pengenalan mineral BAB.docx

37
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Identifikasi mineral secara optik merupakan suatu kegiatan membuat deskripsi tentang suatu mineral tertentu secara mikroskopis dengan menggunakan mikroskop polarisasi. Setelah identifikasi dilakukan, maka kita dapat dengan jelas memberikan nama pada mineral tersebut. Mineral adalah bahan anorganik yang terbentuk secara alamiah , memiliki komposisi kimia tetap dan struktur kristal yang beraturan. Dialam ini terdapat lebih dari 2000 jenis mineral yang diketahui. Tetapi, hanya beberapa mineral saja yang dijumpai sebagai mineral pembentuk bantuan. Terkait dengan peranan mikroskop polarisasi dalam identifikasi sifat optik suatu mineral dan sifat-sifat cahaya dari mineral yang diamati maka dianggap perlu untuk mampu menggunakan mikroskop tersebut. Oleh karena itu diadakanlah praktikum untuk pengamatan nikol sejajar, nikol silang dan konoskop dalam acara pengenalan mineral.

Transcript of pengenalan mineral BAB.docx

Page 1: pengenalan mineral BAB.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Identifikasi mineral secara optik merupakan suatu kegiatan membuat deskripsi

tentang suatu mineral tertentu secara mikroskopis dengan menggunakan mikroskop

polarisasi. Setelah identifikasi dilakukan, maka kita dapat dengan jelas memberikan

nama pada mineral tersebut. Mineral adalah bahan anorganik yang terbentuk secara

alamiah , memiliki komposisi kimia tetap dan struktur kristal yang beraturan. Dialam ini

terdapat lebih dari 2000 jenis mineral yang diketahui. Tetapi, hanya beberapa mineral

saja yang dijumpai sebagai mineral pembentuk bantuan.

Terkait dengan peranan mikroskop polarisasi dalam identifikasi sifat optik

suatu mineral dan sifat-sifat cahaya dari mineral yang diamati maka dianggap perlu

untuk mampu menggunakan mikroskop tersebut. Oleh karena itu diadakanlah

praktikum untuk pengamatan nikol sejajar, nikol silang dan konoskop dalam acara

pengenalan mineral.

1.2 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dari diadakannya praktikum petrografi dengan acara pengenalan

mineral adalah untuk mengidentifikasi mineral secara optik dengan menggunakan

mikroskop polarisasi.

Tujuan dari diadakannya praktikum petrografi dengan acara pengenalan mineral adalah,

sebagai berikut:

1. Dapat mengetahui sifat-sifat optik pada pengamatan nikol sejajar dan nikol silang

mineral pada suatu batuan.

Page 2: pengenalan mineral BAB.docx

2. Dapat menentukan nama mineral berdasarkan sifat optik dan sifat cahaya mineral

yang telah di identifikasi.

1.3 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada saat praktikum adalah :

1. Mikroskop polarisasi

2. Lap kasar dan lap halus

3. Lembar kerja praktikum

4. Penuntun praktikum

5. Sampel mineral

6. Alat tulis menulis

7. Pensil warna

1.4 Prosedur Kerja

Pada saat praktikum, dilakukan beberapa tahapan dalam pengerjaannya, beberapa

tahapan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Membuat bon alat, yang bertujuan untuk mengetahui keadaan mikroskop

sebelum ataupun setelah digunakan.

2. Menyalakan mikroskop dan menyentringkan mikroskop dan memfokuskan

medan pandang

3. Meletakkan sampel batuan pada meja objek.

4. Mengatur kedudukan sampel sehingga berada pada perpotongan benang silang

mikroskop.

5. Mengfungsikan analisator, kemudian memperhatikan warna, gejala pleokroisme

dari mineral pada saat diputar, menentukan bentuk mineral, indeks bias dengan

Page 3: pengenalan mineral BAB.docx

menggunakan metode iluminasi miring, belahan, pecahan, relief, inklusi pada

mineral, danmenentukan ukuran dari mineral .

6. Mengfungsikan polarisator lalu memperhatikan warna interfernsi maksimum,

sudut gelapan, jenis gelapan, bias rangkap, system Kristal dan komposisi kimia

mineral yang diamati.

7. Memasukkan keping gips pada kompensator sehingga sejajar dengan objek dan

amati perubahan warna yang terjadisehingga kita dapat mengetahui TRO-nya.

8. Setelah data yang didapatkan cukup, maka selanjutnya menentukan nama mineral

yang diamati.

