamatan nikol sejajar mineral tersebut menampakkan warna putih kecoklatan,
pada saat meja objek diputar sebesar 900, maka mineral tadi menampakkan gejala
pleokroisme, dimana terjadi satu perubahan warna sehingga disebut monokroik.
Melihat dari perubahan warna yang agak jelas, maka intensitas perubahan warnanya
adalah sedang. Pada saat dibawah mikroskop, mineral yang diamati menampakkan
bentuk yang bervariasi antara euhedral sampai subhedral, bentuk euhedral-subhedral
tadi menjelaskan bahwa mineral ini mengalami proses kristalisasi yang lama dan
terjadi pada suhu dan temperatur yang tinggi, adanya kenampakkan bentuk mineral
yang euhedral-subhedral mengakibatkan mineral ini memiliki indeks bias yang
lebih besar dari pada indeks bias kanada balsam, (Nmin>Ncb) ini dibuktikan juga
dengan menggunakan metode iluminasi miring, dimana pada saat sebagian
illuminator ditutupi oleh kertas tidak tembus cahaya, maka bidang yang gelap searah
dengan arah datangnya bayangan gelap yang diakibatkan oleh kertas karton.
Kenampakkan bentuk mineral yang euhedral-subhedral dan indeks bias mineral
yang sedang mengakibatkan bidang tepi mineral terlihat sangat jelas, sehingga dapat
A
0100 P
ditentukan bahwa relief dari mineral yang diamati adalah tinggi. Pada saat dibawah
mikroskop, mineral ini tidak memberikan adanya kenampakkan belahan dengan
pecahan yang tidak rata dengan ukuran mineral 2,34 mm.
Pada posisi nikol silang, warna interferensi maksimum yang terlihat adalah
putih keabu – abuan pada bias rangkap Lemah, Orde I bawah (0,004). Sudut gelapan
pada mineral ini adalah 35o. Penentuan sudut gelapan dengan cara menentukan
selisih sudut dari gelap ke terang maksimum dan dari terang ke gelap maksimum.
Selisih kedua sudut tersebut kemudian di jumlahkan dan di bagi dua. Dari sudut
gelapan kita dapat menentukan jenis dari gelapan mineral yang diamati. Pada mineral
ini, sudut gelapannya adalah 35o sehingga dapat dikatakan bahwa jenis gelapannya
adalah gelapan miring. Kembaran terlihat ketika meja objek pada pengamatan
mineral ini diputar. Pada saat keping gips di masukkan perubahan warna yang terlihat
cepat dengan adanya penjumlahan orde sehingga mineral ini tergolong mineral yang
Addisi – Length Fast. Berdasarkan ciri-ciri sifat optik yang telah didapatkan dari
hasil pengamatan, maka dapat ditentukan nama mineral yang telah diamati adalah
Plagioklas (Anortit). Proses pembentukan mineral ini tidak terlepas dari proses
pembekuan magma yang nantinya akan membentuk batuan beku dimana pada saat
magma naik ke permukaan bumi karena pengaruh dari inti bumi yang menyebabkan
magma naik ke permukaan bumi pada suhu 12000C, magma tersebut mengkristal
menghasilkan mineral Anortite. Nikol Sejajar
No. Urut : 01
Nikol Sejajar
No. Peraga :BB 01
Perbesaran objektif : 5X
Anortite
A
0 100 P
A
0100 P
Perbesaran okuler : 10X
Perbesaran total : 50X
Bilangan skala : 0,02
Kedudukan : (x ; y) (59,4;22,8) Nikol Silang
Warna absorbsi : Putih Kecoklatan
Pleokroisme : Monokroik
Intensitas : Sedang
Bentuk : Euhedral-Subhedral
Indeks bias : Nmin>Ncb
Belahan : Tidak ada
Relief : Tinggi T.R.O
Pecahan : Even
Inklusi :-
Bentuk : -
Warna : -
Ukuran : -
Ukuran mineral : 117 X 0,02 = 2,34 mm
WI maksimum : Putih Keabu-abuan
Bias Rangkap (Orde) : Lemah, Orde I bawah (0,004)
Sudut Gelapan : 25 o +45 o = 35o
2
Jenis gelapan : Miring
Kembaran : Carlsbad-Albit
Sistem kristal : Triklin
T.R.O. : Addisi-Length Fast
Komposisi kimia : CaAlSi3O8
Nama mineral :Plagioklas (Anorthite)
1.2 Sampel Mineral 2
Anortite
Anortite
Pada sampel mineral kedua, memiliki kedudukan x yaitu 52,4 mm dan y yaitu
19,9 mm. Secara mikroskopis pada pengamatan nikol sejajar mineral tersebut
menampakkan warna putih kecoklatan, pada saat meja objek diputar sebesar 900,
maka mineral tadi menampakkan gejala pleokroisme, dimana terjadinya dua
perubahan warna sehingga disebut dwikroik. Melihat dari perubahan warna yang
jelas, maka intensitas perubahan warnanya adalah kuat. Pada saat dibawah
mikroskop, mineral yang diamati menampakkan bentuk yang bervariasi antara
euhedral sampai subhedral, bentuk euhedral - subhedral tadi menjelaskan bahwa
mineral ini mengalami proses kristalisasi yang lama dan terjadi pada suhu dan
temperatur yang tinggi, adanya kenampakkan bentuk mineral yang euhedral-
subhedral mengakibatkan mineral ini memiliki indeks bias yang lebih besar dari
pada indeks bias kanada balsam, (Nmin>Ncb) ini dibuktikan juga dengan
menggunakan metode iluminasi miring, dimana pada saat sebagian illuminator
ditutupi oleh kertas tidak tembus cahaya, maka bidang yang gelap searah dengan arah
datangnya bayangan gelap yang diakibatkan oleh kertas karton. Kenampakkan
bentuk mineral yang euhedral-subhedral dan indeks bias mineral yang sedang
mengakibatkan bidang tepi mineral terlihat sangat jelas, sehingga dapat ditentukan
bahwa relief dari mineral yang diamati adalah tinggi. Pada saat dibawah mikroskop,
mineral ini tidak memberikan adanya kenampakkan belahan dengan pecahan yang
tidak rata dengan ukuran mineral 1,56 mm.