9. Mengganti sampel mineral dengan sampelmineral yang lain.

10. Melakukan langkah 5-langkah 7 untuk sampel mineral tersebut.

Page 4: pengenalan mineral BAB.docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengamatan Mikroskopik dengan Ortoskop tanpa Nikol

Pengamatan mikroskop polarisasi tanpa nikol dalam praktek diartikan bahwa

analisator tidak dipergunakan (berarti analisator dikeluarkan dari jalan cahaya di

dalam tubus mikroskop,atau arah analisator diputar sampai sejajar dengan arah

polarisator), sedang polarisator tetap dipasang pada tempatnya dengan arah

getarannya sejajar dengan salah satu benang silang. Sifat-sifat optik yang dapat

diamati dengan ortoskop tanpa nikol dibagi menjadi dua golongan sebagai berikut :

a) Sifat-sifat optik yang mempunyai hubungan tertentu dengan sumbu-sumbu

kristalografi yaitu yang sejajar atau yang menyudut tertentu, misalnya: bentuk,

belahan, dan pecahan. Semua sifat tersebut juga dapat diamati baik dengan

mikroskop binokular yang tidak memakai cahaya yang terpolarisir, maupun pada

contoh setangan dengan mata biasa.

b) Sifat optik yang mempunyai hubungan erat dengan sumbu-sumbu sinar/sumbu

optik pada kristal yaitu misal: index bias, relief, warna, dan pleokroisme. Perlu

diperhatikan bahwa kejadian-kejadian dari sifat-sifat tersebut yang nampak di

bawah ortoskop pada posisi meja objek tertentu adalah kejadian dari sinar atau

komponen sinar yang pada posisi tersebut bergetar searah dengan polarisator.

Sifat-sifat ini harus diamati dengan cahaya terpolarisir.

Sifat-sifat optik yang dapat diamati adalah ketembusan cahaya, inklusi, ukuran,

bentuk, belahan dan pecahan, indeks bias dan relief, warna, dan pleokroisme.

1) Ketembusan Cahaya

Page 5: pengenalan mineral BAB.docx

Berdasar atas sifatnya terhadap cahaya, mineral dapat dibagi menjadi dua

golongan yaitu mineral yang tembus cahaya/transparent dan mineral tidak tembus

cahaya /mineral opak/mineral kedap cahaya. Di bawah ortoskop semua mineral

kedap cahaya tampak sebagai butiran yang gelap/hitam. Mineral jenis ini tidak dapat

dideskripsikan dengan mikroskop polarisasi, dan dapat dipelajari lebih lanjut dengan

mikroskop pantulan. Mineral tembus cahaya dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu

mineral isotropik dan mineral anisotropik. Kedua golongan mineral tersebut hanya

dapat diketahui secara pasti pada pengamatan dengan ortoskop nikol bersilang,

walaupun pada pengamatan dengan ortoskop tanpa nikol akan berbeda juga

kenampakannya. Zat yang isotropik mempunyai satu harga indeks bias saja, karena

sinar yang berjalan ke segala arah memiliki kecepatan yang sama, maka semua sifat

optik yang berhubungan dengan lintasan cahaya yang menembus kristal akan sama

pada setiap arah. Demikian dengan mineral yang isotropik, walaupun meja objek

diputar 360o, tetap tidak mengalami perubahan sifat. Sebaliknya mineral yang

anisotropik dengan pemutaran meja objek akan memperlihatkan perubahan sifat

optik.

2) Inklusi

Pada kristal tertentu, selama proses kristalisasi sebagian material asing yang

terkumpul pada permukaan bidang pertumbuhannya akan terperangkap dalam kristal,

dan seterusnya menjadi bagian dari kristal tersebut. Material tersebut dapat berupa

kristal yang lebih kecil dari mineral yang berbeda jenisnya, atau berupa

kotoran/impurities pada magma, dapat juga berupa fluida baik cairan ataupun gas.

Kungkungan dapat dikenali di bawah mikroskop tanpa nikol apabila terdapat

Page 6: pengenalan mineral BAB.docx

perbedaan antara bahan inklusi dengan kristal yang mengungkungnya, misalnya pada

ketembusannya, relief maupun perbedaan warna. Bidang batas antara inklusi dengan

mineral yang mengungkungnya dapat bersifat seperti batas bidang kristal biasa.

3) Ukuran mineral

Ukuran mineral dapat dinyatakan secara absolut dalam mm atau cm dan

sebagainya. Pengukuran lebar dan panjang atau diameter mineral dapat dilakukan

dengan bantuan lensa okuler yang berskala.

4) Bentuk mineral

Pengamatan bentuk mineral dilakukan dengan melihat atau mengamati bidang

batas/garis batas mineral tersebut. Hal yang perlu diperhatikan adalah apakah kristal

tumbuh secara bebas di dalam media cair atau gas, ataukah pertumbuhan tersebut

terhalang oleh butir-butir mineral yang tumbuh di sekitarnya, hal ini akan

memberikan kenampakan bidang batas yang relatif berbeda.

Apabila kristal tersebut dibatasi oleh bidang kristalnya sendiri secara keseluruhan

maka kristal disebut mempunyai bentuk euhedral.

Apabila kristal tersebut dibatasi oleh hanya sebagian bidang kristalnya sendiri

maka kristal disebut mempunyai bentuk subhedral.

Apabila kristal tersebut tidak dibatasi oleh bidang kristalnya sendiri secara

keseluruhan maka kristal disebut mempunyai bentuk anhedral.

Parameter lain untuk menyatakan bentuk adalah jumlah dan perbandingan

panjang bidang-bidang batas kristal, terutama untuk kristal-kristal yang euhedral.

Istilah yang sering digunakan antara lain: prismatik, tabular, granular, lathlike,

fibrous, foliated, radiated, dan sebagainya.Untuk kristal yang dalam pertumbuhannya

Page 7: pengenalan mineral BAB.docx

terhalang oleh kristal yang lain atau juga terhalang magma yang kental, sering

menghasilkan bentuk “incipient crystals”.

5) Belahan

Belahan dalam sayatan mineral bisa terlihat dalam bentuk garis-garis yang

teratur sepanjang bidang belahannya, di mana kenampakannya bisa sangat baik, baik,

buruk atau tidak ada. Dalam hal tertentu sebaiknya orientasi belahan inii ditentukan

kedudukannya terhadap sumbu kristalnya. Belahan merupakan sifat fisikyang tetap

pada satu jenis mineral yang menunjukkan sifat khas dari struktur atom di dalamnya.

Beberapa mineral dicirikan oleh adanya belahan pada satu arah saja, misalnya

pada semua mineral mika. Bidang-bidang belahan akan nampak sebagai garis lurus

yang sejajar satu dengan yang lain pada sayatan yang dipotong miring atau sejajar

terhadap sumbu kristal atau memotong arah bidang belahan. Sedangkan sayatan yang

tegaklurus sumbu kristal atau sejajar bidang belahan, maka belahan tidak akan

nampak sama sekali.

6) Pecahan

Pecahan atau fracture adalah kecenderungan dari suatu mineral untuk pecah

dengan cara tertentu yang tidak dikontrol oleh struktur atom seperti halnya belahan.

Jenis-jenis pecahan yang khas antara lain pecahan seperti gelas (subconchoidal

fracture) pada kuarsa, pecahan memotong pada olivin, ortopiroksen dan nefelin.

7)  Indeks Bias dan Relief

Relief adalah ekspresi dari cahaya yang keluar dari suatu media kemudian

masuk ke dalam media yang lain yang mempunyai harga indeks bias yang berbeda,

sehingga cahaya tersebut mengalami pembiasan pada batas kontak kedua media

Page 8: pengenalan mineral BAB.docx

tersebut. Semakin besar perbedaan harga indeks bias antara kedua media, maka

semakin jelas bidang batas natara keduanya. Sebaliknya semakin kecil perbedaan

harga indeks bias, maka kenampakan bidang batas antar mineral akan semakin kabur.

Untuk mempermudah pengamatan relief di bawah ortoskop, maka sayatan

mineral/batuan dilekatkan pada kaca dengan menggunakan media balsam kanada

yang mempunyai relief nol (sebagai standar) dengan n = 1.537.

Dalam pengamatan dan penilaian relief mineral secara relatif, maka harga

relief mineral harus dibandingkan dengan relief standar balsam kanada (n = 1.537)

atau relief kuarsa (n = 1.544). setiap mineral yang mempunyai indeks bias kurang

dari relief standar disebut memiliki relief negatif, sedangkan mineral yang memiliki

indeks bias lebih besar dari standar disebut memiliki relief positif. Cara untuk

membedakan jenis relief adalah dengan menggunakan metode garis Becke. Selain

penilaian relief positif/negatif, harga relief suatu mineral juga dinilai berdasar

tingkatan perbedaan harga indeks bias dengan n standar. Setiap mineral yang

mempunyai n relatif dekat dengan n standar yaitu antara 1.545 – 1.599 maka disebut

memiliki relief positif rendah.

8) Warna dan pleokroisme

Warna yang tampak pada mikroskop polarisasi adalah warna yang dihasilkan

oleh oleh sifat cahaya yang bergetar searah dengan arah polarisator. Pada mineral

yang bersifat isotropik hanya terdapat satu warna saja yang tidak berubah sama sekali

walaupun meja objek diputar, sedangkan pada mineral yang bersifat anisotropik,

dapat terjadi dua atau tiga warna yang berbeda tergantung pada arah sayatan mana

yang diamati.