Pada posisi nikol silang, warna interferensi maksimum yang terlihat adalah
kuning kemerahan pada bias rangkap Sedang, orde I atas (0,008). Sudut gelapan pada
mineral ini adalah 42o. Penentuan sudut gelapan dengan cara menentukan selisih
A
0100 P
A
0100 P
sudut dari gelap ke terang maksimum dan dari terang ke gelap maksimum. Selisih
kedua sudut tersebut kemudian di jumlahkan dan di bagi dua. Dari sudut gelapan kita
dapat menentukan jenis dari gelapan mineral yang diamati. Pada mineral ini, sudut
gelapannya adalah 42o sehingga dapat dikatakan bahwa jenis gelapannya adalah
gelapan miring. Kembaran tidak terlihat ketika meja objek pada pengamatan mineral
ini diputar. Pada saat keping gips di masukkan perubahan warna yang terlihat lambat
dengan adanya penambahan orde sehingga mineral ini tergolong mineral yang
Addisi-Length Slow. Berdasarkan ciri - ciri sifat optik yang telah didapatkan dari
hasil pengamatan, maka dapat ditentukan nama mineral yang telah diamati adalah
Piroksin ( Hypersten ).
Proses pembentukan mineral ini tidak terlepas dari proses pengkristalan
magma yang nantinya akan menjadi batuan beku. Dimana pada saat cairan magma
yang berasal dari kulit bumi nai ke atas karena pengaruh tekanan. Pada suhu 800-
1000oC magma tersebut mengkristal menghasilkan mineral Hyperstene.
No. Urut : 02 Nikol Sejajar
No. Peraga :BB 10
Perbesaran objektif : 5X
Perbesaran okuler : 10X
Perbesaran total : 50X
Bilangan skala : 0,02
Kedudukan : (x ; y) (52,4 ; 19,8)
Warna absorbsi : Putih Kecoklatan
Pleokroisme : Dwikroik Nikol Silang
Hyperstene
Hyperstene
A
0100 P
Intensitas : Kuat
Bentuk : Euhedral-Subhedral
Indeks bias : Nmin>Ncb
Belahan : Satu Arah
Relief : Tinggi
Pecahan : Even
Inklusi :-
Bentuk : -
Warna : -
Ukuran : -
Ukuran mineral : 78 X 0,02 = 1,56 mm
WI maksimum : Putih kekuningan
Bias Rangkap (Orde) : Sedang, orde I atas(0,008)
Sudut Gelapan : 42o
Jenis gelapan : Miring
Kembaran : -
T.R.O. : Addisi-length slow
Nama mineral :Piroksin (Hiperstene)
1.3 Sampel Mineral 3
Pada sampel mineral ketiga, memiliki kedudukan x yaitu 58 mm dan y yaitu
13,9 mm. Secara mikroskopis pada pengamatan nikol sejajar mineral tersebut
menampakkan warna putih kekuningan, pada saat meja objek diputar sebesar 900,
maka mineral tadi menampakkan gejala pleokroisme, dimana terjadinya satu
Hyperstene
perubahan warna sehingga disebut monokroik. Melihat dari perubahan warna yang
jelas, maka intensitas perubahan warnanya adalah kuat. Pada saat dibawah
mikroskop, mineral yang diamati menampakkan bentuk yang bervariasi antara
subhedral sampai anhedral, bentuk subhedral - anhedral tadi menjelaskan bahwa
mineral ini mengalami proses kristalisasi yang agak lama dan terjadi pada suhu dan
temperatur yang sedang, adanya kenampakkan bentuk mineral yang subhedral -
anhedral mengakibatkan mineral ini memiliki indeks bias yang lebih besar dari pada
indeks bias kanada balsam, (Nmin>Ncb) ini dibuktikan juga dengan menggunakan
metode iluminasi miring, dimana pada saat sebagian illuminator ditutupi oleh kertas
tidak tembus cahaya, maka bidang yang gelap searah dengan arah datangnya
bayangan gelap yang diakibatkan oleh kertas karton. Kenampakkan bentuk mineral
yang subhedral - anhedral dan indeks bias mineral yang sedang mengakibatkan
bidang tepi mineral terlihat sangat jelas, sehingga dapat ditentukan bahwa relief dari
mineral yang diamati adalah tinggi. Pada saat dibawah mikroskop, mineral ini tidak
memberikan adanya kenampakkan belahan dengan pecahan yang tidak rata dengan
ukuran mineral 1,02 mm.