Page 9: pengenalan mineral BAB.docx

2.2 Pengamatan Mikroskopik dengan Nikol Bersilang

Pengamatan ortoskopik nikol bersilang (crossed polarized light) dimaksudkan

bahwa dalam pengamatannya digunakan analisator bersilangan dengan polarisator

(sinar diserap dalam dua arah yang saling tegak lurus). Dengan ortoskop nikol

bersilang dapat dipelajari sifat – sifat optik hasil dari semua kejadian pada cahaya

selama perjalanannya, pertama – tama melalui polarisator kemudia melalui peraga dan

akhirnya melalui analisator. Sifat yang dapat diamati adalah sifat optik yang

berhubungan dengan kedudukan dan jumlah sumbu optik. Sifat optik yang diamati

antara lain warna interferensi, gelapan dan kedudukan gelapan serta kembaran.

1) Warna Interferensi

Warna interferensi adalah sifat optik yang sangat penting, namun

penjelasannya cukup rumit, sehingga kita harus memahami konsep dasarnya secara

bertahap. Pada posisi sumbu sinar sembarang terhadap arah getar polarisator inilah,

komponen sinar lambat dan cepat tidak diserap oleh analisator, sehingga dapat

diteruskan hingga mata pengamat. Karena perbedaan kecepatan rambat sinar cepat

dan lambat inilah, maka terjadi yang disebut sebagai beda fase atau retardasi.

Semakin besar selisih indeks bias, semakin besar beda fase/retardasinya.

Warna interferensi dapat ditentukan dengan memutar meja objek yang terdapat

sayatan mineral hingga diperoleh terang maksimal. Warna terang tersebut

dicocokkan dengan tabel interferensi Michel – Levy Chart.

2) Tanda rentang optik

Tanda rentang optik adalah istilah untuk menunjukkan hubungan antara

sumbu kristalografi (terutama arah memanjangnya kristal) dengan sumbu sinar cepat

Page 10: pengenalan mineral BAB.docx

(x) dan lambat (z). Tujuannya adalah menentukan sumbu sinar mana (x atau z) yang

kedudukannya berimpit atau dekat (menyudut lancip) dengan sumbu panjang kristal.

Dengan demikian, TRO hanya dimiliki oleh mineral yang memiliki belahan satu arah

atau arah memanjangnya mineral (sumbu c). Jenis tanda rentang optik yaitu :

Length slow (+) = sumbu c berimpit /menyudut lancip dengan arah getar sinar

lambat (sumbu z). Keadaan ini dinamakan Addisi yaitu penambahan orde warna

interferensi pada saat kompensator digunakan.

Length fast (-) = sumbu c berimpit/menyudut lancip dengan arah getar sinar cepat

(sumbu x). Keadaan ini dinamakan Substraksi yaitu pengurangan orde warna

interferensi pada saat kompensator digunakan.

Penentuan tanda rentang optik dilakukan dengan pengamatan nikol bersilang

dengan menggunakan kompensator (keping gips/baji kuarsa).

3) Kembaran

Selama pertumbuhan kristal atau pada kondisi tekanan dan temperatur tinggi,

dua atau lebih kristal intergrown dapat terbentuk secara simetri. Simetri intergrown

inilah yang dikenal sebagai kembaran.

Kembaran hanya dapat diamati pada nikol bersilang karena kedudukan kisi

pada dua lembar kembaran yang berdampingan saling berlawanan, sehingga

kedudukan gelapan dan warna interferensi maksimalnya berlainan.

Secara genesa, kembaran dapat terbentuk dalam tiga proses yang berbeda yaitu

kembaran tumbuh, transformasi, dan deformasi.

Kembaran tumbuh/Growth Twins

Page 11: pengenalan mineral BAB.docx

Kembaran ini terbentuk bersamaan pada saat kristalisasi atau

pertumbuhan kristal, di mana dua unit kristal berbagi dan tumbuh dari satu kisi

yang sama dengan orientasi berlawananJenis kembaran ini terbagi atas kembaran

kontak dan kembaran penetrasi. Contoh jenis kembaran ini adalah kembaran

carlsbad pada ortoklas dan kembaran albit pada plagioklas.

Kembaran transformasi

Kembaran ini dapat terjadi karena kristal mengalami transformasi karena

perubahan P dan T terutama karena perubahan T. Hal ini hanya dapat terjadi pada

kristal yang mempunyai struktur dan simetri yang berbeda pada kondisi P dan T

yang berbeda. Pada saat P&T berubah, bagian tertentu dari kristal ada yang stabil

ada yang mengalami perubahan orientasi kisi, sehingga terjadi perbedaan

orientasi pada bagian berbeda dari kristal. Contoh: kembaran dauphin dan

kembaran brazil pada kuarsa terbentuk karena penurunan T. Contoh lain adalah

kembaran periklin yang terjadi pada saat sanidin (monoklin, high T) berubah

menjadi mikroklin (triklin, low T).

Kembaran Deformasi/Deformation Twins

Kembaran ini terjadi setelah kristalisasi, pada saat kristal telah padat.

Karena deformasi (perubahan P) atom pada kristal dapat terdorong dari posisi

semula. Apabila perubahan posisi ini terjadi pada susunan yang simetri, akan

menghasilkan kembaran. Contoh kembaran jenis ini adalah polisintetik pada

kalsit.

Page 12: pengenalan mineral BAB.docx

4) Gelapan dan kedudukan gelapan

Pada pengamatan nikol bersilang, gelapan (keadaan di mana mineral gelap

maksimal) dapat terjadi karena tidak ada cahaya yang diteruskan oleh analisator

hingga mata pengamat. Pada zat anisotropik syarat terjadinya gelapan adalah

kedudukan sumbu sinar berimpit dengan arah getar polarisator dan/atau analisator.

Sumbu sinar = sinar cepat (x) dan sinar lambat (z). Sehingga dalam putaran 360o

akan ada empat kedudukan gelapan. Sebaliknya kedudukan terang maksimal (warna

interferensi maksimal) terjadi pada saat sumbu sinar membuat sudut 45o terhadap

arah getar PP dan AA.

Gelapan sejajar/paralel

Kedudukan gelapan di mana sumbu panjang kristal (sumbu c) sejajar dengan

arah getar PP dan/atau AA. Sehingga dapat dikatakan sumbu optik berimpit dengan

sumbu kristalografi.

Gelapan miring

Kedudukan gelapan di mana sumbu panjang kristal (sumbu c) menyudut

terhadap arah getar PP dan/atau AA. Sehingga dapat dikatakan sumbu optik

menyudut terhadap sumbu kristalografi

Gelapan bergelombang

Terjadi pada mineral yang mengalami tegangan/distorsi sehingga orientasi

sebagian kisi kristal mengalami perubahan berangsur, dan kedudukan gelapan

masing-masing bagian agak berbeda.

Gelapan bintik/mottled extinction

Page 13: pengenalan mineral BAB.docx

Umumnya terjadi pada mineral silikat berlapis (mika), hal ini terjadi karena

perubahan orientasi kisi kristal secara lokal, sehingga tidak seluruh bagian kristal

sumbu sinarnya berorientasi sama.

Page 14: pengenalan mineral BAB.docx

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

1.1 Sampel Mineral 1

Pada pengamatan ortoskop nikol sejajar sampel mineral yang diamati

menggunakan mikroskop polarisasi, perbesaran lensa yang digunakan adalah 10 kali

dan lensa objektif adalah 5 kali, sehingga didapatkan bahwa perbesaran totalnya

adalah 50 dan bilangan skalanya adalah 0,02. Pada sampel mineral pertama,

memiliki kedudukan x yaitu 54 mm dan y yaitu 22,8 mm. Secara mikroskopis pada

pengamatan nikol sejajar mineral tersebut menampakkan warna putih kecoklatan,

pada saat meja objek diputar sebesar 900, maka mineral tadi menampakkan gejala

pleokroisme, dimana terjadi satu perubahan warna sehingga disebut monokroik.

Melihat dari perubahan warna yang agak jelas, maka intensitas perubahan warnanya

adalah sedang. Pada saat dibawah mikroskop, mineral yang diamati menampakkan

bentuk yang bervariasi antara euhedral sampai subhedral, bentuk euhedral-subhedral

tadi menjelaskan bahwa mineral ini mengalami proses kristalisasi yang lama dan

terjadi pada suhu dan temperatur yang tinggi, adanya kenampakkan bentuk mineral

yang euhedral-subhedral mengakibatkan mineral ini memiliki indeks bias yang

lebih besar dari pada indeks bias kanada balsam, (Nmin>Ncb) ini dibuktikan juga

dengan menggunakan metode iluminasi miring, dimana pada saat sebagian

illuminator ditutupi oleh kertas tidak tembus cahaya, maka bidang yang gelap searah

dengan arah datangnya bayangan gelap yang diakibatkan oleh kertas karton.

Kenampakkan bentuk mineral yang euhedral-subhedral dan indeks bias mineral

yang sedang mengakibatkan bidang tepi mineral terlihat sangat jelas, sehingga dapat

Page 15: pengenalan mineral BAB.docx

A

0100 P

ditentukan bahwa relief dari mineral yang diamati adalah tinggi. Pada saat dibawah

mikroskop, mineral ini tidak memberikan adanya kenampakkan belahan dengan

pecahan yang tidak rata dengan ukuran mineral 2,34 mm.