Pada posisi nikol silang, warna interferensi maksimum yang terlihat adalah
kuning kemerahan pada bias rangkap Sedang, orde I atas (0,008). Sudut gelapan pada
mineral ini adalah 50o. Penentuan sudut gelapan dengan cara menentukan selisih
sudut dari gelap ke terang maksimum dan dari terang ke gelap maksimum. Selisih
kedua sudut tersebut kemudian di jumlahkan dan di bagi dua. Dari sudut gelapan kita
dapat menentukan jenis dari gelapan mineral yang diamati. Pada mineral ini, sudut
gelapannya adalah 50o sehingga dapat dikatakan bahwa jenis gelapannya adalah
A
0100 P
A
0100 P
A
0 100 P
gelapan miring. Kembaran tidak terlihat ketika meja objek pada pengamatan mineral
ini diputar. Pada saat keping gips di masukkan perubahan warna yang terlihat lambat
dengan adanya penambahan orde sehingga mineral ini tergolong mineral yang
Addisi-Length Slow. Berdasarkan ciri - ciri sifat optik yang telah didapatkan dari
hasil pengamatan, maka dapat ditentukan nama mineral yang telah diamati adalah
Kuarsa. Proses pembentukan mineral ini tidak terlepas dari proses pengkristalan
magma yang nantinya akan menjadi batuan beku. Dimana pada saat cairan magma
yang berasal dari kulit bumi naik ke atas karena pengaruh tekanan. Pada suhu <375oC
magma tersebut mengkristal menghasilkan mineral kuarsa.
No. Urut : 03 Nikol Sejajar
No. Peraga : BM 02
Perbesaran objektif : 5X
Perbesaran okuler : 10X
Perbesaran total : 50X
Bilangan skala : 0,02
Kedudukan : (x ; y) (53,1;14,7) Nikol Silang
Warna absorbsi : Putih Kekuningan
Pleokroisme : Monokroik
Intensitas : Kuat
Bentuk : Subhedral-Anhedral
Indeks bias : Nmin>Ncb
Belahan : Tidak ada
Relief : Tinggi T.R.O
Kuarsa
Kuarsa
Kuarsa
Pecahan : Uneven
Inklusi :-
Bentuk : -
Warna : -
Ukuran : -
Ukuran mineral : 51 X 0,02 = 1,02 mm
WI maksimum : Putih Keabu-abuan
Bias Rangkap (Orde) : Lemah, Orde I bawah (0,007)
Sudut Gelapan : 5 5 o + 4 5 o = 50o
2Jenis gelapan : Miring
Kembaran : -
Sistem kristal : Hexagonal
T.R.O. : Addisi-Length Fast
Komposisi kimia : SiO2
Nama mineral : Kuarsa
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum acara pengenalan mineral, maka didapatkan
beberapa kesimpulan, yaitu sebagai berikut:
1. Sifat optik mineral yang diamati dengan menggunakan nikol sejajar berupa
warna absorbsi, pleokrisme, intensitas, bentuk, indeks bias, belahan, relief,
pecahan, inclusi dan ukuran mineral. Sedangkan pada nikol silang berupa
warna interferensi maksimum, bias rangkap ( orde ), sudut gelapan, jenis
gelapan, kembaran dan T.R.O.
2. Berdasarkan sifat-sifat optik mineral yang diamati dapat diinterpretasikan
bahwa nama sampel mineral pertama adalah Anortite ( Plagioklas ), sampel
mineral yang kedua adalah Hypersten ( Piroksin ) dan sampel mineral ketiga
adalah Kuarsa.
4.2. Saran
Saran saya kepada asisten agar asisten yang mengawas pada saat kami
praktikum untuk membimbing kami apabila ada sesuatu hal yang kami tidak tahu
pada saat praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Ulva Ria Irfan, S.T.,M.T 2012. Penuntun Praktikum Petrografi. Makassar :
Laboratorium Petrografi.
Dr. Ulva Ria Irfan, S.T.,M.T 2012. Penuntun Praktikum Mineral Optik. Makassar :
Laboratorium Petrografi.
Montana Annaibale dkk. 1977. Rocks and Mineral. New York:Simon & Schuster
Simon & Schuster. 1977. Rocks and Mineral . New York.
Paul F. Kerr. 1957. Optical Mineralogy. California : Stanford University.