Pada posisi nikol silang, warna interferensi maksimum yang terlihat adalah

putih keabu – abuan pada bias rangkap Lemah, Orde I bawah (0,004). Sudut gelapan

pada mineral ini adalah 35o. Penentuan sudut gelapan dengan cara menentukan

selisih sudut dari gelap ke terang maksimum dan dari terang ke gelap maksimum.

Selisih kedua sudut tersebut kemudian di jumlahkan dan di bagi dua. Dari sudut

gelapan kita dapat menentukan jenis dari gelapan mineral yang diamati. Pada mineral

ini, sudut gelapannya adalah 35o sehingga dapat dikatakan bahwa jenis gelapannya

adalah gelapan miring. Kembaran terlihat ketika meja objek pada pengamatan

mineral ini diputar. Pada saat keping gips di masukkan perubahan warna yang terlihat

cepat dengan adanya penjumlahan orde sehingga mineral ini tergolong mineral yang

Addisi – Length Fast. Berdasarkan ciri-ciri sifat optik yang telah didapatkan dari

hasil pengamatan, maka dapat ditentukan nama mineral yang telah diamati adalah

Plagioklas (Anortit). Proses pembentukan mineral ini tidak terlepas dari proses

pembekuan magma yang nantinya akan membentuk batuan beku dimana pada saat

magma naik ke permukaan bumi karena pengaruh dari inti bumi yang menyebabkan

magma naik ke permukaan bumi pada suhu 12000C, magma tersebut mengkristal

menghasilkan mineral Anortite. Nikol Sejajar

No. Urut : 01

Nikol Sejajar

No. Peraga :BB 01

Perbesaran objektif : 5X

Anortite

Page 16: pengenalan mineral BAB.docx

A

0 100 P

A

0100 P

Perbesaran okuler : 10X

Perbesaran total : 50X

Bilangan skala : 0,02

Kedudukan : (x ; y) (59,4;22,8) Nikol Silang

Warna absorbsi : Putih Kecoklatan

Pleokroisme : Monokroik

Intensitas : Sedang

Bentuk : Euhedral-Subhedral

Indeks bias : Nmin>Ncb

Belahan : Tidak ada

Relief : Tinggi T.R.O

Pecahan : Even

Inklusi :-

Bentuk : -

Warna : -

Ukuran : -

Ukuran mineral : 117 X 0,02 = 2,34 mm

WI maksimum : Putih Keabu-abuan

Bias Rangkap (Orde) : Lemah, Orde I bawah (0,004)

Sudut Gelapan : 25 o +45 o = 35o

2

Jenis gelapan : Miring

Kembaran : Carlsbad-Albit

Sistem kristal : Triklin

T.R.O. : Addisi-Length Fast

Komposisi kimia : CaAlSi3O8

Nama mineral :Plagioklas (Anorthite)

1.2 Sampel Mineral 2

Anortite

Anortite

Page 17: pengenalan mineral BAB.docx

Pada sampel mineral kedua, memiliki kedudukan x yaitu 52,4 mm dan y yaitu

19,9 mm. Secara mikroskopis pada pengamatan nikol sejajar mineral tersebut

menampakkan warna putih kecoklatan, pada saat meja objek diputar sebesar 900,

maka mineral tadi menampakkan gejala pleokroisme, dimana terjadinya dua

perubahan warna sehingga disebut dwikroik. Melihat dari perubahan warna yang

jelas, maka intensitas perubahan warnanya adalah kuat. Pada saat dibawah

mikroskop, mineral yang diamati menampakkan bentuk yang bervariasi antara

euhedral sampai subhedral, bentuk euhedral - subhedral tadi menjelaskan bahwa

mineral ini mengalami proses kristalisasi yang lama dan terjadi pada suhu dan

temperatur yang tinggi, adanya kenampakkan bentuk mineral yang euhedral-

subhedral mengakibatkan mineral ini memiliki indeks bias yang lebih besar dari

pada indeks bias kanada balsam, (Nmin>Ncb) ini dibuktikan juga dengan

menggunakan metode iluminasi miring, dimana pada saat sebagian illuminator

ditutupi oleh kertas tidak tembus cahaya, maka bidang yang gelap searah dengan arah

datangnya bayangan gelap yang diakibatkan oleh kertas karton. Kenampakkan

bentuk mineral yang euhedral-subhedral dan indeks bias mineral yang sedang

mengakibatkan bidang tepi mineral terlihat sangat jelas, sehingga dapat ditentukan

bahwa relief dari mineral yang diamati adalah tinggi. Pada saat dibawah mikroskop,

mineral ini tidak memberikan adanya kenampakkan belahan dengan pecahan yang

tidak rata dengan ukuran mineral 1,56 mm.

Pada posisi nikol silang, warna interferensi maksimum yang terlihat adalah

kuning kemerahan pada bias rangkap Sedang, orde I atas (0,008). Sudut gelapan pada

mineral ini adalah 42o. Penentuan sudut gelapan dengan cara menentukan selisih

Page 18: pengenalan mineral BAB.docx

A

0100 P

A

0100 P

sudut dari gelap ke terang maksimum dan dari terang ke gelap maksimum. Selisih

kedua sudut tersebut kemudian di jumlahkan dan di bagi dua. Dari sudut gelapan kita

dapat menentukan jenis dari gelapan mineral yang diamati. Pada mineral ini, sudut

gelapannya adalah 42o sehingga dapat dikatakan bahwa jenis gelapannya adalah

gelapan miring. Kembaran tidak terlihat ketika meja objek pada pengamatan mineral

ini diputar. Pada saat keping gips di masukkan perubahan warna yang terlihat lambat

dengan adanya penambahan orde sehingga mineral ini tergolong mineral yang

Addisi-Length Slow. Berdasarkan ciri - ciri sifat optik yang telah didapatkan dari

hasil pengamatan, maka dapat ditentukan nama mineral yang telah diamati adalah

Piroksin ( Hypersten ).

Proses pembentukan mineral ini tidak terlepas dari proses pengkristalan

magma yang nantinya akan menjadi batuan beku. Dimana pada saat cairan magma

yang berasal dari kulit bumi nai ke atas karena pengaruh tekanan. Pada suhu 800-

1000oC magma tersebut mengkristal menghasilkan mineral Hyperstene.

No. Urut : 02 Nikol Sejajar

No. Peraga :BB 10

Perbesaran objektif : 5X

Perbesaran okuler : 10X

Perbesaran total : 50X

Bilangan skala : 0,02

Kedudukan : (x ; y) (52,4 ; 19,8)

Warna absorbsi : Putih Kecoklatan

Pleokroisme : Dwikroik Nikol Silang

Hyperstene

Hyperstene

Page 19: pengenalan mineral BAB.docx

A

0100 P

Intensitas : Kuat

Bentuk : Euhedral-Subhedral

Indeks bias : Nmin>Ncb

Belahan : Satu Arah

Relief : Tinggi

Pecahan : Even

Inklusi :-

Bentuk : -

Warna : -

Ukuran : -

Ukuran mineral : 78 X 0,02 = 1,56 mm

WI maksimum : Putih kekuningan

Bias Rangkap (Orde) : Sedang, orde I atas(0,008)

Sudut Gelapan : 42o

Jenis gelapan : Miring

Kembaran : -

T.R.O. : Addisi-length slow

Nama mineral :Piroksin (Hiperstene)

1.3 Sampel Mineral 3

Pada sampel mineral ketiga, memiliki kedudukan x yaitu 58 mm dan y yaitu

13,9 mm. Secara mikroskopis pada pengamatan nikol sejajar mineral tersebut

menampakkan warna putih kekuningan, pada saat meja objek diputar sebesar 900,

maka mineral tadi menampakkan gejala pleokroisme, dimana terjadinya satu

Hyperstene

Page 20: pengenalan mineral BAB.docx

perubahan warna sehingga disebut monokroik. Melihat dari perubahan warna yang

jelas, maka intensitas perubahan warnanya adalah kuat. Pada saat dibawah

mikroskop, mineral yang diamati menampakkan bentuk yang bervariasi antara

subhedral sampai anhedral, bentuk subhedral - anhedral tadi menjelaskan bahwa

mineral ini mengalami proses kristalisasi yang agak lama dan terjadi pada suhu dan

temperatur yang sedang, adanya kenampakkan bentuk mineral yang subhedral -

anhedral mengakibatkan mineral ini memiliki indeks bias yang lebih besar dari pada

indeks bias kanada balsam, (Nmin>Ncb) ini dibuktikan juga dengan menggunakan

metode iluminasi miring, dimana pada saat sebagian illuminator ditutupi oleh kertas

tidak tembus cahaya, maka bidang yang gelap searah dengan arah datangnya

bayangan gelap yang diakibatkan oleh kertas karton. Kenampakkan bentuk mineral

yang subhedral - anhedral dan indeks bias mineral yang sedang mengakibatkan

bidang tepi mineral terlihat sangat jelas, sehingga dapat ditentukan bahwa relief dari

mineral yang diamati adalah tinggi. Pada saat dibawah mikroskop, mineral ini tidak

memberikan adanya kenampakkan belahan dengan pecahan yang tidak rata dengan

ukuran mineral 1,02 mm.

Pada posisi nikol silang, warna interferensi maksimum yang terlihat adalah

kuning kemerahan pada bias rangkap Sedang, orde I atas (0,008). Sudut gelapan pada

mineral ini adalah 50o. Penentuan sudut gelapan dengan cara menentukan selisih

sudut dari gelap ke terang maksimum dan dari terang ke gelap maksimum. Selisih

kedua sudut tersebut kemudian di jumlahkan dan di bagi dua. Dari sudut gelapan kita

dapat menentukan jenis dari gelapan mineral yang diamati. Pada mineral ini, sudut

gelapannya adalah 50o sehingga dapat dikatakan bahwa jenis gelapannya adalah

Page 21: pengenalan mineral BAB.docx

A

0100 P

A

0100 P

A

0 100 P

gelapan miring. Kembaran tidak terlihat ketika meja objek pada pengamatan mineral

ini diputar. Pada saat keping gips di masukkan perubahan warna yang terlihat lambat

dengan adanya penambahan orde sehingga mineral ini tergolong mineral yang

Addisi-Length Slow. Berdasarkan ciri - ciri sifat optik yang telah didapatkan dari

hasil pengamatan, maka dapat ditentukan nama mineral yang telah diamati adalah

Kuarsa. Proses pembentukan mineral ini tidak terlepas dari proses pengkristalan

magma yang nantinya akan menjadi batuan beku. Dimana pada saat cairan magma

yang berasal dari kulit bumi naik ke atas karena pengaruh tekanan. Pada suhu <375oC

magma tersebut mengkristal menghasilkan mineral kuarsa.

No. Urut : 03 Nikol Sejajar

No. Peraga : BM 02

Perbesaran objektif : 5X

Perbesaran okuler : 10X

Perbesaran total : 50X

Bilangan skala : 0,02

Kedudukan : (x ; y) (53,1;14,7) Nikol Silang

Warna absorbsi : Putih Kekuningan

Pleokroisme : Monokroik

Intensitas : Kuat

Bentuk : Subhedral-Anhedral

Indeks bias : Nmin>Ncb

Belahan : Tidak ada

Relief : Tinggi T.R.O

Kuarsa

Kuarsa

Kuarsa

Page 22: pengenalan mineral BAB.docx

Pecahan : Uneven

Inklusi :-

Bentuk : -

Warna : -

Ukuran : -

Ukuran mineral : 51 X 0,02 = 1,02 mm

WI maksimum : Putih Keabu-abuan

Bias Rangkap (Orde) : Lemah, Orde I bawah (0,007)

Sudut Gelapan : 5 5 o + 4 5 o = 50o

2Jenis gelapan : Miring

Kembaran : -

Sistem kristal : Hexagonal

T.R.O. : Addisi-Length Fast

Komposisi kimia : SiO2

Nama mineral : Kuarsa

BAB IV

PENUTUP

Page 23: pengenalan mineral BAB.docx

4.1. Kesimpulan

Setelah melakukan praktikum acara pengenalan mineral, maka didapatkan

beberapa kesimpulan, yaitu sebagai berikut:

1. Sifat optik mineral yang diamati dengan menggunakan nikol sejajar berupa

warna absorbsi, pleokrisme, intensitas, bentuk, indeks bias, belahan, relief,

pecahan, inclusi dan ukuran mineral. Sedangkan pada nikol silang berupa

warna interferensi maksimum, bias rangkap ( orde ), sudut gelapan, jenis

gelapan, kembaran dan T.R.O.

2. Berdasarkan sifat-sifat optik mineral yang diamati dapat diinterpretasikan

bahwa nama sampel mineral pertama adalah Anortite ( Plagioklas ), sampel

mineral yang kedua adalah Hypersten ( Piroksin ) dan sampel mineral ketiga

adalah Kuarsa.

4.2. Saran

Saran saya kepada asisten agar asisten yang mengawas pada saat kami

praktikum untuk membimbing kami apabila ada sesuatu hal yang kami tidak tahu

pada saat praktikum.

Page 24: pengenalan mineral BAB.docx

DAFTAR PUSTAKA

Dr. Ulva Ria Irfan, S.T.,M.T 2012. Penuntun Praktikum Petrografi. Makassar :

Laboratorium Petrografi.

Dr. Ulva Ria Irfan, S.T.,M.T 2012. Penuntun Praktikum Mineral Optik. Makassar :

Laboratorium Petrografi.

Montana Annaibale dkk. 1977. Rocks and Mineral. New York:Simon & Schuster

Simon & Schuster. 1977. Rocks and Mineral . New York.

Paul F. Kerr. 1957. Optical Mineralogy. California : Stanford University.